HUBUNGAN INTENSITAS MENGIKUTI ORGANISASI MAHASISWA DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN Riko Fektori Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Jalan Kapas 9, Semaki Yogyakarta 55166
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan intensitas mengikuti organisasi mahasiswa dengan motivasi belajar mahasiswa UAD. Subjek penelitian adalah mahasiswa yang mengikuti organisasi UKM di UAD. Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling, metode pengumpulan data menggunakan skala intensitas mengikuti organisasi dan skala motivasi belajar. Metode analisis data dengan menggunakan teknik analisis korelasi product moment Pearson. Hasil penelitian menunjukkan nilai korelasi sebesar r= 0,759 dengan taraf signifikansi sebesar p = 0,000 (p < 0,01). Sumbangan efektif yang diberikan variabel intensitas mengikuti organisasi terhadap variabel motivasi belajar sebesar 55,7 %. Intensitas mengikuti organisasi sebagian besar subyek termasuk dalam kategori sedang dan dalam kategorisasi motivasi belajar sebagian besar subyek termasuk dalam kategori sedang. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara intensitas mengikuti organisasi dengan motivasi belajar pada UKM UAD. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat intensitas mengikuti organisasi yang dilakukan mahasiswa, semakin tinggi juga motivasi belajarnya. Begitu juga sebaliknya semakin rendah tingkat intensitas mengikuti organisasi maka akan semakin rendah tingkat motivasi belajar mahasiswanya. Kata kunci : Intensitas Mengikuti Organisasi, Motivasi Belajar.
2 THE RELATIONSHIP BETWEEN THE INTENSITY TO FOLLOW A STUDENT ORGANIZATION AND STUDENT’S LEARNING MOTIVATION IN AHMAD DAHLAN UNIVERSITY Abstract The objective of this study was to examine the relationship of joining the student organization and motivation of learning in Ahmad Dahlan University. The participant of research is the student who was joined in Unit of Student Activity in Ahmad Dahlan University. The sampling technique used cluster random sampling. Data was collected by Intensity of Joining The Organization Scale and Motivation of Learning Scale. The data was analyzed quantitatively with technique product moment Pearson. The result showed there is a significant positive correlation between students organization joining and motivation of learning. The correlation value of students
organization joining and motivation of learning (r) is 0,759 with the significant level of p = 0,000 (p < 0,01). The intensity of joining organization variable give effective contribution 55.7% to motivation of learning variable. The most subject either in the intensity of joining organization and in the motivation of learning are in middle category. These results informed that higher intensity of joining the organization makes high motivation of learning. Then, the lower intensity of joining the organization makes low motivation of learning. Key words: The intensity to follow the organization, Learning Motivation.
PENDAHULUAN Seiring dengan pertumbuhan perguruan tinggi yang pesat, tingkat persaingan di antara perguruan tinggi yang semakin ketat, tingkat persaingan di antara perguruan tinggi dalam memperebutkan calon mahasiswa, juga semakin ketat. Terdapat beberapa cara bagi perguruan tinggi yang ingin bertahan dalam persaingan tersebut, yaitu melalui kualitas lulusan yang dihasilkannya (Pujadi, 2007). Motivasi sangat diperlukan dalam proses belajar, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan kegiatan belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Maslow (Djamarah, 2008) sangat percaya bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti kebutuhan fisiologi, rasa aman dan rasa cinta, penghargaan, aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti, serta kebutuhan estetik. Kebutuhan-
3 kebutuhan inilah menurut Maslow yang mampu memotivasi tingkah laku individu. Peran pendidikan menempati posisi sentral dan strategis untuk mewujudkan tujuan nasional. Kegiatan pendidikan seyogyanya mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh, baik oleh pengambilan kebijakan maupun pelaksana pendidikan di lapangan. Perhatian tersebut mengisyaratkan bahwa mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pada tahap evaluasi penyelenggaraan pendidikan hendaknya dilakukan secara optimal dan profesional sehingga mendapatkan hasil yang maksimal, efektifitas proses dan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai. Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang, tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi, tidak ada motivasi berarti kegiatan belajar tidak dapat berlangsung sesuai dengan pendapat Sardiman (2011), yang menyatakan bahwa motivasi belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri anak yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah dalam kegitan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat dicapai. Dimyati dan Mudjiono (2002) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah dorongan yang merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan belajar dalam rangka memenuhi harapan atau pencapaian tujuan belajar. Wawuru (2006) telah melakukan penelitian dan menyatakan bahwa motivasi sangat penting dalam belajar karena fungsi motivasi (memulai, mengarahkan, menyongkong, dan membuat sensitif) dalam belajar. Seseorang yang memiliki motivasi akan terus tekun dalam mempelajari materi yang dipelajari, oleh karena itu seorang pendidik atau guru perlu membangkitkan motivasi belajar dalam diri peserta didiknya. Salah satu masalah pendidikan adalah motivasi belajar yang rendah dari mahasiswa, rendahnya motivasi belajar mahasiswa kerap dituding sebagai salah satu permasalahan dari rendahnya kualitas yang dihasilkan dari berbagai perguruan tinggi yang ada (Djamarah, 2008). Peranan motivasi tidak diragukan dalam belajar. Fungsi motivasi belajar adalah sebagai pendorong, penggerak, dan pengarah, untuk itu salah satu cara yang di lakukan utnuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan meningkatkan motivasi belajar mahasiswa semaksimal mungkin (Djamarah, 2008). Dari beberapa fakta yang diperoleh peneliti yang menunjukan bahwa di Indonesia masih banyak mahasiswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah, antara lain penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2008) di lapangan menunjukan bahwa mahasiswa di Indonesia tidak memiliki motivasi belajar yang tinggi. Mahasiswa sebagian besar merasa kurang memiliki dorongan untuk belajar di dalam kelas, tidak mampu memahami dengan baik pelajaran yang disampaikan oleh pengajar. Hal tersebut menunjukan bahwa mahasiswa masih menganggap kegiatan belajar tidak menyenangkan dan memilih kegiatan lain di luar konteks belajar seperti menonton televisi, sms dan bergaul dengan teman sebaya.
4 Motivasi Belajar Menurut Sardiman (2011) motivasi belajar adalah suatu dorongan untuk belajar dalam kaitannya kegiatan belajar, motivasi belajar sebagai daya penggerak dalam diri mahasiswa untuk menjalankan kegiatan belajar, sehingga tujuan dari mahasiswa untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal dapat dicapai. Motivasi belajar adalah faktor psikis yang bersifat non-intelektual, perananya yang khas dapat menumbuhkan gairah, merasa senang dan semangat yang tinggi untuk belajar. Mahasiswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi belajar menurut Pujadi (2007) adalah suatu keadaan dalam diri mahasiswa yang mendorong dan mengarahkan perilakunya kepada tujuan yang ingin dicapainya dalam mengikuti pendidikan tinggi. Selanjutnya Pujadi (2007) mengungkapkan bahwa idealnya mahasiswa dalam mengikuti pendidikan tinggi adalah untuk menguasai bahan pembelajaran tersebut dengan baik. Menurut Djamarah (2008), motivasi belajar pada setiap individu dapat berbeda, ada yang hanya ingin menghindari nilai yang jelek bahkan untuk menghindari hukuman dari pemgajar, sehingga orientasinya hanya untuk memperoleh nilai yang tinggi, dan ada juga yang benar-benar ingin mengembangkan wawasan dan pengetahuannya. Pendekatan sistem Lewin (Pujadi, 2007), menyatakan bahwa motivasi belajar mahasiswa dapat dikatakan sebagai fungsi dari faktor yang ada di dalam lingkungan belajarnya atau diluar dirinya. Aspek – Aspek Motivasi Belajar Sardiman (2011) memberikan ciri-ciri yang merupakan aspek-aspek motivasi dalam belajar antara lain sebagai berikut : a. Tekun mengahadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai). b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin dan tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya. c. Menunjukan minat terhadap macam-macam masalah “untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak criminal, amoral, dan sebagainya). d. Lebih senang kerja sendiri (m emiliki inisiatif dalam melakukan sesuatu, mampu mengambil keputusan dan mengatasi masalah sendiri tanpa bantuan orang lain). e. Cepat bosan pada tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulangulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu, tidak mudah terpengaruh oleh orang lain). g. Tidak mudah putus melepaskan hal yang diyakininya itu (memiliki prinsip dan komitmen yang kuat, bertindak sesuai dengan keputusanya sendiri serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dilakukannya).
5 h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal (berusaha keras dalam mengatasi masalah belajar, cepat menemukan kekeliruan atau kesalahan, cepat menemukan asas dalam suatu uraian, daya abstraksi tinggi, selalu sibuk menangani berbagai hal). Berdasarkan uraian di atas maka aspek-aspek motivasi belajar yang akan digunakan untuk mengukur motivasi belajar adalah teori dari Sardiman (2011) yang terdiri dari tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asas), menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah, lebih senang kerja sendiri (memiliki inisiatif dalam melakukkan sesuatu), cepat bosan pada tugas yang rutin, aspek dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah putus melepaskan hal yang di yakininya, senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Menurut Dimyati dan Mujiono (2006) unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar antara lain: a. Cita-cita atau aspirasi mahasiswa Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan belajar berjalan, makan-makanan yang lezat, berebut permainan, dapat membaca, dapat menyanyi, dan lain-lain sebagainya. Keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan dikemudian hari menimbulkan cita-cita dalam kehidupan. Timbulnya cita-cita dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa, dan nilai-nilai kehidupan. Timbulnya cita-cita juga dibarengi oleh perkembangan kepribadian. Dari segi emansipasi kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan semangat belajar. Dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau juga hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi citacita. Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu yang lama, bahkan sepanjang hayat. b. Kemampuan mahasiswa Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Keinginan membaca perlu dibarengi dengan kemampuan mengenal dan mengucapkan bunyi huruf-huruf. Keberhasilan membaca suatu buku bacaan akan menambah kekayaan pengalaman hidup. Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas perkembangan. c. Kondisi mahasiswa Kondisi mahasiswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang mahasiswa yang sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan menganggu perhatian belajar. Sebaliknya, seorang mahasiswa sehat, kenyang dan gembira akan mudah memusatkan perhatian. Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohani mahasiswa berpengaruh pada motivasi belajar. d. Kondisi lingkungan mahasiswa Lingkungan mahasiswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat, maka mahasiswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Dengan
6 adanya lingkungan yang aman, sehat, tentram dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat. Selain hal tersebut lingkungan mahasiswa di tempat perkuliahan dapat berupa organisasi yang diikutinya. e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran Mahasiswa yang memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebaya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar. Lingkungan mahasiswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan budaya mahasiswa yang berupa surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film semakin menjangkau mahasiswa. Kesemua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar. Selain hal tersebut lingkungan organisasi yang diikuti mahasiswa juga akan memberikan dampak pada perilaku belajar yang dilakukan mahasiswa dan akan berdampak pada motivasi belajar yang diikutinya. Berdasarkan uraian di atas, faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah cita-cita mahasiswa, kemampuan mahasiswa, kondisi mahasiswa, kondisi lingkungan mahasiswa, unsur-unsur dinamis dalam belajar, faktor anak dalam belajar, faktor lingkungan anak, faktor bahan atau materi yang akan dipelajari. Intensitas Mengikuti Organisasi Intensitas berarti keadaan tingkatan atau ukuran intensnya (Depdikbud, 1998). Kartono dan Gulo (2000) menyebutkan bahwa intensitas diartikan besar atau kecilnya kekuatan suatu tingkah laku, jumlah energi fisik yang dibutuhkan untuk merangsang salah satu indera. Menurut Chaplin (2000), intensitas (intensity) adalah kekuatan yang mendukung suatu pendapat atau suatu sikap. Senada dengan itu, Azwar (2004) menyebutkan bahwa intensitas artinya kekuatan atau kedalaman sikap terhadap sesuatu. Ajzen, dkk. (1991) menyatakan bahwa intensitas adalah besarnya usaha individu dalam melakukan tindakan. Menurut Kartono & gulo (2000), intensitas adalah besar atau kecilnya kekuatan suatu tingkah laku, jumlah energi fisik yang dibutuhkan untuk merangsang salah satu indra, ukuran fisik dari energi atau data indra. Soetopo (2010) menyatakan bahwa organisasi adalah suatu pemerintahan atau polis, organisasi juga dapat disebut agen atau lembaga, selain itu organisasi dapat disebut juga suatu sistem tugas. Organisasi dapat terbentuk jika memiliki 3 kondisi, yaitu: a. Membuat tujuan bersama dan keputusan atas nama kolektivitas b. Mendelegasikan otoritas bertindak kepada individu untuk kolektifitas. c. membuat kawasan antara kolektivitas dan kawasan dunia. Soetopo (2010) selanjutnya menjelaskan bahwa organisasi terbagi dalam beberapa tipe, salah satunya adalah organisasi klasik. Organisasi klasik lebih mementingkan konsep kekuasaan atau penggunaan kekuasaan dan hasil yang dicapai melalui penggunaan kekuasaan itu.
7 Ciri-ciri organisasi klasik di antaranya, adanya struktur job task, garis kekuasaan yang formal, delegasi kekuasaan, standard dan ekspektasi untuk semua pegawai, hierarki ranking, hierarki menentukan tugas, pembagian kerja vertikal, organisasi formal, piramida tugas pekerjaan. Organisasi dapat efektif jika telah mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Krietner (Soetopo, 2010) terdapat 4 hal yang dapat menentukan keefektifan sebuah organisasi, yaitu: pencapaian tujuan, tersedianya sumber daya, proses internal, dan kepuasan anggaran. Sedangkan beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan organisasi, menurut Schmuck (Soetopo, 2010) diantaranya clarifying commnunication, establishing goals, uncovering conflict and interdependence, improving group procedure, solving problems, making decisions, assessing changes. Berdasarkan uraian daiatas maka dapat disimpulkan bahwa intensitas mengikuti organisasi adalah kecenderungan yang tinggi pada mahasiswa dalam mengikuti setiap kegiatan di dalam sebuah organisasi. Aspek –aspek Intensitas Mengikuti Organisasi Menurut Ajzen (1991) aspek intensitas, yaitu: a. Perhatian Merupakan ketertarikan individu terhadap objek tertentu yang menjadikan target prilaku. b. Penghayatan Penghayatan dapat berupa pemahaman dan penyerapan terhadap informasi yang dilihat dan dialami, kemudian informasi tersebut di pahami, diamati dan disimpan sebagai pengetahuan yang baru bagi individu yang bersangkutan. c. Durasi Durasi merupakan lamanya selang waktu yang dibutuhkan individu untuk melakukan perilaku yang menjadi target. d. Frekuensi Frekuensi merupakan banyaknya pengulangan perilaku yang menjadi target. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek intensitas dalam hal ini kaitannya dengan mengikuti organisasi, yaitu perhatian, penghayatan, durasi, dan frekuensi. Aspek-aspek intensitas berdasarkan teori Ajzen (1991), akan digunakan dalam membuat skala intensitas mengikuti organisasi. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa skala. Skala merupakan daftar pertanyaan yang harus dijawab atau harus diisi oleh subjek. Jawaban tersebut digunakan oleh peneliti untuk menyimpulkan keadaan subjek yang diteliti. Model penskalaan yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan model skala likert yang mana subjek diminta memilih salah satu dari alternatif-
8 alternatif jawaban yang sesuai dengan keadaan subjek. Alternatif-alternatif jawaban tersebut terdiri dari jawaban sangat tidak sesuai (STS), tidak sesuai (TS), sesuai (S), dan sangat sesuai (SS). Metode Analisis Data Metode analisis data dalam dalam penelitian ini akan menggunakan analisis korelasi product moment dari Pearson yaitu untuk mencari hubungan antara intensitas mengikuti organisasi dengan motivasi belajar mahasiswa. Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi normalitas sebaran, dan linearitas hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung. Analisis data dilakukan dengan program komputer SPSS (Statistical programme for social science) 19.0 for windows. Identifikasi variabel 1. Variabel tergantung : Motivasi Belajar. 2. Variabel bebas : Intensitas Mengikuti Organisasi. C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Populasi juga dibatasi sebagai himpunan individu atau benda atau objek yang mempunyai sifat atau karakteristik yang sama dan dapat diamati serta dibedakan dari kelompok subjek yang lain (Azwar, 2005). Populasi penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Unit Kegiatan Mahasiswa UAD yang terdiri dari UKM Bola, Menwa, KSR, Poros, Lensa, Kopma, Madapala, Karate, Tapak Suci, Basket, Psm, Volly Ball, Taekwondo. Nama Unit Kegiatan dan Jumlah Anggota Mahasiswa Nama Unit Kegiatan Mahasiswa UKM Bola Menwa KSR Poros Lensa Kopma Madapala Karate Tapak Suci Basket Psm Volly Ball Taekwondo Musik
Jumlah Anggota
Sampel tryout
40 12 60 40 57 69 20 30 60 33 60 30 40 70
10 10 10 10 -
Sampel Penelitian 25 25 25 25
9 Pramuka Jumlah
40 661
10 50
100
2. Sampel Sampel adalah sejumlah orang yang jumlahnya tidak melebihi jumlah populasi. Sampel dalam penelitian harus memiliki ciri-ciri yang dimiliki populasi (Azwar, 2005). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster random sampling, yaitu melakukan randomisasi terhadap kelompok bukan terhadap subjek secara individu (Azwar, 2005). Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa skala. Skala merupakan daftar pertanyaan yang harus dijawab atau harus diisi oleh subjek. Jawaban tersebut digunakan oleh peneliti untuk menyimpulkan keadaan subjek yang diteliti. Model penskalaan yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan model skala likert yang mana subjek diminta memilih salah satu dari alternatifalternatif jawaban yang sesuai dengan keadaan subjek. Alternatif-alternatif jawaban tersebut terdiri dari jawaban sangat tidak sesuai (STS), tidak sesuai (TS), sesuai (S), dan sangat sesuai (SS). Butir-butir dalam kedua skala disusun dengan memperhatikan sifat favourable dan unfavourable. Dan skor untuk jawaban setiap kriteria yang termasuk favourable adalah: 1. Untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS) mendapat skor 1 2. Untuk jawaban tidak sesuai (TS) mendapat skor 2 3. Untuk jawaban sesuai (S) mendapat skor 3 4. Untuk jawaban sangat sesuai (SS) mendapat skor 4 Sedangkan untuk item unfavourable skor penilaian adalah: 1. Untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS) mendapat skor 4 2. Untuk jawaban tidak sesuai (TS) mendapat skor 3 3. Untuk jawaban sesuai (S) mendapat skor 2 4. Untuk jawaban sangat sesuai (SS) mendapat skor 1 Skala yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua buah yaitu: 1. Skala Intensitas Mengikuti Organisasi Skala Intensitas Mengikuti Organisasi disusun sendiri oleh penulis berdasarkan aspek Intensitas Mengikuti Organisasi antara lain: Perhatian, Penghayatan, Durasi, Frekuensi. Berdasarkan aspek tersebut kemudian akan dijabarkan dalam 40 aitem. Skala tersebut kemudian diberi bobot yang sama dan dilakukan penambahan sejumlah aitem pada blue print uji coba skala dengan tujuan mengantisipasi mortalitas aitem. Blue Print awal sebelum uji coba skala Intensitas mengikuti organisasi dapat dilihat pada tabel berikut.
10 Tabel 1. Blue Print awal sebelum uji coba Skala Intensitas Mengikuti Organisasi No 1. 2. 3. 4.
Aspek
Bobot (%)
Total
25 25 25 25 100
Perhatian Penghayatan Durasi Frekuensi
Jumlah Aitem 10 10 10 10 40
Skor total akan menunjukkan tinggi rendahnya Intensitas mengikuti organisasi yang dimiliki individu. Hal ini berarti skor tertinggi menunjukkan Intensitas mengikuti organisasi yang tinggi dan skor rendah menunjukkan Intensitas mengikuti organisasi yang rendah. 2.
Skala Motivasi Belajar Untuk mengumpulkan data tentang motivasi belajar penulis menggunakan skala motivasi belajar berdasarkan aspek-aspek motivasi belajar yang dikemukakan oleh Sardiman (2011), yaitu tekun mengahadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asas), menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah, lebih senang kerja sendiri (memiliki inisiatif dalam melakukkan sesuatu), cepat bosan pada tugas yang rutin, aspek dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah putus melepaskan hal yang diyakininya, senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Berdasarkan aspek tersebut maka akan dijabarkan dalam 64 aitem. Skala tersebut kemudian diberi bobot yang sama dan dilakukan penambahan sejumlah aitem pada blue print uji coba skala dengan tujuan mengantisipasi mortalitas aitem. Blue Print awal skala motivasi belajar dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 2. Blue Print Awal Skala Motivasi Belajar No Aspek Bobot (%)
Jumlah Aitem
1.
Tekun mengahadapi tugas,
12,5
7
2.
Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asas),
12,5
7
3.
Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah,
12,5
7
4.
Lebih senang kerja sendiri (memiliki inisiatif dalam melakukkan sesuatu),
12,5
7
5.
Cepat bosan pada tugas yang rutin
12,5
7
11 6.
Aspek dapat mempertahankan pendapatnya,
12,5
7
7.
Tidak mudah putus melepaskan hal yang di yakininya,
12,5
7
8.
Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal
12,5
7
100
56
Total
Skor total akan menunjukkan tinggi rendahnya motivasi belajar. Skor yang tinggi menunjukkan motivasi belajar yang tinggi dan skor yang rendah menunjukkan motivasi belajar yang rendah. Validitas dan Reliabilitas Validitas dan reliabilitas adalah alat ukur yang memegang peranan penting dalam suatu penelitian. Benar tidaknya suatu penelitian diungkap dengan alat pengumpulan data tergantung pada validitas dan reliabilitas. 1. Validitas Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat ukur mempunyai validitas tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukur atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud yang dilakukan pengukuran tersebut (Azwar, 2000). Validitas yang akan digunakan dalam peneitian ini adalah validitas isi atau content validity yaitu validitas yang menunjukkan butir dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi obyek yang hendak diukur. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau professional judgment (Azwar, 2006). Berarti isinya tidak saja menunjukkan tes tersebut komprehensif, akan tetapi harus memuat isi yang relevan dengan tujuan ukur. Aitem-aitem yang telah dibuat akan diuji cobakan, kemudian dilakukan uji keaslian aitem dengan mengkorelasikan antara skor aitem dengan skor total aitem dalam skala. Kriteria pemilihan aitem berdasarkan koefisien korelasi aitem-total, biasanya digunakan batasan minimal r𝑖𝑡= 0,30 sebagaimana yang disarankan oleh Azwar (2006). Aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan, sedangkan aitem yang memiliki harga koefisien korelasi kurang dari 0,30 dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya diskriminasi rendah. Analisis ini dilakukan pada hasil uji coba untuk mendapatkan aitem-aitem yang berkualitas. 2. Reliabilitas Reliabilitas berasal dari kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliableI. Reliabilitas disini dimaksudkan bahwa alat ukur atau keandalan dalam pengukuran menunjukkan sejauh mana alat ukur tersebut dapat memberikan hasil pengukuran yang relatif sama dengan pengukurannya (Azwar, 2003). Reliabilitas dinyatakan dengan
12 koefisien reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya, sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 2007). Pendekatan yang digunakan untuk menguji reliabilitas aitem skala adalah pendekatan Alpha Cronbach. Perhitungan koefisien reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan program Statistical programme for social science (SPSS) 19.0 for windows. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan diterimanya hipotesis yang diajukan oleh peneliti yaitu ada hubungan positif antara motivasi belajar dengan intensitas mengikuti organisasi pada mahasiswa yang ditunjukkan dengan r xy = 0,759 dan p = 0,000 (p < 0,01). Sumbangan efektif intensitas mengikuti organisasi terhadap motivasi belajar adalah sebesar 0,557 atau 55,7 %. Hal ini berarti bahwa tingkat intensitas mengikuti organisasi memberikan sumbangan sebesar 55,7% terhadap intensitas mengikuti organisasi pada mahasiswa. Sisanya 44,3 % merupakan faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti. Berdasarkan skor hipotetik motivasi belajar mayoritas mahasiswa termasuk sedang sebesar 83 % dan skor intensitas mengikuti organisasi juga sedang sebesar 68 % dari 100 subjek. Diterimanya hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa UKM mahasiswa memiliki peran yang positif bagi penyaluran berbagai keahlian yang dimiliki oleh mahasiswa, sehingga mahasiswa tidak hanya terfokus dalam kegiatan akademik di tempat perkuliahan. UKM mahasiswa diharapkan dapat membantu pengembangan kemampuan mahasiswa dan membawa nama baik fakultas dan universitas yang menaunginya, selain hal tersebut UKM mahasiswa juga memberikan pembelajaran bagi mahasiswa tentang mengelola dan membentuk suatu organisasi sehingga dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah di buat. Semakin besar intensitas mahasiswa mengikuti kegiatan UKM semakin membentuk mahasiswa untuk lebih memiliki kemampuan dalam bertanggung jawab dengan dirinya dan organisasi yang diikutinya. Ajzen dkk (1991) menyatakan bahwa intensitas adalah besarnya usaha individu dalam melakukan tindakan. Menurut Kartono & Gulo (2000), intensitas adalah besar atau kecilnya kekuatan suatu tingkah laku, jumlah energi fisik yang dibutuhkan untuk merangsang salah satu indra, ukuran fisik dari energi atau data indra. Menurut Chaplin (1991), intensitas (intensity) adalah kekuatan yang mendukung suatu pendapat atau suatu sikap. Intensitas adalah sebuah istilah yang terkait dengan pengeluaran energi atau banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam waktu tertentu (Wijayanti, 2000). Intensitas yang tinggi pada mahasiswa dalam mengikuti UKM diharapkan memberikan pengaruh yang positif, sehingga memberikan efek yang positif juga pada nilai akademik mahasiswa. Salah satunya dapat membuat mahasiswa memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar dan mendapatkan prestasi akademik yang baik. Perhatian yang tinggi terhadap organisasi dapat menumbuhkan motivasi belajar pada mahasiswa, hal tersebut dikarenakan dalam suatu organisasi akan
13 menekankan pada tanggung jawab dan target penyelesaian suatu pekerjaan yang harus dilakukannya. Kondisi tersebut dapat membuat mahasiswa menyadari tentang arti pentingnya menyelesaikan studi di tempat perkuliahannya sebagai salah satu tanggungjawab pribadinya. Penghayatan dalam diri mahasiswa terhadap setiap fungsi tugasnya di dalam organisasi memiliki dampak pada pengalaman mahasiswa, seperti adanya tanggungjawab dalam menyelesaikan setiap tugas organisasi yang diberikan, sehingga hal tersebut dapat menumbuhkan kemampuan mahasiswa untuk menyelesaikan perkuliahan sebagai salah satu tanggungjawabnya. Tanggungjawab yang dimilki mahasiswa di dalam organisasi akan menumbuhkan motivasi mahasiswa dalam mengikuti setiap perkuliahan di kampus, salah satunya motivasi belajar, sehingga dengan adanya motivasi belajar diharapkan dapat membantu dalam menyelesaikan setiap tugas di kampus. Durasi dalam mengikuti organisasi akan memberikan pengalaman kepada mahasiswa, semakin lama durasi mengikuti organisasi maka akan semakin banyak pengalaman yang di peroleh. Hal tersebut dapat memberikan pengetahuan yang cukup bagi mahasiswa untuk mencapai berbagai hal yang menjadi tujuannya salah satunya akan menumbuhkan motivasi belajar yang dimilikinya. Menurut Djamarah (2002), motivasi belajar pada setiap individu dapat berbeda, ada yang hanya ingin menghindari nilai yang jelek bahkan untuk menghindari hukuman dari pengajar, sehingga orientasinya hanya untuk memperoleh nilai yang tinggi, dan ada juga yang benar-benar ingin mengembangkan wawasan dan pengetahuannya. Pendekatan sistem Lewin (Pujadi, 2007), menyatakan bahwa motivasi belajar mahasiswa dapat dikatakan sebagai fungsi dari faktor yang ada di dalam lingkungan belajarnya atau diluar dirinya. Fungsi dari faktor diluar diri mahasiswa salah satunya adalah organisasi kemahasiswaan. Mahasiswa yang memiliki kekhususan dalam keterarikan atau perhatian terhadap UKM tertentu akan menjadikan mahasiswa tersebut tekun dalam mengahadapi tugas sehingga mahasiswa tersebut dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum menyelesaikan pekerjaan tersebut. Hal ini terbentuk dari pola kegiatan yang di ikuti oleh mahasiswa ketika berorganisasi, mahasiswa dibentuk untuk memiliki kemampuan dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi, memiliki kemandirian, dan tanggungjawab. Kondisi tersebut diasumsikan dapat membentuk karakter pribadi mahasiswa untuk menumbuhkan motivasi di dalam dirinya terutama motivasi belajar, dengan adanya motivasi belajar yang baik maka di harapkan dapat membantu mahasiswa lebih memahami tanggung jawabnya untuk menyelesaikan tugas perkuliahannya di kampus tepat pada waktunya. Kesimpulan Hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara intensitas mengikuti organisasi mahasiswa dengan motivasi belajar pada UKM UAD. Semakin tinggi tingkat intensitas mengikuti organisasi yang dilakukan mahasiswa, semakin tinggi juga motivasi belajar. Begitu juga sebaliknya semakin rendah tingkat intensitas
14 mengikuti organisasi maka akan semakin rendah tingkat motivasi belajar mahasiswa. Saran 1. Saran Praktis Dari hasil penelitian ini dapat disarankan kepada mahasiswa untuk mengiuti UKM yang ada di UAD, dengan mengikuti UKM di UAD maka mahasiswa akan terbentuk secara kognitif dan perilaku serta tanggungjawab dengan tugas yang diberikan. Sehingga kondisi tersebut dapat membuat mahasiswa memiliki komitmen untuk belajar dan menyelesaikan tugas perkuliahannya . 2. Saran Teoritis Dalam penelitian ini peneliti belum memperhatikan variabel lain yang dapat mempengaruhi motivasi belajar seperti kondisi psikologis, dukungan sosial. Selain itu inteligensi dan kompetensi seseorang juga dapat mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa. Oleh karena itu pada penelitian yang akan datang sebaiknya perlu memperhatikan variabel-variabel tersebut di atas. 3. Saran untuk Peneliti Lain Peneliti selanjutnya disarankan menambahkan variabel yang mungkin akan mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa seperti yang diungkapkan sebelumnya, serta perlu dilihat juga tipe kepribadian subjek.
DAFTAR PUSTAKA Ajzen, 1991. Attitude Personality, and Behavior. Milton Keyners Open University Press Arifuddin. 2009. Hubungan antara Motivasi dengan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Geografi di Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Singaraja. Journal Pendidikan. Astuti. 2009. Menumbuhkan Motivasi Belajar Mahasiswa Melalui Kerja Sama Guru dan Orang Tua. Yogyakarta: 3 Maret 2010 Azwar, S. 2005. Tes Prestasi, Yogyakarta : Liberty Azwar, S. 2005. Penyusun Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Chaplin, J.P.2000. Kamus Lengkap Psikologi.Penerjemah: Kartini Kartono. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Dimyati, dan Mudjiono. Mahasta.
2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Asdi
15
Dimyati. 2007. Model Pembelajaran ARCS: suatu alternative untuk mengatasi masalah motivasi siswa dalam belajar pendidikan jasmani. Journal Widya Dharma vol 18, no.1, hal 95-105 Djamarah, S. B. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka cipta. Fitryantiwi. 2009. Hubungan Antara Emosi Positif dengan Motivasi Belajar Pada Mahasiswa Kelas XI Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta. Skripsi (tidak di terbitkan ). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Kartono, K & Gulo, D. 2000. Kamus Psikologi. Bandung Pioner : Jakarta Pujadi, A. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Mahasiswa: Studi Kasus Pada Fakultas Ekonomi Universitas Bunda Mulia. Business and Management Journal Bunda Mulia, Vol.3, No.2. Pujiati,I. 2008. Peningkatan Motivasi dan Ketuntasan Belajar Matematika Melalui pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Jurnal Ilmiah Kependidikan.vol. I.: 1,1-20. Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:PT. Grasindo Persada. Soetopo, H. 2010. Perilaku Organisasi. Teori dan praktek di bidang pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. Sunartombs. 2008. motivasi Belajar. Yogyakarta: 23 Oktober 2011.
http://sunartombs.wordpress.com.
Syah, M. 2003. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Edisi Revisi. Dandung: PT. Remaja Posda Karya. Syah, M. 2010. Psikologi Pendidikan. Edisi Revisi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Waruwu,E.F. 2006. Belajar Bagaimana Mengembangkan Motivasi Internal. Jurnal Provitae. Vol 2; No 2, 21-26 Wijaya, A. 2008. Hubungan Antara persepsi Siswa tentang Perhatian Orang Tua dalam Belajar dengan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 8 Yogyakarta. Skripsi (tidak di terbitkan ). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan
16 Wijayanti, D. 2000. Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Televisi Dengan Kedisiplinan Dalam Berkerja. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.