HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) TERHADAP KEBERHASILAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU KELURAHAN CEMPAKA PUTIH CIPUTAT TIMUR
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh: REVI AGUSVINA NIM: 1111104000003
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA Undergraduate Thesis, July 2015 Revi Agusvina, NIM: 1111104000003 Correlation between Early Initiation of Breastfeeding and the success of exclusive breastfeeding in Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur xiv + 75 pages + 7 tables + 3 charts + 6 attachments ABSTRACT Exclusive breastfeeding is breastfeeding only in infants aged 0-6 months without being given any additional food. Breastfeeding in Indonesia is still low. Data from Kemenkes showed that the prevalence of exclusive breastfeeding in Indonesia in 2013 amounted to 54.3%. IMD implementation is the first step to start learning success suckling baby first so that the milk still produced. The purpose of this study was to determine the correlation of the IMD to the success of exclusive breastfeeding in Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur. This research is a quantitative analytical case control design with a retrospective approach. The samples in this study using the technique of accidental sampling with 42 respondents. Collecting data using questionnaires. The result showed that there was no correlation IMD to the success of exclusive breastfeeding (p = 0.102) with α = 0:05, although there is no known relationship that the IMD can affect the duration of breastfeeding. Results of this study are expected to be a consideration for any health authority in order to create written policy concerning the implementation of the IMD and the provision of education on exclusive breastfeeding to be monitored and evaluated so for health workers who do not implement the policies it will get penalized. Key words : Early breastfeeding initiation, Exclusive breastfeeding success Reference
: 78 (years 1997 - 2015)
i iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juli 2015 Revi Agusvina, NIM: 1111104000003 Hubungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur xiv + 75
halaman + 7 tabel + 3 bagan + 6 lampiran ABSTRAK
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi usia 0-6 bulan tanpa diberikan makanan tambahan apapun. Pemberian ASI di Indonesia masih terbilang rendah data dari KEMENKES menunjukkan bahwa prevalensi pemberian ASI Eksklusif di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 54,3%. Pelaksanaan IMD merupakan langkah awal keberhasilan bayi untuk memulai belajar menyusu pertama sehingga ASI tetap diproduksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan IMD terhadap keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur. Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif desain case control dengan pendekatan retrospektif. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling dengan jumlah 42 responden. Pengambilan data dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada hubungan IMD terhadap keberhasilan ASI Eksklusif (p = 0,102) dengan α = 0.05, walaupun tidak ada hubungan diketahui bahwa IMD dapat mempengaruhi lamanya pemberian ASI. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi setiap instansi kesehatan untuk membuat kebijakan tertulis tentang pelaksanaan IMD dan pemberian edukasi mengenai ASI Eksklusif yang akan dimonitoring dan dievaluasi sehingga bagi tenaga kesehatan yang tidak melaksanakan kebijakan tersebut maka akan mendapatkan sanksi. Kata Kunci : Inisiasi Menyusu Dini, Keberhasilan ASI Eksklusif Referensi
: 78 ( tahun 1997 - 2015)
ivi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: REVI AGUSVINA
Tempat, tanggal Lahir
: Tanjung Enim, 19 Agustus 1993
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: BTN Keban Agung Blok J No. 52 RT 007/ RW 003. Kec. Lawang Kidul, Sumatera Selatan
HP
: +6285273099319
E-mail
:
[email protected]
Fakultas/Jurusan
: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi Ilmu Keperawatan
PENDIDIKAN 1. TK Bhayangkari
1998 - 1999
2. SD Negeri 25 Lawang Kidul
1999 - 2005
3. SMP Negeri 3 Lawang Kidul
2005 - 2008
4. SMA Negeri 1 Muara Enim
2008 - 2011
5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2011 - sekarang
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Inisisasi Menyusui Dini (IMD) terhadap Keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur”. Skripsi ini disusun sebagaimana untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta menerapkan dan mengembangkan teori-teori yang penulis peroleh selama kuliah. Melalui penyusunan skripsi ini, banyak hal yang telah penulis peroleh terutama dalam menambah pengetahuan penulis yang berhubungan dengan aplikasi mata kuliah. Sesungguhnya banyak pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan yang tak terhingga nilainya hingga skripsi ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Bapak Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc selaku Ketua Program Studi dan Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Ibu Yenita Agus, M.Kep, Sp.Mat, Ph.D dan Ibu Ratna Pelawati, S.Kep, M.Biomed, selaku Dosen Pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah meluangkan waktu serta memberi arahan dan bimbingan dengan sabar kepada penulis selama proses pembuatan proposal skripsi ini.
4.
Ibu Puspita Palupi, S.Kep.,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.Mat., Ibu Yenita Agus, M.Kep, Sp.Mat, Ph.D dan Ibu Ratna Pelawati, S.Kep, M.Biomed selaku
ix
Dosen Penguji Skripsi, terima kasih sebesar-besarnya atas saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. 5.
Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc, selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah membimbing, menjadi tempat curhat, dan memberi motivasi selama 4 tahun duduk di bangku kuliah.
6.
Segenap Staf Pengajar dan karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada saya selama duduk di bangku kuliah.
7.
Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik serta Perpustakaan Fakultas yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensireferensi sebagai bahan rujukan skripsi.
8.
Staff karyawan Puskesmas Ciputat Timur yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk melakukan penelitian.
9.
Orang tuaku, Bpk. Ahmad Darmawi Fatih dan Ibu Mulyati yang telah mendidik, mencurahkan semua kasih sayang tiada tara, mendo’akan keberhasilan penulis, serta memberikan bantuan baik moril maupun materil kepada penulis selama proses menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa, Kakakku, Novalino Pratama dan seluruh keluargaku yang selalu memberikan semangat tanpa pamrih.
10. Teman-teman FKIK 2011, PSIK 2011, Sahabat-sahabat terbaikku, nadia, azmi, chima, putri, atikoh, nika, lilis, hanik, fiqoh, malika, yang berjalan dan berjuang bersama, memberi inspirasi, menghibur, memberi masukan, dan mengundang tawa saya selama menyelesaikan proposal skripsi ini, serta semua pihak yang telah mendo’akan selama proses pembuatan skripsi ini. Jakarta, Juli 2015
Revi Agusvina
x
DAFTAR ISI
Halaman Halaman Judul ................................................................................................... i Pernyataan Keaslian Karya ................................................................................ ii Abstract .............................................................................................................. iii Abstrak ............................................................................................................... iv Pernyataan Persetujuan ...................................................................................... v Lembar Pengesahan ........................................................................................... vi Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................ viii Kata Pengantar ................................................................................................... ix Daftar Isi ............................................................................................................ xi Daftar Singkatan ................................................................................................ xiv Daftar Tabel ....................................................................................................... xv Daftar Bagan ..................................................................................................... xvi Daftar Lampiran ................................................................................................ xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................. 7 C. Pertanyaan Penelitian ............................................................................ 8 D. Tujuan Penelitian .................................................................................. 8 E. Manfaat Penelitian ................................................................................ 9 F. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ............................................................... 11 1. Pengertian IMD................................................................................. 11 2. Manfaat IMD .................................................................................... 14 3. Perilaku bayi sebelum menyusu ....................................................... 16 4. Syarat-sayarat kondisi ibu dan bayi yang dapat dan tidak dapat
xi
dilakukan IMD .................................................................................. 17 5. Tatalaksana IMD ............................................................................... 19 B. ASI Eksklusif ........................................................................................ 28 1. Definisi ASI Eksklusif ...................................................................... 28 2. Fisiologi Laktasi
............................................................................ 29
3. Komposisi ASI ................................................................................. 33 4. Manfaat ASI ..................................................................................... 39 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi ASI ........ 40 C. Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) ............. 44 D. Kerangka Teori ...................................................................................... 46 BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS A. Kerangka Konsep ................................................................................. 47 B. Definisi Operasional ............................................................................ 48 C. Hipotesis .............................................................................................. 50 BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ................................................................................. 51 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 51 C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 51 D. Instrumen Penelitian ............................................................................ 53 E. Langkah-langkah Pengumpulan Data .................................................. 53 F. Etika Penelitian .................................................................................... 55 G. Pengolahan data ................................................................................... 56 H. Analisis Data ....................................................................................... 57 I. Penyajian Data ..................................................................................... 58 BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum posyandu kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur ..................................................................................................... 59 B. Hasil analisis univariat ......................................................................... 60
xii
C. Hasil analisis bivariat .......................................................................... 63 BAB VI PEMBAHASAN A. Analisi univariat
................................................................................ 64
B. Analisis bivariat .................................................................................... 70 C. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 72 BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran
........................................................................................ 73
.................................................................................................. 74
Daftar Pustaka Lampiran
xiii
DAFTAR SINGKATAN
UIN
: Universitas Islam Negeri
IMD
: Inisiasi Menyusui Dini
SDKI
: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
BPS
: Badan Pusat Statistik
BKKBN
: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
AKN
: Angka Kmeatian Neonatal
AKB
: Angka Kematian Bayi
AKABA
: Angka Kematian Balita
WHO
: World Health Organization
ASI
: Air Susu Ibu
MDGs
: Millennium Development Goals
PASI
: Pemberian Pengganti Susu Ibu
Kemenkes
: Kementrian Kesehatan
RISKESDAS
: Riset Kesehatan Dasar
MP-ASI
: Makanan Pendamping Air Susu Ibu
UNICEF
: United Nations International Children's Emergency Fund
WHO
: World Health Organization
PP
: Peraturan Pemerintah
JNPK-KR
: Jaringan Nasional Pelatihan Klinik – Kesehatan Reproduksi
LMKM
: Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
DEPKES
: Departemen Kesehatan
KESMAS
: Kesehatan Masyarakat
FIL
: Feedback Inhibitor of Lactation
SPK
: Sarana Pelayanan Kesehatan
PP-ASI
: Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu
KP-ASI
: Kelompok Pendukung Air Susu Ibu
RT
: Rumah Tangga
RW
: Rumah Warga
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman 3.1 Definisi Operasional
48
5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur
60
5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Persalinan di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur
61
5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Paritas di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur
61
5.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pelaksanaan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur
62
5.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pelaksanaan IMD di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur
62
5.6 Hasil analina Chi-Square pada desain kasus kontrol
63
xv
DAFTAR BAGAN
Halaman 2.1
Refleks Penghisapan
32
2.2
Kerangka Teori
46
3.1
Kerangka Konsep
47
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumen Perizinan Lampiran 2. Informed Consent Lampiran 3. Kuesioner Lampiran 4. Hasil Olahan SPSS Univariat Lampiran 5. Hasil Olahan SPSS Bivariat Lampiran 6. Rekapitulasi Jawaban Responden pada Kuesioner
xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Kementerian Kesehatan yang dirancang untuk menyediakan data kependudukan, keluarga berencana, dan kesehatan dimana salah satu tujuan dari SDKI 2012 adalah mengukur tingkat dan kecenderungan kematian bayi dan anak. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak adalah Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA). Target penurunan AKB pada MDGs 2015 yaitu sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup maka peningkatan akses dan kualitas pelayanan bagi bayi baru lahir (neonatal) menjadi prioritas utama. Berdasarkan hasil SDKI tahun 2012, AKN pada tahun 2012 sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup menurun dari 20 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2007 dan 23 per 1000 kelahiran hidup berdasarkan hasil SDKI 2002. Perhatian terhadap upaya penurunana AKN (0-28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 56% kematian bayi. Komitmen global dalam MDGs menetapkan pada target ke empat terkait kematian anak yaitu menurunkan angka kematian anak hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990-2015.
1
2
Persentase AKN, AKB dan AKABA untuk lima tahun sebelum survei hasil SDKI 2012 menunjukkan adanya penurunan, namun angka tersebut masih menunjukkan tingkat penurunan yang lebih lambat dalam tahun-tahun akhir. Penyakit penyebab kematian bayi berusia 0-7 hari (early neonatal death) terbanyak adalah premature disertai berat badan lahir rendah dan asfiksia lahir. Penyebab kematian bayi berusia 8-28 hari (late neonatal death) terbanyak adalah infeksi dan feeding problem (Djaja dan Soemantri, 2003). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan AKB yaitu dengan sesegera mungkin memberi kolostrum yang ada dalam Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi baru lahir yang berguna untuk meningkatkan kekebalan tubuh neonatal (Setjaningsih, 2012). Kolostrum merupakan sekresi ASI pertama selama dua sampai tiga hari sesudah persalinan. Kolostrum merupakan makanan pertama bagi bayi yang memiliki nilai nutrisi yang tinggi dan mengandung semua unsur yang diperlukan oleh bayi sebagai antibodi dan anti infeksi (Purwanti, 2004). Bayi yang diberi kesempatan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) lebih dulu mendapatkan kolostrum daripada yang tidak diberi kesempatan (Roesli, 2012). IMD adalah proses membiarkan bayi menyusu sendiri setelah kelahiran. Bayi diletakkan di dada ibunya dan bayi itu sendiri dengan segala upayanya mencari puting untuk segera menyusu. Jangka waktunya adalah sesegera mungkin setelah melahirkan. IMD sangat penting tidak hanya untuk bayi, namun juga bagi ibu (Yuliarti, 2010).
3
Menurut hasil penelitian Righard (1990) dalam Roesli (2014) bahwa bayi yang baru lahir memiliki respon menyusu lebih baik. Pada usia kurang dari 30 menit bayi harus segera didekatkan kepada ibu dengan cara menempelkan bayi pada payudara ibu. Hal ini dilakukan bukan untuk pemberian nutrisi tetapi untuk belajar menyusui guna mempersiapkan payudara ibu mulai memproduksi ASI. Selain itu, gerakan untuk mengisap pada bayi baru lahir akan mencapai puncaknya pada waktu berusia 20-30 menit, sehingga apabila terlambat menyusui refleks ini akan berkurang dan melemah (Fikawati dan Syafiq, 2003). Penelitian di Ghana yang dilakukan oleh Edmond (2006) dengan melibatkan 10.947 bayi menyatakan bahwa kesempatan menyusu dalam satu jam pertama dengan dibiarkan kontak kulit ke kulit ibu (setidaknya selama satu jam) maka 22% nyawa bayi dibawah 28 hari dapat diselamatkan. Menurut Roesli (2012) persentase kematian balita dapat dicegah dengan beberapa intervensi yaitu IMD, menyusui eksklusif enam bulan dan diteruskan dengan memberikan makanan pendamping ASI (MPASI). IMD dapat mengurangi 22% kematian bayi 28 hari dari sekitar 40% kematian balita yang terjadi pada satu bulan pertama kehidupan bayi. Berarti IMD mengurangi angka kematian balita 8,8% (Roesli, 2012). IMD juga berperan dalam meningkatkan keberhasilan menyusu eksklusif dan lama menyusu sampai dua tahun. Hasil penelitian Dinartiana dan Sumini (2011) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pelaksanaan IMD dengan keberhasilan ASI eksklusif pada ibu yang mempunyai bayi usia 7-12 bulan di Kelurahan Gunungpati Kota Semarang.
4
Ibu yang menyusui lebih dari 1 jam pasca-persalinan berisiko memberikan makanan prelaktal 4,87 kali dibanding ibu yang menyusui kurang dari 1 jam pasca melahirkan (Rosha,dkk, 2013). Penelitian Susanti (2011) menunjukkan bahwa rata-rata waktu keluarnya ASI pada ibu yang melakukan IMD adalah 11,29 jam sedangkan pada ibu yang tidak melakukan IMD adalah 36,7 jam. Hal ini dibuktikan dengan adanya teori bahwa isapan bayi dapat meningkatkan kadar hormon prolaktin,
yaitu
hormon
yang
merangsang
kelenjar
susu
untuk
memproduksi ASI (Yuliarti, 2010). Menyusui eksklusif enam bulan dan tetap diberi ASI sampai 11 bulan saja dengan makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada usia enam bulan menurunkan kematian balita sebanyak 13% (Roesli, 2012). Pemberian pengganti susu ibu (PASI) sebelum anak berumur enam bulan tidak dianjurkan, karena dapat meningkatkan kemungkinan terkontaminasi dan meningkatkan risiko terkena penyakit khususnya diare (SDKI, 2012). Bayi yang tidak diberi ASI memiliki risiko lebih besar enam kali lipat untuk meninggal akibat penyakit menular (termasuk diare) dalam dua bulan pertama kehidupan dibandingkan mereka yang mendapatkan ASI (WHO 2000, dalam Jennifer dan Muthukumar, 2012). Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 54,3%, sedikit meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar 48,6% (Kemenkes, 2014). Sedangkan, persentase proses mulai mendapat ASI kurang dari satu jam pada anak umur 0-23 bulan di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 34,5%
5
(RISKESDAS, 2013). UNICEF dan WHO (2014) membuat rekomendasi pada ibu untuk menyusui eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya. Sesudah umur 6 bulan, bayi baru dapat diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan ibu tetap memberikan ASI sampai anak berumur minimal 2 tahun. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan
juga
merekomendasikan para ibu untuk menyusui eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya (RISKESDAS, 2013). Pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam memecahkan masalah terkait pencapaian cakupan ASI eksklusif di Indonesia. Selain itu, Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang merekomendasikan IMD sebagai
tindakan
“penyelamatan
kehidupan”,
karena
IMD
dapat
menyelamatkan 22% dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan (Kemenkes, 2014). Menurut agama islam menyusukan bayi adalah hak seorang ibu . Ini telah ditegaskan oleh Allah swt., Allah Ta’ala berfirman…
َوَاﻟْﻮَاﻟِﺪَاتُ ﯾُﺮْﺿِﻌْﻦَ أَوْﻻَدَھُﻦﱠ ﺣَﻮْﻟَﯿْﻦِ ﻛَﺎﻣِﻠَﯿْﻦِ ﻟِﻤَﻦْ أَرَادَ أَن ﯾُﺘِﻢﱠ اﻟﺮﱠﺿَﺎﻋَﺔ وَﻋَﻠَﻰ اﻟْﻤَﻮْﻟُﻮدِ ﻟَﮫُ رِزْﻗُﮭُﻦﱠ وَﻛِﺴْﻮَﺗُﮭُﻦﱠ ﺑِﺎﻟْﻤَﻌْﺮُوفِ ﻻَ ﺗُﻜَﻠﱠﻒُ ﻧَﻔْﺲٌ إِﻻﱠ ُوُﺳْﻌَﮭَﺎ ﻻَ ﺗُﻀَﺂرﱠ وَاﻟِﺪَةُ ﺑِﻮَﻟَﺪِھَﺎ وَﻻَ ﻣَﻮْﻟُﻮدُ◌ُﻟﱠﮫُ ﺑِﻮَﻟَﺪِهِ وَﻋَﻠَﻰ اﻟْﻮَارِثِ ﻣِﺜْﻞ ْذَﻟِﻚَ ﻓَﺈِﻧْﺄَرَادَا ﻓِﺼَﺎﻻً ﻋَﻦ ﺗَﺮَاضٍ ﻣِّﻨْﮭُﻤَﺎ وَﺗَﺸَﺎوُرٍ ﻓَﻼَ ﺟُﻨَﺎحَ ﻋَﻠَﯿْﮭِﻤَﺎ وَإِن أَرَدْﺗُﻢْ أَن ﺗَﺴْﺘَﺮْﺿِﻌُﻮا أَوْﻻَدَﻛُﻢْ ﻓَﻼَ ﺟُﻨَﺎحَ ﻋَﻠَﯿْﻜُﻢْ إِذَا ﺳَﻠﱠﻤْﺘُﻢ ﻣﱠﺂءَاﺗَﯿْﺘُﻢ }233 {ُ◌ُﺑِﺎﻟْﻤَﻌْﺮُوفِ وَاﺗﱠﻘُﻮا ﷲَ وَاﻋْﻠَﻤُﻮا أَنﱠ ﷲَ ﺑِﻤَﺎ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮنَ ﺑَﺼِﯿﺮ “ Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut.
6
Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya, dan janganlah pula seorang ayah (menderita) karena anaknya. Ahli waris pun berkewajiban seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Baqarah (2): 233). Penyusuan merupakan hak yang perlu bagi seorang anak, maka sangat dianjurkan agar ibu menyempurnakan penyusuan tersebut. Menurut mazhab shafie ulama menetapkan bahwa ibu hendaklah menyusukan anaknya dengan air susu permulaan yang keluar sebaik setelah anak dilahirkan. Air susu permulaan yang disebut al-laba’ akan menjadikan tubuh anak kuat dan tegap serta akan lebih terhindar daripada jangkitan kuman penyakit (Yusuf, 2002). Pentingnya ASI sudah tercantum dengan jelas dalam firman Allah swt., mengenai pentingnya air susu pertama bagi anak karena bahwasannya ketika Allah memerintahkan sesuatu maka lakukanlah karena itu pasti lebih banyak manfaatnya. Berdasarkan
hasil
survei
yang
dilakukan
peneliti
dengan
menanyakan pelaksanaan IMD kepada tenaga kesehatan di Puskesmas Ciputat Timur bahwa IMD selalu dilakukan kepada semua ibu bersalin dengan syarat bahwa kondisi ibu dan bayi sehat. Akan tetapi, hal ini berbeda ketika peneliti menanyakan kepada ibu yang baru saja bersalin di Puskesmas Ciputat Timur bahwa masih ada ibu yang tidak dilakukan IMD, padahal kondisi ibu dan bayi pada saat itu dalam keadaan sehat. Jadi, tidak semua ibu yang melakukan persalinan di Puskesmas Ciputat Timur
7
dilakukan IMD. Selain itu, masih sedikitnya ibu yang memberikan ASI Eksklusif di Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur sebanyak 60%. Beberapa penelitian menyatakan bahwa ibu yang melaksanakan IMD adalah faktor pemungkin yang kuat terhadap keberhasilan ASI eksklusif (Dinartiana dan Sumini, 2011; Fikawati dan Syafiq, 2009). Namun, hasil tersebut berbeda dengan penelitian Sari (2012) dimana tidak ada perbedaan pola pemberian ASI (pemberian kolostrum, pemberian pralakteal, pemberian ASI eksklusif, frekuensi dan lama pemberian ASI) antara Ibu IMD dan tidak IMD. Perbedaan hasil penelitian tersebut menarik peneliti untuk mengetahui lebih lanjut ada atau tidaknya hubungan pelaksanaan IMD terhadap keberhasilan ASI ekslusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur. B. Rumusan Masalah Beberapa penelitian menyatakan bahwa ibu yang melaksanakan IMD adalah faktor pemungkin yang kuat terhadap keberhasilan ASI eksklusif (Dinartiana dan Sumini, 2011; Fikawati dan Syafiq, 2009). Namun, hasil tersebut berbeda dengan penelitian Sari (2012) dimana tidak ada perbedaan pola pemberian ASI (pemberian kolostrum, pemberian pralakteal, pemberian ASI eksklusif, frekuensi dan lama pemberian ASI) antara Ibu IMD dan tidak IMD. Perbedaan hasil penelitian tersebut menarik peneliti untuk mengetahui lebih lanjut ada atau tidaknya hubungan pelaksanaan IMD terhadap keberhasilan ASI ekslusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur.
8
C. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran karakteristik (usia, jenis persalinan dan paritas) responden di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur? 2. Bagaimana persentase IMD di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur? 3. Bagaimana persentase keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur? 4. Bagaimana hubungan IMD terhadap keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur ? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan IMD terhadap keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur. 2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran karakteristik responden di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur 2. Mengetahui persentase IMD di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur. 3. Mengetahui persentase keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur. 4. Mengetahui hubungan IMD terhadap keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur.
9
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas Ciputat Timur Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan di Puskesmas Ciputat Timur tentang
pentingnya
penatalaksanaan IMD serta pentingnya penyuluhan mengenai manfaat ASI Eksklusif kepada para Ibu. Ketika penatalaksanaan IMD terlaksana dengan baik dan penyuluhan ASI Eksklusif terus dilakukan, maka secara tidak langsung pihak puskesmas telah ikut serta menurunkan AKN, AKB dan meningkatkan pemberian ASI Ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur sehingga bayi mendapatkan asupan nutrisi terbaik dari ibu yaitu ASI dengan komposisi gizi yang sangat baik untuk tumbuh kembang bayi. 2. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi baru guna meningkatkan pengetahuan dan melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan teori dan penelitian terbaru khususnya mengenai asuhan ibu bersalin dan pemberian nutrisi pada bayi. Pada asuhan ibu bersalin, tidak hanya mementingkan proses persalinan saja tapi juga memperhatikan tindakan apa yang akan dilakukan kepada ibu dan bayi pasca persalinan. 3. Bagi Pembaca Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca tentang pentingnya pelaksanaan IMD dan manfaat ASI eksklusif sehingga pembaca dapat menyebarkan informasi ini kepada
10
orang-orang terdekat khususnya para ibu dan calon ibu agar mereka memahami cara menyusui dan gizi yang terbaik untuk bayi dan termotivasi untuk melakukan IMD dan memberikan ASI eksklusif demi kesehatan bayi maupun ibu. F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah yang bertujuan untuk mengetahui hubungan IMD terhadap keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik kuantitatif case control dengan menggunakan pendekatan retrospektif. Subjek yang akan diteliti adalah ibu dengan bayi usia di 6 - 7 bulan di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur. Waktu penelitian dari bulan Mei sampai Juni 2015.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 1. Pengertian IMD IMD merupakan kemampuan bayi mulai menyusu sendiri segera setelah dia dilahirkan. Pada prinsipnya IMD merupakan kontak langsung antara kulit ibu dan kulit bayi, bayi segera ditengkurapkan di dada atau di perut ibu setelah seluruh badan dikeringkan (bukan dimandikan), kecuali pada telapak tangannya. Kedua telapak tangan bayi dibiarkan tetap terkena cairan ketuban karena bau dan rasa cairan ketuban ini sama dengan bau yang dikeluarkan payudara ibu yang akan menuntun bayi untuk menemukan puting (Siswosuharjo dan Chakrawati, 2010). Menurut UNICEF dan WHO (2014) IMD dilakukan satu jam pertama setelah kelahiran. Pengertian IMD menurut Kemenkes (2014) adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak dituntun ke puting susu). Dua puluh empat jam pertama setelah ibu melahirkan adalah saat yang sangat penting untuk keberhasilan menyusui selanjutnya. Pada jam-jam pertama setelah melahirkan dikeluarkan hormon oksitosin yang bertanggung jawab terhadap produksi ASI. Menurut pokok-pokok Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif IMD adalah suatu proses dimana bayi begitu dilahirkan dari rahim ibu, tanpa dimandikan
11
12
terlebih dahulu segera diletakkan pada perut dan dada ibu dengan kulit bayi melekat atau bersentuhan langsung pada kulit ibu. Proses ini dilakukan sekurangnya selama 1 jam dan /atau sampai dengan bayi berhasil meraih puting ibu untuk menyusu langsung sesuai kebutuhannya atau lamanya menyusu saat IMD ditentukan oleh bayi. IMD dapat dilakukan dalam semua jenis kelahiran normal maupun dengan bantuan vakum atau operasi. IMD adalah pemberian air susu ibu dimulai sedini mungkin segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Biarkan kontak kulit bayi ke kulit ibu menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih sampai bayi dapat menyusu sendiri (JNPK-KR 2007 dalam Martini, 2012) Berdasarkan berbagai pengertian IMD diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa IMD adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan tanpa dimandikan terlebih dahulu, seluruh badan bayi dikeringkan kecuali telapak tangannya, bayi diletakkan tengkurap di dada ibu dengan kontak langsung antara kulit bayi dan kulit ibu setidaknya selama satu jam sampai dengan bayi berhasil meraih puting ibu untuk menyusu langsung sesuai kebutuhannya atau lamanya menyusu saat IMD ditentukan oleh bayi. IMD disebut juga sebagai proses Breast Crawl atau merangkak mencari payudara. Ada beberapa hal yang menyebabkan bayi mampu menemukan sendiri puting ibunya dan mulai menyusu (Aprilia, 2010).
13
a. Sensory Inputs Sensory Inputs terdiri dari: 1) Indra penciuman yaitu bayi sensitif terhadap bau khas ibunya setelah melahirkan. 2) Indra penglihatan, karena bayi baru dapat mengenal pola hitam dan putih, bayi akan mengenali puting dan wilayah areola payudara ibunya karena warna gelapnya. 3) Indra pengecap, bayi mampu merasakan cairan amniotik yang melekat pada jari-jari tangannya. 4) Indra pendengaran, sejak dari dalam kandungan ia paling mengenal suara ibunya. 5) Indra perasa dilakukan melalui sentuhan kulit ke kulit yang akan memberi kehangatan dan rangsangan lainnya. b. Central component Otak bayi yang baru lahir sudah siap segera mengeksplorasi lingkungannya dan lingkungan yang paling dikenalnya adalah tubuh ibunya. Rangsangan ini harus segera dilakukan karena jika terlalu lama dibiarkan, bayi akan kehilangan kemampuan ini. Inilah yang menyebabkan bayi yang langsung dipisah dari ibunya sering menangis daripada bayi yang langsung ditempelkan ke tubuh ibunya. c. Motor outputs Gerak bayi yang merangkak di atas tubuh ibunya adalah gerak yang paling alamiah yang dapat dilakukan bayi setelah lahir.
14
Selain berusaha mencapai puting ibunya, gerakan ini juga memberi banyak manfaat untuk sang ibu, misalnya mendorong pelepasan plasenta dan mengurangi perdarahan pada rahim. Motor output dalam prosedur IMD terdiri dari dua komponen utama 1) Kontak antar kulit ibu dan bayi (skin to skin) 2) Upaya menyusu (sucking). Sucking atau refleks menghisap yaitu upaya bayi mencapai puting payudara ibu dan bayi akan menghisap puting ibu dengan sendirinya (Aritonang dan Priharsiwi, 2006). 2. Manfaat IMD Manfaat kontak kulit dengan kulit segera setelah lahir dan bayi menyusu sendiri dalam satu jam pertama kehidupan (Roesli, 2012): a. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara. b. Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil. c. Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya dan dia akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan bakteri baik dari kulit ibu. Bakteri baik ini akan berkembang biak membentuk koloni di kulit dan usus bayi, menyaingi bakteri jahat dari lingkungan. d. Ikatan kasih sayang (Bonding) antara ibu-bayi akan lebih baik karena pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu,
15
biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama. Pemberian ASI lebih awal dapat membantu bayi untuk belajar menyusu (UNICEF, 2015) e. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui eksklusif dan akan lebih lama disusui. Menunda permulaan menyusu lebih dari satu jam menyebabkan kesukaran menyusui. f. Pelekatan bayi pada ibu dan penghisapan puting ibu merangsang pengeluaran horman oksitosin dan prolaktin. Hormon prolaktin akan merangsang produksi ASI. Sedangkan, fungsi hormon oksitosin adalah: 1) Membantu rahim berkontraksi sehingga membantu pengeluaran ari-ari (plasenta) dan mengurangi perdarahan ibu. 2) Merangsang produksi hormon lain yang membuat ibu menjadi lebih rileks, lebih mencintai bayinya, meningkatkan ambang nyeri, dan perasaan sangat bahagia. 3) Menenangkan ibu dan bayi serta mendekatkan mereka berdua. 4) Merangsang pengaliran ASI dari payudara. Jika dirangsang oleh hormon oksitosin, otot yang melingkari pabrik ASI ini akan mengerut (berkontraksi) dan menyemprotkan ASI dari pabrik ASI ke saluran ASI (Roesli, 2009). g. Bayi mendapatkan ASI kolostrum yaitu ASI yang pertama kali keluar. Bayi yang diberi kesempatan inisiasi menyusu dini lebih dulu mendapatkan kolostrum daripada yang tidak diberi kesempatan. Menurut
Queensland
Maternity
and
Neonatal
Clinical
Guidelines Program (2010) kontak kulit ke kulit memiliki beberapa
16
manfaat bagi ibu dan bayi. Manfaat bagi ibu yaitu menstimulus pelepasan oksitosin yang akan meminimalkan kehilangan darah, mengurangi kecemasan, meningkatkan ikatan emosional ibu dan bayi, serta dapat mencegah atau meringankan masalah menyusui (misalnya pembengkakan, puting sakit). Sedangkan manfaat bagi bayi yaitu menjaga suhu tubuh agar tetap hangat, mengurangi lamanya waktu menangis,
meningkatkan
interaksi
dengan
ibu,
meningkatkan
kebiasaan menyusu sejak lahir, meningkatkan durasi menyusu, dan menjaga kadar glukosa darah normal. 3. Perilaku Bayi Sebelum Menyusu Semua bayi akan melalui 5 tahapan yang sama saat IMD, antara lain (Yuliarti, 2010 ; Roesli, 2012) : a.
Selama 30 menit pertama merupakan stadium istirahat/diam dalam keadaan siaga. Bayi diam tidak bergerak. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan di luar kandungan. Bonding (hubungan kasih sayang) ini merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman serta meningkatkan kepercayaan diri ibu dan ayah terhadap kemampuan keberhasilan menyusui (Roesli, 2012)
b.
Antara 30 - 40 menit sesudah bayi tenang, bayi akan mengecap bagian atas telapak tangannya. Bau di telapak tangan mirip dengan ASI yang akan keluar. Jadi, bau ini memandu bayi untuk mencari puting susu ibunya. Oleh karena itu, saat membersihkan bayi, bagian atas telapak tangannya jangan dikeringkan.
17
c.
Menekan di atas perut tepat diatas rahim guna menghentikan perdarahan. Hal tersebut dapat membantu mengecilkan kontraksi rahim.
d.
Bayi mulai bergerak ke arah payudara dan menekan payudara dan hal tersebut akan merangsang susu keluar. Sambil bergerak, ia menjilat dan mengambil bakteri dari kulit ibunya. Seberapa banyak ia menjilat cuma ia yang tahu berapa kebutuhannya akan bakteri yang masuk ke pencernaaannya itu dan menjadi bakteri Lactibacillus. Ia kulum dulu, kemudian dijilat sampai ia yakin okstitusi ibunya cukup, baru dia naik ke atas. Jadi, hanya ia yang tahu.
e.
Setelah merasa cukup maka ia akan bergerak ke arah puting susu sampai menemukannya. Pada saat tersebut, tidak mesti ASI keluar yang penting ia telah mencapai puting dan mulai menghisap. Walaupun ia sudah menemukan puting susu ibunya, biarkan selama 1 jam untuk proses skin to skin contact.
4. Syarat-syarat ibu dan bayi yang dapat dan tidak dapat dilakukan IMD Syarat dilakukannya IMD adalah apabila ibu dan bayi dalam keadaan sehat, bugar, tidak gawat darurat, meskipun kelahiran dilakukan melalui operasi caesar, IMD tetap bisa dilakukan (Info, 2013). Menurut PP No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI eksklusif bahwa pelaksanaan IMD ini dapat tidak dilaksanakan apabila terdapat indikasi medis demi keselamatan ibu dan bayi.
18
Sekalipun upaya untuk memberikan ASI digalakkan tetapi pada beberapa kasus pemberian ASI tidak dibenarkan (Manuaba, 1998) a. Faktor dari ibu Ibu dengan penyakit jantung yang berat akan menambah beratnya penyakit ibu, ibu dengan preeklampsia dan eklampsia, karena banyaknya
obat-obatan yang telah diberikan, sehingga dapat
mempengaruhi bayinya, penyakit infeksi berat pada payudara, sehingga kemungkinan menular pada bayinya, karsinoma payudara mungkin dapat menimbulkan metastasis, ibu dengan psikosis, dengan pertimbangan kesadaran ibu sulit diperkirakan sehingga dapat membahayakan bayi, ibu dengan infeksi virus, ibu dengan TBC atau lepra. b. Faktor dari bayi Bayi dalam keadaan kejang-kejang yang dapat menimbulkan bahaya aspirasi ASI, bayi yang menderita sakit berat dengan pertimbangan dokter anak tidak dibenarkan untuk mendapatkan ASI, bayi premature dan
berat badan lahir rendah karena refleks
menelannya sulit hingga bahaya aspirasi mengancam. Refleks menangkap puting mulai ada di usia kehamilan 32 minggu. Koordinasi menghisap, menelan dan bernafas mulai muncul di usia kehamilan 32 dan 35 minggu. Sebagian besar bayi bisa menetek dengan baik jika di usia kehamilan 36 minggu (Karnadi, 2014). Bayi dengan cacat bawaan yang
tidak
mungkin
menelan
(labiokisis,
palatognatokisis,
19
libiognatopalatokisis), bayi yang tidak dapat menerima ASI, penyakit metabolisme seperti alergi ASI. c. Keadaaan patologis pada payudara Pada rawat gabung dapat diharapkan bahwa kemungkinan stagnasi ASI yang dapat menimbulkan infeksi dan abses dapat dihindari. Sekalipun demikian masih ada keadaan patologis payudara yang memerlukan konsultasi dokter sehingga tidak merugikan ibu dan bayinya. Keadaan patologis yang memerlukan konsultasi adalah infeksi payudara, terdapat abses yang memerlukan insisi, terdapat benjolan payudara yang membesar saat hamil dan menyusui, ASI yang bercampur dengan darah. 5. Tatalaksana IMD Berikut macam-macam pelaksanaan IMD : a. IMD yang kurang tepat (Roesli, 2012) : 1) Begitu lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain kering 2) Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong, lalu diikat. 3) Bayi dibedong dengan selimut bayi karena takut kedinginan 4) Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan di dada ibu untuk beberapa lama (10-15 menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perinium.
20
5) Selanjutnya, bayi diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan puting susu ke mulut bayi. 6) Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi suntikan vitamin K, dan kadang diberi tetes mata. b. IMD secara umum (Roesli, 2012) : 1) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan. 2) Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan. 3) Bagitu bayi lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering 4) Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua tangannya. 5) Tali pusat dipotong, lalu diikat 6) Zat lemak putih (vernix) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi. 7) Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya. Sering kita khawatir bayi kedinginan.
21
8) Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu. 9) Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tandatanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama. 10) Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif, misalnya suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi dapat ditunda. Secara fisiologis kadar faktor koagulasi yang tergantung vitamin K dalam tali pusat sekitar 50% dan akan menurun dengan cepat mencapai titik terendah dalam 48-72 jam setelah kelahiran (Kemenkes RI, 2011). 11) Rawat gabung yaitu ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama 24 jam ibu dan bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu. Pemberian minuman prelaktal (cairan yang diberikan sebelum ASI keluar) dihindarkan. c. IMD pada operasi Caesar (Roesli, 2012) :
22
Ada perbedaan waktu keberhasilan pelaksanaan program IMD antara persalinan caesar dengan persalinan normal. Pada 24 responden yang diteliti untuk masing-masing jenis persalinan. Pada kelompok yang menjalani persalinan normal presentase keberhasilan melakukan program IMD adalah 87,5%, dan 12,5% tidak berhasil melakukan program IMD. Sedangkan pada kelompok yang menjalani persalinan caesar presentase 4,2% keberhasilan IMD dan 95,8% tidak berhasil melakukan IMD (Arifah, 2009). Selain itu, pengeluaran ASI juga lebih cepat pada ibu post partum normal dibandingkan ibu post sectio caesarea. Hal ini diantaranya disebabkan karena ibu post sectio caesarea mengalami nyeri luka setelah operasi yang mengganggu pengeluaran oksitosin dalam merangsang refleks aliran ASI dan efek anestesi (Desmawati, 2010). Upaya bayi merangkak mencari payudara secara standar pasti tidak dapat dilakukan pada persalinan operasi Caesar. Namun, jika diberikan anestesi spinal atau epidural, ibu dalam keadaan sadar sehingga dapat segera memberi respons pada bayi. Usahakan menyusus pertama dilakukan di kamar operasi. Jika keadaaan ibu atau bayi belum memungkinkan, bayi diberikan pada ibu pada kesempatan yang tercepat (Roesli, 2012). Jika dilakukan anestesi umum, kontak dapat terjadi di ruang pulih saat ibu sudah dapat merespons walaupun masih mengantuk atau dalam pengaruh obat bius. Sementara menunggu ibu sadar,
23
ayah dapat menggantikan ibu untuk memberikan kontak kulit dengan kulit sehingga bayi tetap hangat (Roesli, 2012). Berdasarkan keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
450/MENKES/SK/IV/2004 yang tercantum dalam Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) bahwa apabila ibu mendapat operasi Caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar. Berikut tatalaksana IMD pada operasi caesar : 1) Tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif 2) Jika memungkinkan, diusahakan suhu ruangan 200-250 C. Sediakan selimut dan topi bayi untuk mengurangi hilangnya panas dari kepala bayi. 3) Tatalaksana selanjutnya sama dengan tatalaksana IMD secara umum diatas 4) Jika inisiasi dini belum terjadi di kamar bersalin, kamar operasi atau bayi harus dipindah sebelum satu jam maka bayi tetap diletakkan di dada ibu ketika dipindahkan ke kamar perawatan atau pemulihan. Menyusu dini dilanjutkan di kamar perawatan ibu atau kamar pulih. d. IMD pada bayi gemelli (Selasi 2009 dalam Juliastuti, 2011) : 1) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu di kamar bersalin 2) Bayi pertama lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya, tanpa menghilangkan vernix. Mulut dan hidung bayi dibersihkan, tali pusat diikat.
24
3) Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi di tengkurangpkan di dada-perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu. Keduanya diselimuti bayi dapat diberi topi 4) Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi mencari puting sendiri 5) Bila ibu merasa akan melahirkan bayi kedua berikan bayi pertama pada ayah. Ayah memeluk bayi dengan kulit bayi melekat pada kulit ayah seperti pada perawatan metoda kanguru. Keduanya ditutupi baju ayah 6) Bayi kedua lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya tanpa menghilangkan vernix. Mulut dan hidung dibersihkan, tali pusat diikat 7) Bila bayi kedua tidak memerlukan resusitasi, bayi kedua ditengkurapkan di dada-perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Letakkan kembali bayi pertama di dada ibu berdampingan dengan saudaranya, ibu dan kedua bayinya diselimuti. Bayi-bayi dapat diberi topi. 8) Biarkan kulit kedua bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama paling tidak satu jam, bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan kulit ibu-bayi bersentuhan sampai setidaknya 1 jam 9) Bila dalam satu jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan mendekatkan bayi ke puting tapi jangan memasukkan
25
puting ke mulut bayi. Beri waktu 30 menit atau 1 jam lagi kulit melekat pada kulit 10) Rawat gabung ibu dan bayi dalam jangkauan ibu selama 24 jam. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis. e. Langkah IMD dalam Asuhan Bayi Baru Lahir (JNPK-KR 2008, dalam Martini, 2012) Langkah 1: Lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan 1)
Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran
2) Letakkan bayi diperut bawah ibu 3) Nilai bayi apakah memerlukan resusitasi atau tidak (2 detik) 4) Setelah itu keringkan bayi, mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lain yang halus tanpa membersihkan vernix. 5) Tidak mengeringkan tangan bayi 6) Membersihkan lendir dengan kain bersih 7) Melakukan rangsangan taktil Langkah 2: Lakukan kontak kulit dengan kulit selama paling sedikit satu jam 1) Lakukan penjepitan tali pusat 2) Lakukan pemotongan tali pusat 3) Lakukan pengikatan tali pusat 4) Letakkan bayi tengkurap didada ibu 5) Menyelimuti ibu dan bayi
26
6) Membiarkan ibu dan bayi melakukan kontak kulit ke kulit dada ibu paling sedikit 1 jam 7) Tidak membasuh/menyeka payudara ibu sebelum bayi menyusu 8) Melakukan manajemen aktif kala III Langkah 3: biarkan bayi mencari dan menemukan puting susu dan mulai menyusu 1) Membiarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai menyusu 2) Tidak menginterupsi menyusui/memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara yang lain. 3) Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal sampai bayi selesai menyusu, seperti : menimbang, pemberian antibiotika salep mata, vitamin K1 dan lain lain 4) Ibu dan bayi tidak dipindahkan ke ruang lain sampai IMD selesai. 5) Jika
bayi
belum
menyusu
dalam
waktu
satu
jam
memposisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu 6) Jika
dalam
waktu
dua
jam
bayi
belum
menyusu,
memindahkan ibu keruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu 7) Menempatkan ibu dan bayi dalam ruangan yang sama f. Beberapa hal yang perlu diketahui dalam pelaksanaan IMD
27
1) Menurut penelitian Bergman (2005) dalam Roesli (2012), kulit dada ibu yang melahirkan satu derajat lebih panas dari ibu yang tidak melahirkan. Jika bayinya kedinginan, suhu kulit ibu otomatis naik dua derajat untuk menghangatkan bayi. Jika bayi kepanasan, suhu kulit ibu otomatis turun satu derajat untuk mendinginkan bayinya. Kulit ibu bersifat termoregulator atau thermal sinchrony bagi suhu bayi. 2) Menurut Roesli (2012) tentang pengalaman IMD dari berbagai macam jenis persalinan dengan durasi waktu IMD lebih kurang satu jam. Pada kelahiran normal bayi menemukan puting susu ibunya pada usia 40 menit. Kemudian untuk kelahiran vakum ektraksi bayi berhasil menemukan payudara dan puting ibunya dan menyusu dengan baik pada usia 45 menit. Sedangkan pada operasi caesar tidak menjadi hambatan ibu untuk melakukan IMD, bayi mampu menemukan puting susu ibunya pada usia 60 menit dan menyusu dengan baik pada usia 72 menit. 3) Ada
beberapa
intervensi
yang
dapat
mengganggu
kemampuan alami bayi untuk mencari dan menemukan sendiri payudara ibunya yaitu kelahiran dengan obat-obatan atau tindakan, seperti caesar, vakum, forcep, bahkan perasaan sakit saat di daerah episiotomi, tetapi yang penting dari semua itu bahwa baik keluarga maupun tenaga kesehatan mengetahui informasi ini dan dianjurkan agar menciptakan
28
suasana yang tenang, nyaman dan penuh kesabaran untuk memberi kesempatan bayi merangkak mencari payudara ibu atau “ the breast crawl “ (Roesli, 2012). B. ASI Eksklusif 1. Pengertian ASI Eksklusif Kata eksklusif, diambil dari kata bahasa Inggris, exclusive yang menurut kamus (John M.Echols & Hassan Shadily dalam Budiasih, 2008) artinya sendirian, tidak disertai dengan yang lain, terpisah dari yang lain. Dengan demikian, pemberian ASI Eksklusif diartikan sebagai pemberian ASI sepenuhnya tanpa disertai tambahan atau selingan apa pun sejak bayi lahir hingga umur tertentu (Budiasih, 2008). Menurut RISKESDAS (2013) kriteria menyusu eksklusif ditegakkan bila anak umur 0-6 bulan hanya diberi ASI saja pada 24 jam terakhir dan tidak diberi makanan dan minuman lain selain ASI. Pemberian
ASI
Eksklusif
sudah
dikampanyekan
sejak
November 1990 atas komitmen dari UNICEF yang disepakati oleh Departemen Kesahatan. Awalnya, ASI eksklusif disarankan untuk 4 atau 6 bulan. Kini, dengan berkembangnya pengetahuan tentang keunggulan
ASI
Eksklusif
dan
kesesuaian
dengan
kesiapan
pencernaan bayi, pemberi ASI eksklusif ditegaskan hingga bayi berusia 6 bulan (Budiasih, 2008). Alasan pemberian makanan tambahan pada usia enam bulan adalah (Purwanti, 2004):
29
a. Berdasarkan hasil penelitian jumlah komposisi ASI masih cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi apabila ASI diberikan secara tepat dan benar sampai bayi berumur enam bulan. b. Bayi pada saat berumur enam bulan sistem pencernaannya mulai matur. Jaringan pada usus halus bayi pada umumnya seperti saringan pasir. Pori-porinya berongga sehingga memungkinkan bentuk protein ataupun kuman akan langsung masuk dalam sistem peredaran darah dan dapat menimbulkan alergi. Pori-pori dalam usus bayi ini akan tertutup rapat setelah bayi berumur enam bulan. Dengan demikian, usus bayi setelah berumur enam bulan mampu menolak faktor alergi ataupun kuman yang masuk. 2. Fisiologi Laktasi Payudara pada wanita yang tidak hamil terutama terdiri dari jaringan lemak dan sistem duktus rudimenter. Ukuran payudara ditentukan oleh jumlah jaringan lemak yang tidak ada kaitannya dengan kemampuan menghasilkan air susu (Sherwood, 2011 ). Pada masa kehamilan di tiga bulan pertama, terjadi tumbuh kembang sistem kelenjar payudara sebagai persiapan memberikan ASI. Tiga bulan berikutnya, pertumbuhan tubuloalveolus mendominasi, stroma mama terdesak dan digantikan oleh lobus payudara yang berkembang dengan jalan hiperplasia dan hipertropi selnya. Alveolus dilapisi oleh sel tunggal untuk membentuk ASI. Pada akhir kehamilan, lumen alveolus telah berisi protein yang berasal dari deskuamasi sel epitel alveolus dan lekosit (Manuaba, dkk, 2007).
30
Kemudian, pada masa post partum segera setelah persalinan, besar sel alveolus makin bertambah dan disertai peningkatan organ sekresinya dalam 48 jam sel menjadi lebih lebar, penuh dengan retikulum endoplasmik, sel golgi, terdapat mikrovili pada ujungnya. Alveoli penuh dengan ASI sehingga sel alveoli menjadi datar dan tertekan. Bila ASI tidak diisap maka sel alveolus akan mengalami nekrosis dan dapat menimbulkan masalah. Peredaran darah akan meningkat segera setelah persalinan sehingga pembentukan ASI dapat berlangsung dengan cukup baik (Manuaba, dkk, 2007). Hormon
yang
berperan
dalam
proses
laktasi
yaitu
(UNICEF,2010): a. Prolaktin Prolaktin sebagai hormon yang merangsang produksi ASI. Fungsi hormon ini tergantung pada waktu menyusui. Hal yang perlu diperhatikan yaitu anjurkan kontak payudara dan kulit dalam waktu yang lama dan sering untuk merangsang produksi ASI, anjurkan menyusu
dini
dan
pastikan
pelekatan
yang
efektif
untuk
memaksimalkan produksi ASI serta berikan ASI selama bayi menginginkan. b. Oksitosin Oksitosin sebagai hormon yang merangsang pengeluaran ASI. Menyusui merangsang pelepasan oksitosin untuk melancarkan pengeluaran ASI. Selain itu penglihatan, suara dan sentuhan bayi
31
juga meningkatkan pengeluaran ASI. Oksitosin juga menimbulkan ketenangan tetapi akan terhambat apabila terjadi stres. c. Feedback Inhibitor of Lactation (FIL) Feedback Inhibitor of Lactation sebagai faktor penghambat laktasi. Aktivitas dalam payudara untuk menghambat produksi ASI ketika payudara dalam keadaan penuh. Maka dari itu, untuk mencegah agar payudara tidak penuh atau bengkak anjurkan ibu untuk sesering mungkin menyusui yang efektif untuk mengurangi ASI dan memastikan produksi lanjutan. Rangsang untuk mensekresi ASI yang paling memuaskan adalah pengosongan susu teratur dan sempurna, produksi susu akan dikurangi ketika susu yang disekresi tidak dikeluarkan. Bila laktasi terbina dengan baik, ibu mampu memproduksi lebih banyak ASI daripada kebutuhan bayinya (Arvin, 2000). Secara koordinasi sentral,
ada kemungkinan
terjadinya
kegagalan untuk memberikan ASI yaitu (Manuaba,dkk, 2007): a. Kegagalan isapan bayi dapat menimbulkan refleks dari pengeluaran oksitosin menurun dengan segala dampaknya dan pengeluaran prolaktin menurun sehingga produksi ASI akan makin berkurang dan akhirnya turun b. Akibat gagalnya siklus sentral yaitu isapan bayi, maka seluruh komponen siklus ASI akan mengalami penurunan. Menyusui harus dimulai segera sesudah persalinan ketika keadaan bayi memungkinkan, lebih baik dalam beberapa jam. Ada
32
banyak sebab mengapa menyusu tidak sempurna, tetapi yang utama adalah kekurangan dukungan, kelemahan bayi, dan kegagalan memulai siklus lapar alamiah (Arvin, 2000). Upaya harus diarahkan kearah pembinaan awal yang normal, rajin menyusu dengan membiarkan bayi sering mengosongkan susu selama saat pembentukan kolostrum. Bayi harus diizinkan menyusu bila lapar, tampak atau tidak tampak ada susu keluar (Arvin, 2000).
Penghisapan
Mekanoreseptor di puting payudara
Hipotalamus
Jalur saraf
↓ Prolactin-inhibiting hormone atau ↑ Prolactin-releasing hormone (?)
Hipofisis posterior Hipofisis anterior ↑ Oksitosin ↑ Prolaktin Kontraksi sel mioepitel yang mengelilingi alveolus Penyemprotan susu
↑ Sekresi susu
Bagan 2.1. Refleks Penghisapan (Sherwood, 2011)
33
3.
Komposisi ASI Perbedaan Komposisi ASI dari hari ke hari (stadium laktasi) sebagai berikut (Roesli, 2009) : a. Kolostrum Kolostrum yaitu ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari ke-4/ke-7 (Roesli, 2009). Air susu pertama yang diterima oleh bayi pada tiap penyusuan disebut foremilk (air susu awal) (Sears dan Martha, 2003 ). Sedangkan, bagian ASI yang keluar setelah foremilk selesai, yaitu pada akhir sesi menyusui disebut hindmilk. Hindmilk berfungsi memenuhi kebutuhan gizi si kecil dan membuatnya merasa kenyang dan segera menyudahi menyusu (Jannah, 2012). Kolostrum adalah cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat anti-infeksi dan berprotein tinggi. Sebenarnya volume kolostrum yang ada dalam payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Cairan emas yang encer dan seringkali berwarna kuning atau dapat pula jernih ini lebih menyerupai darah daripada susu, sebab mengandung sel hidup yang menyerupai sel darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit (Roesli, 2009). Kolostrum
lebih
banyak
mengandung
protein
dibandingkan dengan ASI yang matang. Mengandung zat antiinfeksi 10-17 kali lebih banyak dibanding ASI matang. Kadar karbohidrat dan lemak rendah dibandingkan dengan ASI matang.
34
Total energi lebih rendah jika dibandingkan dengan susu matang. Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam (Roesli, 2009). Kolostrum
merupakan
pencahar
yang
ideal
untuk
membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang. Oleh sebab itu, kolostrum harus diberikan pada bayi (Roesli, 2009). b. ASI transisi / peralihan ASI yang keluar sejak hari ke-4/ke-7 sampai hari ke-10/ke14. ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI yang matang. Kadar protein makin merendah, sedangkan kadar karbohidrat an lemak makin meninggi. Volume akan makin meningkat (Roesli, 2009). c. ASI matang (mature) ASI yang keluar setelah hari ke-14. ASI matang merupakan ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari ke-14 dan seterusnya, komposisi relatif konstan (Roesli, 2009). Komponen unggul yang terkandung dalam ASI yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit (Bahiyatun, 2009) : 1) Faktor bifidus berperan dalam proses perkembangan bakteri yang menguntungkan (bifidobakteri) dalam usus bayi, untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang merugikan sehingga memberi perlindungan pada sistem pencernaan bayi. Faktor bifidus ini akan rusak dalam 2 hari setiap kali
35
bayi diberi susu buatan (susu sapi). Hal ini disebabkan oleh adanya protein asing atau protein asal mamalia lain yang akan menimbulkan alergi dan bayi akan mengalami diare. Selain itu, akibat dari pemberian susu buatan yaitu vitamin yang harusnya dibentuk di usus tidak dapat dibentuk sehingga sangat merugikan perkembangan bayi yang sedang mengalami tumbuh kembang (Purwanti, 2004). 2) Laktoferin berperan mengikat zat besi dalam ASI, sehingga zat besi tidak digunakan oleh bakteri patogen untuk pertumbuhannya. 3) Lakoperosidase dan sel-sel fagosit berperan membunuh bakteri patogen. 4) Faktor antistafilokokus berperan menghambat pertumbuhan Staphylococcus patogen 5) Komplemen berperan memperkuat kegiatan fagosit. 6) Sel limfosit dan makrofag berperan mengeluarkan zat antibodi untuk meningkatkan imunitas terhadap penyakit. 7) Lisozim berperan membantu pencegahan terhadap penyakit. 8) Interferon berperan menghambat pertumbuhan virus 9) Faktor
pertumbuhan
epidermis
berperan
membantu
pertumbuhan selaput usus bayi sebagai perisai untuk menghindari zat-zat merugikan yang masuk ke dalam peredaran darah.
36
ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrien. Makronutrien terdiri dari vitamin dan mineral. Volume dan komposisi nutrien ASI berbeda untuk setiap ibu bergantung dari kebutuhan bayi. ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena itu bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan air walaupun berada di tempat yang mempunyai suhu udara panas (Hegar, 2008). 1) Karbohidrat Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Sesudah melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil (Hegar, 2008 ). 2) Protein Kandungan
protein
ASI
cukup
tinggi
dan
komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi (Hegar, 2008 ).
37
3) Lemak Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi dan susu formula. Lemak omega 3 dan omega 6 yang berperan pada perkembangan otak bayi banyak ditemukan dalam ASI. Selain itu, ASI juga mengandung
banyak
asam
lemak
rantai
panjang
diantaranya asam dokosaheksanoik (DHA) dan asam arakidonat (ARA) yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina mata (Hegar, 2008 ). 4) Karnitin Karnitin ini mempunyai peran membantu proses pembentukkan
energi
yang
diperlukan
untuk
mempertahankan metabolisme tubuh. ASI mengandung kadar karnitin yang tinggi terutama pada 3 minggu pertama menyusui. Bahkan di dalam kolostrum kadar karnitin ini lebih tinggi lagi (Hegar, 2008 ). 5) Vitamin ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. Hal ini tidak perlu dikuatirkan karena dengan menjemur bayi pada pagi hari maka bayi akan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari sinar matahari (Hegar, 2008 ). Vitamin E untuk ketahanan dinding sel darah merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan terjadinya kekurangan darah (anemia hemolitik). Keuntungan ASI
38
adalah kandungan vitamin E nya tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal (Hegar, 2008 ). Vitamin A berfungsi untuk kesehatan mata, mendukung pembelahan sel, kekebalan
tubuh, dan
pertumbuhan. ASI mengandung dalam jumlah tinggi tidak saja vitamin A tetapi juga bahan bakunya yaitu beta karoten. Hal ini salah satu yang menerangkan mengapa bayi yang mendapat ASI mempunyai tumbuh kembang dan daya tahan tubuh yang baik (Hegar, 2008 ). 6) Vitamin yang larut dalam air Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam folat, vitamin C terdapat dalam ASI. Kadar vitamin BI dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu dengan gizi kurang (Hegar, 2008 ). 7) Mineral Kadar mineral dalam ASI tidak begitu dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi ibu dan tidak pula dipengaruhi oleh status gizi ibu. Mineral di dalam ASI mempunyai kualitas yang lebih baik dan lebih mudah diserap (Hegar, 2008 ).
39
4. Manfaat ASI Manfaat ASI eksklusif (Aprilia, 2010) a. Bagi Bayi 1) Mendapatakan kolostrum yang mengandung zat kekebalan tubuh terutama Imunoglobulin A (IgA) yang melindungi bayi dari berbagai infeksi terutama diare, serta membantu pengeluaran meconium feses bayi baru lahir. 2) Makanan terlengkap untuk bayi yang terdiri dari proporsi seimbang dan kuantitas cukup atas semua zat gizi yang diperlukan untuk enambulan pertama kehidupannya. 3) Mudah dicerna dan diserap 4) Selalu bersih dan siap tersedia dalam suhu yang sesuai 5) Melindungi bayi terhadap alergi dan penyakit, khususnya gangguan pencernaan. 6) Mencegah hipotermia pada bayi baru lahir. b. Bagi ibu 1) Merupakan metode kontrasepsi yang efisien 98 % selama enam bulan pertama pascakelahiran ( jika bayi hanya diberi ASI dan sang ibu mengalami menstruasi kembali) 2) Menempelkan segera bayi payudara membantu pengeluaran plasenta karena isapan bayi merangsang kontraksi rahim. 3) Memberikan
ASI
segera
(dalam
membantu meningkatkan produksi ASI
waktu
60
menit)
40
4) Isapan puting yang segera dan dalam intensitas yang sering membantu mencegah payudara menjadi bengkak 5) Membantu mengurangi beban kerja ibu karena ASI tersedia kapan dan di mana saja. 6) Ekonomis 7) Meningkatkan hubungan batin antara ibu dan bayi. c. Bagi keluarga 1) Efisien. Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, repot merebus air, atau membeli peralatan susu. 2) Pegeluaran biaya perawatan lebih sedikit karena bayi sehat. Kekhawatiran akan bayi sakit juga otomatis berkurang 3) Membantu menjarangkan kelahiran karena efek kontrasepsi dari ASI eksklusif. 5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Produksi ASI Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi ASI (UNICEF, 2010): a. Kulit ke kulit (skin to skin) antara ibu dan bayi Manfaatnya yaitu respon hormonal memicu pelepasan prolaktin, perilaku spontan ibu dan bayi berperan penting untuk menyusui, bayi tenang, serta mengatur suhu, pernapasan dan detak jantung. b. Mengajarkan ibu posisi, pelekatan dan tangan
41
Manfaatnya yaitu meningkatkan kemungkinan pelekatan yang efektif sehingga pemberian ASI efektif, meningkatkan kepercayaan diri ibu, mencegah pembengkakan. c. Sering menyusui Manfaatnya yaitu meningkatkan sirkulasi prolaktin, mengurangi tingkat FIL (Feedback Inhibitor of Lactation), melatih menyusui dan mencegah pembengkakan. d. Waktu menyusui tidak dibatasi Hal ini dilakukan agar memastikan asupan lemak yang cukup untuk bayi, memungkinkan bayi untuk mengatur persediaan susu, memastikan bayi puas dan mengurangi colic. e. Rawat gabung (Rooming in) Manfaatnya yaitu memungkinkan sering menyusui, meningkatkan kadar oksitosin, memungkinkan ibu dan bayi untuk mengenal satu sama lain terutama tanda-tanda menyusui dan mengurangi risiko kematian bayi yang tiba-tiba Faktor- faktor yang mempengaruhi persediaan ASI (Arvin, 2000): Rangsangan untuk mensekresi ASI yang paling memuaskan adalah pengosongan susu teratur dan sempurna, produksi susu dikurangi ketika susu yang disekresi tidak dikeluarkan. Ada banyak mengapa menyususi tidak sempurna, tetapi yang utama adalah kekurangan dukungan, kelemahan bayi dan kegelapan memualai siklus lapar alamiah.
42
a. Faktor Psikologis Tidak ada faktor yang lebih penting daripada kebahagiaan, pikiran rileks. Kekuatiran dan ketidakbahagiaan adalah paling efektif untuk mengurangi atau menghilangkan sekresi susu. Tenaga kesehatan yang waspada mengenali dan menghargai kekuatiran ini, terutama jika bayi adalah anak pertama, dengan meyakinkan dan menjelaskan secara bijaksana dapat membantu atau meminimalkan kekuatiran dengan demikian turut membantu keberhasilan menyusui. Perhatian harus diberikan terhadap faktorfaktor sosial dan budaya untuk memberikan rencanan dukungan untuk individu ibu b. Kelelahan Menghindari kelelahan adalah penting ,tetapi ibu harus cukup latihan fisik untuk menaikkan kesehatan fisiknya. c. Higiene Sehari sekali susu harus dicuci. Jika sabun mengeringkan susu dan daerah puting, sabun harus dihentikan. Daerah puting harus selalu kering. Perawatan harus dilakukan untuk mencegah iritasi dan infeksi puting yang disebabkan oleh penyusuan awal yang lama, maserasi karena puting basah atau tergosok pakaian. d. Diet
43
Diet harus mengandung kalori cukup untuk mengimbangi diet yang diekskresikan dalam ASI serta untuk bahan yang diperlukan
untuk
menghasilkannya.
Ibu
yang
menyusui
memerlukan diet yang bervariasi, cukup untuk mempertahankan beratnya dan tinggi cairan, vitamin, dan mineral. Ibu harus menghindari diet penurunan berat badan. Susu penting tetapi tidak akan menggantikan makanan esensial lain. Jika ibu alergi terhadap atau tidak suka susu, mungkin pada dietnya ditambahkan 1 g kalsium perhari. Masukkan cairan harus sekitar 2, 8 L perhari, keluaran urin merupakan ukuran yang baik kecukupan cairan dalam diet perharinya. Kadang-kadang makan arbei, tomat, bawang, anggota dari famili kubis, cokelat, bumbu dan rempah-rempah tertentu dapat menyebabkan distres lambung atau tinja lunak pada bayinya. Tidak ada makanan yang perlu dihentikan dari ibu kecuali kalau makanan
tersebut
menyebabkan
distres
pada
bayinya.
Penghentian menyusui sementara dianjurkan jika ibu memerlukan diagnostik radiofarmakeutikal, khloramfenikol, metronidazol, sulfonamid,
atau
pencahar
derivat-anthroquinon,
obat-obat
antitiroid, lithium, obat-obat antikanker, isoniazid, semua obat penyalah guna obat rekreasi dan fenidon.
44
C. Sepuluh
Langkah
Menuju
Keberhasilan
Menyusui
(LMKM)
Berdasarkan keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor /MENKES/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia : 1.
Sarana
Pelayanan
Kesehatan
(SPK)
mempunyai
kebijakan
Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas 2.
Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut
3.
Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2 tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui
4.
Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan, yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat operasi caesar, bayi menyusu setelah 30 menit ibu sadar
5.
Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis
6.
Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir
7.
Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari
8.
Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui
45
9.
Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI
10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah Sakit/Rumah Bersalin/Sarana Pelayanan Kesehatan.
46
D. Kerangka Teori Manfaat IMD
IMD
Bagi Ibu :
Prinsip IMD 1. Kontak langsung antara kulit ibu dan kulit bayi (Siswosuharjo dan Chakrawati, 2010) 2. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri sampai menyusu sendiri (KEMENKES, 2014; JNPK-KR 2007 dalam Martini 2012)
Bagi Bayi :
(UNICEF India, 2007 dalam Sari, 2012)
Isapan bayi Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi ASI: 1. Skin to skin antara ibu dan bayi 2. Edukasi posisi, perlekatan dan tangan ibu saat menyusui 3. Sering menyusui 4. Lamanya menyusui tidak dibatasi 5. Rooming in
a. Menstimulus pelepasan oksitosin b. Mencegah masalah menyusui
Menstimulus pengeluaran hormon oksitosin dan prolaktin
Sekresi susu ↑ dan produksi ASI ↑
a. Menjaga suhu tubuh b. Mengurangi lamanya waktu menangis c. Meningkatkan interaksi ibu d. Meningkatkan kebiasaan menyusu sejak lahir e. Meningkatkan durasi menyusui f. Menjaga kadar glukosa darah normal (Queensland Maternity and Neonatal Clinical Guidelines Program, 2010)
Manfaat ASI Eksklusif (Aprilia, 2010): A. Bagi Bayi
(UNICEF, 2010)
ASI EKSKLUSIF
Mendapatkan kolostrum yang mengandung zat kekebalan tubuh, makanan terlengkap yang mengandung zat gizi seimbang, mudah dicerna dan diserap, mencegah hipotermi pada bayi baru lahir B. Bagi Ibu Metode kontrasepsi yang efisien 98% selama enam bulan pascapersalinan, isapan puting yang segera dan dalam intensitas yang sering membantu mencegah payudara menjadi bengkak, embantu mengurangi beban kerja ibu karena ASI tersedia kapan dan di mana saja
Bagan 2.2. Kerangka Teori
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS A. Kerangka Konsep Variabel atau peubah merupakan suatu konsep yang mempunyai variasi nilai dan variasi nilai itu tampak jika variabel itu didefinisikan secara operasional atau ditentukan tingkatannya (Danim, 2003). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen (variabel bebas) merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (variabel terikat). Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas (Hidayat, 2007). Penelitian ini mengkaji dua variabel yaitu variabel bebas (independen) yakni IMD, sedangkan variabel terikat (dependen) yaitu keberhasilan ASI eksklusif.
Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian tentang Hubungan IMD terhadap Keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur ASI Eksklusif
IMD
47
48
B. Definisi Operasional Tabel 3.2. Definisi Operasional No. Variabel 1.
2.
3.
Definisi Operasional
Cara Ukur
Inisiasi Proses bayi menyusu setelah Wawancara Menyusu Dini dilahirkan, dimana bayi diletakkan (IMD) tengkurap di dada ibu dengan kontak langsung antara kulit bayi dan kulit ibu sampai bayi dapat menyusu sendiri. (Siswosuharjo dan Chakrawati, 2010; KEMENKES, 2014 ; JNPK-KR 2007 dalam Martini, 2012) ASI Eksklusif Pemberian ASI yang diberikan dari Wawancara hari pertama kelahiran sampai usia enam bulan tanpa tambahan makanan atau minuman. (Budiasih, 2008) Data Demografi: a. Usia
Keberadaan responden sejak dia lahir wawancara hingga waktu umur itu dihitung. Pengelompokkan usia dalam kehamilan (Raharja, 2013): - kelompok ideal dengan kriteria usia
Alat Ukur Kuesioner C
Kuesioner B
Kesioner A.3
Hasil Ukur
Skala Ukur 0= Tidak IMD (lihat Nominal panduan kuisioner) 1= IMD (lihat panduan kuisioner)
0= Tidak (lihat kuesioner) 1= ASI (lihat kuesioner)
Eksklusif Nominal panduan Eksklusif panduan
1 = kelompok tidak ideal tahun dan tahun) 2 = kelompok
usia Ordinal (<20 >35 usia
49
-
b. Jenis Persalinan (JP)
20 – 35 tahun kelompok usia tidak ideal yaitu usia dibawah 20 tahun dan usia diatas 35 tahun
ideal (20 – 35 tahun)
Secara umum persalinan terbagi Wawancara menjadi dua yaitu persalinan normal (keluarnya bayi dengan kondisi belakang kepala dahulu melalui vagina dalam keadaan hidup dan tanpa memakai alat bantu) dan persalinan tidak normal (penggunaan vakum, forsep, caesar) (Sinsin, 2008)
Kuesioner A.5
1=Persalinan tidak Nominal normal 2=Persalinan normal
c. Anak ke- Jumlah kehamilah yang telah mencapai Wawancara (paritas) viabilitas (24 minggu) dan telah dilahirkan, bukan jumlah janin yang dilahirkan, pada saat bertemu responden. - Primipara : 1 kali kehamilan - Multipara : 2 – 4 kali kehamilan - Grande Multipara : 5 atau lebih kehamilan (Oxorn dan Forte, 2010; Morgan dan Hamilton, 2009)
Kuesioner A.4
1 = Primipara 2 = Multipara 3 =Grande Multipara
Nominal
50
C. Hipotesis Berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat, maka hipotesis penelitian yang muncul adalah : 1. H0
= Tidak ada Hubungan IMD terhadap keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur
2. H1
= Ada Hubungan IMD terhadap keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur.
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian case control dengan pendekatan retrospektif. Penelitian dimulai dengan mengukur variabel dependen, kemudian membagi subjek penelitian menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus (subjek yang terkena penyakit atau efek tertentu) dan kelompok kontrol (subjek tanpa penyakit atau tanpa efek tertentu). Selanjutnya peneliti mengukur variabel independen (faktor resiko) yang terjadi pada responden dimasa lalu secara retrospektif (Dharma, 2011). B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2015 di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur dengan jumlah posyandu sebanyak 20. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi ialah semua bagian atau anggota dari objek yang akan diamati. Populasi bisa berupa orang, benda, objek, peristiwa, atau apa pun yang menjadi objek dari survei kita (Eriyanto, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi usia 6 - 7 bulan yang melakukan kunjungan di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur.
51
52
2. Sampel Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2008). Penentuan sample pada penelitian
ini
menggunakan
teknik
convinience/
accidental/
opportunity sampling yaitu pengambilan sampel dengan mengambil responden atau kasus yang kebetulan ada atau tersedia (Riyanto, 2010; Swarjana, 2012). Penetapan kriteria sampel (inklusi dan eksklusi) diperlukan dalam upaya untuk mengendalikan variabel penelitian yang tidak diteliti, tetapi ternyata berpengaruh terhadap variabel dependen. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2008). Kriteria inklusi : a. Ibu yang mempunyai bayi usia diatas 6 - 7 bulan b. Bayi dengan berat badan lahir ≥ 2500 gram c. Ibu yang melakukan kunjungan di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur selama bulan Mei-Juni 2015 d. Responden dapat diajak berkomunikasi e. Bersedia menjadi subjek penelitian Kriteria eksklusi: a. Bayi yang mengalami cacat bawaan (bibir sumbing)
53
b. Ibu yang memiliki kontraindikasi menyusui c. Bayi yang memiliki kontraindikasi menyusu d. Bayi lahir prematur dengan usia di bawah 36 minggu D. Instrumen Penelitian Data yang dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner sehingga adanya komunikasi langsung antara peneliti dan responden.
Instrumen
yang
digunakan
untuk
kedua
variabel,
dikembangkan oleh peneliti melalui kriteria dari masing-masing variabel, kemudian berdasarkan kriteria itu dibuat dua pertanyaan singkat. Instrumen penelitian variabel IMD, kriteria IMD dan tidak IMD berdasarkan penelitian dan teori Roesli (2012), UNICEF India (2007) dalam Sari (2012) dan JNPK-KR (2008) dalam Martini (2012). Sedangkan untuk variabel ASI Eksklusif berdasarkan teori Budiasih (2008) dan RISKESDAS (2013) sebagai kriteria keberhasilan ASI esklusif. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian, antara lain: 1. Kuesioner A berisi pertanyaan tentang identitas responden berupa usia, paritas, jenis persalinan. 2. Kuesioner B berisi satu pertanyaan tentang ASI eksklusif. 3. Kuesioner C berisi satu pertanyaan tentang pelaksanaan IMD. E. Langkah-langkah Pengumpulan Data 1. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
54
2. Peneliti menyerahkan surat permohonan ijin penelitian kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. 3. Setelah surat permohonan ijin penelitian disetujui oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, peneliti mengajukan permohonan ijin penelitian ke Kepala Puskesmas Ciputat Timur. 4. Pemilihan sampel menggunakan teknik convinience/ accidental/ oppurtunity sampling dengan jumlah sampel didapatkan sebanyak 42 responden. 5. Setelah mendapatkan calon responden sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, peneliti melakukan informed consent terhadap calon responden. Jika calon responden bersedia menjadi responden, mereka dapat membaca lembar persetujuan kemudian menandatanganinya. 6. Setelah responden menandatangani lembar persetujuan, responden selanjutnya diberikan penjelasan mengenai cara pengisian kuesioner dan responden dianjurkan bertanya apabila ada pertanyaan yang kurang jelas. 7. Waktu pengisian kuisioner selama kurang lebih 15 menit untuk masing-masing responden, sedangkan proses pengambilan data dilakukan dari bulan Mei - Juni 2015. 8. Responden diharapkan menjawab seluruh pertanyaan di dalam kuisioner. 9. Kuisioner yang telah diisi selanjutnya diolah dan dianalisa oleh peneliti.
55
F. Etika Penelitian Pada penelitian ini subjek yang dipergunakan adalah manusia, maka peneliti harus memahami prinsip-prinsip etika penelitian. Jika hal ini tidak dilaksanakan, maka peneliti akan melanggar hak-hak (otonomi) manusia. Secara umum prinsip etika dalam penelitian/pengumpulan data dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-hak subjek dan prinsip keadilan (Nursalam, 2008). 1. Prinsip manfaat Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan, tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek dalam bentuk apa pun. 2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity) a. Hak
untuk
ikut/tidak
menjadi
responden
(right
to
self
determination) Subjek mempunyai memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak. b. Informed consent Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan dan mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden.
56
3. Prinsp keadilan (right to justice) Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan untukitu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia (confidentiality). G. Pengolahan data Pengolahan dan analisi data bertujuan mengubah data menjadi informasi.
Informasi
yang
diperoleh
dipergunakan
untuk
proses
pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian hipotesis. Kegiatan pengolahan data meliputi (Wasis, 2008): 1. Editing Data perlu diedit untuk memudahkan pengolahan data selanjutnya. Hal yang perlu diperhatikan dalam mengedit adalah apakah pertanyaan telah terjawab dengan lengkap, apakah catatan sudah jelas dan mudah dibaca, dan apakah coretan yang sudah diperbaiki. Jangan sekali-kali mengganti jawaban dan angka dengan maksud menyesuaikan dengan keinginan peneliti. Mengganti data orisinil adalah perbuatan yang melanggar prinsip kejujuran intelektual 2. Koding Koding adalah usaha memberi kode-kode tertentu pada jawaban responden. Apabila yang digunakan adalah analisis kuantitatif, kode yang diberikan adalah angka. Jika angka itu berlaku sebagai skala pengukuran, angka itu disebut skor.
57
3. Entry Entry merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat tabel kontingensi. Program untuk analisa data menggunakan SPSS 22. 4. Tabulasi Tabulasi adalah usaha untuk menyajikan data, terutama pengolahan data yang akan menjurus ke analisis kuantitatif. Biasanya pengolahan data seperti ini menggunakan tabel, baik tabel ditribusi frekuensi maupun tabel silang. H. Analisis Data 1. Analisa Univariat Diperlukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan data secara sederhana. Cara penyajiannya
dengan presentase atau tabel
(Budiarto, 2008). Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan pada variabel penelitian yang meliputi: 1) Karakteristik responden yang terdiri dari umur, paritas, jenis persalinan ; 2) persentase pelaksanaan IMD; 3) persentase keberhasilan ASI Eksklusif. 2. Analisa Bivariat Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen, yaitu hubungan IMD terhadap keberhasilan ASI eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur. Berdasarkan desain penelitian dan variabel yang digunakan maka uji statistik yang digunakan adalah chi-square.
58
Teknik analisa chi-square menggunakan derajat kepercayaan 95% dengan α 5%, sehingga jika nilai P (p value) < 0,05 berarti hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan) atau menunjukkan ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dan apabila nilai p value > 0,05 berarti hasil perhitungan statistik tidak bermakna atau tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Syarat uji chi-square yaitu untuk variabel kategorik yang tidak berpasangan dan sel yang mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel. Pada penelitian ini nilai p dilihat pada angka “ Continuity Correstion (a)” karena tabel yang digunakan 2 x 2 dan tidak ada nilai E < 5. I. Penyajian Data Dalam penelitian ini, data disajikan dalam bentuk tabulasi yang kemudian dijabarkan dalam bentuk tulisan.
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur Puskesmas Ciputat Timur merupakan Puskesmas yang membawahi dua kelurahan, yaitu Kelurahan Rempoa dan Kelurahan Cempaka Putih yang terletak di Jalan Haji Juanda Ciputat Timur Tangerang Selatan. Kelurahan Rempoa membawahi 23 posyandu dan Kelurahan Cempaka Putih membawahi 20 posyandu. Wilayah Kelurahan Cempaka Putih terdiri dari RW 01 sampai RW 09. Adapun nama-nama posyandu di Kelurahan Cempaka Putih yang menjadi tempat penelitian yaitu Nusa Indah RT 02/ RW 01, Melati RT 01/RW 02, Teratai RT 03/ RW 04, Kenanga RT 02/ RW 04, Anggrek RT 04/ RW 05, Matahari RT 02/ RW 05, Tanjung RT 03/ RW 05, Sedap Malam RT 02/ RW 08, Wijaya Kusuma RT 02/ RW 09, Seruni RT 03/ 09, dan Mawar RT 02/ RW 09. Pemilihan tempat penelitian yang dilaksanakan di Kelurahan Cempaka Putih dikarenakan keterbatasan waktu dalam penelitian yang tidak memungkinkan untuk mengunjungi semua posyandu. Posyandu dilaksanakan setiap bulan disetiap 3 minggu pertama. Satu hari ada 1-2 posyandu yang di kunjungi di masing-masing kelurahan. Jadi, total posyandu yang dikunjungi dalam satu hari terdapat 4 posyandu sehingga tidak memungkinkan peneliti untuk mengunjungi keempat posyandu dalam satu hari.
59
60
B. Hasil Analisis Univariat Analisa
univariat
dilakukan
untuk
menganalisa
variabel-variabel
karakteristik individu yang ada secara deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi dan proporsi. Analisis univariat pada penelitian ini berupa data karakteristik : usia, jenis persalinan, paritas, serta persentase IMD dan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur. 1. Karakteristik Responden di wilayah Kelurahan Cempaka Putih a. Usia Mayoritas usia responden adalah kelompok usia ideal berjumlah 32 orang (76,2%), sedangkan responden pada kelompok usia tidak ideal berjumlah 10 orang (23,8%). Hal tersebut bisa dilihat pada tabel 5.1 berikut ini: Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur (n=42) Usia
Frekuensi
Presentase
Kelompok usia tidak ideal (<20 tahun dan >35 tahun)
10
23,8%
Kelompok usia ideal (20 – 35 tahun) Total
32 42
76,2% 100,0%
b. Jenis Persalinan Pengelompokkan responden berdasarkan kategori jenis persalinan digambarkan pada tabel 5.2 berikut:
61
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Persalinan di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur (n=42) Jenis Persalinan Persalinan tidak normal (vakum, caesar, forsep) Persalinan normal Total
Frekuensi
Presentase
20
47,6%
22 42
52,4% 100,0%
Tabel 5.2 menunjukkan hasil bahwa jenis persalinan normal lebih banyak yaitu 22 orang (52,4%) daripada jenis persalinan tidak normal yaitu 20 orang (47,6%). c. Paritas Sebagian besar responden adalah multipara sebanyak 25 orang (59,5%) dengan paritas terkecil pada grand multipara yaitu 3 orang (7,1%) dan primipara 14 orang (33,3%). Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Paritas di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur (n=42) Paritas
Frekuensi
Presentase
Primipara
14
33,3%
Multipara Grand Multipara Total
25 3 42
59,5% 7,1% 100,0%
2. Persentase Pemberian ASI Eksklusif Pengelompokkan responden berdasarkan kategori pelaksanaan ASI Eksklusif dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini :
62
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pelaksanaan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur (n=42) Pelaksanaan ASI Ekslusif
Frekuensi Presentase
Tidak ASI Eksklusif
21
50,0%
ASI Eksklusif Total
21 42
50,0% 100,0%
Jumlah responden ASI eksklusif dan yang tidak ASI Eksklusif adalah sama. Hal ini dikarenakan penentuan jumlah responden sesuai dengan desain yang digunakan yaitu case control dimana jumlah pada kelompok kasus sama dengan jumlah kelompok kontrol. 3. Persentase Pelaksanaan IMD Pengelompokkan responden berdasarkan kategori pelaksanaan IMD dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini : Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pelaksanaan IMD di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur (n=42) Pelaksanaan IMD
Frekuensi
Presentase
Tidak IMD
28
66,7%
IMD Total
14 42
33,3% 100,0%
Dari hasil tabel di atas disimpulkan bahwa sebagian besar responden tidak melakukan IMD dengan jumlah 28 orang (66,7%), sedangkan yang melakukan IMD sebanyak 14 orang (33,3%).
63
B. Hasil Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis data dari dua variabel yang berbeda. Analisis bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan IMD terhadap keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur. Teknik analisis dilakukan dengan uji Chi Square. 1. Hubungan IMD Terhadap Keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur Tabel 5.6 Hasil analisis Chi-Square pada desain case control (n=42) ASI Eksklusif ASI Eksklusif
IMD Tidak IMD IMD
Tidak ASI Eklsusif n % 17 81,0 4 19,0
n 11 10
% 52,4 47,6
Total
21
21
100
100
P-value 0,102
Dari tabel 5.6 di atas, hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,102. Hal tersebut menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara variabel IMD dengan keberhasilan ASI Eksklusif (p<0,05) sehingga hipotesis H0 diterima bahwa tidak ada hubungan IMD terhadap keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur.
BAB VI PEMBAHASAN
Pembahasan pada penelitian ini difokuskan pada pembahasan tentang karakteristik responden, persentase IMD, persentase ASI Eksklusif, serta hubungan IMD terhadap keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur. Pada akhir pembahasan, peneliti juga menyertakan keterbatasan dari penelitian ini. A. Hasil Analisis Univariat 1. Karakteristik Responden di wilayah Kelurahan Cempaka Putih a. Usia Pada kategori usia dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu kelompok usia ideal dan kelompok usia tidak ideal. Kelompok usia ideal adalah responden yang memiliki usia 20-35 tahun dan kelompok usia tidak ideal adalah responden yang memiliki usia < 20 tahun dan > 35 tahun. Pengelompokkan usia berdasarkan kesiapan secara fisiologis tubuh dalam kehamilan. Secara fisiologis usia yang ideal untuk hamil adalah 20 - 35 tahun (Marshall, 2000). Usia < 20 tahun dan > 35 tahun merupakan usia kehamilan resiko tinggi yang akan mempengaruhi pelaksanaan IMD dan pemberian ASI Eksklusif. Misalkan, melahirkan kurang bulan dan preeklampsia yang merupakan salah satu faktor yang tidak dibenarkan ibu untuk pemberian ASI (Manuaba, 1998).
64
65
Menurut penelitian Wadud (2013) hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan ada hubungan bermakna antara umur ibu dengan pemberian ASI Eksklusif kepada bayinya dengan nilai p = 0,026. Sebanyak 46 responden, 24 responden yang berumur lebih dari 30 tahun 54,2% memberikan ASI Eksklusif dan 22 responden berumur kurang dari 30 tahun 18,2% yang memberikan ASI Eksklusif. Penelitian Fikawati dan Syafiq (2009) juga menunjukkan bahwa rata-rata informan ASI eksklusif berusia 30 tahun, sedangkan rata rata informan ASI tidak eksklusif berusia 26 tahun. Beberapa hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ibu yang berusia 20 - 35 tahun lebih banyak yang berhasil memberikan ASI Eksklusif. b. Jenis Persalinan Menurut hasil penelitian Hikmawati (2008) bahwa jenis persalinan bukan merupakan faktor resiko kegagalan pemberian ASI. Akan tetapi, jenis persalinan dapat mempengaruhi pelaksanaan IMD yang disebabkan karena adanya penggunaan obat kimiawi yang diberikan saat ibu melahirkan bisa sampai ke janin melalui ari-ari atau tindakan, seperti operasi caesar, vakum, forcep sehingga dapat menganggu kemampuan alami bayi untuk mencari dan menemukan sendiri payudara ibunya (Roesli, 2012). Hasil Penelitian Desmawati (2010) menyatakan bahwa pengeluaran ASI juga lebih cepat pada ibu post partum normal dibandingkan ibu post sectio caesarea. Hal ini diantaranya disebabkan karena ibu post sectio caesarea
66
mengalami nyeri luka setelah operasi yang mengganggu pengeluaran oksitosin dalam merangsang refleks aliran ASI dan efek anestesi. c. Paritas Masalah yang sering terjadi pada menyusui, terutama terdapat pada ibu primipara. Oleh karena itu, ibu menyusui perlu diberi penjelasan tentang pentingnya perawatan payudara, cara menyusui yang benar dan hal-hal lain yang erat hubungannya dengan proses menyusui (Bahiyatun, 2009). ASI Eksklusif cenderung banyak dilaksanakan oleh ibu multipara dan grand multipara, karena ibu akan belajar dari pengalaman menyusui sebelumnya. Tampak bahwa pengetahuan lebih menunjuk pada pengalaman seseorang akan dunia daripada dunia itu sendiri. Tanpa pengalaman itu, seseorang tidak dapat membentuk pengetahuan (Suparno, 2001). Menurut von glasersfeld, pengetahuan itu dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang sewaktu dia berinteraksi dengan lingkungannya. Lingkungan dapat berarti dua macam. Pertama, bila kita berbicara tentang diri kita sendiri, lingkungan menunjuk pada keseluruhan objek dan semua relasinya yang kita abstraksikan dari pengalaman. Kedua, bila kita memfokuskan diri pada suatu hal tertentu, lingkungan menunjuk pada sekeliling hal itu yang telah kita isolasikan. (Von Glasesfeld 1996 dalam Suparno, 2001). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah paritas dapat menentukan keberhasilan ASI Eksklusif yang dilihat dari pengalaman ibu. Rata-rata informan ASI eksklusif memiliki 3 anak. Sedangkan rata rata informan ASI
67
tidak eksklusif memiliki 2 anak (Fikawati dan Syafiq, 2009). Jumlah paritas yang mempengaruhi keberhasilan ASI Eksklusif disini lebih dititik beratkan pada pengalaman seorang ibu dalam menyusui. Pengalaman ibu dalam menyusui akan membentuk pengetahuan ibu dengan sendirinya mengenai menyusui, baik itu pemberian ASI Eksklusif, manfaat ASI, cara menyusui yang baik dan benar, gizi ibu menyusui, serta cara agar ASI tetap diproduksi. 2. Pemberian ASI Eksklusif ASI Eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan
(Purwanti, 2004). Sistem pencernaan
bayi dibawah usia 6 bulan belum mampu menyerap makanan/minuman selain ASI. Akibatnya, walaupun bayi menelan makanan yang diberikan kepadanya selain ASI, tetapi tidak ada zat-zat gizi yang mampu diserap oleh tubuhnya (Damayanti, 2010). Bayi yang mendapat suplemen makanan lain selain ASI (mis. Susu formula, air buah, atau makanan tambahan lain) akan merasa kenyang dan harus menunggu lebih lama untuk menyusu berikutnya. Oleh karena itu, frekuensi menyusu bayi akan menurun dan akhirnya produksi ASI akan menurun juga (Bahiyatun, 2009). Menyusui secara eksklusif merupakan cara pemberian makan bayi yang alamiah. Namun, seringkali ibu-ibu kurang mendapatkan informasi yang salah tentang manfaat ASI esklusif tentang bagaimana cara menyusui yang benar
68
dan apa yang harus dilakukan bila timbul kesukaran dalam menyusui bayinya (Roesli, 2009 ). ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologis, sosial, maupun spiritual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada makanan di dunia ini yang sesempurna ASI (Hubertin 2003 dalam Purwanti, 2004). ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan faktor pertumbuhan, antialergi, serta anti inflamasi (Purwanti, 2004 ). ASI memberi manfaat tidak hanya untuk bulan-bulan pertama kehidupan bayi. Pemberian ASI akan memberi dampak positif bagi bayi sampai ke masa dewasanya (Damayanti, 2010). Beberapa penelitian memberikan hasil positif terhadap keterkaitan antara pemberian ASI dengan peningkatan kecerdasan anak. ASI merupakan sumber AA dan DHA yang membuat kadar AA dan DHA pada bayi yang disusui tetap tinggi di plasma dan sel darah merahnya.asupan DHA dan AA secara alami telah diatur dalam ASI (Kasdu, 2004). Menurut Kemenkes (2014) persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 54,3%. Persentase ini masih terbilang cukup rendah. Permasalahan terkait pencapaian cakupan ASI Eksklusif antara lain pemasaran susu formula masih gencar dilakukan untuk bayi 0-6 bulan yg tidak ada masalah medis, masih banyak tenaga kesehatan ditingkat layanan yang belum peduli atau belum berpihak pada pemenuhan
69
hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif, yaitu masih mendorong untuk memberi susu formula pada bayi 0-6 bulan, masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI, serta belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi, dan kampanye terkait pemberian ASI, dan belum semua rumah sakit melaksanakan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) (Kemenkes, 2014). 3. Pelaksanaan IMD IMD didefinisikan sebagai proses membiarkan bayi menyusu sendiri setelah kelahiran. Bayi diletakkan di dada ibunya dan bayi itu sendiri dengan segala upayanya mencari puting untuk segera menyusu. Jangka waktunya adalah sesegera mungkin setelah melahirkan (Yuliarti, 2010 ). Kebanyakan bayi baru lahir sudah siap mencari puting dan menghisapnya dalam waktu satu jam setelah lahir. Isapan bayi penting dalam meningkatkan kadar hormon prolaktin, yaitu hormon yang merangsang kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Isapan itu akan meningkatkan produksi susu 2 kali lipat. Itulah bedanya isapan dengan perasan (Yuliarti, 2010). Rangsangan ini harus segera dilakukan karena jika terlalu lama dibiarkan, bayi akan kehilangan kemampuan ini (Aprilia, 2010). Menurut UNICEF (2006) dalam Aprilia (2010), ada banyak sekali masalah yang dapat menghambat pelaksanaan IMD yaitu kurangnya kepedulian terhadap pentingnya IMD, kurangnya konseling oleh tenaga kesehatan tentang praktik IMD, masih kuatnya kepercayaan keluarga bahwa
70
ibu memerlukan istirahat yang cukup setelah melahirkan dan menyusui sulit dilakukan, adanya kepercayaan masyarakat yang menyatakan bahwa kolostrum yang keluar pada hari pertama tidak baik untuk bayi, adanya kepercayaan masyarakat yang tidak mengizinkan ibu untuk menyusui dini sebelum payudaranya dibersihkan. B. Hasil Analisis Bivariat 1. Hubungan IMD terhadap Keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui eksklusif dan akan lebih lama disusui (Roesli, 2012). Isapan bayi yang penting dalam meningkatkan kadar hormon prolaktin, yaitu hormon yang merangsang kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Isapan tersebut akan meningkatkan produksi susu 2 kali lipat (Yuliarti, 2010). Bayi yang dibiarkan menyusu sendiri, setelah berhenti menyusu baru dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang dan diukur. Pada usia 10 jam saat bayi diletakkan kembali di bawah payudara ibunya, ia tampak dapat menyusu dengan baik (Rigard dan Alade 1990 dalam Roesli, 2012). Hasil penelitian Juliastuti (2011) pada ibu yang mempunyai bayi umur 6-12 bulan di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto dengan jumlah sampel 85 responden menunjukkan bahwa makin dilaksanakan IMD maka akan semakin tinggi pemberian ASI Eksklusif (OR = 5,3; p = 0,002). Hal penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sari (2012) yang diperoleh
71
nilai p = 0,548 yaitu tidak ada perbedaan pemberian ASI Eksklusif antara ibu IMD dan tidak IMD. Pola pemberian ASI dalam penelitian kuantitatif meliputi pemberian kolostrum, pemberian pralakteal, pemberian ASI eksklusif, frekuensi dan lama pemberian ASI. Peneliti menyimpulkan dari hasil penelitian bahwa ibu tidak memberikan ASI eksklusif disebabkan ibu yang tidak mengetahui manfaat ASI Eksklusif dan kriteria yang dikatakan ASI Eksklusif sehingga ibu cenderung memberikan makanan atau minuman tambahan kepada bayinya sebelum usia 6 bulan.
Pemberian
makanan
ataupun
minuman
tambahan
inilah
yang
memutuskan mata rantai yang dikatakan keberhasilan ASI Eksklusif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh 121 responden menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna antara keberhasilan IMD terhadap lama pemberian ASI dengan nilai p = 0,008 (Rahayu, dkk, 2012). Pada penelitian tersebut tidak melihat keberhasilan ASI Eksklusif melainkan lamanya pemberian ASI. Inilah yang membuktikan bahwa benar IMD dapat mempengaruhi lama pemberian ASI. Pelaksanaan IMD yang dapat mempercepat waktu pengeluaran ASI ini dapat mencegah pemberian makanan prelaktal lebih awal (Susanti, 2011). Akan tetapi, keberlangsungan dalam pemberian ASI Eksklusif ini tergantung dari pengetahuan ibu serta peran tenaga kesehatan dalam memberikan penjelasan mengenai kriteria keberhasilan ASI Eksklusif serta manfaatnya. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian Afifah (2007) dimana salah satu faktor penyebab kegagalan ASI Esklusif yaitu kurangnya pengetahuan dan tidak ada motivasi kuat dari subjek untuk memberikan ASI Eksklusif.
72
C. Keterbatasan Penelitian Penelitian menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini. Keterbatasan penelitian tersebut antara lain sebagai berikut : 1. Desain penelitian yang bersifat retrospektif (case control) sehingga recall bias sangat mungkin terjadi. Peneliti mencoba meminimalkan bias recall dengan memilih responden dengan bayi usia 6-7 bulan. 2. Jumlah responden yang terbatas kemungkinan dapat mempengaruhi hasil hipotesis. 3. Adanya kemungkinan bias pada hasil penelitian ini bahwa keberhasilan ASI Eksklusif bukan hanya dipengaruhi oleh IMD saja, melainkan bisa juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti: pengetahuan, pengalaman, budaya, orang tua, serta kunjungan antenatal. 4. Instrumen penelitian belum baku dan dikembangkan sendiri oleh peneliti sehingga hasilnya masih belum dapat mewakili secara keseluruhan.
BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan dan dijabarkan pada bab-bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Gambaran karakteristik ibu yang mempunyai bayi usia 6-7 bulan di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur yang menjadi responden dalam penelitian ini, yaitu : usia responden berkisaran 20 - 35 tahun dengan paritas 59,9% multipara dan jenis persalinan normal 52,4%.
2.
Sebagian besar responden tidak melakukan IMD (66,7%). Tampaknya tenaga kesehatan masih kurang mengetahui manfaat dari pelaksanaan IMD itu sendiri sehingga untuk pelaksanaannya pun masih kurang.
3.
Persentase pada ASI Eksklusif adalah sama yaitu ibu yang memberikan ASI Eksklusif sebanyak 21 responden (50%) dan ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 21 responden (50%). Hal ini dikarenakan sesuai dengan desain penelitian yang digunakan yaitu case control.
4.
Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel IMD dengan variabel keberhasilan ASI Eksklusif (p = 0,102).
73
74
B. Saran 1. Bagi Perawat Perawat harus memahami pelaksanaan IMD dengan tepat serta mengetahui akan manfaat dari pelaksanaan IMD maupun pemberian ASI Eksklusif. Adanya Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif adalah jelas mengenai keharusan bagi setiap ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya selama 6 bulan dan diteruskan sampai usia 24 bulan. Disini peran perawat dan tenaga kesehatan yaitu sangat penting dalam memberikan edukasi kepada setiap ibu tentang pelaksanaan IMD dan pemberian ASI Eksklusif. 2. Bagi Puskesmas Ciputat Timur Adanya PP nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif merupakan
landasan
awal
dalam
pembuatan
kebijakan
mengenai
penatalaksanaan program IMD dan pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Ciputat Timur. Pihak Puskesmas Ciputat Timur harus membuat kebijakan tersebut. Kebijakan yang tidak serta merta hanya dibuat saja melainkan harus ada pihak yang selalu memonitoring dan mengevaluasi jalannya kebijakan tersebut sehingga ketika didapatkan tenaga kesehatan yang tidak melaksanakan kebijakan tersebut dengan tepat maka harus diberi sanksi. Pelaksanaan program IMD dapat diobservasi langsung di tempat bersalin dan pemberian edukasi prenatal pada ibu agar ibu paham tentang IMD sehingga ibu bisa kooperatif saat pelaksanaan IMD berlangsung, sedangkan untuk pemberian ASI Eksklusif
75
dilaksanakan dengan cara pemberian pendidikan kesehatan oleh tenaga kesehatan kepada ibu dan ayah di setiap kunjungan antenatal dan imunisasi. 3. Bagi penelitian selanjutnya a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam mengenai
faktor-faktor lain yang
berhubungan
dengan
pemberian ASI Eksklusif seperti pengetahuan dan budaya sehingga hasil penelitian
yang didapatkan menjadi lebih baik.
b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengobservasi dari bayi baru lahir sampai usia enam bulan untuk mengetahui keberhasilan ASI Esklusif dengan baik. c. Peneliti selanjutnya dapat mengkaji mengenai tingkat pengetahuan tentang pelaksanaan IMD dan manfaat ASI Eksklusif dari tenaga kesehatan ataupun kader posyandu, karena hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi dan pengetahuan oleh tenaga kesehatan atau kader posyandu kepada ibu tentang IMD dan ASI Eksklusif.
DAFTAR PUSTAKA Afifah, D.N. (2007). Faktor yang Berperan dalam Kegagalan ASI Eksklusif. Artikel Universitas Diponegoro. Aprillia,Y. (2010). Hipnostetri: rileks, nyaman dan aman saat hamil & melahirkan. Jakarta: GagasMedia. Arifah, I.N. (2009). Perbedaan Waktu Keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini antara Persalinan Normal dengan Caesar di Ruang An Nisa RSI Sultan Agung Semarang. Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Arvin, B.K. (2000). Nelson ilmu kesehatan anak edisi 15 volume 3. Jakarta: EGC. Danim, S. (2003). Metode penelitian kebidanan: prosedur, kebijakan, dan etik. Jakarta: EGC. Damayanti, D. (2010). Asyiknya Minum ASI Tips Nikmati Memberi ASI plus Resep-resep praktis untuk ibu menyusui. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Djaja, S. & Soemantri, S. (2003). Penyebab kematian bayi baru lahir (neonatal) dan sistem pelayanan kesehatan yang berkaitan di Indonesia survei kesehatan rumah tanga (SKRT) 2001. Jurnal. Bul.Penel.Kesehatan, Vol.31. No.3. 2003: 155 - 165. Arikunto, S. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Aritonang, I. & Priharsiwi, E. (2006). Busung lapar. Yogyakarta: Media Pressindo. Bahiyatun. (2009). Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta:EGC. Budiarto, E. (2003). Metodelogi penelitian kedokteran: sebuah pengantar. Jakarta: EGC. Budiasih, K.S. (2008). Handbook ibu menyusui. Bandung: Hayati Qualiti. Budirahardja. (2011). Pedoman teknis pemberian injeksi vitamin K1 profilaksis pada bayi baru lahir. Direktorat bina kesehatan dirjen bina gizi dan kesehatan Ibu dan Anak. Danim, S. (2003). Riset keperawatan: sejarah dan metodelogi. Jakarta: EGC.
Desmawati. (2010). Perbedaan waktu pengeluaran ASI ibu post sectio caesarea dengan post partum normal. Jurnal Bina Widya Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. 22(1): 11-6 Dinartiana, A. & Ni Luh, S. (2011). Hubungan pelaksanaan inisiasi menyusu dini dengan keberhasilan pemberian ASI Ekslusif pada ibu yang mempunyai bayi usia 7-12 bulan di kota semarang. Vol.1 No.2. Jurnal Dinamika Kebidanan. Dharma, K.K. (2011). Metodelogi penelitian keperawatan (pedoman melaksanakan dan menerapkan hasil penelitian). Jakarta: TIM. Djaali & Muljono, P. (2008). Pengukuran dalam bidang pendidikan. Jakarta: Grasindo. ______
Early initiation of breastfeeding (http://www.who.int/elena/titles/early_breastfeeding/en/
Edmon, dkk. (2006). Delayed Breastfeeding Initiation Increases Risk of Neonatal Mortality.PEDIATRICS (ISSN Numbers: Print, 0031 4005;Online, 1098-4275). ______(2001). Early initiation of breastfeeding. e-Library of Evidence for Nutrition Actions (eLENA) (http://www.who.int/elena/titles/early_breastfeeding/en/ dikutip pada 5 November 2014) ______(2014). Health Statistic. Sekretariat Jenderal Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. ISBN 978-602-235-645-5 Eriyanto. (2007). Teknik sampling analisi opini publik. Yogyakarta: LkiS. Fikawati, S. & Ahmad, S. (2009). Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan praktik Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Fakultas Kesehatan Masyaraka Universitas Indonesia. 4(3): 120-131. Fikawati, S. & Syafiq, A. (2010). Kajian implementasi dan kebijakan air susu ibu eksklusif dan inisiasi menyusu dini di Indonesia. Makara Kesehatan. Vol.14. No.1 : 17-24. Ganong, W.F. (2008). Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC. Hegar, B., Suradi, R., Hendarto, A. & Pratiwi, I.G.A., editor. (2008). Bedah ASI: kajian dari berbagai sudut pandang ilmiah.Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta.
Hidayat, A.A.A. (2007). Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Ed.2. Jakarta: Salemba Medika. Hikmawati, I. (2008). Faktor-faktor risiko kegagalan pemberian ASI selama dua bulan (Studi Kasus pada bayi umur 3-6 bulan di Kabupaten Banyumas). Tesis Magister Epidemiologi Universitas Diponegoro Semarang. ______
(2014). Inisiasi Menyusu Dini. 26 Desember (http://www.bayi.web.id/iniasi-menyusu-dini.html dikutip pada tanggal 25 Januari 2015)
Jannah, A.W. (2012). AgroMedia.
Enjoy
your
pregnancy,
mom!.
Jakarta:
Jennifer, H.G. & Muthukumar. (2012). A Cross-sectional Descriptive Study to Estimate the Prevalence of Early Initiation and Exclusive Breast Feeding in the Rural Health Training Centre of a Medical College in Tamilnadu, Southern India. Journal of Clinical and Diagnostic Research.Vol-6(9): 1514 15171514 . Juliastuti, R. (2011). Hubungan tingkat pengetahuan, status pekerjaan dan pelaksanaan inisiasi menyusu dini dengan pemberian ASI eksklusif. Tesis Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Selebas Maret. Karnadi, A. (2014). Bayi prematur dan berat badan lahir rendah. Dunia sehat. http://duniasehat.net/2014/10/31/bayi-prematur-dan beratbadan-lahir-rendah/ (akses tanggal 14 april 2015, pukul 22:08 WIB) Kemenkes. (2014). Profil kesehatan indonesia tahun 2013. Jakarta Kementrian Kesehatan RI KESMAS. (2014). Manfaat Inisiasi Menyusu Dini. Public Health (http://www.indonesian-publichealth.com/2014/01/manfaat inisiasi-menyusu-dini.html dikutip pada 28 Desember 2014 pukul 23:39 WIB) Manuaba, I.G.G. (1998). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta : EGC. Manuaba, Manuaba,C & Manuaba, F. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC. _______(2009).Anatomi dan Fisiologi Payudara. http://www.lusa.web.id/anatomi-dan-fisiologi-payudara/ (akses pada tanggal 5 April 2015 pukul 09:00 WIB)
Martini. (2012). Hubungan inisiasi menyusu dini dengan tinggi fundus uteri ibu postpartum hari ke-tujuh di wilayah kerja puskesmas kotabumi II lampung utara. Tesis Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Marshall, C. (2000). Awal Menjadi Ibu. Jakarta: Arcan. Maulana, H.D.J. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC. Motandang, Z. (2009). Validitas dan reliabilitas suatu instrumen penelitian. Jurnal Tabularasa PPS UNIMED. Vol.6.No.1 Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodelogi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Oxorn, H. & Forte, W.R. (2010). Ilmu kebidanan: patologi & fisiologi persalinan.Ed.1.Yogyakarta: YEM. Purwanti, H.S. (2004). Konsep Penerapan ASI Eksklusif: Buku Saku untuk Bidan. Jakarta: EGC. Queensland Maternity and Neonatal Clinical Guidelines Program. (2010). Breastfeeding initiation. MN10.19-V2-R15. Rahayu, RD., Kuswati., Kurniawati, A. (2012). Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Lama Pemberian ASI. Kementrian Kesehatan Politeknik Surakarta Jurusan Kebidanan. Raharja, S.M. (2013). Resiko kematian ibu menurut usia pada kasus kematian ibu dengan preeklampsia di provinsi jawa timur tahun 2012. Prosiding seminar nasional kependudukan Fakultas Kesehatan Kasyarakat Universitas Jember. Razak.
(2012). ASI eksklusif, artinya ASI, tanpa tambahan apapun.(www.unicef.org dikutip pada 29 Oktober 2014)
Roesli, U. (2009). Mengenal ASI Ekslusif. Seri 1. Jakarta: Puspa Swara. Roesli, U. (2009). Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Pustaka Bunda Roesli, U. (2012). Panduan Inisiasi Menyusui Dini plus ASI eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda. Rosha, B.C. & Utami, N.R. (2013). Determinan pemberian makanan prelaktal pada bayi baru lahir di kelurahan kebon kelapa dan
ciwaringin, kota bogor. Penelitian Gizi dan Makanan. Vol. 36 (1): 54-61. Raghavan,V., Bharti, B., Kumar, P., Mukhopadhyay, K. & Dhaliwal L. (2014).First hour initiation of breastfeeding and exclusive breastfeeding at six weeks: prevalence and predictors in a tertiarycare setting.Indian J Pediatr. 2014 Aug;81(8):743 50. PubMed. Abstrak http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24113879 (diakses pada tanggal 9 desember 2014) Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. (http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan Riskesdas013.PDF dikutip pada 16 Oktober 2014 pukul 11:04 WIB) Riyanto, A. (2011). Aplikasi Yogyakarta: nuha medika.
metodelogi
penelitian
kesehatan.
Suparno, P. (2001). Filsafat dan teori pendidikan. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI) Sari, C.M. (2012). Perbedaan pola pemberian ASI antara ibu yang melakukan dan tidak melakukan inisiasi menyusu dini (studi di wilayah kerja puskesmas margorejo kabupaten pati). Artikel penelitian. Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro. Sears, W & Martha, S. (2003). The Baby Book, segala hal yang anda ketahui tentang bayi anda sejak lahir hingga usia dua tahun. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta. Sherwood, L. (2011). Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Ed.6.Jakarta :EGC. Sinsin, I. (2008). Seri kesehatan ibu dan anak masa kehamilan dan persalinan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Siswosuharjo, S. & Firtria, C. (2010). Panduan super lengkap hamil sehat. Jakarta: Penebar Plus. Soetjaningsih, editor. (1997). Asi: petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta:EGC. Stevens, J., Schmied, V., Burns, E. & Dahlen, H. (2014). Immediate or early skin-to-skin contact after a Caesarean section: a review of the literature.John Wiley & Sons Ltd Maternal and Child Nutrition,10, pp. 456–473.
Sujudi, A. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 450/MENKES/SK/IV/2004 tentang pemberian air susu ibu (ASI) secara eklusif pada bayi di Indonesia. Menteri Kesehatan ditetapkan di Jakarta pada tanggal 7 April 2004 Susanti. (2011). Hubungan inisiasi menyusu dini dengan waktu keluarnya air susu ibu pertama kali pada ibu postpartum. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. UNICEF. (2010). The UNICEF UK Baby Friendly Initiative Orientation to Breastfeeding for General Practitioners. Orientation handbook UNICEF. (2014). Breastfeeding. (http://www.unicef.org/nutrition/index_24824.html dikutip pada 15 Desember 2014 pukul 21:58 WIB) UNICEF Indonesia. (2015). Paket konseling: pemberian makan bayi dan anak. Booklet Pesan Utama. Wadud, M.A. (2013). Hubungan umur ibu dan paritas dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi berusia 0-6 bulan di Puskesmas Pembina Palembang Tahun 2013. Poltekkes KEMENKES Palembang. Wasis. (2008). Pedoman riset praktis untuk profesi perawat. Jakarta: EGC. World Health Organization. (1998). Evidence for the Ten Steps to Successful Breastfeeding. Division of Child Health and Development. Yuliarti, N. (2010). Keajaiban ASI-Makanan terbaik untuk kesehatan, kecerdasan, dan kelincahan si kecil.Ed.1.Yogyakarta:ANDI. Yusuf, A.A. (2002). Penyusuan susu ibu menurut perspektif islam. Kuala lumpur:Sdn Bhd. _____ (2013). Inisiasi Menyusu Dini: sebuah definisi. Portal ASI dan menyusui. http://menyusui.info/tag/inisiasi-menyusu-dini/ (akses tanggal 14 April 2015, pukul 22:02 WIB)
Lampiran 2 INFORMED CONSENT HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) TERHADAP KEBERHASILAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU KELURAHAN CEMPAKA PUTIH CIPUTAT TIMUR Assalamualaikum wr. wb. Salam sejahtera, Nama
: Revi Agusvina
NIM
: 1111104000003 Saya mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan sedang melaksanakan penelitian untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana Keperawatan (S.Kep). Pada lampiran ini terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian. Untuk itu saya harap dengan segala kerendahan hati agar kiranya ibu bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Kerahasiaan jawaban ibu akan dijaga dan hanya diketahui oleh peneliti. Pertanyaan dari peneliti ini mohon dijawab dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan apa yang dipertanyakan sehingga hasilnya dapat memberikan gambaran yang baik untuk penelitian ini. Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan partisipasi ibu untuk peran sertanya dalam studi saya. Apakah Ibu bersedia menjadi responden? YA / TIDAK Tertanda Responden
Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) TERHADAP KEBERHASILAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU KELURAHAN CEMPAKA PUTIH CIPUTAT TIMUR Tujuan: Kuesioner ini dirancang untuk mengidentifikasi: “Hubungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap Keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur”. Petunjuk: 1. Kuesioner akan diisi oleh peneliti dan pertanyaan akan diajukan langsung oleh peneliti 2. Setiap jawaban dimohon untuk dapat memberikan jawaban yang jujur 3. Ibu dapat bertanya langsung pada peneliti jika ada kesulitan dalam memahami pertanyaan yang diajukan A. Data Demografi/Identitas: 1. Nomor responden : 2. Nama Ibu
:
3. Umur ibu
:
(diisi oleh peneliti)
4. Anak yang ke berapa ? : 5. Jenis persalinannya
?:
1. Persalinan normal 2. Persalinan tidak normal Vakum Forcep Caesar
B. Keberhasilan ASI Eksklusif 1. Apakah Ibu memberikan ASI saja kepada bayi dari sejak lahir sampai enam bulan tanpa tambahan makanan atau minuman apapun ? a. Ya b. Tidak KRITERIA ASI EKSKLUSIF : Menurut RISKESDAS (2013) kriteria menyusu eksklusif ditegakkan bila anak umur 0-6 bulan hanya diberi ASI saja pada 24 jam terakhir dan tidak diberi makanan dan minuman lain selain ASI. C. Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 2. Apa yang dilakukan kepada bayi segera setelah lahir ? (tunggu jawaban spontan dari ibu) a. IMD dilakukan b. IMD tidak dilakukan KRITERIA IMD : IMD adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan tanpa dimandikan terlebih dahulu, seluruh badan bayi dikeringkan kecuali telapak tangannya, bayi diletakkan tengkurap di dada ibu dengan kontak langsung antara kulit bayi dan kulit ibu setidaknya selama satu jam sampai dengan bayi berhasil meraih puting ibu untuk menyusu langsung sesuai kebutuhannya atau lamanya menyusu saat IMD ditentukan oleh bayi.
Lampiran 4 Hasil Olahan SPSS Univariat
Usia Ibu Frequency Valid kelompok usia tidak ideal kelompok usia ideal Total
Percent
Valid primipara multipara grand multipara Total
23.8
23.8
23.8
32 42
76.2 100.0
76.2 100.0
100.0
Valid Percent
Cumulative Percent
20
47.6
47.6
47.6
22 42
52.4 100.0
52.4 100.0
100.0
Paritas Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 14 33.3 33.3 33.3 25 59.5 59.5 92.9 3
7.1
7.1
42
100.0
100.0
ASI Eksklusif Frequency Percent Valid Percent Valid Tidak ASI Eksklusif ASI Ekslusif Total
Cumulative Percent
10
Jenis Persalinan Frequenc y Percent Valid persalinan tidak normal persalinan normal Total
Valid Percent
100.0
Cumulative Percent
21
50.0
50.0
50.0
21 42
50.0 100.0
50.0 100.0
100.0
Frequency Valid Tidak IMD IMD Total
IMD Percent Valid Percent
Cumulative Percent
28
66.7
66.7
66.7
14 42
33.3 100.0
33.3 100.0
100.0
Lampiran 5 Hasil Olahan SPSS Bivariat
Case Processing Summary Cases Valid N IMD * ASI Eksklusif
Missing
Percent 42
N
100.0%
Total
Percent 0
N
Percent
0.0%
42
100.0%
IMD * ASI Eksklusif Crosstabulation ASI Eksklusif Tidak ASI Eksklusif IMD
Tidak IMD
Count % within ASI Eksklusif
IMD
Total
11
28
81.0%
52.4%
66.7%
4
10
14
19.0%
47.6%
33.3%
21
21
42
100.0%
100.0%
100.0%
Count % within ASI Eksklusif
Total
17
Count % within ASI Eksklusif
ASI Ekslusif
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig.
Exact Sig.
Exact Sig.
(2-sided)
(2-sided)
(1-sided)
a
1
.050
Continuity Correction
2.679
1
.102
Likelihood Ratio
3.952
1
.047
Pearson Chi-Square
3.857 b
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
.100 3.765
1
.052
42
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.00. b. Computed only for a 2x2 table
.050
Lampiran 6 Rekapitulasi Jawaban Responden pada Kuesioner Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Usia 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
JP 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1
Paritas 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 3 2 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2
P1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1
P2 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
2 2 2 1 1 2 1 2 2 2
2 2 1 1 1 1 2 2 1 1
2 2 1 2 2 2 1 1 1 2
KETERANGAN Usia JP Paritas P1 P2
= Usia Responden = Jenis Persalinan yang dilakukan = Paritas Responden saat melakukan kunjungan = Pertanyaan ASI Eksklusif = Pertanyaan IMD
1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 1 1 1 0 0 0 0 0 0