HUBUNGAN FUNGSI KELOMPOKTANI DENGAN TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PTT PADI SAWAH (Oryza sativa L.) (Studi Kasus di Kecamatan Cireunghas Kabupaten Sukabumi) Diat Sujatman Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sukabumi Corr :
[email protected] ABSTRAK Pengkajian bertujuan untukmengetahuihubungan fungsi kelompoktani dengan penerapan teknologi PTT padi sawah.Pengkajian dilaksanakan satu bulan, mulai 18 Februari sampai 19 Maret 2013 pada Kelompoktani yang memperoleh SL-PTT dana kontingensi tahun 2012 di Kecamatan Cireunghas Kabupaten Sukabumi. Metode yang digunakan adalah survey terhadap 30 orang responden. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, dananalisisKorelasi Pearson (Pearson Correlation). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa fungsi Kelompoktani di Kecamatan Cireunghas Kabupaten Sukabumisebagai kelas belajar, sebagai unit usaha dan fungsi kelompoktani sebagai wahana kerjasama masih rendah.Tingkat Penerapan Teknologi PTT di Kecamatan Cireunghas Kabupaten Sukabumi, untukpenerapan penggunaan varietas unggul baru (VUB) cukup tinggi (>50%), sedangkan dalam hal penerapan pemupukan berimbang dalam hal menentukan dosis pemupukan sesuai dengan anjuran masih rendah (20%) dan tingkat penerapan pengendalian hama terpadu dalam hal melestarikan musuh alami hama masih rendah (30%).Terdapat hubungan antara fungsi kelompoktani dengan tingkat penerapan teknologi PTTdiKecamatan Cireunghas Kabupaten Sukabumi. Kata Kunci :Kelompoktani, Teknologi PTT, Padi ABSTRACT The research aims to determine the relationship between the farmer group functions and the PTT technology implementation level in padi sawah. The research was carried out for one month, from 18 February to March 19, 2013 at 2 farmer groups which received the SL-PTT contingency fund in 2012 in the District of Sukabumi Cireunghas. The method used was a survey of 30 respondents. The analysis technique used was descriptive analysis and Pearson correlation analysis (Pearson Correlation). The results indicated that the farmer group functions in District Cireunghas Sukabumi were low. Level of PTT Technology Implementation in District Cireunghas Sukabumi: 1. The usage of new paddy varieties (VUB/Varietas Unggul Baru) is quite high (> 50%; 2. Whereas in the case of the application of balanced fertilizer in terms of determining the dose of fertilizer in accordance with the recommendation is still low (20%);3. And the level of implementation of integrated pest control in terms of conserving natural enemies of pests is still low (30%). There is a strong relationship between the farmer group functions and the level of PTT technology implementation in District Cireunghas Sukabumi. Key words: farmer group functions, PTT oftechnology, oryza sativa
PENDAHULUAN Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang memiliki makna sentral karena perannya dalam meletakkan dasar yang kokoh bagi perekonomian bangsa. Subsektor tanaman pangan memiliki peranan yang cukup penting dan strategis dalam pembangunan nasional dan regional. Peranan strategis subsektor tanaman pangan antara lain dalam pengembangan dan penumbuhan ketahanan pangan, kesempatan kerja, sumber pendapatan, serta perekonomian nasional dan daerah (BPPSDMP, 2010). Produktivitas hasil pertanian akan terpengaruh seiring dengan pertumbuhan penduduk dan peningkatan permintaan hasil-hasil pertanian, demikian pula halnya dengan padi. Salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan usahatani adalah sumberdaya manusia para petani sebagai pelaku utama. Pemberdayaan petani tersebut sangatlah dirasakan penting untuk dilakukan, guna mempercepat dan mempermudah adopsi inovasi teknologi yang semakin berkembang.Pemberdayaan petani dan usaha kecil di perdesaan dilakukan melalui pendekatan kelompok. Kelompoktani mempunyai fungsi yang sangat penting dalam peningkatan kegiatan suatu usahatani. Upaya peningkatan produksi padi nasional telah ditempuh pemerintah dalam rangka peningkatan produksi beras untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun Hal ini diimplementasikan, antara lain, melalui program Peningkatan Produksi Beras
Nasional (P2BN), melalui penerapan inovasi teknologi, salah satunya adalah teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (BBPPTP, 2008).PTT padi merupakan suatu pendekatan inovatif dalam upaya peningkatan efisiensi usahatani padi dengan menggabungkan komponen teknologi yang memiliki efek sinergistik. Penelitianini adalah untuk mengetahui sejauhmana hubungan fungsi kelompoktani sebagai kelas belajar, sebagai unit produksi dan sebagai wahana kerjasama dengan penerapan teknologi PTT padi sawah di Kecamatan Cireunghas.
METODOLOGI Penelitian ini dilaksanakan satu bulan, mulai 18 Februari sampai 19 Maret 2013 pada Kelompoktani yang memperoleh SL-PTT dana kontingensi tahun 2012 di Kecamatan Cireunghas Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Pengkajian difokuskan pada kelompoktani yang memperoleh kegiatan SL-PTT dana kontingensi tahun 2012 yaitu Kelompoktani Tegalpanjang Desa Tegalpanjang, Kelompoktani Al Masyhad Desa Cikurutug dan Kelompoktani Tani Maju Desa Bencoy. Pengambilan sampel berdasarkan jumlah (QuotaSampling)yang telah dipilih dengan pertimbangan tertentu (purposive sampling), yaitu tiap-tiap kelompoktani ditentukan sebanyak 10 orang yang terdiri atas 3 orang pengurus dan 7 orang anggota sehingga jumlah responden sebanyak 30 orang.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara pengamatan (observasi) dan wawancara secara langsung kepada petani anggota kelompoktani Tegalpanjang, Al Masyhad dan Tani Maju sebagai responden dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait (Programa BP3K, Desa, Tabel 1. Operasionalisasi Variabel No Variabel Definisi Variabel 1
2
Kecamatan). Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, pembagian kuisioner pada responden dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan.Instrumen yang akandigunakan dalam penelitianadalah kuesioner tertutup atau kuesioner yang telah ada jawabanya, sehingga responden tinggal memilih jawabannya saja.Operasional Variabel pengkajian dapat di lihat pada Tabel 1.
Indikator
Pengukuran
Fungsi kelompoktani
Suatu unsur yang melibatkan tugas kelompok sebagai suatu wadah belajar bersifat non formal dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani
3 fungsi Kelompoktani :
Skor :
Sebagai kelas belajar Sebagai unit produksi Sebagai wahana kerjasama
1. Sangat Tinggi = 4 Fungsi 2. Tinggi = 3 Fungsi 3. Sedang = 2 Fungsi 4. Rendah = 1 Fungsi
Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
Suatu pendekatan dalam produksi padi sawah agar proses produksi yang diterapkan sesuai dengan kondisi lingkungan setempat
4 Komponen Dasar Teknologi PTT :
Skor :
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ditabulasi dan diuraikan secara deskriptif, untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan data yang
1. Penggunaan Varietas Unggul Baru (VUB) 2. Penggunaan Benih Bermutu dan Berlabel 3. Pemupukan berimbang sesuai kebutuhan tanaman status hara tanah 4. Pengendalian Hama terpadu (PHT)
1. Sangat Tinggi = 4 komponen 2. Tinggi = 3 komponen 3. Sedang = 2 komponen 4. Rendah = 1 komponen
telah terkumpul, sebagaimana adanya, tanpa bermaksud menarik kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Teknik yang digunakan
untuk menjawab rumusan masalah apakah terdapat hubunganantara fungsi kelompoktani dengan tingkat penerapan teknologi PTT padi sawah, dilakukan dengan analisis Korelasi Pearson (Pearson Correlation). Untuk mengetahui kuat lemahnya tingkat atau derajat keeratan hubungan antara variabel X dan variabel Y, digunakan pedoman seperti yang tercantum pada Tabel 2(Sugiono, 2007).
Untuk mengetahui besarnya sumbangan/kontribusi dari variabel X terhadap variabel Y dilakukan dengan cara menghitung koefisien penentu (coefficient ofdetermination)menggunakan rumus D = r2,dimana D adalah derajat keeratan hubungan dan r2 adalah koefisien penentu. Sehingga besarnyasumbangan/konstribusi variabel X terhadap variabel Y adalah: r2 x 100% (Suryabrata, 2004).
Tabel 2. Kriteria tingkat hubungan berdasarkan nilai korelasi No. Interval Koefisien Tingkat Hubungan 1. 0,00 – 0,19 Lemah 2. 0,20 – 0,39 Rendah 3. 0,40 – 0,59 Sedang 4. 0,60 – 0,79 Kuat 5. 0,80 – 1,00 Sangat Kuat Sumber : Sugiono (2007) Nilai kuesioner yang diperoleh dari responden ditabulasi dan diolah kemudian dilakukan uji analisis dengan aplikasi SPSS versi 17.
Kecamatan Cireunghas adalah sebagai berikut :
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Wilayah Kecamatan Cireunghas Kondisi Geografis Secara geografis Kecamatan Cireunghas terletak pada 3 km sebelah Utara Kabupaten Sukabumi. Luas wilayah Kecamatan Cireunghas adalah 2.821,122 Ha, meliputi lima desa yang dihubungkan dengan jalan propinsi dan jalan kabupaten. Jarak dari ibu kota Kabupaten Sukabumi (Palabhuanratu) adalah 72 Km. Batas administratif
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sukalarang Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Gegerbitung Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kebonpedes Sebelum Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur
Kondisi Biofisik Areal tanah di Kecamatan Cireunghas menurut penggunaannya terdiri atas lahan sawah 802,622, kolam 8,2 Ha, ladang 419,65 Ha, lahan pekarangan 32,50 Ha, perkebunan rakyat 773,0 Ha, Tegalan 467,39 Ha dan lahan bangunan 387,313 Ha. Kecamatan Cireunghas terletak pada ketinggian 500-
700 meter di atas permukaan laut dan memiliki suhu udara rata-rata 21oC - 30oC dengan curah hujan rata 3.200 mm/tahun. Keadaan tanah di Kecamatan Cireunghas sebagian besar terdiri atas jenis latosol merah kecoklatan. Curah hujan rata-rata selama lima tahun adalah 3.715 mm, dengan lama bulan basah 8 bulan dan ratarata lama bulan kering 4 bulan. Curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2001 sebanyak 5.739 mm, sedangkan curah hujan terkecil dengan bulan kering selama 7 bulan terjadi pada tahun 2006. Kondisi Sosial Ekonomi Jumlah penduduk di Kecamatan Cireunghas berdasarkan hasil pendataan penduduk tahun 2011 adalah 41.842 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 21,091 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 20,751 jiwa. Jumlah Kepala Keluarga sebanyak 10.322 KK dengan jumlah KK Tani sebanyak 6.779 KK. Status petani kecamatan Cireunghas pada tahun 2012 diidentifikasi bahwa keadaan buruh tani dan petani penggarap masih relatif tinggi. Hal tersebut tidak didukung oleh sistem kerjasama yang baik dengan petani pemilik, sehingga pendapatan petani penggarap dan buruh tani masih sangat rendah. Status pemilikan lahan di Kecamatan Cireunghas pada tahun 2011
menunjukkan bahwa pemilikan lahan terbanyak berkisar antara 0,1-0,25 Ha yaitu 38,74%. Keadaan Umum Responden Karakteristik respondendalam pengkajian diklasifikasikan berdasarkan umur, tingkat pendidikan dan pengalaman bertani padi sawah. Jumlah responden pada pengkajian adalah 30 orang petani padi sawah. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara menggunakan kuisioner. Kegiatan usahatani padi sawah merupakan kegiatan yang dominan dilakukan oleh para petani di Kecamatan Cireunghas. Produktivitas hasil panen padi sawah di Kecamatan Cireunghas saat ini mencapai rata-rata 6,8 ton per hektar. Hasil tersebut masih berpeluang untuk ditingkatkan lagi dengan penerapan teknologi pengelolaan tanaman dengan sumberdaya terpadu. Keadaan Responden Berdasarkan Umur Umur seseorang merupakan salah satu karakteristik internal individu yang mempengaruhi fungsi biologis dan psikologis individu. Berdasarkan hasil wawancara langsung, responden memiliki tingkat umur yang beragam. Keadaan responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. KeadaanResponden Berdasarkan Umur No 1 2 3 4
Usia (tahun) 28 – 40 41 – 50 51 – 60 >60 Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
2 12 11 5 30
6,7 40,0 36,6 16,7 100
Tabel 3 menunjukkan bahwa berdasarkan proporsi umur paling banyak pada kisaran 41 – 50 tahun (40.0%). Dalam hubungannya dengan produktivitas jika mengacu pada usia produktif 20 – 55 tahun, petani responden umumnya produktif, sebagian kecil termasuk pada usia kurang produktif. Kondisi umur produktif ini akan sangat berpengaruh terhadap motivasi individu untuk berperan aktif dalam satu kegiatan atau aktivitas. Hal ini sejalan, bahwa kisaran umur produktif seseorang berada pada puncak kematangan produktivitas terutama untuk pekerjaan yang bersifat pencurahan tenaga kerja. Lebih jauh, Marzuki S (2001) menyatakan bahwa masyarakat usia muda selain lebih mudah menerima ide baru juga cenderung lebih cepat mengambil keputusan tentang obyek yang diminati.
Keadaan Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan cerminan tingkat penguasaan seseorang terhadap suatu pengetahuan yang penerapannya terlihat pada prilakunya dalam hidup bermasyarakat. Tingkat pendidikan juga memiliki peranan yang sangat besar dalam proses penerapan teknologi dan inovasi. Berdasarkan tingkat pendidikan, responden memiliki latar belakang pendidikan terakhir yang beragam, dari tingkat SD sampai SMA. Kebanyakan petani responden memiliki latar belakang pendidikan SD yaitu 56,6%. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan No
Tingkat pendidikan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
SD
17
56,66
2
SMP
9
30
3
SMA
4
13.33
30
100
Jumlah
Tabel 4 menggambarkan dari seluruh responden yang diwawancarai, yang berpendidikan tamat SD mencapai persentase tertinggi yaitu 56,66%. Secara teoritis tingkat pendidikan formal merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang untuk berpikir lebih baik dan rasional, memilih alternatif-alternatif dan cepat untuk menerima dan melaksanakan suatu inovasi (Soekarwati, 2005).
Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Bertani Pengalaman bertani adalah lamanya satuan tahun usahatani yang dilakukan responden. Berdasarkan hasil wawancara dan kuisioner kepada petani padi sawah mengenai lamanya bertani padi sawah, kebanyakan petani lebih dari 30 tahun menjadi petani padi sawah. Karakteristik responden
berdasarkan pengalaman bertani dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Karakteristik responden berdasarkan pengalaman bertani No
Lamanya Menjadi Petani Padi Sawah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
1 – 10 tahun
4
13,33
2
11 – 20 tahun
8
26,67
3
21 – 30 tahun
12
40,00
4
>30 tahun
6
20,00
30
100
Jumlah
Pengalaman bertani yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas seseorang dalam hal – hal tertentu, misalnya dalam hal berusahatani padi sawah. Asumsi tersebut menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara lamanya pengalaman berusahatani seseorang dengan tingkat kemandirian orang tersebut dalam penerapan teknologi usahatani. Sebagaimana dikemukakan oleh Rogers (2003) dalam Nurlina (2004) yang menyatakan bahwa petani yang tegolong dalam kelompok laggards, sebagian besar adalah petani yang berusia tua dan berpengalaman tinggi. Namun seringkali potensi pengalaman yang dimilikinya menjadi faktor kebanggan. Akibatnya proses difusi dan adopsi teknologi sulit diterima oleh petani tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Fungsi Kelompoktani Berdasarkan hasil analisis data secara deskriptif tentang fungsi kelompoktani sebagai kelas belajar diperoleh data nyata di lapangan bahwa baru 26,7% anggota kelompoktani yang merumuskan keperluan untuk belajar, 50% anggota kelompoktani membahas
perkembangan usahataninya dalam setiap kegiatan pertemuan, 56,7% anggota kelompoktani diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan 46,7% anggota kelompoktani telah merumuskan kesepakatan bersama dalam melakukan suatu kegiatan. Sedangkan berkaitan dengan fungsi kelompoktani sebagai unit produksi kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa 63,35% anggota kelompoktani telah melakukan perencanaan bersama dalam kegiatan usahatani, 36,7% anggota kelompoktani melakukan perencanaan permodalan bersama, 43,3% anggota ikut berperan dalam pengadaan sarana produksi dan 33,3% anggota menerapkan teknologi tepat guna pertanian. Berkaitan dengan fungsi kelompoktani sebagai wahana kerjasama, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa 90% anggota kelompoktani telah melakukan pembagian tugas dalam kelompok secara merata, 50,0% anggota kelompoktani melakukan kerjasama dalam mendapatkan pembelajaran, 26,7% telah melakukan pemupukan modal kelompok dan baru 36,7% anggota kelompoktani yang melakukan kerjasama dengan penyedia sarana produksi. Tingkat Penerapan Teknologi PTT
Berdasarkan hasil analisis secara deskriptif tentang tingkat penerapan teknologi PTT, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa 60% anggota kelompoktani telah mengetahui 4 – 5 varietas padi unggul baru, 56,7% anggota kelompoktani telah mengetahui produktivitas padi varietas unggul baru, 60% anggota kelompoktani telah mengetahui ciri-ciri benih padi varietas unggul baru dan 56,7% anggota kelompoktani telah menggunakan benih varietas unggul baru sesuai dosis yang dianjurkan. Berkaitan dengan tingkat penerapan penggunaan benih bersertifikat dan berlabel, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa 63% anggota kelompoktani telah menggunakan benih bersertifikat/berlabel dalam menanam padi sawah dan 50% anggota kelompoktani memberikan perlakuan benih sebelum disebar. Berkaitan dengan tingkat penerapan pemupukan berimbang keadaan nyata di lapangan menunjukkan bahwa 40% anggota kelompoktani telah menggunakan jenis pupuk sesuai anjuran, tetapi baru 20% anggota kelompoktani yang menentukan dosis pemupukan sesuai dengan anjuran dan 60% anggota kelompoktani telah melaksanakan cara pemupukan sesuai anjuran. Sedangkan berkaitan dengan tingkat penerapan pengendalian hama terpadu, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa 50% anggota kelompoktani telah melakukan pengamatan areal sawahnya secara rutin seminggu sekali, 30% anggota
kelompoktani telah melestarikan musuh alami hama dan 63,3% anggota kelompoktani telah melakukan pengendalian hama dengan menggunakan pestisida sesuai anjuran yang selektif dan berdasarkan ambang ekonomi (economy threshold). Hubungan Fungsi Kelompoktani dengan Tingkat Penerapan Teknologi PTT Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara wawancara langsung kepada responden melalui sejumlah pertanyaan yang tercantum dalam lembar kuisioner. Daftar pertanyaan pada kuisioner tersebut mengacu pada empat variabel terikat dan satu variabel bebas. Hipotesis yang diajukan adalah terdapat hubungan antara fungsi kelompoktani dengan tingkat penerapan teknologi PTT padi sawah diKecamatan Cireunghas Kabupaten Sukabumi. Dari hasil pengolahan data penelitian dengan bantuan perhitungan program SPSS versi 17 diperoleh data nilai R adalah 0,812 yang menunjukkan hubungan variabel X dan Y. Berdasarkan data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa terdapat hubungan kuat antara fungsi kelompoktani dengan tingkat penerapan teknologi pengelolaan tanaman terpadu (Sugiono, 2007). Hasil pengolahan data yang menunjukkan hubungan antara fungsi kelompoktani dengan tingkat penerapan teknologi PTT dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8.
Tabel7. Hubungan Fungsi Kelompoktani dengan Tingkat Penerapan Teknologi PTT Hubungan
Fungsi Kelompoktani
Tingkat Penerapan Teknologi PTT
Pearson Correlation 1 Fungsi Sig. (2-tailed) Kelompoktani N 30 Penerapan Pearson Correlation .812** PTT Padi Sig. (2-tailed) .000 Sawah N 30 **. Korelasi sangat signifikan (pada level 0.01-2 arah).
.812** .000 30 1
Berdasarkan daya dukung wilayahnya, Kecamatan Cireunghas merupakan wilayah yang potensial untuk usahatani padi sawah, karena areal pertanian yang ada di Kecamatan Cireunghas didominasi oleh lahan sawah. Permasalahan yang ada pada para petani di Kecamatan Cireunghas saat ini adalah
30
para petani padi sawah belum menerapkan empat komponen teknologi dasar pengelolaan tanaman terpadu, sehingga produktivitas hasil panen belum optimal. Padahal jika para petani padi sawah mau menerapkan empat komponen teknologi dasar tersebut produktivitas hasil panen masih berpotensi untuk ditingkatkan.
Tabel 8. Hubungan Komponen Fungsi Kelompoktani dengan Tingkat Penerapan Komponen Teknologi PTT Hubungan Benih Benih Pemupukan Bermutu dan PHT VUB Berimbang Berlabel Pearson Correlation Kelas belajar
Sig. (2-tailed) N
Unit Produksi
Pearson Correlation
.524**
.576**
.394*
.524**
.003
.001
.031
.003
30
30
30
30
.626**
.790**
.511**
.626**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .004 .000 N 30 30 30 30 ** ** ** Pearson Correlation 709 .681 .447 .709** Wahana Sig. (2-tailed) .000 .000 .013 .000 Kerjasama N 30 30 30 30 **. Korelasi sangat signifikan ( pada level 0.01-2 arah) *. Korelasi signifikan (pada level 0.05-2 arah) Menurut Deptan (2007), Hubungan Fungsi Kelompoktani dengan Tingkat Penerapan Teknologi kelompoktani merupakan wadah bagi setiap anggotanya untuk berinteraksi guna PTT
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam berusahatani. Selain itu kelompoktani juga merupakan satu kesatuan unit usaha tani untuk mewujudkan kerjasama dalam mencapai skala ekonomi yang lebih menguntungkan dan merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok dan antara kelompok dengan pihak lain untuk menghadapi berbagai ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan. Secara umum keberadaan kelompoktani yang ada di Cireunghas belum berfungsi secara optimal. Hal tersebut dibuktikan dengan keberadaan kelas kemampuan kelompoktani yang rata-rata berada pada kelas Lanjut. Berdasarkan hasil penelitian dengan bantuan perhitungan program SPSS versi 17 diperoleh data nilai R adalah 0,812 yang menunjukkan hubungan variabel X dan Y. Berdasarkan data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa terdapat hubungan kuat antara fungsi kelompoktani dengan tingkat penerapan teknologi PTT (Sugiono, 2007). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mohammad Yusuf yang dilakukan di Desa Bandungbaru Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu.
Hubungan Komponen Fungsi Kelompoktani Dengan Tingkat Penerapan Komponen Teknologi PTT Tabel 10 menunjukkan bahwa hubungan fungsi kelompoktani sebagai kelas belajar dengan tingkat penerapan penggunaan varietas unggul baru (VUB) memiliki nilai 0,524 yang dapat
dikategorikan memiliki hubungan sedang dan berdasarkan hasil uji signifikasi hasilnya menunjukkan nilai 0.003 masih lebih kecil daripada batas kritis α = 0.01 yang berarti asosiasi kedua variabel tersebut adalah sangat signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang terjadi dalam kelompoktani mengalami peningkatan, sehingga pengetahuan anggota kelompoktani tentang varietas-varietas padi unggul baru yang mempunyai produktivitas tinggi makin banyak dikenal oleh petani. Indikator befungsinya kelompoktani sebagai kelas belajar ditandai dengan pengurus dan anggota kelompoktani dapat merumuskan keperluan belajar, pertemuan membahas usahatani, mengemukakan pendapat, dan merumuskan kesepakatan bersama terhadap penerapan benih VUB. Hubungan fungsi kelompoktani sebagai unit produksi dengan penerapan benih VUB memiliki nilai 0,626 dan dapat dikategorikan memiliki hubungan kuat. Berdasarkan hasil uji signifikasi hasilnya menunjukkan nilai 0,000 yang berarti asosiasi kedua variabel tersebut adalah sangat signifikan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan peningkatan fungsi kelompoktani sebagai unit produksi yang ditandai dengan semakin tinggi kesadaran para anggota kelompoktani untuk menggunakan benih varietas unggul baru dalam usahataninya. Peningkatan fungsi kelompoktani sebagai satu kesatuan unit usahatani akan mewujudkan kerjasama dalam mencapai skala ekonomi yang lebih menguntungkan. Untuk mencapai hal tersebut harus dilakukan perencanaan kelompok dalam penentuan usaha bersama, menyusun rencana
permodalan, pengadaan sarana produksi, dan penerapan teknologi tepat guna (Zaini Z, et al, 2010). Berdasarkan hasil uji korelasi,hubungan fungsi kelompoktani sebagai wahana kerjasama dengan penerapan varietas unggul baru memiliki nilai 0,626 dan dapat dikategorikan memiliki hubungan kuat. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin meningkat fungsi kelompoktani dalam bidang kerjasama, maka semakin meningkat keinginan anggota kelompoktani dalam memperoleh dan menggunakan varietas unggul baru, sehingga mereka bekerjasama untuk dapat memperoleh varietas unggul baru. Keadaan nyata di lapangan menunjukkan adanya pembagian tugas dalam kelompok, saling berbagi informasi tentang adanya varietas unggul baru, melakukan pemupukan modal kelompok dengan menabung di kelompok dan adanya usahatani sampingan seperti beternak domba secara bersama-sama di kelompok yang djadikan sebagai sumber tabungan kelompok. Hubungan tersebut ditunjukkan pula dengan perubahan pengetahuan para petani yang telah mengenal varietas-varietas baru padi sawah dan mulai menggunakan varietas tersebut dan penyediaannya dilakukan secara bersama-sama di kelompoktani. Penggunaan benih VUB mampu beradaptasi dengan lingkungan untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang baik, hasil tinggi dan kualitas baik serta rasa nasi diterima pasar. Penggunaan benih VUB secara bergantian dapat memutus siklus hidup hama dan penyakit. Saat ini telah tersedia berbagai varietas unggul yang dapat dipilih sesuai dengan kondisi wilayah, mempunyai
produktivitas tinggi, dan sesuai permintaan konsumen. Varietas unggul baru yang dapat dikembangkan antara lain varietas Mekongga, Ciherang,Cigeulis, Ciliwung dan Bondoyudo (BBPPTP, 2008) Hubungan fungsi kelompoktani sebagai kelas belajar dengan tingkat penerapan penggunaan benih bermutu dan berlabel menunjukkan nilai 0,576. Angka tersebut dikategorikan memiliki hubungan sedang dan berdasarkan hasil uji signifikansi hasilnya menunjukkan nilai 0,001 yang berarti asosiasi kedua variabel tersebut adalah sangat signifikan karena nilai tersebut masih lebih kecil daripada batas kritis α = 0,01. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa para petani yang telah mendapatkan program SL-PTT sudah mulai mengenal benih bermutu dan berlabel, mengetahui cara-cara perlakuan benih sebelum sebar dan mengetahui jumlah kebutuhan benih yang tepat untuk areal sawahnya. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Zaini Z, et al (2010), penggunaan benih bersertifikat dan benih vigor sangat disarankan, karena 1) benih bermutu akan menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak, 2) benih yang baik akan menghasilkan perkecambahan dan pertumbuhan yang seragam, 3) ketika ditanam pindah, bibit dari benih yang baik dapat tumbuh lebih cepat dan tegar, dan 4) dari benih yang baik akan diperoleh hasil tinggi. Hubungan fungsi kelompoktani sebagai unit produksi dengan tingkat penerapan penggunaan benih bermutu menunjukkan hubungan yang kuat dengan nilai korelasi 0,790. Artinya semakin tinggi fungsi kelompoktani sebagai unit produksi semakin tinggi kesadaran para
anggota kelompoktani untuk menggunakan benih bermutu dalam usahataninya. Hal tersebut ditunjukkan dengan perubahan sikap para petani yang telah menggunakan benih bermutu dan berlabel pada usahataninya. Berdasarkan hasil uji korelasi, hubungan fungsi kelompoktani sebagai wahana kerjasama dengan penerapan benih bermutu memiliki nilai 0, 681 dan dikategorikan berhubungan kuat dan berdasarkan hasil uji signifikansi hasilnya menunjukkan nilai 0,000 yang berarti asosiasi kedua variabel tersebut adalah sangat signifikan karena nilai tersebut masih lebih kecil daripada batas kritis α = 0,01. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin meningkat fungsi kelompoktani dalam bidang kerjasama, maka semakin meningkat keinginan anggota kelompoktani dalam memperoleh dan menggunakan benih bermutu, sehingga mereka bekerjasama untuk dapat memperoleh benih bermutu. Sejalan dengan hal tersebut, Marzuki (2001) mengemukakan bahwa untuk dapat mengatasi ataupun menekan resiko ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan hingga ambang ekonomi yang dapat diterima petani maka kelompoktani harus dapat menanggulangi atau mengatasinya. Cara yang dilakukan adalah memperkuat dan menjalin kerjasama antara sesama petani dalam kelompok dan antar kelompok dengan pihak lain. Peranan kelompoktani sebagai wahana kerjasama antar anggota kelompok dengan pihak lain dilakukan melalui peningkatan berbagai kemampuan. Hubungan fungsi kelompoktani sebagai kelas belajar dengan penerapan
pemupukan berimbang memiliki nilai 0,394. Nilai tersebut dikategorikan memiliki hubungan rendah (Sugiono, 2007). Berdasarkan hasil uji signifikansi hasilnya menunjukkan nilai 0,031 yang berarti asosiasi kedua variabel tersebut adalah signifikan karena nilai tersebut masih lebih kecil daripada batas kritis α = 0,05. Keadaan tersebut mungkin disebabkan karena para petani belum mengetahui dan memahami jenis dan dosis pemupukan yang tepat dan para petani di Kecamatan Cireunghas masih melakukan pemupukan hanya berdasarkan kebiasaan bukan berdasarkan bagan warna daun BWD atau berdasarkan perangkat uji tanah sawah (PUTS). Hal tersebut mungkin disebabkan oleh kurangnya alat penentuan pemupukan N dengan menggunakan Bagan Warna Daun (BWD) dan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) dalam penentuan pupuk P dan K, sehingga aplikasi pemupukan dengan prinsip tepat jumlah, jenis, cara, dan waktu aplikasi pemupukan sesuai pertumbuhan tanaman dan keadaan unsur hara tanah belum diterapkan sepenuhnya. Indikator pemupukan berimbang adalah jenis pupuk yang digunakan, penentuan dosis pemupukan, dan cara melakukan pemupukan. Menurut Soekarwati (2005) sebagai kelas belajar mengajar kelompoktani harus bisa merencanakan, merumuskan tujuan dan keperluan materi yang akan mereka pelajari, sehingga iklim/lingkungan belajarakan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh petani tersebut. Selanjutnya setelah mendapatkan hasil belajar sesuai dengan pendapat yang sudah dikemukakan lalu dibuat rumusan kesepakatan bersama untuk memecahkan
masalah utama yang sedang dihadapi oleh kelompoktani. Kegiatan selanjutnya adalah melakukan pertemuan berkala sesuai dengan kesepakatan kelompok untuk memecahkan masalah dengan kerjasama dengan instansi terkait. Hubungan fungsi kelompoktani sebagai unit produksi dengan tingkat penerapan pemupukan berimbang mempunyai nilai 0,511 dengan nilai hasil uji signifikasi 0,004. Nilai tersebut dikategorikan Sedang dan asosiasi kedua variabel tersebut Sangat Signifikan. Artinya semakin tinggi fungsi kelompoktani sebagai unit produksi semakin tinggi kesadaran para anggota kelompoktani untuk menerapkan pemupukan berimbang dalam usahataninya. Menurut Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (2008), agar efektif dan efisien penggunaan pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara dalam tanah. Kebutuhan N tanaman dapat diketahuidengan cara mengukur tingkat kehijauan warna daun padimenggunakan Bagan Warna Daun (BWD). Nilai pembacaanBWD digunakan untuk mengoreksi dosis pupuk N yang telahditetapkan sehingga menjadi lebih tepat sesuai dengan kondisitanaman, sedangkan pemupukan P dan K disesuaikan dengan hasil analisis status hara tanah dan kebutuhan tanaman. Hubungan fungsi kelompoktani sebagai wahana kerjasama dengan tingkat penerapan pemupukan berimbangberdasarkan hasil uji korelasi memiliki nilai 0,447 dikategorikan berhubungan Sedang (Sugiono,2007). Sedangkan berdasarkan hasil uji signifikasi hasilnya menunjukkan nilai
0,013 yang berarti asosiasi kedua variabel tersebut adalah signifikan karena nilai tersebut masih lebih kecil daripada batas kritis α = 0,05. Hal itu berarti bahwa semakin meningkat fungsi kelompoktani dalam bidang kerjasama, maka semakin meningkat keinginan anggota kelompoktani dalam memperoleh dan menerapkan pemupukan berimbang, sehingga mereka bekerjasama untuk dapat memperoleh pupuk. Beradasarkan hasil uji korelasi, hubungan fungsi kelompoktani sebagai kelas belajar dengan penerapan pengendalian hama terpadu (PHT) memiliki nilai 0,524, dikategorikan Sedang dan hasil uji signifikansi menunjukkan nilai 0,003 yang berarti asosiasi kedua variabel tersebut adalah signifikan karena nilai tersebut masih lebih kecil daripada batas kritis α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang terjadi dalam kelompoktani semakin meningkat, sehingga pengetahuan anggota kelompoktani tentang pengendalian hama terpadu (PHT) semakin meningkat. Para petani padi sawah di Kecamatan Cireunghas telah mengetahui dan memahami tentang cara-cara pengamatan hama secara terpadu dan mengetahui cara melestarikan musuh alami hama padi sawah. Tabel 9 menunjukkan hubungan fungsi kelompoktani sebagai unit produksi dengan penerapanpengendalian hama terpadu mempunyai nilai 0,626 dan di kategorikan mempunyai hubungan Kuat (Sugiono, 2007). Berdasarkan hasil uji signifikasi hasilnya menunjukkan nilai 0,000 yang berarti asosiasi kedua variabel tersebut adalah sangat signifikan karena
nilai tersebut masih lebih kecil daripada batas kritis α = 0,01. Hal tersebut berarti semakin tinggi fungsi kelompoktani sebagai unit produksi semakin tinggi kesadaran para anggota kelompoktani untuk menerapkan pengendalian hama terpadu dalam usahataninya. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar petani telah melakukan pengendalian hama secara terpadu. Hubungan fungsi kelompoktani sebagai wahana kerjasama terhadap penerapan pengendalian hama terpadu mempunyai nilai korelasi 0,709 dan di kategorikan mempunyai hubungan Kuat (Sugiono, 2007). Berdasarkan hasil uji signifikasi hasilnya menunjukkan nilai 0,000 yang berarti asosiasi kedua variabel tersebut adalah sangat signifikan karena nilai tersebut masih lebih kecil daripada batas kritis α = 0,01. Hal ini menunjukan bahwa semakin meningkat fungsi kelompoktani dalam bidang kerjasama, maka semakin meningkat kerjasama anggota kelompoktani dalam pengendalian hama secara terpadu pada tanaman padi sawah. Para petani di Kecamatan Cireunghas sebagian besar telah melakukan pembelajaran dari pengalamannya sendiri melalui pertemuan rutin kelompok, merencanakan usahatani dalam pengadaan alat-alat pengendali hama, bersama-sama dalam melestarikan musuh alami, kerjasama dalam mengendalikan hama seperti hama tikus dengan melakukan gropyokan dan pengemposan bersama terhadap lubang tikus. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan hasil pengkajian dan pembahasan yang telah dikemukakan dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Fungsi Kelompoktani di Kecamatan Cireunghas Kabupaten Sukabumisebagai kelas belajar, sebagai unit dan fungsi kelompoktani sebagai wahana kerjasama masih rendah. 2. Tingkat Penerapan Teknologi PTT di Kecamatan Cireunghas Kabupaten Sukabumi, penerapan penggunaan varietas unggul baru (VUB) cukup tinggi (>50%), sedangkan dalam hal penerapan pemupukan berimbang dalam hal menentukan dosis pemupukan sesuai dengan anjuran masih rendah (20%) dan tingkat penerapan pengendalian hama terpadu dalam hal melestarikan musuh alami hama masih rendah (30%). 3. Terdapat hubungan Kuat antara fungsi kelompoktani dengan tingkat penerapan teknologi PTTdiKecamatan Cireunghas Kabupaten Sukabumi. Saran Fungsi Kelompoktani di Kecamatan Cireunghas Kabupaten Sukabumi perlu ditingkatkan lagi terutama dalam merumuskan keperluan untuk belajar, perencanaan permodalan bersama dan pemupukan modal kelompok.Tingkat Penerapan Teknologi PTT di Kecamatan Cireunghas Kabupaten Sukabumi juga perlu ditingkatkan lagi terutama dalam hal pemupukan dengan prinsip tepat jumlah, jenis, cara, dan waktu aplikasi serta dalam hal pelestarian musuh alami hama.Penerapan komponen dasar teknologi PTT harus memperhatikan
kesesuaian dengan lingkungan fisik, sosial budaya dan ekonomi petani setempat.
DAFTARPUSTAKA [BPPSDMP] Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian, 2010. Programa Penyuluhan Pertanian Nasional Tahun 2011. Jakarta: BPPSDMP. [Deptan] Departemen Pertanian., 2007. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Kelompoktani dan Gabungan Kelompoktani. Jakarta: Departemen Pertanian. Marzuki
S. 2001. Pembinaan Kelompoktani. Jakarta: Universitas Terbuka.
Nurlina
L. 2004. Membentuk Keperibadian Mandiri Peternak Dalam Upaya Mencapai Usaha Peternakan Sapi Perah Melalui Koperasi.Karya Ilmiah. Bandung: Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.
Soekarwati. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian.Bogor: Institut Pertanian Bogor. Sugiono. 2007. Statistik Non Parametrik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Suryabrata. 2004. Jakarta: Persada
Metode penelitian. PT Raja Grafindo
Zaini Z, Abdurrahman S, Widiarta N dan Wardana P. 2010. Pedoman Umum PTT Padi Sawah. Bogor : Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor.