HUBUNGAN ANTARA SEMANGAT KERJA DAN KINERJA GURU SMP DALAM MENGEMBANGKAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL Oleh: Siti Aisyah Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Lumajang e-mail:
[email protected]
Abstract. One of the problems that existed at the SMP Negeri 1 Rambipuji regarding school designated as a national standard is not yet the realization of the learning process that emphasizes the active role of students. To follow up the implementation of the above, it is very important teachers who have high spirit and innovate job performance and development efforts continually. This needs special attention to the quality of education has not declined. Therefore in this study aims to explore the relationship between spirit teacher SMP Negeri 1 Rambipuji with job performance in developing national standards. Once known spirit and job performance of teachers at the SMP Negeri 1 Rambipuji, this research can be used as a guide / reference to develop the institution / school management. Based on the above, the proposed hypothesis: There is a relationship between spirit teacher and job performance in developing national standards. The sample in this study were SMP Negeri 1 Rambipuji. Implementation of this research is to disseminate the questionnaire, which every teacher must answer the questionnaire according to the real situation. From the analysis results obtained by the Product Moment correlation coefficient (r) = 0, 499 with a sig. = 0, 008 (sig. <0.01). So there is a significant relationship between spirit teacher and job performance in developing national standards. Thus, the higher the spirit teachers will increasingly encourage every individual to raise awareness for the achievement of job performance goals Keywords: spirit teachers, job performance PENDAHULUAN Dengan ditetapkannya SMP Negeri 1 Rambipuji sebagai sekolah standar nasional dengan kurikulum baru yang dikenal dengan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) tentu banyak menimbulkan masalah baru, lebih-lebih bila dikaitkan dengan pelaksanaan pembelajaran di masing-masing mata pelajaran. Para guru, sebagai ujung tombak dari kegiatan pendidikan, perlu memahami secara mendalam tentang filosofi serta konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi, dalam arti: apa makna hakiki dari KBK, kemana trend KBK harus dibawa/dikembangkan, apa saja komponen yang harus ada, dan bagaimana mengembangkannya. Lebih-lebih jika dikaitkan dengan era otonomi daerah di mana kewenangan-kewenangan pusat semikin dikurangi, sementara kewenangan daerah menjadi semakin besar dan luas. Sudah barang tentu era otonomi daerah ini juga membawa dampak yang cukup luas, termasuk tentunya untuk bidang pendidikan. Di era otonomi seperti sekarang ini kurikulum pendidikan yang belaku secara nasional bukanlah suatu “harga mati” yang harus diterima dan dilaksanakan apa adanya, melainkan masih dapat dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan, sepanjang tidak menyimpang dari pokok-pokok yang telah digariskan secara nasional.
104
Hubungan Antara Semangat Kerja Dan Kinerja ... 105 Dalam hal ini guru adalah pengembang kurikulum yang berada dalam kedudukan yang menentukan dan strategis. Jika kurikulum diibaratkan sebagai rambu-rambu lalu lintas, maka guru adalah pejalan kakinya. Dengan asumsi bahwa gurulah yang paling tahu mengenai tingkat perkembangan peserta didik, perbedaan perorangan (individual) siswa, daya serap, suasana dalam kegiatan pembelajaran, serta sarana dan sumber yang tersedia, maka guru berwenang untuk menjabarkan dan mengembangkan kurikulum ke dalam silabus. Pengembangan kurikulum ke dalam silabus ini hendaknya mendasarkan pada beberapa hal, di antaranya: isi (konten), konsep, kecakapan/keterampilan, masalah, serta minat siswa. Sesuai dengan cita-cita dan harapan dari tujuan pendidikan nasional, guru perlu memiliki beberapa prinsip mengajar yang mengacu pada peningkatan kemampuan internal siswa di dalam merangsang strategi pembelajaran ataupun melaksanakan pembelajaran. Peningkatan potensi internal itu misalnya dengan menerapkan jenis-jenis strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa mampu mencapai kompetensi secara penuh, utuh dan kontekstual. Karena itu bila kita berbicara tentang rendahnya daya serap atau prestasi belajar, atau belum terwujudnya keterampilan proses dan pembelajaran yang menekankan pada peran aktif siswa, maka sebenarnya inti persoalannya adalah pada masalah "ketuntasan belajar" yakni pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan bagi setiap kompetensi atau unit bahan ajaran secara perorangan. Masalah ketuntasan dalam belajar merupakan masalah yang penting, sebab menyangkut masa depan siswa, lebih-lebih bagi mereka yang mengalami kesulitan belajar. Pendekatan pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi siswa mencapai penguasaan (mastery level) terhadap kompetensi tertentu. Dengan menempatkan pembelajaran tuntas sebagai salah satu prinsip utama dalam mendukung pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), maka berarti pembelajaran tuntas ini merupakan sesuatu yang harus dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh seluruh warga sekolah. Pada kenyataannya pembelajaran tuntas ini belum banyak dilaksanakan di sekolah, dan masih banyak sekolah yang melaksanakan pembelajarannya secara konvensional. Untuk itu perlu adanya pedoman yang memberikan arah serta petunjuk bagi guru dan warga sekolah tentang bagaimana pembelajaran tuntas (mastery learning) seharusnya dilaksanakan. Untuk menindaklanjuti pelaksanaan sekolah standar nasional tersebut di atas, kiranya sangat diperlukan guru SMP Negeri 1 Rambipuji yang mempunyai semangat kerja tinggi dan mau melakukan inovasi kinerja serta upaya-upaya pengembangan secara terus menerus. Lebih-lebih memasuki era globalisasi seperti yang terjadi sekarang ini dunia pendidikan kita sarat dengan berbagai inovasi dan perbaikan-perbaikan di berbagai bidang, termasuk pengembangan kurikulum dan berbagai perangkat penunjangnya. Berpijak dari uraian di atas, muncul permasalahan yang perlu dipecahkan adalah bagaimana hubungan antara semangat kerja dengan kinerja guru di SMP Negeri 1 Rambipuji dalam mengembangkan sekolah berstandar nasional. Berdasarkan teori patut diduga bahwa ada korelasi antara semangat kerja para guru dengan kinerjanya. Terkait hal tersebut, kinerja para guru dalam mengembangkan sekolah dikatakan baik apabila para guru telah membuat perencanaan dengan baik, membuat silabi sesuai kondisi sekolah, melaksanakan proses pembelajaran sesuai kurikulum berbasis kompetensi, melakukan evaluasi berbasis kelas dan melaksanakan tindak lanjut perbaikan atau pengayaan.
106. JP3 Vol 2 No 2, September 2012 Semangat kerja guru dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai ungkapan perasaan seorang guru terhadap kondisi pekerjaan yang dapat ditunjukkan dengan perasaan senang atau tidak senang, tertarik atau tidak tertarik terhadap hubungan rekan kerja, keteraturan kerja, kesempatan berprestasi dan beban pekerjaan dalam melaksanakan tugas. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja/Job Performance Guru Pada umumnya job performance diberi batasan sebagai kesuksesan seseorang didalam melaksanakan suatu pekerjaan. Sedangkan As’ad (2000) mendifinisikan job performance sebagai hasil yang dicapai oleh seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Jadi kinerja guru adalah hasil yang dicapai oleh guru dari tingkah laku kerjanya dalam penyelenggaraan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan di sekolah menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Kinerja dilihat dari konsep perilaku didefinisikan sebagai tindakan atau perbuatan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan, dalam rangka mendapatkan hasil yang baik sebagaimana yang diharapkan institusi. Untuk mendapatkan hasil yang baik ini guru hendaknya memiliki pengetahuan mengenai tugas, ketrampilan, ketelitian, kerapian, ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas, tanggung jawab, inisiatif, tidak memperhitungkan pekerjaan (Gibson, 1989). Kemudian Anaroga (1998), menjelaskan bahwa kinerja adalah hasil tingkah laku seseorang dalam pelaksanaan kegiatan. Apabila seorang karyawan diserahi tanggung jawab untuk melakukan suatu pekerjaan dan dia dapat melakukan tugas itu dengan baik sebagaimana yang diharapakan oleh atasannya, maka karyawan tersebut dapat dikatakan mempunyai kinerja yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab. Keputusan Menpan No. 84/1992 mengatakan bahwa guru adalah pejabat fungsional dengan tugas utama mengajar pada jalur pendidikan sekolah yang meliputi Taman Kanak-kanak, pendidikan dasar, dan menengah atau bimbingan pada pendidikan dasar dan menengah. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa guru adalah pejabat fungsional dengan tugas utama mengajar pada jalur pendidikan sekolah, dan bertanggung jawab untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, serta senantiasa meningkatkan kemampuan, pengabdian dan kreatifitasnya, agar dapat melaksanakan tugasnya secara profesional Guru yang profesional mempunyai keinginan untuk memperbaiki proses pembelajaran siswanya secara berkelanjutan. Selama memperbaiki proses pembelajarannya guru juga diharapkan dapat membentuk pribadi siswa menjadi aktif, rajin, dan ulet dalam belajar. Ditegaskan dalam Undang-undang Sisdiknas tahun 2003, tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Pendidik. (guru) merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan (pasal 39). Dari berbagai konsep di atas, yang dimaksud kinerja guru dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai oleh guru dari tingkah laku kerjanya dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan mutu pendidikan di sekolah. Terkait hal tersebut, kinerja para guru dalam mengembangkan sekolah dikatakan baik apabila para guru telah membuat perencanaan dengan baik, membuat silabi sesuai kondisi sekolah, melaksanakan proses pembelajaran sesuai kurikulum berbasis kompetensi,
Hubungan Antara Semangat Kerja Dan Kinerja ... 107 melakukan evaluasi berbasis kelas dan melaksanakan tindak lanjut perbaikan atau pengayaan sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai secara maksimal. Semangat Kerja Guru Para ahli psikologi menjelaskan bahwa semangat merupakan semacam kesiapan mental untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada sutu stimulus yang mernghendaki adanya respon (Azwar, 1995). Semangat adalah kesiapsiagaan mental, yang diorganisasi lewat pengalaman, yang mempunyai pengaruh tertentu kepada tanggapan seseorang terhadap orang, obyek dan situasi yang berhubungan dengannya (Gibson, dalam Newstrom, 1999). Kemudian pendapat lain yang mengatakan bahwa semangat yang berkaitan dengan pekerjaan dapat dilihat dari, (1) kepuasan terhadap pekerjaan yaitu seperangkat perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap aspek perkejaan seperti upah, hakekat tugas yang dilakukan, kerjasama karyawan dan kondisi kerja yang memadai, (2) keterlibatan dalam kerja yang ditandai dengan tingkat kehadiran, keinginan bekerja dalam wkatu lama, dan memperlihatkan kinerja yang tinggi, (3) komitmen organisasional yang ditandai dengan kerajinan, keinginan sesuai dengan kebijakan perusahaan, mampu menyenangkan pelanggan (Newstrom, 1999). Semangat kerja terdiri dari: (1) semangat umum seseorang terhadap pekerjaan yaitu dinyatakan dalam bentuk positip atau negatif terhadap kerja, (2) keterlibatan dalam bekerja, yaitu sejauh mana seseorang memihak pada pekerjaannya, berpartisipasi aktif didalamnya dan menganggap bahwa prestasinya penting bagi harga diri, (3) komitmen organisasi, yaitu sejauhmana seseorang tertarik pada tujuan organisasi, serta berniat memelihara keanggotaannya (Robbins, 1994). Konsep mengenai dimensi semangat kerja yang dikemukakan Blumm (dalam Azwar, 1999) meliputi: (1) sedikitnya perilaku yang agresif yang menimbulkan frustasi, (2) individu bekerja dengan perasaan bahagia dan perasaan lain yang menyenangkan, (3) individu dapat menyesuaikan diri dengan tema-teman sekerjanya dengan baik, (4) egonya sangat terlibat dalam pekerjanannya. Berdasarkan berbagai penjelasan dan beberapa batasan pendapat di atas, maka semangat kerja guru dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai ungkapan perasaan seorang guru terhadap kondisi pekerjaan yang dapat ditunjukkan dengan perasaan senang atau tidak senang, tertarik atau tidak tertarik terhadap hubungan rekan kerja, keteraturan kerja, kesempatan berprestasi dan beban pekerjaan dalam melaksanakan tugas. Hubungan antara Semangat Kerja Guru dan Kinerja Guru adalah pejabat fungsional dengan tugas utama mengajar pada jalur pendidikan sekolah, dan bertanggungjawab untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, serta senantiasa meningkatkan kemampuan, pengabdian dan kreatifitasnya, agar dapat melaksanakan tugasnya secara professional. Semangat kerja guru sebagai ungkapan perasaan seorang guru terhadap kondisi pekerjaan yang dapat ditunjukkan dengan perasaan senang atau tidak senang, tertarik atau tidak tertarik terhadap hubungan rekan kerja, keteraturan kerja, kesempatan berprestasi dan beban pekerjaan dalam melaksanakan tugas. Jelaslah hubungan antara semangat kerja para guru dengan kinerjanya, yaitu semakin tinggi semangat guru maka semakin tinggi pula kinerjanya, sebaliknya semakin rendah semangat kerjanya, maka semakin turun kinerjanya.
108. JP3 Vol 2 No 2, September 2012 METODE PENELITIAN Subyek penelitian adalah semua guru yang mengajar di SMP Negeri 1 Rambipuji tahun pelajaran 2011/2012. Ada 2 variabel dalam penelitian ini, variabel bebas (X) adalah semangat kerja dan variabel terikat (Y) adalah kinerja para guru. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan data, dan tahap analisa data. Tahap persiapan Persiapan penelitian ini diawali dengan penyediaan alat ukur penelitian yang telah disusun berdasarkan indikator tiap variabel. Setelah seluruh alat ukur dan perlengkapan administrasi siap, maka dilakukan pengukuran alat ukur. Dalam penggunaan alat ukur berupa angket semangat kerja dan kinerja para guru. Penulis tidak melakukan uji coba terpisah untuk mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur tersebut. Dalam penelitian ini penulis menggunakan uji coba terpakai, hasil uji cobanya langsung digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Tentu saja hanya data dari butir-butir yang sahih saja yang dianalisis. Tahap pengumpulan data Tahap pengumpulan data dimulai dengan menyebar angket kepada para guru yang menjadi subjek/sampel penelitian sejumlah 27 orang. Tahap analisis data Ada 6 kegiatan yang dilakukan dalam tahap melaksanakan analisis data, yaitu: a. Pengecekan data yang telah terkumpul. b. Pemberian skor terhadap jawaban. c. Pengaturan data hasil pengukuran untuk memudahkan analisis. d. Pengecekan data yang telah dicetak dengan data yang tertera pada konsep. e. Penelitian ini termasuk jenis penelitian survey dengan teknik korelasional. Penganalisaan data dengan menggunakan jasa komputer Program SPSS 13.0 f. Penafsiran hasil analisis. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data empiris dari variabel penelitian digunakan seperangkat instrumen berbentuk kuesioner. Data semangat kerja dikumpulkan dari jawaban angket para guru, sedang data kinerja dikumpulkan dari hasil jawaban angket para guru dan pengamatan peneliti selama proses penelitian berlangsung. Penulis menggunakan angket jenis tertutup dengan bentuk konstruksi item pilihan ganda, karena pertanyaan yang diajukan diserta beberapa alternatif kemungkinan jawaban. Dari beberapa alternatif pilihan jawaban itu responden tinggal memilih jawaban yang dinilai paling sesuai. Sedangkan cara penyampaiannya peneliti mempergunakan angket langsung karena angket yang berisi daftar pertanyaan dikirim langsung kepada responden. Pada penelitian ini penulis menggunakan dua instrument, yaitu angket semangat kerja yang dikembangkan dari Azwar (1999) dan angket kinerja yang dikembangkan oleh Susanto (2001). Angket yang disebar kepada para guru yang terdiri dari tiga bagian: pertama, Bagian A berfungsi sebagai untuk mengungkap data mengenai Semangat Kerja, dan kedua, Bagian B berfungsi untuk mengungkap informasi Kinerja para guru. Sebelum dilakukan analisa data, instrumen diuji terlebih dahulu tingkat validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan komputer program SPSS 13.0.
Hubungan Antara Semangat Kerja Dan Kinerja ... 109 Dari 25 butir angket semangat kerja dengan taraf signifikansi 5% dinyatakan sahih 23 butir dan dinyatakan gugur sebanyak 2 butir. Butir-butir yang gugur adalah nomor 8, 18. Nilai Pearson Correlation semangat kerja bergerak dari 0,241 s.d 0,745 Dari 60 butir angket kinerja para guru dengan taraf signifikansi 5% dinyatakan sahih 52 butir dan dinyatakan gugur sebanyak 8 butir. Butir-butir yang gugur adalah nomor 2, 18, 22, 27, 30, 43, 44, 46. Nilai Pearson Correlation kinerja bergerak dari 0,202 s.d 0,767 Analisis Data Teknik analisa data yang digunakan adalah statistik dengan menggunakan program komputer SPSS 13.0 for windows. Langkah-langkah persyaratan yang harus dilakukan dalam menganalisa data adalah: 1) uji normalitas data, uji ini digunakan untuk mengetahui apakah analisa sampel mempunyai sebaran nilai yang berbentuk distribusi normal 2) Signifikansi koefisen korelasi product moment Cara Penafsiran Dan Penyimpulan Hasil Penelitian Setelah dilakukan analisa data, cara menafsirkan uji normalitas adalah bila penyebaran skor semangat kerja dan kinerja berbentuk kurve normal maka sampel yang diamati berasal dari populasi berdistribusi normal, bila tidak maka data tidak memenuhi persyaratan uji analisis. Penyimpulan hasil penelitian melihat uji signifikansi koefisien korelasi antara semangat kerja (X) dengan Kinerja (Y), bila harga r hitung > r tabel maka ada korelasi anatara kedua variabel itu. Sebaliknya bila r hitung < r tabel maka tidak ada korelasi anatara kedua variabel itu. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil-hasil penelitian yang diperoleh dari angket ditampilkan sebagaimana berikut: Uji Normalitas Grafik 1. Normalitas Sebaran Variabel Semangat Kerja SEMANGAT 12
10
8
6
Frequency
4
Std. Dev = 6.37
2
Mean = 77.1 N = 2 7.00
0 65.0
70.0 67.5
75.0 72.5
80.0 77.5
85.0 82.5
90.0 87.5
SEMANGAT
Dari grafik 1 terlihat bahwa variabel semangat kerja memiliki distribusi normal dengan plot datanya seperti lonceng simetris.
110. JP3 Vol 2 No 2, September 2012 Grafik 2. Normalitas Sebaran Variabel Kinerja Para Guru KINERJA 7 6 5 4
Frequency
3 2 Std. Dev = 10.82
1
Mean = 157.7 N = 2 7.00
0 140.0
150.0 145.0
160.0 155.0
170.0 165.0
180.0 175.0
KINERJA
Dari grafik 2 terlihat bahwa Variabel Kinerja Para Guru memiliki distribusi normal dengan plot datanya seperti lonceng simetris. Signifikansi koefisen korelasi product moment Tabel 1. Hasil perhitungan koefisen korelasi product moment Correlations SEMANGAT KINERJA SEMANGAT Pearson Correlation 1 .499** Sig. (2-tailed) . .008 N 27 27 KINERJA Pearson Correlation .499** 1 Sig. (2-tailed) .008 . N 27 27 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Dari tabel 1 dihasilkan nilai korelasi antara semangat kerja dan kinerja para guru SMP Negeri 1 Rambipuji sebesar = 0,499 dengan taraf siginifikasi 0,008. berarti ada hubungan yang sangat signifikan antara semangat kerja dan kinerja para guru SMP Negeri 1 Rambipuji dalam mengembangkan sekolah standar nasional. Dari hasil korelasi tersebut bila dikuadratkan dihasilkan angka sebagai berikut; 0,499 X 0,499 = 0.249. Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa sebesar 24,9% kinerja para guru dipengaruhi oleh semangat kerja. Sebagai tambahan, setelah melakukan uji hipotesis penulis akan menguraikan perbandingan antara rerata hipotesis dan rerata empiris. Menurut Azwar (1992) harga rerata hipotesis dapat dianggap sebagai rerata hipotesis yang diartikan sebagai katagori sedang atau menengah kondisi kelompok subjek pada variabel yang diteliti. Setiap skor rerata empirik yang lebih tinggi secara signifikan dari rerata hipotesis dapat dianggap sebagai indikator tingginya keadaan kelompok subjek pada variabel yang diteliti. Sebaliknya, setiap skor mean empiris yang lebih rendah secara signifikan dari mean hipotesis dapat dianggap sebagai indikator rendahnya keadaan kelompok subjek pada variabel yang diteliti. Cara menghitung rerata hipotesis dan rerata empiris dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Menghitung rerata hipotesis Skor butir angket semangat kerja dan kinerja para guru bergerak dari 4 sampai dengan 1 maka rata-rata skor = (4 + 1) : 2 = 2,5.
Hubungan Antara Semangat Kerja Dan Kinerja ... 111 Rumus menghitung rerata hipotesis = jumlah butir yang sahih dikalikan rata-rata skor. Butir yang sahih semangat kerja = 23 butir, sedangkan butir sahih Kinerja para guru = 52 butir, maka: a. Rerata hipotesis semangat kerja b. Rerata hipotesis Kinnerja para guru
= 23 x 2,5 = 57,5 = 52 x 2,5 = 130
2) Menghitung rerata empiris Rerata empiris = jumlah skor butir yang sahih yang diperoleh seluruh responden dibagi jumlah responden. Berdasarkan hasil komputasi diperoleh sebagai hasil berikut: a) Rerata empiris semangat kerja b) Rerata empiris kinerja para guru
= 2082 : 27 = 77,11 = 4257 : 27 = 157,67
Hasil komputasi rerata hipotesis dan rerata empiris kedua variabel tersebut dapat dibuat tabel sebagai berikut: Tabel 2 Perbandingan Rerata Hipotesis dan Rerata Empiris No 1. 2.
Nama Variabel Semangat Kerja Kinerja Para Guru
Rerata Hipotesis
Rerata Empiris
57,5 130
77,11 157,67
Pada tabel 2 di atas, tampak bahwa rerata empiris variabel semangat kerja dan kinerja para guru yang diperoleh subjek lebih tinggi daripada rerata hipotesisnya. Hal ini berarti variabel semangat kerja dan kinerja para guru dalam mengembangkan sekolah standar nasional di SMP Negeri 1 Rambipuji relatif tinggi. Pembahasan Hasil analisis data menunjukkan bahwa hipotesis yang menyebutkan Ada hubungan antara semangat kerja para guru dan kinerjanya dalam mengembangkan sekolah standar nasional adalah terbukti. Korelasi positif antara kedua variabel maksudnya adalah semakin tinggi semangat kerja semakin tinggi pula skor kinerja para guru. Menurut Atkinson (dalam Azis, 1999) koefisien korelasi antara 0,200 – 0,600 mempunyai nilai praktis dan teoritis dalam membuat suatu prediksi. Karena dari hasil analisis di peroleh r = 0,499 artinya koefisien korelasi antara 0,200-0,600, maka dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya semangat kerja mampu menjadi prediktor bagi tinggi rendahnya kinerja para guru. Hasil komputasi data dengan menggunakan jasa komputer SPSS pada penelitian ini diperoleh hasil sebagai berikut: a. Pengaruh semangat kerja terhadap kinerja para guru SMP Negeri 1 Rambipuji sebesar = 24,9%. Hal tersebut berarti masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja para guru sebesar 65,1%, antara lain kepemimpinan, moral kerja, kepribadian dan lainnya. b. Rerata empiris Semangat Kerja dan kinerja para guru lebih tinggi dari rerata hipotesisnya; artinya semangat kerja dan kinerja para guru dalam mengembangkan sekolah standar nasional di SMP Negeri 1 Rambipuji relatif tinggi. Hal ini merupakan bekal yang sangat berharga bagi Kepala Sekolah dalam memantapkan kiprahnya untuk meningkatkan mutu pendidikan (sekolah). Apabila diamati hasil dari angket A, jawaban no 1 diperoleh 94% para guru dalam melaksanakan tugas dengan hati yang mantab, ini merupakan modal utama bagi sekolah untuk mengembangkan program peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah. Selain itu,
112. JP3 Vol 2 No 2, September 2012 90% para guru merasa senang dan puas bila pekerjaan yang dihasilkan mutunya lebih baik. Hal ini suatu pendapat yang sangat positip karena selama guru bekerja merasakan kepuasan dan kebanggaan, yang terpenting para guru bekerja dengan hati yang tenteram. Jawaban angket B Sebanyak 78 % responden setuju bahwa siswa dapat memahami konsep dengan baik dan mudah apabila belajar menggunakan kegiatan kelompok. Selain itu sebanyak 73 % responden tidak mengalami kesulitan dalam menggunakan kegiatan kelompok saat mengajar dan setuju bahwa kegiatan kelompok dapat mengaktifkan siswa dalam belajar, membantu siswa mengingat materi dengan baik, dan mengembangkan kreatifitas siswa. Hal ini disebabkan belajar dengan kelompok menuntut siswa melakukan sendiri atau secara berkelompok langkah-langkah penyelesaian masalah, baik yang memerlukan keaktifan fisik (gerakan anggota badan) maupun keaktifan mental (berpikir). Dari sudut peningkatan demokratisasi pendidikan maka kegiatan kelompok saat belajar mampu mengembangkan ketrampilan berkomunikasi, seperti mengemukakan pendapat, berargumentasi, dan menulis laporan kegiatan belajar, mengembangkan sikap bekerja sama dan menghargai pendapat teman sekelas dalam menyelesaikan masalah. Hal ini dapat dibuktikan dengan pelaksanaan di lapangan, bahwa siswa sangat antusias menyelesaikan tugas yang diberikan guru di kelas. Dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru di kelas, siswa saling berkomunikasi dengan sesama siswa. Mereka mengemukakan pendapat disertai argumentasi. Setelah pelaksanaan tugas diselesaikan, maka mereka dituntut mampu membuat laporan tertulis yang akan disampaikan di depan kelas. Hal ini merupakan dampak positif yang perlu ditumbuhkembangkan terutama memasuki abad dua puluh satu. Pemberian kuis oleh guru mampu menyenangkan siswa selama belajar dan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Tentunya hal ini pendapat positip dari guru. Tetapi ada yang disayangkan dari hasil survai tersebut, yaitu hanya 64% responden yang setuju pemberian kuis saat mengajar dapat mengubah pandangan siswa yang negatif terhadap suatu materi pelajaran tertentu menjadi pandangan yang positif. Dar hasil penelitian di atas, maka sangat diharapkan agar semua para guru segera memberikan kuis dalam kegiatan proses belajar mengajar, sehingga dapat membuktikan sendiri manfaat kuis tersebut bagi siswa. Hasil angket B memberikan informasi bahwa sebanyak 65% para guru pernah melakukan penelitian tindakan kelas, sedangkan sisanya belum pernah melaksanakan karena keterbatasan pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas. Hal ini sangat memprihatinkan, sehingga sosialisasi pelaksanaan penelitian tindakan kelas masih perlu dilanjutkan, baik melalui penataran maupun pelatihan/workshop. Hambatan guru melaksanakan penelitian adalah faktor tenaga, waktu dan biaya. Responden yang telah melaksanakan maupun yang belum melaksanakan, mengakui bahwa untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas diperlukan waktu, tenaga dan biaya yang lebih banyak, baik dalam persiapan maupun pelaksanaan. Di lain pihak, para guru dikejar target untuk menyelesaikan materi dan tugas-tugas lain, sehingga wajar apabila 6 orang atau 35 % responden secara jujur menjawab belum pernah sama sekali melaksanakan penelitian tindakan kelas. Walaupun ada beberapa hambatan untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas, namun semua responden menyadari pentingnya penelitian tindakan kelas untuk dilaksanakan di sekolah. Para guru mengusulkan untuk penelitian tindakan kelas tersebut pihak sekolah mengalokasikan dana penelitian untuk guru 1 kali dalam 1 tahun. Besar kecilnya dana tersebut tentunya tergantung pada kondisi keuangan sekolah. Pelaksanaan
Hubungan Antara Semangat Kerja Dan Kinerja ... 113 penelitian tindakan kelas tersebut tentunya akan memberikan warna lain dalam proses belajar bagi siswa. Keterbatasan kemampuan peneliti membuat hasil penelitian ini banyak hal-hal yang belum terungkap. Untuk itu, penelitian selanjutnya diharapkan dapat menyempurnakan dan menambah variabel-variabel penelitian ini. Khususnya penelitian di bidang pendidikan sangatlah berharga, karena bila dapat dikembangkan di Indonesia akan menjadi negara maju. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa data, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. Pertama, semangat kerja para guru SMP Negeri 1 Rambipuji dalam mengembangkan sekolah standar nasional relatif tinggi. Semangat kerja guru ditunjukkan sebagai ungkapan perasaan seorang guru terhadap kondisi pekerjaan yang dilakukan dengan perasaan senang, dan puas bila pekerjaan yang dihasilkan mutunya lebih baik. Tertarik terhadap hubungan rekan kerja, keteraturan kerja, kesempatan berprestasi dan beban pekerjaan dalam melaksanakan tugas sangat bermanfaat dalam mengembangkan proses pembelajaran di sekolah. Kedua, kinerja para guru SMP Negeri 1 Rambipuji dalam mengembangkan sekolah standar nasional relatif tinggi. Para guru telah membuat perencanaan dengan baik, membuat silabi, melaksanakan proses pembelajaran sesuai kurikulum berbasis kompetensi, melakukan evaluasi berbasis kelas dan melaksanakan tindak lanjut perbaikan atau pengayaan. Ketiga, ada hubungan positip yang signifikan antara semangat kerja dengan kinerja para guru di SMP Negeri 1 Rambipuji dalam mengembangkan sekolah berstandar nasional. Saran Berdasarkan hasil penelitian seperti yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan saran sebagai berikut. Pertama, para guru hendaknya lebih meningkatkan semangat kerja dalam bekerja di sekolah, karena semangat kerja mampu meningkatkan kinerja. Kedua, pihak terkait seperti Dinas Pendidikan, perlu membuat buku pedoman mengenai penelitian tindakan kelas dan penerapannya di sekolah, serta mensosialisasikan kepada para guru melalui kegiatan seminar, pelatihan, penataran dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA Anaroga, Panji, 1998, Psikologi Kerja, Jakarta: Rineka Cipta As’ad, Moh., 2000. Psikologi Industri, Yogyakarta: Liberty. Aziz, R., 1999, Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Penyesuaian Diri dan Kecenderungan Berperilaku Delinkuen pada Remaja.Tesis.Yogjakarta: Program Pascasarjana Psikologi Universitas Gadjah Mada Atkinson, A., Atkinson, R.C., Smith, E.E., and Bem, D.J, 2000. Pengantar Psikologi 2, (Alih bahasa: Kusuma, W.), Batam: Interaksara Azwar, Saifudin, 1995, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka Belajar Azwar, Saifudin, 1999, Penyusunan Skala Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Belajar
114. JP3 Vol 2 No 2, September 2012 Departemen Pendidikan Nasional RI, 2003, Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Sekjen Depdiknas Gibson, Ivencervich dan Donelly, 1989, Organization and Management, Amerika: Brow Publisher Gibson, James L, et al, 1997, Perilaku Struktur dan Proses, Jakarta: Erlangga Newstrom, John W, Keith Devis, 1999, Organization Behavior, Human Behavior at Work, New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited Robbins, Stephen, 1994, Organization Theory, Structure, Design and Applications, Edisi Indonesia, Jakarta: penerbit Arcan Sakdanur, 2004, Sikap dan Prestasi Kerja Kepala Sekolah, Jurnal Ilmiah Pancaran, Jember: FKIP Universitas Jember Susanto, 2001, Evaluasi Kinerja Guru Lulusan Penyetaraan S-1 Angkatan Tahun 1996/1997 dan 1997/1998 Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember, Laporan Penelitian. Departemen Pendidikan Nasional: Universitas Jember