HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED-LEARNING DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS 12 JURUSAN IPA DI SMA KRISTEN 1 SALATIGA
OLEH HERING TRI AMBARSARI 802010019
TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED-LEARNING DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS 12 JURUSAN IPA DI SMA KRISTEN 1 SALATIGA
Hering Tri Ambarsari Sutriyono
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
Abstrak Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui signifikansi hubungan antara self-regulated learning dengan prestasi belajar matematika pada siswa SMA kelas 12 jurusan IPA di SMA Kristen 1 Salatiga. Teknik pengambilan sampel yaitu teknik sampel jenuh dengan jumlah siswa 75 orang. Metode penelitian yang dipakai dalam pengumpulan data yaitu skala self-regulated learning dan nilai ujian akhir semester 1. Teknik analisis data yang dipakai adalah teknik korelasi product moment. Melalui hasil analisa data diperoleh koefisien korelasi (r) 0,337 dengan sig. = 0,003 (p < 0.05) yang berarti ada hubungan yang positif lemah dan signifikan antara self-regulated learning dengan prestasi belajar matematika. Hal ini bermakna bahwa self-regulated learning berkorelasi dengan prestasi belajar matematika pada siswa SMA kelas 12 jurusan IPA di SMA Kristen 1 Salatiga. Kata Kunci: Self-Regulated Learning, Prestasi Belajar Matematika
i
Abstract
This research is a correlational study aimed to determine the significance of the relationship between self-regulated learning and academic achievement of mathematics of high school 12th grade students majoring in science at Christian High School 1 Salatiga. The sampling technique used is saturated samples with a number of 75 students. The research method used in data collection is the scale of self-regulated learning and the grades of the final exams in the first semester. The data analysis technique used is the product moment correlation technique. Through the data analysis, the correlation coefficient is (r) 0.337 with sig. = 0.003 (p <0.05), which means that there is a positive weak and significant relationship between self-regulated learning and academic achievement in mathematics. This means that the self-regulated learning correlates with mathematics achievement in grade 12 of high school students majoring in science at the Christian High School 1 Salatiga. Key Words: Self-Regulated Learning, Academic Achievement of Mathematics
ii
1
PENDAHULUAN Seiring
dengan
semakin
pesatnya
perkembangan
teknologi
dan
juga
mengglobalnya arus informasi pada zaman sekarang ini, semakin ketat pula persaingan yang terjadi. Persaingan ini tentu saja menuntut individu untuk memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berkualitas pada saat ini sangat dibutuhkan bagi negara berkembang, termasuk Indonesia. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan syarat mutlak dalam mencapai sebuah tujuan pembangunan dan perkembangan. Banyak cara untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, salah satunya dengan menempuh jalur pendidikan. Melalui jalur pendidikan, seorang individu diharapkan mampu berpikir secara kritis serta mempunyai wawasan yang luas (Barata, 2009). Pendidikan adalah salah satu proses penting yang harus didapatkan dalam hidup setiap individu. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas, 2003). Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan antara satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri. (James dan james, 1976). Sedangkan menurut Abdurrahman (2002) menyatakan bahwa matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan
2
hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangnya fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir. Matematika sebagai kemampuan tentang berhitung, ruang dan peluang diperlukan sebagai sarana untuk berpikir logis, rasional dan eksak agar mampu memecahkan berbagai masalah. Berhitung merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dikuasai dalam kehidupn sehari-hari sebagai bekal menuntut ilmu. Namun kenyataannya, matematika justru menjadi mata pelajaran yang tidak disenangi. Pemberian pelajaran itu dilakukan bukan untuk mencetak anak menjadi ahli matematika, tetapi membuat berpikir rasional dan membentuk penalaran yang benar. (Nurlisawati, 2008). Matematika adalah bidang studi yang diajarkan mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga perguruan tinggi. Bahkan sekarang ini Taman Kanak-kanak (TK) sudah mulai diajarkan untuk mengenal matematika dasar. Alasan perlunya sekolah mengajarkan matematika kepada siswa telah banyak diungkapkan oleh para pengamat matematika. Cockraft (dalam Abdurrahman, 1999) mengemukakan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena 1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, 2) semua bidang studi memerlukan ketrampilan mtematika yang sesuai, 3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, 4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam beberapa cara, 5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan, dan 6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang. Menurut Cornelius (dalam Abdurrahman, 1999), ada beberapa alas an perlunya belajar matematika, yaitu karena matematika merupakan; 1) sarana berpikir yang jelas
3
dan logis, 2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, 3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, 4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, 5) dan sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya. Dalam kenyataannya tidak semua siswa mampu menerima dan mencerna pelajaran tersebut dengan baik. Banyak diantara siswa yang menganggap pelajaran matematika adalah sulit. Persepsi bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dan membosannkan sudah terlanjur mendarah daging di kalangan siswa (David, dalam Barata, 2009). Tidak jarang muncul keluhan bahwa matematika hanya membuat pusing siswa dan dianggap sebagai momok yang menakutkan oleh sebagian siswa. Faktor lain yang ikut mempengaruhi rasa bosan pada matematika adalah faktor penyampaian materi atau metode pembelajaran matematika yang monoton dan itu-itu saja (Ariyanti, dalam Barata, 2006). Hal ini dapat membuat prestasi belajar siswa menjadi rendah dalam mata pelajaran matematika. Prestasi belajar adalah suatu hal yang penting karena melalui prestasi belajar, seorang siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar. “Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seorang siswa dalam usaha belajarnya sebagaimana dicantumkan di dalam nilai rapornya. Melalui prestasi belajar seorang siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar” (Wirawan dalam Murjono, 1996, h.178) Dalam mencapai sebuah prestasi belajar yang baik, tentunya siswa akan mengalami kesulitan belajar yang tentu saja akan menghambat proses penerimaan pengetahuan dan juga kelancaran proses belajar. Permasalahan belajar termasuk juga
4
didalamnya masalah pengaturan diri, oleh karena itulah siswa membutuhkan suatu strategi pengaturan diri dalam belajar yaitu yang dikenal dengan self-regulated learning (SRL). Zimmerman (1989) menjelaskan bahwa self-regulated learning penting bagi semua jenjang akademis. Nugroho (2007) menyatakan bahwa mengembangkan salah satu strategi dalam self regulation adalah hal yang penting agar siswa dapat menentukan sendiri pilihan-pilihan dalam kegiatan belajarnya, target yang akan dicapainya serta cara untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Menurut Winne (1997) self-regulated learning adalah kemampuan seseorang untuk mengelola secara efektif pengalaman belajarnya sendiri dengan berbagai cara sehingga mencapai hasil belajar yang optimal. Self-regulated learning atau pengaturan diri dalam belajar pada mata pelajaran matematika menolong siswa untuk dapat mengatur cara belajar sehingga memperoleh prestasi belajar yang memuaskan dalam mata pelajaran matematika. Self-regulated learning dapat diajarkan, dipelajari dan dikontrol. Umumnya, siswa yang berhasil dalam prestasi belajarnya adalah siswa yang menggunakan strategi selfregulated learning. Menurut Zimmerman (1989), self-regulated learning pada siswa dapat digambarkan melalui tiga tingkatan atau derajat yang meliputi keaktifan berpartisipasi baik itu secara kognitif, motivasional, maupun perilaku dalam proses belajar. Penelitian sebelumnya mendukung pentingnya self-regulated learning dengan menghubungkan para siswa yang mengatur dirinya dengan hasil prestasi belajar. Pintrich & DeGroot (1990), mendapati bahwa para siswa yang memiliki self-regulated
5
learning menggunakan motivasi intrinsik, dan self-efficacy yang lebih besar. Demikian juga Zimmerman dan Martines-Pons (1986) juga mendapati bahwa para siswa yang berprestasi tinggi, menggunakan 14 strategi dibandingkan dengan siswa yang berprestasi rendah (Wolters, dalam Aini, 2011). Berdasarkan wawancara singkat penulis kepada beberapa siswa SMA kelas 12 di Salatiga yang mendapat nilai kurang pada pelajaran matematika, didapati bahwa beberapa siswa
memiliki persepsi matematika adalah pelajaran yang sulit. Siswa
merasa tidak bisa dan akhirnya menjadi malas mengikuti pelajaran matematika. Siswa menjadi putus asa dalam menghadapi ujian matematika atau soal-soal matematika. Dalam wawancara ini, penulis juga mendapati bahwa ketika belajar dirumah, siswa lebih memilih untuk mengerjakan atau mempelajari sub bab matematika yang sekiranya mudah bagi siswa, dan meninggalkan sub bab yang sulit karena merasa tidak mampu menyelesaikan atau dalam kata lain menyerah. Selain itu siswa juga mengatakan tidak memiliki waktu khusus dalam belajar matematika di rumah dan intensitas belajarnya tidak sering. Selain itu, menurut Zimmerman dan Matinez-Pons (1988) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa siswa yang memiliki self-regulated learning akan mampu mengarahkan dirinya saat belajar (self-regulated learners), membuat perencanaan (plan), mengorganisasikan materi (organize), mengarahkan diri sendiri (self-instruction) dan mengevaluasi diri sendiri (self-evaluation) dalam proses pengetahuan. Langkahlangkah tersebut ternyata pada akhirnya meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian dari Zimmerman dan Martinnez-Pons (1990) menunjukkan bahwa siswa yang memilki prestasi lebih sering menggunakan strategi-strategi self-regulated learning dibandingkan dengan siswa yang kurang prestasinya. Jadi dapat disimpulkan bahwa
6
untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, siswa yang memiliki prestasi tinggi hampir menggunakan seluruh strategi dari self-regulated learning yang ada (Aini, 2011). Dalam penelitian sebelumnya milik Amelia (2011) menerangkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara self regulation dengan prestasi belajar dari mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan Alsa (2005), yang menemukan korelasi positif antara regulasi diri dengan prestasi belajar matematika. Zimmerman (dalam Santrock, 2001) menemukan bahwa siswa yang berprestasi tinggi adalah para self-regulated learner yang mengatur cara belajarnya. Penelitian senadapun juga dilakukan oleh Pintrich dan De Groot (dalam Chen, 2002) yang hasilnya menunjukkan bahwa siswa yang berprestasi tinggi lebih banyak menggunakan strategi-strategi self-reguated learning daripada siswa yang meraih prestasi rendah. Namun ada pula yang melakukan penelitian mengenai hubungan antara selfreguated learning dengan prestasi belajar menunjukkan hasil yang berlawanan dengan hasil penelitian para tokoh. Seperti hasil penelitian Indri (2001) yang menunjukkan tidak adanya hubungan antara self-reguated learning dengan prestasi belajar. Hasil penelitian milik Pelt (2008) juga menunjukkan tidak adanya kaitan antara self-reguated learning dengan prestasi belajar. Walaupun demikian secara teoritis self-reguated learning merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Tentunya prestasi belajar ini tidak hanya dipengaruhi oleh self-reguated learning saja, namun juga faktor-faktor lainnya. Melihat fenomena dan hasil penelitian sebelumnya yang berbeda-beda, maka peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara self-
7
reguated learning dan prestasi belajar matematika. Alasan penulis memilih judul ini karena perbedaan tempat penelitian serta perbedaan subjek yang diteliti. Penulis juga memilih SMA Kristen 1, Salatiga sebagai tempat penelitian, dikarenakan pertimbangan teknis seperti akses yang cukup mudah antara penulis dengan pihak sekolah. Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan antara self-regulated learning dengan prestasi belajar matematika pada siswa SMA kelas 12 jurusan IPA di SMA Kristen 1 Salatiga”.
Prestasi Belajar Matematika Winkel (1996) juga mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Matematika sebagai kemampuan tentang berhitung, ruang dan peluang diperlukan sebagai sarana untuk berpikir logis, rasional dan eksak agar mampu memecahkan berbagai masalah (Nurlisawati,2008). Prestasi belajar matematika adalah hasil yang telah dicapai seorang siswa dalam proses belajarnya sesuai yang telah ditetapkan dalam mata pelajaran matematika. Hasil penilaiannya dapat diwujudkan berupa angka dalam rapor nilai mata pelajaran matematika dan juga hasil tes.
Faktor- faktor Mempengaruhi Prestasi Belajar Ahmadi
dan
Supriyono
(1991)
menggolongkan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi prestasi belajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal yang diuraikan sebagai berikut : a. Faktor Internal
8
1) Faktor jasmaniah baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini meliputi: penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dll. 2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas : a) Faktor intelektif yang meliputi: faktor potensial yaitu kecerdasan, bakat dan faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki. b) Faktor non intelektif yaitu: unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri, kesabaran dan kecemasan. c) Faktor kematangan fisik maupun psikis b. Faktor Eksternal 1) Faktor sosial yang terdiri dari lingkungan keluarga dan orangtua, lingkungan sekolah dan guru, lingkungan masyarakat juga lingkungan kelompok. 2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. 3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim. 4) Faktor lingkungan spriritual atau keamanan.
Pengukuran Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi. Dalam pendidikan formal, tes prestasi dapat berbentuk ulangan-ulangan harian, tes formatif, tes sumatif bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi (Azwar, 1996). Dalam penelitian ini penulis menggunakan nilai rapor mata pelajaran
9
matematika semester 1 tahun akademik 2014/2015. Nilai rapor tersebut sebagai bukti keberhasilan siswa dalam mata pelajaran matematika.
Self-Regulated Learning Self-regulated learning terbentuk dari dua kata yaitu self-regulated dan learning. Self-regulated berarti pengelolaan diri, sedangkan learning berarti belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa self-regulated learning secara umum berarti pengaturan diri dalam belajar (Diah, 2004). Self-regulated learning adalah kemampuan seseorang untuk mengelola secara efektif pengalaman belajarnya sendiri dalam berbagai cara sehingga dapat mecapai hasil belajar yang optimal (Wolters, 1998). Sedangkan menurut Pintrich (dalam Yukselturk & Bulut, 2009) self-regulated learning merupakan usaha dalam mengontrol perilaku, motivasi, afeksi dan kognisi; usaha dalam mencapa tujuan tertentu; dan usaha individu dalam mengendalikan tindakannya. Self-regulated learning dapat didefinisikan sebagai upaya meningkatkan pencapaian hasil belajar, mengatur diri dalam belajar dan kesanggupan untuk mengelola lingkungan yang kondusif untuk belajar dengan mengikutsertakan kemampuan metakognisi, motivasi intrinsik dan perilaku belajar aktif.
Aspek-aspek dalam Self-Regulated Learning Menurut Zimmerman dan Schunk (1989) aspek-aspek dalam self-regulated learning adalah sebagai berikut : a. Metakognisi
10
Metakognisi
adalah
kemampuan
individu
dalam
merencanakan,
mengorganisasikan atau mengatur, menginstruksikan diri, memonitor dan melakukan evaluasi dalam aktivitas belajar. b. Motivasi Motivasi dalam self-regulated learning ini merupakan pendorong (drive) yang ada pada diri individu yang mencakup persepsi terhadap efikasi diri, kompetensi otonomi yang dimiliki dalam aktivitas belajar. Motivasi merupakan fungsi dari kebutuhan dasar untuk mengontrol dan berkaitan dengan perasaan kompetensi yang dimiliki setiap individu. c. Perilaku Perilaku merupakan upaya individu untuk mengatur diri, menyeleksi dan memanfaatkan lingkungan maupun menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas belajar.
Hubungan Self Regulated Learning terhadap Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses dan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Prestasi belajar siswa dapat diwujudkan atau dilihat melalui angka dalam rapor di tiap semesternya. Salah satu mata pelajaran yang sudah pasti ada dalam rapor hasil pelajar adalah mata pelajaran matematika. Matematika adalah salah satu mata pelajaran wajib di sekolah, baik SD maupun perguruan tinggi. Matematika merupakan sarana berpikir
11
logis, namun pada saat ini kita tidak dapat mengingkari kenyataan bahwa matematika masih menjadi pelajaran yang kurang disenangi bahkan dianggap sulit oleh siswa. Self-regulated learning adalah kemampuan seseorang untuk mengelola secara efektif pengalaman belajarnya sendiri dalam berbagai cara sehingga dapat mecapai hasil belajar yang optimal (Wolters, 1998). Sedangkan menurut Pintrich (dalam Yukselturk & Bulut, 2009) self-regulated learning merupakan usaha dalam mengontrol perilaku, motivasi, afeksi dan kognisi; usaha dalam mencapai tujuan tertentu; dan usaha individu dalam mengendalikan tindakannya. Siswa yang menggunakan self-regulated learning dalam belajar tentu memiliki keyakinan akan kecerdasan mereka dibandingkan siswa yang tidak menggunakan selfregulated learning. Kegagalan dan kesuksesan mereka begantung pada usaha mereka dalam menyelesaikan tugas. Para peneliti menemukan bahwa siswa yang memiliki prestasi belajar tinggi sering kali merupakan pelajar yang juga belajar untuk mengatur diri sendiri (Paris & Paris, 2001; Pintrich, 2000; Pintrich & Schunk, 2002; Zimmerman, 1998, 2000, 2001; Zimmerman & Schunk, 2001). Guru, tutor, mentor, konselor dan orang tua dapat membantu siswa agar mampu meningkatkan self-regulated learning dalam belajar. Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat dikatakan untuk mengatasi masalah kesulitan belajar maka siswa membutuhkan self-regulated learning yang baik dalam proses belajar matematikanya. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan Alsa (2005), yang menemukan korelasi positif antara regulasi diri dengan prestasi belajar matematika. Selain itu penelitian dari B. Kramarski & M. Gutman (2006), yang menemukan bahwa strategi self-regulated learning dapat meningkatkan kemampuan matematika.
12
Hipotesis Dari uraian di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan positif yang signifikan antara self-regulated learning dengan prestasi belajar matematika pada siswa SMA kelas 12 jurusan IPA di SMA Kristen 1, Salatiga.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional yang bertujuan untuk mengetahui signifikansi hubungan antara self-regulated learning dengan prestasi belajar matematika pada siswa SMA di SMA Kristen 1, Salatiga.
Partisipan Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa kelas 12 (dua belas) jurusan IPA di SMA Kristen 1 Salatiga yang berjumlah 75 siswa, dengan 3 (tiga) kelas masing-masing kelas berjumlah 25 siswa. Teknik sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling jenuh dengan menggunakan 75 siswa tersebut sebagai sampel.
Alat Ukur Penelitian Self-regulated learning diukur dengan menggunakan skala yang disusun oleh Zimmerman & Schunk (2001) berdasarkan dari aspek-aspek self-regulated learning. Aspek-aspeknya antara lain yaitu metakognisi, motivasi, dan perilaku. Jumlah item yang diuji untuk self-regulated learning ada 44 item dan item tersebut dikatakan valid apabila koefisien korelasinya
0,30. Hasil uji seleksi item dan reliabilitas pada putaran
pertama dari self-regulated learning dengan 44 item didapatkan koefisien reliabilitas
13
sebesar 0,897 yang berarti alat ukur tersebut tergolong reliabel. Item yang gugur berjumlah 10 item, yaitu nomor 3,6,7,10,24,28,32,33,39 dan 43. Penentuan-penentuan item valid menggunakan ketentuan dari Azwar (2012) yang menyatakan bahwa item pada skala pengukuran dapat dikatakan valid apabila ≥ 0,30. Nilai korelasi item total bergerak antara 0,312-0,699. Pada pengujian kedua didapatkan perubahan koefisien reliabilitas sebesar 0910, dengan jumlah item gugur sebanyak 1 item yaitu nomor 41. Nilai korelasi item total bergerak antara 0,327-0,609. Sedangakan pada pengujian ketiga didapatkan koefisien reliabilitas yang sama dengan pengujian kedua yaitu sebesar 0,910 dengan minimal indeks daya diskriminan item sebesar 0,30. Jadi, jumlah item yang valid untuk skala self-regulated learning sebanyak 33 item.
Prosedur Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 13 Maret sampai dengan 17 Maret 2015. Sebelum melakukan penelitian peneliti telah melakukan uji bahasa pada 5 siswa SMA kelas 12 lainnya yang berasal dari sekolah lain namun mengambil jurusan IPA juga. Pada saat penelitian jumlah skala psikologi yang disebar sebanyak 75 skala. Skala psikologi dibagikan di 3 (tiga) kelas 12 jurusan IPA. Peneliti sebelumnya telah memperkenalkan diri, memberi tahu maksud dan tujuan peneliti melakukan penelitian ini, dan meminta mereka untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Selama pengisian angket berlangsung peneliti memberikan sendiri dan menunggu langsung pengisian angket berlangsung. Selain itu, selama pengisian angket partisipan diperbolehkan untuk bertanya jika materi dalam skala psikologis tidak jelas atau sulit dipahami. Setelah pengisian angket selesai, angket langsung diberikan kepada peneliti dan peneliti langsung mengecek angket yang telah diisi oleh siswa. Selama pelaksanaan penelitian, responden dapat bekerjasama dengan baik dan cenderung menjawab setiap
14
pernyataan dengan baik, kemudian dari skala psikologi yang disebar, semuanya kembali dan semuanya itu bisa dipakai dalam penelitian ini.
Teknik Analisis Data Metode analisis menggunakan uji korelasi untuk melihat hubungan positif yang signifikan antara self-regulated learning dengan prestasi belajar matematika pada siswa SMA kelas 12 jurusan IPA di SMA Kristen 1, Salatiga yang perhitungan analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan SPSS (Statistical Product & Service Solution) seri 17.0 for windows.
HASIL PENELITIAN
Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan nilai ujian akhir semester 1 tahun ajaran 2014/2015 dengan 5 pilihan jawaban maka dibuat kategorisasi sebagai berikut: Tabel 4.1. Kategorisasi Pengukuran Prestasi Belajar Matematika No 1 2 3 4 5
Interval Kategori Mean N 85 ≤ x < 100 Baik Sekali 13 70 ≤ x < 85 Baik 74,57 29 55 ≤ x < 70 Cukup 30 40 ≤ x < 55 Kurang 3 x ≤ 40 Sangat Kurang 0 Jumlah 75 SD = 12,254 Min = 46 Max = 98 Keterangan: x = prestasi belajar matematika
Presentase 17,33 % 38,67 % 40 % 4% 0% 100 %
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa 13 siswa memiliki nilai prestasi belajar matematika yang berada pada kategori baik sekali dengan presentase 17,33%, 29 siswa memiliki nilai prestasi belajar matematika yang berada pada kategori baik dengan presentase 38,67%, 30 siswa memiliki nilai prestasi belajar matematika yang berada
15
pada kategori cukup dengan presentase 40% dan sisanya 3 siswa memiliki nilai prestasi belajar matematika yang berada pada kategori kurang dengan presentase 4%. Berdasarkan rata-rata sebesar 74,57 dapat dikatakan bahwa rata-rata nilai prestasi belajar matematika siswa berada pada kategori baik. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 46 sampai dengan skor maksimum sebesar 98 dengan standar deviasi 12,254. Self-Regulated Learning Berdasarkan jumlah item self-regulated learning dengan 4 pilihan jawaban maka dibuat kategorisasi sebagai berikut: Tabel 4.2. Kategorisasi Pengukuran Skala Self-Regulated Learning No 1
Interval 107,25 ≤ x ≤ 132
2 3 4
82,5 ≤ x < 107,25 57,75 ≤ x < 82,5 33 ≤ x < 57,75
Kategori Sangat Tinggi Tinggi Rendah Sangat Rendah
Mean
N 12
Presentase 16 %
95,85
56 7 0
74,67 % 9,33 % 0%
Jumlah 75 SD = 12,455 Min = 62 Max = 124 Keterangan: x = self-regulated learning
100 %
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa 12 siswa memiliki skor selfregulated learning yang berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 16%, 56 siswa memiliki skor self-regulated learning yang berada pada kategori tinggi dengan presentase 74,67%, 7 siswa memiliki skor self-regulated learning yang berada pada kategori rendah dengan presentase 9,33% dan tidak ada siswa yang memiliki skor selfregulated learning yang sangat rendah dengan presentase 0%. Berdasarkan rata-rata sebesar 95,85 dapat dikatakan bahwa rata-rata self-regulated learning siswa berada pada
16
kategori tinggi. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 62 sampai dengan skor maksimum sebesar 124 dengan standar deviasi 12,455.
Uji Normalitas Tabel 4.3. Hasil Normalitas Self-Regulated Learning dengan Prestasi Belajar Matematika One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Self-regulated
Prestasi belajar
learning
matematika 75
75
95.85
78.81
12.455
7.768
Absolute
.092
.172
Positive
.092
.172
Negative
-.059
-.157
Kolmogorov-Smirnov Z
.801
1.492
Asymp. Sig. (2-tailed)
.543
.023
Normal Parameters
a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan uji hasil pengujian normalitas pada tabel XXX di atas, kedua variabel memiliki signifikansi p>0,05. Variabel self-regulated learning memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,801 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,543 (p > 0.05). Oleh karena nilai signifikansi p>0,05, maka distribusi data self-regulated learning berdistribusi normal. Hal ini juga terjadi pada variabel prestasi belajar matematika yang memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,1492 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,023. Dengan demikian data prestasi belajar matematika juga berdistribusi normal.
Uji Linearitas Uji linearitas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dengan kata lain, pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
17
apakah variabel bebas berhubungan dengan variabel terikat atau tidak. Untuk perhitungannya, uji linieritas dilakukan dengan menggunakan SPSS seri 17.0 for windows yang dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut: Tabel 4.4. Hasil Uji Linearitas Self-Regulated Learning dengan Prestasi Belajar Matematika ANOVA Table Sum of
Prestasi Belajar
Mean
Squares
df
Square
3721.053
35
106.316
2536.393
1
2536.393
1184.660
34
34.843
Within Groups
744.333
39
19.085
Total
4465.387
74
Between Groups
Matematika * Self-
(Combined) Linearity
Regulated Learning Deviation from Linearity
F
Sig.
5.571 .000 132.8 97
.000
1.826 .035
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai Fbeda sebesar 1,826 dengan sig.= 0,035 (p<0,05) yang menunjukkan hubungan antara self-regulated learning dengan prestasi belajar matematika adalah linear.
Analisis Korelasi Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linieritas. Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS seri 17.0 for windows. Hasil korelasi antara pola asuh otoriter orangtua dengan penyesuaian diri dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:
18
Tabel 4.5. Hasil Uji Korelasi antara Self-Regulated Learning dengan Prestasi Belajar Matematika Correlations
Self-regulated learning
Pearson Correlation
Self-regulated
Prestasi belajar
learning
matematika 1
Sig. (2-tailed) N Prestasi belajar matematika
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.754
**
.000 75
75
**
1
.754
.000 75
75
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara selfregulated learning dengan prestasi belajar matematika sebesar 0,754 dengan sig. = 0,000 (p < 0.05) yang berarti ada hubungan yang positif kuat dan signifikan antara selfregulated learning dengan prestasi belajar matematika.
Pembahasan Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara self-regulated learning dan prestasi belajar matematika pada siswa kelas 12 jurusan IPA di SMA Kristen 1 Salatiga , didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang positif kuat dan signifikan antara selfregulated learning dan prestasi belajar matematika. Berdasarkan hasil uji perhitungan korelasi, keduanya memiliki r sebesar 0,754 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05) yang berarti kedua variabel yaitu self-regulated learning dan prestasi belajar matematika memiliki hubungan yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi self-regulated learning, maka akan semakin tinggi pula prestasi belajar matematika yang diperoleh siswa.
19
Menurut Zimmerman dan Matinez-Pons (1988) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa siswa yang memiliki self-regulated learning akan mampu mengarahkan dirinya saat belajar (self-regulated learners), membuat perencanaan (plan), mengorganisasikan materi (organize), mengarahkan diri sendiri (self-instruction) dan mengevaluasi diri sendiri (self-evaluation) dalam proses pengetahuan. Langkah-langkah tersebut ternyata pada akhirnya meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian dari Zimmerman dan Martinnez-Pons (1990) menunjukkan bahwa siswa yang memilki prestasi lebih sering menggunakan strategi-strategi self-regulated learning dibandingkan dengan siswa yang kurang prestasinya. Menurut Winne (1997) self-regulated learning adalah kemampuan seseorang untuk mengelola secara efektif pengalaman belajarnya sendiri dengan berbagai cara sehingga mencapai hasil belajar yang optimal. Self-regulated learning atau pengaturan diri dalam belajar pada mata pelajaran matematika menolong siswa untuk dapat mengatur cara belajar sehingga memperoleh prestasi belajar yang memuaskan dalam mata pelajaran matematika. Besarnya variasi self-regulated learning dalam mempengaruhi prestasi belajar matematika dapat menjelaskan bahwa self-regulated learning memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar sebesar 56% (diperoleh dari r²) dan sisanya sebesar 44% yang dipengaruhi oleh faktor lain di luar self-regulated learning yang dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika. Terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar matematika, hal ini selaras dengan teori yang diungkapkan oleh Ahmadi dan Supriyono (1991). Prestasi belajar matematika dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Internal terdiri dari faktor jasmaniah (pengelihatan, pendengaran, struktur tubuh); faktor psikologis meliputi
20
faktor intelektif (kecerdasan, bakat dan prestasi) dan faktor non intelektif (sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri, kesabaran dan kecemasan); dan yang terakhir faktor kematangan fisik maupun psikis. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari faktor sosial (lingkungan keluarga, orangtua, sekolah, guru, lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok); faktor budaya (adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian); faktor lingkungan fisik (fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim); dan faktor lingkungan spiritual atau keamanan. Berdasarkan hasil analisis deskriptif dalam penelitian ini, diperoleh data bahwa selfregulated learning sebesar 74,67% yang berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa-siswi SMA Kristen 1 Salatiga menggunakan strategi self-regulated learning untuk memperoleh prestasi belajar yang memuaskan dalam mata pelajaran matematika. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Zimmerman (dalam Santrock, 2001) menemukan bahwa siswa yang berprestasi tinggi adalah para self-regulated learner yang mengatur cara belajarnya. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa self-regulated learning memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar matematika, sehingga nampak jelas bahwa self-regulated learning mempunyai hubungan positif dengan prestasi belajar matematika.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara self-regulated learning dengan prestasi belajar matematika pada siswa SMA kelas 12 jurusan IPA di SMA Kristen 1 Salatiga, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
21
1. Ada hubungan positif yang signifikansi antara self-regulated learning dengan prestasi belajar matematika pada siswa SMA kelas 12 jurusan IPA di SMA Kristen 1 Salatiga. 2. Sebagian besar siswa (74,67%) memiliki self-regulated learning berada pada kategori yang tinggi, sisanya 16% berada pada kategori sangat tinggi dan 9,33% berada pada kategori rendah. 3. Rata-rata siswa memiliki prestasi belajar matematika yang berada pada kategori baik dan cukup. Ada 29 siswa yang memiliki nilai prestasi belajar matematika berada pada kategori baik dengan presentase 38,67% dan 30 siswa memiliki nilai prestasi belajar matematika yang berada pada kategori cukup dengan presentase 40%. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut: 1.
Bagi Siswa Siswa diharapkan dapat meningkatkan self-regulated learning atau pengaturan diri dalam belajar pada mata pelajaran matematika. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menetapkan tujuan dari hasil belajar yang ingin dicapai dalam mempelajari matematika, fokus pada tugas yang dikerjakan dan menerapkan cara-cara tertentu dalam belajar matematika sehingga dapat memahami dengan mudah. 2. Bagi Orangtua Orangtua diharapkan dapat mengarahkan anak-anaknya agar dapat mempunyai waktu yang lebih banyak ketika belajar, khususnya untuk pelajaran matematika
22
yang mereka anggap sulit. Selain itu orangtua juga diharapkan mampu membantu anak-anaknya menyelesaikan persoalan matematika yang tidak mereka pahami dengan baik. 3. Bagi peneliti selanjutnya. Apabila ada peneliti lain yang ingin meneliti mengenaik prestasi belajar siswa hendaknya melibatkan faktor-faktor lain seperti sikap, kebiasaan, minat, motivasi, penyesuaian diri, kesabaran dan kecemasan.
Daftar Pustaka Abdurahman, M. (1999). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitas Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Ahmadi, H.A & Supriyono,W. (1991). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta Amelia. J (2011). Hubungan self regulation dengan prestasi belajar pada mahasiswa fakultas psikologi universitas Kristen satya wacana. Skripsi.Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Azwar, S. (1996). Test Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Barata, D.A. (2009). Hubungan Self-Regulated Learning dan Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa SMA. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang: Fakultas Psikologi UNIKA Soegijapranata Semarang. Chen, C.S. (2002). Self-regulated Learning Strategies and Achievment in an introduction to information system course. Information Technology, Learning, and Performance Journal, 20, 11-25.
23
Diah. 2004. Perbedaan self regulated learning antara siswa akselerasi dengan siswa regular di bidang matematika. Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata. Indri, G. (2001). Hubungan penggunaan strategi-strategi self-regulated learning dengan prestasi akademik siswa kelas vi sekolah dasar dalam pelajaran matematika. Depok: Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Murjono. (1996). Inteligensi dalam Hubungannya dengan Prestasi Belajar. Anima Indonesia Psychological Journal, 3, 42, 174-183. Nugroho. (2007, Mei). Self Regulated Learning Anak Berbakat. Available (Online). http: //www.ditolb.or.id. Nurlisawati, D. (2008). Perbedaan Self-Regulated Learning Siswa Akselerasi dengan Siswa Reguler di Bidang Matematika. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang: Fakultas Psikologi UNIKA Soegijapranata Semarang. Pelt, J. (2008). The relationship between self-regulated learning and academic achievement in the middle school students : A cross cultural perspective. These of University South Caroline. Pintrich, P.R., E.V de Groot. (1990). Motivational and self-regulated component of classroom. Journal of Educational Psychology. 82, 1, 33-40 Santrock, J.W. (2001). Educational Psychology. Boston: McGraw-Hill. Winne, P.H. (1997). Expreimenting to Bootstrap Self Regulated Learning. Journal of Education Psychology. 89, 3, 397-410.
24
Wolters, Cristopher A. (1998) Self-regulated learning and college students regulation of motivational. Journal of educational psychology. Vol. 90, No.2. 224-235. Wolters, C.A. Pintrich, P.R. & Karabenick, S.A. (2003). Assessing Academic Self Regulated Learning. Paper prepared for the Conference on Indicator of Positive Development: Definitions, Measures, and Prospective Yukselturk, E., & Bulut, S. (2009). Gender differences in Self-regulated online learning environment. Educational Technology & Society, 12 (3), 12-22. Zimmerman, B.J. (1989). A Social Cognitive View Of Self-Regulated Academic Learning. Journal of Educational Psychology. Zimmerman, B.J. (1989). A Social Cognitive View Of Self-Regulated Academic Learning. Journal of Educational Psychology, 81, 3, 329-339. Zimmerman , B.J., & Martinez Pons. (1990). Construct validation of a strategy model of student self-regulated learning. Journal of Educational Psychology, Vol. 80, 284-290. [Online]. Available FTP: http://www/sfu.ca/~sbratt/SRL.pdf
25