HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK DI KELOMPOK A TK BERINGIN II KECAMATAN TILAMUTA KABUPATEN BOALEMO
JURNAL
Oleh
FEBRIYANTI D MOODUTO 153 410 046
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
2014
Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Kemandirian Anak di Kelompok A TK Beringin II Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo FEBRIYANTI D MOODUTO Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo Abd. Hamid Isa, Meylan Saleh
ABSTRAK Febriyanti D Mooduto. 2014. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Kemandirian Anak di Kelompok A TK Beringin II Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. H. Abd. Hamid Isa, M.Pd dan pembimbing II Meylan Saleh, S.Pd, M.Pd. Masalah dalam penelitian ini yakni: Apakah Terdapat Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Kemandirian Anak di Kelompok A TK Beringin II Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian anak di Kelompok A TK Beringin II Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian korelasional. Dari hasil penelitian dan perhitungan secara statistik ditemukan koofisien korelasi r=0,78 bahwa harga 𝑟 2 =60,84, yang berarti sebesar 60,84% kemampuan kemandirian ditentukan oleh pola asuh orang tua (X) dan sebesar 39,16% ditentukan oleh faktor lain yang meliputi antara lain faktor lingkungan, karakteristik sosial dan pendidikan orang tua. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil uji koefisien korelasi yang telah dianalisis yang dihubungkan dengan kriteria pengujian statistik t bahwa t hitung lebih besar dari t daftar atau daftar harga t hitung telah berada
diluar penerimaan Ho, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Oleh karena itu, hipotesis peneliltian yang berbunyi : terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian anak Kelompok A TK Beringin II Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo, dinyatakan diterima. Kata Kunci: Pola Asuh Orang Tua, Kemandirian Anak
Febriyanti D Mooduto, Jurusan PG-PAUD Universitas Negeri Gorontalo, Dr. Abd. Hamid Isa, M.Pd Dosen Jurusan PLS Universitas Negeri Gorontalo, Meylan Saleh, S.Pd, M.Pd Dosen Jurusan PGPAUD Unversitas Negeri Gorontalo
Keluarga merupakan tempat untuk pertama kalinya seorang anak memperoleh pendidikan dan mengenal nilai-nilai maupun peraturan-peraturan yang harus diikutinya, yang mendasari anak untuk melakukan hubungan sosial dengan lingkungannya yang lebih luas. Namun dengan adanya perbedaan latar belakang, pengalaman, pendidikan dan kepentingan dari orang tua maka terjadilah cara mendidik anak. Pola asuh sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak. Setiap keluarga biasanya memiliki pola asuh terhadap anak yang berbeda-beda. Pola asuh juga berpengaruh terhadap keberhasilan keluarga dalam mentransfer dan menanamkan nilai-nilai agama, kebaikan, dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Pola asuh anak meliputi interaksi antara orang tua dan anak dalam pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis (Fathi, 2003). Pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dengan anak dalam berinteraksi, serta komunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Kemampuan intrapersonal dalam melakukan kegiatan pengasuhan dimana kemampuan tersebut akan menentukan keberhasilan pola asuh orang tua dan keberhasilan tersebut sangat mempengaruhi tingkat kemandirian anak. Kemandirian anak dapat dikembangkan dengan membiarkan anak untuk mengeksplorasi
lingkungan
dalam
kehidupan
sehari-harinya.
Untuk
berani
mengeksplorasi lingkungan maka anak butuh pemenuhan rasa aman, kasih sayang dan perhatian. Rasa aman dapat dibangun dengan cara memberikan respon yang positif setiap kali anak mengisyaratkan sesuatu. Disamping rasa aman, kemampuan bersikap mandiri juga dipengaruhi oleh kepercayaan diri anak.
Untuk
mengembangkan kepercayaan diri salah satu caranya yaitu dengan memberikan dukungan, pujian pada anak setiap kali berhasil melakukan sesuatu. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di TK Beringin II Kelompok A di Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo, sikap mandiri anak masih kurang nampak, hal ini dapat terlihat ketika waktu makan saat jam istirahat, anak lebih senang disuapi oleh guru dan orang tuanya. Begitu pula halnya dalam kegiatan belajar. Sebagian anak ada yang sudah bisa belajar dengan mandiri tanpa bantuan dari guru, namun ada
juga anak yang masih ada ketergantungan terhadap panduan guru dan jika guru tidak membantunya maka dia menangis dan tidak mau belajar lagi. Ada juga anak yang tidak berani tampil di depan teman-temannya, dan masih ada anak yang dijaga oleh orang tua/pengasuh. Identifikasi masalah dalam penelitian ini yakni : (a) Masih terdapat anak yang senang disuapi orang tua dan guru, (b) Masih terdapat anak yang bergantung pada panduan guru, (c) Masih terdapat anak tidak berani tampil didepan teman-temannya, (d) Masih terdapat anak yang dijaga orang tua dan pengasuh. Rumusan Masalah, yang menjadi masalah dalam penelitian ini yakni: Apakah Terdapat Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Kemandirian Anak Kelompok A di TK Beringin II Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo? Tujuan Penelitian, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian anak kelompok A di TK Beringin II Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo. Manfaat Penelitian, manfaat secara teoritis dan secara praktis. Adapun manfaat teoritis dan praktis adalah sebagai berikut. Secara Teoritis: hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian anak. Dapat menambah konsep-konsep atau teori-teori yang berhubungan dengan pola asuh orang tua terhadap kemandirian anak. Secara Praktis: (a) Bagi Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumbangan, informasi dan masukan bagi kepala TK untuk mengetahui tentang hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian anak, (b) Bagi Guru, dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui konstribusi tentang upaya yang dapat dilakukan terhadap penanaman kemandirian pada anak.. 1. Hakekat Pola Asuh Pola asuh menurut Kohn dan Zahroh (2011:11) adalah sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orang tua ini meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukan otoritasnya dan cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya.
Menurut Kurniawan (2013) pola asuh dapat dikelompokkan sebagai berikut: (a) Pola Asuh Permisif, yaitu jenis pola mengasuh anak yang acuh tak acuh terhadap anak. Jadi, apapun yang mau dilakukan anak diperbolehkan, (b) Pola asuh otoriter yaitu pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku dimana orang tua akan membuat berbagai aturan yang harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak, (c) Pola asuh demokratis yaitu pola asuh orang tua pada anak yang memberi kebebasan pada anak untuk untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari orang tua. Menurut Edward (2006) faktor yang mempengaruhi pola asuh anak adalah: (a) Pendidikan orang tua, pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan mempengaruhi persiapan mereka menjalankan pengasuhan, (b) Lingkungan, lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak mustahil jika lingkungan juga ikut serta mewarnai pola-pola pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap anaknya, (c) Budaya, sering kali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengasuh anak, kebiasaankebiasaan masyarakat disekitarnya dalam mengasuh anak. Karena pola-pola tersebut dianggap
berhasil
dalam
mendidik
anak
kearah
kematangan.
Orang tua
mengharapkan kelak anaknya dapat diterima dimasyarakat dengan baik, oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola asuh terhadap anaknya. 2. Tinjauan Tentang Kemandirian Anak Kemandirian anak merupakan kemampuan anak untuk melakukan kegiatan dan tugas sehari-hari atau dengan sedikit bimbingan, sesuai dengan tahap perkembangan dan kemampuan anak, lie dan Prasasti (2005:5). Selain itu, kemandirian anak juga dapat diartikan sebagai suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi dilingkungan, sehingga individu
tersebut pada akhirnya akan mampu berfikir dan bertindak sendiri, Yamin dan Sanan (2010:86). Ciri-ciri kemandirian anak usia dini menurut Wiyani (2013:33) adalah sebagai berikut: a) Memiliki kepercayaan kepada diri sendiri Anak yang memiliki rasa percaya diri memiliki keberanian untuk melakukan sesuatu dan menentukan pilihan sesuai dengan kehendaknya sendiri dan bertanggung jawab terhadap konsekuensi yang dapat ditimbulkan karena pilihannya. Kepercayaan diri ini sangat terkait dengan kemandirian anak. b) Memiliki motivasi intristik yang tinggi Motivasi intristik merupakan dorongan yang berasal dari dalam diri untuk melakukan sesuatu perilaku maupun perbuatan. Motivasi instrinsik ini pada umumnya lebih kuat dan abadi dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik walaupun kedua jenis motivasi tersebut juga bisa berkurang dan bertambah. Motivasi yang datang dari dalam akan mampu menggerakan anak untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya. c) Mampu dan berani menetukan pilihannya sendiri Anak yang berkarakter mandiri memiliki kemampuan dan keberanian dalam menentukan pilihannya sendiri. Contohnya seperti memilih makanan yang akan dimakan, memilih baju yang akan dipakai, dan dapat memilih mainan yang akan digunakan untuk bermain, serta dapat memilih mana sandal untuk kaki kanan dan mana sandal untuk kaki kiri. d) Kreatif dan inovatif Kreatif dan inovatif pada anak merupakan salah satu ciri anak yang memiliki karakter mandiri, seperti dalam melakukan sesuatu atas kehendak sendiri tanpa disuruh oleh orang lain, tidak bergantung terhadap orang lain dalam melakukan sesuatu, menyukai dan selalu ingin mencoba hal-hal yang baru.
e) Bertanggung jawab menerima konsekuensi yang menyertai pilihannya Pada saat anak mengambil keputusan atau pilihan, tentu ada konsekuensi yang melekat pada pilihannya. Anak yang mandiri akan bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambilnya apapun yang terjadi. Tentu saja bagi anak tanggung jawab tersebut dilakukan dalam taraf yang wajar. Misalnya tidak menangis ketika salah mengambil alat mainan, lalu dengan senang hati menggantinya dengan alat mainan lain yang diinginkannya. f) Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya Lingkungan TK merupakan lingkungan yang baru bagi anak. Seringkali kita menemukan dengan mudah anak yang menangis ketika pertama kali masuk TK. Bahkan kebanyakan anak ditunggu oleh orangtuanya ketika sedang belajar dikelas. Bagi anak yang memiliki karakter mandiri, dia akan cepat menyesuikan diri dengan lingkungannya yang baru dan dapat belajar walaupun tidak ditunggui oleh orang tuanya. g) Tidak bergantung pada orang lain Anak yang memiliki karakter mandiri selalu ingin mencoba sendiri, tidak bergantung pada orang lain dan dia tahu kapan waktunya meminta bantuan orang lain. Setelah anak berusaha melakukannya sendiri tapi tidak mampu untuk mendapatkannya, barulah dia meminta bantuan orang lain. Berikut adalah deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian anak menurut Wiyani (2013:15) : 1). Faktor Internal a) Faktor Peran Jenis Kelamin Secara fisik anak laki-laki dan wanita tampak jelas perbedaan dalam perkembangan kemandiriannya. Dalam perkembangan kemandirian anak laki-laki biasanya lebih aktif dari pada anak perempuan.
b) Factor Kecerdasan atau Intelegensi Anak yang memiliki intelegensi yang tinggi akan lebih cepat menangkap sesuatu yang membutuhkan kemampuan berfikir. Sehingga, anak yang cerdas cenderung cepat dalam membuat keputusan untuk bertindak, dibarengi dengan kemampuan menganalisis yang baik terhadap resiko-resiko yang akan dihadapi. Intelegensi berhubungan dengan tingkat kemandirian anak. Artinya, semakin tinggi intelegensi seseorang anak maka semakin tinggi pula tingkat kemandiriannya. c) Factor Perkembangan Kemandirian
akan
banyak
memberikan
dampak
yang
positif
bagi
perkembangan anak. Oleh sebab itu, orang tua perlu mengajarkan kemandirian sedini mungkin sesuai dengan kemampuan anak. 2) Faktor Eksternal a) Lingkungan Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pembentukan kemandirian anak. Lingkungan yang baik dapat menjadikan cepat tercapainya kemandirian anak. Keluarga sebagai lingkungan terkecil bagi anak merupakan kawah candradimuka dalam pembentukan karakter anak. Kondisi lingkungan keluarga ini sangat berpengaruh dalam kemandirian anak. Dengan pemberian stimulasi yang terarah dan teratur dilingkungan keluarga, anak akan lebih cepat mandiri dibanding dengan anak yang kurang mendapat stimulasi. b) Rasa Cinta dan Kasih Sayang Rasa cinta dan kasih sayang orang tua kepada anaknya hendaknya diberikan sewajarnya karena hal itu dapat mempengaruhi mutu kemandirian anak. Bila rasa cinta dan kasih sayang diberikan berlebihan, anak akan menjadi kurang mandiri. c) Pola Asuh Orang Tua dalam Keluarga Pola asuh ayah dan ibu mempunyai peran nyata dalam pembentukan karakter mandiri anak. Toleransi yang berlebihan, begitupun dengan pemeliharaan yang berlebihan dari orang tua yang terlalu keras kepada anak dapat menghambat pencapaian kemandiriannya.
d) Pengalaman Dalam Kehidupan Pengalaman dalam kehidupan anak meliputi pengalaman dilingkungan sekolah dan masyarakat. Lingkungan sekolah berpengaruh terhadap kemandirian anak, baik melalui hubungan dengan teman maupun dengan guru. Interaksi anak dengan
teman
sebaya
dilingkungan
sekitar
juga
berpengaruh
terhadap
kemandiriannya, begitu juga pengaruh teman sebaya disekolah. e) Faktor Sosial Budaya Faktor budaya dan kelas sosial juga dapat mempengaruhi kemandirian anak. Seorang anak dalam ruang lingkup tempat tinggalnya mengalami tekanan untuk mengembangkan suatu pola kepribadian tertentu yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh budayanya. Kemudian kelas sosial, termasuk kelas ekonomi dan kelas pendidikan juga mempengaruhi ketergantungan anak pada orang tua. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian yang bersifat korelasional yang mencari hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian anak di kelompok A TK Beringin II Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua anak yang bersekolah di Taman Kanak-Kanak (TK) se-Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo. Sampel dalam penelitian ini adalah orang tua anak kelompok A yang bersekolah di TK Beringin II Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo yang berjumlah 35 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket sedangkan observasi sebagai pelengkap. Setelah semua data penelitian dikumpul kemudian diolah dengan menggunakan analisis statistik. Pengolahan ini meliputi uji normalitas data, uji linieritas dan uji korelasi Y atas X. HASIL PENELITIAN Pengujian noramalitas data bertujuan mengetahui data hasil penelitian, berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Dengan demikian, pengujian normalitas data yang digunakan pada pengelolaan ini adalah uji chi kuadrat pada taraf nyata a 0,05 dengan hipotesis bahwa skor variabel X (Pola Asuh Orang Tua) dan
variabel Y (Kemandirian Anak) berdistribusi normal. Ternyata dari hasil perhitungan variabel X didapatkan bahwa χ2hitung < χ2tabel , dimana -76,5< 11,70 sehingga dapat disimpulkan bahwa data variable X berdistribusi normal. Untuk variabel Y didapatkan bahwa χ2hitung < χ2tabel , dimana -62,3 < 11,070 sehingga dapat disimpulkan bahwa data variable X berdistribusi normal. Berdasarkan kriteria pengujian untuk uji lenearitas yang telah ditetapkan di atas bahwa F daftar diperoleh dari F < F (1-a)(k-2, n-k). Jika digunakan taraf nyata a=0,05 maka F(1-0,05) (17-2, 35-17) =2,29. Ternyata harga F hitung lebih kecil dari F daftar (1,69<2,29). Sehingga dapat disimpulkan persamaan regresi ini berbentuk linear dan dapat diterima. Selanjutnya untuk uji keberartian telah ditetapkan kriteria pengujian bahwa F daftar dapat diperoleh dari F hitung > F daftar (1-a)(1, n-2)= Jika digunakan taraf nyata a=0,05 maka F(1-0,05)(1, 35-2)= 4,13. Ternyata harga F hitung lebih kecil
dari F daftar (53,53 >4,13). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
persamaan regresi adalah linear dan dapat diterima atau berarti. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data maka pembahasan terhadap permasalahan sebagai berikut, penelitian ini merupakan penelitian hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas yang diteliti ikut menentukan variabel terikat. Adapun variabel pada penelitian ini adalah variabel bebas pola asuh orang tua (X) dan variabel terikat kemandirian anak (Y). Dari Hasil pengujian hipotesis pada variabel X dan Y bahwa persamaan regresi pola asuh orang tua dan kemandirian anak adalah Ỹ= 15,41 + 0,75X. Persamaan regresi yang telah teruji keberartian pada α = 0,05 merupakan hubungan yang berlaku pada populasi. Berdasarkan sampel yang diambil dari populasi yang bersangkutan bahwa antara pola asuh orang tua dengan kemandirian anak mengalami penaikan. Persamaan ini mengandung makna bahwa setiap terjadi perubahan peningkatan pada variabel X atau pola asuh orang tua meningkat 1 maka akan diikuti peningkatan
variabel Y atau kemandirian anak 0,75 atau dengan kata lain makin baik pola asuh orang tua maka kemandirian anak di TK Beingin II Kecamtan Tilamuta juga semakin membaik. Dalam uji signifikan koefisien korelasi diperoleh hasil thitung = 7,155 dan diperoleh ttabel (33)= 2,042 atau t hitung > ttabel atau harga t hitung berada di luar daerah penerimaan H0 , sehingga dapat disimpulkan bahwa tolak H0 dan terima H1 . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi signifikan. Selanjutnya dengan menggunakan rumus rxy dapat dilihat adanya korelasi yang positif sebesar 0,78 anatara pola asuh orang tua dengan kemandirian anak. Data dan koefisien yang diperoleh dalam sampel tersebut diambil atau data tersebut mencerminkan keadaan populasi. Pengujian
signifikan
koefisien
korelasi
selanjutnya
dihitung
dengan
menggunakan uji t, ternyata harga thitung sebesar 7,155 dan dibandingkan dengan harga ttabel untuk taraf kesalahan 5% dan dk= 33 maka diperoleh ttabel = 2,042. Ternyata harga thitung lebih besar dari ttabel sehingga H0 ditolak. Hal ini berarti terdapat hubungan yang positif dan nilai koefisien korelasi antara pola asuh orang tua dengan kemandirian anak sebesar 0,784. Selanjutnya, dalam analisis korelasi terdapat suatu angka yang disebut dengan koefisien korelasi (r2). Koefisien ini disebut koefisien penentu, karena varians yang terjadi pada variabel X dapat dijelaskan melalui varians yang terjadi pada variabel Y. Melalui hasil pengujian koefisien sederhana, maka diperoleh harga r = 0,78 dengan koefisien determinasi sebesar 0,6084 atau 60,84 % pola asuh orang tua mempengaruhi sikap kemandirian anak, sedangkan 39,16% lainnya ditentukan oleh faktor lain dapat berupa faktor lingkungan, karakteristik sosial dan pendidikan orang tua. Sedangkan berdasarkan hasil uji koefisien korelasi yang telah dianalisis yang dihubungkan dengan kriteria pengujian statistika t bahwa thitung lebih besar dari pada ttabel sehingga harga t hitung berada di luar daerah penerimaan H0 . Maka H0 ditolak dan
H1 diterima, dalam arti hubungan antara pola asuh orang tua dengan
kemandirian anak kelompok A di TK Beringin II Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo, dinyatakan diterima. Hal ini juga didukung teori yang ada, salah satunya yang dikemukakan oleh Kohn dan Zahroh (2011:11) bahwa pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orang tua ini meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukan otoritasnya dan cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya. Pola asuh orang tua berpengaruh terhadap kemandirian anak, orang tua merupakan pondasi utama dalam membentuk pribadi anak .Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin baik pola asuh orang tua dalam mendidik anak maka tinggi pula kemandirian anak. Oleh karenananya orang tua dituntut supaya lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan terhadap anak supaya mereka memiliki keterampilan hidup dan dapat membangun kemandirian yang optimal saat usia dewasa. Simpulan dan Saran a Kesimpulan Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini, maka penelitian ini disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi “terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian anak Kelompok A diTK Beringin II Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo” dinyatakan diterima. Hal ini dapat ditunjukan dari: a.
Persamaan linear Ỹ= 15,41 + 0,75X yang berarti bahwa kenaikan 1 (satu) skor
pada pola asuh orang tua (variabel X) dapat menyebabkan kenaikan (perubahan) skkor pada kemandirian anak kelompok A (variabel Y) sebesar 0,75pada konstanta 15,41. b.
Hasil perhitungan koefisien korelasi r=0,87 bahwa harga r2=0,6084, yang
berarti sebesar 60,84 ditentukan oleh pola asuh orang tua dan sisanya sebaesar 39,16% ditentukan oleh faktor lain yang meliputi antara lain faktor lingkungan, karakteristik sosisal dan pendidikan orang tua.
b Saran Berdasarkan kesimpulan di atas peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut: a.
Bagi Guru Anak usia pra sekolah adalah usia bermain, maka proses penanaman
kemandirian terhadap anak dilakukan melalui berbagai permainan yang dapat mempermudah anak dalam peroses penanaman kemandirian. Sebab itu, guru perlu menciptakan pembelajaran yang kreatif, inovatif, efektif dan menyenangkan. Sebaiknya guru juga lebih meningkkatkan intensitas informasi dan perkembangan yang terjadi pada anak ketika berada dilingkungan keluarga sehingga guru dapat meneruskan dan menindak lanjuti perkkembangan tersebut. b.
Untuk Orang tua Dari hasil penelitian bahwa pola asuh orang tua memiliki hubungan positif dan
signifikan terhadap kemandirian anak. Maka dari itu hendaknya orangtua menstimulasi atau melatih anak agar anak bisa memenuhi kebutuhan mereka sendiri yaitu dimulai dari kebutuhan paling dasar misalnya melatih toilet training, makan/minum sendiri, merapikan mainan sendirijuga harus sabar dan penuh perhatian terhadap apa yang dilakukan anak, berilah kesempatan pada anak untuk memecahkan masalahnya sendiri, dan berilah bantuan seperlunya bila anak meminta bantuan. DAFTAR PUSTAKA Ali Murfi. 2013. Model Pola Asuh Dalam Keluarga. http://www.slideshare.net/AliM urfi/model-pola-asuh-dalam-keluarga. 2 Januari 2013 (20.00) Al-Maghribicendekia.2013.Ciri Anak Mandiri dan Tahapan Perkembangan Kemandirian. http://www.al-maghribicendekia.com/2013/09/ciri-anak-mandiridan-tahapan.html. 23 Desember 2013 (22.00) Anna Wahidah.2012.Pola Asuh. http://anna-fpsi09.web.unair.ac.id/artikel_detail59564-Psikologi%20-POLA%20ASUH.html. 2 Januari 2013 (22.00) Fathi. 2011. Mendidik Anak dengan alquran Sejak Janin. Bandung: Pustaka Oasis.
Heni Khamdiyah. Hubungan Pola Asuh Demokratis Terhadap Kemandirian Anak Kelompok A Di Taman Kanak- Kanak Darussalam Wedoro Belahan Waru Sidoarjo.http://share.pdfonline.com/3af1494d6b234190b0bdbd600914602e/Re visi%20Finish.htm.Dikases tanggal 15 Januari 2013 Wiyani, Novan Ardy. 2013. Bina Karakter Anak Usia Dini. Jogjakarta: PT Ar-ruzz Media Sugiyono.2009. statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Sugiyono.2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfaberta