HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH AUTHORITATIVE DENGAN KONSEP DIRI REMAJA AKHIR
Oleh ASRI W. PUTRI 802009058
TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA SALATIGA 2015
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH AUTHORITATIVE DENGAN KONSEP DIRI REMAJA AKHIR
Asri W. Putri Ratriana Y.E. Kusumiati Enjang Wahyuningrum
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA SALATIGA 2015
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pola asuh authoritative dengan konsep diri pada remaja akhir. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa UKSW Fakultas Ekonomi program studi Akutansi angkatan 2014 . Teknik yang digunakan dalam penelitian dini adalah purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 50 orang. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala TSCS (Tennessee Self Concept Scale) dari Fitts (1971) dan skala pola asuh PPQ (Authoritative Parenting Practice Questionaire) dari Robinson, Mandleco, Olsen, dan Hart (1995). Hasil analisa data penelitian ini menggunakan uji korelasi product moment person. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh authoritative dengan konsep diri remaja, dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,483 dan signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05).
Kata kunci: pola asuh authoritative, konsep diri, mahasiswa
i
Abstract
The research has purposed to explore the relationship of authoritative parenting and self concept. The population in this study were UKSW college student of accounting force 2014 at the faculty of economic. The sampling technique in this research is purposive sampling. The sample in this study amounted to 50 people. The subscale used in this research are TSCS (Tennessee Self Concept Scale) from Fitts (1971) and PPQ (Authoritative Parenting Practice Questionnaire) from Robinson, Mandleco, Olsen, and Hart (1995). The results of the analysis using product moment correlation test person. The results showed that there is a significant relationship between authoritative parenting style with adolescent self-concept, with a correlation coefficient (r) of 0.483 and a significance of 0.000 (p <0.05).
Keyword: authoritative parenting, self concept, college student
ii
1
PENDAHULUAN Permasalahan atau pergolakan emosi yang terjadi pada remaja muncul akibat adanya tuntutan dan harapan baru, baik dari dalam maupun dari luar diri individu. Permasalahan yang dialami remaja merupakan suatu hal yang harus dihadapi dan dipecahkan karena jika tidak segera diselesaikan akan menimbulkan kecemasan, ketegangan, dan konflik yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kepribadiannya. Salah satu aspek kepribadian yang paling penting bagi remaja adalah konsep diri. Hurlock (2005) menyatakan bahwa konsep diri merupakan inti pola kepribadian yang mempengaruhi bentuk berbagai sifat. Konsep diri menjadi penting karena akan mempengaruhi remaja dalam berinteraksi dengan lingkungan. Remaja yang memiliki konsep diri positif akan tampil lebih percaya diri dalam menghadapi berbagai situasi. Sebaliknya remaja yang mengembangkan konsep diri negatif, mempunyai kesulitan dalam menerima dirinya sendiri, sering menolak dirinya serta sulit bagi mereka untuk melakukan penyesuaian diri yang baik. Melalui konsep diri yang positif akan membantu remaja dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dan sebaliknya remaja yang mempunyai konsep diri yang negatif akan kesulitan dalam menyelesaikan masalahnya (Montana, 2001). Arti konsep diri menurut Fitts (1971) adalah diri sebagaimana dilihat dan dialami atau dirasakan oleh individu itu sendiri. Burns (1993) menyatakan konsep diri adalah pandangan keseluruhan yang dimiliki individu tentang dirinya sendiri dan terdiri dari kepercayaan, evaluasi, dan kecenderungan berperilaku. Aspek-aspek konsep diri menurut Fitts (1971) adalah sebagai berikut: aspek diri fisik merupakan pandangan, pikiran, perasaan, dan penilaian terhadap keadaan
2
dirinya secara fisik; aspek diri pribadi merupakan pandangan, pikiran, perasaan, dan penilaian terhadap keadaan pribadinya; aspek diri sosial merupakan pandangan, pikiran, perasaan dan penilaian terhadap interaksi dirinya dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya; aspek diri moral etik merupakan pandangan, pikiran, perasaan dan penilaian terhadap dirinya sendiri yang dilihat dari standar perimbangan nilai moral dan etika; aspek diri keluarga merupakan perasaan dan harga diri seorang individu terhadap kedudukannya sebagai anggota keluarga; dan aspek diri akademik merupakan pandangan, pikiran, perasaan, dan penilaian terhadap dirinya berdasarkan akademik. Hurlock (2005) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri yaitu: jasmani, cacat jasmani, kondisi fisik, produksi kelenjar tubuh, pakaian, nama dan panggilan, kecerdasan, tingkat aspirasi, emosi, pola kebudayaan, sekolah, status sosial, dan keluarga. Salah satu faktor yang dapat membentuk konsep diri remaja adalah lingkungan keluarga, yaitu pola pengasuhan orang tua. Pola asuh merupakan cara orang tua membesarkan anak dengan memenuhi kebutuhan anak, memberi perlindungan, mendidik anak, serta mempengaruhi tingkah laku anak dalam kehidupan sehari-hari Baumrind (dalam Berk, 1994). Adapun tujuan orang tua mengasuh anaknya adalah untuk membentuk kepribadian yang matang. Dengan pengasuhan orang tua tersebut maka remaja akan belajar tentang peran-peran yang ada dalam masyarakat seperti nilai-nilai, sikap serta perilaku yang pantas dan tidak pantas, atau baik dan buruk. Segala perlakuan dari orang tua terhadap remaja sejak masa kanak-kanak, akan memberikan makna tertentu. Pemberian makna itulah yang disebut sebagai persepsi remaja terhadap pola asuh orang tua.
3
Pola asuh orangtua dalam keluarga mempengaruhi pembentukan konsep diri anak. Konsep diri terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan, khususnya dalam lingkungan keluarga (Yusuf, 2006). Santrock (2007) mengklasifikasikan gaya-gaya pola asuh ke dalam gaya yang bersifat otoriter, demokratis, dan permisif. Pengasuhan otoriter adalah gaya yang membatasi dan menguhukum, dimana orang tua mendesak anak untuk mengikuti arahan mereka dan menghormati pekerjaan dan upaya mereka. Pengasuhan demokrasi adalah pola asuh yang mendorong anak untuk mandiri namun masih menerapkan batas dan kendali pada tindakan mereka. Pengasuhan permisif adalah gaya dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Salah satu bentuk pola asuh yang dikenal adalah pola asuh demokratis dimana pola asuh yang ditandai dengan dengan sikap orang tua yang menerima, responsive, dan sangat memperhatikan kebutuhan anak yang disertai tuntutan, kontrol, dan pembatasan. Gaya pengasuhan authoritative orang tua menunjukkan perilaku
yang membantu
remaja mengembangkan ketrampilan sebagai
kedewasaan secara psikososial, mampu bekerjasama dengan teman sebaya dan orang dewasa kebebasan yang bertanggung jawab serta berhasil secara akademik. Pengasuhan authoritative mempunyai 4 unsur yaitu kehangatan dan keterlibatan (warmth and involvement), pertimbangan (reasoning/induction), keikutsertaan yang demokratis (democratic participation) serta pengasuhan yang baik (good natured/easy going) Baumrind (Robinson C.C, Mandleco B, Olsen S.F, & Hart C, 1995).
4
Menurut Hurlock (1999) faktor yang dapat mempengaruhi persepsi pola asuh demokratis orang tua adalah; faktor nilai yang dianut orang tua yaitu nilai budaya mengenai cara terbaik memperlakukan anak secara otoriter, secara demokratis, maupun realistis, akan mempengaruhi sikap orang tua dan cara mereka memperlakukananak mereka sendiri. Faktor kepribadian adalah cara anak bereaksi terhadap orang tua dimana hal tersebut mempengaruhi sikap orang tua terhadapnya. Dan faktor pendidikan orang tua, apabila orang tua berpendidikan tinggi umumnya akan memiliki banyak pengetahuan maupun pendidikan tentang cara mengasuh anak yang sesuai dengan kebutuhannya. Santrock (2013) mengatakan bahwa pola asuh authoritative (demokratis) lebih efisien bagi perkembangan remaja dibandingkan pola authoritarian (otoriter) dan permissive (permisif). Hasil penelitian Ulfa (2013) mengatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh authoritative (demokratis) orang tua dengan konsep diri remaja. Penelitian serupa juga mengatakan bahwa ada korelasi antara pola asuh demokratis dengan konsep diri (Nirwana, 2013). Rahayu dkk (2008) dalam penelitiannya tentang pola asuh otoriter menunjukkan bahwa dalam kebudayaan Timur yang memiliki ciri kolektivisme, pola asuh otoriter tidak selalu menunjukkan dampak negatif, sedangkan Jahju (2011) menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara pola asuh otoriter dengan konsep diri remaja. Persepsi pola asuh permisif menurut penelitian Respati (2006) menghasilkan konsep diri yang negatif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Respati (2006) ternyata pola asuh authoritative (demokratis) menghasilkan rata-rata konsep diri paling besar dari pada pola asuh otoriter dan pola asuh permisif. Berbeda dengan hasil penelitian Bong (2003) pola asuh yang
5
memanjakan anak ternyata menghasilkan harga diri lebih tinggi dibandingkan pola asuh demokratis. Berdasarkan uraian diatas, diasumsikan bahwa pola asuh authoritative (demokratis) orang tua akan membentuk konsep diri yang positif dari pada pola asuh otoriter dan permisif. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang hubungan antara pola asuh authoritative (demokratis) dengan konsep diri remaja akhir.
METODE PENELITIAN Partisipan Populasi dalam penelitian ini adalah remaja usia 18-22 tahun, mahasiswa Fakultas Ekonomi program studi Akuntansi UKSW angkatan 2014. Sampel berjumlah
50
mahasiswa.
Pengambilan
sampel
dalam
penelitian
ini
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel secara sengaja dan sesuai persyaratan. Alat Ukur Penelitian ini menggunkan dua skala psikologi, yaitu skala konsep diri dan skala pola asuh authoritative (demokratis). Item dalam dua skala ini dikelompokkan
dalam
pernyataan
favorable
dan
unfavorable
dengan
menggunakan 4 alternatif jawaban yang disusun menggunakan Skala Likert, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Keseluruhan data diperoleh dari skala psikologi yang diberikan kepada subjek
6
Skala konsep diri yang disusun oleh Fitts (1971) Tennessee Self-Concept Scale Second Edition terdiri dari aspek fisik, aspek pribadi, aspek sosial, aspek moral etik, aspek keluarga, aspek akademik. Berdasarkan pengujian yang dilakukan sebanyak dua kali didapatkan koefisien seleksi item yang bergerak antara 0,274 sampai dengan 0,652, sehingga jumlah item valid berjumlah 23 item. Tabel 1 Blue print Skala Konsep Diri Nomor Item
Jumlah Item
ASPEK Favorable
Unvaforable
Valid
Diri Fisik
1,3*,4*,5,6*,7*
2*,8*
2
Diri Pribadi
9,10*,11*,15,19,21
12,13,14,16*,17,18,20
10
Diri Sosial
23,24*,25*,26*
22,27*
2
Diri Moral Etik
28,30, 31,32*
29
4
Diri Keluarga
33*,35,36,42,43*
34*,37*,38*,39*,40,41*,44*
4
Diri Akademik
45,48*
46*,47*
1
Total
12
11
23
Keterangan: Tanda (*) menunjukkan nomor item yang gugur
Sedangkan skala pola asuh authoritative (demokratis) menggunakan skala Parenting Practice Questionaire (PPQ) yang disusun oleh Robinson, Mandleco, Olsen, dan Hart (1995) yang terdiri dari unsur kehangatan dan keterlibatan (warmth and involvement), pertimbangan (reasoning/induction), keikutsertaan yang demokratis (democratic participation) serta pengasuhan yang baik (good natured/easy going). Sedangkan dalam seleksi item skala pola asuh authoritative (demokratis)
terdapat 5 item gugur dari total 23 item, sehingga item valid
berjumlah 18 item.
7
Tabel 2 Blueprint Skala Pola Asuh Authoritative Nomor Item
Jumlah Item
ASPEK Favorable
Unvaforable
Valid
1,3,6,7,9,10
2*,4*,5*,8*,
6
11,12,13
14*
3
15,16,17,18,19
-
5
20,21,22,23
-
4
18
0
18
Kehangatan&Keterlibatan (Warmth & Involvement) Penalaran/Induksi (Reasoning/Induction) Pengikutsertaan yang Demokratis (Democratic Participation) Baik dan Berhati Lembut (Good Natured/Easy Going) Total
Keterangan: Tanda (*) menunjukkan nomor item yang gugur
Reliabilitas Alat Ukur Dalam seleksi item skala konsep diri terdapat 25 item gugur dari total 48 item soal yang diujikan, karena memiliki nilai koefisien korelasi yang lebih rendah dari 0,25 (Azwar, 2003). Azwar (2003) menyatakan bahwa suatu alat ukur akan memiliki koefisien reliabilitas yang tinggi jika semakin mendekati angka 1,00. Skala konsep diri memiliki reliabilitas sebesar 0,733. Sedangkan pada skala pula asuh authoritative memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,756, sehingga reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini dapat dikategorikan cukup tinggi.
8
Tabel 3 Uji Reabilitas variabel Konsep Diri Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.733
24
Tabel 4 Uji Reabilitas Variabel Pola Asuh Authoritative Reliability Statistics Cronbach's Alpha .756
N of Items 19
Uji Normalitas Hasil uji prasyarat analisis yang berupa uji normalitas sebaran nilai variabel menggunakan SPSS 16 for Windows menunjukkan harga koefisien Kolmogorov-Smirnov sebesar Z= 0,724 dengan P= 0,671 untuk variabel konsep diri. Sedangkan nilai Z=0,882 dengan P=0,419 untuk variabel pola asuh demokratis. Maka dalam hal ini variabel konsep diri, pola asuh orang tua demokratis, memiliki nilai p > 0,05 dan dapat dikatakan sebaran nilainya normal sehingga seluruh variabel dalam penelitian ini berdistribusi normal.
9
Tabel 5 Uji Normalitas Variabel Konsep Diri One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
skor N
50
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Mean
68.80
Std. Deviation
7.637
Absolute
.102
Positive
.054
Negative
-.102
Kolmogorov-Smirnov Z
.724
Asymp. Sig. (2-tailed) .671
a.
Test distribution is Normal
Tabel 6 Uji Normalitas Variabel Pola Asuh Authoritative One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test skor N
50
Normal Parametersa
Most Extreme Differences
Mean
60.36
Std. Deviation
7.545
Absolute
.125
Positive
.089
Negative
-.125
Kolmogorov-Smirnov Z
.882
Asymp. Sig. (2-tailed)
.419
a.
Test distribution is Normal
10
Uji Linearitas Uji linieritas hubungan antara variabel Konsep Diri dengan variabel Pola Asuh Authoritative (Demokratis) menunjukkan Nilai signifikansi sebesar 0,352 < 0,05 sehingga sebaran nilai variabel konsep diri terhadap variabel pola asuh authoritative (demokratis) dikatakan memiliki hubungan yang linier. Tabel 7 Uji Linearitas ANOVA Table Mean Sum of Squares konsepdiri Between Groups
(Combin
* polasuh
ed)
df
Square
1612.467
20
666.568
1
945.899
19
49.784
Within Groups
1245.533
29
42.949
Total
2858.000
49
Linearity
80.623
F
Sig.
1.877
.060
666.568 15.520
.000
Deviatio n from
1.159
.352
Linearity
Analisis Deskriptif Berdasarkan perhitungan terhadap penelitian yang sudah dilakukan, didapatkan skor variabel konsep diri dengan nilai maksimum 83 dan nilai minimum 49. Mean atau rata-rata yang diperoleh sebesar 68,80 dengan standar deviasi 7,637. Analisis data menunjukkan bahwa secara keseluruhan skor variable konsep diri dalam penelitian ini termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebesar 68%.
11
Tabel 8 Kategori Skor Skala Konsep Diri No.
Interval
Kategori
Frekuensi
%
1
78,3 ≤ x < 92
Sangat Tinggi
4
8%
2
64,5 ≤ x < 78,2
Tinggi
34
68%
3
50,7 ≤ x < 64,4
Sedang
10
20%
4
36,9 ≤ x < 50,6
Rendah
2
4%
5
23 ≤ x < 36,8
Sangat Rendah
0
0%
50
100%
Mean
SD
68,80
7,637
Sedangkan perhitungan terhadap skor variabel pola asuh authoritative didapatkan nilai maksimum 72 dan nilai minimum 25. Mean atau rata-rata yang diperoleh sebesar 60,36 dengan standar deviasi 7,545. Analisis data menunjukkan bahwa secara keseluruhan skor variabel pola asuh authoritative dalam penelitian ini termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebesar 50%. Tabel 8 Kategori Skor Skala Pola Asuh Authoritative No.
Interval
Kategori
Frekuensi
%
1
61,3 ≤ x < 72
Sangat Tinggi
23
46%
2
50,5 ≤ x < 61,2
Tinggi
25
50%
3
39,7 ≤ x < 50,4
Sedang
1
2%
4
28,9 ≤ x < 39,6
Rendah
0
0%
5
18 ≤ x < 28,8
Sangat Rendah
1
2%
50
100%
Mean
SD
60,36
7,545
12
Uji Korelasi Product Moment Dari hasil analisis diperoleh nilai r sebesar 0,483 dengan nilai p= 0,000 <0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pola asuh authoritative (demokratis) dengan konsep diri remaja akhir. Tabel 10 Uji Korelasi Product Moment Correlations
konsepdiri konsepdiri
Pearson Correlation
polasuh 1
Sig. (2-tailed)
N polasuh
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
N
.483
**
.000 50
50
**
1
.483
.000 50
50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis hubungan antara pola asuh authoritative dengan konsep diri remaja akhir menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,483 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara pola asuh authoritative (demokratis) dengan konsep diri remaja akhir, dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Semakin tinggi tingkat pola asuh orang tua yang menerapkan pola asuh authoritative (demokratis), maka semakin tinggi konsep diri yang dimiliki oleh remaja akhir. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
13
dikemukakan Santrock (2013) bahwa pola asuh authoritative (demokratis) lebih efisien bagi perkembangan remaja. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ulfa (2013) dan Nirwana (2013) yang mengatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh authoritative orang tua dengan konsep diri remaja. Pola asuh orang tua dalam keluarga mempengaruhi pembentukan konsep diri anak. Konsep diri terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan, khususnya dalam lingkungan keluarga (Yusuf, 2006). Sikap positif orang tua yang diterima oleh anak akan menumbuhkan konsep diri dan pemikiran yang positif, serta sikap menghargai diri sendiri (Hardi & Hayes, 1998). Dengan persepsi remaja terhadap pola asuh authoritative ini, maka remaja akan merasa bahwa orang tua mempercayakan dirinya untuk melakukan sesuatu dengan caranya sendiri. Meskipun remaja diberikan kesempatan untuk melakukan sesuatu dengan caranya sendiri, namun orang tua tetap memiliki aturan atau larangan yang tujuannya untuk mengarahkan remaja agar memiliki kepribadian yang lebih matang. Orang tua yang menerapkan pola asuh authoritative (demokratis) akan menciptakan komunikasi dua arah dengan remaja, yaitu dengan cara berdiskusi dan memberi penjelasan tentang aturan yang dibuat. Dengan demikian remaja menjadi lebih mengerti akan aturan tersebut. Di samping itu komunikasi yang terjadi antara orang tua dan remaja membuat remaja lebih terbuka tentang masalah yang dihadapinya dan merasakan dukungan orang tua sehingga dapat membentuk konsep diri yang positif pada diri remaja Respati (2006).
14
Konsep diri positif merupakan pandangan positif terhadap keadaan diri dan merasa yakin dengan kemampuan yang dimiliki, sehingga dapat menimbulkan rasa percaya diri dan harga diri Nirwana (2013). Remaja dengan konsep diri yang positif membuat mereka mampu mengatasi keadaan sulit yang sedang dihadapi sehingga menghasilkan sesuatu yang positif dan dapat diterima oleh lingkungan sekitar, dengan hal tersebut remaja dapat terhindar dari kenakalan remaja. Jadi, apabila seseorang memiliki konsep diri positif, segala perilakunya akan selalu tertuju pada keberhasilan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan koefisien determinasi (r2) sebesar 0,233 yang menunjukkan bahwa sumbangan efektif pola asuh authoritative (demokratis) terhadap konsep diiri remaja akhir adalah sebesar 23,3%, sedangkan sisanya (76,7%) disumbang oleh faktor lain. Secara keseluruhan remaja akhir memiliki konsep diri pada kategori tinggi. Dari 50 remaja, sebanyak 34 remaja (68%) memiliki konsep diri pada kategori tinggi. Sedangkan remaja yang memiliki orang tua yang menerapkan pola asuh authoritative (demokratis) juga berada pada kategori tinggi, yaitu sebesar 50%.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara pola asuh authoritative (demokratis) dengan konsep diri pada remaja akhir, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
15
1. Terdapat hubungan positif signifikan antara pola asuh authoritative dengan konsep diri remaja akhir. Semakin tinggi nilai pola asuh authoritative (demokratis) orang tua, maka semakin tinggi konsep diri remaja. 2. Rerata konsep diri pada remaja akhir adalah 68,80, sedangkan rerata pola asuh authoritative adalah 60,36.
Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Bagi orang tua, hendaknya mempertahankan pola asuh demokratis dalam mendidik anaknya; 2. Bagi remaja, dapat terus mempertahankan konsep diri yang positif sehingga lebih dapat mengenal diri dan mengembangkan potensi-potensi yang dapat dikembangkan; 3. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengembangkan penelitian tentang konsep diri disarankan untuk mempertimbangkan faktor-faktor lain yang berpengaruh pada konsep diri, maupun mempertimbangkan karakteristik subjek maupun kategori lainnya.
16
DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. (2003). Penyusunan Skala Psikologi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bacus, M.P. (2014). Parenting Styles, Self-Concept and Attitude of Student: A Causal Model on Academic Performance. International Conference on Economics, Social Sciences and Languages (ICESL’14). Baumrind, D. (1971). Current patterns of parental authority. Developmental Psychology Monographs, 4(1, Pt.2). Bong, M.(2003). Academic Self-Concept and Self-Efficacy: How Different Are They Really? Educational Psychology Review, 15, 1-40. Coopersmit, S. (1967). The Antecedent of Self Esteem. California University California.
of
Fitts, W.H.(1971) “The Self Concept and Self Actualization”, (1st ed), Western Psychological Service, Los Angeles. Gracia, F. & Gracia E. (2009). Is Always Authoritative The Optimum Parenting Style? Evidence From Spanish Families. Journal Adolescence Vol. 44, No. 173. Hardy, M. & Hayes, S. (1998). Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga. Hurlock, E.B. (2005). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga. ___________. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Alih bahasa: Istiwidayati & Soedjarwo. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Jahju, H. (2011). Hubungan Pola Asuh Otoriter Orang Tua dan Kecemasan Sosial Remaja dengan Konsep Diri Remaja Akhir di SMA Negeri 10 Surabaya. Jurnal Bimbingan Konseling Volume 56 No. 1. Malik, M. A. (2003). Pengaruh Kualitas Interaksi Orang tua-Anak dan Konsep Diri Terhadap Kecerdasan Emosional Pada Siswa SMU di Makasar. Jurnal Psikologi No.1, 51-63. Megawati, C. T. (2004). ”Cara Mengembangkan Konsep Diri”. Journal Character Building I, Universitas Bina Nusantara, Jakarta. Montana. (2001). Positive & Negative http://www.montana.edu/www4h/self.html
Self
Concept,
Nirwana. (2013). Konsep Diri, Pola Asuh Orang Tua Demokratis Dan Kepercayaan Diri Siswa. Jurnal Psikologi Indonesia Vol. 2, No. 2, hal 153-161.
17
Papalia, D.E.(2004). “Human Development”, (9th ed), Mc Graw Hill, New York Respati, W.S. (2006). Perbedaan Konsep Diri Antara Remaja Akhir Yang Mempresepsi Pola Asuh Orang Tua Authoritarian, Permissive dan Authoritative. Jurnal Psikologi Vol. 4 No. 2. Robinson, C.C, Barbara, M, Olsen, S. F & Hart, C. (1995). Authoritative Authotitarian, and Permissive Parenting Practice : Development Of a New Measure. 77, 819-830. Santrock, J.W. (2003). Perkembangan Remaja (edisi keenam), Terjemahan: Penerbit Erlangga. Tauschek, K. L. (2001). A Comparison Between The Social and Total Self Concept of Stident in A School’s Emotional Distrubance Program. Thesis : University of Wisconsin-Stout. Ulfa, M. (2013). Hubungan Pola Asuh Demokratis Orang Tua, Konsep Diri, dan Penyesuaian Sosial dengan Perilaku Asertif Siswi SMK Muhammadiyah 1 Seleman Yogyakarta. Jurnal Psikologi Terapan dan Pendidikan Vol. 1 No. 1. Widiana, A. A. & Nugraheni, N. (2012). Hubungan Antara Pola Asuh Demokratis dengan Kemandirian Pada remaja. Jurnal Psikologi. Yan, K. & Haihui, Z. (2005). A decade comparison: Self-concept of gifted and nongifted adolescents. International Education Journal 6(2). Yusuf, S. (2006). Psikologi Perkembangan Anak Remaja. Bandung: PT. remaja Rosdakarya.