HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UKSW ANGKATAN 2011-2012
Oleh: FENNI RUSLIE OCTAVIA 802011071
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Fakultas Psikologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UKSW ANGKATAN 2011-2012
Fenni Ruslie Octavia Berta Esti Ari Prasetya
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara locus of control dengan kematangan karir pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana angakatan 2011-2012. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana dengan subjek mahasiswa angkatan 20112012 yang sedang mengambil proposal skripsi/mengerjakan skripsi. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik convinience sampling. Sampel yang digunakan 100 orang mahasiswa yang memenuhi syarat yang diajukan oleh peneliti. Untuk mengukur locus of control berdasarkan teori Rotter (dalam Friedman & Schustack, 2006). Sementara untuk mengukur kematangan karir berdasarkan teori Super (dalam Sharf, 2006). Dari penelitian ini diperoleh korelasi r = 0,577 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara locus of control dengan kematangan karir pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana angakatan 2011-2012. Sumbangan efektif locus of control terhadap kematangan karir sebesar 33,29%, sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain sebesar 66,71%. Kata kunci : Kematangan karir, locus of control, mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW angkatan 2011-2012
i
Abstract The purpose of this study was to find a significant relationship between locus of control with career maturity on students of the Faculty of Psychology Christian University Satya angakatan 2011-2012. This research was conducted at the Faculty of Psychology Christian University Satya with the subject of 2011-2012 generation students who are taking the proposal thesis/thesis work. The sampling technique using the technique of sampling convinience. Samples used 100 students who qualify submitted by researchers. To measure locus of control is based on the theory of Rotter (in Friedman & Schustack, 2006). Meanwhile, to measure career maturity based on the theory of Super (in Sharf, 2006). This study found a correlation of r = 0,577 (p > 0,05). This indicates a positive and significant relationship between locus of control with career maturity on students of the Faculty of Psychology Christian University Satya angakatan 2011-2012. Effective contribution locus of control on career maturity amounted to 33,29%, the rest is influenced by other factors amounted to 66,71%. Keywords: career maturity, locus of control, forces students of the Faculty of Psychology SWCU 2011-2012
ii
1
PENDAHULUAN Perguruan Tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi. Peserta perguruan tinggi disebut mahasiswa, sedangkan tenaga pendidik perguruan tinggi disebut dosen (Wikipedia). Tujuan mahasiswa adalah lulus tepat waktu (45tahun) dengan mendapatkan nilai yang memuaskan, dan segera mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan keilmuan. Namun, peran dan tanggung jawab seorang mahasiswa tidak hanya dihadapkan pada pencapaian keberhasilan akademik saja, tetapi juga mampu menunjukkan perilaku untuk mengeksplorasi berbagai nilainilai kehidupan. Dengan kata lain, usia mahasiswa adalah tahap penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan dan harapan-harapan sosial yang baru sebagai orang dewasa (Pinasti, 2011). Super (dalam Savickas, 2002) menyatakan bahwa mahasiswa berkisar antara usia 18-21 tahun, masa ini dapat digolongkan sebagai masa transisi. Pemilihan dan persiapan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan atau karir merupakan salah satu tugas penting dalam tahap perkembangannya, sebab karir atau pekerjaan seseorang menentukan berbagai hal dalam kehidupan. Oleh karena itu, mahasiswa harus memilih bidang pekerjaan yang akan ditekuni. Jenis pekerjaan yang akan ditekuni menyebabkan mahasiswa harus menyelesaikan pendidikannya sampai taraf yang dibutuhkan oleh bidang pekerjaan yang diinginkan. Menurut Arnett (dalam Santrock, 2012) transisi dari masa remaja ke dewasa yang terjadi dari usia 18 sampai 25 tahun. Masa ini ditandai oleh eksperimen dan eksplorasi. Pada titik ini dalam perkembangan mereka, banyak individu masih mengeksplorasi jalur karier yang ingin mereka ambil, ingin menjadi individu seperti apa, dan gaya hidup seperti apa yang mereka inginkan. Menurut Havighurst (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) tugas perkembangan dewasa awal adalah menikah atau membangun suatu keluarga,
2
mengelola rumah tangga, mendidik atau mengasuh anak, memikul tangung jawab sebagai warga negara, membuat hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan melakukan suatu pekerjaan. Menurut Havighurst, (1953) usia menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau universitas, umumnya dewasa muda tugas perkembangan berikutnya adalah memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan keahliannya. Mereka berupaya menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, serta memberi jaminan masa depan keuangan yang baik. Bila mereka merasa cocok dengan kriteria tersebut, mereka akan merasa puas dengan pekerjaan dan tempat kerja. Sebaliknya, bila tidak atau belum cocok antara minat/bakat dengan jenis pekerjaan, mereka akan berhenti dan mencari jenis pekerjaan yang sesuai dengan selera. Tetapi kadang-kadang ditemukan, meskipun tidak cocok dengan latar belakang ilmu, pekerjaan tersebut memberi hasil keuangan yang layak (baik), mereka akan bertahan dengan pekerjaan itu. Sebab dengan penghasilan yang layak (memadai), mereka akan dapat membangun kehidupan ekonomi rumah tangga yang mantap dan mapan. Kemandirian ekonomi merupakan salah satu pertanda dari status kedewasaan, namun untuk mencapainya dibutuhkan proses yang panjang. Dalam menjalankan proses yang panjang tersebut dibutuhkan langkah selanjutnya untuk mendapatkan kemandirian ekonomi adalah pemilihan karir. Agar dapat memilih karir yang tepat, dalam hal ini memerlukan tingkat kematangan karir yang baik, karena tingkat kematangan karir akan mempengaruhi kualitas pemilihan karir. Kematangan karir menurut Seligman (1994) adalah kesiapan untuk memilih karir yang tepat sesuai dengan usia dan tingkat perkembangannya. Menurut Super (dalam Brown & Associates, 2002) pada tahap perkembangan karir, seseorang dituntut untuk menyelesaikan
berbagai
tugas
perkembangannya.
Seseorang
yang
mampu
3
menyelesaikan tugas pada setiap tahap perkembangan karirnya akan membawanya pada kesuksesan dalam perjalanan karirnya. Salah satu tugas perkembangan karir adalah kematangan karir dan kemampuannya dalam membuat keputusan mengenai pilihan karir yang diinginkannya, ini semua terjadi pada tahap eksplorasi. Hami, (2006) mengatakan
bahwa
tahun-tahun
sekolah
lanjutan
dan
perguruan
tinggi
dikonseptualisasikan sebagai suatu masa dimana para siswa/mahasiswa mengumpulkan informasi mengenai diri mereka dan dunia kerja melalui suatu proses eksplorasi yang efektif untuk merelasasikan dan menetapkan suatu pilihan karir yang bijaksana dan memulai persiapan yang tepat untuk menuju kematangan karir. Pinasti (2011) merangkum dari beberapa sumber bacaan bahwa kematangan karir terdiri dari career planning (perencanaan karir), career exploration (eksplorasi karir), world of work (informasi dunia kerja), knowledge of the preferred occupational group (pengetahuan mengenai pekerjaan yang diminati). Kematangan karir akan berdampak pada kesiapan sesorang untuk membuat pilihan karir. Penelitian yang lain mengenai kematangan karir pada mahasiswa sebelumnya juga pernah diteliti oleh Peterson (dalam Pinasti, 2011) yang hasilnya membuktikan lebih dari setengah sampelnya menunjukkan skor kematangan karir yang rendah sehingga dapat dikatakan belum matang dalam karir. Oleh sebab itu, mahasiswa perlu memiliki kesiapan untuk menghadapi tantangan dan kesulitan dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungannya, khususnya kesiapan diri memasuki dunia pekerjaan. Menurut berita resmi statistik dari Badan Pusat Statistik, 30 Maret 2015 disebutkan bahwa pada Februari 2014, tingkat pengangguran terbuka menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan mencapai 398.298 orang dan pada bulan Agustus 2014 mengalami peningkatan mencapai 495.143 orang. Tingginya angka pengangguran
4
dan tidak terisinya lowongan kerja dikarenakan tidak terpenuhinya tuntutan kualifikasi yang dipersyaratkan oleh dunia kerja (http:/www.bps.go.id, 30 Maret 2015). Rendahnya kualitas tenaga kerja yang tersedia hal tersebut terjadi dimungkinkan karena mahasiwa belum memiliki kematangan karir untuk memasuki dunia kerja. Penulis mengamati bahwa keberadaan mahasiswa dalam menyiapkan diri untuk memasuki dunia kerja masih diabaikan karena merasa mengalami hambatan dalam memilih pekerjaan sesuai bakat/minat yang mereka sukai. Wawancara singkat yang telah dilakukan oleh El Hani, dkk (dalam Pinasti, 2011) dengan para mahasiswa pada salah satu universitas di Indonesia yang sedang menyusun skripsi atau tugas akhir. Mereka mengaku belum mengetahui bidang pekerjaan yang akan dijalaninya sebagai karir dengan pendidikan yang ditempuhnya. Selain itu penelitian yang lain hasil wawancara Lestari, (2012) terhadap beberapa Mahasiswa Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Ahmad Dahlan, menemukan bahwa saat ditanya setelah lulus kuliah akan melanjutkan pendidikannya atau bekerja di mana, sebagian besar mahasiswa memberikan jawaban belum tahu. Wawancara lain yang dilakukan pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Ekonomi Universitas Ahmad Dahlan, mereka mengaku bingung. Ini disebabkan mereka merasa ilmu didapatkan belum cukup untuk bekal mencari pekerjaan setelah lulus dari bangku kuliah. Ada juga yang berpendapat bahwa mencari pekerjaan itu tidak harus terpaku pada pendidikan yang ditempuhnya. Dengan kata lain seperti air mengalir. Rachmawati (2012) menyebutkan bahwa ketidaksesuaian mencari pekerjaan setelah lulus dari bangku kuliah ini disebabkan oleh adanya faktor sosial yang mempengaruhi seseorang ketika ia memilih suatu pekerjaan. Hal ini dapat menciptakan ketidakpuasan seseorang akan hasil kerjanya, tidak mencintai tugasnya dan menurunnya
5
prestasi kerja. Selain itu, terdapat banyak mahasiswa yang masih bingung tentang apa yang akan mereka kerjakan dalam hidupnya setelah dari perguruan tinggi. Kondisi yang suram ini disebabkan oleh kurangnya bekal ilmu, ketrampilan dan pengalaman yang dimiliki oleh seseorang mahasiswa ketika ia akan memasuki dunia kerja. Oleh sebab itu banyak yang harus dipersiapkan oleh seorang mahasiswa ketika hendak memasuki dunia kerja. Menurut Suryanti, Yusuf, dan Priyatama (2011) siswa dalam proses mencapai kematangan karir tidak lepas dari berbagai kondisi yang dimungkinkan berpengaruh dalam proses mencapai kematangan karir. Hasan dalam (Suryanti, dkk, 2011) menyebutkan bahwa konsep diri, vocational aspiration, dan gender merupakan sejumlah variasi komponen pada kematangan karir. Pernyataan ini juga sesuai dengan teori Holland (dalam Coertse & Schrpers, 2004) yang menjelaskan bahwa faktor individu (personal) dan lingkungan dimungkinkan berpengaruh terhadap kematangan karir. Faktor individu (personal) adalah salah satu dimensi yang ada di locus of control. Locus of control menurut Rotter (1966) adalah sebuah kecenderungan individu untuk melihat kejadian yang terjadi berdasarkan kontrol dari dalam atau dari luar individu tersebut. Rotter (1966) membagi locus of control menjadi dua dimensi yaitu internal locus of control dan external locus of control. Internal locus of control adalah cara pandang individu bahwa segala sesuatu yang terjadi berasal dari perilaku mereka sendiri. Menurut Wulan (dalam Aji, 2009) siswa dalam usahanya untuk mencapai karir yang diinginkan sering mengalami hambatan, sehingga diperlukan usaha dari siswa untuk mengatasi hambatan tersebut. Tingkat usaha siswa untuk mengatasi hambatan dalam mencapai karir yang diinginkan dipengaruhi oleh locus of control internal. Locus
6
of control merupakan keyakinan individu dalam memandang faktor penyebab keberhasilan maupun kegagalan yang dialami, termasuk hadiah dan hukuman yang diterimanya. Perbedaan locus of control pada seseorang ternyata dapat menimbulkan perbedaan pada aspek-aspek kepribadian yang lain. Mahasiswa yang memiliki locus of control internal memiliki keyakinan bahwa dirinya dapat mengatur dan mengarahkan hidupnya serta bertanggungjawab terhadap pencapaian penguat apapun yang diterimanya. Mahasiswa yang mempunyai locus of control internal, ketika dihadapkan pada pemilihan karir, maka ia akan melakukan usaha untuk mengenali diri, mencari tahu tentang pekerjaan dan langkah-langkah pendidikan serta berusaha mengatasi masalah berkaitan dengan pemilihan karir (Wulan dalam Aji, 2009). Menurut Zulkaida (dalam Aji, 2009), siswa dengan locus of control internal cenderung menganggap bahwa ketrampilan (skill), kemampuan (ability), dan usaha (efforts) lebih menentukan pencapaian dalam hidup mereka, termasuk pencapaian karirnya. Siswa akan mengembangkan usahanya untuk meningkatkan ketrampilan kerja dan kemampuan akademik yang mereka miliki dalam rangka meraih karir yang mereka inginkan, serta berusaha mengatasi hambatan yang mereka hadapi dalam rangka pencapaian karir. Kemampuan akademik dan ketrampilan kerja yang tinggi akan membuat siswa membentuk aspirasi karir yang mantap. Aspirasi karir yang mantap, akan membuat individu lebih serius dalam mencari informasi mengenai karir dan menyesuaikan antara kemampuan dan minat yang dimiliki dengan pemahaman mengenai karir, sehingga akhirnya mampu membuat keputusan karir yang tepat. Kesesuaian antara kemampuan dengan karir yang diinginkan merupakan salah satu karakteristik kematangan karir yang positif menurut Seligman (dalam Aji, 2009).
7
Menurut Pinasti, (2011) Individu yang mampu memilih karir dengan tepat adalah individu yang memiliki kematangan karir. Salah satu indikasi bahwa individu telah matang dalam karirnya ialah ketika ia memiliki keyakinan penuh pada dirinya atas kemampuannya mencapai karir. Faktor yang mempengaruhi kematangan karir individu adalah locus of control. Locus of control merupakan cara pandang individu dalam menanamkan keyakinan dirinya terhadap usaha yang dilakukannya untuk mencapai karir. Individu yang matang dalam karir cenderung memiliki keyakinan dalam dirinya bahwa untuk mencapai karir diperlukan usahanya sendiri kecenderungan internal locus of control. Artinya, jika setiap individu ingin mencapai keberhasilan dalam karir, maka hal itu dapat tercapai karena usahanya sendiri, bukan karena nasib, keberuntungan ataupun orang lain. Semakin internal kecenderungan locus of control seseorang, maka ia akan semakin matang dalam karirnya. Sedangkan definisi external locus of control menurut Rotter, (1966) adalah cara pandang individu segala sesuatu yang terjadi pada dirinya bukan berasal dari tindakan mereka sendiri, melainkan dari tindakan orang lain, nasib, keberuntungan atau kesempatan. Wulan (dalam Aji, (2009) remaja yang memiliki locus of control eksternal memiliki keyakinan bahwa pengendali dari segala aspek dalam kehidupannya dan penguat yang diterimanya adalah keberuntungan, nasib, atau orang lain di luar dirinya. Zulkaida, (2007) mengatakan bahwa individu yang memiliki external locus of control cenderung menganggap bahwa hidup mereka terutama ditentukan oleh kekuatan dari luar diri mereka, seperti nasib, takdir, keberuntungan dan orang lain yang berkuasa. Maka ketika dihadapkan dengan karir, maka individu tersebut karena merasa hidupnya tergantung pada nasib, takdir, keberuntungan dan orang lain yang berkuasa atas individu tersebut, sehingga mereka tidak melakukan usaha untuk mengenali dirinya dan mencari
8
tahu tentang perkerjaan yang mereka sukai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara locus of control dengan kematangan karir pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana angkatan 2011-2012. Manfaat penelitian ini yaitu penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi psikologi dan pemahaman bagi para mahasiswa untuk lebih meningkatkan internal locus of control dalam meningkatkan kematangan karirnya.
Rumusan Masalah Mengingat hal-hal diatas maka peneliti bermaksud meneliti apakah ada hubungan antara locus of control dengan kematangan karir pada mahasiswa? Berdasarkan permasalahan ini, maka judul penelitian ini adalah hubungan antara locus of control dengan kematangan karir pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW angkatan 2011-2012.
TINJAUAN PUSTAKA Kematangan Karir Definisi kematangan karir dikemukakan oleh Fatimah (2006) bahwa karir merupakan sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan dan pekerjaan yang dijalani oleh seseorang. Karir memiliki makna sebagai jalannya peristiwa kehidupan, konsekuensi okupasi, dan peranan kehidupan lainnya yang keseluruhan menyatakan tanggung jawab seseorang kepada pekerjaan dalam pola pengembangan dirinya. Super (Winkel, 2004) mendefinisikan kematangan karir sebagai kesiapan individu untuk membuat keputusan karir dengan didukung oleh informasi yang kuat mengenai pekerjaan, berdasarkan eksplorasi yang telah dilakukan.
9
Crites (dalam Brown, 2002) mendefinisikan kematangan karir sebagai tingkat di mana individu telah menguasai tugas perkembangan karirnya, baik komponen pengetahuan maupun sikap, yang sesuai dengan tahap perkembangan karir. Dari uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kematangan karir kesiapan dan kemampuan individu untuk merencanakan dan mencari informasi mengenai pilihan karir yang sesuai dengan dirinya, dan akhirnya mampu memilih keputusan mengenai karir yang akan dijalanninya. Dimensi dalam Kematangan Karir Super (dalam Sharf, 2006) mengukur kematangan karir yang mencakup lima dimensi yaitu antara lain: a. Perencanaan karir (career planning) Pada dimensi ini mengukur mengenai seberapa sering individu mencari beragam informasi mengenai pekerjaan dan seberapa jauh mereka mengetahui mengenai beragam jenis pekerjaan. Seberapa banyak perencanaan yang dilakukan individu adalah hal penting dalam konsep ini. Beberapa kegiatan yang tercakup dalam konsep ini antara lain; mempelajari informasi terkait jenis pekerjaan yang diminati, membicarakan perencanaan yang dibuat dengan orang-orang dewasa (orang yang lebih berpengalaman), mengikuti kursus yang dapat membantu membuat keputusan karir, ikut serta dalam kegiatan ekstrakurikuler atau kerja magang/paruh waktu, dan mengikuti pelatihan atau pendidikan yang berkenaan dengan jenis pekerjaan yang diminati. Konsep ini juga berkaitan dengan pengetahuan mengenai kondisi pekerjaan, jenjang pendidikan yang disyaratkan, prospek kerja, pendekatan lain untuk memasuki pekerjaan yang diminati, dan kesempatan untuk peningkatan karir. Perencanaan
10
karir mengacu pada seberapa banyak individu mengetahui mengenai hal-hal yang harus dilakukan, bukan pada seberapa benar mereka tahu mengenai pekerjaan yang diminatinya tersebut. b. Eksplorasi karir (career exploration) Pada dimensi ini mengukur mengenai keinginan untuk menjelajahi atau mencari informasi mengenai pilihan karir. Pada dimensi ingin diketahui seberapa besar keinginan individu untuk mencari informasi dari beragam sumber seperti orang tua, kerabat lain, teman-teman, para guru, konselor, buku-buku, dan bahkan film. Konsep eksplorasi karir berhubungan dengan seberapa banyak informasi yang dapat diperoleh individu. c. Pengambilan keputusan (decision making) Pada dimensi ini mengukur mengenai pengambilan keputusan sangat penting. Konsep ini berkenaan dengan kemampuan menggunakan pengetahuan dan membuat perencanaan karir. Dalam hal ini, individu diposisikan dalam situasi di mana orang lain harus membuat keputusan karir yang terbaik. Jika individu mengetahui bagaimana orang lain harus membuat keputusan karir, maka mereka juga dapat membuat keputusan karir yang baik bagi diri mereka. d. Informasi dunia kerja Pada dimensi ini mengukur mengenai dua komponen dasar yaitu pertama berkaitan dengan pengetahuan individu mengenai tugas-tugas perkembangan yang penting, seperti kapan orang lain harus mengeksplorasi minat dan kemampuan mereka, bagaimana orang lain mempelajari pekerjaan mereka, dan mengapa orang berpindah kerja. Kedua, mencakup pengetahuan mengenai tugas kerja (job desk) pada pekerjaan tertentu. Super menilai bahwa sangat
11
penting bagi individu untuk mengetahui dunia kerja sebelum membuat keputusan pilihan karir. e. Pengetahuan mengenai pekerjaan yang diminati Pada dimensi ini berhubungan dengan pengetahuan mengenai tugas kerja (job desk) dari pekerjaan yang mereka minati, peralatan kerja, dan persyaratan fisik yang dibutuhkan. Dimensi ini juga terkait kemampuan individu dalam mengidentifikasi orang-orang yang ada pada pekerjaan yang mereka minati. Kategori minat yang dapat mereka pilih mencakup verbal, numerik, clerical, mekanis, keilmuan, seni, promosional, sosial, dan luar ruang atau pekerjaan lapangan.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kematangan Karir Menurut Aji (2009) Kematangan karir dalam perkembangannya banyak dipengaruhi oleh faktor dari dalam maupun luar diri individu. Faktor yang berasal dari dalam diri individu disebut dengan faktor internal, meliputi inteligensi, bakat, minat, kepribadian, harga diri, dan nilai. Faktor yang berasal dari luar diri individu disebut faktor eksternal, meliputi keluarga, latar belakang sosial ekonomi, gender, teman sebaya, lingkungan sekolah, faktor realitas, dan proses pendidikan. Menurut Fatimah (2006) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan karir yaitu faktor ekonomi, faktor lingkungan, faktor pandangan hidup.
Locus Of Control Konsep locus of control menurut Rotter, (1966) adalah setiap individu memiliki perbedaan konsep keyakinan dalam meletakan tanggung jawab atas kejadian yang
12
terjadi pada mereka, apakah pada diri mereka sendiri atau pada hal-hal yang berada diluar diri mereka. Greenberg, (2006) mengatakan bahwa locus of control merupakan persepsi atau keyakinan seseorang terhadap kontrol diri atas peristiwa yang mempengaruhi kehidupannya. Levenson, (1981) mengatakan bahwa locus of control merupakan suatu harapan yang digeneralisasikan untuk mempersepsikan penguat sebagai kesatuan dari perilaku dirinya sendiri (internal locus of control) atau sebagai hasil dari kekuatan yang berada di luar kendali, seperti nasib, kebetulan, atau kekuatan lain (external locus of control). Dari uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa locus of control adalah bagaimana individu mempersepsikan reinforcement baik kegagalan atau keberhasilan yang diraihnya apakah akibat faktor dari dalam (tingkah lakunya sendiri, usaha yang dilakukan sendiri) atau dari luar dirinya (keberuntungan, nasib, atau kesempatan).
Dimensi dalam Locus Of Control Rotter, (dalam Friedman & Schustack, 2006) mengatakan bahwa locus of control dibagi menjadi dua dimensi sebagai berikut: a. Internal Locus of Control Cara pandang individu bahwa segala sesuatu yang terjadi berasal dari perilaku mereka sendiri. Individu dengan kecenderungan internal locus of control memiliki keyakinan indvidu bahwa kejadian yang dialami merupakan akibat dari perilaku dan tindakannya sendiri, memiliki kendali yang baik terhadap perilakunya sendiri, cenderung dapat mempengaruhi orang lain, yakin bahwa usaha yang dilakukannya dapat berhasil, aktif mencari informasi dan pengetahuan terkait situasi yang sedang dihadapi.
13
b. External Locus of Control Cara pandang individu segala sesuatu yang terjadi pada dirinya bukan berasal dari tindakan mereka sendiri, melainkan dari tindakan orang lain, nasib, keberuntungan atau kesempatan. Individu dengan eksternal locus of control memiliki keyakinan bahwa tindakan mereka memiliki sedikit dampak bagi keberhasilan/kegagalan mereka, dan sedikit yang dapat mereka lakukan untuk merubahnya. Individu dengan eksternal locus of control menyakini bahwa kekuasaan orang lain, takdir, dan kesempatan merupakan faktor utama yang memengaruhi apa yang dialami, memiliki kendali yang kurang baik terhadap perilakunya sendiri, cenderung dipengaruhi oleh orang lain, seringkali tidak yakin bahwa usaha yang dilakukannya dapat berhasil, kurang aktif mencari informasi dan pengetahuan terkait situasi yang sedang dihadapi.
Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan antara locus of control dengan kematangan karir pada mahasiswa Faklutas Psikologi UKSW angkatan 2011-2012. Maka ketika individu memiliki internal locus of control tinggi maka semakin tinggi juga kematangan karirnya, namun begitu juga sebaliknya apabila individu memiliki eksternal locus of control tinggi (berarti memiliki internal locus of control yang rendah) maka semakin rendah kematangan karirnya.
14
METODE PENELITIAN Variabel Penelitian Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas (X)
: Locus Of Control
2. Variabel Terikat (Y) : Kematangan Karir
Partisipan Populasi dalam penelitian ini 220 mahasiswa. Sampel dalam penelitian ini 100 mahasiswa. Subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana angkatan 2011-2012 dengan kriteria mahasiswa yang sudah memasuki semester akhir yang sedanga mengerjakan proposal skripsi atau sedang mengerjakan skripsi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan convinience sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dimana peneliti mengambil subjek karena aksebilitas yang nyaman dan kedekatan antara subjek dengan peneliti dan paling mudah untuk ditemui.
Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat kuantitatif. Penelitian ini dilakukan untuk mencari tahu korelai antara locus of control dengan kematangan karir pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana angkatan 2011-2012.
15
Alat Ukur Metode yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data penelitian ini adalah dengan menggunakan alat ukur skala psikologi. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode skala. Skala adalah usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis oleh subjek penelitian. Dalam hal ini peneliti menggunakan try out terpakai. Dimana subjek yang digunakan untuk try out digunakan sekaligus untuk penelitian. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan bantuan SPSS versi 16.0 for windows. Terdapat 2 skala yang digunakan pada penelitian ini yaitu skala kematangan karir dan skala locus of control yaitu: 1. Untuk mengukur internal locus of control dan external locus of control, menggunakan skala milik Rotter (dalam Friedman & Schustack, 2006). Jumlah aitem pada skala ini adalah 34 aitem. Pada skala ini terdapat 2 dimensi, yaitu internal dan external. Dengan 4 pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Sistem pemberian nilai pada skala ini, aitem favourable, jawaban Sangat Setuju (SS) diberi nilai 4, Setuju (S) diberi nilai 3, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 1. Sedangkan pada aitem unfavourable, jawaban Sangat Setuju (SS) diberi nilai 1, Setuju (S) diberi nilai 2, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 3, dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 4. Penilaian skala ini adalah makin tinggi skor yang diperoleh, maka iternalnya semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh maka externalnya semakin rendah. Dalam hal ini
16
peneliti menggunakan try out terpakai. Saat penelitian dilakukan peneliti mendapatkan 100 responden untuk mengisi angket. Setelah melakukan penelitian didapatkan realiabel sebesar 0,816, menurut Aswar (2000) jika realibilitas antara 0.8 < α < 0.9 dikatagorikan bagus. Dari 34 item yang diujikan 9 item yang gugur. Nilai r hitung item total correlation bergerak antara 0,254-0,547. 2. Skala Kematangan karir mengunakan skala yang mengacu yang disusun oleh Super (dalam Sharf, 2006) mengungkapkan bahwa kematangan karir memiliki 30 aitem-aitem pernyataan, mencakup 5 dimensi yaitu perencanaan karir (career planning), ekplorasi karir (career exexploration), pengambilan keputusan (decision making), informasi dunia kerja (worl of work information), pengetahuan mengenai pekerjaan yang diminati (knowledge of the preferred). Dengan 4 pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Sistem pemberian nilai pada skala ini, aitem favourable, jawaban Sangat Setuju (SS) diberi nilai 4, Setuju (S) diberi nilai 3, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 1. Sedangkan pada aitem unfavourable, jawaban Sangat Setuju (SS) diberi nilai 1, Setuju (S) diberi nilai 2, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 3, dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 4. Dalam hal ini peneliti menggunakan try out terpakai. Saat penelitian dilakukan peneliti mendapatkan 100 responden untuk mengisi angket. Setelah melakukan penelitian didapatkan realiabel sebesar 0,856, menurut Aswar (2000) jika realibilitas antara 0.8 < α < 0.9 dikatagorikan bagus. Dari
17
30 item yang diujikan 5 item yang gugur. Nilai r hitung item total correlation bergerak antara 0,272-0,708.
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Tabel 1.1 Hasil Uji Normalitas Locus Of Control dengan Kematangan Karir One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test LOC N
KK
100
100
Mean
79.51
73.92
Std. Deviation
6.263
7.036
Absolute
.086
.094
Positive
.086
.094
Negative
-.058
-.048
Kolmogorov-Smirnov Z
.860
.938
Asymp. Sig. (2-tailed)
.451
.343
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan uji hasil pengujian normalitas pada tabel 1.1 di atas, kedua variabel memiliki signifikansi p > 0,05. Variabel locus of control memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,860 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,451 (p > 0,05). Oleh karena nilai signifikansi p > 0,05, maka distribusi data locus of control berdistribusi normal. Hal ini juga terjadi pada variabel kematangan karir yang memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,938 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,343 (p > 0,05). Dengan demikian data kematangan karir juga berdistribusi normal.
18
2. Uji Linearitas Tabel 1.2 Hasil Uji Linearitas antara Locus Of Control dengan Kematangan Karir ANOVA Table Sum of Squares
Mean df
Square
KK *
Between
(Combined)
2813.928
26
LOC
Groups
Linearity
1632.950
1
1180.979
25
47.239
Within Groups
2087.432
73
28.595
Total
4901.360
99
Deviation from Linearity
108.228
F
Sig.
3.785
.000
1632.950 57.106
.000
1.652
.051
Dari uji linearitas, maka diperoleh nilai Fbeda sebesar 1,652 (p > 0,05) dengan sig.= 0,051 yang menunjukkan hubungan antar locus of control dengan kematangan karir adalah linear.
19
Uji Korelasi Tabel 1.3 Hasil Uji Korelasi antara Locus Of Control dengan Kematangan Karir Correlations LOC LOC
Pearson Correlation
KK 1
Sig. (2-tailed) N KK
Pearson Correlation
.577** .000
100
100
.577**
1
Sig. (2-tailed)
.000
N
100
100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Berdasarkan hasil pengujian uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara locus of control dengan kematangan karir sebesar 0,577 dengan sig. = 0,000 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan yang positif signifikan antara locus of control dengan kematangan karir.
Analisis Deskriptif a. Locus Of Control Kategori locus of control dibuat berdasarkan nilai tertinggi yaitu 34 x 4 = 136 dan nilai terendah yaitu 34 x 1 = 34, dengan 4 kategori yaitu sangat rendah, rendah, tinggi, dan sangat tinggi, dan diperoleh interval sebesar 25,5. Kategorisasi locus of control sebagai berikut:
20
Tabel 1.4 Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Locus Of Control No
Interval
Kategori
1.
34 ≤ x < 59,5
Sangat Eksternal
2.
59,5 ≤ x < 85
Eksternal
3.
85 ≤ x < 110,5
4.
110,5 ≤ x ≤ 136
N
Presentase (%)
0
0%
81
81%
Internal
19
19%
Sangat Internal
0
0%
100
100%
Jumlah SD = 6,263
Min = 65
Mean
79,51
Max = 99
x = Skor Locus Of Control Berdasarkan tabel 1.4 di atas, dapat dilihat bahwa tidak ada mahasiswa yang memiliki skor locus of control yang berada pada kategori sangat internal, mahasiswa yang memiliki locus of control yang berada pada kategori internal dengan jumlah 19 mahasiswa dan presentase 19%, mahasiswa yang memiliki locus of control yang berada pada kategori eksternal dengan jumlah 81 mahasiswa dan presentase 81%, dan pada kategori sangat eksternal tidak ada mahasiswa yang memiliki locus of control yang berada pada kategori sangat eksternal. Berdasarkan presentase diatas bahwa rata-rata mahasiswa yang memiliki locus of control pada kategori eksternal, dengan mean = 79,51. b. Kematangan Karir Kategori kematangan karir dibuat berdasarkan nilai tertinggi yaitu 30 x 4 = 120 dan nilai terendah yaitu 30 x 1 = 30, dengan 5 kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi, dan diperoleh interval sebesar 18. Kategorisasi kematangan karir sebagai berikut:
21
Tabel 1.5 Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Kematangan Karir No
Interval
Kategori
1.
30 ≤ x < 48
2.
N
Presentase (%)
Sangat Rendah
0
0%
48 ≤ x < 66
Rendah
12
12%
3.
66 ≤ x < 84
Sedang
80
80%
4.
84 ≤ x < 102
Tinggi
8
8%
5.
102 ≤ x ≤ 120
Sangat Tinggi
0
0%
100
100%
Jumlah SD = 7,036
Min = 61
Mean
73,92
Max = 96
x = Skor Kematangan Karir Berdasarkan tabel 1.5 di atas, dapat dilihat bahwa tidak ada mahasiswa yang memiliki skor kematangan karir yang berada pada kategori sangat tinggi, mahasiswa yang memiliki kematangan karir yang berada pada kategori tinggi dengan jumlah 8 mahasiswa dan presentase 8%, mahasiswa memiliki kematangan karir yang berada pada kategori sedang dengan jumlah 80 mahasiswa dan presentase 80%, mahasiswa memiliki kematangan karir yang berada pada kategori rendah dengan jumlah 12 mahasiswa dan presentase 12%, dan tidak ada mahasiswa memiliki kematangan karir yang berada pada kategori sangat rendah. Berdasarkan presentase di atas bahwa rata-rata mahasiswa yang memiliki kematangan karir pada kategori sedang, dengan mean = 73,92.
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian uji korelasi Pearson menunjukkan koefisien korelasi (r) = 0,577 dengan sig. = 0,000 (p < 0,05), yang berarti ada hubungan yang positif signifikan antara locus of control dengan kematangan karir pada mahasiswa
22
Fakultas Psikologi di Universitas Kristen Satya Wacana pada angkatan 2011-2012. Hal ini menunjukkan bahwa ketika individu memiliki internal locus of control tinggi maka semakin tinggi juga kematangan karirnya, namun begitu juga sebaliknya apabila individu memiliki eksternal locus of control tinggi (berarti memiliki internal locus of control yang rendah) maka semakin rendah kematangan karirnya. Adapun temuan ini dimungkinkan terjadi, karena pada masa dewasa awal dimana pertumbuhan pada masa puncaknya. Berbagai keputusan yang penting yang mempengaruhi kematangan karir, dan hubungan antar internal dan eksternal locus of control pada dewasa awal. Super (dalam Winkel, 2012) mengemukakan bahwa kematangan karir merupakan suatu perpaduan dari aneka faktor pada individu sendiri seperti kebutuhan, sifat-sifat kepribadian serta kemampuan intelektual, dan banyak faktor di luar individu, seperti taraf kehidupan sosial ekonomi keluarga, variasi tuntutan lingkungan kebudayaan, dan kesempatan atau kelonggaran yang muncul, namun titik beratnya terletak pada faktor-faktor dalam individu sendiri. Mahasiwa yang memiliki internal locus of control percaya bahwa peristiwa dalam hidupnya ditentukan oleh usaha dan perilakunya sendiri, begitu juga sebaliknya mahasiswa yang memiliki eksternal locus of control percaya bahwa peristiwa dalam hidupnya ditentukan oleh nasib, keberuntungan, dan kesempatan (Friedman, 2006). Dalam penelitian Luzzo (dalam Akbulut, 2010) menemukan locus of control berpengaruh positif terhadap kematangan karir. Bagaimana individu menanamkan keyakinan dalam mencapai suatu karir pada dirinya. Orang yang matang dalam karir cenderung memiliki keyakinan bahwa untuk mencapai karir yang diinginkan, hanya bisa dilakukan oleh usahanya sendiri (locus of control internal), bukan karena keberuntungan, nasib atau bantuan orang lain. Orang-orang dengan kecenderungan
23
locus of control internal, akan lebih konsisten dalam pekerjaan, memiliki tingkat kepuasaan dan kinerja baik, serta lebih stabil dalam pekerjaan. Menurut Suryanti, dkk (2011) pengaruh locus of control internal yang lebih besar terhadap kematangan karir dimungkinkan karena adanya fungsi evaluatif dalam diri individu. Evaluasi yang positif terhadap diri menjadikan individu mempunyai gambaran yang realitas. Melalui fungsi evaluatif tersebut, individu memahami kemampuan yang dimiliki. Kesadaran kemampuan diri memberikan pertimbangan individu dalam melakukan pilihan karir, sehingga kematangan karirnya tinggi. Rotter (dalam Krueger, 2005) menambahkan bahwa individu yang menjelaskan adanya internal locus of control mempunyai kepercayaan diri yang besar untuk mengontrol peristiwa dalam hidupnya akan lebih cepat dalam belajar mengenali berbagai aspek dalam
lingkungan
sehingga
membantu
dirinya
di
masa
depan,
sehingga
memungkinkan tercapainya kematangan karir. Dalam kelompok yang diteliti oleh peneliti yaitu mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW angkatan 2011-2012 demikian bahwa locus of control subjek memiliki nilai rata-rata sebesar 79,51 sehingga dapat dikatakan bahwa locus of control pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana angkatan 2011-2012 termasuk individu yang memiliki kategori eksternal. Mungkin disebabkan karena mahasiswa menyakini bahwa kekuasaan orang lain seperti orang tua, teman, takdir, dan kesempatan adalah merupakan faktor utama yang memengaruhi apa yang dialami, dan individu tersebut belum bisa mengontrol perilakunya sendiri, merasa tidak yakin bahwa usaha yang dilakukannya dapat berhasil, kurang aktif mencari informasi dan pengetahuan terkait situasi yang sedang dihadapi.
24
Sementara itu, yang dimiliki oleh subjek dalam ini kematangan karir memiliki nilai rata-rata sebesar 73,92 sehingga dapat dikatakan bahwa kematangan karir pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana angkatan 2011-2012 individu yang termasuk dalam kategori sedang. Hal ini mungkin disebabkan beberapa faktor seperti belum mengetahui bakat dan minat yang sesuai dalam diri, kurangnya ketrampilan, pengalaman, dan kurangnya pengetahuan akan informasi kerja. Sumbangan efektif locus of control terhadap kematangan karir sebesar 33,29%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain sebesar 66,71%. Locus of control bukan hal yang mutlak mempengaruhi kematangan karir saja melainkan ada banyak faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kematangan karir tersebut. Menurut Seligman (1994) kematangan karir faktor-faktor lain yang mempengaruhi adalah keluarga, latar belakang sosial ekonomi, gender, inteligensi dan bakat khusus, minat karir, harga diri, dan kepribadian.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentan hubungan antara locus of control dengan kematangan karir pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana pada angkatan 2011-2012 maka dapat disimpulkan: 1. Ada hubungan positif yang signifikan antara locus of control dengan kematangan karir pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana pada angkatan 2011-2012. Hal tersebut berarti ketika individu memiliki internal locus of control tinggi maka semakin tinggi juga kematangan karirnya, namun begitu juga sebaliknya apabila individu memiliki eksternal locus of control tinggi (berarti memiliki internal locus of control yang rendah) maka
25
semakin rendah kematangan karirnya di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana pada angkatan 2011-2012. 2. Locus Of Control memiliki nilai rata-rata sebesar 79,51 sehingga dapat dikatakan bahwa locus of control pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana angkatan 2011-2012 termasuk individu dalam kategori eksternal. 3. Kematangan karir memiliki nilai rata-rata sebesar 73,92 sehingga dapat dikatakan bahwa kematangan karir pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana angkatan 2011-2012 termasuk dalam kategori sedang.
Saran Dengan hasil penelitian di atas, maka peneliti mengajukan saran bagu beberapa pihak sebagai berikut: 1. Bagi mahasiswa Bagi mahasiswa lebih meningkatkan internal locus of control supaya individu memiliki keyakinan bahwa kejadian yang dialami merupakan usaha sendiri, mempunyai percaya diri, mempunyai kontrol diri, dan mampu membuat keputusan dengan sendiri tanpa memikirkan adanya nasib, keberuntungan. 2. Bagi dosen Dosen dapat meningkatkan internal locus of control mahasiswa dengan cara
memberikan
konseling,
perwalian,
motivator
supaya
mahasiswa
mempunyai kontrol diri, bisa mengevaluasi dirinya sendiri, dan menumbuhkan kepercayaan diri mahasiswa. Selajutnya dosen dapat memberikan pengajaran
26
mengenai tujuan-tujuan karir mahasiswa ke depannya tidak hanya memberikan pengajaran
secara
teori
tetapi
juga
memberikan
pengajaran
secara
praktek/magang agar mahasiswa mengerti informasi dunia kerja dan selain itu mahasiswa juga tahu arah dan tujuan kehidupannya di masa depan nanti. Dosen juga dapat menyelenggarakan program pengembangan karir seperti seminar, talk show, atau workshop yang menghadirkan orang-orang sukses dalam karir di berbagai bidang. 3. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut dapat melihat faktor-faktor lain yang mempengaruhi kematangan karir. Faktor-faktor yang lain seperti konsep diri, bakat minat, prestasi, intelegensi, gender, ras, budaya, status sosial, status ekonomi yang mempengaruhi kematangan karir, dan kepribadian.
27
Daftar Pustaka Akbulut, N. (2010). The relationship between vocational maturity and hopelessness among female and male twelfth grade students. Tesis. Universitas Middle East Technical. Azwar, S. (2000). Reliabilitas dan Validitas (edisi ketiga). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ________ (2001). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ________ (2011). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Aji, R. (2009) . Hubungan antara Locus Of Control Internal dengan Kematangan Karir pada siswa kelas XII SMK N 4 Purworejo. Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Brown, D. (2002). Career Choice and Development. USA: A Wiley Imprint. ________ (2002). Career choice & Development (4th ed). San Fransisco: Jossey-Bass A Willey Company. Coertse, S. & Schepers, JM. (2004). Some Personality and Cognitive Correlates of Career Maturity. Journal of Industrial Psychology. Vol 30 (2), 56 – 73. Fatimah, E. (2006). Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Bandung: CV.Pustaka Setia. Friedman & Schustack. (2006). Psikologi Kepribadian: Teori Klasik dan Modern. Jakarta: Erlangga. ______________ (2009). Kepribadian: Teori klasik dan riset modern. Jakarta: Erlangga. Greenberg, J., S. (2006). Comprehensive Stress Management: ninth edition. San Francisco: McGrawHill. Hami, A. E. (2006). Gambaran Kematangan Karir Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Di Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran. Skripsi. Lembang: Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Havighurst, R.J. (1953). Human Development and Education. New York: David McKey Company Inc. Http://id.wikipedia.org/wiki/Perguruan_tinggi, Pengertian Mahasiswa. Diunduh 28
28
Maret 2015 Http://www.bps.go.id, Statistik Pengangguran. Diunduh 30 Maret 2015. Monks,F.J., Knoers, A. M. P & Hadinoto, S. R. (2001). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia Krueger, C. B. (2005). The Relationship Between Internal and External Locus Of Control and Sefl Reported Frequency Of Atheletic Injury. Thesis. Texas: Texas A & M University. Lestari, W. T. (2012). Relationship Between Self Efficacy With Career Maturity At The End College Students. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dhalan. Levenson, H. (1981). Differentiating among internality, powerful others, and chance. In H. M. Lefcourt (Ed.), Research with the locus of control construct. Vol (1), 15 63. New York: Academic Press. Pinasti, W. (2011). Pengaruh Self Efficacy, Locus Of Control, dan Faktor Demografis terhadap Kematangan Karir Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri. Rachmawati, Y. E. (2012). Hubungan antara Self Efficacy dengan Kematangan Karir pada mahasiswa tingkat awal dan tingkat akhir di Universitas Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol (1) no 1. Surabaya: Universitas Surabaya. Rotter, J. B. (1966). Generalized expectancies for internal versus external control of reinforcement. Psychological Monographs: General and Applied. Sharf, R. S. (2006). Applying career development theory (4th ed). United States: Thomson Brooks/Cole. Suryanti, Yusuf, Priyatama. (2011) . Hubungan antara Locus Of Control Internal dengan Konsep Diri dengan Kematangan Karir pada siswa kelas XI SMK Negeri 2 Surakarta. Skripsi. Surakarta: Program Studi Psikologi Fakultas Kodekteran Universitas Sebelas Maret. Santrock, J. W. (2012). Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup Ed 13 Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Savickas, M. L. (2002). Career Construction. A developmental theory of vocational Behavior dalam D.brown, & associates (Eds.), career choice and development:
29
(4th Ed).San Francisco: Jossey-Bass. Seligman, L. (1994). Developmental career counseling and assessment. Thousand Oaks: Sage Publications. Supraptono, E. (1994). Kontribusi Minat Kejuruan dan Aspirasi Kerja serta Status Sosial Ekonomi Orang Tua terhadap Kematangan Karir Siswa. Thesis. Bandung: PPS UPI Bandung. Winkel, W. S. (2004). Bimbingan Karir di Institusi Pendidikan. Jakarta: Media Abadi ___________ (2012). Bimbingan dan Konseling Diinstitusi Pendidikan. Jogjakarta: Media Abadi Zulkaida, A. (2007). Pengaruh Locus Of Control dan Efikasi Diri Terhadap Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Proceeding Pesat, 2, B1-B4. Available FTP: ejournal.gunadarma.ac.id