HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA LAKI-LAKI SMP DI KOTA BUKITTINGGI Ade Saputra
Abstract: Junior high school students doing smoking behaviour is caused by many factors. One of many factors was self esteem. The design of this research is quantitative korelasional. Population studies that the male students of SMP Bukittinggi who smoke. Sampling techniques are used in this research is snowball sampling. The number of samples in the study as many as 50 people. Data obtained by the analysis of Product Moment Kendall’s tau-b using the assistance software program. The result analysis of Product Moment Kendall's tau-b obtained correlation r = -0.13 ( p > 0.05 ). In other words, the zero hypothesis was accepted and the working hypothesis was rejected. Based on these findings, it can be concluded that there is no relationship between self-esteem and behavior of smoking on male students of junior high school in the city of Bukittinggi. Keywords : self-esteem, smoking behavior, analysis of Product Moment Kendall’s
Abstrak: Siswa SMP melakukan prilaku merokok disebabkan oleh beberapa faktor. Salah saru faktornya adalah self esteem. Desain penelitian ini adalah kuantitaif-korelasional. Populasi pada penelitian ini siswa SMP laki-laki di Bukittinggi yang merokok. Teknik pemilihan sampel pada penelitian ini adalah snowball sampling. Banyaknya sampel yang digunakan pada study ini adalah 50 orang. Data diperoleh dengan analisis produk moment Kendal tau-b dengan menggunakan bantuan program perangkat lunak. Hasil analisis Product Moment Kendall tau-b diperoleh korelasi r = -0.13 (P > 0.05). dengan kata lain, hipotesis nol diterima dan hipotesis kerja ditolak. Berdasarkan temuan ini, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara harga diri dan perilaku merokok pada siswa laki-laki SMP di kota Bukittinggi.
Kata kunci: self-esteem, prilaku merokok, analisis product momen Kendall
1
2
PENDAHULUAN
Saat
ini
banyak
manusia
yang
darah
meningkat
dan
detak
jantung
melakukan kebiasaan atau pola hidup tidak
bertambah cepat. Selain itu, bahan kimia
sehat. Hardinge (2001) mengemukakan
tersebut juga menstimuli penyakit kanker
bahwa salah satu kebiasaan atau pola hidup
dan penyakit lainnya seperti penyempitan
tidak sehat tersebut adalah merokok. Dalam
pembuluh darah, tekanan darah tinggi,
agama Islam, perilaku merokok dikenal
jantung dan paru-paru (Kendal dan Hammen
sebagai perbuatan mubazir yang berarti
dalam Komasari dan Helmi, 2000).
perbuatan
yang
banyak
mendatangkan
Langkah nyata larangan merokok ini
mudharat atau kerugian. Setiap manusia di
sudah dimulai oleh pemerintah daerah
seluruh dunia mengetahui bahwa merokok
Padang Panjang Sumatera Barat. Pemerintah
mengganggu kesehatan
dan berdampak
daerah Serambi Mekah ini mengeluarkan
negatif. Ironisnya, pengetahuan ini tidak
Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2009 yang
membuat manusia meninggalkan perilaku
melarang pemasangan iklan rokok sepanjang
merokok. Selain itu, perilaku merokok
jalan di kota Padang Panjang. Walikota
sudah menjadi kegiatan yang fenomenal,
Padang Panjang yang juga seorang dokter
artinya meskipun sudah diketahui akibat
ini menjelaskan bahwa perda tersebut dibuat
negatif merokok tetapi jumlah perokok
untuk melindungi kesehatan masyarakat dari
bukan makin menurun tetapi semakin
bahaya merokok, membudayakan hidup
meningkat (Awi, 2011).
sehat dan menekan angka pertumbuhan
Dampak negatif dari perilaku merokok
perokok
pemula
ini bukannya tidak berdasar. Dalam dunia
(http://padangpanjang_kotatanpaiklan
medis ditemukan bahwa rokok mengandung
rokok.com).
bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan.
Saat ini Indonesia menduduki “juara”
Pengaruh bahan kimia yang dikandung
ketiga jumlah perokok dunia setelah cina
rokok seperti nikotin, CO2 (karbondioksida)
dan India. Indonesia mengalahkan negara-
dan
berbagai
negara maju seperti Amerika dan Jepang
penyakit. Bahan kimia ini akan memacu
dalam kosumsi rokok dunia. Kondisi dalam
kerja susunan saraf pusat dan susunan saraf
negeri sendiri, survey yang dilakukan Riset
simpatis sehingga mengakibatkan tekanan
Kesehatan Dasar (Riskesda) tahun 2007
tar
dapat
menyebabkan
3
menunjukkan
provinsi
Barat
Masa remaja adalah masa peralihan
masuk dalam sepuluh besar konsumsi rokok
dari usia anak-anak ke usia dewasa. Periode
terbanyak dari seluruh provinsi di Indonesia.
remaja merupakan priode yang penting
Jika ditinjau dari jenis kelamin, laki-laki
karena pada masa ini terjadi perkembangan
lebih
fisik dan psikologis yang pesat (Atkinson
banyak
yang
Sumatera
merokok
daripada
perempuan.
dkk, 1993). Masa remaja sering diistilahkan
Seiring berkembangnya zaman dan
dengan masa strom and stress karena
bertambahnya merek-merek rokok, usia
ketidaksesuaian antara perkembangan fisik
mulai
yang sudah matang yang belum diimbangi
merokok
Menurut
hasil
mengalami Riset
penurunan.
Kesehatan
Dasar
perkembangan psikososial. Remaja sering
(Riskesda) tahun 2007 dan 2010 terjadi
berusaha memberikan kesan bahwa mereka
penurunan umur mulai merokok pada usia
sudah
yang lebih muda. Menurut Riskesda 2007,
bertingkah laku yang membuat mereka
umur pertama kali merokok pada usia 5-9
seperti orang dewasa, seperti merokok,
tahun sebesar 1,2 %, pada usia 10-14 tahun
minum minuman keras dan menggunakan
sebesar 10,3 %, pada 15-19 tahun sebesar
obat-obatan (Hurlock, 1999).
hampir
dewasa.
Remaja
sering
33, 1 %, pada usia 20-24 tahu sebesar 12,1
Banyak alasan yang melatarbelakangi
%, pada usia 25-32 tahun sebesar 3,4 % dan
perilaku merokok pada remaja. Menurut
pada usia > 30 tahun sebesar 4 %.
Lewin (2002), perilaku merokok merupakan
Berdasarkan hasil survey Riskesda
fungsi dari lingkungan dan individu, artinya
2010, umur pertama kali merokok pada usia
perilaku merokok selain di sebabkan oleh
5-9 tahun sebesar 1,7 %, paa usia 10-14
faktor - faktor dalam diri, juga disebabkan
tahun sebesar 17,5 %, pada usia 15-19 tahun
oleh faktor lingkungan. Faktor dalam diri
sebesar 43,3 %, pada usia 20-24 tahun
remaja
sebesar 14,6 %, pada usia 25-32 tahun
perkembangan remaja. Pada masa remaja
sebesar 4,3 % dan pada usia usia > 30 tahun
terjadi ketidaksesuaian antara psikis dan
sebesar 3,9 % (Awi, 2011). Berdasarkan
sosial. Beberapa remaja melakukan perilaku
data di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
merokok
peningkatan usia merokok terjadi pada masa
Brigham (1991) menyatakan bahwa perilaku
remaja yang mengarah pada perokok yang
merokok bagi remaja merupakan perilaku
lebih muda.
simbolisasi.
dapat
dilihat
sebagai
Simbol
cara
dari
dari
kajian
kompensatoris.
kematangan,
4
kekuatan, kepemimpinan, dan daya tarik terhadap lawan jenis.
Harga
diri
merupakan
dimensi
evaluasi secara umum terhadap diri sendiri.
Faktor dari luar individu datang dari
Biasanya mengacu pada self image dan
teman sebaya. Al Bachri (1991) dalam
merefleksikan
penelitiannya
87%
kepuasan individu terhadap diri mereka
remaja mempunyai sekurang-kurangnya satu
(Santrock, 2004). Coopersmith (dalam Burn,
atau lebih sahabat yang perokok. Sahabat
1998)
yang merokok tersebut mendorong untuk
merupakan evaluasi yang dibuat individu
merokok juga sehingga remaja yang tidak
dan kebiasaan memandang dirinya, terutama
pernah merokokpun akhirnya memperoleh
sikap menerima, menolak, dan indikasi
tekanan dari teman sebaya tersebut. Mereka
besarnya kepercayaan individu terhadap
yang tidak merokok akan diberi “hukuman
kemampuan,
psikologis“ sebagai orang yang tidak jantan.
keberhargaan.
menemukan
bahwa
kepercayaan
mengatakan
diri
bahwa
serta
harga
keberartian,
diri
kesuksesan,
Selain itu juga terdapat ungkapan ”hanya
Stuart
perempuanlah yang tidak merokok atau dia
mengatakan
tidak merokok karena “ingin naik haji”.
penilaian individu terhadap hasil yang
dan bahwa
Sundeen harga
diri
(1984), adalah
Marjohan (2000) menjelaskan bahwa
dicapai dengan menganalisa seberapa jauh
tekanan dalam bentuk ejekan ini membuat
perilaku memenuhi ideal dirinya. Sementara
keberhargaan tentang diri seorang remaja
itu, menurut Papalia (2002) harga diri
mulai menurun dan kondisi ini sangat
merupakan
mujarab utuk membuat remaja segera
seseorang yang membuat dirinya menjadi
mencoba merokok sampai akhirnya menjadi
berharga. Secara singkat, harga diri adalah
perokok pemula dan akhirnya menjadi
“Personal judgment” mengenai perasaan
pencandu rokok. Dalam ilmu Psikologi,
berharga atau berarti yang diekspresikan
penggambaran sejauh mana individu menilai
dalam
dirinya sendiri sebagai orang yang memiliki
dirinya”.
kemampuan,
berartian,
berharga
sikap-sikap
atau
individu
penilaian
terhadap
dan
berkompeten, dinamakan dengan self esteem atau yang lebih sring dikenal dengan harga diri.
pendapat
METODE Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian
korelasional yang bertujuan untuk melihat
5
hubungan antara satu faktor dengan faktor
teknik korelasi Product Moment dari Karl
lainya. Penelitian korelasional merupakan
Pearson.
suatu tipe penelitian yang melihat hubungan antara satu atau beberapa ubahan dengan
HASIL PENELITIAN
satu atau beberapa ubahan yang lain (Muri, 2005:84). Penelitian ini menggunakan dua
1. Kategori Skala Harga Diri
variabel yaitu harga diri sebagai variabel independent dan perilaku merokok sebagai
Secara umum skor rerata empiris subjek
variabel dependent.
penelitian lebih besar dari pada rerata
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa
laki-laki
kota
dapat digolongkan menjadi tiga kelas, yaitu
Bukittinggi yang merokok namun jumlah
tinggi, sedang, dan rendah. Secara teoritis,
populasi siswa laki-laki SMP yang merokok
skor penilaian skala harga diri bergerak dari
dikota Bukittinggi tidak terdapat datanya.
0 sampai 4 dengan respon skala SS, S, N,
Teknik pengambilan sampel yang digunakan
TS, dan STS, karena jumlah item sebanyak
dalam penelitian ini adalah teknik snomball
10 butir, maka skor total bergerak dari 0
sampling. Snowball sampling atau bola salju
(10×0) sampai dengan 40 (10×4), sehingga
merupakan teknik penentuan sampel yang
luas sebarannya, yaitu 40-0 = 40. Dengan
mula-mula
kemudian
demikian setiap satuan deviasi standar
sampel pertama diminta untuk mencari
bernilai σ = 40/6 = 6,67 (dibulatkan) dan
sampel yang lainnya (Martono, 2011 :79).
mean hipotetiknya (μ) 10×2 = 20.
Kota Bukittinggi memiliki delapan SMP
Kelompok subjek yang dikategorikan tinggi
negeri dan dua SMP swasta. Jumlah seluruh
apabila memiliki skor lebih besar atau sama
sampel yang akan diambil dalam penelitian
dengan 20+6,67 = 26,67. Skor berada di
ini adalah 50 orang.
antara 20-6,67 = 13,33 sampai 20+6,67 =
jumlahnya
Analisis
data
SMP
hipotetik penelitian. Variabel harga diri ini
kecil,
dilakukan
secara
26,67 termasuk kategori sedang. Sementara
kuantitatif. Ada dua hal yang dilakukan
skor subjek termasuk kategori rendah,
dalam cara analisis data kuantitatif pada
apabila lebih kecil dari 20-6,67 = 13,33.
penelitian ini, yaitu 1) Uji prasyarat meliputi
Kategori skor harga diri dapat dilihat pada
uji normalitas dan uji linieritas, dan 2) Uji
tabel 13.
hipotesis penelitian dengan menggunakan
6
Tabel 13 Kriteria Kategori Skala Harga Diri dan Distribusi Skor Subjek (n= 50) Standar Deviasi
Skor
Kategorisasi
X < (μ - 1.0 σ)
X < 13,33
(μ - 1.0 σ) < X < (μ + 1.0 σ)
Subjek F (∑)
Persentase
Rendah
0
0%
13,33 < X < 26,67
Sedang
18
36%
26,67 < X
Tinggi
32
64%
50
100%
(μ + 1.0 σ) < X
Jumlah
Berdasarkan kategorisasi pada tabel
memanfaatkan apa yang dimiliki sesuai
13 menunjukkan bahwa 64% siswa memiliki
kemampuan yang dimiliki, penerimaan dan
harga diri tinggi, 36% siswa memiliki harga
penghargaan yang positif ini memberikan
diri sedang dan tidak ada siswa yang
rasa aman dalam menyesuaikan diri atau
memiliki harga diri rendah. Jadi, secara
bereaksi dalam stimulus dari lingkungan
keseluruhan siswa laki-laki SMP kota
sosial. Pendekatan seseorang terhadap orang
Bukittinggi memiliki harga diri tinggi.
lain menunjukan harapan yang secara positif
Artinya, secara umum siswa SMP laki-laki
dapat diterima individu lain (Neumark-
kota Bukittinggi merasa puas dengan apa
Sztainer, 2008).
yang
dimiliki,
senantiasa
akan
Tabel 14 Skor Aspek Skala Harga Diri Aspek
Kategori
Skor
Frekuensi
Persentase
Kompetensi
Rendah
X < 6.67
0
0%
Sedang
6.67 < X < 13.33
30
60%
Tinggi
13.33 < X
20
40%
Rendah
X < 6.67
0
0%
Sedang
6.67 < X < 13.33
18
36%
Tinggi
13.33 < X
32
64%
Nilai
7
Pada
variabel
dikelompokkan
harga
diri,
berdasarkan
subjek
agama
aspek-aspek
yang
telah
diterimanya
dan
diinternalisasi. Memiliki sikap diri yang
harga diri dan masing-masing aspek dibagi
positif
terhadap
keberhasilan
dalam pengkategorian rendah, sedang dan
memenuhi
tinggi seperti yang terlihat pada tabel 14
tersebut (Rosenberg, 1978).
tujuan
dari
untuk
prinsip-prinsip
berikut ini. Berdasarkan tabel 14 di atas dapat
2. Kategori Perilaku Merokok
dilihat bahwa pada aspek kompetensi, terdapat 20 (40%) siswa memiliki harga diri
Berdasarkan
teori
Aritonang,
tinggi, 30 (60%) siswa memiliki harga diri
pengelompokan perilaku merokok dapat
sedang dan tidak ada siswa yang memiliki
dapat dilihat berdasarkan intensitas (jumlah)
harga diri rendah. Artinya, secara umum
rokok yang dihisap perhari. Menurut teori
subjek lebih mudah menyelesaikan tugas-
tersebut, perilaku merokok digolongkan
tugasnya dengan baik dan benar. Namun,
kategori rendah apabila merokok antara 1-4
pada aspek nilai, terdapat 32 (64%) siswa
batang per hari, kategori sedang apabila
memiliki harga diri tinggi, 18 (36%) siswa
merokok 5-14 batang per hari dan kategori
memiliki harga diri sedang dan tidak ada
berat merokok lebih dari 15 batang perhari.
siswa yang memiliki harga diri rendah.
Setelah dilakukan penelitian diperoleh hasil
Artinya
sebagai berikut :
secara
umum
subjek
subjek
mematuhi prinsip-prinsip etis, moral, dan
Tabel 15 Kategori Perilaku Merokok Berdasarkan Intensitas (n=50) Skor
Kategorisasi
X<4
Subjek F (∑)
Persentase
Rendah
10
20%
5 < X < 14
Sedang
33
66%
X > 15
Berat
7
14%
50
100%
Jumlah
8
Berdasarkan tabel di atas, 10 orang atau 20%
siswa
dikategorikan
PEMBAHASAN
intensitas
merokoknya rendah, 33 orang atau 66%
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini
siswa dikategorikan sedang dan 7 orang atau
akan dibahasa berdasarkan pada teori-teori
14% siswa dikategorikan berat. Secara
yang
umum, intensitas merokok siswa laki-laki
penelitian ini. Hal ini bertujuan untuk
SMP kota Bukittinggi termasuk kategori
menjawab permasalahan yang dikemukakan.
berkaitan
dengan
pelaksanaan
sedang. 1. Kategori Harga Diri 3. Hubungan antara Harga Diri dengan Perilaku Merokok Berdasarkan hasil analisis korelasi harga
diri
merokok,
dengan maka
intensitas
didapatkan
Hasil pengkategorisasian skor harga diri, diperoleh hasil bahwa secara umum siswa laki-laki SMP kota Bukittinggi yang
perilaku
merokok memiliki harga diri yang tinggi.
koefisien
Hal ini berarti yang berarti bahwa siswa
korelasi r = -0.13, dengan p = 0.913 (p >
laki-laki
0.05) menandakan Ho diterima dan Ha
merokok cukup mampu untuk menerima diri
ditolak. Artinya tidak terdapat hubungan
pribadinya
antara X dan Y. Dengan kata lain, tidak
positive, mereka merasa bahwa dirinya
terdapat hubungan antara harga diri dengan
adalah seseorang yang penting dan berharga,
intensitas perilaku merokok. Hal ini berarti
serta memiliki
semakin tinggi harga diri siswa tidak diikuti
tentang
dengan
perilaku
baiknya dengan orang-orang seusianya dan
merokok dan sebaliknya semakin rendah
merasa mampu untuk mempengaruhi orang
harga diri siswa tidak diikuti dengan
lain karena pendapat dan pemikirannya
tingginya intensitas perilaku merokok yang
dihargai orang lain (Coopersmith, 1967).
dilakukan oleh siswa Laki-laki SMP di kota
Menurut Clemes dan Bean (dalam Helmi
Bukittinggi tersebut. Berdasarkan uraian di
dan Komala Sari, 2004), orang yang
atas, dapat disimpulkan bahwa hipoteris nol
memiliki harga diri yang tinggi bangga
(Ho) diterima dan hipotesis kerja (Ha)
dengan
ditolak.
tantangan baru dengan antusiasme dan
rendahnya
intensitas
SMP
dan
dirinya,
hasil
kota
Bukittinggi
memiliki
self
pemahaman merasa
kerjanya,
yang
attitude
yang baik
dirinya
sama
menanggapi
merasa sanggup mempengaruhi orang lain.
9
Jika ditinjau dari per aspek pada
dari keluarga, teman dan significant person
harga diri, aspek nilai lebih tinggi daripada
nya,
aspek kompetensi. Ini berarti bahwa, siswa
mematuhi segala aturan, etika dan norma
laki-laki SMP kota Bukittinggi cenderung
yang berlaku di masyarakat menambah
melihat diri mereka berharga. Artinya, pada
keyakinan mereka untuk bisa mencapai
umumnya
semua
siswa
laki-laki
SMP
kota
Bukittinggi merasa yakin pada dirinya itu
serta
kemampuan
target
keberhasilan
untuk
cukup
yang
ingin
mereka raih.
berharga dibandingkan dengan orang lain dan mampu untuk berinteraksi dengan orang lain (Cast&Burke, 2002). Siswa
Hasil pengkategorisasian intensitas kota
rokok pada siswa laki-laki SMP kota
memiliki
Bukittinggi dapat diketahui sebanyak 20%
personal judgment yang cenderung baik,
atau 10 siswa termasuk ke dalam kategori
mereka melihat bahwa kesulitan-kesulitan
intensitas rendah yakni 1-4 batang per hari,
yang mereka alami secara personal tidak
66% atau 33 siswa termasuk ke dalam
selalu mengartikan ketidakmampuan mereka
kategori intensitas sedang yakni 5-14 batang
melainkan menjadi jembatan untuk mereka
per hari dan 14% atau 7 siswa termasuk ke
bisa mengharapkan masukan dan saran dari
dalam kategori intensitas tinggi yakni lebih
lingkungan sehingga menjadikan mereka
dari 15 batang per hari. Data tersebut
sebagai „diri‟ yang lebih baik (Cast&Burke,
menunjukkan bahwa secara umum siswa
2002).
laki-laki
Bukittinggi
laki-laki
2. Kategori Perilaku Merokok
yang
SMP
merokok
Sebagian besar Siswa laki-laki SMP
merokok
SMP
kota
memiliki
Bukittinggi intensitas
yang
perilaku
kota Bukittinggi yang merokok mampu
merokok sedang dengan rata-rata subjek
untuk mencapai target keberhasilan yang
merokok 9 batang per hari.
mereka
inginkan,
tersebut
Hasil penelitian di atas sungguh
dapat mereka capai karena kemampuan
ironis. Pada usia mereka saat ini, rata-rata
untuk
dan
mereka sudah merokok 9 batang perhari.
mempengaruhi diri sendiri maupun orang
Bisa dibayangkan, hampir setiap aktivitas
lain, selain itu dalam mewujudkan semua
mereka ditemani oleh rokok. Hal ini
hal atau prestasi yang ingin dicapai, mereka
berlangsung sekitar 5 tahun yang lalu atau
selalu mendapatkan dukungan dan perhatian
dengan kata lain ketika mereka masih duduk
cukup
bisa
keberhasilan
mengendalikan
10
di
banku
SD.
Keterangan
di
atas
Ditinjau
dari
fungsi
merokok,
memperkuat survey Riskesda pada tahun
terdapat dua fungsi perilaku merokok yaitu
2010 bahwa terjadinya penurunan usia mulai
meningkatkan
merokok. Menurut analisis peneliti, angka
menghindari perasaan negatif. Berdasarkan
ini akan terus mengalami penurunan dengan
hasil analisis data, pada umumnya siswa
berjalannya waktu jika tidak ditanggapi
merokok
dengan serius karena saat ini saja untuk
negatif. Aitem pada fungsi menghindari
mendapatkan rokok bagi pelajar SMP
perasaan negatif yang mendapatkan skor
mudah sekali.
tertinggi terdapat pada aitem “saya merokok
perasaan
untuk
positif
menghindari
dan
perasaan
Pada masa remaja individu harus
untuk menghilangkan rasa kesepian pada
mampu untuk menyesuaikan diri dengan
diri saya”. Kemudian diikuti oleh aitem
orang-orang di luar keluarga sehingga
“saya merokok untuk menghilangkan rasa
remaja akan beralih dari keluarga ke
bosan”. Berdasarkan hasil di atas, dapat
pengelompokkan sosial remaja, dimana
disimpulkan bahwa pada umumnya siswa
salah satu bentuknya adalah teman dekat.
laki-laki SMP kota Bukittinggi merokok
Remaja biasanya mempunyai dua atau tiga
untuk menghilangkan rasa kesepiannya.
orang teman dekat atau sahabat karib.
Subjek
Teman dekat saling mempengaruhi satu
sehingga sering merasa bosan.
sama lain meskipun kadang-kadang juga
cenderung
merasa
sendiri
dan
Selain fungsi merokok di atas, juga
bertengkar (Hurlock, 2000:215). Hal ini
ditemukan
diperkirakan
menghilangkan beban pikiran dan membuat
menyebabakan
intensitas
fungsi
menjadi
merokok
tenang.
Secara
untuk
merokok subjek menjadi sedang bahkan
pikiran
tidak
hampir mengarah pada tinggi. Hal di atas
langsung, rokok membuat pikiran subjek
diperkuat dengan hasil penelitian bahwa
menjadi tenang. Hal ini dikarenakan zat
pada umumnya subjek merokok di tempat
yang terkandung dalam rokok tersebut yang
mereka sering berkumpul seperti warnet dan
disebut nikotin. Nikotin yang terdapat pada
warung. Tempat-tempat inilah mereka saling
rokok merupakan racun saraf yang poten.
berinteraksi satu dengan yang lainnya,
Pada konsentrasi rendah bersifat stimulan
terlebih lagi pada tahapan usia mereka ini,
yaitu meningkatkan aktivitas, kewaspadaan,
mereka cenderung berkelompok seperi yang
dan memori sehingga dapat menyebabkan
dijelaskan di atas.
ketergantungan (adiksi). Sedangkan pada
11
konsentrasi tinggi dapat berfungsi sebagai depresan dan jika dosis sangat besar dapat
3. Hubungan antara Harga Diri dengan Perilaku Merokok Pada Siswa LakiLaki SMP di Kota Bukittinggi
menyebabkan mual (Sarker, 2007). Selain itu, pengaruh nikotin terhadap
Berdasarkan
hasil
analisis
data,
susunan saraf pusat atau perilaku antara alin
ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan
mengurangi ketegangan mental pada waktu
antara harga diri dengan intensitas rokok
stres, meningkatkan daya ingat jangka
yang dihisap siswa laki-slaki SMP kota
pendek,
dan
perhatian.
Bukittinggi. Artinya, semakin tinggi harga
Nikotin
meningkatkan
jantung,
diri siswa tidak diikuti dengan rendahnya
tekanan darah, aliran darah koroner, isi
intensitas rokok yang dihisap siswa dan
sekuncup jantung, curah jantung, walaupun
begitu pula sebaliknya, semakin rendah
sifatnya hanya sesaat. Nikotin dalam jangka
harga diri siswa tidak diikuti pula dengan
panjang mengurangi aliran darah koroner,
semakin tingginya intensitas rokok yang
menurunkan
dihisap siswa oleh siswa.
meningkatkan
suhu
vasokonstriksi
denyut
kulit,
meningkatkan
Berdasarkan uraian di atas, dapat
aliran darah ke otot, meningkatkan sirkulasi
ditarik kesimpulan bahwa faktor yang
asam lemak bebas, laktat, dan gliserol.
diduga
Nikotin
aktivitas
hubungan antara harga diri dengan perilaku
trombosit, meningkatkan produksi sputum
merokok karena pada umumnya perilaku
(dahak), menyebakan batuk, napas berbunyi,
merokok subjek lebih banyak dipengaruhi
dan
2004).
oleh nikotin yang terkandung dalam rokok
dapat
yang sering dikonsumsi oleh subjek karena
disimpulkan bahwa perilaku merokok subjek
intensitas rokok yang hisap oleh subjek
juga disebabkan oleh pengaruh nikotin yang
sudah termasuk kategori sedang sehingga
menyebabkan subjek menjadi adiksi atau
mempengaruhi sistim saraf subjek yang
ketergantungan terhadap rokok. Faktor ini
pada akhirnya membuat subjek menjadi
diperkirakan
utama
adiksi atau ketergantungan sehingga rokok
perilaku merokok subjek cenderung sedang
sudah menjadi kebutuhan dan dianggap
dan mengarah pada tinggi.
sebagai “teman” dalam aktivitas sehari-hari.
juga
tangan
Berdasarkan
sistemik,
menyebabkan
meningkatkan
gemetar uraian
menjadi
(Juwana, di
atas,
penyebab
menyebabkan
tidak
terdapatnya
12
perilaku
SIMPULAN DAN SARAN
merokok
sedang
dengan
intensitas merokok 5-14 batang sehari dan 14% atau 7 siswa memiliki skor
Simpulan
perilaku merokok berat dengan intensitas Berdasarkan hasil penelitian dan
merokok di atas 15 batang sehari dengan
pengujian hipotesis mengenai hubungan
rata-rata
antara harga diri dengan perilaku merokok
Bukittinggi merokok 9 batang perhari dan
pada siswa laki-laki SMP kota Bukittinggi,
rata-rata merokok sudah 5 tahun.
maka dapat diambil kesimpulan sebagai
siswa
laki-laki
SMP
kota
3. Harga diri dengan perilaku merokok pada
berikut:
siswa laki-laki SMP kota Bukittinggi
1. Harga diri pada siswa laki-laki SMP kota
tidak memiliki hubungan negatif. Hal ini
Bukittinggi berada pada kategori tinggi.
dibuktikan dengan koefisien korelasi r
Hal ini dapat dilihat dari 64% atau 32
sebesar -0.13 (dengan p > 0.05) yang
siswa laki-laki SMP kota Bukittinggi
menandakan hipotesis nol diterima dan
memiliki tingkat harga diri yang tinggi,
hipotesis kerja ditolak.
36% atau 18 orang siswa laki-laki SMP kota Bukittinggi memiliki tingkat harga
Saran
diri sedang dan tidak terdapat atau 0% siswa laki-laki SMP kota Bukittinggi
Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian
yang memiliki harga diri rendah. Artinya,
ini, maka dapat dikemukakan beberapa saran
secara umum siswa laki-laki SMP yang
sebagai berikut:
merokok merasa dirinya adalah seseorang
1. Bagi Siswa
yang penting dan berharga serta memiliki
Siswa
pemahaman yang baik tentang dirinya.
merokok diharapkan untuk mengurangi
2. Perilaku merokok pada siswa laki-laki
dan menghentikan perilaku merokok
SMP
kota Bukittinggi
berada pada
laki-laki
SMP
yang
seudah
dengan cara melakukan aktivitas yang
kategori sedang. Hal ini dapat dilihat dari
lebih
20% atau 10 siswa memiliki skor
olahraga,
perilaku
dengan
bermanfaat lainnya sehingga waktu dan
intensitas merokok 1-4 batang sehari,
tenaga dapat dialihkan pada hal-hal yang
66% atau 33 siswa memiliki skor
lebih produktif.
merokok
rendah
bermanfaat
seperti
keseniandan
melakukan aktivitas
13
2. Bagi Sekolah Diharapkan
3. Orang Tua agar
pimpinan
sekolah
Tingkat perilaku merokok yang sedang
membimbing siswa untuk mengurangi
ini merupakan hal yang sangat serius
perilaku merokok siswa dengan cara
sehingga diharapkan orang tua dapat
melibatkan siswa pada kegiatan positif
memberikan
seperti, olah raga, pramuka, PMR, debat
anaknya yang merokok agar anak yang
antar siswa, lomba kreatifitas siswa dan
merokok tersebut memiliki teman dan
kegiatan positif lainnya.
tidak merasa kesepian lagi.
perhatian
lebih
pada
DAFTAR RUJUKAN Ali, Muhammad & Asrori, Muhammad. 2008. Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Bumi Aksara. Amstrong, M. 1990. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT Gramedia Al Bachri. 1991. Ada Apa dengan Rokok. http://sekolah indonesia .com. Diakses Tanggal 04 maret 2012. Al-Qur‟an dan Terjemahan. 2009. Bandung: Sygma Examedia Aritonang. 1997. Fenomena Wanita Merokok. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM Azwar, Syaifuddin. 2007. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Awi, W.M. 2011. Data dan Situasi Rokok (Ciggaret) Indonesia Terbaru. http://www.infodokterku.com.situasi -rokok-cigarette-indonesiaterbaru&catid=40:data&Itemid=54. Diakses tanggal 31 Maret 2012. Brigham, C.J. 1997. Social Psychology. Boston : Harper Collins Publisher inc Burn., R, B. 1998. Konsep Diri: Pengukuran dan Perkembangan Prilaku. Jakarta: Archan.
Cast Alicia D & Burke Peter J. 2002. A Theory of Self Esteem. Social Forces. 8D(3): 1041-1068. Dumluck, Supattra. 2008. Prevalence of Smoking and factors Influenced to Smoking Behavior Among Secondary School and Vacotional School Student in Phuket Province. Thesis. Chulalongkorn University. Helmi, Avia dan Komalasari. 2004. Faktorfaktor Penyebab Perilaku Merokok pada Remaja. Jurnal Psikologi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. Hurlock. E. B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga Kemala,
D. 2000. Hubungan antara Lingkungan Keluarga, Lingkungan Teman Sebaya dan Kepuasan Psikologis dengan Perilaku Merokok Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan) . Yogyakarta :Fakultas Psikologi UII Krasnegor, Norman A. 1979. The Behavioral Aspects of Smoking. Jurnal. Washington D.C : National Institute on Drug Abuse
14
Levy, M.R. 1984. Life and Health. New York : Random House Marjohan, 2000. Merokok Sudah Jadi Gaya Hidup di Sekolah. Artikel. http://penulisbatusangkar.blogspot.co m. Diakses tanggal 02 Mei 2012. Martono, Nanang. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi Dan Analisis Data Sekunder Edisi Revisi. Jakarta : Rajawali Pers Mu‟tadin, Z. 2002. Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis pada Remaja. http://www.epsikologi.com/remaja.050602htm Papalia, Diane. Dkk. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta : Kencana. Rika, Mayasari. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok dan Lingkungannya dengan Status Penyakit Penedental Remaja di Kota Medan. Tesis. Medan : Sumatera Utara Riset kesehatan dasar. 2011. Prevalensi perokok umur >15 tahun berdasarkan provinsi di Indonesia, Tahun 2007 dan 2010. . Diakses tanggal 31 Maret 2012.
Santrock, John W. 2007. Remaja Edisi II Jilid 2. Jakarta : Erlangga Sarafino, F.P. 1994. Health Psychology (2nd Edition). New York : John Willey and Sons Sarker, S.D., and Nahar, L.,2007. Chemistry for Pharmacy Students General, Organic and Natural Product Chemistry. John Wiley & Sons Ltd, England Sitepoe, Mangku. 2000. Kekhususan Rokok di Indonesia. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Stuart, Sudeen. 1984. Applied Social Psychology. New Jersey : Prenticel Hall Widhiarso W, (2012). Penerapan Model MIMIC untuk Menguji Konsistensi Hasil Pengukuran melalui Skala, Journal of Education and Learning. Vol.6 Yusuf, A. Muri. 2005. Metodologi Penelitian. Padang : UNP Press