HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KEPRIBADIAN CONSCIENTIOUSNESS DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA MAHASISWA ANGKATAN 2011-2012 FAKULTAS PSIKOLOGI UKSW
OLEH ESFA BRILLIANE CHRISTI 80 2011 011 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KEPRIBADIAN CONSCIENTIOUSNESS DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA MAHASISWA ANGKATAN 2011-2012 FAKULTAS PSIKOLOGI UKSW
Esfa Brilliane Christi Berta Esti Ari Prasetya
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara faktor kepribadian conscientiousness dengan kematangan karir pada mahasiswa angkatan 2011-2012. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2011-2012 fakultas psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang berjumlah 120 mahasiswa. Alat ukur yang digunakan adalah modifikasi The Big Five Inventory dan adaptasi The Career Development Inventory. Korelasi Pearson Product Moment digunakan untuk analisis penelitian ini. Hasil analisis menunjukkan
adanya
hubungan
positif
dan
signifikan
antara
faktor
kepribadian
conscientiousness (r=0,477, p < 0,05) dengan kematangan karir mahasiswa angkatan 2011-2012 Fakultas Psikologi Universitaas Kristen Satya Wacana Salatiga. Conscientiousness memberikan sumbangan efektif sebesar 22,75% sementara 77,25% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Kata Kunci : Kematangan Karir, faktor kepribadian Conscientiousness, mahasiswa angkatan 2011-2012 fakultas psikologi
Abstract
This study aimed to test whether there is a correlation between personality factors conscientiousness with career maturity at 2011er-2012er student of university . The subjects of this study were the 2011er-2012er Psychology faculty students at Satya Wacana Christian University in Salatiga, amounting to 120 students. Measuring instrument used is a modification of The Big Five Inventory and adaptation of The Career Development Inventory. Pearson Product Moment Correlation is used for this analysis. Results of the analysis indicate a positive and significant relationship between personality factors conscientiousness (r = 0.477, p <0.05) with the maturity career of 2011er-2012er Psychology faculty students at Satya Wacana Christian University in Salatiga. Conscientiousness contribute effectively amounted to 22.75% and 77.25% influenced by other factors. Keywords: career maturity, personality factors conscientiousness, 2011er-2012er of psychology faculty
1
PENDAHULUAN Di era globalisasi ini, permasalahan lapangan kerja menjadi sebuah fenomena yang sering terjadi di Indonesia. Mahasiswa yang akan menjadi sarjana diharapkan sudah memiliki arah dan tujuan yang pasti untuk karirnya ke depan yang sesuai dengan minat dan bidang pekerjaannya. Menurut Herr dan Cramer (dalam Handoko, 2004) pekerjaan sangat memiliki peran yang besar bagi kehidupan manusia terutama kehidupan ekonomi, sosial dan psikologisnya. Bekerja akan membuat seseorang akan merasa berguna apabila ia bermanfaat bagi orang lain daripada dengan orang yang tidak memiliki pekerjaan. Dalam hal ini mahasiswa tidak dapat menghindari namanya pemilihan pekerjaan, karena mahasiswa yang sudah lulus akan segera memilih, mempertimbangkan, dan memprediksi suatu pekerjaan yang akan menjadi proses karirnya di masa depan. Pemilihan karir merupakan proses yang terus-menerus yang akan terjadi pada kehidupan manusia mendatang dengan memerlukan perencanaan yang matang dan bukan bersifat sementara. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti kepada 10 mahasiswa fakultas psikologi UKSW masih ditemukan 4 orang mahasiswa yang mengakui malas untuk masuk kuliah, mengerjakan tugas hanya untuk sekedar mendapatkan nilai, mengerjakan tugas dengan menyontek milik temannya, tidak tahu tujuan mengerjakan tugas yang diberikan. Beberapa dari mereka ada juga yang menyatakan masih bingung untuk memilih bidang yang akan digelutinya nanti. Hal-hal ini menunjukkan masih rendahnya kematangan karir yang dimiliki oleh para mahasiswa disini. Terkait dengan karir yang telah disebutkan, menurut Barrick & Mount (1996) karir merupakan salah satu unsur yang penting dalam kehidupan individu. Karir berkaitan dengan aspek fisik dan aspek psikologis sehingga individu dapat mempersiapkan karir dengan matang
2
sejak dini yang sesuai dengan bakat, minat, nilai, dan kemampuan yang telah dimiliki. Sementara itu, kematangan karir merupakan tugas perkembangan yang sangat penting bagi mahasiswa karena dapat mempengaruhi keseluruhan masa depan seseorang dalam memilih pekerjaan. Menurut Armstrong, mahasiswa yang memiliki kematangan karir akan memiliki kemampuan untuk mengerjakan dan berhasil dalam mengerjakan tugas-tugas dengan baik (Ramdhani, 2003). Mahasiswa yang sudah memiliki kematangan karir yang tinggi biasanya dia akan sadar akan tanggung jawab sebagai mahasiswa dan mempersiapkan apa saja yang akan dilakukannya apabila sudah lulus nanti. Sebaliknya, mahasiswa yang tidak memiliki kematangan karir biasanya ia akan cenderung menjadi malas berkuliah, meninggalkan tanggung jawabnya sebagai mahasiswa, karena ia tidak tahu rencana yang akan dilakukannya di masa depan setelah ia lulus nanti (Vardi dan Weitz, 2004). Menurut hasil penelitian yang dilakukan Rahmawati (2012), pada 124 mahasiswa angkatan 2010, mahasiswa yang memiliki kematangan karir yang tinggi akan dapat mengerjakan tugas-tugas perkembangan untuk keputusan karirnya nanti. Menurut Super (dalam Patton, Wendy & Lokan, 2001), kematangan karir didefinisikan sebagai kemampuan seorang individu untuk berhasil menyelesaikan tugas pengembangan karir tertentu. Hal ini dipandang sebagai kumpulan perilaku untuk mengidentifikasi, memilih, merencanakan, dan melaksanakan tujuan karir. Kematangan karir yang mengacu pada kesiapan individu untuk siap pada usia yang tepat pada keputusan karir dan mengatasi karir pada tugas perkembangan (Savickas, 1999). Hal ini terlihat pada minat transisi dari sekolah menuju kerja terutama pertimbangan pada ekonomi dan politik. Sementara itu Super (dalam Alvarez, 2008) menyebutkan beberapa aspek kematangan karir adalah (1) perencanaan, sejauh mana seseorang mampu berpikir dan merencanakan tentang karir (2) eksplorasi, seseorang yang mampu mengukur dan menggunakan sumber daya yang baik
3
sesuai perencanaan karir (3) informasi, seseorang yang mampu menyelidiki minat-minat yang sesuai dengan bidang karirnya dan (4) pengambilan keputusan, mengukur kemampuan dan keahlian mengambil metode untuk pilihan karirnya nanti. Keempat aspek ini yang diungkap dan dapat mencerminkan kematangan karir yang dimiliki seseorang secara keseluruhan. Faktor yang mempengaruhi kematangan karir menurut Super (dalam Osipow, 1983) adalah faktor bio sosial, faktor lingkungan, faktor vokasional, prestasi individu, dan kepribadian. Salah satu faktornya yang menjadi prediktor penting pada kematangan karir adalah kepribadian. Menurut Allport (dalam Chaplin, 2011) kepribadian adalah sebuah organisasi yang dinamis didalam indvidu yang terdiri dari sistem psikofisik yang menentukan tingkah laku dan pikirannya secara karakteristik, salah satu teori kepribadian yang sering dipelajari adalah Big Five Theory. Pada dimensi The Big Five Personality dijelaskan bahwa ada lima sifat dasar pada kepribadian. Dari kelima dasar kepribadian tersebut ada perbedaan antara kognitif, afektif, dan sosial. Kelima sifat ini cenderung stabil pada setiap individu (Pervin & John, 2005). Salah bentuk dari lima dasar kepribadian adalah conscientiousness. Didalam buku Deacon (2013) jika memiliki conscientiousness tinggi, seseorang akan pandai dalam menunda pemuasan untuk mencapai tujuan dalam jangka panjang. Orang conscientiousness akan mengatur tujuan mereka masing-masing, mereka akan cenderung lebih rapi dan terorganisir. Keuntungan dalam memiliki sifat ini akan cenderung memprediksi keberhasilan dalam pekerjaan dan studinya, tetapi orang yang memiliki sifat ini untuk terlalu sibuk dengan ketertiban dan mengorbankan akan kesenangan pribadinya. Tetapi orang yang memiliki conscientiousness rendah akan merasa lebih santai, berjuang tidak penting bagi mereka dan mereka cenderung kurang rapi dan tidak terorganisir. Mereka melihat orang yang memiliki skor conscientiousness yang tinggi merupakan orang yang tidak fleksibel dan keras.
4
Orang yang memiliki kematangan karir biasanya memiliki perencanaan karir, eksplorasi, informasi dan keputusan dalam mengambil karir tersebut dengan sesuai rencananya, mereka akan cenderung lebih terorganisir dan disiplin (Vardi and Weitz, 2004). Sementara itu menurut John (dalam Heaven, Ciarrochi, Leeson, & Barkus, 2013) conscientiousness merupakan faktor kepribadian yang memiliki prediksi akan keberhasilan dan cenderung dapat diandalkan, memiliki perencanaan yang dapat mengejar tujuan mereka untuk mencapai keberhasilan. Dilihat dari sifatsifat tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor kepribadian conscientiousness memiliki peran penting untuk kematangan karir pada mahasiswa. Menurut latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “ Apakah ada hubungan yang positif signifikan antara faktor kepribadian Conscientiousness dengan Kematangan Karir pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2011-2012 UKSW”
KAJIAN TEORI
Definisi Kepribadian Menurut Allport (dalam Chaplin, 2011) kepribadian adalah organisasi yang dinamis di dalam individu terdiri dari sistem-sistem psikofisik yang menentukan tingkah laku dan pikirannya secara karakteristik. Sedangkan Cattell (dalam Chaplin, 2011) mengatakan kepribadian merupakan segala sesuatu yang memungkinkan dari apa yang dilakukan seseorang dalam situasi tertentu.
The Big Five Personality : Conscientiousness
5
The Big Five adalah salah satu teori kepribadian yang dikemukakan oleh McCrae Costa, disebut juga model lima faktor yang dibangun berdasarkan pendekatan sederhana. Menurut McCrae & Costa (Feis J. & Feist G.J., 2009) faktor kepribadian merupakan strukur kepribadian yang sama saat mereka bertambah tua. Faktor-faktor kepribadian yang dimaksud sebagai berikut: a) Neuroticism: orang yang memiliki faktor kepribadian ini biasanya akan sangat sadar akan dirinya dan lebih emosional, b) Extraversion: orang yang memiliki faktor kepribadian ini akan cenderung memiliki kasih sayang, senang berkumpul dan menyenangkan, c) Opennes: orang yang memiliki faktor kepribadian ini biasanya merasa nyaman akan orang-orang asing di sertai mencari pengalaman yang bervariasi, d)Agreebleness: orang yang memiliki faktor kepribadian ini akan membedakan orang-orang secara lembut dan cenderung ramah kepada siapa saja, dan e) Conscientiousness: orang yang memiliki faktor kepribadian ini cenderung akan teratur, terkontrol dan fokus pada pencapaian dan memiliki disiplin pada diri sendiri. Dalam penelitian ini peneliti lebih fokus pada faktor kepribadian conscientiousness. Menurut McCrae & Alilik (dalam Feist, J. & Feist G.J., 2009) conscientiousness dapat disebut juga sebagai impuls control dan will to achieve yang dimana menggambarkan sebuah keteraturan dan kedisiplinan seseorang, biasanya orang tersebut sering disebut orang yang ambisius dan tepat waktu. Aspek Conscientiousness Menurut McCrae & Costa (dalam Pervin & John, 2010) faktor kepribadian Conscientiousness terdiri
dari beberapa aspek sebagai berikut:
1. Teratur Mengukur sejauh mana dapat melakukan sesuatu sesuai dengan aturan 2. Kompeten
6
Mengukur kemampuan sejauh mana dapat memutuskan dan menentukan suatu hal 3. Tenang Mengukur kemampuan untuk tidak gelisah, tidak kacau dan memiliki perasaan yang aman dan tenteram 4. Berjuang untuk mendapatkan prestasi Mengukur kemampuan untuk memperebutkan suatu hasil yang akan dicapai
Kematangan karir Definisi kematangan karir Kematangan karir awalnya disebut kematangan kejuruan (vocational maturity) dikembangkan kembali oleh Super (dalam Trisya, 2014) yang mendefinisikan bahwa kematangan karir sebagai tingkat perkembangan yang dimulai sejak kanak-kanak awal dalam pilihan fantasinya dan bergerak maju untuk mengasingkan diri dari pekerjaan. Konsep kematangan karir menggambarkan proses individu dapat memutuskan karir sesuai dengan tahapan perkembangan dan kemampuannya untuk berubah dalam menghadapi tugas-tugas perkembangan yang sedang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan karir Faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan karir menurut Paton & Cred (dalam Trisya, 2014) melakukan penelitian terhadap kematangan karir. Mereka menjelaskan 10 faktorfaktor yang mempengaruhi kematangan karir. Penjelasan mengenai faktor-faktor sebagai berikut:
1. Usia
7
Pengaruh akan tingkat pendidikan dan bertambahnya usia membuat seseorang menjadi meningkat akan kematangan karir. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi juga kematangan karirnya. 2. Jenis kelamin Pengaruh akan jenis kelamin belum ada perbedaan yang jelas akan hasil yang didapatkan dalam penelitian. 3. Status ekonomi sosial Walaupun banyak yang mengatakan status ekonomi sosial merupakan hal yang terpenting dalam perilaku karir, namun dari beberapa penelitian yang pernah ada belum pernah ada hasil yang signifikan antara status ekonomi dengan kematangan karir. 4. Perbedaan ras dan budaya Ada penelitian yang menunjukkan bahwa perbedaan budaya akan berpengaruh akan kematangan karir seseorang. 5. Bahan pengajaran Dari beberapa penelitian yang sudah pernah ada bahwa bahan pengajaran sangat berpengaruh dengan kematangan karir seseorang. Terutama bahan pengajaran tentang karir dan kerja, dibandingkan yang mendapatkan bahan ajaran yang pengetahuannya lebih umum. 6. Work Salience Peran penting akan sebuah pekerjaan akan berpengaruh secara signifikan dengan kematangan karir seseorang. Karena seseorang akan menilai bahwa pekerjaan yang dimilikinya akan berperan cukup tinggi akan kematangan karirnya. 7. Work experience
8
Pengalaman seseorang bekerja sangat berpengaruh pada kematangan karirnya. Semakin banyak seseorang memiliki pengalaman kerja semakin tinggi juga kematangan karir yang ia miliki. 8. Career indecision Kebimbangan karir seseorang juga turut berpengaruh akan kematangan karir seseorang. Semakin tinggi kebimbangan karir, kematangan karirnya semakin menurun. 9. Self-Esteem Individu yang memiliki self-esteem yang tinggi akan memiliki kematangan karir juga. 10. Self-Efficacy pengambilan Keputusan Karir Semakin tinggi self-efficacy yang dimiliki dan yang ingin dicapai seseorang akan semakin tinggi juga kematangan karirnya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan karir menurut Super (dalam Osipow, 1983) yang membagi faktor-faktor kematangan karir kedalam lima kelompok, yang dimaksud dalam lima kelompok adalah : 1. Faktor bio-sosial Informasi yang lebih spesifik, perencanaan, penerimaan, tanggung jawab dalam perencanaan karir, orientasi perencanaan karir yang berhubungan dengan bio-sosial seperti kecerdasan dan usia. 2. Faktor lingkungan Kematangan individu yang berkolerasi langsung dengan tingkat pendidikan, tingkat pekerjaan orang tua, dan stimulus budaya keluarga.
3. Prestasi individu
9
Meliputi prestasi akademik, kebebasan, dan partisipasi mereka didalam atau diluar akdemik. 4. Faktor vokasional Kematangan karir individu berkolerasi langsung dengan aspirasi vokasional, tingkat kesesuaian dan ekspetasi karir. 5. Kepribadian Meliputi konsep diri, fokus akan karir, bakat khusus, nilai/norma, dan tujuan hidup. Aspek-aspek kematangan karir Aspek-aspek kematangan karir menurut Super (dalam Creed & Patton, 2004) , yaitu: 1. Perencanaan karir Sejauh mana bisa berpikir dan merencanakan tentang segala sesuatu tentang karir. 2. Eksplorasi karir Mengukur kemauan dan kemampuan untuk menemukan dengan menggunakan sumber daya dengan baik sesuai perencanaan karir. 3. Informasi Mengukur pengetahuan terhadap tugas-tugas perkembangan yang penting, seperti menyelidiki minat-minat yang sesuai dengan bidang pendidikan untuk karirnya di masa depan. 4. Pengambilan keputusan Mengukur kemampuan dalam menerapkan prinsip pengambilan keputusan dan metode akan pemilihan karir.
Hubungan antara Conscientiousness dan Kematangan karir
10
Kematangan karir merupakan sebuah konsep yang mengacu pada kesiapan individu untuk mempersiapkan diri dalam membuat keputusan karir yang sesuai usia perkembangannya (Savickas, 1999). Menurut Barrick & Mount (dalam Friedman & Schustack, 2006) orang yang memiliki skor tinggi dalam conscientiousness akan bekerja dengan baik, terutama pada latar perusahaan. Ketekunan, tanggung jawab dan ketekunan mereka dapat membantu untuk mencapai sasaran yang dituju. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kematangan karir, salah satunya adalah faktor kepribadian. Hal tersebut didukung oleh Super (Osipow, 1983) yang menemukan bahwa faktor kepribadian merupakan prediktor yang penting untuk kematangan karir. Menurut Gohdes (dalam John & Srivastava, 1999 ) apabila individu yakin akan kemampuannya dalam mengambil keputusan karirnya di masa depan maka ia akan mencoba untuk terus melakukan sesuatu, mempunyai harapan akan hasil dari perilaku terebut dan berperilaku sesuai dengan cara-cara yang diarahkan untuk mencapai tujuannya tersebut. Mahasiswa yang memiliki conscientiousness yang tinggi akan menjadi pribadi yang lebih efektif, pengalaman dan motivasi (John & Srivastava, 1999). Seseorang yang memilki kematangan karir yang tinggi biasanya akan memiliki kepribadian yang memiliki prinsip dalam hal ini tercakup dalam orang yang memiliki conscientiousness yang tinggi. McCrae & Costa (dalam Farhadi, et al 2012) mengungkapkan bahwa conscientiousness merupakan faktor kepribadian yang memiliki sifat kepercayaan, kompetensi, tanggung jawab dan disiplin. Selain itu menurut Vardi dan Weitz (dalam Farhadi et al, 2012) orang yang memiliki skor conscientiousness dianggap memiliki jadwal yang terorganisir, memiliki perencaan yang baik, dan berprestasi. Dengan sifat-sifat ini menjadi hal yang diperlukan juga bagi orang memiliki kematangan karir yang tinggi karena orang seperti ini biasanya memiliki perencanaan
11
dan akan cenderung dapat diandalkan untuk mengejar sebuah tujuan untuk mencapai keberhasilan.
Hipotesis Berdasarkan landasan teori yang ada, maka rumusan hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah adanya korelasi positif antara faktor kepribadian Conscientiousness dengan Kematangan Karir pada Mahasiswa Psikologi Angkatan 2011-2012 UKSW
12
METODE PENELITIAN Variabel Penelitian Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah : 1.Variabel terikat
: Kematangan karir
2.Variabel bebas
: faktor kepribadian Conscientiousness
Partisipan Populasi adalah keseluruhan dari sampel penelitian (Arikunto, 2002). Populasi dari keseluruhan penelitian ini adalah mahasiswa psikologi Universitas Kristen Satya Wacana angkatan 2011-2012 berjumlah 224 mahasiswa. Populasi target pada penelitian ini adalah mahasiswa yang sudah memasuki semester angkatan terakhir untuk mengerjakan proposal atau sedang mengerjakan skripsi dan subjek masuk kategori mahasiswa aktif. Menurut Sugiyono (2012) sampel adalah sebagian dari populasi yang berkarakterisitik sama. Kriteria subjek merupakan mahasiswa aktif, angkatan 2011-2012 yang sedang mengerjakan skripsi atau proposal, berusia 19-25 tahun dan tidak sedang bekerja. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan convinience sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dimana peneliti mengambil subjek karena aksebilitas yang nyaman dan kedekatan antara subjek dengan peneliti dan paling mudah untuk ditemui. Pengukuran Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu mempresentasikan dengan data numerik, sesuai dengan pernyataan Simamora (dalam Azwar, 2003). Metode yang dikumpulkan oleh penulis dalam mengumpulkan data dengan menggunakan
13
skala psikologi. Skala psikologi merupakan teknik yang dapat mengumpulkan data dengan memberikan seperangkat pernyataan atau pertanyaan kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2003). Skala Kematangan Karir Skala kematangan karir yang dimodifikasi oleh peneliti yang telah dikembangkan oleh Creed and Patton (2004) dan diadaptasi oleh Trisya (2014). Skala kematangan karir memiliki 4 aspek yang dikenal dengan istilah Career Development Inventory. Dalam teknik penilaian menggunakan skala Likert dengan empat alternatif jawaban yaitu sangat sesuai, sesuai, netral, tidak sesuai dan sangat tidak sesuai dengan 14 aitem favorable dan 13 aitem unfavorable. Nilai aitem favorabel akan memiliki skor 5 untuk jawaban sangat sesuai (SS), 4 untuk jawaban sesuai (S), 3 untuk jawaban netral (N), 2 untuk jawaban tidak sesuai (TS), dan 1 untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS). Begitupun sebaliknya, untuk nilai unfavorabel akan memiliki skor 1 untuk jawaban sangat sesuai (SS), 2 atas jawaban sesuai (S), 3 untuk jawaban netral (N), 4 atas jawaban tidak sesuai (TS), dan 5 atas jawaban sangat tidak sesuai (STS). Dalam pengujian alat ukur penelitian sebelumnya koefisien reliabilitas yang dicapai sebesar 0,875 berarti alat ukur tersebut reliable (Trisya, 2014). Dari hasil daya diskriminasi aitem pada pengujian alat ukur ini oleh peneliti menggunakan try out terpakai. Daya diskriminasi aitem yang dihasilkan telah melewati dua kali perhitungan dengan 9 aitem yang gugur dengan daya diskriminasi aitem yang bergerak dari 0,229-0,654. Sementara itu uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach menghasilkan nilai sebesar 0,843 lebih besar dari 0,8 dan lebih kecil dari 0,9 sehingga kuisioner ini dikatakan reliabel menurut Guilford Futcher (dalam Azwar, 2008).
14
Skala Faktor Kepribadian Conscientiousness Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala. Variabel kepribadian Conscientiousness diukur dengan menggunakan skala yang sudah diaptasi dari The Big Five Inventory. Aitem dalam skala ini berjumlah 20 aitem faktor kepribadian Conscientiousness dengan menggunakan skala Likert 5 poin (sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, netral, dan sangat setuju). Skala faktor kepribadian yang digunakan pada penelitian ini adalah skala yang disusun oleh Oliver (dalam John O.P & Srivastava S., 1999) kemudian di modifikasi oleh peneliti. Skala tersebut dikenal dengan Big Five conscientiousness, skala tersebut tersusun atas aitem dalam bentuk Skala Likert yang memiliki 5 aspek yaitu teratur, tenang, berjuang untuk mendapatkan prestasi, dan kompeten. Pada
pengujian
alat
ukur
BFI
sebelumnya
oleh
Oliver,
dimensi
kepribadian
conscientiousness mendapatkan reliabilitas sebesar 0,82, lebih besar 0,7 sehingga kuisioner tersebut dinyatakan reliable. Dari hasil uji coba alat ukur dengan try out terpakai. Dari hasil daya diskriminasi aitem telah melawati 3 kali putaran dan menghasilkan daya diskriminasi aitem yang menggugurkan 5 aitem dengan daya diskriminasi aitem yang bergerak dari 0,250-0,673. Sementara itu uji reliabilitas terhadap variabel yang digunakan dalam penelitian ini memberikan nilai Alpha Cronbach sebesar 0,817 yang lebih besar 0,8 dan lebih kecil 0,9 sehingga kuisioner dinyatakan reliable menurut Guilford Futcher (Azwar, 2008).
15
HASIL Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dilakukan untuk melihat berdasarkan rata-rata (mean), standart deviasi, nilai maksimal dan minimal. Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat rata-rata dari masing-masing variabel, sebagai berikut: Faktor Kepribadian Conscientiousness Berdasarkan skala Faktor Kepribadian Conscientiousness terdapat 15 item valid. Berdasarkan hasil analisa dari skala Faktor Kepribadian Conscientiousness didapat skor tertinggi 75 dan skor terendah 15. Berikut adalah rumus pengkategorisasian tinggi rendah atau interval Faktor Kepribadian Conscientiousness. Tabel 1.1 Faktor Kepribadian Conscientiousness
Skor 15 ≤ x < 27
Kriteria Sangat
f
%
Min
0
0%
15
Max
Mean
rendah 27 ≤ x < 39
Rendah
4
3,33 %
39 ≤ x < 51
Sedang
28
23,3 %
51 ≤ x < 63
Tinggi
79
65,8 %
63 ≤ x ≤ 75
Sangat
9
4,2 %
54,13 75
16
tinggi Jumlah
120
SD =
100
7,093
x =skor faktor kepribadian conscientiousness
Dari tabel di atas, diketahui bahwa sebanyak 88 mahasiswa memiliki faktor kepribadian conscientiousness yang tinggi . Sedangkan sebanyak 4 mahasiswa memiliki faktor kepribadian conscientiousness yang rendah dengan rata-rata 54,13. Skor tertinggi pada kategori sangat tinggi dan skor terendah berada pada kategori sangat rendah. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel di atas.
Kematangan Karir Angket Kematangan karir disusun berdasarkan 27 item skala Career Maturity menurut Creed & Patton yang diadaptasi Trisya (2014). Pengkategorian tinggi rendahnya Kematangan Karir berdasarkan skor tertinggi adalah 90 dan skor terendahnya adalah 18 , dengan 5 kategori yaitu sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Berikut adalah tabel hasil pengkategorian: Tabel 1.2 Kematangan Karir Skor 18 ≤ x < 32,4
Kriteria Sangat rendah
f
%
0
0%
Min 18
Max
Mean
17
32,4 ≤ x < 46,8
Rendah
0
0%
46,8 ≤ x < 61,2
Sedang
12
10%
61,2 ≤ x < 75,6
Tinggi
77
64,2%
75,6 ≤ x ≤ 90
Sangat
31
25,8%
70,17 90
tinggi Jumlah
120
100
SD = 8,028
x = skor kematangan karir Dari tabel di atas, diketahui bahwa rata-rata responden memiliki kematangan karir berada pada kategori tinggi. Nilai tertinggi berada pada kategori sangat tinggi dan nilai terendah pada kategori sangat rendah. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel di atas.
Uji Asumsi Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji one sample-Kolmogrov Smirnov. Uji normalitas hanya dilakukan pada angket faktor kepribadian Conscientiousness. Hasil uji normalitas terhadap sampel yang berasal dari mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, didapat nilai Kolmogrov Smirnov angket faktor kepribadian Conscientiousness 0,876 (p > 0,05) sedangkan nilai Kolmogrov Smirnov angket kematangan karir sebesar 1,018 (p > 0,05). Hal ini berarti kedua data variabel berdistribusi normal.
18
Uji Linearitas Uji linearitas dilakukan untuk melihat data linear atau tidak. Uji linearitas dilakukan dengan melihat nilai F. Nilai F = .1,059 (p > 0,05), hal ini berarti uji linearitas terpenuhi. Uji Korelasi Dari hasil normalitas dan linearitas didapatkan bahwa berdistribusi normal dan data linear. Berdasarkan pada perhitungan Uji korelasi product moment pearson dari output SPSS terlihat bahwa nilai r = 0,477 (p < 0,05). Melihat hasil perhitungan tersebut Hi diterima dan H0 ditolak. Ini berarti disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara Faktor Kepribadian Conscientiousness dengan Kematangan Karir mahasiswa Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
PEMBAHASAN Dari hasil penelitian korelasi product pearson moment sebesar 0,477 dengan sig = 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara faktor kepribadian conscientiousness dan kematangan karir pada mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2011-2012 Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Hal ini menunjukkan bahwa ketika seseorang memiliki faktor kepribadian conscientiousness tinggi cenderung memiliki kematangan karir yang tinggi juga, begitupun sebaliknya apabila seseorang memiliki faktor kepribadian conscientiousness rendah cenderung memiliki kematangan karir yang rendah pula. Hasil ini mungkin terjadi, karena seseorang yang memiliki ciri-ciri teratur, tenang, memiliki kompeten dan berjuang untuk berprestasi pada faktor kepribadian conscientiousness biasanya akan mampu untuk berusaha bereksplorasi sesuai dengan minat dan bidang yang telah dikuasai. Individu yang demikian, biasanya lebih percaya diri untuk pengambilan keputusan karir ke
19
depan dan mencoba untuk mencari atau menggali informasi secara mendetail dan terus-menerus tentang karir yang diminatinya sehingga akhirnya bisa memutuskan dengan matang karir yang akan dimasukinya, mempersiapkan diri untuk kemajuan karirnya di masa datang (Super dalam Creed & Patton, 2004). Hal-hal ini merupakan ciri-ciri dari individu yang memiliki kematangan karir. Sebaliknya individu yang memiliki faktor kepribadian conscientiousness rendah biasanya akan merasa lebih santai, berjuang tidak penting bagi kehidupan mereka, dan cenderung menjadi kurang dan tidak terorganisir (Deacon, 2013). Hal ini mengakibatkan individu tersebut menjadi tidak percaya diri dalam pengambilan keputusan karir, lebih susah untuk bereksplorasi menemukan dan menggunakan sumber daya yang baik, susah untuk mengukur pengetahuannya untuk tugas-tugas perkembangan yang penting sesuai minatnya selama ini, yang merupakan ciriciri individu yang memiliki kematangan karir yang rendah. Pada dasarnya faktor kepribadian conscientiousness sangatlah penting pengaruhnya terhadap kematangan karir, karena individu yang memiliki skor conscientiousness yang tinggi memiliki sikap yang dapat merencanakan sesuatu dengan matang dan memiliki pendisiplinan pada diri sendiri (Heaven et al., 2013). Dengan adanya faktor kepribadian conscientiousness pada individu akan menjadikan orang tersebut memiliki pemikiran yang terencana dalam jangka panjang, memiliki jiwa kompeten, tenang, teratur dan dapat mencapai sebuah prestasi dengan baik yang memiliki ciri-ciri yang sama pada individu yang memiliki kematangan karir yang tinggi pada pengambilan keputusan karir, eksplorasi karir, mencari informasi dan perencanaan karirnya ke depan (Vardi dan Weitz, 2004). Hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti diperoleh sumbangan efektif sebesar 22,75% kematangan karir diprediksi oleh faktor kepribadian conscientiousness. Sedangkan sisanya
sebesar
77,25%
diprediksi
oleh
faktor
lain.
Memang
faktor
kepribadian
20
conscientiousness bukan hal yang mutlak mempengaruhi kematangan karir saja melainkan ada banyak faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kematangan karir tersebut. Jadi, secara umum dapat disimpulkan bahwa faktor kepribadian conscientiousness berhubungan positif dengan kematangan karir. Dimensi kepribadian conscientiousness bukan satu-satunya variabel yang dapat mempengaruhi kematangan karir. Terdapat variabel lain yang dapat mempengaruhi kematangan karir mahasiswa yaitu usia, jenis kelamin, status ekonomi sosial, perbedaan ras dan budaya, bahan pengajaran, Work Salience, Work experience, Career indecision, Self-Esteem, SelfEfficacy pengambilan keputusan karir (Paton & Cred, dalam Trisya, 2014). Super (dalam Osipow,1983) juga menyatakan ada faktor lain lagi yang dapat mempengaruhi kematangan karir seperti: faktor bio-sosial, faktor lingkungan, prestasi individu, faktor vokasional, dan kepribadian. Hal ini terlihat pada mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2011-2012 yang sudah mulai merencanakan membuat tugas akhir atau sudah mengerjakan tugas dan lulus untuk melanjutkan ke dunia pekerjaan yang sebenarnya.
21
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada hubungan positif dan signifikan antara faktor kepribadian conscientiousness dengan kematangan karir pada mahasiswa di Fakultas Psikologi angkatan 2011-2012 Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Hal tersebut berarti semakin tinggi faktor kepribadian conscientiousness yang dimiliki semakin tinggi kematangan karir mahasiswa. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah faktor kepribadian conscientiousness maka semakin rendah pula kematangan karir di Fakultas Psikologi angkatan 2011-2012. 2. Kematangan karir memiliki nilai rata-rata sebesar 70,17 sehingga dapat dikatakan bahwa kematangan karir pada mahasiswa di Fakultas Psikologi angkatan 2011-2012 di Universitas Kristen Satya Wacana di Salatiga termasuk dalam kategori tinggi(64,2%). 3. Faktor kepribadian conscientiousness memiliki rata-rata 54,13, yang menunjukkan bahwa mahasiswa di Fakultas Psikologi Angkatan 2011-2012 di Universitas Kristen Satya Wacana di Salatiga berada dalam kategori tinggi (65,2%). 4. Sumbangan efektif faktor kepribadian conscientiousness terhadap kematangan karir sebesar 22,75 %, sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain sebesar 77,25%.
22
Saran Bagi mahasiswa yang memiliki faktor kepribadian conscientiousness agar tetap mengeksplorasi dalam dirinya untuk masa depan dan mahasiswa yang memiliki kematangan karir agar tetap mengembangkan kematangan karirnya dengan baik dan dapat berguna buat masa depannya nanti. Bagi peneliti selanjutnya dapat memperluas cakupan populasi yang lebih besar agar lebih banyak variasi karakteristik pada mahasiswa. Faktor-faktor yang lain tidak dikontrol oleh peneliti seperti lingkungan sosial, jenis kelamin, intelegensi, perbedaan ras dan budaya, status sosial dan usia yang mempengaruhi kematangan karir. Oleh karena itu, untuk peneliti selanjutnya agar menambahkan variabel atau dapat mengontrol faktor-faktor tersebut yang mungkin dapat berhubungan dengan kematangan karir. Saran yang diberikan kepada dosen, dosen memberikan pengajaran tentang tujuan-tujuan karir mahasiswa ke depannya tidak hanya memberikan pengajaran secara teori tetapi juga memberikan pengajaran secara praktek agar mahasiswa mengerti arah dan tujuan kehidupannya ke masa depan.
23
Daftar Pustaka Alvares,M. (2008) .Career Maturity: a priority for secondary education. Electronic of Research In Educational Psychology. Vol.6 (3), No.16, 749-772 Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan Validitas (Edisi 3). Yogyakarta: Pustaka Pelajar ________ (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian (Suatu Pendekatan Praktek) ( Edisi Revisi V). Jakarta: Rineka Cipta. Barrick, M.R., &Mount,M.K. (1996). Effects of Impression Management and Self-Deception on the Predictive Validity of Personality Constructs. The Journal of Applied Psychology, 81(3), 261-272 Chaplin, J.P. (2011). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers Creed, P. A., & Patton, W. (2004). Predicting two components of career marturity in school based adolescent. Journal of Career development, 29, 4, 277. Deacon, L. (2013). Brilliant Psychology: How to Understand Yourself and Other People. Retrived February 20, 2015,from www.books.google.co.id. Farhadi,H., Fatimah,O., Nasir,R., & Shaharazad, Wan W.S. (2012) . Agreeableness and Conscientiousness as Antecedents of Deviant Behavior in Workplace. Malaysia: Asian Social Science, 8(9), 1-7. Retrieved March 7, 2015, from www.ccsenet.org/ass Feist,J & Feist G.J .(2009). Teori Kepribadian: Theories of Personality (7th ed).Jakarta
:
Salemba Humanika Friedman H.S., & Schustack M.W. (2006) . Kepribadian: Teori Klasik dan Riset Modern (Edisi ke 3). Jakarta : Erlangga Handoko, M. (2004). Perencanaan Karir Sejak Dini. Retrived March 23, 2015, from http//bruderfic.or.id./h-62/perencanaan-karir-sejak-dini.html.
24
Heaven Patrick C.L, Ciarocchi J., Leeson P., & Barkus E. (2013). Agreeableness, conscientiousness, and psychoticism: Distinctive influences of three personality dimensions in adolescence. British Journal of Psychology, Volume 104, page 481-494 John, O.P. & Srivastava, S. (1999). The Big Five Trait Taxonomy: History, Measurement, and Theoretical Perspectives. University of California, Berkeley, Institute of Personality and Social Research. Osipow, S.H. (1983). Theories of Career Development. New Jersey: Prentice-Hall Inc. Patton, Wendy A., & Lokan J. (2001) . Perspectives on Donald Super’s Construct of Career Maturity.Internasional Journal for Educational and Vocational Guidance, Volume 1, page 31-48 Pervin, L.A., & John, O.P. (2005) . Personality; Theory and research. 8ed. New York: Guilford Press
Pervin, L.A,. & John, O.P. (2010) . Psikologi Kepribadian Teori dan Penelitian Edisi Ke-9. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Rahmawati S. (2012) . Hubungan antara Self Efficacy dengan Kematangan Karir pada Mahasiswa Tingkat Awal dan Tingkat Akhir di Universitas Surabaya. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Ramdhani, N. (2003) . Pelatihan Pengembangan Karir Pribadi untuk Meningkatkan Daya Saing Lulusan Perguruan Tinggi. Skripsi .Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Savickas, M. (1999) . The transition from school to work: A developmental perspective. The Career Development Quarterly, 4, 326–336 Sugiyono. (2012) . Metodologi penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
25
Trisya, F. (2014) . Hubungan antara Self-Efficacy Pengambilan Keputusan Karir dengan Kematangan Karir Siswa SMK Sahid Surakarta. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Vardi, Y., &Weitz, E. (2004) . Misbehaviour in organizations: Theory, research, and management. Mahwah: Lawrence Erlbaum Associates.