HASIL SURVEI PAPARAN ASAP ROKOK KEPADA PEROKOK PASIF Endy Sjaiful Alim, Retno Mardhiati, Yusnidar Yusuf Peneliti Lemlitbang UHAMKA
[email protected] ABSTRAK Dampak asap rokok bukan hanya terkena pada perokok tapi juga dapat terkena pada orang yang tidak merokok (perokok pasif). Servei dilakukan untuk mengetahui seberapa sering paparan asap rokok dapat mengenai orang lain ditempat umum. Survei di lakukan di kota yang telah memiliki peraturan tentang pembatasan kawasan merokok diantaranya Palembang, DKI Jakarta, Bogor, Yogyakarta, Surabaya, Makassar, Pontianak, dan Bali. Hasil survey menunjukan bahwa paparan asap rokok yang mengenai orang lain di tempat umum 97,8 % dinyatakan pernah terjadi oleh responden, dan 2,2% responden menjawab tidak pernah terjadi. Kata Kunci : perokok pasif, aturan merokok, FCTC
1. Pendahuluan Dalam Undang-Undang Republik Indonedsia No. 36 tahun 2009 dalam pasal 14, dinyatakan bahwa setiap orang berhak atas kesehatan. Dan pasal 9 menegaskan setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, dapat diartikan adanya hak dan kewajiban bagi setiap warga Negara untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat dibutuhkan kesadaran setiap warga Negara untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Dalam tatanan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), terdapat perilaku tidak merokok. Namun kenyataan yang ada, Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007 menunjukkan penduduk yang berumur 10 tahun keatas sudah merokok setiap hari mencapai 24%. Jumlah batang rokok yang dihisap setiap hari 12 batang setiap hari, sedangkan anak usia 10-14 tahun memiliki perilaku merokok mencapai 0,7 %. Sedangkan menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) prevalensi perokok saat ini sebesar 34,7 Sekitar 2 dari 5 perokok saat ini menghisap 11-20 batang rokok setiap hari. Prevalensi merokok setiap hari pada kelompok umur 15-24 tahun sebesar 18,6 %, kelompok umur 25-34 tahun sebesar 31,1% dan kelompok umur 35-64 tahun
mencapai 31,3%. Umur pertama kali merokok 43,3 % menyatakan pada usia 15-19 tahun, dan anak berumur 5-9 tahun mulai merokok mencapai 1,7 % (Kemenkes, 2012). Data diatas menunjukkan masih tingginya prevalensi merokok. Dampak asap rokok bukan hanya terkena pada perokok tapi juga terkena pada orang yang tidak merokok. Dampak rokok disebabkan satu batang rokok mengandung 4000 bahan kimia termasuk 43 senyawa yang dapat menjadi pencetus kanker, antara lain kanker paru-paru, kanker nasofaring, kanker leher Rahim, dan kanker lainnya. Disamping itu, asap rokok dapat menyebabkan penyakit paru kronik, emfisema, penyumbatan pembuluh darah, penyakit jantung, dan kasus stroke (Kemenkes, 2012).
2. Metode Survei jajak pendapat tentang kondisi paparan asap rokok ini dilakukan merupakan bagian dari survey tentang pengendalian tembakau yang merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Survei jajak pendapat dilakukan di wilayah yang punya perda dan wilayah yang memiliki proyek percontohan peraturan tentang kawasan tanpa asap rokok. Wilayah yang terpilih : Palembang, DKI Jakarta, Bogor, Yogyakarta, Surabaya, Makassar, Pontianak, dan Bali. Pemilihan propinsi dan kabupaten/kota dilakukan secara random. Waktu penelitian dimulai sejak bulan Mei sampai Juni 2013. Populasi penelitian ini adalah masyarakat di kota terpilih yang sudah memiliki kartu identitas. Populasi penelitian ini adalah masyarakat dikota terpilih yang berada pada masa Early adulthood (masa awal dewasa) dan pada masa Middle age (masa dewasa lanjut), berarti masyarakat yang akan menjadi responden yaitu sebagian masyarakat yang berumur 18 – 50 tahun (Rohmah, 2001). Pemilihan kriteria umur awal dewasa dan dewasa lanjut karena adanya kebutuhan responden yang mampu berkomuikasi dan memiliki sikap yang dewasa.
3. Hasil Survey Paparan Asap Rokok 3.1. Terpapar Asap Rokok Orang Lain di Tempat Umum Survei Paparan asap rokok orang lain di tempat umum. Hasil yang diperoleh adalah 12% responden menyatakan selalu, 62,7% menyatakan sering, 23,1% menyatakan jarang dan 2,2% menyatakan tidak pernah sebagaimana tergambar dalam grafik berikut:
Gambar 1. Terpapar asap rokok orang lain ditempat umum
Tidak Pernah 2,2%
Selalu 12%
Jarang 23,1%
Sering 62,7%
3.2. Terpapar Asap Rokok Orang Lain di Angkutan Umum Survei Paparan asap rokok orang lain di angkutan umum. Hasil yang diperoleh adalah 6,9% responden menyatakan selalu, 44,7% menyatakan sering, 35,6% menyatakan jarang dan 12,8% menyatakan tidak pernah sebagaimana tergambar dalam grafik berikut :
Gambar 2. Terpapar asap rokok orang lain angkutan umum
6,9% 12,8% Selalu 35,6%
44,7%
Sering Jarang Tidak Pernah
3.3.. Terpapar Asap Rokok Orang Lain di Tempat Kerja Survei paparan asap rokok orang lain di tempat kerja. Hasil yang diperoleh adalah 8,5% responden menyatakan selalu, 31,4% menyatakan sering, 28,5% menyatakan jarang dan 31,6% menyatakan tidak pernah sebagaimana tergambar dalam grafik berikut :
Gambar 3. Terpapar asap rokok orang lain ditempat kerja
Tidak Pernah 31,4%
Sering 31,4%
Selalu 8,5%
Jarang 28,5%
3.4. Terpapar Asap Rokok Orang Lain di Rumah Survei Paparan asap rokok orang lain di dalam rumah. Hasil yang diperoleh adalah 5,3% responden menyatakan selalu, 21,7% menyatakan sering, 34,6% menyatakan jarang dan 38,4% menyatakan tidak pernah sebagaimana tergambar dalam grafik berikut :
Gambar 3. Terpapar asap rokok orang lain di dalam rumah
5,3% 21,7%
38,4%
Selalu Sering Jarang
34,6%
Tidak Pernah
4. Diskusi Dari hasil survey dapat kita cermati bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa adanya paparan asap rokok yang terhirup orang lain itu sangat sering terjadi. Bahkan kejadian ini sering terjadi ditempat umum . Sebagaimana ditunjukan dalam Grambar 1 ternyata paparan asap rokok di tempat umum sangat sering terjadi. Yang menjawab selalu terjadi 12 % dan yang
menjawab sering terjadi 62.7% . Sedang yang menjawab jarang terjadi 23,1 % dan yang menjawab tidak pernah 2,2 %. Dari data tersebut bisa ditarik kesimpulan yang menyatakan sering terjadi 74,7% (termasuk di dalamnya selalu terjadi). Kalau dibuat kategori lebih luas lagi yang menyatakan pernah terjadi 97,8 % yang menyatakan tidak pernah cuma 2,2%. Kalau lokasi pemaparan agak dipersempit di angkutan umum, paparan asap rokok kepada perokok pasif di angkutan masih cukup tinggi. Yang menjawab selalu terjadi di angkutan umum 6,9 %. Yang menjawab sering terjadi 44,7 %. Yang menjawab jarang terjadi 35,6 %. Dapat disimpulkan paparan asap rokok di angkutan umum pernah terjadi 87,2 % dan tidak pernah terjadi 12,8%. Paparan asap rokok yang mengenai orang lain di tempat kerja pernah terjadi 68,4 % yang tidak pernah terjadi 31,6 %. Paparan asap rokok yang mengenai orang lain di rumah, pernah terjadi 61,6 % dan yang tidak pernah 38,4 %. Dari hasil survey dapat disimpulkan resiko paparan asap rokok di tempat umum masih sangat tinggi, dan bila dicermati di tempat yang lebih privasi berangsur-angsur resiko paparan asap rokok menurun. Ini menunjukan masih perlunya sosialisasi aturan merokok di tempat umum, dan kesadaran akan pengaruh asap rokok yang dapat membawa resiko buruk bagi lingkungan terdekat (keluarga) bisa menjadi motivasi kepatuhan terhadap aturan merokok. Kejelasan aturan, serta kedisiplinan penerapan aturan juga dapat menekan resiko paparan asap rokok kepada perokok pasif, hal ini paling tidak dapat diamati dari data resiko paparan asap rokok di tempat kerja yang juga semakin menurun.
Referensi Hans
Tandra, (2013), Merokok dan cetak/0306/30/opini/398215.htm
kesehatan
:
http://www.kompas.com/kompas-
Global Tobacco Control Report 2008. Data merupakan estimasi dari laporan survey yang masuk dari tiap negara. Saffer H. (2010) Tobacco Advertising and Promotion. In: Jha P. Chaloupka Fl, eds. Tobacco Control in Developing Countries. Oxford, Oxford University Press. Retno Mardiyanti DKK (2013) Laporan Penelitian Survei 11 Kota JAJAK PENDAPAT MASYARAKAT TENTANG FRAMEWORK CONVENTION ON TABACCO CONTROL (FCTC), Lemlitbang UHAMKA-IISD