PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHITR RENDAH (BBLR)
Anita Megawati Fajrin* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya Email :
[email protected] Pendahuluan : BBLR (bayi berat lahir rendah) merupakan bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Berat lahir adalah berat bayi yang di timbang selama 1 jam setelah lahir. Dalam beberapa tahun ini, perhatian terhadap janin yang mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan sangat meningkat. Hal ini di sebabkan masih tingginnya angka kematian perinatal dan neonatal karena masih banyak bayi yang di lahirkan dengan berat badan bayi yang rendah. Menurut catatan medic di RSIA Kirana Sepanjang mengenai kejadian BBLR tahun 2014 jumlah bayi baru lahir secara keseluruhan sebanyak 833 dan BBLR sebanyak 245 (29,41%). Pada tahun 2015 jumlah bayi baru lahir secara keseluruhan sebanyak 679 dan BBLR sebanyak 322 (47,42%). Tujuan penelitian ini akan menghubungankan antara paparan asap rokok dengan kejadian BBLR di RSIA Kirana Sidoarjo. MetodePenelitian ini menggunakan metode analitik Korelasi . Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas dan bayi baru lahir di RSIA Kirana Sidoarjo dengan besar sampel 46 orang diambil menggunakan teknik pengambilan sampel non-probability sampling pendekatan accidental sampling. Variabel dalm penelitian ini adalah paparan asap rokok dan kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Instrumen penelitian ini menggunakan lembar kuesioner dan lembar pengumpul data. Data dianalisis dengan menggunakan Sprearman Rank Rho. Hasil: hasil penelitian diketahui bahwa hampir setengah dari responden (32,6%) melahirkan berat badan lahir rendah sebesar 15 responden. Hasil analisa data menggunakan uji Spearman rankdiketahui bahwap-value = 0,000 pada α = 0,05, karena p-value <α maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan antara ibu nifas yang terpapar asap rokok dengan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di RSIA Kirana Sidoarjo Tahun 2016. Berdasarkan nilai koefisien korelasi (r) = 0,829. Diskusi: ibu nifas yang terpapar asap rokok dengan bayi berat lahir rendah dalam kategori sangat kuat dan positif yang berarti semakin berat terpapar asap rokok maka semakin tinggi kemungkinan kejadian bayi berat lahir rendah Kata Kunci : Asap Rokok, BBLR PENDAHULUAN :
BBLR (bayi berat lahir rendah) merupakan bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Berat lahir adalah berat bayi yang di timbang selama 1 jam setelah lahir. Dalam beberapa tahun ini, perhatian terhadap janin yang mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan sangat meningkat. Hal ini di sebabkanmasih tingginnya angka kematian perinatal dan neonatal karena masih banyak bayi yang di lahirkan dengan berat badan bayi yang rendah. Meskipun bayi dapat tumbuh dewasa ia akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental (Saifuddin, 2010). Paparan asap rokok adalah orang-orang yang tidak merokok namun menjadi korban perokok karena terpapar dan turut menghisap asap, disamping asap utama yang dihembuskan balik oleh perokok. Asap rokok memiliki risiko yang cukup tinggi atas kanker paru-paru dan
jantung koroner, serta gangguan pernafasan. Bagi anak-anak di bawah umur, terdapat risiko kematian, mendadak akibat terpapar asap rokok (Ward, 2008). Menurut World Health Organization (WHO) (2008), kejadian BBLR di 25 negara berkembang adalah 23,6% dan di 11 negara maju adalah 5,9%. Berdasarkan Renacana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 dalam 5 tahun terakhir, Angka Kematian Neonatal (AKN) tetap sama yakni 19/1000 kelahiran, sementara untuk Angka Kematian Pasca Neonatal (AKPN) terjadi penurunan dari 15/1000 menjadi 13/1000 kelahiran hidup, angka kematian anak balita juga turun dari 44/1000 menjadi 40/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian pada kelompok perinatal disebabkan oleh Intra Uterine Fetal Death (IUFD) sebanyak 29,5% dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 11,2%, ini berarti faktor kondisi 85
ibusebelum dan selama kehamilan amat menentukan kondisi bayinya. Sedang di Indonesia menurut SDKI 2012 – 2013 angka kejadian BBLR adalah 6%. Sedangkan di Propinsi Jawa Timur angka kejadian BBLR adalah 6,3% Berdasarkan hasil survey pada tanggal 18 Februari 2016 data yang didapat yakni pada tahun 2014 jumlah bayi baru lahir secara keseluruhan sebanyak 833 dan BBLR sebanyak 245 (29,41%). Pada tahun 2015 jumlah bayi baru lahir secara keseluruhan sebanyak 679 dan BBLR sebanyak 322 (47,42%). Hal ini menunjukkan adanya peningkatkan yang signifikan kejadian BBLR. BBLR mempengaruhi proses adaptasi pernafasan waktu lahir sehingga mengalami asfiksia lahir dan hipotermi, karena hanya sedikitnya lemak tubuh dan sistem pengaturan suhu tubuh bayi baru lahir belum matang. Diantara ketiga permasalahan tersebut hipotermi merupakan pemicu terhadap terjadinya asfiksia dan gangguan pernafasan. Kondisi ini menunjukkan bahwa BBLR sangat membutuhkan tindakan untuk menjaga suhu tubuhnya tetap hangat. BBLR lebih mudah meninggal atau mengalami masalah kesehatan yang serius (Wilfrida, 2011). Penyebab BBLR ditinjau dari sudut pandang bayi antara lain cacat bawaan dan infeksi selama dalam kandungan. Penyebab BBL ditinjau dari sudut pandang ibu hamil adalah faktor genetik atau kromosom, infeksi, bahan toksik, radiasi, isufisiensi atau disfungsi pasenta, faktor nutrisi ibu, dan faktor-faktor lain seperti merokok, peminum alkohol, bekerja berat masa hamil, plasenta previa, kehamilan ganda, obat-obatan, umur kurang dari 20 tahun atau lebih 35 tahun, jarak kehamilan terlalu pendek (kurang dari 1 tahun), mempunyai BBLR sebelumnya, mengerjakan pekerjaan fisik beberapa jam tanpa istirahat, berat kurang dan kurang gizi, dan ibu perokok, pengguna obat terlarang, alkohol serta ibu hamil dengan masalah seperti : anemia berat, preeklampsia atau hipertensi, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih dan ginjal), hepatitis, IMS, HIV / AIDS, malaria, TORCH dan Kehamilan ganda (Bobak, 2008). Komponen yang terdapat pada asap rokok ternyata mampu melintasi barier plasenta, sehingga dengan bebas masuk ke tubuh janin. Nikotin dan CO akan menyebabkan pengecilan diameter pembuluh darah di plasenta dan pada
tali pusat bayi, dengan demikian akan mengurangi aliran darah dari ibu ke janin. Fungsi plasenta juga akan terganggu, sehingga fungsi nutrisi ke janin juga akan mengalami gangguan. Nikotin yang terdapat di dalam darah janin akan mengganggu pernafasan janin dikarenakan terdapat gangguan pada otot-otot pernafasan janin. Dampak negatif rokok dan asapnya terhadap ibu hamil dan janin antara lain : Berat badan janin lebih rendah dari normal (pertumbuhan janin terhambat) dan kondisi ini sangat mempengaruhi tumbuh kembang janin/bayi selanjutnya karena dengan berat badan yang tidak normal, maka akan mudah sekali terjadi hambatan tumbuh-kembang, Kematian janin di dalam rahim, Meningkatkan risiko kematian janin mendadak (Sudden Infant Death Syndrome/SIDS) (Djauzi, 2005). Dampak mikro dari terjadinya BBLR akibat dari pengaruh asap rokok adalah terjadinya asfiksia pada BBLR sehingga menyebabkan proses perawatan bayi yang lebih sulit dan pada akhirnya dapat menimbulkan permasalahan peningkatan resiko kematian pada bayi. Secara makro permasalahan BBLR yang mengalami asfiksia adalah terjadinya peningkatan angka kematian bayi (Yuliani, 2010). Ibu hamil yang terpapar asap rokok berada di lingkungan yang tidak menunjang untuk tumbuh kembang janin dengan sempurna, dengan demikian berbagai resiko dapat terjadi. Resiko yang mungkin terjadi pada ibu hamil dengan paparan asap rokok adalah resiko abortus lebih tinggi, kualitas nutrisi embrio/janin tidak maksimal, fungsi plasenta tidak maksimal, gerak otot pernafasan janin berkurang berakibat pada bayi setelah lahir, bayi dengan berat badan lahir rendah lebih sering terjadi sehingga gangguan resiko terjadinya kesehatan pada bayi lebih sering, resiko kelahiran dengan bayi prematur juga lebih sering ditemui (Manuaba, 2010) Meningkatkan kualitas asupan nutrisi, menghindari paparan asap rokok dan menjaga ibu hamil dari infeksi merupakan upaya untuk mencegah terjadinya BBLR. Pemberian makanan tambahan dan zat besi pada ibu hamil yang terpapar asap rokok dan berasal dari Gakin dapat meningkatkan kondisi status gizi ibu hamil. Sedangkan untuk mencegah terjadinya kekurangan energy kronis pada ibu hamil yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang asupan nutrisi ibu hamil yang memadai maka 86
perlu dilakukan pemberian penyuluhan dan konseling pada saat ANC (Rochjati, 2007). Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang terjadi maka penulis tertarik untuk mengambil judul tentang “Hubungan Antara Paparan Rokok dengan Kejadian BBLR di RSIA Kirana Sidoarjo tahun 2016” METODE PENELITIAN Berdasarkan ruang lingkup penelitian termasuk jenis penelitian inferensial. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik korelasional. Berdasarkan tempat penelitian termasuk jenis penelitian lapangan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas dan bayi baru lahir di RSIA Kirana Sidoarjo. HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Data frekuensi berdasarkan usia pada ibu nifas dan bayi baru lahir di RSIA Kirana SidoarjoTahun2016 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia pada ibu nifas dan bayi baru lahir di RSIA Kirana SidoarjoTahun 2016 Usia <20 tahun 20-35 tahun >35 tahun Jumlah
Frekuensi 3 35 8 46
Persentase 6,5 76,1 17,4 100
Sumber: Data Primer, 2016
Berdasarkan Tabel 1 dapat diintepretasikan bahwa hampir seluruhnya (76,1 %) dari responden berusia 20-35tahun sebanyak 35 ibu. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Data frekuensi berdasarkan pendidikan pada ibu nifas dan bayi baru lahir di RSIA Kirana Sidoarjopada tahun 2016 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikanpada ibu nifas dan bayi baru lahir di RSIA Kirana Sidoarjo Pada Tahun 2016 Pendidikan
Frekuensi
Persentase
Pendidikandasar
6
13,0
Pendidikanmenengah Pendidikantinggi
34 6
73,9 13,0
46
100
Jumlah
Berdasarkan Tabel 2 dapat diintepretasikan bahwa sebagian besar dari responden(73,9 %) berpendidikan menengah sebanyak 34ibu. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Data frekuensi berdasarkan pekerjaan pada ibu dan bayi baru lahir di RSIA Kirana Sidoarjo Pada tahun2016 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaanpada ibu nifas dan bayi baru lahir di RSIA Kirana Sidoarjo Pada Tahun 2016 Pekerjaan
Frekuensi
Persentase
Bekerja
13
28,3
Tidakbekerja
33
71,7
Jumlah
46
100
Sumber: Data Primer, 2016
Berdasarkan Tabel 3 dapat diintepretasikan bahwa sebagian besardari responden (71,7 % )tidak berkerja sebanyak 33 ibu. Ibu nifas yang terpaparasaprokok di RSIA Kirana SidoaroTahun 2016 Data frekuensi berdasarkan ibunifas di RSIA Kirana Sidoarjo Tahun 2016 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 4 Distribusi Frekuensi ibunifas di RSIA Kirana SidoarjoTahun 2016. Terpapar Asap Rokok Terpapar asap rokok Tidak terpapar asap rokok Jumlah
Frekuensi 19
Persentase 41,3
27
58,7
46
100
Sumber: Data Primer, 2016
Berdasarkan Tabel 4 dapat diintepretasikan bahwa sebagian besar dari responden (58,7%) tidakterpapar asap rokok sebanyak 27 ibu. Berat Badan Lahir Rendah di RSIA Kirana SidoarjoTahun 2016 Data frekuensi berdasarkan berat badan lahir rendah di RSIA Kirana Sidoarjo Tahun 2016 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 5 Distribusi Frekuensi berat badan lahir rendah di RSIA Kirana Sidoarjo Tahun 2016. Kejadian BBL BBLR Normal Jumlah
Frekuensi 15 31 46
Persentase 32,6 67,4 100,0
Sumber: Data Primer, 2016
Sumber: Data Primer, 2016
87
BerdasarkanTabel 5 dapat diintepretasikan memiliki kejadian BBL dalam kategori normal bahwa sebagian besar dari responden (67,4%) sebanyak 31 bayi. Tabel 6 Hubungan antara ibu nifas dengan bayi berat lahir rendah di RSIA Kirana SidoarjoTahun 2016 Kejadian BBLR Terpapar Asap Rokok Terpapar Asap Rokok Tidak terpapar Jumlah
BBLR Frekue nsi
%
15
32,6%
0 15
Total
Normal Frekue nsi
%
Frekue nsi
4
8,7%
19
0,0%
27
58,7%
27
32,6%
31
67,4%
46
p-value = 0,000
% 41,3 % 58,7 % 100,0 %
(r)= 0,829
Sumber: Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa ibu nifas yang tidak terpapar rokok dengan kejadian BBLR dalam kategori normal, yaitu 27 responden (58,7%). Hasil analisa data menggunakan ujiSpearman rankdiketahui bahwap-value = 0,000 pada α = 0,05, karena pvalue <α maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan antara ibu nifas sebagai yang terpapar asap rokok dengan kejadian bayi berat lahir rendah di RSIA Kirana Sidoarjo Tahun 2016.Berdasarkan nilai koefisien korelasi (r) = 0,829 maka dapat diinterpretasikan bahwakuat hubungan ibu nifas sebagai yang terpapar asap rokokdengan bayi berat lahir rendah dalam kategori sangat kuat dan positif yang berarti semakin berat sebagai yang terpapar asap rokok maka semakin tinggi kemungkinan kejadian bayi berat lahir rendah PEMBAHASAN : Kehamilan letak sungsang pada ibu bersalin di Identifikasi ibu nifas yang terpapar asap rokok di RSIA Kirana Sidoarjo Tahun 2016 Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar dari responden (58,7%) merupakan tidak terpapar asap rokok 27 responden. Disebutkan perokok adalah seseorang yang suka merokok, disebut perokok bila orang tersebut yang merokok secara aktif, dan disebut terpapar asap rokok bila orang tersebut hanya menerima asap rokok saja, bukan melakukan aktivitas merokok sendiri (KBBI, 2012). Menurut penelitian yang telah dilakukan Sutrisno tahun 2013 bahwa usia ibu <19tahun menjadikan faktor risiko pada kelahiran bayi BBLR dikarenakan ibu masih dalam masa pertumbuhan sehingga organ reproduksi ibu masih belum siap untuk tempat perkembangan janin oleh karena itu
janin kekurangan nutrisi selama pertumbuhan dan perkembangannya di dalam rahim. Dalam asap rokok terkandung radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan endoktel, peningkatan vasokonstriktor, dan penurunan vasodilator sehingga terjadi PPOK (penyakit paru obstruktif kronik), selain itu radikal bebas juga dapat menyebabkan defisiensi asam folat. Sedangkan nikotin yang juga terkandung dalam asap rokok dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah yang dapat menyebabkan hipertensi sehingga terjadi penurunan suplai makanan dan oksigen fetus. Akibatnya secara tidak langsung, hipertensi, PPOK, dan defisiensi asam folat akan menimbulkan gangguan pertumbuhan fetus yang pada akhirnya akan dapat mempengaruhi BBL. Ibu hamil dengan usia <19 tahun maupun ibu dengan usia >35 tahun tahun akan mendapatkan perhatian yang lebih, dikarenakan organ reproduksi yang berbeda dari ibu dengan usia produktif. Usia merupakan salah satu faktor risiko pada kehamilan, oleh karena itu sebaiknya ibu disarankan untuk melakukan ANC rutin agar ibu mendapatkan pengawasan dari bidan atau tenaga kesehatan yang lain. Ibu hamil juga harus mengerti bagaimana paparan asap rokok berbahaya bagi kesehatan ibu dan juga janin yang dikandung. Zat-zat yang terkandung dalam asap rokok dapat mengganggu perkembangan janin dan plasenta. Janin sangat bergantung pada plasenta dikarenakan janin mendapatkan suplai makanan dan oksigen dari plasenta. Oleh karena itu diharapkan plasenta tetap dalam keadaan sehat. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar dari responden (54,3%) berpendidikan menengah yaitu sebanyak 34 ibu 88
dari 46 responden.Menurut penelitian yang telah dilakukan Maidarti pada tahun 2015 pengetahuan ibu hamil tentang bahaya rokok perlahan-lahan sudah diketahui tetapi ada saja ibu hamil yang tidak mengetahui tentang bahaya merokok, hal ini biasanya pada ibu hamil yang berpengetahuan kurang atau faktor lainnya, pada dasarnya ibu hamil merokok dikarenakan stress sehingga berkeinginan untuk mengkonsumsi rokok, penyebab lainnya pada ibu hamil yang merokok dikarenakan faktor pendidikan sehingga ibu hamil mempunyai keinginan untuk merokok. Faktor pengetahuan suami yang kurang mengetahui tentang bahaya rokok yaitu dimana suami yang merokok didalam rumah saat bersama istri dan anak-anaknya sehingga dampak buruk pada ibu hamil yang terpapar asap rokok dapat membahayakan kehamilan dan janin, hal ini dikarenakan suami kurang mengetahui tentang dampak buruk pada anak dan istri yang sedang hamil. Bahaya merokok bagi kesehatan menurut Tandra (2006) adalah dapat menimbulkan berbagai penyakit. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat dari merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan perokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya (Depkes, 2011). Terpapar asap rokok merupakan seseorang atau sekelompok orang yang menghirup asap rokok orang lain. Telah terbukti bahwa terpapar asap rokok mengalami risiko gangguan kesehatan yang sama seperti perokok aktif, yaitu orang yang menghirup asap rokoknya sendiri (Bustan, 2007) Pengetahuan bahaya asap rokok perlu diketahui bagi ibu hamil dan suami ibu hamil, pada umumnya para suami yang merokok tidak mengetahui dan tidak memperdulikan istrinya yang sedang hamil, pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun media massa. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar dari responden (71,7%) tidak bekerja yaitu sebanyak 33 ibu dari keseluruhan 46 responden. Sebagai ibu rumah tangga maka kegiatan responden lebih banyak berkonsentrasi di dalam rumah, sehingga dapat menghindari dampak adanya paparan asap rokok yang berlebih. Secara umum responden memiliki
rumah dengan ventilasi yang cukup dengan demikian untuk sirkulasi udara cukup baik. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada Sutrisno pada tahun 2013 faktor lingkungan antara lain akibat dari paparan asap rokok. Lama terjadinya paparan asap rokok pada ibu hamil setiap harinya mempengaruhi besarnya risiko terjadinya BBLR. BBLR disebabkan oleh 7 (tujuh) faktor yaitu : genetik (faktor gen, interaksi lingkungan, berat badan ayah, jenis kelamin), kecukupan gizi (nutrisi ibu ketika hamil, kecukupan protein dan energi, kekurangan nutrisi), karakteristik dan berat ibu (berat ibu ketika hamil, paritas, jarak kelahiran), penyakit (infeksi di masyarakat seperti malaria, anaemia, syphilis, rubella), komplikasi kehamilan (eklamsi, infeksi ketika melahirkan), gaya hidup ibu (merokok dan mengkonsumsi alkohol) dan lingkungan (polusi, faktor sosial ekonomi) (WHO, 2007). Ibu hamil yang bekerja di luar rumah cenderung beresiko terpapar asap rokok, meningkatnya jumlah konsumsi rokok menjadikan paparan asap rokok mudah ditemui di lingkungan manapun. Hal ini ibu yang sedang hamil diharapkan untuk mengindari adanya paparan asap rokok yang dapat membahayakan janinnya. Identifikasi Bayi Berat Lahir Rendah di RSIA Kirana SidoarjoTahun 2016 Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar Berat Badan Lahir (67,4%) memiliki kejadian BBLR dalam kategori normal yaitu sebanyak 31 ibu dari 46 responden. BBLR (bayi berat lahir rendah) merupakan bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang selama 1 jam setelah lahir. Dalam beberapa tahun ini, perhatian terhadap janin yang mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan sangat meningkat, hal ini di sebabkan masih tingginya angka kematian perinatal dan neonatal Karena masih banyak bayi yang di lahirkan dengan berat badan bayi yang rendah. Meskipun bayi dapat tumbuh dewasa bayi akan mengalami gangguan pertumbuhan, baikfisikmaupun mental (Saifuddin, 2010). BBLR mempengaruhi proses adaptasi pernafasan waktu lahir sehingga mengalami asfiksia lahir dan hipotermi, karena hanya sedikitnya lemak tubuh dan sistem pengaturan suhu tubuh bayi baru lahir belum matang. Diantara ke dua permasalahan tersebut hipotermi merupakan 89
pemicu terhadap terjadinya asfiksia dan gangguan pernafasan. (Wilfrida, 2011). Sebagian besar responden memiliki bayi dalam kondisi normal dalam arti sebagian besar bayi responden dilahirkan dengan berat badan lebih dari 2500 gram. Kondisi ini menunjukkan bahwa bayi responden yang dilahirkan tidak terlalu banyak mengalami permasalahan adaptasi setelah dilahirkan karena kondisi tubuhnya sudah siap untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan di luar kandungan. Permasalahannya masih banyak bayi yang dilahirkan dalam kondisi BBLR yaitu sebanyak 15 dari 46 responden. Kondisi ini menunjukkan bahwa masih banyaknya proses kehamilan yang kurang mendapatkan perhatian sehingga memberikan dampak pada terjadinya kelahiran bayi dalam kategori BBLR. Hubungan antara ibu nifas sebagai terpapar asap rokok dengan bayi berat lahir rendah di RSIA Kirana SidoarjoTahun 2016 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hampir setengah dari responden (32,6%) melahirkan berat badan lahir rendah sebesar 15 responden. Hasil analisa data menggunakan uji Spearman rankdiketahui bahwap-value = 0,000 pada α = 0,05, karena p-value <α maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan antara ibu nifas yang terpapar asap rokok dengan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di RSIA Kirana Sidoarjo Tahun 2016.Berdasarkan nilai koefisien korelasi (r) = 0,829 maka dapat diinterpretasikan bahwakuat hubungan ibu nifas yang terpapar asap rokok dengan bayi berat lahir rendah dalam kategori sangat kuat dan positif yang berarti semakin berat terpapar asap rokok maka semakin tinggi kemungkinan kejadian bayi berat lahir rendah. Menurut Stillman, kelahiran BBLR pada ibu nifas asap rokok oleh paparan karbon monoksida (CO) yang terus menerus selama ibu hamil. Karbon monoksida (CO) dapat diikat di dalam haemoglobin ibu, sehingga mengakibatkan menurunnya kapasitas pengangkutan oksigen (O2) di dalam darah ibu, dan pada akhirnya tubuh janin akan menerima oksigen yang lebih sedikit. Selain karbon monoksida, nikotin yang dihasilkan dari asap rokok kemudian terhisap oleh ibu saat hamil juga dapat menurunkan perfusi plasenta. Nikotin yang masuk ke dalam darah ibu dapat melewati plasenta dan mempengaruhi beberapaorgan tubuh janin. Dampak dari pengaruh zat-zat tersebut adalah
pertumbuhan bayi di bawah normal (Irnawati, 2007). Wanita yang terpapar asap rokok cenderung lebih sering mengalami gangguan pada kehamilannya karena kandungan zat kimia pada asap rokok lebih tinggi dibandingkan perokok aktif. Wanita hamil yang terpapar asap rokok sering kali mengalami gangguan selama kehamilan seperti abortus, berat badan lahir rendah, pre eklampsi, abruptio plasenta dan ketuban pecah dini. Kandungan tar dalam asap rokok merupakan radikal bebas yang akan merusak komponen molekul utama dari sel tubuh dan dapat mengganggu integritas sel, berkurangnya elastisitas membran, termasuk selaput ketuban sehingga rentan mengalami rupture. Asap rokok yang terhirup lebih berbahaya karena empat kali lebih banyak mengandung nikotinyang merupakan radikal bebas. Asap rokok memiliki sedikitnya 4 jenis radikal bebas yang berbeda. Radikal bebas akan merusak komponen molekul utama dari sel tubuh yaitu lipid, protein DNA, serum tembaga dan asam askorbat dalam plasma darah. Dengan berkurangnya serum tembaga danasam askorbat dalam plasma darah dapat mengurangi elastis selaput ketuban sehingga rentan mengalami ruptur/robek. Menurut Stillman, kelahiran BBLR pada ibu hamil paparan asap rokok diakibatkan oleh paparan karbon monoksida (CO) yang terus menerusselama ibu hamil. Karbon monoksida (CO) dapat diikat di dalam haemoglobin ibu, sehingga mengakibatkan menurunnya kapasitas pengangkutan oksigen (O2) di dalam darah ibu, dan pada akhirnya tubuh janin akan menerima oksigen yang lebih sedikit. Selain karbon monoksida, nikotin yang dihasilkan dari asap rokok perokok aktif kemudian terhisap oleh ibu hamil juga dapat menurunkan perfusiplasenta. Nikotin yang masukkedalam darah ibu dapat melewati plasenta dan mempengaruhi beberapa organ tubuh janin. Dampak dari pengaruh zat-zat tersebut adalah pertumbuhan bayi di bawah normal. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian paparan asap rokok pada ibu nifas di RSIA Kirana Sidoarjo Thaun 2016 didapatkan ada hubungan positif antara paparan asap rokok dengan kejadian BBLR. Makin berat sebagai perokok pasif maka semakin tinggi kemungkinan kejadian berat terpapar asap rokok maka semakin tinggi kemungkinan 90
kejadian bayi berat lahir rendah. Saran Hasil penelitian ini dapat menjadikan masukan dan pengetahuan serta kesadaran masyarakat tentang Hubungan Antara Paparan Asap Rokok dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). DAFTAR PUSTAKA Amalia, 2006. Rokok dan Perempuan. www.penulislepas.com Amasha. H, Jaraeh. M. 2012. Effect of Active and Passive smoking during pregnancy on its outcomes. Healt. Science Journal, Volume 6, Issue 2 (April-June 2012). Andarini, S. 2013. Pengaruh Rokok terhadap Ibu Hamil dan Neonatus, Tinjauan di Rumah Sakit Persahabatan.Jurnal Respir Indo Vol. 33, No. 3, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,Juli 2013. Arief, dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius. Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI. Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta. Ayuati dan Mahardika, Alena.2012.PantanganPantangan Ibu Hamil, Hal- hal yang Tidak Boleh dan Boleh dilakukan Ibu Hamil.Yogyakarta : Araska. Azwar, Saifuddin. 2010.Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bobak, 2008. Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC. Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2. Jakarta: Rineka Cipta. Davids. 2011. Tobacco Use Before, During, or After Pregnancy. APregnancy Risk Assesment Monitoring System Quarterly Report.V.2.No.1.Page 1-6. Depkes RI., 2007. Pedoman Pelayanan Antenatal. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. Depkes. 2006. Panduan Promosi TidakMerokok. Jakarta: Depkes RI Djauzi. 2005. Panduan Hidup Sehat, dari Soal Pemeriksaan Kesehatan Sampai Vertigo. Jakarta Fidianty I. dan Noviastuti., 2010. Kecemasan pada Wanita Hamil Pasca Abortus. FK UNDIP
Hanifa Wiknjosastro. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo Husaini Usman. 2006. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. KBBI. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Mackay, J. & Eriksen, M,.2007. The Tobacco Atlas . Switzerland : World Healt h Organization. Manuaba, Ida Ayu Chandranita, Ida Bagus Gde Fajar Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC. Mochtar, Rustam. 2006.Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC. Octafrida, Dina. 2011. Hubungan Merokok dengan Katarak di Poliklinik Mata Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Universitas Sumatra Utara. Prawirohardjo, 2006. Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina PustakaSarwono Prawirohardjo. Proverawati, 2010. Ilmu Gizi untuk keperawatan dan Gizi kesehatan. yogyakarta: Nuha Medika. Rochjati. 2007. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil, Pengendalian Faktor Risiko, Deteksi Dini Ibu Hamil Resiko Tinggi. Surabaya : Airlangga University Press. Simpson. 2010. Tembakau: Ancaman Global. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Sitepoe, Mangku. 2010. Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta: Grasindo. Sitepoe. 2008. Usaha Mencegah Bahaya Rokok. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta. Syamsu, Yusuf. 2006. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ward.2008. Sistem Kardiovaskular at a. Glance, 3th Edition, London: Blackwell Publishing. Yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan pada anak. Jakarta: CV. Sagung Seto
91