HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Sekolah SMA Budi Mulia terletak di Jalan Kapten Muslihat nomor 22 Bogor. Sekolah ini terletak di pusat keramaian dan letaknya sangat strategis sehingga banyak kendaraan umum yang melaluinya. SMA Budi Mulia Bogor memiliki bangunan sekolah seluas 1835m 2 dan luas ruang kelas 72m 2 . Fasilitas fisik yang dimiliki meliputi ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, perpustakaan, laboratorium (komputer, fisika, kimia dan biologi), ruang hotspot, ruang seni, ruang kegiatan, ruang konseling, kantin, gudang, toilet dan UKS (Unit Kesehatan Siswa). Fasilitas lahan yang ada terdiri atas lapangan olahraga dan lapangan parkir. SMA Budi Mulia Bogor merupakan salah satu sekolah swasta favorit yang unggul di Kota Bogor. Visi dari sekolah ini adalah “SMA Budi Mulia unggul dalam pembentukan kedewasaan pribadi berdasarkan semangat kebersamaan, kekeluargaan guna meningkatkan profesionalisme yang diwujudkan melalui keteladanan dan cinta kasih”. Saat ini SMA Budi Mulia Bogor dikepalai oleh Dra. Cecilia Hendrawati. Guru dan pegawai SMA Budi Mulia Bogor berjumlah 43 orang. Jumlah siswa/siswi SMA Budi Mulia Bogor adalah 719 orang dengan rincian 260 orang kelas X, 259 orang kelas XI, dan 200 orang kelas XII. Waktu belajarnya dimulai dari pukul 07.15 s.d. pukul 13.30 untuk semua kelas. Selain kegiatan intrakurikuler, SMA Budi Mulia Bogor juga mendukung kegiatan ekstrakurikuler akademik dan nonakademik. Karakteristik Remaja Putri Contoh dalam penelitian ini adalah siswa remaja putri SMA Budi Mulia Bogor kelas XI. Tabel 3 menjelaskan karakteristik remaja putri berdasarkan karakteristik individu dan status gizi remaja putri. Karakteristik individu yang diamati meliputi usia dan asal daerah. Contoh dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan dengan jumlah contoh sebanyak 60 orang yang terdiri dari 35 orang berstatus gizi normal dan 25 orang berstatus gizi gemuk/obes. Usia Remaja Putri Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa contoh dalam penelitian ini berusia 15-17 tahun. Pada kelompok usia 16 tahun remaja putri berstatus gizi normal berjumlah 82.9% dan remaja putri berstatus gizi gemuk/obes berjumlah 72%.
2
Rentang usia remaja putri dalam penelitian ini termasuk dalam masa remaja pertengahan (15-18 tahun). Hasil uji t menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara usia remaja putri yang berstatus gizi normal dan gemuk/obes (p>0.05). Asal Daerah Remaja Putri Persentase remaja putri yang berasal dari Bogor pada kelompok normal sebesar 88.6% dan pada kelompok gemuk/obes sebesar 96%. Hasil uji Chisquare menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara asal daerah kedua kelompok remaja putri (p>0.05). Tabel 3 Sebaran remaja putri berdasarkan karakteristik individu dan status gizi Status Gizi Karakteristik Individu Usia 15 tahun 16 tahun 17 tahun Total
Normal
Gemuk/Obes
Total
n
%
n
%
n
%
0 29
0 82.9 17.1
1
4 72
1 47
1.7
18
78.3
24
12
100
6 25
100
60
20 100
31 4
88.6 11.4
24 1
96 4
35
100
25
100
55 5 60
92 8 100
6 35
Asal daerah Bogor Luar Bogor Total
Karakteristik Keluarga Remaja Putri Tabel 4 menjelaskan tentang kondisi sosial ekonomi keluarga remaja putri yang dilihat berdasarkan jumlah anggota keluarga, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua dan pendapatan orangtua. Besar Keluarga Besar keluarga menurut BKKBN (2009) dibagi menjadi keluarga kecil jika jumlah anggota keluarga 5 4 orang, sedang jika 5-6 orang dan besar jika z 7 orang. Tabel 4 menunjukkan bahwa besar keluarga kedua kelompok remaja putri merupakan keluarga kecil (58.3%) dan sedang (41.7%). Menurut Suhardjo (1996), semakin banyak anggota keluarga, maka makanan untuk setiap orang akan berkurang, akan tetapi dalam penelitian ini besar keluarga tidak menjadi faktor utama yang berpengaruh besar terhadap konsumsi pangan remaja putri. Hal ini diduga karena remaja putri yang menjadi contoh dalam penelitian ini
28
berasal dari keluarga yang tingkat pendapatan orangtuanya tergolong menengah ke atas. Hasil uji t menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata antara besar keluarga remaja putri berstatus gizi normal dan gemuk/obes (p>0.05). Tabel 4 Sebaran remaja putri berdasarkan kondisi sosial ekonomi keluarga dan status gizi Karakteristik Keluarga
Besar Keluarga Kecil
Status Gizi Normal
Gemuk/Obes
n
%
n
%
n
%
35
58.3 41.7
Total
21
60
14
Sedang Besar
14
11
56 44
0
40 0
0
0
25 0
Total
35
100
25
100
60
100
0 4
1
4
1
1.7
0 11
0 44
4 26
6.7 43.3
0
Pendidikan Orang tua SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat
15
0 11.4 42.9
Perguruan Tinggi/Sederajat Total
16 35
45.7 100
13 25
52 100
29 60
48.3 100
6
17.1
2
8
8
13.3
Pegawai Swasta Wiraswasta Polisi/ABRI Lainnya
18 9
51.4
12
25.7
9
48 36
30 18
50 30
0 2
0 5.7
0 2
0 8
0 4
0 6.7
Total
35
100
25
100
60
100
< Rp 2.000.000 Rp 2.000.000-
2 12
5.7 34.3
3 10
12 40
5 22
Rp 3.000.000 - Rp 5.000.000 > Rp 5.000.000
14 7
40 20
5 7
20 28
19 14
8.3 36.7 31.7
Total
35
100
25
100
60
Pekerjaan Orang tua PNS
Pendapatan Orang tua
23.3 100
Pekerjaan Orangtua Pekerjaan orangtua (ayah) remaja putri terdiri dari PNS, pegawai swasta, wiraswasta dan lainnya (pensiunan). Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar orangtua remaja putri (50%) bekerja sebagai pegawai swasta. Hanya 13.3% orangtua dari remaja putri berstatus gizi normal dan gemuk/obes bekerja sebagai PNS. Tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) antara pekerjaan orangtua remaja putri berstatus gizi normal dan remaja putri berstatus gizi gemuk/obes.
2
Pendidikan Orangtua Tingkat pendidikan orangtua yang baik akan memungkinkan orangtua dapat memantau dan menerima informasi tentang kesehatan anaknya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka diasumsikan bahwa kemampuannya akan semakin baik dalam mengakses dan menyerap informasi serta menerima suatu inovasi (Isnani 2011). Pendidikan orangtua (ayah) dikategorikan menjadi empat, yaitu SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat dan perguruan tinggi/sederajat. Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri berstatus gizi normal dan gemuk/obesitas memiliki orangtua dengan tingkat pendidikan terakhir SMA (43.3%) dan perguruan tinggi (48.3%). Terdapat orangtua yang memiliki tingkat pendidikan terakhir hanya sampai SD (1.7%). Menurut Suhardjo et al. (1988) tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang diperoleh seseorang. Hasil uji Chisquare menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara pendidikan ayah kedua kelompok remaja putri (p>0.05). Pendapatan Orangtua Pendapatan orangtua pada penelitian ini diukur dari pendapatan ayah selama 1 bulan. Pendapatan orangtua diklasifikasikan menurut kisaran pendapatan sebagai berikut: