GURU PROFESIONAL: STRATEGI MEMBANGUN GENERASI EMAS (Disampaikan dalam acara Seninar dengan tema: “Peran Guru dalam mempersiapkan generasi emas Indonesia” diseleggarakan oleh Telkom University bekerjasama dengan Radio K.Lite FM, tanggal 22 Desember 2016 di Trnas Studio Bandung
Oleh: H. Mohamad Surya PENGANTAR Makalah ini akan membahas hal yang berkenaan dengan peran guru dalam mempersiapkan generasi emas tahun 2045, yang diawali dengan pembahasan mengenai pendapat para futurist atau akhli tentang masa depan.kemudian dibahas mengenai generasi emas dan bonus demografi dengan segala karakteristik serta tantangannya. Selanjutnya dikemukakan mengenai kompetensi guru yang diperlukan dalam mempersiapkan generasi emas. KECENDERUNGAN MASA DEPAN Kecenderungan berbagai kemungkinan yang akan terjadi di masa depan telah banyak dibahas oleh para futuris atau akhli mengenai masa depan dengan menggunakan berbagai pendekatan dan analisis ilmiah baik empiris maupun konsepsional dari sudat pandang berbagai disiplin keilmuan. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut. John Naisbit (1995) melalui bukunya yang berjudul “Megatrend: Ten New Directions Transforming Our Lives”, menyatakan bahwa terdapat sepuluh tantangan baru yang akan mengubah tata kehidupan umat manusia di masa-masa mendatang. Kesepuluh kecenderungan tersebut adalah: (1) dari masyarakat industri ke masyarakat informasi, (2) dari tekanan teknologi ke penggunaan teknologi tinggi, (3) dari ekonomi nasional ke ekonomi dunia, (4) dari jangka pendek ke jangka panjang, (5) dari sentralisasi ke desentralisasi, (6) dari bantuan institusional ke bantuan diri sendiri, (7) dari demokrasi perwakilan ke demokrasi partisipatori, (8) hierarhi (berjenjang) ke jaringan kerja, (9) dari utara ke selatan, (10) dari dua pilihan ke banyak pilihan. Meskipun perkiraan John Naisbit itu dalam konteks Amerika Serikat, namun hingga kini sudah banyak terbukti dan dirasakan secara global oleh seluruh warga dunia. Alfin Toffler, seorang futuris dari Amerika melalui bukunya yang berjudul “Fiture schock dan Third Wave” juga memberikan gambaran tantangan yang bakal terjadi di abad 21. Menurut kajian para akhli ada empat warisan Alfin Tofler yang ternyata terbukti hingga saat ini. Keempat warisan itu ialah (1) internet dengan penggunaannya di segala bidang, (2) sharing economy atau ekonomi 1
berbagi, (3) Telecommuting atau Komunitas jarak jauh, dan (4) business without formal structure atau bisnia tanpa struktur formal. Perkiraan yang disampaikan Alfin Toffler pada tahun 1970 ternyata telah terbukti dalam berbagai aspek kehidupan masa kini dan yang akan datang. Pendapat selanjutnya adalah yang dikemukakan oleh Robert B.Tucker melalui bukunya yang berjudul “Managing Future” menyebutkan ada sepuluh tantangan di abad 21 yaitu: (1)kecepatan, (2) kenyamanan, (3) gelombang generasi, (4)pilihan, (5) ragam gaya hidup, (6) kompetisi harga, (7) pertambahan nilai, (8) pelayanan pelanggan, (9) teknologi sebagai andalan, (10) jaminan mutu. Kesepuluh tantangan tersebut hingga kini makin dirasakan secara global oleh semua pihak. Laurence C. Smith (2011) seorang pakar geografi melalui bukunya yang berjudul: “The World in 2050” menyebutkan ada empat kekuatan yang akan mengubah peradaban masa depan di kawasan utara. Keempat kekuatan tersebut adalah: (1) pertumbuhan demografi, (2) sumber daya alam yang terbatas, (3) globalisasi, dan (4) perubahan iklim. Sebuah lembaga internasional yang bernama “FY” telah melakukan sebuah kajian mengenai kecenderungan perubahan di masa depan. Laporan yang berjudul “MEGATREND 2015” menyebutkan ada enam kekuatan yang mendorong masa depan: Keenam kekuatan tersebut adalah: 1. MASA DEPAN DIGITALyang ditandai dengan pengaruh teknologi dalam berbagai aspek kehidupan antara lain transformasi digital yang mengubah model bisnis dan perolehan pendapatan, berkurangnya penggunaan PC dan makin bertambahnya penggunaan peralatan telepon seluler, Semua itu secara mendasar telah mengubah hubungan antara dunia usaha dan pelanggan, perubahan konteks pasar dan persaingan kawasan industri, Keadaan itu telah menimbulkan perubahan pola-pola kerja yang menuntut kecerdasan dan ketangkasan. 2. BANGKITNYA ENTREPEUNERSHIP (kewirausahaan): Entrepeneurship di seluruh dunia makin berkembang dan menuntut dukungan ekosistem. Aktivitas kewirausahaan yang berlangsung dengan cepat akan mempengaruhi pertumbuhah pasar dan membentuk bisnis transformatif. Terdapat kecenderungan kewirasusahaan ini berkembang di kalangan kaum muda dan kaum perempuan, 3. PASAR GLOBAL: Kekuatan ekonomi terus berlanjut dan terjadi pergeseran kearah timur dan selatan yang mendorong timbulnya polapola perdagangan dan investasi. Kecenderungan yang terjadi antara lain pergeseran kekuatan ekonomi, pola-pola perdagangan, pertumbuhan negara-negara berkembang, tumbuhnya kelompok kelas menengah, Asia
2
sebagai pusat kebangkitan “A new knowledge world order”, terjadinya persaingan tenaga kerja ahli. 4. PERTUMBUHAN KOTA: Sejalan Dengan pesatnya kemajuan ekonomi, teknoloigi, dan pertumbuhan demografi terjadi kecenderungan pertumbuhan kawasan perkotaan. PBB memperkirakan sekitar penduduk dunia 60 persen berada di kawasan perkotaan.Keadaan ini mendorong pembangunan infrastruktur dan perencanaan yang matang dan efektif. Pertumbuhan kota secara global akanmenambah pertumbuhan dan kemakmuran yang lebih besar. Pola-pola demografi akan mengendalikan lintasan pertumbuhan kawasan perkotaan di seluruh dunia dan bergeser ke arah timur dunia seperti India dan Cina. Sementara itu pertumbuhan kota juga akan disertai dengan peningkatan kemiskinan dan marginalisasi penduduk kota. 5. PENATAAN SUMBERDAYA ALAM: Pertumbuhan yang berlangsung dengan cepat menantang perlunya inovasi dalam energi dan sumber daya alam.Keterbatasan sumberdaya alam mendorong terjadinya kompetisi dalam rangka memenuhi kebutuhan energi dan pangan. Perubahan iklim dan cuasa ekstrim juga menantang tindakan proaktif untuk menjaga kelangsungan hidup 6. KONSEP ULANG KESEHATAN: Pertemuan antara teknologi dan demografi mendorong satu transformasi satu kali dalam masa hidup. Diperlukan satu reformasi dalam menata pembiayaan dan mutu pemeliharaan kesehatan karena munculnya berbagai penyakit kronis akan menuntut satu tindakan solusi. Pemeliharaan kesehatan akan lebih terkoneksi melalui pertumbuhan media seluler. Informasi berbagai penyakit akan mendorong pertumbuhan industri obat-obatan dan perusahaan kesehatan. Pengobatan pribadi akan menjadi kecenderungan dalam upaya memelihara kesehatan.
GENERASI EMAS DAN BONUS DEMOGRAFI .. Sebutan generasi emas pertama kali dicetuskan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada saat memperingati Hari Pendidikan Nasional Tahun 2012 dengan tema “Bangkitnya Generasi Emas Indonesia”. Generasi emas yang dimaksud adalah kelahiran dan kebangkitan generasi bangsa Indonesia yang akan menjadi SDM dan pemimpin bangsa Indonesia saat mencapai serratus tahun kemerdekaan yaitu tahun 2045. Karena pada periode tahun 2010 sampai 2035 bangsa kita dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Kuasa potensi sumber daya manusia berupa populasi usia produktif yang jumlahnya luar biasa. Jika kesempatan emas yang baru pertama kalinya terjadi sejak Indonesia merdeka tersebut dapat kita kelola dan manfaatkan dengan baik, populasi usia produktif 3
yang jumlahnya luar biasa tersebut insya Allah akan menjadi bonus demografi (demographic dividend) yang sangat berharga.Dikatakan Generasi Emas Indonesia, karena merupakan generasi penerus bangsa Indonesia yang pada periode tersebut adalah sangat produktif,sangat berharga dan sangat bernilai, sehingga perlu dikelola dan dimanfaatkan dengan baik agar berkualitas menjadi insan yang berkarakter, insan yang cerdas, dan insan yang kompetitif, serta menjadi bonus demografi. Di sinilah peran strategis pembangunan bidang pendidikan untuk mewujudkan hal itu menjadi sangat penting. Menurut Wongboonsin, dkk (2003) bonus demografi diartikan sebagai keuntunganekonomis yang disebabkan oleh menurunnya Rasio Keetergantungan sebagai hasil fertilitas jangka panjang. Dan menurut John Rosa (2003) Bonus demografi terjadi karena penurunan kelahiran yang dalam jangka panjang menurunkan proporsi penduduk muda sehingga investasi untuk pemenuhan kebutuhan berkurang dan sumber daya dapat dialihkan kegunaannya untuk memacu pettumbuhan ekonomi dan kesejahteraan keluarga. Dengan demikian bonus demografi adalah kondisi populasi masyarakat dimana jumlah penduduk usia muda lebih bayak dibandingkan dengan penduduk usia tua. Kondisi yang disebut sebagai Bonus Demografi ini akan berlangsung antara tahun 2012 – 2035. Dari data yang diperoleh Badan Pusat Statistik 2011 bahwa jumlah anak usia 0-9 tahun mencapai 45,93 juta, sedangkan anak usia 10-19 tahun berjumlah 43,55 juta jiwa. Mereka inilah anak-anak kader Generasi Emas 2045, karena nantinya pada 2045 mereka yang berusia 0-9 tahun akan berusia 35-45 tahun dan yang berusia 10-19 tahun akan berusia 45-54 tahun. Dan memang orang-orang usia inilah yang nantinya akan menjadi pemegang pemerintahan dan roda kehidupan di Indonesia. Indonesia emas 2045 masih 29 tahun lagi, Saat itu, sebagian dari kita, khususnya yang berusia separuh baya, mungkin sudah tiada. Namun, sesungguhnya, Indonesia 2045 ada di depan mata kita sekarang! Anak-anak berusia balita hingga remaja tersebar di sekitar kita. Merekalah yang akan memimpin bangsa ini kelak di berbagai lini. Peran kita semua diperlukan untuk mendidik mereka guna mewujudkan Indonesia 2045 yang kita idamkan. Nasib Indonesia di awal milenium ketiga ditentukan oleh anak-anak kita, dan kita semua turut bertanggung-jawab menyiapkannya. TUNTUTAN KETRAMPILAN ABAD 21 DAN SOSOK GENERASI EMAS Kecenderungan perubahan yang telah dikemukakan di atas sebagai hasilkajian para akhli futuris pada gilirannya akan menuntut ketrampilan dalam menghadapinya. Di abad 21 ini sejumlah ketrampilan harus dimiliki agar mampu mendapatkan kelangsungan hidup. Ketrampilan dan literasi yang akan menjadi tantangan adalah: ketrampilan dasar, ketrampilan komunikasi, ketrampilanberfikir
4
kritis dan kreatif, literasi informasi digital, ketrampilan penalaran, ketrampilan antar pribadi, literasi multikultural dan multilingual, ketrampilan pemecahan masalah, dan ketrampilan teknologi. Dengan demikian di abad 21 itu harus muncul kualitas sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dalam: (1) Pola berpikir yang kreatif, kritis, pemecahan masalah, pembiuatan keputusan, belajar untuk belajar, dan metakognisi; (2) Cara-cara bekerja yang berbasis komunikasi dan kolaborasi, (3) Menggunakan alat-alat bekerja yang berbasis literasi informasi dan TIK, (4) Hidupdi dunia dengan identitas kewarganegaraan, hidup dan karis, tanggung jawab pribadi dan sosial, kesadaran dan kompetensi kultural. , Berdasarkan hal itu, sosok generasi emas adalah manusia Indonesia yang memiliki kualias keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME, ketrampilan lintas kultural, berpikir dalam derajat tinggi, menguasai teknologi yang terkait dengan pemanfaatannya pada nilai dan etika nasionalisme, kedamaian, dan mewujudkan kemanusiaan PERAN GURU Peran Guru yang tidak hanya mengajar, termaktub dalam UU No. 14 tahun 2005, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Sedangkan hakikat guru menurut Ki Hajar Dewantara adalah ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani yakni di depan menjadi contoh jika di tengah membangkitkan hasrat belajar dan jika di belakang memberikan dorongan. Pendidikan memang bukanlah persoalan yang mudah, bila kita tanam sekarang ia dapat dirasakan hasilnya 20 tahun mendatang. Maka dari itu, kita harus bersinergi untuk mewujudkan generasi emas 2045 (100 tahun Indonesia Merdeka). Persoalan-persoalan itu dapat kita pecahkan bersama-sama dengan bergandengan tangan. Para guru adalah mutiaranya agent of change, pelaku perubahan agar menghasilkan manusia Indonesia yang religius, cerdas, produktif, andal dan komprehensif melalui layanan pembelajaran yang prima terhadap peserta didiknya, sehingga terwujud generasi emas tahun 2045. Untuk melaksanakan peran itu para guru profesional harus mampu menghadapi sejumlah tantangan abad 21 yang mencakup: (1) Optimalisasi kompetensi kunci pedagogik, pribadi, sosial, profesional, managerial, kepemimpinan, kolaborasi, dsb. (2) Memajukan kompetensi akademik terutama iptek, (3) Menjamin perbedaan kultural, (4)Mengembangkan perspektif global, dan (5) memperkuat jatidiri ke-Indonesia-an. 5
MENJADI GURU DI ABAD 21 Kita semua sudah maklumbahwa abad 21, merupakan satu masa yang tak diketahui dan tak tertulis. Pada saat memasuki era digital, kita akan dihadapkan pada tantangan yang tidak pernah kita temui sebelumnya. .Guru adalah orang yang dituntut untuk mempersiapkan generasi masa depan untuk menghadapi sesuatu yang belum diketahui. Yang menjadi pertanyaan adalah “Bagaimana kita melakukan hal itu?”, Dan yang lebih penting lagi adalah bagaimana kita melakukan sesuatu agar setiap anak memperoleh pengalaman pembelajaran yang dapat mempersiapkan mereka memasuki kehidupan era globalisasi abad 21. Untuk mempersiapkan siswa dalam pembelajaran di abad 21, guru harus: 1. Meninggalkan cara-cara mengajar yang menekankan hafalan yang berbeda dengan kenyataan, pendekatan kurikulum yang terpecah-pecah, pembelajaran yang terisolasi, dan pendekatan dengan buku teks. 2. Menerapkan revolusi pendidikan yang memberi peluang bagi siswa untuk mengembangkan potensi mereka. 3. Memanfaatkan lingkungan yang mendukung pembelajaran aktif, kolaboratif, terkoneksi, dan berpusat pada siswa. 4. Membangkitkan siswa dalam membangun semangat inovasi dan peluang pembelajaran yang membangun dan menuntut siswa berfikir di luar kelas. 5. Menunjukkan kekuatan teknoligi untuk mentransformasi pembelajaran yang memberdayakan siswa dan menginspirasi berfikir kreatif. 6. Mempersiapkan siswa untuk berinteraksi dalam komunikasi global, hubungan “on line” yang memberi kesempatan agar kelas senantiasa terkoneksi. 7. Mendidik siswa mengenal bagaimana mengendalikan dan memilih informasi yang begitu banyak dengan mendeteksi keasliannya, menguraikan proses mencari dan membantu keberhasilan mereka. 8. Memperbaiki cara mengajar dengan mempersiapkan siswa untuk berkontribusi dan menjadi pengguna yang memiliki informasi media yang kaya. 9. Mempersiapkan siswa berfikir kreatif, mengambil resiko, dan membangun gagasan yang asli dan segar, dan yang paling penting adalah mempersiapkan siswa menjadi warga masyarakat digital. 10. Menggunakan pendekatan dalam mengajar yang ditujukan berdasarkan keragaman yang ada di luar kelas. 11. Merangsang siswa dalam memperoleh pengalaman yang sesuai untuk kehidupan mereka dan termotivasi dengan dunia di luar kelas, dan berdasarkan pada proyek yang otentik sebagai pusat untuk pembelajaran di era reformasi.
6
12. Mendukung upaya menjadikan sistem pendidikan masa kini yang harus mampu menjembatani bagaimana siswa hidup dan mengembangkan polapola pembelajaran abad 21. 13. Membuat siswa di dalam kelas belajar secara akademik melalui dunia nyata, menggunakan contoh-contoh dan aplikasi pengalaman baik di dalam maupun di luar sekolah, serta belajar menggunakan alat-alat penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari dan produktivitas di lingkungan kerja. Sebagai guru di abad 21, harus membimbing siswa dalam: (1) mengembangkan kemampuan dalam berfikir kritis, (2) menerapkan pengetahuan pada situasi baru, (3) menganalisis informasi, (4) membangun gagasan baru, (5) komunikatif dan kolaboratif, (6) memecahkan masalah dan membuat keputusan secara cermat, (7) menerapkan ketrampilan dalam dunia nyata, (8) menggunakan alat digital untuk mengolah dan menyimpan informasi. UNTUK MENJADI GURU DI ABAD 21, guru harus:(1) mengikuti berbagai perkembangan yang terjadi di luar dinding kelas dan memperhatikan kondisi siswa, (2) berfikir, belajar, dan memimpin, serta memberi peluang bagi siswa untuk berfikir, membangun jawaban, mengembangkan rasa keingin-tahuan, memperluas kemungkinan, (3) menjadi inovator, pembangkit gagasan, petunjuk jalan, motivator, dan fasilitator., (4) memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi, (5) mengembangkan pola-pola pembelajaran .abad 21 yang berpusat pada siswa, menantang, investasi, menilai secara kritis.
7
CURRICULUM VITAE PROF. DR. H. MOHAMAD SURYA, lahir tanggal 8 September 1941 di desa Citangtu Kuningan, anak pertama sembilan bersaudara dari pasangan S. Sastrasantana dan S. Minah. Ayahnya seorang guru sebagai tokoh pendidikan, pejuang guru, tokoh pejuang kemerdekaan, tokoh gerakan koperasi, dan aktivitas lainnya sehingga dapat digolongkan sebagai tokoh masyarakat yang disegani khususnya di Kabupaten Kuningan. Kini Mohamad Surya tinggal sebagai penduduk kota Bandung sejak tahun 1962, beralamatkan Jalan Kapten Abdul Hamid 58 Bandung, beristeri Dra. Hj. Siti Suminah Surya M.Pd., yang telah dikaruniai lima orang anak dan dua belas cucu, dan satu cicitPENDIDIKAN diawali dengan Sekolah Rakyat (sekarang Sekolah Dasar) di desa Citangtu Kuningan, dilanjutkan ke SGB hinggá tamat tahun 1958, untuk kemudian melanjutkan ke KGA untuk memperoleh ijazah SGA tahun 1962. Pendidikan tingkat tinggi diawali dengan Sarjana Muda tahun 1965, kemudian Sarjana tahun 1968, hingga mencapai Doktor tahun 1979. Pendidikan di luar negeri diperoleh di Filipina tahun 1976, melalui program pelatihan dalam bidang Inovasi Pendidikan selama tiga bulan, kemudian Program Refreshing tahun 1987/1988 selama enam bulan di Ohio State University, Amerika Serikat dalam bidang Konseling, dan Program Internship tahun 1989 selama tiga bulan di Indiana University, Amerika Serikat dalam bidang Teknologi Pendidikan.PEKERJAAN/JABATAN diawali sebagai Guru SD tanggal 1 Nopember 1958 dan berlangsung terus sebagai guru tanpa putus selama lima puluh delapan tahun hinggá saat ini sebagai Guru Besar di berbagai Perguruan Tinggi, dan Direktur Pogram Pasca Sarjana STKIP Garut. Pengalaman mengajar diperkaya sebagai pengajar di sejumlah lembaga pendidikan dan latihan di berbagai instansi baik pemerintah maupun non-pemerintah. Di luar jabatan sebagai guru/dosen juga memiliki pengalaman yang cukup luas dan bermakna di berbagai aktivitas organisasi profesi dan organisasi kemasyarakatan baik anggota maupun pengurus di tingkat provinsi, nasional, dan internasional. Di antaranya menjadi aktivis di PGRI sejak tahun 1958 hingga menduduki jabatan sebagai Ketua Umum Pengurus Besar PGRI selama dua periode (1998 – 2008). Di dunia politik pernah menjadi anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dan sebagai anggota DPD-RI mewakili Provinsi Jawa Barat (2004-2014). Latar belakang keahliannya dan kiprahnya dalam berbagai organisasi profesi, memiliki pengalaman dan wawasan yang luas di tingkat nasional dan internasional melalui berbagai aktivitas konferensi, seminar, pelatihan, studi, dsb. KARYA TULIS; sebagai produk keakhliannya, telah banyak dihasilkan berupa puluhan buku dan ratusan karya tulis berupa makalah untuk seminar atau pelatihan dan tulisan yang dimuat dalam media. TANDA JASA & PENGHARGAAN yang pernah diperoleh berupa: Satya Lancana Dwidya Sistha, dari Menhankam RI (1989 dan 1990); Karya Bhakti Satya, dari Rektor IKIP Bandung (1991), Satya Lancana Karya Satya 30 th.dari Presiden RI (1997), Karya Bhakti Satya dari Rektor UPI Bandung (2003), Medali Juang 45 dari DHN-45 (2004), Dharma Karya Kencana, dari Presiden RI (2006); Honorary Police (Polisi Kehormatan).dari Kapolwil Priangan (2009), Dwidya Dharma Kencana dari PB PGRI (2012)
8
9