GARANSI KEMURNIAN AYAT-AYAT AL QUR’AN: MENILIK UPAYA ...
Garansi Kemurnian AyatAyat Al Quran: Menilik Upaya Pemeliharaan Al Quran Pada Masa Nabi Dan Empat Sahabat Khulafa’ Al Rasyidin BADARUDDIN IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Abstrak: Artikel ini membahas upaya para sahabat memelihara kemurnian ayat Al Quran; Di antaranya pada masa pemerintahan Abu Bakar terjadi perang saudara, antara orang Islam yang setia kepada Islam dan orang murtad karena merasa Nabi Muhammad sudah wafat, mereka menganggap Islam sudah tidak perlu lagi dan mereka enggan membayar zakat, sehingga orang-orang ini diberantas oleh Abu Bakar. Dalam perang ini banyak para penghafal Al Quran gugur menjadi syuhada’. Umar merasa khawatir jika perang terus berlanjut para penghafal Al Quran akan kurang, bahkan kemungkinan hilang, sehingga Umar bin Khattab mengusulkan kepada Abu Bakar untuk membukukan Al Quran dan proses pembukuan selesai dilaksanakan. Pada masa Usman bin Affan terjadi perbedaan bacaan antara sesama ummat Islam yang satu mengklaim paling benar dan yang lain dianggap salah, sehingga timbul perpecahan, akhirnya Usman berinisiatif untuk menseragamkan tulisan dan bacaan Al Quran. Pada masa Ali, umat Islam non Arab sulit membaca Al Quran yang belum ada tanda baca, sehingga Ali memerintahkan Abul Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
527
528
BADARUDDIN Aswad Al Duali dilanjtukan oleh Khalil untuk menciptakan tanda baca, sehinga memudahkan ummat Islam membaca Al Quran dengan benar dan asli seperti yang ada hingga hari ini. Kata-kata Kunci : Kemurnian al Quran, Sahabat Nabi.
Pendahuluan Al Quran diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril, ketika keadaan bangsa Arab dirundung dekadensi aqidah dan moral dalam ukuran masyarakat pada waktu itu. Dekadensi aqidah artinya masyarakat pada masa itu tidak mengenal dan bahkan tidak mengakui Allah sebagai Tuhan, meskipun sebenarnya dalam hati kecil mereka tetap mengakui, bahwa Allah itu ada. Hal ini sebenarnya pengetahuan dan pengakuan mereka itu dapat dibuktikan ketika mereka tebentur sesuatu masalah dan sulit mencari solusinya, toh akhirnya menyebut dan mengadu serta berdo’a kepada Allah juga, misalnya ketika mereka ditanya tentang berhala-berhala yang mereka sembah itu siapa yang menciptakan ? Mereka mejawab, bahwa yang menciptakan itu Allah sebagaimana firman Allah :
ُ َولَئِ ْن َسأَلَْ�ت ُه ْم َم ْن َخلَ َق ُه ْم لََ�ي ُق ْولُ َّن اهللُ فَأَ ىّن ُ�ت ْؤف .َك ْو َن
“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “ Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab “ Allah “, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah .1 Dekadensi moral artinya masyarakat Arab pada waktu, boleh dikatakan tidak memakai aturan yang dapat memberikan rasa aman dan keadilan yang seimbang di antara sesama, sehingga kelompok yang kuat dapat menindas serta mengekpresikan kekuatan mereka menekan terhadap yang lemah. Dengan demikian masyarakat pada waktu itu dikenal dengan sebutan masyarakat Jahiliah. Al Quran diturunkan kepada ummat pada waktu itu, keadaan mereka merupakan ummat yang sederhana dan sahaja, sehingga sangat sedikit sekali di kalangan mereka yang dapat Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
GARANSI KEMURNIAN AYAT-AYAT AL QUR’AN: MENILIK UPAYA ... baca tulis. Meskipun demikian kecerdasan orang Arab itu tidak diragukan lagi, sebab pada waktu itu para penyair Arab sudah menciptakan syair-syair yang hebat. Rasulullah sendiri dalam al Quran dikatakan sebagai Nabi yang Ummi tidak bisa baca tulis, sebagaimana yang dijelaskan pada ayat 156 – 157 surah Ali Imran, tetapi kecerdasan beliau melebihi rata-rata kecerdasan manusia yang lain sezamannya, bahkan kecerdasannya juga melebihi orang-orang zaman sekarang. Menurut sebagian ahli tafsir, yang dimaksud dengan ummi pada ayat lain yaitu pada ayat 20 surah Ali Imran ialah orang orang musyrik Arab yang tidak tahu tulis baca.2 Dengan demikian, memberikan gambaran yang jelas, bahwa al Quran itu diturunkan langsung kepada Nabi yang Ummi, tapi nabi mempunyai sifat sidiq, amanah, tabligh dan fathonah, maka al Quran terpelihara dari intervensi Nabi Muhammad maupun orang lain. Dan sebagai garansi originilitas al Qran akan dibahas kesaksian sejarah turun dan bagaimana usaha dan kesungguhan para sahabat, dan usaha-usaha lain untuk memlihara kemurnian dan memudahkam ummat dapat membaca al Quran, pada masa Nabi Muhammad s.a.w dan khulafa’ al Rasyidun, juga bukti yang menunjukkan bahwa al Quran benar-benar disebut kitab suci, yang telah teruji originiltasnya di pentas dunia, sehingga sampai detik ini tidak ada seorangpun yang bisa menandingi menciptakan kitab yang semisal dengan Al Quran, meskipun sejak zaman nabi sampai sekarang sudah banyak dan masih ada orang yang mencoba mengotak-atikn dan berusaha memalsukannya.
Sejarah Al Quran Diturunkan Al Quran merupakan kitab petunjuk yang kekal dan tetap up to date sepanjang masa sampai Allah meluluh lantakkan dunia ini. Al Quran juga merupakan pedoman hidup mausia yang tentunya sesuai benar dengan eksestensi manusia yang diciptakan oleh Allah sebagai khalifah di muka bumi ini. Untuk mengatur dunia tidak cukup dengan aturan hasil pemikiran manusia yang sangat terbatas dan lemah dan cenderung subyektif dalam membuat , Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
529
530
BADARUDDIN sehingga dalam membuat aturan yang penting menguntungkan diri orang yang membuat aturan itu, tidak perduli orang lain akan dirugikan. Dan Al Quran merupakan wahyu Ilahi disampaikan kepada Muhammad Saw. melalui proses yang disebut inzal, yaitu proses perwujudan Al Quran (idhar Al Quran) dengan cara: Allah mengajarkan kepada malaikat Jibril, kemudian Jibril meyampaikannya kepada Nabi Muhammad Saw.3 Oleh karena itu, Al Quran merupakan pedoman hidup yang pas dan tepat bagi manusia, Allah menyampaikan pedoman ini kepada manusia dilakukan dengan cara yang berbeda dengan pedoman atau undang-undang yang dibuat oleh manusia. Sementara ulama mengatakan, bahwa Al Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. itu identik dengan wahyu. Tetapi kalau wahyu ini lebih luas pengertian, karena kalau dikatakan wahyu adalah semua yaqng diturunkan kepada semua nabi dan rasul Allah sejak zaman nabi Adam sampai kepada Nabi Muhammad s.a.w. Berbeda dengan Al Quran juga merupakan wahyu yang hanya diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad s.a.w. secara berangsur-angsur selama kurang lebih dalam kurun waktu 23 tahun disesuaikan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk memudahkan pemeliharaan, seperti memudahkan untuk dihafal, difahami dan implementasi hukum yang terkandung di dalamnya. Terdapat beberapa pendapat mengenai proses turunnya Al Quran kepada Nabi Muhammad Saw, antara lain sebagai berikut : 1. Al Quran diturunkan sekaligus ke Lawh al mahfudz, sebagai mana firman Allah :
. ىِف لَ ْوٍح حَْم ُف ْو ٍظ.بَ ْل ُه َو ُ�ق ْرا ٌن جَمِيْ ٌد
“ Bahkan yangdidustakan mereka itu, ialah al Quran yang mulia. Yang (tersimpan) dalam Lauh mahfuzh.4 Al Quran diturunkan ke lauh mahfudz ke langit bumi sekaligus, kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad Saw. selama 23 tahun sebagaimana Firman Allah:
Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
GARANSI KEMURNIAN AYAT-AYAT AL QUR’AN: MENILIK UPAYA ...
ٍ ََّاس َوَ�بِّ�ين ات ِم َن الهُْ َدى ِ َش ْه ُر َرَم َضا َن الَّ ِذ ْي أُنْزَِل فِيْ ِه الْ ُق ْراا ُن ُه ًدى لِّلن ...َوالْ ُف ْرقَا ِن
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yangbathil...)5
Al Zarqani menyebutkan dalam kitab Manahil al Irfan fi Ulum al Quran bahwa al Quran turun dengan tiga tahapan.6 Sama dengan Manna’ Khalil al Qattan juga mengklasifikan tentang tahapan al Quran diturunkan menjadi tiga tahapan. Tahapantahapan al Quran diturunkan secara rinci sebagaimana dijelaskan dalam surah al Baqarah ayat 185.
ٍ ََّاس َوَ�بِّ�ين ات ِم َن الهُْ َدى ِ َش ْه ُر َرَم َضا َن الَّ ِذ ْي أُنْزَِل فِيْ ِه الْ ُق ْراا ُن ُه ًدى لِّلن ...َوالْ ُف ْرقَا ِن
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yangbathil...)7
Di samping itu ada ayat lain yang juga menjelaskan tahapan al Quran diturunkan sebagaimana dalam surah Al Qadr ayat 1:
. ف لَْ�يلَ ِة الْ َق ْد ِر ِْإِنَّا أَْ�ن َزلْنَا ُه ي
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran ) pada malam kemuliaan” 8
Dan dijelaskan pula pada ayat 3 surah Al Dukhan:
...إِنَّا أَْ�ن َزلْنَا ُه ىِف لَْ�يلَ ٍة ُمبَ َارَك ٍة
“ Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran)
Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
531
532
BADARUDDIN pada suatu malam yang diberkahi”9 Dengan menampilkan tiga ayat tersebut dapat dipahami, bahwa pada ketiganya tidak terdapat kontroversi dengan realita kehidupan Rasul Allah selama 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah, dan bahwa mengenai al Quran diturunkan pada malam yang diberkahi itu adalah pada malam lailatul qadar dan peristiwa ini terjadi pada bulan ramadhan. Dan dengan penjelasan tiga ayat tersebut, Manna’ Khalil al Qattan juga mengklasifikan tentang tahapan al Quran diturunkan menjadi tiga tahapan, sebagaimana yang dikemukakan berikut ini: 1. Pendapat Ibnu Abbas dan sejumlah ulama serta yang dijadikan pegangan oleh umumnya ulama. Yang dimaksud dengan turunnya Qur’an dalam tiga ayat tersebut ialah turunnya Qura’an sekaligus ke Baitul Izzah di langit dunia agar para malaikat menghormati kebesarannya. Kemudian sesudah itu Al Quran diturunkan kepada Rasul Muhammad s.a.w. secara bertahap selama dua puluh tiga tahun, sesuaia dengan peristiwa-peritiwa dan kejadian-kejadian sejak ia diutus sampai wafatnya.10 Hal ini berdasarkan pernyataan Al quran yang tercantum dalam surah al Furqan ayat 33 sebagai berikut :
َْاك ب ح َ ََوالَ يَْأُ�ت ْونَ َك مِبَثَ ٍل إِالَّ ِجْ�ئن ِال ِّق َوأَ ْح َس َن َ�ت ْف ِسْ�ي ًرا
“Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya” 11
Hal ini juga dijelaskan pada surah al Isra’ ayat 106 sebagai berikut :
ً َّْاس َعلى ُم ْك ٍث َوَ�ن َّزلْنَا ُه َ�تنْ ِزي ال ِ َوُ�ق ْرأَنًا َ�ف َرْ�قنَا ُه لَِ�ت ْق َرأَُه َعلَى الن
“Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsurangsur agar kamu membacakannyaperlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian”12 Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
GARANSI KEMURNIAN AYAT-AYAT AL QUR’AN: MENILIK UPAYA ...
Di samping yang dinyatakan oleh Al Quran sendiri, juga ada penjelasan Ibnu Abbas r.a. berdasarkan hadis. :
ِّ ُص َل الْ ُقرا ُن ِم َن ُّ الس َما ِء َج َع َل ِّ ف َّ الذْك ِر َ�ف ُو ِض َع ىِف َ�بيْ ِت الْ ِع َّزِة ِم َن َ الدْ�نيَا ف ْ .َّب َصلَّى اهللُ َعلَيْ ِه َو َسلَّ َم ِّ ِِج رْبِيْ ُل َ�ينْزُِل بِ ِه َعلَى الن ي
“ Quran itu dipisahkan dari az Zikr, lalu diletakkan di Baitul Izzah di langit dunia . Maka Jibril mulai menurunkannya kepada Nabi s.a.w”13
Kemudian dijelaskan pula pada hadis :
ُُّج ْوِم َوَكا َن اهلل ُّ سا ِء ِ جلَ ًة َو ََاح َد ًة إ ىَِل م ْ ُأُنْزَِل الْ ُق ْرأ ُن م ُ الدْ�نيَا َوَكا َن مِبَ َوقِ ِع الن ض ٍ َ�ينْ ِزلُُه َعلى َر ُس ْولِِه َصلَّى اهللُ َعلَيْ ِه َو َسلَّ َم َ�ب ْع َض ُه ىِف إِثْ ِر َ�ب ْع “Allah menurunkan Al Quran sekaligus ke langit dunia, tempat turunnya secara berangsur-angsur, lalu dia menurunkannya kepada Rasul-Nya bagian demi bagian”14
Lalu dijelaskan lagi pada hadis :
ُّ سا ِء ِ جلَ ًة َو اح َد ًة ََأُنْزَِل الْ ُق ْرأ ُن ىِف لَْ�يلَ ِة الْ َق ْد ِر ىِف َش ْه ِر َرَم َضا َن إ ىَِل م ْ ُالدْ�نيَا م .مُثَّ أُنْزَِل نجُُ ْوًما “Al Quran diturunkan pada malam lailatur Qadr pada bulan Ramadan ke langit dunia sekaligus, lalu ia diturunkan secara berangsur-angsur” 15 2. Pendapat kedua yaitu yang diriwayatkan oleh asy Sya’bi, bahwa yang dimaksud dengan turunnya Quran dalam ketiga ayat di atas, ialah permulaan turunya Quran kepada Rasulullah s.a.w. Permulaan turunya Quran itu dimulai pada malam lailatul qadar di bulan Ramadan, yang merupakan malam yang diberkahi. Kemudian turunnya itu berlanjut sesudah itu secara bertahap sesuai dengan kejadian dan peristiwa-peristiwa selama kurang lebih dua puluh tiga tahun,16 sebagaiamana Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
533
534
BADARUDDIN yang dijelaskan oleh surah al Isra’ ayat 106. Dengan Al Quran yang turun secara berangsur-angsur tersebut, orang musyrik tidak senang dan tidak puas setelah diberi informasi, dan mereka tahu bahwa kitab samawi sebelum Al Quran diturunkan sekaligus, mereka menginginkan agar Al Quran diturunkan seperti kitab samwi yang lain. Hal ini tergambar dalam ayat 32-33 surah al Furqan:
ِ جلَ ًة َو َ َوق اح َد ًة َك َذلِ َك لِنُثَبِّ َت بِ ِه ْ َُال الَّذيْ َن َك َف ُرْوالَ ْوالَ اُنْزَِل َعلَيْ ِه الْ ُق ْراَ ُن م َْ َوالَ يَْأُ�ت ْونَ َك مِبَثَ ٍل إِالَّ ِجئنَ َك ب ح.ًُ�ف َؤا َد َك َوَرتــَّْلنَ ُه َ�ت ْرتِيْال ِال ِّق َوأَ ْح َس َن .َ�ت ْف ِسْ�ي ًرا “Berkatalah orang-orang kafir, “mengapa Al Quran itu dtidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kamiperkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya kepadanya secara tartil (teratur dan benar). Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.17
3. Pendapat ketiga, bahwa Al Quran diturunkan ke langit dunia selama dua puluh tiga malam lailatul qadar yang pada setiap malamnya selama malam-malam lailatul qadar itu ada yang ditentukan Allah untuk diturunkan pada setiap tahunnya. Dan jumlah wahyu yang diturunkan ke langit dunia di malam Lailatul Qadar untuk masa satu tahun penuh itu kemudian diturunkan secra berangsur-angsur kepada Rasulullah s.a.w. sepanjang tahun.18 Jika di analisis, dari tiga pendapat tersebut, bahwa pendapat pertama dan pendapat kedua masih sejalan dan tidak ada perbedaan. Sementara pendapat ketiga ini merupakan pendapat hasil ijtihad yang tidak memiliki dasar/argumen yang kuat. Setelah Al Quran selesai diturunkan oleh Allah kepada Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
GARANSI KEMURNIAN AYAT-AYAT AL QUR’AN: MENILIK UPAYA ... Nabi Muhammad s.a.w. , tidak begitu saja dibiarkan tanpa pemeliharaan. Pemeliharaan al Quran pada masa Nabi Muhammad s.a.w. sebenanrnya dinyatakan dalam Al Quran, bahwa pemeliharaan al quran itu langsung dari Allah. Tetapi karena obyek implementasi bacaan dan isi kandungan al Quran itu Nabi dan para sahabat serta umatnya, maka Allah dalam pemeliharaan al Quran itu kelihatannya mengikut sertakan manusia . Hal ini tercermin dalam garansi kemurnian al Quran sebagaimana firman Allah surah al Hijr ayat 9:
ِّ إِنَّا حَْن ُن َ�ن َّزلْنَا الذْك َر َوإِنَّا لَُه حََلافِ ُظ ْو َن
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memliharanya”19
Jadi ayat tersebut menjelaskan juga tentang anugerah dan penghargaan Allah kepada ummat manusia yang beriman, untuk diikut sertakan dalam pemeliharaan kemurnian Al Quran. Kalau dianalogikan dengan pemeliharaan Allah terhadap alam ini, tidak jauh beda dengan pemeliharaan Allah terhadap Al Quran. Pemeliharaan alam juga melibatkan manusia sebagai penghuni bumi ini untuk memelihara keutuhan dan kelestarian alam ini. Saat sekarang ini, sudah banyak diabaikan oleh manusia, maka di mana-mana terjadi kerusakan alam yang merupakan akibat ketidak seimbangan ekosistem atau keseimbangan alam. Demikian halnya Al Quran, kalau manusia yang menerima Al quran tidak ikut serta dalam memlihara kemurnian Al Quran, tidak mustahil Al Quran akan dicabut Allah dari muka bumi ini.20 Dengan kata lain, bahwa pemeliharaan Al Quran pada masa Rasulullah s.a.w. itu adalah melalui hafalan Rasul, kemudian disampaikan kepada para sahabat secara lisan atau dari mulut ke mulut. Ini juga memberikan pengertian, bahwa Al Quran akan lestari bila manusia yang menerima ikut serta memelihara dengan cara mengjarkan kepada genereasigeneerasi berikutnya.
Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
535
536
BADARUDDIN
Al Quran Pada Masa Nabi Dan Sahabat Serta Garansi Kemurniannya Al Quran diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad s.a.w. setelah nabi diangkat menjadi Rasul pada umur 40 tahun, Nabi masih berdomisili di Mekkah selama 13 tahun dan hijrah ke Madinah ketika berumur 53 tahun dan melanjutkan misinya di Madinah selama 10. Sejak berada di Mekkah selama 13 tahun dan berada di Madinah selama 10 tahun itulah rentang waktu masa Al Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. Selama rentang waktu Al Quran diturunkan pada masa Nabi, untuk menjamin kemurnian Al Quran’ Nabi dan para sahabat mengandalkan hafalan. Pemeliharaan originilitas Al Quran pada zaman Nabi ini juga dalam arti “Pengumpulan” kadang diartikan menghafal dan mengeluarkan dari dada para sahabat petingan (pilihan). Kadang pula diartkan penulisan atau pencatatan pada shahaif dan daun-daun. Tahap pengumpulan (pemeliharaan) di zaman Nabi sekaligus : 1. Pengumpulan dalam dada, dengan cara menghafal dan melahirkan. 2. Pengumpulan dalam tulisan, dengan cara menulis dan mengukirkannya.21 Dengan kata lain menurut Hasbi Ash-Shiddiqy, Al Quran disampaikan kepada para sahabat dengan jalan talqin dan musyafahah atau dari mulut ke mulut.22 Karena pada waktu itu belum banyak orang yang pandai tulis baca dan belum dikenal pula alat tulis menulis seperti zaman sekarang ini. Oleh karena itu setelah Al Quran diterima oleh Nabi dari malaikat Jibril, maka ayat yang turun itu langsung disampaikanoleh Nabi kepada para sahabat untuk selanjutnya dihafal. Meskipun pada waktu itu belum banyak orang yang pandai tulis baca, di samping mengandalkan hafalan, Nabi juga memerintahkan kepada para sahabat yang pandai menulis, untuk menuliskan wahyu yang turun pada alat tulis yang masih dibilang sederhana, yaitu pada lempengan batu, tulang, kulit binatang pelepah kurma dan sebagainya itu dismpan di rumah Nabi dalam keadaan masih Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
GARANSI KEMURNIAN AYAT-AYAT AL QUR’AN: MENILIK UPAYA ... terpencar-pencar ayatnya, belum dihimpun dalam suatu mushaf atau suhuf Al Quran.23 Para penulis Al Quran pada masa Nabi yang terkenal adalah: 1. Abu Bakar as-Siddiq 2. Umar bin Khattab 3. Usman bin Affan 4. Ali bin Abi Thalaib 5. Ubay bin Ka’ab bin Qays 6. Zayd bin Tsabit 7. Az-Zubayr bin Awwam 8. Mu’awiyah bin Abi sufyan 9. Al Arqam bin Maslamah 10. Muhammad bin Maslamah 11. Abban bin Sa’id bin Al-‘As 12. Khalid bin Sa’id (saudara Abban) 13. Tsabir bin Qays 14. Hamzah bin Rabi’ 15. Khalid bin Al-Walid 16. Abdullah bin Al-Arqam 17. Al-A’la bin Utbah 18. Surahbil bin Hasanah.24 Selama mengemban misi meyampaikan ajaran Islam melalui Al Quran itu, sebelum Rasul Allah dipanggil ke haribaan Sang Khaliq, Allah menginformasikan kepada Rasul itu, bahwa misinya selama kurang lebih 23 tahun telah selesa. Hal ini ditandai dengan ayat Al Quran yang turun terakhir, ketika Rasul Allah melaksanakan haji Wada’ (haji pamitan) di Padang Arafah) Firman yang turun pada waktu itu ialah ayat 3 surah al Maidah:
ت َوَر ِضيْ ُت لَ ُك ُم ِْمَْم ُت َعلَيْ ُك ْم نِ ْع َم ي ُ اَلَْ�ي ْوَم أَ ْك َمل... ْ ْت لَ ُك ْم ِدْ�ينَ ُك ْم َوأَت َ الاْ ِ ْس ...ال َم ِدْ�ينًا “...Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’matku dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu...”25
Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
537
538
BADARUDDIN Dengan ayat tersebut Allah menginformasikan kepada Muhammad s.a.w, dan seluruh ummat manusi, karena memang Al Quran bukan untuk ummat Islam saja, tetapi untuk semua manusia. Informasi itu menyatakan, bahwa ayat Al Quran telah diturunkan secara keseluruhan berisi pedoman hidup beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Al Quran yang merupakan kitab Suci itu, sudah selesai diturunkan dan cukup sebagai pedoman hidup. Informasi yang disampaikan kepada Muhammad s.a.w itu, mengindikasikan pula, bahwa Muhammad s.a.w. segera akan meninggalkan dunia yang fana ini. Setelah peristiwa wafat Muhammad s.a.w. itu benar-benar terjadi, maka para sahabat dan kaum muslimin pada waktu langsung bersama-sama merawat jenazah beliau, saampai kepada pemakaman. Dengan wafat beliau berarti terdapat kekosongan figur pemimpin ummat Islam. Karena kekosongan figur ini, setelam pemakaman Rasul, para sahabat yang terdiri dari golongan Muhajirin dan Ansor mengadakan pertemuan untuk merespon keadaan yang ditinggalkan oleh Muhammad s.a.w mengadakan musyawarah untuk selanjutnya memilih dan menentukan figur yang layak untuk menggantikan Muhammad s.a.w. Dalam bermusyawarah memilih pigur itu, terjadi perbedaan, perdebatan dan dinamika pendapat siapa yang pantas dan layak menjadi pengganti Muhammad s.a.w. Dalam perdebatan ini melibatkaan dua kelompok sahabat muhajirin dan Ansor. Di antara mereka dari dua kubu ini saling mengemukan pendapat dan alasan sebagai kreteria pemimpin. Dari kubu Muhajirin mengajukan senior mereka, dengan alasan serta argumen dari segi usia sudah memadahi dan dari segi keislamannya yang lebih dulu. Dari kubu Ansor juga mengajukan figur, dengan kreteria kesenioran dan merupakan penduduk asli Madinah. Tetapi dengan izin dan ridho Allah, akhirnya dua kelopok Muhajirin dan Ansor ini menemukan kesepakatan untuk memilih Abu Bakar r.a. secara aklamasi mengisi kekosongan kepemimpinan ummat Islam. Seiring dengan waktu yang terus berputar, setelah Muhammad Rasul Allah s.a.w wafat dan kepemimpinan dipegang oleh Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
GARANSI KEMURNIAN AYAT-AYAT AL QUR’AN: MENILIK UPAYA ... Abu Bakar, sebagai seorang pemimpin dalam perjalanannnya tidak terlepas dari tantangan dan hambatan. Maka pada masa kepemimpinan Abu bakar ini terjadi peristiwa kemurtadan masal di antara kaum muslimin yang iman mereka masih lemah dan menganggap, bahwa setelah Muhammad s.a.w wafat berarti Islam juga selesai. Artinya setelah Nabi wafat Islam bubar. Keadaan ini memicu keengganan mereka melaksankan syari’at Islam termasuk di dalamnya, mereka enggan membayar zakat, yang merupakan aset ummat Islam untuk membiayai roda pemerintahan. Dengan demikian, Abu Bakar sebagai seorang pemimpin ummat yang merasa diberi amanat dan harus bertanggung jawab terhadap stabilitas keamanan, kesejahteeraan dan kemaslahatan rakyat, Abu Bakar akhirnya memutuskan untuk memberantas orangorang murtad. Sebab jika tidak segera diberntas, penyakit ini akan menular dan membahayakan keutuhan dan keharmonisan ummat Islam secara keluruhan. Pemberantasan orang murtad pada masa kepemimpinan Abu Bakar itu, harus dibayar dengan harga mahal, yaitu dengan perang Saudara di Yamamah antara kaum muslimin yang berpegang teguh dan setia kepada Islam dengan orang murtad yang sudah mengingkari Islam. Pada perang saudara yang terjadi pada tahun 12 H menimbulkan kurban tidak sedikit di kalangan pasukan Islam termasuk 70 orang sahabat yang hafidz al-Quran terbunuh sebagai syuhada’.26 Dalam rangka pemeliharaan kemurnian ayat Al Quran pada masa kepemimpinan Abu bakar Ash Shiddiq dan Umar bin Khattab tidak dapat dipisahkan. Sehingga ketika terjadi peristiwa perang Saudara yang banyak membawa kurban para penghafal Al Quran dan perang pada waktu sulit diprediksi kapan akan usai, maka dengan peristiwa yang tragis itu, Umar bin Khattab berfikir dan mengandai-andai. Jika perang terus berlanjut dan banyak para penghafal Al Quran yang menjadi kurban, maka tidak diragukan lagi sedikit demi sedikit Al Quran akan punah dari muka bumi ini. Karena alasan perang sulit diprediksi kapan berhenti dan banyak menelan kurban para huffadh Al Quran, maka Umar bin Khattab, Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
539
540
BADARUDDIN berfikir tentang akibat perang yang banyak menelan kurban dari para huffadh Al Quran, Umaar bin Khattab memberanikan diri mengusulkan kepada khalifah Abu Bakar, agar kiranya khalifah bertindak cepat untuk segera membukukan dalam arti untuk memelihara kemurnia Al Quran. Kekhawatiran Umar bin Khattab ini sangat beralasan, karena jika khalifah tidak segera mengambil tindakan, maka kekahawatiran itu akan menjadi kenyataan. Setelah Umar bin Khattab menyampaikan usulan dan ide segera membukukan Al Quran itu, kelihatannya khalifah masih ragu. Keraguan khalifah ini juga beralasan, karena pembukuan Al Quran ini belum pernah dilakukan oleh Rasul Allah s.a.w. Mendengar usulan itu, Abu Bakar berkata kepada Umar bin Khattab. Bagaimana mungkin kita melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah s.a.w.? Umar menyahut: Demi Allah, itu (Kodifikasi Al Quran adalah kebajikan.27 Penolakan Abu Bakar ini logis, bahwa sesuatu amalan yang tidak pernah dilakukan oleh Rasul Allah, kemudian dilakukan oleh khalifah, apakah itu bukan merupakan perbuatan bid’ah. Tetapi Umar bin Khattab dengan sigap dan gigih terus meyakinkan kepada Abu Bakar dengan argumen-argumen yang rasional, akhirnya Abu Bakar-pun menerima usulan dan ide berlian Umar bin Khattab seorang yang cerdas dan energik, yang tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi dia berfikir jauh kedepan dan jasanya tetap akan dikenang sepanjang masa. Setelah ide Umar bin Khattab diterima oleh Abu Bakar, maka mulailah pembukuan al Quran dilaksanakan, dengan membentuk panitia penulis Al Quran. Khalifah memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk menghimpun ayat-ayat Al Quran dalam suatu mushaf/Suhuf.28 Setelah Al Quran ditulis/dihimpun dengan rapi, maka naskah tersebut disimpan di rumah Hafsah, putri Baginda Umar bin Khattab. Ini merupakan kegiatan dalam rangka memelihara kemurniat teks ayat-ayat Al Quran yang diusahakan pada masa pemerintahan Abu Bakar Ash Shiddiq. Adapun ciri-ciri penulisan/oemeliharaan Al Quran pada masa Abu Bakar itu ialah: Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
GARANSI KEMURNIAN AYAT-AYAT AL QUR’AN: MENILIK UPAYA ... 1. Seluruh ayat Al Quran dikumpulkan dan ditulis dalam satu mushhaf berdasarkan penelitian yang cermat dan seksama. 2. Tidak termasuk di dalamnya ayat-ayat al quran yang telah mansukh atau dinasakh bacaannya. 3. Seluruh ayat Al Quran yang ditulis dalamnya telah diakui kemutawatir-annya.29 Kemudian Abu Bakar wafat, khalifah digantikan oleh Umar bin Khattab yang merupakan tokoh Islam yang jujur dan adil, tegas dan berwibawa di kalangan kaum muslimin maupun disegani oleh lawan-lawan beliau. Jadi setelah Umar bin Khattab menjabat sebagai khlifah, Al Quran sudah dibukukan meskipun masih dalam bentuk yang sederhana dan disimpan di rumah Hafsah binti Umar bin Khattab. Pada masa pemerinatahan Umar bin Khattab, aktifitas pemeritahan fokus pada implementasi ajaran Al Quran dan pengembangan Islam melalui da’wah keluar wilayah kekuasaannya.30 Setelah Umar bin Khattab wafat, maka khalifah digantikan oleh Usman bin Affan sebagai khalifah ke 3 pada masa pemerintahan Islam di Madinah. Pada masa pemerintahan ini, tidak sedikit jasa Usman bin Affan dalam rangka pemeliharaan kemurnian Al Quran. Dan pada masa pemerintahan ini pula, tidak terlepas dari problem yang berkaitan dengan pemeliharaan Al Quran. Pada masa pemerintahan Usman bin Affan, Islam sudah menyebar dan berkembang ke berbagai wailyah di luar Mekkah dan Madinah, maka dalam rangka pemeliharaan kemurnian Al Quran, khalifah dihadapkan pada masalah perbedaan dialek kebahasaan yang ada di wilayah pengembangan yang baru. Sehingga dengan perbedaan dialek kebahasaan itu, sedikit banyak akan mempengaruhi bacaan Al Quran. Hal ini juga terjadi dengan bahasa selain bahasa Arab, seperti yang terjadi pada bahasa suku bangsa Indonesia, yang sesama suku bangsa melayu Sumatera misalnya yang menggunakan bahasa yang artinya sama, tetapi dialek penyebutannya berbeda. Sehingga dengan peristiwa seperti ini, tidak jarang terjadi di antara kelompok suku bangsa yang ada di wilayah non Arab, bahkan orang Arab sendiri, saling mengkalim, Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
541
542
BADARUDDIN kelompoknyalah yang paling benar membaca ayat Al Quran. Dengan peristiwa seperti ini pula, tidak terelakkan lagi terjadi perselisihan di antara ummat Islam dalam membaca Al Quran. Jika hal terus berlanjut dan dibiarkan, maka akan mengganggu keharmonisan hubungan antara ummat Islam suatu wilayah dengan ummat Islam wilayah lain. Hal seperti ini sering terjadi dan didengar oleh sahabat Khudaifah. Sehingga sahabat Khuzaifah merasa perihatin dan akhirnya mengusulkan kepada khalifah Usman bin Affan untuk melakukan tindakan cepat dalam rangka memlihara kemurnian Al Quran. Dengan memperhatikan usulan sahabat Khuzaifah maka Khalifah Usman bin Affan mengambil tindakan cepat dan akurat untuk mencari solusi agar persatuan ummat tidak terganggu, dengan cara segera menseragamkan tulisan Al Quran atau yang lebih dikenal dengan Rasmil Quran 31 Di antara sekian banyak cara yang ditempuh oleh para sahabat dalam memeliara kemurnian ayat Al Quran tidak kalah pentingnya adalah pemeliharaan dan konsitensi tulisan Al Quran yang dilakukan oleh khalifah Usman bin Affan yang dikenal dengan penulisan dengan menggunakan Rasmil Quran. Ilmu Rasm Al Quran yaitu ilmu yang mempelajari tentang penulisan mushaf Al Quran yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakannya.32 Rasm Al Quran sering juga disebut dengan rasm ‘Usmani. Para ulama berbeda pendapat tentang eksitensi rasm ‘Usmani ini, apakah menulis dengan sistem rasm ‘Usmani dalam penulisan Al Quran ini wajib atau diboleh menuliskan Al Quran dengan tulisan sistem Imla’i. Hal itu sebagaimana dikemukakan oleh Abdul Fattah Ismail Syalabi, dalam buku Hasanuddin, AF dalam bukunya sebagai berikut : 1. Para ulama mengakui, bahwa rasm ‘Usmani bersifat tawqify berpendapat, wajib mengikuti rasm ‘Usmani dalam penulisan Al Quran, dan tidak boleh menyalahinya. 2. Para ulama yang tidak mengakui, bahwa rasm ‘Usmani itu bersifat tawqify berpendapat, tidak mesti mengikuti rasm ‘Usmani dalam penulisan al Quran. Dengan perkataan lain, Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
GARANSI KEMURNIAN AYAT-AYAT AL QUR’AN: MENILIK UPAYA ... dibolehkan menulisnya dengan rasm imla’i . 3. Sebagain ulama berpendapat, boleh bahkan wajib mengikuti rasm Imla’i dalam penulisan al Quran yang diperuntukkan bagi orang-orang awam dan tidak boleh menulisnya dengan rasm ‘Usmani. Namun demikian penulisan al Quran dengan rasm ‘Usmani pun wajib dipelihara dan dilestarikan sebagai warisan yang berharga.33 Dalam rangka pemeliharaan kemurnian ayat Al Quran yang dilakukan oleh ‘Usman bin Affan di samping sebagian ulama berpendapat, bahwa rasm ‘Usmani merupakan tauqify dan ada yang berpendapat bukan tauqify serta ada yang mengatakan, bahwa tulisan Al Qauran boleh dengan tulisan imla-‘i, juga mempunyai ciri-ciri khusus sebagaiamana ciri pemeliharaan Al Quran pada masa Abu Bakar Ash Shiddiq. Ciri-ciri pemeliharaan Al Quran pada masa Usman bin Affan itu adalah : 1. Ayat-ayat Al Quran yang tertulis di dalamnya, seluruhnya berdasarkan riwayat yang mutawatir berasal dari Nabi SAW. 2. Tidak terdapat di dalamnya ayat-ayat Al Quran yang telah mansukh atau dinasakhkan bacaannya. 3. Ssurat-surat maupun ayat-ayatnya telah disusun dengan tertib sebagaimana Al Quran yang berada di tangan kaum muslimn sekarang ini. Tidak sepeti mushhaf al Quran yang ditulis oleh Abu Bakr yang hanya disusun menurut tertib ayat, sementara surat-suratnya disusun menurut urutan turunnya. 4. Tidak terdapat di dalamnya yang tidak tergolong kepada al Quran, seperti apa yang ditulis oleh sebagain sahabat Nabi, dalam mushhafnya, sebagaimana penjelasan atau keterangan terhadap makna ayat-ayat tertentu. 5. Mushhaf-mushhaf yang ditulis pada masa khalifah Usman tesebut, mencakup tujuh huruf di mana al Quran diturunkan dengannya.34 6. Ditambah dengan bahasa yang digunakan diseragamkan sesuai dengan bahasa Quraisy di mana al Quran diturunkan, dengan arti kata al Quran yang tidak menggunakan bahasa Quraisy harus dimusnah. Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
543
544
BADARUDDIN Buah karya Usman ini membuat namanya harum, karena tujuan untuk mempersatukan umat Islam di dalam membaca Al Quran dengan pembacaan yang sama, untuk menghindari pembalikan atau pengurangan melalui penambahan atau penghapusan.35 Dengan demikian dapat di mengerti, bahwa pemeliharaan ayat al Quran melalui pola penulisan al Quran secara rasm ‘Usmani itu merupakan warisan yang sangat berharga. Tetapi di lain pihak ummat Islam yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan tidak semua memahami rasm ‘Usmani, maka para ulama memberikan solusi, jika memang penulisan al Quran itu diperuntukkan kepada orang awam, maka boleh menggunakan pola penulisan rasm imla’i atau dengan menggunakan pola penulisan konvensional. Hal ini senada dengan pendapat Ibnu Khaldun dalam buku Muqaddimahnya: Sebagian ula bependapat, bahwa penulisan mushhaf itu hanyalah istilah yang tidak didasarkan atas perintah Allah atau Nabi, maka dengan demikian penulisan mushhaf dengan cara lain (berebeda) dengan Rasm Usmani adalah diperbolehkan.36 Setelah Al Quran disegamkan tulisannya, maka khalifah Usman memerintahkan kepada seluruh ummat Islam agar berpegang teguh pada mushaf Al Quran yang telah diseragamkan, dan membakar mushaf yang lain.37 Selanjutnya al Quran yang telah diseragamkan itu ditulis ulang oleh para penulis al Quran menjadi lima rangkap. Masing-masing rangkap itu satu rangkap merupa buku induk Al Quran (Ummul Quran) dan yang lainnya dikirim ke Mekkah, Kufah, Bashrah,dan Syam’. Mengapa harus dikirim ke lima daerah ini. Karena daerah ini adalah daerah yang memang perkembangan Islamnya sangat pesat dan untuk mengantisipasi terjadinya perbedaan-perbedaan dialek kebahasaan, dapat mempengaruhi keaslian ayat dan makna Al Quran. Pada perkembangan pemeliharaan kemurnian ayat Al Quran selanjutnya, adalah pada masa pemerintahan kahlifah Ali bin Abi Thalib. Pada masa pemerintahan khalifah Ali ini, kaum muslimin mengalami perkembangan yang sangat pesat ke berbagai wilayah sekitar kekuasaan khalifah di semenanjung Arabia, dan berbagai bangsa di sekitar wilayah Arab banyak yang masuk Islam. Padahal Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
GARANSI KEMURNIAN AYAT-AYAT AL QUR’AN: MENILIK UPAYA ... sebagian besar mereka tidak mengusai bahasa Arab. Sehingga sering terjadi kesalahan di kalangan mereka dalam membaca Al Quran. Sementara pada waktu itu tulisan Al Quran belum ada tanda baca seperti Al Quran yang ada sekarang ini. Oleh karena itu orang non Arab yang belum mengusai masalah I’rab atau gramatika bahasa Arab, sudah barang tentu mengalami kesulitan dalam membacanya.38 Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, ada usaha untuk memberi tanda baca untuk memudahkan ummat Islam membaca Al Quran, terutama kesulitan yang dihadapi oleh kalangan non Arab. Oleh karena itu Ali bin Abi Thalib memerintahkan kepada Abul Aswad Al Duali, untuk menyusun kaedah-kaedah bahasa Arab, demi untuk menjaga keselamatan bahasa Arab yang menjadi Bahasa Al Quran.39
Tanda Baca Tulisan Al Quran Ketika Al Quran diturunkan sampai pada masa khalifah Ali Bin Abi Thalib Karramallah Wajhah masih berupa tulisan Arab yang belum lengkap seperti sekarang ini. Meskipun demikian, karena tulisan yang terdiri dari rangkaian huruf-huruf menjadi kata itu merupakan salah satu sarana komunikasi dalam bentuk tulisan, maka bagi orang Arab tulisan seperti itu bukan merupakan problem untuk dapat membacanya dan faham maksud tulisan tersebut. Tetapi setelah para sahabat dan ummat Islam secara intensif melakukan da’wah dan Agama Islam mulai merambah ke berbagai wilayah semenanjung Arab dan ajaran Islam termuat dalam kitab suci Al Quran yang harus dibaca dan difahami maksud kandungannya, dan tulisan itu belum menggunakan tanda-tanda baca yang memudahkan orang non Arab, maka orang non arab kesulitan untuk memahami isi kandungan Al Quran melalui bacaan. Bahasa Arab yang merupakan rangkaian huruf-huruf Arab dirangkai menjadi kata sangat berbeda dengan tulisan latin yang masing-masing huruf konsonan memiliki bentuk yang berbeda, yang mudah untuk dipelajarinya dengan cepat. Dalam huruf Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
545
546
BADARUDDIN Arab ketika belum disempurnakan, belum memiliki tanda-tanda tertentu, banyak huruf yang bentuknya sama, setelah dirangkai menjadi kata bisa jadi memilki maksud dan makna yang berbeda. Seperti huruf Arab dalam abjad urutan 2, 3 dan 4, urutan abjad 5, 6 dan 7, urutan abjad 8 dan 9, 10 dan 11, 12 dan 13, 14 dan 15, 16 dan 17, 18 dan 19 dan 20 dengan 21. Huruf-huruf tersebut pada awal sampai masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib belum memiliki ciri tersendiri dan bagi non Arab sulit membedakan antara huruf yang satu dengan yang lain. Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, di mana Islam sudah berkembang dan mempunyai kitab suci Al Quran sebagai pedoman, tetapi karena Al Quran diturunkan pada bangsa Arab, maka bahasanyapun bahasa Arab yang sukar dibaca dan dimengerti oleh bangsa lain yang tidak bertulisan dan berbahasa Arab. Oleh karena itu Ali bin Abi Thalib memerintahkan kepda Abu al Aswad Al Duali untuk menciptakan kaedah-kaedah atau rumusan tentang tanda baca tulisan Arab. Prakarsa Ali bin Abi Thalib ini kemudian dipandang sebgai perintis atau cikal bakal kelahiran Ilmu Nahwu dan Ilmu I’rab Al Quran.40 Pembubuhan tanda-tanda baca dalam penulisan Al Quran mulai dirasakan mendesak ketika Ziyad ibn Samiyyah menjabat gubernur Basrah, pada masa pemerintahan khalifah Mu’awiyyah ibn Abi Sufyan (661 – 680 M) mendengar terjadi kesalahan dalam membaca firman Allah ayat 9 surah At Taubah :
...ي َوَر ُس ْولُُه ٌ أَ َّن اهللَ بَر... َ ِْئ ِم َن الْ ُم ْشرِك ن
... Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrik... Atas peristiwa terjadinya salah baca pada ayat tersebut, yang mana antara kaum muslimin pada waktu itu berbeda membaca antara yang satu dengan yang lain, sehingga di baca menjadi :
...ي َوَر ُس ْولِِه ٌ أَ َّن اهللَ بَر... َ ِْئ ِم َن الْ ُم ْشرِك ن
Sehingga artinya menjadi ... Sesunggunya Allah berlepas diri dari orang-orang musyrik dan Rasul-Nya.41 Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
GARANSI KEMURNIAN AYAT-AYAT AL QUR’AN: MENILIK UPAYA ... Kesalahan qari’ itu pada pembacaan kasrah “lam” dalam kata “ “ َوَر ُس ْولِِه. Hal ini mengejutkan Abul Aswad dan katanya : “ Mahatinggi Allah untuk meninggalkan Rasul-Nya” . kemudian ia pergi menghadap Ziyad, Gubernur Basrah, dan katanya : “Kini aku akan penuhi apa yang pernah Anda minta kepadaku” Ziyaad pernah meminta untuk membuatkan tanda-tanda baca supaya orang lebih dapat memahami Quran. Tetapi Abul Aswad tidak segera memenuhi permintaan itu; baru setelah dikejutkan oleh peristiwa tersebut ia memenuhinya. Di sini ia mulai bekerja keras dan hasilnya sampai pada pembuatan tanda fathah berupa satu titik di atas huruf, tanda kasrah berupa satu titik dim bawah huruf, tana dhommah berupa satu titik di sela-sela huruf dan sukun berupa dua titik.42 Dengan versi lain Abul Aswad segera menghadap Ziyad dan berkata, bahwa ia bersedia memenuhi permintaan Ziyad, maka Ziyad pun lantas mengerahkan 30 juru tulisnya membantu Abul aswad. Salah seorang sambil dipilih Abul Aswad sambil memberi isyarat “Ambillah Al Quran dan cairan yang berbeda dengan warna tinta. Bila engkau lihat aku membuka kedua bibirku dengan huruf, taruhlah sebuah titik di atas huruf. Apabila kedua bibirku kukasrahkan, buatlah satu titik di bawahnya, dan apabila kumonyongkan (dhammah) buatlah titik di antara ujung huruf. Apabila dengungan (ghunnah) mengiringi harakat-harakat ini, buatlah dua titik.43 Setelah tanda-tanda baca itu diciptakan oleh Abu Al Aswad Al Duali, maka kesulitan membaca Al Quran bagi non Arab belum teratasi, dalam arti masih ditemukan kesulitan untuk membacaAl Quran dengan benar, maka Khalil mengambil inisiatif untuk menga-tasi persoalan di atas dengan membuat tanda-tanda baca baru yang lebih praktis. Tanda-tanda itu ialah huruf wawu kecil ( ) ُب...diatas huruf... untuk tanda dommah, huruf alif keci l...di atas huruf...( ) َبuntuk tanda fathah dan huruf ) ِب ( يkecil ...di bawah huruf...untuk tanda kasrah serta kepala huruf sin ( ) سـuntuk tanda syiddah. Sedangkan kepala huruf ha ( ) هuntuk tanda sukun dan kepala huruf ain ( ) عـuntuk hamzah. Penulisan tanda-tanda ini Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
547
548
BADARUDDIN masih berlaku hingga sekarang. 44 Setelah tanda baca sudah dianggap cukup memadahi, dan ditulis tangan berulang kali serta mengalami perbaikan-perbaikan bentuk dan keindahan tulisannya, maka Al Quran dicetak pertama kali di kota bunduqiyyah (Venisia, di Italia Utara) sekitar tahun 1530 M. Hinkelman mencetak mushaf tahun 1694 M di Hanburg dantahun 1698 M Marucci mengikuti jejak Hinkelman mencetak mushaf di Padova Italia Utara. Baru pada tahun 1787 berdiri percetakan Islam dlam arti yang sebenarnya di kota Saint Petersborg Rusia yaitu percetakan yang didiirkan oleh Maulaya Utsman (Sulthan Ottoman –Turki.45
Kesimpulan Setelah menguraikan dan memaparkan disertai dengan argumen, baik argumen sejarah, argumen atau dalil dari Al Quran maupun Hadis, dapat disimpulkan, bahwa kemurnian Al Quran tetap terjamin sejak pertama kali diturunkan langsung kepada Nabi Muhammad Saw, dari malaikat Jibril, Al Quran dibukukan pertama pada masa pemerintahan Abu Bakar Ash Shiddiq berdasarkan ide Umar bin Khattab. Kemudian pada masa pemerintahan Usman bin Affan menseragamkam tulisan dan bacaan di sesuaikan dengan dialek bahasa Quraisy. Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib Islam telah berkembang keluardari jazirah Arab, sementara semangat dan antusias ummat Islam sangat tinggi, namun masih banyaka kesalahan dalam membaca Al Quran, maka direspon dengan perintah Ali kepada Abul Aswad al duali untuk menciptakan tanda-tanda baca untuk memudahkan membaca Al Quran, namun belum bisa memuhi kebuthan pada waktu itu, maka dilanjutkan dengan penemuan Khalil yang sangat cemerlang dan memadahi sehingga ummat Islam mudah membaca Al Quran dengan benar dan tanda-tanda baca yang diciptakan Khalil itu berlaku sampai sekarang. Perkembangan selanjutnyaadalah percetakan Al Quran di berbagai Negara dan sekarang dapat dibuktikan tentang kemurnian ayat-ayat Al Quran sejak diturnkan pertama kali sampai sekarang tetap terpelihara kemurniannya. Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
GARANSI KEMURNIAN AYAT-AYAT AL QUR’AN: MENILIK UPAYA ...
Catatan: (Endnotes)
1 Anonim, Al Quran dan Terjemahnya, Al Madinah al Munawarah, Majma’ Khadim al Haramain asy Syarifain al Malik Fahd, Littiba’ah al Mushaf asy Syarif, Hal. 805. 2 Ibid, Hal. 78. 3 Lihat Anonim mengutip al Zarqani dan Syahrur dalam Azyumardi Azra, Sejarah Ulumul Quran, Jakarta, Pustaka Firdaus, 1999, Halaman 18. 4 Anonim, Al Quran dan Terjemahnya, Halaman 1045. 5 Ibid, Halaman 45. 6 Muhammad Abdu al ‘Adhim Al Zarqani, Manahil al Irfan fi Ulum al Quran Jilid I, Baerut, Dal Fikri, Tahun 1988, halaman 43-44. 7 Ibid, Halaman 45. 8 Ibid, Halaman 1082. 9 Ibid, Halaman 808. 10 Manna’ Khalil Al Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Quran, Terjemahan Muzakir, Jakarta, PT. Pustaka Litera AntarNusa, Cet. Pertama, Tahun 1992, Halaman 145-146. 11 Anonim, Al Quran dan Terjemahnya, Hal. 564. 12 Anonim, Al Quran dan Terjemahnya, hal. 440. 13 Manna’ Khalil Al Qattan, Sstudi Ilmu-Ilmu Qur’an, Jakarta, PT. Pustaka Litera AntarNusa. Cet. Kedua Tahun 1994 , halaman 147 Hadis .Al Hakim, . 14 Ibid, Halaman 147. Hadis Hakim dan Baihaqi. 15 Ibid, halaman 147.Hadis Tabranil. 16 Manna’ Khalil Al Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al Quran, Halaman 148. 17 Anonim, Al Quran dan Terjemahnya, Halaman. 564. 18 Manna’ Khalil al Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Quran, Halaman 150. 19 Anonim, Al Quran dan Terjemahnya, Halaman 391. 20 Anonim, Al Quran dan Temehnya, Halaman 391. 21 Muhammad Ali Ash Shobuni, At Tibyan fi Ulum al Quran, Terjemahan Muhammad Qadirun Nur, Ikhtisar Ulumul Quran Praktis, Jakarta, Pustaka Amani, tt, Halaman 69. 22 Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqy, Ilmu-Ilmu Al Qur Ilmu-Ilmu Poko Dalam Menafsirkan Al Quran, Semarang, PT. Pustaka Rizki Putra, Cet. Ke 2, Tahun 2002, halaman 4. 23 Masyfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, Surabaya, PT. Bina Ilmu, Cet. Ke 4, Tahun 1993, hal. 15- 16. 24 Ahmad Syadali dan Ahmad Rafi’i, Ulumul Quran I, Bandung, Pustaka Setia, Cet. I, Tahun 1997, hal. 66. 25 Anonim, Al Quran dan Terjemahnya, hal. 157. 26 Masfuk Zuhdi, Ibid, Halaman 16. 27 Subhi As Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Al Quran, Penerjemah Tim Pustaka Firdaus, Jakarts, Pustaka Firdaus, Cet. Ke 4, tahun 1993, Halaman.85. 28 Masyfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Quran, Halaman 16. 29 Hasanuddin, AF, Anaatomi Al Quran Perbedaan Qira’at dan Lengaruhnya Terhadap Istimbath Hukum Dalam Al Quran, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, Cet. Pertama, Tahun 1995, halaman 55. Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
549
550
BADARUDDIN 30 Abu Anwar, Ulumul Qur’an Sebagai Pengantar, Jakarta, Amzah, Cet. Ke 3, Tahun 2009. Halaman. 26. 31 Masyfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Quran, Halaman. 17. 32 Ahmad Syadzali dan Ahmad Rafi’i, Ulumul Quran II, Bandung, Pustaka Setia, Cet. Pertama, 1997, Halaman. 21. 33 Hasanuddin, AF, Anatomi Al Quran, Perbedaan Qiraat dan Pengaruhnya Terhadap Istimbat Hukum Dalam Al Quran, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persaada, Cet. Pertama, tahun 1995, Halaman 89-90. 34 Ibid, Halaman 5. 35 Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah Kebudayaan Islam, Yogyakarta, Penerbit Kota Kembang, Cet. I, Tahun 1989, Halaman 59. 36 Ahmad Syadali dan Ahmad Rafi’i, Ulumul Quran II, Bandung, Pustaka Setia, Cet. II, Revisi, Tahun 2000, halaman 24. 37 Hamdani Anwar, Pengantar Ilmu Tafsir (Bagian Ulumul Qur’an) Jakarta, Fikahati Aniska, Cet. Pertama, Tahun 1995, Halaman 14.. 38 Ibid, Halaman 14. 39 Masfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Quran, halaman 26. 40 Hamdani Anwar, Halaman 14. 41 Hasanuddin, AF, Halaman 93 -94. 42 Manna’ Khalil Al Qattan, halaman 219. 43 Kamil Ali Baba, Ruh al Khat Al Aaraby, Terjemahan, D. Sirajuddin, A.R. Dinamika Kaligrafi Islam, Jakarta, Darul Ulum, Press, 1992. Halaman. 50. 44 Ahmad syadaly dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Quran II, Bandung, Pustaka Setia, Cet. 2, Tahun 2000, Halaman 26. 45 Subhi Ash Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Al Quran, Terjemaan Tim Pustaka Firdaus, Jakarta, Pustaka Firdaus, Cet. 4, Tahun 1993. Halaman 116-117.
Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
GARANSI KEMURNIAN AYAT-AYAT AL QUR’AN: MENILIK UPAYA ...
DAFTAR PUSTAKA Abu Anwar, Ulumul Qur’an Sebagai Pengantar, Jakarta, Amzah, Cet. Ke 3, Tahun 2009. Ahmad Syadali dan Ahmad Rafi’i, Ulumul Quran I, Bandung, Pustaka Setia, Cet. I, Tahun 1997. Ahmad Syadzali dan Ahmad Rafi’i, Ulumul Quran II, Bandung, Pustaka Setia, Cet. I, Tahun 1997. Al Zarqani dan Syahrur dalam Azyumardi Azra, Sejarah Ulumul Quran, Jakarta, Pustaka Firdaus. 1999. Anonim, Al Quran dan Terjemahnya, Al Madinah al Munawarah, Majma’ Khadim al Haramain asy Syarifain al Malik Fahd, Littiba’ah al Mushaf asy Syarif. Hamdani Anwar, Pengantar Ilmu Tafsir (Bagian Ulumul Qur’an) Jakarta, Fikahati Aniska, Cet. Pertama, Tahun 1995. Hasanuddin, AF, Anatomi Al Quran Perbedaan Qira’at dan Lengaruhnya Terhadap Istimbath Hukum Dalam Al Quran, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, Cet. Pertama, Tahun 1995. Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah Kebudayaan Islam, Yogyakarta, Penerbit Kota Kembang, Cet. I, Tahun 1989. Kamil Ali Baba, Ruh al Khat Al Aaraby, Terjemahan, D. Sirajuddin, A.R. Dinamika Kaligrafi Islam, Jakarta, Darul Ulum, Press, 1992. Manna’ Khalil Al Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Quran, Terjemahan Muzakir, Jakarta, PT. Pustaka Litera AntarNusa, Cet. Pertama, Tahun 1992. Masyfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, Surabaya, PT. Bina Ilmu, Cet. Ke 4, Tahun 1993. Muhammad Abdu al ‘Adhim Al Zarqani, Manahil al Irfan fi Ulum al Quran Jilid I, Baerut, Dal Fikri. 1988. Muhammad Ali Ash Shobuni, At Tibyan fi Ulum al Quran, Terjemahan Muhammad Qadirun Nur, Ikhtisar Ulumul Quran Praktis, Jakarta, Pustaka Amani, tt. Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqy, Ilmu-Ilmu Al Qur Ilmu-Ilmu Poko Dalam Menafsirkan Al Quran, Semarang, PT. Pustaka Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013
551
552
BADARUDDIN Rizki Putra, Cet. Ke 2, Tahun 2002. Subhi Ash Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Al Quran, Terjemaan Tim Pustaka Firdaus, Jakarta, Pustaka Firdaus, Cet. 4, Tahun 1993.
Media Akademika, Vol. 28, No. 4, Oktober 2013