Laporan Penelitian
Gangguan transpor ion pada polip hidung Retno Sulistyo Wardani, Endang Mangunkusumo Departemen Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta - Indonesia
ABSTRAK Latar belakang: Polip hidung adalah proses inflamasi yang mengakibatkan terjadinya hiperabsorpsi ion natrium dan berkurangnya sekresi ion klorida. Tujuan: Untuk mengetahui peran nasal seroprotein yang meningkatkan efek hidraulik dan memperbaiki integritas sel untuk mengatasi hiperabsorpsi ion natrium, akan dilakukan penelitian pada pasien polip hidung sebelum dan sesudah protokol pengobatan dengan polipektomi sederhana endoskopik dan glukokortikoid intranasal selama enam minggu. Metode: Dua puluh sembilan pasien polip hidung bilateral yang dapat dievaluasi, dikelompokkan berdasarkan kriteria klinis menjadi 16 subjek responder dan 13 subjek non-responder. Peningkatan ekspresi statherin (STATH) dan prolactin-induced-protein (PIP) diperoleh melalui pemeriksaan microarray pada 5 sampel dengan respons terapi terbaik. Selanjutnya 22 pasang sampel (44 jaringan) menjalani pemeriksaan validasi untuk mengetahui ekspresi gen STATH dan PIP pada tingkat mRNA dengan pemeriksaan real-time RT-PCR. Hasil: Penelitian ini mendapatkan peningkatan ekspresi (foldchange) STATH dan PIP berdasarkan pemeriksaan microarray 115,33 (FDR 8,81) dan 26,45 (FDR 12,20) dan setelah divalidasi ulang dengan pemeriksaan real-time RT PCR didapatkan peningkatan ekspresi 186,59 (IK 95% 6,22–1024,97) dan 17,64 (IK 95% 3,37–32,75). Kelompok responder menunjukkan aktivitas transkripsi yang lebih tinggi secara bermakna pada gen STATH sebesar 300,42 (IK 95% 1,34–1257,32) dibandingkan dengan kelompok non-responder 72,76 (IK 95% 21,81–1285,91) sedangkan PIP kelompok responder 19,56 (IK 95% 1,75–130,70) dan kelompok non-responder 15,71 (IK 95% 3,84–29,79). Kesimpulan: Analisis perbandingan ekspresi gen berdasarkan pemeriksaan microarray, real-time RT PCR dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa STATH dan PIP mempunyai peran untuk respons kesembuhan dalam protokol pengobatan polip hidung.
Kata kunci: transpor ion epitel, polip nasi, statherin, prolactin-induced-protein ABSTRACT Background: Nasal polyps is an inflammation process effecting in epithelial natrium hiperabsorption and decreased of chloride ion secretion. Purpose: To find out the role of nasal seroprotein in increasing the hydraulic effect and improving cellular integrity in balancing the natrium hyperasborption in nasal polyps patients following protocol treatment 1
of endoscopic simple polypectomy and 6 weeks intranasal glucocorticoid. Method: Twentynine patients with naive bilateral nasal polyps were undergone protocol treatment of endoscopic simple polypectomy followed by 6 weeks intranasal glucocorticoid. There were 16 responder subjects and 13 non-responder subjects. Increased expresions of statherin (STATH) and prolactin-induced-protein (PIP) were obtained by microarray examination on the best five responder of paired samples pre and post treatment, and validated by real-time RT-PCR for 22 pairs samples (44 nasal polyps tissue). Result: Increasing expression (foldchange) of STATH and PIP based on microarray were 115.33 (FDR 8.81) dan 26.45 (FDR 12.20) and the validation by real-time RT PCR demonstrated the foldchange expression of 186.59 (95% CI 6.22–1024.97) in STATH expression and 17.64 (95% CI 3.37– 32.75) in PIP expression. Responder group showed higher transcription activity in gen STATH 300.42 (95% CI 1.34–1257.32) compared to non-responder group of 72.76 (CI 95% 21.81–1285.91), while PIP in responder group showed 19.56 (CI 95% 1.75–130.70) and in non-responder group of 15.71 (CI 95% 3.84–29.79). Conclusion: Gene expression comparison analysis by microarray, real-time RT PCR from the result of this study showed that STATH and PIP had a function for the improvement in nasal polyps treatment protocol. Keywords: epithelial ion transport, nasal polyps, prolactin-induced-protein, statherin Alamat korespondensi: Retno S. Wardani, Departemen THT FKUI-RSCM Jl. Diponegoro 71, Jakarta Pusat. E-mail:
[email protected]
PENDAHULUAN Polip
penyakit
struktur epitel yaitu hiperplasia sel goblet,
inflamasi yang berat pada saluran napas
metaplasia skuamosa serta infiltrasi sel-sel
atas dengan prevalensi berkisar antara 0,2–
radang seperti eosinofil, limfosit dan sel
4,3%.
1-3
hidung
termasuk
Secara makroskopik polip hidung
plasma. Selain itu, terdapat pula edema
tampak sebagai lesi non-neoplastik yang
hebat lamina propria disertai dengan
merupakan edema mukosa sinonasal, yang
akumulasi matriks protein dan penebalan
prolaps ke dalam rongga hidung. Secara
membran basalis.3-5
mikroskopik
didapatkan
perubahan
2
Gambar 1. Transpor ion transepitel6
Berdasarkan
gambaran
histopatologinya,
kriteria
utama
efektivitas transpor mukosilier. Komposisi
polip
cairan ekstraseluler dan intraseluler harus
hidung adalah edema dan eosinofilia
dalam keseimbangan konsentrasi untuk
jaringan. Untuk memahami terjadinya
mempertahankan keseimbangan tekanan
edema, perlu diketahui dan dipahami
osmotik untuk mencegah sel agar tidak
terlebih dahulu mekanisme yang mengatur
meledak. Struktur membran sel yang
transpor normal ion natrium (Na+) dan
terdiri lapisan bilipid dengan molekul
klorida (Cl-) serta pergerakan air ke dalam
protein dalam jumlah besar melekat pada
dan ke luar sel epitel hidung normal dan
membran tersebut dan akan mencari jalan
gangguan yang terjadi pada sel epitel polip
untuk penetrasi ke dalam sel, tetapi
6
hidung. Transpor ion pada epitel hidung
komposisi protein dan konsentrasi cairan
mengatur
mukosa
ekstraseluler dan intraseluler akan tetap
mempengaruhi
dipertahankan melalui mekanisme difusi
respiratorik
hidrasi
permukaan
yang
3
sederhana, difusi yang difasilitasi atau
konsentrasi K+ lebih tinggi daripada
mekanisme transpor aktif. Sebagai contoh,
konsentrasi pada submukosa; gradien Na+
Na+
konsentrasi
intraseluler
dan
+
melalui
membran
basolateral
akan -
konsentrasi kalium (K ) intraseluler lebih
menyediakan energi untuk menarik Cl dan
rendah
konsentrasi
K+ ke dalam sel. Pada saat pompa
ekstraselulernya. Hal ini serupa juga
menghidrolisis ATP, maka Na+ akan
dengan Ca2+ intraseluler yang lebih rendah
terbawa ke luar sel dan K+ masuk ke dalam
dan Mg2+ intraseluler yang lebih tinggi
sel. Sehingga dengan mempertahankan
daripada
konsentrasi Na+ intraseluler yang rendah,
daripada
konsentrasi
ekstraselulernya. memiliki
Na+-K+ ATPase menyediakan energi baik
konsentrasi yang lebih tinggi di dalam sel.
untuk sekresi Cl dan absorpsi Na+.
Epitel saluran napas atas menunjukkan
Terdapat tiga subunit homolog kanal Na+
regulasi Na+ dan Cl- yang tergantung pada
epitel, yaitu alpha-rENaC, beta-rENaC
lingkungan dan faktor neurohumoral, yaitu
dan
hormon dan neurotransmiter untuk sekresi
identitas yang sama pada 35% sekuens
Protein
dan
asam
amino
dan absorpsi ion-ion tersebut.
6
7
Dejima
gamma
rENaC
yang
memiliki
(Gambar 1).6
menunjukkan bahwa ion Cl- disekresi dari
Ion klorida memasuki sel melewati
lamina propria ke lumen saluran napas,
membran
basolateral
bersama dengan
sehingga mengendalikan sekresi cairan;
protein ko-transporter yang membawa
sedangkan absorpsi Na+ dari permukaan
masuk juga Na+ dan K+. Tahap sekresi ion
epitel ke lamina propria mengakibatkan
ini secara elektrik bersifat netral karena
absorpsi cairan. Mekanisme ini diatur oleh
arus listrik dari anion diseimbangkan
kanal-kanal ion yang ada di bagian apikal
dengan arus kation.
epitel dan mekanisme molekuler yang
Membran apikal sel epitel hidung
bertanggung jawab pada permeabilitas ion
memiliki kanal Cl- yang jika diaktivasi
dan terjadinya arus listrik yang melalui sel,
akan
menyediakan
pori-pori
untuk
-
tetapi tetap juga harus diperhatikan kanal
pergerakan pasif Cl mengikuti gradien
ion dan ko-transporter yang terdapat di
elektrokimia
bagian
diperhatikan bahwa AMP siklik akan
basolateral
sel
epitel
untuk
ATPase
basolateral
akan +
pada
lumen.
Perlu
mengakibatkan fosforilasi protein kinase A
mempertahankan homeostasis. Na+-K+
menuju
membran
mempertahankan
konsentrasi Na pada sel lebih rendah dan
dan membuka kanal Cl- yang dibentuk oleh
protein
CFTR
(cystic
fibrosis
transmembrane conductance regulator). 4
transpor
pada permukaan sinus, dan memiliki peran
elektrolit pada epitel sel respirasi ditandai
dalam patogenesis inflamasi hidung dan
dengan absorpsi Na+ dari lumen kedalam
sinus paranasal.6,7
Pada
keadaan
normal,
interstitium. Jika absorpsi Na+ meningkat akan
mengakibatkan
hilangnya
efek
Peran
nasal
meningkatkan
seroprotein
yang
hidraulik
untuk
efek
inhibisi protein CFTR membran apikal
mengatasi hiperabsorpsi ion natrium akan
pada kanal Na+. Gangguan lokalisasi
diteliti pada pasien dengan polip hidung
protein CFTR pada membran apikal atau
sebelum dan sesudah protokol pengobatan
defek
dengan polipektomi sederhana endoskopik
protein
CFTR dan
conductance
pada
translasi,
regulasi
akan
dan glukokortikoid topikal intranasal.
mengganggu terbentuknya energi AMP siklik
dan
mengakibatkan
gangguan
METODE
sekresi Cl-. Proses inflamasi kronik polip hidung
Dua puluh sembilan pasien polip
terjadinya
hidung bilateral terdiri dari 19 subjek laki-
hiperaborpsi ion natrium dan berkurangnya
laki dan 10 perempuan dengan rentang
sekresi ion klorida, pada kanal Na+ yang
umur 8−60 tahun, rerata umur 41 ± 15,9
terdapat di bagian apikal, dan tidak
tahun
terdapat
sederhana endoskopik untuk mengambil
akan
mengakibatkan
defek
pada
sekresi
klorida.
dapat
jaringan
kanal Na+ dengan peningkatan terbukanya
pemberian
kanal,
intranasal selama enam minggu, serta
akan
mempengaruhi
sebelum
polipektomi
Dengan terjadinya gangguan regulasi di
maka
polip
dilakukan
dan
glukokortikoid
dapat
karena kanal CFTR dapat tidak berfungsi,
berdasarkan kriteria klinis menjadi 16
maka sekresi klorida dapat berkurang, dan
subjek responder dan 13 subjek non-
molekul
dapat
responder. Jaringan polip yang didapat
terpompa ke kompartemen interstitial,
direndam dalam RNAlater dan disimpan
cairan akan ikut meningkat mengikuti
dalam lemari pendingin.
serta
klorida
gerakan natrium ke lamina propria serta
dan
topikal
gangguan fungsi pada kanal CFTR. Oleh
natrium
dievaluasi
sesudah
dikelompokkan
Spesimen jaringan beku terendam
jaringan
dalam RNA-later dilakukan ekstraksi total
interstitial. Perubahan transpor ion akan
RNA dengan homogenisasi reagen TRIR
mengakibatkan
pada
(Ambion)
sesuai
pembersihan mikroba dan zat berbahaya
prosedur.
Seluruh
mengakibatkan
edema
pada
gangguan
dengan
protokol
RNA
ekstrak 5
dipurifikasi menggunakan RiboPure™ Kit
pada suhu 99°C. Analisis transkripsi
(Ambion). Ekstrak RNA diperiksa secara
jaringan segar dilakukan dengan real-time
kualitatif dengan gel elektroforesis pada
reverse transcription-PCR menggunakan
gel agarose 1.0% yang diwarnai dengan
Taqman assay. Hibridisasi probe dipilih
ethidium bromide. Konsentrasi cairan
pada katalog online Applied Biosystems.
RNA dapat ditentukan dengan mengukur
Biasanya PCR dilakukan pada 96-well
absorbance
pada
NanoDrop
1000A
260
nm
(A260),
Spectrophotometer
(www.nanoambion.com)
plate berisi 25 µL volume. Pewarna fluoresen,
6-carboxyl-X-rhodamin,
karena
dilakukan bersama-sama dalam Taqman
prosedurnya sangat cepat dan mudah
buffer dan berfungsi sebagai referensi
digunakan; hanya mengukur 1–2 µl sampel
internal. Perputaran suhu dimulai dengan
RNA secara langsung.
tahap denaturasi awal selama 10 menit
Peningkatan ekspresi statherin pada penelitian
hasil
yang dilakukan dalam dua tahap: selama
pemeriksaan microarray. Dengan analisis
15 detik pada suhu 95°C dan selama 1
heatmap hirarki
ini
dan
didapatkan
analisis
menunjukkan
dari
pada suhu 95°C diikuti sebanyak 50 siklus
pengelompokan bahwa
STATH
menit pada suhu 60°C. Perbandingan metode
(2-∆Ct)
Ct
digunakan
untuk
merupakan gen yang paling meningkat
menentukan tingkatan ekspresi gen pada
ekspresinya pada polip hidung pasca-
setiap target gen, dan GAPDH digunakan
protokol pengobatan dibandingkan dengan
sebagai kontrol internal.
sebelum pengobatan. Hasil microarray ini
Tingkatan
ekspresi
gen
dikonfirmasi dengan real-time RT PCR.
pemeriksaan
Rantai pertama cDNA disintesis dalam
menggunakan perangkat lunak statistik
volume reaksi 20-µL terdiri dari 5 mmol/L
SPSS V11.5 (SPSS Inc.). Uji non-
MgCl2,
deoxynucleotide
parametrik Wilcoxson setara dengan uji
triphosphate mix, 1 x PCR buffer [50
beda rerata (uji t) digunakan untuk
mmol/L KCl, 10 mmol/L Tris-HCl (pH
membandingkan tingkat ekspresi mRNA
8.3)], 2.5 mmol/L random hexamer, 1
gen sebelum dan sesudah protokol terapi.
unit/µL RNA guard, 2.5 units/µL MuLV
Nilai median dan estimasi rasio tingkat
reverse transcriptase, and 1 µg of total
ekspresi
RNA. Sampel diinkubasi selama 10 menit
kelompok responder dan non-responder.
pada suhu 20°C dan selama 15 menit pada
Uji
suhu 42°C selanjutnya selama 5 menit
mengevaluasi perbedaan tingkat ekspresi
1
mmol/L
Chi
rt-PCR
gen
akan
hasil
dianalisis
dibandingkan
kuadrat
digunakan
antara
untuk 6
yang diklasifikasikan menjadi ekspresi
(13 subjek) 48,3 ± 11,5 tahun, sedangkan
tinggi dan rendah terhadap responsder dan
kelompok non-responder (9 subjek) 35,6 ±
non-responsder. Hubungan yang bermakna
18,0 tahun.
secara
statistik
menggunakan
Analisis microarray dan hasil real-
tingkat
probabilitas <0,05.
time
RT-PCR
bisa
membuktikan
Penelitian ini sudah mendapatkan
kesesuaian ekspresi STATH dan PIP.
persetujuan lolos kaji etik dari Komisi Etik
Peningkatan ekspresi (foldchange) STATH
Fakultas
dan
Kedokteran
Universitas
PIP
berdasarkan
pemeriksaan
microarray 115,33 (FDR 8,81) dan 26,45
Indonesia.
(FDR 12,20) dan setelah divalidasi ulang HASIL
dengan pemeriksaan real-time RT-PCR,
Dari 29 subjek penelitian hanya 22
didapatkan peningkatan ekspresi 186,59
subjek yang memiliki hasil ekstraksi RNA
(IK 95% 6,22–1024,97) dan 17,64 (IK
yang baik, sehingga memenuhi syarat
95% 3,37–32,75). Kelompok responder
untuk pemeriksaan real-time RT-PCR.
menunjukkan aktivitas transkripsi yang
Kelompok responder terdiri dari 6 laki-laki
lebih tinggi pada gen STATH sebesar
(27,3%)
300,42
dan
7
perempuan
(31,8%),
(IK
95%
sedangkan kelompok non-responder terdiri
dibandingkan
dari 8 laki-laki (36,4%) dan 1 perempuan
responder 72,76 (IK 95% 21,81–1285,91),
(4,5%).
exact,
sedangkan PIP kelompok responder 19,56
perbedaan yang terjadi secara statistik
(IK 95% 1,75–130,70) dan kelompok non-
tidak bermakna (p=0,07).
responder 15,71 (IK 95% 3,84–29,79).
Dengan
uji
Fisher’s
dengan
1,34–1257,32) kelompok
non-
Percontoh memiliki rentang umur 8−60 tahun, rerata umur kelompok responder
Tabel 1. Perbandingan ekspresi gen (median foldchange) berdasarkan pemeriksaan microarray dan real-time RT-PCR pada penelitian Wardani, Liu,8 Stankovic12 Wardani, 2011*** Gen Statherin Microarray Real-time RT PCR PIP Microarray Real-time RT PCR
Liu,
Total subjek
Responder
Non-responder
115,3 186,59
300,42
72,76
48 2,1*
26,45 17,64
19,56
15,71
24,9 12,8
2004
#
Stankovic, 2007##
0,05 0,003
7
Keterangan: *dianggap tidak representatif, **interval kepercayaan 95% tidak bermakna, ***steroid intranasal 6 minggu, #steroid intranasal 4 minggu, ##tidak ada keterangan terapi
Nilai median ekspresi gen STATH
mulut
fungsinya
untuk
memelihara
dan PIP pada kelompok polip hidung
homeostasis mineral dan berperan untuk
derajat 2 (n=5) adalah 1257,32 (IK 95%
mengendalikan
2,18–23938,37) dan 19,56 (IK 95% 1,75–
demineralisasi permukaan gigi dengan cara
2637,58). Pada kelompok polip hidung
menginhibisi
derajat
median
munculnya kristal dan juga membentuk
ekspresi STATH 33,07 (IK 95% 6,22–
kompleks molekul dengan molekul yang
388,70) dan PIP 15,71 (IK 95% 3,37–
lebih besar yaitu musin saliva.
3
(n-17),
didapatkan
mineralisasi
presipitasi
dan
kalsium,
Fungsi biologis STATH pada polip
32,04). Nilai median ekspresi gen STATH
hidung diketahui melalui penelitian untuk
dan PIP subjek laki-laki 28,90 (IK 95%
mengetahui respons terhadap penggunaan
0,83–1552,20) dan 8,09 (IK 95% 0,95–
glukokortikoid intranasal jangka panjang.
32,75), sedangkan pada subjek perempuan
Pada penelitian ini dan penelitian Liu,8
365,26 (IK 95% 2,19–1257,32) dan 30,92
glukokortikoid intranasal digunakan oleh
(IK 95% 1,75–176,49).
penderita polip hidung selama 6 minggu dan 4 minggu. Berdasarkan perbandingan
DISKUSI
jaringan pra dan pascaterapi dari subjek
Penelitian ini menunjukkan bahwa STATH
dan
PIP
dapat
ditingkatkan
ekspresinya oleh protokol pengobatan baik pada kelompok responder atau pun nonresponder,
sehingga
analisis
respons
kesembuhan akan dikaitkan dengan fungsi biologis, tingkatan ekspresi, ukuran polip
perbandingan jaringan polip pascaterapi dengan mukosa normal dari subjek yang berbeda
pada
penelitian
Liu,8
maka
STATH adalah 1) gen yang menunjukkan peningkatan ekspresi yang sangat besar pada jaringan polip yang sudah diterapi dibandingkan dengan mukosa normal; 2)
dan jenis kelamin. Statherin (STATH) adalah molekul kaya fosfoprotein dengan berat 5,4 kDA yang disekresi oleh kelenjar submukosa hidung, kelenjar parotis dan kelenjar submandibula-sublingual.
yang sama pada penelitian ini, dan
Pada
rongga
mengalami peningkatan ekspresi pada kelompok responder dan non-responder, sebesar 6,22–1024,97 kali dengan nilai median 186,59 kali sesudah protokol terapi; 3) menunjukkan level ekspresi yang 8
lebih tinggi 4 kali lipat pada kelompok
untuk memodulasi volume palut lendir,
responder dibandingkan dengan kelompok
yang menentukan efisiensi klirens mukus
non-responder.
dan berperan sebagai pertahanan alamiah
Untuk
menjamin
penyembuhan
terjadinya
fisiologis-fungsional,
primer melawan mikroba. Patogenesis polip
hidung
adalah
akibat
ketidak-
perbaikan fungsi sawar epitel dan mukosa
seimbangan transpor ion klorida dan
harus dipertimbangkan sebagai tujuan
natrium serta hiperabsorbsi natrium dan
setiap proses penyembuhan. Hidrasi yang
air. Protokol pengobatan akan sangat
adekuat merupakan faktor terpenting untuk
meningkatkan sekresi seroprotein nasal,
memperoleh proses penyembuhan luka
yaitu STATH yang berasal dari kelenjar
yang optimal. Penelitian-penelitian telah
submukosa sehingga dapat mengubah
membuktikan
penyembuhan
tekanan hidraulik epitel hidung, sehingga
dengan kondisi basah dan lembap secara
hiperabsorpsi ion natrium dan air diduga
bermakna lebih cepat terjadi dibandingkan
akan
penyembuhan
kering.
mengembalikan homeostasis epitel dan
bahwa
stroma.
Penelitian
ini
bahwa
dalam
kondisi
memperlihatkan
diseimbangkan
untuk
konsep hidrasi dan penyembuhan dengan
Adanya tekanan osmosis yang besar
kondisi yang lebih basah dan lembab
akibat efek hidraulik STATH, maka arus
terjadi dengan peningkatan ekspresi gen
harus diseimbangkan karena efluks ion
STATH baik pada subjek responder dan
klorida akan membawa air dan ion natrium
non-responder. Tingkatan ekspresi yang
keluar,
lebih tinggi pada kelompok responder
membran plasma yang akan meningkatkan
mempengaruhi keberhasilan penyembuhan
terbukanya calcium activated chlorida
menurut protokol pengobatan. Walaupun
channel.10
patologi polip hidung terjadi pada jaringan
mekanik
stroma yang mengalami edema, tetapi
dilanjutkan dengan potensial aksi elektrik
perbaikan
agar
hidung
integritas pada
permukaan
kelompok
epitel
responder
sehingga
terjadi
Dengan dari
sesuai
keseimbangan
depolarisasi
demikian
efek
dengan
gerakan
hidraulik
akan
prinsip-prinsip
homeostasis
dan
membuktikan bahwa kapasitas perbaikan
fungsional-fisiologis.
epitel (epithelial repair capacity) adalah
Prolactin-induced protein (PIP) adalah
perantara
ekstraseluler
gross cystic fluid protein 15, gp 17 dan
matriks dan stroma.9 Epitel saluran napas
secretory actin-binding protein dengan
secara aktif menggunakan transpor ion
berat
kesembuhan
molekul
13,5
kDA.
Gen
PIP 9
ditingkatkan regulasinya oleh prolaktin
fibrosis kistik.13 Terjadinya hiperaktivitas
dan androgen serta ditekan regulasinya
pompa natrium epitel yang mengakibatkan
oleh estrogen.13 Dilaporkan bahwa pada
terjadinya hiperabsorpsi natrium dan air
saat laktasi, prolaktin mengatur ekspresi
pada polip hidung merupakan hipotesis
gen STATH pada kelenjar air susu. Fungsi
patogenesis polip hidung oleh Dejima.7
biologisnya adalah mengatur transpor air
Jadi, glukokortikoid intranasal merupakan
pada kelenjar apokrin, aksila, vulva,
obat yang dapat memperbaiki regulasi
kelopak mata, kelenjar seruminosa telinga
transpor air melalui peningkatan regulasi
luar, kelenjar submukosa bronkus dan
PIP dan berefek pada penghambatan
kelenjar lakrimal asesorius, serta kelenjar
aktivitas pompa natrium yang menyerupai
ekrin kulit. PIP dapat berikatan dengan
obat dengan sifat natrium channel blocker
IgG, IgG-Fc dan reseptor CD4 sel T, selain
baik pada kelompok responder atau non-
itu PIP juga dapat berikatan dengan
responder.
AZGP1
dan
fibronektin.
yang
Pada penelitian ini didapatkan variabel
berfungsi sebagai reseptor permukaan akan
bebas lain, yaitu ukuran polip dan jenis
menyelubungi mikroba dan selanjutnya
kelamin yang mempengaruhi variabel
akan
setelah
respons kesembuhan; ukuran polip yang
diopsonisasi, diikat oleh IgG-FC. IgG dan
lebih kecil, yaitu derajat 2 dan subjek
IgG-FC merupakan sistem yang paling
perempuan menunjukkan ekspresi STATH
efisien dalam opsonisasi dan fagositosis.11
dan PIP yang bermakna dibanding dengan
berikatan
Penelitian
ini
IgG
dan
PIP
dan
penelitian
Liu
8
menunjukkan peningkatan ekspresi PIP
polip derajat 3 dan subjek laki-laki. Ekspresi gen yang diperbandingkan
glukokortikoid
pada penelitian ini adalah sebelum dan
Stankovic12
sesudah intervensi protokol pengobatan,
mendapati ekspresi PIP pada polip yang
sehingga ukuran polip yang lebih kecil
belum mendapat terapi steroid intranasal
dengan logika sederhana merupakan faktor
sangat rendah dibanding mukosa normal.
yang
Ekspresi PIP yang sangat rendah pada
pengobatan.
polip akibat dimetabolisme terjadi karena
memberikan bukti pada tingkatan IIB,
peningkatan
yaitu
sesudah
penggunaan
intranasal,
sedangkan
penggunaan
untuk
menentukan
suatu
Hasil
penelitian
keberhasilan penelitian
ini
eksperimental.
menghambat hiperaktivitas pompa natrium
Dengan hasil yang sahih, maka derajat
pada epitel epithelial na channel (EnaC)
rekomendasi
sesuai analogi proses yang terjadi pada
mendapatkan rekomendasi B. Dengan
protokol
pengobatan
ini 10
demikian, ukuran polip bisa digunakan
yaitu ekspresi gen STATH dan PIP yang
sebagai prediktor keberhasilan pengobatan
lebih tinggi. Alasan biologik yang lain
berdasarkan bukti tingkatan ekspresi gen
adalah
yang secara bermakna lebih tinggi pada
disengaja dengan polipektomi sederhana,
kelompok
memicu
responder
dibandingkan
kelompok non-responder.
perlakuan
kerja
membuat
trauma
estrogen
untuk
mempertahankan fungsi organ yang lebih
Ekspresi gen STATH dan PIP yang
baik terhadap trauma dan perdarahan
tinggi secara bermakna terlihat pada
melalui sistem imunitas alamiah, yaitu
subjek perempuan dan mempengaruhi
disekresinya seroprotein nasal. Studi klinik
keberhasilan
Walaupun
menunjukkan bahwa perempuan memiliki
dengan uji Fisher’s exact tidak terdapat
insidens yang rendah untuk menderita
perbedaan yang bermakna antara respons
pneumonia,
kesembuhan antara subjek laki-laki dan
multipel sesudah trauma dibanding laki-
perempuan,
gen
laki. Perempuan dengan trauma multipel
didapatkan ekspresi gen STATH dan PIP
juga dilaporkan memiliki kadar IL-6 dan
yang dipengaruhi oleh gender. STATH dan
IL-8 yang rendah yang berhubungan
PIP adalah bagian dari sistem imunitas
dengan
alamiah dan berperan dalam sistem sawar
disfungsi organ multipel dan sepsis.15
pengobatan.
tetapi
di
tingkat
mukosa (barrier mucosal system) dan sawar
fisik
yang
dipengaruhi
sepsis
rendahnya
dan
gagal
insidensi
organ
sindrom
Penelitian ini membuktikan bahwa
oleh
protokol pengobatan untuk penderita polip
kemampuan sel epitel respirasi untuk
hidung dengan polipektomi sederhana
melakukan
dan
endoskopik dan glukortikoid intranasal
mendukung ketahanan epitel dan mukosa.
memiliki bukti ilmiah berbasis kedokteran,
Epitel respirasi memiliki tipe epitel yang
yaitu terjadi peningkatan ekspresi gen
sama dengan saluran reproduksi wanita,
STATH dan PIP
yang
ekspresinya pada seluruh subjek penelitian
surveilans
berguna
untuk
imun
pertahanan
lini
yang lebih tinggi
pertama terhadap patogen dan penyakit
yang
yang ditransmisi secara seksual.14 Dengan
responder dan non-responder. Respons
demikian,
pola
kesembuhan terhadap protokol pengobatan
ketahanan epitel respirasi pada wanita
juga dipengaruhi oleh ukuran polip yang
memiliki sistem sawar fisik dan mukosa
lebih kecil dan jenis kelamin perempuan.
yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-
Berdasarkan bukti pada tingkat IIB, maka
laki, didukung bukti pada penelitian ini,
tindakan
diperkirakan
bahwa
memenuhi
kriteria
polipektomi
kelompok
sederhana 11
endoskopik dan pemberian glukortikoid
6.
Eisenhut M. Changes in ion transport
topikal intranasal selama enam minggu
in inflammatory disease. J Inflam
mendapat rekomendasi B.
2006; 3:1-15. 7.
BA, Boucher RC. Potential role of
DAFTAR PUSTAKA 1.
abnormal
Klossek JM, Neukirch F, Pribil C,
2005;
8.
nasal polyps studied by means of DNA microarray. J Allergy Clin
nasal polyps in adults: the Skovde
Immunol 2004; 114(4):783-90.
population based study. Ann Otol Rhinol Laryngol 2003; 113(4):679-82. Berstein
JM,
Nasal
polyps.
In:
Kennedy DW, Bolger WE, Zinreich SJ, editors. Diseases of the sinuses diagnosis and management. Hamilton, London: BC Decker; 2001. p. 69-75. 4.
Figueiredo CR, Santos RP, Silva ID, Weckx LL. Microarray cDNA to identify inflammatory genes in nasal polyposis.
Am
J
Rhinol
2007;
21(2):231-5. 5.
Liu Z, Kim J, Sypek JP, Wang IM,
Gene-expression profiles in humna
Johansson L, Akerlund A, Holmberg K, Melen I, Bende M. Prevalence of
3.
the
Horton H, Oppenheim FG, et al.
60(2):233-7. 2.
in
132:1352-62.
France: a cross-sectional study, caseAllergy
transport
Otolaryngol Head Neck Surg 2006;
al. Prevalence of nasal polyposis in
study.
ion
pathogenesis of chronic sinusitis. Arch
Jankowski R, Serrano E, Chanal I, et
control
Dejima K, Randell SH, Stuts J, Senior
Watelet JB, Van Zele T, Gjomarkaj N, Canonica GW, Dahlen SE, Fokkens W, et al. Tissue remodelling in upper airways: where is the link with lower airway remodelling? Allergy 2006; 61(11):1249-58.
9.
Snyder
JC.
Epithelial
reparative
capacity regulates extracellular matrix dynamics
and
innate
immunity.
Disertation for the degree of Doctor of Philosophy.
Graduate
Faculty
of
University of Pittsburgh School of Medicine.
University
Pittsburgh;
2009. 10. Hartzell C, Putzier I, Arreola J. Calcium-activated chloride channels. Ann Rev Physiol 2005; 67:719-58 doi: 10.1146/annurev.physiol.67.032003.1 54341. 11. Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Effector
mechanisms
of
humoral
immunity. In: Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S, editors. Cellular and molecular
immunology.
6th
ed. 12
Philadelphia: Sauders Elsevier; 2010.
14. Schaefer TM, Vahey JV, Wright JA, Wira CR. Innate immunity in the
p.321-48. 12. Stankovic KM, Goldstein H, Reh DD,
human
female reproductive tract:
Platt MP, Metson R. Gene expression
antiviral response of uterine epithelial
profiling of nasal polyps associated
cells to the TLR3 agonist poly (I:C). J
with
Immunol 2005; 174:992-1002.
chronic
rhinosinusitis
aspirin-sensitive
and
asthma.
Laryngoscope 2008; 118:881-9. 13. Clunes MT, Boucher RC. Frontrunners
for
pharmacotherapeutic
correction of the airway ion transport
15. Yu HP, Chaudry IH. The role of estrogen and receptor agonists in maintaining
organ
trauma hemorrhage.
function
after
Shock 2009;
31(3):227.
defect in cystic fibrosis. Curr Opin Pharmacol 2008; 8(3):292-9.
13