1
FRASA VERBAL DALAM BAHASA MUNA
ARTIKEL Diajukan Sebagai Prasyarat Mengikuti Ujian Sarjana pada Fakultas Sastra dan Budaya
Oleh
WA ODE ASNA NIM 311 409 018
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA GORONTALO 2013
2
FRASA VERBAL DALAM BAHASA MUNA OLEH: WA ODE ASNA NIM 311 409 018 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Anggota Penulis Wa Ode asna (Koordinator) Dr. H. Dakia N. Djou, M.Hum (Anggota / Pembimbing I) Salam, S.Pd, M.Pd (Anggota / Pembimbing II)
ABSTRAK Wa Ode Asna. Frasa Verbal dalam Bahasa Muna. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Sastra Dan Budaya. Universitas Negeri Gorontalo. Di bawah Bimbingan Bapak Dr. H. Dakia N. Djou, M.Hum selaku pembimbing I dan Bapak Salam S.Pd, M.Pd selaku pembimbing II. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah struktur frasa verbal dalam bahasa Muna? (2) Bagaimanakah fungsi frasa verbal dalam kalimat bahasa Muna? (3) Bagaimankah makna frasa verbal dalam bahasa Muna. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan struktur frasa verbal dalam bahasa Muna, (2) Mendeskripsikan fungsi frasa verbal dalam kalimat bahasa Muna, (3) Mendeskripsikan makna frasa verbal dalam bahasa Muna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tuturan dari masyarakat yang
3
ada di Desa Poaroha Kecamatan Marobo Kabupaten Muna yang mencakup frasa, frasa verbal dan kalimat. Kemudian teknik pengumpulan data yang digunakan teknik dokumentasi, cakap semuka, dan rekaman. Selain itu, teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah mengklasifisi dan mengelompokkan data. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berdasarkan strukturnya terdiri atas frasa verbal koordinatif dan struktur frasa verbal subordinatif yang meliputi frasa dan kalimat. Dalam kalimat ditemukan frasa verbal, asal bahasanya menggunakan bahasa Muna di Desa Poaroha Kecamatan Marobo. Fungsi frasa yang terdapat dalam kalimat adalah (1) berfungsi sebagai subjek, (2) berfungsi sebagai predikat, (3) berfungsi sebagai objek, (4) berfungsi sebagai Keterangan, dan (5) berfungsi sebagai pelengkap. Selanjutnya makna yang terdapat dalam kalimat terdiri atas makna leksikal, makna referensial, makna denotatif dan konotatif. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa frasa verbal dalam bahasa Muna di Desa Poaroha Kecamatan Marobo Kabupaten Muna mencakupi struktur frasa verbal koordinatif dan subordirnatif. Sementara itu, fungsi mencakupi fungsi S, P, O, K, Pel, selanjutnya makna mencakupi makna leksikal, referensial, denotatif dan konotatif. Oleh karena itu, disarankan perlu mekakukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam dengan kajian yang berbeda seperti kajian semantik maupun yang lainnya dengan objek yang sama maupun yang lebih luas. Kata kunci: kata, frasa, frasa verbal, kalimat.
PENDAHULUAN Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh penuturnya, baik itu secara lisan maupun tulisan. Bahasa yang dimaksud adalah bahasa Indonesia, bahasa asing, dan bahasa daerah. Setiap suku memiliki bahasa daerah yang digunakan sebagai bahasa pengantar. Masing-masing suku di Indonesia terdapat bahasa daerah yang berbeda-beda dengan daerah lainnya yang perlu dibina dan dilestarikan secara terus menerus. Pateda (2001: 94), bahwa bahasa daerah adalah bahasa yang dipakai oleh penutur bahasa yang tinggal di daerah tersebut untuk berkomunikasi antarsesama
4
mereka. Salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia yaitu bahasa Muna yang digunakan oleh masyarakat Muna itu sendiri yang bertempat tinggal di daerah Muna. Pada saat ini dalam melakukan berbagai kegiatan sehari-hari, bahasa Muna masih tetap digunakan oleh penuturnya. Hanya saja, pemakaian bahasa ini oleh kalangan pemuda khususnya yang tinggal di perkotaan, dirasakan sangat berkurang, berbeda halnya dengan yang tinggal di pedesaan, yang lebih dominan menggunakan bahasa daerah Muna daripada bahasa Indonesia. Bahasa Muna ini apabila dituturkan oleh kalangan pemuda yang biasa tinggal di perkotaan terkadang makna kalimat yang dituturkannya itu sudah jauh berbeda dengan makna yang sebenarnya. Sebagaimana yang disajikanpada contoh kalimat berikut; ade mai huma nasi yang berarti “adik mari makan nasi”. Di sini kata ‘ade’ seharusnya “ai”, kata huma seharusnya “fumaa”, dan kata nasi seharusnya “ghoti”. Penggunaan kata-kata yang ada dalam bahasa Muna sudah banyak didominasi oleh kata-kata yang ada dalam bahasa Indonesia. Hal ini dikhawatirkan akan terus mengikis keberadaan bahasa Muna di daerah kabupaten Muna. Sebagai penutur asli bahasa Muna, ada kekhawatiran akan kerusakan dan bahkan kemungkinan besar akan mengalami kepunahan pada berbagai aspek bahasanya. Salah satu aspek tersebut ialah struktur bahasanya yang dalam hal ini berada pada tataran sintaksis. Sintaksis adalah subdisiplin linguistik yang melaksanakan studi tentang hal-hal yang berhubungan dengan kalimat. Objek sintaksis yang paling kecil adalah frasa dan yang paling tinggi atau yang paling besar kedudukannya adalah kalimat. Ramlan (1999: 21) menyatakan bahwa sintaksis ialah bagian atau cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa. Frasa merupakan satuan linguistik yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa dan kalimat. Frasa adalah kumpulan kata non predikatif. Artinya frasa tidak memiliki predikat dalam strukturnya. Itu yang membedakan frasa dengan klausa dan kalimat. Frasa juga merupakan bagian dari kajian sintaksis yang di dalamnya terdapat berbagai macam frasa, diantaranya frasa verbal. Frasa verbal adalah frasa yang unsur pusatnya berupa kelas kata kerja (verba); frasa nominal adalah frasa yang unsur pusatnya berupa kelas kata benda (nomina); frasa adjektival adalah frasa yang unsur pusatnya berupa kelas kata sifat (adjektiva); frasa adverbial adalah frasa yang unsur pusatnya berupa kelas kata keterangan (adverbia); dan
5
frasa numeralia adalah frasa yang unsur pusatnya berupa kelas kata bilangan (numeralia). Diantara bagian-bagian frasa yang telah disebutkan di atas, maka penelitian ini difokuskan pada frasa verbal. Penelitian tentang frasa verbal yang akan dilakukan dalam hal ini “Frasa verbal dalam Bahasa Muna” sangat penting karena peran dan kehadirannya dalam percakapan sehari-hari sangat diperlukan yaitu dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi masyarakat sehingga lebih diketahui dan dikenal. Hal ini juga merupakan salah satu upaya pelestarian budaya daerah. Kekhasan yang lain, yaitu berdasarkan kategori/kelas kata yang mengisi frasa verbal bahasa Muna dibentuk oleh frasa verbal koordinatif (FVK) dan frasa verbal subordinatif (FVS) sehingga perlu untuk dikaji. Sebagai contoh, ‘aiku ne basa o boku we kamara’ (adikku sedang membaca buku di kamar). Konstituen yang menjadi penanda frasa verbal adalah konstituen ne basa (sedang membaca). Konstituen ne basa (sedang membaca), baik konstituen ne (sedang) maupun konstituen basa (membaca) tidak bisa menduduki fungsi keterangan sebab kedua konstituen tersebut tidak berterima. Penelitian terhadap frasa verbal dalam bahasa Muna juga dapat dijadikan sebagai bahan pembanding dengan frasa verbal dalam bahasa Indonesia. Di sisi lain, penelitian bahasa Muna juga dapat memberikan kontribusi dalam usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Muna yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi dalam usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. Bahasa Muna yang digunakan dalam melakukan percakapan sehari-hari, para penutur bahasa Muna ini tidak lagi memperhatikan strukturnya. Kata-kata yang diucapkan tidak terarah atau tidak sejalan dengan makna yang sebenarnya. Karena mereka lebih sering menggunakan bahasa Indonesia. Jadi, penggunaan frasa verbal dalam bahasa Muna itu sudah jarang digunakan dan lebih sering terdengar kata-kata yang ada dalam frasa verbal bahasa Indonesia. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: (1) Bagaimanakah struktur frasa verbal dalam bahasa Muna? (2) Bagaimanakah fungsi frasa verbal dalam kalimat bahasa Muna? dan (3) makna frasa verbal dalam bahasa Muna? Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan struktur frasa verbal dalam bahasa Muna, mendeskripsikan fungsi frasa verbal dalam kalimat bahasa
6
Muna, dan mendeskripsikan makna frasa verbal dalam bahasa Muna. Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu (1) bagi penulis, dengan adanya penelitian ini, maka dapat menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam melakukan penelitian di masa yang akan datang dan sebagai realisasi tanggung jawab terhadap perguruan tinggi khususnya pada bidang penelitian. Bagi guru, dengan adanya penelitian ini, maka dapat dijadikan sebagai referensi dalam pembelajaran bahasa Muna sebagai Muatan Lokal di Sekolah Dasar (SD) maupun di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pemerintah Daerah, dengan adanya penelitian ini, maka diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pemerintah daerah terkini dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan di bidang pendidikan dan kebudayaan. METODE PENELITIAN Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Sebagai bahan penelitian, maka di dalam data terkandung objek penelitian dan unsur lain yang membentuk data, yang disebut konteks (objek penelitian). Data yang dimaksud adalah data tentang frasa verbal yang ada dalam bahasa Muna. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen. Dalam mengumpulkan data, peneliti mengguanakan teknik (1) dokumentasi yaitu pada tahap ini peneliti mengambil data dari buku-buku penunjang, naskah (cerita rakyat) yang berbahasa Muna. Dalam hal ini peneliti tidak mempersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, (2) cakap semuka yaitu pada tahap ini peneliti langsung mendatangi informan di daerah pengamatan dan melakukan percakapan (bersumber dari pancingan yang berupa pertanyaan) dengan informan, yang berhubungan dengan katakata dalam frasa verbal, dan (3) rekaman yaitu pada tahap ini peneliti merekam pembicaraan yang di percakapkan oleh informan dengan peneliti. Adapun data yang perlu direkam adalah data dari percakapan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang dianggap sebagai informan. Teknik rekaman perlu digunakan dalam rangka menjaga keakuratan data karena mengingat daya ingat peneliti yang sangat terbatas. Setelah data terkumpul, maka peneliti menganalisis data dengan cara mentraskripsikan data hasil rekaman yang ada dalam percakapan dengan informan,
7
mengklasifikasikan data hasil rekaman beserta dongeng (cerita rakyat) dan diurutkan berdasarkan struktur kalimat, fungsi kalimat, dan makna frasa verbal dalam bahasa Muna, menerjemahkan frasa verbal dalam bahasa Muna kedalam bahasa Indonesia, menyimpulkan hasil analisis, dan menyusun laporan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil transkripsi data pada bagian ini, peneliti membagi data berdasarkan strukturnya yang terdiri atas struktur frasa verbal koordinatif, dan struktur frasa verbal subordinatif. Kedudukan fungsi dalam kalimat, yang meliputi fungsi Subjek, dan prediukat, dan maknanya dalam sebuah kalimat. Adapun yang termasuk struktuf frasa verbal koordinatif yakni Frasa verbal koordinatif dapat disusun dari menggabungkan kata ‘bhe’ (dan) diantara kedua kata yang berkategori frasa verbal yang ada dalam bahasa Muna, seperti dalam kalimat berikut: -
Rusa no suli kumalagho te soririno lembo (rusa pulang pergi di pinggir rawa) Kata yang digaris bawahi di atas merupakan frasa verbal yang terdapat dalam
sebuah kalimat, dapat digabungkan dengan kata bhe (dan), yakni: - O rusa bhe suli kumalagho te soririno lembo ‘rusa pulang pergi di pinggir rawa’ Struktur frasa verbal subordinatif yang terdapat dalam data penelitian ini terdiri atas frasa verbal subordinatif dapat disusun dari adverbia + verba (Adv + V), berdasarkan pembagian tersebut, dapat dilihat penyusunannya seperti berikut: (1) Frasa verbal subordinatif yang berstruktur adverbia + verba (Adv + V) memiliki makna gramatikal: - Ingkar
- Keinginan
- Frekuensi
- Keselesaian
- Kuantitas
Penyusunannya adalah sebagai berikut: a. FVS yang berstruktur Adv + V dan bermakna gramatikal ‘ingkar’ -
Rusa miina neafa-afa ‘rusa tidak berbuat apa-apa’
-
Rusa pae mooli mewa ane pae maghindulu ‘rusa tidak dapat melawan jika memukul lebih dulu’
8
-
Kapopoluka miina naesepegho ghagheno ne rusa ‘kura-kura tidak menendang rusa dengan kakinya’
b. FVS yang berstruktur Adv + V dan bermakna gramatikal ‘frekuensi’ -
Nturu no foroghu kameko ‘dia sering minum air aren’
c. FVS yang berstruktur Adv + V dan bermakna gramatikal ‘kuantitas’ -
Bhari pogauno ane nolowu ‘dia banyak bicara jika mabuk’
-
O rusa na fowogha kapopoluka ‘rusa akan menyerang kura-kura’
d. FVS yang berstruktur Adv + V dan bermakna gramatikal ‘keinginan’ -
Nae gholi roti ‘dia ingin membeli roti’
-
O rusa naminda-mindahiemo kapopoluka ‘rusa ingin menginjak-nginjak kura-kura’
e. FVS yang berstruktur Adv + V dan bermakna gramatikal ‘keselesaian’ -
O rusa nando ne kapihi so kapeehano ‘rusa sedang mencari tempat untuk melompat’
-
Kapopoluka no poghawa dua bhe rusa ‘kura-kura sudah bertemu dengan rusa’
Kedudukan fungsi dalam sebuah kaliamat misalnya dapat dilihat pada hasil analis berikut. 1) Fungsi frasa verbal sebagai predikat Frasa verbal yang berfungsi sebagai predikat, jika frasa tersebut berfungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat kalimat. Untuk lebih jelas lagi tampak pada contoh berikut. -
O rusa na fowogha kapopoluka ‘rusa akan menyerang kura-kura’ P
-
P
Nolowu kaawu ne fohansuru (kalau mabuk selalu kasi hancur) P
P
- Ambano paemo namendua (katanya tidak akan mengulanginya) P
P
2) Fungsi frasa verbal sebagai subjek Pada umumnya frasa yang berfungsi sebagai subjek adalah verba inti, tanpa pewatas depan ataupun pewatas belakang. Jika verba itu memiliki unsur lain seperti
9
objek dan keterangan, maka unsur itu ikut menjadi bagian dari subjek. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada contoh berikut. O pokakei-keino morondo we galu (ada yang berteriak-teriak tadi malam di kebun) S
S
Makna frasa verbal dalam bahasa Muna tidak jauh berbeda dengan makna frasa verbal yang ada dalam bahasa Indonesia. Hubungan makna tersebut bila dilihat dalam bentuk kalimat adalah sebagai berikut. 1) Makna leksikal Makna leksikal a) O rusa no suli kumala te soririno lembo ‘rusa pulang pergi di pinggir rawa’
b) O pokakei-keino morondo we galu (ada yang berteriak-teriak tadi malam di kebun)
c) Aitu wawehaku a wogha ghaghemu (sekarang tiba giliranku untuk memukul kakimu)
2) Makna referensial Makna referensial a) Ambano naegholi kasami roti we lambu ndo Wa Nasia (dia ingin membelikan kami roti di rumahnya Wa Nasia)
b) Barangka ae gholiangkoomu roti we lambu ndo Wa Nasia (kalau begitu saya ingin membelikan kalian roti di rumahnya Wa Nasia)
c) Nando seghulu rusa ne kala-kala (ada seekor rusa berjalan-jalan di pinggir rawa)
10
3) Makna denotatif dan makna konotatif Makna denotatif a) Do
foroghu
welambu
Makna konotatif ndoa
Raga
tanomentaihimo poangka dopokakei-kei (mereka minum di rumahnya La Raga sampai pagi sambil berteriak-teriak) b) O rusa anagha ta nesepa kaawu o kawea (si rusa hanya menendang angin)
-
Bermakna positif
a) Kapopoluka nealamo kalateha te molangke hano (kura-kura mengambil posisi di tempat yang tinggi) a) Aitu
Bermakna negatif wawehaku
awogha
ghaghemu
(sekarang tiba giliranku ingin memukul kakimu) b) Nolowu kaawu nefohansuru (kalau mabuk selalu kasi hancur)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan dapat diuraikan berdasarkan permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Uraiannya, dapat dilihat pada tiap contoh kalimat yang diawali dengan struktur atau penyusunan frasa verbal dalam sebuah kalimat. Dengan adanya penyusunan frasa tersebut, dapat ditentukan kedudukan fungsinya dalam sebuah kalimat beserta maknanya dalam suatu kalimat. Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa dalam bahasa Muna memiliki struktur frasa verbal yakni frasa verbal koordinatif (FVK) dan frasa verbal subordinatif (FVS), fungsi frasa verbal dalam kalimat, dan makna frasa verbal dalam sebuah kalimat. 1. Berdasarkan strukturnya Struktur frasa verbal yakni frasa verbal koordinatif (FVK) dan frasa verbal subordinatif (FVS). Frasa verbal koordinatif yakni dua buah kata berkategori verba yang merupakan anggota dari antonim relasional dan dari satu medan maknadan memiliki makna gramatikal ‘menggabungkan’ di antara kedua unsurnya disisipkan kata ‘bhe’ (dan). Hal ini sejalan dengan teori yang telah dikemukakan oleh Menurut Widjono (2007: 140) yang mengatakan bahwa frasa verbal koordinatif yaitu dua verba yang disatukan dengan kata penghubung dan atau atau. Misalnya: -
O rusa no suli kumala te soririno lembo (rusa pulang pergi di pinggir rawa) Dari frasa yang ada di dalam kalimat di atas dapat dibaca menjadi ‘o rusa no suli
bhe kumala te soririno lembo yang berarti ‘rusa pulang dan pergi di pinggir rawa’.
11
Dapat dibaca seperti itu karena, di antara kedua kata tersebut telah disisipkan kata ‘bhe’ (dan). Kata o rusa (rusa) berfungsi sebagai subjek (S), kata suli bhe kumala (pulang dan pergi) berfungsi sebagai predikat (P), dan kata te soririno lembo (di pinggir rawa) berfungsi sebagai keterangan tempat. Kata ‘suli kumala’ (pulang pergi) merupakan frasa dalam bahasa Muna dan memiliki makna leksikal karena kata tersebut meruju pada seekor binatang yang sedang melakukan kegiatan di pinggir rawa berjalan kian kemari secara berulang-ulang kali dia lakukan di tempat tersebut. Berdasarkan contoh kalimat di atas, jika tidak ada sisipan‘dan’ diantara kedua kata tersebut maka tidak memiliki makna atau arti. Jika menimbulkan makna dari kalimat yang ada pada contoh di atas tanpa memiliki sisipan dan, maka makna yang menggunakan kata sisipan dengan yang tidak menggunakan kata sisipan akan berbeda dengan yang menggunakan kata sisipan dan. Struktur frasa verbal subordinatif sebagaimana yang telah di kemukakan oleh Chaer (2009: 139) bahwa frasa verbal yang dapat disusun dari adverbial + verba (Adv +V), verba + adverbial (V+Adv), verba + nomina (V+N), dan verba + adjektifa (V+A), dan masing-masing memiliki makna gramatikal. Namun, yang ditemukan dalam penelitian ini hanya beberapa frasa verbal saja yang dapat disusun dalam kalimat yang bermakna gramatikal dengan struktur Adv + V,
yakni struktur gramatikal ingkar,
keinginan, frekuensi, keselesaian, kuantitas. Sedangkan yang berstruktur gramatikal yang lain tidak ditemukan dalam data peneltian ini. a) Frasa verbal yang memiliki makna gramatikal ingkar dengan struktur Adv+V, misalnya: -
O rusa miina neafa-afa ‘rusa tidak berbuat apa-apa’ Dari contoh kalimat di atas dapat dilihat bahwa frasa O rusa (rusa) menduduki
fungsi subjek (S) miina neafa-afa (tidak berbuat apa-apa) dapat menduduki fungsi predikat (P). Kalimat O rusa miina neafa-afa ‘rusa tidak berbuat apa-apa’, merupakan frasa dalam bahasa Muna dan memiliki makna seekor rusa yang sudah tidak berbuat apa-apa lagi ketika melihat lawannya. 2. Berdasarkan maknanya Makna frasa verbal dalam bahasa Muna dapat ditemukan beberapa kalimat dalam data penelitian diantaranya sebagai berikut:
12
1) Makna leksikal b. O rusa no suli kumala te soririno lembo ‘rusa pulang pergi di pinggir rawa’
c. O pokakei-keino morondo we galu (ada yang berteriak-teriak tadi malam di kebun)
d. Aitu wawehaku a wogha ghaghemu (sekarang tiba giliranku untuk memukul kakimu)
Kata yang digaris bawahi dari kutipan kalimat di atas merupakan frasa dalam bahasa Muna dan memiliki makna leksikal karena kata yang ada pada kalimat ‘suli kumala’ ‘pulang pergi di pinggir rawa’ dapat mengandung makna seekor rusa yang sedang
melakukan pekerjaan lebih dari satu kali dalam waktu satu hari yakni bolak-balik di pinggir rawa, secara berulang-ulang. Pada kalimat kedua, ‘O pokakei-keino’ ‘ada yang berteriak-teriak’, mengandung makna orang yang memperdengarkan suaranya dengan lantang atau nada suara yang tinggi. Pada kalimat ketiga, ‘a wogha ghaghemu’ ‘untuk memukul kakimu’, dapat pula mengandung makna seseorang yang hendak memukul kaki orang lain. Memukul kaki lawan atau salah satu dari anggota tubuh yang terdapat pada tubuh lawannya yang hendak akan di pukul. 2) Makna referensial a. Ambano naegholi kasami roti we lambu ndo Wa Nasia (dia ingin membelikan kami roti di rumahnya Wa Nasia)
b. Barangka ae gholiangkoomu roti we lambu ndo Wa Nasia (kalau begitu saya ingin membelikan kalian roti di rumahnya Wa Nasia)
c. Nando seghulu rusa ne kala-kala (ada seekor rusa berjalan-jalan di pinggir rawa)
Kalimat yang digaris bawahi di atas, terdapat kata-kata yang bermakna referensial atau memiliki referen (acuan). Karena, kata ‘roti’ ‘roti’, ‘lambu’ ‘rumah’, dan ‘rusa’ ‘rusa’ memiliki makna yang nyata. Kata ‘roti’ ‘roti’ berarti mengacu kepada sebuah kue yang berbentuk panjang ataupun bulat rasanya enak atau manis dapat di makan pada saat santai. Kata ‘lambu’ ‘rumah’ berarti mengacu kepada sebuah gedung yang besar dan tinggi berbentuk kubus atau segi empat, memiliki atap dan dapat digunakan sebagai tempat tinggal. Kata‘rusa’ ‘rusa’ berarti mengacu kepada seekor
13
binatang yang berkaki empat dapat di pelihara, bertanduk, biasanya terdapat di kebun binatang, dagingnya dikonsumsi, dan kulitnya dapat dimanfaatkan. Dari penjelasan yang terdapat dalam kata-kata tersebut, bila dilihat maknanya dalam bentuk kalimat ‘naegholi kasami roti welambu’ ‘ingin membelikan kami roti di rumahnya’ ‘gholiangkoomu roti we lambu’ ‘ingin membelikan kalian roti di rumahnya’, merupakan frasa dalam bahasa Muna dan memiliki makna seseorang yang ingin membeli roti atau sejenis kue untuk dibagikan kepada orang lain di subuah gedung. Pada kalimat ‘rusa ne kala-kala’ ‘rusa berjalan-jalan’, merupakan frasa dalam bahasa Muna dan memiliki makna seekor rusa atau binatang yang berkaki empat sedang berjalan kian kemari. 3) Makna denotatif dan makna konotatif a. Makna denotatif a) Do foroghu welambu ndoa Raga tanomentaihimo poangka dopokakei-kei (mereka minum di rumahnya La Raga sampai pagi sambil berteriak-teriak) b) O rusa anagha ta nesepa kaawu o kawea (si rusa hanya menendang angin)
b. Makna konotatif a) Bermakna positif -
Kapopoluka nealamo kalateha te molangkehano (kura-kura mengambil posisi di tempat yang tinggi) b) Bermakna negatif
-
Aitu wawehaku awogha ghaghemu (sekarang tiba giliranku ingin memukul kakimu)
-
Nolowu kaawu nefohansuru (kalau mabuk selalu kasi hancur)
Kata yang digaris bawahi dari kutipan kalimat di atas merupakan frasa yang ada dalam bahasa Muna dan memiliki makna denotatif karena satuan bahasa yang acuannya dapat dirasakan, dan memiliki makna konotatif karena satuan bahasa di dasari dengan rasa positif atau negatif. Pada makna denotatif ‘foroghu’ ‘minum’ merupakan frasa dalam bahasa Muna memiliki makna orang yang melakukan pekerjaan minum dengan menggunakan indra pengecapnya. Kata ‘nesepa kaawu o kawea’ ‘menendang angin’, merupakan frasa dalam bahasa Muna dan memiliki makna orang yang hanya menendang angin dengan menggunakan indra perabanya, yakni angin dapat dirasakan melalui sentuhan kulit. Pada makna konotatif yang bermakna positif ‘nealamo kalateha te molangkehano’ ‘mengambil posisi di tempat yang tinggi’ merupakan frasa dalam bahasa Muna dan
14
memiliki makna keindahan yakni seekor memilih posisi di ketinggian karena menurutnya tempat tersebut bagus dan cocok untuknya. Pada makna konotatif yang bermakna negatif ‘a wogha’ ‘ingin memukul’, ‘ne fohansuru’ ‘selalu kasi hancur’, merupakan frasa dalam bahasa Muna dan memiliki makna negatif. Karena kata ‘a wogha’ ‘ingin memukul’, ‘ne fohansuru’ ‘selalu kasi hancur’, memiliki nilai rasa yang tidak baik, ingin memukul dan selalu kasi hancur berarti meruju pada perbuatan yang kasar atau kekerasan.
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka simpulan dari penelitian ini adalah: (1) Struktur frasa verbal dalam bahasa Muna terdiri dari struktur frasa verbal koordinatif (FVK) dan struktur frasa verbal subordinatif (FVS). Struktur frasa verbal koordinatif (FVK) dalam bahasa Muna adalah struktur yang memiliki makna gramatikal ‘menggabungkan’ sehingga diantaranya dapat disisipkan kata ‘bhe’ yang berarti dan. Misalnya, ‘suli kumala’ yang berarti ‘pulang pergi’. Sedangkan struktur frasa verbal subordinatif (FVS) dalam bahasa Muna adalah struktur yang dapat disusun dari adverbial + verba, verba + adverbial, Verba + Nomina, dan Verba + Adjektifa, atau dapat ditulis seperti (Adv + V, V + Adv, V + N, dan V + A). (2) Fungsi frasa verbal dalam bahasa Muna terdiri dari atas lima, yakni berfungsi sebagai predikat, subjek, objek, keterangan, dan pelengkap. Fungsi frasa verbal dalam bahasa Muna adalah fungsi yang menduduki predikat, subjek, objek, pelengkap, dan keterangan yang terdapat dalam kalimat. (3) Makna frasa verbal dalam bahasa Muna terdiri atas tiga yakni makna laksikal, makna referensial, dan makna denotatif dan konotatif. Adapun yang menjadi saran dalam penelitian ini, yakni: (1) Penelitian ini hanya difokuskan pada frasa verbal dalam bahasa Muna. Masih ada jenis frasa yang belum sempat dikaji antara lain, frasa nominal, frasa adjektifal. (2) Penelitian tentang frasa verbal dalam bahasa Muna, merupakan salah satu aspek bidang kebahasaan. Oleh sebab itu, diharapkan kepada mahasiswa, guru, dan masyarakat ilmiah untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan melihat aspek yang lain. (3) Bahasa Muna merupakan sebagai bahasa daerah yang masih dipergunakan terus oleh penuturnya, sebagai bahasa daerah yang hidup ditengah-tengah masyarakat Muna. Diharapkan kepada pemerintah
15
setempat, tokoh masyarakat, dan unsur masyarakat ilmiah untuk menjaga dan melestarikan bahasa daerah agar tidak mengalami kepunahan. DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta : Rineka Cipta. Gazali, Muhammad, Zalili Sailan dan dkk. 1995. Sistem Morfologi Nomina Bahasa Muna. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa (Tahapan Strategi, Metode dan Tekniknya) Edisi Revisi. Jakarta : Raja Grafindo Persada. . 2006. Metodologi Penelitian Bahasa (Tahapan Strategi, Metode dan Tekniknya). Jakarta : Raja Grafindo Persada. Moeliono, Anton M. dan Soenjono Darjowidjojo. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Depdikbud cet.4. Jakarta. Perum Balai Pustaka. Pateda, Mansoer dan Yennie Pulubuhu. 2009. Linguistik. Gorontalo : Viladan. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta. Sidu, La Ode. 1995. Cerita Rakyat dari Sulawesi Tenggara. Jakarta : Grasindo. Tarigan, Hernny Guntur. 1983. Prinsip-prinsip Dasar Sintaksis. Bandung : Angkasa. . 1984. Pengajaran Sintaksis. Bandung : Angkasa.