PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF TIPE PROBLEM-BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI SMK NEGERI 1 BOALEMO DI KAB.BOALEMO ARTIKEL Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Mengikuti Ujian Sarjana Pada Fakulats Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo
Oleh NURLAILA DIKO NIM : 911 411 111
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN EKONOMI 2015
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF TIPE PROBLEM-BASED LEARNING DALAMMENINGKATKANHASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI SMK NEGERI 1 BOALEMO DI KAB.BOALEMO Nurlaila Diko1, Usman Moonti2,Rusli ISa3 Jurusan Pendidikan Ekonomi NURLAILA DIKO. 2015. “Penggunaan Model Pembelajaran Cooperative Tipe Problem Based Learning dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI SMK Negeri 1 Boalemo”. Program studi S1 Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo. Bapak Dr.H.Usman Moonti,M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Drs.Rusli Isa,M.Siselakupembimbing II. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan rumusan masalah “Apakah penggunaan model pembelajaran cooperatif tipe problem based learning pada mata pelajaran akuntansi di kelas XI akuntansi SMK Negeri 1 Boalemo Kabupaten boalemo akan meningkatkan hasil belajar siswa?”. Tujuan penelitian ini adalah Meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran cooperatif tipe Problem based learning pada mata pelajaran akuntansi di kelas XI akuntansi SMK Negeri 1 Boalemo Kabupaten Boalemo. Dengan subjek penelitian adalah kelas XI tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 13 orang siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan sebanyak 2 siklus, proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperatif tipe Problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa dimana pada observasi awal siswa yang berjumlal 13 orang, hanya 5 atau 38,46% siswa yang mendapat hasil belajar tuntas. Pada saat model pembelajaran dirubah dari ceramah menjadi model pembelajaran cooperatif tipe Problem based learning, hasil belajar siswa pada siklus I menunjukan nilai rata-rata kelas mencapai 68.85% dan ketuntasan belajar 46,15%. Pada siklus II nilai ratarata kelas meningkat menjadi 80% dan ketuntasan belajar 84.62%. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “jika digunakan model pembelajaran cooperatif tipe Problem based learning pada mata pelajaran Akuntansi di kelas XI Akuntansi SMK Negeri 1 Boalemo Kabupaten Boalemo, maka hasil belajar siswa akan meningkat diterima”. Kata Kunci: Hasil Belajar Siswa dan Pembelajaran cooperatif tipe Problem based learning
1
Nurlaila Diko.Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo. 2 Dra. H. Usman Moonti,M.Si, Dosen Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo. 3 Drs. Rusli Isa, M.Si, Dosen Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo.
PENDAHULUAN Menjadi guru bukanlah profesi yang mudah. Guru adalah profesi yang penuh dengan tantangan, kreativitas, dan keteguhan. Betapa tidak, setiap siswa yang dihadapi datang dari beragam latar belakang, kemampuan dasar, bakat, tantangan, dan pengalaman yang berbedabeda. Oleh karena itu, ketika seorang guru mulai melaksanakan profesinya sebagai pendidik dan pengajar, ia memerlukan pemikiran yang mendalam untuk terus menerus mengkaji dan mengasah kemampuannya sehingga dapat menemukan cara yang tepat untuk menghasilkan “cita rasa” yang sesuai dengan keinginan tiap-tiap siswa. Dengan kata lain, guru profesional adalah guru yang memiliki dedikasi tinggi dalam pendidikan. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar
bagi
pembangunan
bangsa
dan
negara.
Dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, di wujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelaggaraan
ini,
guru
dengan
sadar
merencanakan
kegiatan
pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Oleh sebab itu, guru harus menguasai berbagai media mengajar dan dapat mengola kelas secara baik sehingga mampu menciptakan iklim yang kondusif.
Dalam meningkatkan hasil belajar siswa sangat berhubungan dengan masalah proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran yang sementara ini dilakukan dilembaga-lembaga pendidikan kita masih banyak yang mengandalkan cara-cara lama dalam menyampaikan materinya. Pembelajaran yang baik adalah bersifat menyeluruh dalam pelaksanaannya mencakup berbagai aspek, baik aspek kognitif, afektif maupun
psikomotorik,
sehingga
dalam
pengukuran
tingkat
kemandiriannya dapat dilihat dari segi kuantitas juga dari kualitas yang telah dilakukan di sekolah-sekolah. Dalam proses pengajaran perlu direncanakan apa yang akan diajarkan oleh guru, setelah itu ditetapkan pendekatan pembelajaran yang untuk dipergunakan dalam proses belajar mengajar yang berfungsi sebagai jembatan terhadap tujuan yang ingin dicapai, dan untuk menetapkan apakah tujuan tersebut telah dicapai maka penilaian atau tahap evaluasi perlu dilaksanakan untuk mengukur pencapaian tujuan pembelajaran. Permasalahan-permasalahan yang sering ditemukan dalam proses belajar mengajar yaitu salah satunya dimana guru belum memperhatikan model dan metode mengajar yang baik, yaitu proses belajar mengajar masih terfokus pada guru sehingga kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada pengajaran dari pada pembelajaran, hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh model pembelajaran konvensional/ceramah sehingga kurang efektif dalam kegiatan belajar mengajar, peran serta keaktifan
siswa
dalam
kegiatan
belajar
mengajar
(KBM)
belum
menyeluruh sehingga hasil belajar kurang optimal. Dengan adanya situasi belajar yang seperti ini dapat mengakibatkan kemampuan belajar siswa rendah. Oleh karena itu, dalam belajar mengajar diperlukan adanya strategi dan model pembelajaran, denga8n adanya strategi dan model pembelajaran
yang
baik
dari
seorang
guru
diharapkan
mampu
meningkatkan kemampuan belajar siswa. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek. PBL menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ini diharapkan akan menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa sehingga berdampak pada peningkatan kemampuan siswa, sebab siswa belajar memecahkan permasalahannya dengan strategi yang cocok untuk menyelesaikan masalah tersebut dan model ini juga dapat mengatasi kejenuhan siswa dalam belajar akuntansi sehingga siswa lebih aktif dalam menyelesaikan soal-soal akuntansi.
Melalui penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada penelitian ini di harapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi awal peneliti bahwa hasil belajar siswa jurusan Akuntansi dengan jumlah siswa 58 orang, dan jumlah guru keseluruhan 32 orang PNS 23 dan honor 9 orang masih berada pada standar Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dan ada yang berada di bawah KKM yang telah di tentukan yaitu 75. Hal ini dapat di lihat khususnya di kelas XI Akuntansi dari ketuntasan hasil belajar siswa yang masih di bawah yakni dari 13 jumlah siswa, hanya 5 orang siswa yang tuntas atau 38,46% dan siswa yang belum mencapai ketuntasan sebanyak 8 orang atau 61,54%. Menurut Purwanto (2011 : 38-39) Belajar merupakan proses dalam individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam prilakunya. Perubahan itu di peroleh melalui usaha (bukan karena kematangan), menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman. Menurut Mudjiono dan Dimyati (2009:7) belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Menurut pengertian psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya
dalam
memenuhi
kebutuhan
hidupnya.
Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Slameto (2010:2) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang itu banyak sekali baik sifatnya maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. LATAR DAN KARAKTERISTIK PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Boalemo. Siswa yang di kenakan tindakan dalam penelitian ini adalah kelas XI Akuntansi Tahun ajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 13 orang yang terdiri dari pria 4 orang dan wanita sebanyak 9 orang, kelas menjadi subjek penelitian ini adalah kelas heterogen, maksudnya kemampuan siswa bervariasi, mulai dari yang berkemampuan rendah, sedang, hingga kemampuan tinggi. Pada penelitian ini masalah yang di angkat adalah meningkatkan hasil belajar siswa dengan penggunaan model pembelajaran Cooperative Tipe PROBLEM-BASED LEARNING.
PEMBAHASAN Salah satu konsep yang telah dipelajari pada mata pelajaran Akuntansi dikelas XI Akuntansi SMK Negeri 1 Boalemo adalah materi Menentukan cost dari persediaan yang tujuannya adalah siswa mampu mendefinisikan harga pokok barang yang dijual dan persediaan akhir dengan menggunakan sistem periodik. Tujuan tersebut dapat diwujudkan melalui proses pembelajaran yang dalam hal ini erat kaitannya dengan model pembelajaran cooperative tipe problem based-learning. dalam model pembelajaran tersebut siswa diharapkan mampu untuk belajar aktif dalam mengikuti pelajaran, siswa dapat saling bekerja sama dengan teman kelompok, sehingga siswa merasa tidak bosan atau jenuh dalam menerima materi. Dalam proses belajar mengajar dengan model pembelajaran cooperative tipe problem based-learning, guru lebih berperan sebagai fasilitator, pengarah dan pemberi materi kepada siswa. Siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dan guru hanya bertugas sebagi pengarah. Dengan melalui model pembelajaran cooperative tipe
problem based-
learning, dimaksudkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Ukuran keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator kinerja yaitu jumlah siswa yang memperoleh nilai minimal 75 atau tuntas belajar dari 38,46% meningkat menjadi 84,62%.
Hal ini dapat dilihat dari data hasil penelitian yang dilaksanakan pada siklus I, siswa yang memperoleh nilai minimal 75 atau tuntas 6 orang siswa (46,15%) dan rata-rata kelas mencapai 68,84%. Disamping itu kualifikasi pembelajaran menunjukan bahwa dari 30 aspek yang diamati pada hasil pengamatan guru terhadap kegiatan peneliti pada siklus I dari proses pembelajaran, ternyata 19 aspek (63,33%) yang memperoleh kualifikasi sangat baik dan baik. Dan hasil pengamatan peneliti terhadap kegiatan siswa pada siklus I dari proses pembelajaran, ternyata 11 aspek (42,31%) yang memperoleh kualifikasi sangat baik dan baik. Dari data yang diperoleh tersebut dapat digambarkan bahwa masih perlu adanya perbaikan terutama pada hasil belajar baik secara individual maupun secara klasikal. Kelemahan-kelemahan yang terdiri pada siklus I adalah (1) guru belum mampu menciptakan interaksi yang aktif antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru (2) penguasaan alat bantu media yang
belum
secara
optimal
dikuasai
(3)
peranan
guru
dalam
menyelesaikan masalah belum maksimal (4) buku penunjang yang digunakan masih kurang (5) hasil belajar siswa belum mencapai target yang diharapkan. Berdasrkan kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I, maka guru melakukan perbaikan strategi pembelajaran pada siklus II. Adapun perubahan yang terjadi pada siklus II antaralain: (1) pendekatan guru seperti apersepsi, motivasi dan menciptakan interaksi yang aktif dengan siswa sudah sangat baik, pengelolaan kelas yang sudah sesuai, sehingga
siswa begitu semangat untuk belajar aktif dalam mengikuti pelajaran, siswa menjadi tidak malu bertanya dan siswa tidak merasakan bosan atau jenuh dalam menerima materi (2) partisipasi dan respon siswa menerima penjelasan guru, mengajukan pertanyaan sesuai dengan materi yang dibahas sangat memenuhu harapan yang diharapkan (3) daya serap siswa dalam penguasaan konsep atau materi sudah memenuhi kriteria belajar dan ketuntasan penelitian dan hasil belajar siswa sudah mencapai target yang diharapkan. Dari hasil perbaikan strategi pembelajaran tersebut, maka pada siklus II telah terjadi perubahan, baik dari segi hasil belajar maupun proses pembelajaran. Perubahan –perubahan tersebut antaralain: 1. Jumlah siswa yang tuntas belajar atau memperoleh nilai minimal 75 pada siklus I adalah 6 orang siswa (46,15%), pada siklus 2 meningkat menjadi 11 orang siswa (84,62%). 2. Rata-rata kelas siswa pada siklus I 68,85% dan pada siklus II meningkat menjadi 80%. 3. Dari 30 aspek yang diamati pada hasil pengamatan guru terhadap kegiatan peneliti pada siklus I dari proses pembelajaran, ternyata 19 aspek (63,33%) yang memperoleh kualifikasi sangat baik dan baik, dan pada siklus II meningkat menjadi 26 aspek (86,67%).
4. Dan hasil pengamatan peneliti terhadap kegiatan siswa pada siklus I dari proses pembelajaran, ternyata 11 aspek (42,31%) yang memperoleh kualifikasi sangat baik dan baik, dan pada siklus II meningkat menjadi 22 aspek (84,62%). Berdasarkan deskripsi pada data tersebut diatas, jelas bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan baik pada siklus I. Pada siklus II inilah peningkatan hasil belajar siswa telah mencapai tingkat keberhasilan penelitian atau indikator kinerja yang telah ditentukan. Oleh karena itu penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran akuntansi dengan materi menentukan cost dari persediaan di kelas XI Akuntansi SMK Negeri 1 boalemo dengan Penggunaan model pembelajaran cooperative tipe problem based-learning, terbukti mampu meningkatkan hasil belajar siswa, dengan demikian hipotesis tindakan: “jika digunakan model pembelajaran cooperative tipe problem based-learning pada mata pelajaran Akuntansi dikelas XI Akuntansi SMK Negeri 1 boalemo, maka hasil belajar siswa akan meningkat, dapat diterima. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat dikemukakan kesimpulan peneliti sebagai berikut: 1.1.1 Model pembelajaran
cooperative tipe problem based-learning
dapat meningkatkan hasil belajar siswa yakni dari 13 orang siswa, yang memperoleh nilai minimal 75 pada saat observasi awal hanya mencapai 5 atau 38,46% meningkat menjadi 6 0rang siswa
(46,15%) hasil siklus I dan meningkat lagi 11 orang siswa (84,62%) hasil siklus II. 1.1.2 Kualifikasi pembelajaran meningkat, dari 30 aspek yang diamati pada hasil pengamatan guru terhadap kegiatan peneliti pada siklus I dari proses pembelajaran, ternyata 19 aspek (63,33%) yang memperoleh kualifikasi sangat baik dan baik, dan pada siklus II meningkat menjadi 26 aspek (86,67%). 1.1.3 Hasil pengamatan peneliti terhadap kegiatan siswa pada siklus I dari proses pembelajaran, ternyata 11 aspek (42,31%) yang memperoleh kualifikasi sangat baik dan baik, dan pada siklus II meningkat menjadi 22 aspek (84,62%). Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut: 1.1.4 Bagi sekolah Hendaknya sekolah mengupayakan pelatihan atau sosialisasi bagi guru mengenai model-model pembelajaran yang bervariasi dan inovatif untuk
dapat
mendukung
pelaksanaan
pembelajaran
agar
tujuan
pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan harapan. 5.2.2 Bagi guru a. Sebaiknya guru mulai merancang proses pembelajaran yang kreatif dan inofatif sehingga peran siswa lebih besar dan pembelajaran akan menjadi lebih aktif dan bermakna. Hal ini membuat siswa tidak bosan
dan tetap termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman konsep pada materi pelajaran. b. Guru hendaknya menerapkan model pembelajaran cooperative tipe problem based-learning pada mata pelajaran lain yang bukan hanya pada mata pelajaran akuntasi. 1.2.3 Bagi siswa Siswa
harus
lebih
berperan
aktif
dalam
pembelajaran,
mengembangkan kreativitas, motivasi dan mengembangkan keberanian menyampaikan gagasan dalam proses pembelajaran untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan hasil belajar. DAFTAR PUSTAKA Alma Buchari. 2010. Guru profesional: menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung : Alfabeta Awal Restiono. 2013. Penerapan model Problem Based Learning untuk mengembangkan aktivitas berkarakter dan meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas XI. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag dan Drs. Aswan Zain. 2010, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta. Falestin,Yuditya. 2010. Peningkatan prestasi belajar akuntansi melalui penerapan model pembelajaran problem based learning pada siswa kelas XI IPS² SMA Negeri 6 Surakarta. Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta. Hery. 2011. Akuntansi Perusahaan Jasa Dan Dagang. Bandung: ALFABETA.
http://jalurilmu.blogspot.com/2011/10/faktor-faktor-yang mempengaruhi.html (akses pada tanggal 14 desember 2014)
Karina, Eta. 2014. Meningkatkan pemecahan belajar matematika melalui model problem based learning di kelas VIII-B SMP Negeri 1 Kabila. Skripsi. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo. Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Purwanto, Ngalim. 1991. Administrasi Pendidikan, Jakarta : Mutiara. Prof. Dr.Warsono,M.S. dan Drs.Hariyanto,M.S, 2012, Pembelajaran aktif (Teori dan Asesmen), Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Rineka Cipta : Jakarta. Sudjana. 2005. Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovati-Progresif, Jakarta : Kencana.