Laporan Teknis Penelitian Tahun Anggaran 2011 Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
FORMULASI JAMU TERNAK PENINGKAT FERTILITAS SAPI BETINA Ireng Darwati, B. S. Sembiring, N. Bermawie, N. Sunandar dan Yayan ABSTRAK Tingkat fertilitas sapi berpengaruh terhadap reproduksi dan sekaligus terhadap tingkat populasi sapi. Pemanfaatan tanaman obat yang dicampur dengan rumput selain bermanfaat sebagai pakan juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan sekaligus dapat memperbaiki tingkat fertilitas sapi betina. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan formula jamu ternak berbasis tanaman obat peningkat fertilitas sapi betina. Bahan baku yang digunakan adalah temulawak, temu ireng yang diperoleh dari Kebun Percobaan Cicurug, rumput keibar dari Papua, dan rumput jeriwit, bura-bura dan banta dari Kalimantan Selatan. Penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu penyiapan bahan baku yang terdiri dari sortasi, pencucian, perajangan dan pengeringan. Parameter pengamatan yaitu analisis karakteristik mutu, skrining fitokimia, unsur mineral dan bahan aktif (GC MS). Tahap kedua adalah formulasi, dimana simplisia yang sudah dihasilkan digiling dan siap diformulasi. Formula dibuat sebanyak 4 macam, yaitu campuran antara temu-temuan dengan rumput-rumputan (F1=temulawak: temu ireng: rumput keibar), (F2= temulawak:temuireng:jeriwit), F3=temulawak:temuireng:banta), dan (F4=temulawak: temuireng: bura-bura). Tahap ketiga aplikasi formula keternak dengan cara dicekok. Formula yang diuji adalah 4 dari Balittro, 1 kontrol positif (hormon) dan 1 kontrol negatif. Parameter pengamatan: persentase birahi dan bobot badan. Hasil pengamatan menunjukkan kadar unsur mineral N, P, K, Fe, Zn dan C-organik rumput banta lebih tinggi dari pada jeriwit dan bura-bura. Hasil analisis GCMS jumlah komponen pada rumput keibar dari Papua 15 dan dari Bogor 14. Sedangkan untuk rumput jeriwit 14, bura-bura 15 dan banta 15 komponen. Semua jenis rumput yang dikarakterisasi menghasilkan kadar sari air lebih tinggi dari pada kadar sari alkohol. Hasil skrining fitokimia, rumput jeriwit, bura-bura dan banta mengandung senyawa alkaloid, tanin, fenolik, flavonoid, triterpenoid dan glikosida lebih kuat dibandingkan rumput banta. Semua jenis formula yang diuji dapat meningkatkan fertilitas sapi betina serta bobot badan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai service per conceptionnya lebih besar dari control. Sedangkan formula kontrol memerlukan waktu yang lama untuk menghasilkan sapi birahi. Pengamatan secara visual, sapi yang diberi jamu lebih sehat, lebih gemuk dan kulitnya lebih bersih dan mengkilap dibandingkan kontrol. Kata Kunci : tanaman obat, rumput, formula, pengujian, fertilitas sapi ABSTRACT The level of cow fertility inference as reproduction and cattle population. The use of medicinal plants are mixed with the grass than useful as feed also increase the body's resistance to disease and improve the level of cow fertility. The research aims to obtain plant-based formula to improve cow fertility. The raw materials used are Java Tumeric, Temu ireng obtained from Cicurug Experiment, Biophytum petersianum Berg of Papua, and Paspalum conjugatum Berg, Panicum repens L and Leersia hexandra S of South Kalimantan. The study consisted of three stages, ie preparation of raw materials consisting of sorting, washing, and drying choping. Observational parameters of the analysis of quality characteristics, phytochemical screening, mineral elements and active ingredient (GCMS). The second stage is the formulation, which include generated milling simplicia and formulation four. Formula have by mixing zingiberaceae with one of the grasses (F1 = Java Tumeric: temuireng: keibar grass), (F2 = Java Tumeric: temuireng: jeriwit), (F3 = Java Tumeric: temuireng: Banta), and ( F4 = Java Tumeric: temuireng: spitspit). The third stage is application by deccoccion. The treatment to include the formula and apositive control (hormones) and a negative control. Observation parameters were
219
Ireng Darwati, dkk.
percentage of lust and the percentage of pregnancy. The result showed that the levels of mineral elements N, P, K, Fe, Zn organic grass-Banta higher than at jeriwit and bura-bura. The analysis of GCMS showed that the number of components on the keibar grass from Papua 15 and from Bogor 14, and jeriwit grass showed 14, bura-bura 15 and Banta 15 components. The characteristic of water extractive for all type of grasses was higher than the alcohol extractive. The screening phytochemicals of jeriwit, bura-bura and banta were containing alcaloid compounds i.e. tannins, phenolic, flavonoids, triterphenoids and glycosides. But the glycosides of grass banta were stronger than another one. The formulas could improve cow fertility and body weight, and the values of Service/Conception was higher than the control. The showed control formula takes long time to produce beef lust. The cow fur are more shiny compared to the control, and also cow are look healther and fatter by feed herbs. Keywords : medicine crops, grass, formulas, application, fertility cow PENDAHULUAN Produktivitas dan produksi ternak sapi relatif masih rendah karena masa bunting sapi dan pertumbuhan anak sapi hingga dewasa membutuhkan waktu yang lama. Hal ini disebabkan karena sapi termasuk hewan monoovulasi, dimana induk hanya menghasilkan satu ovulasi (Echternkamp et al., 2007). Keberhasilan reproduksi adalah penentu peningkatan populasi ternak, sementara peternakan rakyat masih banyak yang memiliki induk yang fertilitasnya rendah, hal ini juga mungkin disebabkan karena keterampilan peternak sapi masih relatif rendah karena masih merupakan peternakan konvensional. Tanaman obat dapat diolah menjadi produk jamu untuk manusia maupun ternak yang bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dan juga dapat sebagai penyubur kandungan (Sudibyo, 1992). Hasan (1988) mengatakan bahwa komponen polisakarida yang terdapat pada herba secara nyata dapat menurunkan pengaruh infeksi dan secara langsung mempengaruhi mekanisme respon immunitas. Kemampuan reproduksi dipengaruhi oleh faktor genetik, pakan dan lingkungan (Echterkamp, et al., 1990). Jumlah dan kualitas nutrisi yang kurang baik dapat mempengaruhi proses reproduksi seperti keterlambatan pubertas, mengurangi tingkat ovulasi, tingginya kehilangan embrio dan fetus, dan panjangnya paska kelahiran dan rendahnya tingkat kelahiran anak (Hardjopranyoto, 1995). Kekurangan energi baik pada sapi jantan maupun betina menurut (Tolihere, 1981) dapat berdampak negatif terhadap kualitas semen maupun proses spermatogenesis. Demikian juga menurut Haresign (1984), kekurangan nutrisi pada saat pemeliharaan dapat memperlambat waktu pubertas serta kemampuan untuk melahirkan pada waktu dewasa rendah. Pemberian pakan tambahan sebelum dan sesudah periode kawin dapat meningkatkan tingkat ovulasi dan kesuburan ternak. Nutrisi yang cukup dapat mendorong proses biologis. Untuk meningkatkan fertilitas sapi terutama sapi betina akan ditambahkan nutrisi ke dalam pakannya yang berasal dari alami, yaitu jenis rumput-rumputan. Jenis rumput yang digunakan selain sebagai pakan, sekaligus meingkatkan kesuburan. Untuk ternak ruminasia kebutuhan makro mineral lebih ditentukan kalsium dan fosfor. Kalsium berperan setelah melahirkan yaitu untuk proses involusi uterus. Sebaiknya rasio perbandingan antara Ca:P dipertahankan dalam perbandingan 2: 1 dan suplai P sebaiknya lebih tinggi dalam keadaan strees (Lotthammer, 1989 dalam Sonjaya 2010). Sedangkan untuk perbandingan Na : K dipertahankan dalam rasio 10 : 1., kekurangan Natrium berhubungan dengan kelebihan Kalium dapat mengurangi tingkat kesuburan melalui siklus estrus tidak teratur, endometritis dan folikel syste.
220
Formula jamu ternak peningkat fertilitas sapi betina
Rumput-rumputan seperti jeriwit (Paspalaum conjugatum Berg), bura-bura (Panicum repens L.), dan banta (Leersia hexandra Sw) yang tumbuh pada daerah gambut diduga mengandung unsur mineral yang tinggi. Untuk ternak ruminasia kebutuhan unsur mineral makro lebih difokuskan pada kalsium dan fosfor. Telah dibuktikan bahwa frekuensi penyakit endometritis meningkat bila ratio Ca : P menurun. Kalsium berperanan setelah melahirkan untuk proses involusi uterus. Sebaiknya rasio perbandingan Ca:P dipertahankan dalam perbandingan 2: 1 dengan suplai P sebaiknya lebih tinggi dalam keadaan strees (Lotthammer, 1989 dalam Sonjaya 2010). Sedangkan untuk perbandingan Na : K dipertahankan dalam rasio 10 : 1., kekurangan Natrium berhubungan dengan kelebihan Kalium dapat mengurangi tingkat kesuburan melalui siklus estrus tidak teratur, endometritis dan folikel syste. Selain ketiga rumput di atas, rumput keibar (Biophytum petersianum Klotzsch) dari Papua mempunyai kandungan kimia steroid dan saponin (Santosa et al., 2007) dan biasa digunakan sebagai penyubur kandungan. Pemberian ekstrak rumput kebar kepada tikus memberikan gambaran positif yaitu terjadi penebalan pada didnding rahimnya (Senior, 2009). Dinding rahim yang tebal dapat memudahkan sperma menempel sekaligus memudahkan proses kehamilan. Kualitas pakan serta kandungan zat aktif yang terdapat didalamnya jika diberikan menjadi makanan ternak dapat mempengaruhi tingkat fertilitasnya terutama kesuburan. Seperti zat as.amino, zat besi, vitamin C, E, B6, selenium, kalsium dll, semua ini berpengaruh terhadap pertumbuhan sekaligus kesuburan. Pemberian berbagai jenis rumput kepada sapi selain sebagai pakan juga dapat memberi kesuburan terhadap ternak. Tanaman obat seperti temulawak (Curcuma xantorizol) menurut Aliadi et al., (1996) dapat dimanfaatkan sebagai obat lever dan empedu, penambah nafsu makan, radang lambung, anemia dan anti mikroba. Kurkuminoid yang terdapat dalam temulawak adalah merupakan sumber antioksidan alami dan ini bermanfaat untuk menjaga daya tahan tubuh terutama terhadap penyakit. Selain temulawak juga digunakan temu ireng (Curcuma aeruginosa R.) yang bermanfaat sebagai obat cacing dan pembersih darah. Komponen kimia yang terdapat didalamnya adalah kurkumin, damar, minyak atsiri dan pati. Dengan mencampurkan jenis-jenis rumput dan tanaman obat kedalam pakan ternak diharapkan dapat meningkatkan kesuburan sapi serta meghemat pemakaian pakan. Temu-temuan yang digunakan dalam formula jamu ternak, berfungsi sebagai growth regulator (meningkatkan nafsu makan) dan growth stimulator (mempercepat pertumbuhan badan), mengefisienkan pakan, meminimalkan staknasi pertumbuhan, meningkatkan akumulasi protein, dan memperpanjang umur sel (Sumardi et al., 2007). Tanaman obat dapat bermanfaat (imun) daya tahan tubuh terhadap suatu penyakit. Sehingga kecukupan nutisi berhubungan dengan kesehatan ternak, jika ternaknya sehat maka proses reproduksinya akan membaik. Tujuan penelitian adalah mendapatkan formula jamu ternak peningkat fertilitas sapi betina . BAHAN DAN METODE Kegiatan ini dilaksanakan di Laboratorium dan Lapang pada bulan Januari – Desember 2011. Bahan baku yang digunakan adalah temulawak, temu ireng, diperoleh dari Sukabumi, rumput jeriwit, banta dan bura-bura dari Kalimantan dan rumput kebar dari Papua. Kemudian untuk analisis baik bahan aktif, proksimat, skrining fitokimia dan GC MS digunakan bahan kimia baik jkenis pa maupun teknis. Dan peralatan yang dipakai adalah timbangan, alat perajang, pengering, penepung serta alat-alat gelas lainnya untuk analisis.
221
Ireng Darwati, dkk.
Tahapan pekerjaan terdiri dari : 1. Penyiapan bahan baku terstandar, identifikasi dan analisis mutu bahan aktif (Balittro). Bahan baku temulawak, temu ireng, diperoleh dari Sukabumi, rumput kumpai jariwit, banta dan gura-gura dari Kalimantan dan rumput kebar dari Papua. Semua bahan dicuci bersih kemudian diperkecil ukurannya dan selanjutnya dikeringkan menggunakan alat pengering. Simplisia digiling menggunakan mesin penepung sehingga hasilnya berupa serbuk dan siap untuk dianalisis. Parameter yang diamati adalah karakteristik mutu, skrining fitokimia, bahan aktif dan unsur mineral. Khusus untuk bahan aktif dari masingmasing bahan dikerjakan dengan menggunakan metode GC MS. 2. Formulasi jamu ternak berbasis tanaman obat peningkat (Balittro). Bahan baku yang sudah diolah menjadi simplisia dijadikan serbuk untuk digunakan sebagai bahan formulasi. Formula yang dibuat dalam bentuk serbuk, yaitu campuran antara tanaman obat dengan rumput-rumputan dengan perbandingan 30%:70%. Formula dibuat sebanyak 4 jenis yaitu: F1 (temulawak:temu ireng:rumput kebar), F2(temulawak:temu ireng:rumput jeriwit), F3(temulawak:temu ireng:rumput banta), dan F4(temulawak : temu ireng: rumput bura-bura). Parameter yang diamati yaitu zat aktif, unsur mineral/nutrisi dan kadar air 3. Uji Feeding Trial formula jamu peningkat fertilitas sapi (Balittro dan Lolit sapi Lembang). Formula yang diuji adalah sebanyak 6 jenis yaitu 4 Formula Balittro + 1 Kontrol Positif (formula komersial (hormon) + Kontrol negatif. Menggunakan Rancangan Acak Kelompok, dengan 6 ulangan. Formula diberikan setiap hari selama satu minggu dengan dosis 10 g/hari/60 kg bobot badan sapi) dengan cara dicekok/melalui pakan. Jumlah sapi untuk setiap perlakuan adalah 3 ekor. Formula diberikan selama ± 4 bulan. Pengamatan meliputi: persentase birahi, persentase kebuntingan, days open/DO (waktu yang diperlukan induk pasca beranak sampai bunting kembali. Untuk mengetahui respon perlakuan yang diberikan akan digunakan uji lanjut, menggunakan uji DMRT atau T test. HASIL DAN PEMBAHASAN Unsur Mineral Penanganan dan pengolahan bahan baku menjadi serbuk seperti rumput jeriwit, kebar, banta dan bura-bura sudah selesai dilakukan dan juga sudah dianalisis unsur mineralnya (Tabel 1). Serbuk-serbuk yang dihasilkan akan digunakan sebagai bahan baku untuk formulasi. Dari ketiga jenis rumput menunjukkan bahwa unsur mineral N, P, K, Fe, Zn dan C-organik merupakan unsur yang tertinggi kadarnya dan paling banyak terdapat pada rumput banta dan keibar. Unsur mineral untuk bermanfaat sebagai penyubur, pembentukan tulang, penyusunan protein, menjaga keseimbangan asam-basa (http//duniasapi.com/id/edutainmet/1638-fungsi-mineral-di-dadalam-tubuh-ternak-sapipotong/19 Desember 2011). Seperti mangan (Mn) berfungsi untuk mengatur pertumbuhan ternak sapi dan sistem reproduksi. Identifikasi Senyawa Kimia Untuk mengetahui senyawa kimia yang terdapat pada rumput jeriwit, bura-bura, banta, dan keibar dilakukan pengujian dengan menggunakan metode GC MS. Hasil pengujian menunjukkan didalam rumput bura-bura terdapat 15 komponen kimia diantaranya acetic acid, phenol, 4-vinyphenol, zerumbon. Selanjutnya di dalam rumput banta sebanyak 15 antara lain 4-vinyllphenol, acetic acid, L-prolin dan jeriwit 14 komponen, diantaranya terdapat phenol, vinilphenol (Tabel 2). Sedangkan didalam
222
Formula jamu ternak peningkat fertilitas sapi betina
rumput keibar terdapat senyawa kimia seperti vit E, hecadecanoic acid, 9,17Octadecadienal, ergost-5-en-3-ol, stigmast-5-en-3-ol (Tabel 3). Tabel 1. Unsur mineral rumput jeriwit (Paspalaum conjugatum), bura-bura (Panicum repens), dan banta (Leersia hexandra), keibar (Biophytum petersianum) Jenis Pemeriksaan N (%) P (%0 K (%) Na (%) Ca (%) Mg (%) C-Organik (%) S (%) Fe (ppm) Mn (ppm) Cu (ppm) Zn (ppm) Pb (ppm) Co (ppm) B (ppm) Cd (ppm)
Rumput Jeriwit 1,31 0,13 1,04 0,14 0,30 0,31 43,83 0,19 903 269 6 138 Ttd 4 22 12
Hasil Pemeriksaan Rumput Rumput Bura Banta 1,05 1,46 0,11 0,15 0,94 1,12 0,09 0,07 0,33 0,26 0,26 0,17 46,40 48,70 0,19 0,16 449 1012 212 242 2 3 101 142 Ttd Ttd 3 2 22 1 17 4
Rumput Keibar 1,41 0,35 1,61 0,03 2,56 0,36 0,08 0,30 185,03 9,36 53,81 30,77 3,95 204,36 1,66
Metode Pengujian Kjeldhal Spektrofhotometer AAS AAS AAS AAS Titrimetri Spektrofhotometer AAS AAS AAS AAS AAS AAS Spektrofhotometer AAS
Tabel 2. Komposisi senyawa kimia rumput jeriwit (Paspalaum conjugatum), bura-bura (Panicum repens), dan banta (Leersia hexandra) Rumput Jeriwit Phenol Cyclohexane Acetic acid 3-Hydroxytetrahydrofuran 4-vinyl-2-methoxy-phenol 1,2,3-propanetriol /gliserin 4-vinylphenol 4,6-Dimetyl 2-Furancarboxaldehyde 2-Eicosanol Campherenone Zineron Tetrahydroxycyclopentadieno ne 1,4-Benzenediol
Rumput Bura-bura Phenol Zerumbone 4H-Pyran-4-one 1,2,3-Propanetriol 4-vinyphenol Acetic acid Benzonitrile Dicyclohexylethyl 2-Hecadecen-1-ol Fluoranthene, hexadeachydro 2-4-Hexadiyne Hexadecanoic acid 6-Metyl-2-pyrimidone 2-hexadecanol 9,12-Octadecadienoic acid
Rumput Banta L-Proline (as. Amino) 2-Furanmethanol 2-Heptanone 4-vinyl-2-methoxy-phenol 4H-Pyran-4-one Phenol,2,6-dimethoxy 1,2,3-propanetriol 4-vinyllphenol Benzonitrile Acetic acid 2-Hexadecanol 1,6-dimethoxy-2,4 hexadiene 3-Pyridinecarboxamide 1,4-Anhydro-d-mannitol 10,11-dihydro-11
223
Ireng Darwati, dkk.
Tabel 3. Komposisi senyawa kimia rumput keibar(Biophytum petersianum) Papua Vitamin E 9,17-Octadecadienal Octadecanoic acid Hecadecanoic acid Otochilone Ergost-5-en-3-ol Myrtifolic acid (23S)-etylocholest-5-en-3.beta Mangiferolic acid 9,19-Cyclolanostan-3-ol 1,1-Biphenyl 1-etyl-1-isopropenylcyclohexane N-(2,4,6-tris (t-butyl)penyl D:C-friedo-oleana-7,9 (11)-diene-3 1-(fur-3-yl)-1-(3 acetoxy-4-met
Bogor Neophytadiene Hecadecanoic acid Phytol 9,17-Octadecadienal Octadecanoic acid Phenol,3-phenyl Vitamin E 1 beta, Acetoxy-3 beta,hydrocylup Ergost-5-en-3-ol Trans-stigmasta Stigmast-5-en-3-ol Spiro (2H-1-benzopyran-2 Epi-psi,-Taraxastanonol 1,1-Biphenyl
Skrining Fitokimia Tabel 4. Hasil Skrining Fitokimia rumput jeriwit (Paspalaum conjugatum), bura-bura (Panicum repens), dan banta (Leersia hexandra), dan keibar (Biophytum petersianum) Jenis pemeriksaan
Rumput Banta Alkaloid ++ Saponin ++ Tanin ++ Fenolik + Flavonoid + Triterpenoid + Steroid ++ Glikosida ++ Keterangan : ++++ (positif kuat sekali) +++ (positif kuat) ++ (Positif) + (Positif lemah)
Jenis Tanaman Rumput Rumput Bura-bura jeriwit ++ ++ + + ++++ ++++ ++ ++ + ++ ++ ++ + + ++ ++
Rumput keibar ++ + ++++ +++ +++ +++ + +++
Hasil pemeriksaan fitokimia menunjukkan rumput banta mengandung senyawa golongan alkaloid, saponin, tanin, steroid dan glikosida sama kuatnya. Kemudian pada rumput bura-bura dan jeriwit senyawa yang paling kuat adalah tanin. Sedangkan dalam rumput keibar selain tanin juga terdapat dengan fenolik, flavonoid, triterpenoid dan glikosida yang sama kuatnya (Tabel 4). Karakteristik Mutu Hasil pengamatan secara proksimat menunjukkan rumput banta, bura-bura,jeriwit dan keibar mengandung kadar sari air lebih tinggi dibandingkan kadar sari alkohol. Hal ini menunjukkan bahwa semua jenis rumput yang digunakan jika dilakukan ekstraksi dapat menggunakan pelarut air ataupun campuran antara air dengan alcohol.
224
Formula jamu ternak peningkat fertilitas sapi betina
Tabel 5. Hasil karakteristik mutu rumput jeriwit (Paspalaum conjugatum), bura-bura (Panicum repens), dan banta (Leersia hexandra), dan keibar (Biophytum petersianum) Hasil pemeriksaan Jenis pemeriksaan Banta Bura-bura Jeriwit Keibar Kadar air (%) 10,52 5,24 6,57 4,03 Kadar abu tak larut asam (%) 12,33 10,15 9,31 6,44 Kadar abu (%) 8,75 5,15 5,10 13,62 Kadar sari air (%) 12,74 25,90 16,79 11,73 Kadar sari alkohol (%) 5,85 10,47 8,16 8,30 2. Formulasi dan uji feeding trial formula jamu terhadap sapi betina Tabel 6. Pengaruh pemberian formula jamu terhadap tingkat birahi sapi betina Jenis Formula
Bangsa
Tanggal birahi (Juli)
Tanggal birahi (Agustus)
Simmental 16 12 F1 Brahman 18, 19 12,17 PO 16 13 F2 Simmental 16 16 Brahman 17 13 PO 15,16,17 12,16 ,18,27 F3 Simmental 18 13 Brahman 17 12 PO 15 14 F4 Simmental 15,17,18 12,16 ,19,27 16 Brahman 23 10 PO 23 Kontrol Simmental 22 positip Brahman 23 (hormon) PO 21 12 Kontrol Simmental negatif Brahman PO 12 Ket : A = belum PKB B = Terjadi birahi berulang-ulang C = terjadi birahi dan sdh bunting D = Bunting F = Belum birahi sama sekali
Tanggal birahi (Septem ber) 29 28 28 30 29 28
Tanggal Service per Ratabirahi conception rata (Oktober (S/C) S/C ) 10 4 6 6 4,67 1 4 12 4 1 4 5,67 4 9
28 30 30 28 29 -
3 2 1 13 -
4 2 4 9 4 2
29 29 -
5 15 15
2 1 4 0 1 2
Ket.
3,33
5,00
2,33
1,50
225
A B A A A B A A A B A D A A C F F A
Ireng Darwati, dkk.
Tabel 7. Data bobot badan sapi setelah diberi jamu
Form
F1
F2
F3
F4
F5
F6
No. Ternak 20 86 7 106 15 8 64 75 97 16 137 89 116 137 25 46 11 12
Bangsa Simmental Brahman PO Simmental Brahman PO Simental Brahman PO Simental Brahman PO Simental Brahman PO Simental Brahman PO
Bobot Badan (kg) awal 340 257 270 287 367 321 264 276 240 355 373 253 325 258 308 248 325 257
Bobot Badan (setelah 1 bulan) kg 358 272 321 304 378 340 282 299 248 364 387 264 348 290 321 252 332 291
Bobot Badan (setelah 2 bulan) kg 367 308 335 316 390 350 290 308 257 378 399 287 356 373 350 253 342 299
Bobot Badan (setelah 3 bulan) kg 378 320 348 327 425 365 310 320 269 393 413 350 362 413 360 298 353 314
Formulasi telah dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Jumlah formula yang dibuat sebanyak 4 jenis yaitu F1, F2, F3 dan F4 dan semuanya dalam bentuk serbuk. Selanjutnya formula diuji ke sapi betina dengan cara mencampurkannya ke pakan untuk mengetahui daya fertilitas formula jamu terhadap sapi betina. Lokasi pengujian di peternakan sugih makmur, kampung Cicariu, desa Bunihayu kec. Jalancagak kab. Subang. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa formula F1, F2, F3 dan F4 dapat meningkatkan fertilitas sapi betina. Setelah aplikasi, pada hari kedua sapi betina langsung mengalami birahi kemudian dilakukan IB. Hal ini ditunjukkan oleh nilai S/C nya, dimana angkanya lebih besar dibandingkan kontrol positif. Pemberian formula F2 dan F4 kepada sapi dapat membuat sapi birahi terus-menerus yang ditunjukkan oleh nilai S/Cnya yang tinggi yaitu 5,67 dan 5,00 yang lebih besar dari pada formula F1 dan F3 (Tabel 6). Hal ini kemungkinan disebabkan karena kandungan senyawa yang terdapat pada rumput jeriwit dan banta dapat merangsang birahi. Sedangkan formula kontrol positif (hormon) dan kontrol negative untuk menghasilkan sapi birahi memerlukan waktu yang lama. Menurut Partodiharjo (1992), semakin tinggi nilai S/C kesuburan ternak semakin menurun. Pemberian jamu terhadap sapi betina dapat meningkatkan bobot badan. Selain itu jika dilihat dari fisiknya, sapi yang diberi jamu kulitnya lebih bersih, mengkilat dan lebih sehat dibandingkan dengan kontrol (Tabel 6). Penambahan bobot badan sebesar 0,5 kg/hari yang dihasilkan dari formula F4, sedangkan kontrol positif 0,37 kg/hari (Tabel 7). Hasil pemeriksaan kebuntingan (PKB) jumlah sapi yang sudah positip hamil ada sebanyak 2 ekor yaitu sapi jenis PO yang dihasilkan dari formula F2 dan F4. Sedangkan sapi lainnya belum di PKB lagi KESIMPULAN DAN SARAN Rumput jeriwit, bura-bura, banta dan keibar mengandung unsur mineral N, P, K, Fe, Zn dan C-organik cukup tinggi. Semua jenis rumput yang dikarakterisasi menghasilkan kadar sari air lebih tinggi dari pada kadar sari alkohol. Hasil skrining fitokimia, rumput jeriwit, bura-bura, banta dan keibar terdapat senyawa golongan alkaloid, tanin, fenolik, flavonoid, triterpenoid dan glikosida dan lebih kuat pada rumput keibar. Di dalam rumput
226
Formula jamu ternak peningkat fertilitas sapi betina
banta, bura-bura, jeriwit dan keibar terdapat senyawa kimia masing-masing sebanyak 15,15, 14 dan 15 komponen. Dari keempat formula yang diuji semuanya dapat meningkatkan fertilitas dan bobot badan sapi betina. Pengamatan secara visual, sapi yang diberi jamu lebih sehat, lebih gemuk dan kulitnya lebih bersih dan mengkilap dibandingkan kontrol. DAFTAR PUSTAKA Aliadi, Arief R., Brotosudibyo, Djoko Hargono, Faraouk, Sidik, Sutaryadi. 1996. Tanaman Obat Pilihan. Yayasan Sidowayah. Bogor. Anonim.2008.Temuireng. etalase musim.com/produkinfo.php?product.id=370 BPOM. 2000. Parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat. Direktorat Pengawasan Obat Tradisional. 68 hal. Echternkamp, S.E., Cushman, R.A., Allan, M.F., Thallman, R.M., and Gregory, K.E., 2007. “Effect of ovulation rate and fetal number on fertility in twin producing cattle”. Journal of Animal Science. 85: 3228-3238. Hasan, H. 1988. Biosynthesis and regulation of superoxide dismutases. Free radical Biol. Med. 5: 377. Hardjopranyoto, H.S. 1995. Ilmu kemajiran pada ternak. Airlangga university Press. Hal:103-146. Spelman, K., Burns, J.J., Nichols, D., Winters, N., Ottersberg, S. and Tenborg, M. 2006. Modulation of cytokine expression by tradisional medicines: a review of herbal immunomodulators. Alternative Medicine Review (11): 128-146 Sumardi. 2006. Sumardi dan Jamu Tahan Flu Burung. Dilaporkan C. Wahyu Haryo. Dalam Harian Kompas, tanggal 17 Juli, hal. 16. Jakarta. Senior. 2009. Rumput kebar tingkatkan kesuburan. Natural healing Tue, 5 May 2009. Toelihere, M.R.1981. Ilmu kemajiran pada ternak sapi. Edisi Pertama, IPB.
227