JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.,III No.1, Januari 2014
FORMULASI DAN EVALUASI FISIK SEDIAAN KRIM PELEMBAB DIMETHYLSILANOL HYALURONATE DENGAN PENAMBAHAN BASIS NANO DAN FASE MINYAK KELAPA MURNI Sani Nurlaela Fitriansyah1,2, Dolih Gozali2 1
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia, 2Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran Abstrak
Basis nano merupakan aplikasi hasil nanoteknologi dalam farmasi. Penelitian formulasi dan evaluasi fisik sediaan krim pelembab dimethylsilanol hyaluronate dengan penambahan basis nano dan fase minyak kelapa murni dilakukan untuk melihat kestabilan fisik sediaan krim tersebut. Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi fisik (pengamatan organoleptis, pH, dan viskositas), pengujian stabilitas fisik menggunakan metode sentrifugasi, pengamatan distribusi sediaan krim, dan pengujian iritasi pada kulit. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa secara fisik sediaan krim dengan fase minyak kelapa murni stabil dan memenuhi standar, bahkan sediaan krim dengan perbandingan antara basis nano 10% dan fase minyak kelapa murni 10% memberikan stabilitas dan penampilan fisik terbaik. Hasil distribusi pada sediaan krim, menunjukkan tidak adanya penumpukan globul dan globul-globul dalam sediaan krim tersebut terlihat merata Hasil pengujian iritasi sediaan krim pelembab dimethylsilanol hyaluronate 6% dengan perbandingan antara basis nano 10% dan fase minyak kelapa murni 10% tidak mengiritasi kulit. Kata kunci: Krim, pelembab, dimethylsilanol hyaluronate, krim, minyak kelapa murni Abstract Nano base is the application of result nanotechnology in the pharmacy field. A research about the formulation and evaluation of physical stability of dimethylasilanol hyaluronate moisturizing cream with nano base and the phase of virgin coconut oil had been carried out to observe the physical stability of the cream dosage form. This research had through the physical evaluation (which included the organoleptic, pH, and viscosity), the physical stability using centrifugation method, the distribution of the nano cream dosage form in macroscopic and microscopic, and a skin irritation test. The result of observation indicated that dosage form of dimethylsilanol hyaluronate cream between nano bases 10% and 10% phase of virgin coconut oil gave the stability and the best physical performance so far. The distribution of cream preparation showed inagglomerate globules and looked smooth. The result of skin irritation test of 6% dimethylsilanol hyaluronate cream in 10% nano bases and 10% phase of virgin coconut oil had been proven as-non irritating. Keywords: Cream, moisturizing, dimethylsilanol hyaluronate, nano cream, virgin coconut oil. kulit
PENDAHULUAN Pemeliharaan
bentuk
sediaan
krim.
membutuhkan
Penggunaan krim lebih disukai karena krim
karena
kulit
lebih mudah menyebar dengan rata dan
merupakan lapisan terluar yang menutupi
lebih mudah dibersihkan dan dicuci (Ansel,
hampir semua permukaan tubuh manusia
1989).
(Harry, 1975). Bentuk sediaan kosmetik
pemakaian sediaan krim pada kulit dapat
yang sering digunakan untuk perawatan
meninggalkan
suatu
perhatian
kulit
adalah
khusus,
Namun
demikian,
lapisan
putih
beberapa
serta 31
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.,III No.1, Januari 2014
mempunyai tekstur yang cenderung terlihat
cairan. Penelitian aktivitas dimethylsilanol
kasar.
hyaluronate
Hal
tersebut
diakibatkan
salah
satunya oleh ukuran partikel dalam sediaan
pelembab
telah
dilakukan secara in vivo (Exsymol, 2008).
krim tersebut cenderung besar. Perkembangan
sebagai
Minyak kelapa murni mempunyai
teknologi
semakin
rasa yang lembut dan bau khas kelapa yang
pesat hingga muncul teknologi nano atau
unik,
sering disebut dengan istilah nanoteknologi.
berwarna atau bening. Minyak kelapa murni
Nanoteknologi merupakan istilah yang
lebih banyak dimanfaatkan sebagai bahan
digunakan untuk menggambarkan teknologi
baku farmasi serta kosmetik. Pemanfaatan
yang berkaitan dengan materi super kecil
minyak kelapa murni sebagai bahan baku
(nanopartikel) (Sharma, et. al., 1999). Pada
farmasi dan kosmetik didasarkan pada
bidang farmasi dan medis, perkembangan
keamanannya
nanoteknologi
dan
(Setiaji, 2005). Oleh karena itu, minyak
diaplikasikan dalam kehidupan manusia
kelapa murni dapat menjadi salahsatu
(Rochman, 2007).
alternatif
telah
Aplikasi farmasi
dicapai
nanoteknologi
dalam
dan
dalam
keadaan
dan
cair
mudah
pemilihan
tidak
didapatkan
komponen
dalam
membuat sediaan krim.
pada bidang kosmetik salah
satunya adalah penggunaan basis nano
METODOLOGI
(Latiefah, 2008). Basis nano terdiri dari
Alat
kombinasi potassium lauroyl wheat amino
Alat-alat gelas yang biasa digunakan
acid, palm glyceride dan capryoyl glycine.
di Laboratorium Teknologi Non Steril, alat
Telah
sentrifugasi
(Hettich®
EBA20),
distribusi partikel basis nano dan pengujian
homogenizer
(Heidelph®
RZR2021),
iritasi secara in vitro melalui dermal. Hasil
kamera
digital
penelitian menunjukkan pemakaian basis
stirrer
(Cimarec®),
dilakukan
penelitian
terhadap
(Olympus®),
magnetic
mikroskop
pijar
®
nano tidak menyebabkan iritasi dan dari
(Olympus CH 20 BIMF 200), pH meter
segi penampilannya memberikan tekstur
(744 Metrohm®), pipet, spatel, timbangan
yang lebih baik, serta distribusi partikelnya
digital (Acculab ® VI 200), dan viskometer
lebih homogen (Sinerga, 2006).
(Brookfield DV II-Pro)
Penyesuaian
dalam
membentuk
sediaan krim dengan penambahan basis
Bahan
nano salahsatunya dengan menambahkan
Basis nano (potassium lauroyl wheat
komponen berbentuk nano atau dapat juga
amino acid, palm glycerydes, capryoyl
dengan menambahkan komponen yang
glycine), dan dimethylsilanol hyaluronate.
berbentuk
Aquadest, minyak kelapa murni, C12-15
cairan.
Dimethylsilanol
hyaluronate merupakan zat aktif berbentuk
alkil
benzoat,
lesitin,
phenochem® 32
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.,III No.1, Januari 2014
(fenoxyethanol, etil paraben, metil paraben,
beaker glass kemudian ditambahkan lesitin,
propil paraben, butil paraben, dan isobutil
C12-15 alkil benzoat dan minyak kelapa
paraben),
murni.
taurate
Sodium
polyacryloyldimethyl
(Viskolam
100P®),
AT
dan
pengharum columbine 02418®
Setelah
itu,
dihomogenkan
menggunakan homoginizer selama 10 menit pada rentang 150 -250 rpm. Setelah homogen dilanjutkan pemanasan pada suhu
Metode
400C
1. Persiapan bahan baku
Kemudian
Bahan baku penelitian berupa basis
supaya
semua tahap
pencampuran
ini
komponen terakhir
adalah
larut. dalam
penambahan
nano (potassium lauroyl wheat amino acid,
aquadest sebanyak 25% pada suhu yang
palm glycerydes, capryoyl glycine) dan
sama yaitu 40
dimethylsilanol hyaluronate diperoleh dari
Setelah benar-benar tercampur kemudian
PT.
dan
sisa aquadest dimasukkan pada suhu yang
didistribusikan PT. Nardevchem Kemindo,
sama pula dan terus diaduk sampai
Jakarta.
terbentuk emulsi. Tahap kedua adalah
2.
pembentukan massa krim dilakukan pada
EXSYMOL,
Monaco
Formula sediaan krim Formula sediaan krim terdiri atas
suhu
ruang
0
C sambil tetap diaduk.
dengan
menggunakan
formula sediaan krim blanko (X01, X02, dan
homoginizer pada rentang putaran 150-250
X03)
pelembab
rpm. Emulsi yang sudah jadi, sedikit demi
dimethylsilanol hyaluronate (X1, X2, dan
sedikit ditambahkan ke dalam viskolam
X3). Masing-masing formula sediaan krim
yang terdapat dalam beaker glass. Setelah
mempunyai variasi konsentrasi basis nano
terbentuk massa krim, ditambahkan zat
yaitu, X1 dan X01 (konsentrasi basis nano
aktif,
5%), X2 dan X02 (konsentrasi basis nano
Pengadukan terus dilakukan sampai benar-
7,5%), X3 dan X03 (konsentrasi basis nano
benar seluruh komponen homogen dengan
10%) (Tabel. 1).
sempurna. Perlakuan yang sama dilakukan
3.
untuk formula X1, X2, dan X3 dengan
dan
sediaan
krim
Pembuatan Krim Tahap pertama yaitu pencampuran
pengawet,
penyesuaian
dan
konsentrasi
pengharum.
masing-masing
basis nano dengan komponen lainnya. Pada
komponen yang telah ditentukan dalam
suhu ruang, basis nano disimpan dalam
rancangan formula sediaan krim.
33
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.,III No.1, Januari 2014
Tabel 1. Perancangan Formula Sediaan Krim dengan Penambahan Basis Nano dan Fase Minyak Kelapa Murni Komponen Potassium lauroyl wheat amino acid, palm glycerides, capryloyl glycine, aqua Minyak kelapa murni Lesitin C12-15 Alkil Benzoat Dimethylsilanol hyaluronate ( Phenochem® Fenoxyethanol, etil paraben metil paraben, propil paraben butil paraben, isobutyl paraben) Sodium polyacryloyldimethyl taurate Pengharum (columbine 02418® ) Aquadest
4.
X1 (%) 5
X2 (%) 7,5
X3 (%) 10
X01 (%) 5
X02 (%) 7,5
X03 (%) 10
10 0,5 1,5 6 0,2
10 0,5 1,5 6 0,2
10 0,5 1,5 6 0,2
10 0,5 1,5 0,2
10 0,5 1,5 0,2
10 0,5 1,5 0,2
2 1 tetes
2 1 tetes
2 1 tetes
2 1 tetes
2 1 tetes
2 1 tetes
ad 50
ad 50
ad 50
ad 50
ad 50
ad 50
Evaluasi Fisik Sediaan Krim Selama
HASIL DAN PEMBAHASAN
Waktu Penyimpanan
Perancangan formula
Evaluasi
fisik
yang
dilakukan,
Didapatkan tiga formula sediaan krim
meliputi:
X1 ,
a.
Pengamatan organoleptis, pH, dan
konsentrasi
viskositas
berurutan sebesar 2,5%. Terhadap ketiga
b.
selama
28
hari
waktu
X2
dan
X3
pada
dengan basis
peningkatan nano
secara
penyimpanan.
hasil perancangan formula ini dilakukan
Pengujian stsbilitas fisik menggunakan
pengujian selanjutnya.
metode sentrifugasi terhadap sediaan krim setelah penyimpanan 28 hari
Basis
(Lachman et al, 1994). c.
Pengamatan distribusi sediaan krim dilakukan secara makroskopis dan
sediaan
krim
menggunaan uji iritasi dengan metode patch test (Wasitaatmadja, 1997). 6. Analisis data Analisis data menggunakan metode Desain Blok Acak Sempurna (DBSA) (α= 0,05) dan dilanjutkan dengan uji Newman Keuls.
dan
dimethylsilanol
hyaluronate sebagai zat aktif diperoleh dari PT.EXSYMOL,
Monaco
didistribusikan
Bahan kimia lainnya berupa minyak
5. Uji keamanan keamanan
krim
PT. Nardevchem Kemindo, Jakarta.
mikroskopis.
Uji
Persiapan dan Pengumpulan Bahan
kelapa murni diperoleh dari salah satu apotek di Bandung, C12-15 alkil benzoat dan lesitin diperoleh dari Bratachem, Bandung, phenochem® (Fenoxyethanol, etil paraben metil paraben, propil paraben butil paraben,
isobutyl
paraben)
sebagai
pengawet dan Sodium polyacryloyldimethyl taurate sebagai thickener diperoleh dari PT. Nardevchem
Kemindo,
Jakarta,
dan
34
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.,III No.1, Januari 2014
pengharum (columbine 02418®) diproduksi
sedikit demi sedikit ke dalam viskolam.
oleh Sillage Aromatique, Singapura dan
Viskolam dalam formulasi ini digunakan
didistribusikan PT. Nardevchem Kemindo,
sebagai pengental. Setelah terbentuk massa
Jakarta.
krim selanjutnya ditambahkan ke dalamnya zat aktif, pengawet dan pengharum. Zat
Formulasi Sediaan Krim Pada
penelitian
aktif harus ditambahkan pada suhu ruang,
ini
dibuat
tiga
formula sediaan krim yang bervariasi
supaya tidak terjadi perubahan pada kondisi fisik dan kimianya.
ditinjau dari konsentrasi basis nano. Dari hasil orientasi dipilih metode pembuatan yang berbeda dengan pembuatan sediaan krim konvensional, dikarenakan basis nano perlu mendapatkan perlakuan yang berbeda dari basis konvensional pada umumnya. Metode pembuatan dilakukan pada dua lingkungan suhu yang berbeda, karena disesuaikan digunakan.
dengan
bahan-bahan
Pertama
pada
pada
suhu
ruang
menunjukkan warna krem dan berbau khas parfum columbine 02418. Warna krem pada krim dihasilkan dari lesitin yang berwarna kuning kecoklatan dan dari basis nano yang berwarna kuning pucat. Pada sediaan ditambahkan parfum, untuk menutupi bau khas yang ditimbulkan oleh lesitin.
yang proses
pencampuran basis nano dan minyak dilakukan
Sediaan krim yang telah dibuat
Hasil Pengamatan Evaluasi Fisik 1)
Evaluasi Organoleptis
dengan
Hasil
evaluasi
organoleptis
mengunakan homoginizer selama 10 menit
disajikan pada Tabel 2. Sediaan krim
pada rentang 150-20 rpm dengan tujuan
mempuyai kestabilan organoleptis yang
supaya semua komponen homogen dan
cukup
partikel-partikel setiap komponen lebih
perubahan
lembut. Setelah homogen dilanjutkan pada
penyimpanan 28 hari waktu penyimpanan.
suhu 400C, supaya fase minyak tercampur
Begitupun
lebih
nano.
formula secara umum masih tetap sama
aquadest sebanyak 25%
dengan keadaan awal kecuali pada formula
ditambahkan ke dalam campuran tersebut
dengan sediaan krim dengan basis nano 5%.
homogen
Selanjutnya
dengan
basis
pada suhu yang sama yaitu 400C sambil
baik
dan warna
tidak
menunjukkan
dan
bau
homogenitas
Kehomogenan
selama
masing-masing
yang
stabil
tetap diaduk. Setelah benar-benar homogen
dikarenakan oleh sepadannya komponen-
kemudian sisa aquadest dimasukkan dalam
komponen dalam formula sediaan krim
keadaan suhu yang sama sampai benar-
tersebut sehingga menyebabkan terbentuk
benar terbentuk emulsi. Tahap selanjutnya
massa sediaan krim yang stabil. Pada
yaitu pembentukan massa krim dengan
formula ini terdapat sejumlah komponen
menambahkan emulsi yang sudah jadi
yang dapat meningkatkan stabilitas krim, 35
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.,III No.1, Januari 2014
antara
lain
penggunaan
yang
dipertahankan karena metode pembuatan
menjaga
yang tepat, dengan pengadukan yang
konsistensi kekentalan sediaan krim dengan
konstan dan lingkungan suhu yang tepat.
cara meningkatkan viskositas krim tersebut.
Dengan
Penggunaan pengawet yang tepat sehingga
dihasilkan akan tetap homogen selama
dapat mempertahankan krim dari cemaran
waktu penyimpanan.
mempunyai
fungsi
lesitin
untuk
demikian
sediaan
krim
yang
jamur dan bakteri. Selain itu, stabilitas dari sediaan krim yang telah dibuat dapat Tabel 2. Hasil Pengamatan Organoleptis Selama Waktu Penyimpanan Formula
Konsistensi
Hasil Pengamatan Setelah Penyimpanan Hari Warna Bau Homogenitas
1
28
1
28
1
28
1
28
X1
+++
++
kr
kr
kh
kh
h
th
X2
+++
++
kr
kr
kh
kh
h
h
X3
+++
++
kr
kr
kh
kh
h
h
X01
++++
+++
kr
kr
kh
kh
h
th
X02
++++
+++
kr
kr
kh
kh
h
h
X03
++++
+++
kr
kr
kh
kh
h
h
pH Sediaan Krim
Keterangan : +/- : Kuantitas kekentalan kr : Warna krem kh : Bau khas h : Homogen th : Tidak homogen
7.300 7.280 7.260 7.240 7.220 7.200 7.180 7.160 7.140 7.120 7.100 7.080
X01 X02 X03 X1 X2 X3 1
3
7
14
21
28
Perlakuan (Hari Penyimpanan)
Gambar 1. Hasil pengukuran pH sediaan krim Gambar 2 dapat menggambarkan
7,18. Setelah dilakukan perhitungan secara
bahwa selama waktu penyimpanan keenam
statistik dengan desain blok lengkap acak
sediaan
yang
sub sampling pH dengan model tetap
cenderung netral yaitu pada rentang 7,09-
diperoleh hipotesis nol (H0), dengan asumsi
krim
mempunyai
pH
36
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.,III No.1, Januari 2014
tidak terdapat perbedaan mengenai rata-rata
nilai
efek perlakuan yang diuji, ditolak karena
semakin bertambah basis nano, nilai pH
Fhitung lebih besar daripada Ftabel pada taraf
pada
signifikan α=0,05. Hal ini berarti bahwa
peningkatan. Hal ini dipengaruhi dari nilai
waktu penyimpanan berpengaruh pada
pH basis nano sendiri, yaitu pada rentang
perubahan pH pada setiap sediaan krim.
6,5-7,5.
Kemudian
analisis
bertambahnya konsentrasi basis nano, maka
statistik dilanjutkan dengan uji Newman
nilai pH semakin besar. Apabila nilai pH
Keuls untuk melihat perbedaan pengaruh
sediaan krim (X1, X2 dan X3) dibandingkan
waktu penyimpanan terhadap perubahan pH
dengan nilai pH krim (X01, X02 dan X03),
dari masing-masing sediaan krim. Hasil
maka dapat terlihat nilai pH sediaan krim
analisis
(X01, X02 dan X03)
karena
H0 ditolak
menggunakan
Newman
Keuls
pH
tersebut
setiap
Oleh
dapat
disimpulkan
sediaan
karena
mengalami
itu,
semakin
lebih besar daripada
menunjukkan bahwa pada hari ke-14 dan
nilai pH sediaan krim (X1, X2 dan X3). Hal
hari ke-7 memberikan pengaruh yang sama
tersebut dikarenakan pada sediaan krim (X1,
terhadap perubahan pH pada sediaan krim,
X2 dan X3) terdapat asam yang terkandung
dan lamanya waktu penyimpanan yang
dalam dimethylsilanol hyaluronate. Oleh
paling berpengaruh pada perubahan pH
karena itu, dapat disebutkan penambahan
masing-masing sediaan krim yaitu pada
zat aktif terhadap formula sediaan krim
waktu penyimpanan hari ke-28. Perubahan
berpengaruh pada nilai pH. Akan tetapi
pH pada sediaan krim ditunjukkan dengan
nilai-nilai pH tersebut masih sesuai dengan
menurunnya
persyaratan pH krim untuk pemakaian pada
nilai
pH
masing-masing
sediaan yang diakibatkan oleh beberapa
kulit yaitu 5-8.
faktor. Salah satu faktor tersebut dapat
3) Hasil pengamatan viskositas
diakibatkan oleh adanya reaksi hidrolisis
Hasil pengamatan viskositas dapat
dari hyaluronic acid yang terkandung
dilihat pada Gambar 3. Viskositas sediaan
dalam dimethylsilanol hyaluronate pada
krim dengan berbagai konsentrasi basis
masing-masing sediaan krim. Dapat dilihat
nano mengalami perubahan yang tidak
penurunan pH pada masing-masing sediaan
terlalu besar dan cenderung memiliki nilai
krim selama waktu penyimpanan pada
yang stabil. Perhitungan statistik dengan
Gambar 2.
desain blok lengkap acak sub sampling
Nilai pH akan menurun selama
untuk pengukuran viskositas sediaan krim
waktu penyimpanan karena ada zat-zat
dengan basis nano menunjukkan bahwa
yang terurai dalam sediaan. Apabila ditinjau
hipotesis nol (H0) ditolak karena Fhitung lebih
dari nilai rata-rata pH dan dibandingkannya
besar daripada Ftabel, dengan taraf signifikan
terhadap sediaan krim satu sama lainnya,
α=0,05. Hal ini menunjukkan bahwa selama
maka dapat dilihat perbedaan pH nya. Dari
waktu penyimpanan memberikan pengaruh 37
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.,III No.1, Januari 2014
terhadap viskositas pada setiap masing-
yang termasuk dalam tipe minyak dalam air
masing sediaan krim. Analisis dilanjutkan
cenderung
dengan uji Newman Keuls. Hasil uji
viskositas. Hukum Stokes juga menyatakan
Newman Keuls menunjukkan bahwa waktu
bahwa semakin bertambah hari maka
penyimpanan yang paling berpengaruh
ukuran globul mengalami pembesaran,
terhadap perubahan viskoistas pada sediaan
sehingga menyebabkan nilai viskositas
krim yaitu hari ke-28 dan hari ke-21.
semakin kecil. Menurut Sherman dalam
Walaupun demikian, pada hari ke-14 dan
bukunya
hari ke-1 juga memberikan pengaruh yang
pengurangan viskositas disebabkan oleh
signifikan terhadap perubahan viskositas
penurunan viskositas dari fase kontinu
pada masing-masing sediaan krim, tetapi
karena jarak antara globul-globul yang
tidak terlalu besar, dan pada hari ke-3 dan
meningkat.
hari ke-7 tidak memberikan pengaruh yang
mencerminkan peningkatan ukuran globul
signifikan
karena penggumpalan.
pada
perubahan
viskositas
sediaan krim.
Rheology
of
Viskositas
Emulsion,
dengan
waktu
Apabila nilai viskositas sediaan krim
Perubahan viskositas yang terjadi ditunjukkan
akan mengalami penurunan
dengan
penurunan
dibandingkan terhadap sediaan satu sama
nilai
lainnya, maka terlihat perbedaan viskositas,
viskositas masing-masing sediaan krim.
semakin besar konsentrasi basis nano, maka
Perubahan yang terjadi selama waktu
nilai viskositas semakin besar pula. Hal
penyimpanan bisa terjadi karena perubahan
tersebut disebabkan oleh adanya kandungan
pada suhu ruangan. Sesuai dengan Hukum
potassium lauroyl wheat amino acids dalam
Stokes menyatakan bahwa peningkatan
basis nano, dimana potassium lauroyl
suhu ruangan yang dapat mengganggu daya
wheat amino acids ini merupakan salah satu
tahan krim dan dapat menurunkan nilai
senyawa
viskositas dari fase kontinu (air), serta
konsistensi krim dan juga meningkatkan
meningkatkan gerak globul fase terdispersi
stabilitas
(minyak).
menunjukkan
meningkatnya viskositas dapat disebabkan
hubungan yang berbanding terbalik pada
oleh beberapa senyawa, seperti viskolam.
persamaan Hukum Stokes, semakin cepat
Viskolam digunakan sebagai pengental,
pergerakan globul maka semakin turun nilai
dimana
viskositas
kemampuan
Keduanya
suatu
sediaan.
Selain
itu,
perubahan pada krim disebabkan pula oleh
yang
sediaan
viskolam
dapat
krim.
ini
mengentalkan
meningkatkan
Selain
itu,
mempunyai larutan
air
sebagai fase luar dari krim.
tipe emulsi pada krim itu sendiri. Emulsi
38
Viskoistas SediaanKrim
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.,III No.1, Januari 2014 67
X01
66,5
X02
66
X03 X1
65,5
X2
65
X3
64,5 1
3
7
14
21
28
Perlakuan (Hari Penyimpanan)
Gambar 2. Hasil pengukuran viskositas sediaan krim Pengujian
Stabilitas
Fisik
dengan
Menggunakan Metode Sentrifugasi
penyimpanan di suhu ruang selama kurang dari 10 bulan.
Hasil uji sentrifugasi dapat dilihat pada Tabel 4.
Hasil uji sentrifugasi
Pengujian Iritasi Sediaan Krim
menunjukkan bahwa pada sediaan krim
Pengujian iritasi merupakan syarat mutlak
dengan basis 5% terjadi pemisahan pada
dalam industri kosmetik untuk memastikan
kecepatan 3750 rpm. Pemisahan fase yang
bahwa sediaan yang dibuat aman untuk
terjadi disebabkan oleh ketidakcampuran
digunakan. Uji iritasi pada penelitian ini
dengan sempurna antara basis bersama fase
dilakukan secara in vivo kepada 10 orang
lainnya.
sukarelawan. Adapun yang diuji adalah
Basis kurang
sebanyak
sepadan
komponen
5%
ternyata
jumlahnya
lainnya
dalam
dengan formula
sediaan krim yang telah dibuat sehingga menyebabkan
tidak
tercampurnya
dengan sempurna antara basis nano dan
sediaan krim dengan basis nano 10%. Pengujian
dilakukan
hanya
terhadap
sediaan krim tersebut, karena sediaan yang diuji hanya sediaan yang cenderung lebih stabil daripada sediaan lainnya, sedangkan sediaan krim blanko diikutsertakan dalam pengujian
iritasi
ini
hanya
sebagai
komponen lainnya. Alasan tersebut
pembanding
diperkuat dengan teori bahwa semakin
pelembab dimethylsilanol hyaluronate.
banyak konsentrasi emulgator yang
Berdasarkan data hasil pengujian dapat
ditambahkan maka sediaan krim akan
diketahui bahwa sediaan krim pelembab
semakin stabil. Hasil sentrifugasi pada
dimethylsilanol
sediaan krim dengan basis 5% dapat
formula (X3)
menunjukkan
pada kulit. Hal itu ditandai dengan tidak
tersebut
bahwa
tidak
sediaan
tahan
krim
terhadap
terhadap
sediaan
hyaluronate
krim
dengan
tidak menimbulkan iritasi
adanya reaksi panas, kemerahan dan iritasi, ataupun gatal pada kulit sukarelawan. Begitu juga dengan sediaan krim blanko 39
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.,III No.1, Januari 2014
dengan formula X03. Hal ini dikarenakan
DAFTAR PUSTAKA
oleh bahan-bahan yang digunakan adalah
Ansel, C.H. 1989. Pengantar Sediaan
bahan-bahan
yang
aman,
inert,
tidak
mengiritasi, serta memiliki rasa raba kulit yang baik.
Farmasi. Penerjemah: F. Ibrahim. Jakarta: UI Press. Jakarta. 513. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi
SIMPULAN
III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Hasil penelitian evaluasi fisik sediaan krim pelembab dimethylsilanol hyaluronate dengan penambahan basis nano dan fase minyak kelapa murni dapat disimpulkan bahwa
penambahan
dimethylsilanol
hyaluronate sebagai bahan aktif pelembab dalam sediaan krim dengan penambahan basis nano dan fase minyak kelapa murni menghasilkan sediaan krim yang baik, stabil, dan aman untuk digunakan. Hasil pengamatan evaluasi fisik, stabilitas fisik, dan pengamatan distribusi sediaan krim, menunjukkan pelembab
bahwa
sediaan
dimethylsilanol
krim
hyaluronate
dengan penambahan basis nano 10% dan fase minyak kelapa murni 10% mempunyai kestabilan dan penampilan fisik terbaik. Penelitian lanjut yang perlu dilakukan adalah
mengenai
pengujian
efektivitas
secara in vitro maupun in vivo dari sediaan krim pelembab dimethylsilanol hyaluronate dengan penambahan basis nano dan fase minyak kelapa murni dan pengujian ukuran partikel Filetering
dengan
menggunakan
Transmission
Microscopy (EFTEM).
Energy Electron
Republik Indonesia. 8. Dimethylsilanol
Hyaluronate.
Exymol.
2008.
http:/www.exymol.com.
[Diakses 4 Februari, 2009]. Harry, R.G. 1975. Harry’s Cosmetocology. Sixth
edition.
Vol
I.
London:
Chemical Publishing Company, Inc. 12. Keithler, W.M.R. 1956. The Formulation of Cosmetic and Cosmetic Specialties. New York: Drug Markets. Inc. 3. Lachman L, H.A. Lieberman, dan J.L. Kanig. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri.
Penerjemah:
Suyatmi S dan Aisyah I. Edisi ke-3. Jakarta: UI Press. 1049-1088;10911145. Latiefah,
S.
2008.
Formulasi
Krim
Pelembab Wajah yang Mengandung Tabir Oksida
Surya Salut
Nanopartikel Silikon.
Zink
Bandung:
Fakultas Universitas Padjadjaran. 2. Nanocream. 2006. Sinerga.www.sinerga.it, diakses 4 Februari, 2009. Rochman
T.N.
Nanoteknologi
2007. di
Prospek
Tanah
Air.
http://www.pati.or.id/opini_files/Pag e769.htm, diakses 6 Februari 2009.
40
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.,III No.1, Januari 2014
Sharma, P.K. et. al. 1999. Pengenalan Nanoteknologi.http://aguspur.wordpr ess.com/2008/10/08/nanoteknologipe ngenalan/, diakses 6 Februari, 2009. Setiaji, B. 2005. Salah Satu Manfaat Minyak
Kelapa
Murni.
http://buahmerah.baliwae.com/ebook apakahvirgincoconutoil.pdf, diakses 13 September 2009. Sudjana, M.A. 2002. Desain dan Analisis Eksperimen. Edisi IV. Bandung: Tarsito. Hal. 61; 65 Thassu, D, M. Delleers and Y. Pathak. 2007. Nanoparticulate Drug Delivery System. Volume 166. New York: Pharmaceu Tech, Inc. Wasitaatmadja M. S. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI Press. 45;8; 85-93;112
41