PEMBUATAN EKOSEMEN DARI ABU SAMPAH DAN UJI APLIKASINYA UNTUK PANEL BETON
TESIS
Oleh
NELI SUSANTI 077026016/FIS
S
C
N
PA
A
S
K O L A
H
E
A S A R JA
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Judul Tesis
:
Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi
: : :
PEMBUATAN EKOSEMEN DARI ABU SAMPAH DAN UJI APLIKASI UNTUK PANEL BETON Neli Susanti 077026016 Fisika
Menyetujui Komisi Pembimbing
( Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc ) Ketua
( Prof. Drs. Mohammad Syukur, MS ) Anggota
Ketua Program Studi,
Direktur,
( Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc )
( Prof. Dr. Ir. T.Chairun Nisa B, M.Sc)
Tanggal lulus : 8 Juni 2009
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
PEMBUATAN EKOSEMEN DARI ABU SAMPAH DAN UJI APLIKASINYA UNTUK PANEL BETON
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Fisika pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh NELI SUSANTI 077026016/FIS
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Telah diuji pada Tanggal : 8 Juni 2009
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua
: Prof.Dr.Eddy Marlianto,Msc.
Anggota
: 1. Prof.Drs.H.Mohammad Syukur,M.S. 2. Dra. Justinon, M.Si. 3. Dr.Ir.Reza Fadhila,M.I.M. 4. Drs. Nasir Saleh, M.Eng.Sc.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
ABSTRAK
Semen portland umumnya diproduksi dari bahan alam, batu kapur sebagai sumber CaO; lempung sumber: SiO2, dan Al2O3. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan ekosemen dengan menggunakan beberapa variasi komposisi abu sampah sebagai subsitusi sebagian batu kapur.Jenis sampah rumah tangga yang digunakan sudah terpisah dari logam misalnya: kertas, rumput, dedaunan, kayu, dan lain-lain, yang dibakar pada suhu sekitar 700oC. Abu dari hasil kalsinasi sampah rumah tangga, kemudian diayak hingga lolos ayakan ukuran 5 mm. Bahan baku pembuatan ekosemen jenis portland antara lain: batu kapur, tanah liat, MgCO3 teknis, Fe2O3 teknis, gypsum, dan abu sampah rumah tangga. Besaran fisis yang diamati dalam bentuk ekosemen, antara lain: analisa mikrostruktur serbuk setelah dikalsinasi dengan menggunakan XRD, densitas serbuk, diameter partikel dan waktu ikat atau air setting. Besaran fisis yang diamati dalam bentuk panel beton ekosemen adalah kuat tekan dan kuat patah. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ekosemen telah berhasil dibuat dengan menggunakan bahan baku: abu sampah, batu kapur, tanah liat, MgCO3 teknis, Fe2O3 teknis, dan gypsum.Komposisi optimal dengan kode sampel D atau 30% abu sampah dan suhu kalsinasi 1300oC dapat mensubtitusi sebagian dari batu kapur dalam pembuatan ekosemen. Komposisi tersebut juga menghasilkan senyawa dominan: C3S, C2S, C3A dan C4AF, mirip dengan senyawa pada semen portland. Pada kondisi tersebut, menghasilkan karakeristik ekosemen dengan nilai: densitas terbesar = 3,15 g/cm3, distribusi ukuran diameter partikel berkisar antara 1,19 – 17,01 μm, dengan diameter rata-rata = 6,09 μm. Nilai waktu ikat awal danwaktu ikat akhir, masing-masing sebesar 2 jam 17 menit dan 2 jam 57 menit. Nilai kuat tekan dan kuat patah yang optimum adalah sebesar 53,5 MPa dan 8,58 MPa masing-masing pada beton ekosemen dengan kode sampel D atau 30% abu sampah, suhu kalsinasi 1300oC dan dikeringkan selama 28 hari. . Kata kunci: Ekosemen, abu sampah, mikrostruktur, komposisi kimia, suhu kalsinasi
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
ABSTRACT
Portland cement is generally produced from natural materials, calcium carbonate as source of CaO; clay as source of SiO2 and Al2O3. This research conducted by making ecocement using several variations from house hold garbage ash as clay substitution. The garbage that is used must be separated from metal, for example: paper, grass, leaves, wood, and others. The garbage was burnt at temperature of 700oC. Then ash from the garbage combustion is sieved, till get away from 5 mm size sieve. The raw material of portland ecocement: calcium carbonate, clay, technical MgCO3, technical Fe2O3, gypsum, and household garbage ash. The physical propeties of ecocement that is measured are: powder microstructure analyze after being calcinated using XRD, powder density, particle diameter and air setting. While the concrete physical properties that are measured are: compressive and flexural strength. From the result shows that the ecocement has succeeded been made using raw material: household garbage ash, calcium carbonate, clay, technical MgCO3, technical Fe2O3, and gypsum.The optimal composition with D sample code or 30% household garbage ash and calcination temperature 1300oC can substitute calcium carbonate in the ecocement making. At that compositions as well give result of dominant coumpound: C3S, C2S, C3A and C4AF, similar with portland cement coumpound. The composition gives result of ecocement characteristic: bigest density = 3.15 g/cm3, particle diameter distribution between 1.19 – 17.01 μm, with average particle diameter = 6.09 μm. The initial and final setting time are: 2 hours 17 minutes dan 2 hours 57 minutes. The optimum value of compressive and flexural strength = 53.5 and 8.58 MPa, each at ecocement concrete with D sample code or 30% household garbage ash, calcination temperature is 1300oC and the aging time is 28 days. Keywords: Ecocement, garbage ash, microstructure, chemical composition, calcinations temperature
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul: Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah dan Uji Aplikasinya Untuk Panel BETON, dapat diselesaikan. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah Republik Indonesia c.q Pemerintah Propinsi Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan dana sehingga kami dapat melaksanakan Program Magister Sains pada Program Studi Magister Ilmu Fisika Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K) atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Sains. 2. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc, atas kesempatan yang diberikan menjadi mahasiswa Program Magister pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 3. Ketua Program Studi Magister Fisika, Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc. sekaligus sebagai Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam membimbing kami sehingga terselesaikannya penulisan tesis ini. 4. Sekretaris Program Studi Fisika Bapak Nasir Saleh beserta seluruh staf Pengajar pada Program studi Magister Fisika Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 5. Komisi Pembimbing Bapak Prof. Drs. Mohammad Syukur, MS. yang dengan penuh perhatian dan telah memberikan dorongan dan bimbingan hingga selesainya penelitian ini.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
6. Pembimbing Lapangan Bapak Prof. (Riset) Drs. H. Perdamean Sebayang, M.Si. yang telah banyak membantu kami dilapangan hingga selesainya tesis ini. 7. Rekan-rekan mahasiswa Sekolah Pascasarjana angkatan 2007 khususnya ibu Suarni Nst dan Jauharah Cut Ali serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan kepada kami selama perkuliahan hingga selesainya tesis ini. 8. Teristimewa ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ayahanda Husin Syafran, Ibunda Ermiyati dan Kakanda Heri Aliefson beserta Suami tercinta Ir. H. Muhammad Hendra dan ketiga ananda terkasih: Nava’atidz Dzikraa, Muhammad Ruzika Wasi’an, dan Luthfiah Yasmin, terima kasih atas segala pengorbanan kalian baik moril maupun materil, budi baik ini tidak dapat di balas, tapi hanya diserahkan pada Allah SWT jua. Akhir kata semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan, dan kami menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan untuk itu dengan kerendahan hati kami mengharapkan saran dan kritik yang dapat menyempurnakan tesis ini. Amin Ya Rabbal Alamin.
Medan,
Juni 2009
Penulis,
Neli Susanti
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI Nama lengkap berikut gelar
:
Neli Susanti, S.Pd.
Tempat dan Tanggal Lahir
:
Solok (Sum-Bar), 29 Mei 1973
Alamat Rumah
:
Jl. Puri No.156/96 Medan 20215
Instansi Tempat Bekerja
:
SMA Negeri 6 Medan
Alamat Kantor
:
Jl. Ansari No. 34 Medan
Telepon/Faks
:
(061) 7367580
DATA PENDIDIKAN SD
: SD Negeri 3 Lubuk Gadang (Sum-Bar)
Tamat : 1986
SMP
: SMP Negeri 2 Muara Labuh (Sum-Bar)
Tamat : 1989
SMA
: SMA Negeri 1 Muara Labuh (Sum-Bar)
Tamat : 1992
Strata-1 : FPMIPA IKIP Padang
Tamat : 1997
Strata-2 : Program Studi Magister Fisika Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Tamat : 2009
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ............................................................................................................. i ABSTRACT ........................................................................................................... ii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... v DAFTAR ISI.......................................................................................................... vi DAFTAR TABEL.................................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... xi BAB I
PENDAHULUAN ..................................................................................
1
1.1. Latar Belakang ...............................................................................
1
1.2. Tujuan Penelitian ...........................................................................
4
1.3. Perumusan Masalah .......................................................................
4
1.4. Batasan Masalah ............................................................................
5
1.5. Manfaat Penelitian .........................................................................
5
1.6. Hipotesa .........................................................................................
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
7
2.1. Semen Portland ............................................................................
7
2.2. Beton Ekosemen............................................................................. 11 2.3. Karakterisasi ................................................................................. 14 2.3.1. Analisa Mikrostruktur dengan X-ray Diffraction (XRD) .. 14 2.3.2. Densitas Serbuk Ekosemen ................................................ 15 2.3.3. Diameter Partikel Serbuk Ekosemen ................................. 16 2.3.4. Pengukuran Kuat Tekan (Compressive Strength) .............. 16 2.3.5. Pengukuran Kuat Patah (Flexural Strength) .................... 17
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 19 3.1. Bahan Baku ................................................................................... 19 3.2. Peralatan ....................................................................................... 19 3.3. Variabel dan Parameter Penelitian ............................................... 20 3.4. Prosedur Pembuatan Ekosemen .................................................... 21 3.5. Karakterisasi .................................................................................. 23 3.5.1. Analisa Struktur Kristal dengan X-RayDiffraction (XRD)
24
3.5.2. Densitas Serbuk ................................................................. 25 3.5.3. Pengukuran Diameter Partikel (Particle Size Measurement) 26 3.5.4. Waktu ikat (Air Setting)................................................... .. 27 3.5.5. Kuat Tekan (Compressive Strength) .................................. 28 3.5.6. Kuat Patah (Flexural Strength) .......................................... 29 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 31 4.1. Analisa Komposisi Kimia dari Abu Sampah ................................... 31 4.2. Analisa Difraksi Sinar-X pada Abu Sampah ................................... 32 4.3. Pengukuran Densitas Serbuk Abu Sampah...................................... 44 4.4. Diameter Partikel Ekosemen dari Serbuk Abu Sampah .................. 45 4.5. Pengujian Air Setting (waktu ikat) .................................................. 49 4.6. Pengujian Kuat Tekan (Compressive Strength) ............................... 51 4.7. Pengujian Kuat Patah (Flexural Strength) ....................................... 52 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 54 5.1. Kesimpulan ................................................................................... 54 5.2. Saran .............................................................................................. 55 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 56
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
1. 1.
Perbandingan komposisi fly ash terhadap abu dari sampah ................... 2
2. 1.
Komposisi Utama Semen Portland. ........................................................ 7
2. 2.
Karakteristik Semen Portland ................................................................ 8
2. 3.
Sifat-sifat fisis dari ekosemen. ................................................................ 9
3. 1.
Variasi komposisi untuk pembuatan ekosemen ...................................... 20
4. 1.
Hasil analisa komposisi kimia dari abu sampah. .................................... 31
4. 2.
Hasil analisa komposisi semen dan abu sampah (teoritis) ...................... 31
4. 3.
Puncak-puncak yang terbentuk sebagai fungsi suhu pembakaran (Sampel A). ............................................................................................. 34
4. 4.
Puncak-puncak yang terbentuk sebagai fungsi suhu pembakaran (Sampel B) .............................................................................................. 37
4. 5.
Puncak-puncak yang terbentuk sebagai fungsi suhu pembakaran (Sampel C) .............................................................................................. 39
4. 6.
Puncak-puncak yang terbentuk sebagai fungsi suhu pembakaran (Sampel D) .............................................................................................. 40
4. 7.
Puncak - puncak yang terbentuk sebagai fungsi suhu pembakaran (Sampel E)............................................................................................... 42
4. 8.
Hasil pengujian air setting dari ekosemen berbasis abu sampah dengan W/C = 0,5 ................................................................................... 50
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
2. 1.
Perbandingan setting time dari beberapa jenis ekosemen, hasil tes fisis menurut JIS R 5201.................................................................................... 10
2.2.
Kurva Hubungan Kuat Tekan Beton Terhadap nilai FAS. ........................ 13
2. 3.
Model Difraksi Bragg ................................................................................ 15
2. 4.
Pengujian kuat tekan dengan menggunakan UTM .................................... 17
2. 5.
Teknik pengujian kuat patah dengan menggunakan tiga titik tumpu (three point bending).................................................................................. 18
3. 1.
Diagram Alir Pembuatan Ekosemen.......................................................... 21
3. 2.
Skema Peralatan Difraksi Sinar –X (XRD). .............................................. 24
4. 1.
Pola difraksi dari semen (kode sampel A) yang masing-masing dibakar pada suhu: 1200, 1250, 1300 dan 1350oC.................................................. 33
4. 2.
Pola difraksi dari semen (kode sampel B) yang masing-masing dibakar pada suhu: 1200, 1250, 1300 dan 1350oC. ................................................ 36
4. 3.
Pola difraksi semen dari abu sampah (kode sample C) yang dibakar pada suhu: 1200, 1250, 1300 dan 1350oC .......................................................... 38
4. 4.
Pola difraksi semen dari abu sampah (kode sample D) yang dibakar pada suhu: 1200, 1250, 1300 dan 1350oC .......................................................... 41
4. 5.
Pola difraksi semen dari abu sampah (kode sample E) yang dibakar pada suhu: 1200, 1250, 1300 dan 1350oC .......................................................... 43
4. 6.
Hubungan antara densitas terhadap abu sampah (% berat)........................ 44
4. 7. Hubungan antara persen massa terhadap diameter partikel dari ekosemen, tanpa menggunakan abu sampah yang dibakar pada suhu 1350oC............ 46 4. 8. Hubungan antara persen massa terhadap diameter partikel dari ekosemen, dengan 10% abu sampah yang dibakar pada suhu 1350oC. ....................... 47 4. 9. Hubungan antara persen massa terhadap diameter partikel dari ekosemen, dengan 20% abu sampah yang dibakar pada suhu 1300oC. ....................... 47
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
4.10. Hubungan antara persen massa terhadap diameter partikel dari ekosemen, dengan 30% abu sampah yang dibakar pada suhu 1300oC. ....................... 48 4.11. Hubungan antara persen massa terhadap diameter partikel dari ekosemen, dengan 40% abu sampah yang dibakar pada suhu 1250oC. ....................... 49 4.12. Hubungan antara kuat tekan beton ekosemen terhadap waktu pengerasan, masing-masing untuk sampel A, B, C dan D. ............................................ 51 4.13. Hubungan antara kuat patah beton ekosemen terhadap waktu pengerasan, dari masing-masing sampel A, B, C dan D................................................ 52
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
1. Data analisa XRD Untuk Sampel A, B, C, D, dan E yang Dikalsinasi Pada Suhu 1200 oC, 1250 oC, 1300 oC, dan 1350oC ......................................... 58 Data Hanawalt File: ........................................................................................ 67 a. .......................................................................................................... File No. 70-0388: Calcium Silicate (Ca2SiO4).................................................. 67 b........................................................................................................... File No. 42-0551: Calcium Silicate (Ca3SiO5).................................................. 72 c. .......................................................................................................... File No. 38-1429: Calcium Aluminum Oxide (Ca3Al2O6)................................ 73 d........................................................................................................... File No. 11-0124: Calcium Aluminum Iron Oxide (Ca4Al2Fe2O10) ................. 74 e. .......................................................................................................... File No. 82-1691: Calcium Oxide (CaO) .......................................................... 75 f. .......................................................................................................... File No. 43-1001: Calcium Oxide (CaO) .......................................................... 76 g........................................................................................................... File No. 72-0916: Calcium Sulfate Ca (SO4) .................................................... 77 h........................................................................................................... File No. 83-0437: Calcium Sulfate Ca (SO4) .................................................... 78 i............................................................................................................ File No. 75-1525: Magnesium Oxide (MgO).................................................... 80 j............................................................................................................ File No. 75-0447: Magnesium Oxide (MgO).................................................... 81 2. Data Pengukuran Densitas ............................................................................... 82 3. Data Pengukuran Diameter Partikel Ekosemen ............................................... 84
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
4. Data Pengukuran Prosentase Massa ................................................................ 90 5. Data Pengukuran Kuat Tekan .......................................................................... 96 6. Data Pengukuran Kuat Patah ........................................................................... 98 7. Alat Pengujian Kuat Tekan dan Kuat Patah .................................................... 100
BAB I PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang Perkembangan teknologi infrastruktur memegang peranan penting dalam konsep pembangunan demi kenyamanan hidup manusia. Banyak penelitian telah dilakukan tentang teknologi beton untuk memenuhi kebutuhan dalam dunia properti: gedung pencakar langit, apartemen, pabrik, dan perumahan. Dalam bidang perekayasaan material, terus diupayakan penelitian dan inovasinya, termasuk bahan bangunan terutama komponen struktur. Salah satu material komponen struktur yang paling populer adalah semen (portland cement) yang saat ini merupakan kebutuhan yang paling besar dibidang konstruksi. Semen portland selama ini diproduksi dengan bahan baku dari alam, seperti: batu kapur merupakan sumber CaO, lempung merupakan sumber SiO2, dan Al2O3
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
(Anonym, 2006). Bahan batu kapur merupakan komposisi terbesar dalam pembuatan semen, yaitu sekitar: 75 – 80 % berat, sisanya adalah lempung, alumina, dan besi oksida (Anonym, 2006). Bahan baku semen tersebut digiling dan dibakar menghasilkan kalsium silikat, dan kalsium aluminat
yang bersifat hidrolis dan
dicampur bahan gips. Proses kalsinasi (kalsinasi) pada tungku (kiln) dapat mencapai suhu sekitar 1300 – 1350 oC (Mulyono, T., 2005). Kebutuhan akan semen semakin lama semakin banyak, karena hal tersebut tidak terlepas dari perkembangan dunia konstruksi dan pembangunan di suatu negara dan seiring dengan populasi penduduk. Apabila kebutuhan akan semen setiap tahunnya meningkat, tentunya kebutuhan bahan baku dari alam juga meningkat. Dengan demikian akibatnya suatu saat deposit bahan alam cenderung menurun dan habis. Oleh karena itu perlu dipikirkan dan dikaji bahan baku alternatif, agar produksi semen dimasa mendatang masih tetap ada. Kemungkinan-kemungkinan bahan alternatif lain sebagai pengganti batu kapur antara lain: abu terbang batu bara (fly ash), abu hasil kalsinasi sampah, dan lain-lain. Oleh karena kedua macam bahan baku alternatif tersebut termasuk murah, berupa limbah dan selama ini belum termanfaatkan secara optimal. Pada tabel 1. 1, merupakan perbandingan komposisi kimia dari abu terbang batu bara (fly ash) dengan abu hasil kalsinasi sampah setelah dipisahkan dari logam. Tabel 1.1. Perbandingan komposisi fly ash terhadap abu dari sampah No.
Komposisi
Abu sampah (%)
Fly Ash (%)
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
1 2 3 4 5 6 7 8
MgO Na2O Fe2O3 CaO K2O SiO2 Al2O3 LOI
2,60 0,14 7 31 0,83 46 29 1,39
1,05 0,08 10,86 1,34 2,41 53,36 26,49 1,91
Sumber: Mulyono,T,2005
Dari tabel komposisi diatas maka abu dari sampah sangat potensial sebagai bahan baku alternatif atau substitusi bahan baku utama semen, yaitu: batu kapur. Ekosemen adalah salah satu jenis produk semen yang hampir sama dengan semen portland dan oleh karena bahan bakunya menggunakan bahan berbasis limbah maka disebut sebagai ekosemen. Dengan mensubstitusi sebagian atau keseluruhan batu kapur dengan abu sampah tentunya akan mampu untuk mengurangi eksplorasi bahan alam dan sekaligus mengurangi emisi gas CO2 dari produk samping industri semen yang tidak ramah terhadap lingkungan (Khaerudini, 2007; Hemmings et.al, 2004). Proses kalsinasi batu kapur pada industri semen dapat menghasilkan emisi gas buang CO2, tetapi bila jumlah batu kapur bisa diganti atau dikurangi jumlahnya maka emisi gas buang juga akan menurun (Intercem, 2003). Penelitian pembuatan ekosemen (Romano, J.S., et.all., 2006) masih jarang sekali, Ia telah membuat ekosemen dengan mensubstitusi sampai 40 % batu kapur dengan limbah berupa abu sekam padi. Hasilnya adalah ekosemen yang memiliki karakteristik yang menyerupai semen portland yang ada dipasaran (Romano, J.S., et.all., 2006). Pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan ekosemen jenis portland
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
dengan menggunakan bahan baku abu sampah. Dari hasil penelitian akan dilihat sejauh mana pengaruh variasi komposisi abu sampah terhadap karakteristik ekosemen (waktu ikat atau air setting, kuat tekan, kuat patah, densitas, dan analisa mikrostruktur dengan XRD).
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
1. 2. Tujuan Penelitian 1. Menguasai teknologi pembuatan ekosemen dan karakterisasinya. 2. Memanfaatkan limbah abu sampah sebagai bahan substitusi sebagian batu kapur untuk pembuatan ekosemen. 3. Mengetahui pengaruh variasi komposisi abu sampah dan suhu kalsinasi terhadap karakteristik dari ekosemen (waktu ikat, kuat tekan, kuat patah, nilai hidrolisis, densitas, dan mikrostruktur dengan XRD).
1. 3. Perumusan Masalah Bagaimana membuat ekosemen dengan menggunakan bahan baku dari campuran abu sampah, batu kapur, tanah liat, MgCO3 teknis, Fe2O3 teknis, dan gypsum sehingga nantinya mempunyai kualitas yang menyerupai semen portland. Permasalahan utama dalam pembentukan semen adalah komposisi dari campuran bahan baku, karena akan mempengaruhi senyawa-senyawa pembentukan semen seperti: kalsium silikat (3CaO.SiO2 dan 2CaO.SiO2), Al silikat, Al feri silikat, dan MgO. Karena pembentukan senyawa-senyawa tersebut dapat mempengaruhi karakteristik dari semen yang dihasilkan. Disamping itu usaha penggantian sebagian CaCO3 (batu kapur) dengan abu sampah dapat memberikan kontribusi pengurangan emisi CO2. Pada penelitian ini juga dicari komposisi optimal abu sampah yang dapat mensubtitusi sebagian dari batu kapur dalam pembuatan ekosemen.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
1. 4. Batasan Masalah Penelitian pembuatan ekosemen digunakan komposisi seperti pembuatan semen pada umumnya dengan bahan baku: batu kapur dari CaCO3 teknis, tanah liat , MgCO3 teknis, Fe2O3 teknis, serta menggunakan abu dari hasil pembakaran sampah rumah tangga (domestic waste). Teknologi pembuatan ekosemen sama seperti pembuatan semen pada umumnya, yaitu: melalui teknik kalsinasi pada suhu 1200, 1250, 1300 dan 1350oC dengan menggunakan tungku listrik. Variasi penambahan abu sampah yang dilakukan mulai dari 0, 10, 20, 30 dan 40 % berat. Besaran yang diukur meliputi: analisa mikrostruktur ekosemen dengan XRD, densitas serbuk, diameter partikel serbuk ekosemen, waktu ikat, kuat tekan dan kuat patah.
1. 5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian adalah untuk menambah ilmu pengetahuan tentang teknologi pembuatan ekosemen dan mengetahui manfaatnya bagi dunia usaha di bidang konstruksi. Secara umum, bila berhasil membuat ekosemen dengan menggunakan bahan baku abu sampah serta memiliki kualitas seperti semen pada umumnya (semen portland). Harapan kedepan, nantinya akan mampu menurunkan tingkat pencemaran lingkungan oleh timbunan sampah serta mengurangi pencemaran gas CO2.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
1. 6. Hipotesa Ekosemen jenis portland dapat dibuat melalui substitusi batu kapur dengan abu sampah, variasi komposisi abu sampah dan suhu kalsinasi akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap karakteristik dari ekosemen dan beton ekosemen.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Semen Portland Semen portland adalah material yang mengandung paling tidak 75 % kalsium silikat (3CaO.SiO2 dan 2CaO.SiO2), sisanya tidak kurang dari 5 % berupa Al silikat, Al feri silikat, dan MgO (Hanenara, 2005; Taylor, 2009). Ratio mole antara CaO terhadap SiO2 tidak kurang dari 2. Pada tabel 2.1, menunjukkan komposisi kimia komponen yang ada di dalam semen portland. Tabel 2.1. Komposisi Utama Semen Portland Nama Kimia
Rumus Kimia
Singkatan
% berat
Tricalcium Silicate
3CaO.SiO2
C3S
50
Dicalcium Silicate
2CaO.SiO2
C2S
25
Tricalcium Aluminate
3CaO.Al2O3
C3A
12
4CaO.Al2O3.Fe2O3
C4AF
8
CaSO4.H2O
CSH2
3,5
Tetracalcium Aluminoferrite Gypsum Sumber : Hanenara, 2005
Pembuatan semen portland menggunakan bahan baku utama, berupa: CaO dari batu kapur atau 70 % berat CaCO3, 20 % berat lempung sebagai sumber silika (SiO2), alumina (Al2O3); bahan aditif: 1 % berat MgO untuk kontrol komposisi, 1 % berat Fe2O3, dan 5 –10 % berat gipsum CaSO4.2H2O; untuk mengatur waktu ikat semen (Sobelev, K.G., et.all., 1997). Reaksi pembentukan C3S, C2S, C3A, C4AF terjadi saat proses kalsinasi yang berlangsung pada suhu tinggi, yaitu sekitar 1300 –
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
1350oC. Apabila semen tercampur dengan air, maka akan terjadi proses hidratasi yang menyebabkan berlangsungnya pengerasan. Mekanisme reaksi hidratasi dari komponen-komponen semen adalah sebagai berikut (Sobelev, K.G., 2002): 2Ca3OSiO4 + 6H2O → 3CaO.2SiO2.3H2O + 3Ca (OH)2………............. (II.1) 2Ca2SiO4 + 4H2O → 3CaO.2SiO2.3H2O + Ca (OH)2.............................. (II.2) Ca3 (AlO3)2 + 3CaSO4 + 32H2O → Ca6 (AlO3)2 (SO4)3.32H2O............... (II.3) Ca6 (AlO3)2 (SO4)3.32H2O + Ca3 (AlO3)2 + 4H2O → 3Ca4 (AlO3)2 SO4).12H2O...(II.4) 2Ca2AlFeO5 + CaSO4+16H2O → Ca4 (AlO3)2 (SO4).12H2O + Ca (OH)2 + 2Fe (OH)3......(II.5)
Reaksi hidratasi (II.1) dan (II.3) berlangsung sangat cepat dalam orde menit, sedangkan reaksi (II.2), (II.4) dan (II.5) berlangsung lambat bisa dalam orde minggu. Oleh karena itu pengerasan semen yang maksimal bisa mencapai waktu 28 hari (Sobelev, K.G., 2002). Karakteristik semen portland meliputi: komposisi kimia, kehalusan butir, waktu ikat, kekuatan tekan, dan angka hidrolistis. Karakteristik semen portland ditunjukkan pada tabel 2.2. Tabel 2.2. Karakteristik Semen Portland Sifat-Sifat
Nilai
Kehalusan: sisa diatas ayakan 0,09 mm
Max 10 %
Waktu ikat Awal Waktu ikat Akhir Kuat Tekan Umur 3 hari Umur 7 hari Angka hidrolistis
Min. 45 menit Max 8 jam Min 125 kg/cm2 Min 200 kg/cm2 0,47 – 0,53
Pemuaian dalam autoclave
Max 0,8 %.
Sumber : Dedy Eka Priyanto, 2008
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Terminologi ekosemen dibentuk dari kata “ekologi” dan “semen”, dimana penelitian ekosemen diawali pada tahun 1992. Para peneliti Jepang yang telah mempelajari dan memproses abu sampah dan endapan air kotor untuk dijadikan bahan pembuat semen (Dedy Eka Priyanto,2008). Abu dan endapan air kotor mengandung senyawa-senyawa oksida, seperti: CaO, SiO2, Al2O3, dan Fe2O3 yang diperlukan dalam pembentukan semen konvensional. Oleh karena itu, abu hasil insinerasi sampah rumah tangga dapat difungsikan sebagai pengganti batu kapur dan tanah liat pada pembuatan semen konvensional. Sampai saat ini, terdapat dua macam tipe ekosemen (berdasarkan penambahan alkali dan kandungan klor), yaitu: tipe biasa (Ordinary) dan pengerasan cepat (rapid hardening) .Dari tabel 2. 3 dan gambar 2. 1, terlihat bahwa ekosemen tipe biasa (Ordinary type ecocement) memiliki waktu pengikat dan rentang waktu yang lebih lambat dari waktu awal (initial) sampai akhir (final) dibandingkan waktu ikat pada tipe rapid hardening ecocement. Tabel 2. 3. Sifat-sifat fisis dari ekosemen
Sumber : Anonym, 2006
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Disamping itu juga dapat mempengaruhi kekuatannya (hardening), dimana pada rapid hardening type ecocement memiliki nilai compressive strength yang lebih tinggi. Sedangkan pada high early strength portland cement memiliki waktu setting, rentang waktu dan nilai compressive strength yang lebih tinggi dari ordinary portland cement. Ekosemen tipe biasa mempunyai kualitas sama baiknya dengan semen Portland biasa. Tipe ekosemen ini biasanya digunakan sebagai ready mixed concrete. Sedangkan ekosemen tipe fast hardening memiliki kekuatan serta pengerasan yang lebih cepat dibanding semen Portland tipe high-early strength (gambar 2.1). Ekosemen tipe fast hardening biasanya digunakan pada blok arsitektur, bahan genteng, pemecah ombak, dan lain sebagainya (Dedy Eka Priyanto,2004). Ekosemen tipe fast hardening telah melewati Japanese Industrial Standard (JIS).
Sumber : Anonym, 2006
Gambar 2. 1. Perbandingan setting time dari beberapa jenis ekosemen, hasil tes fisis menurut JIS R 5201
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
2. 2. Beton Ekosemen Teknologi beton dan konstruksi berkembang pesat dengan variasi dan jenis tertentu, tetapi dalam aspek kemajuannya perlu diperhatikan dampaknya terhadap lingkungan. Dalam perekayasaan material struktur yang populer adalah beton dengan campuran pasta semen dan agregat yang membentuk batu buatan (beton plastis). Beton plastis mengeras karena terjadinya reaksi kimia antara semen dan air yang dikenal dengan istilah hidrolis. Agregat berupa pasir dan kerikil berfungsi sebagai pengisi (filler), sedangkan semen sebagai material pengikat (binder) butir-butir agregat pada campuran beton. Limbah abu sampah merupakan produk hasil insenerasi sampah perkotaan yang jumlahnya dapat berkisar 20 – 25% dari total sampah yang dibakar. Abu insinerator mengandung senyawa-senyawa: 60,1% SiO2 dan 5% Fe2O3, merupakan bagian dari senyawa yang dibutuhkan pada semen portland. Abu sampah ini dapat mengurangi pemakaian pasir dan, clay, serta cocok digunakan sebagai bahan pembuat beton. Salah satu jenis limbah lain yang bisa dijadikan bahan konstruksi adalah limbah pertambangan dan sering disebut sebagai tailling. Limbah ini wujudnya berupa pasir dan bebatuan, berwarna abu-abu keperakan, merupakan bagian yang tidak berguna dari proses pengolahan batuan bijih untuk diambil emas, tembaga dan peraknya. Sekelompok peneliti LAPI – ITB (I Gede Agung Yudana, 2007), telah membuktikan tailling berpotensi besar dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku beton. Saat ini tim tersebut sedang menguji penggunaan tailling sebagai bahan pembuatan
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
beton pracetak untuk jembatan. Jenis beton baru ini dapat dipakai dalam pembangunan perumahan, seperti: pondasi, balok, dinding hingga bagian lainnya. Penggunaan tailing sebagai bahan baku semen juga sedang dikaji dan apabila dilihat dari unsur-unsur yang ada dalam limbah pertambangan tersebut sudah memenuhi syarat, tinggal menambahkan kapur (CaO) . Selama ini semen yang dikenal terdiri dari kapur, pasir besi dan tanah liat, tailling berfungsi sebagai pengganti pasir besi dan tanah liat. Kelemahannya, tailling banyak mengandung magnesium yang dapat menyebabkan beton mudah retak. Namun masalah itu dapat diatasi dengan menambahkan resin polimer, seperti selulosa asetat sehingga dapat memperkuat semen. Selain itu, polimer dapat meningkatkan kekuatan juga dapat menetralisir unsur berbahaya dalam limbah itu. Copper Tailling Polymer Modified Concrete (CTPMC) adalah beton mortar berbahan tailling yang memiliki kuat tekan lebih tinggi dari beton konvensional dan sering disebut sebagai high performance concrete. CTPMC lebih ulet dan memiliki durability (ketahanan atau keawetan terhadap asam, basa dan garam) lebih baik dari beton konvensional. Beton secara umum tergolong material komposit yang terdiri dari semen sebagai matrik dan agregat sebagai bahan pengisi yang berfungsi sebagai penguat. Agregat dapat berupa agregat halus (misalnya pasir) dan agregat kasar ( kerikil). Jenis semen yang digunakan bisa berupa semen portland atau semen sintetis lainnya seperti ekosemen. Dalam pembuatan beton normal digunakan komposisi yaitu perbandingan volume antara agregat terhadap semen adalah 1:1, sedangkan dalam pencampurannya di pergunakan media air. Banyaknya air yang dipergunakan sangat mempengaruhi
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
kekuatan mekanik dari beton yang dihasilkan, menurut Mulyono (2005) perbandingan antara air terhadap semen (Faktor Air Semen atau FAS) adalah sekitar 0.25 – 0.55. Pengaruh FAS terhadap kekuatan tekan dari beton ditunjukkan pada
Kuat Tekan beton, MPa
gambar 2.2.
FAS Sumber : Tarun, 2006
Gambar 2.2. Kurva Hubungan Kuat Tekan Beton Terhadap nilai FAS Dari gambar 2.2, menunjukkan bahwa dalam pembuatan beton nilai Faktor Air Semen (FAS) memberikan pengaruh terhadap nilai kuat tekan beton. Bila semakin besar nilai FAS nya atau penggunaan air dalam pencampuran bahan baku beton semakin banyak maka nilai kuat tekan beton cenderung turun.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
2. 3. Karakterisasi Karakterisasi yang dilakukan, yaitu: dalam bentuk serbuk, dan dalam bentuk panel beton. Pengujian dalam bentuk serbuk meliputi: analisa struktur kristal dengan X Ray Diffraction (XRD), pengukuran densitas, analisa kehalusan butiran semen, dan waktu ikat. Waktu ikat adalah waktu yang dibutuhkan adonan pasta semen untuk pengerasan awal dan waktu untuk pengerasan akhir. Pengujian dalam bentuk panel beton, antara lain: pengujian mekanik (kuat tekan dan kuat patah).
2. 3. 1. Analisa Mikrostruktur dengan X-ray Diffraction (XRD) Pada analisis difraksi sinar-X menurut Bragg, gelombang datang di hamburkan oleh bidang-bidang atom yang sejajar seperti gambar 2.3. Sinar-X di pancarkan pada permukaan atom yang terletak pada bidang-1 dan bidang-2. Setiap atom merupakan sumber untuk difraksi. Syarat terjadinya pemantulan pada sudut θ adalah apabila gelombang A’ sefasa dengan B’ dan juga C’ demikian seterusnya, maka terjadilah penguatan atau interferensi konstruktif. Berkas A’ dan B’ sefasa jika beda lintasan antara AA’ dengan BB’ sama dengan kelipatan bulat panjang gelombang λ (1λ,2λ,....,nλ). Beda lintasan dinyatakan dengan jarak 2y, menurut trigonometri yang selanjutnya dikenal dengan persamaan Bragg (Eddy Marlianto,2004), y = d sin θ nλ = 2 d sin θ..............................................................................(II.6)
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
sinar datang
sinar pantul
A
A’
B
B’ θ
bidang-1
θ d
bidang-2
y
y
Gambar 2.3. Model difraksi Bragg
2. 3. 2. Densitas Serbuk Ekosemen Pengukuran densitas serbuk ekosemen dilakukan menggunakan Picnometer, besarnya nilai densitas serbuk dapat dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut (Muljadi, 1992): Densitas serbuk, ρS = dengan: mo mA mS mSA ρH2O
mS -
mo
(mA – mo) – (mSA – mS)
x ρ H2O.......................(II.7)
= Massa piknometer kosong (g) = Massa piknometer kosong + air (g) = Massa piknometer kosong + serbuk (g) = Massa piknometer kosong + serbuk + air (g) = densitas air = 1 g/cm3.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
2. 3. 3. Diameter Partikel Serbuk Ekosemen Ukuran butiran ekosemen diukur dengan menggunakan metoda Anderson Pipet yang memenuhi hukum Stock’s, diameter partikel yang diperoleh adalah merupakan nilai rata-ratanya, dan dapat dihitung dengan formula (Muljadi, 1992): d = 10.000 [18η.L/g (ρA - ρS) 60 T]1/2 .............................................. .(II.8) dengan: d η L g ρA ρS T
= Diameter partikel rata-rata (μm). = Viskositas air pada suhu kamar = 0,008004 (poise). = Tinggi suspensi di dalam Anderson Pipet (cm). = Gravitasi = 980 (g/cm2). = Densitas air pada suhu kamar = 1 g/cm3. = Densitas serbuk pada suhu kamar (g/cm3). = Waktu (detik).
2. 3. 4. Pengukuran Kuat Tekan (Compresive strength) Kuat tekan beton adalah besarnya beban persatuan luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan dari alat Universal Testing Machine (UTM). Pengujian kuat tekan panel beton ekosemen seperti terlihat pada gambar 2.4, dengan bentuk sampel uji berupa silinder, perbandingan panjang dan diameter, (L/d) adalah 3 : 1 untuk material yang liat, dan (L/d) = 1,5 – 2, untuk material yang rapuh.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
L d
Sumber : Norman, 1999
Gambar 2.4. Pengujian kuat tekan dengan menggunakan UTM Besarnya kuat tekan panel beton ekosemen yang dihasilkan dapat dihitung melalui persamaan sebagai berikut (Miyaki Satoshi 1997): Kuat Tekan =
F .......................................................(II.9) A
dengan : F = Gaya tekan (kgf) A = Luas penampang = πd2/4 (cm2)
2. 3. 5. Kuat Patah (Flexural Strength) Kekuatan Patah sering juga disebut dengan Modulus of Rapture (MOR) yang menyatakan ukuran ketahanan material terhadap tekanan mekanis dan tekanan panas (thermal Stress). Kekuatan patah ini berkaitan dengan komposisi, struktur material, pori-pori, dan ukuran butiran. Ada dua cara pengujian untuk menentukan kekuatan bahan yang berdasarkan tumpuan, yaitu tiga titik tumpu (three point bending) dan
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
empat titik tumpu (four point bending). Kuat patah dari sampel beton ekosemen dapat diukur dengan menggunakan alat uji Universal Testing Machine (UTM). Pada pengujian sampel panel beton ekosemen ini dilakukan dengan sistem tiga titik tumpu, seperti pada gambar 2.5. P b h L
Gambar 2.5. Teknik pengujian kuat patah dengan menggunakan tiga titik tumpu (three point bending). Kuat patah sampel panel beton ekosemen berbentuk balok dapat dihitung dengan persamaan berikut: (Lam F,et all). Bs =
3.P.L 2b.h 2
………………………………………………………
(II.10)
dengan: BS P L b h
= = = = =
Kuat patah (N/mm2) Gaya pada puncak beban (N) Jarak antara tumpuan (mm) Lebar benda uji (mm) Tinggi benda uji (mm)
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3. 1. Bahan Baku Bahan baku pembuatan ekosemen jenis portland antara lain: 1.
Abu hasil kalsinasi sampah rumah tangga
2.
Kapur (CaCO3 teknis )
3.
Lempung ( Clay )
4.
Magnesium karbonat (MgCO3 teknis)
5.
Besi Oksida (Fe2O3 teknis)
6.
Gipsum (CaSO4.2H2O teknis)
3. 2. Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1.
Timbangan
2.
Alat-alat gelas
3.
Alat Pengaduk Mekanik
4.
Tungku Listrik Thermolyn
5.
Anderson Pipet Particle Size
6.
Cetakan beton ( mould steel)
7.
Timer (Stop Watch)
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
8.
Crucible Refractory
9.
Universal Testing Machine (UTM)
10.
X-Ray Diffraction (XRD) equipment
11.
X-Ray Flourocent (XRF)
12.
Lemari Pengering
3. 3. Variabel dan Parameter Penelitian Variabel penelitian yang digunakan dalam pembuatan ekosemen adalah: 1. Variasi komposisi campuran bahan baku, dengan perbandingan antara abu sampah dan CaCO3 masing-masing dibuat: 0 : 70, 10 : 60, 20 : 50, 30 : 40, dan 40 : 30 (dalam % massa), dimana komponen lainnya dibuat tetap. 2. Variasi temperatur kalsinasi, yaitu: 1200, 1250, 1300, dan 1350oC (masingmasing ditahan pada suhu tersebut selama 2 jam). Dalam pembuatan ekosemen dengan variasi komposisi bahan baku mengacu pada komposisi standar pembuatan semen portland, seperti pada tabel 3.1. Tabel 3.1. Variasi komposisi untuk pembuatan ekosemen Bahan Baku CaCO3 , % massa Abu Sampah, % massa Lempung , % massa MgCO3 , % massa Fe2O3 , % massa gipsum CaSO4.2H2O, % massa
Kode Sampel A
B
C
D
E
70 0 20 1 1 8
60 10 20 1 1 8
50 20 20 1 1 8
40 30 20 1 1 8
30 40 20 1 1 8
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Parameter pengujian yang dilakukan meliputi: 1. Pengujian ekosemen dalam bentuk serbuk: analisa struktur kristal dengan XRD, pengukuran densitas, analisa kehalusan butiran semen, dan waktu ikat. Pengujian waktu ikat adalah waktu yang dibutuhkan adonan pasta panel beton untuk pengerasan awal (initial air setting) dan waktu untuk pengerasan akhir (final air setting). 2. Pengujian ekosemen dalam bentuk panel beton, antara lain: pengujian mekanik. Pengujian mekanik meliputi: kekuatan tekan dan patah dari panel beton yang telah di aging, selama: 7, 14, 21 dan 28 hari.
3. 4. Prosedur Pembuatan Ekosemen Adapun tahapan yang dilakukan pada pembuatan ekosemen seperti ditunjukkankan pada diagram alir gambar 3.1. Bahan baku: CaCO3, Abu Sampah, Lempung, MgCO3, Fe2O3
Pencampuran dry ball mill (24 jam)
Air
Pengayakan sieve 400 mesh
Pencampuran dengan Ball Mill (24 jam)
Pengeringan 100oC
Kalsinasi 1200, 1250, 1300, 1350 oC (2 jam)
Gypsum
Ekosemen
Ekosemen
Karakterisasi
Karakterisasi
Densitas Ukuran partikel Waktu Pengikat
Analisa XRD
Kuat Tekan Kuat Patah
Gambar 3.1. Diagram Alir Pembuatan Ekosemen Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Agregat (Pasir)
Langkah pelaksanaan pembuatan ekosemen yang sesuai dengan jenis semen portland adalah sebagai berikut: 1. Persiapkan terlebih dahulu abu dari hasil kalsinasi sampah rumah tangga dengan suhu kalsinasi sekitar 700oC. Jenis sampah yang dibakar adalah sampah kering, misalnya: kertas, rumput, dedaunan, kayu, dan lain-lain. 2. Kemudian abu diayak dengan ayakan ukuran 5 mm. 3. Bahan Baku: CaCO3, Abu sampah, Lempung, MgCO3, dan Fe2O3 ditimbang sesuai dengan komposisi, seperti pada tabel 3.1. Kemudian dicampur dengan air, perbandingan total berat serbuk : berat air = 1 : 1. Air dan serbuk bahan baku dimasukkan ke dalam ball mill dan digiling sambil dicampur selama 24 jam, supaya percampurannya betul-betul homogen. 4. Setelah digiling dengan ball mill, kemudian dikeringkan di dalam lemari pengering pada suhu 100oC, sampai diperoleh campuran serbuk yang betulbetul kering. 5. Campuran serbuk yang telah kering, selanjutnya dibakar atau dikalsinasi dengan menggunakan tungku listrik pada suhu: 1200, 1250, 1300, dan 1350oC yang masing-masing ditahan selama 2 jam. 6. Hasil sampel yang telah dikalsinasi disebut sebagai klinker yang menggumpal dan keras. Untuk dijadikan ekosemen harus ditambahkan bubuk gipsum dan digiling menggunakan ball mill (proses kering) selama 24 jam. 7. Selanjutnya diayak hingga lolos ayakan 400 mesh dan diperoleh bubuk halus sebagai ekosemen.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
8. Pengujian ekosemen dalam bentuk serbuk, meliputi: analisa struktur kristal dengan XRD, pengukuran densitas serbuk, analisa kehalusan butiran semen, dan waktu ikat. Sedangkan pengujian waktu ikat dilakukan untuk menentukan waktu yang dibutuhkan adonan pasta panel beton untuk terjadi pengerasan awal dan waktu yang diperlukan untuk pengerasan akhir. 9. Untuk pengujian ekosemen dalam bentuk panel beton, maka perlu dilakukan pencampuran ekosemen dengan agregat (pasir). Perbandingan komposisi panel beton dibuat tetap, yaitu: perbandingan ekosemen : agregat (pasir) = 1:3 (ratio volum). Adapun besaran fisis yang diamati pada panel beton, antara lain: pengujian mekanik. Pengujian mekanik meliputi: kekuatan tekan dan patah dari panel beton yang telah di aging, selama: 7, 14, 21 dan 28 hari.
3. 5. Karakterisasi Ada dua tahap pengujian yang dilakukan, yaitu: pengujian ekosemen dalam bentuk serbuk, dan dalam bentuk panel beton. Pengujian ekosemen dalam bentuk serbuk meliputi: analisa struktur kristal dengan XRD, pengukuran densitas, dan analisa kehalusan butiran semen dan waktu ikat. Pengujian waktu ikat adalah waktu yang dibutuhkan adonan pasta panel beton untuk pengerasan awal dan waktu untuk pengerasan akhir. Sedangkan pengujian ekosemen dalam bentuk panel beton, antara lain: pengujian mekanik. Pengujian mekanik meliputi: kekuatan tekan dan patah dari panel beton ekosemen yang telah di aging, selama: 7, 14, 21 dan 28 hari.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
3. 5. 1. Analisa Struktur Kristal dengan X Ray Diffraction (XRD) Struktur kristal atau fasa yang terbentuk dari beton ekosemen dapat diidentifikasikan berdasarkan data yang diperoleh dari alat XRD, seperti ditunjukkan pada gambar 3.2. Hasil yang diperoleh adalah berupa pola difraksi yang menyatakan hubungan antara intensitas (I) terhadap sudut difraksi (2θ), kemudian pola ini dicocokkan nilai jarak kisi (d) dengan data dari JCPDS card untuk mengetahui fasa yang terbentuk.
θ 2θ
Gambar 3.2. Skema Peralatan Difraksi Sinar –X (XRD) Pada gambar 3.2, peralatan XRD terdiri dari: 1. Generator tegangan tinggi (A), berfungsi sebagai catu daya pada sumber sinar X (B) 2. Sampel (C) diletakan di atas tatakan (D) yang sudutnya dapat diatur. 3. Sinar-X dari sumber (B) didifraksi oleh sampel menjadi berkas sinar konvergen yang terfokus di celah (E), kemudian masuk ke alat pencacah (F).
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
4. D dan F dihubungkan secara mekanis, jika (F) berputar 2θ maka D berputar sebesar θ. 5. Intensitas difraksi sinar-X yang masuk dalam pelat pencacah (F), dikonversikan dengan alat kalibrasi (G) dalam signal tegangan yang disesuaikan dan direkam oleh recorder atau alat perekam (H) dalam bentuk kurva. 6. Dari pengujian ini diperoleh grafik hubungan sudut 2θ dengan intensitas pola struktur dari berbagai puncak. Dengan menggunakan persamaan II.6, maka besarnya jarak antar kisi (d) dapat ditentukan, kemudian nilai ini (d yang telah dihitung) dicocokan dengan nilai d dari JCPDS card.
3. 5. 2. Densitas Serbuk Pengukuran densitas serbuk ekosemen dilakukan menggunakan Picnometer, prosedur pengukuran densitas serbuk adalah sebagai berikut: 1. Timbang berat kosong Picnometer bersama penutupnya, mo (gram). 2. Masukkan air ke dalam Picnometer dan tutup sampai air menyembul keluar, kemudian bagian luar Picnometer dikeringkan dan ditimbang, mA (gram). 3. Air dibuang dan Picnometer dikeringkan dengan cara memasukkannya ke dalam oven pengering sampai suhu 100oC. 4. Timbang kembali berat Picnometer kosong dan beratnya sama dengan berat awalnya.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
5. Picnometer diisi dengan sampel berupa serbuk dan ditimbang massanya, mS (gram), dimana serbuk tidak boleh menempel pada bagian leher Picnometer. 6. Picnometer yang telah berisi sampel serbuk ditambahkan air sampai airnya menyembul keluar, bagian luarnya dikeringkan lalu ditimbang kembali, mSA(gram). Dengan menggunakan persamaan II.7, maka densitas serbuk dapat dihitung.
3. 5. 3. Pengukuran Diameter Partikel (Particle Size Measurement) Kehalusan ukuran butiran dilakukan dengan menggunakan metoda Anderson Pipet, dengan metoda ini diperoleh distribusi ukuran partikel dan diameter partikel rata-rata. Prosedur pengujian diameter partikel adalah sebagai berikut: 1. Sampel berupa serbuk dikeringkan di dalam oven sebanyak 4,5 gram, dimasukkan ke dalam beaker gelas, ditambahkan air sebanyak 10 ml dan celuna 5 ml, diaduk dan kemudian ditambahkan lagi air sebanyak 300 ml. 2. Suspensi dituangkan ke dalam tabung atau bejana Anderson Pipet dan diatur isinya hingga mencapai ketinggian 26,5 cm. 3. Pada detik ke nol, suspensi diambil melalui selang (pipet) hingga ketinggian suspensi mencapai ketinggian tertentu. Kemudian dimasukkan ke dalam botol kosong yang sebelumnya sudah ditimbang dan dikeringkan di dalam oven. 4. Pengambilan suspensi diulang setelah 3, 10, 20, 30, 45, 60, 120, 180, 300, 480, 720, 1200, 1440, 1800, 2400, 2880, 3000 menit. Setelah serbuk di dalam botol
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
kering, kemudian ditimbang kembali maka berat serbuk sebagai fungsi waktu diketahui. Dengan menggunakan persamaan II.8, maka ukuran diameter partikel untuk masingmasing waktu dapat dihitung.
3. 5. 4. Waktu ikat (Air Setting) Semen jika bereaksi dengan air akan membentuk lapisan kristal halus dan bersifat koloit pada permukaan semen. Lapisan ini sangat tipis dan plastis, tetapi sebagai fungsi waktu menjadi keras dan membentuk kristal sempurna. Hidrasi yang terjadi pada tahap awal disebut setting dan pada tahap akhir dinamakan hardening. Pada tahap hardening dimulai dengan pengerasan awal (saat sifat plastis mulai berkurang) hingga mencapai pengerasan akhir (saat sifat plastis hilang seluruhnya). Waktu yang dibutuhkan pada saat pengerasan awal akan terpenuhi, apabila beton masih dapat dicampur kembali dengan air dan dapat mengikat atau bereaksi dengan beton sebelumnya. Sedangkan waktu pengerasan akhir akan dicapai, apabila beton tidak dapat dicampur kembali dengan air dan tidak mengikat atau bereaksi dengan beton sebelumnya, serta dapat mengakibatkan kekuatan semen berkurang. Pengukuran waktu pengerasan awal dan pengerasan akhir dilakukan dengan menggunakan timer, dimana waktunya dicatat untuk masing-masing komposisi yang dibuat. Alat pengaduk yang digunakan adalah mixer dengan kecepatan konstan sebesar 20 RPM.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
3. 5. 5. Kuat tekan (Compressive strength) Untuk mengetahui besarnya kuat tekan dari beton ekosemen yang telah dibuat, maka perlu dilakukan pengujian yang mengacu pada standar ASTM C 39 – 2001. Alat yang digunakan untuk menguji kuat tekan adalah Universal Testing Mechine (UTM). Model cetakan untuk benda uji dan dimensi benda uji berupa selinder, seperti gambar pada lampiran L-37. Prosedur pengujian kuat tekan dari beton ekosemen adalah sebagai berikut: 1.
Sampel berbentuk selinder diukur diameternya, minimal dilakukan tiga kali pengulangan. Dengan mengetahui diameter (d), maka luas penampang dapat dihitung, A = π(d2/4).
2.
Atur tegangan supply sebesar 40 volt, untuk menggerakkan motor penggerak kearah atas maupun bawah. Sebelum pengujian berlangsung, alat ukur (gaya) terlebih dahulu dikalibrasi dengan jarum penunjuk tepat pada angka nol.
3.
Kemudian tempatkan sampel tepat berada di tengah pada posisi pemberian gaya (lihat gambar), dan arahkan switch ON/OFF ke arah ON, maka pembebanan secara otomatis akan bergerak dengan kecepatan konstan sebesar 4 mm/menit.
4.
Apabila sampel telah pecah, arahkan switch kearah OF maka motor penggerak akan berhenti. Kemudian catat besarnya gaya yang ditampilkan pada panel display, saat beton polimer tersebut rusak.
Dengan menggunakan persamaan (II.9) maka nilai kuat tekan dari beton ekosemen dapat ditentukan.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
3. 5. 6. Kuat Patah (Flexural Strength) Untuk mengetahui besarnya kuat patah dari beton ekosemen yang telah dibuat, maka perlu dilakukan pengujian yang mengacu pada standar ASTM C 348 – 1997. Alat yang digunakan untuk menguji kuat patah adalah Universal Testing Mechine (UTM). Model cetakan dan dimensi benda uji untuk kuat patah benda berbentuk balok, seperti gambar 3.5. a. dan 3.5. b. Sedangkan pengujian kuat patah beton ekosemen dilakukan dengan menggunakan Universal Testing Mechine (UTM), seperti ditunjukkankan pada gambar 3.6. Pada lampiran gambar. Prosedur pengujian kuat patah beton ekosemen adalah sebagai berikut: 1.
Sampel berbentuk balok diukur lebar dan tingginya, minimal dilakukan tiga kali pengulangan, kemudian atur jarak titik tumpu (span) sebesar 10 cm sebagai dudukan sampel (lihat gambar 3. 6).
2.
Atur tegangan supply sebesar 40 volt, untuk menggerakkan motor penggerak kearah atas maupun bawah. Sebelum pengujian berlangsung, alat ukur (gaya) terlebih dahulu dikalibrasi dengan jarum penunjuk tepat pada angka nol.
3.
Kemudian tempatkan sampel tepat berada di tengah pada posisi pemberian gaya (lihat gambar 3.6), dan arahkan switch ON/OFF ke arah ON, maka pembebanan secara otomatis akan bergerak dengan kecepatan konstan sebesar 4 mm/menit.
4.
Apabila sampel telah patah, arahkan switch kearah OF maka motor penggerak akan berhenti. Kemudian catat besarnya gaya yang ditampilkan pada panel display, saat beton ekosemen tersebut patah.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Dengan menggunakan persamaan (II.10) maka nilai kuat patah dari beton ekosemen dapat ditentukan.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1. Analisa Komposisi Kimia dari Abu Sampah Abu yang dihasilkan dari pembakaran sampah rumah tangga, diayak hingga lolos ayakan 5 mm, dan dianalisa komposisi kimianya dengan menggunakan X-Ray Flourocent (XRF), seperti
pada tabel 4.1. Dari tabel 4.1, menunjukkan bahwa
komposisi dari abu sampah dominan mengandung: CaO, SiO2, Al2O3 , Cl dan Fe2O3, sedangkan senyawa lainnya relatif kecil (< 5% berat). Senyawa-senyawa tersebut diperlukan dalam pembentukan semen konvensional, karena abu sampah dapat berfungsi sebagai perekat dan pengganti semen. Menurut referensi(Anonym, 2006), hasil analisa kimia dari semen dan abu insenerasi pada tabel 4.2. Tabel 4.1. Hasil analisa komposisi kimia dari abu sampah. Komposisi (dalam % berat) CaO
SiO2
Al2O3
Fe2O3
SO3
MgO
Na2O
K2O
Cl
LOI
30,4
22,9
19,7
5,6
2,1
4,8
3,3
2,6
8,5
11,0
Tabel 4.2. Hasil analisa komposisi semen dan abu sampah Komposisi (% berat)
CaO
SiO2
Al2O3
Fe2O3
SO3
Semen konvensional
62 - 65
20 - 25
3-5
3–4
2–3
Abu insenerasi (teori)
12 - 31
23 - 46
13 - 29
4–7
1–4
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Sumber : anonym, 2006
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Ternyata dari hasil pengamatan komposisi kimia dari abu hasil pembakaran sampah rumah tangga mendekati karakteristik abu insenerasi (teoritis) dan memenuhi syarat atau layak untuk digunakan sebagai bahan subsitusi semen. Artinya dengan pemanfaatan abu sampah pada proses produksi ekosemen, maka penggunaan kapur dapat dikurangi dan dapat mengurangi beban lingkungan atas emisi gas CO2 pada industri semen.
4. 2. Analisa Difraksi Sinar X pada Abu Sampah Sampel A ( 0 % abu sampah) Hasil pengamatan X-ray Diffraction (XRD) semen dari abu sampah (kode sampel A) yang masing-masing dibakar pada suhu 1200, 1250, 1300 dan 1350oC, seperti pada gambar 4.1. Dengan data pada lampiran halaman L-1.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Sampel A y
C3S
C2S
C2S C2S
C3S
CaSO4
C2S
E C2S C2S
C3S
C3S C3S
C3S
C3S
C3S C3S
C3S
C3S C3S
C3S
C3S
C3S C3A
C2S
C3A C3S
C2S C2S
C3S
CaSO4
13500C
CaSO4
C2S CaSO4
Relative Intensity
C3S
13000C
C
CaSO4
12500C
E
CaSO4
Cr
Q
CaSO4
Cr
CaSO4
Q
CaSO4
12000C
CaSO4
C
C4AF C3S
x 2θ (degree) C2S= 2CaO.SiO2 C3S= 3CaO.SiO2 Cr = Crystobalit low = SiO2
C3A = 3CaO.Al2O3 C4AF = 4 CaO.Al2O3.Fe2O3 E = Enstatite = MgO.SiO2
C = CaO CaSO4 = gypsum Q = Quarzt low = SiO2 S = Sillimanit = Al2O3.SiO2
Gambar 4.1. Pola difraksi dari semen (kode sampel A) yang masing-masing dibakar pada suhu: 1200, 1250, 1300 dan 1350oC
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Puncak – puncak yang terbentuk untuk komposisi A atau tanpa menggunakan abu pada suhu pembakaran 1200 – 1350oC, ditunjukkankan pada tabel 4.3. Tabel 4.3. Puncak-puncak yang terbentuk sebagai fungsi suhu pembakaran (Sampel A)
Jumlah puncak
Suhu (oC)
C2S
C3S
C3A
C4AF
CaSO4
E
Q
Cr
C
S
1200
-
-
-
-
2
1
2
2
2
-
1250
3
6
-
-
3
-
-
-
-
-
1300
3
6
-
-
3
1
-
-
-
-
1350
4
7
2
1
3
1
-
-
-
-
Untuk pembuatan ekosemen dengan komposisi A atau tanpa menggunakan abu, suhu pembakaran yang dibutuhkan adalah sekitar 1350oC, karena pada suhu tersebut senyawa-senyawa dominan yang terbentuk adalah mirip dengan semen portland, yaitu: C3S, C2S, C3A C3AF dan C4AF. Senyawa C3S berfungsi sebagai penguat awal dan penguat tetap, bila terhidrasi maka akan cepat terhidrolisis menjadi C2S dan Ca(OH)2. Sedangkan Ca(OH)2 itu sendiri akan membentuk kristal padat yang menyebabkan semen kaku dan padat. C2S berfungsi sebagai penambah kekuatan untuk waktu yang lama dan senyawa ini dapat menyebabkan panas hidrasi rendah, sehingga waktu pengikatan semen menjadi lambat dan relatif tahan terhadap sulfat yang tinggi. C3A berfungsi menambah kekuatan beton dan mempercepat proses pengikatan disertai panas yang tinggi saat bercampur dengan air. Reaksi ini menghasilkan Ca(OH)2 dalam kosentrasi tinggi dan menghasilkan lapisan film pada
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
butir C3A. Oleh karena itu penambahan gipsum berperan untuk menghambat laju hidrasi C3A. Senyawa C4AF menimbulkan panas hidrasi rendah, menambah kekuatan beton dalam jumlah yang kecil atau sama sekali tidak. Senyawa besi pada C4AF berpengaruh terhadap warna semen dan meningkatkan temperatur pembakaran. Dengan demikian apabila bahan baku yang digunakan hanya berupa: CaCO3, lempung, MgCO3, Fe2O3 dan gipsum (CaSO4 2H2O) maka suhu yang dibutuhkan untuk pembuatan ekosemen relatif lebih tinggi, yaitu sekitar 1350oC. Untuk suhu 1250 - 1300oC terlihat bahwa senyawa yang terbentuk dan mirip dengan semen portland , seperti: C3S, dan C2S. Pada suhu 1200oC ternyata malah tidak terbentuk sama sekali senyawa yang mirip dengan semen portland.
Sampel B ( 10 % abu sampah ) Hasil pengamatan XRD semen dari abu sampah (kode sampel B) yang dibakar pada suhu 1200, 1250, 1300 dan 1350oC, seperti pada gambar 4.2. Dengan datanya pada lampiran halaman L3.Pada komposisi B atau dengan 10% berat abu sampah rumah tangga juga tetap membutuhkan suhu pembakaran sekitar 1350oC. Pada suhu tersebut senyawa-senyawa dominan yang terbentuk adalah mirip dengan semen portland, yaitu: C3S, C2S, C3A dan C3AF. Kondisi yang sama terjadi pada suhu 1250 - 1300oC, yaitu hanya ada senyawa: C3S, dan C2S dan pada suhu 1200oC tidak terbentuk sama sekali senyawa yang sama dengan semen portland.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Sampel B y C
CaSO4
C2S C2S
13000C C3S
C2S
CaSO4
C3S
E C2S C2S
C3S
CaSO4
C2S
C3S C3S
C3S
CaSO4
C3S
C3S
C3S C3S
C3S
C3S
C3A
C2S
C3A C3S
C2S C2S
C3S
CaSO4
C3S
CaSO4
C2S
13500C
CaSO4
Relative Intensity
12500C
C
CaSO4
Cr
E
CaSO4
Q
CaSO4
Cr
CaSO4
Q
12000C
C3S C3S
C3S
C4AF
C3S
x 2θ (degree) C2S= 2CaO.SiO2 C3S= 3CaO.SiO2 Cr = Crystobalit low = SiO2
C3A = 3CaO.Al2O3 C4AF = 4 CaO.Al2O3.Fe2O3 E = Enstatite = MgO.SiO2
C = CaO CaSO4 = gypsum Q = Quarzt low = SiO2 S = Sillimanit = Al2O3.SiO2
Gambar 4.2. Pola difraksi dari semen (kode sampel B) yang masing-masing dibakar pada suhu: 1200, 1250, 1300 dan 1350oC
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Pada tabel 4.4, menunjukkan puncak-puncak yang terbentuk untuk komposisi B atau dengan menggunakan 10% abu yang dibakar pada suhu 1200 – 1350oC. Tabel 4.4. Puncak-puncak yang terbentuk sebagai fungsi suhu pembakaran (Sampel B).
Jumlah puncak
Suhu (oC)
C2S
C3S
C3A
C4AF
CaSO4
E
Q
Cr
C
S
1200
-
-
-
-
2
1
2
2
2
-
1250
3
6
-
-
3
-
-
-
-
-
1300
3
6
-
-
3
-
-
-
-
-
1350
4
7
2
1
3
-
-
-
-
-
Sampel C (20 % abu sampah) Hasil pengamatan XRD semen dari abu sampah (kode sampel C) yang dibakar pada suhu 1200, 1250, 1300 dan 1350oC, seperti ditunjukkan pada gambar 4. 3. dan datanya pada lampiran halaman L5. Pada komposisi C atau dengan 20% berat abu sampah rumah tangga, membutuhkan suhu pembakaran sekitar 1300 – 1350oC. Pada suhu tersebut senyawa-senyawa dominan yang terbentuk adalah mirip dengan semen portland, yaitu: C3S, C2S, C3A dan C3AF. Sedangkan pada suhu 1250oC, sudah mulai terbentuk sebagian senyawa: C3S, dan C2S yang merupakan bagian dari senyawa semen portland. Pada suhu 1200oC tidak terbentuk sama sekali senyawa yang sama dengan semen portland. Dengan demikian untuk penambahan 20% berat abu sampah rumah tangga suhu pembakaran terendah adalah sekitar 1300oC, sehingga ekosemen yang dibuat mendekati semen konvensional.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Sampel C
13500C
C2S
C3A
C2S
C3A
C3S
C3S
C2S
C2S
CaSO4 C3S
CaSO4
C3A
CaSO4
C2S
CaO
C3S
C3S
CaSO4
C3A
CaSO4
C3S
C3S
13000C
CaSO4
Cr
Q
C2S
CaSO4 CaSO4
12500C
Relative Intensity
S
CaSO4
Cr
CaO
CaSO4
Cr
CaSO4
Q
CaSO4
12000C
CaSO4
CaSO4
y
C3S
C3S
CaO
C4AF
C3S
C4AF
C3S
x 2θ (degree) C2S= 2CaO.SiO2 C3S= 3CaO.SiO2 Cr = Crystobalit low = SiO2
C3A = 3CaO.Al2O3 C4AF = 4 CaO.Al2O3.Fe2O3 E = Enstatite = MgO.SiO2
C = CaO CaSO4 = gypsum Q = Quarzt low = SiO2 S = Sillimanit = Al2O3.SiO2
Gambar 4.3. Pola difraksi semen dari abu sampah (kode sample C) yang dibakar pada suhu: 1200, 1250, 1300 dan 1350oC
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Pada tabel 4.5, menunjukkan puncak-puncak yang terbentuk untuk komposisi C atau dengan menggunakan 20% abu yang dibakar pada suhu 1200 – 1350oC. Tabel 4.5. Puncak-puncak yang terbentuk sebagai fungsi suhu pembakaran (Sampel C).
Jumlah puncak
Suhu (oC)
C2S
C3S
C3A
C4AF
CaSO4
E
Q
Cr
C
S
1200
-
-
-
-
3
-
1
2
2
1
1250
1
2
-
-
3
-
1
1
1
-
1300
2
2
2
1
3
-
-
-
-
-
1350
4
7
2
1
3
-
-
-
-
-
Sampel D (30 % abu sampah) Hasil pengamatan XRD dari abu sampah (kode sampel D) yang dibakar pada suhu 1200, 1250, 1300 dan 1350oC, seperti ditunjukkan pada gambar 4.4.Dengan datanya pada lampiran L7. Pada tabel 4.6, ditunjukkan puncak-puncak yang terbentuk untuk komposisi D atau dengan menggunakan 30% abu yang dibakar pada suhu 1200 – 1350oC.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Tabel 4.6. Puncak-puncak yang terbentuk sebagai fungsi suhu pembakaran (Sampel D)
Jumlah puncak
Suhu (oC)
C2S
C3S
C3A
C4AF
CaSO4
E
Q
Cr
C
S
1200
-
-
-
-
3
-
1
2
2
1
1250
1
2
-
-
3
-
1
1
1
-
1300
2
2
2
1
3
-
-
-
-
-
1350
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pada komposisi D atau 30% berat abu sampah rumah tangga dengan suhu pembakaran sekitar 1350oC terjadi penggelasan atau sampelnya lebur. Pada kondisi ini tidak terdapat puncak-puncak atau tidak terbentuknya struktur yang menyerupai semen, artinya hanya terbentuk struktur amorfus. Sedangkan pada suhu pembakaran 1300oC Sampel D atau dengan 30% berat abu sampah rumah tangga, menghasilkan senyawa dominan: C3S, C2S, C3A dan C4AF yang mirip dengan semen portland. Pada suhu 1250oC, mulai terbentuk sebagian senyawa: C3S, dan C2S yang merupakan bagian dari senyawa semen portland, tetapi belum sempurna. Pada suhu 1200oC belum terbentuk senyawa yang sama dengan semen portland. Oleh karena itu penambahan 30% berat abu sampah rumah tangga dengan suhu pembakaran sekitar 1300oC, merupakan kondisi terbaik untuk pembuatan ekosemen.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Sampel D y
CaSO4
CaO
Cr
12000C
Q
CaSO4
Cr S
CaO CaSO4
CaSO4 C2S
12500C
Cr
CaSO4
C3S
CaSO4
CaO C3S
Relative Intensity
CaSO4
Q
C3S
13000C
C2S CaSO4
C3A
C3A
C3S C4AF
CaSO4
C2S
13500C
x 5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
2θ (degree) C2S= 2CaO.SiO2 C3S= 3CaO.SiO2 Cr = Crystobalit low = SiO2
C3A = 3CaO.Al2O3 C4AF = 4 CaO.Al2O3.Fe2O3 E = Enstatite = MgO.SiO2
C = CaO CaSO4 = gypsum Q = Quarzt low = SiO2 S = Sillimanit = Al2O3.SiO2
Gambar 4.4. Pola difraksi semen dari abu sampah (kode sample D) yang dibakar pada suhu: 1200, 1250, 1300 dan 1350oC
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Sampel E ( 40 % abu sampah ) Hasil pengamatan XRD semen dari abu sampah (kode sampel E) yang dibakar pada suhu 1200, 1250, 1300 dan 1350oC, seperti pada gambar 4.5.dan datanya pada lampiran hal L8. Pada tabel 4.7, ditunjukkan puncak-puncak yang terbentuk untuk komposisi E atau dengan menggunakan 40% abu yang dibakar pada suhu 1200 – 1350oC. Tabel 4.7. Puncak-puncak yang terbentuk sebagai fungsi suhu pembakaran (Sampel E).
Jumlah puncak
Suhu (oC)
C2S
C3S
C3A
C4AF
CaSO4
E
Q
Cr
C
S
1200
-
-
-
-
3
-
1
2
2
1
1250
1
2
-
-
3
-
1
1
1
-
1300
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1350
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pada komposisi E atau 40% berat abu sampah rumah tangga dengan suhu pembakaran 1300 – 1350oC telah terjadi penggelasan atau sampelnya lebur. Pada kondisi ini tidak terdapat puncak-puncak atau tidak terbentuknya struktur yang menyerupai semen, artinya hanya terbentuknya struktur amorfus. Pada suhu 1250oC, mulai terbentuk sebagian senyawa: C3S, dan C2S yang merupakan bagian dari senyawa semen portland, tetapi belum sempurna. Pada suhu 1200oC belum terbentuk senyawa yang sama dengan semen portland. Berdasarkan hasil pengamatan dengan XRD dari berbagai pola yang diperoleh maka penambahan abu sampah rumah tangga maksimal adalah sebesar
30% berat dengan suhu pembakaran sekitar 1300oC,
merupakan kondisi terbaik untuk pembuatan ekosemen. Sedangkan Sampel E (40 %
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
berat abu sampah) tidak membentuk semen, sehingga tidak layak dipergunakan sebagai bahan pengikat untuk pembuatan beton. y
Sampel E
CaSO4
CaO
Cr
12000C
Q
CaSO4
CaSO4
C2S
0
Relative Intensity
1250 C
Q
CaO
CaSO4
S
Cr
CaSO4
C3S
CaSO4
Cr
C3S
CaO
13000C
13500C
x 5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
2θ (degree) C2S= 2CaO.SiO2 C3S= 3CaO.SiO2 Cr = Crystobalit low = SiO2
C3A = 3CaO.Al2O3 C4AF = 4 CaO.Al2O3.Fe2O3 E = Enstatite = MgO.SiO2
C = CaO CaSO4 = gypsum Q = Quarzt low = SiO2 S = Sillimanit = Al2O3.SiO2
Gambar 4.5. Pola difraksi semen dari abu sampah (kode sample E) yang dibakar pada suhu: 1200, 1250, 1300 dan 1350oC
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Menurut (Hanehara, 2005), mineral komposisi ekosemen yang dominan adalah C3S, C2S, C3A, C4AF, dan CaSO4, baik untuk tipe portland, maupun normal portland cement kecuali pada rapid hardening adanya tambahan mineral C11A7CaCl2.
4. 3. Pengukuran Densitas Serbuk Abu Sampah Picnometer adalah alat untuk mengukur densitas serbuk, nilai densitas serbuk ekosemen dapat dihitung dengan menggunakan persamaan II.7. Berdasarkan hasil pengamatan dengan XRD, maka nilai densitas serbuk ekosemen yang diukur adalah yang terbaik dari masing-masing komposisi dan suhu pembakaran tertentu saja. Untuk sampel A dipilih pada suhu 1350oC, sampel B pada suhu 1350oC, sampel C pada suhu 1300oC, sampel D pada suhu 1300oC dan sampel E pada suhu 1250oC. Hasil pengukuran densitas serbuk ekosemen pada beberapa komposisi abu sampah ditunjukkan pada gambar 4.6. 3.2
3
Densitas (g/cm )
Sample D, 1300oC Sample C, 1300oC
3.1
Sample B, 1350oC Sample E, 1250oC
3.0
Sample A, 1350oC
2.9 0
10
20 Abu sampah (% berat)
30
40
Gambar 4.6. Hubungan antara densitas terhadap abu sampah (% berat)
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Dari hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai densitas serbuk ekosemen berkisar antara 2,98 – 3,15 g/cm3. Nilai densitas tertinggi diperoleh pada komposisi 30% abu sampah dan suhu pembakaran 1300oC, yaitu sebesar 3,15 g/cm3. Artinya jumlah abu sampah maksimum yang dapat digunakan adalah 30%, pada suhu pembakaran 1300oC yang disarankan sebagai material ekosemen. Pada komposisi diatasnya (40% berat abu sampah) tidak menghasilkan ekosemen, karena struktur yang dihasilkan tidak sama dengan semen portland. Nilai densitas semen portland adalah sekitar 2,97 g/cm3 (holcim,2008), densitas produk ecocement adalah 3,16 g/cm3. (Taiheiyo Cement Corp., 2004), dan densitas dari normal portland cement (NPC) adalah 3,17 g/cm3 (Hanehara, 2005).
4. 4. Diameter partikel ekosemen dari Serbuk Abu Sampah Diameter partikel ekosemen diukur dengan menggunakan metoda Anderson Pipet yang memenuhi hukum Stock’s, dan dapat dihitung dari persamaan II.8. Distribusi ukuran diameter partikel dari ekosemen, tanpa abu sampah yang dibakar pada suhu 1350oC, seperti pada gambar 4.7.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
100.0
Mass Percent (%)
Sampel A, 1350oC 80.0 60.0 40.0 20.0
32.70
17.70
12.22
9.73
7.77
6.65
4.65
3.75
2.87
2.24
1.80
1.38
1.24
1.10
0.94
0.83
0.79
0.00
0.0
Particle Diameter (μm)
Gambar 4.7. Hubungan antara persen massa terhadap diameter partikel dari ekosemen, tanpa menggunakan abu sampah yang dibakar pada suhu 1350oC. Dari gambar 4.7, terlihat bahwa dengan jumlah massa partikel > 20%, mempunyai distribusi ukuran diameter partikel berkisar antara 1,24 – 17,70 μm, dan diameter rata-rata adalah sebesar 6,36 μm. Distribusi ukuran diameter partikel dari ekosemen, dengan 10% abu sampah yang dibakar pada suhu 1350oC, seperti ditunjukkan pada gambar 4.8. Dari gambar terlihat bahwa dengan jumlah massa partikel > 20%, mempunyai distribusi ukuran diameter partikel berkisar antara 1,22 – 17,45 μm, dan diameter rata-rata adalah sebesar 6,25 μm. Pola distribusi partikel dari ekosemen untuk sampel A dan B yang masing-masing dibakar pada suhu 1350oC relatif hampir sama.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
100.0
Sample B, 1350oC Mass Percent (%)
80.0 60.0 40.0 20.0
32.33
17.45
9.56
12.07
7.64
6.55
4.57
3.69
2.83
2.21
1.77
1.36
1.22
1.08
0.92
0.82
0.77
0.00
0.0
Particle Diameter (μm)
Gambar 4.8. Hubungan antara persen massa terhadap diameter partikel dari ekosemen, dengan 10% abu sampah yang dibakar pada suhu 1350oC Distribusi ukuran diameter partikel dari ekosemen, dengan 20% abu sampah yang dibakar pada suhu 1300oC, seperti ditunjukkan pada gambar 4.9. Dari gambar, terlihat bahwa dengan jumlah massa partikel > 20%, mempunyai distribusi ukuran diameter partikel berkisar antara 1,20 – 17,21 μm, dan diameter rata-rata adalah sebesar 6,16 μm. Pola distribusi partikel dari ekosemen untuk sampel A, B dan C relatif hampir sama. 100.0
Sample C, 1300oC
Mass Percent (%)
80.0 60.0 40.0 20.0
31.78
17.21
11.92
9.43
7.53
6.46
4.50
3.63
2.78
2.17
1.74
1.34
1.20
1.06
0.90
0.80
0.76
0.00
0.0
Particle Diameter (μm)
Gambar 4.9. Hubungan antara persen massa terhadap diameter partikel dari ekosemen, dengan 20% abu sampah yang dibakar pada suhu 1300oC
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Distribusi ukuran diameter partikel dari ekosemen, dengan 30% abu sampah yang dibakar pada suhu 1300oC, seperti diperlihatkan pada gambar 4.10. Dari gambar, terlihat bahwa dengan jumlah massa partikel > 20%, mempunyai distribusi ukuran diameter partikel berkisar antara 1,19 – 17,01 μm, dan diameter rata-rata adalah sebesar 6,09 μm. Pola distribusi partikel dari ekosemen untuk sampel A, B, C dan D relatif hampir sama. 100.0
Sample D, 1300oC
Mass Percent (%)
80.0 60.0 40.0 20.0
31.42
17.01
11.76
9.30
7.44
6.38
4.44
3.58
2.75
2.14
1.73
1.32
1.19
1.05
0.89
0.79
0.74
0.00
0.0
Particle Diameter (μm)
Gambar 4.10. Hubungan antara persen massa terhadap diameter partikel dari ekosemen, dengan 30% abu sampah yang dibakar pada suhu 1300oC Distribusi ukuran diameter partikel dari ekosemen, dengan 40% abu sampah yang dibakar pada suhu 1250oC, seperti ditunjukkan pada gambar 4.11. Dari gambar, terlihat bahwa dengan jumlah massa partikel > 20%, mempunyai distribusi ukuran diameter partikel berkisar antara 1,22 – 2,83 μm, dan 6,57 – 17,52 μm, diameter ratarata adalah sebesar 7,10 μm. Pola distribusi partikel dari ekosemen untuk sampel E sangat berbeda dengan lainnya.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
100.0
Sample E, 1250oC Mass Percent (%)
80.0 60.0 40.0 20.0
32.37
17.52
12.09
9.57
7.64
6.57
4.57
3.68
2.83
2.20
1.78
1.36
1.22
1.08
0.92
0.81
0.76
0.00
0.0
Particle Diameter (μm)
Gambar 4.11. Hubungan antara persen massa terhadap diameter partikel dari ekosemen, dengan 40% abu sampah yang dibakar pada suhu 1250oC Ukuran partikel semen menurut (Horiba 2008) relatif lebih kecil dari 50 μm. Sedangkan diameter rata-rata portland cement tipe ordinary ada dua ukuran, yaitu: 5 dan 30 μm, tetapi pada umumnya lebih banyak produksi semen pada diameter 5 μm (holcim oilwell cemen,2008).
4. 5. Pengujian Air Setting ( waktu ikat) Pengerasan (hardening) dimulai dengan pengerasan awal (saat sifat plastis mulai berkurang) hinggga mencapai pengerasan akhir (saat sifat plastis hilang seluruhnya). Waktu pengerasan awal adalah waktu yang dibutuhkan beton masih dapat dicampur kembali dengan air dan dapat mengikat atau bereaksi dengan beton sebelumnya. Sedangkan waktu pengerasan akhir akan dicapai, apabila beton tidak
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
dapat dicampur kembali dengan air dan tidak mengikat atau bereaksi dengan beton sebelumnya, serta dapat mengakibatkan kekuatan semen berkurang. Hasil pengujian waktu initial dan final setting diperlihatkan pada tabel 4. 8. Dari tabel 4. 8, ditunjukkan bahwa pengaruh penambahan abu sampah lebih banyak akan mempercepat setting time yang dibutuhkan. Ternyata dari ke lima sampel yang dibuat, menunjukkan bahwa sampel E tidak mempunyai daya rekat yang baik, karena mudah terdegradasi. Tabel 4.8. Hasil pengujian air setting dari ekosemen berbasis abu sampah dengan W/C = 0,5 Kode Sampel
Setting time (jam, menit)
Keterangan
Initial
Final
Sampel A, 1350oC
2, 28
3, 35
Tanpa abu sampah
Sampel B, 1350oC
2, 23
3, 13
10% abu sampah
Sampel C, 1300oC
2, 21
3, 01
20% abu sampah
Sampel D, 1300oC
2,17
2,57
30% abu sampah
Sampel E, 1250oC
2,14
2,54
40% abu sampah
Pada pembuatan ekosemen yang membutuhkan air sebanyak 17,6% menghasilkan initial dan final setting time masing-masing sebesar 4 jam 59 menit dan 7 jam (Lian Huizhen and Yan Peiyu, 2008). Pada jenis semen portland menghasilkan initial setting time sebesar 2 jam dan final setting time sebesar 4 jam 30 menit. Sedangkan pada rapid hardening mengasilkan initial dan final setting time sebesar 9 menit dan 13 menit. Untuk normal portland cement (NPC) menghasilkan initial dan final setting time sebesar 2 jam 22 menit dan 3 jam 20 menit (Hanenara, 2005).
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
4. 6. Pengujian Kuat Tekan (Compressive Strength) Untuk menguji kuat tekan dari beton ekosemen yang telah dibuat menggunakan alat Universal Testing Mechine (UTM). Hasil pengujian kuat tekan ditunjukkan pada gambar 4.12. 55
Sampel D
Beton semen C40 = 52 MPa
Ku at Tekan (MP a)
50
Sampel C
45 Sampel B
40 35 Sampel A
30 7
14
21
28
Waktu pengerasan (hari)
Gambar 4.12. Hubungan antara kuat tekan beton ekosemen terhadap waktu pengerasan, masing-masing untuk sampel A, B, C dan D Dari gambar 4.12, menunjukkan bahwa kuat tekan beton ekosemen yang diperoleh berkisar antara 32,5 – 53,5 MPa dan kuat tekan beton dengan semen dari abu insinerator dengan kode sampel C40 adalah sekitar 52 MPa (Lian Huizhen and Yan Peiyu, 2008). Hasil pengujian menunjukkan bahwa waktu pengerasan berbanding lurus terhadap kuat tekan beton ekosemen. Sedangkan untuk komposisi 30% abu sampah yang dibakar pada suhu 1300oC dan dikeringkan selama 21 hari menghasilkan kuat tekannya sekitar 51,5 MPa dan untuk 28 hari sebesar 53,5 MPa.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Apabila dilihat kuat tekan dari ekosemen yang dikeringkan selama 28 hari adalah sebesar 55 N/mm2 (55 MPa), sumber: (Anonym, 2006).
4. 7. Pengujian Kuat Patah (Flexural Strength) Untuk menguji kuat patah dari beton ekosemen yang telah dibuat menggunakan alat Universal Testing Mechine (UTM). Hasil pengujian kuat patah ditunjukkan pada gambar 4.13.
Kuat Patah (MPa).
11
Kuat patah semen = 10,4 MPa
Sampel D
8
Sampel C Kuat patah beton konvensional = 4,9 MPa
5 Sampel B Sampel A
2 7
14 21 Waktu Pengerasan (hari).
28
Gambar 4.13. Hubungan antara kuat patah beton ekosemen terhadap waktu pengerasan, dari masing-masing sampel: A, B, C dan D
Dari gambar 4. 13, menunjukkan bahwa kuat patah dari beton ekosemen adalah berkisar antara 2,82 – 8,58 MPa, kuat patah dari beton konvensional sebesar 4,9 MPa (Sebayang, 2008) dan kuat patah dari ekosemen dari limbah abu insinerator adalah 10,4 MPa (Lian Huizhen and Yan Peiyu, 2008). Ternyata untuk sampel B dengan
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
komposisi 10% abu sampah, suhu pembakaran 1350oC dan dikeringkan selama 28 hari memenuhi standar beton konvensional, yaitu sebesar 4,9 MPa. Untuk sampel C atau 20% abu sampah, dibakar pada suhu 1300oC, dikeringkan selama 21 hari dan dikeringkan selama 28 hari masing-masing menghasilkan kuat patah sebesar 5,59 dan 6,20 MPa. Nilai yang dihasilkan relatif lebih tinggi dari beton konvensional. Sedangkan untuk sampel D atau 30% abu sampah yang dibakar pada suhu 1300oC, pada 14, 21 dan 28 hari masing-masing menghasilkan kuat patah sebesar: 5,84, 7,32 dan 8,58 MPa, nilai ini lebih tinggi dari pada nilai kuat patah beton konvensional.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian pembuatan ekosemen dari abu sampah dan uji aplikasinya untuk panel beton dapat disimpulkan bahwa: 1.
Ekosemen telah berhasil dibuat dengan menggunakan bahan baku: 30% abu sampah, 40% batu kapur, 20% tanah liat, 1% MgCO3 teknis, 1% Fe2O3 teknis, dan 8% gypsum. Melalui substitusi batu kapur dengan abu sampah, variasi komposisi abu sampah dan suhu pembakaran memberikan pengaruh yang signifikan terhadap karakteristik ekosemen.
2.
Dari hasil pengamatan menggunakan XRD diperoleh komposisi optimal abu sampah yang dapat mensubtitusi sebagian dari batu kapur dalam pembuatan ekosemen adalah dengan kode sampel D atau 30% abu sampah dan suhu pembakaran 1300oC. Pada suhu pembakaran 1300oC dan jumlah abu sebanyak 30% menghasilkan senyawa dominan: C3S, C2S, C3A dan C3AF, mirip dengan senyawa pada semen portland. Pada kondisi tersebut, menghasilkan karakeristik ekosemen dengan nilai: densitas tertinggi sebesar 3,15 g/cm3, distribusi ukuran diameter partikel berkisar antara 1,19 – 17,01 μm, dengan diameter rata-rata sebesar 6,09 μm. Nilai initial dan final setting time, masing-masing sebesar 2 jam 17 menit dan 2 jam 57 menit.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
3.
Hasil pengujian panel beton menunjukkan adanya korelasi antar waktu pengerasan terhadap kuat tekan dan kuat patah adalah berbanding lurus. Nilai kuat tekan dan kuat patah yang optimum adalah sebesar 53,5 MPa dan 8,58 MPa masing-masing pada beton ekosemen dengan kode sampel D atau 30% abu sampah, suhu pembakaran 1300oC dan dikeringkan selama 28 hari.
5.2. Saran Untuk melengkapi penelitian ini perlu dikaji studi kelayakannya, agar dapat diterapkan dalam skala industri kecil dan menengah. Adanya usaha penggantian sebagian CaCO3 (batu kapur) dengan abu sampah tentunya dapat memberikan kontribusi pengurangan emisi CO2.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Anonym 2006, Ecocement, New Recycling Resources Reborn for an Affluent Future. Brindley, G.W., 1980 Crystal Structures of Clay Minerals and Their X-Ray Identification, Mineralogical Society Monograph N0. 5, London . Hanenara. S.,2005 Eco-Cement and Eco-Concrete Environmentally Compatible Cement and Concrete Technology, COE Workshop on "Material Science in 21st Century for the Construction Industry-Durability, Repair and Recycling of Concrete Structures". Hemmings,Bruce J Cornelius, 2004 Evaluation of GVRD Municipal Incinerator Ash as a Supplementary Cementing Material in Concrete, EcoSmart Concrete Project, AMEC Report No. VA06294. Holcim Oilwell Cemen 2008 The Right solutions for your www.holcim.com/id/2008 Di akses 1 maret 2009.
application. http://
Horiba,2008. Measuring the Particle size Distribution of Cemen Using Laser Diffraction by Horiba Particle Products. http://www.azom.com/details. asp?ArticleID=4152/2008 Di akses 5januari 2009. I Gede Agung Yudana, 2007 Menyulap Limbah Jadi Beton Unggul, Warta Semen dan Beton Indonesia, Vol 5 No. 3. Intercem Consulting,2003 Environmental and Market Pressures on the Cement Industry, cementdistribution.com Khaerudini, D.S., Mulyadi, Anggito P.Tetuko, P.Sebayang, 2007 Pemanfaatan Limbah Industri Material Millingstone sebagai Matriks Beton, Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan III, Depok. Lam F, JD Barrett and S.Nakajima,2001 Engineering Properties of hem-fir used in Japanese post and beam housing. Forest products journal hal.103-106 Lian Huizhen and Yan Peiyu, 2008 For Suistanable Development: to Produce Cement by another Concept, International Workshop on Suistanable Development and Concrete Technology. Marlianto, Eddy, .Syukur, M., Justinon ,2004, Pengantar Fisika Zat Padat. Muljadi, 1992 Raw Materials and Body Preparation, Training Course Ceramic Develovment Technology, Japan.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Mulyono T, 2005 Teknologi Beton, Penerbit Andi Yogyakarta. Norman D. E, 1999 Mechanical Behavior of Material, Second edition, Prentice Hall International INC, New Jersey. Priyanto, Dedy Eka 2008, Ekosemen: Produksi semen dari sampah. http://Majari Magazine.com di akses 20 januari 2009 ______________, 2004 Ekosemen-produksi semen dari sampah/2004. http:// Planet Qwords.com/2008/02/04 diakses 2 maret 2009 ______________, 2007 Semen Dari Sampah-Pabrik Ekosemen. http://www. pmij.org/index.php/content/view/162/78/ di akses 5 maret 2009 Romano. J.S, Rodrigues, F., 2006 Calcium Silicate Cements Obtained from Rice Hull Ash: A Comparative Study, Journal of Material Science Vol 41, page: 1775– 1779. Satoshi, Miyaki, 1997. Evaluation formula of compresive strenght of centrifugal concrete filled steel square tubular columns, journal of structure engineering vol 43B hal 581-586. Sebayang. P, Mulyadi, Khaerudini DS, Anggito P. Tetuko, 2008 Sintesa dan Perekayasaan Beton Polimer untuk Enkapsulasi Limbah Padat tanpa Menggunakn Semen, Prosiding Seminar Nasional Fundamental dan Aplikasi Teknik Kimia, Surabaya. Smallman. R.E, 1991 Metalurgi Fisik Modern, Edisi 4, PT. Gramedia, Jakarta, Sobolev K.G, 1997 Utilization of Industrial By-Products and Waste in Eco-Cement, International Symposium on Mineral Admixtures in Cement, Istanbul, Turkey. ___________, 2002 High Volume Mineral Additivefor ECO - Cement, American Ceramic Society Bulletin - January . Taiheiyo Cement Corporation 2004, Ecocement. Tarun R. Naik; 2006 Technology of High Performance Eco-cement-Sustainable Development, Anna Maria Workshop. Holmes Beach FL. Taylor, M.G.,2009 Novel Cement: Low Energy, Low Carbon Cements, British Cement Association (BCA), Fact Sheet 12, Doc. No: ST/FS/12.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
LAMPIRAN 1 Data Analisa XRD untuk Sampel A, B, C, D, dan E yang dikalsinasi pada suhu 1200oC, 1250oC, 1300oC, 1350oC Sampel A Suhu 12000C No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2 tetha 20.85 21.94 25.26 26.67 27.80 32.33 35.00 41.12 53.91
d (Angstrom) 4.2580 4.0511 3.5260 3.3432 3.0509 2.7693 2.5301 2.1460 1.7007
I/Io 38 51 18 22 12 100 27 16 42
d (Angstrom) 3.0360 2.9620 2.7771 2.7229 2.6038 2.3168 2.1460 1.9398 1.7644 1.7580 1.6230 1.4869
I/Io 85 11 100 91 88 8 27 5 6 26 18 19
Suhu 12500C No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2 tetha 29.42 30.17 32.23 32.61 34.45 38.86 41.12 46.81 51.82 52.00 56.72 62.46
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Suhu 13000C No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2 tetha 29.42 30.17 32.23 32.61 34.45 38.86 41.12 46.81 51.82 52.00 56.72 62.46
d (Angstrom) 3.0360 2.9620 2.7771 2.7229 2.6038 2.3168 2.1460 1.9398 1.7644 1.7580 1.6230 1.4869
I/Io 87 12 100 92 86 11 38 4 3 33 21 20
d (Angstrom) 5.0890 3.8192 3.2524 3.0360 2.9620 2.7771 2.7229 2.6038 2.3168 2.1460 2.0651 1.9398 1.7644 1.7580 1.6230 1.5700 1.4869
I/Io 14 6 10 44 8 100 81 72 12 29 6 8 6 30 15 16 16
Suhu 13500C No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
2 tetha 17.43 23.29 27.43 29.42 30.17 32.23 32.61 34.45 38.86 41.12 43.84 46.81 51.82 52.00 56.72 58.81 62.46
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Sampel B Suhu 12000C No 2 tetha 1 20.85 2 21.94 3 25.26 4 26.67 5 27.80 6 32.33 7 35.00 8 41.12 9 53.91
d (Angstrom) 4.2580 4.0511 3.5260 3.3432 3.0509 2.7693 2.5301 2.1460 1.7007
I/Io 38 51 18 22 12 100 27 16 42
Suhu 12500C No 2 tetha 1 29.42 2 30.17 3 32.23 4 32.61 5 34.45 6 38.86 7 41.12 8 46.81 9 51.82 10 52.00 11 56.72 12 62.46
d (Angstrom) 3.0360 2.9620 2.7771 2.7229 2.6038 2.3168 2.1460 1.9398 1.7644 1.7580 1.6230 1.4869
I/Io 85 11 100 91 88 8 27 5 6 26 18 19
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Suhu 13000C No 2 tetha 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
29.42 30.17 32.23 32.61 34.45 38.86 41.12 46.81 51.82 52.00 56.72 62.46
Suhu 13500C No 2 tetha 1 17.43 2 23.29 3 27.43 4 29.42 5 30.17 6 32.23 7 32.61 8 34.45 9 38.86 10 41.12 11 43.84 12 46.81 13 51.82 14 52.00 15 56.72 16 58.81 17 62.46
d (Angstrom)
I/Io
3.0360 2.9620 2.7771 2.7229 2.6038 2.3168 2.1460 1.9398 1.7644 1.7580 1.6230 1.4869
87 12 100 92 86 11 38 4 3 33 21 20
d (Angstrom) 5.0890 3.8192 3.2524 3.0360 2.9620 2.7771 2.7229 2.6038 2.3168 2.1460 2.0651 1.9398 1.7644 1.7580 1.6230 1.5700 1.4869
I/Io 14 6 10 44 8 100 81 72 12 29 6 8 6 30 15 16 16
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Sampel C Suhu 12000C No 2 tetha
d (Angstrom)
I/Io
1
20.85
4.2580
28
2
21.94
4.0511
42
3
25.26
3.5260
21
4
26.10
3.4141
23
5
32.61
2.7229
100
6
37.39
2.4050
93
7
41.12
2.1460
37
8
46.81
1.9398
22
9
53.91
1.7007
51
d (Angstrom)
I/Io
Suhu 12500C No 2 tetha 1
20.85
4.2580
29
2
25.26
3.5260
12
3
30.17
2.9620
27
4
32.61
2.7229
100
5
34.45
2.6038
84
6
41.12
2.1460
38
7
46.81
1.9398
11
8
51.82
1.7644
22
9
53.91
1.7007
55
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Suhu 13000C No 2 tetha
d (Angstrom)
I/Io
1
17.43
5.0890
24
2
27.43
3.2524
20
3
30.17
2.9620
88
4
32.61
2.7229
100
5
34.45
2.6038
87
6
38.86
2.3168
7
7
41.12
2.1460
38
8
46.81
1.9398
18
9
51.82
1.7644
41
10
58.81
1.5700
22
d (Angstrom) 5.0890 3.8192 3.2524 3.0360 2.9620 2.7771 2.7229 2.6038 2.3168 2.1460 2.0651 1.9398 1.7644 1.7580 1.6230 1.5700 1.4869
I/Io 9 4 8 61 4 100 74 60 11 32 5 7 4 31 10 19 20
Suhu 13500C No 2 tetha 1 17.43 2 23.29 3 27.43 4 29.42 5 30.17 6 32.23 7 32.61 8 34.45 9 38.86 10 41.12 11 43.84 12 46.81 13 51.82 14 52.00 15 56.72 16 58.81 17 62.46
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Sampel D Suhu 12000C No 2 tetha
d (Angstrom)
I/Io
1
20.85
4.2580
44
2
21.94
4.0511
51
3
25.26
3.5260
19
4
26.10
3.4141
40
5
32.61
2.7229
100
6
37.39
2.4050
94
7
41.12
2.1460
43
8
46.81
1.9398
21
9
53.91
1.7007
52
d (Angstrom)
I/Io
Suhu 12500C No 2 tetha 1
20.85
4.2580
29
2
25.26
3.5260
18
3
30.17
2.9620
21
4
32.61
2.7229
100
5
34.45
2.6038
87
6
41.12
2.1460
36
7
46.81
1.9398
16
8
51.82
1.7644
19
9
53.91
1.7007
41
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Suhu 13000C No 2 tetha
d (Angstrom)
I/Io
1
17.43
5.0890
18
2
27.43
3.2524
16
3
30.17
2.9620
81
4
32.61
2.7229
100
5
34.45
2.6038
82
6
38.86
2.3168
12
7
41.12
2.1460
41
8
46.81
1.9398
16
9
51.82
1.7644
41
10
58.81
1.5700
17
Suhu 13500C No
2 tetha
d (Angstrom)
I/Io
1
26.65
3.3431
100
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Sampel E Suhu 12000C No 2 tetha 1 2 3 4 5 6 7 8 9
20.85 21.94 25.26 26.10 32.61 37.39 41.12 46.81 53.91
Suhu 12500C No 2 tetha
d (Angstrom)
I/Io
4.2580 4.0511 3.5260 3.4141 2.7229 2.4050 2.1460 1.9398 1.7007
44 51 19 40 100 94 43 21 52
d (Angstrom)
I/Io
1
20.85
4.2580
29
2
25.26
3.5260
18
3
30.17
2.9620
21
4
32.61
2.7229
100
5
34.45
2.6038
87
6
41.12
2.1460
36
7
46.81
1.9398
16
8
51.82
1.7644
19
9
53.91
1.7007
41
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Data Hanawalt File
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
LAMPIRAN 2 Data Pengukuran Densitas Contoh perhitungan untuk menentukan densitas (Archimedes method) pada 0 % abu sampah ⎞ ⎛ ms − mo ⎟⎟ × ρ air Densitas = ⎜⎜ ⎝ (ma − mo ) − (msa − ms ) ⎠
dimana: mo
= massa piknometer kosong (g)
ma
= massa piknometer kosong + air (g)
ms
= massa piknometer kosong + serbuk (g)
msa
= massa piknometer kosong + air + serbuk (g)
ρair
= 1 g/cm3
⎛ ⎞ 14.0475 − 13.9393 ⎟⎟ × 1 Densitas = ⎜⎜ ⎝ (25.3012 − 13.9393) − (25.3731 − 14.0475) ⎠ = 2.981 g/cm Dengan cara perhitungan yang sama diperoleh data hasil pengukuran densitas sebagai berikut : Sampel A (0% Abu Sampah) mo (g)
ms (g)
ma (g)
msa (g)
Densitas (g/cm3)
13.9393
14.0475
25.3012
25.3731
2.981
13.9391
14.0473
25.3010
25.3729
2.981
13.9392
14.0473
25.3010
25.3728
2.978
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Sampel B (10% Abu Sampah) mo (g)
ms (g)
ma (g)
msa (g)
Densitas (g/cm3)
13.9393
14.0493
25.3012
25.3749
3.030
13.9392
14.0492
25.3011
25.3748
3.030
13.9394
14.0490
25.3013
25.3747
3.028
Sampel C (20% Abu Sampah) mo (g)
ms (g)
ma (g)
msa (g)
Densitas (g/cm3)
13.9390
14.0495
25.3009
25.3755
3.078
13.9389
14.0495
25.3008
25.3755
3.081
13.9391
14.0497
25.3010
25.3757
3.081
Sampel D (30% Abu Sampah) mo (g)
ms (g)
ma (g)
msa (g)
Densitas (g/cm3)
13.9395
14.0515
25.3012
25.3776
3.120
13.9393
14.0513
25.3009
25.3774
3.120
13.9391
14.0511
25.3018
25.3772
3.120
Sampel E (40% Abu Sampah) mo (g)
ms (g)
ma (g)
msa (g)
Densitas (g/cm3)
13.9390
14.0508
25.3010
25.3754
2.989
13.9393
14.0506
25.3013
25.3754
2.992
13.9392
14.0510
25.3012
25.3756
2.989
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
LAMPIRAN 3 Data Pengukuran Diameter Partikel ekosemen Contoh perhitungan untuk menentukan diameter partikel pada 0 % abu sampah dan pengeringan 7 hari 1
⎡ ⎤2 18.η .L Diameter Partikel = 1000.⎢ ⎥ ⎢⎣ g ( ρ sampel − ρ air ).60.t ⎥⎦
dimana: η
= viskositas (dyne.s/cm2)
L
= panjang sampel (cm)
g
= gravitasi (cm/s2)
ρsampel = massa jenis sampel (g/cm3) ρair
= massa jenis air (g/cm3)
t
= waktu (s) 1
⎡ ⎤2 18 x0.008004 x 26.0 Diameter Partikel = 1000.⎢ ⎥ = 32.70 μm ⎣ 980 x( 2.98 − 0.99406) x60 x180 ⎦
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Dengan cara perhitungan yang sama diperoleh data hasil pengukuran diameter partikel ekosemen seperti tabel berikut: Sampel A (0% Abu Sampah) No.
Viskositas (dyne.s/cm2)
L (cm)
g (cm/s2)
ρ sample (g/cm3)
ρ air g/cm3)
waktu (s)
d (μm)
1
0.008004
26.50
980
2.98
0.99406
0
0.000
2
0.008004
26.00
980
2.98
0.99406
180
32.700
3
0.008004
25.40
980
2.98
0.99406
600
17.703
4
0.008004
24.20
980
2.98
0.99406
1200
12.218
5
0.008004
23.00
980
2.98
0.99406
1800
9.726
6
0.008004
22.00
980
2.98
0.99406
2700
7.766
7
0.008004
21.50
980
2.98
0.99406
3600
6.649
8
0.008004
21.00
980
2.98
0.99406
7200
4.647
9
0.008004
20.50
980
2.98
0.99406
10800
3.749
10
0.008004
20.00
980
2.98
0.99406
18000
2.868
11
0.008004
19.50
980
2.98
0.99406
28800
2.239
12
0.008004
19.00
980
2.98
0.99406
43200
1.804
13
0.008004
18.50
980
2.98
0.99406
72000
1.379
14
0.008004
18.00
980
2.98
0.99406
86400
1.242
15
0.008004
17.50
980
2.98
0.99406
108000
1.095
16
0.008004
17.00
980
2.98
0.99406
144000
0.935
17
0.008004
16.00
980
2.98
0.99406
172800
0.828
18
0.008004
15.00
980
2.98
0.99406
180000
0.785
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Sampel B (10% Abu Sampah) No.
Viskositas (dyne.s/cm2)
L (cm)
g (cm/s2)
ρ sample (g/cm3)
ρ air g/cm3)
waktu (s)
d (μm)
1
0.008004
26.50
980
3.03
0.99406
0
0.000
2
0.008004
25.90
980
3.03
0.99406
180
32.234
3
0.008004
25.30
980
3.03
0.99406
600
17.449
4
0.008004
24.20
980
3.03
0.99406
1200
12.067
5
0.008004
22.80
980
3.03
0.99406
1800
9.564
6
0.008004
21.80
980
3.03
0.99406
2700
7.636
7
0.008004
21.40
980
3.03
0.99406
3600
6.552
8
0.008004
20.80
980
3.03
0.99406
7200
4.567
9
0.008004
20.40
980
3.03
0.99406
10800
3.693
10
0.008004
19.90
980
3.03
0.99406
18000
2.825
11
0.008004
19.40
980
3.03
0.99406
28800
2.205
12
0.008004
18.80
980
3.03
0.99406
43200
1.773
13
0.008004
18.40
980
3.03
0.99406
72000
1.358
14
0.008004
17.90
980
3.03
0.99406
86400
1.223
15
0.008004
17.40
980
3.03
0.99406
108000
1.079
16
0.008004
16.80
980
3.03
0.99406
144000
0.918
17
0.008004
15.90
980
3.03
0.99406
172800
0.815
18
0.008004
14.80
980
3.03
0.99406
180000
0.771
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Sampel C (20% Abu Sampah) No.
Viskositas (dyne.s/cm2)
L (cm)
g (cm/s2)
ρ sample (g/cm3)
ρ air g/cm3)
waktu (s)
d (μm)
1
0.008004
26.50
980
3.08
0.99406
0
0.000
2
0.008004
25.80
980
3.08
0.99406
180
31.783
3
0.008004
25.20
980
3.08
0.99406
600
17.205
4
0.008004
24.20
980
3.08
0.99406
1200
11.922
5
0.008004
22.70
980
3.08
0.99406
1800
9.428
6
0.008004
21.70
980
3.08
0.99406
2700
7.526
7
0.008004
21.30
980
3.08
0.99406
3600
6.457
8
0.008004
20.70
980
3.08
0.99406
7200
4.501
9
0.008004
20.20
980
3.08
0.99406
10800
3.631
10
0.008004
19.80
980
3.08
0.99406
18000
2.784
11
0.008004
19.20
980
3.08
0.99406
28800
2.168
12
0.008004
18.60
980
3.08
0.99406
43200
1.742
13
0.008004
18.30
980
3.08
0.99406
72000
1.338
14
0.008004
17.70
980
3.08
0.99406
86400
1.202
15
0.008004
17.30
980
3.08
0.99406
108000
1.063
16
0.008004
16.70
980
3.08
0.99406
144000
0.904
17
0.008004
15.80
980
3.08
0.99406
172800
0.803
18
0.008004
14.60
980
3.08
0.99406
180000
0.756
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Sampel D (30% Abu Sampah) No.
Viskositas (dyne.s/cm2)
L (cm)
g (cm/s2)
ρ sample (g/cm3)
ρ air g/cm3)
waktu (s)
d (μm)
1
0.008004
26.50
980
3.12
0.99406
0
0.000
2
0.008004
25.70
980
3.12
0.99406
180
31.422
3
0.008004
25.10
980
3.12
0.99406
600
17.008
4
0.008004
24.00
980
3.12
0.99406
1200
11.760
5
0.008004
22.50
980
3.12
0.99406
1800
9.297
6
0.008004
21.60
980
3.12
0.99406
2700
7.438
7
0.008004
21.20
980
3.12
0.99406
3600
6.381
8
0.008004
20.50
980
3.12
0.99406
7200
4.437
9
0.008004
20.00
980
3.12
0.99406
10800
3.579
10
0.008004
19.70
980
3.12
0.99406
18000
2.751
11
0.008004
19.10
980
3.12
0.99406
28800
2.142
12
0.008004
18.60
980
3.12
0.99406
43200
1.726
13
0.008004
18.20
980
3.12
0.99406
72000
1.322
14
0.008004
17.60
980
3.12
0.99406
86400
1.187
15
0.008004
17.20
980
3.12
0.99406
108000
1.049
16
0.008004
16.50
980
3.12
0.99406
144000
0.890
17
0.008004
15.60
980
3.12
0.99406
172800
0.790
18
0.008004
14.40
980
3.12
0.99406
180000
0.744
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Sampel E (40% Abu Sampah) No.
η (dyne.s/cm2)
L (cm)
g (cm/s2)
ρ sample (g/cm3)
ρ air g/cm3)
waktu (s)
d (μm)
1
0.008004
26.50
980
2.99
0.99406
0
0.000
2
0.008004
25.60
980
2.99
0.99406
180
32.366
3
0.008004
25.00
980
2.99
0.99406
600
17.519
4
0.008004
23.80
980
2.99
0.99406
1200
12.087
5
0.008004
22.40
980
2.99
0.99406
1800
9.574
6
0.008004
21.40
980
2.99
0.99406
2700
7.641
7
0.008004
21.10
980
2.99
0.99406
3600
6.570
8
0.008004
20.40
980
2.99
0.99406
7200
4.568
9
0.008004
19.90
980
2.99
0.99406
10800
3.684
10
0.008004
19.60
980
2.99
0.99406
18000
2.832
11
0.008004
19.00
980
2.99
0.99406
28800
2.204
12
0.008004
18.50
980
2.99
0.99406
43200
1.776
13
0.008004
18.10
980
2.99
0.99406
72000
1.361
14
0.008004
17.50
980
2.99
0.99406
86400
1.221
15
0.008004
17.10
980
2.99
0.99406
108000
1.080
16
0.008004
16.40
980
2.99
0.99406
144000
0.916
17
0.008004
15.50
980
2.99
0.99406
172800
0.813
18
0.008004
14.20
980
2.99
0.99406
180000
0.762
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
LAMPIRAN 4 Data Pengukuran Prosentase Massa Contoh perhitungan untuk menentukan prosentase massa pada 0 % abu sampah dan pengeringan 7 hari. Ms =
[( M b + M s ) − M b ] x100% M sampel .terbesar
dimana: Ms
= massa sampel (g)
Mb
= massa botol (g)
Mb + Ms
= massa botol + sampel (g)
Msampel terbesar = Massa sampel terbesar (g)
[(36,3370) − 36,3340] x100% 0,1 = 3%
Ms =
Dengan cara perhitungan yang sama diperoleh data hasil pengukuran prosentase massa seperti tabel berikut:
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Sampel A (0% Abu Sampah) Mb + Ms (g)
Mb (g)
Ms (g)
Prosentase (%)
36.3340
36.3340
0.0000
0.0
36.3370
36.3340
0.0030
3.0
36.3730
36.3340
0.0390
39.0
36.3850
36.3340
0.0510
51.0
36.3740
36.3340
0.0400
40.0
36.4030
36.3340
0.0690
69.0
36.4260
36.3340
0.0920
92.0
36.4010
36.3340
0.0670
67.0
36.3660
36.3340
0.0320
32.0
36.3560
36.3340
0.0220
22.0
36.3570
36.3340
0.0230
23.0
36.3580
36.3340
0.0240
24.0
36.3620
36.3340
0.0280
28.0
36.3590
36.3340
0.0250
25.0
36.3440
36.3340
0.0100
10.0
36.3410
36.3340
0.0070
7.0
36.3380
36.3340
0.0040
4.0
36.3400
36.3340
0.0060
6.0
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Sampel B (10% Abu Sampah) Mb + Ms (g)
Mb (g)
Ms (g)
Prosentase (%)
36.3340
36.3340
0.0000
0.0
36.3375
36.3340
0.0035
3.5
36.3740
36.3340
0.0400
40.0
36.3860
36.3340
0.0520
52.0
36.3745
36.3340
0.0405
40.5
36.4040
36.3340
0.0700
70.0
36.4270
36.3340
0.0930
93.0
36.4015
36.3340
0.0675
67.5
36.3670
36.3340
0.0330
33.0
36.3565
36.3340
0.0225
22.5
36.3580
36.3340
0.0240
24.0
36.3585
36.3340
0.0245
24.5
36.3630
36.3340
0.0290
29.0
36.3600
36.3340
0.0260
26.0
36.3445
36.3340
0.0105
10.5
36.3420
36.3340
0.0080
8.0
36.3385
36.3340
0.0045
4.5
36.3405
36.3340
0.0065
6.5
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Sampel C (20% Abu Sampah) Mb + Ms (g)
Mb (g)
Ms (g)
Prosentase (%)
36.3340
36.3340
0.0000
0.0
36.3378
36.3340
0.0038
3.8
36.3743
36.3340
0.0403
40.3
36.3865
36.3340
0.0525
52.5
36.3748
36.3340
0.0408
40.8
36.4050
36.3340
0.0710
71.0
36.4276
36.3340
0.0936
93.6
36.4025
36.3340
0.0685
68.5
36.3680
36.3340
0.0340
34.0
36.3570
36.3340
0.0230
23.0
36.3590
36.3340
0.0250
25.0
36.3588
36.3340
0.0248
24.8
36.3645
36.3340
0.0305
30.5
36.3610
36.3340
0.0270
27.0
36.3450
36.3340
0.0110
11.0
36.3430
36.3340
0.0090
9.0
36.3390
36.3340
0.0050
5.0
36.3410
36.3340
0.0070
7.0
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Sampel D (30% Abu Sampah) Mb + Ms (g)
Mb (g)
Ms (g)
Prosentase (%)
36.3340
36.3340
0.0000
0.0
36.3382
36.3340
0.0042
4.2
36.3750
36.3340
0.0410
41.0
36.3870
36.3340
0.0530
53.0
36.3755
36.3340
0.0415
41.5
36.4060
36.3340
0.0720
72.0
36.4280
36.3340
0.0940
94.0
36.4040
36.3340
0.0700
70.0
36.3690
36.3340
0.0350
35.0
36.3585
36.3340
0.0245
24.5
36.3601
36.3340
0.0261
26.1
36.3592
36.3340
0.0252
25.2
36.3646
36.3340
0.0306
30.6
36.3620
36.3340
0.0280
28.0
36.3460
36.3340
0.0120
12.0
36.3440
36.3340
0.0100
10.0
36.3395
36.3340
0.0055
5.5
36.3414
36.3340
0.0074
7.4
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Sampel E (40% Abu Sampah) Mb + Ms (g)
Mb (g)
Ms (g)
Prosentase (%)
36.3340
36.3340
0.0000
0.0
36.3390
36.3340
0.0050
5.0
36.3760
36.3340
0.0420
42.0
36.3880
36.3340
0.0540
54.0
36.3758
36.3340
0.0418
41.8
36.4064
36.3340
0.0724
72.4
36.4286
36.3340
0.0946
94.6
36.3415
36.3340
0.0075
7.5
36.3700
36.3340
0.0360
36.0
36.3590
36.3340
0.0250
25.0
36.3610
36.3340
0.0270
27.0
36.3598
36.3340
0.0258
25.8
36.3650
36.3340
0.0310
31.0
36.3630
36.3340
0.0290
29.0
36.3465
36.3340
0.0125
12.5
36.3450
36.3340
0.0110
11.0
36.3404
36.3340
0.0064
6.4
36.3420
36.3340
0.0080
8.0
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
LAMPIRAN 5 Data Pengukuran Kuat Tekan Contoh perhitungan untuk menentukan kuat tekan pada 0 % abu sampah dan pengeringan 7 hari F Kuat Tekan = A dimana: A = luas Penampang (m2) d = diameter (m) F = gaya (N) A=
π .d 2 4
=
π .(27.54) 2 4
A = 595.38 mm2 Kuat Tekan =
19350.N = 32.50 MPa 595.38.mm 2
Catatan: 1 MPa = 1 N/mm2 Dengan cara perhitungan yang sama di peroleh data hasil pengukuran kuat tekan seperti tabel berikut: Pengeringan pada 7 hari Abu sampah (%)
Diameter (mm)
Luas (mm2)
Gaya (N)
Kuat Tekan (MPa)
0
27.54
595.38
19350
32.5
10
27.52
594.52
20987
35.3
20
27.50
593.66
22321
37.6
30
27.49
593.22
23966
40.4
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Pengeringan pada 14 hari Abu sampah (%)
Diameter (mm)
Luas (mm2)
Gaya (N)
Kuat Tekan (MPa)
0
27.50
593.66
22321
37.6
10
27.52
594.52
23781
40.0
20
27.49
593.22
25271
42.6
30
27.49
593.22
26814
45.2
Pengeringan pada 21 hari Abu sampah (%)
Diameter (mm)
Luas (mm2)
Gaya (N)
Kuat Tekan (MPa)
0
27.54
595.38
26554
44.6
10
27.50
593.66
27783
46.8
20
27.48
592.79
29165
49.2
30
27.50
593.66
30573
51.5
Pengeringan pada 28 hari Abu sampah (%)
Diameter (mm)
Luas (mm2)
Gaya (N)
Kuat Tekan (MPa)
0
27.54
595.38
28043
47.1
10
27.50
593.66
29089
49.0
20
27.48
592.79
30470
51.4
30
27.50
593.66
31761
53.5
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
LAMPIRAN 6 Data Pengukuran Kuat Patah Contoh perhitungan untuk menentukan kuat patah pada 0 % abu sampah dan pengeringan 7 hari Kuat Patah =
3.P.l 2.b.h 2
dimana: P = gaya (N) l = panjang span (mm) b = lebar (mm) h = tinggi (mm) 3 × 1206 N × 100.mm Kuat Patah = 2 × 40.04.mm × ( 40.02) 2 .mm 2 = 2.82 MPa
Catatan: 1 MPa = 1 N/mm2 Dengan cara perhitungan yang sama diperoleh data hasil pengukuran kuat patah seperti tabel berikut: Pengeringan pada 7 hari Abu sampah (%)
Panjang (mm)
Lebar (mm)
Tinggi (mm)
Gaya (N)
Kuat Patah (MPa)
0
100
40.04
40.02
1206
2.82
10
100
40.05
40.01
1445
3.38
20
100
40.04
40.02
1731
4.05
30
100
40.03
40.03
2006
4.69
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Pengeringan pada 14 hari Abu sampah (%)
Panjang (mm)
Lebar (mm)
Tinggi (mm)
Gaya (N)
Kuat Patah (MPa)
0
100
40.06
40.03
1365
3.19
10
100
40.08
40.01
1638
3.83
20
100
40.05
40.04
1952
4.56
30
100
40.03
40.01
2495
5.84
Pengeringan pada 21 hari Abu sampah (%)
Panjang (mm)
Lebar (mm)
Tinggi (mm)
Gaya (N)
Kuat Patah (MPa)
0
100
40.07
40.01
1445
3.38
10
100
40.08
40.01
1912
4.47
20
100
40.06
40.02
2391
5.59
30
100
40.03
40.01
3127
7.32
Pengeringan pada 28 hari Abu sampah (%)
Panjang (mm)
Lebar (mm)
Tinggi (mm)
Gaya (N)
Kuat Patah (MPa)
0
100
40.07
40.01
1522
3.56
10
100
40.08
40.01
2096
4.90
20
100
40.06
40.02
2652
6.20
30
100
40.03
40.01
3665
8.58
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
LAMPIRAN 7
Alat Pengujian Kuat Tekan dan Kuat Patah
.
Model cetakan dan benda uji. kuat tekan
Foto pengujian Kuat tekan
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Model cetakan dan Benda uji untuk kuat patah
Pengujian kuat patah menggunakan Universal Testing Mechine (UTM).
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008