Fatwa MUI tentang Arah Kiblat
Achmad Musyahid
FATWA MUI TENTANG ARAH KIBLAT Achmad Musyahid Idrus Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Abstract Ka’bah, a central and great building for Islamic people overall the words. Ka’bah had builtby Adam before human stands in the word. It’s than continued by Ibrahim dan Ismail than becomes kiblah for moslems in praying. Beside Ka’bah, there was Baitul Ma’mur that placed on seventh sky, Ka’bah dan baitul Ma’mur stessed moslems kiblah who is praying in earth and on the plane and others planets.Based on the astronomic approach that used by MUI knowen that kiblat for Indonesian moslem is in Southest West. Kata Kunci :Arah Kiblat
Al-Risalah | Volume 10Nomor 1Mei 2010
161
Fatwa MUI tentang Arah Kiblat
Achmad Musyahid
PENDAHULUAN
P
ersoalan kiblat adalah persoalan azimut yaitu jarak dari titik utara ke lingkaran vertikal melalui benda langit atau melalui suatu tempat yang diukur sepanjang lingkaran horizon menurut arah perputaran jarum jam. Dengan demikian, persoalan arah kiblat erat kaitannya dengan letak geografis suatu tempat yakni berapa derajat jarak suatu tempat dari khatulistiwa yang dikenal dengan istilah lintang dan berapa derajat letak suatu tempat dari garis bujur kota Makkah. 1Selain itu, kiblat juga terkait dengan arah Ka’bah di Makkah.Arah Ka’bah ini dapat ditentukan dari setiap titik atau tempat di permukaan Bumi dengan melakukan perhitungan dan pengukuran. Oleh sebab itu, perhitungan arah kiblat pada dasarnya adalah perhitungan untuk mengetahui guna menetapkan ke arah mana Ka’bah di Makkah itu dapat dilihat dari suatu tempat di permukaan Bumi, sehingga semua gerakan orang yang sedang melaksanakan shalat, baik ketika berdiri, ruku’, maupun sujudnya selalu berimpit dengan arah yang menuju Ka’bah.2 Umat Islam telah bersepakat bahwa menghadap kiblat dalam shalat merupakan syarat sahnya shalat, sebagaimana dalil-dalil syari’ yang ada. Bagi orang-orang di kota Makkah dan sekitarnya melaksanakan shalat tidak menjadi persoalan namun bagi mereka yang jauh dari Makkah tentu timbul permasalahan tersendiri, terlepas dari perbedaan pendapat para ulama tentang cukup menghadap arahnya saja sekalipun kenyataaannya salah atau menghadap ke arah yang sedekat mungkin dengan posisi Ka’bah yang sebenarnya.3 Permasalahannya, apakah harus menghadap persis keBaitullah atau hanya boleh ke arah taksirannya saja atau boleh ke pinggir Ka’bah. Bagi yang melihat Ka’bah secara langsung, maka ia wajib menghadap ke arahnya karena tidak ada kesulitan tetapi yang jauh dari Ka’bah dapat melakukan shalat berdasarkan sabda Nabi yang menyebutkan bahwa Baitullah merupakan kiblat bagi orang yang shalat di Masjidil Haram, Masjidil Haram merupakan kiblat bagi penduduk kota Makkah dan kota Makkah merupakan kiblat bagi penduduk di Bumi belahan Timur dan Barat dari Umatku.4 Indonesia yang berada di belahan Timur tentu dapat menghadap ke arah Ka’bah yang berada di belahan Barat namun dapat juga menghadap ke arah yang lebih dekat yaitu dengan menyesuaikan antara arah Barat laut atau Utara.Pergerseran kordinat antara Barat ke Barat laut atau Utara disinyalir karena adanya pergeseran lempeng Bumi yang disebabkan seringnya terjadi gempa Bumi di Indonesia.Pertanyaannya, benarkah gempa Bumi menyebabkan terjadi 1A.
Jamil, Ilmu Falak (Teori & Aplikasi), Arah Qiblat, Awal Waktu, dan Awal Tahun (Hisab Kontemporer). (Cet. 1; Jakarta: 2009), h. 109. 2Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak, dalam Teori dan Praktik (Cet. 2; Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005), h. 49. 3Ibid. 4Lihat dalam Ali Parman, Ilmu Falak (tt: Tp, 2001), h. 68.
162
Al-Risalah | Volume 10 Nomor 1 Mei 2010
Fatwa MUI tentang Arah Kiblat
Achmad Musyahid
pergeseran lempeng Bumi dan apakah pergeseran lempeng Bumi menyebabkan berubahnya arah kiblat dari Barat ke Barat laut atau Utara. Faktor pergeseran lempeng Bumi inilah yang menjadi pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam mengeluarkan fatwa tentang penetapan arah kiblat yang awalnya menghadap ke arah Barat kemudian berubah menghadap ke arah Barat laut, berdasarkan diktum fatwa MUI No. 3 Tahun 2010 dan No. 5 Tahun 2010. 5 Fatwa MUI ini telah menimbulkan keresahan dalam masyarakat,sehingga ditanggapi secara berbeda baik dari kalangan MUI maupun dari kalangan ahli falak dan astronomi MUI.Karena itu, persoalan arah kiblat menarik dikaji tentang bagaimana penetapan arah yang sebenarnya, apakah cukup menghadap ke Barat atau menghadap ke Barat laut. PEMBAHASAN 1. Ka’bah sebagai Arah Kiblat dalam Beribadah a. Sejarah Ka’bah Ka’bahadalah kiblat dan pusat berbagai peribadatan kaum muslimin yang merupakan bangunan suci yang terletak di kota Mekah. Ka’bah (Baitul Makmur) pertama kali dibangun dua ribu tahun sebelum penciptaan dunia.6 Nabi Adam AS dianggap sebagai peletak dasar bangunan Ka’bah di Bumi, 7 batu-batu yang dijadikan bangunan Ka’bah saat itu diambil dari limasacred mountains (gunung sakral) yaitu Sināi, al-Judi, Hira, Olivet dan Lebanon. 8 Setelah Adam wafat, bangunan itu diangkat ke langit dan lokasi itu diangungkan dan disucikan dari masa ke masa oleh umat para Nabi. Pada masa Nabi Ibrahim AS dan putranya Ismail AS, lokasi itu digunakan untuk membangun sebuah rumah ibadah.9Dalam pembangunan itu, Nabi Ismail AS menerima Hajar Aswad (batu hitam) dari Jibril di Jabal Qubais, lalu
5Majelis Ulama Indonesia adalah organisasi keulamaan yang bersifat independen yang tidak berafiliasi kepada salah satu aliran politik mazhab atau aliran keagamaan Islam yang ada di Indonesia, MUI dibentuk pada tanggal 26 Juli 1975 dalam pertemuan ulama nasional. Pembentukan MUI membuka sejarah baru dalam mewujudkan kesatuan umat Islam di Indonesia dalam satu forum tingkat nasional yang dapat menampung, menghimpun dan mempersatukan pendapat dan pemikiran ulama atau ulama Islam secara keseluruhan.Muhammad Atho Muzhar, Fatwa-Fatwa Majelis Ulama Indonesia, sebuah Studi tentang Pemikiran Hukum Islam di Indonesia.Seri INIS XVII (Jakarta: INIS, 1993), h. 56. 6 Lihat Thomas Patcrick Hughes, Dictionary of Islam (Cet. III; New Delhi: Cosmo Publications, 1982), h. 480. 7Lihat Lexicon Universal Ensyclopedia.Jilid 12 (New York: Lexicon Publications, 1990), h. 3. 8Ibid. 9 Sesungguhnya rumah yang pertama dibangun untuk tempat ibadah manusia adalah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.Lihat QS. 3 (96): QS. 2 (125-127).
Al-Risalah | Volume 10Nomor 1Mei 2010
163
Fatwa MUI tentang Arah Kiblat
Achmad Musyahid
meletakkannya di sudut tenggara bangunan.Bangunan itu berbentuk kubus yang dalam bahasa Arab disebut muka’ab dan dari kata inilah muncul sebutan Ka’bah.Ketika itu, Ka’bah belum berdaun pintu dan belum ditutupi kain.Orang yang pertama membuat daun pintu Ka’bah dan menutupinya dengan kain adalah Raja Tubba’ dari Dinasti Himyar sebelum Islam di Najran.10 Setelah Nabi Ismail AS wafat, pemeliharaan dipegang oleh keturunannya, lalu diurus oleh Bani Jurhum selama 100 tahun, lalu Bani Khuza’ah yang kemudian memperkenalkan penyembahan berhala, Hubal merupakan pemimpin berhala yang terdapat di Ka’bah dan disampingnya terdapat sejumlah anak panah yang digunakan kahin untuk meramal. Berhala-berhala itu didatangkan dari Moab atau Mesopotamia (kawasan Irak sekarang).Selanjutnya, pemeliharaan Ka’bah dipegang oleh kabilah-kabilah Quraisy yang merupakan generasi penerus garis keturunan Nabi Ismail AS.11 Menjelang kedatangan Islam, Ka’bah dipelihara oleh Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad saw. Ia menghiasi pintu Ka’bah dengan emas yang ditemukan ketika menggali sumur zam zam.12 Ka’bah sebagai bangunan pusaka purbakala semakin rapuh dimakan waktu, sehingga banyak bagian-bagian temboknya yang retak dan bengkok, apalagi beberapa tahun sebelum bi’sah, Mekah dilanda banjir hingga menggenangi Ka’bah sehingga meretakkan temboknya.Pada saat itu, orang-orang Quraisy berpendapat bahwa perlu diadakan renovasi bangunan Ka’bah untuk memelihara kedudukannya sebagai tempat yang suci. Dalam merenovasi bangunan Ka’bah, para pemimpin kabilah dan pemuka Quraisy membagi sudut Ka’bah menjadi empat bagian dan tiap kabilah mandapat satu sudut yang harus dirombak dan dibangun kembali, ketika peletakan Hajar Aswad mereka berselisih tentang siapa yang akan meletakkannya. Akhirnya mereka menunjuk Muhammad bin Abdullah yang dikenal sebagain al-Amin(orang dipercaya) saat itu.13 Setelah penaklukan kota Mekah, pemeliharaan Ka’bah dipegang oleh kaum muslimin dan berhala-berhala yang terdapat disekitarnya dihancurkan kemudian Nabi memerintahkan Bilal mengumandangkan azan di atas Ka’bah dan kaum muslimin shalat berjama’ah. Inilah awal penetapan arah kiblat kaum muslimin yang kemudian diikuti oleh umat Islam sampai saat ini. b. Ka’bah dan Baitul Ma’mur Istilah Baiutul Ma’mur terdapat dalam al-Qur’an yang dipahami oleh para ahli tafsir sebagai sebuah rumah di langit ke tujuh yang setiap hari dikunjungi oleh para malaikat sebanyak 70. 000 untuk beribadah dan bertawaf di sana 10 Susiknan Azhari, Ilmu Falak, Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern (Cet. 2; Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007), h. 41. 11Abdul Aziz Dahlan dkk, Ensiklopedia Hukum Islam. Jilid 3 (Cet. I; Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997), h. 944. 12Susiknan, op. cit., h. 43. 13Pojok sebelah Utara disebut al-Ruknul Irāqi, sebelah Barat disebut al-Ruknusyi Syam, sebelah Selatan disebut al-Ruknul Yaman, dan sebelah Timur disebut al-Ruknul Aswadi karena Hajar Aswad terletak pada pojok ini. Ibid.
164
Al-Risalah | Volume 10 Nomor 1 Mei 2010
Fatwa MUI tentang Arah Kiblat
Achmad Musyahid
sebagaimana penduduk bumi bertawaf di Ka’bah.14Demikian pula dengan baitul Ma’mur yang merupakan Ka’bah bagi penduduk langit ke tujuh. Oleh karena itu, di sana didapatkan Ibrahim as kekasih Allah menyandarkan punggungnya di Baitul Ma’mur karena ia telah membanguh Ka’bah di bumi dan sudah pasti pahala itu diberikan kepadanya sesuai amal ibadahnya. Setiap langit terdapat bait yang di dalamnya para penghuninya beribadah dan mengerjakan shalat sedangkan yang terdapat di langit dunia di sebut Baitul Izzah. Selain itu, Ka’bah yang berada di bumi konon sama dengan Baitul ma’mur yang ada di langit sebagaimana diriwayatkan oleh Ali ibn Abbas dalam tafsirnya terhadap QS al-Thur ayat 4 tersebut. Di langit Baitul Ma’mur konon berada tepat di atas Ka’bah dan kesucian dan kemuliannya sama dengan kesucian dan kemulian Ka’bah di bumi yang terdapat 70 ribu malaikat yang mengerjakan shalat setiap hari di dalamnya.15 Mengacu pada keterangan di atas, maka dapat dipahami bahwa melaksanakan shalat di atas pesat maupun di luar angkasa tetap harus menghadap ke arah Barat Laut karena pada hakikatnya Ka’bah yang berada di bumi merupakan landasan arah kiblat di bumi dan di udara bahkan luar angkasa sampai ke langit ke tujuh tepatnya di Baitul Ma’mur. Ini menunjukkan bahwa manusia tidak perlu bingung tentang arah kiblat ketika ia berada di atas pesawat maupun di planet lain karena sudah sangat jelas arah kiblat yang ada yaitu Ka’bah di bumi menjulang ke Baitul Ma’mur di atas langit ke tujuh. c. Pengertian Arah Kiblat Kata al-Qiblah terulang sebanyak 4 kali dalam al-Qur’an.16Dari segi bahasa, kata al-Qiblah terambil dari akar kata qabala-yaqbalu yang berarti menghadap. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kiblat diartikan arah ke Ka’bah di Mekah pada waktu shalat. 17 Dalam Kamus al-Munawwir kiblat diartikan sebagai Ka’bah, 18 dan dalam Ensiklopedia Hukum Islam, kiblat diartikan sebagai bangunan Ka’bah atau arah yang dituju kaum muslimin dalam melaksanakan sebagian ibadah.19Ka’bah ditetapkan oleh Allah Swt. menjadi kiblat umat Islam ketika hidup dan mati, yaitu waktu shalat menghadap kiblat dan ketika mati dibaringkan dalam kubur menghadap kiblat. Sementara yang dimaksud arah kiblat adalah arah atau jarak terdekat sepanjang lingkaran besar yang melewati kota Makkah (Ka’bah) dengan tempat kota yang bersangkutan. Dengan demikian, tidak dibenarkan jika orang Makassar dalam melaksanakann shalat menghadap ke arah Timur serong ke Selatan 14QS
at-Thur (52): 4 dalam 95.Muhammad Ilyas Abdul Ghani, Sejarah Makkah.Alih bahasa dari judul asli “ Taarikh Makkah” oleh Anang Rizka Mesyhady (Pakistan: Lahore, 1425 H-2004), h. 95. 16Lihat QS.al-Baqarah:2 (142-145), QS. 10:(87), QS. 17Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. II; Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 438. 18 Achmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1984), h. 1169. 19Azis, loc. cit. 15Lihat
Al-Risalah | Volume 10Nomor 1Mei 2010
165
Fatwa MUI tentang Arah Kiblat
Achmad Musyahid
sekalipun arahnya tetap sampai ke Makkah jika berpatokan pada bulatnya Bumi.20Dengan demikian, kiblat atau Ka’bah yang dihadapi ketika melaksanakan shalat terletak di dalam Masjidil Haram Makkah yang menjadi pusat arah umat Islam dalam melaksanakan ibadah. Sekalipun pada awalnya, Nabi ketika shalat menghadap Baitul Maqdis karena kedudukannya yang masih dianggap paling istimewa dan Ka’bah di Mekkah masih dikotori dengan banyaknya berhala di sekelilingnya. Pemindahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram tidak boleh dianggap ada perbedaan padahal keduanya sama di sisi Allah.21 2. Proses Penetapan Fatwa MUI tentang Arah Kiblat Pedoman fatwa MUI ditetapkan dalam surat keputusan MUI nomor U596/MUI 1997 yang meliputi dasar-dasar umum penetapan fatwa yaitu didasarkan pada dalil ahkam yang kuat dan membawa kemaslahatan umat serta prosedur penetapan fatwa dan teknik serta kewenangan organisasi dalam penetapan fatwa. Prosedur penetapan fatwa yaitu setiap masalah yang dihadapi MUI dibahas dalam rapat komisi fatwa untuk mengetahui substansi masalah, dalam rapat komisi tersebut dihadirkan ahli yang berkaitan dengan masalah yang akan difatwakan untuk didengarkan pendapatnya untuk dipertimbangkan. Setelah mendengar pendapat ahli, ulama melakukan kajian terhadap pendapat para imam mazhab dan fukaha dengan memperhatikan dalil-dalil yang digunakan dengan berbagai cara istidlāl, jika fukaha memiliki ragam pendapat maka komisi mengadakan pemilihan salah pendapat untuk difatwakan, apabila cara ilhāq dan analogi tidak menghasilkan produk yang memuaskan, komisi dapat melakukan ijtihad jamā’i dengan menggunakan al-Qawāid al-Ushuliyyat dan al-Qawāid al-Fi’liyyat.22 Salah satu fatwa MUI yang telah melalui proses penetapan berdasarkan ketentuan komisi fatwa adalah fatwa yang terkait kiblat. Fatwa MUI No. 3 Tahun 2010 yang menyatakan bahwa kiblat untuk wilayah hukum Indonesia adalah mengarah ke Barat, sebagai konsekuensi dari pergeseran lempeng Bumi.MUI juga menegaskan bahwa pergeseran tersebut tak mempengaruhi arah kiblat. Untuk itu, umat Islam tak perlu bingung dengan arah kiblat apalagi mengubah bahkan membongkar masjid atau musalah agar mengarah ke kiblat. Dalam diktum fatwa MUI No. 03 Tahun 2010 tentang kiblat tersebut disebutkan bahwa; Pertama, tentang ketentuan hukum. Dalam kententuan hukum tersebut disebutkan bahwa: (1) Kiblat bagi orang shalat dan dapat melihat Ka’bah adalah menghadap ke bangunan Ka’bah (Ainul Ka’bah). (2) Kiblat bagi orang yang shalat dan tidak dapat melihat Ka’bah adalah arah Ka’bah (Jihad al-Ka’bah). (3). Letak georafis Indonesia yang berada di bagian Timur Ka’bah/Mekkah, maka kiblat umat Islam Indonesia adalah menghadap ke arah Barat.Kedua, 20Khazin,
op. cit., h. 50. Ali Parman, op, cit., h. 69-70. 22 Jaih Mubarok, Metodologi Ijtihad Hukum Islam (Yogyakarta: UI Press, 2002), h. 169-170. 21
166
Al-Risalah | Volume 10 Nomor 1 Mei 2010
Fatwa MUI tentang Arah Kiblat
Achmad Musyahid
rekomendasi.MUI merekomendasikan agar bangunan masjid/musalah di Indonesia sepanjang kiblatnya menghadap ke arah Barat, tidak perlu diubah, dibongkar, dan sebagainya.23 Namun fatwa MUI No. 3 Tahun 2010 mendapat respons dan protes dari kalangangan masyarakat, khususnya golongan Syafi’i yang menilai bahwa fatwa MUI No. 3 Tahun 2010 tersebut tidak tepat karena seharusnya arah kiblat menghadap ke Barat laut. Dasar pertimbangannya adalah karena letak Indonesia, maka secara umum kiblat menghadap ke Barat laut bukan ke Barat.Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 3 Tahun 2010 tentang kiblat ternyata masih salah.Dalam fatwa itu menyebutkan letak geografis Indonesia yang berada di bagian Timur Makkah sehingga arah kiblat menghadap ke arah barat.Padahal, berdasarkan hasil penelitian dari ilmu falak dan astronomi, arah yang ditentukan oleh MUI justru menghadap ke Afrika, Somalia Selatan, Kenya dan Tanzania.Menurut kajian ilmu ini, arah Indonesia tidak persis di Timur Makkah.24 Arah kiblat yang benar adalah menghadap ke Barat laut dengan kemiringan bervariasi, sesuai letak geografis wilayah tempat masjid berada.Pelurusan arah kiblat tidak harus dengan merombak bangunan masjid.Melainkan, cukup dengan menyesuaikan garis saf salat dengan kiblat yang benar.Karena itu, MUI menghimbau agar semua wilayah di Indonesia harus menyesuaikan arah kiblat sesuai dengan ralat dari fatwa MUI tersebut. Alasannya adalah karena Indonesia terletak tidak di Timur pas arah Ka’bah tapi agak ke Selatan, jadi arah kiblat kita juga tidak pas ke Barat tetapi agak sedikit mengarah ke arah Barat laut. 25 Atas dasar ini, maka Majelis Ulama Indonesia (MUI) kemudian meralat fatwa No. 3 Tahun 2010 dengan dikeluarkannya fatwa No. 5 Tahun 2010 dengan menyebutkan bahwa arah kiblat yang sebelumnya disebutkan menghadap ke Barat kini telah direvisi dengan menghadap ke Barat laut. 3. Telaah para Ahli tentang Penetapan Arah Kiblat MUI Penentuan arah kiblat di Indoensia sangat menentukan karena pergeseran arah kiblat sebesar 1 derajat saja bisa melencengkan arah sekitar 100 km dari titik Ka’bah.Semakin jauh dari Ka’bah, maka lencengan arah kiblat semakin besar.Karena itu, sangat diajurkan untuk menetapkan arah kiblat. Namun demikian, Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Hasanudin, mengatakan bahwa perbedaan yang terdapat antara Fatwa MUI No. 3 Tahun 2010 tentang kiblat dan Fatwa MUI No. 5 Tahun 2010 tentang arah kiblat saling menyempurnakan. Hasanudin mengemukakan, fatwa MUI No. 3 Tahun
23 http://www.mui.or.id/index.php?option
= com_ content&view = article&id=249:muiralat-fatwa-arah-kiblat-salat 24http://kampungtki.com/baca/15939. 25www. Fatwa MUI, Arah Kiblat. Detickom, Rabu, 14-7-2010. Al-Risalah | Volume 10Nomor 1Mei 2010
167
Fatwa MUI tentang Arah Kiblat
Achmad Musyahid
2010 menyatakan kiblat muslim Indonesia adalah arah Barat sedangkan dalam Fatwa MUI No. 5 2010 disempurnakan dengan redaksi: ”kiblat umat Islam Indonesia adalah menghadap ke Barat laut dengan posisi bervariasi sesuai dengan letak kawasan masing-masing.”26 Lebih lanjut Hasanudin mengatakan, madzhab yang sekarang ada dan dianut tentang arah kiblat tidak salah selama merujuk al-Qur’an dan hadis. Oleh karena itu masyarakat tidak perlu risau dan saling menyalahkan satu sama lain karena tiap-tiap pendapat memiliki argumen dan dalil masing-masing. Dia menyebutkan misalnya, pendapat yang menyatakan arah kiblat ke Barat adalah Madzhab Hanbali yang berpegang pada teks.Selain itu, umat muslim tidak perlu membongkar bangunan masjid agar sesuai dengan arah kiblat, umat Muslim cukup menggeser posisi barisan (saf) shalat sesuai dengan arah kiblat. “Tidak perlu mengubah posisi masjid karena terlalu memberatkan.27 Hal yang sama disampaikan oleh Zulfa Mustofa, Ketua Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama LBM PBNU). Dia memaparkan, perbedaan arah kiblat terletak pada persoalan apakah ditentukan secara persesi (tepat) atau kira-kira. Menurutnya, fatwa MUI No. 5 Tahun 2010 muncul setelah perdebatan panjang yang lantas mengakomodir Madzhab Syafii yang notabene madzhab mayoritas muslim Indonesia. Zulfa menjelaskan, Madzhab Syafii memberlakukan syarat ketepatan dan kehati-hatian dalam upaya penentuan arah kiblat.Meskipun tidak secara tepat, ujar dia, setidaknya ada usaha agar sebisa mungkin arah kiblat Indonesia sesuai.Namun demikian, dia menegaskan selama arah kiblat tidak melenceng jauh dan bertolak belakang dengan teks al-Qur’an dan hadis maka shalat yang dilakukan tetap sah.28 Zulfah menambahkan bahwa yang terpenting adalah tidak terjadi konflik dan saling menghormati pendapat satu sama lain. Di samping itu, dia menghimbau agar tidak perlu menggeser posisi masjid karena secara fisik bangunan masjid tidak ada masalah. Menyikapi perubahan fatwa MUI, Zulfah menyerukan agar umat muslim tidak resah karena tradisi merubah fatwa lumrah terjadi. Dia menyebutkan umat Islam leluasa mengikuti pendapat yang lebih maslahat yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing dan tidak perlu terjadi konflik antar umat.29 Pandangan berbeda dikemukakan oleh Ali Mustafa Ya’qub imam besar masjid Istiqlal yang menegaskan bahwa pendadat yang kuat bagi orang Indonesia tentang arah kiblat adalah menghadap ke Barat berdasarkan ayat al-Qur’an dan al-hadis. Dia menuturkan bahwa muslim Indonesia berada di Timur Ka’bah sehingga arah kiblat yang benar adalah menghadap ke Barat secara mutlak. Ya’qub meminta agar masyarakat Indonesia tidak perlu ragu dan bimbang 26http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/10/07/15/124750jangan-berpolemik-sikapi-fatwa-mui-tentang-arah-kiblat. 27Ibid. 28Ibid. 29Ibid.
168
Al-Risalah | Volume 10 Nomor 1 Mei 2010
Fatwa MUI tentang Arah Kiblat
Achmad Musyahid
tentang sah tidaknya shalat mereka. Menurutnya muslim Indonesia tidak perlu merubuhkan masjid dan membangun kembali agar sesuai dengan arah kiblat karena menggeser arah kiblat tidak diperintahkan dalm Islam dan tidak menjadi suatu kewajiban.30 Perbedaan pendapat ulama di atas disebabkan oleh adanya sudut pandang yang berbeda dalam memahami ayat dan wilayah hukum Indonesia terhadap posisi Ka’bah.Karena itu, perlu dikaji kembali kedua kemungkinan pendapat tersebut di atas, apakah posisi Ka’bah berada di Barat atau Barat laut.Untuk menentukan posisi Indonesia, maka dapat digunakan teknologi Google Earth agar posisi Indonesia terhadap Ka’bah dapat ditentukan.Selanjutnya, para ahli falak seperti Ali Parman mengatakan bahwa dalam menentukan arah kiblat dapat menggunakan dua sistem yaitu teori sudut dan teori bayangan.31 Teori sudut adalah penentuan arah kiblat dengan memanfaatkan Utara geografis atau menentukan arah dari tempat tinggal seseorang ke kota Makkah (Ka’bah) di permukaan Bumi sama dengan menentukan azimutsudut Ka’bah karena arah ukur sepanjang horizon yang memperhitungkan Utara Selatan meredian setempat.32Sedangkan teori bayangan ialah menentukan arah kibat yang berpedoman pada posisi matahari. Atau dengan kata lain, pada jam (waktu) tertentu untuk tanggal dan bayangan suatu benda (tongkat misalnya) mengarah ke Ka’bah. Ada dua cara yang bisa dilakukan bagi mereka yang menganut teori ini yaitu; Pertama; berpedoman pada posisi matahari yang sedang atau hampir persis berada pada titik zenitKa’bah yang sangat diperhitungkan adalah deklinasi dan lintang tempat. Secara astronomi, keadaan ini dapat terjadi apabila nilai lintang tenpat sama dengan nilai deklinasi matahari pada saat berkulminasi. Saat matahari berkulminasi di Makkah yang nilai deklinasinya hampir sama dengan nilai lintang tempat Makkah (Ka’bah). Deklinasi matahari di Makkah yaitu + 21o 24o dan lintangnya 21o 25o Jadi hampir sama dan cukup dinilai paling dekat.33 Kedua; berpedoman pada posisi matahari yang sedang persis berada pada azimut Ka’bah. Cara ini dikenal dengan istilah bayangan kiblat, maka benda apasaja yang dapat berdiri tegak lurus mengarah ke kiblat pada hari, tanggal dan jam tertentu.Untuk mengetahui jam berapa terjadi bayangan arah kiblat, maka data yang harus dipersiapkan adalah data arah kiblat suatu tempat (Makassar 67o 30Ibid. 31Ali
Parman, op. cit., h. 71. atau as-Samtu adalah arah yaitu harga suatu sudut untuk matahari atau bulan dihitung sepanjang horizon atau ufuk yang biasanya diukur dari titik Utara ke Timur sampai titik perpotongan antara lingkaran vertikal yang melaewati matahari atau bulan itu dengan lingkaran horizon.Khazin, op. cit., h. 137. 33Deklinasi adalah jarak dari suatu benda langit ke equator langit diukur melalui lingkaran waktu dan dihitung dengan derajat,menit dan sekon. Berhubungan dengan itu lingkaran waktu dinamakan pula lingkaran deklinasi. Deklinasi matahari berubah-ubah selama satu tahun tetapi pada tanggal-tanggal yang sama bilangan deklinasi itu kira-kira sama. Sayuti Ali, Ilmu Falak.Ed. 1 (Cet. 1; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h. 11. 32Azimut
Al-Risalah | Volume 10Nomor 1Mei 2010
169
Fatwa MUI tentang Arah Kiblat
Achmad Musyahid
32odari Utara ke Barat), data deklinasi matahari yang bersumber dari Almanak Neutika atau Epemeris, data Bujur tempat (Bt), data Bujur Daerah (BD), data perawa waktu (e), data lintang tempat (P). Tujuan disiapkannya data-data ini adalah untuk mencari pada jam berapa bayangan suatu benda mengarah ke arah Ka’bah. Aplikasi teori sudut memiliki kesamaan dengan penetapan arah kiblat yang berbasis aplikasi komputer, yaitu Qibla Lacator yang menggunakan piranti peta digital Google.Qibla Lacator ditemukan oleh seorang peneliti dari Universitas Waterloo di Ontario Canada yang bernama Hammed Zarrabi Zadeh bersama Ibnu Mas’ud pada tahun 2006.34 Dengan Qibla Lacator dapat diketahui arah kiblat dari manapun umat berada, cara ini dianggap lebih akurat dan mudah dibanding caracara sebelumnya seperti kompas. Selain Qibla Lacator, aplikasi komputer dengan menggunakan Google Earth lebih praktis karena hanya menentukan titik sudut suatu masjid dengan membuat titik sudut tengah pada Ka’bah, maka garis lurus akan menlucurke Ka’bah. Berbeda dengan teori bayangan,kemudian dikritik olehThomas Jamaluddin (pakar astronomi dan astrofisika) karena tingkat keakuratannya yang meragukan.Sekalipun demikian, penentuan arah kiblat dengan menggunakan bayangan matahari dapat mendekati akurasi jika dilakukan dengan cermat dan tepat waktu, yaitu sekitar tanggal 26-30 Mei pukul 16:18 WIB dan tanggal 13-17 Juli pukul 16:27 WIB, saat itu matahari tepat berada di atas Makkah.Pada saat itu, matahari yang tampak pada di seluruh penjuru Bumi dapat dijadikan penunjuk lokasi Ka’bah begitu pula bayangan benda tegak pada waktu juga dapat menjadi penentu arah ke kibat karena dalam satu tahun, matahari singgah di Bumi sebanyak dua kali tepat di atas Ka’bah yang disebut dengan Istiwa’ A’zām(persinggahan utama). Peristiwa persinggahan utama ini terjadi pada tanggal 28 Mei atau 27 di tahun Kabisat pukul 12:18 waktu Makkah dan 16 Juli atau 15 di tahun Kabisat pukul 12:27.35 Selain kedua teori tersebut di atas, menentukan dan mengukur arah kiblat dapat juga dilakukan dengan menggunakan kompas, yaitu kompas transparan, kompas magnet dan kompas kiblat, menggunakan busur derajat, rubu’ mujayyab, rumus segitiga siku-siku, tongkat istiwa’. Hanya saja menentukan arah kiblat dengan menggunakan kompas magnet maupun kompas kiblat hasilnya relatif kasar karena pengaruh grafitasi Bumi dan medan magnet. Sedangkan menentukan arah kiblat dengan menggunakan kompas transparan, rumus segitiga, busur derajat, rubu’ mujayyab, rumus segitiga, hasilya relatif lebih akurat dibandingkan dengan kompas magnet dan kompas kiblat.Sementara menentukan arah kiblat dengan tongkat istiwa (bayang-bayang tongkat) merupakan media yang sangat akurat.36 34
http://www.al-habib.info/arah-kiblat/cara-menentukan-kiblat-dengan-matahari.htm
35Ibid. 36A.
170
Jamil, op. cit., h. 128.
Al-Risalah | Volume 10 Nomor 1 Mei 2010
Fatwa MUI tentang Arah Kiblat
Achmad Musyahid
PENUTUP Kesimpulan dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut; 1. Kedudukan Ka’bah bagi kaum muslimin karena menjadi arah kiblat dalam beribadah 2. Penentuan arah kiblat dalam fatwa MUI didasari oleh adanya pergeseran lempeng Bumi, kemudian menjadi sebab perubahan fatwa MUI 3. Para ahli memandang bahwa penentuan arah kiblat dengan menggunakan teori sudut dan bayangan dikritik oleh pakar astronomi bahwa teori ini tidak akurat. Penetapan dan pengukuran arah kiblat dengan menggunakan teori manual telah lama diterapkan para ahli, para pakar astronomi menawarkan pengukuran arah kiblat dengan menggunakan aplikasi komputer dengan menggunakan piranti Google Earth.
Al-Risalah | Volume 10Nomor 1Mei 2010
171
Fatwa MUI tentang Arah Kiblat
Achmad Musyahid
DAFTAR PUSTAKA Ali, Sayuti. Ilmu Falak.Ed. 1. Cet. 1; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997. Azhari, Susiknan. IlmuFalak, Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern. Cet. 2; Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007. Dahlan, Abdul Aziz dkk.Ensiklopedia Hukum Islam.Jilid 3.Cet. I; Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997. http://forum.upi.edu/index.php?topic=13608.0 http://kampungtki.com/baca/15939. http://www.al-habib.info/arah-kiblat/cara-menentukan-kiblat-denganmatahari.htm http://www.mui.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=249: mui- ralat-fatwa-arah-kiblat-salat http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam nusantara /10/07/15/124750jangan-berpolemik-sikapi-fatwa-mui-tentang-arah-kiblat. Hughes, Thomas Patcrick. Dictionary of Islam. Cet. III; New Delhi: Cosmo Publications, 1982. Jamil, A. Ilmu Falak (Teori & Aplikasi), Arah Qiblat, Awal Waktu, dan Awal Tahun(Hisab Kontemporer). Cet. 1; Jakarta: 2009. Khazin, Muhyiddin Ilmu Falak, dalam Teori dan Praktik. Cet. 2; Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul, Sejarah Makkah. Alih Bahasa Anang Rizka Mesyhadydari judul asli “Taarikh Makkah (Pakistan: Lahore, 1425 H – 2004. Lexicon Universal Ensyclopedia. Jilid 12 (New York: Lexicon Publications, 1990. Mubarok, Jaih. Kaidah Fikih, Sejarah dan Kaidah Asasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002. Mubarok,Metodologi Ijtihad Hukum Islam. Yogyakarta: UI Press, 2002. Muh. Zuhri, Hukum Islam dalam Lintasan Sejarah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996. Munawwir, Achmad Warson. Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap. Cet.I; Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1984. Muzhar, Muhammad Atho. Fatwa-Fatwa Majelis Ulama Indonesia, sebuah Studi tentang Pemikiran Hukum Islam di Indonesia. Seri INIS XVII. Jakarta: INIS,1993. Parman, Ali. Ilmu Falak.tt: Tp, 2001. Shihab, Quraish. Membumikan al-Qur’an.Bandung: Mizan 1994. TIM.Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. II; Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 438.
172
Al-Risalah | Volume 10 Nomor 1 Mei 2010