FALL HEAD OVER HEELS KEBODOHAN… Aku nggak tau apa yang ada dipikiran Martin dan Gilang. Entah mengapa setiap pagi mereka selalu datang ke sekolah dengan waktu bersamaan, mereka memarkir sepeda mereka berdekatan, dan selalu, setiap selesai melepas helm dan merapikan rambut, mereka akan terlibat percekcokan yang pada akhirnya akan membuat mereka berkelahi, berkejaran bahkan sampai bel masuk berbunyi. Nah, lihat saja! Barusan mereka mempermasalahkan siapa yang paling rapi menyisir rambutnya dan hal itu membuat mereka berkejaran, saling menjambak dan menendang bahkan saat melewatiku yang baru saja turun dari mobil ayah. “yaampun biar ayah lerai. Kalau mereka kejar-kejaran sampai ke jalan raya kan bahaya” kata Ayahku sambil membuka seatbelt-nya. “nggak usah ayah. Nanti kalau capek mereka juga berhenti sendiri. Loky masuk dulu ya” Alooo!! Namaku Lokyta. Aku siswa tahun kedua di sekolah ini. Sekolah yang sangaaaaat luas, mungkin luasnya sudah seluas 24 lapangan sepak bola. Murid di sekolah ini juga
banyak,
mereka
mempunyai
karakteristik
sendiri-sendiri,
termasuk Martin dan Gilang yang tidak pernah berhenti berantem, maupun si kembar Ingga dan Anggi yang nggak pernah akur karena mereka selalu mempermasalahkan siapa yang lebih mirip dengan ibunya yang cantik, atau Edo yang sangat pintar sampai kadang aku takut walau hanya menanyakan kabarnya saking rumitnya jawaban yang akan dia berikan. Seperti saat suatu pagi aku menyapanya “hai, Do! Apa kabar?” dia akan menjawab “sepertinya 50% dari psikologiku lagi nggak baik. Tadi aku naik angkot dengan kecepatan 72m/s. aku tau percepatannya pasti sekitar 36 m/s2. Waktu ada lampu merah didepan sekitar 1,5m si sopir belum juga melakukan perlambatan. Ia melakukan perlambatan sekitar 15m/s2 baru setelah jarak 1 m jadi angkotnya nerobos lampu merah lalu polisi menghadang kita jadi ya…” karena ngantuk aku langsung nyeplos aja “jadi elo telat gara-gara angkot lo kena tilang? Okedeh have a nice day ya, Do!” lalu aku memilih masuk kelas duluan. Atau Nina teman perempuan yang paling dekat denganku, dia ini perempuan manis dan berpeluang menjadi model. Tuh lihat aja kaki jenjangnya yang baru saja muncul dari balik mobil sedan putihnya. Tapi boro-boro jadi model, nyisir rambut aja dia nggak pernah! hmm… atau mungkin aw!
2
Sesuatu
yang
hangat
dan
lembek
membasahi
pundakku. Apa lagi sekarang?! “lo bawa sarapan apa lagi ha?!” bentakku pada seorang laki-laki yang sedang berdiri dibelakangku sambil menenteng mangkuk dan sendok. “bubur ayam” jawab laki-laki itu “harus gitu di tumpahin ke baju gue?” bentakku makin emosi mendengar jawabannya yang datar-datar saja. “oh sekarang lo tambah tinggi ya? Rencananya gue mau tumpahin ke mulut lo buat sarapan” katanya sambil ngeloyor pergi. “grr… Samudra!!!!!” ya. Namanya Samudra, atau lebih akrabnya Sam. Namun 2 tahun sekolah disini aku nggak pernah ngerasa akrab sama dia. Dia ini cowok paling rese sedunia bahkan lebih rese dari Mr. Bean yang ngantongin ikan laut di jasnya! Dari
pertama
ketemu
dia
pas ngelihat
papan
pengumuman penerimaan siswa baru waktu awal masuk SMA dia emang udah rese. Saat itu aku lagi teriak-teriak seneng sambil loncat-loncat karena diterima, dan nggak sengaja kepalaku kepentok ke dagu Sam yang lagi berdiri di belakangku. Ya emang sih tinggiku Cuma sebatas dadanya. Tapi yang bikin nyesek nih ya, selama dia kesakitan dan aku sibuk
3
minta maaf, bukannya maafin aku dia malah bilang “dasar pendek!” dan FIX sejak saat itu dia manggil aku Pendek. Aku beruntung nggak sekelas sama dia waktu kelas 1. Walaupun tiap nggak sengaja ketemu dia selalu ngejahilin aku mulai dari narik tali rambut, nyolek pundakku tapi belagak nggak ngapa-ngapain, dan yang terparah pernah sepulang sekolah dia ketahuan lagi naruh sepucuk surat di laci mejaku. Ternyata isi surat itu puisi cinta yang najis banget. Pas aku Tanya dari siapa, dia bilang dari Sammy kakak kelas yang sampai sekarang aku nggak tau Sammy itu siapa. Keberuntunganku berjalan kurang lebih hanya 12 bulan. Setelah itu di tahun kedua aku di pertemukan lagi sama Sam dikelas yang sama. Dan ini point sialnya! Sam selalu saja datang terlambat, kalaupun tidak datang terlambat dia pasti datang kesekolah sambil membawa sarapannya. Sama seperti hari ini. Dia datang kesekolah dengan bubur ayamnya dan menumpahkannya di seragamku. Sial! “Sam!! Sini lo! Tanggung jawab!!!!” aku pun lari-larian mengejar Sam yang justru berlari didepanku sambil mengejek. Masa bodohlah dengan Martin dan Gilang yang sudah berhenti berkejaran dan sedang menertawakanku yang ngos-ngosan mengejar Sam.
4
~SATU Bel masuk sudah berbunyi 5 menit yang lalu, namun guru bahasa Indonesia yang biasanya datang tepat waktu kali ini kehilangan ketepatannya. “dari mana lo Ky? untung Bu Marina telat, coba bu Marina udah dateng, nggak bakal di bolehin masuk lu!” sambut Nina yang duduk sebangku denganku. Malas menjawab pertanyaannya, aku hanya duduk dan menunduk mengeluarkan buku-buku dari laci mejaku. Ih! Bau apek banget sih ini baju! “lo pake baju bokap lo ya? Kok kegedean gitu?” komentar Nina. Mau nggak mau aku mendongakkan kepalaku dan menatapnya, siap-siap ngomel. “lhooo! Ini kan bajunya Sam!” pekik Nina setelah membaca bedge nama di bagian dada seragam sekolah Sam. “iye ini baju Sam. Tadi pagi dia numpahin bubur ayam di baju gue, terus gue suruh dia tanggung jawab eeeh dia malah ngelepas bajunya terus nyuruh gue yang make. Karena takut telat yaudah gue pake aja” “terus dia pake apa dong?” “mana gue tau” kataku sambil menghadap kedepan begitu menyadari Bu Marina datang dengan muka merah dan berkeringat. 5
“kenape tuh Bu Marina?” bisik Nina “dia kesekolah naik perahu kali keringetan gitu” sahut Ingga dari depan mejaku. “eh walaupun keringetan gitu mukanya tetep cantik ya?” kata Anggi. “cantikan juga gue” kata Ingga sambil membenarkan poninya. “udah udah! Ntar berantem lagi!” lerai Nina ketika melihat Anggi mulai ambil ancang-ancang untuk ngomel. “maaf anak-anak hari ini ibu terlambat. Tadi ban mobil ibu kempes di jalan. Oke kalian baca dulu materi bab 2 kalian pahami bacaannya, nanti ibu jelaskan lagi” kata Bu Marina. Tok tok tok.. “maaf bu hari ini saya terlambat” “astaga Samudra kamu terlambat lagi?? Dan apa-apaan kamu ini? Kesekolah Cuma pake kaos dalam seperti ini? Kamu mau sekolah apa mau jadi tukang tambal ban ha?” bentak Bu Marina. “rencananya sih sekolah bu” kata Sam sambil menggaruknggaruk rambutnya yang basah. “kamu! Ikut ibu ke parkiran sekarang!!” bentak Bu Marina. “ngapain bu?” “kamu benerin ban mobil ibu” “ooh gitu doang bu? Siap deh!”
6
“dan setelah itu lari keliling lapangan 5 kali!” “haaah tapi bu?” tanpa berkata apa-apa bu Marina menarik tangan Sam keluar kelas diiringi gelak tawa dari murid-murid lainnya. \(^o^)/ Aku
sedang
menunggui
Sam
menyelesaikan
hukumannya sambil duduk di bawah pohon dan meminum jus jeruk yang kubeli dari kantin. Ternyata butuh 2 jam bagi Sam untuk menyelesaikan ban mobil Bu Marina dan kini ia sedang berada dalam putaran keempatnya mengelilingi lapangan. Sam menyebalkan sekali! Walaupun aku tahu dia dihukum juga karena aku, tapi aku nggak sedikitpun iba melihatnya. Dia terlihat bahagia saja walau dihukum. Bahkan setiap melintas didepanku dia selalu menjulurkan lidahnya tanda mengejek. Dia telah menyelesaikan putaran kelimanya. Dengan badan berkilau penuh keringat dia menjatuhkan diri di rerumputan didekat aku duduk. Dari nafasnya yang memburu dia terlihat sangat lelah. Namun aku tak peduli. “mana seragam gue? Udah lo cuci?” ta tanyaku ketus. Namun Sam diam saja, ia sedang berusaha menstabilkan nafasnya. “Sam!!” bentakku. Sam mengangkat tangannya, ia memberi
7
isyarat padaku untuk menunggu sebentar sampai nafasnya normal. Semenit dua menit lima menit aku menunggu dia akhirnya bangun juga. Dia meraih jus jerukku yang tinggal separuh, membuka tutupnya dan meminumnya habis. “seragam lu kabur kebawa angin” kata Sam akhirnya. “apa!? gue kan bilang cuci di laundy! Masa iya di laundry bisa kebawa angin!?” “mana gue tau” kata Sam sambil berdiri lalu berjalan menjauh. “heh Sam! Terus gue pake apa!?” bukannya menjawab ia malah terus berjalan menjauh sambil memijit-mijit lehernya yang pegal. Sial! Rese banget sih ini manusia!! \(^o^)/ Hari senin yang cerah tak berawan. Cuaca sangat mendukung untuk dilaksanakannya upacara bendera dan lebih mendukung
lagi
menyampaikan
untuk
pidatonya
Pak yang
Kepala sangat
sekolah panjang
dalam dan
membosankan. Aku melirik kebelakang kearah gerombolan anak laki-laki dikelasku. Anak laki-laki selalu berbaris di barisan paling belakang setiap upacara, begitu juga Sam. Lihat saja, Sam berdiri sambil menunduk. Bisa dipastikan dia sedang tertidur sambil berdiri.
8
Tak lama kemudian salah satu petugas upacara memergoki Sam sedang tertidur dan tidak memperhatikan pidato Pak Kepala sekolah, maka petugas itupun menyuruh Sam berbaris di barisan paling depan. Dimana lagi kalo nggak di sampingku. “duh ileeh yang didepan silau silau amat!” goda Martin. Apa coba maksudnya? “seragamnya pada putih kinclong! Habis di cuci busa ya di pencucian mobil? Hahaha” susul yang lain. Gelak tawa tertahanpun membahana di barisan kelasku. Astaga hari ini Sam memakai seragam baru. Begitu juga denganku. Karena Sam tidak mengembalikan seragamku, sepulang sekolah aku langsung meminta Bunda menjahitkan seragam yang baru untukku. Tapi Sam? Seragam dia kan masih bagus? \(^o^)/ “nih seragam lo. Nggak perlu gue cuci ya? Itung-itung balas dendam karena lo udah ngilangin seragam gue!” kataku sambil melempar seragam Sam kearah Sam yang sedang mencoba tertidur di atas meja. Sam tidak membalas perkataanku, ia justru menggunakan seragamnya yang memang belum ku cuci itu sebagai alas tidurnya. Dasar gila! \(^o^)/
9
Setiap pagi ayah memang selalu mengantarkanku kesekolah, tapi pulang sekolah aku selalu pulang sendiri. Maklum, jam kerja ayah sangat padat. Mulai dari jam setengah 8 pagi sampai jam 5 sore. Bunda dan aku sama-sama nggak bisa nyetir. Jadi mau bagaimana lagi, tiap pulang sekolah kalo nggak nebeng Nina ya naik angkot. Tapi kali ini, atau lebih tepatnya mulai beberapa hari yang lalu aku nggak bakal bisa nebeng Nina lagi. Guess why? Nina punya pacar baru. Berangkat maupun pulang sekolah dia selalu di jemput sama pacarnya naik motor. Jadi ya mulai sekarang emang harus sabar nunggu angkot panas-panas. Pacar Nina romantis banget. Mereka kelihatan sangat serasi tiap berboncengan. Iri banget rasanya ngelihat sahabat yang tiap hari selalu bareng sama kita sekarang harus ngebagi waktunya buat the one yang udah dia temuin. Sementara aku? Kadang aku iri melihat Nina duduk di belakang pacarnya lalu berpegangan erat di pinggang pacarnya. Pacarnyapun selalu menyambut tangan Nina dengan tepukan lembut di punggung tangan Nina sebelum tancap gas. Melihat mereka tuh kayak melihat tulang rusuk mengelus tulang rusuk pasangannya yang dipisahkan Tuhan terus dipertemukan lagi. Dielus dengan sayang seolah nggak pengen tulang rusuk itu rusak atau pergi ke tulang rusuk lain.
10
Aku juga pengen punya the one yang kayak gitu. Yang bener-bener pasangan dari tulang rusukku. Aku nggak mau coba-coba sama pasangan tulang rusuk yang lain. Takut bikin tulang rusukku sendiri rusak. Jadi aku sangat berhati-hati dalam urusan mencari pacar, sampai sekarang pun aku memutuskan untuk single dulu. Nggak. Aku nggak nulis jomblo disini, single itu kan pilihan. Kalo jomblo mah nasib. Aku tersenyum sendiri dengan pikiranku barusan. Sambil tersenyum aku baru menyadari kalau ada Sam didepanku dengan sepeda motornya yang masih menyala. Seketika senyumku memudar. “ape lo liat-liat?” bentakku judes. Sam tidak menjawab, ia hanya melihatku lurus lewat helmnya yang terbuka dalam beberapa detik. Ia menarik gas tiga kali sampai menimbulkan asap dari knalpotnya sebelum melesat jauh meninggalkanku dengan asap sepeda motor yang membuatku terbatuk batuk. Lagi lagi gue dikerjain! Sial! “Tuhan, tulang rusuk di tubuhku ini nggak diambil dari punyanya Sam, kan?” batinku.
11