PENERAPAN MANAJEMEN MUTU DENGAN PENDEKATAN PENGENDALIAN MANAJEMEN MUTU TERPADU DALAM PENANGANAN PELAKSANAAN PEKERJAAN DI LINGKUNGAN DIVISI PERENCANAAN PT.YODYA KARYA (PERSERO)
TUGAS AKHIR
Oleh : SUCIPRIADIKELANA NIM: 41107110027
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN JURUSAN TEKNIK SIPIL 2009
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PENERAPAN MANAJEMEN MUTU DENGAN PENDEKATAN PENGENDALIAN MANAJEMEN MUTU TERPADU DALAM PENANGANAN PELAKSANAAN PEKERJAAN DI LINGKUNGAN DIVISI PERENCANAAN PT.YODYA KARYA (PERSERO Oleh : SUCIPRIADIKELANA / NIM : 41107110027
Disahkan Oleh FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN PROGRAM S-1 TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA Jakarta, 10 September 2009 Ketua Sidang :
Dosen Pembimbing
.(Ir. Agus Suroso, MT)
.
.(Budi Santosa, ST. MT)
Ketua Program Pendidikan :
(Ir. Mawardi Amin, MT)
ii
ABSTRAK
Judul : Penerapan Manajemen Mutu Dengan Pendekatan Pengendalian Manajemen Mutu Terpadu Dalam Penanganan Pelaksanaan Pekerjaan Di Lingkungan Divisi Perencanaan PT.Yodya Karya (Persero). Nama : Sucipriadikelana. NIM : 41107110027. Pembimbing : Budi Santosa, ST. MT. Tahun 2009 Pendekatan Manajemen Mutu sudah menjadi pilihan wajib yang dipakai di lingkungan Divisi Perencanaan PT.Yodya Karya (Persero), hal ini merupakan upaya dalam mengantisipasi tantangan global di mana kualitas proses dan hasil kerja bisa diterima oleh pelanggan. ISO 9001 : 2000 merupakan perangkat dalam pendekatan manajemen mutu yang dipakai di lingkungan PT.Yodya Karya. Adanya kecenderungan pemanfaatan ISO yang kurang optimal menjadi dasar penelitian terhadap pemakaian ISO 9001:2000 dan tingkat Kinerja di perusahaan tersebut. Dari hasil survey terdapat masalah kurang perhatiannya manajemen pada pendanaan proyek yang berdampak pada optimalisasi kerja perencanaan, Sebagai solusi dari hasil survey tersebut, didapatkan Matriks USGR mengenai alternatif pemecahan masalah. Dari matriks tersebut disimpulkan bahwa bila manajemen mampu mengalokasikan dana dengan tepat sesuai TOR yang ada, diharapkan ada lebih perhatian manajemen dalam penanganan anggaran proyek, sehingga menjadi solusi pada hasil akhir yang baik, yaitu hasil kerja menjadi optimal.
Kata kunci: Manajemen mutu terpadu, ISO 9001:2000, Kinerja optimal, USGR.
iii
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir mengenai Penerapan Manajemen Mutu Dengan Pendekatan Pengendalian Manajemen Mutu Terpadu Dalam Penanganan Pelaksanaan Pekerjaan Di Lingkungan Divisi Perencanaan PT.Yodya Karya (Persero) Penulisan Tugas Akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata-1 di Universitas Mercu Buana pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik dan Perencanaan Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Budi Santosa atas kesabaran dan kesediannya menjadi pembimbing penulis dari awal sampai penyelesaian Tugas Akhir terutama dalam diskusi dan memotivasi semangat penulis dalam menyelesaikan tulisan ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ketua Jurusan Teknik Sipil FTSP dan Pembina Akademik dan semua pihak yang telah membantu terutama dalam hal ini rekan-rekan KRPT PT.Yodya Karya (Persero) yang sudah meluangkan waktu untuk memberikan penilaian dan tanggapan pada kuesioner yang telah penulis siapkan. Akhir kata, semoga Tugas akhir ini dapat memberi manfaat kepada siapa pun yang membacanya khususnya bagi pengembangan manajemen perencanaan, dan tentunya
bagi penulis sendiri. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini
masih banyak memiliki kekurangan, walau pun demikian penulis berharap masih ada dari tulisan ini yang mampu menjadi acuan dalam kegiatan manajemen perencanaan sebagaimana penulis paparkan baik dari sisi teori, juga pelaksanaan di lapangan.
Wassalam Jakarta, September 2009 Penulis
iv
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
iv
BAB I. PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Identifikasi Masalah
6
C. Batasan Masalah
6
D. Tujuan Penelitian
7
E. Kegunaan Penelitian
7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
8
A. Landasan Teori
8
1. Fungsi Manajemen
8
2. Tingkatan Manajer
10
3. Prinsip Manajemen
11
4. Manajemen Mutu
12
5. Pola Kerja Terpadu
22
B. Hipotesis
BAB III. METHODE PENELITIAN
29
30
A. Ruang Lingkup Penelitian
30
B. Lokasi Penelitian
32
C. Populasi Sample
32
D. Jenis Data
33
1. Jenis Data Primer
33
2. Jenis Data Sekunder
34
E. Teknik Pengumpulan Data
34
F. Teknik Analisa Data
35
BAB IV. DATA DAN ANALITIS A. Gambaran Umum Tentang Perusahaan
41 PT.YODYA KARYA
(Persero)
41
1. Lingkup dan Tujuan
43
2. Tinjauan Organisasi Divisi Bangunan dan Arsitektur PT.YODYA KARYA
44
3. Kebijakan Mutu, Struktur Organisasi dan Tanggung Jawab 46 4. Lingkup Kegiatan Divisi Studi dan Perencanaan Bangunan 50 B. Data Responden Perusahaan
60
C. Tingkat Pemanfaatan ISO 9001:2000
66
D. Tingkat Pendekatan Optimalisasi Kerja/Kinerja
69
E. Identifikasi dan Analisis masalah
75
F. Sasaran
79
G. Alternatif Kegiatan
81
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
84
A. Kesimpulan
84
B. Saran
86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN
87
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai dampak dari kondisi era globalisasi /pasar bebas, suatu kualitas hasil kerja yang bisa diterima dengan baik dalam suatu usaha jasa perencanaan suatu konstruksi merupakan hal yang sangat penting. Pada perencanaan suatu pekerjaan konstruksi, dalam kegiatannya dibutuhkan optimalisasi waktu, biaya dan mutu, sehingga diperlukan tahapan tahapan yang baik, disamping kehandalan dari sumber daya yang ada.
Perusahaan
konsultan
yang
berkemauan
keras
menerapkan
sistem
manajemen mutu sesuai ISO 9001:2000 memerlukan tahap persiapan dan tahap penerapan sebelum memasuki tahapan sertifikasi. Boleh jadi ada beberapa pertimbangan dari suatu perusahaan dalam mengkaji perlu atau tidaknya memiliki sertifikat ISO 9001:2000, salah satu pertimbangannya mengapa diperlukan memakai produk ISO 9001:2000, adalah hanya untuk meningkatkan kepastian mutu atas hasil kerja, sehingga pertimbangan untuk memperoleh sertifikat menjadikan hal yang bukan prioritas karena bagi mereka masih memiliki anggapan bukan suatu keharusan. Di sisi lain sertifikasi diperlukan, dimana suatu perusahaan mempunyai bukti nyata yang telah diakui baik ditingkat nasional bahkan internasional bahwa perusahaan yang bersangkutan dalam proses produksinya telah menerapkan manajemen sesuai arahan dan pedoman ISO 9001:2000. Sehingga bagi konsumen sebagai pemakai jasa tersebut, merasa yakin akan hasil kerja yang akan diperoleh dengan baik bila memakai jasa dari perusahaan tersebut, dalam hal ini dapat meningkatkan produk pemasaran pada perusahaan tersebut. Perusahaan konsultan perencanaan sebagai lembaga penyedia jasa dengan tingkat persaingan usaha yang tinggi, demikian juga halnya dengan tingginya tingkat kesadaran konsumen untuk dilayani dengan baik, maka dibutuhkan suatu 1
terobosan pemikiran dan usaha yang mampu memberikan solusi di tengah persaingan usaha tersebut. Manajemen mutu dalam suatu kegiatan perusahaan sudah menjadi sesuatu yang wajib diterapkan apabila perusahaan tersebut memiliki obsesi untuk lebih maju dan berkembang. Demikian halnya dengan lingkungan perusahaan konsultan perencana, penerapan manajemen mutu pada perusahaan tersebut melatarbelakangi suatu harapan agar sasaran mutu terpenuhi, tentunya menjadikan solusi di tengah persaingan usaha. Dalam bisnis jasa, hal penting yang dapat dijadikan kunci utama pada mutu layanannya adalah reliabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan sesuai dengan yang dijanjikan. Namun reliabilitas adalah hal yang lumrah yang perlu dilakukan semua bisnis jasa. Faktor penting berikutnya yang dapat menjadi
kunci
kemampuan
keberhasilan
perusahaan
untuk
untuk
merebut
melakukan
perhatian responsif,
konsumen yaitu
adalah
kemampuan
perusahaan untuk membantu pelanggan memberikan jasa yang dibutuhkannya. PT Yodya Karya (Persero) sebagai perusahaan penyedia jasa konsultansi perencana teknik (engineering consultant) dalam upaya meningkatkan pangsa pasar dan memelihara hubungan baik dengan konsumen perlu mewujudkan reliabilitas dalam menyampaikan jasanya dan diikuti dengan melakukan tindakan responsif kepada konsumennya. Yang menjadi ukuran utama reliabilitas PT Yodya Karya (Persero) adalah terlaksananya suatu system perencanaan secara terintegrasi dan menyeluruh, baik dari sisi struktural, arsitektural, mekanikal, elektrikal maupun desain interior dan disiplin ilmu lain yang menunjang dalam perencanaan tersebut.
Selain itu juga ukuran reliabilitas dinilai juga dari sisi
manfaat/fungsi dan efisiensi suatu object (bangunan sipil/gedung). Sedangkan untuk melakukan tindakan responsif dilakukan dengan cara memberikan presentasi tentang segala sesuatu mengenai perencanaan suatu object dengan pihak owner sebagai konsumen. Presentasi ini dilakukan dengan segala kelengkapannya dalam lingkup koridor TOR (Term of Reference) yang sudah dipersiapkan, diantaranya selain gambaran yang bersifat umum seperti penjelasan mengenai masterplan, jadwal pelaksanaan, pemilihan material yang akan 2
dipergunakan juga didukung dengan gambar-gambar tiga dimensi bahkan animasi. Pelaksanaan Pekerjaan suatu proyek fisik umumnya banyak menghadapi kendala di lapangan.hal ini bisa disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak terantisipasi sebelumnya, selama proses perencanaan, seperti: 1. Karena faktor lapangan/site, terutama pada pekerjaan sub struktur, tidak jarang memiliki kekuarangan dalam keakurasiannya. Hal ini diakui oleh tenaga ahli geoteknik PT.Yodyakarya, sehingga untuk lebih akurat dalam merencanakan suatu pekerjaan sub strukture dibutuhkan biaya yang relative lebih (mahal). Sebagai contoh dalam perencanaan Tower 2 Rusunami Kemayoran, terdapat tiga titik pengambilan sample tanah uji, ternyata terjadi deviasi kedalaman pemancangan dari yang direncanakan. a. Pada pengujian 1 (Log Bor DB-01, kedalaman 35m) didapat N-SPT maximum =66 pada kedalaman -20m, dimana n>60 (tanah keras), pemancangan direncanakan pada kedalaman -16m dimana N-SPT =64 >60 b. Pada pengujian 2 (Log Bor DB-02, kedalaman 35m) didapat N-SPT maximum =62 pada kedalaman -20m, dimana n>60 (tanah keras) pemancangan direncanakan pada kedalaman -18m dimana N-SPT =61 >60 c. Pada pengujian 2 (Log Bor DB-03, kedalaman 35m) didapat N-SPT maximum =62 pada kedalaman -20m, dimana n>60 (tanah keras) pemancangan direncanakan pada kedalaman -18m dimana N-SPT =61 >60 Pada pelaksanaan pondasi tiang pancang di lapangan, atas saran dari team geoteknik, maka pemancangan dilaksanakan sampai kedalaman 20m. Pada kenyataannya di lapangan walaupun secara keseluruhan ratarata pemancangan telah mencukupi pada kedalaman -20m, namun masih
3
terdapat deviasi dari rencana kedalaman pemancangan tersebut, sehingga terdapat tiang pancang yang mengalami pemancangan sampai kedalaman -30m dan ada juga yang bahkan hanya -15m tiang pancang sudah dianggap cukup. Selain itu kendala lain yang dihadapi oleh enjiner struktur dalam perencanaan suatu bangunan gedung terkadang terjadi karena bentuk arsitektur bangunan yang diminta keluar dari kaidah umum yang menjadi pegangan structure engineer selama ini, sebagai contoh perencanaan struktur gedung baru DPR RI, yang direncanakan 3 lantai basement dan 27 lantai upper structure, dimana bangunan tersebut memiliki dua tower dan masing-masing tower tersebut dihubungkan dengan bangunan penghubung seperti jembatan pada kedudukan di lantai ke 24 s/d lt.27. Permasalahan terjadi karena selama ini bentuk jembatan seperti demikian hanya dipakai pada ketinggian maksimum 2 atau 3 lantai. Dalam rapat bersama yang diadakan di PT.Yodya Karya, seorang structure engineer mengambil contoh, untuk bangunan 10 lantai saja bisa terjadi selisih jarak karena goyangan atau puntiran mencapai 60cm, bagaimana halnya dengan bangunan gedung 27 lantai ?, sedangkan peraturan mensyaratkan untuk struktur jembatan harus didukung oleh perletakan sendi dan roll. Sehingga kesimpulannya, bangunan akan dibuat rigid atau kaku, namun ternyata persoalan yang lain muncul dalam pembicaraan tersebut, dimensi-dimensi yang terjadi pada bangunan yang dibuat kaku tersebut tidak sesuai dengan yang dikehendaki oleh perancang arsitektur, sehingga perancang struktur dituntut untuk mencari terobosan baru dalam mencari solusi yang sesuai untuk kondisi tersebut.
4
2. Hal berikutnya yang paling memungkinkan terjadinya kendala adalah mis manajemen
dalam
pelaksanaan
perencanaan,
sehingga
bisa
menyebabkan: a. Tidak ada intergrasi antar tenaga ahli, mengakibatkan banyak ditemukan ketidak sesuaian sudut pandang b. Kemungkinan tidak memakai pedoman baku dalam perencanaan (Term of Reference), sehingga banyak hal yang tidak termuat pada gambar kerja maupun RKS c. Target
waktu
perencanaan
menjadi
berlarut-larus,
sehingga
mengganggu penjadwalan secara keseluruhan Kasus ini penulis temukan pada proyek Pembangunan Rumah Sakit Infeksi Universitas Airlangga Surabaya, karena kinerja perencanaan yang kurang baik, sehingga target waktu yang telah disediakan oleh owner pengadaan barang jasa terganggu. Banyak hal yang terkesan dipaksakan hanya untuk memenuhi target anggaran yang sudah terlanjur disiapkan. Hal ini berimbas pada pelaksanaan pelelangan kontraktor, dan juga pekerjaan Management Konstruksi tidak diberi cukup waktu untuk mereview design yang dikerjakan oleh Perencana, sedangkan waktu pelelangan kontraktor harus segera diadakan. Bagi sebagian konsumen, hal ini merupakan suatu penilaian tersendiri yang menggambarkan kegagalan suatu pekerjaan konsultan perencanaan, bisa jadi konsumen mempersepsikan kegagalan ini menjadi persepsi global dengan menjustifikasi kelemahan konsultan perencana. Hal tersebut di atas/ kegagalan suatu proyek perencanaan sangat terkait dengan prosedur perencanaan yang tidak mengikuti prosedur standar/ SOP. Sehingga dalam menyelesaikan permasalahan tersebut dibutuhkan suatu standar operasi yang benar, benar menurut sistem dan juga dibenarkan oleh konsumen/klien. 5
Standar
yang
meningkatkan
bisa kinerja
mengakomodir adalah
ISO
keinginan
Klien
(International
dan
mampu
Organization
for
Standardization), dan ini harus secara reguler disosialisasikan oleh seorang manajer suatu perusahan kepada bawahannya, sehingga diharapkan terjadi kinerja yang membaik dan juga diakui baik oleh Klien.
B. Identifikasi Masalah 1. Sejauh mana konsultan mampu menerapkan pendekatan pengendalian manajemen mutu terpadu dalam menghadapi permasalahan manajemen internal. 2. Sejauh mana optimalisasi kenerja pelaksanaan perencanaan pada proyek proyek yang ditangani perusahaan. 3. Sejauh mana kesesuaian standar mutu (ISO 9100:200) mempengaruhi kinerja proyek . C. Batasan Masalah Dalam menerapkan Pendekatan Pengendalian
Manajemen mutu oleh
perusahaan jasa konsultan perencanaan demi pencapaian sasaran mutu, dihadapkan pada banyak kendala dalam pelaksanaan ISO 9001:2000, baik berupa jenis perencanaan bangunan yang direncanakan,
kendala kondisi alam yang
mungkin terjadi, maupun kemampuan manajerial seorang manajer/ human error. Agar permasalahan tidak meluas, penulis akan membatasi permasalahan terhadap Pendekatan Penerapan Manajemen Mutu Terpadu dalam perencanaan Bangunan Gedung.
6
D. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui
Tingkat
Pemanfaatan
ISO
9001:2000
pada
pekerjaan
perencanaan pembangunan gedung oleh Konsultan Perencana 2. Mengetahui nilai kepastian tentang tingkat pendekatan optimalisasi Kinerja pada pekerjaan perencanaan pembangunan gedung oleh Konsultan Perencana 3. Mengetahui hubungan tingkat Pemanfaatan ISO 9001:2000 dengan nilai kepastian tentang tingkat pendekatan optimalisasi Kinerja pada pekerjaan perencanaan. 4. Mencari
faktor
dominan
penyebab
belum
optimalnya
hasil
kerja
perencanaan 5. Mencari Solusi untuk menghasilkan hasil kerja perencanaan yang optimal.
E. Kegunaan Penelitian Secara teoritis, hasil laporan tugas akhir ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai aplikasi pendekatan manajemen mutu pada perusahaan jasa konsultan perencanaan. Selain mampu memberikan tambahan wawasan bagi mahasiswa/mahasiswi khususnya tentang pengaruh pemakaian ISO terhadap Kinerja suatu objek pekerjaan. Secara praktis, hasil laporan tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan masukan pada PT Yodya Karya (Persero), agar dapat membangun persepsi konsumen dengan cara memperbaiki mutu layanan sehingga dapat memperluas pangsa pasar dan mempertahankan hubungan baik dengan pelanggan
7
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur, ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
1. Fungsi Manajemen Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. (Planning, Organizing, Acttuating/Leading, Controlling). a. Fungsi pertama Perencanaan (Planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan
8
untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi
tujuan
perusahaan.
Perencanaan
merupakan
proses
terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan. b. Fungsi
kedua
adalah
pengorganisasian
atau
organizing.
Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah
manajer
dalam
melakukan
pengawasan
dan
menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus
mengerjakannya,
bagaimana
tugas-tugas
tersebut
dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil. c. Fungsi ke tiga Pengarahan atau directing adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usahausaha organisasi. Jadi actuating artinya adalah menggerakkan orangorang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif.
Dalam
hal
ini
yang
dibutuhkan
adalah
kepemimpinan
(leadership). d. Fungsi ke empat Pengevaluasian / evaluating atau controlling (pengontrolan) adalah proses pengawasan dan pengendalian performa perusahaan untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Seorang manajer dituntut untuk menemukan masalah yang ada dalam operasional perusahaan,
9
kemudian memecahkannya sebelum masalah itu menjadi semakin besar. 2. Tingkatan manajer Semua kegiatan manajemen tidak terlepas dari peran serta personalnya, yang memanaj dan yang dimanaj, dalam arti lain adanya atasan dan bawahan, ada manajer dan ada pula karyawannya. Keberhasilan suatu pekerjaan
manajemen
tidak
terlepas
dari
kinerja
masing
masing
personalnya (karyawan/manajer), baik dari segi skill maupun kedisiplinan.
Pada organisasi berstruktur tradisional, manajer sering dikelompokan menjadi manajer puncak, manajer tingkat menengah, dan manajer lini pertama (biasanya digambarkan dengan bentuk piramida, di mana jumlah karyawan lebih besar di bagian bawah daripada di puncak). Gambar karyawan
Piramida pada
jumlah
organisasi
dengan struktur tradisional, berdasarkan tingkatannya Manejemen lini pertama (first-line management),.dikenal pula dengan istilah manajemen operasional, merupakan manajemen tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-manajerial yang terlibat dalam proses produksi. Mereka sering disebut penyelia (supervisor), manajer shift, manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau bahkan mandor (foreman). Satu tingkat di atasnya adalah middle management atau manajemen tingkat menengah. Manajer menengah mencakup semua manajemen yang berada di antara manajer lini pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang termasuk
10
manajer menengah di antaranya kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi. Di bagian puncak pimpinan organisasi terdapat manajemen puncak yang sering disebut dengan executive officer atau top management. Bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (chief executive officer).
3. Prinsip manajemen Untuk meningkatkan kinerja dalam mencapai tujuan organisasi, Prinsipprinsip dalam manajemen perlu di pertimbangkan sesuai dengan kondisikondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah. Menurut Henry Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari Perancis, prinsipprinsip umum manajemen ini terdiri dari: a. Pembagian kerja (Division of work) b. Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility) c. Disiplin (Discipline) d. Kesatuan perintah (Unity of command) e. Kesatuan pengarahan (Unity of direction) f. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri g. Penggajian pegawai h. Pemusatan (Centralization) i.
Hirarki (tingkatan)
j. Ketertiban (Order) k. Keadilan dan kejujuran l.
Stabilitas kondisi karyawan
m. Prakarsa (Inisiative) n. Semangat kesatuan, semangat korps 11
Seiring perkembangan manajemen dalam usaha peningkatan produktifitas serta peningkatan kualitas barang/jasa pelayanan maka ditemukan suatu konsep manajemen berupa Manajemen Mutu Menyeluruh atau Total Quality Management (TQM). Di masa lampau, literatur manajemen terfokus pada kontrol kelembagaan, termasuk di dalamnya perencanaan, perekrutan staf, pemberian arahan, penugasan, strukturalisasi dan penysunan anggaran. Pada konsep TQM ini membuika jalan pada paradigma berfikir baru yang memberikan penekanan pada kepuasan pelanggan dan pelayanan bermutu. Yang menjadikan stimulan perubahan paradigma baru ini diantaranya makin menajamnya persaingan usaha, ketidak puasan pelanggan terhadap pelayanan dan produk.
4. Manajemen Mutu Setidaknya ada tiga hal yang mendasar yang sangat mempengaruhi tingkat kesuksesan suatu produk atau layanan, yaitu harga, ketersediaan dan mutu/kualitas. Tiga hal
inilah yang selalu dicari oleh konsumen,
barang/pelayanan dengan kualitas yang baik yang selalu tersedia bila diperlukan dan tentunya dengan harga yang terjangkau oleh konsumen itu sendiri. Organisasi perusahaan akan sukses bila bisa mengakomodir apa yang diinginkan oleh konsumen, tiga hal inilah yang seharusnya dimiliki oleh perusahaan. a. Pengertian mutu Terdapat beberapa definisi atau pengertian dari Mutu (Quality) 1) Sesuatu yang yang dapat disempurnakan dan memiliki nilai yang bisa ditawarkan kepada konsumen 2) Kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya.
12
3) Kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi ketersediaan sumber daya, kesiagaan dalam pengiriman, kehandalan dalam penanganan, dan efektivitas biaya 4) “Suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk, pelayanan, orang, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan. (David L.Goetsch dan Stanley David) 5) Keseluruhan
ciri
dan
karakteristik
produk
atau
jasa
yang
kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. (ISO 8402 & SNI 19-8402-1994)
b. Mutu jasa 1) Definisi Mutu jasa Definisi mutu jasa berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan
pelanggan
serta
ketepatan
penyampaiannya
untuk
mengimbangi harapan pelanggan. Menurut Wyckof (dalam Lovelock, 1998), mutu jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapakan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Dengan kata lain dua faktor utama yang mempengaruhi mutu jasa, yaitu expected service dan perceived service (Zetihaml, A. Valarie, A.Pasuraman and Leonard, L.Berry, 1990). Apabila jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan, maka mutu jasa yang dipersepsikan sebagai mutu yang ideal. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka mutu jasa dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik tidaknya mutu jasa tergantung kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten.
13
2) Dimensi mutu jasa Ada lima dimensi mutu jasa yang dikembangkan Parasuraman, dkk (1990: 26) dan dapat digunakan sebagai langkah perencanaan strategis analisis. Dimensi-dimensi tersebut adalah : 1) Tanggible (penampilan elemen fisik) Dimensi ini merupakan aspek perusahaan jasa yang mudah terlihat dan ditemui konsumen, yaitu dalam wujud sarana dan prasarana, alat komunikasi dan tampilan personil. 2) Emphaty (kemudahan akses dan pemahaman akan konsumen) Meliputi
kemudahan
dalam
melakukan
hubungan
dengan
konsumen, komunikasi yang baik, perhatian dan memahami pelanggan. 3) Responsiveness (tanggapan) Adalah kemauan untuk memberikan pelayanan dan membantu konsumen dengan segera. Dalam hal ini yang penting adalah standar-standar yang digunakan harus sesuai dengan permintaan atau harapan, kecepat tanggapan yang diinginkan konsumen serta persepsi konsumen tentang kecepatan bukan didasarakan atas persepsi perusahaan. 4) Reliability (keandalan) Merupakan kemampuan perusahaan menyampaikan jasa yang akurat dan konsisten.
14
5) Assurance (jaminan kepastian) Adalah kompetensi, sopan santun, kredibilitas, dan keamanan yang akan membantu keyakinan konsumen bahwa ia akan mendapatkan jasa yang diharapkan.
c. Model-model Mutu Dari definisi bahwa mutu adalah suatu konsep yang tidak mudah diterapkan, oleh karena itu terdapat beberapa model yang banyak dipakai sebagai methode penerapan system mutu. Terdapat tiga model yang memberikan konstribusi dalam perkembangan filosofi mutu, antara lain: DR. W. Edwards Deming, Philip H.Crosby dan Joseph M.Juran. Masing-masing dari mereka mempunyai pendapat sendiri dalam mengembangkan filososfinya.
1) DR. W. Edwards Deming, terkenal dengan filosofinya Downing’s 14 points, yang berisi: a) Rumuskan dan umumkan kepada semua karyawan maksud dan tujuan organisasi. b) Mempelajari dan melaksanakan filosofi baru baik oleh manajer maupun karyawan c) Memahami tujuan inspeksi, yaitu untuk memperbaiki proses dan mengurangi b iaya d) Mengakhiri praktek bisnis yang menggunakan penghargaan berdasarkan angka atau uang saja e) Memperbaiki secara constant dan kontonu kapanpun system produksi dan pelayanan f) Membudayakan atau melembagakan pendidikan dan pelatihan
15
g) Mengajarkan dan melembagakan kpemimpinan h) Menjauhkan rasa ketakutan, ciptakan kepercayaan, ciptakan iklim yang mendukung inovasi i) Mengoptimalkan tujuan perusahaan, tim atau kelompok j) Menghilangkan
desakan
atau
tekanan-tekanan
yang
menghambat perkembangan karyawan k) Menghilangkan kuota berdasarkan angka-angka, tetapi secara terus menerus melembagakan metode perbaikan. Menghilangkan manajemen berdasarkan sasaran (management by objective), tetapi
mempelajari
kemampuan
proses
dan
bagaimana
memperbaikinya. l) Menghilangkan hambatan yang membuat karyawan tidak merasa bangga akan pekerjaan atau tugasnya m) Mendukung pendidikan dan perbaikan atau peningkatan prestasi setiap orang. n) Melaksanakan tindakan atau kegiatan untuk mencapai semua tujuan atau sasaran
2) Philip
H.
Crosby,
memperkenalkan
tiga
hal
penting
dalam
manajemen mutu, yaitu Sistem pencapaian mutu merupakan pendekatan rasional untuk mencegah cacat dan kesalahan
3) Philip
H.
Crosby,
memperkenalkan
tiga
hal
penting
dalam
manajemen mutu, yaitu Sistem pencapaian mutu merupakan pendekatan rasional untuk mencegah cacat dan kesalahan Standar performasi perusahaan atau organisasi yang mempunyai orientasi mutu adalah tidak ada kesalahan (zero defect) Pengukuran performasi yang digunakan adalah biaya mutu. Dalam kenyataannya, Crosby menekankan biaya mutu seperti biaya pembuangan dan pengerjaan ulang terhadap produk yang cacat, biaya persediaan, biaya inspeksi dan pengujian, dan sebagainya
16
Selain ketiga hal tersebut, Crosby memperkenalkan 14 langkah perbaikan mutu (fourteen-step plan for quality improvement), yaitu: a) Komitmen manajemen b) Tim perbaikan mutu c) Pengukuran mutu d) Biaya evaluasi mutu e) Kesadaran mutu f) Tindakan koreksi g) Dewan yang bersifat sementara atau insidentil untuk program pencegahan cacat (zero defect) h) Pelatihan bagi supervise i) Hari-hari yang bebas cacat (zero defect day) j) Menyusun sasaran dan tujuan k) Kesalahan menyebabkan adanya perubahan l) Pengenalan m) Dewan mutu n) Kerjakan semua itu secara berulang
4) Joseph M.Juran Juran memperkenalkan tiga proses mutu yang meliputi: a) Perencanaan Mutu (quality planning), terdiri dari: i.
Identifikasi pelanggan baik pelanggan internal maupun eksternal
ii.
Menentukan kebutuhan pelanggan
iii.
Mengembangkan karakteristik produk yang merupakan tanggapan terhadap kebutuhan pelanggan
iv.
Menyusun sasaran mutu yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dan pemasok sehingga dapat meminimalkan biaya
v.
Mengembangkan proses yang dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan karakteristik tertentu.
17
b) Pengendalian mutu (quality control) terdiri dari: i.
Memilih subyek atau dasar pengendalian
ii.
Memilih unit-unit pengukuran
iii.
Menyusun pengukuran
iv.
Menyusun standar performasi
v.
Mengukur performasi yang sesungguhnya
vi.
Menginterprestasikan perbedaan antara standar dengan data nyata
vii.
Mengambil tindakan atas perbedaan tersebut.
c) Perbaikan atau peningkatan mutu (quality improvement), terdiri dari: i.Peningkatan kebutuhan untuk mengadakan perbaikan ii.
Mengidentifikasi proyek-proyek perbaikan khusus
iii.
Mengorganisir proyek
iv.
Mengorganisir untuk mendiagnosis penyebab kesalahan
v.
Menemukan penyebab kesalahan
vi.
Mengadakan perbaikan-perbaikan
vii.
Proses yang telah diperbaiki ada dalam kondisi operasional yang efektif
viii.
Menyediakan pengendalian untuk mempertahankan perbaikan atau peningkatan yang telah dicapai
Secara umum dapat dikatakan bahwa mutu suatu produk atau jasa akan dapat diwujudkan apabila orientasi seluruh kegiatan perusahaan atau organisasi tersebut berorientasi pada kepuasan pelanggan (customer satisfaction).
Dimana mutu memiliki dua perspektif, yaitu perspektif
produsen dan perspektif konsumen. Apabila kedua perspektif tersebut disatukan, maka akan dapat tercapai kesesuaian yang dikenal dengan
18
fitness for consumer use (kesesuaian yang dipakai oleh konsumen). Menurut Roberta Russel (1996), digambarkan:
Gambar 2.1. Persfective Mutu
Sistem
manajemen
mutu
akan
memberikan
kemampuan
kepada
perusahaan atau organisasi dalam melakukan kontrol, stabilitas, dan kapabilitas
sehingga
diharapkan
perusahaan
lebih
terbantu
dalam
mencapai, mempertahankan dan meningkatkan mutu produk atau layanan
19
yang disediakan secara ekonomis. Dengan sistem manajemen mutu ini perusahaan dapat bertindak lebih baik dibanding sebelum sistem manajemen mutu diterapkan. Konsumen dalam membeli suatu produk atau layanan, akan lebih memilih barang yang memiliki jaminan baik dari bahan baku, juga dari proses pengerjaannya, sehingga konsumen tidak dikecewakan dengan adanya kualitas yang buruk, tidak layak pakai atau tidak cocok dengan peralatan yang konsumen pakai sebelumya. Jaminan ini hanya bisa diberikan oleh perusahaan yang telah memiliki sertifikasi suatu standar sistem mutu. d. Aplikasi pemanfaatan standar mutu dalam Tuntutan Konsumen (Pasar) Global Terdapat
banyak
perusahaan
ataupun
institusi
yang
membina
kerjasama dengan perusahaan atau intitusi negara lain, dengan dasar (landasan kebijakan) kesepakatan internasional, seperti GATT (The General
Agreement
on
Tariffs
and
Trade),
WTO(World
Trade
Organization), AFTA(ASEAN Free Trade Area), dll. Ini menunjukkan, bahwa ada kerjasama antar negara dalam usaha perdagangan/jasa, sehingga agar organisasi perusahaan mampu berkiprah di ranah international, sertifikasi adalah sesuatu yang mutlak harus ada bagi perusahaan yang memiliki orientasi lebih jauh.
Dari tuntutan pasar tersebut, perusahaan bisa memanfaatkan standar industri
internasional,
misalnya
memproduksi
suatu
produk
menggunakan standar produk, seperti JIS (Japan Industrial Standards), CE Mark – Uni Eropa, CE (Sertifikat CE menandai bahwa suatu produk telah memenuhi konsumen Uni Eropa keselamatan, kesehatan atau persyaratan lingkungan).
Standarisasi
Internasional
yang
lain,
dan
banyak
dipakai
oleh
perusahaan adalah memanfaatkan manajemen Standar Sistem Mutu 20
Internasional/ ISO (International Organization for Standardization), seperti SML ISO14001 (Sistem Manajemen Lingkungan), SMM ISO 9001:2000 (sistem manajemen kualitas atau mutu (Quality Management System, QMS)
ISO adalah suatu badan yang mengatur sertifikasi atau mengesahkan suatu standar. ISO merupakan singkatan dari International Organization for Standardization. ISO dibuat karena keinginan perusahaan dari berbagai macam bidang usaha untuk memuaskan pelanggannya, yaitu dengan cara meningkatkan kualitas kerja dan pelayanan sesuai dengan standar yang ditetapkan ISO 9001 merupakan standar internasional di bidang sistem manajemen kualitas. Suatu lembaga/organisasi yang telah mendapatkan akreditasi (pengakuan dari pihak lain yang independen) ISO tersebut, dapat dikatakan
telah
memenuhi
persyaratan
internasional
dalam
hal
manajemen penjaminan mutu produk/jasa yang dihasilkannya. ISO 9001:2000 adalah suatu standar international untuk manajemen
kualitas.
ISO
9001:2000
menetapkan
sistem
persyaratan-
persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen kualitas, yang bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi akan memberikan produk (barang dan/atau jasa) yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Persyaratan-persyaratan yang ditetapkan ini dapat merupakan kebutuhan spesifik dari pelanggan, di mana organisasi yang di kontrak itu bertanggung jawab untuk menjamin kualitas dari produk-produk tertentu atau merupakan kebutuhan dari pasar tertentu, sebagaimana ditentukan oleh organisasi.
21
Keunggulan Komparatif
Keunggulan Kompetitif
Diskriminatif
Non-Diskriminatif
STANDARISASI
Hak & Kedaulatan Nasional
Hak & Kedaulatan Internasional
Gambar 2.2. Hal yang diharapkan dari sebuah standarisasi
Globalisasi (persaingan global) menuntut banyak perbaikan, jaminan kualitas
layanan,
kemampuan
pengelolaan,
agar
menimbulkan
kepercayaan publik terhadap produk (barang dan jasa) serta komitmen yang
ditawarkan.
Untuk
memperoleh
kepercayaan
publik
tersebut
diperlukan ”strategi mutu”. Untuk mampu bersaing secara global, Perusahaan konsultan Perencanaan PT.Yodya Karya yang menjadi objek penelitian juga mengikuti manajemen standar sistem mutu, dimana PT. Yodya Karya (Persero) merupakan perusahaan yang sudah memiliki sertifikiasi standar ISO 9001:2000, hal ini sesuai dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Sertifikasi TUV NORD Indonesia, dimana PT.TUV NORD ini adalah member dari TUV NORD CERT Langemarckstrasse 20 D-45141 Essen dan KAN (Komite Akreditasi Nasional) : 5. POLA KERJA TERPADU Hal lain yang menjadi perhatian dalam penulisan ini adalah perangkat dalam penganalisaan data, yaitu sistem Pola Kerja Terpadu.
22
Pola Kerja Terpadu adalah suatu alat kerja berupa perencanaan operasional untuk mewujudkan sasaran yang telah ditetapkan secara bersama antara stakeholders (pihak-pihak yang berkaitan).
1. Manajemen sebagai proses manusiawi, bahwa manejemen pada hakekatnya adalah proses sosial yang dinamis mengenai kemampuan, pengetahuan serta keterampilan untuk memperoleh hasil secara efektif, bersama-sama dengan orang lain. Proses manusiawi berisi kegiatan yang menyangkut empat aspek yang ada dalam diri seseorang sebagai berikut:
23
a. Perilaku kepemimpinan b. Perilaku individu dalam kelompok c. Perilaku komunikasi d. Perilaku pengambilan keputusan.
2. Manajemen sebagai proses analitika Disamping proses manusiawi masih diperlukan juga adanya proses analitika yang menggunakan logika, karena bagaimanapun juga proses analitika merupakan alat untuk menentukan keberhasilan suatu proses manajemen. Proses analitika terdiri atas empat tahap sebagai berikut: a. Menentukan Masalah b. Mencari Alternatif Pemecahan c. Memilih dan Menguji Alternatif d. Mencoba Penyelesaian.
Menurut Pola Kerja Terpadu, agar setiap usaha mencapai efisiensi dan efektifitas, perlu dipastikan dahulu sasarannya sebelum usaha atau kegiatan dilakukan. Adapun sasarannya dipilih diantara berbagai alternatif atas dasar pertimbangan yang terlihat dari kondisi, situasi, dan sumber-sumber yang tersedia. Ada dua cara yang dapat digunakan untuk memilih sasaran: 1. Teknik analisis terhadap tugas pokok dan fungsi organisasi. Yaitu analisis tugas dimulai dari uraian tugas yang tersedia pada setiap unit kerja. Memilih sasaran melalui uraian tugas bertitik tolak dari Visi, Misi dan Tugas Pokok dan Fungsi dari unit organisasi. Analisis hasil pelaksanaan tugas dan peningkatan tugas. Misal dalam keadaan normal perpanjangan STNK di SAMSAT selesai dalam 5 jam, namun dalam peningkatnnya dapat diselesaikan dalam 4,5 jam.
24
2. Teknik analisis situasi. Teknik analisis situasi ini menggunakan analisis pohon, terdiri atas; pohon masalah, pohon sasaran dan pohon alternatif. Peningkatan kemampuan perseorangan atau organisasi mencakup: a. Identifikasi terhadap kemampuan yang dimiliki oleh seorang individu atau unit kerja. b. Merencanakan peningkatan kemampuan atau menambah kemampuan baru bagi individu atau unit kerja organisasi agar produktivitasnya meningkat. c. Menentukan besarnya kenaikan yang diinginkan secara realistis yang dapat dicapai dalam satuan waktu tertentu.
Pohon Analisis Merupakan suatu langkah pemecahan masalah dengan mencari
sebab
dari
suatu
akibat.
Memilih
sasaran
dengan
menggunakan Analisis Sebab dilakukan melalui tiga langkah, yaitu dengan cara menyusun; pohon masalah, pohon sasaran, dan pohon alternatif.
Adapun tahapan-tahapan dari proses Analisis Sebab adalah: Mengidentifikasikan dan menganalisis masalah dan kebutuhankebutuhan (gunakan pohon masalah). Menentukan memecahkan
sasaran-sasaran
yang
masalah-masalah
atau
harus
diwujudkan
memenuhi
untuk
kebutuhan-
kebutuhan yang telah diidentifikasikan (gunakan pohon sasaran) Mengembangkan alternatif pemecahan atau alternatif rencana tindakan untuk mewujudkan sasaran tersebut. (gunakan pohon alternatif)
a. Pohon Masalah ( Pernyataan Negatif) Pohon masalah adalah suatu teknik untuk mengidentifikasikan semua masalah dalam suatu situasi tertentu dan memperagakan informasi ini
25
sebagai rangkaian hubungan sebab akibat. Pohon masalah dimulai dengan masalah utama. Sebagai hasil analisis situasi di unit kerja, dianalisis penyebab masalah tersebut dalam forum curah pendapat. Mulailah dengan rumusan pernyataan masalah yang dihadapi unit kerja, pikirkan apa akibat yang mungkin timbul dari masalah tersebut, diskusikan dan tuliskan berbagai alternatif penyebab masalah tersebut secara bertahap, lukiskan dalam sebuah bagan pohon. Contoh:
b. Pohon Sasaran (Pernyataan Positif) Pohon sasaran adalah teknik untuk mengidentifikasi sasaran yang ingin diwujudkan. Pohon sasaran merupakan rangkaian sebab akibat yang pernyataannya merupakan kebalikan dari pernyataan pada pohon masalah
Semua
pernyataan
dari
pohon
masalah
mengandung
pengertian negatif, sedangkan semua pernyataan dalam pohon sasaran mengandung
pengertian
positif.
Beberapa
sasaran
itu
dengan
menggunakan pola pikir “Jika-maka” susunlah sasaran dalam bentuk
26
pohon seperti pohon masalah. Mengingat terbatasnya sumber, maka tidak dapat disusun sebuah program untuk mewujudkan semua sasaran yang diidentifikasi secara lengkap. Oleh karena itu dalam menyusun pohon sasaran perlu dianalisis untuk mengidentifikasi dan memilih cabang yang mana yang sekiranya mempunyai dampak yang paling besar terhadap sasaran utama dan paling relevan bagi unit kerja yang bersangkutan. Pohon sasaran utama dan paling relevan bagi unit kerja yang bersangkutan. Pohon sasaran ini sebenarnya didapat dengan mengubah pernyataan negatif pada pohon masalah menjadi pernyataan yang mengandung arti positif. Contoh
c. Pohon Alternatif Pohon alternatif adalah suatu teknik untuk mengidentifikasikan alternatifalternatif
pemecahan
atau
tindakan
yang
dapat
diambil
untuk
27
mewujudkan sasaran tertentu dan memperagakan informasi ini kedalam format yang sederhana. Prosesnya sebagai berikut:
1) Periksalah pohon sasaran untuk menentukan sasaran-sasaran yang mungkin tidak realistis berhubung terbatasnya sumber-sumber. 2) Periksalah setiap cabang pohon sasaran untuk menentukan apakah mungkin ada alternatif-alternatif yang dapat menjamin dengan lebih baik terwujudnya sasaran yang setingkat lebih tinggi.
Pohon alternatif merupakan serangkaian pernyataan hasil pemilihan dari cabang yang ada pada pohon sasaran setelah cabang tersebut dikaji berdasarkan keterbatasan sumber. Cabang yang dipilih dianggap sebagai cara yang paling efektif untuk memecahkan masalah yang dihadapi unit kerja. Contoh :
28
B.
Hipotesis
1. Belum
optimalnya
pemakaian
ISO
9001:2000
menyebabkan
belum
optimalnya hasil kerja perencanaan
29
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.
BAB III
METHODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian merupakan cakupan penelitian meliputi penerapan sistem
manajemen
terpadu
pada
proyek-proyek
di
bawah
penanganan
perencanaan PT.Yodya karya Persero. Diantara pekerjaan yang penulis amati adalah pekerjaan pada proyek proyek antara lain: Perencanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung BPSP Jakarta Perencanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung Kembar Pajak (Ged.A) Jakarta Selatan Perencanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung Kantor Bupati Nunukan, Kalimantan Timur Perencanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung Kantor PT.Cipta Nursaphala Persada (CMNP) Tbk. Jakarta Perencanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung Dana Pensiun Mandiri Satu, Medan Sumatera Utara Perencanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung Kantor DPRD Nunukan, Kalimantan Timur Perencanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung Pajak Kramat Jati, jakarta Timur Perencanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung Gedung GOR Tennis Indoor, Pinrang Sulawesi Selatan Perencanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung Indosat, Jawa Tengah Perencanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung Keuangan Negara, Banda Aceh
30
Perencanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung BNI 46 Cabang Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat Perencanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung Perpustakaan, Pakanbaru Riau Perencanaan
Pekerjaan
Pembangunan
Perumahan
Komisi
Pemilihan Umum, Pejaten Jakarta Selatan Perencanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung Kantor Kas Bank Tabungan Negara (BTN) Persero, Ranca Ekek Bandung Jawa Barat Perencanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung Kantor Bupati Musi Rawas, Sumatera Selatan Perencanaan
Pekerjaan
Pembangunan
Gedung
Rusunami,
Kemayoran Jakarta Perencanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung (Redevelopment) Kampus Perguruan Ilmu Kepolisian, Jakarta Perencanaan Pekerjaan Pembangunan Masjid Raya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Perencanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung Kantor Dinas Kimpraswil Prov.Kep.Bangka Belitung Perencanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung Pengadilan Agama Provinsi Kep. Bangka Belitung Perencanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung Bank Negara Indonesia (BNI’46) Cabang Subang, Jawa Barat Perencanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung Kampus Pusdiklat BMKG tahap 1 dan 2, Citeko Bogor Perencanaan
Pekerjaan
Review
Design
dan
Perluasan
Pembangunan Gedung PT.Brantas Abipraya (Persero), Jakarta Perencanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung Baru dan Penataan Ulang Kawasan Komplek MPR/DPR/DPD Republik Indonesia, Jakarta Perencanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung Kampus BMKG tahap 3, Citeko Bogor 31
Perencanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung Bank Negara Indonesia (BNI’46) Cabang Bima, Nusa Tenggara Barat Perencanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung Pabrik Uang Kertas PERURI, Karawang-Jawa Barat Perencanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung Ditjen Sumber Daya Alam Dept.Pekerjaan Umum, Jakarta Perencanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai type A2, Bogor-Jawa barat Perencanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung Kantor Cabang Pembantu PT.Bank Tabungan Negara (Persero), Daan Mogot Jakarta. Perencanaan
Pekerjaan
Renovasi
dan
Pengembangan
Pembangunan Gedung Kantor DPRD Siak Riau Perencanaan Pekerjaan Pembangunan Rumah Sakit Khusus Cidera Olah Raga, Cibubur Jakarta Timur.
B. Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian diadakan di kantor pusat PT.Yodya Karya (Persero), di mana kegiatan perencanaan dipusatkan di kantor ini, dan sebagian meupakan laporan peninjauan lapangan.
C. Populasi Sampel Populasi sampel yang penulis ambil adalah proyek proyek tersebut di atas, dimana terdapat kendala
dalam penerapan ISO pada proses perencanaan
tersebut, sehingga sangat menarik bagi penulis untuk meneliti apa yang menjadi kendala tersebut. Adapun pengguna jasa dari proyek-proyek tersebut adalah pemerintah, sehingga penulis hanya memfokuskan penilaian pada tercapai atau tidaknya target pelaksanaan pekerjaan Terdapat beberapa hal di mana lembaran form isian sebagai acuan penerapan ISO 9001:2000, yang merupakan alat ukur dalam
pengendalian manajemen
32
pekerjaan perencanaan tidak dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan perencanaan, seakan terdapat kendala dalam penerapannya. Di sini penulis melampirkan form-form isian standar baku yang dipakai oleh PT. Yodya karya sebagai pemegang sertifikat ISO 9001 : 2000, dalam hal ini penulis menitik beratkan pada pekerjaan-pekerjaan perencanaan yang dikelola oleh Divisi Studi dan Perencanaan (SPB). Lampiran ini penulis tayangkan, sehubungan dengan tidak sepenuhnya formform ini dipakai oleh pelaku perencanaan dalam proses pekerjaan perencanaan, sehingga bisa penulis evaluasi sejauh mana form ini dimanfaatkan oleh pelaku perencanaan dalam rangka pendekatan pengendalian manajemen mutu terpadu dalam penanganan pelaksanaan pekerjaan perencanaan.
D. Jenis Data Untuk mendukung pernyataan dan pembahasan masalah, maka diperlukan dua jenis data antara lain adalah data primer dan data sekunder. Data primer penulis peroleh dari hasil penelitian langsung di lapangan, dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder penulis peroleh dari referensi-referensi yang ada baik dari bukubuku yang berhubungan dengan penelitian tersebut, juga dari media informasi lainnya termasuk refferensi yang penulis ambil dari media virtual/ internet. 1. Jenis Data Primer Data primer yang dimaksud adalah data pelaksanaan perencanaan, diantaran penulis peroleh dari hasil pengumpulan angket/kuesioner yang telah penulis sebar kepada para Ketua Regu Pelaksana Tugas (KRPT) pada tiap-tiap proyek yang penulis teliti
33
2. Jenis Data Sekunder Data
sekunder
ini
penulis
peroleh
dari
perusahaan
PT.YODYA
KARYA(Persero), yang terdiri dari formulir isian ISO yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut sebagai acuan kegiatan perencaan. Divisi Bangunan dan Perencanaan PT.YODYA KARYA(Persero) menerbitkan buku dengan tema MANUAL MUTU (QUALITY MANUAL) ISO 9001:2000 DIVISI BANG & ARS. Buku ini merupakan dokumen level I (satu) PT.YODYA KARYA mencakup kebijakan dan komitmen perusahaan terhadap penerapan persyaratan-persyaratan yang ditetapkan dalam Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000, termasuk persyaratan-persyaratan lain yang ditetapkan oleh Manajemen dalam rangka mencapai target perusahaan secara efektif dan efisien. (lembar ISO sesuai lampiran)
E. Teknik Pengumpulan Data Mengingat evaluasi, keyakinan, dan kepuasan merupakan data primer, maka untuk
memperolehnya
digunakan
teknik
komunikasi,
dan
sebagai
perimbangannya, penulis membandingkan dengan formulir-formulir isian baku yang diterbitkan oleh PT.Yodya Karya (Persero) seperti halnya form isian standar sesuai SNI atau ISO 9001 : 2000
34
F. Teknik Analisa Data
Gambar 3.3. Struktur Hubungan Variable
35
Dari diagram tersebut, penulis akan mengolah data yang dititik beratkan pada permasalahan ketepatan waktu, efisiensi yang berujung kepada kepuasan pelanggan. Sebelumnya penulis sedikit memaparkan definisi dari istilah terkait.
1. Kinerja (Performance) Istilah ini merujuk pada hasil keluaran dan hasil yang diperoleh dari proses, produk dan layanan yang memungkinkan evaluasi dan perbandingan relatif terhadap goal, struktur, hasil masa lalu dan organisasi lain. Pada Kriteria Baldrige dikenal empat tipe kinerja: (1) fokus pada pelanggan (2) barang dan jasa (3) keuangan dan pasar, dan (4) operasional. ‘Kinerja berfokus pada pelanggan’ adalah kinerja relatif ukuran dan indicator persepsi, reaksi dan perilaku pelanggan. Contoh termasuk retensi, keluhan dan hasil survey pelanggan. ‘Kinerja barang dan jasa’ menyatakan kinerja relatif ukuran dan indicator karakteristik barang dan jasa yang penting bagi pelanggan. Contoh termasuk reliabilitas produk, penyampaian tepat waktu, level cacat yang dialami pelanggan pada waktu pelayanan. ‘Kinerja keuangan dan Pasar’ adalah kinerja relatif ukuran biaya, penerimaan dan posisi pasar termasuk utilisasi asset, pertumbuhan asset dan pangsa pasar. Contoh termasuk pengembalian investasi, nilai tambah per karyawan, ratio debt to equity, pengembalian asset, marjin operasi, waktu siklus tunai ke tunai, ukuran keuntungan dan likuiditas dan perolehan pasar. ‘Kinerja operasional’ merujuk pada kinerja sumber daya manusia, organisasi dan etika relatif pada ukuran dan indicator
efektivitas, efisiensi dan
akuntabilitas. Kinerja operasioanl dapat diukur pada level unit kerja, proses utama dan level organisasi.
36
2. Pelanggan (Customer) Istilah pelanggan menunjukkan pengguna potensi dan actual barang atau jasa organisasi. Pelanggan termasuk pengguna akhir barang atau jasa, juga distributor, agen, atau perusahaan yang memproses lebih lanjut barang sebagai komponen barang mereka. Kriteria Malcolm Baldrige mendefinisikan pelanggan secara luar sebagai pelanggan kini, pelanggan masa depan dan pelanggan pesaing. Pelanggan pemacu kinerja luar biasa adalah nilai inti Baldrige diyakini merupakan perilaku organisasi berkinerja tinggi. Fokus pada pelanggan memberi dampak dan mengintegrasikan arah stratejik organisasi, proses penciptaan nilai dan hasil-hasil bisnis.
Kepuasan Pelanggan Kotler menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang ia rasakan dibandingkan
dengan
harapannya,
sedangkan
Wilkie
mendefinisikan
kepuasan pelanggan sebagai suatu tanggapan emosial pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa. (Tjiptono,1997). Kepuasan merupakan tingkat perasaan konsumen yang diperoleh setelah konsumen melakukan/ menikmati sesuatu. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kepuasan konsumen merupakan perbedaan antara yang diharapkan konsumen (nilai harapan) dengan situasi yang diberikan perusahaan di dalam usaha memenuhi harapan konsumen.
Soelasih (2004; h 86) mengemukakan bahwa : a. nilai harapan = nilai persepsi konsumen puas b. nilai harapan < nilai persepsi maka konsumen sangat puas c. nilai harapan > nilai persepsi maka konsumen tidak puas
37
Nilai harapan dibentuk melalui pengalaman masa lalu, komentar atau saran dari pengguna dan informasi dari pesaing. Adapun nilai persepsi adalah kemampuan perusahaan di dalam melayani memuaskan konsumen. Ada tiga harapan mengenai suatu produk atau jasa yang bisa diidentifikasi yaitu : a. Kinerja yang wajar b. Kinerja yang ideal c. Kinerja yang diharapkan Kinerja yang diharapkan adalah yang paling sering digunakan dalam penelitian karena logis dalam proses evaluasi alternatif yang dibahas. Ketidakpuasan konsumen terhadap suatu jasa pelayanan karena tidak sesuai dengan yang diharapkan dapat berdampak negatif terhadap keberhasilan jasa pelayanan tersebut. Perusahaan banyak menggunakan berbagai cara untuk mempertahankan, salah satunya adalah memastikan kualitas produk dan jasa memenuhi harapan konsumen. Pemenuhan harapan akan menciptakan kepuasan bagi konsumen. a. Konsumen yang terpuaskan akan menjadi pelanggan, mereka akan melakukan pembelian ulang b. mengatakan hal-hal yang baik tentang perusahaan kepada orang lain. c. kurang memperhatikan merek ataupun iklan produk pesaing d. membeli produk yang lain dari perusahaan yang sama
Setiap perusahaan atau organisasi yang menggunakan strategi kepuasan konsumen akan menyebabkan para pesaingnya berusaha keras merebut atau mempertahankan konsumen suatu perusahaan. Kepuasan konsumen akan menyebabkan para pesaingnya berusaha keras merebut atau mempertahankan konsumen suatu perusahaan. Kepuasan konsumen merupakan strategi jangka panjang yang membutuhkan konsumen baik dari segi dana maupun sumber daya manusia (Schnaars,1991).
Berry, Zeithaml dan Parasuraman mengidentifikasi 10 faktor dominan atau penentu mutu pelayanan jasa, yang pada akhirnya menjadi penentu tingkat
38
kepuasan. Yang menjadi lima dimensi pokok faktor itu bila diterapkan adalah sebagai berikut: a. Reliability Kemampuan karyawan untuk memberikan jasa sesuai dengan yang dijanjikan, terpercaya, akurat, dan konsisten. b. Responsiveness Kemauan dari karyawan dan pengusaha untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat dan bermakna serta kesediaan mendengar dan mengatasi keluhan yang diajukan konsumen, misalnya penyediaan sarana yang sesuai untuk menjamin terjadinya proses yang tepat. c. Assurance Berupa kemampuan karyawan untuk menimbulkan keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah dikemukakan kepada konsumen, misalnya janji dalam promosi.
Hal ini mencakup : 1) Competence mengukur tingkat kepuasan konsumen atas ketrampilan dan keahlian yang dimiliki penyedia jasa 2) Courtesy mengukur kepuasan konsumen terhadap sikap sopan santun dan keramahan penyedia jasa.
3) Credibility mengukur kepuasan konsumen terhadap kejujuran perusahaan, apakah perusahaan dapat dipercaya atau tidak.
39
4) Security mengukur kepuasan konsumen terhadap rasa aman yang meliputi secara fisik, secara finansial, dan rahasia yang dapat dijamin perusahaan. 5) Emphaty Kesediaan memberikan
karyawan perhatian
dan
pengelola
secara
pribadi
untuk kepada
lebih
peduli
langganan,
misalnya karyawan atau pengelola harus mencoba menempatkan diri sebagai pelanggan. Jika pelanggan mengeluh maka harus dicari solusi untuk mencapai persetujuan yang harmonis dengan menunjukkan rasa peduli yang tulus. 6) Tangible Berupa penampilan fasilitas fisik, peralatan, dan berbagai materi komunikasi (Alma, 1992: p. 231), misalnya gedung dan kebersihan yang baik serta penataan ruangan yang rapi.
Kepuasan pelanggan menurut Rangkuti (2004) adalah mengukur sejauh mana harapan pelanggan terhadap produk atau jasa yang diberikan dan telah sesuai dengan aktual produk atau jasa yang ia rasakan. Kotler (2002) secara umum ia menyatakan bahwa “Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-harapannya”.Menurut Eangel (1990), kepuasan pelanggan merupakan : “Evaluasi purna beli di mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan pelanggan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan.”
40
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.
BAB IV
DATA DAN ANALISIS
A. Gambaran Umum Tentang Perusahaan PT.YODYA KARYA (Persero) PT Yodya Karya(Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang bergerak di bidang konsultasi teknik konstruksi. Perusahaan ini merupakan hasil nasionalisasi dari perusahaan N.V. Job & Sprey, beralamat di Jalan Cikini Raya No. 1, Jakarta Pusat. Kegiatan utama pada waktu itu bergerak pada bidang jasa konsultansi untuk pekerjaan perencanaan dan pengawasan bangunan gedung. Pada tahun 1958, N.V. Job & Sprey dinasionalisasikan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai suatu Perusahaan Negara (PN) dengan nama resmi P.N. Yodya Karya. Sejak saat itu P.N. Yodya Karya sebagai perusahaan bergerak bekerja dengan beberapa tenaga ahli arsitektur dan sarjana teknik lainnya, yang merupakan cikal-bakal dari struktur organisasi perusahaan selanjutnya, kegiatan utama masih tetap pada bidang jasa konsultansi untuk pekerjaan perencanaan dan pengawasan bangunan gedung. Pada tahun 1972, ketika pemerintah memperkenalkan tiga bentuk organisasi perusahaan negara, P.N. Yodya Karya perusahaan pertama yang memutuskan untuk memilih bentuk Perusahaan Perseroan (Persero), karena menilai wadah tersebut sangat tepat serta bermanfaat untuk mengembangkan diri dan berkreasi. Dengan nama resmi PT. Yodya Karya (Persero), perusahaan mulai bekerja dengan modal kerja yang relatif kecil yaitu Rp. 12.000.000,- sebagai pemegang saham tunggal dan sebagai wakil dari Pemerintah adalah Departemen Keuangan, sedangkan Departemen Pekerjaan Umum berfungsi sebagai Penasehat Teknis. Bertepatan dengan itu diangkat Ir. Machmud Ali sebagai Direktur Utama menggantikan Prof. Dr. Ir. R. Roosseno.
41
Selama dibawah pimpinan Ir. Machmud Ali, perusahaan berhasil membina dan meningkatkan hubungan kerja yang baik dengan sejumlah instansi pemerintah maupun instansi swasta, dengan pelayanan serta penampilan teknis yang professional dan prima, sehingga bisa berkembang dan diakui menjadi salah satu perusahaan Architects & Consulting Engineers yang disegani di Indonesia. Dari hasil usaha yang didapat dan dikumpulkan PT. Yodya Karya berhasil membeli sebidang tanah dan mendirikan bangunan kantor yang hingga saat ini digunakan sebagai Kantor Pusat, yaitu di Jalan D.I. Panjaitan Kav. 8 Cawang Jakarta Timur. Kondisi hubungan kerja yang baik dengan sejumlah Pemberi Tugas, yang disertai pelayanan teknis dan administratif yang profesional ini, dilanjutkan oleh Ir. Wonargo Martowirono sebagai Direktur Utama yang menggantikan Ir. Machmud Ali pada tahun 1991. Hal ini ditunjukan dengan semakin dipercayanya PT. Yodya Karya (Persero) menangani proyek-proyek besar baik oleh Pemerintah, pihak Swasta Nasional, maupun pihak Luar Negeri. Pada Bulan September 1996 PT. Yodya Karya (Persero) dipimpin oleh Ir. Soebianto Imam Rahayu sebagai Direktur Utama. PT. Yodya Karya (Persero). Kemudian pada Februari 2002 Direktur Utama PT. Yodya Karya (Persero) didimpin oleh Aries Sirait SE. MBA. sebagai Direktur Utama. Ia tetap mengembangkan bidang usaha Jasa Konsultansi untuk pekerjaan mulai Survei, Perancangan dan Perencanaan, Manajemen Proyek, Manajemen Konstruksi, Pengawasan pada Bidang Engineering maupun Bidang Non Engineering yang selama ini sudah ditangani. Dengan didukung oleh Tenaga Ahli Profesional dan Peralatan yang mengikuti perkembangan Teknologi PT. Yodya Karya (Persero) tetap akan memberikan pelayanan terbaik.
42
Dan pada Juni 2008 PT. Yodya Karya (Persero) didimpin oleh Ir. M. Basir, MM. sebagai Direktur Utama. Ia tetap mengembangkan bidang usaha Jasa Konsultansi untuk pekerjaan mulai Survei, Perancangan dan Perencanaan, Manajemen Proyek,
Manajemen
Konstruksi,
Pengawasan/Perencanaan
pada
Bidang
Engineering maupun Bidang Jasa Non Konstruksi. Dalam penelitian ini, penulis mengkhususkan pada Divisi Bangunan dan Perencanaan PT.YODYA KARYA (Persero), Divisi ini menerbitkan buku dengan tema MANUAL MUTU (QUALITY MANUAL) ISO 9001:2000 DIVISI BANG & ARS. Buku ini merupakan dokumen level I (satu) PT.YODYA KARYA mencakup kebijakan
dan
komitmen
perusahaan
terhadap
penerapan
persyaratan-
persyaratan yang ditetapkan dalam Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000, termasuk persyaratan-persyaratan lain yang ditetapkan oleh Manajemen dalam rangka mencapai target perusahaan secara efektif dan efisien.
(lembar ISO
sesuai lampiran) Terdapat beberapa point yang penulis ambil dari isi
buku manual, dan
merupakan acuan mendasar dari penerapan system manajemen mutu yang diterapkan di lingkungan perusahaan PT.Yodya Karya (Persero) sebagai penyedia jasa konsultan perencanaan, antara lain: 1. Lingkup dan Tujuan Ruang lingkup Lingkup Manajemen Mutu untuk Divisi Bangunan & Arsitektur PT.YODYA KARYA meliputi: a. Manajemen Mutu Pelayanan Jasa Utama yang berorientasi kepada kepuasan pelanggan b. Manajemen Mutu Proses Produk Jasa Konsultasi c. Manajemen Mutu Pelaksanaan Kerja
43
Dengan mengacu pada persyaratan ISO 9001:2000 kecuali pasal 7.5.1 (Prosedur Pasokan Pelanggan) dan pasal 7.5.2 (Validasi Proses) Tujuan Meningkatkan Kepuasan pelanggan melalui aplikasi system secara efektif termasuk proses perbaikan berkesinambungan dari system dan kepastian kesesuaiannya dengan persyaratan pelanggan serta peraturan yang berlaku. 2. Tinjauan Organisasi Divisi Bangunan dan Arsitektur PT.YODYA KARYA Divisi Bangunan dan Arsitektur merupakan salah satu Divisi di PT.Yodya Karya yang menangani layanan jasa konsultasi yang menyangkut bidang bangunan dan arsitektur
a. Lingkup Layanan: 1) Perencanaan dan Perancangan 2) Pengawasan Pelaksanaan Konstruksi 3) Manajemen Konstruksi
b. Bidang Usaha Memberikan pelayanan jasa konsultasi dalam arti kata yang seluasluasnya dalam bidang bangunan dan arsitektur, meliputi: 1)
Gedung kantor, pabrik, hotel, fasilitas olah raga, rekreasi, pariwisata, pendidikan, utilitas dan perumahan.
2)
Penataan dan pengembangan lingkungan, anatara lain prasarana wilayah,
desa,
perkotan,
kawasan,
pemukiman
kembali
(resettlement) dan transmigrasi. 44
c. Sumber Daya Manusia 1)
SDM yang bekerja di bawah Divisi Bangunan dan Arsitektur, terdiri atas: a) Tenaga Tetap dengan jumlah total 61 orang b) Tenaga tidak tetap dengan jumlah 62 orang
2)
Jenjang Pendidikan a) Sarjana Strata 2 (S2) : 7 orang b) Sarjana Strata 1 (S1) : 59 orang c) Sarjana Muda (D3) : 11 Orang d) STM : 26 orang e) SLA : 18 orang f) SMP/SD : 2 orang
3)
Jenis Keahlian a) Arsitektur/Interior/Landscape b) Teknik Sipil c) Teknik Elektro d) Teknik Mesin e) Ekonomi f) Komputer/Informatika g) Administrasi/Manajemen h) Sosial Politik i) Hukum.
45
3. Kebijakan Mutu, Struktur Organisasi dan Tanggung Jawab a. Kebijakan Mutu. Kebijakan Mutu Divisi Bangunan dan Arsitektur adalah menjamin kepuasan pelanggan dengan menghasilkan layanan jasa: 1) Perencanaan Bangunan dan Arsitektur yang tepat guna 2) Pengawasan
pelaksanaan
pembangunan
yang
menjamin
penyelesain tepat waktu, tepat biaya dan tepat mutu. 3) Jasa manajemen konstruksi yang menjamin penyelesaian pekerjaan tepat guna, tepat waktu dan tepat mutu.
b.
Sasaran Mutu 1) Sasaran
untuk
jasa
perencanaan:
Hasil
rancangan
tidak
menyimpang dari maksud dan tujuan yang diuraikan dalam TOR 2) Sasaran untuk jasa pengawasan: a) Waktu penyelesaian pelaksanaan pembangunan sesuai skedul b) Biaya pelaksanaan sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya Proyek c) Mutu pekerjaan sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan
3) Sasaran untuk jasa Manajemen Konstruksi a) Perencanaan ayng sesuai dengan TOR
46
b) Pelaksanaan yang dapat diselesaikan sesuai jadwal, biaya pembangunan yang sesuai dengan RAB dan mutu yang sesuai spesifikasi yang disyaratkan Untuk mencapai hal tersebut, Divisi Bangunan dan Arsitektur senantiasa berusaha mengantisipasi kebutuhan masa depan dengan bertumpu pada perbaikan berkelanjutan, penguasaan teknologi melalui pengembangan sumber daya manusia dan berorientasi pada keinginan pasar.
Gambar 4.1. Struktur Organisasi
47
Gambar 4.1. Struktur OrganisasiDiv.SPB
Gambar 4.2a. Diagram alir perencanaan 48
Gambar 4.2b. Diagram alir perencanaan Gambar 4.2b. Diagram alir perencanaan
49
Sesuai dengan buku pedoman pada form I01 yang diterbitkan sebagai metode pelaksanaan pekerjaan pada Divisi Studi dan Perencanaan Bangunan, antara lain dijabarkan: 4. Lingkup Kegiatan Divisi Studi dan Perencanaan Bangunan a. Pendahuluan
Divisi Studi dan Perencanaan Bangunan adalah salah satu Divisi dari 4 divisi yang terdapat pada perusahaan PT. Yodya Karya yang kegiatannya terdiri dari : 1)
Membuat Studi Perencanaan untuk suatu bangunan gedung kantor, pabrik, hotel, rumah sakit dan lain-lain
2)
Membuat perancangan untuk suatu bangunan gedung kantor, pabrik, hotel, rumah sakit dan lain-lain
Lingkup karya pembuatan perancangan adalah sebagai berikut : a) Pengumpulan data b) Penyusunan konsep perancangan (conceptual) c) Pra rancangan d) Pengembangan rancangan e) Pengadaan dokumen lelang f) Pengawasan berkala
Divisi Studi dan Perencanaan Bangunan ini sangat mengandalkan perolehan kontrak dari proyek-proyek sentralisasi, baik yang dikelola oleh Pemerintah Pusat, BUMN maupun Swasta. Untuk melancarkan perolehan proyek diperlukan sumber daya manusia (SDM) pemasaran yang professional. Demikian juga dalam pembangunan proyek-proyek, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang profesional dalam Ilmu Arsitek, Interior, Sipil, Mekanikal & Elektrikal.
50
Setiap sub bidang disiplin harus didukung oleh tenaga ahli yang profesional, sehingga hasil perancangan menghasilkan hasil karya yang tepat BMW (biaya, mutu, waktu).
b. Lingkup Pelaksanaan Divisi Studi dan Perencanaan Bangunan 1)
Pengumpulan Data Tahap Survei dan pengumpulan data baik itu diperoleh dari survey penelaahan fisik dan lingkungan maupun data-data tertulis berupa peraturan-peraturan Pemerintah daerah setempat serta persyaratan teoritis yang disusun dalam suatu check list Survey Pendahuluan. Tahap survey dan pengumpulan data terdiri dari
a) Persiapan
Pembentukan tim kerja Pembuatan program kerja survey Pengumpulan data dari keinginan pemberi tugas yang dipadu dengan kebutuhan Pengumpulan peraturan-peraturan yang terkait
b) Pelaksanaan Pengumpulan data-data survey yang sudah ada Studi literatur Studi literatur dimaksudkan untuk mengetahui rencana/ studi yang pernah dilaksanakan, sehingga diperoleh gambaran awal kebijakan-kebijakan yang ada diwilayah perencanaan Data-data survey pengukuran sebenarnya Data survey pengumpulan sebenarnya ini diambil dari pelaksanaan survey tentang kondisi lapangan yang
51
sebenarnya, dimana pelaksanaanya disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang ada. Pelaksanaan survey ruangan dilapangan ini sudah mengarah ke dasar-dasar perencanaan yang akan dbuat dalam dokumen “Final Engineering Design” seperti pengukuran situasi, profil memanjang,
profil
melintang
dan
beberapa
survey
pengukuran lain yang diperlukan. Data Fisik dan Peta Existing Internal kawasan, yang menggambarkan karakteristik bangunan, sarana dan prasarana yang ada meliputi : Perincian jenis penggunaan ruang Kualitas
bangunan
untuk
masing-masing
jenis
penggunaan ruang Kepadatan bangunan pada setiap jenis penggunaan ruang Kedudukan/ peran/ estetika bangunan pada kawasan yang bersangkutan Sarana dan prasarana yang ada, meliputi kapasitas, kualitas dan kuantitasnya External kawasan, yang menggambarkan kondisi fisik dasar dan prasarana penunjang. Data keadaan fisik dasar meliputi: topografi, daya dukung ruang, sumber-sumber air. Informasi ini perlu dilengkapi kedudukan tepat dari setiap unsur penggunaan ruang, dan perlu diperkuat oleh hasil pengukuran atau pengecekan ground control atau bench mark, sehingga jelas kedudukan unsur tersebut terhadap koordinatnya, sehingga perlu diadakan pengukuran untuk memperoleh titik pengikat berupa titik-titik polygon atau garisgaris polygon
52
2)
Penyusunan Konsep Perancangan (Conceptual) a. Menyusun konsepsi perancangan b. Membuat gambar-gambar skematik c. Bidang Arsitektur & Interior d. Bidang Struktur Pola pembagian ruang Luas masing-masing ruangan e. Bidang Struktur f. Bidang Elektrika g. Bidang Mekanikal
3)
Konseptual untuk semua bidang a) Bidang Arsitektur Menganalisa Penataan tapak Lahan/ tapak yang dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mendapatkan kesan terbaik dan representative, sehingga terlihat gedung tersebut effektif, kokoh dan bersahabat. Untuk hal tersebut maka dilaksanakan : Penataan
massa/
gubahan
bentuk
dengan
mempertimbangkan blokplan Set back” atau bangunan mundur kebelakang untuk mendapatkan
kesan
monumental/
lainnya
dengan
mengatur jarak pandang yang cukup dan garis tegas Meninggikan peil lantai gedung untuk kesan megah pada bangunan Sirkulasi tapak yang jelas, tidak membingungkan dan memberikan sirkulasi pengunjung, karyawan dan service
53
Menganalisa site & Zoning Pencapaian dan zoning kegiatan dari gedung yang akan dibangun direncakan dengan mempertimbangkan blok plan yang sudah ada. Menganalisa kegiatan & kebutuhan ruang Program ruang -
Ruang kerja yang disesuaikan penggunaannya dengan jumlah personil dan struktur organisasinya sesuai dengan peruntukannya.
-
Ruang pelayanan masyarakat yang nyaman dan dapat berorientasi dengan ruang luar
Organisasi ruang yang diijinkan terdiri dari ruang utama dan ruang penunjang/ pelayanan, yang direncanakan secara efisien dan efektif
Menganalisa Bentuk Arsitektur Menyesuaikan dengan bentuk lingkungan sekitarnya Berwawasan lingkungan kenyamanan
b) Bidang Struktur Ada beberapa syarat umum yang harus dipenuhi oleh setiap system struktur yang akan digunakan, yaitu: Dapat mendukung baik beban vertical (beban mati dengan beban berguna) maupun beban horizontal (beban gempa) yang bekerja pada bangunan dengan cukup efektif, struktur harus cukup kuat, kaku & stabil Disesuaikan dengan rancangan Arsitektur yang ada
54
Dapat dipadukan dengan bidang mekanikal, elektrikal dan sebagainya Mudah dan cepat pelaksanaannya Tahan terhadap bahaya kebakaran dan cuaca Mempunyai interaksi yang baik antara struktur bangunan atas pondasi & tanah Cukup ekonomis Dalam proses penentuan system struktur yang cocok, maka ketujuh persyaratan umum diatas selalu ditinjau sebagai batasan yang harus dipenuhi
Keadaan Lingkungan Perlu
ditunjuk
keadaan
lingkungan
yang
padat
penduduknya. Untuk itu perlu dicari system struktur yang dalam pelaksanaannya nanti tidak terlalu menimbulkan gangguan
getaran
atau
suara
terhadap
kegiatan
perkantoran Pembebanan Beban mati pada struktur bangunan ditentukan dengan menggunakan Berat Jenis bahan bangunan berdasarkan pedoman Perencanaan Pembebanan untuk rumah & gedung, dan unsur-unsur yang diketahui seperti tercantum pada denah Arsitektur dan Struktur Idealisasi Struktur : Dipergunakan paket program computer dengan Etabs plus Beban vertical pada suatu system plat lantai sebagai lumped mass pada level lantai tersebut Akan ditinjau pengaruh beban horizontal yang antara lain terhadap beban gempa & beban angin.
55
c) Bidang Mekanikal
Lingkup Pekerjaan Mekanikal : Sistem Plumbing meliputi sistem air bersih, system air limbah dan drainase air hujan Sistem pencegahan kebakaran System pencegah kebakaran dengan air menggunakan hydrant box dan hydrant pillar Fire Extinguisher Hand Gas secara sentral Pengkondisian udara (AC) dan ventilasi mekanis Sistem transportasi
d) Bidang Elektrikal
Sistem Tenaga Listrik (power elektrikal) Sumber daya listrik utama dari jaringan tegangan menengah 20 KV PLN Sumber daya istrik PLN dari jaringan tegangan rendah 380/ 220 volt, 50 Hz Sumber daya listrik cadangan akan diambil dari diesel genset dengan output tegangan dan frekwensi 50 Hz Sumber daya listrik cadangan akan diambil dari UPS (Un in tempted Power Suply)
Sistem Instalasi Listrik Penerangan Sistem Fire Alarm (Instalasi Deteksi terhadap kebakaran) Instalasi detector kebakaran, yang lebih dikenal sebagai Fire Alarm. Instalasi ini hanya memantau pada saat awal terjadinya
kebakaran
dan
memberikan
tanda-tanda
56
peringatan sendiri mungkin kepada operator dan petugas jaga untuk mengatasi masalah ini Sistem tata suara Sistem
tata
suara
merupakan
salah
satu
sarana
penyampaian informasi melalui peralatan elektronik dan teknik akustik. Mutu sound system kenyamanan
bagi
yang baik akan memberikan
orang
yang
mendengarnya
dan
memungkinkan penyampaian informasi yang sempurna. System
tata suara secara umum
dibagi dalam
2
penggunaan utama, yaitu :
Untuk public address (play back, back ground music) berupa pengumuman dan music lembut dalam waktu kerja Untuk car calling pemanggilan terhadap kendaraan yang berada diparkiran.
Sistem telepon Sistem
telepon
merupakan
salah
satu
sarana
penyampaian informasi melalui peralatan elektronik, ke dalam maupun keluar
Sistem Penangkal Petir. Untuk melindungi gedung dan menjaga keselamatan pemakai gedung dari sambaran petir langsung, maka gedung ini direncanakan dengan system penangkal petir
57
4)
Pra Rancangan
Pada tahap Pra Rancangan dilakukan : a.
Gambar situasi, denah, tampak, potongan secara menyeluruh serta laporan terhadap prinsip Arsitektur/ Interior, mekanikal, Elektrikal
5)
b.
Rencana Anggaran Biaya awal
c.
Garis besar spesifikasi teknis
d.
Perhitungan Struktur
e.
Perhitungan Elektrikal
f.
Perhitungan Mekanikal
Pengembangan Rancangan Setelah Pra Rancangan selesai/ disetujui, akan dilanjutkan dengan Pengembangan Rancangan, yang mana Pengembangan Rancangan ini dapat digunakan sebagai dasar dokumen lelang
6)
a.
Pembuatan gambar-gambar
b.
Pembuatan Rencana Kerja & syarat-syarat (RKS)
c.
Pembuatan Bill of Quantity (BQ)
d.
Perkiraan anggaran biaya
e.
Melengkapi perhitungan struktur
f.
Melengkapi perhitungan elektrikal
g.
Melengkapi perhitungan mekanikal
Pengadaan Dokumen Lelang Setelah Pengembangan rancangan selesai/ disetujui, akan dilanjutkan dengan pengadaan dokumen. a.
Pembuatan gambar-gambar Arsitektur/ Interior/ Landscap
b.
Pembuatan gambar-gambar Struktur
c.
Pembuatan gambar-gambar Mekanikal
d.
Pembauatan gambar-gambar Elektrikal
58
e.
Rencana Kerja dan Syarat-syarat/ Spesifikasi Teknis
f.
Daftar kuantitas pekerjaan/ bahan (Bill of quantity)
g.
Perkiraan biaya pembangunan meliputi biaya persiapan, biaya konstruksi, biaya mekanikal & elektrikal, biaya pekerjaan halaman, biaya utilitas dan biaya-biaya lain
h.
Laporan Perencanaan
Dari uraian pelaksanaan penanganan proyek-proyek Divisi Studi dan Perencanaan Bangunan, dapat diuraikan hal-hal sebagai berikut :
1)
Mengusahakan untuk mendapatkan proyek sebanyak-banyaknya dengan cara
-
Repeat Order
-
Fight antar konsultan
2)
Proyek yang sudah didapatkan, agar ditangani oleh Tenaga Ahli yang profesional, dengan ditunjang oleh alat penunjang, yaitu seperti computer, printer, plotter dan lain-lain
3)
Dalam menangani proyek-proyek harus ditinjau dalam bidang mutu, biaya dan waktu
4)
Demikian
Dalam pelaksanaan proyek perlu memperhatikan : -
Persyaratan-persyaratan/ peraturan-peraturan yang berlaku
-
Term of Reference dari Pemberi Tugas
-
Lingkungan dari lokasi bangunan
-
Kriteria perencanaan
-
Hasil-hasil Rapat dengan Pemberi Tugas uraian
Metoda
Pelaksanaan
Pekerjaan
Divisi
Studi
dan
Perencanaan Bangunan.
59
B. Data Responden Perusahaan
Pendidikan Terakhir Starata 1
Jumlah Sampel
Persen (%)
Persen(%) kumulatif
33
100,0
100,0
Tabel 4.1. Pendidikan terkahir Responden
Dari
tabulasi
data,
didapat
bahwa
responden
keseluruhan
adalah
berpendidikan Strata-1
Pengalaman di Bidang Konstruksi 0 - 5 th 5 - 10 th 10 - 15 th di atas 15 th Total
Jumlah Sampel
Persen (%)
Persen(%) kumulatif
6 9 10 8 33
18,2 27,3 30,3 24,2 100,0
18,2 45,5 75,8 100,0
Tabel 4.2. Pengalaman Responden pada bid.konstruksi
Jenis Pengalaman KRPT pada bidang Konstruksi yang memiliki frekuensi tertinggi 10 adalah yang berpengalaman 10 – 15 th dengan jumlah 30,3 % Jenis Pengalaman KRPT pada bidang Konstruksi yang memiliki frekuensi terendah 6 adalah yang berpengalaman 0 – 5 th dengan jumlah 18,2 %
Jenis Proyek Bangunan Tinggi Pabrik atau gudang Lainnya : Total
Jumlah Sampel
Persen (%)
Persen(%) kumulatif
21 1 11 33
63,6 3,0 33,3 100,0
63,6 66,7 100,0
Tabel 4.3. Jenis sample proyek Jenis proyek yang memiliki frekuensi tertinggi 21 adalah bangunan gedung (tinggi) dengan jumlah 63,6 % 60
Jenis proyek yang memiliki frekuensi terrendah 1 adalah bangunan pabrik/gudang dengan jumlah 3 %
Pemilik Proyek Pemerintah/BUMN Swasta Lainnya : Total
Jumlah Sampel
Persen (%)
Persen(%) kumulatif
30 2 1 33
90,9 6,1 3,0 100,0
90,9 97,0 100,0
Tabel 4.4. Pemilik Proyek/Owner Pemilik proyek yang memiliki frekuensi tertinggi 30 adalah Pemerintah/BUMN dengan jumlah 90,9 % Pemilik proyek yang memiliki frekuensi terendah 1 adalah lainnya dengan jumlah 3 %
Jumlah Sampel
Persen (%)
Persen(%) kumulatif
Pendidikan S1 pengalaman 0 - 5 th
1
3,0
3,0
Pendidikan S1 pengalama 5 -10 th
11
33,3
36,4
Pendidkan S1 pengalama 10 - 15 th
19
57,6
93,9
Pendidkan S1 pengalaman di atas 15 th
2
6,1
100,0
Total
33
100,0
Tenaga Akhli tanah
Tabel 4.5. Pengalaman Tenaga Ahli Tanah
Tenaga Ahli Tanah yang terlibat dan memiliki frekuensi tertinggi 19 adalah berpendididikan S1 pengalaman 10 – 15 th dengan jumlah 57,8 % Tenaga Ahli Tanah yang terlibat dan memiliki frekuensi terendah 1 adalah berpendididikan S1 pengalaman 0 - 5 th dengan jumlah 3 %
61
Jumlah Sampel
Persen (%)
Persen(%) kumulatif
Pendidikan S1 pengalaman 0 - 5 th
2
6,1
6,1
Pendidikan S1 pengalaman 5 - 10 th
9
27,3
33,3
Pendidikan S1 Pengalaman 10 - 15 th
18
54,5
87,9
Pendidikan S1 pengalaman di atas 15 th
4
12,1
100,0
Total
33
100,0
Tenaga Akhli Struktur
Tabel 4.6. Pengalaman Tenaga Ahli Struktur
Tenaga Ahli Struktur yang terlibat dan memiliki frekuensi tertinggi 18 adalah berpendididikan S1 pengalaman 10 – 15 th dengan jumlah 54,5% Tenaga Ahli Struktur yang terlibat dan memiliki frekuensi terendah 2 adalah berpendididikan S1 pengalaman 0 - 5 th dengan jumlah 6,1 %
Jumlah Sampel
Persen (%)
Persen(%) kumulatif
Pendidikan S1 Pengalaman 0 - 5 th
6
18,2
18,2
Pendidikan S1 pengalaman 5 - 10 th
12
36,4
54,5
Pendidikan S1 pengalaman 10 - 15 th
11
33,3
87,9
Pendidikan S1 pengalaman di atas 15 th
4
12,1
100,0
Total
33
100,0
Tenaga Akhli Arsitektur
Tabel 4.7. Pengalaman Tenaga Ahli Arsitektur
Tenaga Ahli Arsitektur yang terlibat dan memiliki frekuensi tertinggi 12 adalah berpendididikan S1 pengalaman 5 – 10 th dengan jumlah 36,4% Tenaga Ahli Arsitektur yang terlibat dan memiliki frekuensi terendah 4 adalah berpendididikan S1 pengalaman di atas 15 th dengan jumlah 12,1 %
62
Jumlah Sampel
Persen (%)
Persen(%) kumulatif
Tidak diisi /tidak terlibat pekerjaan
1
3,0
3,0
Pendidikan S1 pengalaman 0 - 5 th
1
3,0
6,1
Pendidikan S1 pengalaman 5 - 10 th
17
51,5
57,6
Pendidikan S1 pengalaman 10 - 15 th
9
27,3
84,8
Pendidikan S1 pengalaman di atas 15 th
5
15,2
100,0
Total
33
100,0
Tenaga Ahli Mekanikal
Tabel 4.8. Pengalaman Tenaga Ahli Mekanikal Tenaga Ahli Mekanikal yang terlibat dan memiliki frekuensi tertinggi 17 adalah berpendididikan S1 pengalaman 5 – 10 th dengan jumlah 51,54% Tenaga Ahli Mekanikal yang terlibat dan memiliki frekuensi terendah 1 adalah tidak ada tenaga ahli dengan jumlah 3 %
Jumlah Sampel
Persen (%)
Persen(%) kumulatif
Pendidikan S1 pengalaman 0 - 5 th
3
9,1
9,1
Pendidikan S1 pengalaman 5 - 10 th
11
33,3
42,4
Pendidikan S1 pengalaman 10 - 15 th
13
39,4
81,8
Pendidikan S1 pengalaman di atas 15 th
6
18,2
100,0
Total
33
100,0
Tenaga Akhli Elektrikal
Tabel 4.9. Pengalaman Tenaga Ahli Elektrikal
Tenaga Ahli Elektrikal yang terlibat dan memiliki frekuensi tertinggi 13 adalah berpendididikan S1 pengalaman 10 – 15 th dengan jumlah 39,4% Tenaga Ahli Elektrikal yang terlibat dan memiliki frekuensi terendah 3 adalah berpendididikan S1 pengalaman 0 – 5 th dengan jumlah 9,1%
63
Jumlah Sampel
Persen (%)
Persen(%) kumulatif
Tidak diisi /tidak terlibat pekerjaan
3
9,1
9,1
Pendidikan S1 pengalaman 0 - 5 th
4
12,1
21,2
Pendidikan S1 pengalaman 5 - 10 th
13
39,4
60,6
Pendidikan S1 pengalaman 10 - 15 th
9
27,3
87,8
Pendidikan S1 pengalaman di atas 15 th
4
12,1
100,0
Total
33
100,0
Tenaga Ahli Interior
Tabel 4.10. Pengalaman Tenaga Ahli Interior Tenaga Ahli Interior yang terlibat dan memiliki frekuensi tertinggi 13 adalah berpendidikan S1 pengalaman 5 – 10 thdengan jumlah 39,4% Tenaga Ahli Interior yang terlibat dan memiliki frekuensi terendah 3 adalah tidak ada tenaga ahli dengan jumlah 9,1%
Jumlah Sampel
Persen (%)
Persen(%) kumulatif
Tidak diisi /tidak terlibat pekerjaan
18
54,5
54,5
Pendidikan S1 pengalaman 0 - 5 th
3
9,1
63,6
Pendidikan S1 pengalaman 5 - 10 th
8
24,2
87,9
Pendidikan S1 pengalaman 10 - 15 th
4
12,1
100,0
Total
33
100,0
Tenaga Akhli Lansekap
Tabel 4.11. Pengalaman Tenaga Ahli Lansekap Tenaga Ahli Lansekap yang terlibat dan memiliki score tertinggi adalah tidak ada tenaga ahli/tidak terlibat dalam pekerjaan dengan prosentase 54,5% Tenaga Ahli Lansekap yang terlibat dan memiliki score tertinggi adalah Berpendidikan S1 pengalaman 0-5 th dengan prosentase 9,1%
64
Jumlah Sampel
Persen (%)
Persen(%) kumulatif
Tidak ada tenaga ahli
26
78,8
78,8
Pendidikan S1 pengalaman 0 - 5 th
1
3,0
81,8
Pendidikan S1 pengalaman 5 - 10 th
4
12,1
93,9
Pendidikan S1 pengalaman 10 - 15 th
2
6,1
100,0
Total
33
100,0
Tenaga Akhli TI
Tabel 4.12. Pengalaman Tenaga AhliTeknik Informatika Tenaga Ahli Teknik Informatika yang terlibat dan memiliki score tertinggi adalah tidak ada tenaga ahli dengan prosentase 78,8% Lokasi Proyek Lokasi proyek
Jumlah Sampel
Persen (%)
Babel Banda Aceh Bandung Bima Bogor Cibubur Daan mogot Jakarta Jaksel Karawang Kemayoran Krmt Jati Medan Musi Rawas NTB Nunukan Pakanbaru Pinrang Puncak Semarang Siak Riau Subang Total
3 1 1 1 1 1 1 6 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 33
9,1 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 18,2 6,1 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 6,1 3,0 3,0 6,1 3,0 3,0 6,1 100,0
Persen(%) kumulatif 9,1 12,1 15,2 18,2 21,2 24,2 27,3 45,5 51,5 54,5 57,6 60,6 63,6 66,7 69,7 75,8 78,8 81,8 87,9 90,9 93,9 100,0
Tabel 4.13. Lokasi Proyek
65
C. Tingkat Pemanfaatan ISO 9001:2000 Penulis memberikan Score range dari angka 1 sampai dengan angka 5, di mana:: -
Score 5 memberikan gambaran bahwa Lembaran Form ISO 9001: 2000 Selalu dipakai sebagai acuan, dan Memberikan nilai kepastian tentang tingkat pemanfaatan ISO 9001:2000 = 100%
-
Score 4 memberikan gambaran bahwa Lembaran Form ISO 9001: 2000 Lebih sering dipakai sebagai acuan, dan Memberikan nilai kepastian tentang tingkat pemanfaatan ISO 9001:2000 = 75%
-
Score 3 memberikan gambaran bahwa Lembaran Form ISO 9001: 2000 Kadang-kadang dipakai sebagai acuan, dan Memberikan nilai kepastian tentang tingkat pemanfaatan ISO 9001:2000 = 60%
-
Score 2 memberikan gambaran bahwa Lembaran Form ISO 9001: 2000 Pernah dipakai sebagai acuan, dan Memberikan nilai kepastian tentang tingkat pemanfaatan ISO 9001:2000 = 30%
-
Score 1 memberikan gambaran bahwa Lembaran Form ISO 9001: 2000 Tidak pernah dipakai sebagai acuan, dan Memberikan nilai kepastian tentang tingkat pemanfaatan ISO 9001:2000 = 0%
Adapun hasil yang penulis peroleh setelah data diolah adalah sebagai berikut:
NILAI KEPASTIAN PEMANFAATAN ISO 9001:2000 N
Jumlah Score
Mean
Pengisian F 01 (Laporan hasil Survey)
33
120
3.636364
Prosentase thp keseluruhan 4.01%
Pengisian F02 (Program perencanaan)
33
121
3.666667
4.04%
Pengisian F03 (Checklist Survey Pendahuluan) Pengisian F04 (Lembar Penjelasan checklist survey pendahuluan) Pengisian F05 (Rencana Pengerahan tenaga ahli) Pengisian F06 (Rencana Penyediaan dan Penggunaan Peralatan Kerja)
33
119
3.606061
3.97%
33
119
3.606061
3.97%
33
115
3.484848
3.84%
33
116
3.515152
3.87%
Form ISO 9001:2000
66
N
Jumlah Score
Mean
Pengisian F07 (Checklist Survey Lokasi) Pengisian F08 (Checklist Pemerikasaan Gambar Arsitektur) Pengisian F09 (Konsep Gambar Perencanaan)
33
118
3.575758
Prosentase thp keseluruhan 3.94%
33
134
4.060606
4.48%
33
132
4
4.41%
Pengisian F10 (Daftar Gambar)
33
134
4.060606
4.48%
Pengisian F11 (Revisi Gambar)
33
131
3.969697
4.38%
Pengisian F12 (Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Perencanaan)
33
121
3.666667
4.04%
Pengisian F13 (Check Pemeriksaan Gambar Struktur)
33
134
4.060606
4.48%
Pengisian F14 (Checklist Pemerikasaan Gambar Elektrikal) Pengisian F15 (Checklist Pemeriksaan Gambar Mekanikal, Plumbing) Pengisian F16 (Checklist Pemeriksaan Gambar Mekanikal)
33
131
3.969697
4.38%
33
125
3.787879
4.18%
33
126
3.818182
4.21%
Pengisian F17 (Checklist Pemeriksaan Gambar Landsekap)
33
126
3.818182
4.21%
Pengisian F18 (Checklist Pemeriksaan Gambar Interior)
33
130
3.939394
4.34%
Pengisian F19 (Form pemeriksaan RKS)
33
128
3.878788
4.28%
Pengisian F20 (Form Pemeriksaan BQ)
33
131
3.969697
4.38%
Pengisian F21 (Form Pemeriksaan RAB)
33
133
4.030303
4.44%
Pengisian F22 (Form Pemeriksaan Perhitungan) Pengisian F23 (Evaluasi Perhitungan Struktur, Mekanikal, Elektrikal) Pengisian F24 (Prestasi Pekerjaan Perencanaan)
33
117
3.545455
3.91%
33
112
3.393939
3.74%
33
121
3.666667
4.04%
Form ISO 9001:2000
Tabel 4.14. Nilai Kepastian Pemanfaat ISO 9001:2000
Dari data tabel tersebut menjelaskan bahwa, Pengisian formulir F08 dan F13 ISO 9001:2001 tentang Checklist Pemerikasaan Gambar Arsitektur (F08), Daftar Gambar (F10), dan Check Pemeriksaan Gambar Struktur (F13) adalah Formulir Isisan yang terbanyak dimanfaatkan, dengan memiliki score rata-rata 4,0606 Sedangkan score rata-rata terkecil adalah 3.393939 merupakan
formulir
Pengisian F23 (Evaluasi Perhitungan Struktur, Mekanikal, Elektrikal)
67
Pengelompokkan Formulir Isian ISO
Kelompok 1 ISO Perencanaan
N
Pengisian F 01 (Laporan hasil Survey) Pengisian F02 (Program perencanaan) Pengisian F03 (Checklist Survey Pendahuluan) Pengisian F04 (Lembar Penjelasan checklist survey pendahuluan) Pengisian F05 (Rencana Pengerahan tenaga ahli) Pengisian F06 (Rencana Penyediaan dan Penggunaan Peralatan Kerja) Pengisian F07 (Checklist Survey Lokasi) Pengisian F12 (Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Perencanaan) Pengisian F19 (Form pemeriksaan RKS) Pengisian F23 (Evaluasi Perhitungan Struktur, Mekanikal, Elektrikal) Pengisian F24 (Prestasi Pekerjaan Perencanaan)
33 33 33
Jml Score 120 121 119
33
Mean
prosentase
3.636 3.667 3.606
4.01% 4.04% 3.97%
119
3.606
3.97%
33
115
3.485
3.84%
33
116
3.515
3.87%
33
118
3.576
3.94%
33
121
3.667
4.04%
33
128
3.879
4.28%
33
112
3.394
3.74%
33
121
3.667 39.697 3.609
4.04%
Mean
Kelompok 2 ISO Gambar Pengisian F08 (Checklist Pemerikasaan Gambar Arsitektur) Pengisian F09 (Konsep Gambar Perencanaan) Pengisian F10 (Daftar Gambar) Pengisian F11 (Revisi Gambar) Pengisian F13 (Check Pemeriksaan Gambar Struktur) Pengisian F14 (Checklist Pemerikasaan Gambar Elektrikal) Pengisian F15 (Checklist Pemeriksaan Gambar Mekanikal, Plumbing) Pengisian F16 (Checklist Pemeriksaan Gambar Mekanikal) Pengisian F17 (Checklist Pemeriksaan Gambar Landsekap) Pengisian F18 (Checklist Pemeriksaan Gambar Interior)
31.64%
N
Jml Score
Mean
prosentase
33
134
4.061
4.48%
33 33 33 33
132 134 131 134
4.000 4.061 3.970 4.061
4.41% 4.48% 4.38% 4.48%
33
131
3.970
4.38%
33
125
3.788
4.18%
33
126
3.818
4.21%
33
126
3.818
4.21%
33
130
3.939 39.485
4.34%
Mean
3.948
Kelompok 3 ISO Anggaran
N
Pengisian F20 (Form Pemeriksaan BQ) Pengisian F21 (Form Pemeriksaan RAB) Pengisian F22 (Form Pemeriksaan Perhitungan)
33 33 33
Jml Score 131 133 117 Mean
34.62%
Mean
prosentase
3.970 4.030 3.545 11.545 3.848
4.38% 4.44% 3.91% 33.74%
Tabel 4.14a. Pengelompokan Formulir ISO 68
Dari data pengelompokan tersebut, menjelaskan bahwa Kelompok Gambar merupakan pemakai pengisian formulir ISO 9001:2000 yang terbanyak score rata-rata 3,948. Kelompok Anggaran merupakan pemakai pengisian formulir ISO urutan ke dua dengan score rata-rata 3,848, sedangkan Kelompok Perencanaan merupakan pemakai pengisian formulir ISO urutan ke tiga dengan score rata-rata 3,609. Secara keseluruhan, pemanfaatan ISO di perusahaan ini memiliki score ratarata 3,78 .
D. Tingkat Pendekatan Optimalisasi Kerja/Kinerja Penulis memberikan Score range dari angka 1 sampai dengan angka 5, di mana:: -
Score 5 memberikan gambaran bahwa Responden Sangat seuju, dan Memberikan nilai kepastian tentang tingkat pendekatan optimalisasi kinerja = 100%
-
Score 4 memberikan gambaran bahwa Responden Setuju, dan Memberikan nilai kepastian tentang tingkat pendekatan optimalisasi kinerja = 75%
-
Score 3 memberikan gambaran bahwa Responden Tidak tahu, dan Memberikan nilai kepastian tentang tingkat pendekatan optimalisasi kinerja = 60%
-
Score 2 memberikan gambaran bahwa Responden Tidak setuju, dan Memberikan nilai kepastian tentang tingkat pendekatan optimalisasi kinerja = 30%
-
Score 1 memberikan gambaran bahwa Responden Tidak setuju, dan Memberikan nilai kepastian tentang tingkat pendekatan optimalisasi kinerja = 0%
69
Adapun hasil yang penulis peroleh setelah data diolah adalah sebagai berikut: NILAI PENDEKATAN OPTIMALISASI KINERJA N Jml Score KINERJA Kinerja 1 Kinerja 2 Kinerja 3 Kinerja 4 Kinerja 5 Kinerja 6 Kinerja 7 Kinerja 8 Kinerja 9 Kinerja 10 Kinerja 11 Kinerja 12 Kinerja 13 Kinerja 14 Kinerja 15 Kinerja 16 Kinerja 17 Kinerja 18 Kinerja 19 Kinerja 20 Kinerja 21 Kinerja 22 Kinerja 23 Kinerja 24 Kinerja 25 Kinerja 26 Kinerja 27 Kinerja 28 Kinerja 29 Kinerja 30 Kinerja 31 Kinerja 32 Kinerja 33 Kinerja 34 Kinerja 35 Kinerja 36 Kinerja 37 Kinerja 38 Kinerja 39 Kinerja 40 Kinerja 41 Kinerja 42
Mean
prosentase
33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
70
KINERJA Kinerja 43 Kinerja 44 Kinerja 45 Kinerja 46 Kinerja 47 Kinerja 48 Kinerja 49 Kinerja 50 Kinerja 51 Kinerja 52 Kinerja 53 Kinerja 54 Kinerja 55 Kinerja 56 Kinerja 57 Kinerja 58 Kinerja 59 Kinerja 60 Kinerja 61 Kinerja 62 Kinerja 63 Kinerja 64 Kinerja 65 Kinerja 66 Kinerja 67 Kinerja 68 Kinerja 69 Kinerja 70 Kinerja 71 Kinerja 72 Kinerja 73 Kinerja 74
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
Jml Score
Mean
prosentase
Tabel 4.15. Nilai Pendekatan Optimasi Kinerja
Dari data tabel tersebut menjelaskan bahwa,
Kinerja yang memiliki score
maksimum adalah Kinerja 1, tentang Pekerjaan perencanaan dikerjakan oleh team ahli pada bidangnya, sesuai profesionalime dan pendidikannya, dengan memiliki score rata-rata 4,6061
71
Sedangkan Kinerja yang memiliki score minimum adalah Kinerja 42, tentang Seluruh pertemuan (formal meeting) difasilitasi oleh Ketua Regu Pelaksana Tugas memiliki score rata-rata
Penulis mencoba mencari faktor yang dominan dalam kinerja yang ada pada hasil kuesioner dengan mengadakan Pengelompokkan Kinerja, antara lain: Perencanaan Kin 01 Kin 02 Kin 08 Kin 09 Kin 10 Kin 11 Kin 12
Pekerjaan perencanaan dikerjakan oleh team ahli pada bidangnya, sesuai profesionalime dan pendidikannya Manajemen menugaskan tenaga ahli S1 dan S2 sesuai profesinya dan pengalamannya untuk melaksanakan pekerjaan perencanaan Ruang lingkup proyek lebih jelas dan mendetil Minimnya koreksi terhadap lingkup yang telah didefinisikan dikarenakan adanya permintaan perubahan oleh pelanggan Kesesuaian ruang lingkup pada saat perencanaan dengan kondisi real pada saat pelaksanaan Minimnya perubahan spesifikasi dan user requirements Identifikasi setiap aktifitas proyek dilakukan secara spesifik sehingga proyek mudah diselesaikan
N
Jml Score
Mean
prosentase
33
152
4.6061
0.0154
33
148
4.4848
0.015
33
136
4.1212
0.0138
33
124
3.7576
0.0126
33
128
3.8788
0.013
33
119
3.6061
0.0121
33
129
3.9091
0.0131
Kin 13
Urutan aktifitas serta pendokumentasian hubungan antar setiap aktifitas proyek secara jelas
33
133
4.0303
0.0135
Kin 14
Dalam melakukan estimasi jangka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap proyek cukup akurat
33
123
3.7273
0.0125
Kin 15
Pengalokasian waktu kelonggaran pada setiap aktifitas proyek atau pada waktu proyek secara keseluruhan cukup memadai
33
125
3.7879
0.0127
Kin 16
Alokasi waktu yang diberikan terhadap perubahan-perubahan serta tindakan koreksi terhadap jadwal proyek cukup besar
33
120
3.6364
0.0122
Kin 20
Manajemen memberikan perhatian khusus terhdap progress (kemajuan proyek)
33
134
4.0606
0.0136
Kin 21
Manajemen mengadakan evaluasi reguler terhadap proyek yang sedang berlangsung
33
132
4
0.0134
Kin 22
Manajemen mensosialisasikan proyek yang dijalankan kesuluruh pemegang kendali proyek
33
131
3.9697
0.0133
Kin 23
Manajemen mensosialisasikan proyek yang dijalankan kepada lintas departemen/divisi yang memiliki kaitan terhadap proyek tersebut
33
123
3.7273
0.0125
Kin 30
Ketua Regu Pelaksana Tugas dapat mengatur serta mengatasi konflik
33
140
4.2424
0.0142
Kin 32
Ketua Regu Pelaksana Tugas memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah
33
138
4.1818
0.014
Kin 37
Menggunakan media komunikasi yang sesuai dengan jenis informasi dan komunikasi yang ingin disampaikan
33
133
4.0303
0.0135
Kin 41
Melakukan sosialisasi terhadap kebijakan yang diambil secara top-down
33
132
4
0.0134
72
Perencanaan (lanjutan)
N
Jml Score
Mean
prosentase
Memperhatikan dan mempersiapkan kepada siapa informasi disampaikan dan siapa yang akan menyampaikan
33
127
3.8485
0.0129
33
134
4.0606
0.0136
33 33 33
126 129 131
3.8182 3.9091 3.9697
0.0128 0.0131 0.0133
33
126
3.8182
0.0128
33
138
4.1818 3.97553
0.014 19.66%
Penyiapan Anggaran
N
Jml Score
Mean
prosentase
Kin 03
Dilakukan pendekatan atau pengestimasian besarnya anggaran yang dibutuhkan dalam suatu proyek
33
145
4.3939
0.0147
Kin 04
Dilakukan pengendalian terhadap perubahan biaya yang dibutuhkan terhadap suatu proyek
33
142
4.303
0.0144
33
135
4.0909
0.0137
33 33
128 129
3.8788 3.9091
0.013 0.0131
33
123
3.7273
0.0125
33
127
3.8485
0.0129
33
116
3.5152
0.0118
33 33
119 126
3.6061 3.8182 3.9091
0.0121 0.0128 19.33%
Kedisiplinan Personel
N
Jml Score
Mean
prosentase
Disiplin terhadap jadwal / milestone yang telah ditentukan Ketua Regu Pelaksana Tugas memiliki kedisiplinan yang tinggi Ketua Regu Pelaksana Tugas memiliki integritas Ketua Regu Pelaksana Tugas berprilaku Konsisten Ketua Regu Pelaksana Tugas dapat membangun kepercayaan yang kuat
33 33 33 33
130 142 143 142
3.9394 4.303 4.3333 4.303
0.0132 0.0144 0.0145 0.0144
33
144
4.3636
0.0146
33
143
4.3333
0.0145
33
143
4.3333
0.0145
33
142
4.303
0.0144
Kin 44 Kin 60 Kin 61 Kin 62 Kin 65 Kin 67 Kin 74
Kin 05 Kin 06 Kin 07 Kin 18 Kin 19 Kin 42 Kin 43 Kin 66
Kin 17 Kin 24 Kin 25 Kin 26 Kin 27 Kin 28 Kin 29 Kin 31
Memilki personel yang selalu tersedia untuk di alokasikan pada aktifitas proyek Minimnya tingkat turn over personel selama masa proyek Personel yang terlibat sangat memadai Proyek selesai tepat waktu (sesuai deadline project) Perubahan scope (lingkup proyek) dapat dikendalikan atau terkontrol Hasil-hasil proyek sesuai dengan tujuan utama proyek
Ketepatan waktu atau lancarnya pemberian anggaran terhadap elemen setiap proyek yang membutuhkan Tersedia anggaran yang memadai Dukungan anggaran sangat membantu kelancaran proyek Manajemen mengalokasikan anggaran yang cukup dalam pengadaan proyek Manajemen memberikan prasarana yang dibutuhkan dalam setiap aktifitas proyek Seluruh pertemuan (formal meeting) difasilitasi oleh Ketua Regu Pelaksana Tugas Setiap diskusi difasilitasi oleh Ketua Regu Pelaksana Tugas Anggaran proyek yang telah ditetapkan mencukupi
Ketua Regu Pelaksana Tugas memiliki kemampuan komunikasi verbal yang baik Ketua Regu Pelaksana Tugas dapat membangun tim yang kuat Ketua Regu Pelaksana Tugas mampu berpikir kritis terhadap masalah
73
Kedisiplinan Personel (lanjutan)
N
Jml Score
Mean
prosentase
Kin 33
Ketua Regu Pelaksana Tugas memiliki kemampuan atau sifat understand serta balances priorities
33
140
4.2424
0.0142
Kin 34
Ketua Regu Pelaksana Tugas mau meluangkan waktu untuk anggota tim yang sedang lembur ketika mereka sedang mengejar deadline project
33
136
4.1212
0.0138
33
138
4.1818
0.014
33
129
3.9091
0.0131
33
136
4.1212
0.0138
33
130
3.9394
0.0132
33
140
4.2424
0.0142
33
133
4.0303
0.0135
33
132
4
0.0134
33
135
4.0909 4.1717
0.0137 20.63%
Tanggung Jawab Personel
N
Jml Score
Mean
prosentase
Kin 53
Anggota tim mau berbagi pengetahuan ke anggota tim lainnya
33
127
3.8485
0.0129
Kin 54
Anggota tim mau membantu anggota tim lainnya yang sedang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas nya, walupun pihak yang bersangkutan juga sama-sama sedang mengalami deadline project
33
128
3.8788
0.013
33
137
4.1515
0.0139
33 33 33
126 135 130
3.8182 4.0909 3.9394
0.0128 0.0137 0.0132
33
128
3.8788
0.013
33
135
4.0909
0.0137
33
138
4.1818
0.014
33
136
4.1212
0.0138
33
135
4.0909
0.0137
33 33
130 130
3.9394 3.9394 3.99767
0.0132 0.0132 19.77%
Kin 35 Kin 36 Kin 38 Kin 39 Kin 40 Kin 50 Kin 51 Kin 52
Kin 55 Kin 56 Kin 57 Kin 58 Kin 59 Kin 63 Kin 64 Kin 68 Kin 69 Kin 72 Kin 73
Melakukan pertemuan atau diskusi secara berkala Menggunakan media komunikasi yang sesuai dengan situasi dan kondisi Menyampaikan ide-ide atau gagasan dengan jelas Dilakukan brainstorming untuk mendapatkan ide-ide dan gagasan yang terbaik Melibatkan para anggota tim dalam menentukan kebijakan proyek Kedisiplinan anggota tim terhadap jam kerja Kedisiplinan anggota tim terhadap batas waktu yang telah ditentukan untuk setiap aktifitas didalam jadwal proyek Adanya komunikasi yang baik antar anggota tim
Personel memiliki kompetensi atau keahlian yang baik pada setiap tugas dan tanggung jawab yang diberikan Personel memiliki kemauan untuk belajar sendiri Personel memiliki kemampuan untuk belajar dengan cepat Personel mau mengikuti perkembangan teknologi informasi Personal memiliki kemampuan untuk melanjutkan atau memperbaiki pekerjaan orang lain Personel yang terlibat memiliki kualifikasi yang sesuai Personel yang terlibat memiliki kualifikasi pendidikan yang sesuai Ketua Regu Pelaksana Tugas direkomendasikan untuk menangani proyek-proyek sejenis atau yang lebih menantang Anggota tim direkomendasikan untuk menangani proyekproyek sejenis atau yang lebih menantang Proses pengerjaan dapat memuaskan anggota tim proyek Hasil proyek dapat memuaskan anggota tim proyek
74
Kin 45 Kin 46 Kin 47 Kin 48 Kin 49 Kin 70 Kin 71
Kepuasan Pelanggan
N
Jml Score
Mean
prosentase
Melakukan pertemuan atau diskusi secara berkala dengan klien Mengikutsertakan klien dalam penyelesaian proyek Setiap permasalahan yang berhubungan dengan kepentingan klien didiskusikan dengan klien Meminta masukan dan usulan dari klien Sedapat mungkin memenuhi apa yang diinginkan klien (memprioritaskan kepentingan klien) Proses pengerjaan dapat memuaskan klien Hasil proyek dapat memuaskan klien
33 33
134 138
4.0606 4.1818
0.0136 0.014
33
141
4.2727
0.0143
33
138
4.1818
0.014
33
139
4.2121
0.0141
33 33
136 136
4.1212 4.1212 4.16449
0.0138 0.0138 20.60%
Tabel 4.15a. Kinerja Dari tabel pengelompokkan kinerja, diperoleh hasil berdasarkan urutan ratarata score berikut ini: Kepuasan Pelanggan
: 4.16449, 20.60%
peringkat 1
Kedisiplinan Personel
: 3.47305, 20.63%
peringkat 2
Tanggung Jawab Personel : 3.99767, Perencanaan Penyiapan Anggaran
19.77%
peringkat 3
: 3.97553, 19.66%
peringkat 4
: 3.90910, 19.33%
peringkat 5
E. Identifikasi dan Analisis Masalah Dari pembahasan data tersebut dapat dilihat belum optimalnya hasil kerja perencanaan, hal tersebut cenderung diakibatkan belum optimalnya pemanfaatan ISO 9001:2000 yang sebenarnya sudah menjadi kebijakan yang ada di perusahaan Konsultan Perencanaan PT.Yodya Karya (Persero). Untuk itu diperlukan suatu analisis untuk mengkaji penyebab hal tersebut di atas, serta bagaimana langkah-langkah yang harus diambil untuk mengantisipasinya. Analisis pemecahan masalah dilakukan melalui pohon analisa yang terdiri dari pohon masalah, pohon sasaran, dan pohon alternatif kegiatan seperti dijelaskan pada Bab ini lebih lanjut.
75
Masalah utama pada pohon masalah adalah Pemanfaatan ISO 9001:2000 pada tingkat pelaksana perencanaan tidak optimal. Masalah ini telah berdampak pada belum terwujudnya Hasil kerja Perencanaan secara optimal (No. 4). Adapun masalah utama ini disebabkan oleh beberapa masalah pokok antara lain : 1. Masih rendahnya hasil pekerjaan gambar perencanaan 2. Belum efektifnya hasil Perencanaan secara menyeluruh 3. Masih rendahnya hasil kerja perhitungan anggaran 4. Rendahnya pemahaman tenaga ahli perencanaan mengenai ISO POHON MASALAH
.
Belum Optimalnya Hasil Kerja Perencanaan
4 AKIBAT
1
Belum optimalnya Pemanfaatan Pemakaian ISO 9001:2000 yang sudah menjadi kebijakan perusahaan Konsultan Perencanaan Masalah Utama
SEBAB
Masalah Pokok a
c
b
Masih rendahnya hasil pekerjaan gambar perencanaan
Masih rendahnya Kinerja perhitungan anggaran
Belum efektifnya hasil Perencanaan secara menyeluruh
2
Masalah Spesifik a Rendahnya kedisiplinan Personel dalam penanganan proyek
b Kurangnya perhatian Manajemen dalam penanganan anggararan proyek
c Rendahnya Tanggung jawab personel dalam penanganan proyek
d Rendahnya kinerja pengendalaian perencanaan proyek
e Rendahnya perhatian pada pelanggan
Diagram 4.16. Diagram Pohon Masalah
3
76
Keterangan : 1.
Masalah Utama yang dihadapi adalah No. 1
2.
Penyebab Masalah Utama No. 1 adalah Masalah Pokok No. 2b
3.
Penyebab Masalah Pokok No. 2b adalah Masalah Spesifik No. 3b
4.
Akibat Masalah Utama No. 1 adalah Masalah No. 4
Dari ke 4 (empat) masalah pokok tersebut, masalah pokok 2b merupakan masalah pokok yang dominan yang mempunyai skor urgensi, serius, dan memiliki kemungkinan efek berlipat yang tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya analisa USG sebagaimana terlihat pada tabel 4.17 berikut ini : Tabel 4.17 Matriks USGR /Masalah Pokok No 1
2
3
Masalah
U
S
G
Total
Masih rendahnya hasil pekerjaan gambar perencanaan
3
3
3
9
4
5
5
14
4
3
3
10
Belum efektifnya hasil Perencanaan secara menyeluruh
Masih rendahnya hasil kerja perhitungan anggaran
77
Masalah pokok yang dominan tersebut disebabkan oleh empat masalah spesifik sebagai berikut : 1. Disiplin Personel dalam penanganan proyek masih rendah 2. Kurangnya perhatian Manajemen dalam
penanganan anggararan
proyek 3. Kurangnya Tanggung jawab personel dalam penanganan proyek 4. Kinerja pengendalaian perencanaan proyek masih rendah
Dari ke 4 (empat) masalah spesifik tersebut, masalah spesifik 3b merupakan masalah yang dominan yang mempunyai skor urgensi, serius, dan memiliki kemungkinan efek berlipat yang tinggi yaitu masih kurangnya perhatian manajemen dalam penanganan anggaran proyek. Tabel 4.18 memperlihatkan analisa USGR masalah spesifik. Tabel 4.18 Matriks USGR /Masalah Spesifik No 1
2
Masalah Rendahnya kedisiplinan Personel dalam penanganan proyek
Kurangnya perhatian Manajemen dalam penanganan anggararan proyek
U
S
G
Total
2
2
2
6
2
3
3
8
78
3
4
5
Rendahnya Tanggung jawab personel dalam penanganan proyek
Rendahnya kinerja pengendalaian perencanaan proyek
Rendahnya perhatian pada pelanggan
2
3
2
7
2
2
3
7
1
2
2
5
F. Sasaran Untuk menyelesaikan masalah yang diungkapkan sebelumnya, disusun suatu pohon sasaran yang merupakan gambaran keadaan yang bersifat positif bagi organisasi atau merupakan kebalikan dari pohon masalah yang bersifat negatif. Analisa pohon sasaran disajikan pada gambar 4.19 berikut.
Sasaran utama yang akan dicapai adalah Adanya perhatian Manajemen dalam penanganan anggararan proyek. Apabila sasaran ini tercapai, maka akan terwujudnya Hasil Kerja Perencanaan Yang Optimal. Sasaran utama tersebut akan tercapai dengan beberapa sasaran pokok sebagai berikut : 1. Tercapainya Hasil pekerjaan gambar perencanaan 2. Hasil Perencanaan secara menyeluruh Sudah efektif 3. Sudah tercapainya kinerja hasil kerja perhitungan anggaran
79
POHON SASARAN (Pernyataan Positif) Hasil Kerja Perencanaan
4
Yang Optimal AKIBAT Sasaran Utama Pemanfaatan Pemakaian ISO 9001:2000 yang sudah menjadi kebijakan perusahaan Konsultan Perencanaan yang optimal
1
SEBAB Sasaran Pokok a
c
b Hasil Perencanaan secara menyeluruh
Tercapainya Hasil pekerjaan gambar perencanaan
Sudah tercapainya kinerja perhitungan anggaran
Sudah efektif
2
Sasaran Spesifik a Tercapainya kedisiplinan Personel dalam penanganan proyek
b Adanya perhatian Manajemen dalam penanganan anggaran proyek
c Tercapainya Tanggung jawab personel dalam penanganan proyek
d Tercapainya kinerja pengendalian perencanaan proyek
e Tercapainya perhatian pada pelanggan
3
Diagram 4.19. Diagram Pohon Sasaran Keterangan : Pohon sasaran ini diperoleh dengan mengubah pernyataan negatif pada pohon masalah menjadi pernyataan positif
80
Dari ke empat sasaran pokok yang dibahas di atas, sasaran yang paling dominan adalah sasaran pokok 2b yang merupakan sasaran yang paling penting yaitu Efektifnya Hasil Perencanaan secara menyeluruh. Sasaran pokok yang dominan tersebut dapat dicapai oleh beberapa sasaran spesifik sebagai berikut :
1. Tercapainya kedisiplinan Personel dalam penanganan proyek 2. Adanya perhatian Manajemen dalam penanganan anggararan proyek 3. Tercapainya Tanggung jawab personel dalam penanganan proyek 4. Tercapainya kinerja pengendalian perencanaan proyek 5. Tercapainya perhatian pada pelanggan
Dari ke 4 (empat) sasaran spesifik yang dibahas di atas, sasaran yang paling dominan adalah sasaran spesifik 3b yang merupakan sasaran yang paling penting yaitu Adanya perhatian Manajemen dalam penanganan anggaran proyek.
G. Alternatif Kegiatan Pembahasan dan analisa pohon sasaran memberikan indikasi sasaran spesifik yaitu terkoodinasinya alokasi dana yang tepat sesuai Term Of Reference, baik dari jumlah nominal maupun schedule pendanaan itu sendiri. Hal tersebut dapat ditempuh dengan beberapa alternatif pemecahan masalah sebagai berikut : (Diagram 4.20)
81
POHON ALTERNATIF
Hasil Kerja Perencanaan
Yang Optimal
4
Pemanfaatan Pemakaian ISO 9001:2000 yang sudah menjadi kebijakan perusahaan Konsultan Perencanaan yang optimal
1
Hasil Perencanaan secara menyeluruh
Sudah efektif 2b
Adanya perhatian Manajemen dalam penanganan anggaran proyek
3b
ALTERNATIF KEGIATAN b
a
c
Manajemen mengalokasikan dana dengan tepat sesuai TOR yang ada
Manajemen Menyelenggarakan koordinasi sistem pendanaan Proyek
Sasaran umum
:
Manajemen mencari dana talangan alternatif
Tercapainya sinkronisasi pengalokasian dana yang tepat sehingga target kinerja optimal Diagram 4.20. Diagram Pohon Masalah
82
Bahwa dari ke 3 (tiga) alternatif kegiatan tersebut yang paling mendesak untuk mewujudkan sasaran spesifik adalah alternatif kegiatan No. 2. Pendekatan pemilihan alternatif tersebut didasarkan analisa USGR yang disajikan pada tabel 4.21 sebagai berikut :
Tabel 4.21 Matriks USGR Alternatif Pemecahan Masalah
No 1
Masalah
G
Total
4
3
3
10
5
5
5
15
3
2
3
8
Manajemen mengalokasikan dana dengan tepat sesuai TOR yang ada
3
S
Manajemen Menyelenggarakan koordinasi sistem pendanaan Proyek
2
U
Manajemen mencari dana talangan alternatif
Dengan demikian maka sasaran umum makalah ini adalah “Tercapainya sinkronisasi pengalokasian dana yang tepat sehingga target kinerja optimal”.
83
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Adapun Kesimpulan yang bisa Penulis ambil dari penelitian ini adalah: dengan indikator ukuran kualitatif 3,3939 sebagai angka yang diberikan responden pada form ISO No.23, masih terdapat kekurang disiplinan perencana dalam melakukan Evaluasi Perhitungan Struktur, Mekanikal, Elektrikal . Angka 3.3939 mengidentifikasikan bahwa nilai kepastian tentang pekerjaan tersebut hanya kadang-kadang, ini berarti sangat mungkin untuk tidak dilaksanakan. Secara keseluruhan pemanfaatan Perangkat ISO masih jauh dari harapan, ini diperlihatkan score rata-rata 3,78, masih jauh dari angka 5 (hanya 75,61% dari nilai indikator 100% dimanfaatkan). Dari data Kinerja, menunjukan bahwa PT.Yodya Karya Konsisten dengan mempekerjakan team ahli sesuai bidang dan pendidikannya, hal ini dari hasil survey dengan menunjukan score tertinggi 4,6061. Sedangkan score terendah adalah 3,5152 mengenai Kinerja formal meeting yang difasilitasi oleh Ketua regu Pelaksana Tugas (Kinerja 42). Khusus mengenai kepuasan pelanggan sesuai dengan kinerja No.71, ternyata masih memiliki score 4,1212 , ini berarti pelanggan masih menganggap puas dengan hasil kerja tersebut, hal ini ada hubungannya dengan indikator bahwa untuk setiap proyek selalu dipakai team ahli sesuai bidang dan pendidikannya (Kinerja No.1). Hubungan
pemanfaatan
ISO
dengan
Tingkat
Kinerja
sesuai
hasil
pengamatan, menggambarkan bahwa Perangkat ISO bukan satu-satunya alat yang mampu mempengaruhi Kinerja, masih ada
:faktor faktor lainnya yang
menjadikan kendala dalam mempengaruhi kinerja, Faktor kendala alam dan jarak proyek dari tempat perencanaan bisa juga mempengaruhi hubungan variable tersebut.
84
Dari analisa USGR (Urgently-Serriously-Grouth) yang digambarkan pada pohon Masalah, dapat penulis simpulkan bahwa dari matriks masalah pokok, diperoleh angka tertinggi 14 pada kelompok ”Belum efektifnya hasil Perencanaan secara menyeluruh”. Ini menunjukkan, bahwa hal ini menjadi penyebab ”Belum optimalnya Pemanfaatan Pemakaian ISO 9001:2000 yang sudah menjadi kebijakan
perusahaan
Konsultan
Perencanaan”.
efektifnya hasil Perencanaan secara menyeluruh” masalah spesifik, terdapat pada
Penyebab
dari
”Belum
ditunjukkan oleh matriks
”Kurangnya perhatian Manajemen dalam
penanganan anggararan proyek”, yang menunjukkan perolehan angka tertinggi yaitu angka 8. Dengan mengubah pernyataan negatif pada pohon permasalahan menjadi pernyataan positif, penulis memperoleh suatu nilai sasaran yang digambarkan dalam
pohon
Sasaran,
dimana
Adanya
perhatian
manajemen
dalam
penanganan anggaran proyek berpengaruh pada hasil kerja perencanaan yang efektif, sehingga perencanaan tersebut memanfaatkan perangkat ISO 9001:2000 yang memang sudah menjadi standar perusahaan dalam menjalankan kegiatannya, sehingga sasaran utama memperoleh hasil kerja yang optimal bisa tercapai. Jadi dari hasil survey yang di dapat sebenarnya masalah spesifik ini yang menjadi ”sumber bencana” di mana terdapat masalah kurang perhatiannya manajemen pada pendanaan proyek yang berdampak pada optimalisasi kerja perencanaan, sebagai solusi dari hasil survey didapatkan Matriks USGR mengenai alternatif pemecahan masalah. Dari matriks tersebut disimpulkan bahwa bila manajemen mampu mengalokasikan dana dengan tepat sesuai TOR yang ada, hal ini ditunjukan dengan perolehan angka 15 (tertinggi), diharapkan ada lebih perhatian manajemen dalam penanganan anggaran proyek, sehingga menjadi solusi pada hasil akhir yang baik, yaitu hasil kerja menjadi optimal.
85
B. SARAN Pemanfaatan ISO 9001:2000, nampak harus ditingkatkan lagi, hal ini menyangkut pengaruhnya tehadap Tingkat Kinerja, juga akhirnya pada tingkat kepuasan pelanggan terhadap hasil kerja team perusahaan perencana. Pendanaan Proyek bisa mempengaruhi kelancaran proyek itu sendiri, sebaiknya dalam melaksanakan suatu kegiatan perencanaan, diperlukan pengendalian biaya yang benar benar bisa mendukung terselenggaranya kegiatan perencanaan tersebut sesuai aturan yang berlaku. Jarak proyek dengan tempat perencanaan, diusahakan tidak menjadi kendala. Faktor pendanaan sangat berperan dalam penangan proyek yang dekat maupun yang jauh dari lokasi perencanaa, sehingga untuk memuaskan pelanggan, manajemen harus benar-benar memperhatikan hal tersebut.
86
DAFTAR PUSTAKA
Schiffman, Leon G. dan Kanuk, Leslie Lazar. Consumer Behavior. Prentice Hall, New Jersey 07632, 1987. Maasaki Imai, Kaizen : A Continue Christo Improvement, Random House Business Division, 1986. Goetsch, David L., Stanley Davis, Understanding and Implementing ISO 9000 and Other ISO Standards: 2000 Prentice Hall,2001 Waluyo, Manajemen publik: konsep, aplikasi, dan implementasinya dalam pelaksanaan otonomi daerah,Mandar Maju, 2007 Crosby, Lehtimen dan Wickoff :Lovelock, 1988 LL Berry & A. Parasuraman. Marketing Services. Free Press, New York, 1991. Zetihaml, A. Valarie, A.Pasuraman and Leonard, L.Berry, Delivering Quality Service: Balancing Customer Perceptions and Expectation, The Free Press A Division of Macmillan, Inc. 1990 Parasuraman A.et.al. 1985. A Conceptual Model of Service Quality and Its Implications for Future Research. Vol. 49 (Fall). Journal of Marketing. Ross J. E., Total Quality Management : Text, Cases, and Readings. Kogan Page Limited. London, 1994 Soedarsono, Yudistira S.A. Kamus Istilah Proyek. Elex Media Komputindo
LAN RI (2004) , Modul Diklat Substansi Diklat Pim IV, LAN RI, Jakarta.
87
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN KUESIONER Pendahuluan
Kemajuan teknologi Informasi, dan Komunikasi, sangat berpengaruh terhadap persaingan secara global, beralih dari perebutan pangsa pasar (Market share) menuju perebutan pangsa peluang (Opportunity Share)
Untuk mampu bertahan dan mencapai kesuksesan dalam persaingan industri jasa konsultasi di era globalisasi, organisasi perusahaan harus mampu memberikan pelayanan dan menghasilkan suatu produk yang sesuai keinginan pelanggan, juga dengan effisiensi biaya, sehingga biaya produksi juga bisa ditekan seminimal mungkin. Bersamaan dengan meningkatnya pengetahuan, sosial dan budaya dari konsumen, akan berdampak pada permintaan kualitas produk yang lebih baik, dan effisiensi yang lebih. Sehingga dengan kondisi seperti itu, perusahaan harus mampu memahami kondisinya seandainya ingin bersaing di pasar global, dan mampu memastikan karyawan untuk bisa mengerti dan memiliki komitmen untuk memenuhi kebutuhan dari konsumen.
Kualitas sangat dipengaruhi oleh harapan kepuasan pelanggan serta kesesuaian teknis dengan standar kualitas yang telah ditetapkan dan diharapkan pelanggan, dan standar ISO 9001:2000 merupakan acuan prinsif dasar yang dipakai sebagai acuan kepuasan pelanggan.
ii
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER Terima kasih atas ksediaan anda untuk pengisian kuesioner ini Kuisioner ini berisikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan aktifitas pelaksanaan pekerjaan proyek berdasarkan pemanfaatan/pemakaian format ISO 9001:2000 sebagai acuan Term of Reference.
Sebagai tahap awal penulis mengumpulkan data tentang personel yang terlibat dalam proyek yang dijadikan sample.
A. Latar belakang Responden:
Responden adalah Ketua Regu Pelaksana Tugas dalam proyek perencanaan ini, dengan latar belakang sebagai berikut, pilih /lingkari atau isilah pertanyaan berikut: 1. Pendidikan Terakhir: a. Diploma atau sederajat b. Strata -1 c. Strata -2 d. Lainnya
2. Pengalaman di bidang konstruksi: a. 0 – 5 tahun b. 5 – 10 tahun c. 10 – 15 tahun d. Diatas 15 tahun
B. Data Proyek: 1. Nama Proyek : ................................... 2. Lokasi Proyek: ..................................
iii
3. Jenis Proyek : .................................. a. Bangunan tinggi b. Jalan raya dan atau jembatan c. Bangunan air, Bendung d. Pabrik dan atau Gudang e. Lainnya sebutkan ………………….
4. Pemilik Proyek a. Pemerintah/BUMN b. Swasta c. Kerja sama luar negeri d. Lainnya, sebutkan ………………..
Latar Belakang tenaga ahli 1. Tenaga ahli Tanah e. Pendidikan S1, pengalaman 0 –
5 th = ……. Orang
f. Pendidikan S1, pengalaman 5 – 10 th = ……. Orang g. Pendidikan S1, pengalaman 10 – 15 th = ……. Orang h. Pendidikan S1, pengalaman
> 15 th = ……. Orang
i. Pernah mengikuti pelatihan SMM ISO 9001 : 2000 = ………kali
2. Tenaga ahli Struktur a. Pendidikan S1, pengalaman 0 –
5 th = ……. Orang
b. Pendidikan S1, pengalaman 5 – 10 th = ……. Orang c. Pendidikan S1, pengalaman 10 – 15 th = ……. Orang d. Pendidikan S1, pengalaman
> 15 th = ……. Orang
e. Pernah mengikuti pelatihan SMM ISO 9001 : 2000 = ………kali
3. Tenaga ahli Arsitektur a. Pendidikan S1, pengalaman 0 –
5 th = ……. Orang
b. Pendidikan S1, pengalaman 5 – 10 th = ……. Orang
iv
c. Pendidikan S1, pengalaman 10 – 15 th = ……. Orang d. Pendidikan S1, pengalaman
> 15 th = ……. Orang
e. Pernah mengikuti pelatihan SMM ISO 9001 : 2000 = ………kali
4. Tenaga ahli Mekanikal a. Pendidikan S1, pengalaman 0 –
5 th = ……. Orang
b. Pendidikan S1, pengalaman 5 – 10 th = ……. Orang c. Pendidikan S1, pengalaman 10 – 15 th = ……. Orang d. Pendidikan S1, pengalaman
> 15 th = ……. Orang
e. Pernah mengikuti pelatihan SMM ISO 9001 : 2000 = ………kali
5. Tenaga ahli Elektrikal a. Pendidikan S1, pengalaman 0 –
5 th = ……. Orang
b. Pendidikan S1, pengalaman 5 – 10 th = ……. Orang c. Pendidikan S1, pengalaman 10 – 15 th = ……. Orang d. Pendidikan S1, pengalaman
> 15 th = ……. Orang
e. Pernah mengikuti pelatihan SMM ISO 9001 : 2000 = ………kali
6. Tenaga ahli Interior a. Pendidikan S1, pengalaman 0 –
5 th = ……. Orang
b. Pendidikan S1, pengalaman 5 – 10 th = ……. Orang c. Pendidikan S1, pengalaman 10 – 15 th = ……. Orang d. Pendidikan S1, pengalaman
> 15 th = ……. Orang
e. Pernah mengikuti pelatihan SMM ISO 9001 : 2000 = ………kali
7. Tenaga ahli Lansekap a. Pendidikan S1, pengalaman 0 –
5 th = ……. Orang
b. Pendidikan S1, pengalaman 5 – 10 th = ……. Orang c. Pendidikan S1, pengalaman 10 – 15 th = ……. Orang d. Pendidikan S1, pengalaman
> 15 th = ……. Orang
e. Pernah mengikuti pelatihan SMM ISO 9001 : 2000 = ………kali
v
8. Tenaga ahli IT a. Pendidikan S1, pengalaman 0 –
5 th = ……. Orang
b. Pendidikan S1, pengalaman 5 – 10 th = ……. Orang c. Pendidikan S1, pengalaman 10 – 15 th = ……. Orang d. Pendidikan S1, pengalaman
> 15 th = ……. Orang
e. Pernah mengikuti pelatihan SMM ISO 9001 : 2000 = ………kali
9. Tenaga ahli Lainnya, sebutkan ………………… a. Pendidikan S1, pengalaman 0 –
5 th = ……. Orang
b. Pendidikan S1, pengalaman 5 – 10 th = ……. Orang c. Pendidikan S1, pengalaman 10 – 15 th = ……. Orang d. Pendidikan S1, pengalaman
> 15 th = ……. Orang
e. Pernah mengikuti pelatihan SMM ISO 9001 : 2000 = ………kali
10. Tenaga ahli Lainnya, sebutkan ………………… a. Pendidikan S1, pengalaman 0 –
5 th = ……. Orang
b. Pendidikan S1, pengalaman 5 – 10 th = ……. Orang c. Pendidikan S1, pengalaman 10 – 15 th = ……. Orang d. Pendidikan S1, pengalaman
> 15 th = ……. Orang
e. Pernah mengikuti pelatihan SMM ISO 9001 : 2000 = ………kali
Dalam setiap pertanyaan berikut, responden diminta untuk memberikan jawaban dengan memberi tanda lingkaran pada salah satu score yang terdapat pada setiap pertanyaan tersebut.
vi
Adapun representasi dari score tersebut adalah: * Untuk kasus pertanyaan nomor 1 s/d nomor 24 Score 5 4 3 2 1
Ukuran Kualitatif Selalu dipakai sebagai acuan Lebih sering dipakai sebagai acuan Kadang-kadang dipakai sebagai acuan Pernah dipakai sebagai acuan Tidak pernah dipakai sebagai acuan
Pengertian Memberikan nilai kepastian tentang tingkat pemanfaatan ISO 9001:2000 = 100% Memberikan nilai kepastian tentang tingkat pemanfaatan ISO 9001:2000 = 75% Memberikan nilai kepastian tentang tingkat pemanfaatan ISO 9001:2000 = 60% Memberikan nilai kepastian tentang tingkat pemanfaatan ISO 9001:2000 = 30% Memberikan nilai kepastian tentang tingkat pemanfaatan ISO 9001:2000 = 0%
Di mana lembaran ISI 9001:2000 yang di maksud adalah form isian dari F-01 sampai dengan F-24
vii
Lampiran lembaran ISO 9001:2000
viii
ix
x
xi
xii
xiii
xiv
xv
xvi
xvii
xviii
xix
xx
xxi
xxii
xxiii
xxiv
xxv
xxvi
xxvii
xxviii
xxix
xxx
xxxi
xxxii
xxxiii
xxxiv
xxxv
xxxvi
xxxvii
xxxviii
xxxix
xl
Contoh Pengisian Kuisioner No
Uraian
1
Gambar kerja arsitektur
Score 5
4
3
2
1
Jawaban tersebut memberikan pengertian bahwa tanggapan responden terhadap pertanyaan “Gambar kerja arsitektur” memiliki kepastian tingkat pemanfaatan ISO 9001:2000 adalah 0% Guna peningkatan kinerja perencanaan pada Div Studi dan Perencanaan PT.Yodya Karya, mohon penilaian anda secara jujur dan objective atas pertanyaan-pertanyaan berikut : No
Uraian
Score
1
Pengisian F 01 (Laporan hasil Survey)
5
4
3
2
1
2
Pengisian F02 (Program perencanaan)
5
4
3
2
1
3
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
9
Pengisian F03 (Checklist Survey Pendahuluan) Pengisian F04 (Lembar Penjelasan checklist survey pendahuluan) Pengisian F05 (Rencana Pengerahan tenaga ahli) Pengisian F06 (Rencana Penyediaan dan Penggunaan Peralatan Kerja) Pengisian F07 (Checklist Survey Lokasi) Pengisian F08 (Checklist Pemerikasaan Gambar Arsitektur) Pengisian F09 (Konsep Gambar Perencanaan)
5
4
3
2
1
10
Pengisian F10 (Daftar Gambar)
5
4
3
2
1
11
Pengisian F11 (Revisi Gambar) Pengisian F12 (Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Perencanaan) Pengisian F13 (Check Pemeriksaan Gambar Struktur) Pengisian F14 (Checklist Pemerikasaan Gambar Elektrikal) Pengisian F15 (Checklist Pemeriksaan Gambar
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
4 5 6 7 8
12 13 14 15
xli
19
Mekanikal, Plumbing) Pengisian F16 (Checklist Pemeriksaan Mekanikal) Pengisian F17 (Checklist Pemeriksaan Landsekap) Pengisian F18 (Checklist Pemeriksaan Interior) Pengisian F19 (Form pemeriksaan RKS)
20
Pengisian F20 (Form Pemeriksaan BQ)
5
4
3
2
1
21
Pengisian F21 (Form Pemeriksaan RAB)
5
4
3
2
1
22
Pengisian F22 (Form Pemeriksaan Perhitungan) Pengisian F23 (Evaluasi Perhitungan Struktur, Mekanikal, Elektrikal) Pengisian F24 (Prestasi Pekerjaan Perencanaan)
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
16 17 18
23 24
* Untuk kasus pertanyaan mengenai Kinerja adalah: Score Ukuran Kualitatif 5
Sangat setuju
4
Setuju
3
Tidak tahu
2
Tidak setuju
1
Sangat tidak setuju
Gambar
5
4
3
2
1
Gambar
5
4
3
2
1
Gambar
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
Pengertian
Memberikan nilai kepastian tentang tingkat pendekatan optimalisasi kinerja = 100% Memberikan nilai kepastian tentang tingkat pendekatan optimalisasi kinerja = 75% Memberikan nilai kepastian tentang tingkat pendekatan optimalisasi kinerja = 60% Memberikan nilai kepastian tentang tingkat pendekatan optimalisasi kinerja = 30% Memberikan nilai kepastian tentang tingkat pendekatan optimalisasi kinerja = 0%
No
Uraian
01
Pekerjaan perencanaan dikerjakan oleh team ahli pada bidangnya, sesuai profesionalime dan pendidikannya Manajemen menugaskan tenaga ahli S1 dan S2 sesuai profesinya dan pengalamannya untuk melaksanakan pekerjaan perencanaan Dilakukan pendekatan atau pengestimasian besarnya anggaran yang dibutuhkan dalam suatu proyek Dilakukan pengendalian terhadap perubahan biaya
02 03 04
Score 5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
xlii
05 06 07 08 09 10 11 12 13 14
15
16 17 18 19 20 21 22 23 24 24
yang dibutuhkan terhadap suatu proyek Ketepatan waktu atau lancarnya pemberian anggaran terhadap elemen setiap proyek yang membutuhkan Tersedia anggaran yang memadai Dukungan anggaran sangat membantu kelancaran proyek Ruang lingkup proyek lebih jelas dan mendetil Minimnya koreksi terhadap lingkup yang telah didefinisikan dikarenakan adanya permintaan perubahan oleh pelanggan Kesesuaian ruang lingkup pada saat perencanaan dengan kondisi real pada saat pelaksanaan Minimnya perubahan spesifikasi dan user requirements Identifikasi setiap aktifitas proyek dilakukan secara spesifik sehingga proyek mudah diselesaikan Urutan aktifitas serta pendokumentasian hubungan antar setiap aktifitas proyek secara jelas Dalam melakukan estimasi jangka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap proyek cukup akurat Pengalokasian waktu kelonggaran pada setiap aktifitas proyek atau pada waktu proyek secara keseluruhan cukup memadai Alokasi waktu yang diberikan terhadap perubahanperubahan serta tindakan koreksi terhadap jadwal proyek cukup besar Disiplin terhadap jadwal / milestone yang telah ditentukan Manajemen mengalokasikan anggaran yang cukup dalam pengadaan proyek Manajemen memberikan prasarana yang dibutuhkan dalam setiap aktifitas proyek Manajemen memberikan perhatian khusus terhdap progress (kemajuan proyek) Manajemen mengadakan evaluasi reguler terhadap proyek yang sedang berlangsung Manajemen mensosialisasikan proyek yang dijalankan kesuluruh pemegang kendali proyek Manajemen mensosialisasikan proyek yang dijalankan kepada lintas departemen/divisi yang memiliki kaitan terhadap proyek tersebut Ketua Regu Pelaksana Tugas memiliki kedisiplinan yang tinggi Ketua Regu Pelaksana Tugas memiliki integritas
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
xliii
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
Ketua Regu Pelaksana Tugas berprilaku Konsisten Ketua Regu Pelaksana Tugas dapat membangun kepercayaan yang kuat Ketua Regu Pelaksana Tugas memiliki kemampuan komunikasi verbal yang baik Ketua Regu Pelaksana Tugas dapat membangun tim yang kuat Ketua Regu Pelaksana Tugas dapat mengatur serta mengatasi konflik Ketua Regu Pelaksana Tugas mampu berpikir kritis terhadap masalah Ketua Regu Pelaksana Tugas memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah Ketua Regu Pelaksana Tugas memiliki kemampuan atau sifat understand serta balances priorities Ketua Regu Pelaksana Tugas mau meluangkan waktu untuk anggota tim yang sedang lembur ketika mereka sedang mengejar deadline project Melakukan pertemuan atau diskusi secara berkala Menggunakan media komunikasi yang sesuai dengan situasi dan kondisi Menggunakan media komunikasi yang sesuai dengan jenis informasi dan komunikasi yang ingin disampaikan Menyampaikan ide-ide atau gagasan dengan jelas Dilakukan brainstorming untuk mendapatkan ide-ide dan gagasan yang terbaik Melibatkan para anggota tim dalam menentukan kebijakan proyek Melakukan sosialisasi terhadap kebijakan yang diambil secara top-down Seluruh pertemuan (formal meeting) difasilitasi oleh Ketua Regu Pelaksana Tugas Setiap diskusi difasilitasi oleh Ketua Regu Pelaksana Tugas Memperhatikan dan mempersiapkan kepada siapa informasi disampaikan dan siapa yang akan menyampaikan Melakukan pertemuan atau diskusi secara berkala dengan klien Mengikutsertakan klien dalam penyelesaian proyek Setiap permasalahan yang berhubungan dengan kepentingan klien didiskusikan dengan klien
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
xliv
48 49 50 51 52 53
54
55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
Meminta masukan dan usulan dari klien Sedapat mungkin memenuhi apa yang diinginkan klien (memprioritaskan kepentingan klien) Kedisiplinan anggota tim terhadap jam kerja Kedisiplinan anggota tim terhadap batas waktu yang telah ditentukan untuk setiap aktifitas didalam jadwal proyek Adanya komunikasi yang baik antar anggota tim Anggota tim mau berbagi pengetahuan ke anggota tim lainnya Anggota tim mau membantu anggota tim lainnya yang sedang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas nya, walupun pihak yang bersangkutan juga sama-sama sedang mengalami deadline project Personel memiliki kompetensi atau keahlian yang baik pada setiap tugas dan tanggung jawab yang diberikan Personel memiliki kemauan untuk belajar sendiri Personel memiliki kemampuan untuk belajar dengan cepat Personel mau mengikuti perkembangan teknologi informasi Personal memiliki kemampuan untuk melanjutkan atau memperbaiki pekerjaan orang lain Memilki personel yang selalu tersedia untuk di alokasikan pada aktifitas proyek Minimnya tingkat turn over personel selama masa proyek Personel yang terlibat sangat memadai
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
Personel yang terlibat memiliki kualifikasi yang sesuai Personel yang terlibat memiliki kualifikasi pendidikan yang sesuai Proyek selesai tepat waktu (sesuai deadline project)
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
Anggaran proyek yang telah ditetapkan mencukupi Perubahan scope (lingkup proyek) dapat dikendalikan atau terkontrol Ketua Regu Pelaksana Tugas direkomendasikan untuk menangani proyek-proyek sejenis atau yang lebih menantang Anggota tim direkomendasikan untuk menangani proyek-proyek sejenis atau yang lebih menantang Proses pengerjaan dapat memuaskan klien
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
xlv
71
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
73
Hasil proyek dapat memuaskan klien Proses pengerjaan dapat memuaskan anggota tim proyek Hasil proyek dapat memuaskan anggota tim proyek
5
4
3
2
1
74
Hasil-hasil proyek sesuai dengan tujuan utama proyek
5
4
3
2
1
72
xlvi
HASIL PENGISIAN KUESIONER
xlviii
HASIL PENGISIAN QUESIONER
xlix
HASIL PENGISIAN QUESIONER
l
HASIL PENGISIAN QUESIONER
li
lii
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.