BAHAN AJAR
FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL
(Periodonsia I)
Disusun oleh: drg. H. Ahmad Syaify, Sp. Peno
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2004
TINJAUAN MATA KULIAH 1. Deskripsi singkat mata kuliah Mata kuliah Faktor Predisposisi Penyakit Periodontal merupakan bagian dan mata kuliah Periodonsia Dasar I. Mata kuliah ini diberikan dengan tatap muka yang diselingi tanya jawab dengan mahasiswa. Perkuliahan berlangsung satu jam perminggu selama 3 minggu dalam satu semester. Prasyarat mengikuti kuliah ini mahasiwa harus telah mengikuti kutiah anatomi, hstologi, dan fisiologi. 2. Kegunaan mata kuliah Mahasiswa dapat memahami etiologi penyakit periodontal, khusunya beberapa faktor predisposisi sehingga dapat melengkapi pemahaman atas materi kuliah Periodonsia Dasar I sebelumnya dan membekali pemahaman untuk memasuki mata kuliah Penodonsia II, III dan IV 3. Tujuan lnstruksional umum Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiwa akan dapat menjelaskan peran faktor predisposisi di dalam etiotogi periyakit periodontal, macam-macam faktor predisposisi penyakit periodontal, keadaan anatomis sebagal faktor predisposisi, serta pengaruh bermacam-macam tindakan kedokteran gigi terhadap jaringan periodontal. 4. Urutan bahan ajar 1. Faktor predisposisi terjadinya penyakit periodontal. 2. Keadaan anatomis sebagai faktor predisposisi penyakit periodontal. 3. Pengaruh tindakan kedokteran terhadap jaringan periodontal.
I. FAKTOR PREDISPOSISI TERJADINYA PENYAKIT PERIODONTAL A. Pendahuluan 1. Deskripsi Bab ini memuat mengenai pengertian faktor predisposisi penyakit periodontal dan macam beberapa contoh deposit pada permukaan gigi sebagai faktor predisposisi dimaksud. 2. Relevansi Diharapkan
dengan
mengetahui
tengantang
faktor
predisposisi,
mahasiswa dapat memperoleh gambaran tentang etiologi penyakit periodontal selain plak gigi yang merupakan faktor pencetus atau initiaing faktor. 3. Tujuan Instruksional Khusus: Setelah mempelajari bab ini mahasiswa akan dapat menjelaskan maksud dan faktor predisposisi penyakit periodontal dan beberapa contoh endapan pada permukaan gigi sebagai faktor predisposisi tersebut. B. Penyajian B.1.
Uraian Materi
1.1.
Definisi faktor predisposisi penyakit periodontal Adalah
beberapa
kondisi
yang
mendukung
atau
memperbesar
kemungkinan terjadinya penyakit periodontal. Kondisi yang dimaksud, bisa merupakan suatu endapan atau deposit pada permukaan gigi, kondisi anatomis jaringan periodontal, atau kekeliruan tindakan perawatan kedokteran gigi seperti penambalan gigi yang tidak baik, dsb sehingga memungkinkan bertambahnya akumulasi plak serta perubahan respon jaringan gingiva terhadap akumulasi plak tersebut. Seperti diketahui bahwa penyebab terjadinya penyakit periodontal dikelompokkan dalam 2 kategori umum dengan nncian masing-masing kategori sebagai berikut; 1. Faktor lokal/ekstrinsik A. Faktor iritatif (irritating factor) 1. Faktor pencetus (initiating factor) 2. Faktor predisposisi (predisposing factor) B. Faktor fungsional (functional factor)
2. Faktor sistemiklintrinsik. Dan kategori penyebab atau etiologi penyakit periodontal di atas, terlihat faktor predisposisi merupakan bagian dari faktor lokal yang sifatnya iritatif dan bukan fungsional. 1.2.
Endapan Permukaan Gigi sebagai Faktor Predisposisi Penyakit Periodontal Faktor predisposisi yang berupa endapan atau deposit selain plak, seperti material alba, food debris/food retention/food impaction, stain gigi, kalkulus, merokok dan mengunyah tembakau, adanya karies gigi, konsistensi makanan dibahas dalam bab ini. Sedangkan faktor predisposisi lainnya yaitu keadaan anatomis jaringan periodontal dan kesalahan tindakan perawatan kedokteran gigi akan dibahas pada bab-bab berikutnya.
1.3.
Materia alba Adalah deposit lunak pada permukaan gigi yang terlihat oleh mata berwarna kekuningan atau agak putih, strukturnya amorfus terdiri dari partikelpartikel makanan, mikroorganisme, leukosit, protein saliva, serta sel-sel epitel deskaumasi. Sebagaimana halnya plak gigi, material alba berakumulasi pada permukaan gigi, gingiva, protesa gigi dalam mulut, dan peratatan ortodonsi lepasan maupun cekat. Berbeda dan plak gigi, materia aba tidak begitu melekat dan dapat hilang dengan berkumur-kumur keras atau semprotan air. Mikoorganisme yang terdapat di dalam material alba tidak sama dengan struktur mikroorganisma plak, dan tidak dikategorikan sebagai mikroorganisme yang potensial menyebabkan inflamasi gingiva.
1.4.
Food debris (food retention & food impact ion) Disebut juga food impaction atau food retention, adalah sisa-sisa makanan dalam rongga mulut yang biasanya terselip di antara gigi geligi atau menumpuk pada daerah cekungan di lehergigi dekat gingival terutama pada gigi-gigi yang berjejal. Meskipun berisi mikorganisme namun food debris tidak menimbulkan intasi pada gingival. Food debris lebih mudah diberikan daripada material alba, apalagi plak. Biasanya cukup dengan gerakan fungsionl dari organ rongga mulut, food debris sudah bisa dihilangkan. Food impaction lebih spesifik Ietaknya, yaitu diantara gigi-gigi yang kontak areanya tidak baik atau bahkan tidak terdapat kontak area. Terbukanya
daerah interproksimal menyebabkan bolus makanan selalu menyelip di daerah tersebut, sehingga menjadikan iritasi mekanis dan merupakan tempat yang ideal untuk akumulasi plak.
1.5.
Stain gigi Adalah deposit pada permukaan gigi yang merupakan suatu pigmentasi dari acquired pellicle oleh bakteri kromogenik, makanan, serta bahan kimia tertentu. Asap rokok, minum teh, atau bahan minuman/minuman berwarna lainnya dapat menimbulkan stain gigi. Penggunakan chiorhexidin sebagai obat kumur diketahui dapat menimbulkan efek samping berupa staining pada permukaan gigi. Stain menyebabkan iritasi pada jaringan gingiva karena menyebabkan kekasaran permukaan gigi, sehingga menjadi predisposing faktor dan akumulasi plak sebagai pencetus terjadinya penyakit periodontal. Stain dapat dihilangkan dengan scaling, atau brushing yang dikombinasik dengan pengolesan cairan kimia tertentu seperti TSR (Tooth Stain Removal). Pada anak-anak stain sering berwarna hijau yang merupakan pigmentasi partikel saliva oleh bakteri kromogenik.
1.6.
Kalkulus Adalah endapan keras pada permukaan gigi yang merupakan bakteri plak yang telah mengalami mineralisai dan kalsifikasi. Oleh karena kalkulus merupakan kelanjutan dari plak yang yang terkaslifikasi, maka pemberitahukan kalkulus sebetulnya diawali oleh pembentukan plak. Dengan demikian untuk mencegah adanya kalkulus, sebaiknya dimulai dan pencegahan akumulasi plak pada permukaan gigi. Kalkulus umumnya lebih banyak dijumpai pada permukaan lingual gigi-gigi depan rahang bawah, dan permukaan bukal gigigigi geraham rahang atas.
Menurut letaknya kalkulus dibagi 2 yaitu; 1. Kalkulus supragingiva, dimana kalkulus terletak di atas margin gingiva. 2. Kalkulus subgingiva bila kalkulus terletak di bawah margin gingival masuk ke dalam sulkus gingival. Kalkulus supra gingival disebut juga salivary calculus, pembentukannya bersumber dan saliva dan sisa-sisa makanan, berwarna agak kekuningan kecuali bila terkontaminasi faktor lain misalnya asap tembakau, pinang, atau anggur. Kalkulus supra gingival biasanya cukup keras dan rapuh sehingga mudah dilepas dengan alat-alat scaling manual maupun ultrasonic. Kalkulus subgingiva disebut juga serumnal calculus, melekat erat pada permukaan akar gigi atau daerah cemento enamel junction dan distribusinya tidak berhubungan dengan glandula salivarius, melainkan dengan adanya inflamasi gingival dan pembentukan poket periodontal. Kalkulus subgingiva biasanya berwarna hijau tua atau hitam, lebih keras daripada kalkulus supragingva. Untuk menghilangkan kalkulus subgingiva lebih sulit dibandingnya kalkulus supragingiva karena letaknya masuk ke dalam sulkus atau poket. Maka lebih disarankan agar pembersihannya menggunakan scaling ultrasonik. 1.7.
Karies gigi Karies gigi merupakan kerusakan patologis pada permukaan gigi. Terhadap keberadaan gigi dalam rongga mulut, karies merupakan masalah tersendiri karena menyebabkan kerusakan struktur keras gigi sampai struktur lunak di dalam pulpa gigi. Pengaruh karies terhadap jaringan periodontal, bukan semata-mata oleh karies itu sendiri melainkan karena adanya kavitas patologis dapat menyebabkan akumulasi dan retensi makanan. Jika letak karies berdekatan dengan jaringan gingiva, maka akan menjadi predisposing faktor kelainan jaringan periodontal oleh karena menyebabkan akibat akumulasi plak atau retensi makanan dan gigi yang berlubang.
1.8.
Merokok dan mengunyah tembakau Kebiasaan
merokok
menyebabkan
penumpukan
stain
sehingga
permukaan gigi lebih kasar. Tetapi stain pada perokok bukan satu-satunya penyebab retensi plak. Fakta yang sebenarnya terjadi adalah, perokok biasanya tidak membersihkan gigi sebaik mereka yang tidak merokok. Efek yang paling jelas dari merokok adalah perubahan warna pada gigi dan
keratinisai epitel mulut, dan adanya bercak putih di mukosa pipi, bibir sebelah dalam, atau palatum. Keratinisasi epitel gingiva pada perokok menyamarkan inflamas gingival dan menyurangi perdarahan gingiva. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa merokok dapat meningkatkan akumulasi plak dan penyakit periodontal akibat kebersihan mulut yang jelek. Kebiasaan mengunyah tembakau pada penduduk tertentu menyebabkan kerusakan pada jaringan gingiva. Tembakau akan menginitasi tepi gingival secera mekanis, dan bahan-bahan kimia dan tembakau juga menimbulkan iritasi kimiawi pada jaringan periodontal. 1.9.
Konsistensi makanan Jenis makanan dapat berpengaruh terhadap pembentukan plak gigi. Makanan yang lunak dan lengket menyebakan lebih banyak timbulnya bakteri plak, karena makanan lunak biasanya lebih menempel pada gigi dan menjadikan media ideal bagi akumulasi serta retensi plak. Makanan yang mengandung gula seperti sukrosa memberikan substrat untuk pertumbuhan mikroorganisme plak dan pembentukan polisakarida ekstra seluler (glukan) yang dibutuhkan pada tahap awal pembentukan plak gigi. Sebaliknya makanan yang berserat dan tidak melekat pada permukaan gigi, dapat membantu pencegahan akumulasi plak gigi melalui mekanisme pembersihan sendiri (self cleansing) oleh unsur saliva, bolus makanan, aktivitas otot pengunyahan, dan gigi geligi selama berlangsung proses pengunyahan.
B.2.
Rangkuman Selain plak sebagai faktor pencetus penyakit periodontal, terdapat faktor
predisposisi yang memperbesar kemungkinan terjadinya penyakit periodontal. Telah dibahas beberapa faktor predisposisi yaltu; material alba, kalkulus, stain gigi, food debris/food impaction, merokok dan mengunyah tembakau, konsistensi makanan, dan karies gigi. C. Penutup C.1.
Tes formatif
I.
Pilih satu jawaban yang tepat 1. Dibawah ini termasuk faktor predisposisi penyakit periodontal adalah dibawah ini, kecuali:
A. Materia alba B. Makanan yang melekat C. Food debris D. Plak gigi E. Karies gigi 2. Stain gigi termasuk faktor predisposisi penyakit periodontal karena: A. Pewarnaan gigi B. Permukaan gigi menjadi kasar C. Memudahkan akumulasi pak D. Petumbuhan bakteri E. Semua jawaban di atas benar 3. Berikut ini adalah pengaruh kebiasaan merokok terhadap jaringan periodontal, kecuali: A. Menimbulkan pewarnaan pada permukaan gigi B. Menyebabkan keratinisasi pada epitel gingiva C. Menyebabkan peradangan gingival D. Kekasaran permukaan gigi E. Menimbulkan bau mulut tidak sedap II.
Berikan jawaban A, jika 1, 2, dan 3 benar B, jika 1 dan 3 benar C, jika 2 dan 4 benar D, jika 4 saja yang benar E, jika semua benar 4. Proses sel cleansing dalam mulut terutama terhadap: 1. Materia alba 2. Plak gigi 3. Stain 4. Sisa makanan 5. Kalkulus gigi 5. Pengaruh impaksi makanan terhadap jaringan periodontal 1. lmpaksi makanan membentuk debris 2. lmpaksi makanan merupakan tempat atau lingkungan yang baik untuk penimbunan bakteri plak 3. lmpaksi makanan membentuk materia alba 4. lmpaksi makanan merupakan iritan terhadap jaringan periodental 5. lmpaksi makanan membentuk plak subgingiva
Ill.
Jawaban A, jika benar, benar dan berhubungan B, jika benar, benar tetapi tidak berhubungan C, jika benar, salah D, jika salah, benar E, jika salah, salah 6. Karies gigi bisa dimasukkan ke dalam faktor predisposisi penyakit periodontal SEBAB faktor predisposisi adalah fakor pencetus terjadinya penyakit periodontal. 7. Kalkulus supragingiva dinamakan juga kalkulus serumnal SEBAB kalkulus supragingiva banyak dipengaruhi oleh saliva.
C.2.
Kunci tes formatif 1. D
5. D
2. C
6. B
3. E
7. C
4. C