FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS PENYAKIT PERIODONTAL REMAJA DI KOTA MEDAN TAHUN 2007
TESIS
Oleh RIKA MAYASARI ALAMSYAH 047012017/AKK
S
C
N
PA
A
S
K O LA
H
E
A S A R JA
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS PENYAKIT PERIODONTAL REMAJA DI KOTA MEDAN TAHUN 2007
TESIS Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh RIKA MAYASARI ALAMSYAH 047012017/AKK
Judul Tesis
Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi Konsentrasi
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS PENYAKIT PERIODONTAL REMAJA DI KOTA MEDAN TAHUN 2007 : Rika Mayasari Alamsyah : 047012017 : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Menyetujui Komisi Pembimbing :
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Judul Tesis
: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS PENYAKIT PERIODONTAL REMAJA DI KOTA MEDAN TAHUN 2007 : Rika Mayasari Alamsyah : 047012017 : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi Konsentrasi
Menyetujui Komisi Pembimbing :
(Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM) Ketua
(Drs.Tukiman, M.Kes) Anggota
Ketua Program Studi,
(Dr. Drs. Surya Utama, MS)
Tanggal lulus :
(Harmona Daulay, S.Sos., MSi) Anggota
Direktur,
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc)
21 Januari 2009
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Telah diuji pada Pada tanggal : 21 Januari 2009
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM. Anggota : 1. Drs. Tukiman M.Kes. 2. Harmona Daulay, S.Sos., M.Si. 3. Dr. Linda T. Maas, MPH. 4. Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D., Sp.Pros (K). Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
PERNYATAAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS PENYAKIT PERIODONTAL REMAJA DI KOTA MEDAN TAHUN 2007
TESIS
Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau di terbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan,
Januari 2009
(Rika Mayasari Alamsyah)
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
ABSTRAK
Saat ini jumlah perokok di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya, dan lebih setengah dari mereka adalah anak-anak dan remaja. Berdasarkan penelitian Haber dkk (Johnson GK, Slach NA, 2001), penyakit periodontal yang ditemukan pada kelompok umur 19-30 tahun, sebanyak 51% mempunyai kebiasaan merokok. Persentase remaja yang berstatus pelajar SMA merokok di Medan yaitu sebesar 40% (Tarigan, Aditama TY, 1994). Dalam kaitan itu ingin diketahui risikonya dalam penyakit periodontal. Desain penelitian adalah studi cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rasio prevalensi faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok, hubungan faktor pengetahuan, lingkungan sosial, sarana dan prasarana serta alasan psikologis dengan kebiasaan merokok dan hubungan antara kebiasaan perokok remaja dengan status penyakit periodontal pada remaja yang berstatus pelajar SMA di Kota Medan. Sampel adalah 408 remaja di Kota Medan, yang diambil secara stratifikasi – klaster 2 tingkat. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi, uji statistik menggunakan uji chi-square dan t-test. Hasil penelitian menunjukkan rasio prevalensi faktor pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan sebesar 2,22; pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut sebesar 1,58 dan zat berbahaya dalam rokok sebesar 1,48. Rasio prevalensi pengaruh orang tua merokok sebesar 1,38; saudara serumah merokok 1,43; teman merokok 1,49 dan iklan rokok 1,42. Semua faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan secara statistik memiliki hubungan yang signifikan dengan kebiasaan merokok remaja. Status penyakit periodontal secara statistik memiliki hubungan yang signifikan dengan kebiasaan merokok pada perokok remaja di Kota Medan. Disarankan untuk melakukan kerjasama dengan Dinas Kesehatan Medan atau setempat untuk pemeriksaan gigi secara berkala ke sekolah khususnya SMA, sosialisasi mengenai kebersihan gigi dan mulut, meningkatkan aspek pengetahuan remaja tentang bahaya merokok bagi kesehatan gigi dan mulut, perlu dilakukannya pengawasan dan sanksi dari pihak sekolah bagi remaja yang ketahuan merokok sehingga diharapkan mampu mengurangi jumlah pengonsumsi rokok, terutama pada usia yang sangat muda serta peningkatan komunikasi antara orang tua dan anaknya.
Kata Kunci
: kebiasaan merokok, status penyakit periodontal, remaja.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
ABSTRACT
Nowdays, numbers of smokers in Indonesia increase every year, and more than half of them are children and adolescenes. Haber et al study reported that 51% periodontal disease was found on smokers at age 19-30 years. Percentage of adolescenes smokers with status high school students in Medan is 40% (Tarigan, Aditama TY, 1994). Related to that fact, this research was conducted to know it’s risk with periodontal disease. This study was designed with cross sectional study, aimed to analyze the prevalence ratio factors that influencing smoking habit, the relationship between knowledge, social environment, infrastructure and tools and also psychological reason with smoking habit, and the relationship between smoking habit with status of periodontal disease in senior high school adolescenes in Medan city. Sample was 408 senior high school adolescenes were taken stratifically in cluster grade two. Data collection were taken by interviewing and observation, statistic test by using chi-square and t-test. The results of this study showed that prevalence ratio of smoking hazard knowledge on health 2,22; on dental health 1,58 and hazardous substance in cigarettes 1,48. Prevalence ratio of smoking parents 1,38; smoking family members 1,43; smoking friends 1,49 and cigarettes advertisement 1,42. All factors influencing smoking habit statistically have significant relationship with smoking habit of adolescenes. Status of periodontal disease statistically have significant relationship with smoking habit. It is suggested to make a relationship with district health office of Medan or in every city for regular check of the teeth in schools specially the high schools, socialization about the dental hygiene, increase of adolescenes knowledge about the danger of smoking on dental health, school also need to control and give sanction for all adolescenes who smoke at school, this may reduce the numbers of cigarette consumers especially for the young age and it is needed to increased communication between parents and their children.
Keywords : smoking habit, status of periodontal disease, adolescene.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahrahim Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas berkat rahmat dan ridho yang telah diberikanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan Tesis dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok dan Hubungannya dengan Status Penyakit Periodontal Remaja SMA di Kota Medan Tahun 2007”. Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian Tesis ini selain atas upaya penulis, juga tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada : 1.
Ibu Prof. Dr. Ir. T.Chairun Nisa, B.MSc., Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
2.
Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS., Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan dorongan dan semangat pada penulis dalam menyelesaikan penulisan Tesis ini.
3.
Ibu Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM., Ketua Komisi Pembimbing, yang telah banyak
memberikan dorongan,
semangat
dan
mengarahkan penulis
dalam
menyelesaikan penulisan Tesis ini. 4.
Bapak Drs. Tukiman, M.Kes., Anggota Komisi Pembimbing, yang telah banyak memberikan dorongan dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan Tesis ini.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
5.
Ibu Harmona Daulay, S.Sos., MSi., Anggota Komisi Pembimbing, yang telah banyak memberikan dorongan dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan Tesis ini.
6.
Ibu Dr. Linda T. Maas, MPH., Anggota Komisi Pembanding.
7.
Bapak Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D., Sp. Pros (K), Anggota Komisi Pembanding.
8.
Seluruh dosen dan pegawai Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.
9.
Kepala Sekolah SMA Negeri 1, SMA Negeri 2, SMA Negeri 12, SMA Swasta Harapan, SMA Swasta Angkasa 2 dan SMA Swasta Panca Budi beserta Staf yang telah memberikan izin dan membantu penulis melaksanakan penelitian di SMA tersebut.
10. Seluruh teman-teman mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan sumbang saran, dorongan serta kerjasama yang baik selama mengikuti pendidikan. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam pengantar ini.
Secara khusus penulis juga mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada : 1.
Ayahanda Syamsir Alamsyah dan Ibunda Sriwaty, SH., M.Hum., yang telah berperan sangat besar dalam mendidik dan membesarkan penulis.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
2.
Suami Indra Gunawan Tarigan, SE., yang selalu memberikan dorongan, kesabaran dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik. Akhir kata izinkanlah penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala
kekhilafan selama mengikuti pendidikan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara ini dan semoga amalan-amalan yang telah diberikan kepada penulis dapat diberikan balasan yang berlipat ganda oleh Allah SWT, Amin ya Robbal Alamin.
Medan,
Januari 2009
Penulis
(Rika Mayasari Alamsyah)
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Rika Mayasari Alamsyah
Tempat/Tanggal Lahir
: Medan, 16 Mei 1981
Alamat
: Jl. Polonia No. 40 Medan
Suami
: Indra Gunawan Tarigan, SE.
Riwayat Pendidikan
:
1.
SD Swasta Kemala Bhayangkari Medan, Tahun 1986
2.
SMP Swasta Harapan 2 Medan, Tahun 1992
3.
SMA Negeri 4 Medan, Tahun 1995
4.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Tahun 1998
Riwayat Pekerjaan 1.
:
Tahun 2005 – sekarang, Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Departemen IKGP/KGM.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK…………………………………………………………………. . ABSTRACT………………………………………………………………… KATA PENGANTAR……………………………………………………… RIWAYAT HIDUP……………….……………………………………….. DAFTAR ISI……………………………………………………………….. DAFTAR TABEL………………………………………………………….. DAFTAR GAMBAR………………………………………………………. DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………….…….
i ii iii vi vii x xii xiii
BAB 1
PENDAHULUAN……………………………………………….
1
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5
1 6 6 7 7
BAB 2
BAB 3
Latar Belakang.…...……..…………………………………... Perumusan Masalah…………………...……...……………… Tujuan Penelitian…………………….....……………………. Hipotesa Penelitian……………………..……….…………… Manfaat Penelitian………………….…………..…………….
TINJAUAN KEPUSTAKAAN…………………………………..
8
2.1 Remaja……………………………..………………………… 2.1.1 Definisi Remaja dan Pembagian Batasan Usia Remaja.. 2.1.2 Karakteristik Remaja………………………...………… 2.2 Kebiasaan Merokok……………………..…………………… 2.2.1 Kebiasaan Merokok pada Remaja dan Faktor yang Mempengaruhinya…………...………………………… 2.2.2 Klasifikasi Perokok dan Jenis Rokok………………..... 2.3 Bahaya Rokok terhadap Kesehatan………………………..... 2.4 Bahaya Rokok terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut................ 2.5 Indeks Oral Higiene dan Penyakit Periodontal........................ 2.6 Landasan Teori........................................................................ 2.7 Kerangka Konsep....................................................................
8 8 9 14 14 19 21 22 24 25 30
METODE PENELITIAN................................................................
31
3.1 Jenis Penelitian........................................................................ 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................... 3.2.1 Lokasi Penelitian……………..……………………….. 3.2.2 Waktu Penelitian……………..……………………….. 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian……......................................
31 31 31 31 32
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
3.4 3.5 3.6 3.7 BAB 4
BAB 5
3.3.1 Populasi Penelitian………............................................. 3.3.2 Sampel Penelitian…………….……………………….. Metode Pengumpulan Data………...……………………….. Variabel dan Definisi Operasional….………………………. Metode Pengukuran…………………..………………………. Metode Analisis Data……………….……………………….
32 32 34 35 38 41
HASIL PENELITIAN……………………………………………
43
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian………....………………………. 4.2 Rasio Prevalensi Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Pada Remaja di Kota Medan.............…. 4.2.1 Rasio Prevalensi Pengetahuan Remaja dengan Kebiasaan Merokok di Kota Medan ……..…..……..… 4.2.2 Rasio Prevalensi Pengaruh Lingkungan Sosial Remaja dengan Kebiasaan Merokok di Kota Medan...………… 4.3 Hubungan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok pada Remaja di Kota Medan……………..…...…… 4.3.1 Hubungan Faktor Pengetahuan Dengan Kebiasaan Merokok Pada Remaja di Kota Medan………….….… 4.3.2 Hubungan Faktor Lingkungan Sosial Dengan Kebiasaan Merokok pada Remaja di Kota Medan……………….. 4.4 Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Status Penyakit Periodontal Pada Remaja di Kota Medan........................…… 4.4.1 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Indeks Oral Higiene pada Remaja di Kota Medan……............…… 4.4.2 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Indeks Periodontal pada Remaja di Kota Medan…………..… 4.4.3 Hubungan Jenis Perokok dengan Indeks Oral Higiene pada Remaja di Kota Medan………………………….. 4.4.4 Hubungan Jenis Perokok dengan Indeks Periodontal pada Remaja di Kota Medan…………………………... 4.5 Gambaran Karakteristik Merokok Pada Perokok Remaja di Kota Medan………………………………………………
43
PEMBAHASAN…………………………………………………. 5.1 Rasio Prevalensi dan Hubungan Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok pada Remaja di Kota Medan……………………….…………....…………………. 5.1.1 Rasio Prevalensi dan Hubungan Pengetahuan Remaja di Kota Medan dengan Kebiasaan Merokok………...… 5.1.2 Rasio Prevalensi dan Hubungan Pengaruh Lingkungan
43 43 46 47 47 50 52 52 53 54 54 55 60
60 60
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Sosial Remaja di Kota Medan dengan Kebiasaan Merokok……………………………………....………. 5.2 Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Status Penyakit Periodontal pada Remaja di Kota Medan…………...………. 5.3 Gambaran Karakteristik Merokok Pada Perokok Remaja di Kota Medan…………………………………………………. BAB 6
62 64 65
KESIMPULAN DAN SARAN………………………………….
69
6.1 Kesimpulan…………………………...……………………… 6.2 Saran………………………………...……………………….
69 70
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..
73
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
DAFTAR TABEL
Nomor 4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
4.11
Judul
Halaman
Persentase pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan pada remaja di Kota Medan Tahun 2007………..…………………...
44
Persentase pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut pada remaja di Kota Medan Tahun 2007…………..
45
Persentase pengetahuan zat berbahaya dalam rokok pada remaja di Kota Medan Tahun 2007……………………………..
46
Hubungan pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan Tahun 2007…………………………………………………….
48
Hubungan pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan Tahun 2007…………………..………….……………..
49
Hubungan pengetahuan zat berbahaya dalam rokok dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan Tahun 2007…………………………..………………………………..
49
Hubungan pengaruh orang tua merokok dengan kebiasaan Merokok pada remaja di Kota Medan tahun 2007…………..
50
Hubungan pengaruh saudara serumah merokok dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan Tahun 2007…………………………………………………………….
51
Hubungan pengaruh teman merokok dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan Tahun 2007……….....
51
Hubungan pengaruh iklan rokok dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan tahun 2007…..……………..……
52
Hubungan kebiasaan merokok dengan Indeks Oral Higiene pada remaja di Kota Medan Tahun 2007…………………….…
53
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
4.12
4.13
4.14
4.15
4.16
4.17
4.18
4.19
4.20
4.21
4.22
Hubungan kebiasaan merokok dengan Indeks Periodontal Pada remaja di Kota Medan Tahun 2007………………………
53
Hubungan jenis perokok dengan Indeks Oral Higiene pada Remaja di Kota Medan Tahun 2007……………………………
54
Hubungan jenis perokok dengan Indeks Periodontal pada Remaja di Kota Medan Tahun 2007……………………………
55
Persentase jenis perokok pada perokok remaja di Kota Medan Medan Tahun 2007…………………………………………….
55
Persentase jenis rokok yang dihisap perokok remaja di Kota Medan Tahun 2007…………………………….……………….
56
Persentase lama merokok pada perokok remaja di Kota Medan Tahun 2007……………………………………………………..
56
Persentase sumber biaya untuk membeli rokok pada perokok remaja di Kota Medan Tahun 2007…….…………..…………..
57
Persentase tempat biasanya merokok pada perokok remaja di Kota Medan Tahun 2007……………….……………………
57
Persentase waktu biasanya remaja merokok pada perokok remaja di Kota Medan Tahun 2007……………….……………
58
Persentase alasan psikologis merokok pada perokok remaja di Kota Medan Tahun 2007……….…………..………………...
58
Persentase penyebab pertama kali merokok pada perokok remaja di Kota Medan Tahun 2007…………………………..…
59
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
2.1
Model perencanaan PRECEDE-PROCEED…………………....
25
2.2
Teori alasan berperilaku………………..……………….…........
27
2.7
Kerangka konsep penelitian…………………………………….
30
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
1.
Kuesioner……………………………………………………………....
76
2.
Perhitungan Besar Sampel…………………………………………......
80
3.
Daftar SMA Lingkar Dalam……………………………………………
81
4.
Daftar SMA Lingkar Luar……………………………………………..
82
5.
Perhitungan Reabilitas dan Validitas…………………………………..
83
6.
Hasil Analisis Statistik…………………………………………………
84
7.
Surat Permohonan Izin Penelitian………………………………………
100
8.
Surat Izin Penelitian……………………………………………………
102
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganggap bahwa perilaku merokok telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting bagi seluruh dunia sejak satu dekade yang lalu (Suhardi, 1995). Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi
rokok yang
tinggi. Menurut Bank
Dunia yang dikutip Depkes RI (2002), konsumsi rokok di Indonesia sekitar 6,6% dari konsumsi rokok di seluruh dunia. Data WHO tahun 2002 menyebutkan Indonesia mengkonsumsi rokok sebesar 215 miliar batang rokok, menduduki peringkat kelima di dunia sesudah Cina (1.697,3 miliar batang), Amerika Serikat (463,5 miliar batang), Rusia (375,0 milyar batang), dan Jepang (299,1 miliar batang) (Depkes, 2003). Saat ini jumlah perokok di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya, walaupun pemerintah telah banyak berupaya untuk terus menekan angka perokok dengan menaikkan bea cukai rokok sampai membatasi iklan rokok di televisi hanya boleh ditayangkan setelah pukul sepuluh malam (Purnama A, 1998). Kebiasaan merokok yang muncul selama ini menyebabkan sekitar 500 juta orang yang masih hidup akan dapat meninggal karena konsumsi rokok, dan lebih dari setengah dari mereka adalah anak-anak dan remaja. Di Indonesia, perokok pemula adalah mereka yang masih sangat muda. Perry dkk (1988) dalam Rochadi K (2004) berpendapat bahwa perilaku merokok terbesar berawal pada masa remaja dan meningkat menjadi perokok tetap Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
dalam kurun waktu beberapa tahun. Sejumlah studi menyebutkan bahwa para perokok mulai merokok pada umur 11 dan 13 tahun serta 85 - 90% mulai merokok sebelum usia 18 tahun (Leventhal dkk, Dhuyvettere dalam Smet, 1994). Penelitian kebiasaan merokok pada pelajar SLTA di Bandung menunjukkan 16,2% merokok sebelum usia 13 tahun dan proporsi pelajar wanita yang merokok sebesar 2,6% (Kartasasmita dkk, dalam Lubis, 1994). Tarigan (1990) dalam Aditama TY (1994), melaporkan bahwa sekitar 40% murid SMU di kota Medan adalah perokok dan kebiasaan merokok ini telah mereka mulai sejak umur 9-12 tahun. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang berintegrasi dengan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2004 menunjukkan hasil bahwa anak mulai merokok sejak umur 10 tahun, dan pada umur 15 sampai 19 tahun menduduki angka 60% sebagai perokok. Perkataan remaja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu adolescence dan berasal dari kata latin yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau perkembangan menuju kematangan (Sebald, 1992 dalam Willis, 2005). Ini dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap. Di samping itu, masa remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif. Namun, masa remaja juga adalah masa yang amat baik untuk mengembangkan segala potensi positif yang mereka miliki seperti bakat, kemampuan dan minat. Mönks, dkk (2001) dalam Sarwono SW (2005), beranggapan bahwa usia remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun dan terbagi atas tiga bagian, yaitu masa remaja awal antara 12-15 tahun, masa remaja pertengahan antara 15-18 tahun dan masa remaja akhir antara 18-21 tahun. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Rosen dkk (1990) dalam Rochadi K (2004) mengatakan bahwa remaja dengan prestasi sekolah yang rendah atau kurang pendidikan dan hidup dalam kondisi dengan ketertekanan membuat remaja merokok. Hu dkk (1989) dalam Santoso SS (1993) menjelaskan latar belakang keluarga dan prestasi sekolah dapat menyebabkan seorang remaja merokok. Faktor-faktor seperti tekanan kelompok sebaya, orang tua, saudara kandung serta iklan rokok juga bisa menyebabkan remaja merokok. Banyaknya kegiatankegiatan remaja, seperti konser musik, pentas seni, seminar remaja dan lain-lain yang di sponsori oleh rokok juga menjadi salah satu faktor penyebab remaja merokok. Dengan gencarnya iklan dan banyaknya kegiatan remaja yang disponsori oleh rokok, hal ini menyebabkan rasa ingin tahu remaja tentang rokok meningkat, sehingga trend merokok di kalangan remaja juga meningkat. Fleming dkk (1989) dalam Willis (2003), menegaskan bahwa seseorang yang pernah merokok cenderung akan menggunakan obat-obat terlarang. Pandangan serupa dijelaskan McKim (1991) dalam Santoso SS (1993), bahwa para perokok biasanya lebih menyukai menggunakan obat-obat terlarang dibandingkan mereka yang tidak merokok. Penelitian Youth Pulse III Surindo dalam Purnama A. (1998) menemukan 17,4% dari responden yang pernah mencoba narkoba (narkotika dan obat terlarang), ternyata 45,1% diantaranya adalah berstatus pernah merokok. Rongga mulut merupakan bagian tubuh yang pertama kali terpapar langsung dengan asap rokok. Merokok dapat menyebabkan terganggunya kesehatan gigi dan mulut seperti: bau mulut, diskolorasi gigi, inflamasi kelenjar saliva, meningkatkan terjadinya penumpukan plak dan tartar pada gigi yang lama kelamaan akan menjadi penyakit Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
periodontal, kehilangan tulang pada rahang, terjadinya leukoplakia, memperlambat proses penyembuhan pada pencabutan gigi dan perawatan periodontal serta meningkatkan resiko terjadinya kanker di rongga mulut (Daliemunthe, 2001). Seiham (1992) dalam Pratiwi LN (1997), melaporkan bahwa para perokok mempunyai skor plak dan kalkulus lebih besar bila dibandingkan dengan yang bukan perokok, ini berarti perokok mempunyai oral higiene yang lebih buruk daripada yang bukan perokok. Kowalski (1992) dalam Ruslan G (1995), juga menunjukkan bahwa bukan perokok mempunyai kalkulus supragingival lebih kecil daripada perokok. Oral higiene yang buruk lama kelamaan akan menyebabkan penyakit periodontal. Perokok biasanya mempunyai resiko yang lebih besar menderita penyakit periodontal, yang jika tidak dirawat dapat menyebabkan kehilangan gigi (Quee TC, 2002). Produk dari tembakau dapat merusak jaringan gusi dengan cara mempengaruhi perlekatan dari tulang dan jaringan lunak ke gigi. Lebih spesifik, bahwa merokok mempengaruhi fungsi normal dari sel-sel jaringan lunak gusi. Pengaruh ini membuat perokok lebih rentan terhadap infeksi, seperti penyakit periodontal. Berdasarkan data penelitian NHANES III yang melibatkan 12.329 subjek penelitian berumur >18 tahun, dilaporkan setengah dari penyakit periodontal ditemukan pada mereka yang merokok (41,9%). Haber dkk, juga menemukan penyakit periodontal pada kelompok umur 19-30 tahun yang mempunyai kebiasaan merokok sebanyak 51% (Johnson GK, Slach NA, 2001). Seluruh sekolah SMA di Kota Medan memiliki kebijakan tidak memperbolehkan siswa-siswinya merokok di lingkungan sekolah, bahkan ada sekolah yang tetap rutin mengadakan razia rokok pada siswa-siswinya. Mengingat ketatnya kebijakan yang dibuat, Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
seharusnya konsumsi rokok pada siswa SMA berkurang, tetapi tidak begitu pada kenyataannya. Dalam kondisi di lapangan peneliti masih menjumpai banyak siswa SMA di Kota Medan merokok bahkan di lingkungan sekolah dan pada jam sekolah. Mengingat banyaknya bahaya merokok terhadap kesehatan dan khususnya kesehatan gigi dan mulut yaitu status penyakit periodontal serta kecendrungan bertambahnya persentase remaja yang merokok akibat gencarnya iklan rokok yang ditayangkan baik melalui media cetak maupun media elektronik, dan dengan asumsi bahwa siswa SMA merupakan bagian dari remaja yang dapat dijumpai secara berkelompok, serta karena penyakit periodontal merupakan penyakit yang membutuhkan waktu untuk berkembang, maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok dan hubungannya dengan status penyakit periodontal pada siswa SMA di kota Medan. Alasan untuk memilih daerah ini adalah karena remaja Kota Medan seringkali menjadi kelompok referensi (reference group) bagi para remaja Sumatera Utara dan Medan merupakan ibu kota propinsi Sumatera Utara.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana rasio prevalensi faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan? 2. Bagaimana hubungan faktor pengetahuan, lingkungan sosial, sarana dan prasarana serta alasan psikologis dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan?
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
3. Bagaimana hubungan antara kebiasaan merokok dengan status penyakit periodontal pada remaja di Kota Medan?
1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok dan hubungannya terhadap status penyakit periodontal pada remaja di kota Medan, yang secara khusus bertujuan : 1. Untuk menganalisis rasio prevalensi faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan. 2. Untuk menganalisis hubungan fakor pengetahuan, lingkungan sosial, sarana dan prasarana serta alasan psikologis dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan. 3. Untuk menganalisis hubungan antara kebiasaan merokok dengan status penyakit periodontal pada remaja di Kota Medan. 1.4. Hipotesa Penelitian 1. Ada hubungan antara faktor pengetahuan, lingkungan sosial, sarana dan prasarana serta alasan psikologis dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan. 2. Ada hubungan antara kebiasaan merokok remaja dengan status penyakit periodontal (Indeks Oral Higiene dan Indeks Penyakit Periodontal) di Kota Medan.
1.5. Manfaat Penelitian 1.
Dengan diperolehnya rasio prevalensi faktor-faktor yang mempengaruhi untuk merokok, hubungan antara faktor pengetahuan, lingkungan sosial, sarana dan prasarana
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
serta alasan psikologis dengan kebiasaan merokok serta hubungan antara kebiasaan merokok dengan status penyakit periodontal pada remaja di kota Medan, maka dapat dijadikan bahan masukan untuk menyusun program kesehatan, berupa penyuluhan bahaya merokok kepada remaja. 2. Sebagai bahan masukan bagi tenaga pendidik, khususnya tenaga pendidik SMA, dalam hal pencegahan/pengawasan kebiasaan merokok. 3. Untuk
mengembangkan kemampuan penulis
dalam
merencanakan kebijakan
penanggulangan bahaya merokok pada remaja. 4. Sebagai data awal untuk penelitian lanjutan mengenai kebiasaan merokok.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Remaja 2.1.1. Definisi Remaja dan Pembagian Batasan Usia Remaja Lerner dan Hultsch (1983)
dalam Rochadi K (2004), mengemukakan bahwa
perkembangan remaja adalah periode di antara rentang waktu di mana saat ia dianggap masa anak-anak menuju ke masa dewasa. Remaja juga ditandai dengan perubahan fisik dan perkembangan
seksual yang terjadi secara
cepat
juga
disertai bertambahnya
tuntutan masyarakat. Perkataan remaja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu adolescence dan berasal dari kata Latin, adolescere yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau perkembangan menuju kematangan (Sebald, 1992 dalam Rochadi K., 2004). Dalam arti yang lebih luas lagi, remaja didefinisikan sebagai suatu periode antara masa kanakkanak menuju kedewasaan. Di masa remaja terjadi proses perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional (Sarwono SW,2005). Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dan dalam prosesnya terjadi perkembangan kematangan fisik, psikis dan sosial serta bertambahnya tuntutan masyarakat. Di samping itu, masa remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif, seperti merokok, narkoba, kriminal dan kejahatan seks. Berbagai batasan usia dan pembagian masa remaja yang telah dikemukakan para ahli. Stone dan Church (1973) membagi masa remaja menjadi remaja awal, remaja akhir Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
dan dewasa muda. Remaja awal adalah suatu periode dari mulainya masa pubertas hingga kurang lebih satu tahun sesudah pubertas yaitu pada saat pola fisiologis berfungsi dengan stabil. Remaja akhir adalah periode sesudahnya dari remaja awal hingga usia yang dibolehkan untuk ikut pemilu, menyetir kendaraan atau saat mulai masuk kuliah. Dewasa muda
adalah periode dari permulaan kuliah hingga usia awal duapuluhan.
Menurut Hurlock (1980) secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian yaitu awal masa remaja dan akhir masa remaja. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari 13 tahun hingga 16 tahun atau 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 tahun atau 17 tahun hingga usia 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum. Santrock (2001) juga membagi masa remaja menjadi dua bagian, yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir. Hanya saja, Santrock (2001) mengatakan usia remaja awal sekitar 10-13 tahun dan usia remaja akhir berkisar antara 18-22 tahun. Mönks, et.al (2001) beranggapan bahwa usia remaja berada antara umur 12-21 tahun dan terbagi atas tiga bagian, yaitu masa remaja awal antara 12-15 tahun, masa remaja pertengahan antara 15-18 tahun dan masa remaja akhir antara 18-21 tahun. 2.1.2. Karakteristik Remaja Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum
dan sesudahnya. Hurlock (1980) dalam Rochadi K (2004), menerangkan
beberapa ciri remaja adalah sebagai berikut : 1. Masa remaja sebagai periode yang penting Ada periode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi karena akibat psikologis. Sebagian besar anak muda, usia antara 12 tahun dan 16 tahun merupakan tahun yang Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
penuh kejadian yang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang terjadi terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru. 2. Masa remaja sebagai periode transisi Dalam setiap adanya transisi suatu perubahan, status individu menjadi tidak jelas karena terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa remaja, individu bukan lagi seorang anak-anak dan juga bukan orang dewasa. Di sisi lain, status remaja yang
tidak jelas ini memberikan keuntungan karena status tersebut
memberi ruang dan waktu kepada seorang remaja untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya. 3. Masa remaja sebagai periode perubahan Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja akan seiring dengan perubahan sikap dan perilaku. Ini berarti saat perubahan sifat berlangsung dengan cepat maka akan terjadi juga perubahan sikap dan perilaku
dengan cepat dan sebaliknya. Hurlock
(1980) menjelaskan ada beberapa perubahan yang pada umumnya terjadi pada masa remaja, yaitu: a. Peningkatan emosional, intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Peningkatan emosi lebih menonjol pada masa awal periode masa remaja. b. Perubahan fisiologis tubuh, perubahan pada proses pematangan seksual membuat individu remaja menjadi tidak percaya diri terhadap kemampuan dan minat mereka. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
c. Perubahan minat dan peran, perubahan yang diharapkan oleh lingkungan sosial dapat menimbulkan masalah
baru dan lebih banyak dibandingkan masa sebelumnya. Hal
ini akan terjadi terus hingga individu itu sendiri yang menyelesaikan menurut keinginannya. d. Perubahan terhadap nilai-nilai, beberapa nilai-nilai yang dianggap penting pada masa sebelumnya
menjadi tidak penting lagi
di masa remaja.
Pada masa ini
mulai
dipahami bahwa kualitas lebih penting dibandingkan kuantitas. e. Ambivalen terhadap perubahan, pada masa
remaja, individu
menginginkan dan
menuntut kebebasan tetapi sering takut bertanggungjawab akan akibat yang terjadi. 4. Masa remaja sebagai masa bermasalah Berbagai masalah yang terjadi di masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi. Ada dua alasan yang menyebabkan hal ini terjadi, yaitu: (i) pada masa kanakkanak segala masalah diselesaikan oleh orang tua
ataupun para guru sehingga
remaja tidak mempunyai pengalaman terhadap masalah yang terjadi; (ii) para remaja merasa telah mandiri sehingga menolak bantuan orang tua ataupun para guru dengan alasan ingin
mengatasi masalahnya sendiri. Karena tidak
mampu maka banyak
kegagalan yang seringkali disertai dengan akibat yang tragis. Kegagalan ini bukan karena ketidakmampuan individu tetapi karena tuntutan yang diajukan pada remaja terjadi di kala tenaganya telah dihabiskan untuk mengatasi masalah pokok yang disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan seksual yang normal. 5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Identitas diri yang dicari remaja adalah usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat. Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok menjadi penting. Tiap penyimpangan dari standar kelompok dapat mengancam keanggotaannya dalam kelompok. Lambat laun, individu remaja mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-temannya dalam segala hal. Salah satu cara memunculkan identitas diri adalah dengan menggunakan simbol status yang mudah terlihat seperti model pakaian, gaya, jenis kendaraan dan lain-lain. Cara ini dimaksudkan agar menarik perhatian dan dipandang oleh orang lain. Pada saat yang sama individu juga tetap mempertahankan identitas dirinya sebagai anggota dari suatu kelompok sebaya. 6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan Stereotip yang telah dibangun masyarakat dalam menggambarkan citra diri remaja, lambat laun dianggap sebagai gambaran asli dan membuat para remaja membentuk perilakunya sesuai gambaran tersebut. Ada anggapan bahwa masa remaja adalah masa yang sangat bernilai, tetapi sangat disayangkan banyak yang menjadikannya menjadi sesuatu yang bernilai negatif. Stereotip yang mengatakan remaja adalah anakanak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak menyebabkan banyak kalangan dewasa takut bertanggungjawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja walaupun dilakukan dengan normal. 7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik Remaja melihat dirinya
dan orang lain seperti yang diinginkannya
dan bukan
sebagaimana adanya, terlebih lagi dalam hal cita-cita. Hal ini semakin menyebabkan Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
meningginya emosi
terutama
di awal masa remaja. Semakin cita-citanya
tidak
realistis maka individu tersebut semakin menjadi pemarah. Remaja tersebut
akan
sakit hati dan kecewa apabila ada orang lain yang mengecewakannya dan ia tidak berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Cita-cita yang tidak realistik ini bukan hanya
kepada dirinya semata tetapi
juga
terhadap teman-teman dan
keluarganya. 8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa Remaja akan menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk menciptakan kesan bahwa mereka akan beranjak dewasa. Gaya berpakaian dan bertindak seperti
dewasa dirasakan belum memadai. Oleh sebab itu remaja
mulai memusatkan pada perilaku yang dihubungkan pada status dewasa, seperti merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang dan terlibat dalam perbuatan seks. 2.2. Kebiasaan Merokok 2.2.1. Kebiasaan Merokok pada Remaja dan Faktor yang Mempengaruhinya Pada umumnya penduduk Indonesia mulai mengkonsumsi rokok pada usia muda, yaitu 41,5% pada usia 15-22 tahun; 31,0% pada usia 10-17 tahun dan 11% pada usia dibawah 10 tahun (Suhardi, 1995). Penelitian Youth Pulse III oleh Lembaga Penelitian Surindo yang dikutip Pratomo dkk (2001) dalam Rochadi K (2004) mengatakan merokok sudah menjadi bagian dari gaya hidup remaja. Dari penelitian tersebut didapatkan 41,8% remaja pria pernah merokok dan 26,7% remaja wanita merokok serta hampir setengahnya kemudian menjadi perokok tetap. Terdapat hal yang cukup mengejutkan yang mana 19% Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
dari seluruh responden berpendapat bahwa fenomena wanita merokok sudah merupakan hal yang wajar. Hal ini berarti semakin mendorong terbukanya kesempatan pada remaja wanita untuk merokok. Pada penelitian Youth Pulse III ini menyebutkan jenis rokok yang diminati adalah rokok putih (48,3%) dan rokok kretek filter (37,3%). Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mempunyai kebiasaan merokok. Secara umum dapat dibagi dalam 3 bagian: 1) Faktor farmakologis, salah satu zat yang terdapat dalam rokok adalah nikotin yang dapat mempengaruhi perasaan atau kebiasaan, 2) Faktor sosial, yaitu jumlah teman yang merokok. Faktor psikososial dari merokok yang dirasakan antara lain lebih diterima dalam lingkungan teman dan merasa lebih nyaman, 3) Faktor psikologis, yakni merokok dapat dianggap meningkatkan konsentrasi atau hanya sekedar untuk menikmati asap rokok. Disamping itu faktor lain yang dapat mempengaruhi kebiasaan merokok adalah iklan. Iklan yang dilakukan oleh industri rokok mempunyai kekuatan finansial yang sangat besar untuk membuat propaganda. Industri rokok dapat memasuki kehidupan masyarakat dengan menjadi sponsor utama berbagai tayangan olahraga di televisi, penyelenggaraan acara-acara musik di berbagai kampus seperti tema “A Mild Road To Campus” yang banyak menarik perhatian kalangan remaja yang menjadi salah satu objek sasaran iklan industri rokok, menawarkan beasiswa bagi pelajar berprestasi. Sungguh suatu ironi yang tidak disadari atau tidak diacuhkan masyarakat Indonesia. Iklan rokok biasanya berisi pemandangan yang menyajikan keindahan alam, kebugaran, kesuksesan. padahal
rokok itu sendiri dapat menyebabkan polusi yang
mencemarkan lingkungan dan merusak kesehatan.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Beberapa faktor penyebab yang dapat mempengaruhi kebiasaan merokok meliputi (Bali Post, 2003) : a. Pengaruh orang tua Anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orangtua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok. Perilaku merokok lebih banyak didapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua (single parent). Kecenderungan seseorang berperilaku sebagai perokok lebih terlihat pada remaja putri bila ibu mereka merokok daripada ayahnya merokok. b. Pengaruh teman Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok, maka semakin besar kemungkinan teman-temannya menjadi perokok juga. Hal ini dapat dilihat dari dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tersebut terpengaruh oleh teman-temannya sedangkan yang kedua, teman-temannya yang dipengaruhi oleh remaja tersebut sehingga akhirnya semua menjadi perokok. c. Faktor kepribadian Seseorang mencoba untuk merokok karena ingin tahu atau melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. d. Pengaruh iklan Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamor membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti iklan tersebut. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Menurut Silvan Tomkins (2000) dalam Mu’tadin Z (2007), ada 4 tipe perilaku merokok berdasarkan Management of affect theory yaitu : 1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh kebiasaan positif. Dengan merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Green menyatakan dalam Psychological Factor in Smoking, menambahkan dua subtipe perilaku merokok : a. Perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang
sudah
didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan. b. Perilaku merokok hanya dilakukan sekedar untuk menyenangkan perasaan. 2. Perilaku merokok dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang merokok untuk mengurangi perasaan negatif misalnya bila ia marah, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. 3. Perilaku merokok yang adiktif. Mereka yang sudah adiktif akan menambah dosis rokok setiap saat setelah efek dari rokok berkurang. 4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaannya rutin. Kebiasaan merokok tidak terjadi secara kebetulan karena ada beberapa tahap yang dilalui seseorang perokok sebelum ia menjadi perokok reguler yaitu seseorang yang telah menganggap rokok telah menjadi bagian dari hidupnya. Menurut Leventhal dan Cleary (1980) dalam Rochadi K (2004), ada beberapa tahapan dalam perkembangan perilaku merokok, yaitu :
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
1. Tahap persiapan Tahap
ini
berlangsung saat
seorang
individu
belum pernah
merokok. Di
tahap ini terjadi pembentukan opini pada diri individu terhadap perilaku merokok. Hal ini disebabkan adanya pengaruh perkembangan sikap dan intensi mengenai rokok serta citra yang diperoleh dari perilaku merokok. Informasi rokok dan perilaku merokok diperoleh dari observasi terhadap orang tua atau orang lain seperti kerabat ataupun lewat berbagai media. Salah satu pengaruh lewat media adalah melalui berbagai iklan yang berkaitan dengan rokok yang menggunakan para artis terkenal sebagai model, sehingga rokok dianggap sesuatu yang berkaitan dengan keglamoran. Ada juga anggapan merokok berkaitan dengan bentuk kedewasaan di kalangan remaja sehingga diasumsikan sebagai bentuk untuk menunjukkan sikap kemandirian. Merokok juga dianggap sebagai sesuatu yang prestise, simbol pemberontakan dan salah satu upaya menenangkan diri dalam situasi yang menegangkan. Pembentukan opini dan sikap terhadap rokok ini merupakan awal dari suatu kebiasaan merokok. 2. Tahap inisiasi Merupakan tahapan yang kritis pada seorang individu karena merupakan tahap cobacoba dimana ia beranggapan bahwa dengan merokok ia akan terlihat dewasa sehingga ia akan memulai dengan mencoba beberapa batang rokok. Apabila seorang remaja mulai mencoba merokok dengan 1-2 batang saja maka besar kemudian tidak akan menjadi perokok. Akan tetapi apabila ia telah mencoba 10 batang atau lebih, maka ia memiliki kemungkinan untuk menjadi seorang perokok sebesar 80%. Leventhal dan Cleary (1980) juga berpendapat seseorang yang telah merokok empat batang rokok Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
pada awalnya akan cenderung menjadi perokok reguler. Perokok reguler seringkali terjadi secara perlahan dan kadangkala membutuhkan waktu satu tahun atau lebih. 3. Tahapan menjadi seorang perokok Pada tahap ini seorang individu mulai memberikan label pada dirinya sebagai seorang perokok dan ia mulai mengalami ketergantungan kepada rokok. Beberapa studi menyebutkan bahwa biasanya dibutuhkan waktu selama dua tahun bagi individu untuk menjadi perokok reguler. Pada tahap ketiga ini merupakan tahap pembentukan konsep, belajar tentang kapan dan bagaimana berperilaku merokok serta menyatakan peran perokok pada konsep dirinya. Pada umumnya remaja percaya bahwa rokok berbahaya bagi orang lain terutama bagi kesehatan orang tua tapi tidak bagi dirinya. 4. Tahapan tetap menjadi perokok Di tahap ini faktor psikologis dan mekanisme biologis digabungkan menjadi suatu pola perilaku merokok. Faktor-faktor psikologis seperti kebiasaan, kecanduan, penurunan kecemasan dan ketegangan, relaksasi yang menyenangkan, cara berteman dan memperoleh penghargaan sosial, dan stimulasi. Ada dua faktor mekanisme biologis yang memperoleh perhatian paling banyak dalam mempertahankan perilaku merokok, yaitu efek penguat nikotin dan level nikotin yang dibutuhkan dalam aliran darah.
2.2.2. Klasifikasi Perokok dan Jenis Rokok Pengukuran tentang prilaku merokok pada seseorang dapat ditentukan pada suatu kriteria yang dibuat sendiri berdasarkan anamnesis atau menggunakan kriteria yang telah ada. Biasanya batasan yang digunakan adalah berdasarkan jumlah rokok yang dihisap
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
setiap hari atau lamanya kebiasaan merokok. Sweeting (1990) dalam Rochadi K (2004) membagi perokok atas tiga kategori, yaitu : 1) bukan perokok (non smokers), adalah seseorang yang belum pernah mencoba merokok sama sekali; 2) perokok eksperimen (experimental smokers), adalah seseorang yang telah mencoba merokok tapi tidak menjadikannya sebagai suatu kebiasaan; dan 3) perokok tetap atau perokok reguler (regular smokers), adalah seseorang yang teratur merokok baik dalam hitungan mingguan atau dengan intensitas yang lebih tinggi lagi. Sitepoe (2000) membagi perokok atas empat bagian, yaitu : 1) perokok ringan, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok antara 110 batang perhari; 2) perokok sedang, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok antara 11-20 batang perhari; 3) perokok berat, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok lebih dari 20 batang perhari; dan 4) perokok yang menghisap rokok dalam-dalam. Dari penjelasan diatas, maka kebiasaan merokok dibagi atas perokok dan bukan perokok. Perokok adalah seseorang yang merokok sedikitnya 1 batang per hari selama sekurangkurangnya 1 tahun. Jenis perokok dapat dibagi atas perokok ringan, perokok sedang dan perokok berat. Perokok ringan jika menghisap rokok kurang dari 10 batang per hari, perokok sedang jika menghisap rokok 10-20 batang per hari dan perokok berat jika menghisap rokok lebih dari 20 batang per hari serta bukan perokok adalah seseorang yang belum pernah mencoba rokok dan pernah mencoba tetapi tidak rutin merokok sebanyak 1 batang per hari selama 1 tahun (Mu’tadin, 2007). Rokok umumnya terbagi menjadi 3 kelompok yaitu rokok putih, rokok kretek dan cerutu. Rokok putih mempunyai kandungan 14-15 mg tar dan 5 mg nikotin dimana kandungan tar dan nikotin tersebut lebih rendah dibanding rokok kretek dan hal ini Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
dikontrol dengan baik/dijamin oleh pabriknya, karena kerendahan kadar tar dan nikotin ini justru menjadi nilai jual bagi mereka berkaitan dengan isu kesehatan. Rokok kretek memiliki sekitar 20 mg tar dan 4-5 mg nikotin, lebih besar kandungan tar dan nikotinnya dari rokok putih. Cerutu umumnya berbentuk seperti kapal selam dengan ukuran lebih besar dan panjang dari dua jenis rokok pertama, terdiri atas daun tembakau kering yang digulung-gulung menjadi silinder gemuk, lalu dilem. Akibatnya kandungan tar dan nikotin cerutu paling besar dibanding dengan jenis rokok lain (Purnama A, 1998).
2.3. Bahaya Rokok terhadap Kesehatan Perilaku merokok dapat menimbulkan berbagai risiko penyakit dan merupakan suatu kebiasaan tanpa tujuan positif bagi kesehatan manusia. Seseorang yang telah kecanduan rokok akan sukar untuk melepaskan diri dari kebiasaan merokok, sehingga para ahli kesehatan berminat memahami mengapa kebiasaan yang jelas-jelas berbahaya bagi kesehatan seseorang tersebut sulit ditanggulangi (Wilson DF, 1992). Menurut Riyadina W (1995), telah diketahui berbagai penyakit yang dapat ditimbulkan oleh rokok. Adapun berbagai penyakit tersebut antara lain adalah: 1) kanker paru; 2) penyakit yang berkaitan dengan pernapasan seperti asthma, infeksi pernapasan, emfisema dan penyakit serius lainnya yang berkaitan dengan saluran pernapasan; 3) penyakit kanker lainnya di mulut, tenggorokan, esophagus, sistem pencernaan, kandung kemih, ginjal, pankreas, usus besar dan pada wanita adalah kanker leher rahim; 4) penyakit jantung; 5) stroke; 6) kardiovaskuler; 7) gangguan kehamilan apabila si ibu adalah seorang perokok berat seperti berat bayi lahir rendah (BBLR), bayi lahir prematur, keguguran, kematian janin, kematian
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
bayi sesudah lahir, kematian mendadak pada bayi dan gangguan kesehatan fisik maupun intelektual anak yang akan bertumbuh; dan 8) gangguan kesehatan pada kulit sehingga terjadi proses penuaan dini pada kulit berupa kulit tampak lebih kusam dan terjadi kerutan kulit yang lebih dalam dan luas. Di samping itu, apabila terjadi kombinasi antara merokok dengan tekanan psikologis, dapat meningkatkan status proksidan dalam tubuh.
2.4. Bahaya Rokok terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut Merokok tampaknya memperburuk status kebersihan mulut seorang individu dan bersama-sama dengan oral higiene yang buruk, ia bertindak sebagai ko-faktor terjadinya gingivitis dan periodontitis. Akumulasi plak dalam rongga mulut juga lebih besar pada perokok daripada bukan perokok. Selain itu, perokok juga lebih mudah mengalami gingivitis daripada orang yang tidak merokok (Quee TC. 2002). Tomar dan Asma (1999) dari National Health and Nutrition Examination Survey III (NHANES) juga menyatakan bahwa perokok yang menghisap 9 batang rokok perhari kemungkinan untuk menderita periodontitis 2,8 kali daripada bukan perokok dan akan bertambah 6 kali jika merokok lebih dari 31 batang per hari. Grossi dkk (1997) dalam Kasim E (2001), memeriksa 1361 individu menemukan bahwa pada perokok kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang yang lebih besar daripada bukan perokok dan lebih buruk pada perokok berat. Kehilangan perlekatan bertambah 0,5% jika merokok satu batang perhari. Sementara jika 10 sampai 20 batang akan bertambah 5% sampai 10%. Dari berbagai penelitian ternyata keterkaitan antara status merokok dan kerusakan jaringan periodontal adalah sangat kuat dan konsisten.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Efek merokok yang berkepanjangan dapat memperparah kerusakan jaringan periodontal. Memang tidak selamanya gingivitis dapat menjadi periodontitis. Hal ini dapat terjadi jika tidak dilakukan perawatan dengan segera. Bila gingivitis dibiarkan berlanjut tanpa perawatan keadaan ini merusak jaringan periodonsium yang lebih dalam. Penyakit periodontal adalah infeksi yang menyerang jaringan pendukung gigi. Penyakit periodontal terjadi bila racun bakteri dan enzim merusak jaringan pendukung gigi dan tulang. Plak yang melekat pada gigi jika tidak dibersihkan dalam waktu 48 jam akan menjadi suatu deposit yang keras, yang biasa disebut kalkulus atau tar pada orang yang merokok. Apabila tar sudah melekat pada gigi, satu-satunya cara untuk membersihkannya adalah dengan melakukan skeling ke dokter gigi. Tar yang terletak di bawah gusi akan menyebabkan inflamasi dan infeksi, proses ini tidak menyakitkan sehingga seringkali seseorang tidak sadar kalau dia sudah terjangkit penyakit periodontal. Penyakit periodontal antara lain ditandai dengan : a.
Inflamasi gingiva Inflamasi gingiva dan perdarahan merupakan awal terjadinya perodontitis. Gingiva sehat berwarna merah muda dan keras, konturnya hampir normal. Bila disonde dengan hati-hati, tidak berdarah dan pasien tidak mengeluh tentang perdarahan pada saat menyikat gigi. Keparahan inflamasi tergantung pada status oral higiene, bila oral higiene buruk akan timbul infeksi gingiva dan terjadi perdarahan waktu penyikatan gigi atau bahkan perdarahan spontan.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
b.
Poket Poket yaitu celah antara gigi dan gusi yang diartikan sebagai sulkus gingival yang bertambah dalam secara patologis sulkus gingiva yang normal mempunyai kedalaman 2-3 mm. Pengukuran kedalaman poket merupakan bagian penting diagnosa periodontitis. Bertambahnya kedalaman sulkus gingiva yang normal bisa disebabkan oleh : 1) bergeraknya tepi gingival kearah koronal akibat adanya inflamasi gingiva, 2) bergeraknya perlekatan epitel penyatu kearah apikal, dan 3) kombinasi keduanya. Poket dengan kedalaman 4 mm menunjukkan adanya periodontitis tahap awal.
c.
Resesi gingiva Resesi gingiva atau tersingkapnya akar dapat menyertai periodontitis kronis tetapi tidak
selalu
merupakan
tanda
penyakit. Bila
ada
resesi, pengukuran
kedalaman poket hanya merupakan cerminan sebagian dari jumlah kerusakan periodontal seluruhnya.
2.5. Indeks Oral Higiene dan Penyakit Periodontal Untuk mengukur prevalens penyakit, keparahan, serta kaitannya dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya diperlukan suatu alat ukur yang dikenal sebagai indeks. Indeks tersebut merupakan alat ukur yang objektif terhadap gambaran spesifik penyakit atau hal-hal yang berkaitan dengannya pada seseorang atau kelompok orang lainnya. Adapun indeks-indeks penyakit periodontal dan oral higiene yang telah dikembangkan antara lain (Natamiharja L, 1999) : Indeks Periodontal oleh Russel (1956), Indeks Penyakit Periodontal oleh Ramford (1959), Indeks oral higiene oleh Green dan Vermillion (1960)
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
dan lain sebagainya. Indeks pengukuran yang dipakai pada penelitian ini adalah Indeks Penyakit Periodontal Ramfyord. Indeks ini dipakai untuk mengukur status penyakit periodontal yang terdiri atas komponen: Indeks Periodontal, Plak dan Kalkulus.
2.6. Landasan Teori Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis prilaku kesehatan adalah model PRECEDE-PROCEED dari Lawrence Green (1980) dalam Glanz K (2002). Faktor predisposisi (predisposing factors) Promosi kesehatan Pendidikan kesehatan
Faktor penguat (reinforcing factors)
Perilaku dan cara hidup Kesehatan
Peraturan kebijakan organisasi
Faktor pemungkin (enabling factors)
Kualitas hidup
Lingkungan
Gambar 2.1. Model Perencanaan PRECEDE-PROCEED (Green L dalam Glanz K, 2002) Gambar 2.1. menunjukkan bahwa perilaku kesehatan yang nantinya akan mempengaruhi kualitas hidup seseorang dipengaruhi oleh faktor predisposing, reinforcing dan enabling, yang ketiga faktor ini dibentuk dari adanya pendidikan kesehatan. Adapun yang termasuk faktor predisposing alasan remaja merokok adalah pengetahuan remaja tentang bahaya merokok; alasan psikologis remaja merokok seperti pengaruh perasaan
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
positif, pengaruh perasaan negarif, adiktif, kebiasaan dan gengsi. Faktor reinforcing dalam alasan remaja merokok adalah pengaruh lingkungan sosial seperti orang tua yang merokok, saudara serumah yang merokok, teman yang merokok, iklan yang menampilkan tokohtokoh idola remaja. Faktor enabling
yang menjadi alasan remaja merokok adalah
banyaknya rokok yang dijual bebas, tanpa membatasi usia pembeli rokok, kemampuan atau biaya untuk membeli rokok dan lain-lain. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan remaja dapat dengan bebas memperoleh rokok dan menjadi perokok, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin. Teori WHO dalam Notoatmodjo S (2003), juga menjelaskan 4 alasan pokok mengapa seseorang berperilaku, yaitu : a.
Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling) Hasil pemikiran dan perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus, merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku. Seseorang yang merokok, akan mempertimbangkan untung rugi dan manfaatnya.
b.
Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai (personal references). Di dalam masyarakat, di mana sikap paternalistik masih kuat, maka perubahan perilaku masyarakat tergantung pada perilaku acuan (referensi) yang pada umumnya adalah para tokoh masyarakat setempat. Seseoarang yang merokok biasanya melihat orang di lingkungannya merokok.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
c.
Sumber daya (resources) Faktor ini merupakan pendukung terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Jika dibandingkan dengan teori Green, sumber daya ini adalah sama dengan faktor enabling. Seseorang akan merokok bila mempunyai dana untuk membeli rokok.
d.
Sosio budaya (culture) Sosio budaya setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku seseorang. Hal ini dapat kita lihat dari perilaku tiap-tiap etnis di Indonesia yang berbeda-beda, karena memang masing-masing etnis mempunyai budaya yang khas. Teori Fishbein (1993) dalam Glanz K dkk (2002), mengemukakan tentang alasan
mengapa seseorang berperilaku, dalam Gambar 2.2.: Kepercayaan dari perilaku
Sikap terhadap perilaku
Evaluasi dari hasil perilaku Minat terhadap perilaku
Perilaku
Kepercayaan normatif Motivasi untuk mengikuti
Norma subjektif
Gambar 2.2. Teori Alasan Berperilaku (Fishbein dalam Glanz K, 2002 )
Gambar 2.2. menunjukkan bahwa perilaku seseorang terbentuk dari faktor adanya minat terhadap perilaku tersebut. Minat ini dibentuk oleh sikap terhadap perilaku dan
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
norma subjektif. Sikap terhadap perilaku dipengaruhi oleh kepercayaan dari perilaku dan evaluasi dari hasil perilaku, sedangkan norma subjektif dipengaruhi oleh kepercayaan normatif dan motivasi untuk mengikuti perilaku tersebut. Seseorang percaya kebiasaan merokok akan memberikan rasa kenikmatan dan kenyamanan serta merasa menjadi lebih hebat. Norma atau nilai subjektif serta sikap dalam diri seseorang atau orang di sekitarnya seperti orang tua yang merokok, saudara serumah yang merokok, teman yang merokok serta iklan rokok dapat mempengaruhi minat seseorang untuk berperilaku. Rongga mulut manusia tidak pernah bebas dari bakteri umumnya bakteri plak yang memegang peranan penting dalam menentukan pembentukan kalkulus. Perlekatan kalkulus dimulai dari pembentukan plak gigi. Dalam waktu beberapa menit setelah terdepositnya pelikel, pelikel akan terpopulasi dengan bakteri. Bakteri dapat terdeposit langsung pada email tetapi biasanya bakteri melekat terlebih dahulu pada pelikel dan agregat bakteri dapat menyelubungi glikoprotein saliva (Ohmori M. 1995). Asap rokok mempunyai efek terhadap aliran saliva. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa aliran saliva akan bertambah selama periode merokok. Pertambahan dari aliran saliva menambah pH dan konsentrasi kalsium pada saliva yang juga menyebabkan pertambahan kalsium fosfat sehingga dengan meningkatnya konsentrasi kalsium menyebabkan terjadinya mineralisasi plak (Lubis S, 1999 dalam Kasim E, 2001). Perlekatan plak yang merupakan awal terbentukya kalkulus, yang jumlahnya lebih besar dijumpai pada perokok akan memperburuk status kebersihan mulut seorang individu, yang kemudian merupakan kofaktor terjadinya penyakit periodontal.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
2.7.
Kerangka Konsep
Remaja (Siswa SMA)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok : 1.
2.
Pengetahuan remaja - Bahaya merokok terhadap kesehatan - Bahaya merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut - Zat yang berbahaya yang terkandung di dalam rokok Pengaruh lingkungan sosial - Orang tua - Saudara serumah - Teman - Iklan
Kebiasaan Merokok :
Status Penyakit Periodontal : 1.
1.
Tidak merokok
2.
Merokok
Indeks oral higiene (plak + kalkulus)
2.
Indeks periodontal
3. Sarana dan Prasarana - Sumber dana untuk membeli rokok - Tempat untuk merokok - Waktu untuk merokok 4. Alasan psikologis - Pengaruh perasaan positif - Pengaruh perasaan negatif - Adiktif - Kebiasaan - Gengsi
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yaitu penelitian non
eksperimental dalam rangka mempelajari korelasi antara variabel tergantung dan tidak tergantung melalui pengujian hipotesa. Pada penelitian ini informasi mengenai merokok diperoleh secara bersamaan dengan status penyakit periodontal.
3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada remaja SMA di Kota Medan. Alsan pemilihan lokasi, karena Kota Medan merupakan ibukota propinsi Sumatera Utara sehingga menjadikannya sebagai pusat pemerintahan dan informasi.
3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian dimulai dengan melakukan penelusuran pustaka, survei awal, mempersiapkan proposal penelitian, kolikium dan dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian sampai penyusunan laporan akhir. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2007 dan selesai bulan April 2008.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
3.3.
Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi Penelitian Populasi penelitian ini adalah siswa SMA di Kota Medan yang merupakan anak usia remaja yang dapat dijumpai secara berkelompok, berjumlah 117.038 orang dari 21 SMA Negeri dan 138 SMA Swasta yang ada di kota Medan (data pada Dinas Pendidikan Sumatera Utara tahun 2006).
3.3.2. Sampel Penelitian 3.3.2.1.Besar Sampel Sampel penelitian adalah remaja yang berstatus pelajar SMA di Kota Medan yang merokok dan tidak merokok. Jumlah sampel ditentukan dengan memakai rumus estimasi proporsi pada populasi dari Paul Leedy sebagai berikut: = Z2 1-α P (1-P) / d2
n Keterangan ;
Prakiraan proporsi populasi (P)
= 40%
Confidence level
= 95%
Relative precision (d)
= 5% (dari 40%)
Z(1-α)
= 1,96 Berdasarkan perhitungan dengan tingkat kemaknaan (α) 5% dengan confidence
level 95% diperoleh besar sampel minimal 369 (Lampiran 1). Jumlah ini ditambah 10% untuk menghindari apabila ada data dari responden yang terpilih tidak lengkap sehingga
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
harus dikeluarkan saat akan dilakukan perhitungan secara statistik. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 408 sampel.
3.3.2.2.Cara Sampling Remaja yang dimaksud pada penelitian ini adalah siswa SMA, karena dapat dijumpai secara berkelompok hingga memudahkan untuk pengambilan sampel. Sampel sekolah diambil secara stratifikasi – klaster 2 tingkat. Tingkat pertama adalah strata klasifikasi daerah yaitu berdasarkan
pembagian kecamatan Kota Medan. Secara
administratif kota Medan terdiri atas 21 kecamatan yang digolongkan lagi menjadi 2 golongan yaitu lingkar luar dan lingkar dalam. Lingkar luar terdiri atas 11 kecamatan yaitu: Kecamatan Medan tuntungan, Selayang, Sunggal, Johor, Denai, Perjuangan, Amplas, Tembung, Marelan, Labuhan dan Belawan. Lingkar dalam terdiri atas 10 kecamatan yaitu: Kecamatan Medan Baru, Petisah, Barat, Helvetia, Polonia, Medan Area, Medan Kota, Maimun, Medan Timur dan Medan Deli. Tingkat kedua adalah klasifikasi SMA, sekolah yang berada di lingkar dalam terdiri atas 104 SMA Negeri dan SMA Swasta sedangkan Sekolah yang berada di lingkar luar terdiri atas 55 SMA Negeri dan Swasta. Perbandingan jumlah sekolah di lingkar dalam dan luar adalah 2 : 1, oleh karena keterbatasan waktu dan tenaga serta biaya dari peneliti, maka dipilih secara random 4 SMA dari golongan lingkar dalam dan 2 SMA dari golongan lingkar luar. Empat SMA lingkar dalam terdiri atas 2 sekolah Negeri dan 2 sekolah Swasta sedangkan dua SMA lingkar luar terdiri atas 1 sekolah Negeri dan 1 sekolah Swasta. Jumlah SMA yang akan diteliti ada 6 SMA Negeri dan Swasta. SMA yang dipilih secara
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
random pada kecamatan lingkar dalam adalah SMA Negeri 1, SMA Negeri 2, SMA Swasta Harapan dan SMA Swasta Angkasa 2 Lanud, sedangkan SMA pada kecamatan lingkar luar adalah SMA Negeri 12 dan SMA Swasta Panca Budi. Setiap sekolah jumlah sampel 68 orang siswa. Setiap SMA dibagi menurut strata kelas, pada setiap tingkatan kelas diambil 1 kelas secara random. Setiap tingkatan kelas diambil 23 orang siswa secara random untuk menjadi sampel.
3.4.
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data karteristik responden, kebiasaan merokok dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kebiasaan merokok dilakukan dengan cara wawancara dengan alat bantu kuesioner yang telah di uji coba sebelumnya. Pemeriksaan status penyakit periodontal dilakukan dengan pemeriksaan didalam mulut menggunakan bantuan kaca mulut dan probe WHO dengan penerangan sinar matahari melalui jendela. Pengumpulan data dilapangan dilakukan oleh peneliti dibantu 5 orang dokter gigi. Untuk menghindari terjadinya kesalahan pengukuran maka kepada pengumpul data dilakukan pelatihan dan kalibrasi sehingga diperoleh persepsi dan interpretasi yang sama dan konsisten. Uji validitas dan reabilitas instrumen penelitian. Pelaksanaan penelitian dilakukan oleh peneliti dengan dibantu oleh tenaga dokter gigi. Pengujian validitas dan reabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan instrumen sebagai alat ukur yang dapat mengukur dengan valid dan realibel dalam arti kesamaan data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya pada objek yang diteliti. (Lampiran 5)
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
3.5.
Variabel dan Definisi Operasional
1.
Remaja adalah anak yang berstatus pelajar SMA.
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok :
a.
Pengetahuan remaja adalah pengetahuan remaja tentang bahaya rokok bagi kesehatan secara umum dan kesehatan gigi, terdiri atas :
1.
Bahaya
merokok terhadap kesehatan adalah jenis-jenis penyakit yang dapat
disebabkan oleh rokok terhadap kesehatan. 2.
Bahaya merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut adalah jenis-jenis penyakit yang dapat disebabkan oleh rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut.
3.
Zat berbahaya yang terkandung didalam rokok adalah zat-zat didalam rokok yang dapat mengakibatkan penyakit bagi kesehatan maupun kesehatan gigi dan mulut.
b.
Pengaruh lingkungan sosial adalah situasi lingkungan sosial responden yang memungkinkan dapat mempengaruhi responden terhadap kebiasaan merokok, terdiri atas :
1.
Orang tua yang merokok adalah orang tua yang memiliki kebiasaan merokok.
2.
Saudara serumah yang merokok adalah saudara yang tinggal dalam satu rumah yang memiliki kebiasaan merokok.
3.
Teman yang merokok adalah teman-teman sepermainan yang memiliki kebiasaan merokok.
4.
Iklan rokok adalah iklan yang menarik perhatian dan mendorong untuk akhirnya menyebabkan seseorang memiliki kebiasaan merokok.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
c.
Sarana dan prasarana : hal-hal yang dapat mendukung kebiasaan merokok responden, yang terdiri atas :
1.
Sumber dana untuk membeli rokok adalah sumber dana yang digunakan remaja SMA untuk membeli rokok.
2.
Tempat merokok adalah lokasi dimana responden melakukan aktivitas merokok.
3.
Waktu merokok adalah waktu atau kapan responden melakukan aktivitas merokok.
d.
Alasan psikologis : alasan psikologis remaja yang mempengaruhinya untuk merokok, terdiri atas :
1.
Pengaruh perasaan positif adalah rokok dapat menambah atau meningkatkan kenikmatan atau untuk menyenangkan perasaan.
2.
Pengaruh perasaan negatif adalah bahwa rokok dapat mengurangi perasaan negatif seperti marah, gelisah atau kesal.
3.
Adiktif adalah perilaku merokok yang sudah menjadi kecanduan, orang tersebut akan menambah dosis rokok setiap saat setelah efek rokok berkurang.
4.
Kebiasaan adalah bahwa rokok bukan untuk mengendalikan perasaan, tetapi karena merokok sudah menjadi kebiasaan rutin.
5.
Gengsi adalah perasaan yang membuat seseorang merasa lebih hebat atau lebih tinggi derajatnya bila merokok.
3. Kebiasaan merokok : a.
Tidak merokok adalah
seseorang
yang tidak merokok atau orang yang diluar
kriteria perokok.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
b.
Merokok adalah seseorang yang merokok sedikitnya 1 batang per hari selama sekurang-kurangnya 1 tahun.
4.
Status penyakit periodontal terdiri atas :
a.
Indeks oral higiene adalah status kebersihan gigi dan mulut yang terdiri atas indeks plak dan kalkulus.
b.
3.6.
Indeks periodontal adalah pemeriksaan status periodontal rongga mulut.
Metode Pengukuran
Variabel I.Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok 1. Pengetahuan remaja 1.1.Bahaya merokok terhadap kesehatan 1.2.Bahaya merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut 1.3.Zat berbahaya yang terkandung dalam rokok
Cara Ukur
Alat Ukur
Skala
Wawancara
Kuesioner
Nominal
Wawancara
Kuesioner
Nominal
Wawancara
Kuesioner
Nominal
2. Pengaruh lingkungan sosial 2.1.Orang tua yang merokok 2.2.Saudara serumah yang merokok 2.3.Teman yang merokok 2.4.Iklan rokok 3. Sarana dan prasarana 3.1.Sumber dana untuk membeli rokok 3.2.Tempat untuk merokok 3.3.Waktu untuk merokok Wawancara
Kuesioner
Nominal
4. Alasan psikologis 4.1.Pengaruh perasaan positif 4.2.Pengaruh perasaan negatif 4.3.Adiktif 4.4.Kebiasaan 4.5.Gengsi II. Kebiasaan merokok 1. Bukan perokok
Wawancara
Kuesioner
Nominal
2. Perokok
Wawancara
Kuesioner
Nominal
III. Status penyakit periodontal 1. Indeks oral higiene
Observasi
Pemeriksaan
Ordinal
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
2. Indeks periodontal
Observasi
Pemeriksaan
Ordinal
IV. Karakteristik merokok 1. Jumlah batang rokok per hari
Wawancara
Kuesioner
Nominal
2. Jenis perokok
Wawancara
Kuesioner
Nominal
3. Jenis rokok
Wawancara
Kuesioner
Nominal
Wawancara
Kuesioner
Nominal
4. Lama merokok
Indeks pengukuran status penyakit periodontal yang dipakai pada penelitian ini adalah Indeks Penyakit Periodontal Ramfyord. Indeks ini dipakai untuk mengukur adanya dan tingkat keparahan penyakit periodontal yang terdiri atas komponen: Indeks Periodontal, Plak dan Kalkulus. Indeks ini pengukurannya mengkombinasikan penilaian gingivitis dan kedalaman saku pada enam gigi indeks yang terpilih masing-masing 16, 21, 24, 36, 41, 44 karena ke enam gigi terpilih telah terbukti merupakan indikator yang dapat diandalkan bagi keadaan seluruh mulut. Bila salah satu gigi ini hilang, gigi di sampingnya (17, 11, 25, 37, 42, dan 45) dapat dipakai sebagai pengganti. Untuk pengukuran kedalam saku digunakan prob periodontal (WHO) yang mempunyai kalibrasi dalam milimeter. Prob yang digunakan mempunyai batas warna hitam 3-6mm. Semua pengukuran dibulatkan ke milimeter terdekat. Pengukuran dilakukan pada: sisi vestibular di bagian tengahnya, sudut mesio vestibular pada daerah kontak interproksimal, bagian tengah permukaan oral dan sudut disto oral daerah kontak interproksimal. Pada waktu pengukuran pada sudut mesio vestibular dan disto oral, prob dalam keadaan berkontak dengan gigi.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Indeks Periodontal oleh Ramfyord, 1959 Skor 0 1 2 3 4 5 6
Kriteria Tidak ada tanda-tanda peradangan Perubahan peradangan ringan sampai sedang pada gingival, tapi belum mengelilingi gigi Gingivitis ringan sampai sedang yang sudah mengelilingi gigi Gingivitis yang parah ditandai dengan warna merah, pembengkakan gingival tendensi mudah berdarah dan ulserasi Pembentukan saku kurang dari 3mm (warna hitam terlihat semuanya) Pembentukan saku 3-6mm (warna hitam bagian atas diperbatasan) Pembentukan saku lebih dari 6mm (warna hitam tidak terlihat sama sekali) Jumlah skor Indeks Periodontal = --------------------------------------Jumlah gigi yang diperiksa (6)
Sebelum indeks diperiksa, diteteskan 2 tetes pewarna kue warna rose pink untuk mewarnai plak kemudian responden disuruh berkumur dengan air putih. Indeks Plak PDI Ramfyord yang dimodifikasi oleh Shick dan Ash, 1959 Skor 0 1 2 3
Kriteria Tidak ada plak Adanya plak pada daerah interproksimal atau pada tepi gingival yang menutupi kurang dari 1/3 separuh gingival permukaan vestibular dan oral gigi Adanya plak yang menutupi lebih dari 1/3 tetapi kurang dari 2/3 separuh gingival permukaan vestibular dan oral gigi Adanya plak menutupi 2/3 atau lebih separuh gingival permukaan vestibular atau oral gigi
Indeks plak =
Jumlah skor ---------------------------------------Jumlah gigi yang diperiksa (6)
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Indeks kalkulus PDI oleh Ramfyord, 1959 Skor 0 1
Kriteria Tidak ada kalkulus Adanya kalkulus supragingiva yang menutupi kurang dari 1/3 separuh gingival Adanya kalkulus supragingiva yang menutupi lebih dari 1/3 tetapi kurang dari 2/3 separuh gingival dan kalkulus subgingival atau kalkulus subgingival yang belum melingkari gigi Adanya penumpukan kalkulus supragingival yang menutupi 2/3 atau lebih separuh gingival dan subgingival yang sudah melingkari gigi
2
3
Jumlah skor Indeks kalkulus = ------------------------------------------------Jumlah gigi yang diperiksa (6)
Indeks Oral Higiene = Indeks plak + Indeks kalkulus
Kategori Indeks Oral Higiene : Baik
:
0 – 1,2
Sedang
:
1,3 – 3
Buruk
:
3,1 – 6
3.7.
Metode Analisis Data Data primer dan sekunder yang telah diperoleh dianalisis melalui proses pengolahan
data yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut : a. Editing, penyunting data yang dilakukan untuk menghindari kesalahan atau kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi. b. Koding, pemberian kode dan skoring pada tiap jawaban untuk memudahkan proses entri data.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
c. Entry data, setelah proses koding dilakukan pemasukan data ke komputer dengan menggunakan program komputer. d. Cleaning, sebelum analisis data dilakukan pengecekan dan perbaikan terhadap data yang sudah masuk. e. Analisis data dilakukan dengan uji statistik memakai bantuan program komputer. Analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut : 1. Analisis data Univariat Analisis ini bertujuan untuk memperoleh gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok dan kebiasaan merokok. Dari data ini diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok berdasarkan pengetahuan remaja, pengaruh lingkungan sosial, sarana dan prasarana dan alasan psikologis serta prevalensi perokok, persentase perokok berdasarkan jenis perokok, jenis rokok, lama merokok. 2. Analisis bivariat Analisis statistik dilakukan untuk melihat hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok dengan perokok dan bukan perokok, uji statistik yang dipakai adalah uji korelasi pearson Chi-Square. Apabila nilai probabilitas yang diperoleh lebih kecil daripada α = 0,05 maka hipotesis nol ditolak. Untuk melihat hubungan antara kebiasaan merokok dengan status penyakit periodontal dipakai uji ttest. Rumus dasar Chi-Square : k ( fo – fn ) X = ∑ ---------------i=1 fn 2
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Rumus dasar t-test :
X1 - X2 T = -------------------------S1 2 S2 2 √ ------ + ------n1 n2
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1.
Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Medan yang memiliki 21 kecamatan. Secara
administratif Kota Medan terbagi atas 2 wilayah yaitu wilayah lingkar luar yang terdiri atas 10 kecamatan dan lingkar dalam yang terdiri dari 11 kecamatan. Kota Medan memiliki 159 SMA, yang terdiri dari 21 SMA Negeri dan 138 SMA Swasta. Wilayah lingkar dalam memiliki 104 SMA sedangkan wilayah lingkar luar memiliki 55 SMA. Jumlah remaja SMA di Kota Medan adalah 117.038 orang (data Dinas Pendidikan Sumatera Utara 2006).
4.2.
Rasio prevalensi faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan
4.2.1. Rasio prevalensi pengetahuan remaja dengan kebiasaan merokok di Kota Medan Hasil penelitian menunjukkan prevalensi remaja yang merokok adalah 30,14% dan yang tidak merokok 69,86%. Remaja yang mengetahui bahaya merokok terhadap kesehatan adalah 80,63%, sedangkan yang tidak tahu 19,37%. Hasil analisis rasio prevalensi pengetahuan bahaya rokok responden terhadap kesehatan dengan kebiasaan merokok adalah 2,22, hal ini menunjukkan bahwa orang yang mengetahui bahaya rokok terhadap kesehatan mempunyai kebiasaan merokok 2,22 kali dibandingkan yang tidak tahu. Persentase pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan menunjukkan sebagian besar yaitu 80,63% mengetahui bahwa rokok dapat menyebabkan serangan jantung dan 60-
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
65% mengetahui rokok dapat menyebabkan gangguan kehamilan dan janin, hipertensi, gangguan pernafasan, kanker, bronkhitis dan impoten (Tabel 4.1).
Tabel 4.1. Persentase pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan pada remaja di Kota Medan Tahun 2007 Pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan Serangan jantung Gangguan kehamilan dan janin Hipertensi Gangguan pernafasan Kanker Bronkhitis Impoten
Tahu N 329 266 261 258 254 251 246
Tidak tahu % 80,63 65,19 63,97 63,23 62,25 61,51 60,29
N 79 142 147 150 154 157 162
% 19,37 34,81 36,03 36,77 37,75 38,49 39,71
Hasil penelitian menunjukkan remaja yang mengetahui bahaya merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut adalah 64,21% dan yang tidak tahu 35,79%. Hasil analisis rasio prevalensi pengetahuan bahaya rokok responden terhadap kesehatan gigi dan mulut dengan kebiasaan merokok adalah 1,58, hal ini menunjukkan bahwa orang yang mengetahui bahaya merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut mempunyai kebiasaan merokok 1,58 kali dibandingkan yang tidak tahu. Persentase pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut pada remaja menunjukkan 59,06-64,21% mengetahui bahwa rokok dapat menyebabkan kanker rongga mulut, stein/bercak hitam pada gigi, bau mulut yang tidak sedap dan 49,75-54,41% mengetahui rokok dapat menyebabkan bercak putih pada lidah, berkurangnya pengecapan lidah dan pendarahan pada gusi (Tabel 4.2)
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.2. Persentase pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut pada remaja di Kota Medan Tahun 2007 Pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut Bau mulut yang tidak sedap Stein/bercak hitam pada gigi Kanker rongga mulut Pendarahan pada gusi Berkurangnya pengecapan lidah Bercak putih pada lidah
Tahu N 262 252 241 222 217 203
Tidak tahu % 64,21 61,76 59,06 54,41 53,18 49,75
N 146 156 167 186 191 205
% 35,79 38,24 40,94 45,59 46,82 50,25
Hasil penelitian menunjukkan remaja yang mengetahui zat berbahaya dalam rokok adalah 67,64% dan yang tidak tahu 32,36%. Hasil analisis rasio prevalensi pengetahuan zat berbahaya dalam rokok dengan kebiasaan merokok adalah 1,48, hal ini menunjukkan bahwa orang yang mengetahui zat berbahaya dalam rokok mempunyai kebiasaan merokok 1,48 kali dibandingkan yang tidak tahu. Persentase pengetahuan zat berbahaya dalam rokok pada remaja menunjukkan 67,64% responden mengetahui bahwa rokok mengandung nikotin dan tar, sedangkan 38,97-45,83% mengetahui rokok mengandung piridin, hidrogen sianida dan fenol (Tabel 4.3.).
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.3. Persentase pengetahuan zat berbahaya dalam rokok pada remaja di Kota Medan Tahun 2007 Zat berbahaya dalam rokok
Tahu
Nikotin Tar Fenol Hidrogen Sianida Piridin
N 276 276 187 173 159
Tidak tahu % 67,64 67,64 45,83 42,40 38,97
N 132 132 221 235 249
% 32,36 32,36 54,17 57,60 61,03
4.2.2. Rasio prevalensi pengaruh lingkungan sosial remaja dengan kebiasaan merokok di Kota Medan Hasil penelitian menunjukkan remaja yang orang tuanya merokok 43,13% dan yang tidak merokok 56,87%. Hasil analisis rasio prevalensi pengaruh orang tua merokok dengan kebiasaan merokok adalah 1,38, hal ini menunjukkan bahwa responden yang orang tuanya merokok mempunyai kebiasaan merokok 1,38 kali dibandingkan orang tuanya yang tidak merokok. Hasil penelitian menunjukkan remaja yang saudara serumahnya merokok 38,48% dan yang tidak merokok 61,52%. Hasil analisis rasio prevalensi pengaruh saudara serumah merokok dengan kebiasaan merokok adalah sebesar 1.43, hal ini menunjukkan bahwa responden yang saudara serumahnya merokok mempunyai kebiasaan merokok 1.43 kali dibandingkan saudara serumahnya yang tidak merokok. Remaja yang teman dekatnya merokok 56,37% dan yang tidak merokok 43,63%. Hasil analisis rasio prevalensi pengaruh teman merokok dengan kebiasaan merokok adalah sebesar 1,49, hal ini menunjukkan bahwa responden yang teman dekatnya merokok
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
mempunyai kebiasaan merokok 1.49 kali dibandingkan teman dekatnya yang tidak merokok. Remaja yang mengaku iklan rokok mempengaruhi kebiasaan merokok 62,99% dan yang tidak 37,01%. Hasil analisis rasio prevalensi pengaruh iklan rokok dengan kebiasaan merokok adalah 1,42, hal ini menunjukkan bahwa responden yang mengaku iklan rokok mempengaruhi kebiasaan merokok mempunyai kebiasaan merokok 1,42 kali dibandingkan yang mengaku iklan rokok tidak mempengaruhinya.
4.3.
Hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan
4.3.1. Hubungan faktor pengetahuan dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan Remaja yang mengetahui bahaya merokok terhadap kesehatan 33,73% memiliki kebiasaan merokok, sedangkan yang tidak tahu bahaya merokok terhadap kesehatan 15,18% merokok. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden tentang bahaya rokok terhadap kesehatan dengan kebiasaan merokok responden (p=0,001) (Tabel 4.4)
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.4. Hubungan pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan dengan Kebiasaan Merokok Pada Remaja di Kota Medan Tahun 2007 Pengetahuan bahaya Rokok terhadap Kesehatan Tahu Tidak Tahu Jumlah
Kebiasaan Merokok Merokok Tidak Merokok (%) (%) 111 (33,73) 12 (15,18) 123 (30,14)
218 (66,27) 67 (84,82) 285 (69,86)
Jumlah N %
329
80,63
79
19,37
408
Hasil analisis statistik
RP = 2,22 X² =10,408 Df = 1 p = 0,001
100
Remaja yang mengetahui bahaya merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut 34,73% memiliki kebiasaan merokok, sedangkan yang tidak tahu bahaya merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut 21,91% merokok. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden tentang bahaya rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut dengan kebiasaan merokok responden (p=0,007) (Tabel 4.5). Tabel 4.5. Hubungan pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan Tahun 2007 Pengetahuan bahaya Rokok terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut Tahu Tidak Tahu Jumlah
Kebiasaan Merokok Merokok Tidak Merokok (%) 91 (34,73) 32 (21,91) 123 (30,14)
(%) 171 (65,27) 114 (78,09) 285 (69,86)
N
Jumlah %
262
64,21
146
35,79
408
100
Hasil analisis statistik
RP = 1,58 X² = 7,311 Df = 1 p = 0,007
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Remaja yang mengetahui zat berbahaya dalam rokok 33,69% memiliki kebiasaan merokok, sedangkan yang tidak tahu zat berbahaya dalam rokok 22,72% merokok. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden tentang zat berbahaya dalam rokok dengan kebiasaan merokok responden (p=0,028) (Tabel 4.6).
Tabel 4.6. Hubungan pengetahuan zat berbahaya dalam rokok dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan Tahun 2007 Pengetahuan Zat Berbahaya Dalam Rokok Tahu Tidak Tahu Jumlah
Kebiasaan Merokok Merokok Tidak Merokok (%) (%) 93 183 (33,69) (66,31) 30 102 (22,72) (77,28) 123 285 (30,14) (69,86)
Jumlah N
%
276
67,64
132
32,36
408
100
Hasil analisis statistik
RP = 1,48 X² = 5,101 Df = 1 p = 0,028
4.3.2. Hubungan faktor lingkungan sosial dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan Responden yang orang tuanya merokok sebesar 35,79% memiliki kebiasaan merokok, sedangkan responden yang orang tuanya tidak merokok persentase kebiasaan merokok lebih rendah yaitu 25,86%. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengaruh orang tua merokok dengan kebiasaan merokok responden (p=0,038) (Tabel 4.7).
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.7. Hubungan pengaruh orang tua merokok dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan Tahun 2007 Pengaruh Orangtua Merokok Ada Tidak Ada Jumlah
Kebiasaan Merokok Merokok Tidak Merokok (%) (%) 63 113 (35,79) (64,21) 60 172 (25,86) (74,14) 123 285 (30,14) (69,86)
N
Jumlah %
176
43,13
232
56,87
408
100
Hasil analisis statistik RP = 1,38 X² = 4,689 Df = 1 p = 0,038
Responden yang saudara serumahnya merokok 36,94% memiliki kebiasaan merokok, sedangkan responden yang saudara serumahnya tidak merokok 25,89% memiliki kebiasaan merokok. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengaruh saudara serumah merokok dengan kebiasaan merokok responden (p=0,02) (Tabel 4.8).
Tabel 4.8. Hubungan pengaruh saudara serumah merokok merokok pada remaja di Kota Medan Tahun 2007 Pengaruh Saudara Serumah Merokok
Ada Tidak Ada Jumlah
Kebiasaan Merokok Merokok Tidak Merokok (%) 58 (36,94) 65 (25,89) 123 (30,14)
(%) 99 (63,06) 186 (74,11) 285 (69,86)
N
Jumlah %
157
38,48
251
61,52
408
100
dengan kebiasaan
Hasil analisis statistik
RP = 1.43 X² = 5,596 Df = 1 p = 0,02
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Responden yang teman dekatnya merokok 35,21% memiliki kebiasaan merokok, sedangkan responden yang teman dekatnya tidak merokok persentase kebiasaan merokok lebih rendah yaitu 23,59%. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengaruh teman merokok dengan kebiasaan merokok responden (p=0,012) (Tabel 4.9).
Tabel 4.9. Hubungan pengaruh teman merokok dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan Tahun 2007 Pengaruh Teman Merokok Ada Tidak Ada Jumlah
Kebiasaan Merokok Jumlah Merokok Tidak N % Merokok (%) (%) 81 149 230 56,37 (35,21) (64,79) 42 136 178 43,63 (23,59) (76,41) 123 285 408 100 (30,14) (69,86)
Hasil analisis statistik RP = 1,49 X² = 6,436 Df = 1 p = 0,012
Responden yang mengaku iklan rokok mempengaruhi kebiasaan merokok 33,85% memiliki kebiasaan merokok, sedangkan responden yang mengaku iklan rokok tidak mempengaruhinya memiliki kebiasaan merokok lebih rendah yaitu 23,84%. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengaruh iklan rokok dengan kebiasaan merokok responden (p=0,034) (Tabel 4.10).
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.10. Hubungan pengaruh iklan rokok dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan Tahun 2007 Kebiasaan Merokok Merokok Tidak Merokok (%) (%) 87 170 (33,85) (66,15) 36 115 (23,84) (76,16) 123 285 (30,14) (69,86)
Pengaruh Iklan Rokok Ada Tidak Ada Jumlah
4.4.
N
Jumlah %
257
62,99
151
37,01
408
100
Hasil analisis statistik RP = 1,42 X² = 4,527 Df = 1 p = 0,034
Hubungan kebiasaan merokok dengan status penyakit periodontal pada remaja di Kota Medan
4.4.1. Hubungan kebiasaan merokok dengan Indeks Oral Higiene pada remaja di Kota Medan Rerata indeks oral higiene responden yang tidak merokok adalah 2,157 ± 1,422, sedangkan yang merokok reratanya lebih besar yaitu 2,742 ± 1,893. Hasil uji statistik t-test menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara indeks oral higiene (IOH) responden yang tidak merokok dengan responden yang merokok (p=0,001) (Tabel 4.11). Tabel 4.11. Hubungan kebiasaan merokok dengan Indeks Oral Higiene pada remaja di Kota Medan Tahun 2007 Kebiasaan
N
Rerata
SD
SE
Tidak Merokok
285
2,157
1,422
8.42E-02
Merokok
123
1,893
0.171
2,742
Hasil analisis statistik t=-3,437 df=406 p=0,001
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
4.4.2. Hubungan kebiasaan merokok dengan Indeks Periodontal pada remaja di Kota Medan Rerata indeks periodontal (IP) responden yang tidak merokok adalah 0,617 ± 0,689, sedangkan untuk responden yang merokok reratanya lebih besar yaitu 1,132 ± 1,031. Hasil uji statistik t-test menunjukkan ada perbedaan yang signifikan indeks periodontal antara responden yang merokok dengan yang tidak merokok (p=0,000) (Tabel 4.12).
Tabel 4.12. Hubungan kebiasaan merokok dengan Indeks Periodontal pada remaja di Kota Medan Tahun 2007 Variabel
N
Rerata
SD
SE
Hasil analisis statistik
Tidak Merokok
285
0,617
0,689
4.084E-02
t=-5,905
Merokok
123
1,031
9.293E-02
df=406
1,132
p=0,000
4.4.3. Hubungan jenis perokok dengan Indeks Oral Higiene pada remaja di Kota Medan Responden yang termasuk kategori perokok ringan sebesar 49,11% memiliki indeks oral higiene sedang, perokok sedang sebesar 55,61% memiliki indeks oral higiene buruk dan perokok berat sebesar 50% memiliki indeks oral higiene buruk. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara jenis perokok dengan indeks oral higiene (p = 0,088) (Tabel 4.13)
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.13. Hubungan jenis perokok dengan Indeks Oral Higiene pada remaja di Kota Medan Tahun 2007 Jenis Perokok
Indeks Oral Higiene
Ringan
Baik (0-1,2) n (%) 23 (20,89)
Sedang
1 (11,11)
Hasil Analisis Sedang (1,3-3) Berat (3,1-6) Statistik n (%) n (%) 54 (49,11) 33 (30,00) p = 0,088 3 (33,33) 5 (55,56)
Berat
-
2 (50,00)
2 (50,00)
4.4.4. Hubungan jenis perokok dengan Indeks Periodontal pada remaja di Kota Medan Responden yang termasuk kategori perokok ringan memiliki indeks periodontal sebesar 1,098, perokok sedang sebesar 1,332 dan perokok berat sebesar 1,607. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara jenis perokok dengan indeks periodontal (p = 0,524) (Tabel 4.14) Tabel 4.14. Hubungan jenis perokok dengan Indeks Periodontal pada remaja di Kota Medan Tahun 2007 Jenis Perokok
Indeks Periodontal
Ringan
1,098 ± 1,033
Sedang
1,332 ± 0,950
Berat
1,607 ± 1,234
4.5.
Hasil Analisis Statistik p = 0,524
Gambaran karakteristik merokok pada perokok remaja di Kota Medan Persentase jenis perokok pada remaja menunjukkan 89,43% perokok ringan
(merokok kurang dari 10 batang perhari); 7,31% perokok sedang (merokok 10-20 batang perhari) dan 3,25% perokok berat (merokok lebih dari 20 batang perhari) (Tabel 4.15). Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.15. Persentase jenis perokok pada perokok remaja di Kota Medan Tahun 2007 Jumlah batang rokok perhari dan jenis perokok
N
%
Perokok ringan (< 10 batang per hari) Perokok sedang (10-20 batang per hari) Perokok berat (>20 batang per hari)
110 9 4
89,43 7,31 3,25
123
100
Jumlah
Persentase jenis rokok yang dihisap perokok remaja menunjukkan 70,73% responden menghisap rokok putih; 15,44% menghisap rokok kombinasi; 13,0% menghisap rokok kretek dan 0,81% menghisap cerutu (Tabel 4.16)
Tabel 4.16. Persentase jenis rokok yang dihisap perokok remaja di Kota Medan Tahun 2007 Jenis rokok Rokok putih Kombinasi Rokok kretek Cerutu Jumlah
N 87 19 16 1 123
% 70,73 15,44 13,00 0,81 100
Persentase lama merokok pada perokok remaja menunjukkan perokok yang merokok 1,2 dan 3 tahun sebesar 20,32-25,20%, dan ada yang sudah 7 tahun sebesar 4,87% (Tabel 4.17).
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.17. Persentase lama merokok pada perokok remaja di Kota Medan Tahun 2007 Lama merokok (tahun) 1 2 3 4 5 6 7
N 31 32 25 14 12 3 6
% 25,20 26,01 20,32 11,38 9,75 2,43 4,87
Jumlah
123
100
Persentase sumber biaya remaja untuk membeli rokok menunjukkan 49,59% dari uang saku dari orang tua; 28,45% diberi teman dan 21,95% dari uang saku orang tua serta diberi teman (Tabel 4.18). Tabel 4.18. Persentase sumber biaya untuk membeli rokok pada perokok remaja di Kota Medan Tahun 2007 Sumber biaya Uang saku dari orang tua Diberi teman Uang saku dari orang tua dan diberi teman
N 61 35 27
% 49,59 28,45 21,95
Jumlah
123
100
Persentase tempat biasanya remaja merokok menunjukkan 33,33% di rumah; 27,64% di sekolah; 21,14% di mall dan 8,94% di tempat les serta dimana saja (Tabel 4.19).
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.19. Persentase tempat biasanya merokok pada perokok remaja di Kota Medan Tahun 2007 Tempat merokok Rumah Sekolah Mall Les Dimana saja
N 41 34 26 11 11
Jumlah
123
% 33,33 27,64 21,14 8,94 8,94 100
Persentase waktu biasanya remaja merokok menunjukkan 35,77% pada waktu pulang sekolah; 27,64% sore hari; 22,76% jam sekolah; 8,94% tidak tentu dan 4,87% pada malam hari (Tabel 4.20). Tabel 4.20. Persentase waktu biasanya remaja merokok pada perokok remaja di Kota Medan Tahun 2007 Waktu Pulang sekolah Sore hari Jam sekolah Tidak tentu Malam hari
N 44 34 28 11 6
% 35,77 27,64 22,76 8,94 4,87
Jumlah
123
100
Persentase alasan psikologis remaja merokok menunjukkan 79,67% karena kebiasaan; 72,36% pengaruh positif; 60,16% gengsi; 48,78% pengaruh negatif dan 14,63% karena adiktif (Tabel 4.21).
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.21. Persentase alasan psikologis merokok pada perokok remaja di Kota Medan Tahun 2007 Alasan psikologis Kebiasaan Pengaruh positif Gengsi Pengaruh negatif Adiktif
N 98 89 74 60 18
% 79,67 72,36 60,16 48,78 14,63
Persentase penyebab pertama kali merokok pada remaja, menunjukkan 32,52% karena teman yang merokok; 21,95% orang tua yang merokok; 21,14% saudara merokok; 13,82% iklan rokok dan 10,57% tidak ingat (lupa) penyebab pertama kali merokok (Tabel 4.22).
Tabel 4.22. Persentase penyebab pertama kali merokok pada perokok remaja di Kota Medan Tahun 2007 Penyebab pertama kali merokok
N
%
Teman yang merokok
40
32,52
Orang tua merokok
27
21,95
Saudara merokok
26
21,14
Iklan rokok
17
13,82
Lupa
13
10,57
Jumlah
123
100
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1.
Rasio prevalensi dan hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan
5.1.1. Rasio prevalensi dan hubungan pengetahuan remaja di Kota Medan dengan kebiasaan merokok Hasil penelitian menunjukkan prevalensi remaja yang merokok adalah 30,14%. Persentase ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Tarigan dalam Aditama TY (1994) yaitu sekitar 40% remaja di Medan adalah perokok. Hal ini mungkin dikarenakan pada masa ini pengawasan dan peraturan di sekolah mengenai kebiasaan merokok lebih ketat dan adanya razia yang dilakukan pihak sekolah. Remaja yang mengetahui bahaya merokok terhadap kesehatan persentasenya cukup tinggi yaitu 80,63%. Hal ini mungkin berkaitan dengan adanya peraturan yang mewajibkan iklan rokok di media cetak maupun elektronik serta di setiap bungkus rokok untuk mecantumkan
bahaya
merokok
terhadap
kesehatan
termasuk
penyakit
yang
diakibatkannya. Dengan demikian, makin gencar iklan rokok di masyarakat akan meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai bahaya merokok. Sebagian besar (80,63%) remaja mengetahui bahwa rokok dapat menyebabkan serangan jantung dan 60-65% mengetahui rokok dapat menyebabkan gangguan kehamilan dan janin, hipertensi, gangguan pernafasan, kanker, bronkhitis dan impoten (Tabel 4.1).
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Hal ini menunjukkan bahaya merokok yang diperhatikan remaja adalah serangan jantung, ini mungkin karena remaja menganggap serangan jantung lebih fatal dari yang lainnya. Hasil penelitian menunjukkan remaja yang mengetahui bahaya rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut adalah 64,21% (Tabel 4.2). Persentase ini lebih rendah dibandingkan dengan pengetahuan remaja tentang bahaya rokok terhadap kesehatan, hal ini mungkin dikarenakan bahaya rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut tidak dicantumkan pada setiap iklan rokok, yang mengakibatkan kurangnya sosialisasi tentang penyakit yang diakibatkan rokok terhadap kesehtan gigi dan mulut. Sebanyak 64,21% mengetahui bahwa rokok dapat menyebabkan bau mulut yang tidak sedap. Hal ini mungkin dikarenakan adanya efek langsung yang dapat dirasakan oleh perokok dan yang bukan perokok. Hasil penelitian menunjukkan remaja yang mengetahui zat berbahaya dalam rokok adalah 67,64%. Sebanyak 67,64% responden mengetahui rokok mengandung nikotin dan tar, sedangkan yang mengetahui rokok mengandung piridin, hidrogen sianida dan fenol adalah 38,97-45,83% (Tabel 4.3). Hal ini mungkin dikarenakan di setiap bungkus rokok dicantumkan kadar tar dan nikotin rokok, sehingga remaja sudah sering mendengar tentang kandungan tar dan nikotin dalam rokok. Rasio prevalensi pengetahuan bahaya rokok responden terhadap kesehatan dengan kebiasaan merokok adalah 2,2 (p=0,001); terhadap kesehatan gigi dan mulut 1,58 (p=0,007) dan kandungan zat berbahaya dalam rokok 1,48 (p=0,028). Data ini menunjukkan bahwa remaja yang mengetahui bahaya merokok terhadap kesehatan, kesehatan gigi dan mulut serta zat berbahaya dalam rokok lebih banyak yang merokok Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
daripada yang tidak tahu. Hal ini tidak sesuai dengan teori WHO dalam Notoatmodjo (2003) yang menjelaskan salah satu alasan pokok seseorang berperilaku adalah pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling) yang berarti seseorang yang merokok akan mempertimbangkan untung rugi dan manfaat mereka merokok. Penjelasan mengapa remaja tetap merokok sedangkan mereka tahu bahaya merokok karena bahaya merokok terhadap kesehatan bukan merupakan sesuatu yang langsung dapat dilihat atau dirasakan, tetapi merupakan akumulasi dari proses yang bertahun-tahun lamanya. Bahaya merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut tidak dicantumkan dalam iklan rokok, hal ini yang mungkin menyebabkan rasio prevalensi merokoknya lebih rendah yaitu 1,58 (p=0,007) dibandingkan dengan rasio prevalensi terhadap kesehatan yaitu 2,22 (p=0,001). Akibat merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut yang lebih mudah dan cepat dirasakan perokok yaitu bau mulut yang tidak sedap dan stein/bercak hitam pada gigi.
5.1.2. Rasio prevalensi dan hubungan pengaruh lingkungan sosial remaja di Kota Medan dengan kebiasaan merokok Hasil penelitian menunjukkan remaja yang orang tuanya merokok 35,79% memiliki kebiasaan merokok (Tabel 4.7). Rasio prevalensi pengaruh orang tua merokok dengan kebiasaan merokok adalah 1,38 dan secara statistik menunjukkan hubungan yang bermakna (p=0,038). Hasil ini menunjukkan orang tua merupakan tokoh yang menjadi acuan remaja, sesuai dengan teori Lawrence Green (1980) dalam Glanz K (2002), yang menyebutkan salah satu faktor utama yang mempengaruhi perilaku kesehatan adalah reinforcing factors yang meliputi sikap dan perilaku tokoh yang menjadi acuan seperti orang tua.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Hasil penelitian menunjukkan remaja yang saudara serumahnya merokok 36,94% memiliki kebiasaan merokok. Rasio prevalensi pengaruh saudara serumah merokok dengan kebiasaan merokok adalah 1,43 dan menunjukkan hubungan yang bermakna (p=0,02). Hasil ini menunjukkan bahwa saudara serumah yang merokok juga dapat menjadi referensi remaja untuk memulai merokok. Hal ini sesuai dengan teori WHO dalam Notoatmodjo (2003), yang menyebutkan alasan pokok orang berperilaku adalah adanya referensi dari seseorang yang dipercayai (personal reference) seperti saudara. Hasil penelitian menunjukkan remaja yang teman dekatnya merokok 35,21% memiliki kebiasaan merokok. Rasio prevalensi pengaruh teman merokok dengan kebiasaan merokok remaja adalah 1,49 dan secara statistik mempunyai hubungan yang bermakna (p=0,012). Besarnya pengaruh teman merokok ini dikarenakan remaja SMA lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah bersama teman-temanya dibandingkan bersama keluarganya, sehingga pengaruh teman dirasakan sangat besar bagi perkembangan remaja. Hasil penelitian menunjukkan remaja yang mengaku iklan rokok mempengaruhi mereka untuk mencoba merokok sebesar 33,85% memiliki kebiasaan merokok. Rasio prevalensi pengaruh iklan rokok dengan kebiasaan merokok adalah 1,42 dan secara statistik mempunyai hubungan yang bermakna (p=0,034). Hasil ini menunjukkan bahwa iklan rokok sudah sangat gencar, baik melalui media cetak naupun elektronik. Bahkan tidak sedikit kegiatan remaja, seperti kegiatan olah raga dan konser musik yang disponsori oleh rokok. Cara pemasaran rokok juga dirasakan sangat menarik, yaitu dengan dipakainya gadis-gadis cantik yang berpakaian sangat menarik sebagai sales promotion girl (SPG) untuk menjual rokok kepada remaja khususnya. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
5.2.
Hubungan kebiasaan merokok dengan status penyakit periodontal pada remaja di Kota Medan Rerata indeks oral higiene (IOH) responden yang tidak merokok adalah 2,157 ±
1,422, sedangkan yang merokok reratanya lebih besar yaitu 2,742 ± 1,893. Hasil statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara IOH responden yang tidak merokok dengan yang merokok. Hasil ini sesuai dengan penelitian Quee TC (2002) yang menyatakan merokok dapat memperburuk status oral higiene seorang individu, yang juga bertindak sebagai ko-faktor terjadinya gingivitis dan periodontitis. Akumulasi plak dalam rongga mulut pada perokok juga lebih besar daripada yang bukan perokok. Rerata indeks periodontal (IP) responden yang tidak merokok adalah 0,617 ± 0,689, hasil ini menunjukkan kondisi klinis responden yang tidak merokok dalam tingkatan gigngivitis sederhana, sedangkan untuk responden yang merokok reratanya lebih besar yaitu 1,132 ± 1,031, menunjukkan kondisi klinis dalam tingkatan tahap awal penyakit periodontal. Hasil statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara IP responden yang tidak merokok dengan yang merokok. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Tomar dan Asma (1999) dari NHANES III yang menyatakan perokok yang menghisap 9 batang rokok perhari kemungkinan untuk menderita periodontitis 2,8 kali daripada yang tidak merokok. Ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lubis S (1999) dalam Kasim E (2001) bahwa asap rokok mempunyai efek terhadap aliran saliva, aliran saliva akan bertambah selama periode merokok. Pertambahan aliran saliva menambah pH dan konsentrasi kalsium pada saliva yang juga menyebabkan pertambahan kalsium fosfat sehingga dengan meningkatnya konsentrasi kalsium menyebabkan Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
terjadinya mineralisasi plak. Perlekatan plak yang merupakan awal terbentukya kalkulus, yang jumlahnya lebih besar dijumpai pada perokok akan memperburuk status kebersihan mulut seorang individu, yang kemudian merupakan ko-faktor terjadinya penyakit periodontal. Secara persentase hubungan antara jenis perokok dengan indeks oral higiene dan indeks periodontal menunjukkan kecendrungan peningkatan pada setiap jenis perokok, tetapi secara statistik hubungan antara jenis perokok dengan indeks oral higiene dan indeks periodontal tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Hal ini mungkin dikarenakan data pada perokok sedang dan berat sangat kecil yaitu sebesar 9 dan 4 orang, dibandingkan dengan data perokok ringan yaitu sebesar 110 orang.
5.3.
Gambaran karakteristik merokok pada perokok remaja di Kota Medan Persentase jenis perokok pada remaja menunjukkan 89,43% perokok ringan, 7,31%
perokok sedang dan 3,25% perokok berat. Hasil ini sedikit berbeda dengan penelitian Rochadi K (2004) yang menyatakan 64,7% remaja SMU Negeri di 5 wilayah Jakarta adalah perokok ringan, 18,2% perokok sedang dan 17,1% perokok berat. Hal ini mungkin dikarenakan taraf ketergantungan terhadap rokok pada remaja SMA di Kota Medan masih rendah, ini sesuai dengan persentase remaja yang baru memulai merokok selama 1-2 tahun (25,20-26,01%). Persentase jenis rokok yang dihisap perokok remaja menunjukkan 70,73% perokok menghisap rokok putih, 15,44% menghisap rokok kombinasi (putih+kretek), 13,0% menghisap rokok kretek dan 0,81% menghisap cerutu. Hasil ini juga berbeda dengan
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
penelitian Rochadi K (2004), yang menyatakan 48,8% remaja SMU di 5 wilayah Jakarta menghisap rokok kretek, 35,3% kombinasi dan 15,9% rokok putih. Hasil ini menggambarkan perokok remaja di Kota Medan akan lebih sedikit terpapar racun rokok, karena sebagaimana kita ketahui rokok kretek tidak memiliki filter yang dapat menyaring racun yang dihisap seperti halnya rokok putih. Disamping itu, mungkin karena harga rokok putih lebih murah daripada rokok kretek sehingga dapat terjangkau oleh remaja dan rokok putih menawarkan rasa yang lebih bervariasi serta promosinya juga lebih gencar. Persentase lama merokok pada perokok remaja, menunjukkan perokok yang merokok 1,2 dan 3 tahun sebesar 20,32-26,01%. Hal ini berarti mereka memulai merokok sekitar usia 12-15 tahun, ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Suhardi (1995) yang menyatakan pada umumnya penduduk Indonesia mulai mengkonsumsi rokok pada usia muda, yaitu 41,5% pada usia 15-22 tahun. Dari hasil penelitian juga diperoleh ada yang sudah merokok selama 7 tahun sebesar 4,87%, hal ini menggambarkan ada remaja yang sudah memulai kebiasaan merokoknya sejak duduk di bangku SD.
Ini menunjukkan
bahwa begitu mudahnya anak-anak usia muda memperoleh rokok. Seharusnya pemerintah dapat membatasi pembelian rokok hanya untuk orang yang sudah dewasa atau memiliki KTP dan melarang pembelian rokok secara satuan, sehingga perokok usia muda dapat dikurangi jumlahnya, mengingat efek yang disebabkan oleh rokok sangat berbahaya bagi kesehatan. Persentase sumber biaya untuk membeli rokok pada perokok remaja, menunjukkan hampir separuh remaja (49,59%) memperoleh biaya untuk membeli rokok dari uang saku dari orang tua. Hal ini dikarenakan remaja masih sepenuhnya mendapatkan uang dari orang Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
tua karena belum bekerja sendiri dan menjadi masukan bagi para orang tua untuk mempertimbangkan jumlah uang saku anaknya. Persentase tempat biasanya remaja merokok pada perokok remaja, menunjukkan 21,14-33,33% merokok di rumah, sekolah dan di mall. Persentase waktu biasanya remaja merokok pada perokok remaja, menunjukkan 22,76-35,77% merokok pada waktu pulang sekolah, sore hari dan jam sekolah. Hasil ini menunjukkan kurangnya pengawasan dari orang tua dan guru tentang kebiasaan merokok remaja. Seharusnya pihak sekolah menerapkan sanksi yang tegas terhadap muridnya yang kedapatan merokok, seperti skorsing, sehingga dapat membuat efek jera kepada yang lainnya. Pemerintah Kota Medan juga seharusnya dapat mengeluarkan peraturan daerah yang membatasi dan mengatur tempat bagi para perokok untuk merokok di tempat umum seperti halnya yang dilakukan oleh pemerintah daerah Jakarta dalam PERDA No.2/2006, sehingga diharapkan mampu mengurangi persentase perokok remaja. Persentase alasan psikologis remaja merokok menunjukkan 79,67% karena kebiasaan, 72,36% pengaruh positif, 60,16% gengsi 48,78% pengaruh negatif dan 14,63% karena adiktif. Hal ini mungkin dikarenakan remaja menganggap merokok sudah menjadi kebiasaan rutin, misalnya saat berkumpul dengan teman dan merokok juga digunakan untuk menambah kenikmatan seperti habis makan dan untuk menyenangkan perasaan. Persentase penyebab pertama kali merokok pada remaja, menunjukkan 32,52% karena teman yang merokok; 21,95% orang tua merokok; 21,14% saudara yang merokok; 13,82% karena iklan rokok dan 10,57% tidak ingat (lupa) penyebab pertama kali merokok.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Hasil ini menunjukkan pengaruh teman sangat besar pada remaja SMA, ini dikarenakan sebagian besar waktu remaja dihabiskan bersama teman-temannya diluar rumah.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut: 1. Prevalensi remaja yang merokok adalah 30,14%. 2. Pengetahuan remaja tentang bahaya rokok terhadap kesehatan, kesehatan gigi dan mulut serta zat berbahaya dalam rokok tidak menyebabkan remaja memutuskan untuk tidak merokok, nemun faktor lingkungan sosial yaitu pengaruh teman merokok, orang tua merokok, saudara serumah merokok dan iklan rokok mendorong remaja untuk memutuskan merokok. Semua faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok secara statistik menunjukkan hubungan yang signifikan. 3. Status penyakit periodontal yang terdiri atas indeks oral higiene dan indeks periodontal, menunjukkan rerata indeks oral higiene dan indeks periodontal yang merokok lebih besar daripada yang tidak merokok, secara statistik ada hubungan yang signifikan antara indeks oral higiene dan indeks periodontal dengan kebiasaan merokok pada perokok remaja di Kota Medan.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
6.2.
Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat diberikan saran dan rekomendasi
sebagai berikut: 1. Untuk mencegah meningkatnya prevalensi merokok pada remaja dimasa mendatang perlu penanganan dari Dinas Pendidikan Nasional yaitu : a. Diharapkan dapat mensponsori kegiatan-kegiatan yang menunjang kampanye anti rokok di sekolah seperti lomba karya tulis anti rokok, poster anti rokok atau diikut sertakannya siswa dalam kegiatan hari anti rokok sedunia agar lebih mendorong kesadaran siswa-siswa SMA akan bahaya rokok. b.
Menetapkan sekolah mulai SD sampai dengan perguruan tinggi sebagai tempat
bebas merokok. 2. Kebiasaan merokok dipengaruhi iklan rokok dengan demikian kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan diharapkan dapat lebih memperketat peraturan tentang iklan rokok seperti, jam tayang di televisi, tempat promosi, sasaran promosi, cara promosi dan kegiatan-kegiatan yang di sponsori oleh rokok. 3. Kebiasaan merokok sudah sangat meluas di kalangan masyarakat, tidak hanya pada remaja, maka untuk menanggulanginya melalui media cetak dan elektronik perlu dikembangkan persepsi tentang buruknya kebiasaan merokok, sehingga terbentuk imej kalau merokok merupakan kebiasaan yang buruk atau hanya dilakukan masyarakat kelas rendah sehingga dengan sendirinya kebiasaan merokok dihindari oleh masyarakat. 4. Untuk mencegah kebiasaan merokok yang dilakukan di sekolah : Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
a.
Perlu dilakukannya pengawasan yang ketat oleh pihak sekolah mengenai
kebiasaan merokok siswa serta pemberian sanksi yang tegas bagi mereka yang kedapatan merokok di lingkungan sekolah, sehingga diharapkan dapat membuat efek jera bagi siswa yang lain. b.
Perlu dibentuk grup-grup diskusi (peer group) di sekolah untuk membicarakan
masalah yang sedang terjadi di kalangan remaja, misalnya seperti merokok dan narkoba sehingga sesama remaja dapat bertukar pikiran menggunakan metode pendidikan teman sebaya. c.
Perlu peningkatan sosialisasi tentang bahaya merokok terhadap kesehatan gigi
dan mulut khususnya oleh guru orkes agar murid sekolah dapat mengurangi konsumsi rokok. 5. Pembatasan kebiasaan merokok yang dilakukan oleh masyarakat juga perlu dilakukan agar makin sempitnya kesempatan masyarakat untuk merokok, maka kepada Pemerintah Daerah diharapkan dapat merumuskan dan mensahkan peraturan daerah tentang tempat larangan merokok, sehingga dapat membatasi orang-orang yang memiliki kebiasaan merokok agar tidak merokok di tempat umum, sehingga diharapkan secara tidak langsung kebiasaan merokok dapat dikurangi 6.
Sebagai tindakan preventif dan kuratif akibat dari kebiasaan merokok maka kepada Dinas Kesehatan melalui jalur UKGS melakukan sosialisasi mengenai kebersihan gigi dan mulut dan secara rutin melakukan pemeriksaan gigi secara berkala ke
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
sekolah untuk mendeteksi kebiasaan merokok, sehingga penyakit periodontal pada siswa dapat dikurangi.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, TY., 1994. Rokok dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan Paru. Jurnal Dokter Keluarga Indonesia : 6 : 20 – 22. Aditama, TY., 1996. Rokok dan Kesehatan. UI – Press. 1 – 21. Agtini MD., 1991. Epidemiologi dan Etiologi Penyakit Periodontal. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran: 72 : 41-44. Arikunto, S., 2005. Manajemen Penelitian. Revisi Edisi , Jakarta : Rineka Cipta : 95 – 99. Awartani F, Al-jasser N. 1999. The effect of Smoking on Periodontal Conditions Assessed by CPITN. Odonto-Stomalogie Tropicale : 38-40. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2004. Sudut Pandang Masyarakat mengenai Status, Cakupan, Ketanggapan dan Sistem Pelayanan Kesehatan. SKRT. 2004 (3). Bali Post. 2003. Bisakah Remaja Berhenti Merokok ?. Bali. Collins, WJN., 1992. A Handbook for Dental Hygienists. London : Wright Bristol : 157 – 162. Daliemunthe, S., 2001. Periodonsia. Medan: FKG – USU. Debnath, T., 2002. Ashok’s Public Health and Prevemtive Dentistry. 2nd ed. India : AITBS Publishers and Distributors (Regd.) : 78 – 90. Glanz, K., et al. 2002. Health Behavior and Health Education. 3rd ed. Jossey-Bass A Wiley Imprint : 150 – 155. Jette, AL., 1993. Tobacco Use : S Modifiable Risk Factor for Dental Disease Among the Elderly. American Journal of Public Health ; 83 (9) : 1271 – 1276. Johnson GK., Slach NA., 2001. Impact of Tobacco Use on Periodontal Status. Journal of Dental Education : 313 – 319 Kasim, E., 2001. Merokok sebagai Faktor Resiko terjadinya Penyakit Periodontal. Jurnal Kedokteran Trisakti ; 9–14 Mu’tadin Z., 2007. Remaja dan Rokok. http://www.sekolahindonesia.com. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Natamiharja, L., 1999. Indeks – Indeks Penyakit Periodontal, Medan : FKG – USU. Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta: 13- 15 Ohmori, M., 1995. Study effect of Cigarette Smoking on the Peridontitis. Shigaku Odontology : 3 Purnama, A., 1998. Sudah Saatnya Perang Melawan Rokok. Jurnal Kedokteran dan Farmasi ; 3 : 197 – 198. Pratiwi LN., 1997. Hubungan Kebiasaan Merokok terhadap Tingkat Kebersihan Mulut. Kumpulan Naskah TIMNAS I Peringatan 70 tahun Pendidikan Dokter Gigi Indonesia : 545-550. Riyadina W. 1995. Pengaruh Paparan Rokok terhadap Kesehatan. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia ; 52 : 33-34. Rochadi, K., 2004. Hubungan Konformitas dengan Perilaku Merokok pada Remaja Sekolah SMU Negeri di 5 Wilayah DKI Jakarta. Disertasi Program Pascasarjana Program Studi IKM UI. Ruslan, G., 1995. Efek Merokok terhadap Rongga Mulut. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran : 41 – 42. Santoso, SS., 1993. Perilaku Remaja Berkaitan dengan Kebiasaan Merokok. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta ; 84 : 41- 46. Sarwono, SW., 2005. Psikologi Remaja, Jakarta : Rajawali Pers. Smet, B., 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia : 292 – 296. Sugiyono., 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta : 104 – 134. Suhardi., 1995. Perilaku Merokok di Indonesia menurut Susenas dan SKRT 1995. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran : 23-35. Tomar, Asma, 1999. Smoking as Risk Factor for Periodontitis. Journal of Dentistry : 1–4. Quee, TC., 2002. The Role of Tobacco Use in Peridontal Health. Ontario Dentist: 1-2 WHO., 2003. Oral Health. http://www.who.int/ncd/orh/index.htm. 29 May 2003. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Willis, S., 2005. Remaja dan Masalahnya. Bandung : Alfabeta : 1–5, 158–159. Wilson, DF., 1992. Oral Disease in the Tropics. Adelaide Oxfard University Press : 105 – 109.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Lampiran 1
No. Kartu
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS PENYAKIT PERIODONTAL REMAJA SMU DI KOTA MEDAN
Pedoman Wawancara Nama Sekolah Kelas Alamat
: : : :
1. Jenis kelamin a. Pria 1.
: b. Wanita
2. Apakah anda mengetahui bahaya merokok terhadap kesehatan ? a. ya b. Tidak 2. Jawaban pertanyaan no.3, boleh lebih dari satu 3. Jika saudara menjawab pertanyaan no. 2 ya, maka : Apa saja bahaya merokok terhadap kesehatan yang anda ketahui ? 3. a. Serangan jantung b. Kanker c. Gangguan kehamilan dan janin d. Hipertensi e. Gangguan pernafasan f. Bronkhitis g. Impotensi i. Lain-lain, sebutkan ......................
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
4. Apakah anda mengetahui bahaya merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut ? a. ya b. Tidak 4. Jawaban pertanyaan no.5, boleh lebih dari satu 5. Jika saudara menjawab pertanyaan no. 4 ya, maka : Apa saja bahaya merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut yang anda ketahui ? a. Kanker rongga mulut 5. b. Bercak putih pada lidah/ mukosa mulut c. Bau mulut yang tidak sedap d. Berkurangnya rasa pengecapan lidah e. Perdarahan pada gusi f. Stein/ bercak/ warna kuning kecoklatan sampai hitam pada gigi g. Lain-lain, sebutkan ......................... 6. Apakah anda mengetahui kandungan zat berbahaya di dalam rokok? 6. a. ya b. tidak Jawaban pertanyaan no.7, boleh lebih dari satu 7. Jika saudara menjawab pertanyaan no.6 ya, maka : Apa saja kandungan dalam rokok yang menyebabkan rokok berbahaya bagi tubuh ? a. Nikotin b. Tar 7. c. Piridin d. Fenol e. Hidrogen Sianida f. Lain-lain, sebutkan................... 8. Apakah orang tua saudara merokok ? a. Ya b. Tidak 8. 9. Apakah saudara serumah anda ada merokok ? a. Ya b. Tidak 9. 10. Apakah teman-teman dekat anda merokok ? a. Ya b. Tidak 10. 11. Menurut saudara, apakah iklan rokok sangat menarik sehingga dapat mempengaruhi saudara untuk mencoba merokok : 11. a. Ya b. Tidak
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
12. Apakah saudara merokok ? a. Ya 12.
b. Tidak
Bila jawaban No. 12 ya, maka jawab pertanyaan berikut : 13. Jumlah rokok yang dihisap per hari ? a. < 10 batang per hari b. 10-20 batang per hari 13. c. > 20 batang per hari 14. Apa jenis rokok yang sering saudara konsumsi ? a. Rokok putih b. Rokok kretek 14. c. Kombinasi (rokok putih + rokok kretek) d. Cerutu 15. Sejak kapan Anda merokok? a. SD kelas.......... c. SMA kelas........
b. SMP kelas....... d. Dan lain-lain, sebutkan.........
Jawaban pertanyaan no.16-19 boleh lebih dari satu. 16. Dari mana sumber biaya saudara untuk membeli rokok ? a. Uang saku dari orang tua b. Diberi teman c. Lain-lain, sebutkan.................. 17. Dimana biasanya saudara merokok ? a. Di area sekolah c. Di mall (pusat perbelanjaan) e. Dan lain-lain,sebutkan..............
b. Di rumah d. Di tempat les
18. Kapan biasanya saudara merokok ? a. Waktu jam sekolah (istirahat) c. Sore hari e. Dan lain-lain, sebutkan........
b. Waktu pulang sekolah d. Malam hari
19. Apa alasan mengapa saudara merokok ? a. Pengaruh positif (menambah kenikmatan/menyenangkan perasaan) b. Pengaruh negatif (mengurangi rasa marah dan gelisah) c. adiktif d. kebiasaan e. Gengsi f. Lain-lain, sebutkan.................................
15.
16.
17.
18.
19.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
20. Apa faktor penyebab Anda pertama kali memulai merokok ? a. Teman-teman merokok b. Orang tua merokok c. Saudara serumah merokok d. Iklan rokok e. Lupa/tidak ingat f. Lain-lain, sebutkan..................
20.
Pemeriksaan Indeks Oral Higiene dan Indeks Periodontal Setelah gigi diberi disclosing solution : A.
Pemeriksaan Indeks Plak
16
21
24
44
41
36
Jumlah skor plak = ---------------------------------- = -------------- = Jumlah gigi yang diperiksa
21. Indeks Plak
B.
Indeks plak PDI Ramford Skor kriteria 0 Tidak ada plak 1 Adanya plak pada daerah interproksimal atau pada tepi gingiva yang menutupi kurang dari 1/3 separuh gingival permukaan vestibular dan oral gigi. 2 Adanya plak yang menutupi lebih dari 1/3 tetapi kurang dari 2/3 separuh gingival permukaan vestibular dan oral gigi 3 Adanya plak menutupi 2/3 atau lebih separuh gingiva permukaan vestibular atau oral gigi
Pemeriksaan Indeks Kalkulus
16
21
24
44
41
36
Indeks kalkulus PDI Ramford Skor kriteria 0 Tidak ada kalkulus 1 Adanya kalkulus supragingiva yang menutupi kurang dari 1/3 separuh gingival. 2 Adanya kalkulus supragingiva yang menutupi lebih dari 1/3 tetapi kurang dari 2/3 separuh gingival dan kalkulus subgingiva atau kalkulus subgingiva yang belum melingkari gigi 3 Adanya penumpukan kalkulus supragingiva yang menutupi 2/3 atau lebih separuh gingival dan subgingiva yang sudah melingkari gigi
Jumlah skor kalkulus 22. Indeks Kalkulus = ----------------------------------- = --------------- = Jumlah gigi yang diperiksa Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
23. Indeks Oral Higiene
C.
= Indeks Plak + Indeks Kalkulus =
Pemeriksaan Status Periodontal
Indeks PDI Ramford
SP
SP
16
21
24
44
41
36
Skor kriteria 0 Tidak ada tanda-tanda peradangan 1 Perubahan peradangan ringan sampai sedang pada gingiva, tetapi belum mengelilingi gigi 2 Gingivitis ringan sampai sedang yang sudah mengelilingi gigi 3 Gingivitis yang parah ditandai dengan warna merah, pembengkakan gingiva tendensi mudah berdarah dan ulserasi 4 Pembentukan saku kurang dari 3mm (warna hitam terlihat semua) 5 Pembentukan saku 3-6mm (warna hitam bagian atas diperbatasan) 6 Pembentukan saku lebih dari 6mm (warna hitam tidak terlihat sama sekali)
Jumlah skor periodontal 24. Skor Periodontal = ------------------------------------ = -------------- = Jumlah gigi yang diperiksa
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Lampiran 2
Perhitungan besar sampel (Paul Leedy) :
n =
Z2 1-α P (1-P) / d2
Keterangan ; Prakiraan proporsi populasi (P)
= 40%
Confidence level
= 95%
Relative precision (d)
= 5% (dari 40%)
Z(1-α)
= 1,96
Jadi : n
= (1,96)2 0,4(1-0,4) / (0,05)2 = (3,8416) (0,24) / 0,0025 = 0,922 / 0,0025 = 368,79 = 369
Jadi jumlah sampel yang diperoleh adalah 369 orang.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Lampiran 3 Daftar SMA yang berada di lingkar dalam : 1. SMUN 1 Medan 2. SMUN 2 Medan 3.SMUN 4 Medan 4. SMUN 5 Medan 5. SMUN 6 Medan 6. SMUN 7 Medan 7. SMU Sw Methodist 8. SMU Sw Kristen Imanuel 9. SMU Sw Alawiyah Al Itidiyah 10. SMU Sw Raksana 11. SMU Sw St. Thomas 12. SMU Sw Kristen I 13. SMU Sw Cahaya 14. SMU Sw GKPI Padang Bulan 15. SMU Sw Bahayangkari 16. SMU Sw Dharma Pancasila 17. SMU Sw Taman Siswa 18. SMU Sw Pelita 19. SMU Sw Yaspena 45 20. SMU Sw Bina Bersaudara 21. SMU Sw Angkasa Lanud 22. SMU Sw Laksamada Martadinata 23. SMU Sw Bina Karya 24. SMU Sw Sutomo 2 25. SMU Sw Kartika I 26. SMU Sw Kalam Kudus 27. SMU Sw Amir Hamzah 28. SMU Sw Darusalam 29. SMU Sw PGRI I 30. SMU Sw Petro 31. SMU Sw Teladan Cinta Damai 32. SMU Sw Karya Bakti 33. SMU Sw UISU 34. SMU Sw Timbul Jaya 35. SMU Sw Advent Air Bersih 36. SMU Sw Eria 37. SMU Sw Setia Budi Medan 38. SMU Sw St Antonius 39. SMU Sw YPK Medan 40. SMU Sw Al Ithihadiyah 41. SMU Sw Ksatria 42. SMU Sw Dwinama 43. SMU Sw Padamu Negeri 44. SMU Sw Sutomo I 45. SMU Sw Indonesia Membangun 46. SMU Sw Eklesia Medan 47. SMU Sw WR Supratman 1 48. SMU Sw WR Supratman 2 49. SMU Sw Muhamadiyah 50. SMU Sw Al-Ulum 51. SMU Sw Parulian 52. SMU Sw Nurul Islam Indonesia 53. SMU Sw Budi Murni
54. SMU Sw Gajah Mada 55. SMU Sw Amal Bakti 56. SMUN 10 Medan 57. SMU Sw Taman Siswa 58. SMU Sw Wiyata Dharma 59. SMU Sw Widia Sana 60. SMU Sw Hang Kesturi 61. SMU Sw Tunas Gajah Mada 62. SMUN 11 Medan 63. SMU Sw YP Utama Medan 64. SMU Sw Al Hidayah 65. SMU Sw Budi Satria 66. SMU Sw Teladan Medan 67. SMU Sw Islam Azizi 68. SMU Sw Katolik Mariana 69. SMU Sw Markus 70. SMU Sw Dharma Jaya 71. SMU Sw Eka Prasetya 72. SMU Sw Sutan Oloan 73. SMU Sw Nahlatul Ulama 74. SMU Sw St. Thomas 3 75. SMU Sw Marisi Medan 76. SMU Sw Free Methodist 77. SMUN 14 Medan 78. SMU Sw Dharma Sakti 79. SMU Sw Mulia Menteng 80. SMU Sw Karya Kesuma 81. SMU Sw Katolik Trisakti 82. SMU Sw Harapan 83. SMU Sw SMUN 15 Medan 84. SMU Sw Muhamadiyah Medan 85. SMU Sw Sutan Iskandar Muda 86. SMUN 17 Medan 87. SMU Sw Katolik Budi Murni 88. SMU Sw Pencawan 89. SMU Sw YP Budi Medan 90. SMU Sw Timbul Jaya 2 Medan 91. SMU Sw Dharma Bakti 92. SMU Sw Mulia dan Pencawan 93. SMUN 18 Medan 94. SMU Sw Pembangunan Nasional 95. SMU Sw Parulian 2 Medan 96. SMU Sw Advent 1 Medan 97. SMU Sw Sutini 98. SMU Sw Methodist Medan 99. SMU Sw Prof HM Yamin 100. SMU Sw Husni Thamrin 101. SMU Sw Santa Maria 102. SMU Sw Methodist 7 Medan 103. SMU Sw Letjen S Parman 104. SMU Sw Josua
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Lampiran 4 Daftar SMA yang berada di lingkar luar : 1. SMA Sw Plus Muhammadiyah 2. SMA Sw Al Azhar 3. SMA Sw Riama 4. SMAN 3 Medan 5. SMA SwPulau Berayan Darat 6. SMA Sw Yos Sudarso 7. SMA Sw Dharmawangsa 8. SMA Sw Methodist 9. SMA Sw Suci Murni 10. SMA Sw Krakatau 11. SMA Sw Al Fatah 12. SMA Sw DR Sudirohusodo 13. SMA Sw Kristen 14. SMAN 13 Medan 15. SMA Sw Apipsu 16. SMA Sw Nasional Gultom 17. SMA Sw Budaya 18. SMA Sw Yapsi 19. SMA Sw Al Hilal 20. SMAN 8 Medan 21. SMA Sw Budi Utomo 22. SMA Sw HKBP Sidorame 23. SMA Sw Samuel Indonesia 24. SMAN 9 Medan 25. SMA Sw William Booth 26. SMA Sw Nurani Belawan 27. SMA Sw Katolik Budi Murni 3 28. SMAN 12 Medan 29. SMA Sw Kartika 2 Medan 30. SMA Sw Budi Luhur 31. SMA Sw Panca Budi 32. SMA Sw Al Wasliyah 1 33. SMA Sw Al Wasliyah 3 34. SMA Sw Kartanegara 35. SMA Sw Sriwijaya 36. SMA Sw Nurhasanah 37. SMA Sw Kebangsaan 38. SMA Sw Muhammadiyah 39. SMA Sw Sunggal 40. SMA Sw Mulia 41. SMA Sw Budi Sunggal 42. SMA Sw Brigjen Katamso 43. SMA Sw Supriyadi 44. SMA Sw Letjen Haryono 45. SMA Sw Mayjen Sutoyo 46. SMAN 16 Medan 47. SMA Sw Budi Agung 48. SMA Sw PGRI 12 49. SMA Sw Bina Taruna 50. SMA Sw Hangtuah Belawan 51. SMA Sw Katolik St. Yoseph 52. SMA Sw Palapa Medan 53. SMAN 19 Medan 54. SMAN 20 Medan 55. SMAN 21 Medan Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.