PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURS RUPIAH PERIODE 1986-2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi
Oleh: Sarniati Dapaole NIM : 121324030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Segala pujian dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, anugerah, dan penyertaan-Nya yang sempurna selama penulis menyelesaikan skripsi. Karya ini kupersembahkan untuk : Ayahanda Alm. Daniel Dapaole yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi, dan dukungan kepada penulis dalam menjalani proses pendidikan selama masa hidupnya. Ibunda Agustina Pihu yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi, serta doa yang selalu dipanjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus bagi penulis. Kakak-kakakku Yacob Dapaole, Marlince Dapaole, Amelia Dapaole, dan Kurniawati Dapaole yang selalu memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi. Oktavia Hani Dina Sinaga dan Erlin Purumbawa, serta seluruh tim GKKI International Blessing Community Yogyakarta yang selalu mendoakan penulis selama penulis menjalani kuliah di Yogyakarta. Sahabat-sahabtku Hilaria Mitri, Harini Triana Silalahi, dan Olivia yang selalu mendukung dan memberikan semangat kepada penulis selama kuliah dan menyelesaiakn skripsi. Seluruh temana-teman angkatan Pendidikan Ekonomi angakatan 2012. Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku : Universitas Sanata Dharma
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan (Amsal 1:7) Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah (Filipi 1:21-22a)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 25 Juli 2016 Penulis
Sarniati Dapaole
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama
: Sarniati Dapaole
Nomor Mahasiswa
: 121324030
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURS RUPIAH PERIODE 1986-2015 Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 25 Juli 2016 Yang menyatakan
Sarniati Dapaole
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURS RUPIAH PERIODE 1986-2015 Sarniati Dapaole Universitas Sanata Dharma 2016 Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kurs rupiah periode 1986-2015. Penelitian ini merupakan penelitan eksplanatif. Data diperoleh dari Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang digunakan berupa data runtut waktu (time series) dengan rentang waktu 30 tahun. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) cadangan devisa berpengaruh negatif terhadap kurs rupiah periode 1986-2015; (2) suku bunga tidak berpengaruh terhadap kurs rupiah periode 1986-2015; (3) inflasi tidak berpengaruh terhadap kurs rupiah periode 1986-2015; (4) neraca pembayaran berpengaruh positif terhadap kurs rupiah periode 1986-2015; (5) rasio ekspor terhadap impor berpengaruh negatif terhadap kurs rupiah periode 1986-2015; dan (6) cadangan devisa, suku bunga, inflasi, neraca pembayaran, dan rasio ekspor terhadap impor secara bersama-sama berpengaruh sebesar 84,1% terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Kata kunci: kurs rupiah, cadangan devisa, suku bunga, inflasi, neraca pembayaran, dan rasio ekspor terhadap impor.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT FACTORS WHICH AFFECT EXCHANGE RATE OF RUPIAH IN THE PERIOD OF 1986-2015 Sarniati Dapaole Sanata Dharma University 2016 The research aims to examine and analyze the factors which affect exchange rate of rupiah in the period of 1986-2015. This research is an explanatory research. Data obtained from Indonesia Bank and central Bureau of Statistics of Yogyakarta province. The type of data is secondary data in the format time series in 30 years span of time. Multiple linear regression analysis was used as a technique of data analysis. The result shows that: (1) foreign exchange reserves has negative influence on the exchange rate of rupiah in the period of 1986-2015; (2) interest rate does not influence to the exchange rate of rupiah in the period of 1986-2015; (3) inflation does not influence to the exchange rate of rupiah in the period of 1986-2015; (4) balance of payments has positive influence on the exchange rate of rupiah in the period of 1986-2015; (5) ratio of exports to imports has negative influence on the exchange rate of rupiah in the period of 1986-2015; and (6) foreign exchange reserves, interest rate, inflation, balance of payments, and ratio of exports to imports are simultaneously affecting 84,1% to the exchange rate of rupiah in the period of 1986-2015. Keywords: exchange rate of rupiah, foreign exchange reserves, interest rate, inflation, balance of payments, and ratio of exports to imports.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih, anugerah, dan penyertaan-Nya yang sempurna sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan hikmat, kekuatan, dan anugerah-Nya bagi penulis, sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si., M.Ed. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan dukungan dan pengarahan kepada penulis selama kuliah. 4. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, memberikan dukungan, dan meluangkan banyak waktu untuk membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan ketelitian. 5. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku dosen penguji yang telah membimbing penulis selama proses revisi untuk penyempurnaan skripsi. 6. Ibu Kurnia Martikasari, S.Pd., M.Sc. selaku dosen penguji dan juga dosen pengampu mata kuliah selama penulis menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma. 7. Kedua orang tuaku, Alm. Daniel Dapaole dan Ibu Agustina Pihu yang selalu mendoakan, memberikan dukungan, dan kasih sayang kepada penulis selama kuliah.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8. Saudara-saudaraku, Yacob Dapaole, Marlince Dapaole, Amelia Dapaole, dan Kurniawati Dapaole yang selalu memberikan motivasi dan nasehat kepada penulis selama kuliah. 9. Bapak Lukas Edy Srihastomo, Bapak Andrew Hendro, dan Ibu Great selaku bapak dan ibu rohani penulis yang telah mendoakan dan membimbing penulis selama kuliah. 10. Erlin Mbitu Atadjawa, Oktavia Hani Dina Sinaga, dan Susan Purumbawa yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis selama kuliah. 11. Seluruh team GKKI International Blessing Community dan rekan-rekan pelayanan yang telah membimbing, mendukung, dan mendoakan penulis selama kuliah. 12. Hilaria Mitri, Harini Triana Silalahi, Olivia, Riwan Sigalingging, dan Albertus Bima Sulistya yang telah mendukung dan membantu penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung selama proses penyusunan skripsi. 13. Teman-teman Pendidikan Ekonomi angkatan 2012 yang selalu kompak dan saling memberikan dukungan satu sama lain. Penulis berharap, skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, dengan rendah hati, penulis memohon kritik dan saran untuk karya yang lebih baik.
Yogyakarta, 25 Juli 2016
Sarniati Dapaole xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………………………………..
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………..
Ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………
iii
PERSEMBAHAN………………………………………………………………...
iv
MOTTO…………………………………………………………………………..
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………………
vi
PERSETUJUAN PUBLIKASI…………………………………………………..
vii
ABSTRAK………………………………………………………………………..
viii
ABSTRACT………………………………………………………………………
ix
KATA PENGANTAR……………………………………………………………
x
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...
xii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………..
xvi
DAFTAR GRAFIK………………………………………………………………
xvii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………..
xviii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...
1
A. Latar Belakang……………………………………………………………..
1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah………………………………………...
8
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……………………………...
10
D. Tujuan penelitian…………………………………………………………...
11
E. Manfaat Penelitian…………………………………………………............
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………
13
A. Kurs………………………………………………………………………...
13
1. Pengertian Kurs………………………………………………………...
13
2. Penentuan Nilai Tukar………………………………………….............
14
3. Sistem Nilai Tukar Mata Uang…………………………………………
14
4. Perkembangan Sistem Nilai Tukar Mata Uang Di Indonesia…….........
17
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah…………………..
19
1. Cadangan Devisa……………………………………………………….
19
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Suku Bunga……………………………………………………….........
20
3. Inflasi…………………………………………………………………...
21
4. Neraca Pembayaran………………………………………………….....
23
5. Rasio Ekspor Terhadap Impor………………………………………….
23
C. Cadangan Devisa…………………………………………………………...
31
1. Pengertian Cadangan Devisa…………………………………………...
31
2. Fungsi Cadangan Devisa………………………………………….........
31
3. Sumber Cadangan Devisa……………………………………………...
32
D. Suku Bunga………………………………………………………………...
33
1. Pengertian Suku Bunga………………………………………………...
33
2. Jenis suku Bunga………………………………………………….........
33
3. Unsur-Unsur Dalam Tingkat Suku Bunga……………………………..
34
4. Fungsi Suku Bunga……………………………………………….........
36
E. Inflasi………………………………………………………………….........
37
1. Pengertian Inflasi……………………………………………………….
37
2. Cara menghitung Laju Inflasi……………………………………..........
38
3. Penggolongan Inflasi…………………………………………………...
39
4. Dampak Inflasi…………………………………………………………
41
5. Kebijakan Mengatasi Inflasi………………………………………........
42
F. Neraca Pembayaran………………………………………………………...
43
1. Pengertian Neraca Pembayaran………………………………………...
43
2. Fungsi Neraca Pembayaran……………………………………….........
43
3. Komponen Neraca Pembayaran………………………………………..
44
G. Rasio Ekspor Terhadap Impor……………………………………………...
46
1. Pengertian Ekspor-Impor………………………………………………
46
2. Penentu Ekspor-Impor………………………………………………….
47
3. Teori Ekspor-Impor…………………………………………………….
47
H. Hasil Penelitian Sebelumnya………………………………………….........
48
I. Kerangka Berpikir dan Hipotesis………………………………………......
49
1. Kerangka Berpikir……………………………………………………...
49
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Hipotesis…………………………………………………………..........
51
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………...
53
A. Jenis Penelitian……………………………………………………………..
53
B. Jenis Data dan Sumber Data…………………………………………..........
53
1. Jenis Data………………………………………………………….........
53
2. Sumber Data………………………………………………………........
54
C. Variabel Penelitian dan Pengukuran…………………………………..........
54
1. Cadangan Devisa………………………………………………….........
54
2. Suku Bunga……………………………………………………..............
55
3. Inflasi…………………………………………………………………...
55
4. Neraca Pembayaran……………………………………………….........
55
5. Rasio Ekspor Terhadap Impor………………………………………….
56
6. Kurs Rupiah………………………………………….............................
56
D. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………
56
E. Teknik Analisis Data………………………………………………….........
57
1. Uji Prasyarat……………………………………………………………
58
a. Uji Normalitas……………………………………………………...
58
b. Uji Linieritas…………………………………………………..........
58
2. Uji Asumsi Klasik………………………………………………….......
59
a. Uji Multikolinieritas………………………………………………..
59
b. Uji Heteroskedastisitas……………………………………………..
60
c. Uji Autokorelasi……………………………………………………
61
3. Pengujian Hipotesis……………………………………………….........
62
a. Uji Hipotesis Simultan …………………………………..................
62
b. Uji Hipotesis Parsial ………………………………….....................
63
c. Koefisien Determinasi……………………………………………...
66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………......
67
A. Deskripsi Data……………………………………………………………..
67
B. Analisis Data………………………………………………………………
78
1. Uji Prasyarat……………………………………………………………
78
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Uji Normalitas……………………………………………………...
78
b. Uji Linieritas………………………………………………………..
79
2. Uji Asumsi Klasik……………………………………………………...
80
a. Uji Multikolinieritas………………………………………………..
80
b. Uji Heteroskedastisitas……………………………………………..
83
c. Uji Autokorelasi……………………………………………………
84
3. Pengujian Hipotesis…………………………………………………….
85
a. Uji Hipotesis Simultan……………………………………………...
85
b. Uji Hipotesis Parsial………………………………………………..
86
c. Koefisien Determinasi……………………………………………...
90
C. Pembahasan………………………………………………………………..
91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………….
101
A. Kesimpulan………………………………………………………………..
101
B. Keterbatasan Penelitian……………………………………………………
103
C. Saran……………………………………………………………………….
104
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….
105
LAMPIRAN………………………………………………………………………
109
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel IV.1 Deskripsi Data Penelitian……………………………………….. 67 Tabel IV.2 Hasil Pengujian Normalitas……………………………………..
79
Tabel IV.3 Hasil Pengujian Linieritas………………………………………. 80 Tabel IV.4 Hasil Pengujian Multikolinieritas……………………………….
81
Tabel IV.5 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas…………………………….
83
Tabel IV.6 Hasil Pengujian Autokorelasi…………………………………...
84
Tabel IV.7 Pengujian Hipotesis Simultan…………………………...............
85
Tabel IV.8 Hasil Regresi Berganda…………………………………………
86
Tabel IV.9 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi…………………………
91
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GRAFIK Grafik IV.1
Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat Periode
68
1986-2015……………………………………………………… Grafik IV.2
Perkembangan Cadangan Devisa Indonesia Periode 1986-
70
2015…………………………………………………………… Garfik IV.3
Perkembangan Suku Bunga Periode 1986-2015…………….
72
Grafik IV.4
Perkembangan Inflasi Indonesia Periode 1986-2015………….. 73
Grafik IV.5
Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia Periode 1986-
75
2015……………………………………………………………. Grafik IV.6
Rasio Ekspor Terhadap Impor…………………………………. 77
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Data Penelitian……………………………………………………………….. 109 Hasil Uji Prasyarat Regresi…………………………………………………... 110 Uji Normalitas dan Linieritas…………………………………………..
110
Hasil Uji Asumsi Klasik……………………………………………………...
112
1. Uji Multikolinieritas…………………………………………………....
112
2. Uji Heteroskedastisitas…………………………………………………
114
3. Uji Autokorelasi………………………………………………………..
116
Pengujian Hipotesis…………………………………………………………..
118
1. Uji Hipotesis Simultan………………………………………………..... 118 2. Uji Hipotesis Parsial……………………………………………………
119
3. Koefisien Determinasi………………………………………………….
120
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa sekarang ini, setiap negara semakin tidak bisa mengabaikan interaksi ekonominya dengan
luar negeri. Sekalipun proses
globalisasi seringkali menimbulkan korban dan memunculkan dampak sampingan yang merugikan, sementara proses liberalisasi perdagangan dunia sering berubah menjadi kancah pertarungan kepentingan negara besar saja, namun kesadaran akan pentingnya perdagangan lintas negara yang bebas terus merebak di segenap penjuru dunia (Basri, 2010:1). Secara teoritis, perdagangan internasional terjadi karena dua alasan utama. Pertama, negara-negara berdagang karena pada dasarnya mereka berbeda satu sama lain. Setiap negara dapat memperoleh keuntungan dengan melakukan sesuatu yang relatif lebih baik. Kedua, negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai skala ekonomi (economies of scale) dalam produksi (Basri, 2010:33). Negara-negara
berkembang
seringkali
menggantungkan
perekonomiannya melalui perdagangan lintas negara tersebut. Ketergantungan negara-negara berkembang terutama terhadap negara-negara yang memiliki kondisi perekonomian yang cenderung kuat dan stabil dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya, diantaranya adalah keterbatasan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh negara tersebut, seperti sumber daya
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
alam, sumber daya manusia, maupun teknologi yang kurang memadai untuk mengelola sumber daya alam yang ada, seperti yang dialami oleh Indonesia. Untuk mempermudah transaksi yang dilakukan dalam perdagangan internasional tersebut, penggunaan uang dalam perekonomian terbuka ditetapkan dengan menggunakan mata uang yang telah disepakati. Hal ini dikarenakan setiap negara mempunyai mata uang atau valutanya sendiri yang berlaku sebagai alat pembayaran yang sah di dalam batas-batas negara itu sendiri, tetapi belum tentu mau diterima di negara lain. Oleh karena itu, diperlukan valuta asing atau devisa (foreign exchange), yaitu valuta (mata uang) yang mau diterima oleh dunia internasional (Gilarso, 2004:298). Mata uang yang seringkali digunakan sebagai standar dalam pembayaran internasional adalah Dollar Amerika Serikat (US$ Dollar). Hal ini dikarenakan Amerika merupakan negara yang memiliki kondisi perekonomian yang cenderung kuat dan stabil. Selain itu, selama beratus tahun Amerika Serikat tidak begitu bergantung kepada perdagangan luar negeri karena ia praktis memiliki semua sumber daya, faktor produksi, dan komoditas sehingga perekonomiannya cukup mengandalkan pasar domestik (Basri, 2010:1). Di Indonesia sendiri, Amerika Serikat menjadi partner dagang dominan, sehingga ketika rupiah terhadap dollar AS tidak stabil, maka akan mengganggu perdagangan yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi karena perdagangan
dinilai
dengan
Puspitaningrum, dkk, 2014).
dollar
(Ulfia
dan
Aliasaddin
dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
Penetapan mata uang tersebut dapat menyebabkan terjadinya risiko perubahan nilai tukar mata uang yang timbul karena adanya ketidakpastian nilai tukar itu sendiri. Perubahan nilai tukar ini berpengaruh langsung terhadap perkembangan harga barang dan jasa di dalam negeri (Puspitaningrum, Suhadak dan Zahroh, 2014). Ketidakstabilan nilai tukar ini akan mempengaruhi arus modal atau investasi dan perdagangan internasional (Triyono, 2008:156). Selain itu, dampak krisis nilai tukar terhadap perekonomian Indonesia yang terjadi pada tahun 1997/1998 tidak saja telah merusak kegiatan ekonomi, tetapi juga telah merusak kehidupan sosial masyarakat. Depresiasi nilai tukar yang sangat tinggi pada saat terjadi krisis nilai tukar mengakibatkan harga-harga barang impor meningkat tajam. Dengan melemahnya rupiah menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi goyah dan dilanda krisis ekonomi dan krisis kepercayaan terhadap mata uang dalam negeri (Triyono, 2008). Pada tahun 1997, Indonesia menerapkan sistem nilai tukar mengambang bebas. Penerapan sistem nilai tukar mengambang ini membawa dampak yang signifikan terhadap pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, di mana nilai tukar rupiah terus mengalami kemerosotan. Pada bulan Agustus 1997, nilai tukar rupiah terhadap US$ sebesar Rp 3.035/US$ dan pada bulan Desember 1997, nilai tukar rupiah terhadap US$ sebesar Rp 4.650/ US$. Memasuki tahun 1998, nilai tukar rupiah kembali melemah sebesar Rp 10.375/US$ dan bahkan pada bulan Juni 1998, nilai tukar rupiah terus mengalami tekanan, hingga mencapai Rp 14.900/US$. Tahun 1999, nilai tukar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
rupiah terhadap US$ melakukan recovery menjadi sebesar Rp 7.810/US$. Akan tetapi, tahun 2000, nilai tukar rupiah kembali melemah menjadi Rp 8.530/US$ dan tahun 2001, nilai tukar rupiah terhadap US$ terus melemah Rp 10.265/US$. Pada tahun 2002, nilai tukar rupiah terhadap US$ menguat sebesar Rp 9.260/US$ dan tahun 2003 kembali menguat menjadi Rp 8.570/ US$. Tahun 2004 nilai tukar rupiah terhadap US$ sebesar Rp 8.985/US$. Pada tahun 2005, melambungnya harga minyak dunia sebesar US$ 70/barel membawa dampak yang cukup signifikan terhadap permintaan valuta asing. Kondisi ini menyebabkan nilai tukar rupiah terhadap US$ melemah dan berada di kisaran Rp 9.200 sampai Rp 10.200/ US$ (Wibowo dan Amir, 2005). UU No.24 Tahun 1999 tentang lalu lintas devisa dan sistem nilai tukar memperbolehkan Indonesia untuk menggunakan tiga sistem nilai tukar, yang meliputi sistem nilai tukar tetap, sistem nilai tukar mengambang, dan sistem nilai tukar mengambang terkendali. Saat ini, Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter memilih untuk menggunakan sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed floating exchange rate system), di mana penetapan kurs ini tidak sepenuhnya terjadi di pasar valuta. Dalam pasar ini, masih ada campur tangan pemerintah yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valas melalui berbagai kebijakannya di bidang moneter, fiskal, dan perdagangan luar negeri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
Perbedaan nilai tukar mata uang suatu negara (kurs) pada prinsipnya ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran mata uang tersebut (Levi, 1996:129). Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap US dollar, tidak terlepas dari pengaruh ekonomi global, namun dapat juga dipengaruhi oleh faktor dari dalam negeri, diantaranya cadangan devisa, suku bunga, inflasi, neraca pembayaran, dan rasio ekspor terhadap impor. Berdasarkan sudut pandang teori makro ekonomi, ada empat faktor yang dapat mempengaruhi nilai tukar, yaitu tingkat suku bunga, tingkat inflasi, peredaran uang, dan neraca pembayaran. Cadangan
devisa
menunjukkan
pada
sejumlah
valas
yang
dicadangkan oleh Bank Sentral. Berdasarkan Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, posisi cadangan devisa Indonesia (dalam juta USD) pada tahun tahun 2010 sebesar 96.207. Pada tahun 2011, posisi cadangan devisa Indonesia sebesar 110.123. Pada tahun 2012, posisi cadangan devisa Indonesia sebesar 112.781. Pada tahun 2013, posisi cadangan devisa Indonesia sebesar 99.387. Pada tahun 2014, posisi cadangan devisa Indonesia sebesar 111.862. Pada tahun 2015, posisi cadangan devisa Indonesia sebesar 100.240 (Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Bank Indonesia. 2015). Faktor lain yang mempengaruhi nilai tukar rupiah adalah suku bunga (BI rate). Menaikkan atau menurunkan suku bunga (BI rate) merupakan salah satu kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk mengatur jumlah uang beredar dan menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Perubahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
suku bunga (BI rate) akan mempengaruhi investasi pada surat berharga luar negeri. Investor yang berinteraksi secara global akan mencari negara dengan tingkat suku bunga yang menguntungkan (Situmeang, 2010:51). Menurut Imamudin dalam Oktavia (2013), peningkatan suku bunga domestik, maka akan menyebabkan mata uang domestik mengalami apresiasi. Sebaliknya, jika tingkat suku bunga domestik turun, maka mata uang domestik atau kurs mengalami depresiasi. Berdasarkan Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, BI Rate Indonesia pada tahun 2010 sebesar 6,50%, 2011 sebesar 6,00%, 2012 sebesar 5,75%, 2013 sebesar 7,50%, 2014 sebesar 7,75%, dan 2015 sebesar 7,50% (Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Bank Indonesia. 2015). Faktor berikutnya yang mempengaruhi nilai tukar rupiah adalah inflasi. Inflasi merupakan kondisi meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus sehingga dapat menurunkan nilai mata uang suatu negara (Purnomo dkk, 2013:98). Adapun salah satu penyebab inflasi adalah karena adanya kenaikan permintaan. Kenaikan permintaan ini akan mengakibatkan harga-harga naik karena penawaran tetap, yang mana faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Tingkat inflasi yang tinggi dapat melemahkan nilai tukar mata uang suatu negara. Selain itu, tingkat inflasi yang tinggi dapat memicu bertambahnya nilai impor. Berdasarkan Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, tingkat inflasi Indonesia pada tahun 2010 sebesar 6,96%, 2011 sebesar 3,80%, 2012 sebesar 4,30%,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
2013 sebesar 8,40%, 2014 sebesar 8,40%, dan 2015 sebesar 6,80% (Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Bank Indonesia. 2015). Faktor selanjutnya yang turut mempengaruhi nilai tukar rupiah adalah neraca pembayaran. Neraca pembayaran aktif meningkatkan mata uang nasional dengan meningkatnya permintaan dari debitur asing. Saldo pembayaran yang pasif menyebabkan kecenderungan penurunan nilai tukar mata uang nasional. Ukuran dampak neraca pembayaran pada nilai tukar ditentukan oleh tingkat keterbukaan ekonomi. Berdasarkan Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, neraca pembayaran Indonesia (dalam juta USD) pada tahun 2010 sebesar 31.670. Tahun 2011 sebesar 15.321. Tahun 2012 sebesar 491. Tahun 2013 sebesar 4.356. Tahun 2014 sebesar 3.663. Tahun 2015 sebesar -2.857 (Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Bank Indonesia. 2015). Selain cadangan devisa, suku bunga, inflasi, neraca pembayaran, faktor berikutnya yang turut mempengaruhi nilai tukar rupiah adalah rasio ekspor terhadap impor. Rasio ekspor terhadap impor menunjukkan perbandingan nilai ekspor terhadap impor. Jika nilai ekspor meningkat lebih cepat dibandingkan dengan nilai impor, maka nilai tukar rupiah akan menguat atau apresiasi, sedangkan apabila nilai impor meningkat lebih cepat dibandingkan dengan nilai ekspor, maka nilai tukar rupiah akan melemah atau terdepresiasi. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia, rasio ekspor terhadap impor pada tahun 2010 adalah 1,16, tahun 2011 adalah 1,15, tahun 2012 adalah 1,00, tahun 2013 adalah 1,03,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
tahun 2014 adalah 1,06, dan tahun 2015 adalah 1,13 (Badan Pusat Statistik. 2014 dan Bank Indonesia. 2015). Gejolak nilai tukar yang berlebihan tidak sesuai dengan sasaran kepentingan jangka panjang karena kestabilan nilai tukar dapat mendistorsi tingkat daya saing ekonomi, mengurangi efisiensi alokasi sumber daya dan meningkatkan ketidakpastian bagi para pelaku ekonomi. Penelitian ini perlu dilakukan karena melihat kondisi nilai tukar rupiah terhadap US dollar yang cenderung tidak stabil dari tahun ke tahun yang pada akhirnya turut mengganggu kestabilan perekonomian dalam negeri. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, penulis memilih judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kurs Rupiah Periode 19862015”.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Stabilitas mata uang merupakan persoalan yang penting untuk mendorong kegiatan ekonomi dan menciptakan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Kurs dapat dijadikan alat untuk mengukur kondisi perekonomian suatu negara. Peranan kurs baik bagi negara maju maupun negara berkembang mendorong untuk menjaga posisi kurs mata uang dalam keadaan yang relatif stabil. Menurut Salvator dalam Triyono (2008:156), nilai mata uang yang stabil menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi ekonomi yang relatif baik atau stabil. Semakin tinggi nilai tukar mata uang suatu negara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
terhadap negara lain menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki perekonomian yang lebih baik daripada negara lain. Permasalahan timbul ketika nilai tukar mata uang suatu negara cenderung tidak stabil sehingga menyebabkan stabilitas ekonomi nasional akan terganggu, di mana ketidakstabilan nilai tukar ini mempengaruhi arus modal atau investasi dan perdagangan internasional (Triyono, 2008:156). Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah seperti yang sudah dijelaskan di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah cadangan devisa berpengaruh terhadap kurs rupiah periode 19862015? 2. Apakah suku bunga berpengaruh terhadap kurs rupiah periode 1986-2015? 3. Apakah inflasi berpengaruh terhadap kurs rupiah periode 1986-2015? 4. Apakah neraca pembayaran berpengaruh terhadap kurs rupiah periode 1986-2015? 5. Apakah rasio ekspor terhadap impor berpengaruh terhadap kurs rupiah periode 1986-2015?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:38). Variabel-variabel dan definisi operasional dalam penelitian ini adalah: 1. Cadangan Devisa (X1) adalah total aktiva luar negeri yang dimiliki dan disimpan oleh Bank Indonesia yang digunakan untuk stabilitas moneter maupun transaksi internasional dalam kurun waktu satu tahun yang dinyatakan dalam juta dollar Amerika Serikat. 2. Suku Bunga (X2) adalah tingkat suku bunga jangka pendek yang ditetapkan dan diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik guna menjaga stabilitas nilai mata uang rupiah yang dinyatakan dalam persen dalam kurun waktu satu tahun. 3. Inflasi (X3) adalah proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah jumlah uang beredar (JUB), demand pull inflation atau adanya kenaikan permintaan masyarakat dan cost pull inflation atau adanya kenaikan biaya produksi. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara continue dalam kurun waktu satu tahun yang dinyatakan dalam persen. 4. Neraca Pembayaran (X4) adalah nilai keseluruhan dari transaksi berjalan, transaksi modal dan finansial, dan selisih perhitungan bersih dalam kurun waktu satu tahun yang dinyatakan dalam juta dollar Amerika Serikat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
5. Rasio Ekspor Terhadap Impor (X5) adalah perbandingan antara nilai ekspor dan impor Indonesia dalam kurun waktu satu tahun. 6. Kurs rupiah (Y) adalah nilai mata uang negara Indonesia yaitu Rupiah yang dibandingkan dengan mata uang negara Amerika Serikat yaitu Dollar AS atau US$ Dollar.
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh cadangan devisa terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. 2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh suku bunga terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh inflasi terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. 4. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh neraca pembayaran terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. 5. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh rasio ekspor terhadap impor terhadap kurs rupiah periode 1986-2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan Output atau hasil dari penelitian ini diharapkan mampu mengungkap faktor-faktor yang mempengaruhi kurs rupiah. Penelitian ini diharapkan juga dapat digunakan sebagai bahan kajian ilmiah sehingga dapat menambah pengetahuan dan referensi peneliti selanjutnya. 2. Bagi Lembaga BI dan Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi tambahan dalam pengambilan kebijakan ekonomi yang tepat guna mempertahankan kestabilan nilai tukar. 3. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkembangkan sikap kritis peneliti terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kurs rupiah dan dapat dijadikan sebagai wadah untuk mengaplikasikan teori tentang nilai tukar valuta asing yang telah dipelajari selama perkuliahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kurs (Foreign Exchange Rate) 1. Pengertian Kurs Menurut Salvatore (1994:140), kurs adalah jumlah atau harga mata uang domestik dari mata uang luar negeri (asing). Menurut Samuelson dan Nordhaus (1994:450), kurs atau nilai tukar valuta asing adalah harga mata uang negara asing dalam satuan mata uang domestik. Menurut Krugman dan Obstfeld (2005), kurs atau nilai tukar (exchange rate) adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara, yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya. Mata uang suatu negara dapat ditukarkan atau diperjualbelikan dengan mata uang negara lainnya sesuai dengan nilai tukar mata uang yang berlaku di pasar mata uang atau yang sering disebut dengan pasar valuta asing. Pasar valuta asing adalah suatu jaringan organisasional yang di dalamnya terdapat individu-individu, perusahaan-perusahaan dan bankbank yang melakukan pembelian dan penjualan valuta asing atau devisa (Salvatore, 1994:140). Nilai tukar biasanya berubah-ubah, dapat berupa apresiasi maupun depresiasi. Suatu kenaikan dalam kurs disebut depresiasi atau penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Suatu penurunan dalam kurs disebut apresiasi atau kenaikan nilai mata uang dalam negeri.
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
2. Penentuan Nilai Tukar Menurut
Madura
(1993),
terdapat
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu: a) Faktor Fundamental Faktor fundamental berkaitan dengan indikator-indikator ekonomi seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar negara, ekspektasi pasar dan intervensi Bank Sentral. b) Faktor Teknis Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan devisa pada saat-saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan sebaliknya. c) Sentimen Pasar Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita-berita politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valas naik atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita-berita sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal. 3. Sistem Nilai Tukar Mata Uang Sistem nilai tukar dapat diklasifikasikan menurut seberapa jauh nilai tukar dikendalikan oleh pemerintah. Menurut Madura (1997:156160), sistem nilai tukar dibagi menjadi empat, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
a) Sistem Nilai Tukar Tetap (Fixed Exchange Rate System) Dalam sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate system), nilai tukar dibuat konstan atau hanya dibiarkan berfluktuasi dalam batas-batas yang sangat sempit. Jika nilai tukar bergerak terlalu tajam, pemerintah dapat melakukan intervensi untuk mempertahankannya dalam batas-batas yang dimaksud. b) Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (Managed Floating Exchange Rate System) Sistem nilai tukar sejumlah valuta yang ada sekarang berada di antara sistem nilai tukar tetap dan sistem nilai tukar mengambang bebas. Sistem tersebut menyerupai sistem mengambang bebas, karena nilai tukar dibiarkan berfluktuasi setiap hari dan tidak ada batasan resmi. Tetapi, menyerupai sistem nilai tukar tetap dalam hal pemerintah dapat dan kadang-kadang melakukan intervensi untuk mencegah valuta mereka berfluktuasi terlalu tajam ke satu arah. c) Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas (Free Floating Exchange Rate System) Dalam sistem nilai tukar mengambang bebas, nilai tukar valuta akan ditentukan oleh kekuatan pasar tanpa intervensi dari pemerintah. Dalam
sistem
ini,
perusahaan-perusahaan
multinasional
perlu
mencurahkan sumber daya yang substansial untuk mengukur dan mengelola valuta asing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
d) Sistem Nilai Tukar Terpatok Sistem nilai tukar terpatok adalah sistem nilai tukar di mana valuta suatu negara dipatokkan (dikaitkan) ke suatu valuta lain, atau ke suatu unit perhitungan. Walaupun nilai valuta lokal tetap dalam hubungannya dengan valuta asing yang menjadi patokan, valuta tersebut bergerak relatif mengikuti valuta-valuta lain. Dalam hal pemilihan sistem nilai tukar mata uang yang sesuai dengan perekonomian suatu negara, Goeltom dan Zulferdi (1998) menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang dipertimbangkan dalam pemilihan sistem nilai tukar mata uang suatu negara, antara lain: a) Preferensi suatu negara terhadap keterbukaan ekonominya, apakah suatu negara lebih cenderung menerapkan kebijakan ekonomi yang terbuka atau tertutup. Apabila suatu negara lebih cenderung menerapkan sistem ekonomi yang tertutup dan mengisolasikan gejala keuangan dari negara lain, maka sistem nilai tukar mata uang tetap dapat menjadi pilihan utama. Sebaliknya, apabila suatu negara lebih cenderung menerapkan sistem ekonomi yang terbuka, maka sistem nilai tukar mata uang yang lebih fleksibel menjadi pilihan utama. b) Tingkat kemandirian suatu negara dalam melaksanakan kebijakan ekonomi. Misalnya, dalam pelaksanaan kebijakan moneter yang independen, suatu negara lebih baik memilih sistem nilai tukar yang fleksibel sebagai pilihan utama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
c) Kegiatan perekonomian suatu negara. Jika kegiatan perekonomian suatu negara semakin besar maka volume transaksi ekonomi meningkat sehingga permintaan uang akan bertambah. Dalam hal ini, sistem yang tepat digunakan adalah sistem nilai tukar fleksibel, karena jika negara tersebut memiliki sistem nilai tukar tetap akan dibutuhkan cadangan devisa yang sangat besar untuk menjaga kredibilitas sistem nilai tukar. 4. Perkembangan Sistem Nilai Tukar Mata Uang di Indonesia Sejak tahun 1966 hingga sekarang, Indonesia telah menerapkan empat sistem nilai tukar mata uang yang berbeda. Sistem nilai tukar mata uang yang berlaku di Indonesia, diantaranya: a) Sistem Nilai Tukar Mata Uang Berganda (Multiple Exchange Rate System) Sistem nilai tukar mata uang ini diterapkan sejak Oktober 1966 sampai dengan Juli 1971. Penggunaan sistem nilai tukar ini dilakukan dalam rangka untuk menghadapi fluktuasi nilai rupiah serta untuk mempertahankan dan meningkatkan daya saing yang hilang karena adanya inflasi dua digit selama periode tersebut. b) Sistem Nilai Tukar Mata Uang Tetap (Fixed Exchange Rate System) Sistem nilai tukar mata uang ini berlaku sejak Agustus 1971 sampai dengan Oktober 1978. Dengan sistem ini, nilai rupiah ditetapkan dalam suatu nilai tetap terhadap dollar Amerika serikat, yaitu US$1 = Rp.415,00. Pemberlakuan sistem ini dilandasi oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
kuatnya posisi neraca pembayaran dalam kurun waktu tersebut. Neraca pembayaran tersebut kuat karena sektor migas mempunyai peran besar dalam penerimaan devisa ekspor yang didukung oleh peningkatan harga minyak mentah. c) Sistem Nilai Tukar Mata Uang Mengambang Terkendali (Managed Floating Exchange Rate System) Sistem nilai tukar mata uang ini diterapkan sejak November 1978 sampai dengan Agustus 1997. Pada periode ini nilai rupiah tidak hanya dikaitkan dengan dollar Amerika Serikat, tetapi juga beberapa mata uang asing lainnya. Pada masa ini telah terjadi tiga kali devaluasi, yaitu pada bulan November 1978, Maret 1983 dan September 1986. Setelah devaluasi tahun 1986, nilai rupiah diperbolehkan terdepresiasi sebesar 3-5% per tahun untuk mempertahankan nilai tukar riil yang lebih baik. Sistem nilai tukar mata uang mengambang terkendali di Indonesia ditetapkan bersamaan dengan kebijakan devaluasi rupiah pada tahun 1978 sebesar 33%. d) Sistem Nilai Tukar Mata Uang Mengambang Bebas (Free Floating Exchange Rate System) Sistem ini diberlakukan sejak 14 Agustus 1997 hingga sekarang. Pada periode ini, Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar valuta asing karena semata-mata untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah yang lebih banyak ditentukan oleh kekuatan pasar. Pada awal penerapannya, sistem nilai tukar mata uang ini menimbulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
gejolak yang berlebihan, di mana nilai tukar rupiah berfluktuasi amat cepat. Banyak faktor yang akhirnya menyebabkan nilai tukar rupiah merosot tajam, mulai dari aksi ambil untung oleh para pelaku pasar uang serta tingginya permintaan dollar Amerika Serikat oleh perusahaan domestik untuk membayar hutang-hutang luar negeri mereka yang telah jatuh tempo.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah 1. Cadangan Devisa Posisi cadangan devisa suatu negara biasanya dinyatakan aman apabila mencukupi kebutuhan impor untuk jangka waktu setidak-tidaknya tiga bulan. Jika cadangan devisa yang dimiliki tidak mencukupi kebutuhan untuk tiga bulan impor, maka hal itu dianggap rawan. Tipisnya persediaan valuta asing suatu negara dapat menimbulkan kesulitan ekonomi bagi negara yang bersangkutan. Bukan saja negara tersebut akan kesulitan mengimpor barang-barang yang dibutuhkan dari luar negeri, tetapi juga memerosotkan kredibilitas mata uangnya. Kurs mata uangnya di pasar valuta asing akan melemah. Apabila posisi cadangan devisa itu terus menipis dan semakin menipis, maka dapat terjadi “rush” terhadap valuta asing di dalam negeri. Menghadapi keadaan demikian, sering terjadi pemerintah negara yang bersangkutan akhirnya terpaksa melakukan devaluasi (Dumairy, 1996:107). Makin menipisnya cadangan devisa juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat kerentanan ekonomi Indonesia, yaitu makin memperburuk kondisi perekonomian nasional. 2. Suku Bunga Menurut Krugman (2000:73) dalam Oktavia, dkk (2013:154), kenaikan suku bunga domestik akan menyebabkan apresiasi kurs suatu negara, sedangkan kenaikan suku bunga luar negeri akan menyebabkan kurs domestik mengalami depresiasi terhadap kurs negara lain. Hal ini sesuai dengan Imamudin
dalam Oktavia, dkk (2013:154) yang
mengemukakan bahwa peningkatan suku bunga domestik, maka akan menyebabkan mata uang domestik akan menguat. Sebaliknya, jika tingkat suku bunga domestik turun, maka mata uang domestik atau kurs akan melemah. Perubahan pada suku bunga relatif mempengaruhi investasi pada sekuritas asing, yang akan mempengaruhi permintaan dan penawaran mata uang, sehingga akan mempengaruhi kurs/nilai tukar (Perdana, dkk, 2014:3). Menurut Arifin (1998:4) dalam Triyono (2008:159), pengetatan moneter yang mendorong peningkatan suku bunga akan mengakibatkan apresiasi nilai tukar karena adanya pemasukan modal dari luar negeri. Hubungan antara suku bunga relatif dan nilai tukar antara dua negara dijelaskan oleh teori dampak fisher internasional (international fisher effect-IFE). Menurut Berlianta (2005:20) dalam Puspitaningrum, dkk (2014:4), teori international fisher effect menunjukkan pergerakan nilai mata uang satu negara dibanding negara lain disebabkan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
perbedaan suku bunga nominal yang ada di kedua negara tersebut. Implikasi international fisher effect adalah orang tidak bisa menikmati keuntungan yang lebih tinggi hanya dengan menanamkan dana ke negara yang mempunyai suku bunga nominal tinggi, karena nilai mata uang negara yang suku bunganya tinggi akan terdepresiasi sebesar selisih bunga nominal dengan negara yang memiki suku bunga nominal lebih rendah. Perbedaan tingkat suku bunga akan berdampak pada perubahan jumlah investasi di suatu negara, baik yang berasal dari investor domestik maupun dari investor asing, khususnya pada jenis investasi portofolio yang umumnya berjangka pendek. Perubahan tingkat suku bunga ini akan berpengaruh pada perubahan jumlah permintaan dan penawaran di pasar uang domestik. Apabila dalam suatu negara terjadi peningkatan aliran modal masuk (capital inflows) dari luar negeri, hal ini meyebabkan terjadinya perubahan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang asing di pasar valuta asing (Madura, 2000) dalam Murdayanti (2012:120). 3. Inflasi Salah satu penyebab inflasi adalah karena jumlah uang yang beredar meningkat. Jumlah uang beredar mengakibatkan meningkatnya inflasi domestik dan selanjutnya nilai tukar rupiah menurun, jika kebijakan moneter bersifat ekspansif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
Inflasi yang terjadi di suatu negara dapat menurunkan nilai mata uangnya. Kenaikan harga-harga (inflasi) menyebabkan penduduk negara tersebut semakin banyak mengimpor dari negara lain, sehingga permintaan akan valuta asing bertambah. Di lain pihak, ekspor negara tersebut bertambah mahal dan ini akan mengurangi permintaannya, sehingga akan menurunkan penawaran valuta asing (Sukirno, 1981:295). Tingkat inflasi yang tinggi dapat melemahkan nilai tukar mata uang suatu negara. Selain itu, tingkat inflasi yang tinggi dapat memicu bertambahnya Puspitaningrum
nilai
impor.
(2014:3),
Menurut perubahan
Madura dalam
(2006:299) laju
inflasi
dalam dapat
mempengaruhi aktivitas perdagangan internasional. Jika inflasi suatu negara meningkat, permintaan atas mata uang negara tersebut menurun, dikarenakan ekspornya juga turun (disebabkan harga yang lebih tinggi). Menurut Charles, et al dalam Oktavia, dkk (2013:154), hubungan inflasi dengan nilai tukar adalah positif. Berdasarkan pendekatan purchasing power parity, bila terjadi peningkatan inflasi, maka untuk mempertahankan keseimbangan law of one price, nilai tukar harus terdepresiasi. Teori purchasing power parity juga mengatakan bahwa negara yang mata uangnya mengalami tingkat inflasi yang tinggi seharusnya mengurangi nilai mata uangnya relatif terhadap mata uang dengan tingkat inflasi yang lebih rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
4. Neraca Pembayaran Posisi Balance of Payment (BOP) atau neraca pembayaran sangat berpengaruh terhadap pergerakan nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing. Balance of Payment dan Balance of Trading mencerminkan arus uang masuk dan keluar dari suatu negara. Neraca pembayaran yang surplus mencerminkan adanya aliran valuta asing yang masuk dalam perekonomian negara tersebut, baik melalui transaksi barang dan jasa maupun aset, sehingga menyebabkan bertambahnya valuta asing di negara tersebut dan mengakibatkan terjadinya apresiasi mata uang domestik terhadap mata uang asing. Neraca pembayaran yang defisit menandakan telah terjadinya aliran dana keluar neto ke luar negeri sehingga terjadi exess demand terhadap valuta asing dan ini mengakibatkan melemahnya mata uang domestik. Neraca pembayaran yang surplus menggambarkan keadaan ekspor yang lebih besar dibandingkan dengan impor. Ketika ekspor meningkat, maka arus uang yang masuk dalam bentuk valuta asing ke dalam negeri semakin besar (Muchlas, 2015:78). 5. Rasio Ekspor terhadap Impor Rasio ekspor terhadap impor menunjukkan perbandingan nilai ekspor terhadap impor. Jika ekspor meningkat lebih cepat dibandingkan impor, maka nilai tukar mata uang suatu negara cenderung menguat atau apresiasi. Hal ini dikarenakan, semakin tinggi nilai ekspor akan berdampak pada tingginya permintaan terhadap rupiah sehingga nilai tukar rupiah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
akan menguat atau apresiasi. Sebaliknya, jika impor meningkat lebih cepat dibandingkan ekspor, maka nilai tukar mata uang suatu negara akan melemah atau terdepresiasi. Hal ini dikarenakan, semakin tinggi nilai impor mengakibatkan permintaan terhadap mata uang asing meningkat, yang pada akhirnya berdampak pada melemahnya nilai tukar rupiah. Menurut Sukirno (2013:402), perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valuta, yang selanjutnya menyebabkan perubahan dalam kurs valuta, disebabkan oleh banyak faktor, yaitu: 1. Perubahan Dalam Citarasa Masyarakat Perubahan citarasa masyarakat akan mengubah corak konsumsi atas barang-barang yang diproduksi di dalam negeri maupun yang diimpor. Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan keinginan mengimpor berkurang dan dapat meningkatkan ekspor. Perbaikan kualitas barang-barang mengimpor
impor
menyebabkan
bertambah
besar.
keinginan
masyarakat
Perubahan-perubahan
ini
untuk akan
mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. 2. Perubahan Harga Barang Ekspor dan Impor Barang-barang dalam negeri yang dijual dengan harga yang relatif murah akan meningkatkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspornya akan berkurang. Pengurangan harga barang impor akan menambah jumlah impor, dan sebaliknya kenaikan harga barang impor akan mengurangi impor. Dengan demikian, perubahan harga barang ekspor dan impor akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
menyebabkan perubahan dalam penawaran dan permintaan mata uang negara tersebut. 3. Kenaikan Harga Umum (Inflasi) Inflasi sangat besar pengaruhnya terhadap kurs pertukaran valuta asing. Inflasi
cenderung
menurunkan
nilai
suatu
valuta
asing.
Inflasi
menyebabkan harga-harga di dalam negeri lebih mahal dari harga-harga di luar negeri, sehingga inflasi akan menambah impor dan meningkatkan permintaan valuta asing. Selain itu, inflasi menyebabkan harga barangbarang ekspor menjadi lebih mahal, sehingga inflasi akan mengurangi ekspor dan penawaran valuta asing akan berkurang. 4. Perubahan Suku Bunga dan Tingkat Pengembalian Investasi Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting peranannya dalam mempengaruhi aliran modal. Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang rendah menyebabkan modal dalam negeri mengalir ke luar negeri. Sedangkan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi menyebabkan modal luar negeri masuk ke negara tersebut. Apabila lebih banyak modal mengalir ke suatu negara maka permintaan atas mata uangnya bertambah dan nilai mata uang tersebut bertambah. Sebaliknya, nilai mata suatu negara akan merosot apabila lebih banyak modal negara dialirkan ke luar negeri karena suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang lebih tinggi di negara-negara lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
5. Pertumbuhan Ekonomi Efek yang akan diakibatkan oleh suatu kemajuan ekonomi kepada nilai mata uangnya tergantung kepada corak pertumbuhan ekonomi yang berlaku.
Apabila
kemajuan
ekonomi
tersebut
diakibatkan
oleh
perkembangan ekspor, maka permintaan atas mata uang negara tersebut bertambah lebih cepat dari penawarannya dan nilai mata uang negara tersebut akan naik. Sebaliknya, apabila kemajuan tersebut menyebabkan impor berkembang lebih cepat dari ekspor, maka penawaran mata uang negara tersebut lebih cepat bertambah dari permintaannya dan nilai mata uang negara tersebut akan merosot. Menurut Murdayanti (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar mata uang adalah: 1. Perbedaan Tingkat Inflasi Kenaikan tingkat inflasi yang mendadak dan besar di suatu negara akan menyebabkan meningkatnya impor oleh negara tersebut terhadap berbagai barang dan jasa dari luar negeri, sehingga diperlukan banyak valuta asing untuk membayar transaksi impor tersebut. Hal ini akan mengakibatkan meningkatnya permintaan valuta asing di pasar valuta asing (Madura, 2000:210). 2. Perbedaan Tingkat Suku Bunga Perubahan tingkat suku bunga akan berdampak pada jumlah investasi di suatu negara, baik yang berasl dari investor domestik maupun investor asing, khususnya pada jenis-jenis investasi portofolio yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
umumnya berjangka pendek. Perubahan tingkat suku bunga ini akan berpengaruh pada perubahan jumlah permintaan dan penawaran di pasar uang domestik. Apabila negara tersebut menganut rezim devisa bebas, maka dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan aliran modal masuk (capital flow) dari luar negeri. Hal ini akan menyebabkan terjadinya perubahan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang asing di pasar valuta asing (Madura, 2000:222). 3. Perbedaan Tingkat Pendapatan Nasional Dalam pendekatan moneter, perbedaan tingkat pendapatan nasional di dua negara akan dapat mempengaruhi transaksi ekspor dan impor barang maupun transaksi aset lintas negara yang bersangkutan. Hal tersebut dapat mempengaruhi perubahan jumlah permintaan dan penawaran valuta asing di negara-negara tersebut, yang juga akan berpengaruh terhadap nilai kurs yang berlaku pada sistem kurs mengambang bebas. Dengan kata lain, jumlah pertumbuhan output riil di suatu negara sangat mempengaruhi jumlah permintaan uang domestik dari luar negeri yang mengakibatkan jumlah penawaran uang semakin berharga dan menyebabkan apresiasi mata uang domestik. 4. Perbedaan Jumlah Uang Beredar Jumlah uang beredar yang berlebihan dalam suatu negara akan menyebabkan nilai tukar mata uangnya terdepresiasi karena tidak diimbangi dengan permintaan yang sesuai. Sebaliknya, jika permintaan akan mata uang lebih besar daripada jumlah kenaikan penawaran uang,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
maka nilai tukar mata uangnya akan menguat (apresiasi) (Salvatore, 1997:323). 5. Posisi Neraca Pembayaran Surplus neraca pembayaran menunjukkan adanya aliran valuta asing yang masuk netto di dalam perekonomian negara tersebut melalui transaksi financial dan assets, sehingga nilai tukar rupiah akan menguat. Sebaliknya, neraca pembayaran yang defisit menunjukkan telah terjadinya aliran dana keluar netto ke luar negeri (Krugman, 2000:23). Menurut Martin (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar mata uang adalah: 1. Perbedaan Tingkat Inflasi Antara Dua Negara Suatu negara yang tingkat inflasinya konsisten rendah akan lebih kuat nilai tukar mata uangnya dibandingkan negara yang inflasinya lebih tinggi. Daya beli (purchasing power) mata uang tersebut relatif lebih besar dari negara lain. Pada akhir abad 20 lalu, negara-negara dengan tingkat inflasi rendah adalah Jepang, Jerman dan Swiss, sementara Amerika Serikat dan Canada menyusul kemudian. Nilai tukar mata uang negara-negara yang inflasinya lebih tinggi akan mengalami depresiasi dibandingkan negara partner dagangnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
2. Perbedaan Tingkat Suku Bunga Antara Dua Negara Suku bunga, inflasi, dan nilai tukar sangat berhubungan erat. Dengan merubah tingkat suku bunga, Bank Sentral suatu negara bisa mempengaruhi inflasi dan nilai tukar mata uang. Suku bunga yang lebih tinggi akan menyebabkan permintaan mata uang negara tersebut meningkat. Investor domestik dan luar negeri akan tertarik dengan return yang lebih besar. Akan tetapi, jika inflasi kembali tinggi, investor akan keluar hingga Bank Sentral menaikkan suku bunganya lagi. Sebaliknya, jika Bank Sentral menurunkan suku bunga maka akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut. 3. Neraca Perdagangan Neraca perdagangan antara dua negara berisi semua pembayaran dari hasil jual beli barang dan jasa. Neraca perdagangan suatu negara disebut defisit bila negara tersebut membayar lebih banyak ke negara partner dagangnya dibandingkan dengan pembayaran yang diperoleh dari negara partner dagang. Dalam hal ini, negara tersebut membutuhkan lebih banyak mata uang negara partner dagang, yang menyebabkan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap negara partnernya melemah. Keadaan sebaliknya disebut surplus, di mana nilai tukar mata uang negara tersebut menguat terhadap negara partner dagang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
4. Hutang Publik (Public Debt) Neraca anggaran domestik suatu negara digunakan juga untuk membiayai
proyek-proyek
untuk
kepentingan
publik
dan
pemerintahan. Jika anggaran defisit maka public debt membengkak. Public debt yang tinggi akan menyebabkan naiknya inflasi. Defisit anggaran bisa ditutup dengan menjual bond pemerintah atau mencetak uang. Keadaan bisa memburuk bila hutang yang besar menyebabkan negara tersebut default (gagal bayar) sehingga peringkat hutangnya turun. Public debt yang tinggi jelas akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut. 5. Rasio Harga Ekspor Dan Harga Impor Jika harga ekspor meningkat lebih cepat dari harga impor, maka nilai tukar mata uang negara tersebut cenderung menguat. Permintaan akan barang dan jasa dari negara tersebut naik yang berarti permintaan mata uangnya juga meningkat. Keadaan sebaliknya untuk harga impor yang naik lebih cepat dari harga ekspor. 6. Kestabilan Politik Dan Ekonomi Para investor tentu akan mencari negara dengan kinerja ekonomi yang bagus dan kondisi politik yang stabil. Negara yang kondisi politiknya tidak stabil akan cenderung beresiko tinggi sebagai tempat berinvestasi. Keadaan politik akan berdampak pada kinerja ekonomi dan kepercayaan investor, yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai tukar mata uang negara tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
C. Cadangan Devisa 1. Pengertian Cadangan Devisa Devisa merupakan alat pembayaran internasional dan berfungsi sebagai uang internasional. Pengertian cadangan devisa atau foreign reserve currencies adalah mata uang asing, misalnya dollar Amerika Serikat yang dipegang oleh pemerintah atau Bank Sentral setiap negara yang pada umumnya digunakan sebagai cadangan internasional (Lipsey, 1990:499). UU No.23 Tahun 1999 mengatakan bahwa Bank Indonesia mengelola cadangan devisa. Dalam rangka pengelolaan cadangan devisa tersebut, Bank Indonesia melaksanakan berbagai jenis transaksi devisa serta dapat menerima pinjaman luar negeri. 2. Fungsi Cadangan Devisa Menurut Gandhi (2006) Cadangan Devisa memiliki fungsi sebagai berikut: a) Sebagai alat kebijakan moneter khususnya untuk meredam gejolak nilai tukar, misalnya dengan melakukan intervensi apabila diperlukan. b) Memberikan kepercayaan kepada pelaku pasar bahwa negara mampu memenuhi kewajibannya terhadap pihak luar negeri. c) Membantu pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dan kewajiban ketika akan melakukan pembayaran utang luar negeri. d) Membiayai transaksi yang tercatat di dalam neraca pembayaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
e) Menunjukkan adanya suatu kekayaan dalam bentuk external asset untuk mem-backup mata uang dalam negeri (domestic currency). f) Memelihara suatu cadangan untuk dapat dipergunakan apabila negara mengalami suatu keadaan darurat. 3. Sumber Cadangan Devisa Cadangan devisa suatu negara pada umumnya berasal dari sumber sebagai berikut: a) Hasil penjualan ekspor barang maupun jasa, seperti hasil ekspor karet, kopi, timah, tekstil, kayu lapis, ikan, udang, rotan dan sebagainya. Begitu pula hasil dari sektor jasa, seperti uang tambang (freight), angkutan, provisi dan konsumsi, premi asuransi, jasa hotel dan lain sebagainya. b) Pinjaman yang diperoleh dari negara asing, badan-badan internasional, serta swasta asing, seperti pinjaman dari IGGI (Inter Governmental Group on Indonesia), kredit dari World Bank dan Asia Development Bank dan lain sebagainya. c) Hadiah (Grant) dan bantuan dari badan-badan PBB seperti UNDP, UNESCO dan pemerintah asing, seperti pemerintah Saudi Arabia, Jepang dan lain-lain. d) Laba dari penanaman modal di luar negeri, seperti laba yang di transfer dari perusahaan milik pemerintah dan warga negara Indonesia yang berdomisili di luar negeri, termasuk transfer dari warga negara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
Indonesia yang bekerja di luar negeri, seperti Malaysia, Dubai dan lain sebagainya. e) Hasil dari kegiatan pariwisata internasional, seperti uang tambang, angkutan, sewa hotel, penjualan souvenir dan novelties, uang pandu wisata dan lain-lain.
D. Suku Bunga 1. Pengertian Suku Bunga Suku bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu. Dengan kata lain, masyarakat harus membayar peluang untuk meminjam uang. Biaya untuk meminjam uang diukur dalam dollar per tahun untuk setiap dollar yang dipinjam, adalah suku bunga (Samuelson dan Nordhaus, 1994:197). Menurut Lipsey, dkk (1995:22), suku bunga merupakan harga yang harus dibayar untuk meminjam uang selama periode waktu tertentu dan dinyatakan dalam persentase uang yang dipinjam. 2. Jenis Suku Bunga Suku bunga dibedakan menjadi empat, yaitu: a) Suku bunga nominal, yaitu suku bunga dalam nilai uang. Suku bunga ini merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum. Suku bunga ini menunjukkan sejumlah rupiah untuk setiap satu rupiah yang diinvestasikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
b) Suku bunga riil, yaitu suku bunga yang telah mengalami koreksi akibat inflasi dan didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju inflasi. c) Suku bunga tetap (fixed rate), yaitu suku bunga yang besarnya selalu tetap (fixed) selama jangka waktu tertentu atau selama jangka waktu kredit. d) Suku bunga mengambang (floating rate), yaitu suku bunga yang besarnya dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan besarnya suku bunga yang berlaku di pasar (mengikuti mekanisme pasar). 3. Unsur-Unsur Dalam Tingkat Suku Bunga Menurut Samuelson dan Nordhaus (1994:198), unsur-unsur dalam tingkat suku bunga, meliputi: a) Syarat atau jatuh tempo Berbagai pinjaman mempunyai syarat atau jatuh tempo. Pinjaman terpendek adalah pinjaman satu malam. Surat-surat berharga jangka pendek biasanya mempunyai periode sampai dengan satu tahun. Surat-surat berharga jangka panjang umumnya memberikan suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan jangka pendek, karena masyarakat ingin mengorbankan lebih cepat dana mereka hanya jika mereka dapat meningkatkan hasilnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
b) Risiko Ada pinjaman yang pada hakikatnya tidak memiliki risiko, sementara lainnya sangat bersifat spekulatif. Obligasi-obligasi dan tagihan-tagihan pemerintah didukung dengan penuh kepercayaan oleh kredit dan kekuatan pajak dari pemerintah. Unsur-unsur ini dapat dipercaya karena bunga pinjaman pemerintah akan benar-benar dibayar. Risiko menengah terdapat pada pinjaman atas kredit-kredit perusahaan, negara bagian, dan pemerintah lokal. Investasi berisiko yang mempunyai peluang gagal atau tidak dibayar yang sangat tinggi termasuk investasi pada perusahaan yang hampir bangkrut, kota-kota dengan pajak yang tinggi, atau negara-negara Amerika Latin dengan utang luar negeri yang besar dan pendapatan impor yang kecil. c) Likuiditas Aktiva akan disebut likuid apabila dapat ditukarkan dengan kas secara cepat dan hanya menimbulkan kerugian nilai yang sedikit. Sebagian besar surat berharga, termasuk saham biasa, obligasi perusahaan dan pemerintah, dapat diukur dengan kas secara cepat mendekati nilai sekarangnya. Aktiva-aktiva tidak likuid termasuk aktiva-aktiva unik yang tidak memiliki pasar yang berkembang baik. Risiko yang lebih tinggi dan kesulitan untuk mendapatkan investasi dari para pemberi pinjaman, aktiva-aktiva atau pinjaman yang tidak likuid biasanya mempunyai tingkat bunga lebih tinggi daripada yang diberikan oleh aktiva likuid, yaitu yang tidak berisiko.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
d) Biaya-biaya administrasi Waktu dan ketelitian yang diperlukan untuk administrasi berbagai jenis pinjaman, sangatlah berbeda. Pinjaman dengan biaya administrasi yang tinggi akan mempunyai bunga 5 sampai 10 persen per tahun, lebih besar dari tingkat bunga lainnya. 4. Fungsi Suku Bunga Fungsi suku bunga (interest rate), yaitu: 1) Sebagai daya tarik bagi para penabung baik bagi individu, institusi atau lembaga yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan. Dana berlebihan yang ada di tangan masyarakat tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi pertumbuhan suatu perekonomian. 2) Suku bunga dapat digunakan sebagai alat kontrol bagi pemerintah terhadap investasi pada sektor-sektor ekonomi. Dalam hal pemerintah memberikan dukungan kepada sektor-sektor ekonomi, pemerintah membuat suatu kebijakan tingkat bunga yang rendah untuk sektor ekonomi tersebut dengan tujuan mempercepat pertumbuhan sektor ekonomi tersebut. 3) Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor industri maka perusahaan-perusahaan dari industri tersebut yang akan meminjam dana diberi fasilitas. Maksudnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
pemerintah memberi suku bunga yang lebih rendah dibandingkan dengan sektor lain. 4) Pemerintah dapat memanipulasi tingkat bunga untuk meningkatkan produksi sebagai akibatnya tingkat bunga dapat digunakan untuk mengontrol tingkat inflasi. Ini berarti pemerintah dapat mengukur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian. Misalnya kebijakan politik menegaskan pemerintah diharuskan mendukung sektor industri dalam negeri, maka pemerintah memberlakukan kebijakan tingkat suku bunga yang lebih rendah. Kebijakan ini akan mendorong produksi menjadi lebih tinggi. Pemerintah dapat mengendalikan permintaan dan penawaran dengan menetapkan bunga dari bank (melalui BI). Dalam hal ini bunga dapat disesuaikan oleh pemerintah. Pada saat permintaan uang terlalu tinggi, sirkulasi uang di masyarakat terlalu besar, maka pemerintah dapat menaikkan tingkat bunga agar penawaran uang meningkat dan permintaan uang menurun.
E. Inflasi 1. Pengertian Inflasi Inflasi adalah suatu keadaan yang mengakibatkan naiknya harga secara umum atau suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Dengan kata lain, inflasi merupakan proses menurunnya nilai uang secara kontinu. Inflasi merupakan proses suatu peristiwa dan bukan tinggi rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
yang dianggap tinggi belum menunjukkan inflasi, dianggap inflasi jika terjadi
proses
kenaikan
harga
yang
terus-menerus
dan
saling
mempengaruhi. Berdasarkan definisi inflasi tersebut, terdapat tiga aspek penting, yaitu: 1) Adanya kecendrungan harga-harga untuk meningkat, yang berarti mungkin saja tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap menunjukkan kecendrungan yang meningkat. 2) Peningkatan harga tersebut berlangsung secara terus menerus (sustained), yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja. 3) Tingkat harga yang dimaksud disini adalah tingkat harga umum, yang berarti tingkat harga yang mengalami kenaikan itu bukan hanya pada satu atau beberapa komoditas saja. 2. Cara Menghitung Laju Inflasi Secara umum, dikenal tiga cara yang digunakan untuk menghitung laju inflasi, yaitu: a) Indeks harga konsumen (consumen price index atau CPI) Indeks
harga
konsumen
mengukur
biaya
pembelian
sekelompok barang dan jasa yang dianggap mewakili belanja konsumen. Biasanya kelompok barang yang digunakan untuk mengukur dapat berubah disesuaikan dengan pola konsumsi aktual masyarakat. IHK mengukur biaya yang langsung dibayar oleh konsumen pada tingkat harga eceran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
b) Indeks harga produsen (producer price index atau PPI), yaitu suatu indeks dari harga bahan-bahan baku (raw materials), produk antara (intermediate products), peralatan, modal dan mesin yang dibeli oleh sektor bisnis atau perusahaan. Jadi, PPI hanya mencakup bahan baku dan barang antara atau setengah jadi saja, sementara barang-barang jadi tidak dimasukkan dalam perhitungan. c) GNP deflator, yaitu suatu indeks harga yang digunakan untuk menyesuaikan nilai uang dalam GNP untuk mendapatkan nilai riil GNP. Nilai riil GNP sangat penting karena menggambarkan output dari barang dan jasa secara fisik, bukan nilainya. Hal ini penting karena biasanya suatu perekonomian kelihatannya memproduksi lebih banyak barang dan jasa karena GNP meningkat, tetapi hal ini dapat disebabkan adanya inflasi tanpa adanya peningkatan output secara fisik. GNP deflator digunakan untuk menghilangkan pengaruh perubahan harga dan mencatat perubahan yang sebenarnya. 3. Penggolongan Inflasi Berdasarkan sumber timbulnya, inflasi dibedakan menjadi dua, yaitu: a) Inflasi yang bersumber dari dalam negeri, misalnya sebagai akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
b) Inflasi yang bersumber dari luar negeri, yaitu inflasi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor. Berdasarakan cakupan pengaruh kenaikan harga, inflasi dibedakan menjadi inflasi tertutup dan inflasi terbuka. Inflasi tertutup, yaitu jika kenaikan harga secara umum hanya berkaitan dengan beberapa barang tertentu secara kontinu. Sedangkan inflasi terbuka, yaitu jika kenaikan harga terjadi secara keseluruhan. Berdasarkan tingkat keparahannya, inflasi digolongkan menjadi empat jenis, yaitu: a) Inflasi ringan, yaitu inflasi yang masih belum begitu mengganggu keadaan ekonomi. Inflasi ini masih mudah dikendalikan. Inflasi ringan berada di bawah 10% per tahun. b) Inflasi sedang, yaitu inflasi yang belum membahayakan kegiatan ekonomi. Tetapi inflasi ini sudah menurunkan kesejahteraan orangorang yang berpenghasilan tetap. Inflasi sedang berkisar antara 10%30% per tahun. c) Inflasi berat, yaitu inflasi yang sudah mengacaukan kondisi perekonomian. Inflasi berat berkisar antara 30%-100% per tahun. d) Inflasi sangat berat (hyperinflation), yaitu jenis inflasi yang sudah mengacaukan kondisi perekonomian dan susah dikendalikan walaupun dengan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Inflasi sangat berat berada di atas 100% per tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
Berdasarkan penyebabnya, inflasi dibedakan menjadi dua, yaitu inflasi karena kenaikan permintaan dan inflasi karena kenaikan biaya produksi. Inflasi karena kenaikan permintaan disebabkan karena kenaikan permintaan terkadang tidak dapat dipenuhi produsen, sehingga hargaharga akan cenderung naik. Hal ini sesuai dengan hukum ekonomi “jika permintaan naik sedangkan penawaran tetap, maka harga cenderung naik”. Sedangkan inflasi karena kenaikan biaya produksi, yaitu inflasi yang terjadi karena penurunan agregat. Kenaikan biaya produksi mengakibatkan harga penawaran barang naik, sehingga dapat menimbulkan inflasi. 4. Dampak Inflasi Inflasi memiliki dampak terhadap kegiatan perekonomian suatu negara, diantaranya: a) Investasi berkurang Menurunnya nilai uang cenderung mengurangi minat orang untuk menabung sehingga dana untuk investasi menjadi berkurang, akibatnya pertumbuhan output nasional menjadi turun. b) Pada keadaan inflasi, daya saing untuk barang ekspor berkurang. Berkurangnya daya saing terjadi karena harga barang ekspor semakin mahal. Inflasi dapat menyulitkan para eksportir dan negara. Negara mengalami kerugian karena daya saing barang ekspor berkurang, yang mengakibatkan jumlah penjualan berkurang. Devisa yang diperoleh juga semakin kecil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
c) Menimbulkan defisit neraca pembayaran Produk nasional tidak dapat bersaing di pasar internasional sebagai akibat dari barang-barang luar negeri (barang impor) lebih murah daripada barang di dalam negeri, sehingga impor berkembang lebih cepat daripada ekspor. Hal ini menyebabkan arus modal ke luar negeri lebih banyak daripada arus masuk ke dalam negeri. Keadaan tersebut akan berakibat terjadinya defisit neraca pembayaran dan kemerosotan mata uang dalam negeri. 5. Kebijakan Mengatasi Inflasi Untuk mencapai sasaran dalam mengatasi inflasi, ada tiga kebijakan yang dapat ditempuh, yaitu: a) Kebijakan moneter, yaitu kebijakan pemerintah di bidang moneter (keuangan) yang bertujuan menjaga kestabilan moneter untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kebijakan moneter dilakukan melalui Bank Indonesia sebagai Bank Sentral, diantaranya politik diskonto terhadap Bank Umum, politik pasar terbuka, menaikkan cash ratio, dan kebijakan kredit. b) Kebijakan fiskal, di mana kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah sejalan dengan kebijakan moneter. Kebijakan fiskal yang dilakukan, diantaranya mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah, menaikkan tarif pajak, dan mengadakan pinjaman pemerintah. c) Kebijakan non moneter (kebijakan riil), yang dapat dilakukan dengan menaikkan hasil produksi, kebijakan upah, dan pengawasan harga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
F. Neraca Pembayaran 1. Pengertian Neraca Pembayaran Neraca pembayaran adalah suatu catatan sistematis yang berisi hubungan ekonomi atau transaksi antar penduduk dari suatu negara dengan negara lainnya, yang dinilai dalam mata uang pada kurun waktu tertentu, biasanya satu tahun. Neraca pembayaran menggambarkan hubungan ekonomi antara suatu negara dengan negara lainnya. Pada neraca pembayaran, tergambar keadaan ekspor, impor, penanaman modal, pinjaman, dan hal-hal lain yang menjadi cakupan neraca pembayaran. Menurut Nopirin (1999:165), neraca pembayaran adalah catatan yang sistematis tentang transaksi ekonomi internasional antara penduduk negara itu dengan penduduk negara lain dalam jangka waktu tertentu. Menurut Madura (1997:31), neraca pembayaran (balance of payment) adalah ukuran dari semua transaksi antara penduduk dalam negeri dengan penduduk luar negeri selama periode waktu tertentu. 2. Fungsi Neraca Pembayaran Neraca pembayaran dapat digunakan sebagai bahan keterangan atas berbagai hal yang berhubungan dengan perdagangan luar negeri suatu negara, sehingga dapat diambil langkah-langkah yang diperlukan. Oleh karena itu, neraca pembayaran berfungsi sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
a) Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil langkah-langkah di bidang ekonomi. Bidang ekonomi disini termasuk ekspor dan impor, hubungan utang-piutang, hubungan penanaman modal, dan hubungan lainnya yang menyangkut neraca pembayaran. b) Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan di bidang moneter dan fiskal. Dari neraca pembayaran dapat dilihat jumlah cadangan devisa. Jika cadangan devisa sudah menipis, pemerintah akan membuat kebijakan untuk menambah devisa atau menghemat devisa. c) Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengetahui pengaruh hubungan ekonomi internasional terhadap pendapatan nasional. Dari neraca pembayaran, dapat dilihat, misalnya hasil penanaman modal penduduk negara lain di negara itu. Setelah melihat hasil tersebut, pemerintah dapat membuat peraturan, misalnya penanaman modal di negara lain dialihkan ke negara sendiri. d) Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan di bidang politik perdagangan internasional. 3. Komponen Neraca Pembayaran Menurut Kuncoro (2001:80), neraca pembayaran terdiri atas beberapa komponen utama, yaitu: a) Rekening Transaksi Berjalan (Current Account) Rekening transaksi berjalan mencatat seluruh transaksi barang dan jasa, yang terdiri dari tiga bagian, yaitu neraca perdagangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
(balance of trade), neraca jasa (services balance), dan neraca transfer unilateral (unilateral transfers balance). 1) Neraca perdagangan (balance of trade) Neraca perdagangan (balance of trade), mencatat selisih antara ekspor dan impor barang yang diperdagangkan dalam perdagangan internasional. 2) Neraca jasa (services balance) Neraca jasa (services balance) mencatat transaksi ekspor dan impor jasa, termasuk pembayaran bunga dan dividen, pengeluaran militer dan turis. 3) Neraca transfer unilateral (unilateral transfers balance). Neraca transfer unilateral (unilateral transfers balance) mencatat hibah, baik dari perseorangan maupun pemerintah (misalnya bantuan luar negeri dan bantuan militer). b) Rekening Modal (Capital Account) Rekening modal (capital account) menunjukkan aliran modal finansial, baik yang langsung diperdagangkan (perubahan portofolio dalam bentuk saham, obligasi dan surat berharga internasional yang lain) maupun untuk membayar barang dan jasa. Dengan kata lain,
rekening modal mencerminkan perubahan
kepemilikan jangka panjang dari suatu negara (baik berupa investasi asing langsung maupun pembelian surat-surat berharga dengan jatuh tempo lebih dari satu tahun), dan kekayaan finansial jangka pendek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
(surat-surat berharga dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun). Transaksi dalam rekening modal terdiri dari: 1) Investasi portofolio, yang meliputi pembelian aset finansial dengan masa jatuh tempo lebih dari satu tahun. 2) Investasi jangka pendek, yang meliputi surat berharga dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun. 3) Investasi asing langsung, terdapat kontrol manajemen, baik parsial maupun penuh. 4) Pinjaman luar negeri yang dilakukan oleh pemerintah.
G. Rasio Ekspor Terhadap Impor 1. Pengertian Ekspor-Impor Ekspor
adalah
penjualan
barang
ke
luar
negeri
dengan
menggunakan sistem pembayaran, kualitas, kuantitas, dan syarat penjualan lainnya yang telah disetujui oleh pihak eksportir dan importir. Impor adalah proses pembelian barang dan jasa dari negara lain. Menurut UU No.17 tahun 2006, ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean, sedangkan impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean. Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang didalamnya berlaku undang-undang ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
2. Penentu Ekspor-Impor Menurut Sukirno (2005), faktor utama yang menentukan kemampuan suatu negara mengekspor ke luar negeri adalah daya saing di pasaran luar negeri, keadaan ekonomi di negara-negara lain, kebijakan proteksi di luar negeri, dan kurs valuta asing. Sedangkan faktor yang menentukan impor suatu negara adalah daya saing negara lain di negara tersebut, proteksi perdagangan yang dilakukan negara tersebut dan kurs valuta asing. Faktor utama yang menentukan impor adalah pendapatan masyarakat suatu negara. Semakin tinggi pendapatan masyarakat, semakin banyak impor yang mereka lakukan. 3. Teori Ekspor-Impor a) Teori Klasik Keunggulan Mutlak Adam Smith Adam Smith berpandangan bahwa negara akan melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut memiliki keunggulan mutlak, dan akan mengimpor barang jika tidak memiliki keunggulan mutlak (Apridar, 2009:89). b) Biaya Relatif David Ricardo David Ricardo berpandangan bahwa negara akan melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang di mana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih efisien, serta akan mengimpor barang di mana negara tersebut berproduksi relatif kurang/tidak (Apridar, 2009:95).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
c) Teori Heckscher-Ohin atau Teori H-O Dasar pemikiran teori ini adalah negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak/murah dalam memproduksi akan melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barangnya. Sebaliknya, masingmasing negara akan mengimpor barang tertentu jika faktor produksi yang relatif langka/mahal dalam memproduksi (Apridar, 2009: 102).
H. Hasil Penelitian Sebelumnya Muchlas dan Rahman (2015) dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs rupiah terhadap dollar Amerika pasca krisis (20002010)”. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah secara simultan inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, Balance of Payment (BOP) berpengaruh terhadap pergerakan kurs IDR/USD dan untuk membuktikan apakah secara parsial inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, Balance of Payment (BOP) berpengaruh terhadap pergerakan kurs IDR/USD. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu berupa angka. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk dokumen. Data yang diperoleh berupa data inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, dan Balance of Payment (BOP) yang diperoleh dari BPS (www.bps.go.id) dan BI (www.bi.go.id). Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumenter. Data yang diamati adalah inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, dan BOP selama tahun 2000-2010, dikarenakan tahun 2000-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
2010 merupakan tahun-tahun pasca krisis di Indonesia sehingga peneliti ingin meneliti perkembangan IDR/USD. Sampel penelitian ini adalah negara Indonesia dan Amerika Serikat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, dan Balance of Payment (BOP) berpengaruh terhadap pergerakan rupiah terhadap dollar Amerika. Hal ini menegaskan bahwa secara bersama-sama, komponen makro ekonomi yang antaralain inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, dan Balance of Payment (BOP) perlu diperhatikan dalam membuat kebijakan yang berkenaan dengan kurs mata uang.
I. Kerangka Berpikir dan Hipotesis 1. Kerangka Berpikir Pergerakan nilai tukar rupiah Indonesia terhadap dollar Amerika Serikat dari tahun ke tahun terus mengalami fluktuasi. Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat terlihat dengan jelas sejak Indonesia memutuskan untuk menerapkan sistem nilai tukar mengambang pada tahun 1997, di mana kurs ditentukan oleh mekanisme permintaan dan penawaran di pasar valuta asing, tetapi pemerintah dapat mempengaruhi nilai tukar melalui intervensi pasar, jika kurs naik atu turun melebihi batas yang ditentukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dipengaruhi oleh variabel cadangan devisa, suku bunga, inflasi, neraca pembayaran, dan rasio ekspor terhadap impor. Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yang digunakan, yaitu variabel bebas (variabel independen) dan variabel terikat (variabel dependen). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel bebas (variabel independen) dalam penelitian ini adalah cadangan devisa, suku bunga, inflasi, neraca pembayaran, dan rasio ekspor terhadap impor. Sedangkan variabel terikat (variabel dependen) dalam penelitian ini adalah kurs rupiah. Dengan demikian, akan dilakukan penelitian sejauhmana pengaruh variabel-variabel bebas tersebut terhadap variabel terikat, yaitu kurs rupiah. Berdasarkan tinjauan pustaka dan hasil penelitian sebelumnya, maka kerangka pemikiran yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Cadangan Devisa (X1)
Suku Bunga (X2)
Inflasi (X3)
Kurs Rupiah (Y)
Neraca Pembayaran (X4)
Rasio Ekspor Terhadap Impor (X5)
2. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: a. Terdapat pengaruh positif dan signifikan cadangan devisa terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. b. Terdapat pengaruh positif dan signifikan suku bunga terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. c. Terdapat pengaruh negatif dan signifikan inflasi terhadap kurs rupiah periode 1986-2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
d. Terdapat pengaruh positif dan signifikan neraca pembayaran terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. e. Terdapat pengaruh positif dan signifikan rasio ekspor terhadap impor terhadap kurs rupiah periode 1986-2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatif adalah penelitian yang memberikan penjelasan terhadap permasalahan yang sedang dihadapi dan diamati/diteliti (Werang, 2015:3). Alasan digunakannya jenis penelitian ini adalah karena dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti apakah faktor cadangan devisa, suku bunga, inflasi, neraca pembayaran, dan rasio ekspor terhadap impor berpengaruh terhadap kurs rupiah atau tidak melalui pengujian hipotesis.
B. Jenis Data dan Sumber Data 1. Jenis Data Jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2002:82). Data sekunder yang digunakan berupa data time seris (data berkala), yaitu data yang terkumpul dari waktu ke waktu untuk memberikan gambaran perkembangan suatu kegiatan atau keadaan (Hasan, 2002:82).
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
2. Sumber Data Data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Data sekunder yang diperlukan oleh peneliti berupa: a) Kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dari tahun 1986-2015 dalam satuan rupiah per tahun. b) Cadangan devisa Indonesia dari tahun 1986-2015 dalam satuan juta dollar Amerika Serikat per tahun. c) Suku bunga Indonesia dari tahun 1986-2015 dalam satuan persen per tahun. d) Inflasi nasional dari tahun 1986-2015 dalam satuan persen per tahun. e) Neraca pembayaran Indonesia dari tahun 1986-2015 dalam satuan juta dollar Amerika Serikat per tahun. f) Rasio ekspor terhadap impor dari tahun 1986-2015.
C. Variabel penelitian dan Pengukuran 1. Cadangan Devisa Cadangan devisa merupakan total aktiva luar negeri yang dimiliki dan disimpan oleh Bank Indonesia yang digunakan untuk stabilitas moneter maupun transaksi internasional dalam kurun waktu satu tahun yang dinyatakan dalam juta dollar Amerika Serikat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah cadangan devisa tahunan yang dilaporkan oleh Bank Indonesia periode 1986-2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
2. Suku Bunga Suku bunga merupakan tingkat suku bunga jangka pendek yang ditetapkan dan diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik guna menjaga stabilitas nilai mata uang rupiah yang dinyatakan dalam persen dalam kurun waktu satu tahun. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga tahunan yang dilaporkan oleh Bank Indonesia periode 1986-2015. 3. Inflasi Inflasi adalah proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah Jumlah Uang Beredar (JUB), demand pull inflation atau adanya kenaikan permintaan masyarakat, dan cost pull inflation dalam kurun waktu satu tahun yang dinyatakan dalam persen. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data inflasi tahunan yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia periode 1986-2015. 4. Neraca Pembayaran Neraca pembayaran adalah nilai keseluruhan dari transaksi berjalan, transaksi modal dan finansial, dan selisih perhitungan bersih dalam kurun waktu satu tahun yang dinyatakan dalam juta dollar Amerika Serikat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca pembayaran tahunan yang dilaporkan oleh Bank Indonesia periode 1986-2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
5. Rasio Ekspor Terhadap Impor Rasio Ekspor terhadap impor adalah perbandingan antara nilai ekspor dan impor Indonesia dalam kurun waktu satu tahun. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data ekspor-impor tahunan yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) periode 1986-2015. 6. Kurs Rupiah Kurs rupiah adalah nilai mata uang negara Indonesia yaitu Rupiah yang dibandingkan dengan mata uang negara Amerika Serikat yaitu Dollar AS atau US$ Dollar. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kurs/nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat tahunan periode 1986-2015.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumenter. Teknik dokumenter adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui dokumen (Hasan, 2002:87). Teknik ini dilakukan dengan melihat data sekunder yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) dan Badan Pusat Statisik (BPS), yang meliputi data cadangan devisa, suku bunga, inflasi, neraca pembayaran, rasio ekspor terhadap impor, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat periode 1986-2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Analisis regresi linear berganda adalah teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel bebas (independent) terhadap satu variabel tak bebas (dependent) (Siregar, 2013:405). Model regresi dalam penelitian ini adalah: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e Keterangan: Y
= Kurs rupiah
a
= Konstanta
b
= Koefisien regresi
X1
= Cadangan Devisa
X2
= Suku Bunga
X3
= Inflasi
X4
= Neraca Pembayaran
X5
= Rasio ekspor terhadap impor
e
= standar error Teknik analisis data regresi linear berganda dapat dilakukan
dengan melakukan uji prasyarat dan uji asumsi klasik, serta pengujian hipotesis, yang dinyatakan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
1. Uji Prasyarat Dalam analisis regresi linear berganda perlu melakukan uji persyaratan analisis regresi berganda, sehingga persamaan garis regresi yang diperoleh benar-benar dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen. Uji persyaratan tersebut harus terpenuhi, apabila tidak maka akan menghasilkan garis regresi yang tidak cocok untuk memprediksi. Uji prasyarat tersebut meliputi: a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, nilai residu dari regresi mempunyai distribusi yang normal (Santoso, 2010:210). Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Pengujian normalitas yang umum digunakan adalah uji kolmogorov smirnov. Kriteria pegujian sebagai berikut: Jika nilai Asymp. Sig. (2tailed) > 0,05, berarti data dan residu berdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05, berarti data dan residu tidak berdistribusi normal. Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) merupakan nilai perhitungan hasil pengujian normalitas. b. Uji Linieritas Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linier atau tidak. Uji tersebut digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linier (Kasmadi dan Sunariah. 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
Kriteria pengujian linieritas: Hubungan variabel cadangan devisa, suku bunga, inflasi, neraca pembayaran, dan rasio ekspor terhadap impor dengan kurs rupiah bersifat linier apabila F hitung lebih besar dari 0,05. Sebaliknya, jika F hitung lebih kecil dari 0,05, berarti hubungan variabel cadangan devisa, suku bunga, inflasi, neraca pembayaran, dan rasio ekspor terhadap impor dengan kurs rupiah tidak linier. 2. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik bertujuan untuk memastikan bahwa model yang diperoleh benar-benar memenuhi asumsi dasar dalam analisis regresi linear berganda, yang terdiri dari: a. Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas diperlukan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda (Sunjoyo, dkk, 2013:65). Deteksi multikolinieritas pada suatu model dapat dilihat dari beberapa aspek berikut ini: 1) Jika nilai variance inflation factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance mendekati 1, maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas. Jika nilai VIF semain besar, maka diduga ada multikolinieritas (Widarjono, 2013:107). 2) Jika nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel independen kurang dari 0,70, maka model dapat dinyatakan bebas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
dari multikolinieritas. Jika nilai korelasi lebih dari 0,70, berarti terjadi korelasi yang sangat kuat antar variabel independen, sehingga terjadi multikolinieritas. 3) Jika nilai koefisien determinan, baik R² ataupun adjusted R² di atas 0,60 namun tidak ada variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen, maka diasumsikan model terkena multikolinieritas (Sunjoyo, dkk, 2013:65). b. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Sunjoyo, dkk, 2013:69). Uji statistik yang digunakan dalam uji heteroskedastisitas adalah Uji Glejser, dengan cara meregresikan nilai absolut residual terhadap variabel independen (Gujarati, 2003) dalam Ghozali (2005:108). Untuk mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas, digunakan ketentuan sebagai berikut: Jika signifikansi antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya > 0,05, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika signifikansi antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya < 0,05, maka terjadi heteroskedastisitas. Selain menggunakan Uji Glejser, cara lain untuk mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas pada suatu model regresi dapat dilakukan dari model gambar scatterplot. Analisis pada gambar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
scatterplot yang menyatakan model regresi linear berganda tidak terdapat heteroskedastisitas, jika: 1) Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0. 2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja. 3) Penyebaran
titik-titik
data
tidak
boleh
membentuk
pola
bergelombang melebar, kemudian menyempit dan melebar kembali. 4) Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola (Nugroho, 2005:63) c. Uji Autokorelasi Autokorelasi dapat diartikan sebagai adanya korelasi antara anggota observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu (Nugroho, 2011:103). Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t1(sebelumnya) (Santoso, 2010:213). Pengujian autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan Uji Run Test. Untuk mendeteksi ada tidaknya masalah autokorelasi, digunakan kriteria sebagai berikut: jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) di atas 0,05, berarti tidak terdapat masalah autokorelasi. Sebaliknya, jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) di bawah 0,05, berarti terdapat masalah autokorelasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
3. Pengujian Hipotesis Hipotesis adalah dugaan sementara adanya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Hipotesis yang dirumuskan adalah hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha). Untuk menguji hipotesis, digunakan alat analisis regresi berganda, yaitu analisis untuk mengetahui adanya pengaruh antara lebih dari satu variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Pengujian hipotesis meliputi: a. Uji Hipotesis Simultan Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen mempunyai pengaruh yang sama terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji distribusi F, yaitu dengan membandingkan antara nilai F tabel dengan F hitung (Algifari, 2011:72). Sehingga, dapat dilakukan uji signifikansi dengan hipotesis: H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel cadangan devisa, suku bunga, inflasi, neraca pembayaran, dan rasio ekspor terhadap impor terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Ha :Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel cadangan devisa, suku bunga, inflasi, neraca pembayaran, dan rasio ekspor terhadap impor terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Adapun statistik pengujiannya adalah: Menentukan F tabel dan F hitung dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% atau dengan taraf signifikansi sebesar 5% (α = 0,05).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang artinya masing-masing
variabel
independen
secara
bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang artinya masing-masing variabel independen secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Untuk menentukan apakah H0 ditolak atau diterima, maka nilai F hitung dibandingkan dengan Ftabel pada tingkat signifikansi 5% (α = 0,05), dengan df1= k-1 dan df2= n-k. Penentuan nilai F hitung dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut: F=
R²/k (1-R²) (N-k-1)
Keterangan: F = Harga F garis regresi R = Koefisien korelasi berganda K = Jumlah variabel independen N = Jumlah anggota sampel b. Uji Hipotesis Parsial Uji hipotesis parsial bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual (parsial), dengan pengujian hipotesis sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
a) Cadangan devisa terhadap kurs rupiah periode 1986-2015 H0 : Cadangan devisa tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Ha : Cadangan devisa berpengaruh positif dan signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. b) Suku bunga terhadap kurs rupiah periode 1986-2015 H0 : Suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Ha : Suku bunga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. c) Inflasi terhadap kurs rupiah periode 1986-2015 H0 : Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Ha : Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. d) Neraca pembayaran terhadap kurs rupiah periode 1986-2015 H0 : Neraca pembayaran tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Ha : Neraca pembayaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
e) Rasio ekspor terhadap impor terhadap kurs rupiah periode 1986-2015 H0 : Rasio ekspor terhadap impor tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Ha : Rasio ekspor terhadap impor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Adapun statistik pengujiannya adalah: 1. Dengan membandingkan nilai T hitung dan T tabel
Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak
Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima
Penentuan nilai t hitung dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut:
ti = β i Se(βi) Di mana: βi
= Koefisien regresi variabel Xi
Se(βi)
= Standar error variabel Xi
2. Dengan membandingkan angka probabilitas signifikansi
Jika angka probabilitas signifikansi > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Jika angka probabilitas signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
c. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi adalah salah satu nilai statistik yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan pengaruh antara dua variabel. Nilai koefisien determinasi menunjukkan persentase variasi nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh persamaan regresi yang dihasilkan (Algifari, 2011:45). Koefisien determinasi (R²) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen (Nugroho, 2005:50). Nilai R Square dikatakan baik jika di atas 0,5, karena nilai R Square berkisar antara 0 sampai 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series berdasarkan laporan tahunan dari BPS dan BI dari tahun 1986-2015. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kurs rupiah. Variabel independen dalam penelitian ini adalah cadangan devisa yang dinyatakan dalam juta dollar Amerika Serikat, suku bunga yang dinyatakan dalam persen, inflasi yang dinyatakan dalam persen, neraca pembayaran yang dinyatakan dalam juta dollar Amerika Serikat, dan rasio ekspor terhadap impor.
Tabel IV.1 Deskripsi Data Penelitian Tahun
1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001
Kurs Cadangan Suku Inflasi Neraca Rupiah Devisa Bunga Pembayaran 1.641 1.650 1.729 1.795 1.901 1.992 2.062 2.110 2.200 2.308 2.383 4.650 8.025 7.100 9.595 10.400
5.302,0 6.512,3 6.191,0 6.561,9 8.661,3 9.867,7 11.610,9 12.352,2 13.157,9 14.674 19.125 17.427 23.762 27.054 29.394 28.015,80
14,75 15,02 15,25 11,33 22,39 18,70 13,17 9,50 14,38 14,75 12,88 20,00 38,44 12,51 14,53 17,62 67
8.83 8.90 5.47 5.97 9.53 9.52 4.94 9.77 9.24 8.64 6.47 11.05 77.63 2.01 9.35 12.55
266 1.383 820 1.810 1.506 1.437 3.349 3.664 1048 3829 3188 -2459 222 1213 1219 -2092
Rasio Eksor Terhadap Impor 1,38 1,39 1,45 1,35 1,18 1,13 1,25 1,30 1,25 1,12 1,16 1,28 1,79 2,03 1,85 1,82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tahun
Kurs Cadangan Suku Inflasi Neraca Rupiah Devisa Bunga Pembayaran
2002 8.940 32.037,04 12,93 10.03 6.720 2003 8.465 36.295,71 8,31 5.06 7.157 2004 9.290 36.320,48 5,92 6.40 3.415 2005 9.830 34.723,69 12,75 17.11 623 2006 9.020 42.586,00 9,75 6.60 13.885 2007 9.419 56.920,00 8,00 6.59 14.083 2008 10.950 51.639,00 9,25 11.06 -1.706 2009 9.400 66.105,00 6,50 2.78 15.483 2010 8.991 96.207 6,50 6.96 31.670 2011 9.068 110.123 6,00 3.80 15.321 2012 9.670 112.781 5,75 4.30 491 2013 12.189 99.387 7,50 8.40 4.356 2014 12.440 111.862 7,75 8.40 3.663 2015 13.795 100.240 7,50 6.80 -2.857 Sumber : data sekunder dari BI dan BPS (data diperoleh 2016)
Rasio Eksor Terhadap Impor 1,83 1,88 1,54 1,48 1,65 1,53 1,06 1,20 1,16 1,15 1,00 1,03 1,06 1,13
Grafik IV.1 Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat Periode 1986-2015 Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika (Y) 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0
Tahun
Sumber : data sekunder, diolah 2016
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat periode 1986-2015 cenderung terdepresiasi atau melemah. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dari tahun ke tahun terus melemah. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak awal juli 1997 sampai 1998, menyebabkan merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Nilai tukar rupiah tahun 1997 berada pada posisi Rp 4.650 dan pada tahun 1998 terus tertekan dan berada pada posisi Rp 8.025. Sejak tahun 1997 tersebut, nilai tukar rupiah cenderung fluktuatif sampai tahun 2015. Bahkan tahun 2015 nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat mengalami kemerosotan yang sangat tajam. Nilai tukar rupiah pada tahun 2015 berada pada posisi Rp 13.795. Kondisi ini diawali dari pemulihan Amerika Serikat pasca krisis 2008 yang menyebabkan The Fed atau Bank Sentral Amerika Serikat merencanakan pemangkasan quantitative
easing
atau
melakukan
stimulus
ekonomi.
Rencana
yang
dikemukakan oleh gubernur The Fed, yaitu Ben Bemanke sejak Mei 2013 tersebut menjadi awal melemahnya mata uang global terhadap dollar AS karena suplai dollar akan berkurang. Hal tersebut berlanjut pada pelemahan mata uang dunia terhadap dollar AS yang pada akhirnya menyebabkan permintaan barang komoditas menurun. Hal ini membawa dampak bagi Indonesia, di mana harga komoditas yang menjadi andalan ekspor Indonesia anjlok dan berdampak pada neraca perdagangan yang pada akhirnya memperburuk pelemahan rupiah. Nilai tukar rupiah yang terus tertekan pada tahun tersebut menyebabkan terganggunya perekonomian nasional, di mana harga-harga barang meningkat secara tajam, sehingga menyebabkan daya beli masyarakat dan kegiatan industri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
ikut melemah. Selain itu, pertumbuhan ekonomi melambat, di mana terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi dari 4,7% pada kuartal I menjadi 4,6% pada kuartal II.
Grafik IV.2 Perkembangan Cadangan Devisa Indonesia Periode 1986-2015
Cadangan Devisa (X1) 120,000.00 100,000.00 80,000.00 60,000.00 40,000.00 20,000.00 0.00
Tahun
Sumber : data sekunder, diolah 2016 Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa cadangan devisa Indonesia periode 1986-2015 memiliki trend yang cenderung meningkat. Cadangan devisa Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan sejak memasuki tahun 2010, dari tahun sebelumnya 66.105 juta dollar AS menjadii 96.207 juta dollar AS. Peningkatan cadangan devisa di tahun 2010 tersebut didukung oleh masih kuatnya aliran masuk modal asing khususnya investasi langsung (PMA) dan investasi portofolio. Tahun 2012, cadangan devisa Indonesia juga mengalami peningkatan, dan ini merupakan cadangan devisa tertinggi yang dimiliki Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
periode 1986-2015. Gubernur BI, Darmin Nasution dalam (Kompas.com) mengatakan bahwa transaksi modal dan finansial mencatat kenaikan surplus yang cukup besar, terutama didukung oleh investasi langsung (PMA) dan arus masuk modal portofolio, baik dalam pasar saham maupun pasar obligasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Cadangan devisa sampai akhir tahun 2012 mencapai 112.781 juta dollar AS. Tahun 2013-2015, cadangan devisa Indonesia berfluktuatif. Hal ini terlihat dari cadangan devisa yang dimiliki oleh Indonesia tahun 2013 mengalami penurunan yang cukup signifikan dan berada pada posisi 99.387 juta dollar AS. Tahun 2014, cadangan devisa Indonesia kembali meningkat dan berada pada posisi 111.862 juta dollar AS. Akan tetapi, tahun 2015, cadangan devisa Indonesia kembali menurun dan berada pada posisi 100.240 juta dollar AS. Penurunan cadangan devisa tahun 2013 diakibatkan karena adanya pembayaran utang luar negeri pemerintah, pemenuhan kewajiban BUMN dan intervensi BI untuk meredam jatuhnya nilai rupiah. Peningkatan cadangan devisa tahun 2014 dipengaruhi oleh penerimaan devisa hasil ekspor migas, penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, dan penerimaan pemerintah lainnya dalam valuta asing yang melebihi pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan devisa dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah. Di samping itu, simpanan valuta asing dan swap bank-bank dengan Bank Indonesia juga meningkat menjelang akhir tahun 2014. Sedangkan penurunan cadangan devisa tahun 2015 dikarenakan pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
pemerintah serta penggunaan devisa dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah untuk mendukung terjaganya stabilisasi makroekonomi dan sistem keuangan.
Grafik IV.3 Perkembangan Suku Bunga Periode 1986-2015
Suku Bunga (X2) 50 40 30 20 10 0
Tahun
Sumber : data sekunder, diolah 2016 Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa suku bunga Indonesia periode 1986-1988 cenderung stabil dari 14,75% sampai 15,25%. Akan tetapi, memasuki tahun 1989-2015, suku bunga cenderung berfluktuatif. Suku bunga mengalami peningkatan yang sangat tajam memasuki tahun 1998, Peningkatan tersebut didukung oleh kondisi perekonomian pada tahun tersebut yang sangat anjlok, dikarenakan krisis ekonomi yang melanda Indonesia, di mana nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sangat merosot. Hal inilah yang menyebabkan Bank Indonesia menaikkan suku bunga untuk merespon kenaikan inflasi dan merosotnya nilai tukar rupiah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
Tahun 2012, suku bunga Indonesia menyentuh level 5,75% dan merupakan suku bunga terendah sepanjang sejarah perekonomian Indonesia periode 1986-2015. Menurut Kepala Ekonom Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhi Sadewa dalam (ViVAnews.com), kebijakan BI Rate ditempuh karena kemungkinan inflasi akan naik dengan adanya kebijakan subsidi dari pemerintah. Selain itu, langkah tersebut untuk mendorong perbankan yang sulit menurunkan suku bunga kreditnya dan kebijakan tersebut diambil untuk mendorong perekonomian Indonesia di tengah turunnya ekonomi global. BI akan mewaspadai risiko ekonomi global dan dampak kebijakan pemerintah di bidang energi, dengan menerapkan bauran kebijakan moneter dan makro dalam pengelolaan ekonomi makro secara keseluruhan.
Grafik IV. 4 Perkembangan Inflasi Indonesia Periode 1986-2015
Inflasi (X3) 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Tahun
Sumber : data sekunder, diolah 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa inflasi Indonesia dari tahun 1986-2015 cenderung berfluktuatif. Peningkatan inflasi yang sangat tajam dan membuat kondisi perekonomian Indonesia sangat mengkhawatirkan terjadi pada tahun 1998. Dampak dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan inflasi mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Inflasi Indonesia pada tahun tersebut berada pada level 77,63% dan ini merupakan inflasi terparah dalam sejarah inflasi Indonesia. Pasca krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1998, inflasi Indonesia kembali mengalami peningkatan yang sangat tajam dan menyentuh level 17,11% pada tahun 2005. Peningkatan tersebut dikarenakan adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan semua kelompok barang dan jasa, seperti kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, air, listrik, gas dan bahan bakar, kelompok sandang, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Memasuki tahun 2006, Inflasi mengalami penurunan sebesar 10,51% dari sebelumnya 17,11% menjadi 6,60% dan terus menurun sampai tahun 2007. Tahun 2009, inflasi terus menunjukkan trend yang positif dan berada pada level terendah 2,78%. Penurunan laju inflasi tersebut disebabkan oleh terjadinya deflasi pada barang-barang yang harganya ditetapkan oleh pemerintah, seperti bahan bakar minyak dan listrik. Akan tetapi, tahun 2010, inflasi kembali meningkat sebesar 4,18% dan berada pada level 6,96% dari sebelumnya berada pada level 2,78%. Peningkatan tersebut sejalan dengan perkembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
perekonomian dunia yang mendorong kenaikan harga-harga barang dan jasa di Indonesia. Selain itu, perubahan iklim juga telah berdampak pada menurunnya produksi barang dan jasa. Memasuki tahun 2013, laju inflasi Indonesia menembus angka 8,40% dan merupakan inflasi tertinggi sejak 2009. Inflasi ini timbul sebagai dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.
Grafik IV. 5 Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia Periode 1986-2015
Neraca Pembayaran (X4) 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 -5000 Tahun
Sumber : data sekunder, diolah 2016 Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa trend neraca pembayaran Indonesia dari tahun 1986-2015 cenderung berfluktuatif. Tahun 1997, neraca pembayaran Indonesia mengalami tekanan yang cukup berat, dikarenakan krisis ekonomi yang melanda Indonesia dimulai pada awal juli 1997. Defisitnya neraca pembayaran Indonesia pada tahun tersebut sebagai akibat dari menurunnya ekspor migas secara tajam dikarenakan melemahnya permintaan dunia dan menurunnya harga minyak bumi di pasar internasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
Pada tahun 2010, kondisi neraca pembayaran mengalami surplus dan merupakan neraca pembayaran tertinggi sepanjang sejarah perekonomian Indonesia periode 1986-2015. Surplusnya neraca pembayaran Indonesia pada tahun tersebut didukung oleh surplusnya transaksi berjalan, di mana tingginya pertumbuhan ekspor nonmigas, khususnya yang berbasis sumber daya alam. Hal tersebut sejalan dengan permintaan dunia yang menguat dan harga yang tinggi di pasar dunia. Memasuki tahun 2011, neraca pembayaran cenderung menurun dan bahkan pada tahun 2015 mengalami defisit. Secara keseluruhan, neraca pembayaran Indonesia mengalamai tekanan yang cukup besar. Defisitnya neraca pembayaran Indonesia pada tahun tersebut bersumber dari penurunan surplus transaksi modal dan finansial yang tidak dapat sepenuhnya membiayai defisit transaksi berjalan. Selain itu, penurunan aliran masuk modal portofolio asing yang cukup signifikan sebagi akibat dari tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global memicu neraca pembayaran Indonesia pada tahun tersebut mengalami tekanan yang sangat signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
Grafik IV.6 Rasio Ekspor Terhadap Impor
Rasio Ekspor Terhadap Impor (X5) 2.5 2 1.5 1 0.5 0
Tahun
Sumber : data sekunder, diolah 2016 Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa rasio ekspor terhadap impor tahun 1986-1988 menunjukkan trend yang positif, di mana rasio ekspor terhadap impor tahun 1986 berada pada level 1,38 ke level 1,45. Tahun 1989-2015, rasio ekspor terhadap impor cenderung berfluktuatif. Rasio ekspor terhadap impor mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada tahun 1999, di mana rasio ekspor terhadap impor berada pada level 2,03. Tahun 2012, rasio ekspor terhadap impor Indonesia mengalami penurunan sebesar 0,15 dari tahun sebelumnya 1,15 menjadi 1,00. Menurut Kepala Badan Pusat statistik (BPS), Suryamin dalam ( Antaranews.com), secara keseluruhan, selama tahun 2012, baik sektor migas maupun nonmigas merosot yang mengakibatkan terjadi akumulasi penurunan total ekspor. Penurunan pada sektor migas disebabkan oleh merosotnya ekspor minyak mentah sebesar 11% dan diikuti penurunan ekspor gas yang merosot 10,28%. Selama tahun 2012, dari 10 komoditas nonmigas, tujuh diantaranya mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
penurunan ekspor, seperti bahan bakar mineral, lemak dan minyak lemak nabati, mesin/peralatan listrik, karet dan barang dari karet, komoditi bijih, kerak dan abu logam, kertas/karton, dan pakaian jadi bukan rajutan. Sedangkan pada tahun 2012, penurunan ekspor diikuti oleh peningkatan impor. Peningkatan impor didorong oleh melonjaknya impor migas. Terdapat 10 barang nonmigas yang mengalami kenaikan impor tertinggi sepanjang 2012, yaitu barang dari besi dan baja sebesar 36,82%, kapal terbang dan bagiannya sebesar 31,39%, kendaraan bermotor dan bagiannya sebesar 28,29%. Secara keseluruhan, peningkatan impor disebabkan oleh tingginya permintaan pasar dalam negeri dan meningkatnya barang modal. Periode 2013-2015, rasio ekspor terhadap impor kembali meningkat jika pada tahun sebelumnya mengalami penurunan, di mana rasio ekspor terhadap impor berada pada level 1.03 (2013), 1,06 (2014), dan 1,13 (2015).
B. Analisis Data 1. Uji Prasyarat a. Uji Normalitas Uji Normalitas digunakan untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Untuk menentukan data berdistribusi normal atau tidak, digunakan kriteria sebagai berikut, Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05, berarti data dan residu berdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05, berarti data dan residu tidak berdistribusi normal. Penelitian ini menggunakan Statistical Package for Social Sciences (SPSS 22.00), yaitu dengan menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
rumus Kolmogorov Smirnov. Output pengujian normalitas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel IV.2 Hasil Pengujian Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
30
Normal Parameters
a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 1605.17333727
Absolute
.119
Positive
.085
Negative
-.119
Kolmogorov-Smirnov Z
.652
Asymp. Sig. (2-tailed)
.789
a. Test distribution is Normal.
Sumber : data BI dan BPS, diolah 2016 Berdasarkan output di atas, diketahui bahwa nilai Asymp.sig.(2tailed) adalah 0,789. Dapat dikatakan bahwa nilai Asymp.sig. (2-tailed) lebih besar dari nilai signifikansi (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa data dan residu berdistribusi normal. b. Uji Linieritas Uji Linieritas digunakan untuk mengetahui apakah antara variabel bebas dan terikat mempunyai hubungan linier atau tidak. Hasil pengujian linieritas dapat dilihat pada output di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
Tabel IV.3 Uji Linieritas b
ANOVA Model
Sum of Squares
1
Regression Residual Total
Df
Mean Square
395009132.029
5
79001826.406
74720861.838
24
3113369.243
469729993.867
29
F 25.375
Sig. .000
a. Predictors: (Constant), Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor, Neraca_Pembayaran, Inflasi, Cadangan_Devisa, Suku_Bunga b. Dependent Variable: Kurs
Sumber : data BI dan BPS, diolah 2016 Berdasarkan output di atas, diperoleh F hitung sebesar 25,375 dengan probabilitas sebesar 0,000. Hasil F hitung tersebut kemudian dibandingkan dengan F tabel dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05, sehingga diperoleh F tabel sebesar 2,62. Jadi, F hitung (25,375) > F tabel (2,62) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel cadangan devisa, suku bunga, inflasi, neraca pembayaran, dan rasio ekspor terhadap impor memiliki hubungan yang linier dengan variabel kurs rupiah. 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Pengujian
Multikolinieritas
menggunakan
program
SPSS
dengan
menggunakan analisa collinearity statistics. Berdasarkan hasil analisis yang digunakan, jika nilai variance inflation factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance mendekati 1, maka model dapat dikatakan terbebas dari
a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
multikolinieritas. Hasil pengujian multikolinieritas dapat dilihat pada output di bawah ini:
Tabel IV.4 Hasil Pengujian Multikolinieritas Coefficients
a
Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) Cadangan_Devisa
.382
2.618
Suku_Bunga
.161
6.228
Inflasi
.230
4.344
Neraca_Pembayaran
.764
1.309
Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor
.788
1.269
a. Dependent Variable: Kurs
Sumber : data BI dan BPS, diolah 2016 Berdasarkan hasil collinearity statistics di atas, terlihat bahwa variabel cadangan devisa (X1) memiliki nilai tolerance sebesar 0,382 dan nilai variance inflation factor (VIF) sebesar 2,618. Karena nilai VIF untuk variabel cadangan devisa di bawah 10 dan nilai tolerance mendekati angka 1, maka dapat disimpulkan bahwa variabel cadangan devisa tidak mempunyai persoalan dengan variabel bebas lainnya atau dengan kata lain tidak terjadi multikolinieritas. Untuk variabel suku bunga (X2), terlihat bahwa nilai tolerance sebesar 0,161 dan nilai variance inflation factor (VIF) sebesar 6,228. Karena nilai VIF untuk variabel suku bunga tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
mendekati angka 1, maka dapat disimpulkan bahwa variabel suku bunga tidak mempunyai persoalan dengan variabel bebas lainnya atau dengan kata lain tidak terjadi multikolinieritas. Variabel inflasi (X3) memiliki nilai tolerance sebesar 0,230 dan nilai variance inflation factor (VIF) sebesar 4,344. Karena nilai VIF untuk variabel inflasi tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance mendekati angka 1, maka dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi tidak mempunyai persoalan dengan variabel bebas lainnya atau dengan kata lain tidak terjadi multikolinieritas. Variabel neraca pembayaran (X4) memiliki nilai tolerance sebesar 0,764 dan nilai variance inflation factor (VIF) sebesar 1,309. Karena nilai VIF untuk variabel neraca pembayaran tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance mendekati angka 1, maka dapat disimpulkan bahwa variabel neraca pembayaran tidak mempunyai persoalan dengan variabel bebas lainnya atau dengan kata lain tidak terjadi multikolinieritas. Selanjutnya untuk variabel rasio ekspor terhadap impor (X5) memiliki nilai tolerance sebesar 0,788 dan nilai variance inflation factor (VIF) sebesar 1,269. Karena nilai VIF untuk variabel rasio ekspor terhadap impor tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance mendekati angka 1 , maka dapat disimpulkan bahwa variabel rasio ekspor terhadap impor tidak mempunyai persoalan dengan variabel bebas lainnya atau dengan kata lain tidak terjadi multikolinieritas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
b. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas, digunakan Uji Glejser dengan cara meregresikan nilai absolut residual terhadap variabel independen. Jika nilai signifikansi antara variabel independen dengan nilai absolutnya > 0,05, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil output untuk pengujian heteroskedastisitas sebagai berikut:
Tabel IV.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas a
Coefficients
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
1802.719
1222.120
.003
.007
-58.451
Beta
T
Sig.
1.475
.153
.152
.508
.616
58.193
-.463
-1.004
.325
14.780
24.485
.232
.604
.552
-.048
.024
-.413
-1.953
.063
147.636
587.408
.052
.251
.804
Cadangan_Devisa Suku_Bunga Inflasi Neraca_Pembayaran Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor
Std. Error
Coefficients
a. Dependent Variable: ABS
Sumber : data BI dan BPS, diolah 2016 Berdasarkan output di atas, terlihat bahwa nilai signifikansi dari variabel cadangan devisa sebesar 0,616. Nilai signifikansi dari variabel suku bunga sebesar 0,325. Nilai signifikansi dari variabel inflasi sebesar 0,552. Nilai signifikansi dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
variabel neraca pembayaran sebesar 0,063 dan nilai signifikansi dari variabel rasio ekspor terhadap impor sebesar 0,804. Kelima variabel di atas memiliki nilai signifikansi di atas 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. c. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji statistik yang digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah Run Test, dengan kriteria: jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) di atas 0,05, maka tidak terdapat masalah autokorelasi. Hasil pengujian autokorelasi dapat dilihat pada output di bawah ini: Tabel IV.6 Hasil Uji Autokorelasi Runs Test Unstandardized Residual Test Value
a
291.06612
Cases < Test Value
15
Cases >= Test Value
15
Total Cases
30
Number of Runs
12
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Median
Sumber : data BI dan BPS, diolah 2016
-1.301 .193
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
Berdasarkan output di atas, terlihat bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,193 dan lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak mengalami masalah autokorelasi. 3. Pengujian Hipotesis a. Uji Hipotesis Simultan Uji hipotesis simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel
independen
secara
bersama-sama
atau
simultan
mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, juga digunakan untuk mengetahui ketepatan model regresi yang dipilih. Hasil pengujian hipotesis simultan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel IV.7 Pengujian Hipotesis Simultan b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
Df
Mean Square
395009132.029
5
79001826.406
74720861.838
24
3113369.243
469729993.867
29
F 25.375
Sig. .000
a. Predictors: (Constant), Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor, Neraca_Pembayaran, Inflasi, Cadangan_Devisa, Suku_Bunga b. Dependent Variable: Kurs
Sumber : data BI dan BPS, diolah 2016 Berdasarkan hasil output di atas, diperoleh nilai Fhitung sebesar 25,375 dengan Ftabel sebesar 2,62. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis, apabila Fhitung lebih kecil daripada Ftabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Sebaliknya, jika Fhitung
a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
lebih besar daripada Ftabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dari hasil pengujian hipotesis di atas, diperoleh nilai Fhitung lebih besar daripada Ftabel (25,375 > 2,62), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa cadangan devisa, suku bunga, inflasi, neraca pembayaran, dan rasio ekspor terhadap impor secara bersama-sama dapat menjadi prediktor kurs rupiah. Dengan kata lain, model regresi yang digunakan dalam penelitian ini sudah tepat. b. Uji Hipotesis Parsial Uji hipotesis parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil pengujian hipotesis parsial dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel IV.8 Hasil Regresi Berganda a
Coefficients
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) Cadangan_Devisa Suku_Bunga Inflasi Neraca_Pembayaran Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor
a. Dependent Variable: Kurs
Sumber : data BI dan BPS, diolah 2016
Std. Error
-4114.804
2599.783
.102
.015
-168.683
Coefficients Beta
T
Sig.
-1.583
.127
.920
6.984
.000
123.793
-.277
-1.363
.186
79.933
52.085
.260
1.535
.138
-.117
.052
-.210
-2.256
.033
6182.456
1249.578
.454
4.948
.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
Karakteristik data kurs rupiah dalam penelitian ini menunjukkan situasi terdepresiasi justru ketika angkanya semakin meningkat dan sebaliknya, data kurs rupiah terapresiasi ketika angkanya menurun. Oleh karena itu, hasil output dari model regresi berganda dituliskan dalam posisi tanda yang dibalik. Dengan demikian, hasil persamaan regresi berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berkut: Y = 4114,804 - 0,102 X1 + 0,117 X4 - 6182,456 X5
Keterangan: Y = Kurs Rupiah X1 = Cadangan Devisa X4 = Neraca Pembayaran X5 = Rasio Ekspor Terhadap Impor Adapun penjelasan hasil regresi dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut: 1. Cadangan Devisa Pengujian Hipotesis dalam variabel cadangan devisa adalah sebagai berikut: H0 : Cadangan devisa tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Ha : Cadangan devisa berpengaruh positif dan signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
Cadangan devisa memiliki koefisien beta sebesar -0,102, artinya jika cadangan devisa naik satu satuan, maka nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat akan terdepresiasi sebesar 0,102 satuan. Artinya, nilai rupiah melemah. Untuk mengetahui apakah variabel cadangan devisa berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah, dapat dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi variabel cadangan devisa dengan taraf signifikansi 5% (0,05). Nilai signifikansi variabel cadangan devisa sebesar 0,000, berada di bawah 0.05. Karena Sig. < 0,05 (0,000 < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa cadangan devisa berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. 2. Suku Bunga Pengujian Hipotesis dalam variabel suku bunga adalah sebagai berikut: H0 : Suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Ha : Suku bunga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Pada kolom signifikansi menunjukkan bahwa suku bunga memiliki nilai signifikansi 0,186 dan berada di atas 0,05. Karena Sig. > 0,05 (0,186 > 0,05), maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah periode 19862015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
3. Inflasi Pengujian Hipotesis dalam variabel inflasi adalah sebagai berikut: H0 : Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah periode 19862015. Ha : Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Pada kolom signifikansi menunjukkan bahwa inflasi memiliki nilai signifikansi 0,138 dan berada di atas 0,05. Karena Sig. > 0,05 (0,138 > 0,05), maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. 4. Neraca Pembayaran Pengujian Hipotesis dalam variabel neraca pembayaran adalah sebagai berikut: H0 : Neraca pembayaran tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Ha : Neraca pembayaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Neraca pembayaran memiliki koefisien beta sebesar 0,117, artinya jika neraca pembayaran naik satu satuan, maka nilai tukar rupiah akan terapresiasi sebesar 0,117 satuan. Artinya, nilai rupiah menguat. Pada kolom signifikansi menunjukkan bahwa neraca pembayaran memiliki nilai signifikansi 0,033 dan berada di bawah 0,05. Karena Sig. < 0,05 (0,033 < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
disimpulkan bahwa neraca pembayaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. 5. Rasio Ekspor Terhadap Impor H0 : Rasio ekspor terhadap impor tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Ha : Rasio ekspor terhadap impor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Rasio ekspor terhadap impor memiliki koefisien beta sebesar -6182,456, artinya jika rasio ekspor terhadap impor naik satu satuan, maka nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat akan terdepresiasi sebesar 6182,456 satuan. Artinya, nilai rupiah melemah. Pada kolom signifikansi menunjukkan bahwa rasio ekspor terhadap impor memiliki nilai signifikansi 0,000 dan berada di bawah 0,05. Karena Sig. < 0,05 (0,000 < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rasio ekspor terhadap impor berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. c. Koefisien Determinasi Koefisien Determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Hasil pengujian koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
Tabel IV.9 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi Model Summary
Model 1
R .917
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.841
.808
1764.474
a. Predictors: (Constant), Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor, Neraca_Pembayaran, Inflasi, Cadangan_Devisa, Suku_Bunga
Sumber : data BI dan BPS, diolah 2016 Hasil perhitungan koefisien determinasi dengan menggunakan SPSS menunjukkan bahwa nilai R square sebesar 0,841. Hal ini berarti bahwa cadangan devisa, suku bunga, inflasi, neraca pembayaran, dan rasio ekspor terhadap impor secara bersama-sama memiliki pengaruh sebesar 84,1% terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Sedangkan sisanya 15,9% dijelaskan oleh variabel lain, misalnya jumlah uang beredar dan pendapatan nasional. C. Pembahasan 1. Pengaruh Cadangan Devisa Terhadap Kurs Rupiah Periode 1986-2015 Hasil pengujian hipotesis pertama tentang pengaruh cadangan devisa terhadap kurs rupiah periode 1986-2015 menunjukkan bahwa cadangan devisa berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kurs rupiah. Berdasarkan uji hipotesis parsial yang dilakukan, diperoleh nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti cadangan devisa berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
Cadangan devisa merupakan simpanan mata uang asing yang dikelola oleh Bank Indonesia untuk memenuhi kewajiban keuangan karena adanya transaksi internasional (reserve currency). Persoalan yang dihadapi saat ini adalah bagaimana otoritas moneter bisa mengelola cadangan devisa dengan baik dan aman. Salah satu tujuan pengelolaan cadangan devisa adalah untuk memastikan ketersediaan kecukupan devisa untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Sesuai dengan konstitusi, Bank Indonesia mengelola cadangan devisa dan dalam pengelolaan cadangan devisa, Bank Indonesia melakukan berbagai jenis transaksi devisa. Banyaknya cadangan devisa yang dimiliki oleh Bank Indonesia tetapi tidak dapat membuat kurs menguat secara signifikan dikarenakan adanya mis manajemen pemerintah, artinya pemerintah punya banyak cadangan devisa, tetapi tidak bisa mengelola cadangan tersebut, sehingga kurs tidak menguat secara signifikan. Jika cadangan devisa yang dimiliki oleh Bank Indonesia lebih banyak digunakan hanya untuk membiayai transaksi internasional, dalam hal ini digunakan untuk pembiayaan impor dan melakukan pembayaran utang ke luar negeri, dan tidak banyak digunakan untuk meredam gejolak nilai tukar rupiah atau menstabilkan nilai tukar rupiah, maka kurs atau nilai tukar rupiah akan terdepresiasi atau melemah. Hal ini dikarenakan, banyaknya cadangan devisa yang dimiliki oleh Indonesia tidak dapat dikelola dengan baik dan aman, di mana cadangan devisa tersebut seharusnya digunakan untuk berbagai transaksi devisa, yang tidak hanya untuk keperluan pembiayaan impor dan pembayaran utang luar negeri,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
tetapi juga berbagai transaksi lainnya, salah satunya adalah menstabilkan nilai tukar rupiah, sehingga tidak hanya mampu membiayai kewajiban luar negeri, tetapi juga nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dapat menguat atau lebih stabil. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jika cadangan devisa yang dimiliki oleh Indonesia lebih banyak digunakan untuk pembayaran kewajiban luar negeri tanpa diimbangi dengan upaya untuk menstabilkan kurs rupiah, maka cadangan devisa yang banyak tersebut tidak dapat membuat kurs atau nilai tukar rupiah dapat terapresiasi atau menguat secara signifikan. Dengan kata lain, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat akan melemah. 2. Pengaruh Suku Bunga Terhadap Kurs Rupiah Periode 1986-2015 Hasil pengujian hipotesis kedua tentang pengaruh suku bunga terhadap kurs rupiah periode 1986-2015 menunjukkan bahwa suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah. Berdasarkan uji hipotesis parsial yang dilakukan, diperoleh nilai signifikansi 0,186 lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, H0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Suku bunga yang tinggi dapat digunakan sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan dan juga sebagai kontrol yang dilakukan oleh pemerintah melalui Bank Indonesia untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar. Akan tetapi, suku bunga yang tinggi tidak cocok bagi iklim usaha. Hal ini dikarenakan, hampir semua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
usaha di sektor riil tidak terlepas dari kredit perbankan, di mana para pengusaha tersebut membutuhkan dana tambahan untuk usahanya. Dengan demikian, suku bunga yang tinggi mengakibatkan pinjaman menjadi lebih mahal sehingga memperlambat perkembangan dunia usaha. Suku bunga yang tinggi juga dapat menjadi ancaman bagi perekonomian Indonesia, di mana pertumbuhan ekonomi menjadi tidak berkualitas, dikarenakan investasi dari sektor riil sangat rendah. Suku bunga yang tinggi tidak cukup menjadi daya tarik bagi investor asing, dikarenakan adanya berbagai faktor nonekonomi yang mempengaruhinya, diantaranya iklim usaha yang tidak kondusif, biaya yang harus dikeluarkan, biaya ijin, dan lain sebagainya. Dengan demikian, walaupun tingkat suku bunga tinggi tidak cukup menjadi daya tarik bagi investor asing untuk menginvestasikan dananya ke dalam negeri, sehingga suku bunga yang tinggi tidak menyebabkan kurs rupiah menguat atau terapresiasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Noor, 2011 yang berjudul pengaruh inflasi, suku bunga, dan jumlah uang beredar terhadap nilai tukar. Penelitian ini menganalisis pengaruh ketiga faktor ekonomi, yaitu inflasi, suku bunga, dan jumlah uang beredar terhadap perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika serta untuk mengetahui hubungan kausalitasnya. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, semua variabel bebas, yaitu suku bunga, inflasi, dan jumlah uang beredar tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
signifikan terhadap variabel tak bebas, dalam hal ini perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika secara parsial atau terpisah. 3. Pengaruh Inflasi Terhadap Kurs Rupiah Periode 1986-2015 Hasil pengujian hipotesis ketiga tentang pengaruh inflasi terhadap kurs rupiah periode 1986-2015 menunjukkan bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah. Berdasarkan uji hipotesis parsial yang dilakukan, diperoleh nilai signifikansi 0,138 lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, H0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Inflasi tidak selamanya membawa dampak yang buruk bagi perekonomian suatu negara. Jika inflasi yang terjadi dalam suatu negara tergolong dalam jenis inflasi ringan, di mana laju inflasinya tiap tahun di bawah 10%, justru dapat menggalang perkembangan ekonomi. Hal ini dikarenakan harga barang-barang lebih mudah mengalami kenaikan daripada tingkat upah. Keadaan seperti ini menyebabkan di dalam masa inflasi ringan tersebut, keuntungan para pengusaha menjadi bertambah besar karena penghasilannya bertambah lebih cepat dari kenaikan ongkos produksi. Dengan demikian, para pengusaha akan terdorong untuk meningkatkan kegiatan mereka dan lebih banyak melakukan penanaman modal. Langkah para pengusaha ini akan mengurangi pengangguran dan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Inflasi yang ringan juga mempunyai pengaruh yang positif untuk mendorong perekonomian berkembang lebih baik, dengan meningkatkan pendapatan nasional dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
membuat orang lebih bergairah untuk bekerja, menabung, maupun mengadakan investasi. Data inflasi Indonesia periode 1986-2015 menunjukkan bahwa 80% inflasi nasional berada dalam kategori inflasi ringan, sehingga orang tidak tertarik untuk membeli barang dari luar negeri. Kenaikan barang di dalam negeri tidak signifikan untuk membuat orang beralih mengimpor barang dalam negeri dari negara lain, sehingga nilai nilai tukar rupiah tidak melemah secara signifikan. Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015, dikarenakan saat inflasi yang melanda Indonesia tergolong dalam inflasi yang ringan, maka hal tersebut tidak berdampak buruk bagi kondisi perekonomian nasional tetapi berdampak positif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Noor, 2011 yang berjudul pengaruh inflasi, suku bunga, dan jumlah uang beredar terhadap nilai tukar. Penelitian ini menganalisis pengaruh ketiga faktor ekonomi, yaitu inflasi, suku bunga, dan jumlah uang beredar terhadap perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika serta untuk mengetahui hubungan kausalitasnya. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, semua variabel bebas, yaitu suku bunga, inflasi, dan jumlah uang beredar tidak signifikan terhadap variabel tak bebas, dalam hal ini perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika secara parsial atau terpisah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
4. Pengaruh Neraca Pembayaran Terhadap Kurs Rupiah Periode 19862015 Hasil pengujian hipotesis keempat tentang pengaruh neraca pembayaran terhadap kurs rupiah periode 1986-2015 menunjukkan bahwa neraca pembayaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kurs rupiah. Berdasarkan uji hipotesis parsial yang dilakukan, diperoleh nilai signifikansi 0,033 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti neraca pembayaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Neraca pembayaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015, dikarenakan neraca pembayaran yang surplus menggambarkan keadaan ekspor yang lebih besar daripada impor, sehingga jika lebih banyak ekspor daripada impor berarti lebih banyak valuta asing yang masuk dalam negeri, sehingga bertambahnya valuta asing di dalam negeri mengakibatkan nilai tukar rupiah akan terapresiasi atau menguat. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa neraca pembayaran yang surplus mencerminkan adanya aliran valuta asing yang masuk dalam perekonomian negara tersebut, baik melalui transaksi barang dan jasa maupun aset, sehingga menyebabkan bertambahnya valuta asing di negara tersebut dan mengakibatkan terjadinya apresiasi mata uang domestik terhadap mata uang asing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
5. Pengaruh Rasio Ekspor Terhadap Impor Terhadap Kurs Rupiah periode 1986-2015 Hasil pengujian hipotesis kelima tentang pengaruh rasio ekspor terhadap impor terhadap kurs rupiah periode 1986-2015 menunjukkan bahwa rasio ekspor terhadap impor berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kurs rupiah. Berdasarkan uji hipotesis parsial yang dilakukan, diperoleh nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti rasio ekspor terhadap impor berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Rasio ekspor terhadap impor berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015, di mana jika rasio ekspor terhadap impor meningkat, maka kurs akan melemah. Hal ini bertolak belakang atau tidak sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa jika ekspor meningkat lebih cepat daripada impor, maka kurs akan menguat dikarenakan ekspor menyebabkan permintaan mata uang rupiah meningkat sehingga kurs rupiah akan menguat. Peningkatan ekspor tidak membuat kurs menguat secara signifikan atau dengan kata lain kurs akan terdepresiasi atau melemah, dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, diantaranya tingginya nilai ekspor juga diikuti dengan tingginya nilai impor. Selain itu, ekspor yang banyak dilakukan oleh Indonesia merupakan ekspor barang mentah dan bukan dalam bentuk ekspor barang jadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
Tingginya nilai ekspor yang juga diikuti dengan tingginya nilai impor menyebabkan kurs tidak menguat secara signifikan atau dengan kata lain nilai tukar rupiah akan terdepresiasi atau melemah. Peningkatan ekspor menyebabkan permintaan akan mata uang rupiah juga meningkat. Akan tetapi, jika peningkatan ekspor tersebut juga diikuti dengan peningkatan impor menyebabkan permintaan akan mata uang asing juga tinggi, sehingga kurs rupiah akan melemah. Ekspor barang atau komoditas yang dilakukan oleh Indonesia lebih banyak pada ekspor barang mentah dan bukan barang jadi, di mana barang mentah tersebut memiliki nilai yang lebih rendah atau tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan ekspor barang jadi, sehingga peningkatan ekspor tersebut tidak membuat kurs rupiah menguat secara signifikan. Sedangkan di satu sisi, Indonesia banyak melakukan impor barang jadi, di mana barang jadi tersebut memiliki nilai yang tinggi dibandingkan barang mentah. Sehingga walaupun ekspor Indonesia meningkat, kurs rupiah akan melemah, di mana nilai ekspor barang mentah yang dilakukan oleh Indonesia tersebut tidak sebanding dengan tingginya nilai impor barang jadi yang dilakukan oleh Indonesia, sehingga kurs rupiah akan melemah. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa peningkatan ekspor tidak membuat kurs atau nilai tukar rupiah akan menguat secara signifikan, jika peningkatan ekspor tersebut juga diikuti dengan peningkatan impor yang dilakukan oleh Indonesia dan jika barang yang di ekspor tersebut berupa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
barang mentah dan bukan barang jadi, di mana barang tersebut memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan barang jadi. 6. Pengaruh Cadangan Devisa, Suku Bunga, Inflasi, Neraca Pembayaran, dan Rasio Ekspor Terhadap Impor Terhadap Kurs Rupiah Periode 1986-2015 Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang dilakukan pada kelima variabel, yaitu cadangan devisa, suku bunga, inflasi, neraca pembayaran, dan rasio ekspor terhadap impor periode 1986-2015 menunjukkan bahwa cadangan devisa, neraca pembayaran, dan rasio ekspor terhadap impor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Sedangkan suku bunga dan inflasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Hal tersebut didukung oleh hasil perhitungan F hitung sebsar 25,375 dan F tabel sebesar 2,62. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis, apabila F hitung lebih besar daripada F tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sebaliknya, jika F hitung lebih kecil daripada F tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, terlihat bahwa F hitung lebih besar dari F tabel (25,375 > 2,62). Dengan demikian, H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa cadangan devisa, suku bunga, inflasi, neraca pembayaran, dan rasio ekspor terhadap impor secara bersamasama berpengaruh terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Walaupun, variabel suku bunga dan inflasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada BAB IV, maka kesimpulan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Cadangan Devisa berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Hal tersebut terlihat dari koefisien beta -0,102 dan signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini dikarenakan adanya ketidakmampuan pemerintah dalam mengelola cadangan devisa. Jika cadangan devisa yang dimiliki oleh Indonesia lebih banyak digunakan untuk pembayaran kewajiban luar negeri tanpa diimbangi dengan upaya untuk menstabilkan kurs rupiah, maka cadangan devisa yang banyak tersebut tidak dapat membuat kurs atau nilai tukar rupiah dapat terapresiasi atau menguat secara signifikan. Dengan kata lain, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat akan melemah. 2. Suku Bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Hal tersebut terlihat dari nilai signifikansi 0,186 > 0,05. Suku bunga yang tinggi tidak cukup menjadi daya tarik bagi investor asing, dikarenakan adanya berbagai faktor nonekonomi yang mempengaruhinya, diantaranya iklim usaha yang tidak kondusif, biaya yang harus dikeluarkan, biaya ijin, dan lain sebagainya. Dengan demikian, walaupun tingkat suku bunga tinggi tidak cukup menjadi daya tarik bagi investor asing untuk 101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
menginvestasikan dananya ke dalam negeri, sehingga suku bunga yang tinggi tidak menyebabkan kurs rupiah menguat atau terapresiasi. Suku bunga yang tinggi juga tidak cocok bagi iklim usaha. Tingginya suku bunga mengakibatkan pinjaman menjadi lebih mahal sehingga memperlambat perkembangan usaha. Suku bunga yang tinggi dapat menjadi ancaman bagi perekonomian Indonesia, di mana pertumbuhan ekonomi menjadi tidak berkualitas dikarenakan investasi dari sektor riil sangat rendah. 3. Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah periode 19862015. Hal tersebut terlihat dari nilai signifikansi 0,138 > 0,05. Hal ini dikarenakan inflasi yang ringan justru dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Pengusaha akan terdorong untuk meningkatkan kegiatan produksi dan lebih banyak melakukan penanaman modal, dikarenakan barang-barang lebih mudah mengalami kenaikan daripada tingkat upah sehingga keuntungan para pengusaha menjadi bertambah besar. Selain itu, inflasi yang rendah dapat meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang lebih bergairah untuk bekerja, menabung maupun mengadakan investasi. Inflasi yang ringan tidak membuat orang tertarik untuk membeli barang dari luar negeri. Kenaikan barang di dalam negeri tidak signifikan untuk membuat orang beralih mengimpor barang dalam negeri dari negara lain, sehingga nilai nilai tukar rupiah tidak melemah secara signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
4. Neraca Pembayaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Hal tersebut terlihat dari koefisien beta 0,117 dan signifikansi 0,033 < 0,05. Karena neraca pembayaran yang surplus mencerminkan adanya aliran valuta asing yang masuk dalam perekonomian negara tersebut, baik melalui transaksi barang dan jasa maupun aset, sehingga menyebabkan bertambahnya valuta asing di negara tersebut dan mengakibatkan terjadinya apresiasi mata uang domestik terhadap mata uang asing. 5. Rasio Ekspor Terhadap Impor berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Hal tersebut terlihat dari koefisien beta 6182,456 dan signifikansi 0,000 < 0,05. Karena ada berbagai faktor yang mempengaruhinya, diantaranya tingginya nilai ekspor juga diikuti dengan tingginya nilai impor. Selain itu, ekspor yang banyak dilakukan oleh Indonesia merupakan ekspor barang mentah dan bukan dalam bentuk ekspor barang jadi.
B. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah data neraca pembayaran tahun 2015 yang digunakan adalah data sementara. Hal ini dikarenakan, pada saat peneliti melakukan penelitian, buku Statistika Ekonomi Keuangan Indonesia untuk tahun 2016 belum diterbitkan oleh Bank Indonesia dan hanya terbatas pada buku Statistika Ekonomi Keuangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
Indonesia tahun 2015, sedangkan pada buku tersebut data neraca pembayaran tahun 2015 yang dicantumkan masih data sementara. C. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Faktor-faktor ekonomi seperti cadangan devisa, neraca pembayaran, dan rasio ekspor terhadap impor dapat dijadikan parameter bagi Bank Indonesia sebagi Bank Sentral pemegang otoritas moneter untuk menentukan kebijakan yang tepat untuk menstabilkan kurs rupiah. Karena dalam penelitian ini ketiga variabel tersebut menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap kurs rupiah. 2. Pemerintah dapat mengendalikan nilai tukar rupiah yang terdepresiasi melalui peningkatan cadangan devisa, surplus neraca pembayaran, peningkatan nilai ekspor dan penekanan nilai impor. 3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan untuk dapat menambah variabel ekonomi lainnya yang dapat menjelaskan pengaruh variabel tersebut terhadap kurs rupiah, sehingga dapat membantu pemerintah, terutama Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dalam pengambilan kebijakan terkait penstabilan nilai tukar rupiah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
DAFTAR PUSTAKA
Algifari. 2011. Analisis Regresi: Teori, Kasus, dan Solusi. Edisi Dua. Yogyakarta: BPFE . Apridar. 2009. Ekonomi Internasional: Sejarah, Teori, Konsep, dan Permasalahan dalam Aplikasinya. Yogyakarta: Graha Ilmu. Badan Pusat Statistik. 2014 Basri, Faisal. 2010. Dasar-Dasar Ekonomi Internasional. Edisi Pertama Cetakan Kedua. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga. Gandhi, Virgoana, Dyah. “Pengelolaan Cadangan Devisa Di Bank Indonesia”. Di unduh pada tanggal 1 Maret 2016. Tersedia: http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/bi-danpublik/kebanksentralan/Documents/17.PengelolaanCadangan Devisa di bank Indonesia.pdf Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gilarso. 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Edisi Revisi. Yogyakarta: Kanisius. Goeltom, Miranda S & Zulferdi, Doddy. 1998. “Manajemen Nilai Tukar Di Indonesia Dan Permasalahannya". Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan. September 1998. Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Kasmadi & Sunariah, Siti, Nia. 2013 Panduan Modern Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta. Krugman, Aul & Obstfeld, Laurice. 2005. Ekonomi Internasional: Teori Dan KebijakanI. Edisi Kelima Jilid Kedua. PT Indeks Kelompok Gramedia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
Kuncoro, Mudrajad. 2001. Manajemen Keuangan Internasional:Pengantar Ekonomi Dan Bisnis Global. Yogyakarta: BPFE. Levi, Maurice D. 1996. Keuangan Internasional. Yogyakarta: Andi Offset. Lipsey, Richard G., Purvis, Douglas D & Steiner, Peter O. 1990. Pengantar Makroekonomi. Jakarta: Erlangga. Lipsey, Richard G., Courant, Paul N., Purvis, Douglas D & Steiner, Peter O. 1995. Pengantar Makroekonomi. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Binarupa Aksara. Madura, Jeff. 1993. Financial Management. Florida University Express. Madura, Jeff. 1997. Manajemen Keuanagan Internasional. Jilid satu Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga. Martin. 2013. “6 faktor yang mempengaruhi nilai tukar mata uang”. Di unduh pada tanggal 29 Juli 2016. Tersedia: http://www.seputarforex.com/artikel/forex/lihat.php?id=133671& Muchlas, Zainul dan Alamsyah, Rahman, Agus. 2015. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pasca Krisis (2000-2010)”. Jurnal JIBEKA. Vol.9 No.1 Februari 2015. Murdayanti, Yunika. 2012. “Pengaruh Gross Domestic Product , Inflasi, Suku Bunga, Money Supply, Current Account, dan Capital Account Terhadap Nilai Kurs rupiah Indonesia-Dollar Amerika”. Econosains. Vol.X No.1. Maret 2012. Nopirin. 1999. Ekonomi Internasional. Yogyakarta: BPFE Noor, Zulkifli, Zulki. 2011. “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Nilai Tukar”. Trikonomika. Vol.10 No.2. Desember 2011. Nugroho, Agung, Bhuono. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS. Yogyakarta: Andi Offset. Nugroho, Anton, yohanes. 2011. It’s Easy Olah Data Dengan SPSS. Yogyakarta: Skripta Media Creative.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
Oktavia, Laksmi, Adek., Sentosa, Ulfa Sri dan Aimon Hasdi. 2013. “Analisis Kurs dan Money supply Di Indonesia”. Jurnal Kajian Ekonomi. Vol.1 No.02. Januari 2013. Perdana, Putra, Dio., Yaningwati, Fransisca dan Saifi, Muhammad. “Pengaruh Pelemahan Nilai Tukar Mata Uang Lokal (IDR) Terhadap Nilai Ekspor”. Jurnal Administrasi Bisnis. Vol.17 No.2. Desember 2014. Purnomo, Serfianto D., Serfiyani, Yustisia, Cita & Hariyani, Iswi. 2013. Pasar Uang & Pasar Valas. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Purwanto, Didik. “2012, Cadangan Devisa RI 112,78 Dollar AS”. Di unduh pada tanggal 18 April 2016. Tersedia: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/01/10/1754464/2012.C adangan.Devisa.RI.112.78.Dollar.AS Puspitaningrum, Roshinta., Suhadak dan Zahroh. 2014. “Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan pertumbuhan Ekonomi Terhadap Nilai Tukar Rupiah Studi Pada Bank Indonesia Periode Tahun 2003-2012”. Jurnal Administrasi Bisnis. Vol.8 No.1. Februari 2014. Rahayu, Nina & Ahniar, Farida, Nur. “BI Rate 5,75% Terendah Sepanjang Sejarah”. Di unduh pada tanggal 18 April 2016. Tersedia: http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/286919-bi-rate-5-75-terendah-sepanjang-sejarah Salvatore, Dominick. 1994. Ekonomi Internasional. Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga. Samuelson, Paul A. & Nordhaus, William D. 1994. Makroekonomi. Edisi Keempatbelas. Jakarta: Erlangga. Santoso, Singgih. 2010. Statistik Parametrik:Konsep Dan Aplikasi Dengan SPSS. Jakarta: Elex Media Komputindo. Siregar, Syofian. 2013. Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan Perhitungan Manual Dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta: PT Bumi Aksara. Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia. Bank Indonesia. Berbagai Edisi Situmeang, Chandra. 2010. Manajemen Keuangan Internasional. Bandung: Citapustaka Media Perintis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sukirno, Sadono. 1981. Pengantar Teori Makroekonomi. Bina Grafika. Sukirno, Sadono. 2005. Makroekonomi Modern. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sukirno, Sadono. 2013. Makroekonomi Teori pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Sunjoyo., et al. 2013. Aplikasi SPSS Untuk Smart Riset: Program IBM SPSS 21.0. Bandung: Alfabeta. Syafputri, Ella. “Ekspor Merosot, Impor Membengkak Tahun 2012”. Di unduh pada tanggal 18 April 2016. Tersedia: http://www.antaranews.com/berita/356127/ekspor-merosot-impormembengkak-tahun-2012 Triyono. 2008. “Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika”. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol.9 No.2. Desember 2008. UU No. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan. Di unduh pada tanggal 1 Maret 2016. Tersedia: http://peraturan.bcperak.net/undang-undang-nomor-17-tahun-2006 UU No.23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia. Di unduh pada tanggal 1 Maret 2016. Tersedia: http://lps.go.id/uu_23_1999 Werang, Redan, Basilius. 2015. Pendekatan Kuantitatif Dalam Penelitian Sosial. Yogyakarta: Calpulis. Wibowo, Tri dan Amir, Hidayat. 2005. ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah”. Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan Departemen Keuangan. Vol.9 No.4. Desember 2005. Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika: Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
DATA PENELITIAN Tahun
Kurs Rupiah
Cadangan Devisa
Suku Bunga
Inflasi
Neraca Pembayaran
1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1.641 1.650 1.729 1.795 1.901 1.992 2.062 2.110 2.200 2.308 2.383 4.650 8.025 7.100 9.595 10.400 8.940 8.465 9.290 9.830 9.020 9.419 10.950 9.400 8.991 9.068 9.670 12.189 12.440 13.795
5.302,0 6.512,3 6.191,0 6.561,9 8.661,3 9.867,7 11.610,9 12.352,2 13.157,9 14.674 19.125 17.427 23.762 27.054 29.394 28.015,80 32.037,04 36.295,71 36.320,48 34.723,69 42.586,00 56.920,00 51.639,00 66.105,00 96.207 110.123 112.781 99.387 111.862 100.240
14,75 15,02 15,25 11,33 22,39 18,70 13,17 9,50 14,38 14,75 12,88 20,00 38,44 12,51 14,53 17,62 12,93 8,31 5,92 12,75 9,75 8,00 9,25 6,50 6,50 6,00 5,75 7,50 7,75 7,50
8.83 8.90 5.47 5.97 9.53 9.52 4.94 9.77 9.24 8.64 6.47 11.05 77.63 2.01 9.35 12.55 10.03 5.06 6.40 17.11 6.60 6.59 11.06 2.78 6.96 3.80 4.30 8.40 8.40 6.80
266 1.383 820 1.810 1.506 1.437 3.349 3.664 1048 3829 3188 -2459 222 1213 1219 -2092 6.720 7.157 3.415 623 13.885 14.083 -1.706 15.483 31.670 15.321 491 4.356 3.663 -2.857
Rasio Eksor Terhadap Impor 1,38 1,39 1,45 1,35 1,18 1,13 1,25 1,30 1,25 1,12 1,16 1,28 1,79 2,03 1,85 1,82 1,83 1,88 1,54 1,48 1,65 1,53 1,06 1,20 1,16 1,15 1,00 1,03 1,06 1,13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
HASIL UJI PRASYARAT REGRESI
UJI NORMALITAS DAN LINIERITAS Variables Entered/Removed
b
Variables Model 1
Variables Entered
Removed
Method
Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor, Neraca_Pembayaran, Inflasi,
. Enter
Cadangan_Devisa, Suku_Bunga
a
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Kurs b
Model Summary
Model
R
1
.917
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.841
.808
1764.474
a. Predictors: (Constant), Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor, Neraca_Pembayaran, Inflasi, Cadangan_Devisa, Suku_Bunga b. Dependent Variable: Kurs b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
df
Mean Square
395009132.029
5
79001826.406
74720861.838
24
3113369.243
469729993.867
29
F 25.375
a. Predictors: (Constant), Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor, Neraca_Pembayaran, Inflasi, Cadangan_Devisa, Suku_Bunga b. Dependent Variable: Kurs
Sig. .000
a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Inflasi
Beta
2599.783
.102
.015
-168.683
t
.127
.920
6.984
.000
123.793
-.277
-1.363
.186
79.933
52.085
.260
1.535
.138
-.117
.052
-.210
-2.256
.033
6182.456
1249.578
.454
4.948
.000
a. Dependent Variable: Kurs
Residuals Statistics Minimum Predicted Value
Maximum
a
Mean
Std. Deviation
N
875.51
12929.59
6766.93
3690.665
30
-3259.588
3701.145
.000
1605.173
30
Std. Predicted Value
-1.596
1.670
.000
1.000
30
Std. Residual
-1.847
2.098
.000
.910
30
Residual
a.
Dependent Variable: Kurs One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual
N Normal Parameters
30 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 1605.17333727
Absolute
.119
Positive
.085
Negative
-.119
Kolmogorov-Smirnov Z
.652
Asymp. Sig. (2-tailed)
.789
a. Test distribution is Normal.
Sig.
-1.583
Neraca_Pembayaran Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor
Std. Error
-4114.804
Cadangan_Devisa Suku_Bunga
Coefficients
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
HASIL UJI ASUMSI KLASIK 1. UJI MULTIKOLINIERITAS Variables Entered/Removed
b
Variables Model 1
Variables Entered
Removed
Method
Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor, Neraca_Pembayaran, Inflasi,
. Enter
Cadangan_Devisa, Suku_Bunga
a
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Kurs
b
Model Summary
Model
R
1
.917
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.841
.808
1764.474
a. Predictors: (Constant), Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor, Neraca_Pembayaran, Inflasi, Cadangan_Devisa, Suku_Bunga b. Dependent Variable: Kurs
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
df
Mean Square
395009132.029
5
79001826.406
74720861.838
24
3113369.243
469729993.867
29
F 25.375
a. Predictors: (Constant), Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor, Neraca_Pembayaran, Inflasi, Cadangan_Devisa, Suku_Bunga b. Dependent Variable: Kurs
Sig. .000
a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1(Constant) Cadangan_Devisa Suku_Bunga Inflasi Neraca_Pembayaran Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor a. Dependent Variable: Kurs
B
Std. Error
-4114.804
2599.783
.102
.015
-168.683
Coefficients Beta
Collinearity Statistics T
Sig.
Tolerance
VIF
-1.583
.127
.920
6.984
.000
.382
2.618
123.793
-.277
-1.363
.186
.161
6.228
79.933
52.085
.260
1.535
.138
.230
4.344
-.117
.052
-.210
-2.256
.033
.764
1.309
6182.456
1249.578
.454
4.948
.000
.788
1.269
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
2. UJI HETEROSKEDASTISITAS
Variables Entered/Removed
b
Variables Model 1
Variables Entered
Removed
Method
Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor, Neraca_Pembayaran, Inflasi,
. Enter
Cadangan_Devisa, Suku_Bunga
a
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: ABS b
Model Summary
Model
R
1
.425
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.181
.010
829.45335
a. Predictors: (Constant), Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor, Neraca_Pembayaran, Inflasi, Cadangan_Devisa, Suku_Bunga b. Dependent Variable: ABS b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
3640109.952
5
728021.990
Residual
16511828.552
24
687992.856
Total
20151938.504
29
F 1.058
a. Predictors: (Constant), Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor, Neraca_Pembayaran, Inflasi, Cadangan_Devisa, Suku_Bunga b. Dependent Variable: ABS
Sig. .408
a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) Cadangan_Devisa Suku_Bunga Inflasi Neraca_Pembayaran Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor
Std. Error
Coefficients Beta
1802.719
1222.120
.003
.007
-58.451
t
Sig.
1.475
.153
.152
.508
.616
58.193
-.463
-1.004
.325
14.780
24.485
.232
.604
.552
-.048
.024
-.413
-1.953
.063
147.636
587.408
.052
.251
.804
a. Dependent Variable: ABS
Residuals Statistics Minimum Predicted Value
Maximum
a
Mean
Std. Deviation
N
521.5713
2118.7588
1348.6898
354.28948
30
-1462.04114
1857.03162
.00000
754.56835
30
Std. Predicted Value
-2.335
2.174
.000
1.000
30
Std. Residual
-1.763
2.239
.000
.910
30
Residual
a. Dependent Variable: ABS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
3. UJI AUTOKORELASI Variables Entered/Removed
b
Variables Model 1
Variables Entered
Removed
Method
Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor, Neraca_Pembayaran, Inflasi,
. Enter
Cadangan_Devisa, Suku_Bunga
a
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Kurs b
Model Summary
Model
R
1
.917
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.841
.808
1764.474
a. Predictors: (Constant), Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor, Neraca_Pembayaran, Inflasi, Cadangan_Devisa, Suku_Bunga b. Dependent Variable: Kurs b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
df
Mean Square
395009132.029
5
79001826.406
74720861.838
24
3113369.243
469729993.867
29
F 25.375
a. Predictors: (Constant), Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor, Neraca_Pembayaran, Inflasi, Cadangan_Devisa, Suku_Bunga b. Dependent Variable: Kurs
Sig. .000
a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
-4114.804
2599.783
.102
.015
-168.683
Inflasi Neraca_Pembayaran Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor
Beta
t
.127
.920
6.984
.000
123.793
-.277
-1.363
.186
79.933
52.085
.260
1.535
.138
-.117
.052
-.210
-2.256
.033
6182.456
1249.578
.454
4.948
.000
a. Dependent Variable: Kurs
Residuals Statistics Minimum Predicted Value
Maximum
a
Mean
Std. Deviation
N
875.51
12929.59
6766.93
3690.665
30
-3259.588
3701.145
.000
1605.173
30
Std. Predicted Value
-1.596
1.670
.000
1.000
30
Std. Residual
-1.847
2.098
.000
.910
30
Residual
a. Dependent Variable: Kurs
Runs Test Unstandardized Residual Test Value
a
291.06612
Cases < Test Value
15
Cases >= Test Value
15
Total Cases
30
Number of Runs
12
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Median
Sig.
-1.583
Cadangan_Devisa Suku_Bunga
Coefficients
-1.301 .193
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
PENGUJIAN HIPOTESIS 1. UJI HIPOTESIS SIMULTAN Variables Entered/Removed
b
Variables Model 1
Variables Entered
Removed
Method
Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor, Neraca_Pembayaran, Inflasi,
. Enter
Cadangan_Devisa, Suku_Bunga
a
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Kurs b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
df
Mean Square
395009132.029
5
79001826.406
74720861.838
24
3113369.243
469729993.867
29
F 25.375
a. Predictors: (Constant), Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor, Neraca_Pembayaran, Inflasi, Cadangan_Devisa, Suku_Bunga b. Dependent Variable: Kurs
Sig. .000
a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
2. UJI HIPOTESIS PARSIAL Variables Entered/Removed
b
Variables Model 1
Variables Entered
Removed
Method
Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor, Neraca_Pembayaran, Inflasi,
. Enter
Cadangan_Devisa, Suku_Bunga
a
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Kurs Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) Cadangan_Devisa Suku_Bunga Inflasi Neraca_Pembayaran Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor
a. Dependent Variable: Kurs
Std. Error
-4114.804
2599.783
.102
.015
-168.683
Coefficients Beta
t
Sig.
-1.583
.127
.920
6.984
.000
123.793
-.277
-1.363
.186
79.933
52.085
.260
1.535
.138
-.117
.052
-.210
-2.256
.033
6182.456
1249.578
.454
4.948
.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
3. KOEFISIEN DETERMINASI Variables Entered/Removed
b
Variables Model 1
Variables Entered
Removed
Method
Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor, Neraca_Pembayaran, Inflasi,
. Enter
Cadangan_Devisa, Suku_Bunga
a
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Kurs Model Summary
Model 1
R .917
R Square a
.841
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .808
a. Predictors: (Constant), Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor, Neraca_Pembayaran, Inflasi, Cadangan_Devisa, Suku_Bunga
1764.474