ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR RUPIAH PERIODE TRIWULAN I 2009 – TRIWULAN IV 2014
RIZAL AKMALUDIN Tasikmalaya
[email protected] Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi 24 Tasikmalaya, Jawa Barat Indonesia (0265)330634
ABSTRAK Hampir semua Negara menganut perekonomian terbuka, yaitu membuka diri terhadap sistem perdagangan dan sistem keuangan internasional. Kompleksitas sistem pembayarannya pun menjadi semakin tinggi akibat adanya globalisasi perekonomian. Nilai tukar merupakan salah satu variabel utama dalam perekonomian terbuka, mengingat pembayarannya menggunakan valuta asing. Fenomena yang terjadi di Indonesia, nilai tukar begitu mudah untuk berfluktuasi dari periode ke periode dalam waktu yang singkat. Konsekuensinya perusahaan-perusahaan multinasional akan menghadapi kecemasan depresiasi atau apresiasi karena ketidakpastian nilai tukar. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh faktor fundamental ekonomi yang dapat mempengaruhi nilai tukar, diantaranya : inflasi, BI Rate, jumlah uang beredar, dan laju pertumbuhan ekonomi serta faktor teknisnya yaitu berkaitan dengan cadangan devisa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode OLS (Ordinary Least Square) dengan model regresi semi log linier berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa BI Rate, jumlah uang beredar, cadangan devisa secara parsial berpengaruh signifikan terhadap fluktuasi nilai tukar, sementara inflasi dan laju pertumbuhan ekonomi berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai tukar. Secara bersama-sama inflasi, BI Rate, jumlah uang beredar, laju pertumbuhan ekonomi, dan cadangan devisa berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar, serta variabel yang paling berpengaruh terhadap fluktuasi nilai tukar adalah jumlah uang beredar. Kata Kunci : Nilai tukar, Inflasi, BI Rate, jumlah uang beredar, laju pertumbuhan ekonomi, cadangan devisa.
PENDAHULUAN Globalisasi perekonomian sering didefinisikan sebagai proses semakin menghilangnya atau menipisnya batas ekonomi antar negara. Sejalan dengan berkembangnya proses globalisasi perekonomian, maka dibidang perdagangan internasioal retriksi semakin berkurang. Hal ini membawa dampak meningkatnya volume dan nilai perdagangan internasional (Agus Budi Santosa, 2008). Kompleksitas sistem pembayaran dalam perdagangan internasional semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti
yang berkembang akhir-akhir ini. Hal tersebut terjadi akibat semakin besarnya volume dan keanekaragaman barang dan jasa yang akan di perdagangkan di negara lain. Oleh karena itu upaya untuk meraih manfaat dari globalisasi ekonomi harus didahului upaya untuk menentukan kurs valuta asing pada tingkat yang menguntungkan. Penentuan kurs valuta asing menjadi pertimbangan penting bagi negara yang terlibat dalam perdagangan internasional, karena kurs valuta asing berpengaruh besar terhadap biaya dan manfaat dalam perdagangan internasional
(Hadori Yunus, 2006). Persoalan yang sedang dihadapi perekonomian Indonesia sekarang cukup kompleks menyangkut berbagai dimensi ekonomi baik sistem maupun kelembagaanya. Salah satu yang menjadi fenomena permasalahan saat ini adalah terus ter depresiasinya nilai tukar rupiah atau bisa dikatakan mata uang domestik negara kita terus menerus mengalami kemerosotan. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk : Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh tingkat inflasi, tingkat suku bunga (BI Rate), jumlah uang beredar, laju pertumbuhan ekonomi, serta cadangan devisa secara parsial maupun secara bersama-sama terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah juga untuk mengetahui elastisitas dari kesemua variabel tersebut terhadap nilai tukar. Nilai tukar valuta asing adalah harga satu satuan mata uang dalam satuan mata uang lain (Roshinta Puspita Ningrum). Menurut Sadono Sukirno (2011;397) Kurs valuta asing dapat juga di definisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyak nya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Menurut Sadono Sukirno (2011:14), Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam sesuatu perekonomian. Tingkat inflasi (presentasi pertambahan kenaikan harga) berbeda dari satu periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu negara ke negara lain. BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Jumlah Uang beredar Menurut Boediono (1988:2), Pengertian yang paling sempit definisi “uang” adalah uang kertas dan uang logam yang ada di masyarakat.
Uang tunai ini disebut uang kartal atau dalam bahasa inggris dinamakan currency. Para ekonom klasik mengatakan uang inilah yang merupakan daya beli yang langsung bisa digunakan (dibelanjakan) dan oleh karena itu langsung mempengaruhi harga barang-barang. Menurut BPS, Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Menurut Sadono Sukirno (2011;49), kegunaan data pendapatan nasional adalah untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara dari periode ke periode. Dengan mengamati tingkat pertumbuhan yang dicapai dari periode ke periode dapatlah dinilai prestasi dan kesuksesan negara tersebut dalam mengendalikan kegiatan ekonominya dalam jangka pendek dan usaha mengembangkan perekonomiannya dalam jangka panjang. Cadangan Devisa, Menurut Hendra Halwani (2005:116), Dalam perkembangan ekonomi nasional Indonesia dikenal dengan dua terminologi cadangan devisa, yaitu official exchange foreign reserve, dan country foreign exchange reserve, yang masing-masing mempunyai cakupan berbeda. Pertama, merupakan cadangan devisa milik negara yang dikelola, diurus, dan di tata usahakan oleh bank sentral, sesuai dengan tugas yang diberikan oleh UU No.13 Tahun 1968. Kedua, mencakup seluruh devisa yang dimiliki badan, pereorangan, lembaga, terutama lembaga keuangan nasional yang secara moneter merupakan bagian dari kekayaan nasional.
METODE PENELITIAN Penelitian ini akan dilaksanakan dengan mengambil data statistik ekonomi keuangan Indonesia (SEKI), atau laporan keuangan Bank Indonesia mengenai nilai tukar rupiah, BI Rate, jumlah uang beredar, cadangan devisa. Sementara inflasi dan laju pertumbuhan ekonomi diperoleh dari penerbitan laporan Badan Pusat Statistik. Jenis dari penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dimana tujuan penelitian ini ialah untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Metode Penelitian yang dipilih adalah OLS (Ordinary Least Square). Model penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah model regresi semi log linier berganda. Uji regresi semi log linier berganada ini digunakan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh antara tingkat inflasi, BI Rate, jumlah uang beredar, laju pertumbuhan ekonomi, dan cadangan devisa terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah, baik secara parsial maupun bersama-sama. Adapun persamaan regresi semi log linier berganda, yaitu : Log ER= α + β1 I + β2 SB + log β3 JUB + log β4 LPE + log β5 CD + e Dimana: log ER = Nilai tukar rupiah I = Tingkat inflasi SB = Tingkat suku bunga (BI Rate) log JUB = Jumlah uang beredar LPE = Laju pertumbuhan ekonomi log CD = Cadangan Devisa
β1- β6 = Koefisien Regresi masingmasing variabel independen e = error term Pengujian Hipotesis, ada beberapa uji yang dipakai diantaranya uji t, yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial dalam menerangkan variabel dependen. Uji F, dalam uji ini kita ingin melihat apakah beberapa parameter regresi secara bersama-sama telah memenuhi suatu hipotesis, dalam artian untuk melihat apakah variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Uji Koefisien Determinasi, dengan melihat nilai R2 disebut juga koefisien determinasi, yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi variabel dependen (Goodness of fit). Kemudian elastisitas, konsep elastisitas menunjukan tanggapan atau kepekaan dari suatu varibel terikat karena adanya perubahan dalam varibel bebas tertentu. Besarnya koefisien elastisitas ini ditunjukan oleh perbandingan anatara persentase pertumbuhan dalam varibel terikat dan persentase variable bebas yang mempengaruhinya. Untuk analisis elastisitas tidak perlu memerlukan perbandingan dengan tabel krisis/statistik, tetapi cukup dengan melihat kriteria, jika: E < 1 : Inelastis E > 1 : Elastis E = 1 : Elastis Unitary Uji Asumsi Klasik, ada beberapa hal yang harus terpenuhi dalam asumsi klasik diantaranya : Uji normalitas ini bertujuan untuk apakah dalam model regresi variabel independen, variabel dependen, maupun kedua-duanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji signifikansi
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen melalui uji statistik hanya akan valid jika residual yang didapatkan mempunyai distribusi normal. Uji Normalitas yang digunakan adalah uji jarque berra. Uji multikolinearitas ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (variabel independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Uji heteroskedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model yang baik adalah model yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Menurut Bhuono Agung Nugroho (2005:62) dalam Rizki Ansori (2010),
heteroskedastisitas menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke pengamatan lainnya. Uji Autokorelasi. Menurut Moch. Doddy Ariefianto (2012:26), Autokorelasi menunjukan sifat residual regresi yang tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya, atau secara formal fenomena ini umum di temukan pada regresi dengan data yang bersifat time series tetapi kadang juga ditemukan pada data cross section. Autokorelasi timbul dari spesifikasi yang tidak tepat terhadap hubungan antara variabel endogeneous dengan variabel penjelas. Akibat kurang memadainya spesifikasi maka dampak faktor yang tidak masuk ke dalam model akan terlihat pada pola residual.
PEMBAHASAN
8.25
Jumlah Uang Beredar 440213.2
Laju Pertumbuhan Ekonomi 1.67
-0.05
7.25
464171.2
2.39
57.576
9899.33
0.69
6.58
483191
3.88
62.288
9483.33
0.16
6.5
498807.8
-2.34
66.105
TW 1 10
9265.33
0.33
6.5
493690.5
2.04
71.823
TW 2 10
9086.33
0.47
6.5
518042.7
2.68
76.321
TW 3 10
8967.33
0.92
6.5
548394
3.4
86.551
TW 4 10
8991.67
0.53
6.5
577432.2
-1.42
96.207
TW 1 11
8859.33
0.23
6.67
590220.2
1.69
105.709
TW 2 11
8561.67
0.12
6.75
610876.8
2.81
119.655
TW 3 11
8637.67
0.62
6.75
652863.3
3.31
114.503
TW 4 11
9011.67
0.26
6.17
685192.8
-1.47
110.123
TW 1 12
9055.67
0.29
5.83
697901.5
1.58
110.493
TW 2 12
9363.33
0.3
5.75
749881.9
2.83
106.502
TW 3 12
9543.33
0.55
5.75
779858.7
3.19
110.172
TW 4 12
9680
0.26
5.75
805973.1
-1.49
112.781
TW 1 13
9726
0.8
5.75
794821.1
1.39
104.8
Periode
Nilai Tukar
Inflasi
BI Rate
TW 1 09
11691.67
0.12
TW 2 09
10376
TW 3 09 TW 4 09
Cadangan Devisa 54.841
`
TW 2 13
9871.67
0.3
5.83
837863
2.56
98.095
TW 3 13
10948.33
1.35
6.92
867827.9
3.07
95.675
TW 4 13
11807.67
0.25
7.42
871222.4
-1.43
99.387
TW 1 14
11726.33
0.47
7.5
843570.9
0.91
102.592
TW 2 14
11704.33
0.19
7.5
910971.6
2.47
107.678
TW 3 14
11819.33
0.56
7.5
921187.1
3
111.164
-1.4
111.862
TW 4 14 12226.33 1.48 7.67 946035 Sumber: Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik
Hasil regresi OLS dengan menggunakan e-views 8 pada model Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Periode (Triwulan I 2009 – Triwulan IV 2014), diperoleh persamaan sebagai berikut: Log (ER) = 3,367 – 0,011 I + 0,083 SB + 0,533 LOG (JUB) – 0,003 LPE – 0,411 LOG (CD) Dependent Variable: LOG(ER) Method: Least Squares Date: 01/30/16 Time: 10:04 Sample: 2009Q1 2014Q4 Included observations: 24 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C I SB LOG(JUB) LPE LOG(CD)
3.366137 -0.011336 0.083312 0.533511 -0.002786 -0.411448
0.360721 0.014787 0.007830 0.036730 0.002641 0.038387
9.331683 -0.766634 10.63958 14.52530 -1.054665 -10.71849
0.0000 0.4532 0.0000 0.0000 0.3055 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.966269 0.956900 0.024099 0.010453 58.81209 103.1276 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
9.205020 0.116078 -4.401007 -4.106494 -4.322873 1.518492
Sumber: Hasil uji menggunakan Eviews-8
a. Variabel Inflasi Variabel bebas inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai tukar, hal ini ditandakan oleh nilai probabilitas sebesar 0,453> 0,05 atau nilai t hitung sebesar -0,76 7< 2,101. Maka H0 diterima atau menolak Ha. Hal tersebut sejalan dengan peneilitian yang dilakukan oleh Immamudin Yuliadi (2007) dimana hasil penelitiannya menunjukan baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang inflasi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap nilai tukar. Begitupun dengan penelitian yang dilakukan oleh Adwin surja atmadja (2002), Agus budi santosa (2008) inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai tukar. Artinya dalam keadaan inflasi yang tinggi ataupun rendah tidak akan berpengaruh pada fluktuasi nilai tukar. Ini merupakan penyebab dari Negara Indonesia cenderung melakukan impor walaupun ada pada inflasi domestik yang rendah hal ini terjadi atas adanya akibat masyarakat Indonesia yang konsumtif dan
cenderung memilih produk asing dalam memenuhi kebutuhannya. Kemudian elastisitas dari variabel inflasi terhadap nilai tukar adalah inelastic. Artinya bahwa setiap kenaikan inflasi sebesar 1% akan mengapresiasi nilai tukar sebesar 0,011336%. b. Variabel BI Rate Variabel bebas BI Rate berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai tukar, hal ini ditandakan oleh nilai probabilitas sebesar 0,000< 0,05 atau nilai t hitung sebesar 10,639> 2,101. Maka H0 ditolak atau menerima Ha. Hasil uji sesuai dengan penelitian yang dilakukan Roshinta Puspitaningrum (2014), Muhammadinah (2011), Rizki Ansori (2010) dimana suku bunga berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar. Kemudian sesuai juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Agus Budi Santosa (2008) tingkat suku bunga baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang berpengaruh secara signifikan terhadap nilai tukar. Teori yang menjelaskan pengaruh tingkat suku bunga terhadap nilai tukar mata uang asing adalah Interest rate parity theory. Tingkat bunga yang tinggi tidak memberikan jaminan nilai tukar mata uang suatu negara menguat. Implikasi dari teori ini adalah bahwa investor tidak bisa menanamkan dananya ke negara yang tingkat suku bunganya tinggi dengan harapan mendapatkan keuntungan yang lebih besar pula. Kemudian elastisitas BI Rate terhadap nilai tukar ada adalah inelastic. Artinya bahwa setiap kenaikan BI Rate sebesar 1% akan mendepresiasi nilai tukar sebesar 0,083312%. c. Variabel Jumlah Uang Beredar Variabel bebas jumlah uang beredar berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai takar, hal ini ditandakan oleh nilai probabilitas sebesar 0,000< 0,05 atau nilai t hitung sebesar 14,525> 2,101. Maka H0 ditolak atau menerima Ha. Hasil uji sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Immamudin Yuliadi (2007), dan Rizki Anshori(2010) dimana jumlah uang beredar berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar. Indikasinya adalah bahwa peningkatan jumlah uang beredar akan mendepresiasi nilai tukar. Atas adanya pertambahan jumlah uang beredar maka kemampuan bank umum untuk memberikan pinjaman meningkat, dan suku bunga turun. Penurunan suku bunga akan memperburuk keadaan neraca pembayaran. Neraca modal dan finansial memburuk atas adanya aliran dana keluar. Neraca transaksi berjalan memburuk atas adanya kenaikan impor. Dalam keadaan ini permintaan akan mata uang asing lebih besar dari penawarannya, yang mengakibatkan tekanan depresiasi terhadap nilai tukar (mata uang domestik terdepresiasi). Elastisitas jumlah uang beredar terhadap nilai tukar adalah inelastic. Artinya bahwa setiap kenaikan jumlah uang beredar sebesar 1% akan mendepresiasi nilai tukar sebesar 0,533511%. d. Variabel Laju Pertumbuhan Ekonomi Variabel bebas laju pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai tukar, hal ini ditandakan oleh nilai probabilitas sebesar 0,305> 0,05 atau nilai t hitung sebesar 1,054 < 2,101. Maka H0 diterima atau menolak Ha. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Roshinta Puspitaningrum (2014), dan Adwin Surja Atmadja (2002), dimana laju pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai tukar. Hubungan tidak signifikan ini disebabkan karena pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil dan cenderung mengalami peningkatan diwujudkan dengan impor lebih besar daripada ekspor. Hal ini menyebabkan fundamental ekonomi yang kurang baik dan kemudian berdampak pula terhadap makroekonomi Indonesia. Elastisitas laju pertumbuhan ekonomi terhadap nilai tukar
adalah inelastic. Artinya bahwa setiap kenaikan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 1% akan mengapresiasi nilai tukar sebesar 0,002786%. e. Variabel Cadangan devisa Variabel bebas cadangan devisa berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai tuakar, hal ini ditandakan oleh nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 atau nilai t hitung sebesar -10,718> 2,101. Maka H0 ditolak atau menerima Ha. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Immamudin yuliadi (2007), dan Asep machpudin (2013) dengan pendekatan teori neraca pembayaran, Asep machpudin menjadikan cadangan devisa menjadi dua variabel yaitu current account dan capital account, namun keduanya juga sama-sama mempengaruhi nilai tukar. Pemupukan cadangan devisa mengatur permintaan dan penawaran valas sebagai akibat adanya transaksi dari current account. Negara memupuk cadangan devisa sebagai penyangga (buffer stock) mengantisipasi ketidakseimbangan BOP internasional. Pembuat kebijakan termasuk bank sentral mengadopsi aturan tradisional yaitu suatu negara mempertahankan cadangan devisa, dengan nilai yang harus dapat membayar transaksi impor dan membayar utang luar negeri minimal selama 3 bulan. Elastisitas cadangan devisa terhadap nilai tukar adalah inelastic. Artinya bahwa setiap kenaikan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 1% akan mengapresiasi nilai tukar sebesar 0,002786%. Dari hasil uji F diperoleh nilai F statistik yaitu sebesar 103,127 dan F tabel dengan nilai yaitu 2,77. Maka dapat disimpulkan bahwa F statistik > F tabel, yang artinya menolak hipotesis nol artinya bahwa variabel independen inflasi, BI Rate, jumlah uang beredar, laju pertumbuhan ekonomi, dan cadangan devisa secara bersama sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel nilai tukar.
Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai R2 yaitu sebesar 0,966269 atau 96,63%. Nilai koefisien determinasi menunjukan besarnya pengaruh variabel independen inflasi, BI Rate, jumlah uang beredar, laju pertumbuhan ekonomi, dan cadangan devisa terhadap variabel dependen nilai tukar yaitu sebesar 96,63% dan sisanya 3,37% merupakan pengaruh variabel lain yang tidak dimasukan ke dalam penelitian. Uji Asumsi Klasik Uji normalitas yang dipilih adalah uji jarque-bera. Diketahui nilai dari χ2 tabel adalah sebesar 28,8693 dan nilai JB 1,159303. Maka itu artinya JB <χ2 tabel, dapat diartikan bahwa data terdistribusi secara normal. Uji heteroskedastisitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji white. Dari hasil uji white dapat diperoleh nilai χ2 hitung sebesar 20,81219 dan nilai χ2 tabel adalah 28,8693 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah heteroskedastisitas, karena nilai χ2 hitung lebih kecil dari χ2 tabel. Uji Multikolinieritas, Sebagai aturan main yang kasar, jika koefisien korelasi cukup tinggi katakanlah diatas 0,85 maka kita duga ada multikolinieritas dalam model. Sebaliknya jika koefisien korelasi relatif rendah maka kita duga model tidak mengandung unsur multikolinieritas (Agus Widarjono:114). Berikut tabel hasil uji multikolinieritas dengan menggunakan e views 8:
Tabel 4.6. Nilai koefisien korelasi (correlation) I SB LOG(JUB) LPE LOG(CD)
I 1.000000 0.061813 0.369090 0.087352 0.225380
SB 0.061813 1.000000 -0.033988 -0.037308 -0.295559
LOG(JUB) 0.369090 -0.033988 1.000000 -0.123524 0.786214
LPE 0.087352 -0.037308 -0.123524 1.000000 -0.087648
LOG(CD) 0.225380 -0.295559 0.786214 -0.087648 1.000000
Sumber : Eviews 8
Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa tidak ada variabel yang nilai koefisien korelasinya lebih dari 0,85. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah multikolinieritas. Uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji yang dikembangkan oleh Breusch dan Godfrey yang lebih umum dikenal
PENUTUP SIMPULAN: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak faktor fundamental ekonomi yang dapat mempengaruhi fluktuasi nilai tukar rupiah. Periode yang dipilih dalam penelitian ini yaitu dari Triwulan I 2009 sampai dengan Triwulan IV 2014. Hasil uji hipotesis yaitu sebagai berikut: Inflasi berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap nilai tukar. Artinya peningkatan inflasi akan mengapresiasi nilai tukar rupiah, hal ini berlawanan dengan teori penyebabnya karena inflasi pada periode ini tidak signifikan terhadap nilai tukar. BI Rate berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai tukar. Artinya peningkatan tingkat suku bunga oleh otoritas moneter berdampak pada depresiasi nilai tukar. Jumlah uang beredar berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap nilai tukar. Penambahan jumlah uang beredar akan mendepresiasi mata
dengan uji langrange multiplier (LM). dapat diketahui bahwa nilai χ2 deteksi korelasi dengan menggunakan LM test bernilai 0,916015 dan nilai χ2 tabel adalah 28,8693. Maka itu tandanya tidak terjadi masalah autokorelasi karena nilai χ2 hitung kurang dari χ2 table
uang domestik terhadap mata uang asing. Laju pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap nilai tukar. Laju pertumbuhan ekonomi tidak signifikan terhadap nilai tukar, karena pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil dan cenderung mengalami kenaikan diwujudkan dengan impor lebih besar daripada ekspor. Cadangan devisa berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap nilai tukar. Jika terjadi penambahan cadangan devisa pada neraca pembayaran, akan mampu mengapresiasi nilai tukar. Secara bersama-sama variabel fundamental ekonomi yang mempengaruhi nilai tukar rupiah yaitu inflasi, BI Rate, jumlah uang beredar laju pertumbuhan ekonomi, dan cadangan devisa berpengaruh secara signifikan terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah. Variabel bebas yang paling berpengaruh terhadap fluktuasi nilai tukar adalah jumlah uang beredar.
SARAN a. Mengingat bahwa, inflasi tidak berpengaruh terhadap nilai tukar dikarenakan impor tidak terpengaruhi lagi oleh tinggirendahnya inflasi. Maka bagi, pemerintah yang berkaitan dengan perdagangan internasional, perlu menetapkan quota impor agar barang dan jasa yang masuk kedalam negeri tidak terlalu banyak diperdagangkan. Dan juga menghimbau para masyarakat untuk meminimalisir transaksi yang berhubungan dengan pembayaran menggunakan valuta asing. b. Bagi pemerintah, harus senantiasa meningkatkan daya beli masyarakat terhadap barang dalam negeri, agar setidaknya bisa mengurangi permintaan mata uang valuta asing. c. Mengingat harga barang dan jasa dalam negeri relatif lebih mahal, maka pemerintah sebaiknya memberikan subsidi agar harga jualnya pun rendah dan dapat menurunkan inflasi. Terutama subsidi diberikan pada bahan baku yang menjadi komoditi ekspor negara, tentunya agar komoditi mempunyai kualitas yang dapat bersaing dengan barang dan jasa di luar negeri baik dalam negeri. Ditujukan untuk meningkatkan ekspor, yang nantinya akan menambah cadangan devisa. d. Pemerintah sebaiknya lebih mengedepankan surplus dari current account, karena surplus ini dapat menambah cadangan devisa. Pemerintah lebih condong untuk meningkatkan surplus dari capital account, terbukti dari adanya surplus current account yang terus mengalami penurunan bahkan dalam beberapa periode defisit. Tetapi
surplus capital account, cenderung meningkat dari periode ke periode, memang surplus dari capital account, dapat menutup defisit current account yang pada akhirnya BOP tidak defisit dan menambah cadangan devisa. Namun capital account, mempunyai sisi negatif yaitu investasi yang kita terima pada capital account, nanti akan ada return, dan return tersebut kita bayar dengan valuta asing. Apabila terjadi capital outflow maka terjadi kenaikan permintaan valuta asing yang dapat mendepresiasi nilai tukar. Saat ini kondisi dari BOP sangatlah rentan terhadap krisis mengingat capital account surplusnya lebih besar dari current account. Dikhawatirkan akan terjadi krisis, apabila terjadi capital outflow. e. Pertumbuhan ekonomi yang stabil di Indonesia merupakan realisasi dari adanya kebijakan fiskal yang telah dilakukan oleh pemerintah, melalalui sisi penerimaan dan pengeluarannya. Sebaiknya dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang stabil, harus disertai dengan jumlah uang beredar yang seimbang agar tidak terjadi kekurangan penawaran uang domestik. f. Bagi masyarakat umumnya, setelah kita pahami faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar, agar mengantisipasi untuk meminimalisir hal-hal yang berhubungan dengan transaksi impor. Karena walaupun kebijakan untuk menjaga stabilitas ekonomi telah dilaksanakan oleh pemerintah, namun masyarakat tetap tidak merubah pola konsumsi atau transaksi impor nya kebiijakan tersebut tidak akan merubah suatu stabilitas ekonomi menjadi lebih
baik. Jadi diantara pemerintah, masyarkat, dan pelaku ekonomi semuanya harus bertindak selaras sesuai dengan perencanaan dan kebijakan yang telah ditetapkan pmerintah, agar perekonomian Indonesia menjadi lebih baik lagi. g. Bagi akademisi selanjutnya, penelitian ini harus dilakukan dengan lebih dalam untuk memperkaya studi literatur mengenai masalah fundamental ekonomi yang berdampak pada nilai tukar rupiah.
DAFTAR PUSTAKA
Achsani, N.A. (2008). “Keterkaitan Inflasi dengan Nilai Tukar Riil : Analisis Komparatif antara Asean +3, Uni Eropa, dan Amerika Utara”. Jurnal Ekonomi. (3). 231-249. Atmadja, A.S. (2002). “Analisa Pergerakan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Setelah Diterapkannya Kebijakan Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas di Indonesia”. Jurnal Akuntansi & Keuangan 4. (1). 69-78. Bank Indonesia. (2014). Dampak Pembalikan Modal dan Threshold Defisit Neraca Berjalan terhadap Nilai Tukar Rupiah. Jakarta: BI Boediono (1985). Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE. Case, K.E. dan Fair, R.C. (2002). Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro. Jakarta : PT. Prenhallindo. Dewayany, H.P. (2012). Analisis Pengaruh Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Pasca Penerapan Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali dan Implikasi Penerapan Inflation Targeting Frame Work (ITF) terhadap Inflasi di Indonesia. Tesis FE UI. UI Depok: tidak diterbitkan. Doddy Ariefianto, M (2012). Ekonometrika esensi dan aplikasi
menggunakan eviews. Jakarta: Erlangga. Halwani, H (2005). Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Machpudin, A (2013). “Analisis Pengaruh Neraca Pembayaran terhadap Nilai Tukar Rupiah”. Jurnal Dinamika Manajemen 1. (3). 225238. Muhammadinah (2011). “Pengaruh Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia dan Tingkat Inflasi terhadap Nilai Tukar Rupiah atas Dolar Amerika”. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi 1. (2). 118-128. Nawatini, S. (2012). “Volatilitas Nilai Tukar dan Perdagangan Internasional”. Dinamika Akuntansi, Keuangan, dan Perbankan 1. (1). 4156. Noor, Z.Z. (2011). “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, dan Jumlah Uang Beredar terhadap Nilai Tukar”. Trikonomika 10. (2). 139-147. Nopirin (1999). Ekonomi Internasional. Yogyakarta : BPFE Pratadiredja, A. (1997). Perhitungan Pendapatan Nasional. Yogyakarta: LP3ES, Jakarta. Puspitaningrum, R. et al (2014). “Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Nilai Tukar Rupiah Studi pada Bank Indonesia Periode Tahun 2003-2012”. Jurnal Administrasi Bisnis 8. (1). 1-8. Santosa, A.B. (2008). “Kemampuan Inflasi pada Model Purchasing Power Parity dalam menjelaskan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi 15. (1). 39-53. Sukirno, S (2011). Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
Yuliadi, I (2007). “ Analisis Nilai Tukar Rupiah dan Implikasinya pada Perekonomian Indonesia:
Pendekatan Error Correction Model (ECM). Jurnal Ekonomi Pembangunan 8. (1). 146-162.