Faktor-faktor Yang Berhubungan... - Yusthin M. Manglapy; MG Catur Y
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR TIMAH HITAM (PB) DALAM DARAH OPERATOR SPBU COCO DI JL. AHMAD YANI SEMARANG 2009
Yusthin M. Manglapy; MG Catur Yuantari *) Alumni Fakultas Kesehatan Udinus **) Staf pengajar Fakultas Kesehatan
ABSTRACT Background: Air pollution is mostly caused by motor vehicle in big cities which 70 % air pollution is caused by motor vehicle activities, such particulate matter and lead. Lead accumulation in blood and lungs. According to WHO, lead is heavy metal could cause acute and chronic body intoxication. The health effect of lead intoxication, such as neurology, hemapoitic system disorders (heme biosynthetic) and blood pressure (hypertension). One of biological indicators of lead exposure is lead in blood. Measurement of degree of lead in blood is done to person with potential risk of lead exposure. One of them is SPBU (gas station attendants) operator. SPBU COCO can sell about 32.000 to 55.000 liter/day. Meanwhile, SPBU Coco also had awarded as the highest seller on Central Java and DIY provinces level. According to interview report that was done toward 5 operators of SPBU COCO, 3 female operator sometimes felt nauseous and dizzy while they worked; whereas the remain of 2 male operators often got headache, close to weary weak when they’ve been working. Method: Method that is used in this study was survey method and laboratory analysis with cross sectional approach. This study is done for explaining relationship between independent variables (age, sex, and years of service, nutrient status, physical exercise habits, and smoking habits) and dependent variables (blood lead (Pb-B)) through correlation test of Pearson Product Moment, Rank Spearman, and T-test independent. Sample in this research was all of SPBU COCO operator in Ahmad Yani Street – Semarang, amounted to 32 persons. Result: Based on results, it’s known that gender variable and smoking habitual had relationship with dependent variable (p value < 0.05). In the other side, age, years of service, nutrient status and exercise habitual variables have no significantly relationship with the dependent variables (p value > 0.05). According to result, also gained that dizzy was felt by respondent at most when they in worked. Although based on results not all variables have relationship and Pb contained within blood anchored in normal range and acceptable, and considering that fuel transaction in this place was very high, it’s suggested for operator to maintain and keep hygiene their own workplace both inner and outer. Keywords: Leads, blood lead, Pb concentrate
114
JURNAL VISIKES - Vol. 8 / No. 2 / September 2009 PENDAHULUAN Seiring dengan kemajuan IPTEK dan semakin meningkatnya populasi manusia serta bertambah banyaknya kebutuhan manusia, mengakibatkan semakin besar pula terjadinya masalah-masalah pencemaran lingkungan. Pada dasarnya, secara alamiah, alam mampu mendaur ulang berbagai jenis limbah yang dihasilkan oleh makhluk hidup, namun bila konsentrasi limbah yang dihasilkan sudah tak sebanding lagi dengan laju proses daur ulang maka akan terjadi pencemaran. Pencemaran lingkungan yang paling mempengaruhi keadaan iklim dunia adalah pencemaran udara. Pencemaran udara ini menimbulkan berbagai dampak negatif bagi kehidupan di muka bumi. Semakin menipisnya lapisan ozon adalah salah satu dampak yang harus diwaspadai karena ini berarti menyangkut lestarinya keanekaragaman hayati, kelangsungan makhluk hidup di bumi dan keberadaan bumi itu sendiri. Hasil penelitian United Nation for Environmental (UNEP) menempatkan Jakarta sebagai kota yang udaranya paling tercemar di dunia setelah Meksiko dan Bangkok. Sedangkan menurut temuan Bapedal (1996) Semarang adalah kota dengan pencemaran udara tertinggi setelah Jakarta dan Bandung. Perkiraan hasil studi Bank Dunia tahun 1994 (Indonesia Environment and Development) menunjukkan bahwa Kendaraan di Jakarta ( diperkirakan kondisi yang sama terjadi pada kota-kota besar lainnya) memberikan konsentrasi Timbal100 %, Suspended Particulate Matter / SPM10 42%, hidrokarbon 89%, nitrogen oksida 64% dan hampir seluruh karbon monoksida. Kendaraan bermotor di kota-kota besar merupakan sumber pencemar udara yang terbesar, dimana 70 % pencemaran udara di perkotaan di sebabkan oleh aktifitas kendaraan bermotor. Bagi banyak daerah perkotaan, terutama kota-kota besar,
permasalahan pencemaran udara telah terjadi satu permasalahan yang akut. Kualitas udara diperkotaan, tanpa disadari sebenarnya telah menurunkan kualitas hidup masyarakatnya sendiri. Setiap manusia bernapas dan udara yang dihirup, jika tercemar oleh bahan berbahaya dan beracun, akan berdampak serius pada keadaan kesehatan manusia. Terjadinya pencemaran udara oleh faktor transportasi adalah akibat penggunaan bahan bakar yang dipergunakan sebagai penggerak bagi kendaraan yang menjadi sarana utama sektor transportasi tersebut. Penguapan bahan bakar, sistem ventilasi mesin dan yang terutama adalah buangan dari knalpot hasil pembakaran bahan bakar yang merupakan pencampuran ratusan gas dan aerosol yang menjadi penyebab utama keluarnya berbagai pencemar dari sektor transportasi. Polutan (pencemar) yang dihasilkan oleh sektor transportasi adalah : Karbon monoksida (CO), Nitrogen oksida (NO), Hidrokarbon (HC), Sulphur dioksida (SO2), Timah hitam (Pb) dan Karbon dioksida (CO2). Senyawasenyawa tersebut seluruhnya bersifat merugikan manusia, baik secara langsung terhadap kesehatan, seperti karbon monoksida dan timah hitam. Timbal di udara terutama berasal dari penggunaan bahan bakar bertimbal yang dalam pembakarannya melepaskan timbal. Oksida berbentuk debu/ partikulat yang dapat terhirup oleh manusia. Mobil berbahan bakar yang mengandung timbal melepaskan 95 persen timbal yang mencemari udara di negara berkembang. Pencemaran udara oleh Pb perlu mendapat perhatian serius karena berbagai dampak kesehatan yang di timbulkannya. Efek Pb sifatnya akumulatif dalam darah dan paru-paru. Menurut WHO, timbal adalah logam berat yang sangat berbahaya dan akan berpengaruh terhadap biosintesa hemoglobin, system saraf dan tekanan darah. Pb dapat memberikan efek racun terhadap
115
Faktor-faktor Yang Berhubungan... - Yusthin M. Manglapy; MG Catur Y banyak fungsi organ yang terdapat dalam tubuh. Gejala keracunan kronik ringan yang ditemukan berupa insomnia dan beberapa macam gangguan tidur lainnya. sedangkan gejala pada kasus keracunan ringan adalah menurunnya tekanan darah dan berat badan. Keracunan akut berat dapat mengakibatkan koma dan bahkan kematian. Kota Semarang sebagai ibukota propinsi merupakan salah satu kota besar di Pulau Jawa dengan tingkat kepadatan lalu lintas cukup tinggi. Dari hasil kegiatan monitoring yang dilakukan oleh Pusat Litbang JalanJembatan bekerja sama dengan BPLHD-kota Bandung pada tahun 2003 sampai dengan 2005, dengan memusatkan perhatian kepada pencemaran udara akibat dari kendaraan bermotor, diruas-ruas jalan kota besar menunjukan interval tingkat pencemaran udara di Semarang untuk parameter HC 2,505,12 ppm (baku mutu udara ambient 0,24 ppm/3 jam), NOx 0,003-0,490 ppm (baku mutu 0,05 ppm/24 jam), CO 0,64-5,68 ppm (baku mutu 20 ppm/8 jam), O3 0,020-0,040 ppm (baku mutu 0,10 ppm/24 jam), SPM10 41,0-189,0 mg/m3 (baku mutu 0,26mg/m3 / 24 jam), SOx 0,003-0,040 ppm (baku mutu 0,10 ppm/24 jam). Kota Semarang menjadi salah satu dari 10 kota besar di Indonesia yang kondisi transportasi dan kualitas udaranya paling mengkhawatirkan. Di Semarang kendaraan bermotor menyumbang 98,8% pencemaran CO, 82,5% pencemaran Nox, 87,5% pencemaran hidrokarbon dan 41,2% pencemaran partikular. Pertumbuhan sepeda motor di Kota Semarang meningkat 47,86 persen dan mobil pribadi 181.46 persen, Berdasarkan data Laboratorium Transportasi Jurusan Teknik Sipil Universitas Katholik (Unika) Soegijapranata Semarang, pertumbuhan sepeda motor pada September 2005 sebanyak 28.612 unit, sedangkan pada Maret 2007 sebanyak 42.305 unit. Pertumbuhan ini diimbangi dengan meningkatnya jumlah mobil
116
pribadi, seperti sedan, station wagon, dan jeep. Pada September 2005 ada 2.724 mobil dan pada Maret 2007 ada 7.667 mobil. Peningkatan itu cukup tinggi, yaitu 4.943 mobil. Berdasarkan Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di kota Semarang dapat menunjukan indikasi tingginya kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) untuk transportasi jalan raya memberi pula konsekuensi pada peningkatan pelayanan di SPBU. Dari peningkatan jumlah kendaraan bermotor dapat di indikasikan kualitas udara Semarang semakin memburuk. Salah satu indikator biologi terhadap pencemaran udara oleh Pb adalah sampel darah manusia. Pengukuran kadar Pb dalam darah dilakukan terhadap orang-orang yang diduga beresiko terhadap pencemaran Pb, salah satunya adalah operator SPBU. Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan tentang kadar timah hitam dalam darah yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Diponegoro pada 29 operator SPBU di Samarinda menunjukan hasil kadar Pb dalam darah terendah 42,90 mg/liter dan tertinggi 345,8 mg/liter, dengan rata-rata 115, 31 mg/ liter. Kadar Pb yang di perkenankan yaitu 100,0 mg/liter. Di Semarang ada banyak SPBU dimana satu SPBU di ambil sebagai lokasi penelitian yaitu SPBU COCO (41.502.01) di jalan Ahmad Yani Semarang. SPBU COCO merupakan salah satu SPBU besar milik Pertamina. SPBU COCO (41.502.01) ini mendapatkan penghargaan penjualan terbanyak dan terbaik se Jawa Tengah dan DIY. Selain itu dari observasi pendahuluan, keramaian lalu lintas di jalan cukup ramai, rata-rata penjualan BBM adalah 32.000 sampai 55.000 liter/hari, premium mengandung Pb sebesar 0,3 g/L sehingga dapat diperkirakan jumlah Pb yang terlepas ke udara total sebesar 9.600 liter/hari sampai 16.000 liter/hari. Jumlah operator pengisian bahan bakar 36 orang. Karena SPBU terletak
JURNAL VISIKES - Vol. 8 / No. 2 / September 2009 di tepi jalan raya, sehingga operator SPBU selain terpapar dari asap kendaraan bermotor yang baru dinyalakan (stater pertama) setelah pengisian BBM juga terpapar oleh asap kendaraan bermotor dari jalan raya. Dari hasil wawancara terhadap 5 operator SPBU, 3 operator perempuan kadang-kadang merasa mual dan pusing pada saat bekerja, dan 2 operator laki-laki sering mengalami sakit kepala, cepat lelah dan lesu pada saat bekerja. Berdasarkan kondisi tersebut di atas mengingat senyawa Pb adalah bahan yang sangat toksik untuk darah maka perlu dilakukan penelitian untuk meneliti pencemaran udara yang disebabkan oleh Pb dengan sampel darah operator SPBU. Sehubungan dengan hal tersebut akan dilakukan penelitian mengenai “Faktorfaktor yang berhubungan dengan kadar timah hitam (Pb) dalam darah pada operator SPBU di Jalan Ahmad Yani Semarang “ sebagai indikator biologis pencemaran lingkungan. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: “ faktor-faktor apa yang berhubungan dengan kadar timah hitam (Pb) dalam darah operator SPBU COCO di jalan Ahmad yani Semarang.” a. Menganalisis hubungan antara masa kerja kerja dengan kadar timah hitam (Pb) dalam darah operator SPBU COCO (41.502.01) di jalan A.Yani Semarang. b. Menganalisis hubungan antara status gizi dengan kadar timah hitam (Pb) dalam darah operator SPBU COCO (41.502.01) di jalan A.Yani Semarang. c. Menganalisis hubungan antara kebiasaan olah raga dengan kadar timah hitam (Pb) dalam darah operator SPBU COCO (41.502.01) di jalan A.Yani Semarang. d. Menganalisis hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar timah hitam (Pb)
dalam darah operator SPBU COCO (41.502.01) di jalan A.Yani Semarang. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah eksplanatory research yaitu menjelaskan hubungan kausal antara variabel melalui pengujian hipotesa. Sedangkan untuk pelaksanaan penelitian menggunakan metode survei dan analisis laboratorium dengan pendekatan cross sectional, dengan variabel bebas dan terikat diukur dan dikumpulkan pada waktu yang bersamaan.9 Sebagai populasinya adalah para operator di SPBU COCO (41.502.01) jalan Ahmad Yani Semarang sejumlah 36 orang, baik laki-laki maupun perempuan dengan lama bekerja 8 jam setiap hari. Sebagai sampel penelitian diambil 32 orang operator berdasar kriteria sebagai berikut : 1. Kriteria Inklusi Yang dijadikan kriteria inklusi yaitu : - Operator yang bekerja di SPBU COCO A.Yani Semarang - Bersedia untuk melakukan tes darah. 2. Kriteria Eklusi Yang dijadikan kriteria eklusi yaitu : - Hari ketika dilakukan pengambilan sampel darah, responden tidak bersedia. HASIL DAN PEMBAHASAN Operator SPBU adalah petugas yang berfungsi melayani langsung pemakai BBM untuk mengisi bahan bakar ke kendaran. Tugas operator adalah memberi pelayanan pengisian BBM yaitu pengaturan lalu lintas di area SPBU (mengarahkan kendaraan, menertibkan antrian), memberikan 3S PAS (senyum, salam, sapa, pas takarannya, pas kembaliannya, pas pelayanannya), pelayanan pengisian BBM (membantu membukakan tutup tangki, set pompa dispenser, menunjukan angka nol, memasukan dan menarik nozzel dari tangki). Selain melayani pelanggan, operator juga memiliki tugas untuk
117
Faktor-faktor Yang Berhubungan... - Yusthin M. Manglapy; MG Catur Y melakukan pengukuran kuantitas BBM dan pengukuran kualitas BBM. Pengukuran kuantitas BBM dilakukan 3 kali (3 shift) sehari sedangkan pengukuran kualitas BBM dilakukan pada saat pembongkaran BBM di SPBU. Jam kerja operator terdiri dari 3 shift, shift I (06.30-13.30 WIB), shift II (13.30-21.30 WIB), shift III (21.30-06.30 WIB). 1. Hubungan antara masa kerja dengan kadar timah hitam (Pb) dalam darah operator SPBU COCO. Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa hasil analisis korelasi person produk moment tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan kadar Pb dalam darah dengan korelasi yang sangat rendah karena koefisien korelasinya kurang dari 0,02. 2. Analisis rank Spearman Dengan menggunakan uji analisis rank spearman untuk mengetahui apakah ada hubungan antara umur dan kebiasaan merokok dengan kadar Pb dalam darah operator SPBU COCO di jalan Ahmad Yani Semarang, dapat dilihat pada tabel 2 berikut.
Dari tabel 2 di ketahui bahwa : 1) Tidak ada hubungan antara umur dengan kadar Pb dalam darah. 2) Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar Pb dalam darah. 3) Tidak ada hubungan antara kebiasaan berolah raga dengan kadar Pb dalam darah a. Analisis Independen T-test Dengan menggunakan uji analisis independent T-test untuk mengetahui apakah ada hubungan antara jenis kelamin, dan status gizi dengan kadar Pb dalam darah operator SPBU COCO di jalan Ahmad Yani Semarang, dapat dilihat pada tabel berikut ini : Dari tabel 3 di ketahui bahwa : 1) Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kadar Pb dalam darah. 2) Tidak ada hubungan antara status gizi dengan kadar Pb dalam darah. Timbal (Pb) adalah salah satu unsur polutan udara. Kadar Pb dalam debu di udara umumnya merupakan hasil pembakaran bahan bakar minyak yang mengandung Tetra Ethyl Lead (TEL). Timbal yang dikeluarkan
Tabel 1. Hubungan antara masa kerja dengan kadar timah hitam (Pb) dalam darah operator SPBU COCO di jalan Ahmad Yani Semarang tahun 2009. Variabel bebas Masa kerja
Tabel 2
Variabel terikat Pb darah
Nilai p- value 0,210
Koefisien korelasi 0,228
keterangan Tidak ada hubungan dengan tingkat keeratan rendah
Hubungan antara umur dan kebiasaan merokok dengan kadar Pb dalam darah operator SPBU COCO di jalan Ahmad Yani Semarang tahun 2009
Variabel bebas
Variabel terikat
Nilai value
Koefisien korelasi
keterangan
Umur
Pb darah
0,859
0,033
Tidak ada hubungan
Kebiasaan merokok
Pb darah
0,021
0,405
Ada hubungan
Kebiasaan olah raga
Pb darah
0,589
-0,099
Tidak ada hubungan
118
JURNAL VISIKES - Vol. 8 / No. 2 / September 2009 kendaraan bermotor bermasa tinggal di udara 4-40 hari. Masa tinggal yang cukup lama ini menyebabkan partikel timbal dapat disebar oleh angin hingga 100-1000 km dari sumbernya. Banyaknya kendaraan yang langsung menghidupkan mesin saat selesai pengisian bensin dan banyaknya kendaraan yang tidak mematikan mesin pada saat antri, dan juga ramainya jalan raya / ramainya lingkungan sekitar SPBU dengan kendaraan bermotor menyebabkan operator berpotensi terpapar Pb. Berdasarkan hasil analisa kadar Pb dalam darah responden di Laboratorium GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium) Universitas Diponegoro dengan metode pemeriksaan metode spektrofotometri serapan atom diketahui bahwa kadar Pb dalam darah sebagian besar responden di SPBU COCO A.Yani rata–rata kadar Pb dalam darah sebesar 31,74 μg/ml. Konsentrasi Pb dalam darah (PbB) pada taraf 40-50 μg/dL mampu menghambat sintesis hemoglobin yang pada akhinya merusak hemoglobin darah. Debu yang terhirup, Pb yang terhirup secara akumulasi dapat menganggu fungsi ginjal, alat reproduksi serta menyebabkan tekanan darah tinggi bahkan stress. Standar WHO ambang batas kandungan Pb dalam darah 20 μg/100 cc darah untuk orang dewasa dan 10- 30 μg/100 cc darah anak-anak. Secara umum gejala keracunan Pb adalah lelah, lemah, insomnia, muka dan bawah mata pucat, anoreksia, konstipasi, nyeri lambung .
Tabel 3
A. Hubungan antara umur dengan kadar Pb dalam darah Paru-paru umumnya berkembang sampai umur 20 tahun yang secara perlahan akan turun kemampuannya menahan udara sejalan dengan lanjutnya umur, karena terjadi penyempitan pada paru-paru. Dengan bertambahnya umur berarti waktu yang telah dialami responden dalam menghirup udara yang tercemar semakin panjang. Semakin tua umur seseorang maka akan semakin tinggi pula konsentrasi Pb yang terakumulasi pada jaringan tubuh. Umur dapat mempengaruhi keberadaan Pb dalam tubuh, karena semakin bertambahnya umur semakin besar resiko akumulasi paparan Pb seiring dengan lama jam kerja dan semakin panjang masa kerja. Pada usia pertumbuhan organ tubuhnya masih dalam proses pertumbuhan baik fungsi maupun ukurannya, sehingga rentan terhadap zat-zat yang masuk dalam organorgan tubuh. Pada usia lanjut juga rentan karena fungsi dan organ tubuh seperti ginjal, hati dan otak sudah menurun. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden di SPBU COCO A.Yani rata–rata berumur 25,6 tahun, dengan umur termuda18 tahun, sedangkan yang paling tua adalah 46 tahun. Dengan frekuensi paling banyak adalah 22 tahun. Berdasarkan hasil analisis korelasi Rank Spearman didapat r hitung sebesar 0,033 dan
Hubungan antara jenis kelamin, kebiasaan olah raga, kebiasaan merokok, dan status gizi dengan kadar Pb dalam darah operator SPBU COCO di jalan Ahmad Yani Semarang tahun 2009
Variabel bebas
Variabel terikat
Nilai p -value
Nilai t
Keterangan
Jenis kelamin
Pb darah
0,006
2,973
Ada hubungan
Status gizi
Pb darah
0,881
0,861
Tidak ada hubungan
119
Faktor-faktor Yang Berhubungan... - Yusthin M. Manglapy; MG Catur Y r value sebesar 0,85 pada taraf signifikasi 5 % berarti tidak ada korelasi yang bermakna antara umur dengan kadar Pb dalam darah. Berdasarkan pada hasil penelitian ini, tidak ada hubungan antara umur dengan kadar Pb dalam darah. Hal ini dapat dikarenakan distribusi umur yang tidak merata dan juga lama paparan yang berbeda satu dengan lainnya yang dapat dilihat pada masa kerja responden, paparan diluar jam kerja yang berbeda serta dapat dipengaruhi oleh higiene perorangan, tempat tinggal dan kebiasaan kebiasaan (perilaku ) lainnya. B. Hubungan antara jenis kelamin dengan kadar Pb dalam darah Efek toksik terhadap laki-laki dan wanita untuk jenis bahan toksik yang sama mempunyai pengaruh yang berbeda, ini di sebabkan oleh perbedaan faktor ukuran tubuh (fisiologis), keseimbangan hormonal dan perbedaan metabolisme basal.12 Perempuan lebih rentan dari laki-laki. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden di SPBU COCO A.Yani berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 28 orang. Berdasarkan hasil analisis stastistik Independent T-test didapat t hitung sebesar 2,973 dan p value sebesar 0,006 pada taraf signifikasi 5 % berarti ada hubungan antara jenis kelamin dengan Pb dalam darah operator. Berdasarkan data juga dapat di lihat, dua orang responden dengan jenis kelamin berbeda, dengan masa kerja yang sama (10 bulan), umur yang sama (22 tahun), samasama tidak merokok, IMT sama (normal), kadar Pb dalam darahnya berbeda yaitu Pb darahnya responden berjenis kelamin perempuan (27,12 μg/ml ) lebih tinggi dibandingkan Pb darah responden laki-laki (26,49 μg/ml). ini menunjukan bahwa wanita lebih rentan terhadap paparan Pb.
120
C. Hubungan antara masa kerja dengan kadar Pb dalam darah Dosis yang besar dan lama pemaparan dapat menimbulkan efek yang berat dan bisa berbahaya. Dosis ditentukan oleh konsentrasi dan lamanya pemaparan seperti jumlah jam kerja dan waktu kerja. Inhalasi adalah jalur utama paparan Pb. Konsentrasi Pb dalam darah meningkat dengan segera ketika Pb terhirup saat bernafas, bertambah secara berangsur-angsur, dan memiliki waktu paruh didalam darah beberapa minggu sampai beberapa bulan. Paparan yang besar akan meningkatkan level konsentrasi dalam beberapa jam. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa responden di SPBU COCO A.Yani rata–rata masa kerja selama 22,94 bulan dengan masa kerja minimal 1 bulan sampai 54 bulan. Berdasarkan hasil analisis korelasi Rank Spearman didapat r hitung sebesar 0,192 dan r sebesar 0,294 pada taraf signifikasi 5 % berarti tidak ada korelasi yang bermakna antara masa kerja dengan kadar Pb dalam darah. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja dan kadar Pb dalam darah. Dari hasil pengamatan di lapangan pada tanggal 31 juli 2009, operator dapat beristirahat ketika merasa lelah dengan syarat di setiap dispenser tetap harus ada yang menjaga/bertugas. Kadar Pb dalam darah setiap responden berbeda hal ini dapat dikarenakan paparan diluar jam kerja yang berbeda serta dapat dipengaruhi oleh higiene perorangan (kebiasaan makan dan minum), jenis kelamin, tempat tinggal dan kebiasaan merokok, kebiasaan minum minumam beralkohol, tempat tinggal, umur, hobi dan cuaca. Berdasarkan data dapat dilihat bahwa kadar Pb dalam darah responden tertinggi adalah responden dengan masa kerja 10 bulan ( 65,65 μ/ml ) sedangkan responden dengan masa kerja paling lama 65 bulan kadar Pb dalam darahnya 29,88 μ/ml.
JURNAL VISIKES - Vol. 8 / No. 2 / September 2009 D. Hubungan antara status gizi dengan kadar Pb dalam darah Status gizi responden yang dilakukan dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan diukur dengan menggunakan antropometri melalui pengukuran berat badan operator SPBU tersebut, yaitu dengan indeks massa tubuh (IMT). Dari hasil penelitian rata-rata IMT responden yaitu 22,33, dengan IMT minimum 16,53 dan IMT maksimal 29,62. Berdasarkan perhitungan IMT pada status gizi responden bahwa sebagian besar status gizi responden kategori IMT normal. Dari hasil analisis IMT, responden diperkirakan bahwa status responden termasuk dalam status gizi yang baik artinya bahwa status gizi yang dimiliki responden tidak menimbulkan dampak negatif atau merugikan kesehatan tenaga kerja. Berdasarkan hasil analisis stastistik Independent T-test didapat t hitung sebesar 0,861 dan r value sebesar 0,881 pada taraf signifikasi 5 % berarti tidak ada hubungan antara Pb dalam darah operator dengan IMT. Maka dapat di simpulkan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dengan kadar Pb dalam darah. Status gizi dimungkinkan mempengaruhi kadar Pb dalam darah, bila konsumsi Ca dan Fe cukup maka akan membantu ekskresi Pb dalam tubuh sehingga dapat menurunkan kadar Pb dalam darah. Penggambaran status gizi dengan melihat IMT mempunyai kelemahan yaitu tidak mengetahui dengan pasti apakah konsumsi Fe dan Ca seseorang cukup untuk membantu mengeliminasi Pb dari jaringan tubuh. Maka sebaiknya untuk penelitianpenelitian berikutnya sebaiknya menggunakan recall 24 jam untuk mengetahui asupan gizi responden. Pada jaringan atau organ tubuh logam Pb akan terakumulasi pada tulang. Karena dalam bentuk ion Pb2+, logam ini mampu menggantikan keberadaan ion
Ca2+ (kalsium) yang terdapat pada jaringan tulang. E. Hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kadar Pb dalam darah Olah raga yang teratur dalam jangka waktu yang lama dapat membantu meningkatkan efisiensi jantung dan paru-paru secara keseluruhan, mereka yang aktif olah raga mempunyai fungsi paru-paru yang lebih baik dan umumnya lebih jarang merokok dan jarang mempunyai kelainan saluran nafas. 1414 Sumo,Sardjono,sadoso. Olah Raga dan Kesehatan. Pustaka Kartini. Jakarta. 1989 Olah raga teratur dapat memperbaiki sistem syaraf dan otot sehingga yang bersangkutan mampu menyesuaikan diri secara cepat pada perubahan situasi. Dari hasil penelitian diketahui sebanyak 16 responden memiliki kebiasaan olahraga 3 kali seminggu dalam waktu minimal 30 menit. Berdasarkan hasil analisis stastistik Independent rank spearman didapat r hitung sebesar -0,099 dan r value sebesar 0,589 pada taraf signifikasi 5 % berarti tidak ada perbedaan rata-rata Pb dalam darah operator. Maka dapat di simpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan olah raga dengan kadar Pb dalam darah. Hal ini mungkin di sebabkan karena kebiasaan olahraga hanya dapat meningkatkan kerja jantung dan fungsi paruparu dan sebagian besar Pb diekskresikan melalui urine dan feces , dan sebagian kecil diekskresikan melalui keringat dan rambut. Persentase Pb yang dikeluarkan tergantung dari absorbsi, umur, makanan yang di konsumsi, dan variabel lainnya. F. Hubungan kebiasaan merokok dengan kadar Pb dalam darah Asap rokok mengandung tar, nikotin, karbon monoksida, ammonia, butan, dan terbentuk dari puluhan zat kimia dan gas sampingan yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia.
121
Faktor-faktor Yang Berhubungan... - Yusthin M. Manglapy; MG Catur Y Salah satunya dapat menyebabkan sesak napas karena asap rokok dan dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran pernafasan dan jaringan paru. Kebiasaan merokok akan mempercepat penurunan faal paru. Penurunan volume ekspirasi paksa detik (VEP 1), pertahun adalah 28,7 ml; 38,4 ml; dan 41,7 ml; masingmasing untuk non perokok, perokok bebas, dan perokok aktif. Kebiasaan merokok mempengaruhi terjadinya penyakit paru akibat kerja seperti fibrosis paru akibat paparan alumunium, paparan radon, polimer FUME fever. Pengaruh asap rokok dapat lebih besar daripada pengaruh debu tambang. Penelitian menunjukkan bahwa pengaruh buruk debu hanya sekitar sepertiga dari pengaruh buruk rokok. Dari hasil penelitian responden diketahui sebanyak 18 responden memiliki kebiasaan merokok dengan jumlah batang rokok ratarata 7 batang per hari. Berdasarkan hasil analisis stastistik Independent rank spearman didapat r hitung sebesar 0,405 dan p-value sebesar 0,021 pada taraf signifikasi 5 % berarti ada hubungan yang bermakna dengan tingkat keeratan hubungan sedang dan memiliki arah hubungan yang positif antara jumlah batang rokok dengan kadar Pb dalam darah. Hal ini dikarenakan keadaan sakit atau terjadinya disfungsi dapat mempertinggi toksikologi zat pencemar atau dapat mempermudah terjadinya kerusakan organ.26 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Rata-rata responden berumur 25,6 tahun. 2. Sebanyak 26 responden berjenis kelamin laki-laki. 3. Rata-rata masa kerja responden 22,3 bulan.
122
4. Sebanyak 75 % responden berkategori IMT normal. 5. Sebanyak 50 % responden memiliki kebiasaan olahraga 6. Sebanyak 56,2 % responden memiliki kebiasaan merokok 7. Rata-rata kadar Pb dalam darah responden adalah 31,74 μg/ml darah 8. Hasil dari uji rank spearman diperoleh hasil tidak ada hubungan antara umur dengan kadar Pb dalam darah operator SPBU COCO A.Yani 9. Hasil dari uji Indipendent T-test diperoleh hasil ada hubungan antara jenis kelamin dengan kadar Pb dalam darah operator SPBU COCO A. Yani. 10. Hasil dari uji korelasi person product moment diperoleh hasil tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kadar Pb dalam darah operator SPBU COCO A.Yani. 11. Hasil dari uji Indipendent T-test diperoleh hasil tidak ada hubungan antara status gizi dengan kadar Pb dalam darah operator SPBU COCO A. Yani. 12. Hasil dari uji rank spearman diperoleh hasil tidak ada hubungan antara kebiasaan olah raga dengan kadar Pb dalam darah operator SPBU COCO A. Yani. 13. Hasil dari uji rank spearman diperoleh hasil ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar Pb dalam darah operator SPBU COCO A. Yani. Saran 1. Operator SPBU pada saat mengukur kualitas dan kuantitas BBM sebaiknya menggunakan masker sebagai APD guna mengurangi paparan uap, aromatic dari BBM. 2. Segera mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir bila terkena tumpahan atau percikan BBM dan juga mencuci tangan sebelum makan untuk mengurangi absorbsi Pb melalui kulit. 3. Makan dan minum pada saat istirahat.
JURNAL VISIKES - Vol. 8 / No. 2 / September 2009 4. Segera mencuci seragam yang dikenakan pada saat selesai bekerja / jangan pakai kembali seragam yang telah dikenakan hari sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA Nurjanah. Jurnal Kesehatan Visikes, Vol 3, No, 2, September 2004 Gunawan Gugun. Polusi udara di ruas jalan perkotaan. Jurnal Jalan-jembatan vol. 24. no. 1 april 2007 Kusminingrum Nanni. Pencemaran Udara dan Manajemen Lalulintas di Indonesia. e-Jurnal Balitbang PU. Vol.24. No. 1. april 2007 Aminah Noery. Perbandingan kadar Pb, Hb, Fungsi Ginjal Pada Karyawan BBTKL Dan PPM Surabaya Bagian Sampling Dan Non Sampling. JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN, VOL. 2, NO. 2, JANUARI 2006 : 111 - 120 Palar heryando. Pencemaran dan toksikologi logam berat.Rineka cipta. Jakarta. 2004 www.2.kompas.com/kompas-cetak/0704/30/ jogja/1036676.htm Siswanto, A. Toksikologi industri. Balai Hiperkes dan KeselamatanKerja Depnaker jatim.1991 Singarimbun, masri dan Safian effendi. Metodologi penelitian survei. Lembaga penelitian dan pendidikan dan penerangan ekonomi dan sosial (LP3ES) Jakarta.1989 Montgomery, R.et.al. biokimia suatu pendekatan kasus. Gajah Mada university press. Yogyakarta. 1993 Dampak pencemaran logam timbal (Pb) terhadap kesehatan masyarakat Oleh : Suharto, Spd * majalah indonesia
123