EVALUASI PENGADAAN BENIH DAN ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KENTANG PADA PETANI DI SABANI FARM KECAMATAN PANGALENGAN, KABUPATEN BANDUNG
FIRNA ANDRIANI RAHAYU
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Pengadaan Benih dan Analisis Pendapatan Usahatani Kentang pada Petani di Sabani Farm Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2016
Firna Andriani Rahayu NIM H34120028
ABSTRAK FIRNA ANDRIANI RAHAYU. Evaluasi Pengadaan Benih dan Analisis Pendapatan Usahatani Kentang pada Petani di Sabani Farm Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Dibimbing oleh AMZUL RIFIN. Sabani Farm merupakan penangkar benih kentang bersertifikat yang menjalin kerjasama dengan petani setempat, berlokasi di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bentuk kerjasama yang dilakukan antara Sabani Farm dan petani , mengevaluasi pelaksanaan kerjasama serta menganalisis pendapatan usahatani kentang yang dilakukan oleh petani. Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari metode pendekatan CIPP (context, input, process dan product) serta analisis pendapatan usahatani. Hasil analisis menunjukkan bahwa kerjasama yang dilakukan antara kedua belah pihak sudah efektif dalam pelaksanaannnya. Aspek konteks sebagai latar belakang dilakukannya kerjasama memiliki penilaian kinerja yang paling rendah. Hasil analisis menunjukkan nilai pendapatan atas biaya total sebesar Rp 14 378 230 dan nilai R/C rasio sebesar 1.31. Kata kunci : Evaluasi, benih kentang bersertifikat, pendapatan usahatani
ABSTRACT FIRNA ANDRIANI RAHAYU. Partnership Evaluation and Farmers Income Analysis in Sabani Farm, Pangalengan Subdistrict, Bandung District. Supervised by AMZUL RIFIN. Sabani Farm is suplier of potato seeds certified, who running partnership with local farmer located in Pangalengan Sub district, Bandung District. The aims of this study were to analyze type of partnership, evaluate the partnership from the aspect context, input, process, product (CIPP) and analyze farming income. The method used in this research is CIPP approach and farming income. The result of evaluation is context aspects as a background to do partnership have the lowest score, then analysis farming income is Rp 14 378 230 and the value of R/C ratio is 1.31 Key words: Evaluation, potato seeds certified, farming income
EVALUASI PENGADAAN BENIH DAN ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KENTANG PADA PETANI DI SABANI FARM KECAMATAN PANGALENGAN, KABUPATEN BANDUNG
FIRNA ANDRIANI RAHAYU
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul “Evaluasi Pengadaan Benih dan Analisis Pendapatan Usahatani Kentang pada Petani di Sabani Farm Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung”. Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua, keluarga dan temanteman yang telah memberikan dukungan, do’a dan motivasi kepada penulis dalam mengerjakan skripsi. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Amzul Rifin, SP, MA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan saran kepada penulis selama penulisan skripsi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen penguji utama Ibu Tintin Sarianti, SP, MA dan dosen penguji komisi pendidikan Bapak Feryanto WK SP, M.Si serta Cahya Sholihatin M selaku pembahas seminar dan semua pihak yang telah membantu dalam proses pengambilan data dalam penelitian. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi ilmu pengetahuan sebagai bahan rujukan bagi para pihak yang memerlukan.
Bogor, Agustus 2016 Firna Andriani Rahayu
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Kerjasama Agribisnis Evaluasi Kerjasama Pendapatan Usahatani Kentang KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep dan Bentuk Kerjasama Model Evaluasi Konsep Pendapatan Usahatani Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Penarikan Sampel dan Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Evaluasi Kerjasama dengan Metode CIPP Biaya Usahatani Penerimaan Usahatani Pendapatan Usahatani Analisis Anggaran Parsial GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN Karakteristik Wilayah Kecamatan Pangalengan Gambaran Umum Sabani Farm Karakteristik Responden HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan dan Bentuk Kerjasama Sabani Farm dengan Petani Prosedur Kerjasama Evaluasi Kerjasama Evaluasi Context Evaluasi Input Evaluasi Process
ix ix ix 1 1 4 5 5 5 5 6 7 8 8 8 10 10 11 13 13 13 13 14 14 17 18 19 19 19 19 20 21 22 23 23 24 25 27 27
Evaluasi Product Keragaan Usahatani Kentang Input Usahatani Kentang Teknik Budidaya Analisis Pendapatan Usahatani Kentang Penerimaan Usahatani Kentang Biaya Usahatani Kentang Pendapatan Petani Kentang Analisis Nilai Rasio R/C Anggaran Keuntungan Parsial SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP
28 28 28 31 33 34 34 40 40 40 42 42 42 43 47
ix
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Rata-rata pengeluaran per kapita per bulan menurut jenis pengeluaran tahun 2015 Perkembangan produksi, luas lahan, dan produktivitas kentang di Indonesia tahun 2011-2014 Sentra dan perkembangan produksi kentang tahun 2011 – 2015 Jenis dan sumber data yang digunakan Indikator penilaian kerjasama berdasarkan aspek context, input, process dan product. Luas Kecamatan Pangalengan menurut penggunaan lahan tahun 2013 Status lahan garapan petani responden pada tahun 2016 Komposisi usia petani responden Penilaian evaluasi dari aspek context Penilaian evaluasi dari aspek input Penilaian evaluasi dari aspek process Penilaian evaluasi dari aspek product Rata-rata penggunaan HOK/hektar/musim tanam pada usahatani kentang petani Rata-rata penerimaan kentang konsumsi dan benih kentang petani Rata-rata biaya penggunaan pupuk pada usahatani kentang petani Rata-rata biaya penggunaan pestisida dan ZPT pada usahatani kentang petani Rata-rata biaya penggunaan tenaga kerja pada usahatani kentang petani Rata-rata biaya penyusutan peralatan pada usahatani kentang petani Struktur biaya rata-rata usahatani kentang petani pada musim tanam Desember 2015- Maret 2016 Rata-rata total penerimaan, biaya, pendapatan, dan R/C usahatani kentang petani Anggaran keuntungan parsial dari perubahan jenis benih kentang
1 2 2 13 16 21 21 22 24 26 27 28 30 34 35 36 36 37 39 40 41
DAFTAR GAMBAR 1
Kerangka pemikiran operasional
12
DAFTAR LAMPIRAN 1 Luas panen, produksi, dan produktivitas kentang menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jawa Barat 2 Rata-rata pendapatan ushatani kentang petani
45 46
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dimana banyak tanaman dapat tumbuh dan dibudidayakan. Indonesia juga memiliki kaya akan tanaman pertanian antara lain tanaman pangan, tanamanan perkebunan, dan tanaman hortikultura. Kebutuhan konsumen yang sebagian besar berasal dari produk pertanian, seperti makanan dan pakaian selalu meningkat setiap tahunnya. Peningkatan permintaan konsumen tersebut mengharuskan perusahaan yang bergerak dalam bidang makanan dan bukan makanan harus mencukupi kebutuhan konsumen1. Besarnya kebutuhan konsumen terhadap makanan dan bukan makanan dapat dilihat dari besarnya pengeluaran masyarakat yang dikeluarkan untuk mengonsumsi makanan dan bukan makanan. Tabel 1 Rata-rata pengeluaran per kapita per bulan menurut jenis pengeluaran tahun 2015 Jenis Pengeluaran Total Pengeluaran (Rp) Persentase (%) Makanan 478 062 50.09 Bukan Makanan 476 368 49.91 Jumlah 954 430 100 Sumber : BPS, 2016 Tabel 1 menunjukkan kebutuhan per kapita per bulan terhadap makanan lebih besar daripada bukan makanan. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan kosumen terhadap makanan yang seluruhnya dihasilkan dari produk pertanian harus dapat mencukupi. Terbatasnya bahan baku yang dimiliki oleh perusahan dalam memproduksi makanan dan bukan makanan menyebabkan banyak perusahaan menjalin kerjasama dengan pemilik sumber bahan baku, seperti dengan petani guna mendapatkan bahan baku yang berkelanjutan dan berkualitas. Berbagai bentuk kerjasama baik lingkup ke depan maupun lingkup ke belakang telah banyak dilakukan antara perusahaan dan petani. Kondisi pertanian Indonesia yang dihadapkan pada beberapa permasalahan, seperti penguasaan lahan petani yang kecil, penggunaan peralatan yang sederhana, akses permodalan, kebutuhan usahatani dan pemasaran yang terbatas, mengakibatkan kerjasama merupakan salah satu cara untuk membangun petani dan pertanian Indonesia yang lebih baik (Darwis 2005). Banyak komoditi pertanian yang dikembangkan oleh perusahaan dan petani karena bernilai tinggi, antara lain adalah komoditi hortikultura. Tanaman hortikultura dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan pasar domestik, mengurangi ketergantungan akan produk impor, membuka lapangan pekerjaan baru, dan meningkatkan pendapatan petani. Campur tangan antara pemerintah dan perusahaan yang bergerak dalam produk pertanian khususnya hortikultura,
1
Biro Pengembangan BPR dan UMKM Bank Indonesia, 2011
`2 `
mengakibatkan pengusahaan tanaman hortikultura gencar dilakukan (Direktorat Jenderal Hortikultura 2005). Kentang (Solanum tuberosum) merupakan tanaman hortikultura yang mendapatkan perhatian untuk dikembangkan. Kentang telah lama diusahakan oleh petani sebagai usahatani yang komersial, yaitu dicirikan oleh sebagian besar produksinya yang ditujukan untuk memenuhi permintaan pasar Kentang juga merupakan komoditi hortikultura unggulan Indonesia ketiga setelah komoditi cabai dan kubis bila dilihat dari nilai produksi yang dihasilkan (BPS 2015) Kebutuhan kentang dalam negeri tergolong tinggi apabila dibandingkan dengan komoditi hortikultura lainnya yaitu mencapai enam juta ton. Kentang digunakan untuk keperluan konsumi rumah tangga dan industri. Sementara itu, jumlah kentang yang tersedia dalam negeri adalah sebesar 1.5 juta ton. Nilai tersebut terdiri dari kentang produksi dalam negeri dan kentang yang diimpor dari beberapa negara seperti Australia dan Amerika (Pusdatin 2015). Dalam upaya memenuhi kebutuhan kentang nasional, pemerintah tidak hanya terpaku terhadap impor, melainkan juga berupaya terhadap produksi kentang nasional. Hal ini dapat dilihat dari total produksi kentang nasional yang mengalami pertumbuhan produksi sebesar sebelas persen dari tahun 2011 hingga 2014. Perkembangan produksi, luas tanam dan produktivitas kentang nasional dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Perkembangan produksi, luas lahan, dan produktivitas kentang di Indonesia tahun 2011-2014 Produksi Luas Lahan Produktivitas Tahun (ton) (ha) (ton/ha) 2011 955 488 59 882 15.956 180 2012 1 094 240 65 989 16.582 157 2013 1 124 282 70 187 16.018 379 2014 1 316 016 76 090 17.295 518 Sumber: BPS (2015) Tabel 2 menunjukkan bahwa produksi kentang nasional mengalami peningkatan selama empat tahun terakhir. Peningkatan produksi kentang terjadi karena pemerintah maupun swasta selalu berupaya dalam mengembangkan kentang untuk menghasilkan umbi yang berkualitas dan mampu berproduksi dalam jumlah besar. Pengembangan kentang pun dilakukan di beberapa sentra penghasil kentang di Indonesia. Berikut sentra dan produksi kentang tahun 2011 – 2015 di Indonesia.
3
Tabel 3 Sentra dan perkembangan produksi kentang di Indonesia tahun 2011 2015 Provinsi
2011 2012 Jawa Tengah 250 404 252 607 Jawa Barat 220 155 261 967 Jawa Timur 85 520 162 039 Jambi 86 102 85 535 Sumatera Utara 123 078 128 965 Sumatera Barat 29 530 31 300 Sulawesi Utara 114 548 116 415 Jumlah 909 337 1 038 828 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015
Produksi (ton) 2013 2014 273 514 292 214 258 176 245 332 189 864 208 270 75 512 191 890 100 736 107 058 44 669 54 729 115 202 113 980 1 057 673 1 213 473
2015 277 867 261 043 212 162 119 059 106 285 60 048 54 734 1 091 198
Tabel 3 menunjukkan produksi kentang mengalami fluktuatif di beberapa sentra penghasil kentang pada tahun 2014 hingga 2015. Sastrahidayat (2011) menjelaskan bahwa penurunan produksi kentang terjadi karena belum meratanya ketersediaan benih yang berkualitas baik di setiap daerah, sehingga ketersediaan benih kentang yang berkualitas masih terbatas. Kualitas benih yang tidak baik menyebabkan petani merugi dalam menanam kentang dan beralih ke komoditi lain yang dianggap lebih menguntungkan, penyebab penurun produksi selanjutnya adalah perubahan penggunaan lahan yang awalnya digunakan untuk kegiatan pertanian beralih menjadi kepentingan lain seperti pemukiman dan pariwisata. Sementara itu, peningkatan produksi kentang terjadi karena daerah tersebut merupakan lokasi pengembangan kentang yang dapat dilihat dari pemerintah dan banyaknya lembaga swasta seperti penangkar benih yang berupaya dalam pengembangan benih kentang, sehingga ketersediaan benih kentang yang berkualitas baik relatif banyak dan mudah diperoleh petani. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra penghasil kentang di Indonesia. Total produksi kentang di Provinsi Jawa Barat adalah sebesar 245 332 ton. Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat tahun 2014, sebesar 38 persen (93 415 ton) produksi kentang Provinsi Jawa Barat dihasilkan dari Kabupaten Bandung (Lampiran 1). Walaupun pertumbuhan produksi kentang di Provinsi Jawa Barat tidak sebesar Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jambi, namun provinsi Jawa Barat unggul dalam pengembangan benih kentang. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) menjelaskan bahwa sebesar 508 962 ton atau sekitar 41 persen total benih kentang di Indonesia dihasilkan dari Provinsi Jawa Barat. Sebagai daerah pengembangan kentang, peningkatan agribisnis kentang perlu dilakukan mengingat kebutuhan akan kentang yang tergolong tinggi dan ketersediaan kentang nasional belum mampu mencukupi kebutuhan tersebut.
`4 `
Rumusan Masalah Tinggiya permintaan terhadap kentang menyebabkan banyak petani yang ingin mengusahakan kentang. Usahatani kentang memerlukan biaya tinggi dibandingkan dengan komoditi hortikultura lainnya. Tingginya biaya usahatani kentang salah satunya disebabkan karena mahalnya harga benih kentang, untuk mengusahakan kentang dengan biaya yang rendah tidak sedikit petani menggunakan benih kentang yang berkualitas rendah. Penggunaan benih kentang yang berkualitas rendah mengakibatkan produksi kentang sedikit, begitupun juga dengan kualitasnya yang rendah, antara lain ukuran umbi yang kecil atau banyak umbi yang busuk. Kualitas yang rendah ini pada akhirnya akan dibeli oleh pedagang besar dengan harga murah. Penggunaan benih kentang yang berkualitas rendah menyebabkan petani merugi karena biaya yang dikeluarkan petani sering kali lebih besar dari pada penerimaan yang diperoleh. Kabupaten Bandung berpotensi sebagai penghasil kentang mengingat kondisi topografi dan agroklimat yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kentang. Banyak kecamatan yang mengusahakan tanaman kentang di Kabupaten Bandung, salah satunya adalah Kecamatan Pangalengan.2 Kecamatan Pangalengan terdapat banyak petani yang mengusahakan kentang, namun hanya petani tertentu yang melakukannya dikarenakan usahatani kentang memerlukan biaya yang tergolong besar. Banyak petani yang menanam kentang dengan modal terbatas dan menggunakan benih yang kualitas kurang baik, benih tersebut biasanya diperoleh dari hasil penanaman sebelumnya atau pembelian dari petani lain. Penggunaan benih kentang yang berkualitas rendah menyebabkan tidak sedikit petani memperoleh keuntungan kecil bahkan merugi. Sabani Farm merupakan salah satu penangkar benih kentang di Kecamatan Pangalengan yang menjalin kerjasama dengan petani kentang. Sabani Farm memilih petani berdasarkan informasi dan rekomendasi masyarakat, bahwasannya petani tersebut memiliki kemauan dan kemampuan yang baik dalam berusahatani kentang dan komoditi lainnya. Sabani Farm menjalankan kerjasama berdasarkan prinsip saling menguntungkan dan saling membutuhkan. Sabani Farm membutuhkan petani untuk meningkatkan penjualan benihnya, sementara itu petani bekerjasama dengan Sabani Farm untuk memperoleh benih kentang yang berkualitas baik. Benih kentang G3 yang dipasok oleh Sabani Farm diharapkan dapat menghasilkan produktivitas minimal mencapai 23 ton/ha, namun dalam pelaksanaannya terdapat beberapa petani yang belum dapat menghasilkan kentang sesuai dengan jumlah yang diharapkan. Hal tersebut merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tujuan kerjasama belum tercapai dan belum maksimal dalam pelaksanaannya. Pelaksanann kerjasama yang belum maksimal ini akan dapat menghambat kerjasama selanjutnya. Berdasarkan kondisi tersebut, maka dapat dirumusakan pertanyaan yang dapat dikaji dalam penelitian, yaitu : 1. Bagaimana pelaksanaan kerjasama yang dijalankan antara Sabani Farm dengan petani kentang ? 2
Biro Pengembangan BPR dan UMKM Bank Indonesia, 2011
5
2. Bagaimana evaluasi kerjasama dari pelaksanaan program yang telah dilakukan? 3. Bagaimana pendapatan usahatani kentang petani ?
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pelaksanaan kerjasama yang dijalankan oleh Sabani Farm dengan petani kentang. 2. Mengetahui evaluasi kerjasama dari pelaksanaan program yang telah dilakukan. 3. Mengetahui tingkat pendapatan usahatani kentang pada petani.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian mengenai evaluasi pengadaan benih dan analisis pendapatan usahatani kentang, dibatasi pada karakteristik dan kondisi sosial ekonomi petani . Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah petani kentang yang menjalin kerjasama dengan Sabani Farm. Responden dipilih berdasarkan pengarahan dari Sabani Farm. Adapun penelitian ini mengevaluasi kerjasama dengan menggunakan metode pendekatan CIPP (context, input, process dan product) serta menganalisis pendapatan petani pada satu musim tanam, yaitu November 2015 hingga Maret 2016.
TINJAUAN PUSTAKA Kerjasama Agribisnis Kerjasama merupakan kerjasama yang dilakukan antara dua pihak atau lebih yang mengutamakan prinsip saling membutuhkan dan menguntungkan. Salah satu kerjasama yang dilaksanakan adalah kerjasama agribisnis dimana sebagaian besar pihak yang ber adalah petani dan perusahaan yang membutuhkan bahan baku produk pertanian. Kerjasama dilakukan oleh PT Heinz ABC dengan petani cabai merah di Jawa Tengah. Bentuk kerjasama yang dilakukan adalah subkontrak, dimana perusahaan menetapkan harga jual cabai merah berdasarkan kontrak kesepakatan. Harga jual tersebut didasarkan pada biaya pokok ditambah keuntungan. Harga kontrak cabai (franko pabrik) dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2005 sebesar Rp 5 200/kg, tahun 2006 sebesar Rp 5 500/kg, tahun 2007 sebesar Rp 5 750/kg, dan tahun 2008 sebesar Rp 6 500/kg (Supriyati, 2009). Dalam kerjasama yang dijalankan, terdapat peryaratan yang cukup ketat. Hal ini bertujuan agar petani dapat bersungguh-sungguh dalam menghasilkan produk yang berkualitas sekaligus sebagai pendidikan agar petani lebih
`6 `
profesional. Dalam kelembagaan kerjasama antara petani dengan PT Heinz ABC Indonesia, kedua belah pihak saling diuntungkan. Keuntungan bagi petani adalah adanya kepastian pemasaran hasil dan keuntungan yang relatif stabil, memperoleh kemudahan akses permodalan, memperoleh bimbingan teknik budidaya dan pascapanen serta kerugian risiko yang lebih rendah. Sementara itu, keuntungan bagi PT Heinz ABC Indonesia antara lain memperoleh bahan baku sesuai dengan spesifikasi yang diperlukan oleh pabrik. Dengan adanya manfaat positif dari kerjasama, diharapkan dapat meningkatkan kesejateraan petani dan mendukung perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang agribisnis untuk lebih luas lagi dalam mengusahakan produk dan jasa agribisnis (Supriyati, 2009). Kerjasama agribisnis selanjutnya yaitu kerjasama yang dilakukan antara PT Pagilarang dengan petani kakao selaku anggota Kelompok Tani Gupadikoyo. Dalam kerjasama ini tidak dikuatkan dalam bentuk kontrak perjanjanjian seperti kerjasama yang dilakukan oleh PT Heiz ABC dengan petani cabai, dikarenakan petani kakao belum memenuhi kuantitas yang diharapkan oleh perusahaan. Meskipun kerjasama yang dilakukan tidak terikat dalam suatu kontrak, petani tetap menjalani kerjasama dengan PT Pagilarang dan berusaha untuk mencapai tujuan masing-masing. Kerjasama yang dijalankan memberikan manfaat baik bagi petani maupun perusahaan, bagi petani manfaat tersebut antara lain, mendapatkan jaminan pasar, jaminan harga, bimbingan teknis dan bantuan operasional. Sementara itu, bagi perusahaan adalah memeperoleh pasokan biji kakao berfermentasi. Berdasarkan hasil perhitungan secara regresi berganda, menunjukkan bahwa kerjasama berpengaruh positif terhadap peningkatan produktivitas kakao petani . Hasil analisis usahatani juga membuktikan bahwa kerjasama dapat meningkatkan penerimaan petani apabila dibandingkan dengan penerimaan petani non (Puspitasari, 2009). Kerjasama juga dapat meningkatkan pendapatan petani selain memperoleh bantuan operasional dan jaminan harga. Selain itu, melalui kerjasama petani juga dapat meningkatkan pengetahuannya terhadap beberapa bidang seperti produksi, operasional sumberdaya manusia, teknologi dan pemasaran (Marlina, 2008)
Evaluasi Kerjasama Pelaksanaan kerjasama yang telah dilakukan oleh pihak yang ber, perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana keefektivan program kerjasama. Evaluasi kerjasama juga dilakukan untuk melihat sejauh mana pelaksanaan dan tujuan kerjasama yang dilakukan dapat tercapai, seperti yang terjadi pada PT Galih Estetika dengan petani ubi jalar kuningan dan Ubi jalar jepang. Evaluasi yang dilakukan dalam kerjasama ini dilakukan melalui sepuluh atribut. Atribut tersebut dilihat dari kesesuaian antara ketentuan dan realisasi. Penggunaan sepuluh atribut dilakukan karena pengaturan mengenai hak dan kewajiban tidak seluruhnya ditulis secara eksplisit dalam kontrak kerjasama tetapi berlaku dalam teknis kerjasama. Atribut tersebut antara lain, kontinuitas pasokan komoditi dari petani ke perusahaan, pembagian risiko budidaya, pendampingan teknis, bantuan biaya garap, ketepatan waktu pemberian bantuan garap, respon terhadap segala keluhan, pengangkutan hasil panen, dan harga ubi jalar yang diberikan (Prastiwi, 2010)
7
Evaluasi kerjasama juga dapat dilakukan dengan melihat aspek konteks, input (masukan), proses, dan produk. Proses dan produk berjalan secara simultan, sehingga apabila proses yang dilakukan untuk mencapai tujuan berjalan sesuai dengan kesepakatan, maka produk yang dihasilkan dapat sesuai dengan yang diharapkan. Sebaliknya apabila di dalam proses atau jalannya kerjasama terdapat kendala atau hambatan yang tidak sesuai, maka produk yang dihasilkan pun tidak akan sesuai dengan yang direncanakan dan bisa memberikan kerugian bagi kedua belah pihak. Sehingga tercapainya proses yang baik ditentukan berdasarkan input (masukan) yang sesuai dengan kebutuhan kedua belah pihak (Yulianto, 2008). Evaluasi kerjasama melalui aspek konteks, masukan, proses, dan produk dilakukan oleh Asosiasi Apakusa Makmur dengan petani Boyolali di Jawa Tengah. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa aspek konteks sudah efektif dalam pelaksanannya. Sedangkan aspek input, proses, dan produk belum menunjukkan efektif, sehingga ketiga aspek tersebut masih diperlukan peninjauan kembali guna kerjasama selanjutnya. Kerjasama perlu dilaksanakan dengan cara mematuhi peraturan dan etika bisnis yang berlaku. Peraturan yang dibuat bersama oleh pihak yang ber akan menjadi dasar dari kerjasama yang dibangunnya. Sehingga apabila kedua belah pihak yang ber dapat mematuhi peraturan dan menerapkan etika bisnis, maka akan memudahkan pelaksanaan kerjasama itu sendiri (Tantriyati, 2014).
Pendapatan Usahatani Kentang Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk mengetahui bagaimana keberhasilan suatu usahatani. Analisis pendapatan usahatani kentang G-4 bersertifikat pernah dilakukan di Desa Cisarua, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai pendapaatan dan R/C antara benih kentang dan kentang konsumsi berbeda. Usaha pembibitan kentang G-4 memiliki keuntungan yang lebih besar dari pada mengusahakan kentang konsumsi. Pada musim tanam tahun 2001 hingga 2002 nilai R/C untuk petani penangkar pada musim hujan 1.52 dan pada musim kemarau 1.21, sedangkan untuk petani kentang konsumsi pada musim hujan sebesar 1.07 dan pada musim kemarau 1.03. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan agribisnis kentang bibit G-4 sangat layak diusahakan karena sangat menguntungkan sedangkan pada pelaksanaan agribisnis kentang konsumsi masih layak diusahakan karena cukup menguntungkan. Namun meski keuntungan yang diperoleh petani kentang konsumsi relatif lebih kecil, tetapi dalam hal memperoleh uang tunai jauh lebih cepat daripada usahatani umbi G-4 karena usahatani G-4 penanganannya hanya selama 3 sampai 4 bulan saja, sementara pada usahatani G-4 penanganannya bisa berlangsung lebih lama yaitu sekitar 8 hingga 9 bulan (Gunarto, 2004) Analisis pendapatan kentang yang dilakukan di Harry Farm juga menunjukkan bahwa pendapatan usahatani dari benih kentang lebih besar dari kentang konsumsi. Sementara itu, kentang jenis G-3 lebih besar bila dibandingkan dari G-4 karena jumlah fisik yang dihasilkan dan harga per satuan benih kentang G-3 lebih tinggi. Nilai R/C pada usahatani benih kentang G-3 atas biaya tunai adalah sebesar 2.31 yang menjelaskan bahwa pengeluaran biaya tunai sebesar Rp 1 akan mendapatakan imbalan penerimaan sebesar Rp 2.31 sedangkan nilai R/C
`8 `
atas biaya total adalah sebesar 1.33 yang menunjukkan setiap pengeluaran biaya total sebesar Rp 1 akan mendapatkan imbalan penerimaan sebesar Rp 133. Berdasarkan kedua nilai R/C tersebut maka usahatani benih kentang G-3 di Harry Farm efisien, karena nilai R/C tersebut lebih besar dari satu. Perbandingan antara nilai penerimaan dan jumlah biaya (R/C) usahatani benih kentang G-4 atas biaya tunai adalah 2.05 artinya, setiap pengeluaran biaya tunai sebesar Rp 1 akan mendapatkan imbalan sebesar Rp 205. Sedangkan nilai R/C atas biaya total sebesar 1.26 artinya setiap pengeluaran biaya total sebesar Rp 1 akan mendapatkan imbalan sebesar Rp 126. bedasarkan kedua nilai R/C tersebut maka usahatani benih kentang G-4 di Harry Farm juga efisien, karena kedua nilai R/C lebih dari satu. Analisis pendapatan usahatani kentang konsumsi dengan kentang bibit juga dilakukan di Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok. Hasil penelitian menunjukan bahwa pendapatan rata-rata per hektar petani kentang bibit lebih besar dibandingkan petani kentang konsumsi dimana pendapatan kentang konsumsi sebesar Rp 56 893 775.02 /ha/MT. Sedangkan pendapatan petani kentang bibit sebesar Rp 107 864 261.08/ ha/MT. Usahatani kentang konsumsi dan kentang bibit sama-sama menguntungkan, namun jika dilihat dari segi jumlah penerimaan, pendapatan, dan keuntungan maka usahatani kenang bibit lebih besar atau lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan usahatani kentang konsumsi (Rachmi, 2011).
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep dan Bentuk Kerjasama Kerjasama dijalankan oleh dua pihak atau lebih yang dilakukan atas dasar saling membutuhkan, menguntungkan, dan menguatkan. Hafsah (2000) menjelaskan kerjasama atau kejasama dilakukan karena adanya keuntungan yang diperoleh, yaitu adanya kemajuan usaha yang dihasilkan dari adopsi nilai-nilai baru, wawasan baru, dan keberanian dalam mengambil risiko serta etos kerja yang baik. Kerjasama awalnya terbentuk karena kondisi sosial dan budaya masyarakat lokal. Sebagian besar bentuk kerjasama yang berlaku di Indonesia antara lain pola inti plasma, subkontrak, dagang umum, keagenan dan kerjasama operasional agribisnis. Inti plasma merupakan bentuk kerjasama yang sebagaian besar dilakukan oleh petani selaku produsen atau pemilik bahan baku dan perusahaan selaku pihak yang memproses bahan baku. Kerjasama bentuk inti plasma banyak dilakukan di Indonesia. Sebagian besar komoditi yang diusahakan dalam bentuk kea ini adalah perkebunan seperti kelapa sawit, namun ada juga beberapa komoditi dari subsektor lainnya seperti hortikultura. Plasma yang terbentuk biasanya terdiri dari banyak anggota kelompok tani. Kelebihan yang dapat diperoleh dari bentuk kerjasama ini adalah terciptanya peningkatan usaha yang pada akhirnya dapat
9
mendorong pertumbuhan ekonomi. Sedangkan kelemahan dari bentuk kerjasama ini adalah adanya ketergantungan petani plasma kepada inti. Kerjasama subkontrak merupakan pola kerjasama antara perusahaan usaha dengan kelopok usaha yang memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan sebagai bagian dari produksinya. Kelebihan dari pola subkontrak adalah pola subkontrak ditandai dengan adanya kesepakatan tentang kontrak bersama yang mencakup volume, harga, mutu, dan waktu kondusif bagi terciptanya alih teknologi, modal, keterampilan, dan produktivitas serta terjaminnya pemasaran produk pada kelompok . Namun dalam bentuk kerjasama ini terdapat kelemahan seperti hubungan subkontrak yang terjalin semakin lama cenderung mengasosiasi produsen kecil dan mengarah ke monopoli atau monopsoni, terutama dalam penyediaan bahan baku serta dalam hal pemasaran serta nilai-nilai kerjasama antara kedua belah pihak. Perasaan saling menguntungkan, saling memperkuat, dan saling menghidupi berubah menjadi penekanan terhadap harga input yang tinggi atau pembelian produk dengan harga rendah. Pola kerjasama dagang umum merupakan hubungan jual beli sehingga diperlukan struktur pendanaan yang kuat dari pihak yang ber baik perusahaan maupun kelompok . Keuntungan dalam pola kerjasama ini berasal dsari marjin harga dan jaminan harga produk yang diperjual belikan serta kualitas produk sesuai dengan kesepakatan pihak yang ber. Pola kerjasama keagenan merupakan bentuk kerjasama yang terdiri dari pihak perusahaan dan kelompok atau pengusaha kecil . Pihak perusahaan (pengusaha besar) memberikan hak khusus kepada kelompok untuk memasarkan barang atau jasa perusahaan yang dipasok oleh pengusaha besar . Perusahaan besar atau menengah bertanggung jawab atas mutu dan volume produk (barang atau jasa), sedangkan usaha kecil nya berkewajiban memasarkan produk atau jasa. Diantara pihak-pihak yang ber terdapat kesepakatan tetang target-target yang harus tercapai dan besarnya komisi (fee) yang diterima oleh pihak yang memasarkan produk. Kelebihan dari pola keagenan adalah pola ini dapat dilaksanakan oleh para pengusaha kecil yang modalnya relatif kurang kuat. Sedangkan kelemahan dari pola keagenan adalah usaha kecil dapat menetapkan harga produk secara seihak sehingga harganya menjadi lebih tinggi di tingkat konsumen. Pola kerjasama KOA merupakan pola hubungan bisnis yang dijalankan oleh kelompok dan perusahaan . Kelompok menyediakan lahan, sarana, dan tenaga kerja, sedangkan pihak perusahaan menyediakan biaya, modal, manajemen, dan pengadaan sarana produksi untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditi pertanian. selain itu, perusahaan juga sering berperan sebagai penjamin pasar produk dengan meningkatkan nilai tambah produk melalui pengolahan dan pengemasan. Kelebihan dari pola KOA adalah sama seperti sistem inti plasma. Sedangkan kelemahan dari pola KOA adalah pengambilan untung oleh perusahaan yang menangani aspek pemasaran dan pengolahan produk terlalu besar sehingga dirasakan kurang adil oleh kelompok usaha kecil lainnya, perusahaan cenderung monopsoni sehingga memperkecil keuntungan yang diperoleh pengusaha kecil nya.
`10 `
Model evaluasi Model CIPP (Context, Input, Process, dan Product) merupakan salah satu model dalam penentuan evaluasi. Model ini melihat pada empat aspek, yaitu konteks, input, proses, dan produk. Keunikan model ini adalah pada setiap tipe evaluasi terkait pada perangkat pengambil keputusan yang menyangkut perencanaan dan operasional sebuah program atau kerjasama yang dijalankan. Keunggulan model CIPP adalah dapat memberikan suatu evaluasi yang komprehensif pada setiap tahapan evaluasi, yaitu tahap konteks, masukan, proses, dan produk (Yulianto, 2008). Evaluasi konteks mencakup analisis masalah yang berkaitan dengan lingkungan program atau kondisi objektif yang dilaksanakan. Berisi tentang kekuatan dan kelemahan objek tertentu. evaluasi konteks sebagai fokus untuk mengidentifikasi peluang dan menilai kebutuhan. Suatu kebutuhan dirumuskan sebagai suatu kesenjangan kondisi nyata dengan kondisi yang diharapkan. Dengan kata lain, evaluasi konteks berhubungan dengan analaisis masalah kekuatan dan kelemahan dari objek tertentu yang akan atau sedang berjalan. Evaluasi input meliputi analisis personal yang berhubungan dengan bagaimana penggunaan sumberdaya yang tersedia serta sebagai alternatif strategi yang dipertimbangkan untuk mencapai tujuan tertentu. Evaluasi proses merupakan evaluasi dirancang dan diaplikasikan dalam praktik implementasi kegiatan. Termasuk mengidentifikasi permasalahan prosedur baik tatalaksana kejadian dan aktivitas. Setiap aktivitas perubahanperubahan yang terjadi dimonitor secara jujur dan cermat. Evaluasi produk merupakan kumpulan deskripsi atau judgement outcomes dalam hubungannya dengan konteks, input, dan proses, kemudian diintepretasikan harga dan jasa yang diberikan. Dalam evaluasi ini terdapat catatan pencapaian hasil dan keputusan untuk perbaikan dan aktualisi kedepannya. Perhitungan evaluasi dapat dilakukan dengan langkah menyusun indikator evaluasi pada setiap aspek, menilai setiap indikator tersebut sesuai dengan persepsi dan jawaban responden, memberikan bobot skor pada setiap indikator kemudian membandingkan jumlah skor indikator aktual dengan jumlah skor ideal pada setiap aspek (Arikunto 2008). Bobot skor dikategorikan menjadi tiga, yaitu skor 3 apabila lebih dari lima puluh persen responden atau delapan responden menjawab skala lima dan empat, skor 2 apabila dua puluh lima persen hingga lima puluh persen responden atau dua hingga tujuh responden yang menilai skala 5 dan skala 4, selanjutnya skor 1 apabila kurang dari dua puluh persen responden yang menilai skala 5 dan skala 4. Skala 5 dan skala menjadi tolak ukur dengan mengasumsikan bahwa skala tersebut sudah baik dalam pelaksanaannya dan dianggap tidak perlu diganti atau hanya perlu diperbaiki. Konsep pendapatan usahatani Pada analisis usahatani, data mengenai penerimaan, biaya, dan pendapatan usahatani perlu diketahui. Cara analisi terhadap tiga variabel ini disebut dengan analisi anggaran arus uang tunai (Suratiyah 2011). Adapun penjelasan ketiga variabel tersebut adalah : 1. Struktur Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Istilah lain untuk penerimaan usahatani adalah
11
pendapatan kotor usahatani yang didefinsikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun tidak dijual. Pendapatan kotor ini, mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, bibit atau pakan ternak, digunakan untuk pembayaran, dan disimpan atau ada di gudang pada akhir tahun. 2. Struktur Biaya Usahatani Biaya adalah sejumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi kegiatan usahatani. Biaya dikelompokan dalam dua kategori, yaitu : a. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk uang. b. Biaya tidak tunai adalah biaya yang tidak dikeluarkan secara tunai namun diperhitungkan dalam usahatani.
3. Struktur Pendapatan Usahatani Pendapatan tunai usahatani adalah selisish antara penerimaan usahatani dan pengeluaran tunai dan merupakan ukuran kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang tunai. Faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani, yaitu : luas usaha, tingkat produksi, pilihan dan kombinasi cabang usaha, intensitas pengusahaan pertanaman, dan efisiensi tenaga kerja. Analisis pendapatan usahatani ini bertujuan mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan (Suratiyah 2011). 4. Analisis R/C Analisis R/C (return cost ratio) merupakan perbandingan (ratio atau nisbah) antara penerimaan dengan biaya dalam satu kali periode produksi usahatani. R/C menunjukkan besarnya penerimaan yang diperoleh sebagai manfaat dari setiap rupiah yang dikeluarkan, semakin tinggi nilai R/C maka akan semakin menguntungkan usahatani tersebut dilakukan. Analisis R/C ini dibagi dua, yaitu: (a) menggunakan data pengeluaran (biaya produksi) tunai dan (b) menghitung juga atas biaya yang tidak diperhitungkan, dengan kata lain perhitungan total biaya produksi (Suratiyah 2011). Kriteria keputusan dari nilai R/C, yaitu jika nilai R/C >1 maka kegiatan usahatani yang dilakukan dapat memberikan penerimaan yang lebih besar dari pada pengeluaran. Nilai R/C <1 menunjukkan kegiatan usahatani yang dilakukan tidak dapat memberikan penerimaan yang lebih besar dari pada pengeluarannya. Nilai R/C = 1, maka kegiatan usahatani yang dilakukan dapat dikatakan tidak memberikan keuntungan maupun kerugian (impas), karena penerimaan yang diterima petani oleh petani akan sama dengan pengeluaran yang dikeluarkan oleh petani.
Kerangka Pemikiran Operasional Permintaan kentang yang tinggi dan jumlah kentang yang belum mencukupi kebutuhan dalam negeri mengakibatkan peningkatan agribisnis kentang perlu
`12 `
dilakukan. Banyak petani tertarik untuk mengusahakan kentang mengingat kentang bernilai ekonomis dan memiliki harga jual yang tidak terlalu berubah. Dalam mengusahaka kentang seringkali petani terkendala dalam permasalahan modal. Petani memerlukan biaya tinggi untuk membeli benih dan membiayai operasional usahatani. Untuk melakukan usahatani dengan biaya yang rendah tidak sedikit petani menggunakan benih dengan harga murah dan kualitas rendah. Penggunaan benih kentang yang kurang berkualitas menyebabkan petani sering merugi karena biaya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan penerimaan yang diperoleh, sehingga untuk meminimalisir kerugian dilakukannya kerjasama antara penangkar benih dengan petani kentang setempat. Dalam berlangsungnya kerjasama terdapat tujuan yang belum tercapai, hal ini mengakibatkan perlu dilakukannya evaluasi dari pelaksanaan kerjasama yang dilakukan dan menganalisis usahatani petani untuk melihat apakah kerjasama yang dilakukan oleh petani dengan penangkar layak dijalankan dan dapat memberi keuntungan bagi bagi kedua belah pihak. Hasil evaluasi kerjasama dan analisis usahatani tersebut diharapkan dapat dijadikan perbaikan atau rekomendasi untuk kerjasama selanjutnya.
Permintaan kentang dalam negeri yang tinggi merupakan peluang begi petani. Kecamatan Pangalengan sebagai daerah pengembangan komoditi kentang di Kabupaten Bandung. Terdapat petani yang memiliki kemauan dan kemampuan tinggi dalam melakukan usahatani kentang, namun terkendala dalam input usahatani. Terdapat kerjasama yang dilakukan oleh panangkar benih dan petani. Adanya tujuan dari kerjasama yang belum tercapai.
Bagaimana pelaksanaan kerjasama yang dijalankan oleh Sabani Farm dan Petani ?
Bagaimana evaluasi dari kerjasama yang dilakukan ?
Bentuk pelakasanaan kerjasama yang dijalankan oleh Sabani Farm dengan petani : Analisis Deskriptif
Evaluasi Kerjasama Context Input Process Product
Bagaimana keragaan usahatani kentang dan pendapatan petani ?
Keragaan usahatani kentang dan pendapatan petani Pendapatan Usahatani Rasio R/C Analisi Anggaran parsial
Rekomendasi hasil evaluasi untuk kerjasama selanjutnya
Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional
13
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sabani Farm, Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Pemilihan Sabani Farm sebagai lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan bahwa Sabani Farm merupakan salah satu penangkar benih kentang di Kecamatan Pangalengan yang menjalin kerjasama dengan beberapa petani kentang setempat. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada Maret hingga April 2016. Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui pengamatan dan wawancara. Data primer yang digunakan dalam penelitian mencakup karaketristik responden, pelaksanaan kerjasama yang dijalankan antara Sabani Farm dengan petani , keragaan usahatani kentang serta pendapatan petani selama mengusahakan kentang. Data sekunder merupakan data pelengkap dari data primer yang mencakup data produksi kentang, luas panen serta data-data yang mendukung lainnya yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari beberapa instansi, seperti Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Hortikultura, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Pusat Data dan Sinstem Informasi Pertanian serta Bank Indonesia. Selain itu, dilakukan juga penelusuran melalui internet, buku serta penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan yang berhubungan dengan analisis usahatani kentang. Tabel 4 Jenis dan sumber data yang digunakan Tujuan
Data
1 Mengetahui bentuk dan pelaksanaan kerjasama yang dilakukan.
Jenis Bentuk dan pelaksanaan kerjasama
Sumber Penangkar benih dan petani
2 Mengetahui evaluasi kerjasama yang telah dilakukan
Evaluasi kerjasama
Petani
3 Mengatahui tingkat pendpaatan usahatani petani kentang responden
Pendapatan usahatani
Petani
Metode Analisis Analisis Deskriptif
Pendekatan context, input, process dan product (CIPP) Analisis usahatani: R/C Rasio Anggaran keuntungan parsial
Metode Penarikan Sampel dan Pengumpulan Data Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 16 orang yang terdiri dari 15 petani dan 1 perwakilan Sabani Farm. Jumlah petani yang yang dijadikan responden berdasarkan pengarahan dari Sabani Farm. Penentuan
`14 `
petani yang menjadi responden dilakukan melalui sensus, artinya seluruh petani yang ber dengan Sabani Farm menjadi objek dalam penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan kepada responden dengan acuan berupa kuesioner. Tujuan penggunaan kuesioner yaitu agar pertanyaan yang diajukan sistematis dan mempermudah untuk mendapatkan data kuantitatif serta kualitatif yang terkait dengan penelitian. Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Pengolahan data kuantitatif bertujuan mengevaluasi kerjasama dari aspek konteks, masukan, proses, dan produk serta menghitung pendapataan usahatani yang dilihat dari penerimaan dan biaya yang dikeluarkan oleh petani . Sementara itu, analisis kualitatif digunakan untuk menggambarkan kerjasama yang dijalankan oleh Sabani Farm dengan petani , menjelaskan hasil perhitungan evaluasi dari aspek context, input, process, dan product serta menjelaskan keragaan dan pendapatan usatani kentang. Evaluasi Kinerja Kerjasama dengan Metode CIPP Menurut Mahsun (2006), kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan. Tolak ukur hasil kerjasama dapat diketahui dengan adanya evaluasi. Evaluasi kinerja dapat diartikan sebagai penilaian hasil dari kerjasama. Menurut Arikunto (2008) evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu yang selanjutnya informasi tersebut, digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Evaluasi kerjasama yang dilakukan oleh kedua belah pihak dianalisis secara kuentitatif dan deskriptif menggunakan pendekatan CIPP (context, input, process, dan product). Evaluasi tersebut dilihat dari persepsi antara pihak yang ber yaitu petani kentang dan Sabani Farm. 1. Aspek context (Konteks ) Aspek konteks terdiri dari beberapa indikator yang dikaji, yaitu karakteristik responden, kondisi sosial dan ekonomi responden, analisis kebutuhan responden serta kepahaman responden mengenai kerjasama. Karakteristik responden dilihat dari usia petani dan pengalaman dalam berusahatani. Usia responden dapat menggambarkan apakah petani tersebut berada diumur produktif atau tidak. Apabila petani tersebut masih dalam umur produktif maka dapat diasumsikan bahwa petani tersebut masih kuat dan semangat untuk bekerja dengan baik. Selanjutnya pengalaman usahatani dapat menggambarkan pengalaman petani dalam melakukan usahatani khsusunya pada komoditi kentag. Pengalaman usahatani ini dianggap bahwa semakin lama pengalaman petani dalam berusahatani maka diasumsikan petani akan terampil dan dapat melakukan ushatani kentang dengan baik. Kondisi sosisal ekonomi terdiri dari banyaknya jenis hortikultura yang diusahakan, pendapatan usahatani responden, dan pekerjaan responden diluar dari kegiatan ushatani. Jenis hortikultura yang yang diusahakan dapat menggambarkan bahwa semakin banyak hortikultura yang diusahakan maka
15
fokus petani terhadap usahatani kentang dapat berkurang, sehingga banyaknya jenis hortikultura yang diusahakan merupakan perhatian yang perlu dipertimbangaan Sabani Farm dalam mengajak petani untuk ber. Pendapatan usahatani responden dapat menggambarkan sejauhmana responden dapat membiayai dan melakukan usahatani dengan dengan baik, bila dilihat dari cara respoden dalam mengatur keuangan dan operasional usahatani. Pekerjaan responden juga dapat menggambarkan bagaimana keseriusan petani dalam melangsungkan usahatani. Apabila usahatani merupakan pekerjaan sampingan maka dikahwatirkan usahatani kentang akan terbengkalai dan dapat mengakibatkan kerugian. Sehingga pendapatan responden dan pekerjaan responden diluar usahatani juga merupakan perhatian yang perlu diketahui dan dipertimbangkan karena terkait dengan masalahan pembiayaan dan operasional kelangsungan usahatani. Kebutuhan responden dilihat keingintahuan respoden terhadap teknik budidaya kentang. Penggunaan benih kentang bersertifikat menyebabkan biaya yang dikeluarkan responden menjadi lebih besar, hal ini menyebabkan diperlukannya teknik budidaya yang baik dan tepat supaya biaya usahatani tidak membengkak dan dapat memberikan hasil yang maksimal dilihat dari produksi kentang yang dihasilkan dan penerimaan yang akan diterima. Kepahaman akan hak dan kewajiban juga merupakan indikator yang dinilai pada aspek konteks. Responden yang paham mengenai kerjasama yang dijalankan, maka dapat diasumsikan petani bahwa tersebut sudah mengerti hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Sehingga nantinya tidak akan menimbulkan kesalahpahaman selama kerjasama berlangsung. 2. Aspek Input (masukan) Input (masukan) merupakan hal-hal yang dijadikan alat untuk mencapai tujuan keaan. Input tersebut terdiri dari empat indikator, yaitu pertama peran Sabani Farm dalam kerjasama, kedua hubungan antar pihak yang ber dilihat dari rasa saling percaya dan komunikasi, ketiga fasilitas yang digunakan yang terdiri dari kemudahan petani dalam mengakses pinjaman benih dan modal, ketersediaan teknologi baru, jaminan kontinuitas ber, jaminan hukum, dan keempat motivasi petani dalam ber. Aspek input dijadikan penilaian untuk melihat apakah bimbingan dan fasilitas yang diberikan Sabani Farm tersedia, karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap usahatani yang akan dijalankan, sehingga apabila setiap fasilitas tersebut tersedia dengan baik, maka dapat diasumsikan bahwa performa usahatani yang dilakukan oleh petani juga baik. Selanjutnya motivasi petani juga menjadi penilaian, apabila motivasi petani untuk ber tinggi maka dapat diasumsikan bahwa petani tersebut akan dapat melangsungkan usahatani dengan benar serta mampu meminimalisir kerugian. 3. Aspek Process (proses) Proses menggambarkan sejauhmana kerjasama berlangsung yang dilihat dari kemudahan petani dalam memperoleh dan menggunakan fasilitas yang disediakan. Indikator yang dilihat pada aspek ini yaitu kemudahan petani dalam meminjam benih, modal, melangsungkan usahatani, dan kemudahan
`16 `
dalam mengklaim kesalahan serta frekuensi Sabani Farm dalam membimbing petani. Apabila setiap fasilitas yang disediakan tersebut dapat diakses atau digunakan secara mudah maka dapat diasumsikan bahwa tidak ada kendala dalam usahatani selain faktor eksternal seperti cuaca. Sehingga petani dapat melangsungkan usahatani dengan baik dan mampu menghasilkan output sesuai dengan yang diharapkan. 4. Aspek Product (produk/ keluaran) Produk menggambarkan perubahan yang dirasakan oleh petani setelah kerjasama berlangsung. Perubahan ini dilihat dari meningkatnya penjualan benih Sabani Farm, jumlah petani , pengetahuan petani khususnya mengenai usahatani kentang. meningkatnya kemandirian petani serta kepuasan petani selama kerjasama berlangsung. Apabila perubahan tersebut dirasakan dan terjadi, maka dapat diasumsikan bahwa kerjasama berhasil dijalankan dan sudah sesuai dengan yag diharapkan. Adapun indikator yanng dijadikan penilaian dari setiap aspek adalah sebagai berikut : Tabel 5 Indikator penilaian kerjasama berdasarkan aspek context, input, process, dan product. Model CIPP Context
Penilaian Kinerja 1.
2.
3.
Input
4. 1. 2.
3.
Process
Product
4. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5.
Karakterisik responden : Umur Pengalaman berusahatani Kondisi sosial ekonomi Jenis hortikulturan yang diusahakan Pendapatan usahatani Pekerjaan di luar usahatani Analisis kebutuhan Teknik budidaya Kepahaman akan hak dan kewajiban dalam ber Peran Sabani Farm dalam kerjasama Hubungan antar pihak yang melakukan kerjasama Rasa saling percaya Komunikasi yang terbuka Sarana dan prasarana Ketersediaan benih berkualitas Ketersediaan pinjaman modal Teknologi baru Jaminan kontinuitas ber Jaminan hukum Motivasi petani dalam ber Kemudahan petani dalam mendapatkan benih Kemudahan petani dalam meminjam modal Kemudahan petani dalam melangsungkan usahatani kentang Frekuesi Sabani Farm dalam mengawasi dan membina petani Kemudahan dalam mengklaim keterlambatan bagi hasil Meningkatnya penjualan benih Sabani Farm Bertambahnya jumlah petani Meningkatnya pengetahuan petani Meningkatnya kemandirian petani Kepuasan petani dalam bekerjasama dengan Sabani Farm
17
Menurut Arikunto (2008), evaluasi dengan pendekatan metode CIPP dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Menyusun indikator yang sesuai dengan masing-masing aspek. Dalam penelitian ini, aspek context terdiri dari 7 indikator, aspek input 9 indikator, aspek process 5 indikator, dan aspek product 5 indikator. 2. Menganalisis indikator pada masing-masing aspek sesuai dengan persepsi atau penilaian responden dari skala 1 – 5. 3. Menilai setiap indikator menjadi tiga kriteria yang terdiri dari : a. Skor 3 = Tinggi, apabila >50% responden menilai positif (≥8 responden memilih skala 5 dan skala 4). Pernyatan responden dinilai positif apabila indikator tersebut dianggap sudah sangat baik dalam pelaksanannya, sehingga indikator tersebut tidak perlu diganti atau hanya perlu diperbaiki. b. Skor 2 = Sedang, apabila hanya 25-50% responden menilai positif (4-7 respoden yang memilih skala 5 dan skala 4). c. Skor 1 = Rendah apabila <25% responden menilai positif (<4 responden yang memilih skala 5 dan skala 4). 4. Menentukan persentase capaian keberhasilan, dihitung melalaui perbandingan jumlah skor aktual dan jumlah skor ideal di setiap aspek. 𝑓 P = 𝑥100% 𝑛 Keterangan : P = Persentase f = Jumlah skor aktual indikator n = Jumlah skor ideal indikator Apabila penyusunan menggunakan lima kategori nilai, maka antara 1% hingga 100% dibagi rata, sehingga menghasilkan kategori sebagai berikut: a. Sangat efektif, jika nilai mencapai 81%-100% b. Efektif, jika nilai mencapai 61% - 80% c. Cukup efektif, jika nilai mencapai 41 % – 60% d. Kurang efektif, jika nilai mencapai 21% - 40% e. Tidak efektif, jika nilai mencapai <21% Biaya Usahatani Analisis biaya usahatani kentang digunakan untuk mengetahui jumlah biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam kegiatan usahatani kentang. Dalam analisis biaya usahatani kentang menggunakan dua jenis biaya, yaitu biaya tunai dan biaya tidak tunai. Biaya usahatani adalah hasil penjumlahan secara keseluruhan yang dikeluarkan oleh petani dalam kegiatan usahatani baik biaya tunai maupun biaya tidak tunai. Perhitungan biaya usahatani sebagai berikut : 𝑇𝐶 = 𝐶 + 𝑁𝐶 Keterangan : TC = Total biaya usahatani C = Total biaya tunai NC = Total biaya tidak tunai
`18 `
Biaya tunai terdiri dari pembelian pupuk, pestisida, upah tenaga kerja luar kelarga dan perlengkapan tambahan seperti waring (karung berjaring) untuk pemanenan. Biaya tidak tunai terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga, penyusutan peralatan, pajak bagi petani pemilik lahan sendiri, sewa lahan, Biaya tidak tunai lainnya adalah penyusutan yang dihitung berdasarkan metode garis lurus (straight line method), yaitu selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa yang selanjutnya dibagi oleh umur ekonomis dari alat tersebut. Penerimaan Usahatani Analisis penerimaan usahatani kentang digunakan untuk mengetahui besaran penerimaan yang diperoleh petani . Menurut Soekartawi (1995) penerimaan usahatani merupakan hasil perkalian dari produksi yang diperoleh dengan harga jual. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : 𝑇𝑅 = 𝑌 𝑥 𝑃𝑦 Keterangan : TR = Total penerimaan Y = Produksi yang diperoleh dalam usahatani Py = Harga produk Penerimaan dalam kegiatan usahatani terdiri dari dua jenis sumber penerimaan, yaitu: penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai adalah penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan produk usahatani. penerimaan tidak tunai adalah hasil produksi yang tidak dijual oleh petani, namun hasil tersebut digunakan untuk keperluan lain, seperti untuk konsumsi atau benih untuk penanaman selanjutnya. Sehingga penerimaan total usahatani merupakan hasil keseluruhan nilai produksi usahatani yang dijual, dikonsumsi keluarga serta yang dijadikan persediaan. Pendapatan Usahatani Menurut Soekartawi (2002) pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Pendapatan usahatani adalah balas jasa yang didapatkan oleh petani atas penggunaan faktor produksi seperti modal, tenaga kerja, dan lahan. Pendapatan usahatani terdiri dari pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai merupakan biaya yang harus dikeluarkan langsung oleh petani. Perhitungan dari pendapatan atas biaya tunai adalah selisih antara total penerimaan dengan biaya tunai. Sementara, pendapatan atas biaya total adalah total biaya yang harus dikeluarkan oleh petani termasuk dengan semua input yang dimiliki petani diperhitungakan sebagai biaya. Perhitungan dari pendapatan atas biaya total adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : 𝜋 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶 Keterangan : Π = Pendapatan usahatani TR = Penerimaan usahatani TC = Total Biaya usahatani
19
Analisis Anggaran Parsial Analisis anggaran parsial (partial budget anaysis) dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh perubahan metode produksi atau organisasi usahatani terhadap keuntungan usahatani. Analisis anggaran parsial hanya memperhatikan faktor-faktor yang ada kaitannya dengan perubahan. Kelebihaan dari analisis ini yaitu tidak memerlukan banyak data bila dibandingakan dengan analisis usahatani secara keseluruhan. Langkah anggaran parsial, pertama menjelaskan perubahan dalam organisasi usahatani atau metode produksi, kedua mendaftar dan menghitung keuntungan dan kerugian yang diakibatkan oleh perubahan itu, ketiga menghitung keuntungan tambahan yang merupakan selisih antara keuntungan dan kerugian dan terakhir yaitu mendaftar faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan perubahan berupa risiko perubahan, implikasi perubahan, dan keterampilan atau hal lain yang dibutuhkan. Perubahan yang dilakukan dalam usahatani dapat berpengaruh positif atau menguntungkan, apabila perubahan terhadap pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan dapat memeberikan tambahan bagi keuntungan.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
Karakteristik Wilayah Kecamatan Pangalengan Kecamatan Pangalengan terletak di bagian selatan Kota Bandung dengan luas wilayah keseluruhan adalah 27 294.771 hektar, terdiri dari tanah sawah, tanah kering, tanah basah, tanah hutan, tanah perkebunan, serta tanah keperluan fasilitas umum. Kecamatan Pangalengan berada pada ketinggian 1 500 meter di atas permukaan laut. Curah hujan rata-rata 1 250 mm/tahun dan suhu udara rata-rata 20oC. Kecamatan Pangalengan memiliki batas-batas wilayah, bagian barat yaitu Kecamatan Pasar Jambu, bagian timur yaitu Kecamatan Kertasari, bagian utara yaitu Kecamatan Cimaung, dan bagian selatan yaitu Kabupaten Garut. Kecamatan Pangalengan terdiri dari 13 desa dengan Desa Pangalengan sebagai ibu kota kecamatan, dimana 2 desa di antaranya merupakan Desa Swakarya dan 12 desa lainnya merupakan desa Swasembada. Pada dasarnya, seluruh desa di Kecamatan Pangalengan berpotensi sebagai sentra penghasil kentang, namun keanekaragaman penggunaan tanah menyebabkan terbatasnya penggunaan tanah untuk pengembangan kentang. Tabel berikut diketahui bahwa luas Kecamatan Pangalengan menurut penggunaan tanah adalah 27 294.77 hektar dengan penggunaan terbesar adalah sebagai tanah perkebunan seluas 9 491.92 hektar (34.78%), dikarenakan ketinggian dan cuaca wilayah Kecamatan Pangalengan sebagian besar cocok untuk pertanian, sehingga persentase penggunaan lahan untuk sawah sedikit.
`20 `
Tabel 6 Luas Kecamatan Pangalengan menurut penggunaan tanah (ha) pada tahun 2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Penggunaan Tanah Sawah Pemukiman Tanah kering/ kebun/ tegalan Tanah ladang Tanah basah/ kolam Tanah perhutanan Tanah perkebunan Keperluan fasilitas umum Jumlah
Luas (ha) 959.91 2 313.20 4 626.40 171.07 71.34 9 316.88 9 491.92 344.06 27 294.77
Persentase (%) 3.52 8.47 16.95 0.63 0.26 34.13 34.78 1.26 100
Sumber: Data Monografi Kecamatan, 2012 Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa sebagian besar wilayah Kecamatan pangalengan merupakan tanah perkebunan dan perhutanan. Tanah perkebunan dan perhutanan ini sebagian besar dimanfaatkan oleh masyarakat untuk ditanami beberapa komoditi hortikultura, seperti sayuran, cabai, tomat, kopi, dan kentang. Masyarakat yang menggunakan tanah perkebunan atau perhutanan ini selanjutnya membayar sewa untuk periode tertentu kepada pihak perkebunan atau perhutani selaku pengelola lahan.
Gambaran Umum Sabani Farm Sabani Farm merupakan perusahaan keluarga yang telah didirikan selama sepuluh tahun. Perusahaan ini bergerak dalam bidang agribisnis usahatani kentang yang terletak di daerah pertanian Kecamatan pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Usaha ini dilakukan oleh Bapak Yusuf dan keluarga berdasarkan pengalaman di bidang pertanian secara turun-temurun. Kentang merupakan produk utama dari Sabani Farm yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu: produksi kentang konsumsi dan produksi benih kentang. Sabani Farm memproduksi, memproses, dan memasarkan kentang, terutama benih kentang yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan petani kentang. Pelanggan Sabani Farm merupakan para petani kentang yang sebagian besar sudah menjadi pelanggan selama bertahun-tahun dan terus diperluas ke pelanggan baru, pelanggan tersebut berasal dari dalam puau jawa seperti provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah, serta luar pulau jawa seperti Provinsi Sulawesi Selatan. Untuk mengembangkan usahanya serta membantu petani kecil, Sabani Farm menjalin kerjasama dengan cara memasok benih kentang kepada beberapa petani kentang setempat. Sebelum terbentuknya Sabani Farm, Bapak Yusuf beserta keluarga merupakan petani kentang yang kemudian membentuk kelompok tani. Kelompok tani tersebut beranggotakan Bapak Yusuf dan keluarga serta petani kentang lainnya. Permintaan benih kentang yang meningkat setiap tahunnya baik dari wilayah Kabupaten Bandung maupun luar wilayah Kabupaten Bandung, menyebabkan Bapak Yusuf berserta keluarga memutuskan untuk membangun usaha benih kentang secara pribadi. Dalam berjalannya waktu, kini Sabani Farm menjual benih kentang mulai dari generasi ke nol (Knol) hingga benih kentang generasi ke tiga (G3). Benih kentang yang diusahakan merupakan benih kentang bersertifikat yang berkualitas baik.
21
Karakteristik Responden Berdasarkan hasil wawancara dengan 15 orang responden yang ber dengan Sabani Farm, umumnya responden tidak hanya mengusahakan tanaman kentang, tetapi juga mengusahakan beberapa komoditi sayuran, seperti kubis, tomat, cabai, dan bawang merah. Pola tanam yang dilakukan responden yaitu monokultur untuk tanaman kentang dan tumpang sari untuk tanaman bukan kentang. Sabagian besar responden dapat menanam kentang sebanyak satu hingga dua kali per tahun. Luas dan Status Pengelolaan Lahan Petani yang dijadikan responden dibatasi dengan luas garapan sebesar 1 hektar. Status kepemilikan lahan terdiri dari petani pemilik dan penyewa. Sebagian besar petani responden berstatus sebagai petani dengan lahan sewa yaitu sebanyak 12 orang (80%), sedangkan sisanya sebagai petani dengan lahan milik sendiri sebanyak 3 orang (20%). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Status lahan garapan petani responden pada tahun 2016 Status Lahan Milik Sewa Total
Jumlah (orang)
Persentase (%) 3 12
20 80 100
Usia Petani Responden Usia rata-rata petani responden yang ber dengan Sabani Farm adalah 40 tahun. Usia termuda petani responden adalah 29 tahun dan usia tertua adalah 55 tahun. Penyebaran usia responden dapat dilihat Tabel berikut. Tabel 8 Komposisi usia petani responden yang ber dengan Sabani Farm tahun 2016 Golongan Usia (tahun) 21-30 31-40 41-50 51-60 >60 Total
Jumlah (orang)
Persentase (%) 1 6 4 4 0 15
6.7 40 26.7 26.7 0 100
Sumber Pendapatan Responden Sumber pendapatan responden yang ber dengan Sabani Farm sebagian besar berasal dari sektor pertanian. Adapun pendapatan tambahan yang diperoleh responden berasal dari usaha lain yaitu berdagang.
`22 `
HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan dan Bentuk Kerjasama Sabani Farm dengan Petani Sabani Farm merupakan salah satu penangkar benih kentang di Kecamatan Pangalengan. Sabani Farm menjalin kerjasama dengan petani kentang yang dinilai memiliki kemampuan dan kemauan tinggi untuk melakukan usahatani kentang namun tidak dapat melakukannya dikarenakan terbatasnya modal. Sabani Farm mendapatkan petani berdasarkan rekomendasi atau informasi dari masyarakat mengenai pengalaman petani yang telaten dan dapat menghasilkan produksi baik setiap kali menanam komoditi sayuran seperti kubis, tomat, cabai, kentang dan komoditi lainnya. Sabani Farm menjalin kerjasama dengan petani kentang dengan cara memasok benih kentang G3 dan membeli benih kentang G4 yang dihasilkan petani. Benih kentang merupakan salah satu faktor selain cuaca yang menyebabkan petani enggan untuk menanam kentang, dikarenakan harga benih kentang yang tergolong mahal apabila dibandingkan dengan harga benih sayuran lainnya, yaitu untuk benih kentang G3 bersertifikat mencapai Rp 14 000 hingga Rp 17 000 per kg dan Rp 11 000 – 15 000 per kg untuk benih kentang G3 tidak bersertifikat. Selain memasok benih kentang, Sabani Farm juga meminjamkan sejumlah uang tunai kepada beberapa petani untuk membiayai usahatani seperti membayar tenaga kerja dan membeli pestisida. Kentang yang telah dipanen oleh petani selanjutnya dipilah dan disortir untuk dipisahkan antara kentang konsumsi, kentang untuk dijadikan benih dan kentang tergolong afkir. Proses sortasi ini dilakukan secara manual oleh tenaga kerja dengan kriteria ukuran dan kondisi fisik. Ukuran kentang yang besar minimal seukuran telur ayam masih dapat dijadikan kentang konsumsi, sedangkan kentang yang berukuran kecil dijadikan benih kentang. Secara fisik, kulit kentang yang tidak mudah terkelupas akan dimasukan ke dalam kentang konsumsi dan benih kentang. Sedangkan kulit kentang yang mudah dan sudah terkelupas sebagian dimasukan ke dalam kentang konsumsi apabila kerusakan pada kulit hanya sedikit. Peran kerjasama setelah panen juga dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu mencari informasi harga tertinggi diantara tengkulak untuk memasarkan hasil panen kentang konsumsi. Setelah kentang konsumsi selanjutnya pembagian keuntungan bersih dilakukan, dimana biaya-biaya yang dikeluarkan seperti benih atau modal lainnya yang telah dipinjamkan oleh Sabani Farm dibayarkan terlebih dahulu, begitupun juga dengan biaya yang dikeluarkan oleh petani dibayarkan terlebih dahulu. Keuntungan bersih selanjutnya biasanya dibagi berdasarkan kesepakatan. Pada dasarnya, keuntungan yang diberikan oleh Sabani Farm merupakan fee yang terdiri dari biaya pengangkutan benih kentang G3 dari Sabani Farm hingga ke lahan dan pengangkutan benih kentang G4 dari lahan ke Sabani Farm. besarnya biaya pengakutan ini berksisar Rp 5 000 per karung dengan berat 30 kg. Keuntungan yang diterima Sabani Farm dalam bentuk uang tunai ini, selain untuk mengganti biaya pengangkutan benih juga untuk memberikan fee apabila Sabani Farm menyertakan sejumlah modal untuk operasional usahatani. Besarnya
23
keuntungan tersebut tergantung dari modal yang diberikan. Ababila Sabani Farm memberikan pinjaman benih berserta uang tunai untuk membiaya sebagian besar kegiatan usahatani, maka keuntungan Sabani Farm lebih besar dibandingan petani , begitupun sebaliknya keuntungan lebih besar kepada petani , apabila biaya yang dikeluarkan petani lebih besar dibandingkan dengan modal yang dikelurkan oleh Sabani Farm. Bentuk kerjasama yang dijalankan antara Sabani Farm dan petani termasuk ke dalam sistem bagi hasil dimana kerjasama dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama yang sudah ditentukan di awal sebelum usahatani kentang dilakukan. Walaupun pada awal kesepakatan terdapat proporsi keuntungan bagi masing-masing pihak, namun seringkali Sabani Farm melibatkan perasaan sosial, seperti tidak menerima keuntungan dari bagi hasil tersebut, melainkan hanya menerima uang tunai sebagai pengganti dari pinjaman benih dan pengangkutan benih, dikarenakan melihat kondisi ekonomi petani yang dinilai cukup sulit.
Prosedur Kerjasama Kerjasama yang dilakukan oleh Sabani Farm dan petani memiliki tujuan antara lain meningkatkan penjualan benih Sabani Farm dan membantu petani dalam usahatani kentang. Sebelum kerjasama dilakukan, Sabani Farm telah mengenal petani baik dari petani sendiri maupun dari orang lain. Petani yang dinilai Sabani Farm memiliki kemampuan dan pengalaman yang baik dalam usahatani terutama usahatani kentang, selanjutnya akan ditawarkan kerjasama. Sebelum kerjasama dilakukan, Sabani Farm terlebih dahulu mengetahui beberapa hal dari petani, seperti kondisi lahan yang dimiliki petani, ketersediaan sumber air, jarak dari lahan ke jalan hingga kondisi sosial dan ekonomi petani. Kerjasama yang dilakukan tidak tertulis di dalam kontrak melainkan hanya dipahami oleh pihak yang ber. Dalam penentuan kerjasama biasanya petani mendatangi Sabani Farm untuk membicarakan bagaimana hak dan kewajiban yang dimiliki kedua pihak serta teknis yang dilakukan saat kerjasama berlangsung, seperti waktu penanaman, cara peminjaman benih dan modal lainnya, serta proporsi keuntungan. Dalam kerjasama ini juga terdapat bimbingan, namun bimbingan ini dilakukan secara non formal atau tidak ada petugas yang mengujungi langsung ke lahan petani, melainkan bimbingan ini berupa diskusi antar Sabani Farm dan petani kentang mengenai operasional usahatani yang baik, sehingga diharapkan dari diskusi tersebut Sabani Farm dapat mengetahui bagaimana kondisi di lapangan dan petani dapat melakukan usahatani dengan lebih baik dan menghasilkan output sesuai dengan yang diharapkan.
Evaluasi Kinerja Pelaksanaan kerjasama antara Sabani Farm dengan petani sudah dipertimbangkan dan ditentukan di awal kesepakatan sebelum kerjasama dimulai. Walaupun kerjasama yang dilakukan tidak menggunakan kontrak secara tertulis yang memuat tujuan, hak dan kewajiban pihak yang ber, namun kerjasama yang
`24 `
dijalankan antara Sabani Farm dan petani memliki tujuan yang jelas dan akan mendapatkan sanksi sosial bahkan pidana apabila terdapat pihak yang melanggar kesepakatan. Dalam berlangsungnya kerjasama terdapat beberapa tujuan yang belum tercapai. Tujuan tersebut belum dapat tercapai karena dalam pelaksaannya belum sesuai dengan yang diharapkan atau belum efektif dalam penerapannya. Evaluasi digunakan untuk melihat apakah kerjasama yang dijalankan sudah baik, perlu diperbaiki atau diganti. Evaluasi kerjasama dilihat dari persepsi pihak-pihak yang ber selama kerjasama berlangsung. Berikut hasil evaluasi dari pelaksanaan kerjasama antara Sabani Farm dan petani yang diliihat dari pendekatan aspek Context, Input, Process, dan Product. 1. Evaluasi Context Tujuan kerjasama yang dilakukan antara Sabani Farm dan petani antara lain, meningkatkan penjualan benih kentang Sabani Farm baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam mencapai tujuan, terlebih dahulu memperhatikan aspek konteks yang terkait dengan latar belakang, kondisi sosial, tingkat kepahaman dan analisis kebutuhan dari pihak yang ber. Aspek konteks ini akan melihat apakah pihak yang ber sudah sesuai dan akan dapat melaksanakan tujuan sesuai dengan yang disepakati. Hasil evaluasi kerjasama dari aspek konteks dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Penilaian evaluasi dari aspek context No 1
Aspek Konteks Karakteristik responden a. Usia b.
2
4
2
Pengalaman berusatani
3
Kondisi sosial ekonomi a. Jenis hortikultura yang diusahakan b. Pendapatan bersih usahatani c.
3
Skor
Pekerjaan di luar usahatani
Analisis Kebutuhan a. Teknik budidaya Kepahaman kewajiban
Total Skor ideal Nilai capaian
akan
1 2 3
2 hak
dan
3
Keterangan Sedang, banyak petani berumur produktif. Tinggi, sebagian besar petani telah berpengalaman dan berusahatani lebih dari 8 tahun. Rendah, sebagian besar menanam 4-5 jenis sayuran Sedang, banyak petani yang berpendapatan Rp 4 juta. Tinggi, sebagian besar petani tidak bekerja di luar sektor pertanian. Sedang, banyak petani yang membutuhkan teknik budidaya baru. Tinggi, sebagian besar petani cukup paham akan hak dan kewajiban. 16 21 76 %
Tabel 9 menunjukkan persentase evaluasi kerjasama dari aspek konteks sebesar 7.6 persen. Persentase tersebut menunjukkan bahwa kerjasama sudah sangat efektif dalam pelaksanaannya. Kekurangan dari aspek konteks adalah adanya petani yang melakukan usahatani pada 4-5 jenis hortikultura. Hal tersebut menyebabkan petani akan kurang fokus dalam melakukan usahatani kentang.
25
Kekurangan selanjutnya adalah petani masih melakukan usahatani dengan cara atau teknik yang lama. Teknik tersebut dikhawatirkan produksi kentang tidak dapat sesuai dengan yang diharapkan, sehingga tenik budidaya baru sangat dibutuhkan bagi petani . Dilihat dari karakteristik responden, petani yang ber dengan Sabani Farm berada pada usia yang masih produktif yaitu dari 41 hingga 60 tahun. Pengalaman sebagian besar petani juga sudah cukup lama yaitu lebih dari delapan tahun. Pengalaman usahatani dapat menggambarkan bahwa semakin lama petani melakukan usahatani, maka semakin kecil risiko yang terjadi akibat kelalaian yang dilakukan dalam usahatani. Kondisi sosisal ekonomi dapat dilihat dari tiga indikator, yaitu banyaknya komoditi yang sedang diusahakan pada saat penanaman kentang berlangsung, pendapatan petani dari usahatani dan pekerjaan petani di luar usahatani. Indikator banyaknya jenis hortikultura menunjukkan, bahwa pada saat penanaman kentang berlangsung sebagian besar petani juga menanam komoditi lain yang berkisar empat hingga lima jenis komoditi. Pendapatan bersih sebagaian besar petani dari kegiatan usahatani adalah empat juta rupiah. Dilihat dari pekerjaan di luar usahatani, sebagian besar petani tidak bekerja di luar usahatani melainkan hanya bekerja di sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat dari lima belas responden, dua di antaranya memiliki pekerjaan lain yaitu berdagang. Kondisi sosial ekonomi ini dapat menggambarkan apakah petani dapat melakukan usahatani dengan baik dilihat dari kemampuan finansialnya. Indikator analisis kebutuhan dilihat dari kebutuhan petani terhadap teknik budidaya pada usahatani, walaupun sebagian besar petani telah lama dan berpengalaman dalam usahatani, namun informasi atau pengetahuan baru masih dibutuhkan oleh petani terutama pengetahuan mengenai teknik budidaya yang dapat menghasilkan produksi tinggi dan menghemat pengeluaran. Kebutuhan akan teknik budidaya masih dibutuhkan oleh sebagian besar petani. Sehingga petani sangat antusias untuk mengikuti kerjasama. Indikator selanjutnya yaitu mengenai kepahaman akan hak dan kewajiban selama kerjasama berlangsung. Kepahaman mengenai hal tersebut penting untuk melihat apakah petani dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan tidak ada kerugian yang ditimbulkan dari kesalahpahaman. Tabel 9 menunjukkan bahwa petani sudah sangat paham terhadap hak dan kewajibannya. Hak yang diterima petani yaitu memperoleh pinjaman benih kentang G3 yang berkualitas dan pinjaman lainnya yang dapat membantu petani dalam melangsungkan kegiatan usahatani. Sedangkan kewajiban petani adalah mengembalikan pinjaman benih kentang dalam bentuk uang tunai dan menjual benih kentang G4 ke Sabani Farm. 2. Evaluasi Input Evaluasi aspek input dalam kerjasama dilihat dari sarana dan prasarana yang tersedia serta motivasi petani dalam mengikuti kerjasama. Hasil evaluasi dari aspek input dapat dilihat pada tabel berikut.
`26 `
Tabel 10 Penilaian evaluasi dari aspek input No 1 2
Aspek Masukan Peran Sabani Farm dalam kerjasama Hubungan antar pihak yang ber a. Rasa saling percaya b.
3
Komunikasi yang terbuka Sarana dan Prasarana a. Ketersediaan benih berkualitas b. Ketersediaan pinjaman modal c. Ketersediaan teknologi baru d. Jaminan kontinuitas ber e. Jaminan perlindungan hukum dalam ber Motivasi petani dalam ber
4 Total Skor ideal Nilai capaian
Skor 3
2 2
3 2 2 2 2 3
Keterangan Tinggi, peran Sabani Farm jelas.
Sedang, terjalin rasa percaya yang baik antar petani dengan Sabani Farm. Sedang, terjalin komunikasi yang cukup baik antar petani dengan Sabani Farm. Tinggi, sebagian besar benih kentang tersedia dengan baik Sedang, sebagian besar pinjaman modal kurang tersedia. Sedang, sebagian besar teknologi baru kurang tersedia. Sedang, jaminan kontinuitas untuk melakukan kerjasama selanjutnya kurang. Sedang, jaminan akan perlindungan hukum dalam kerjasama kurang. Tinggi, motivasi petani dalam ber tinggi. 21 27 77.7%
Tabel 10 menunjukkan nilai capaian dari aspek input sebesar 77.7 persen. Persentase tersebut menggambarkan bahwa input yang digunakan dalam pelaksanaan kerjasama guna mencapai tujuan sudah efektif, namun masih terdapat kekurangan yang perlu diperhatikan yaitu rasa saling percaya antar kedua belah pihak, kepastian kontinuitas kerjasama salanjutnya, dan pinjaman berupa uang tunai atau modal serta jaminan perlindungan hukum. Ada beberapa indikator yang dinilai dalam aspek ini, yaitu peran Sabani Farm bagi petani di dalam kerjasama, hubungan antar pihak yang ber, sarana dan prasarana yang tersedia serta motivasi petani dalam mengikuti kerjasama. Peran sabani Farm bagi petani di dalam kerjasama sangat jelas, yaitu Sabani Farm dapat meminjamkan benih kentang G3 yang berkualitas, hal ini dilihat dari benih kentang yang berkualitas dan bersertifikat. Indikator kedua adalah hubungan antar pihak yang ber. Indikator ini terdiri atas dua sub indikator yaitu rasa saling percaya dan komunikasi yang dilakukan pihak yang ber. Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan antar petani dan penangkar tergolong baik. Begitupun dengan komunikasi yang dilakukan antar pihak yang ber. Indikator selanjutnya adalah ketersediaan sarana dan prasarana yang digunakan guna kegiatan usahatani. Sarana dan prasarana tersebut terdiri dari ketersediaan pinjaman benih kentang G3, uang tunai, teknologi baru, jaminan kontinuitas ber, dan jaminan perlindungan hukum. Tabel 10 menunjukkan bahwa benih kentang G3 yang dipinjamkan sudah baik dilihat dari kualitasnya, namun untuk sarana lainnya masih terbatas, selanjutnya motivasi petani dalam mengikuti kerjasama sudah sangat baik
27
3. Evaluasi Process Aspek proses menggambarkan sejauhmana kerjasama berlangsung dan berhasil dijalankan. Hasil penilaian evaluasi dari aspek proses dapat dilihat pada berikut. Tabel 11 Penilaian evaluasi dari aspek process No 1
Aspek Proses Kemudahan petani memperoleh benih
Skor dalam
3
2
Kemudahan petani dalam meminjam modal uang tunai
2
3
Kemudahan petani dalam melangsungkan kegiatan usahatani
2
4
Frekuensi Sabani Farm dalam membina dan mengawasi petani
2
5
Kemudahan keluhan
3
Total Skor ideal Nilai Capaian
dalam
mengklaim
Keterangan Tinggi, sebagian besar petani merasa mudah dalam memperoleh benih kentang. Sedang, sebagian besar petani kurang mudah dalam meminjam modal. Sedang, sebagian besar petani cukup mudah dalam melangsungkan usahatani. Sedang, intensitas komunikasi berkisar 3-4 kali dalam satu musim tanam. Tinggi, petani merasa mudah dalam mengklaim keluhan. 12 15 80%
Tabel 11 menunjukkan nilai capaian dari aspek proses adalah sebesar 80 persen. Nilai tersebut menggambarkan bahwa kerjasama berhasil dijalankan dan sudah efektif dalam pelaksanaannya. Indikator keberhasilan pada aspek ini adalah kemudahan petani dalam memperoleh benih kentang serta kemudahan petani dalam mengklaim keluhan, seperti keluhan terhadap benih kentang yang tidak sesuai akibat dari proses penyortiran. Kekurangan dalam aspek ini adalah petani masih sulit dalam memperoleh pinjaman modal berupa uang tunai, hal ini mengakibatkan petani terkendala dalam melangsungkan usahatani terkait dengan masalah pembiayaan. Frekuensi Sabani Farm dalam mengawasi atau membina tergolong cukup baik, yaitu berkisar tiga hingga empat kali dalam satu kali musim tanam. 4. Evaluasi Product Aspek produk dievaluasi untuk melihat apakah tujuan kerjasama dapat tercapai dan memberikan manfaat serta perubahan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam kerjasama. Adapun hasil evaluasi dari aspek produk dapat dilihat pada Tabel 12.
`28 `
Tabel 12 Penilaian evaluasi aspek produk No 1 2
Aspek Produk Meningkatnya penjualan benih Sabani Farm Bertambahnya jumlah petani baru
3
Meningkatnya pengetahuan petani
3
4
Meningkatnya kemandirian petani
2
5
Kepuasan petani dalam ber dengan Sabani Farm
2
Total Skor ideal Nilai capaian
Skor 3 2
Keterangan Tinggi, kerjasama meningkatkan penjualan benih kentang. Sedang, ada petani yang tertarik untuk bergabung dalam kerjasama. Tinggi, kerjasama meningkatkan pengetahuan banyak petani. Sedang, kerjasama meningkatkan kemandirian banyak petani. Sedang, sebagian besar petani sudah merasa cukup puas dengan kerjasama yang dijalankan. 12 15 80 %
Tabel 12 menunjukkan nilai capaian dari aspek produk adalah sebesar 80 persen. Persentase tersebut menggambarkan bahwa kerjasama dilihat dari aspek produk sudah efektif dalam pelaksanaannya. Kerjasama memberikan perubahan baik bagi Sabani Fram maupun bagi petani . Perubahan tersebut di antaranya meningkatnya penjualan benih Sabani Farm baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yaitu benih yang dijual atau dipinjamkan kepada petani , sedangkan secara tidak langsung yaitu benih yang dijual ke petani lain. Petani lain tersebut tertarik untuk membeli benih kentang di Sabani Farm karena melihat performa tanaman kentang yang ditanam oleh petani . Perubahan selanjutnya yang dirasakan petani antara lain meningkatnya pengetahuan petani terutama pengetahuan mengenai teknik budidaya kentang, selain itu petani juga lebih mandiri karena dapat melakukan usahatani dengan biaya yang kebih ringan, hal ini karena biaya yang dikeluarkan untuk input usahatani seperti benih dapat dibayar setelah panen. Petani sudah merasa puas dari kerjasama yang dijalankan, hal ini karena dengan adanya kerjasama petani dapat melakukan usahatani kentang dengan menggunakan benih yang berkualitas baik, sehingga produksi kentang yang dihasilkan oleh petani lebih tinggi bila dibandingkan dengan menggunakan benih kentang biasa atau tidak bersertifikat.
Keragaan Usahatani Kentang Input Usahatani Kentang Input merupakan faktor produksi yang digunakan dalam usahatani. Input yang digunakan dalam usahatani kentang antara lain benih kentang, pupuk, pestisida, zat pengatur tumbuh, tenaga kerja dan peralatan usahatani. Perhitungan penggunaan input dilakukan berdasarkan pada penggunaan dalam luasan satu hektar. 1. Benih Kentang Benih kentang yang digunakan petani dalam mengusahakan kentang berasal dari pasokan Sabani Farm. Adapun jenis benih kentang yang dipasok merupakan kentang varietas granola generasi ke-3 (G3). Ukuran benih yang digunakan yaitu sekitar 5-7 cm dengan berat sekitar 50 gr. Setiap benih dapat
29
menghasilkan 3-4 tunas, sehingga satu lubang tanam yang diisi oleh satu benih dapat menghasilkan tiga hingga empat tanaman kentang. 2.
Pupuk Kandang Pupuk kandang merupakan salah satu faktor produksi yang berfungsi untuk menyuburkan tanah dan memberikan unsur hara ke dalam tanah. Pupuk kandang digunakan sebelum penanaman benih kentang berlangsung. Pemberian pupuk kandang dilakukan setelah pembajakan atau pengolahan tanah. Ada dua macam cara penempatan pupuk kandang yang dilakukan oleh petani , yaitu pupuk kandang diberikan secara bersamaan pada saat pengolahan tanah pertama atau sebelum dibentuknya garitan dan cara kedua adalah menempatkan pupuk kandang di atas garitan yang telah dibentuk. Pupuk kandang yang digunakan merupakan campuran kotoran ayam dengan gabah kering.
3.
Pupuk Pupuk yang digunakan terdiri dari pupuk majemuk dan pupuk tunggal. Pupuk majemuk merupakan pupuk kimia yang pada umumnya mengandung tiga unsur, yakni berupa Urea, Phospat, dan Kalium. Berbagai macam merek dagang pupuk kimia yang digunakan oleh petani , antara lain Phonska dan Mutiara. Sebagian besar petani memilih untuk menggunakan pupuk majemuk, dikarenakan kepraktisan dan ketersediaannya yang relatif banyak di toko obat pertanian. Pupuk tunggal merupakan pupuk kimia yang hanya mengandung unsur tertentu, seperti ZA dan TSP. Terdapat beberapa petani yang menggunakan pupuk tunggal dalam usahataninya. Petani menilai dengan menambahkan pupuk tunggal dapat membantu pertumbuhan tanaman pada saat fase vegetatif.
4.
Pestisida Pestisida digunakan untuk mengurangi serangan hama dan penyakit yang dapat merusak atatu menghambat pertumbuhan tanaman kentang. Adapun jenis pestisida yang digunakan oleh petani sebagian besar adalah fungisida, insektisida, nematisida dan herbisida. Fungisida berfungsi untuk mengurangi serangan fungi atau cendawan yang dapat merusak tanaman dalam satu malam, apabila penyebaran cendawan tersebut didukung oleh kondisi lingkungan teretentu. Petani yang menanam tanaman kentang pada musim hujan cenderung memakai fungida dengan dosis yang lebih besar dibandingkan dengan pemakaian pestisida lainnya. Adapun bahan aktif dari fungisida yang sebagian besar digunakan petani , antara lain klorotalonil dan mancozeb. Insektisida juga digunakan sebagai obat untuk mencegah dan mengurangi serangan hama, seperti phytoptora yang dapat merusak daun tanaman kentang yang kemudian menyebabkan busuk daun bahkan kematian tanaman. Petani yang menanam tanaman kentang pada musim hujan cenderung memakai insektisida lebih sedikit dibandingkan pada musim kemarau. Herbisida merupakan obat yang digunakan oleh petani untuk mengurangi gulma yang dapat mengganggu tumbuhnya tanaman kentang.
`30 `
Penggunaan herbisida memudahkan petani dalam menyiangi tanaman, selain itu herbisida juga digunakan oleh petani sebelum pemanenan berlangsung. 5. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Berbagai zat pengatur tumbuh digunakan oleh petani , ZPT ini bertujuan menunjang pertumbuhan tanaman baik pada fase vegetatif maupun generatif. Sebagain besar ZPT digunakan sebanyak tiga hingga tujuh kali pada setiap musim tanam. 6. Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang digunakan dari awal hingga akhir kegiatan usahatani berlangsung yang terdiri dari pengolahan lahan, pemupukan dasar, penanaman, pemupukan susulan, pemeliharaan, pengobatan, jaga malam, dan pemanenan. Adapun tenaga kerja yang digunakan adalah pria dan wanita yang berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Penggunaan jumlah tenaga kerja disesuaikan dengan luasnya lahan yang digarap oleh petani. Perhitungan tenaga kerja menggunakan standar hari orang kerja (HOK) yaitu 8 jam/HOK. Perhitungan delapan jam berdasarkan waktu petani mulai bekerja yaitu dari pukul tujuh hingga tiga sore. Hari orang kerja dihitung pada setiap proses budidaya yang dilakukan oleh petani. Ratarata penggunaan tenaga kerja baik dari dalam maupun luar keluarga per hektar per musim tanam dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 13 Rata-rata penggunaan HOK/hektar/musim tanam pada usahatani kentang petani Kegiatan Usahatani Pengolahan Lahan Pemupukan Dasar Penanaman Pemupukan Susulan Pemeliharaan Pengobatan Jaga Malam Pemanenan Total HOK/hektar/musim tanam
HOK/ hektar/ musim tanam TKDK TKLK 11.3 2.3 2.5 2.0 4.6 0.0 0.0 12.6 35.3
68.5 12.8 12.0 10.4 22.5 72.8 26.5 90.8 316.3
Tabel 13 menunjukkan rata-rata penggunaan TKDK dan TKLK dalam usahatani kentang per musim tanam per hektar berturut-turut adalah sebesar 35.3 HOK dan 316.3 HOK. Penggunaan HOK terbesar pada TKDK terdapat pada kegiatan pemanenan, yakni sebesar 12.6 HOK/ha/musim tanam. Begitupun juga dengan TKLK, penggunaan HOK terbesar terdapat pada kegiatan pemanenan, yakni sebesar 90.8 HOK/ha/musim tanam. Pemanenan merupakan kegiatan yang membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah besar dan waktu yang lama, dikarenakan dalam pemanenan kentang dilakukan beberapa tahapan yang dilakukaan dari sebelum panen hingga pasca panen. Penggunaan HOK terbesar kedua selanjutnya, baik untuk TKDK dan TKLK adalah pengolahan tanah dengan masing-masing nilai sebesar 11.5 HOK/ha/musim tanam dan 68.5 HOK/ha/musim tanam. Penggunaan lahan juga
31
merupakan kegiatan yang membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah besar. Dalam pengolahan lahan terdapat dua kali pengolahan, pertama pencangkulan secara dalam dan pembalikan tanah, kedua pembuatan garitan. Sebagian besar petani melakukan pemupukan dasar setelah dilakukannya pembuatan garitan. Setelah pemanenan dan pengolahan tanah, selanjutnya dilakukan penanaman. Penanaman membutuhkan tenaga kerja sebesar 2.5 HOK untuk TKDK dan 12.0 HOK untuk TKLK. Kegiatan selanjutnya yaitu pengobatan dan jaga malam. Penanaman kentang di musim hujan mengakibatkan harus dilakukannya pengobatan dalam interval yang relatif sering, yakni mencapai tiga hingga lima hari sekali. Seluruh petani melakukan pengobatan dengan menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga, adapun penggunaan TKLK untuk pengobatan yakni sebesar 72.8 HOK/ha/musim tanam. Sementara itu, kegiatan jaga malam juga hanya dilakukan oleh tenaga kerja dari luar keluarga. Penggunaan TKLK untuk jaga malam ini dikarenakan tidak tersedianya orang dari dalam keluarga ataupun waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan tersebut. Adapun besarnya penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan ini sebesar 26.5 HOK/ha/musim tanam. Penjagaan bertujuan mencegah kerugian akibat tindakan pencurian di malam hari.
Teknik Budidaya Kentang merupakan tanaman semusim yang dapat dipanen setelah sembilan puluh hari setelah tanam (HST). Petani kentang yang ber dengan Sabani Farm mengetahui teknik budidaya kentang berdasarkan pengalaman pribadi dalam menanam kentang sebelumnya, pengalaman orang lain dan bimbingan dari Sabani Farm. Adapun kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani yaitu terdiri dari pengolahan lahan, pemupukan dasar, penanaman, pemupukan susulan, pemeliharaan, pengobatan, jaga malam, dan pemanenan. 1.
Pengolahan Lahan Pengolahan lahan merupakan hal penting yang perlu dilakukan dalam kegiatan usahatani kentang. Lahan perlu diolah agar tanah yang merupakan hasil penanam sebelumnya dapat gembur kembali. Tanah yang gembur sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman kentang dan umbi kentang. Adapun cara pengolahan tanah yang dilakukan petani berupa pencangkulan yakni mencangkul tanah secara dalam sekitar 0.5 meter, pencangkulan ini bertujuan mengangkat tanah yang liat ke atas permukaan tanah. Setelah dilakukannya pencangkulan, pengolahan lahan selanjutnya adalah pembalikan tanah. Tanah yang sudah dicangkul selanjutnya dibalikan untuk membuat tanah lebih gembur. Selain menggemburkan tanah, pengolahan juga dapat mengurangi bibit gulma yang terdapat di dalam tanah. Tanah yang telah dicangkul dan dibalikan, selanjutnya dibuat garitan dengan ukuran sekitar 4 m x 1,5 m. Dalam pengolahan lahan biasanya menghabiskan waktu sekitar lima hingga tujuh hari. Lamanya waktu tersebut juga dipengaruhi oleh cuaca dan luas lahan yang diolah.
`32 `
2.
3.
4.
5.
6.
Pemupukan Dasar Penggunaan pupuk dasar berupa campuran kotoran ayam dengan gabah kering selalu dilakukan oleh petani sebelum dilakukannya penanaman. Pemupukan dasar ini bertujuan menyuburkan kembali tanah akibat penanaman sebelumnya. Terdapat dua cara pemupukan yang dilakukan petani , pertama pemupukan dasar yang dibarengi pada saat pembalikan tanah berlangsung dan kedua pemupukan dilakukan diantara lubang tanam. Tanah yang sudah diberi pupuk selanjutnya didiamkan selama dua hingga tiga hari sebelum tanam, hal ini bertujuan mendinginkan pupuk kandang dan mengurangi kerusakan pada benih kentang pada saat ditanam. Penanaman Penanaman benih merupakan kegiatan selanjutnya yang dilakukan dalam usahatani kentang. Benih kentang ditanam dengan jarak 25 cm antar lubang tanam. Benih yang ditanam adalah benih yang sudah muncul tunas kecil. Dalam satu benih terdapat sekitar tiga hingga lima tunas untuk calon tanaman kentang. kegiatan penanaman dapat dilakukan selama satu hingga dua hari tergantung pada luas lahan, jumlah tenaga kerja yang digunakan, dan cuaca. Pemupukan Kimia Pemupukan kimia dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada waktu 15 HST dan 50 HST. Pemupukan ini bertujuan menunjang pertumbuhan tanaman pada saat fase vegetatif dan generatif. Ada dua jenis pupuk yang digunakan oleh petani yaitu pupuk majemuk dan pupuk tunggal. Beberapa petani hanya menggunakan pupuk majemuk, dikarenakan pupuk majemuk sudah cukup memberikan nutrisi kepada tanaman, di samping itu ada juga petani yang hanya menggunakan pupuk tunggal, karena penggunaan pupuk tunggal memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi, selanjutnya ada juga petani yang menggunakan keduaanya. Cara pemberian pupuk kimia ini dengan cara dilarutkan ke dalam air. Rata-rata penggunaan pupuk majemuk atau Phonska dengan luas lahan 1 ha adalah sebesar 500 kg, sedangkan pupuk tunggal seperti TSP sebesar 375 kg, KCL 175 kg. Pemeliharan Pemeliharaan dilakukan sebanyak dua kali, pertama pada saat 15 HST dan kedua pada saat 50 HST, kegiatan yang dilakukan terdiri dari menyiangi tanaman dan meninggikan bumbunan. Pembumbunan ini bertujuan untuk menegakkan tanaman dan mengurangi risiko rebahnya tanaman akibat angin kencang. Pengobatan Pengobatan merupakan kegiatan penting yang perlu dilakukan mengingat curah hujan yang tinggi. Curah hujan tinggi menyebabkan tanaman kentang rentan tereserang hama dan penyakit. Apabila terdapat tanaman yang terserang hama dan penyakit, maka hama atau penyakit tersebut dapat menular ke tanaman lainnya dengan cepat. Kerusakan tanaman kentang akibat hama dan penyakit akan mengakibatkan tidak normalnya pertumbuhan tanaman dan umbi kentang. Rata-rata interval pengobatan yang dilakukan oleh petani pada musim penghujan sebanyak tiga hingga lima hari sekali. Terdapat tiga hingga empat
33
tenaga kerja pria yang melakukan pengobatan, dimana satu orang bertugas menjaga mesin di sumber air, satu orang menyiram tanaman dengan menggunakan selang, dan satu lagi meracik pestisida. Rata-rata dilakukannya pengobatan hingga dua puluh hari sebelum panen. 7.
Jaga Malam Penjagaan tanaman kentang dilakukan pada malam hari. Penjagaan ini dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya pencurian kentang yang dapat merugikan petani. Biasanya penjagaan ini dilakukan oleh satu hingga dua orang tenaga kerja pria yang mulai berjaga dari pukul 21.00-05.00. Penjagaan ini sebagian besar dilakukan pada saat 20-25 hari sebelum panen.
8. Pemanenan Pemanenan merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari usahatani kentang. Pemanenan terdiri dari pengambilan umbi, penjemuran umbi, penyortiran umbi dan pemasukan umbi ke dalam karung. Rata-rata lamanya waktu pemanenan yakni sekitar empat hingga delapan hari. Tenaga kerja yang terlibat dari pemanenan ini adalah pria dan wanita yang berasal dari dalam dan luar keluarga. Pada saat panen, tenaga kerja tidak hanya diberikan upah, tetapi juga diberikan kentang hasil panen berkisar 1-5 kg per tenaga kerja.
Analisis Pendapatan Usahatani Kentang Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk mengetahui gambaran umum mengenai penerimaan, struktur biaya, dan pendapatan petani . Analisis pendapatan usahatani kentang ini menggunakan hasil perhitungan rata-rata dari petani dengan luasan lahan satu hektar dalam periode satu musim tanam. Hasil dari analisis pendapatan kentang ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan performa usahatani kentang yang dilakukan oleh petani . Penerimaan Usahatani Kentang Penerimaan usahatani merupakan nilai dari perkalian antara total produksi dengan harga satuan produk usahatani. Berikut ini dilakukan analisis terhadap penerimaan usahatani kentang pada petani . Hasil panen kentang selama penanaman empat bulan terdiri dari kentang konsumsi dan benih kentang. Pemilihan antara kentang untuk konsumsi dan benih dibedakan berdasarkan ukuran benih dan kondisi fisik benih. Kentang yang dipilih untuk dijadikan kentang konsumsi merupakan kentang yang memiliki beberapa kriteria, antara lain ukuran umbi kentang minimal 6-7 cm dengan berat minimal 50 gr per butir. Sedangkan kondisi fisik umbi terlihat dari kulitnya yang tidak mudah terkelupas atau hanya ada sedikit bagian yang terkelupas. Sementara itu, kentang yang dipilih untuk dijadikan benih adalah kentang yang minimal seukuran dengan telur ayam dan memiliki kondisi kulit yang baik, antara lain tidak terkelupas dan tidak ada bagian umbi yang busuk, karena apabila kentang yang dijadikan benih untuk penanaman berikutnya ini memiliki kerusakan di bagian kulitnya atau terdapat bagian yang busuk, maka kentang
`34 `
tersebut dapat dengan mudah terserang cendawan dan dapat menyebarkan cendawan pada benih lainnya pada saat ditaruh bersamaan di dalam gudang atau benih yang rusak tersebut tidak akan menghasilkan pertumbuhan yang baik pada saat ditanam. kentang konsumsi yang telah disortir, selanjutnya dijual kepada tengkulak yang sudah dihubungi sebelumnya. Harga kentang selama bulan Januari hingga Maret 2016 cenderung menurun, yakni berkisar Rp 4 000 hingga Rp 4 700. Menurut petani , penurunan harga ini karena adanya kelebihan pasokan kentang yang berasal dari luar jawa barat, selain itu ada juga faktor lingkungan berupa curah hujan yang tinggi menyebabkan umbi kentang gagal untuk berkembang dan menyebabkan kebusukan, sehingga kentang yang tidak memiliki performa baik akan dijual dengan harga yang rendah. Sementara itu, benih kentang yang telah disortir selanjutnya dipasarkan juga kepada Sabani Farm dengan rata-rata harga benih granola untuk generasi ke-4 (G4) adalah sebesar Rp 10 000. Dalam satu hektar idealnya dapat menghasilkan sebanyak 23 ton kentang yang terdiri dari 22 ton kentang konsumsi dan 1 ton benih kentang. Penerimaan rata-rata kentang konsumsi dan benih kentang petani dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 14 Rata-rata penerimaan kentang konsumsi dan kentang benih petani Ouput Kentang Konsumsi Benih Kentang Total Penerimaan
Jumlah (kg/ha/tahun) 11 407 940
Harga (Rp/kg) 4 460 10 000
Penerimaan (Rp/ha/musim tanam) 50 875 517 9 400 000 60 275 517
Biaya Usahatani Kentang Analisis biaya pada usahatani kentang dibagi menjadi dua bagian, yaitu biaya tunai dan biaya tidak tunai. Pembagian jenis biaya tunai dan tidak tunai dinilai penting karena analisis pendapatan yang digunakan pada penelitian ini juga melihat pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total (biaya tunai dan biaya tidak tunai). Biaya tunai dalam usahatani kentang terdiri dari biaya penggunaan faktor produksi, seperti, benih pupuk, pestisida, tenaga kerja dari luar keluarga (TKLK) sedangkan biaya yang termasuk ke dalam biaya tidak tunai di antaranya biaya penyusustan, upah tenaga kerja dalam keluarga, sewa lahan dan pajak. Besarnya biaya baik biaya tunai maupun biaya tidak tunai tergantung dari jumlah pemakaian sarana produksi dan harga per satuan dari sarana produksi tersebut. Harga yang digunakan dalam analisis biaya usahatani adalah biaya ratarata dari setiap responden petani . 1. Biaya pupuk Jenis pupuk yang digunakan oleh petani antara lain pupuk kandang dan pupuk kimia. Pupuk kandang yang digunakan petani sebagian besar diperoleh dari penjual langganan. Pupuk kandang yang dibeli oleh petani akan diantarkan langsung oleh penjual hingga ke tepi jalan yang dekat dengan lahan. Pupuk kimia merupakan pupuk tambahan yang terdiri dari pupuk majemuk dengan merek jual Phonska dan pupuk tunggal berupa ZA dan TSP. Sebagian besar petani memilih menggunakan phonska karena dianggap praktis, lengkap akan unsur makro dan relatih mudah diperoleh. Penggunaan pupuk tunggal oleh petani bertujuan menambah kesuburan tanah, membantu
35
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Rata-rata penggunaan pupuk yang digunakan oleh petani dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 15 Rata-rata penggunaan pupuk yang digunakan per hektar per musim tanam Jenis Pupuk Kandang Phonska ZA TSP Total
Satuan karung kg Kg kg
Jumlah 308 428 198 68
Harga (Rp) 10 000 2 300 1 400 1 400
Total (Rp/ha/musim tanam) 3 080 000 983 509 296 236 114 528 4 474 273
2. Biaya pajak dan sewa lahan Lahan yang digunakan petani dalam melakukan kegiatan usahatani kentang terdiri dari lahan milik sendiri dan lahan milik orang lain (sewa). Lahan milik sendiri akan dikenakan pajak dengan kisaran Rp 100 000 hingga Rp 200 000 per hektar per tahun. Sedangkan biaya sewa ditentukan oleh pemilik lahan dengan kisaran harga Rp 11 000 hingga Rp 13 000 per 16 m 2 . Harga lahan biasanyaa juga ditentukan oleh jarak kedekatan antara lahan dengan jalan, kondisi lahan, dan ketersediaan sumber air. Rata-rata biaya sewa lahan yaitu sebesar Rp 7 473 958 per hektar per tahun. 3. Biaya pestisida dan zat pengatur tumbuh Pestisida yang digunakan petani dalam usahatani kentang terdiri dari fungisida, nematisida, herbisida dan insektisida. Selain itu ada juga beberapa obat pendukung lainnya seperti perekat dan ZPT. Perekat digunakan untuk melekatkan pestisida pada permukaan tanaman menjadi lebih lama serta memperkecil hilangnya pestisida yang sudah diberikan akibat terbasuh oleh air hujan. Dalam usahatani kentang, penggunaan pestisida dan ZPT diperlukan untuk memperkecil kerugian. Diantara pestida dan ZPT yang digunakan, fungisida merupakan pestisida yang paling banyak digunakan, mengingat penanaman kentang yang dilakukan petani dilakukan pada musim hujan dengan rata-rata curah hujan yang tinggi. Curah hujan yang tinggi dapat merusak tanaman yang dapat menyebabkan gagal panen akibat terserang cendawan dalam waktu yang relatif singkat. Rata-rata penggunaan pestisida dan ZPT yang digunakan oleh petani dapat dilihat pada Tabel berikut.
`36 `
Tabel 16 Rata-rata penggunaan pestisida dan ZPT oleh petani per hektar Pestisida dan ZPT Fungisida : 1. Acrobat 2. Curthane 3. Dakonil 4. Metazep 5. Trinep Insektisida : 1. Agrimec 2. Curacron 3. Marshal Nematisida : 1. Demolis 2. Simbus Herbisida : 1. Gromoxon Perekat : 1. Absa 2. Agristick ZPT : 1. Gandasil B 2. Gandasil D 3. Growtonic 4. Kalsium Total
Satuan
Jumlah
Harga (Rp)
Total (Rp/ha/musim tanam)
gr gr gr gr gr
2.358 1.158 9.164 2.167 0.947
33 000 33 000 75 000 75 000 40 000
77 825 38 225 68 7304.6 162 500 37 889
ml ml ml
3.989 3.468 5.610
250 000 88 000 75 000
327 088.9 305 171.4 420 763.9
ml ml
6.897 1.15
110 000 65 000
758 636.2 74 750
ml
5.975
19 000
113 521.2
ml ml
0.625 2.877
110 000 75 000
68 750 215 744
4.843 2.496 2.275 1.167
26 000 26 000 32 000 20 000
125 912.6 64 903.7 72 812.7 23 333.33 3 288 169
gr gr ml gr
4. Biaya tenaga kerja Tenaga kerja yang digunakan petani untuk melakukan kegiatan usahatani kentang terdiri dari tenaga kerja pria dan wanita. Tenaga kerja tersebut berasal dari luar keluarga dan sebagian kecil dari dalam keluarga. total upah yang dikeluarkan oleh petani berbeda-beda. Rata-rata total biaya tenaga kerja yang dikeluarkan petani dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 17 Rata-rata biaya tenaga kerja pada usahatani kentang petani Jenis Kegiatan Pengolahan lahan Pemupukan dasar Penanaman Pemupukan Susulan Pemeliharaan Pengobatan Jaga malam Pemanenan Total
TKDK (Rp/ha/musim tanam) 234 746 48 269 53 516 42 877 96 517 0 0 266 865 742 790
TKLK (Rp/ha/musim tanam) 1 499 151 277 760 256 961 220 262 475 598 1 673 201 912 367 1 936 489 7 251 788
37
Tabel 17 menunjukkan total biaya tenaga kerja dari luar keluarga (TKLK) lebih besar daripada tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Tenaga kerja dalam keluarga yang ikut serta dalam kegiatan usahatani kentang antara lain petani dengan istrinya. Sementara itu rata-rata upah yang dikeluarkan untuk membiayai usahatani kentang berkisar dari Rp 18 000 hingga Rp 35 000. Besarnya upah yang diberikan tergantung pada lamanya jam kerja, kegiatan yang dikerjakan, jarak lahan yang diusahakan serta faktor sosial petani terhadap buruh tani. Sistem pembayaran upah sebagian besar dilakukan secara berkala, seperti seminggu sekali. Pembayaran diberikan kepada mandor dan selanjutnya mandor tersebut memberikan upah kepada buruh tani sesuai dengan jumlah hari dan kegiatan yang dilakukan. Tabel 17 menjelaskan biaya terbesar dalam kegiatan usahatani kentang adalah pemanenan. Pemanenan merupakan kegiatan yang tergolong lama bila dibandingkan dengan kegiatan lainnya. Selain lama dalam pelaksanaannya, pemanenan juga membutuhkan banyak tenaga kerja sehingga biaya pemanenan menjadi lebih besar dibandingkan dengan kegiatan yang lain. biaya pemanenan untuk TKLK adalah sebesar 1 936 489 dan TKDK sebesar Rp 266 865. Biaya terbesar kedua selanjutnya adalah pengobatan. Kegiatan pengobatan sebagian besar dilakukan oleh tiga hingga empat orang pria yang berasal dari luar keluarga. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk biaya pengobatan adalah sebesar Rp 1 673 201. Biaya terbesar ketiga selanjutnya adalah pengolahan lahan. Pada TKLK besarnya biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 1 499 151dan pada TKDK sebesar Rp 234 746. Biaya selanjutnya diperuntukkan untuk kegiatan penanaman, pemupukan, dan pemeliharaan. 5. Biaya penyusutan peralatan Peralatan yang digunakan dalam usahatani kentang terdiri dari mesin, selang, drum, cangkul, dan handspryer. Penyusutan ini dipengaruhi oleh umur teknis masing-masing peralatan. Biaya penyusutan per hektar per tahun pada usahatani kentang yang dilakukan oleh petani dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 18 Rata-rata biaya penyusutan peralatan pada usahatani kentang petani Jenis Peralatan Mesin Selang Drum Cangkul Handspryer Total
Jumlah (unit) 1 3 3 5 1
Harga per satuan (Rp) 4 400 000 266 666 250 000 100 000 684 000
Umur Ekonomis (Tahun) 10 5 5 1 7
Penyusutan/ha/tahun tahun (Rp) 816 835 258 660 248 065 816 884 175 999 2 332 517
Tabel 18, menunjukkan total biaya penyusutan peralatan per hektar per tahun yang ditanggung oleh petani adalah sebesar Rp 2 332 517. Umur ekonomis pemakaian peralatan tergolong cukup lama yakni berkisar 5 hingga 10 tahun namun tergantung kualitas, pemakaian dan perawatan. Alat pengolahan tanah seperti cangkul tidak semua petani menyediakannya, hal ini karena cangkul yang dipinjamkan kepada petani pekerja sering kali tidak kembali atau hilang. Sehingga petani hanya menyediakan beberapa atau tidak
`38 `
sama sekali dan menyuruh pekerja atau buruh tani untuk membawa cangkul masing-masing. Adapun peralatan lainnya yang digunakan untuk memudahkan pekerjaan yang dibawa adalah kored dan karung. 6. Biaya perlengkapan tambahan Perlengkapan lainnya yang diperlukan dalam usahatani kentang adalah waring (karung berjaring) dan tali. Waring dan tali dibeli pada saaat akan melangsungkan pemanenan. Satu waring rata-rata dapat menampung kentang sebanyak 25-30 kg. Dalam satu hektar, rata-rata penggunaan waring dan tali adalah sebanyak 412 unit dan 1 roll tali. Harga waring sebesar Rp 300/unit dan harga tali sebesar 19 000/roll. Sehingga total rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk membeli perlengkapan tambahan mencapai Rp 142 471. 7. Biaya benih Benih yang digunakan selama penanaman merupakan benih kentang yang diperoleh dari Sabani Farm. Rata-rata jumlah benih yang digunakan oleh petani yakni sebesar 1 408 kg. Harga benih kentang granola generasi ke-3 (G3) adalah 14 000, sehingga total rata-rata biaya benih per hektar yang dikeluarkan oleh petani adalah sebesar Rp 19 705 093. Walaupun benih diperoleh dari Sabani Farm, namun benih digolongkan ke dalam biaya tunai, hal ini karena benih diperhitungkan dan akan dibayar setelah kentang dipanen dan terjual. Tabel 19 menjelaskan rekapitulasi rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani pada musim tanam November 2015 hingga Maret 2016. Biaya yang dikeluarkan terdiri atas biaya tunai dan biaya tidak tunai..
39
Tabel 19 Struktur biaya rata-rata usahatani kentang petani pada musim tanam November 2015- Maret 2016 Komponen Biaya Tunai Benih (kg) Upah TKLK (HOK) Pupuk kandang (karung) Pupuk majemuk (kg) ZA (kg) TSP (kg) Pestisida dan ZPT Fungisida Insektisida Nematisida Herbisida Perekat ZPT Perlengkapan tambahan Total Biaya Tunai Biaya Tidak Tunai Penyusutan Upah TKDK (HOK) Sewa lahan (ha) Pajak (ha) Total Biaya Tidak Tunai Total Biaya
Jumlah
Harga per satuan (Rp)
1 408
14 000
308 428 212 82
10 000 2 300 1 400 1 400
Nilai (Rp)
19 705 093 7 251 788 3 079 226 983 509 296 236 114 528 1 003 743 1 053 024 833 386 113 521 284 494 286 962 142 471 35 148 022 2 332 517 742 790 7 473 958 200 000 10 749 265 45 897 287
Tabel 19 menjelaskan struktur biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam melangsungkan usahataninya. Biaya yang dikeluarkan petani terbagi menjadi biaya tunai dan biaya tidak tunai. Biaya tunai ini merupakan biaya yang diperhitungkan dan berpengaruh terhadap hasil usahatani yang diperoleh. Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa benih merupakan input usahatani kentang yang paling besar yaitu Rp 19 705 093 atau mencapai 56 persen dari total biaya tunai. Biaya terbesar kedua berikutnya adalah tenaga kerja luar keluarga sebesar Rp 7 251 788 atau mencapai 21 persen dari total biaya tunai. Biaya tidak tunai merupakan biaya yang tidak dikeluarkan secara tunai dan jarang diperhitungkan. Biaya tersebut terdiri dari penyusutan peralatan, upah tenaga kerja dalam keluarga, sewa dan pajak lahan. Biaya tidak tunai terbesar pada petani adalah biaya sewa lahan yaitu sebesar Rp 7 473 958 atau mencapai 70 persen dari total biaya tidak tunai. Sewa lahan tergolong ke dalam biaya tidak tunai karena lahan yang disewa oleh petani tidak hanya digunakan untuk penanaman kentang melainkan juga komoditi lain yang digunakan sebagai rotasi tanam. Biaya tidak tunai terbesar kedua selanjutnya adalah penyusutan peralatan sebesar Rp 2 332 517 atau mencapai 21 persen dari total biaya tidak tunai.
`40 `
Pendapatan Usahatani Kentang Analisis pendapatan usahatani kentang terdiri dari analisis pendapatan biaya tunai dan analisis pendapatan terhadap biaya total. Pendapatan usahatani kentang didapat dari pengurangan antara penerimaan usahatani dengan pengeluaran usahatani. Komponen biaya pada pada analisis pendapatan ini terbagi menjadi dua kelompok, yaitu biaya tunai dan biaya tidak tunai. Biaya tunai terdiri dari biaya pembelian faktor produksi seperti benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga (TKLK). Sedangkan biaya yang termasuk ke dalam komponen biaya tidak tunai, antara lain penyusutan alat pertanian, tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga (TKDK) dan biaya pajak serta sewa lahan. Pada akhir analisis pendapatan dilakukan perhitungan terhadap nilai R/C atau nilai imbangan antara penerimaan dan biaya. Penerimaa, pengeluaran, pendapatan dan nilai R/C usahatani kentang yang dilakukan petani per hektar per musim tanam dilihat Tabel berikut. Tabel 20 Rata-rata total penerimaan, biaya, pendapatan, dan R/C usahatai kentang petani Uraian Penerimaan tunai Penerimaan tidak tunai Total penerimaan Biaya tunai Biaya tidak tunai Total biaya Pendapatan atas biaya tunai Pendapatan atas biaya total R/C atas biaya tunai R/C atas biaya total
Total (Rp/ ha/musim tanam) 60 275 517 0 60 275 517 35 148 022 10 749 265 45 897 287 25 127 495 14 378 230 1,71 1,31
Tabel 20 menunjukkan total rata-rata penerimaan petani dari penjualan kentang konsumsi dan benih kentang per hektar per musim tanam adalah sebesar Rp 60 275 517. Total biaya usahatani kentang petani adalah sebesar Rp 45 897 287, sehingga berdasarkan selisih penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan, maka rata-rata pendapatan atas biaya total yang diterima petani per hektar per musim tanam adalah sebesar Rp 14 378 230. Analisis Nilai R/C Rasio Berdasarkan analisis R/C rasio diketahui bahwa R/C rasio atas biaya tunai pada petani sebesar 1.71. Ini menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan petani akan memberikan penerimaan kepada petani sebesar Rp 171. Sedangkan R/C rasio atas biaya total pada petani diketahui sebesar 1.31. Ini menunjukan bahwa setiap satu rupiah yang dikeluarkan petani akan memberikan penerimaan kepada petani sebesar Rp 131. Nilai R/C rasio >1 menunjukkan bahwa usahatani kentang layak untuk dilakukan. Analisis Anggaran Parsial Analisis ini digunakan untuk melihat apakah perubahan metode produksi atau pengorganisasian di dalam usahatani dapat berpengaruh terhadap keuntungan yang diperoleh. Analisis ini membandingkan dua jenis usahatani yang dilakukan
41
oleh seorang petani dalam mengusahakan kentang pada luas lahan pada 0.4ha. Adapun perubahan yang dianalisis yaitu perubahan pada penggunaan benih kentang sebagai input usahatani. Dalam melangsungkan usahatani kentang, petani memperoleh benih kentang bersertifikat dari Sabani Farm, sedangkam benih tidak bersertifikat dibeli dari petani lain. Hasil analisis anggaran keuntungan parsial dapat dilihata pada Tabel 21. Tabel 21 Anggaran keuntungan parsial dari perubahan jenis benih Perubahan yang ditinjau : Penggunaan benih kentang bersertifikat pada luas lahan 0.4 ha Kerugian (Rp) Keuntungan (Rp) Biaya tambahan : Biaya yang dihemat : 1. Benih kentang G3 bersertifikat : 1. Benih kentang tidak bersertifikat : 600 kg x Rp 14 000 = Rp 8 400 000 600 kg x Rp 11 000 = Rp 6 600 000 2.
Biaya pengangkutan benih G3 dan G4 sebesar 2. Fungisida kontak Rp 5 000 per karung (berat 30 kg) : 1 bungkus x Rp 75 000= Rp 75 000 Benih G3: 20 karung x Rp 5 000 = Rp 100 000 Benih G4 : 33 karung x Rp 5 000 = Rp 165 000
Penghasilan yang hilang : 1. Produksi kentang tidak menggunakan benih bersertifikat sebesar 7200 kg (terdiri dari 6200 kg kentang konsumsi dan 1 000 kg benih kentang) Kentang konsumsi : 6 200 kg x Rp 4 700 = Rp 29 140 000
Penghasilan tambahan : 1. Penambahan produksi sebesar 2 000 kg, sehingga total produksi kentang menjadi 9 200 kg (terdiri dari 8 200 kg kentang konsumsi dan 1 000 kg benih kentang) Kentang konsumsi : 8 200 kg x 4 500 = 36 900 000
Benih kentang : 1 000 kg x Rp 9 700 = Rp 9 700 000
Benih kentang : 1 000 kg x Rp 10 000 = Rp 10 000 000
Kerugian total = Rp 47 505 000 Keuntungan total = Rp 53 575 000 Keuntungan tambahan : Rp 53 575 000 – Rp 47 505 000 = Rp 6 070 000 Pertimbangan lain yang diperlukan : Petani memerlukan biaya tambahan untuk membeli benih kentang G3 bersertifikat sebesar Rp 1 800 000 dan pengangkutan benih sebesar Rp 265 000.
Tabel 21 menunjukkan penggunaan benih kentang G3 bersertifikat dapat memberikan keuntungan tambahan sebesar Rp Rp 6 070 000. Jumlah benih yang digunakan untuk luas lahan 0.4 hektar sebesar 600 kg, begitupun juga dengan pupuk kandang yang digunakan sebesar 3.6 ton (120 karung).Penanaman kentang yang dilakukan pada musim hujan menyebabkan penggunaan pestisida seperti insektisida, nematisida dan ZPT relatif tidak berbeda, namun terdapat perbedaan terhadap penggunaan fungisida. Penggunaan benih bersertifikat dapat menghemat penggunaan fungisida sedangkan penggunaan benih kentang tidak bersertifikat cenderung lebih boros ysaitu dengan menaikkan dosisnya yang disebabkan performa tanaman kentang kurang baik akibat hujan dan tanaman yang rentan terhadap penyakit. Penggunaan benih bersertifikat berpengaruh terhadap produksi
`42 `
yang dihasilkan dan keuntungan yang diterima. Penggunaan benih bersertifikat dapat menghasilkan produksi sebesar 9 200 kg sedangkan penggunaan benih tidak bersertifikat hanya mampu memproduksi sebesar 7 200 kg. Namun, untuk memberikan keuntungan tambahan dan peningkatan produksi kentang, terdapat pertimbangan yang diperlukan petani, yaitu petani perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk mengganti benih kentang yang biasa atau tidak bersertifikat menjadi benih kentang yang bersertifikat, biaya tambahan tersebut sebesar Rp 1 800 000. Biaya tambahan lainnya yaitu biaya pengangkutan benih G3 dari Sabani Farm ke lahan dan pengangkutan benih G4 dari lahan ke Sabani Farm, sehigga total biaya pengangkutan benih sebesar Rp 265 000.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dijabarakan dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Bentuk kerjasama yang dijalankan antara Sabani Farm dengan petani adalah sistem bagi hasil, dimana besarnya persentase keuntungan tergantung kesepakatan di awal dan berdasarkan besarnya penyertaan modal yang dikeluarkan oleh kedua belah pihak. Adapun dalam pelaksanaannya, petani dan Sabani Farm sudah mengetahui hak dan kewajiban masing-masing sehingga tujuan kerjasama dari kedua pihak dapat tercapai. 2. Kerjasama yang dilakukan antara Sabani Farm dan petani sudah efektif dalam pelaksanaannya bila dilihat dari pendekatan context, input, process dan product. Diantara keempat aspek, aspek context merupakan aspek yang memiliki persentase evaluasi terendah yaitu sebesar 7.6 persen. 3. Rata-rata pendapatan yang diperoleh petani atas biaya total adalah sebesar Rp 14 378 230 dan nilai R/C rasio atas biaya total adalah sebesar 1.31. Berdasarkan nilai rasio tersebut dapat diketahui, bahwa kerjasama yang dijalankan oleh petani bermanfaat dan layak untuk dilakukukan. Selain itu berdasarkan analisis anggraan parsial, penggunaan kentang G3 bersertifikat dapat meningkatkan produksi kentang dan memberikan keuntungan tambahan sebesar Rp 6 070 000.
Saran Berdasarkan hasil penelitian mengenai evaluasi kerjasama antara Sabani Farm dan petani dengan menggunakan pendekatan CIPP, maka saran yang dapat diberikan, antara lain meningkatkan kepercayaan satu sama lain dengan melakukan komunikasi yang terbuka dan mempertimbangkan pemberian pinjaman modal kepada petani secara lebih mudah, hal ini guna membantu petani dalam melangsungkan kegiatan usahataninya serta meningkatkan performa usahatani yang dijalankan. Performa yang baik akan dapat menarik petani lainnya
43
untuk ikut ber dan secara tidak langsung dapat meningkatkan penjualan benih kentang Sabani Farm.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto S, Cepi SA. 2008. Evaluasi Program Pendidikan : Pedoman Teoritis dan Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara BPBU [Biro Pengembangan BPR dan UMKM].2011. Pola Pembiayaan Usaha Kecil Budidaya Kentang Industri. Jakarta (ID): Bank Indonesia [BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik Yearbook of Indonesia 2015 ISSN.0126-2912. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Kentang di Indonesia. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Benih Kentang di Provinsi Jawa Barat. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik Darwis V, Friyatno S, Hastuti EL. 2005. Revitalisasi kelembagaan kerjasama usaha dalam pembangunan agribisnis hortikultura di provinsi sumatera utara. Gunarto, A. 2004. Mencari Peluang agribisnis melalui usaha Kentang G-4 bersertifikat. Jurnal Matematika, Sains, dan Teknologi Vol.5 No.1 Hafsah MJ. 2000. Kerjasama Usaha. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan Haris, A. 2007. Analisis Pendapatan Ushatani dan Pengembangan Usaha Benih Kentang di Harry Farm [skripsi]. Bogor (ID): Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hilman Y, Nurmalida, Ridwan Sabari. 2010. Analisis finansial penggunaan benih kentang bersertifikat dalam meningkatkan pendapatan usahatani petani kentang. J.Hort 20(2): 196-206 Kurniawan J, Redono C, Yulianto G. 2007. Evaluasi program tenaga harian lepas tenaga bantu penyuluhan pertanian. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 4(1): 6173 [Pusdatin] Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2015. Buletin Triwulan Ekspor Impor Komoditi Pertanian. Nilai eksor, impor dan neraca perdagangan komoditi pertanian Januari-Desember 2014. Volume VII (1) [PSE-KP] Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. 2007. Pembangunan pertanian berkelanjutan melalui kerjasama usaha. Jurnal Litbang Pertanian 26(4) Rahmi, R. 2008. Analisis Perbandingan Pendapatan dan Keuntungan Usahatani Antara Kentag Konsumsi dan Kentang Bibit di Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok [skripsi]. Padang (ID): Fakultas Pertanian Universitas Andalas Ranu, NL. 2006. Good Agriculture Practices (GAP) Benih Kentang Bermutu. Jakarta (ID): Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi, Direktorat Jenderal Hortikultura. Ringkasan Eksekutif Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia. Katalog BPS: 3201013
`44 `
Sastrahidayat IR. 2011. Tanaman Kentang dan Pengendalian Hama Penyakitnya. Malang. Universitas Brawijaya Press Sinulingga, BA. 2010. Evaluasi Terhadap Kinerja Kerjasama PT Perkebunan Nusantara III Dengan Usaha Kecil [skripsi]. Medan (ID): Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Supriyati, Elizabeth R. 2009. Pengembangan kerjasama usaha yang saling menguntungkan: Kasus PT Heinz ABC Indoneia dengan petani cabai merah di Jawa Tengah Suratiyah. 2011. Ilmu Usahatani (Cetakan ke-4). Jakarta (ID): Penebar Swadaya Tantriyati T. Evaluasi Kerjasama Asosiasi Aspakusa Makmur Dengan Petani Boyolali Jawa Tengah Menggunakan Pendekatan Metode CIPP [skripsi]. Surakarta (ID): Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret
45
Lampiran 1 Luas panen, produksi, dan produktivitas kentang menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten/ Kota Luas Panen Produksi Produktivitas (ha) (ton) (ton/ha) Bogor 20 0.172 0.009 Sukabumi 17 1.64 0.096 Cianjur 15 2.6 0.173 Bandung 4 676 934.155 0.200 Garut 6 182 1404.885 0.227 Tasikmalaya 0 0 0 Ciamis 1 0.224 0.224 Kuningan 4 0.776 0.194 Cirebon 0 0 0 Majalengka 375 51.785 0.138 Sumedang 102 15.583 0.153 Indramayu 0 0 0 Subang 0 0 0 Purwakarta 0 0 0 Karawang 0 0 0 Bekasi 0 0 0 Bandung Barat 224 41.495 0.185 Pangandaran 0 0 0 Kota Bogor 0 0 0 Kota Sukabumi 0 0 0 Kota Bandung 2 0.004 0.002 Kota Cirebon 0 0 0 Kota Bekasi 0 0 0 Kota Depok 0 0 0 Kota Cimahi 0 0 0 Kota Tasikmalaya 0 0 0 Kota Banjar 0 0 0 Jawa Barat 11 618 2 453.319 0.21117 Sumber : BPS (2014)
`46 `
46
Lampiran 2 Rata-rata pendapatan ushatani kentang petani No
Nama
Luas lahan
Total Penerimaan
Biaya Tunai
Biaya Tidak Tunai
Biaya Total
Pendapatan Atas Biaya Tunai
Pendapatan Atas Biaya Total
R/C Atas Biaya Tunai
R/C Atas Biaya Total
1
Tasman
0,64
64 176 000
36 878 205
10 081 473
46 959 678
27 297 795
17 216 322
1.7
1.4
2
Rusman
0,576
58 822 400
35 836 358
10 790 396
46 626 753
22 986 042
12 195 647
1.6
1.3
3
Tarno
0,4
46 900 000
36 166 000
4 265 848
40 431 848
10 734 000
6 468 152
1.3
1.2
4
Ujang Hadiyat
0,48
54 630 000
35 995 025
11 069 568
47 064 593
18 634 975
7 565 407
1.5
1.2
5
Sholeh
0,72
68 960 000
36 131 576
9 545 337
45 676 914
32 828 424
23 283 086
1.9
1.5
6
Didin
0,32
38 620 000
31 232 288
5 448 326
36 680 613
7 387 713
1 939 387
1.2
1.1
7
Tutang
0,48
52 356 000
32 926 267
10 996 131
43 922 398
19 429 733
8 433 602
1.6
1.2
8
Aran
0,5
54 000 000
33 508 500
10 521 786
44 030 286
20 491 500
9 969 714
1.6
1.2
9
Cucu
0,56
56 380 000
34 367 161
10 289 541
44 656 702
22 012 839
11 723 298
1.6
1.3
10
Asep
0,8
79 520 000
36 522 469
9 780 804
46 303 272
42 997 531
33 216 728
2.2
1.7
11
Alit
0,5
53 770 000
35 169 500
10 614 286
45 783 786
18 600 500
7 986 214
1.5
1.2
12
Iwa
1
87 400 000
36 630 750
9 565 893
46 196 643
50 769 250
41 203 357
2.4
1.9
13
Pedi
0,32
39 256 000
34 617 600
3 405 357
38 022 957
4 638 400
1 233 043
1.1
1.0
14
Ade
0,5
54 450 000
33 967 000
10 960 286
44 927 286
20 483 000
9 522 714
1.6
1.2
15 Ratarata
Jajat
1
89 800 000
37 271 625
9 082 071
46 353 696
52 528 375
43 446 304
2.4
1.9
59 936 027
35 148 021
10 749 265
45 897 287
24 788 005
15 693 532
1.7
1.3
47
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Serang pada tanggal 20 September 1994 dari ayah Rachmat Hidayat dan Ibu Afini Sumeke. Penulis adalah anak terakhir dari dua bersaudara. Tahun 2012 penulis lulus dari SMAN 3 karawang dan pada tahun yang sama penulis lulus selesksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menempuh pendidikan penulis mengikuti beberapa kepanitiaan antara lain Agribusiness Festival (2013 dan 2014), 7th Sporrtakuler FEM IPB (2013). Penulis pernah bergabung dalam organisasi kampus seperti HIPMA (Himpunan Profesi Mahasiwa Peminat Agribisnis) pada tahun 2015 di Department Social and Environment sebagai anggota. Penulis juga mengikuti beberapa pelatihan yang diselenggarakan oleh Departemen Agribisnis IPB. Tahun 2014 penulis pernah menerima beasiswa Program Pengembangan Akademik IPB dan pada tahun yang sama penulis juga pernah mengikuti kompetisi Business Plan yang diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Nurul Fikri Jakarta.