Tesis – RE142551
Evaluasi Pelayanan Air Minum pada Daerah Pelayanan IPAM Babat, PDAM Lamongan
DIMAS METAKARYANTO PRIYOAJI 3314202201 DOSEN PEMBIMBING Dr. Ali Masduqi, ST., MT
PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN TEKNIK SANITASI LINGKUNGAN JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2017
EVALUASI PELAYANAN AIR MINUM PADA DAERAH PELAYANAN IPAM BABAT, PDAM LAMONGAN
Nama mahasiswa : Dimas Metakaryanto Priyoaji NRP
: 3314202201
Pembimbing
: Dr. Ali Masduqi., ST., MT
ABSTRAK Pemerintah daerah Kabupaten Lamongan telah menargetkan pelayanan air minum untuk wilayah Kabupaten Lamongan sebesar 100% pada tahun 2019. Untuk mewujudkan hal tersebut, PDAM Lamongan selaku badan usaha milik daerah harus meningkatkan pelayanan air minum kepada masyarakat. IPAM Babat adalah salah satu IPAM terbesar yang dimiliki oleh PDAM Lamongan menurut profil PDAM tahun 2015 saat ini air minum yang diproduksi hingga 94,95 liter/detik. Kondisi saat ini IPAM melayani 5 wilayah kecamatan yaitu, Kecamatan Babat, Pucuk, Sekaran, Sukodadi dan Turi yang di dalamnya melayani 24.390 penduduk. Air baku yang digunakan diambil dari air sungai Bengawan Solo. Prosentase kebocoran di PDAM Lamongan adalah sebesar 31.05% pada tahun 2015. Tujuan dari tesis ini adalah untuk mengetahui PDAM Lamongan pada tahun 2019 , khususnya pada sistem distribusi yang ditinjau dari aspek teknis, finansial dan kelembagaan. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah analisa supply and demand, analisa kinerja jaringan dengan menggunakan aplikasi Epanet, melakukan survey lapangan kepada pelanggan dan non pelanngan, analisa finansial melalui perhitungan NPV dan IRR, serta kelembagaan dengan analisis SWOT. Maka diperoleh strategi dari analisa ke-3 aspek tersebut adalah mengoptimalkan potensi yang ada dengan melayani penduduk yang berada di sekitar wilayah pelayanan.
Kata Kunci: Air Minum, Distribusi, Sanitasi, Lamongan
ii
WATER SUPPLY EVALUATION AT BABAT WATER TREATMENT PLANT SERVICE AREA, PDAM LAMONGAN Name
: Dimas Metakaryanto Priyoaji
NRP
: 3314202201
Advisor
: Dr. Ali Masduqi., ST., MT
ABSTRACT Local government of Lmaongan District targeted 100% water supply in 2019. In order to realize that target, PDAM Lamongan the regional owned enterprises drinking water in Lamongan must improve their services. Babat’s water treatment plant is the biggest water treatment plant that PDAM Lamongan have, ,according PDAM Lamongan profile at 2015 it can produce 94.95 liter/s. Babat’s water treatment plant, supplies 5 districts in Lamongan, that is Babat district, Pucuk District, Sukodadi district, Sekaran district, and Turi distict that serve 24.390 people. Raw water of Babat’s water treatment plant is Bengawan Solo River. PDAM Lamongan leakage rate is about 31.05%. The purpose of this thesis is to solve the water distribution problem at PDAM Lamongan can realize the targets that Lamongan City Government make, this thesis also review that problem with three ascpect which is technical aspect, financial aspect and institutional aspect. After review that three aspect. Methods that use in this study is supply and demands ratio analysis, network performance analysis using Epanet, research field survey to the customers and non customers, Financial analysis using NPV and IRR method, and institutional analysis using SWOT method. So through that method, it can determine the right strategy to reach the target that Lamongan Government make. The strategy is optimizing the potential that PDAM Lamongan had and serve the resident around service area
Keywords: Drinking, Water, Distribution, Sanitation, Lamongan
iii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’alla
atas barokah, rahmat serta
karunia-Nya, Penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul : EVALUASI PELAYANAN AIR MINUM PADA DAERAH PELAYANAN IPAM BABAT, PDAM LAMONGAN
Tesis ini ditujukan untuk memenuhi salah satu persyaratan ujian guna memperoleh gelar Magister Teknik (M.T) pada Jurusan Magister Teknik Sanitasi Lingkungan pada Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya-Jawa Timur
Penulis menyadari dalam penulisan Tesis ini masih jauh dari sempurna, dan banyak kekurangan baik dalam metode penulisan maupun dalam pembahasan materi. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan kemampuan Penulis. Sehingga Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun sehingga dikemudian hari dapat memperbaiki segala kekuranganya.
Dalam penulisan Tesis ini, Penulis selalu mendapatkan bimbingan, dorongan, serta semangat dari banyak pihak. Oleh karena itu Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Yth. Bapak Dr. Ali Masduqi S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing, yang telah meluangkan waktunya, tenaga dan pikirannya untuk membimbing penulis dalam penulisan Tesis ini 2. Yth. Bapak Prof. Ir. Wahyono Hadi., MSc., PhD, Ibu Bieby Voijant., ST., MT., PhD, Bapak Adhi Yuniarto., ST., MT., PhD selaku Dosen Penguji yang telah memberi saran dan masukan yang membangun untuk Tesis ini. 3. Seluruh dosen pengajar program studi Magister Teknik Sanitasi Lingkungan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah rela membagikan ilmu-ilmu yang telah mereka peroleh kepada penulis. 4. PDAM Lamongan khususnya untuk Bapak Alfian yang telah membantu penulis untuk memperoleh data yang dibutuhkan oleh penulis. 5. Teman-teman Laboratorium Air Minum yang senantiasa saling berbagi informasi dan pengetahuan tentang air minum kepada penulis. 6. Teman-teman Magister Teknik Sanitasi Lingkungan angkatan 2014 yang telah memberikan dukungan dan berbagi ilmu dengan penulis 7. Segenap keluarga saya tercinta yaitu bapak saya Djoko Priyono, istri saya Tushy Octafadiola, dan adik saya Ajeng Karuniasari dan Edda Setya Pradana, berkat doa dan dukungan merekalah penulis dapat menyelesaikan Tesis ini.
iv
8. Rekan saya Rengga Ardana dan Fahrul Yahya yang telah membantu saya dalam kegiatan survey lapangan. 9. Seluruh Staf dan Karyawan Jurusan Teknik Lingkungan,
Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.
Akhirnya, Penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak dan apabila ada yang tidak tersebutkan Penulis mohon maaf, dengan besar harapan semoga Tesis yang ditulis oleh Penulis ini dapat bermanfaat khususnya bagi Penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca. Bagi para pihak yang telah membantu dalam penulisan Tesis ini semoga segala amal dan kebaikannya mendapatkan balasan yang berlimpah dari Tuhan Allah Subhanahu Wa Ta’alla, Amiiin.
Surabaya, 27 Desember 2016
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................................................i ABSTRAK..............................................................................................................................................ii KATA PENGANTAR ...........................................................................................................................iv DAFTAR ISI..........................................................................................................................................vi DAFTAR TABEL................................................................................................................................viii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................................xi BAB 1 ..................................................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1 1.1
Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................................................... 2 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................................................... 2 1.4 Batasan dan Ruang Lingkup ....................................................................................................... 3 1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................................................................... 3 BAB 2 ..................................................................................................................................................... 5 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................................ 5 2.1
Metoda Proyeksi Penduduk ...................................................................................................... 5
2.2
Penentuan Jumlah Sampel ........................................................................................................ 6
2.3
Infrastruktur Perkotaan ............................................................................................................ 7
2.4
Definisi dan Persyaratan Air Minum ...................................................................................... 9
2.4.1
Definisi Air Minum......................................................................................................... 9
2.4.2
Persyaratan dalam Penyediaan Air Minum..................................................................... 9
2.4.2.1 Persyaratan Kualitas............................................................................................................ 9 2.4.2.2 Persyaratan Kuantitas (Debit) ........................................................................................... 10 2.4.2.3 Persyaratan Kontinuitas .................................................................................................... 11 2.4.2.4 Persyaratan Tekanan Air................................................................................................... 12 2.5
Sistem Distribusi dan Sistem Pengaliran Air Minum .............................................................. 12
2.5.1 Sistem Distribusi Air Minum.............................................................................................. 12 2.5.2 Sistem Pengaliran Air Minum.............................................................................................. 13 2.6
Aplikasi Epanet 2.0 dalam Analisa Jaringan Distribusi Air Minum........................................ 15
2.6.1 Umum ................................................................................................................................. 15 2.7
Kelayakan Finansial................................................................................................................ 18
2.8 Kelayakan Kinerja Pegawai ......................................................................................................... 20 vi
BAB 3 ................................................................................................................................................... 25 METODE PENELITIAN................................................................................................................... 25 3.1
Kebutuhan Data .................................................................................................................... 25
3.2
Teknik Pengolahan dan Penyajian Data................................................................................. 26
3.3
Prosedur Penelitian ............................................................................................................... 27
3.4
Kerangka Pemikiran.............................................................................................................. 28
BAB 4 ................................................................................................................................................... 31 GAMBARAN UMUM DAERAH PELAYANAN .............................................................................. 31 4.1
Kondisi Fisik Daerah ............................................................................................................ 31
4.1.1
Geografis dan Administratif .......................................................................................... 31
4.1.2
Kondisi Fisik Dasar........................................................................................................... 35
4.1.2.1
Topografi....................................................................................................................... 35
4.2.1.2
Geologi.......................................................................................................................... 36
4.1.2.3 Jenis Tanah........................................................................................................................ 39 4.1.2.4
Iklim.......................................................................................................................... 39
4.2
Prasarana Sanitasi ................................................................................................................... 45
4.3
Area dan Cakupan Pelayanan IPAM Babat PDAM Kabupaten Lamongan ........................ 46
4.4
Sumber Air Baku ................................................................................................................. 49
4.5
Kapasitas Terpasang dan Produksi ...................................................................................... 49
4.6
Keuangan PDAM Lamongan................................................................................................ 56
BAB 5 ................................................................................................................................................... 57 ANALISA DAN PEMBAHASAN....................................................................................................... 57 5.1 Evaluasi Aspek Teknis................................................................................................................... 57 5.1.1 Evaluasi Supply and Demands................................................................................................. 57 5.1.2 Analisa Kinerja Jaringan...................................................................................................... 67 5.1.3
Analisa Real Demands Survey .......................................................................................... 83
5.1.3.1
Analisa Kepuasan Pelanggan .................................................................................... 83
5.2
Evaluasi Aspek Finansial ..................................................................................................... 87
5.3
Evaluasi Aspek Kelembagaan............................................................................................... 92
5.3.1
Penentuan Jumlah Pegawai........................................................................................... 93
5.3.2
Penentuan Strategi melalui Analisa SWOT .................................................................. 99
BAB 6 ................................................................................................................................................. 101 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................................................... 101 6.1
Kesimpulan ......................................................................................................................... 101
6.2
Saran ................................................................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………..103 vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Konsumsi Air Berdasarkan Kategori Kota ..........................................................................10 Tabel 2. 2 Faktor Kelonggaran .............................................................................................................23 Tabel 3. 1 Data yang dibutuhkan ..........................................................................................................25 Tabel 4. 1 Luas Wilayah per Kecamatan ..............................................................................................32 Tabel 4. 2 Luas Daerah per Kecamatan ................................................................................................35 Tabel 4. 3 Luas Menurut Jenis Batuan di Kabupaten Lamongan .........................................................37 Tabel 4. 4 Luas Menurut Jenis Tanah Kabupaten Lamongan...............................................................39 Tabel 4. 5 Curah Hujan di Kabupaten Lamongan.................................................................................39 Tabel 4. 6 Panjang Sungai di Kabupaten Lamongan ............................................................................41 Tabel 4. 7 Wilayah Pelayanan PDAM Kabupaten Lamongan..............................................................47 Tabel 4. 8 Jumlah Pelanggan PDAM Kabupaten Lamongan ...............................................................48 Tabel 4. 9 Jumlah pemakaian Air PDAM Kabupaten Lamongan.........................................................49 Tabel 4. 10 Sumber Air yang Dimanfaatkan PDAM Kabupaten Lamongan........................................49 Tabel 4. 11 Kapasitas Terpasang dan Kapasitas Produksi PDAM Kabupaten Lamongan ...................50 Tabel 4. 12 Kapasitas Produksi, Distribusi dan Kebocoran Tahun 2011 - 2015 PDAM Kab. Lamongan .............................................................................................................................................50 Tabel 4. 13 Lokasi dan Kapasitas Terpasang Ground Reservoir PDAM Kabupaten Lamongan .........51 Tabel 4. 14 Penilaian Kinerja PDAM menurut Kepmendagri 47/1999 ................................................56
Tabel 5. 1 Jumlah Penduduk Kabupaten Lamongan 5 Tahun Terakhir...............................................57 Tabel 5. 2 Korelasi Metode Aritmatik ..................................................................................................58 Tabel 5. 3 Korelasi Metode Geometrik.................................................................................................58 Tabel 5. 4 Korelasi Metode Least Square .............................................................................................59 Tabel 5. 5 Proyeksi Penduduk tahun 2019............................................................................................59 Tabel 5. 6 Target Pelayanan pada Tahun 2019.....................................................................................60 Tabel 5. 7 Jumlah Sambungan Rumah dan Kebutuhan Air pada 2019.................................................61 Tabel 5. 8 Jumlah Sambungan Non Domestik pada 2015 ....................................................................62 Tabel 5. 9 Jumlah Sambungan Sosial pada 2015..................................................................................62 Tabel 5. 10 Jumlah Sambungan Non Domestik pada 2019 ..................................................................62 Tabel 5. 11 Jumlah Sambungan non Domestik dan Kebutuhan Air pada 2019....................................63 Tabel 5. 12 Ketersediaan Air PDAM Kabupaten Lamongan ...............................................................64 Tabel 5. 13 Jumlah Sambungan Rumah serta non domestik dan Kebutuhan Air Total pada 2019 .....64 Tabel 5. 14 Rasio Supply and Demand 2015........................................................................................66 Tabel 5. 15 Rasio Supply and Demand 2019........................................................................................66 Tabel 5. 16 Kebutuhan air untuk daerah pelayanan IPA I pada tahun 2015........................................67 Tabel 5. 17 Kebutuhan air untuk daerah pelayanan IPA II pada tahun 2015 ......................................67 Tabel 5. 18 Kinerja Jaringan IPA I Parameter Head dan Tekanan .......................................................68 Tabel 5. 19 Kinerja Jaringan IPA I Parameter Kecepatan Aliran dan Headloss...................................69 viii
Tabel 5. 20 Kinerja Jaringan IPA II Parameter Head dan Tekanan......................................................70 Tabel 5. 21 Kinerja Jaringan IPA II Parameter Kecepatan Aliran dan Headloss .................................70 Tabel 5. 22 Kinerja Jaringan IPA I Parameter Head dan Tekanan pada Tahun 2019...........................71 Tabel 5. 23 Kinerja Jaringan IPA I Parameter Kecepatan Aliran dan Headloss pada Tahun 2019 ......72 Tabel 5. 24 Kinerja Jaringan IPA II Parameter Head dan Tekanan pada Tahun 2019 .........................73 Tabel 5. 25 Kinerja Jaringan IPA II Parameter Kecepatan Aliran dan Headloss pada Tahun 2019.....74 Tabel 5. 26 Kinerja Jaringan IPA I Parameter Head dan Tekanan pada Tahun 2019 Alternatif 1 .......75 Tabel 5. 27 Kinerja Jaringan IPA I Parameter Kecepatan Aliran dan Headloss pada Tahun 2019 .....76 Tabel 5. 28 Kinerja Jaringan IPA II Parameter Head dan Tekanan pada Tahun 2019 .........................78 Tabel 5. 29 Kinerja Jaringan IPA II Parameter Kecepatan Aliran dan Headloss pada Tahun 2019.....78 Tabel 5. 30 Kinerja Jaringan IPA I Parameter Head dan Tekanan pada Tahun 2019 Alternatif 2 .......79 Tabel 5. 31 Kinerja Jaringan IPA I Parameter Kecepatan Aliran dan Headloss pada Tahun 2019 Alternatif 2 ............................................................................................................................................80 Tabel 5. 32 Tabel 5. 30 Kinerja Jaringan IPA II Parameter Head dan Tekanan pada Tahun 2019 Alternatif 2 ............................................................................................................................................81 Tabel 5. 33 Tabel 5. 31 Kinerja Jaringan IPA II Parameter Kecepatan Aliran dan Headloss pada Tahun 2019 Alternatif 2........................................................................................................................82 Tabel 5. 34 Hasil Survey Kualitas, Kuantitas, Kontinyuitas.................................................................83 Tabel 5. 35 Hasil Survey Sumber Air ...................................................................................................84 Tabel 5. 36 Hasil Survey Respon PDAM terhadap keluhan pelanggan................................................84 Tabel 5. 37 Hasil Survey Ketersediaan peningkatan tarif.....................................................................85 Tabel 5. 38 Hasil Survey Kualitas, Kuantitas, Kontinyuitas.................................................................85 Tabel 5. 39 Hasil Survey Sumber Air ...................................................................................................86 Tabel 5. 40 Ketersedian dan Kemampuan Berlangganan PDAM.........................................................86 Tabel 5. 41 Jumlah Pipa yang dibutuhkan pada alternatif I..................................................................87 Tabel 5. 42Jumlah Pipa yang dibutuhkan pada alternatif II..................................................................88 Tabel 5. 43 Anggaran Pembelian Bahan dan Jasa untuk Alternatif I ...................................................88 Tabel 5. 44 Anggaran Pembelian Bahan dan Jasa untuk Alternatif II ..................................................88 Tabel 5. 45 Total Anggaran Penambahan jaringan pipa yang disediakan oleh Pemda ........................89 Tabel 5. 46 Tarif Penjualan Air Minum PDAM Lamongan .................................................................89 Tabel 5. 47 Pengeluaran rata-rata pelanggan setiap bulannya ..............................................................90 Tabel 5. 48 Pendapatan Kotor dari penjualan air minum 2016-2019 ...................................................90 Tabel 5. 49 Pendapatan Bersih dari penjualan air minum 2016-2019 Alternatif I ...............................91 Tabel 5. 50 Pendapatan Bersih dari penjualan air minum 2016-2019 Alternatif II ..............................91 Tabel 5. 51 Perhitungan NPV Alternatif I ............................................................................................91 Tabel 5. 52 Perhitungan NPV Alternatif II ...........................................................................................91 Tabel 5. 53 Perhitungan IRR Alternatif I dengan Interpolasi DF .........................................................92 Tabel 5. 54 Perhitungan IRR Alternatif II dengan Interpolasi DF........................................................92 Tabel 5. 55 Jumlah Pegawai beserta Tingkat Pendidikan.....................................................................93 Tabel 5. 56 Jumlah Pegawai beserta Bagian.........................................................................................94 Tabel 5. 57 Bagian beserta Tugas yang diberikan ................................................................................94 Tabel 5. 58 Waktu Pelayanan Efektif Pembayaran Rekening Tahun 2015 ..........................................96 Tabel 5. 59 Waktu Pelayanan Efektif Pencatatan Rekening Tahun 2015.............................................96 Tabel 5. 60 Kesesuaian Jam Kerja Tahun 2015....................................................................................97 Tabel 5. 61 Waktu Pelayanan Efektif Pembayaran Rekening Tahun 2019 ..........................................97 ix
Tabel 5. 62 Waktu Pelayanan Efektif Pencatatan Rekening Tahun 2019.............................................97 Tabel 5. 63 Kesesuaian Jam Kerja Tahun 2019....................................................................................98 Tabel 5. 64 Penyesuaian Jumlah Pegawai dan Jam Kerja Tahun 2019 ................................................98 Tabel 5. 65 Analisa SWOT...................................................................................................................99 Tabel 5. 66 Rencana Strategi ................................................................................................................99
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 Kerangka Penelitian .........................................................................................................29
Gambar 4. 1 Orientasi Kabupaten Lamongan terhadap Provinsi Jawa Timur...................................... 32 Gambar 4. 2 Administrasi Kabupaten Lamongan................................................................................. 34 Gambar 4. 3 Topografi Kabupaten Lamongan ..................................................................................... 38 Gambar 4. 4 Jenis Tanah Kabupaten Lamongan .................................................................................. 43 Gambar 4. 5 Hidrologi Kabupaten Lamongan...................................................................................... 44 Gambar 4. 6 Perkembangan Persentase pelayanan PDAM Lamongan Tahun 2007 - 2015 ................. 47 Gambar 4. 7 Perkembangan Jumlah Pelanggan PDAM LamonganTahun 2007-2015......................... 48 Gambar 4. 8 Peta Rencana Pembagian Zona Pengembangan Air Minum............................................ 54 Gambar 4. 9 Skematik jaringan pelayanan IPAM Babat ...................................................................... 55 Gambar 4. 10 Perkembangan Keuangan Laba - Rugi PDAM Lamongan Tahun 2007 – 2015 ............ 56
Gambar 5. 14 Struktur Kelembagaan.................................................................................................... 93 Gambar 5. 15 Kuadran SWOT............................................................................................................ 100
xi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kebutuhan akan air minum di daerah perkotaan menjadi sangat penting pada masa kini,
mengingat semakin tingginya angka pertumbuhan penduduk dan tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya air bersih bagi kehidupan sehari-hari. Agar masyarakat dapat menikmati air minum yang terjamin kebersihannya maka perlu dibangun suatu instalasi pengolahan air minum, dimana instalasi ini bertujuan untuk mengolah air baku menjadi air minum yang siap distribusikan ke masyarakat. Sistem penyediaan air minum sangat penting karena dapat mempengaruhi kondisi populasi, kesehatan dan pertumbuhan ekonomi (Mick., 2013) Selain itu air minum yang dihasilkan dari instalasi pengolahan air minum harus selalu dievaluasi dan dikelola secara baik supaya air tersebut sesuai dengan standar kualitas air yang berlaku termasuk didalamnya parameter fisik, kimia dan mikroba, serta kuantitas dan kontinuitasnya dapat terpenuhi (Liu, 2013). Maka dalam hal ini pengolahan air minum harus diperhatikan, khususnya Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Kabupaten Lamongan adalah salah satu daerah di Jawa Timur yang mengalami krisis air bersih pada musim kemarau, untuk menanggulangi hal ini BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) menghabiskan anggaran sebanyak 50 juta rupiah dari total anggaran yang sebesar 90 juta rupiah (Harian Surya, 8 oktober 2015). Sebanyak 56 desa dari sepuluh Kecamatan di Lamongan dilanda krisis air bersih akibat musim kemarau yang masih berlangsung (Harian Surya, 7 oktober 2015). Sebagian penduduk Kabupaten Lamongan masih mengandalkan air sumur dan waduk sebagai sumber air mereka (Buku Putih Sanitasi, 2013). Secara administratif Kabupaten Lamongan terbagi atas 27 Kecamatan, meliputi 462 Desa dan 12 Kelurahan yang terbagi dalam 1.486 dusun dan 309.976 RT, dengan jumlah penduduk tahun 2012 (BPS, 2015), mencapai 1.284.379 jiwa yang terdiri dari 643.532 jiwa laki-laki dan 640.847 jiwa perempuan. Berdasarkan kelompok umur, masih membentuk piramida dengan kelompok usia anak dan usia produktif yang besar. Selanjutnya, berdasarkan struktur lapangan pekerjaan didominasi penduduk bekerja di sektor pertanian, pedagang, nelayan dan jasa. dengan tingkat kepadatan rata-rata penduduk 709 orang per km2 Pada musim kemarau seperti saat ini sumur dan waduk yang digunakan sebagai sumber air bersih untuk kebutuhan sehari-hari mengering Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Kabupaten Lamongan, dari 33 waduk yang ada di daerah itu, 18 di antaranya sudah mengering. Demikian juga 11 rawa. Padahal sebelumnya, 33 waduk dan 11 rawa itu mampu menampung air sebanyak 110.608.905 m3. Krisis air semakin diperparah oleh menyusutnya debit air di waduk kategori besar. Salah satunya di Waduk Gondang di Kecamatan 1
Sugio, dari kapasitasnya 23.712.500 m3 , saat ini hanya tersisa 6.841 m3. Waduk Prijetan di Kecamatan Kedungpring, saat ini hanya terdapat air 1.151.141 m3 dari total kapasitasnya 9 juta m3. (PDAM Lamongan, 2015) Peran PDAM mutlak dibutuhkan pada kondisi seperti ini. Untuk penanganan PDAM Lamongan berinisiatif mendistribusikan dengan menggunakan mobil tangki (Harian Surya, 8 oktober 2015). Namun, langkah tersebut adalah solusi jangka pendek, perlu adanya solusi jangka panjang untuk penanganan air bersih di Kabupaten Lamongan. Kondisi PDAM Lamongan saat ini kurang membanggakan, pada beberapa daerah pelayanan air dari sistem perpipaan sering mampet dan keruh (Radar Bojonegoro, februari 2014) . Saat ini pelayanan PDAM lamongan hanya sebesar 32% dari 4 IPAM (Instalasi Pengolahan Air Minum) yakni IPAM Babat dengan kapasitas 190 liter/detik, IPAM Plosowahyu di Kecamatan Lamongan berkapasitas 100 liter/detik, Di Kecamatan Sugio (Waduk Gondang) 10 liter/detik, serta Sumur Bor dalam yang berada di Desa Blimbing Kecamatan Paciran dengan kapasitas 20 liter/detik. IPAM Babat yang merupakan IPAM dengan kapasitas produksi terbesar yang dimiliki oleh PDAM Lamongan berkontribusi sebanyak 62% dari kapasitas total (Radar Bojonegoro, 24 Maret 2015) maka diperlukan evaluasi dari segi pelayanan dan distribusi air minum pada daerah pelayanan IPAM Babat sebagai IPAM dengan kapasitas produksi terbesar di Kabupaten Lamongan, agar nantinya dapat berkontribusi untuk mencapai 100% pelayanan air minum pada tahun 2019 (RPJMD, 2014) 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah yang dikaji adalah sebagai berikut : 1. Faktor-faktor yang menyebabkan cakupan pelayanan IPAM Babat kepada pelanggan sampai saat ini masih rendah. 2. Strategi paling tepat digunakan untuk mengelola aset PDAM Kabupaten Lamongan yaitu jaringan
distribusi IPAM Babat untuk meningkatkan cakupan pelayanan kepada
pelanggan.
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis faktor-faktor yang menjadi penyebab masih rendahnya cakupan pelayanan terutama pada bagian distribusi yang dilayani IPAM Babat kepada pelanggan baik berupa faktor teknis, finansial dan kelembagaan. 2. Menetapkan strategi yang tepat untuk dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan terutama pada bagian distribusi yang dilayani IPAM Babat kepada pelanggan.
2
1.4 Batasan dan Ruang Lingkup Batasan dan ruang lingkup dari penelitian ini, meliputi : 1. Penelitian hanya dilakukan pada Wilayah Pelayanan IPAM Babat yaitu Kecamatan Babat 2. Penelitian hanya berfokus pada sistem distribusi penyediaan air minum. 3. Ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, meliputi : a. Aspek teknis yang termasuk didalamnya evaluasi dan penentuan strategi terhadap kinerja dan rencana pengembangan pelayanan air minum PDAM Kabupaten Lamongan pada wilayah pelayanan IPAM Babat. Data yang mendukung adalah data penduduk 10 tahun terakhir, peta kontur, jaringan pipa distribusi eksisting. b. Aspek Finansial yaitu mencakup evaluasi kondisi finansial PDAM Kabupaten Lamongan khususnya pada wilayah pelayanan IPAM Babat serta biaya investasi yang dibutuhkan untuk rencana pengembangan pelayanan. Data yang mendukung adalah data besarnya anggaran untuk penyediaan air minum dari APBD dan sumber dana lainnya c. Aspek Kelembagaan mencakup evaluasi kondisi kelembagaan yaitu jumlah tenaga kerja beserta tugasnya pada IPAM Babat.
1.5 Manfaat Penelitian Sasaran utama dari penelitian ini adalah mengetahui kelayakan sektor air minum, khususnya distribusi air minum yang dilayani oleh IPAM Babat. Oleh karena itu, manfaat penelitian ini lebih mengarah kepada manfaat secara praktis dan akademik, seperti diuraikan berikut ini: a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk bahan referensi atau acuan untuk rencana pengembangan pelayanan yang dilayani oleh IPAM Babat. b. Manfaat untuk akademis adalah sebagai referensi atau acuan untuk penelitian selanjutnya terkait pengembangan pelayanan yang dilayani IPAM Babat ataupun kota lainnya.
3
“Halaman Sengaja dikosongkan”
4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Metoda Proyeksi Penduduk Poyeksi jumlah penduduk dan fasilitas-fasilitas yang ada sangat diperlukan untuk
kepentingan perencanaan dan perancangan serta evaluasi penyediaan air bersih. Kebutuhan akan air bersih semakin lama semakin meningkat sesuai dengan semakin berkembangnya jumlah penduduk dimasa yang akan datang. Untuk suatu perencanaan diperlukan suatu proyeksi penduduk (termasuk juga fasilitas-fasilitas umum) (BAPENAS, 2013). Walaupun proyeksi bersifat ramalan dimana keberadaannya dan ketelitiannya bersifat subjektif, namun bukan berarti tanpa pertimbangan dan metoda. Dalam proyeksi penduduk ada beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu: a.
Jumlah populasi peduduk dalam suatu area Bila perkembangan penduduk pada masa lampau tidak terdapat penurunan, maka proyeksi penduduk akan semakin teliti.
b.
Kecepatan pertambahan penduduk Apabila angka kecepatan pertambahan penduduk pada masa lampau semakin besar, maka proyeksi penduduk akan berkurang ketelitiannya.
c.
Kurun waktu proyeksi Semakin panjang kurun waktu proyeksi, maka proyeksi penduduk akan semakin berkurang ketelitiannya. Data penduduk masa lampau sangat penting untuk menentukan proyeksi penduduk pada
masa yang akan datang. Jadi pada dasarnya proyesi pensusuk pada masa yang akan datang sangat bergantung pada data penduduk saat sekarang ataupun masa lampau. Macam-macam metoda proyeksi penduduk: a.
Metoda Rata-rata Aritmatik Metode ini sesuai untuk daerah dengan perkembangan penduduk yang selalu naik secara konstan, dan dalam kurun waktu yang pendek. Rumus yang digunakan : Pn = Po + r (dn)
( 2.1)
Dimana : Pn
= jumlah penduduk pada akhir tahun periode
Po
= jumlah penduduk pada awal proyeksi
r = rata-rata pertambahan penduduk tiap tahun dn
= kurun waktu proyeksi
5
b.
Metoda Selisih Kuadrat Minimum (Least Square) Metoda ini digunakan untuk garis regresi linier yang berarti bahwa data perkembangan penduduk masa lalu menggambarkan kecenderungan garis linier, meskipun perkembangan penduduk tidak selalu bertambah. Dalam persamaan ini data yang dipakai jumlahnya harus ganjil. Rumusnya adalah : Pn = a + (b t)
(2.2)
Dimana : t = tambahan tahun terhitung dari tahun dasar a = {(p)(t2)-(t)(p.t)}/{n(t2)-(t)2} b = {n(P.t)-(t)(P)}/{n(t2)-(t)2}
c.
Metoda Berganda (Geometric) Proyeksi dengan metoda ini menganggap bahwa perkembangan penduduk secara otomatis berganda, dengan pertambahan penduduk . Metoda ini tidak memperhatikan adanya suatu saat terjadi perkembangan menurun dan kemudian mantap, disebabkan kepadatan penduduk mendekati maksimum. Rumus yang digunakan : Pn = Po (1 + r) dn Dimana : Po
2.2
(2.3)
= Jumlah Penduduk mula-mula
Pn
= Penduduk tahun n
dn
= kurun waktu
r
= rata-rata prosentase tambahan penduduk pertahun
Penentuan Jumlah Sampel Untuk menentukan sampel dari populasi digunakan perhitungan maupun acuan tabel yang
dikembangkan para ahli. Secara umum, untuk penelitian korelasional jumlah sampel minimal untuk memperoleh hasil yang baik adalah 30, sedangkan dalam penelitian eksperimen jumlah sampel minimum 15 dari masing-masing kelompok dan untuk penelitian survey jumlah sampel minimum adalah 100. (Roscoe, 1975) yang dikutip (Uma, 2006) memberikan acuan umum untuk menentukan ukuran sampel : 1.
Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian
2. Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat 3. Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian
6
4. Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20 Besaran atau ukuran sampel ini sampel sangat tergantung dari besaran tingkat ketelitian atau kesalahan yang diinginkan peneliti. Namun, dalam hal tingkat kesalahan, pada penelitian sosial maksimal tingkat kesalahannya adalah 5% (0,05). Makin besar tingkat kesalahan maka makin kecil jumlah sampel. Namun yang perlu diperhatikan adalah semakin besar jumlah sampel (semakin mendekati populasi) maka semakin kecil peluang kesalahan generalisasi dan sebaliknya, semakin kecil jumlah sampel (menjauhi jumlah populasi) maka semakin besar peluang kesalahan generalisasi. Beberapa rumus untuk menentukan jumlah sampel antara lain : 1.
Rumus Slovin (Riduwan, 2005) n = N/N(d)2 + 1
(2.4)
Dimana: n = sampel; N = populasi; d = nilai presisi 2.3
Infrastruktur Perkotaan Sistem infrastruktur merupakan pendukung penting fungsi sistem sosial dan ekonomi dalam
kehidupan masyarakat setiap harinya. Sistem infrastruktur didefinisikan sebagai struktur-struktur dasar, yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berlangsungnya sistem sosial dan ekonomi masyarakat (Grigg, 2000). Secara lebih detail dijelaskan oleh American Public Works Association (Stone, 1974) infrastruktur dideskripsikan sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan oleh agen-agen publik untuk fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan seimbang untuk memfasilitasi tujuan ekonomi dansosial. Dari deskripsi tersebut infrastruktur dapat dibagi dalam 13 kategori yang meliputi: 1.
Sistem penyediaan air : waduk, penampungan air, transmisi dan distribusi,
fasilitas
pengelolaan air (treatment plant); 2
Sistem pengelolaan air limbah : pengumpul, pengolahan, pembuangan dan daur ulang;
3.
Fasilitas pengelolaan limbah (padat);
4.
Fasilitas pengendalian banjir, drainase dan irigasi;
5.
Fasilitas lintas air dan navigasi;
6.
Fasilitas transportasi : jalan rel, bandar udara, termasuk didalamnya adalah tanda-tanda lalu lintas dan fasilitas pengontrol; 7
7.
Sistem transit publik;
8.
Sistem kelistrikan : produksi dan distribusi;
9.
Fasilitas gas alam;
10.
Gedung publik : sekolah, rumah sakit;
11.
Fasilitas perumahan publik;
12.
Taman kota sebagai daerah resapan, tempat bermain termasuk stadion;
13.
Komunikasi.
Tiga belas kategori diatas dapat lebih diperkecil pengelompokannya (Griggs, 1988) yaitu :
Grup transportasi (jalan, jalan raya dan jembatan);
Grup pelayanan transportasi (transit, bandara dan pelabuhan);
Grup komunikasi;
Grup keairan (air, air buangan, sistem keairan termasuk jalan air yaitu sungai, saluran terbuka, pipa);
Grup pengelolaan limbah (sistem pengelolaan limbah padat);
Grup bangunan;
Grup distribusi dan produksi energi. Perencanaan untuk masing-masing komponen infrastruktur maupun keseluruhannya harus
dilakukan dalam konteks keterpaduan dan menyeluruh. Infrastruktur perkotaan dikembangkan secara terpadu dengan konsep pendekatan pembangunan kota yang dikenal sebagai Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu (P3KT). Bagian- bagian infrastruktur yang tercakup dalam P3KT dibatasi pada komponen-komponen yang menjadi tanggung jawab Departemen Pekerjaan Umum (Kodoatie,2003), yaitu : 1. Perencanaan Kota; 2. Peremajaan Kota; 3. Pembangunan Kota Baru; 4. Jalan Kota; 5. Air Minum; 6. Drainase; 7. Air Limbah; 8. Persampahan; 9. Pengendalian Banjir; 10. Perumahan; 11. Perbaikan Kampung; 12. Perbaikan Prasarana Kawasan Pasar dan 13. Rumah Sewa.
8
Salah satu faktor penentu kebijakan adalah infrastruktur perkotaan, perkembangan lahan atau suatu kawasan. Sistem jaringan air minum merupakan salah satu dari infrastruktur perkotaan yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan air minum penduduk suatu kota. kebutuhan akan air minum memegang peranan penting dalam perkembangan suatu kota. pola perkembangan masyarakat dapat dikendalikan secara efektif (Kodoatie,2003), Fasilitas air minum sangat memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu wilayah (Pickett, 2014).
2.4
Definisi dan Persyaratan Air Minum
2.4.1
Definisi Air Minum Air minum adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari Sebagai batasannya, air
minum adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping (Ketentuan Umum Permenkes No. 492 tahun 2010)
2.4.2
Persyaratan dalam Penyediaan Air Minum
2.4.2.1 Persyaratan Kualitas Selain itu air minum yang dihasilkan dari instalasi pengolahan air minum harus selalu dievaluasi dan dikelola secara baik supaya air tersebut sesuai dengan standar kualitas air yang berlaku termasuk didalamnya parameter fisik, kimia dan mikroba, serta kuantitas dan kontinuitasnya dapat terpenuhi (Liu, 2013). Persyaratan kualitas menggambarkan mutu dari air baku air minum. Dalam Modul Gambaran Umum Penyediaan dan Pengolahan Air Minum Edisi Maret 2003 hal. 4-5 dinyatakan bahwa persyaratan kualitas air minum adalah sebagai berikut : 1.
Persyaratan fisik Secara fisik air minum harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu juga suhu air minum sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 30C .
2.
Persyaratan kimiawi Air minum tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah : pH, total solid, zat organik, CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan, (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat.
3.
Persyaratan bakteriologis Air minum tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya bakteri E. coli atau fecal coli dalam air.
9
4.
Persyaratan radioaktifitas Persyaratan radioaktifitas mensyaratkan bahwa air minum tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa dan beta.
2.4.2.2 Persyaratan Kuantitas (Debit) Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air minum dapat ditinjau dari banyaknya air baku yang tersedia pada suatu kota. Dengan syarat air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah itu sendiri dan jumlah penduduk yang akan dilayani. Kuantitas juga dapat ditinjau dari debit air minum yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air minum. Kebutuhan air minum masyarakat di suatu wilayah bervariasi, tergantung pada letak geografis, kebudayaan, tingkat ekonomi, dan skala perkotaan tempat tinggalnya. Besarnya konsumsi air berdasarkan kategori kota dapat dilihat pada Tabel 2.1 Tabel 2. 1 Konsumsi Air Berdasarkan Kategori Kota Kategori Kota Jumlah Penduduk (orang) Metropolitan > 1,000,000,000 Besar 500,000 - 1,000,000 Sedang 100,000 - 500,000 Kecil 20,000-100,000 Sumber : Kimpraswil, 2003
Konsumsi Air (lt/org/hari) 210 170 150 90
Kemudian untuk menghitung banyaknya air yang dibutuhkan selama satu tahun dibagi dengan banyaknya hari dalam satu tahun (365 hari). Rumus yang digunakan sebagai berikut :
(2.4) dimana : Qrh = kebutuhan air rata-rata harian (L/hari) Qn = kebutuhan air selama satu tahun (L/tahun)
Besarnya kebutuhan air rata-rata harian ini digunakan untuk perencanaan pada pembangunan instalasi pengolahan air minum. Kebutuhan air rata-rata ini mencakup kebutuhan air domestik dan kebocoran. Total kebutuhan air non domestik direncanakan sebesar 20 % dari kebutuhan domestik. Kebocoran diperkirakan sebesar 20 % dari total kebutuhan domestik dan non domestik. Sehingga: Q total = Q domestik + Q non domestik
.(2.5) 10
Q kebocoran = Q total x prosentase kebocoran
(2.6)
Qrh = Q total + Q kebocoran
(2.7)
Sedangkan untuk air yang dibutuhkan terbesar pada hari tertentu selama satu tahun. Rumus yang digunakan: Qhm = fhm x Qrh
(2.8)
Dimana : fhm > 1 atau 115% < fhm < 120 % fhm = faktor harian maksimum Qhm = kebutuhan air harian maksimum (L/hari) Qrh = kebutuhan air rata-rata harian (L/hari) Sedangkan untuk banyaknya air yang dibutuhkan terbesar pada jam tertentu pada kondisi kebutuhan hari meksimum. Rumus yang digunakan : Qjm = fjm x Qhm.
(2.9)
Dimana : Qjm = kebutuhan air jam maksimum (L/jam) fjm = faktor jam maksimum ( 1,5 – 2) Qhm = kebutuhan air harian maksimum (L/hari) Besarnya kebutuhan air jam maksimum ini digunakan untuk menentukan dimensi pipa induk distribusi.
2.4.2.3 Persyaratan Kontinuitas Air baku untuk air minum harus dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan. Kontinuitas juga dapat diartikan bahwa air minum harus tersedia 24 jam per hari, atau setiap saat diperlukan, kebutuhan air tersedia. Akan tetapi kondisi ideal tersebut hampir tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia, sehingga untuk menentukan tingkat kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara pendekatan aktifitas konsumen terhadap prioritas pemakaian air. Prioritas pemakaian air yaitu minimal selama 12 jam per hari, yaitu pada jam-jam aktifitas kehidupan, yaitu pada pukul 06.00 – 18.00. Kontinuitas aliran sangat penting ditinjau dari dua aspek. Pertama adalah kebutuhan konsumen. Sebagian besar konsumen memerlukan air untuk kehidupan dan pekerjaannya, dalam jumlah yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan pada waktu yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan reservoir pelayanan dan fasilitas energi yang siap setiap saat. Sistem jaringan perpipaan didesain untuk membawa suatu kecepatan aliran tertentu. Kecepatan dalam pipa tidak boleh melebihi 0,6–1,2 m/dt. Ukuran pipa harus tidak melebihi dimensi yang diperlukan dan juga tekanan dalam sistem harus tercukupi. Dengan analisis jaringan pipa distribusi, dapat ditentukan 11
dimensi atau ukuran pipa yang diperlukan sesuai dengan tekanan minimum yang diperbolehkan agar kuantitas aliran terpenuhi (Damanhuri, 1989).
2.4.2.4 Persyaratan Tekanan Air Konsumen memerlukan sambungan air dengan tekanan yang cukup, dalam arti dapat dilayani dengan jumlah air yang diinginkan setiap saat. Untuk menjaga tekanan akhir pipa di seluruh daerah layanan, pada titik awal distribusi diperlukan tekanan yang lebih tinggi untuk mengatasi kehilangan tekanan karena gesekan, yang tergantung kecepatan aliran, jenis pipa, diameter pipa, dan jarak jalur pipa tersebut. Dalam pendistribusian air, untuk dapat menjangkau seluruh area pelayanan dan untuk memaksimalkan tingkat pelayanan maka hal wajib untuk diperhatikan adalah sisa tekanan air. Sisa tekanan air tersebut paling rendah adalah 5mka (meter kolom air) atau 0,5 atm (satu atm = 10 m), dan paling tinggi adalah 22mka (setara dengan gedung 6 lantai) (Damanhuri, 1989). Menurut standar dari DPU, air yang dialirkan ke konsumen melalui pipa transmisi dan pipa distribusi, dirancang untuk dapat melayani konsumen hingga yang terjauh, dengan tekanan air minimum sebesar 10mka atau 1atm. Angka tekanan ini harus dijaga, idealnya merata pada setiap pipa distribusi. Jika tekanan terlalu tinggi akan menyebabkan pecahnya pipa, serta merusak alatalat plambing (kloset, urinoir, faucet, lavatory, dll). Tekanan juga dijaga agar tidak terlalu rendah, karena jika tekanan terlalu rendah maka akan menyebabkan terjadinya kontaminasi air selama aliran dalam pipa distribusi.
2.5 Sistem Distribusi dan Sistem Pengaliran Air Minum 2.5.1 Sistem Distribusi Air Minum Sistem distribusi adalah sistem yang langsung berhubungan dengan konsumen, yang mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah memenuhi syarat ke seluruh daerah pelayanan. Sistem ini meliputi unsur system perpipaan dan perlengkapannya, hidran kebakaran, tekanan tersedia, sistempemompaan (bila diperlukan), dan reservoir distribusi (Damanhuri, 1989). Sistem distribusi air minum terdiri atas perpipaan, katup-katup, dan pompa yang membawa air yang telah diolah dari instalasi pengolahan menuju pemukiman, perkantoran dan industri yang mengkonsumsi air. Juga termasuk dalam sistem ini adalah fasilitas penampung air yang telah diolah (reservoir distribusi), yang digunakan saat kebutuhan air lebih besar dari suplai instalasi, meter air untuk menentukan banyak air yang digunakan, dan keran kebakaran. Dua hal penting yang harus diperhatikan pada sistem distribusi adalah tersedianya jumlah air yang cukup dan tekanan yang memenuhi (kontinuitas pelayanan) Untuk ukuran pipa sangat ditentukan oleh kondisi spasial (jing, 2016), serta menjaga keamanan kualitas air yang berasal dari instalasi pengolahan
12
dari permasalahan yang kompleks seperti nitrifikasi ( Regan, 2013) korosi dalam instalasi perpipaan (Rener, 2013) dan pertumbuhan mikroba (Schwartz, 2013). Air yang telah diproduksi di unit produksi harus didistribusikan kepada masyarakat sebagai pelanggan air minum. Hal ini untuk menjamin kepastian akan kuantitas, kualitas dan kontinuitas pengaliran. Pendistribusian air minum dapat dilakukan dengan):
Sistem perpipaan, yaitu pendistribusian air minum melalui jaringan pipa distribusi hingga ke pelanggan. Untuk pendistribusian menggunakan perpipaan ini dapat dilakukan dengan pemompaan atau pengaliran secara gravitasi. Hal ini tergantung pada perbedaan elevasi antara unit produksi dengan daerah pelayanan.
Sistem non-perpipaan, yaitu pendistribusian air minum tidak melalui jaringan pipa distribusi, melainkan menggunakan alat transportasi untuk mengangkut air dari unit produksi menuju ke pelanggan, seperti mobil tangki, gerobak dorong, dan lain-lain (Masduqi, 2012).
Tugas pokok sistem distribusi air minum adalah menghantarkan air minum kepada para pelanggan yang akan dilayani, dengan tetap memperhatikan faktor kualitas, kuantitas dan tekanan air sesuai dengan perencanaan awal. Faktor yang didambakan oleh para pelanggan adalah ketersedian air setiap waktu. (Kamala, 1997) :
Continuous system Dalam sistem ini air minum yang disuplai ke konsumen mengalir terus menerus selama 24 jam. Keuntungan sistem ini adalah konsumen setiap saat dapat memperoleh air minum dari jaringan pipa distribusi di posisi pipa manapun. Sedang kerugiannya pemakaian air akan cenderung akan lebih boros dan bila terjadi sedikit kebocoran saja, maka jumlah air yang hilang akan sangat besar jumlahnya.
Intermitten system Dalam sistem ini air minum disuplai 2-4 jam pada pagi hari dan 2-4 jam pada sore hari. Kerugiannya adalah pelanggan air tidak bisa setiap saat mendapatkan air dan perlu menyediakan tempat penyimpanan air dan bila terjadi kebocoran maka air untuk fire fighter (pemadam kebakaran) akan sulit didapat. Dimensi pipa yang digunakan akan lebih besar karena kebutuhan air untuk 24 jam hanya disuplai dalam beberapa jam saja. Sedang keuntungannya adalah pemborosan air dapat dihindari dan juga sistem ini cocok untuk daerah dengan sumber air yang terbatas.
2.5.2 Sistem Pengaliran Air Minum Untuk mendistribusikan air minum kepada konsumen dengan kuantitas, kualitas dan tekanan yang cukup memerlukan sistem perpipaan yang baik, reservoir, pompa dan dan peralatan 13
yang lain. Metode dari pendistribusian air tergantung pada kondisi topografi dari sumber air dan posisi para konsumen berada. system pengaliran yang dipakai adalah sebagai berikut (Howard, 1985); a.
Cara Gravitasi Cara pengaliran gravitasi digunakan apabila elevasi sumber air mempunyai perbedaan cukup besar dengan elevasi daerah pelayanan, sehingga tekanan yang diperlukan dapat dipertahankan. Cara ini dianggap cukup ekonomis, karena hanya memanfaatkan beda ketinggian lokasi.
b.
Cara Pemompaan Pada cara ini pompa digunakan untuk meningkatkan tekanan yang diperlukan untuk mendistribusikan air dari reservoir distribusi ke konsumen.
Sistem ini digunakan jika
elevasi antara sumber air atau instalasi pengolahan dan daerah pelayanan tidak dapat memberikan tekanan yang cukup. c.
Cara Gabungan Pada cara gabungan, reservoir digunakan untuk mempertahankan tekanan yang diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan pada kondisi darurat,
Misalnya saat terjadi kebakaran, atau tidak adanya energi. Selama periode pemakaian rendah, sisa air dipompakan dan disimpan dalam reservoir distribusi. Karena reservoir distribusi digunakan sebagai cadangan air selama periode pemakaian tinggi atau pemakaian puncak, maka pompa dapat dioperasikan pada kapasitas debit rata-rata.
Kecepatan Aliran Nilai kecepatan aliran dalam pipa yang diijinkan adalah sebesar 0,3 – 2,5 m/det pada debit jam puncak. Kecepatan yang terlalu kecil menyebabkan endapan yang ada dalam pipa tidak dapat terdorong sehingga dapat menyumbat aliran pada pipa. Selain itu juga merupakan pemborosan biaya, karena diameter pipa yang digunakan besar. Sedangkan kecepatan yang terlalu besar dapat mengakibatkan pipa cepat aus dan mempunyai headloss yang tinggi, sehingga pembuatan elevated reservoir meningkat. Untuk menentukan kecepatan aliran dalam pipa, dapat digunakan rumus : Q = A . V = 0,25 D2 V
(2.10)
Dimana : Q = debit aliran (m3/det) V = kecepatan aliran (m/det) D = diameter pipa (m)
14
Kehilangan Tekanan Kehilangan tekanan air dalam pipa (Hf) terjadi akibat adanya friktion antara fluida dengan fluida dan antara fluida dengan permukaan dalam pipa yang dilaluinya. Kehilangan tekanan maksimum 10 m/km panjang pipa. Kehilangan tekanan, yaitu : Yaitu kehilangan tekanan sepanjang pipa lurus, dapat dihitung dengan persamaan Henzen-william: Hf = (L Q1.85) / ( 0,00155 D2,63 C)1,85
(2.11)
dimana : Hf
= mayor losses sepanjang pipa lurus (m)
L
= panjang pipa
Q
= debit aliran (m3/det)
D
= diameter pipa (m)
C
= koefisien Henzen-William (tergantung jenis pipa)
2.6 Aplikasi Epanet 2.0 dalam Analisa Jaringan Distribusi Air Minum 2.6.1 Umum Pada awalnya, software jaringan distribusi hanya digunakan untuk melakukan desain awal sistem distribusi. Dengan software yang un-user friendly
membuat operator enggan untuk
menggunakan software-software distribusi tersebut dalam menganalisis kondisi jaringannya. Namun seiring dengan perkembangan teknologi, software distribusi telah berkembang sehingga menjadi lebih mudah digunakan. Dengan software distribusi, operator dapat mensimulasikan berbagai kemungkinan pengoperasian jaringan tanpa harus turun kelapangan dan bahkan tanpa harus mengganggu kesinambungan pelayanan terhadap pelanggan. Jika pada awalnya operator harus turun ke lapangan dan mengumpulkan data sebanyak mungkin untuk mengetahui gambaran jaringannya maka kini operator hanya perlu turun ke lapangan untuk mengumpulkan data seminimal mungkin dalam memahami jaringan distribusinya. Epanet adalah salah satu software distribusi yang user friendly dan banyak digunakan untuk menganalisa jaringan sistem distribusi. Epanet 2.0 adalah program komputer yang berbasis windows yang merupakan program simulasi dari perkembangan waktu dari profil hidrolis dan perlakuan kualitas air minum dalam suatu jaringan pipa distribusi, yang didalamnya terdiri dari titik/node/junction pipa, pompa, valve (asesoris) dan reservoir baik ground reservoar maupun reservoir menara. Output yang dihasilkan dari program Epanet 2.0 ini antara lain debit yang mengalir dalam pipa, tekanan air dari masing masing titik/node/junction yang dapat dipakai sebagai analisa dalam menentukan operasi instalasi, pompa dan reservoir serta besarnya konsentrasi unsur kimia yang terkandung dalam air minum yang didistribusikan dan dapat digunakan sebagai simulasi penentuan lokasi sumber sebagai arah pengembangan. 15
Epanet 2.0 didesain sebagai alat untuk mengetahui perkembangan dan pergerakan air serta degradasi unsur kimia yang terkandung dalam air di pipa distribusi air minum, yang dapat digunakan untuk analisa berbagai macam system distribusi, detail desain, model kalibrasi hidrolis. Analisa sisa khlor dan beberapa unsur lainnya. EPANET memodelkan sistem distibusi air sebagai kumpulan garis yang menghubungkan node-node. Garis tersebut menggambarkan pipa, pompa dan katub kontrol. Node menggambarkan sambungan, tangki, dan reservoir. Gambar di bawah mengilustrsia bagaimana node-node dan garis dapat dihubungkan satu dengan lainnya untuk membentuk jaringan. Sambungan (junction) adalah titik pada jaringan dimana garisgaris bertemu dan dimana air memasuki atau meninggalkan jaringan. Input dasar yang dibutuhkan bagi sambungan (junction) adalah:
Elevasi pada semua referensi (biasanya rata-rata muka air laut)
Kebutuhan air
Kualitas air saat ini Hasil computasi buat sambungan (junction) pada seluruh periode waktu simulasi adalah
Head Hidrolis ( energi internal per satuan berat dari fluida)
Tekanan (pressure) Kualitas Air Sambungan (junction) juga dapat :
Mengandung kebutuhan air (demand) yang bervariasi terhadap waktu
Memiliki kategori kebutuhan air secara ganda
Memiliki harga kebutuhan negatif yang mengindikasikan air memasuki jaringan
Menjadi sumber kualitas air dimana terdapat kandungan yang memasuki jaringan
Memiliki lubang pengeluaran (atau sprinkler) yang menjadikan laju aliran bergantung kepada pressure. Reservoir adalah node yang menggambarkan sumber eksternal yang terus menerus mengalir
ke jaringan. Digunakan untuk menggambarkan seperti danau, sungai, akuifer air tanah, dan koneksi dari sistem lain. Reservoar juga dijadikan titik sumber kualitas air. Input utama untuk reservoar adalah head hidrolis (sebanding dengan elevasi permukaan air jika bukan reservoar bertekanan) dan inisial kualitas air untuk analisa kualitas air. Karena sebuah reservoar adalah sebagai poin pembatas dalam jaringan, tekanan dan kualitas airnya tidak dapat dipengaruhi oleh apa yang terjadi di dalam jaringan. Namun tekanan dapat dibuat bervariasi terhadap waktu yang di tandai dengan pola. Pipa adalah penghubung yang membawa air dari satu poin ke poin lainnya dalam jaringan. EPANET mengasumsikan bahwa semua pipa adalah penuh berisi air setiap waktunya. Arah aliran adalah dari titik dengan tekanan hidrolik tertinggi (Energi Internal per berat air) menuju titik dengan tekanan rendah. Input untuk pipa adalah : 16
Data node awal dan akhir
Diameter
Panjang
Koefisien kekasaran (untuk menjelaskan hilang tekan)
Status (terbuka, tertutup, atau ada check valve) Status parameter pipa yang lengkap mengandung shutoff (gate) valve, dan check (non-return) valve (hanya mengalirkan air dalam satu arah) Input Kualitas air untuk pipa di dalamnya berisi :
Koefisien Bulk Reaction
Koefisien Wall Reaction Perhitungan output untuk pipa termasuk antara lain :
Laju aliran
Kecepatan
Headloss
Faktor friksi Darcy-Weisbach
Rata-rata Laju reaksi (sepanjang pipa)
Rata-rata Kualitas air (sepanjang pipa) Kehilangan tekanan hidrolis pipa karena pengaliran pipa karena factor gesekan pipa dapat
dihitung menggunakan tiga formula berbeda, yaitu :
Formula Hazen-Williams
Formula Darcy-Weisbach
Formula Chezy-Manning Formula Hazen-Williams adalah formula yang umum digunakan di Amerika Serikat.
Formula tersebut tidak dapat digunakan untuk cairan selain air dan hanya untuk aliran turbulen. Formula Darcy-Weisbach banyak digunakan secara teoretis. Dapat diaplikasikan untuk semua kondisi cairan. Formula Chezy-Manning banyak digunakan untuk aliran pada saluran terbuka. Setiap formula menggunakan persamaan untuk menghitung kehilangan tekan diantara permulaan dan akhir pada sebuah pipa , yaitu : hL=Aq
(2.12)
Dimana: hL = headloss (Dalam satuan panjang), q = laju aliran (Volume/waktu), A= Koefisien resistan, B = Faktor Pompa adalah link yang memberi tenaga ke fluida untuk menaikkan head hidrolisnya. Input parameternya adalah node awal dan akhir, dan kurva pompa (kombinasi dari head dan aliran dimana pompa harus memproduksinya). Sebagai pengganti kurva pompa, pompa dapat 17
direpresentasikan sebagai pompa yang memiliki energi konstan, mensuplai konstan energi (horsepower atau kilowatt) kepada fluida untuk seluruh kombinasi dari aliran dan head. Parameter output yang prinsip adalah aliran dan pencapaian head. Aliran melalui pompa adalah langsung dan EPANET tidak akan membolehkan pompa untuk beroperasi diluar range dari kurva pompa. Pompa dengan kecepatan variabel dapat juga mengikuti pengaturan kecepatan, dan dapat diubah pada kondisi yang sama. Didefinisikan kurva pompa asli pengaturan kecepatan relatif adalah 1. Jika kecepatan pompa ganda, pengaturannya adalah 2 jika berjalan dengan kecepatan setengahnya, pengaturan relatif adalah 0,5 dan begitulah seterusnya. Mengubah kecepatan pompa dan posisi serta bentuk dari pompa kurva (lihat bagian dari Pump Curve dibawah) Seprti halnya pipa, pompa dapat diatur hidup dan mati dalam pengaturan waktu atau dalam kondisi yang pasti muncul dalam jaringan. Operasional pompa dapat juga dijelaskan dengan menetapkannya dalam pola waktu atau relatif terhadap pengaturan kecepatan. EPANET dapat juga menghitung konsumsi energi dan biaya pompa. Setiap pompa dapat ditetapkan dengan kurva efisiensi dan skedul harga energi. Jika tidak disuplai, maka pengaturan energi global dapat digunakan. Aliran melalui pompa adalah tidak langsung. Jika pengkondisian sistem membutuhkan lebih banyak head daripada yang dihasilkan pompa, EPANET mematikan pompa. Jika kebutuhannya melebihi meksimum aliran (panduan Epanet 2.0).
2.7
Kelayakan Finansial Investasi berasal dari kata Investment yang mempunyai arti menanamkan uang atau
menanamkan modal dalam proyek tertentu yang dapat dilakukan oleh penanam modal (investor). Tujuan dari investasi adalah untuk memperoleh beragai macam manfaat yang cukup dikemudian hari (Sutoyo, 1995). Untuk menganalisa suatu investasi dapat dilakukan dengan metode:
a.
Net Present Value (NPV) Didasarkan pada konsep mendiskon seluruh aliran kas ke nilai sekarang. Dengan mendiskon
semua aliran kas masuk dan keluar selama umur proyek ke nilai sekarang, kemudian menghitung angka netto maka akan diketahui selisihnya (Soegiarto, 1997). NPV atau disebut sebagai Nilai Kekayaan Bersih Sekarang, metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang (PV) dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih (operasional dan internal cash flow) di masa yang akan datang, untuk menghitung nilai sekarang tersebut perlu ditentukan terlebih dahulu tingkat bunga yang dianggap relevan. Apabila nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih yang akan datang lebih besar daripada nilai sekarang investasi, maka proyek dikatakan menguntungkan, sedang bila lebih kecil berarti proyek dinilai tidak menguntungkan untuk diteruskan. Rumus NPV adalah: 18
NPV
n
I
CF
(1 r ) (1 r ) t 0
t
(2.11)
dimana : NPV
= Nilai sekarang dari investasi (Net Present Value)
I
= Modal (Investment) awal
CF
= Cash Flow tiap tahunnya
r
= tingkat bunga (interest rate) %
n
= tahun ke n
(2.13)
Dimana: NPV
= Nilai sekarang netto/]
( C ) t = Aliran kas masuk tahun ke t ( Co) t = Aliran keluar kas tahun ke t n
= Umur ekonomis proyek
I
= Suku bunga yang digunakan mencari NPV
t
= Waktu
Indikasi kelayakan yang digunakan dengan rumus NPV:
b.
NPV > 0, maka proyek layak dibangun
NPV = 0 maka proyek pengembalian sama dengan investasi
NPV <0 maka proyek tidak layak dibangun
Internal Rate Of Return (IRR) Adalah arus pengembalian yang menghasilkan NPV aliran kas masuk NPV aliran kas
keluar. Cara menghitung IRR:
IRR
= r1 + (r2- r1) x
NPV1
(2.16)
NPV1 – NPV2
Dimana: IRR
= Internal Rate of Return
r1
= Internal rate untuk penetapan ke 1
r2
= Internal rate untuk penetapan ke 2
NPV1 = Net present value dari IR1 19
NPV2 = Net present value dari IR2 Ukuran kelayakan yang digunakan dari IRR adalah: • IRR > arus pengembalian yang diinginkan, maka proyek diterima. • IRR < arus pengembalian yang diinginkan, maka proyek ditolak.
2.8 Kelayakan Kinerja Pegawai Komponen kunci dari perencanaan SDM adalah penentuan tipe SDM yang diperlukan. Perencanaan SDM bertujuan untuk mencocokkan SDM dengan kebutuhan organisasi yang dinyatakan dalam bentuk aktifitas. Merencanakan kebutuhan SDM berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut :
Mendapatkan dan mempertahankan jumlah dan mutu karyawan
Mengidentifikasi tuntutan keterampilan dan cara memenuhinya
Menghadapi kelebihan atau kekurangan karyawan
Mengembangkan tatanan kerja yang fleksibel
Meningkatkan pemanfaatan karyawan. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan SDM, salah satu
di antaranya adalah dengan menggunakan analisis beban kerja. Yang dimaksud dengan beban kerja adalah frekuensi rata-rata masing-masing jenis pekerjaan dalam jangka waktu tertentu. Beban kerja juga dapat berarti berat ringannya suatu pekerjaan yang dirasakan oleh karyawan yang dipengaruhi oleh pembagian kerja ( job distribution ), ukuran kemampuan kerja ( standard rate of performance ) dan waktu yang tersedia. Metode beban kerja adalah tehnik yang paling akurat dalam peramalan kebutuhan tenaga kerja untuk jangka pendek ( short-term ). Peramalan jangka pendek ini untuk waktu satu tahun dan selama - lamanya dua tahun. Tehnik analisis ini memerlukan penggunaan rasio atau pedoman penyusunan staf standar dalam upaya mengidentifikasi kebutuhan personalia. Salah satu cara untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja berdasarkan beban kerja diformulasikan oleh (Shipp, 1998). Panduan penghitungan kebutuhan tenaga kerja ini telah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Metode beban kerja ini mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis dapat diterima, komprehensif, dan realistis. Metode beban kerja ini didasarkan pada pekerjaan nyata yang dilakukan oleh masing-masing tenaga kerja. Adapun langkah-langkah penyusunan kebutuhan tenaga kerja berdasarkan metode ini adalah : 1. Menetapkan unit kerja beserta kategori tenaganya, 2. Menetapkan waktu kerja yang tersedia selama satu tahun, 3. Menyusun standar beban kerja, 4. Menyusun standar kelonggaran dan 5. Menghitung kebutuhan tenaga per unit kerja. 20
Untuk menghitung beban kerja ini diperlukan hal-hal seperti :
Standar pelayanan, Standar pelayanan yang digunakan berasal dari standar pelayanan minimum yang telah ditetapkan oleh standar internasional, standar nasional Indonesia atau yang ditetapkan oleh lembag yang terkait.
Prosedur kerja tetap Prosedur kerja tetap harus ditaati oleh setiap pegawai berdasrkan instruksi dari pimpinan agar mengurangi resiko kesalahan yang akan terjadi.
Uraian kerja ( job description ) bagi setiap tenaga kerja. Uraian kerja sama halnya dengan prosedur kerja tetap, harus ditaati setiap komponennya agar pekerjaan yang dilakukan semakin focus.
Jumlah kebutuhan pegawai yang optimal, efektif dan efisien yang diperlukan dapat dihitung berdasarkan beban kerja dengan 5 ( lima ) langkah perhitungan sebagai berikut :
LANGKAH PERTAMA : Menetapkan unit kerja dan kategori tenaga. Kita ambil contoh unit kerja yang digunakan adalah unit kerja teknis ( operator penyaringan air, operator pengolahan air dengan proses kimiawi, operator teknis peralatan / mekanik ) dan kategori tenaga yang dipilih.
LANGKAH KEDUA : Menetapkan waktu kerja yang tersedia bagi masing – masing pegawai selama satu tahun. Data yang dibutuhkan untuk menetapkan waktu kerja yang tersedia adalah : 1. Hari kerja ( A ). 2. Cuti tahunan ( B ). Jumlah cuti tahunan adalah 12 hari dalam satu tahun. 3. Pendidikan dan pelatihan ( C ). 4. Hari libur nasional ( D ). Dalam waktu satu tahun terdapat 15 hari libur nasional. 5. Ketidak hadiran kerja ( E ). 6. Waktu kerja ( F ) Pada umumnya waktu kerja selama sehari adalah 8 jam. Berdasarkan data-data tersebut selanjutnya dilakukan penghitungan untuk menetapkan waktu tersedia dengan rumus sebagai berikut : Waktu kerja tersedia = A - (B+C+D+E) x F berikut menunjukkan jumlah waktu kerja yang tersedia dalam Kode Faktor Waktu Kerja Keterangan: A Hari Kerja 365 Hari per tahun B Cuti Tahunan 12 Hari per tahun C Pendidikan dan Latihan 5 Hari per tahun 21
D Hari Libur Nasional 15 Hari per tahun E Ketidak hadiran Kerja 84 Hari per tahun F Waktu Kerja 8 Jam per hari Waktu Kerja 249 Hari per tahun Jam Kerja 1.992 Jam per tahun Waktu Kerja 119.520 Menit pertahun
Adapun uraian penghitungannya adalah sebagai berikut : Waktu kerja tersedia = 365 – ( 12 + 5 + 15 + 84 ) = 249 hari / tahun = 1.992 jam / tahun = 119.520 menit / tahun
LANGKAH KETIGA : Menyusun standar beban kerja. Standar beban kerja adalah volume atau kuantitas beban kerja selama 1 tahun untuk setiap kategori tenaga kerja. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan ( rata-rata waktu ) dan waktu yang tersedia per tahun. Data dan informasi yang dibutuhkan untuk menyusun standar beban kerja untuk kategori tenaga adalah sebagai berikut :
Kategori tenaga pada unit kerja yang telah ditetapkan pada langkah pertama di atas,
Standar profesi, standar pelayanan dan standar prosedur operasional tetap yang berlaku,
Rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh kategori tenaga kerja untuk menyelesaikan kegiatan pelayanan,
Data dan informasi kegiatan pelayanan di masing-masing unit pelayanan teknis.
LANGKAH KEEMPAT : Menyusun standar kelonggaran yang bertujuan untuk mengetahui faktor kelonggaran kategori tenaga yang meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu untuk menyelesaikan suatu kegiatan yang tidak terkait langsung atau tidak dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kuantitas atau jumlah kegiatan pokok / pelayanan. Penyusunan faktor kelonggaran dapat dilaksanakan melalui pengamatan dan wawancara kepada tenaga kerja mengenai :
Kegiatan-kegiatan yang tidak terkait langsung dengan pelayanan, misalnya rapat, istirahat, sholat, makan;
22
Frekuensi kegiatan dalam satu hari, minggu, bulan; waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan.
Adapun rumus untuk menghitung faktor kelonggaran adalah sebagai berikut : Standar kelonggaran = rerata waktu faktor kelonggaran : waktu kerja tersedia per tahun Tabel 2.2 berikut adalah standar kelonggaran: Tabel 2. 2 Faktor Kelonggaran Faktor Kelonggaran
Rata-rata Waktu
Nilai standar kelonggaran
Rapat
2 jam per bulan
0.012
Istirahat, Sholat, Makan
30 menit per hari
0.092
Jumlah
0.104
Tambahkan pula : 1. Apel pagi setiap hari, norma waktunya : 30 menit, dilaksanakan : 235 kali / tahun, 2. Upacara setiap tanggal 17, norma waktunya : 1 jam, dilaksanakan : 12 kali / tahun.
LANGKAH KELIMA : Menghitung kebutuhan tenaga per unit kerja yang bertujuan untuk memperoleh jumlah dan kategori tenaga kerja per unit kerja sesuai dengan beban kerja selama 1 tahun. Sumber data yang diperlukan untuk penghitungan kebutuhan tenaga ini terdiri dari:
Data yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya, yaitu waktu kerja tersedia, standar beban kerja dan standar kelonggaran;
Kuantitas kegiatan pokok selama kurun waktu satu tahun, dapat diambil dari data kuantitas kegiatan pokok selama satu tahun. Data kegiatan pada pelayanan di tiap unit teknis yang telah diperoleh, Standar Beban Kerja,
dan Standar Kelonggaran merupakan sumber data untuk menghitung kebutuhan tenaga dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Kebutuhan tenaga = ( Jumlah kegiatan pokok : standar beban kerja ) + Standar Kelonggaran. ………………………………………………………………………………….(2.17)
Selanjutnya kebutuhan tenaga untuk tiap kegiatan pokok dijumlahkan terlebih dulu sebelum ditambahkan dengan Standar Kelonggaran.
23
“Halaman Sengaja dikosongkan”
24
BAB 3 METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu kerangka pendekatan pola pikir dalam rangka menyusun dan melaksanakan suatu penelitian. Tujuan dari adanya suatu metodologi penelitian adalah untuk mengarahkan proses berfikir dan proses kerja untuk menjawab permasalahan yang akan diteliti lebih lanjut. 3.1
Kebutuhan Data Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu :
Data Sekuder Merupakan data-data yang bersumber dari data-data yang telah dihimpun oleh instansiinstansi terkait, yang dalam hal ini adalah PDAM Lamongan, Kantor Kecamatan, Kantor Kelurahan dan lain-lain. Data sekunder didapat dari kegiatan pencarian data melalui kajian literatur, hasil penelitian
terdahulu, peta-peta yang dibutuhkan, data kependudukan, kondisi
wilayah penelitian, ataupun data tertulis lainnya, yang didapatkan langsung dari instansi yang terkait. Tujuan dari pengambilan data ini adalah untuk mendapatkan data-data instansional yang selanjutnya akan diolah dengan alat analisis yang telah tersedia. Kebutuhan data dapat dilihat pada Tabel 3.1: Tabel 3. 1 Data yang dibutuhkan No.
Kebutuhan Data
Jenis Data
Tempat pengambilan data
Jumlah penduduk, laju 1.
pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk, tingkat
Sekunder
BPS
Sekunder
BPS
sosial-ekonomi masyarakat Jumlah KK, Jumlah bangunan 2.
rumah, Jumlah bangunan niaga, bangunan sosial, dan fasilitas umum
3.
Kuantitas Air bersih
Sekunder
PDAM Lamongan
4.
Kontinuitas Air Bersih
Sekunder
PDAM Lamongan
Real demand survey Kemauan 5.
dan Kemampuan berlangganan
Primer
Daerah disekitar layanan IPAM Babat
air minum melalui sambungan 25
No.
Kebutuhan Data
Jenis Data
Tempat pengambilan data
rumah 6.
7.
Permasalahan pelayanan
Primer
Daerah layanan IPAM Babat
Parameter Operasional :
Sekunder
PDAM Lamongan
tekanan, standar debit, standar Analisa EPANET
kecepatan aliran Wilayah Pelayanan : Peta 8.
wilayah Pelayanan, Batas
Sekunder
PDAM Lamongan
Sekunder
PDAM Lamongan
Sekunder
PDAM Lamongan
Sekunder
PDAM Lamongan
Wilayah, Blok-Blok Pelayanan Jaringan Pelayanan Air Bersih : 9.
Peta jaringan penyediaan air bersih,jaringan pipa transmisi dan distribusi, letak reservoir
10.
Susunan kelembagaan beserta tupoksinya Besar nilai anggaran,
11.
pendapatan dari air minum, tariff.
3.2
Teknik Pengolahan dan Penyajian Data Teknik ini dibutuhkan untuk mempermudah peneliti dalam mengolah data, dan membuat
target-target yang dibutuhkan dalam penelitian. Baik data primer berupa keluhan pelanggan, serta survey kemauan dan kemampuan bagi penduduk yang berada di wilayah pelayanan maupun data sekunder yang berhasil dikumpulkan, dipisahkan sesuai karakteristik datanya. Data deskriptif dipisahkan dari data yang berbentuk angka, atau data kualitatif dipilah dari data kuantitatif dan kemudian siap dianalisa. Data disajikan dalam beberapa bentuk, yang meliputi :
26
1.
Tabulasi Data Digunakan terutama untuk data yang berbentuk angka. Namun tidak
menutup
kemungkinan adanya data non angka, yang berisikan data tentang permasalahan yang diperoleh dari berbagai sumber sebagai persepsi, yaitu dari penanggung jawab distribusi, kepala atau jajaran menejer PDAM yang berkaitan langsung dengan sistem distribusi air bersih. 2.
Data Naratif sebagai Data Kualitatif Data ini bersumber dari data yang berbentuk jawaban berupa cerita atau argumentasi
sebagai wujud dari persepsi, aspirasi, dan keinginan, baik dari pengelola sistem penyediaan air bersih, maupun masyarakat sebagai konsumen. 3.3
Prosedur Penelitian Kegiatan pelaksanaan penelitian tentang analisa kinerja jaringan dan tingkat kepuasan
pelanggan pada sistem distribusi air minum pada daerah pelayanan IPAM Babat, adalah sebagai berikut : 1. Melakukan pengecekan terhadap kesesuaian supply and demand kondisi eksisting dan pada tahun proyeksi yaitu tahun 2019. 2. Melakukan simulasi pengoperasian jaringan air bersih menggunakan program EPANET 2.0 berdasarkan data yang telah diperoleh,yaitu kondisi konfigurasi jaringan dan topografi, dengan input data yang meliputi data fisik jaringan, interkoneksi jaringan, sumber-sumber air, serta aksesoris jaringan pipa. Input data terdiri dari : a. Tabel Pipa Data yang dimasukkan meliputi nomor pipa, panjang pipa, diameter pipa, kekasaran dalam pipa, serta titik (node) pada ujung hulu dan hilir. Output yang dihasilkan meliputi kecepatan aliran dalam pipa serta headloss b. Tabel Titik (node) Node merupakan input data mengenai koneksi antar node dan parameter tiap node tersebut. Input data meliputi nomor node, elevasi node, kebutuhan (demand) pada node tersebut, c. Tabel Inflow Merupakan data masukan mengenai sumber-sumber air yang memasok air ke jaringan. Sumber air dapat berupa reservoir ataupun tangki, serta termasuk di dalamnya adalah pompa. Input data yang diperlukan meliputi besarnya debit inflow ke jaringan. d. Tabel Karakteristik Pompa Merupakan data hubungan antara tinggi (head) terhadap kapasitas aliran pompa. Liku karakteristik ini digunakan sebagai input dalam Tabel inflow.
27
3. Melakukan survey kepuasan pelanggan kepada penduduk yang belum berlangganan sekitar daerah pelayanan terkait kemauan dan kemampuan berlangganan air minum melalui sambungan rumah. 4. Melakukan real demand survey kepada pelanggan daerah pelayanan terkait permasalahan yang timbul dalam pelayanan air minum. 5. Melakukan pengecekan kondisi kelembagaan saat ini, meliputi bagian atau divisi dalam PDAM beserta tupoksinya serta jumlah total pegawai beserta jabatannya dan membandingkan dengan PDAM Kota/Kabupaten lain yang sehat. 6. Mengevaluasi kebutuhan pekerja dan kesesuaian tugas para karyawan PDAM Lamongan dengan cara menganalisa kegiatan pada pelayanan di tiap unit teknis yang telah diperoleh, yaitu Standar Beban Kerja, dan Standar Kelonggaran, Jumlah Kegiatan Pokok sehingga dapat diketahui kebutuhan tenaga. 8. Melakukan pengecekan kondisi keuangan untuk memenuhi target pada tahun 2019, termasuk tarif, dana APBN, APBD, serta bantuan dari pihak luar. 9. Melakukan analisa SWOT untuk menentukan strategi yang tepat agar tujuan Pemda pada tahun 2019 dapat terlaksana 3.4
Kerangka Pemikiran Baik buruknya suatu sistem penyediaan air bersih suatu kota/kawasan, sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain adalah air baku, yang meliputi kualitas dan kuantitas, faktor kinerja sistem distribusi yang meliputi kuantitas, tekanan, dan kontinuitas aliran. Dalam sistem penyediaan air bersih yang baik, diperlukan suatu pasokan air yang baik dan dalam jumlah yang cukup. Sehingga masyarakat sebagai pengguna jasa akan mendapatkan pasokan air secara kontinyu, serta dengan kualitas yang baik. Adapun diagram alir dari kerangka pemikiran dan tahapan kegiatan dapat dilihat pada Gambar 3.1 :
28
Kondisi Ideal: 1. Seluruh warga terlayani air minum. 2. Air dapat diperoleh setiap saat. Tujuan: 1.
Kondisi saat ini: 1. Warga terlayani air minum masih 32%. 2. Air tidak selalu diperoleh setiap saat.
Gap
Menganalisis faktor-faktor yang menjadi penyebab masih rendahnya cakupan pelayanan terutama pada bagian distribusi yang dilayani IPAM Babat kepada pelanggan baik berupa faktor teknis, finansial dan kelembagaan.
2.
Menetapkan strategi yang tepat untuk dalam
rangka
meningkatkan cakupan pelayanan terutama pada bagian distribusi yang dilayani IPAM Babat kepada pelanggan.
Aspek Teknis
1. Jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk. 2. Jumlah KK, Jumlah bangunan rumah, Jumlah bangunan niaga, bangunan sosial, dan fasilitas umum. 3. Supply and demands 4. Kontinuitas Air Bersih 5. Parameter Operasional : tekanan, standar debit, standar kecepatan aliran 6. Wilayah Pelayanan : Peta wilayah Pelayanan, Batas Wilayah, Blok-Blok Pelayanan 7. Jaringan Pelayanan Air Bersih : Peta jaringan penyediaan air bersih, jaringan pipa transmisi dan distribusi, letak reservoir. 8. Real demand survey Kemauan dan Kemampuan berlangganan air minum melalui sambungan rumah 9. Permasalahan pelayanan
1. Analisa supply and demand 2. Analisa jaringan dengan EPANET. 3. Analisa permasalahan lapangan
Aspek Finansial
1. Besar nilai anggaran, pendapatan dari air minum, tariff.
1. Analisa investasi
kebutuhan
Aspek Kelembagaan
1. Susunan kelembagaan beserta tupoksinya
1. Analisa kondisi kelembagaan 2. Mengevaluasi kebutuhan pekerja dan kesesuaian tugas para karyawan PDAM Lamongan dengan cara menganalisa kegiatan pada pelayanan di tiap unit teknis yang telah diperoleh, yaitu Standar Beban Kerja, dan Standar Kelonggaran, Jumlah Kegiatan Pokok sehingga dapat diketahui kebutuhan tenaga
Kesimpulan dan Rekomendasi
Gambar 3. 1 Kerangka Penelitian
29
“Halaman Sengaja dikosongkan”
30
BAB 4 GAMBARAN UMUM DAERAH PELAYANAN
4.1
Kondisi Fisik Daerah
4.1.1
Geografis dan Administratif Kabupaten Lamongan merupakan bagian dari Propinsi Jawa Timur yang terletak di bagian
Utara. Secara geografis Kabupaten Lamongan terletak antara 6 51’ 54” sampai dengan 7 23’ 6” Lintang Selatan dan antara 1124’ 41” sampai dengan 11233’ 12” Bujur Timur. Batas administrasi wilayah Kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut: Sebelah Utara
: Laut Jawa
Sebelah Timur
: Kabupaten Gresik
Sebelah Barat
: Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto
Sebelah Selatan
: Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban
Luas wilayah Kabupaten Lamongan mencapai 1.812,80 Km2 atau setara dengan 181.280 Ha, terdiri dari daratan rendah berawa dengan ketinggian 0 - 25 m seluas 57,17 % dari luas Kabupaten Lamongan, daratan ketinggian 25 – 100 m seluas 45,68 % dan sisanya 4,15 % merupakan daratan dengan ketinggian di atas 100 m. Kabupaten Lamongan terdiri dari 27 kecamatan yang terbagi menjadi 462 desa dan 12 kelurahan. Secara garis besar wilayah Kabupaten Lamongan dibedakan menjadi 4 karakteristik: a.
Bagian Selatan, merupakan daerah pegunungan kapur bebatuan, tingkat kesuburan tanahnya kategori sedang, mulai dari Kecamatan Mantup, Sambeng, Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Moda.
b.
Bagian Tengah-Selatan merupakan daratan rendah dan relatif subur, membentang dari Kecamatan Kedungpring, Babat, Sugio, Sukodadi, Pucuk, Lamongan, Deket, Tikung, Sarirejo, dan Kembangbahu.
c.
Bagian Utara, merupakan daerah pegunungan kapur berbatuan, tingkat kesuburan tanahnya kategori sedang, mulai dari Kecamatan Mantup, Sambeng, Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Moda, Brondong, Paciran, dan Solokuro.
d.
Bagian Tengah-Utara, merupakan daratan Bonorowo, mulai dari Kecamatan Sekaran, Maduran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Turi, Karangbinangun, dan Glagah. Pembagian wilayah kecamatan dan batas wilayah administrasi Kabupaten Lamongan selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut :
31
Gambar 4. 1 Orientasi Kabupaten Lamongan terhadap Provinsi Jawa Timur
Tabel 4. 1 Luas Wilayah per Kecamatan No
Kecamatan
Luas (km2)
1
Sukorame
41,47
2
Bluluk
54,15
3
Ngimbang
114,33
4
Sambeng
195,44
5
Mantup
93,07
6
Kembangbahu
63,84
7
Sugio
91,29
8
Kedungpring
84,43
9
Modo
77,80
32
10
Babat
62,95
11
Pucuk
44,84
12
Sukodadi
52,32
13
Lamongan
40,38
14
Tikung
52,99
15
Sarirejo
47,39
16
Deket
50,05
17
Glagah
40,52
18
Karangbinangun
52,88
19
Turi
58,69
20
Kalitengah
43,35
21
Karanggeneng
51,32
22
Sekaran
49,65
23
Maduran
30,15
24
Laren
96,00
25
Solokuro
101,02
26
Paciran
47,89
27
Brondong
74,59
Jumlah
1.812,80
Tahun 2015
1.812,80
Tahun 2014
1.812,80
Tahun 2013
1.812,80
Sumber : Kabupaten Lamongan dalam Angka, 2016
33
Evaluasi Pelayanan Air Minum pada Daerah Pelayanan IPAM Babat, PDAM Lam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Magister Teknik ongan Sanitasi Lingkungan
Sumber: RISPAM Kab. Lamongan, 2014
Gambar 4. 2 Administrasi Kabupaten Lamongan 34
4.1.2
Kondisi Fisik Dasar
4.1.2.1 Topografi Topografi Kabupaten Lamongan bervariasi dari daerah yang dataran rendah berawa dengan ketinggian 0 - 25 m, seluas 50,17 %, daratan ketinggian 25 - 100 m, seluas 45,68 %, daratan dengan ketinggian diatas 100 m seluas 4,15 %. Sebagian besar wilayah Kabupaten Lamongan merupakan daerah datar, karena hampir 72,5 % lahannya adalah datar atau dengan tingkat kemiringan 0 - 2 % yang tersebar di kecamatan Lamongan, Deket, Turi, Sekaran, Tikung, Pucuk, Sukodadi, Babat, Kalitengah, Karanggeneng, Glagah, Karangbinagun, Mantup, Sugio, Kedongpring, Sebagian Bluluk, Modo, dan Sambeng, sedangkan hanya sebagian kecil dari wilayahnya adalah sangat curam, atau kurang dari 1 % (0,16 %) yang mempunyai tingkat kemirimgan lahan 40% lebih. Kondisi tata guna tanah di Kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut: baku sawah (PU) 45.880 Hektar, Baku sawah tidak resmi (Non PU) 8.168,56 Hektar, sawah tadah hujan 25.407,80 Hektar, Tegalan 32.844,33 Hektar, pemukiman 12.418,89 Hektar, Tambak / kolam / waduk 3.497,72 Hektar, kawasan hutan 32.224,00 Hektar, kebun Campuran 212,00 Hektar, Rawa 1.340,00 Hektar, Tanah tandus / kritis 889,00 Hektar dan lain-lain 15.092,51 Hektar. Daratan Kabupaten Lamongan dibelah oleh Sungai Bengawan Solo. Tabel 4. 2 Luas Daerah per Kecamatan No.
Kecamatan
0-2%
2-15%
15-40%
> 40%
Luas (Ha)
1
Sukorame
2.923
1.224
-
-
4.147
2
Bluluk
3.503
1.850
62
-
5.415
3
Ngimbang
5.069
1.452
4.912
-
11.433
4
Sambeng
5.116
11.806
2.390
232
19.544
5
Mantup
8.217
1.060
30
-
9.307
6
Kembangbahu
6.352
32
-
-
6.384
7
Sugio
7.020
2.027
82
-
9.129
8
Kedungpring
6.041
1.930
472
-
8.443
9
Modo
5.953
1.407
420
-
7.780
10
Babat
5.361
772
162
-
6.295
11
Pucuk
4.386
98
-
-
4.484
12
Sukodadi
5.232
-
-
-
5.232
13
Lamongan
4.038
-
-
-
4.038
14
Tikung
5.299
-
-
-
5.299
35
No.
Kecamatan
0-2%
2-15%
15-40%
> 40%
Luas (Ha)
15
Sarirejo
4.739
-
-
-
4.739
16
Deket
5.005
-
-
-
5.005
17
Glagah
4.052
-
-
-
4.052
18
Karangbinangun
5.288
-
-
-
5.288
19
Turi
5.869
-
-
-
5.869
20
Kalitengah
4.335
-
-
-
4.335
21
Karanggeneng
5.132
-
-
-
5.132
22
Sekaran
4.965
-
-
-
4.965
23
Maduran
3.015
-
-
-
3.015
24
Laren
7.285
2.315
-
-
9.600
25
Solokuro
2.110
7.850
142
-
10.102
26
Paciran
-
4.314
425
50
4.789
27
Brondong
5.047
2.337
75
-
7.459
131.352
40.474
9.172
282
181.280
JUMLAH
Sumber : Kabupaten Lamongan Dalam Angka, 2016
4.2.1.2 Geologi Secara fisiografis wilayah Kabupaten Lamongan bagian utara dan selatan termasuk dalam Zone Rembang (van Bemmelen, 1949) yang disusun oleh endapan paparan yang kaya akan unsur karbonatan, sedangkan wilayah bagian tengah termasuk zone Randublatung yang kenampakan permukaannya merupakan dataran rendah, namun sebetulnya merupakan suatu depresi (cekungan) yang tertutup oleh endapan hasil pelapukan dan erosi dari batuan yang lebih tua pada Zone Kendeng dan Rembang. Sejarah geologi Kabupaten Lamongan diperkirakan dimulai kurang lebih 37 juta Tahun yang lalu (Kala Oligosen). Saat itu wilayah Kabupaten Lamongan masih berupa lautan (bagian dari Cekungan Jawa Timur). Selanjutnya terjadi proses sedimentasi secara berurutan ke atas berupa penghamparan batuan sedimentasi laut yang kaya unsur karbonatan. Proses ini berlangsung hingga kurang lebih 19 juta Tahun (hingga Kala Polisen). Pada kurang lebih 1,8 juta Tahun yang lalu terjadi aktifitas tektonik (Orogenesa Plio-Pleistosen)yang menyebabkan terangkatnya Kabupaten Lamongan muncul ke permukaan laut. Adapun jenis batuan yang dijumpai di Kabupaten Lamongan dapat dikelompokkan sebagai berikut : Satuan Batu Lanau dengan sisipan batu gamping pasiran dan batu lempung Satuan Napal dengan sisipan batu pasir gampingan, batu pasir dan tuff 36
Satuan Batu Lempung dengan sisipan batu pasir gampingan dan batu gamping Satuan Batu Pasir Tufan dengan sisipan konglomerat, breksi dan batu lempung Satuan Batu Gamping Koral dan Klastik dengan sisipan napal dan batu lempung Aluvial Tabel 4. 3 Luas Menurut Jenis Batuan di Kabupaten Lamongan Luas No
Jenis Tanah Hektar 1
Aluvium
2
Plistosin, Fasies Gunung Api
3
Plistosin, Fasies Sedimen
4
Plistosin, Fasies Batu Gamping
5 6
%
67.785
37,39
2.500
1,38
67.001
36,96
5.775
3,19
Miosin, Fasies Sedimen
20.450
11,28
Oligosin, Fasies Sedimen
17.769
9,80
181.280
100
Jumlah
Sumber : Kabupaten Lamongan Dalam Angka, 2016
37
Evaluasi Pelayanan Air Minum pada Daerah Pelayanan IPAM Babat, PDAM Lamongan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Magister Teknik Sanitasi Lingkungan
Sumber: RISPAM Kab. Lamongan, 2014
Gambar 4. 3 Topografi Kabupaten Lamongan 38
4.1.2.3 Jenis Tanah Jenis tanah di Kabupaten Lamongan terdiri dari 8 macam, dengan Klasifikasi tanah terbesar merupakan jenis tanah Kpl. Grumosol Kelabu Litosol. Dimana luas lahan berdasarkan pada jenis tanahnya dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 4. 4 Luas Menurut Jenis Tanah Kabupaten Lamongan Luas No.
Jenis Tanah Hektar
%
1
Alluvial Hidromorf
250
0,14
2
Alluvial Kelabu Kekuningan
68.810
37,96
3
Assosiasi Hidromorf
600
0,33
4
Litosol
7.659
4,22
5
Regusal Coklat kekuningan
350
0,19
6
Grumosal Kelabu
2.125
1,17
7
Kpl. Grumosol Kelabu Litosal
78.990
43,57
8
Kpl. Medeteran Merah dan Litosal
22.496
12,41
181.280
100,00
JUMLAH Sumber : Kabupaten Lamongan Dalam Angka, 2016 4.1.2.4 Iklim
Kabupaten Lamongan beriklim tropis seperti wilayah lain di Indonesia yang dibedakan atas 2 musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Temperatur rata-rata berkisar 20 - 32°C. Curah hujan rata-rata di Kabupaten Lamongan berkisar antara 1.500 – 2.800. Tabel 4. 5 Curah Hujan di Kabupaten Lamongan Rata-rata 10 No
Stasiun Pengamatan
Kecamatan Lokasi
Curah Hujan Tahun Terakhir
1 Lamongan
Lamongan
1.792
1.457
2 Takeran
Tikung
1.576
1.795
3 Mantup
Mantup
1.905
1.677
4 Kembangbahu
Kembangbahu
1.900
1.497
5 Sukodadi
Sukodadi
1.563
1.500
6 Gondang
Sugio
1.480
1.771
7 Kedungpring
Kedungpring
1.615
1.727 39
Rata-rata 10 No
Stasiun Pengamatan
Kecamatan Lokasi
Curah Hujan Tahun Terakhir
8 Gondang
Ngimbang
1.348
787
9 Prijetan
Kedungpring
1.756
1.828
10 Kayen
Ngimbang
1.430
698
11 Bluluk
Bluluk
2.748
1.902
12 Ngimbang
Ngimbang
1.766
1.795
13 Baru/Girik
Ngimbang
2.125
1.913
14 Modo
Modo
1.625
1.700
15 Pucuk
Pucuk
1.425
1.306
16 Babat
Babat
1.779
1.746
17 Jabung
Laren
1.525
1.582
18 Paciran
Paciran
814
758
19 Brondong
Brondong
2.716
1.905
20 Bluri
Solokuro
1.522
1.385
21 Pangkatrejo
Maduran
1.465
1.481
22 Karanggeneng
Karanggeneng
2.255
1.882
23 Blawi
Karangbinangun
1.521
1.495
24 Kuro
Karangbinangun
1.747
1.799
25 Karangbinangun
Karangbinangun
1.450
1.517
Sumber : Kabupaten Lamongan Dalam Angka, 2016
4.1.2.5 Hidrologi Secara umum keberadaan air di Kabupaten Lamongan didominasi oleh air permukaan, dimana pada saat musim penghujan dijumpai dalam jumlah yang melimpah hingga mengakibatkan bencana banjir namun sebaliknya pada saat musim kemarau disebagian besar wilayah Kabupaten Lamongan relatif berkurang. Ketersediaan air permukaan ini sebagian tertampung di waduk-waduk, rawa, embung dan sebagian lagi mengalir melalui sungai-sungai. Kabupaten Lamongan dilewati oleh 3 buah sungai besar, yaitu Sungai Bengawan Solo sepanjang ± 68 Km dengan debit rata – rata 531,61 m3/bulan (debit maksimum 1.758,46 m3 dan debit minimum 19,58 m3) yang bermata air di Waduk Gajah
40
Mungkur (Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah), Kali Blawi sepanjang ± 27 Km dan Kali Lamong sepanjang ± 65 Km yang bermata air di Kabupaten Lamongan. Tabel 4. 6 Panjang Sungai di Kabupaten Lamongan Panjang No
Nama Sungai (km)
1
K. Bengawan Solo
68,00
2
K. Blawi
19,00
3
K. Corong
12,00
4
K. Malang
10,00
5
K. Keputeran/Dinoyo
6
K. Deket
20,00
7
K. Dapur
12,50
8
K. Mengkuli
33,00
9
K. Plalangan
16,50
10
K. Gondang
29,00
11
K. Lonjong
2,00
12
K. Magok
8,00
13
K. Patih
33,00
14
K. Bulu
12,00
15
K. Sogo/Konang
16
K. Keyongan
13,00
17
K. Pengaron
20,00
18
K. Gembong
7,00
19
K. Plosan
5,00
20
K. Prijetan
25,00
21
K. Lamong
32,00
22
K. Semarmendem
25,00
23
K. Cawak
15,00
24
K. Jabung
10,00
25
K. Ombo
12,00
7,00
7,00
41
Panjang No
Nama Sungai (km)
26
K. Sabrangan
5,00
27
K. Sedayu
7,00
28
K. Kenong
6,00
29
K. Dadapan
9,00
30
K. Lohgung
5,00
31
K. Asinan
5,00
32
K. Gayaran
4,00
Sumber : Kabupaten Lamongan Dalam Angka, 2014
42
Evaluasi Pelayanan Air Minum pada Daerah Pelayanan IPAM Babat, PDAM Lamongan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Magister Teknik Sanitasi Lingkungan
Sumber: RISPAM Kab. Lamongan, 2014
Gambar 4. 4 Jenis Tanah Kabupaten Lamongan
43
Evaluasi Pelayanan Air Minum pada Daerah Pelayanan IPAM Babat, PDAM Lamongan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Magister Teknik Sanitasi Lingkungan
Sumber: RISPAM Kab. Lamongan, 2014
Gambar 4. 5 Hidrologi Kabupaten Lamongan 44
4.2
Prasarana Sanitasi
4.2.1 Air Minum Penggunaan air minum di Kabupaten Lamongan saat ini sebagian dilayani oleh PDAM dan sebagian besar masih mengandalkan dari sumur gali, sumur pompa serta lainnya dari sumber mata air dan sungai. Pelayanan jaringan air bersih PDAM Kabupaten Lamongan saat ini hanya melayani kawasan padat permukiman seperti Kecamatan Lamongan, Kecamatan Babat, Kecamatan Pucuk, Kecamatan Sukodadi, Kembangbahu dan Kecamatan Sugio serta Kecamatan Brondong dan Kecamatan Paciran. Sedangkan wilayah yang belum terlayani pelayanan air bersih PDAM Kabupaten Lamongan masih menggunakan sumur pompa, sumur gali, dan sungai sebagai sumber air bersihnya. Untuk unit Instalasi, PDAM Kabupaten Lamongan terdapat pada tiga lokasi yaitu Instalasi Babat, Instalasi Sugio-Kembangbahu dan Instalasi Brondong. Kabupaten Lamongan memiliki potensi sumber air baku yang cukup melimpah, sumber-sumber air baku berasal dari air hujan, sungai dan kali, mata air dan air tanah.
4.2.2 Persampahan Penghasil sampah paling besar saat ini di Kabupaten Lamongan yaitu pada kawasan padat permukiman seperti di Kecamatan Lamongan, Kecamatan Babat, Kecamatan Pucuk dan Kecamatan Brondong serta Kecamatan Paciran. Sistem pelayanan persampahan pada kawasan permukiman di Kabupaten Lamongan selama ini masih kurang. Karena hanya Kecamatan Lamongan yang memiliki sistem pelayanan sampah domestik yang memenuhi standar, sedangkan kecamatan padat penduduk lainnya yang dilayani adalah pelayanan sampah non domestik. Peningkatan jenis sampah anorganik pada kawasan padat penduduk (kawasan perkotaan) misalnya sampah berbahan pelastik, besi, kaca dan sebagainya perlu teknik khusus dalam pengolahannya sehingga bisa di daur ulang. Pada kawasan perdesaan umumnya komposisi antara sampah organik dan anorganik masih besar sampah organik yang dihasilkan sehingga bisa dilakukan proses pengomposan dalam kawasan kelompok keluarga dan desa. Tempat pembuangan dan pengelolaan sampah akhir (TPA) di Kabupaten Lamongan yang ada saat ini yaitu TPA Tambakrigadung yang berada di Kecamatan Lamongan, selain menimbun sampah, TPA ini juga mengolah sampah plastic menjadi energy listrik yang digunakan untuk penerangan wilayah sekitar.
4.2.3 Air Limbah Pelayanan air limbah di Kabupaten Lamongan kurang tertangani dengan baik, tidak ada pengolahan air limbah terpusat, serta instalasi pengolahan tinja. Sehingga pada wilayah 45
perkotaan dan perdesaan, air limbah yang dihasilkan baik oleh rumah tangga, aktifitas perdagangan dan perekonomian, dan aktivitas publik lainnya di buang langsung pada saluran drainase jalan dan badan air, misalnya sungai dan empang. Kondisi ini sangat berpengaruh bagi kondisi sanitasi di Kabupaten Lamongan, karena sebagian besar penduduknya masih menggunakan air sumur dan sungai sebagai sumber air bersih mereka.
4.2.4 Drainase Sistem jaringan drainase yang ada di Kabupaten Lamongan terdiri dari jaringan drainase lingkungan dan drainase jalan. Ketersediaan jaringan drainase terutama pada kawasan padat permukiman karena jaringan drainase merupakan utilitas pendudkung aktivitas perkotaan. Selain fungsi drainase sebagai saluran distribusi air hujan, saluran darinase juga difungsikan sebagai pembuangan limbah cair domestik. Bangunan jaringan drainase pada kawasan perkotaan adalah teknis dan fisiknya berupa beton, beda halnya dengan jaringan saluran drainase di kawasan perdesaan di Kabupaten Lamongan. Masalah yang dihadapi pada sistem jaringan drainase adalah masalah sedimentasi pada bangunan-bangunan saluran drainase, rusaknya bangunan drainase serta tertutupnya bangunan drainase oleh pembangunan yang tidak sesuai. Masalah-masalah aplikatif ini juga dijumpai pada beberapa ruas jaringan drainase yang ada di Kabupaten Lamongan. Perkembangan kawasan perkotaan di Kabupaten Lamongan yang sangat pesat mengakibatkan kawasan tangkapan air hujan semakin berkurang hal ini berbading linear dengan peningkatan air buangan air hujan (run off) pada kawasan padat permukiman. Adanya peningkatan air bungan mengakibatkan bangunan drainase yang telah ada kapasitasnya kadang tidak bisa menampung dan mengalirkan air buangan tersebut. Kondisi sistem drainase berbeda kita jumpai pada kawasan perdesaan, secara umum sistem drainase kawasan perdesaan umumnya menyatu dengan sistem irigasi desa. Bangunan drainase yang di bangun dalam kawasan permukiman desa hanya terbatas dan kurang memperhatikan kaidah teknis sehingga muncul banyak genangan pada bangunan drainasenya.
4.3
Area dan Cakupan Pelayanan IPAM Babat PDAM Kabupaten Lamongan Pelayanan PDAM Kabupaten Lamongan melayani 9 dari 27 kecamatan. Pelayanan
IPAM Babat melayani 5 dari 9area pelayanan yang terlayani oleh PDAM di Kabupaten Lamongan Kecamatan yang mendapat pelayanan dari PDAM Kabupaten Lamongan antara lain dapat dilihat pada Tabel 4.7.
46
Tabel 4. 7 Wilayah Pelayanan PDAM Kabupaten Lamongan No. 1
Pelayanan Kecamatan Lamongan
2
Kecamatan Babat
3 4
Kecamatan Pucuk Kecamatan Sekaran
5 6 7 8
Kecamatan Sukodadi Kecamatan Turi Kecamatan Deket Kecamatan Brondong
9
Kecamatan Sugio
Desa Terlayani Desa Sidokumpul, Sidoharjo, Sukomulyo, Tlogoanyar, Tumenggungan, Jetis, Sukorejo, Karanglangit, Plosowahyu, Tanjung, Made, Banjarmendalan, Sidomukti, Pangkatrejo. Desa Banaran, Babat, Brdahan, Plaosan, Sogo Gembong, Moropelang, Tritunggal Desa Pucuk, Kesambi, Waru Kulon, Karangtinggil Desa Sekaran, Miru, Latek, Siman, Kembangan, Moro, Bulutengger Desa Kebonsari, Sukodadi, Sidogembul, Surabayan. Desa Sukoanyar, Sukorejo Ds. Deket Kulon, Sidorejo Desa Brondong, Sedayulawas, Lohgung, Blimbing, Kd. Semangkon Ds. Sugio, Lebak Adi, Sekar Bagus
Sumber : Data Laporan Bulanan PDAM Kab. Lamongan, Desember 2015.
Cakupan pelayanan PDAM Kabupaten Lamongan sebesar 13,50 % terhadap wilayah kecamatan yang dilayani dan sebesar 36,17 % terhadap desa yang dilayani. Sedangkan perkembangan persen pelayanan PDAM Lamongan Tahun 2007 - 2015 dapat dilihat pada Gambar 4.6. Berdasarkan grafik dapat dilihat dari Tahun 2007 sampai 2013 persentase pelayanan PDAM Lamongan hampir mengalami penurunan, namun mulai tahun 2014 - 2015 mengalami peningkatan yang sangat tajam yang mencapai 36,17 % dari area pelayanan PDAM. % 40.00
36.17 32.06
35.00 30.00 25.00 20.00 15.00
15.78 15.02 8.45
10.00
11.50
13.99 13.87 13.15
5.00 -
2007
2008
2009
2010
2011
Tahun
2012
2013
2014
2015
Gambar 4. 6 Perkembangan Persentase pelayanan PDAM Lamongan Tahun 2007 2015
47
Total pelanggan PDAM Kabupaten Lamongan yang Dari total jumlah pelanggan tersebut, sebanyak 16.132 unit adalah pelanggan domestik, 14.765 unit adalah non domestik, 202 unit adalah pelanggan sosial. Jumlah pelanggan untuk setiap unit pelayanan dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4. 8 Jumlah Pelanggan PDAM Kabupaten Lamongan
No.
Pelayanan
1
Kecamatan Lamongan
2 3 4 5 6 7 8
Kecamatan Babat Kecamatan Pucuk Kecamatan Sekaran Kecamatan Sukodadi Kecamatan Turi Kecamatan Deket Kecamatan Brondong
9
Kecamatan Sugio
Jumlah Pelanggan (Kecamatan) Non Domestik Sosial Total Domestik 7.610 785 114 8.509 1.922 513 785 730 624 731 979
74 40 46 85 9 10 71
0 14 18 13 5 11 12
1.966 567 849 828 638 752 1.062
872
45
15
932
Jumlah 14.765 1.165 202 Sumber : Data Laporan Bulanan PDAM Kab. Lamongan, Desember 2015.
16.132
Sedangkan perkembangan pelanggan PDAM Lamongan secara keseluruhan Tahun 2007 - 20015 dapat dilihat pada Gambar 4.7. Berdasarkan grafik dapat dilihat dari Tahun 2007 sampai 2013 jumlah pelanggan PDAM Lamongan tidak ada penambahan pelanggan yang signifikan, namun mulai tahun 2014 - 2015 mengalami peningkatan penambahan jumlah yang cukup besar yaitu mencapai 16.132 SR di Tahun 2015.
Jumlah SR 20,000 15,000
16,132 14,238 11,916 11,91611,94312,14912,17812,29912,13212,740
10,000 5,000 -
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tahun
Gambar 4. 7 Perkembangan Jumlah Pelanggan PDAM LamonganTahun 2007-2015
48
Kapasitas air terjual PDAM Lamongan sebesar 355.357 m3 pada Tahun 2015, yang terdiri dari kebutuhan air domestik, non domestik dan sosial. Jumlah kebutuhan air selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4. 9 Jumlah pemakaian Air PDAM Kabupaten Lamongan No.
Pelayanan
1
Kecamatan Lamongan
2
Jumlah Kebutuhan Air (m3) Domestik
Non Domestik
Sosial
Total
141.159
57.926
6.369
205.454
Kecamatan Babat
36.425
1.760
0
38.185
3
Kecamatan Pucuk
10.677
1.518
519
12.714
4
Kecamatan Sekaran
11.788
2.346
358
14.492
5
Kecamatan Sukodadi
13.241
2.534
529
16.304
6
Kecamatan Turi
10.179
627
286
11.092
7
Kecamatan Deket
11.195
534
2.323
14.052
8
Kecamatan Brondong
19.458
5.857
792
26.107
9
Kecamatan Sugio
15.190
1.343
423
16.956
Jumlah
269.313
74.445
11.599
355.357
Sumber : Data Laporan Bulanan PDAM Kab. Lamongan, Desember 2015.
4.4
Sumber Air Baku PDAM Kabupaten Lamongan memanfaatkan sumber air baku berupa mata air, sungai
dan air tanah untuk mencukupi kebutuhan pelanggan di area pelayanannya. Total kapasitas sumber yang digunakan PDAM Kabupaten Lamongan sebesar 327,50 L/det. Kapasitas sumber air baku dan kapasitas terpasang IPAM Babat dapat dilihat pada Tabel 4.5. 4.5
Kapasitas Terpasang dan Produksi Kapasitas terpasang PDAM Kabupaten Lamongan secara keseluruhan sebesar 327,5
L/det dan kapasitas produksi sebesar 192,45 L/det. Sedangkan besarnya kapasitas terpasang dan kapasitas produksi untuk area pelayanan yang dilayani oleh IPAM Babat dapat dilihat pada Tabel 4.10. Sedangkan kapasitas produksi, distribusi dan kebocoran tahun 2011 – 2015 dapat dilihat pada Tabel 4.11 dan 4.12 Tabel 4. 10 Sumber Air yang Dimanfaatkan PDAM Kabupaten Lamongan No. 1. 2.
Pelayanan Kecamatan Lamongan Kecamatan Deket
Jenis/Nama Sumber/Lokasi AP. Bangawan Solo (Babat)
Kapasitas Sumber (L/det)
Kapasitas Terpasang (L/det)
100
100
AP. Bengawan Solo (Babat) 49
3.
Kecamatan Babat
AP. Bengawan Solo (Babat)
4.
Kecamatan Pucuk Kecamatan Sekaran Kecamatan Sukodadi Kecamatan Turi Kecamatan Brondong Kecamatan Sugio
AP. Bengawan Solo (Babat)
5. 6. 7. 8. 9.
75
75
130
130
Sumur Bor Brondong
15
15
AP. Waduk Gondang
15
7,5
AP. Bengawan Solo (Babat) AP. Bengawan Solo (Babat) AP. Bengawan Solo (Babat)
Total Kapasitas 335 Sumber : Data Laporan Bulanan PDAM Kab. Lamongan, Desember 2015.
327,5
Tabel 4. 11 Kapasitas Terpasang dan Kapasitas Produksi PDAM Kabupaten Lamongan
No.
Pelayanan
Jenis/Nama Sumber/Lokasi
2.
Kecamatan Lamongan Kecamatan Deket
3.
Kecamatan Babat
AP. Bengawan Solo (Babat)
4.
Kecamatan Pucuk
AP. Bengawan Solo (Babat)
5.
Kecamatan Sekaran Kecamatan Sukodadi Kecamatan Turi Kecamatan Brondong Kecamatan Sugio
AP. Bengawan Solo (Babat)
1.
6. 7. 8. 9.
Kapasitas Terpasang (L/det)
AP. Bangawan Solo (Babat)
Kapasitas Produksi (L/det)
100
75,00
75
42,81
130
52,14
Sumur Bor Brondong
15
15,00
AP. Waduk Gondang
7,5
7,50
AP. Bengawan Solo (Babat)
AP. Bengawan Solo (Babat) AP. Bengawan Solo (Babat)
Total Kapasitas 327,5 Sumber : Data Laporan Bulanan PDAM Kab. Lamongan, Desember 2015.
192,45
Tabel 4. 12 Kapasitas Produksi, Distribusi dan Kebocoran Tahun 2011 - 2015 PDAM Kab. Lamongan Kapasitas Produksi Tahun
Kapasitas Distribusi
Air Yang Terjual
Kehilangan Air
3
m /tahun
L/det
m3/tahun
L/det
3
m /tahun
L/det
Distribusi (%)
2011
4.398.000
139,46
3.908.458
123,94
2.852.062
90,44
27,03%
2012
4.965.225
157,45
4.414.617
139,99
3.040.472
96,41
31,13%
2013
5.379.183
170,57
4.581.935
145,29
3.122.038
99,00
31,86% 50
Tahun
Kapasitas Produksi
Kapasitas Distribusi
Kehilangan
Air Yang Terjual
2014
5.830.622
184,89
4.827.611
153,08
2.115.015
67,07
Air 30,33%
2015
5.959.920
188,99
5.614.646
178,04
3.871.068
122,75
Distribusi 31,05% (%)
Sumber : Laporan Produsi dan Distribusi PDAM Lamongan, Desember 2015
Sistem penampungan PDAM Kabupaten Lamongan berupa Ground Reservoir, lokasi dan kapasitas pada masing-masing Ground Reservoir dapat dilihat pada Tabel 4.13.
Tabel 4. 13 Lokasi dan Kapasitas Terpasang Ground Reservoir PDAM Kabupaten Lamongan No.
1.
Unit
BNA Lamongan
Jenis Reservoir
Kapasitas Terpasang ( m3 )
Ground & Elevated Res.
950
Ground Reservoir
250
2.
Unit Babat
Ground Reservoir
1.500
3. 4.
Unit Pucuk Unit Sekaran
Ground Reservoir Ground Reservoir
-
5.
Unit Sukodadi
Ground Reservoir
250
6.
Unit Turi
Ground Reservoir
-
7.
Unit Deket
Ground Reservoir
100
8.
Unit Brondong
Ground Reservoir
-
9.
Unit Sugio
Ground Reservoir
100
Kondisi Reservoir Baik dan berfungsi Baik dan berfungsi Baik dan berfungsi Baik dan berfungsi Baik, Tidak beroperasi Baik dan berfungsi
Total Kapasitas 3.150 Sumber : Data Laporan Bulanan PDAM Kab. Lamongan, Desember 2015. SISTEM PELAYANAN Rencana sistem pelayanan air minum di Kabupaten Lamongan ini dibagi dalam 3 zona, yaitu Zona Utara, Zona Tengah, dan Zona Selatan yang masing-masing meliputi kecamatan sebagai berikut: Zona Utara
51
1. Kecamatan Brondong 2. Kecamatan Paciran 3. Kecamatan Solokuro 4. Kecamatan Laren Zona Tengah 1. Kecamatan Babat 2. Kecamatan Sekaran 3. Kecamatan Maduran 4. Kecamatan Pucuk 5. Kecamatan Sukodadi
6. Kecamatan Karanggeneng 7. Kecamatan Kalitengah 8. Kecamatan Karangbinangun 9. Kecamatan Glagah Zona Selatan 1.
Kecamatan Sugio
2.
Kecamatan Kembangbahu
3.
Kecamatan Modo
4.
Kecamatan Bluluk
5.
Kecamatan Sukorame
6.
Kecamatan Kedugpring
7.
Kecamatan Ngimbang
8.
Kecamatan Sambeng
9.
Kecamatan Mantup
10. Kecamatan Tikung 11. Kecamatan Sarirejo
52
Dari ketiga zona tersebut, Zona Utara akan dikembangkan pelayanan air minum dari PDAM, HIPPAM serta PJT. Untuk Zona Tengah lebih ditekankan pada pengembangan PDAM baik pada wilayah yang telah terlayani ataupun wilayah yang belum terlayani, sebagian kecil pelayanan dari PJT, serta HIPPAM. Sedangkan Zona Selatan akan dikembangkan pelayanan air minum dari HIPPAM. Hal ini dikarenakan minimnya sumber air yang ada pada Zona Selatan, selain itu juga ada kontur yang tidak memungkinkan untuk dijangkau oleh jaringan perpipaan dari PDAM.Agar lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4.8 sedangkan untuk detail pelayanan pada zona tengah terlampir pada lampiran, untuk skematik jaringan khusus pelayanan IPAM Babat dapat dilihat pada Gambar 4.9. Lalu untuk peta jaringan zona tengah secara khusus dapat dilihat pada Lampiran 1.
53
IPAM Babat
Evaluasi Pelayanan Air Minum pada Daerah Pelayanan IPAM Babat, PDAM Lamongan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Magister Teknik Sanitasi Lingkungan
Sumber: RISPAM Kab. Lamongan, 2014
Gambar 4. 8 Peta Rencana Pembagian Zona Pengembangan Air Minum
54
Gambar 4. 9 Skematik jaringan pelayanan IPAM Babat
55
Dari gambar skematik jaringan diatas dapat diketahui bahwa IPAM Babat memiliki 1 reservoir dan dialirkan ke daerah pelayanan, IPA I melayani Kecamatan Babat, Pucuk dan Sekaran kemudian IPA II melayani Kecamatan Sukodadi dan Turi. 4.6
Keuangan PDAM Lamongan Kondisi keuangan PDAM Grafik Laba - Rugi keuangan PDAM Kabupaten Lamongan
Tahun 2007 - 2015 dapat dilihat pada Gambar 4.11 dibawah ini.
Rupiah
Tahun Gambar 4. 10 Perkembangan Keuangan Laba - Rugi PDAM Lamongan Tahun 2007 – 2015 Dapat dilihat pada gambar tersebut bahwa PDAM Lamongan mulai mengalami keuntungan sejak tahun 2013, kemudian keuntungan tersebut menurun pada tahun 2014, dan mendapatkan keuntungan tertitingginya pada tahun 2015. Sedangkan untuk penilaian kinerja dengan acuan Kepmendagri 47/1999 adalah sebagai berikut: Tabel 4. 14 Penilaian Kinerja PDAM menurut Kepmendagri 47/1999 Rasio Keuangan
Skor
Aspek Keuangan
25,50
Aspek Operasional/Teknik
17,87
Aspek administrasi/Manajemen
10,00
Nilai Kinerja Kinerja
53,37 (Cukup )
56
BAB 5 ANALISA DAN PEMBAHASAN
5.1 Evaluasi Aspek Teknis Penelitian ini akan membahas evaluasi kinerja PDAM Kabupaten Lamongan melalui 3 aspek salah satunya yaitu aspek teknis yang meliputi analisa suply and demand, analisa permasalahan di lapangan, analisa kinerja jaringan, analisa kualitas air minum. Aspek lainnya adalah aspek finansial dan kelembagaan dari PDAM Kabupaten Lamongan. Evaluasi ini akan disesuaikan dengan RPJMN dan RPJMD yaitu pelayanan air minum pada seluruh masyarkat pada tahun 2019. 5.1.1 Evaluasi Supply and Demands Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun rencana pengembangan penyediaan air minum di Kabupaten Lamongan hingga tahun 2019. Oleh karena itu dibutuhkan suatu model proyeksi penduduk, sehingga dapat diketahui kebutuhan air minum penduduk hingga tahun perencanaan. Karena seiring dengan perkembangan pendududuk, maka pola hidup masyarakatnya juga akan berubah, dalam hal ini adalah mengenai meningkatnya jumlah kebutuhan air bersih dan air minum penduduk tiap tahunnya. Perhitungan proyeksi penduduk tersebut berdasarkan pada perkembangan penduduk lima tahun ke belakang mulai dari tahun yang sedang berjalan. Berikut ini adalah data perkembangan penduduk di Kabupaten Lamongan: Tabel 5. 1 Jumlah Penduduk Kabupaten Lamongan 5 Tahun Terakhir No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kelurahan/Desa Sukorame Bluluk Ngimbang Sambeng Mantup Kembangbahu Sugio Kedungpring Modo Babat Pucuk Sukodadi Lamongan Tikung Sarirejo Deket
2011 20080 21403 43531 48047 42741 45980 54275 50120 45102 76508 39055 50788 65369 41511 22390 41106
Jumlah Penduduk Kabupaten Lamongan 2012 2013 2014 2015 21854 21736 21222 20944 22695 21337 22211 22426 42872 45942 47192 46855 54718 50055 51348 51579 43687 44187 44881 45245 44759 49465 48823 48953 60765 57929 61875 61382 65831 56370 60855 59900 48107 47485 49962 49676 85185 85066 88547 88582 51267 47085 48816 48723 58146 54312 56145 56242 65847 67289 67167 68105 41342 43852 43822 44126 25333 24659 24813 24907 44454 43932 44553 45149 57
No.
Kelurahan/Desa
2011 35194 33514 47417 30226 36531 33550 26369 36678 39312 90987 61986
Jumlah Penduduk Kabupaten Lamongan 2012 2013 2014 2015 27251 41097 42879 43064 45728 39068 41248 41851 53144 52995 53755 59310 35333 33417 35756 36007 47660 41603 44154 43843 60253 40852 47448 43926 41927 31196 36054 34645 37268 46588 50910 47873 44369 38437 46029 45857 78698 90604 94499 93248 57205 67821 73295 71400
Glagah 17 Karangbinangun 18 Turi 19 Kalitengah 20 Karanggeneng 21 Sekaran 22 Maduran 23 Laren 24 Solokuro 25 Paciran 26 Brondong 27 Jumlah 1.179.770 1.305.698 1.284.379 1.348.259 Sumber: Kabupaten Lamongan Dalam Angka 2015
1.338.90
Untuk menentukan metode yang terbaik dalam perhitungan proyeksi penduduk, maka terlebih dahulu diadakan uji koefisien korelasi (R), dimana metode yang dipilih adalah metode yang memiliki koefisien korelasi (R) mendekati 1. Dimana koefisien korelasi (R) didapatkan dengan rumus sebagai berikut:
R
n xy x y
n y 2 y 2 n x 2 x 2
A. Korelasi Metode Aritmatik Tabel 5. 2 Korelasi Metode Aritmatik X
X2
Y
Y2
X.Y
1
1
(298,296)
88.980.503.616
(298,296)
2
4
125,928
15.857.861.184
251,856
3
9
(21,319)
454.499.761
(63,957)
4
16
63,880
4.080.654.400
255,520
10
30
(129,807)
109.373.518.961
145,123
R
n xy x y
n y 2 y 2 n x 2 x 2
0,6477
B. Korelasi Metode Geometrik Tabel 5. 3 Korelasi Metode Geometrik 58
X
X2
1
1
2
Y = ln jml
Y2
X,Y
14,21
201,82
14,21
4
13,98
195,46
27,96
3
9
14,08
198,31
42,25
4
16
14,07
197,85
56,26
5
25
14,11
199,21
70,57
15
55
70,45
992,65
211,25
R
Penduduk
n xy x y
n y 2 y 2 n x 2 x 2
0,1915
C. Korelasi Least Square Tabel 5. 4 Korelasi Metode Least Square X
X2
Y
Y2
X.Y
1
1
1.179.770
1.391.857.252.900
1.179.770
2
4
1.305.698
1.704.847.267.204
2.611.396
3
9
1.284.379
1.649.629.415.641
3.853.137
4
16
1.348.259
1.817.802.331.081
5.393.036
10
30
5.118.106
6.564.136.266.826
13.037.339
Sumber: Hasil Analisa. 2016
R
n xy x y
n y 2 y 2 n x 2 x 2
0,7695
Dengan menggunakan tiga metode proyeksi untuk memprediksi jumlah penduduk Kabupaten Lamongan. maka diambil nilai R yang paling mendekati nilai 1 (satu). Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa nilai korelasi yang paling mendekati satu adalah dengan menggunakan Metode Least Square. yaitu sebesar 0.7695. Sehingga perhitungan proyeksi penduduk hingga tahun 2019 menggunakan Metode Least Square. Dan untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.5
Tabel 5. 5 Proyeksi Penduduk tahun 2019 59
Jumlah Penduduk No.
Kelurahan/Desa 2015
2019
1
Babat
88.582
107.880
2
Pucuk
48.723
59.474
3
Sukodadi
56.242
68.404
4
Turi
59.310
65.492
5
Sekaran
43.926
57.808
5.1.1.1 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Untuk memproyeksikan kebutuhan air minum di suatu wilayah. pada awalnya harus mengetahui tingkat pelayanan air minum total di wilayah tersebut. yang kemudian dijadikan dasar untuk memproyeksikan kebutuhan hingga beberapa tahun mendatang. Tingkat pelayanan air minum eksisting di Kabupaten Lamongan dapat dilihat pada Tabel 5.6 Proyeksi kebutuhan air minum pada Penelitian ini didasarkan pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang ditetapkan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2014. Untuk jumlah SR lebih lengkapnya beserta jumlah penduduk terlayani tahun 2015 dan tahun 2019 dapat dilihat pada Lampiran 2.
A. Konsumsi Domestik Jumlah konsumsi domestik adalah jumlah yang digunakan oleh penduduk. Dalam Penelitian ini. prosentase peningkatan pelayanannya telah ditentukan. dan direncanakan penduduk terlayani memanfaatkan Sambungan Rumah (SR) pada Tabel 5.6. Tabel 5. 6 Target Pelayanan pada Tahun 2019 No 1 2 3 4 5
Unit Babat Pucuk Sukodadi Turi Sekaran
Target 2019 22,62% 19,50% 14% 19,26% 15,50%
Sumber: RI SPAM 2014
Selain menargetkan jumlah sambungan Rumah (SR). dimana jumlah penduduk yang dilayani. Pemerintah Kabupaten Lamongan juga menargetkan tingkat kebocoran sebesar 20% sesuai kriteria perencanaan yang tertera pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 122
2015. Strategi penurunan kebocoran tersebut nantinya adalah dengan 60
melakukan pengecekan jaringan pipa distribusi secara berkala, serta penggunaan teknologi pendeteksi kebocoran yang lebih canggih untuk memudahkan pengecekan dan menambah akurasi. Kebutuhan air untuk sambungan rumah adalah 188 l/hari yang berdasarkan dari hasil survey lapangan yang dilakukan oleh penyususn pada 2016. Untuk lebih jelasnya dapat digunakan rumus:
SR
T arg et _ pelayanan pendudukte rlayani kebutuhana ir , lt / org / hari 86400
Berikut ini adalah contoh perhitungan konsumsi domestik pada tahun 2019 untuk Kecamatan Babat: Jumlah penduduk tahun 2019
= 107.880 jiwa
Kebutuhan air
= 188 l/hari (hasil survey. 2016)
% Pelayanan tahun 2019
= 22,62%
Penduduk kec. Babat 2019
= 107.880 jiwa
Q domestik
=
22,62% x107.880 188 86400
= 50,84 L/det Untuk perhitungan lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.7: Tabel 5. 7 Jumlah Sambungan Rumah dan Kebutuhan Air pada 2019 Kecamatan
Satuan
Existing 2015
2019
Babat Jumlah SR Kebutuhan Air
Unit L/det
1922 16,51
4880 50,84
Unit L/det
513 1,64
2319 24,16
Jumlah SR Kebutuhan Air Turi Jumlah SR Kebutuhan Air Sekaran
Unit L/det
730 5,11
1915 19,95
Unit L/det
624 3,93
1792 26,28
Jumlah SR Kebutuhan Air
Unit L/det
785 4,55
2523 23,19
TOTAL
L/det
31,04
144,42
Qhm
L/det
34,14
158,86
Qjp
L/det
52,77
245,51
Pucuk Jumlah SR Kebutuhan Air Sukodadi
Sumber: RISPAM, 2014 61
B.
Konsumsi non domestik Konsumsi non domestik berasal dari konsumsi perniagaan dan jasa komersial dan
sosial yang berupa tempat peribadatan dan sekolah, Pada tahun 2015 jumlah unit sambungan PDAM yang digunakan untuk konsumsi non domestik dibahas pada Tabel 5.8 dan Tabel 5.9 Tabel 5. 8 Jumlah Sambungan Non Domestik pada 2015
No, 1 2 3 4 5
Kecamatan Pelayanan Kecamatan Babat Kecamatan Pucuk Kecamatan Sekaran Kecamatan Sukodadi Kecamatan Turi Jumlah Sumber: PDAM, 2015
2015 Non Domestik 74 40 46 85 9 254
Penggunaan air Liter/detik 0,68 0,59 0,91 0,98 0,24 3,39
Tabel 5. 9 Jumlah Sambungan Sosial pada 2015 No,
Kecamatan Pelayanan
1 2 3 4 5
Kecamatan Babat Kecamatan Pucuk Kecamatan Sekaran Kecamatan Sukodadi Kecamatan Turi Jumlah Sumber: PDAM, 2015
2015 Non Domestik 0 14 18 13 5 50
Penggunaan air Liter/detik 0,00 0,20 0,14 0,20 0,11 0,65
Untuk memproyeksikan jumlah sambungan non domestik pada tahun 2019 adalah seabagai berikut: Jumlah fasilitas non domestik pada tahun 2015 di kecamatan Babat adalah: 74 Jumlah penduduk pada tahun 2015 di Kecamatan Babat adalah: 88.332 Jiwa Jumlah penduduk pada tahun 2019 di Kecamatan Babat adalah: 107.880 Jiwa Sehingga, jumlah fasilitas non domestik pada tahun 2019 di Kecamatan Babat adalah: (Penduduk tahun 2019/penduduk tahun 2015) x jumlah fasilitas non domestik tahun 2015 (107,880/88,332) x 74 = 74,2 ~ 74 unit, Berikut adalah hasil proyeksi pelanggan non domestik, pada Tabel 5.10 Tabel 5. 10 Jumlah Sambungan Non Domestik pada 2019
No, 1
Kecamatan Pelayanan Kecamatan Babat
2015 Non Domestik 74
2019 Non Domestik 74
2015
2019
Sosial
Sosial
0
0 62
Kecamatan Pelayanan
No, 2 3 4 5
Kecamatan Pucuk Kecamatan Sekaran Kecamatan Sukodadi Kecamatan Turi
2015 Non Domestik 40 46 85 9
2019 Non Domestik 40 46 85 9
254
254
Jumlah
2015
2019
Sosial
Sosial
14 18 13 5
14 18 13 5
50
50
Kemudian untuk proyeksi fasilitas non domestik dan sosial untuk mengetahui jumlah fasilitas tersebut pada tahun perencanaan adalah sebagai berikut: =
Dimana: Pn: Jumlah penduduk tahun ke-n Po: Jumlah penduduk tahun eksisting Fn: Jumlah fasilitas tahun ke-n Fo: Jumlah fasilitas tahun eksisting
Maka didapat hasil proyeksi sebagai berikut:
Tabel 5. 11 Jumlah Sambungan non Domestik dan Kebutuhan Air pada 2019
No, 1 2 3 4 5
Kecamatan Pelayanan Kecamatan Babat Kecamatan Pucuk Kecamatan Sekaran Kecamatan Sukodadi Kecamatan Turi
2019 Non Domestik 74 40 46 85 9
Jumlah
Penggunaan air
2019
Penggunaan air
Liter/detik
Sosial
Liter/detik
0,06 0,05 0,08 0,08 0,02 0,28
0 14 18 13 5
0,00 0,02 0,01 0,02 0,01 0,05
254
50
5.1.1.2 Analisa Perhitungan Supply and Demand Setelah diketahui proyeksi kebutuhan air pada tahun proyeksi (demand) maka perlu diketahui pula berapa banyak air minum yang dapat disediakan oleh IPAM Babat pada saat ini yang dapat dilihat pada Tabel 5.12:
63
Tabel 5. 12 Ketersediaan Air PDAM Kabupaten Lamongan No .
Kecamatan
Jenis/Nama Sumber/Lokasi
Kapasitas Sumber (L/det)
Kapasitas Terpasang (L/det)
Kapasitas Produksi (L/det)
75
75
42,81
130
130
52,14
205
205
94,95
AP. Bengawan Solo (Babat) AP. Bengawan Solo 2 Kecamatan Pucuk (Babat) Kecamatan AP. Bengawan Solo 3 Sekaran (Babat) Kecamatan AP. Bengawan Solo 4 Sukodadi (Babat) AP. Bengawan Solo 5 Kecamatan Turi (Babat) Total Kapasitas Sumber: PDAM Kab, Lamongan, 2015 1
Kecamatan Babat
Menurut Tabel diatas IPA I hanya memanfaatkan 57% sedangkan IPA II hanya sebesar 40% saja daritotal kapasitas terpasang. Sedangkan contoh perhitungan jumlah kebutuhan air dapat dilihat pada perhitungan berikut ini: Kecamatan Babat 2015 Q total = Q domestik + Q non domestik = 16,51 + 0,06 = 16,57 liter/detik Q kebocoran
= Q total x prosentase kebocoran = 16,57 x 20% = 3,314 liter/detik
Qrh
= Q total + Q kebocoran = 16,57 + 3,314 = 19,88 liter/detik
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.13 Tabel 5. 13 Jumlah Sambungan Rumah serta non domestik dan Kebutuhan Air Total pada 2019 Satuan
Existing 2015
Target 2019
%
11,26%
22,62%
Jumlah SR
Unit
1996
4954
Kebutuhan Air Kebutuhan Air + Kebocoran 20%
L/det L/det
16,57 19,88
51,52 61,82
Kecamatan Babat Cakupan Pelayanan
64
Satuan
Existing 2015
Target 2019
%
5,72%
19,50%
Jumlah SR
Unit
567
2373
Kebutuhan Air Kebutuhan Air + Kebocoran 20% Sekaran
L/det L/det
1,71 2,05
24,95 29,94
%
9,66%
15,5%
Jumlah SR
Unit
849
1856
Kebutuhan Air Kebutuhan Air + Kebocoran 20% TOTAL Kebutuhan Air IPA I Sukodadi
L/det L/det L/det
5,59 6,71 28,64
20,19 24,23 115,99
%
9,66%
19,26%
Jumlah SR
Unit
828
2013
Kebutuhan Air Kebutuhan Air + Kebocoran 20% Turi
L/det L/det
6,29 7,55
21,13 25,36
%
5,84%
15,50%
Jumlah SR
Unit
638
2537
Kebutuhan Air Kebutuhan Air + Kebocoran 20% TOTAL Kebutuhan Air IPA II TOTAL IPA I+II
L/det L/det L/det L/det
4,28 5,14 12,68 40,32
26,63 31,96 57,32 178,15
Qhm
L/det
44,35
195,97
Qjp
L/det
68,54
302,86
Kecamatan Pucuk Cakupan Pelayanan
Cakupan Pelayanan
Cakupan Pelayanan
Cakupan Pelayanan
Didalam perhitungan diatas dipertimbangkan pula tingkat kebocoran. Standar toleransi terkait angka kebocoran air bersih di PDAM secara nasional yakni 20%, sehingga perlu diakomodasi adanya kebocoran yang tidak bisa dihindari dalam sistem distribusi air minum. Setelah itu dapat dihitung rasio supply and demand pada kondisi eksisting dan tahun perencanaan. Perbandingan antara ketersediaan (supply) dan kebutuhan (demand) untuk daerah pelayanan IPAM Babat dapat dilihat pada Tabel 5.14 – Tabel 5.15:
65
Tabel 5. 14 Rasio Supply and Demand 2015 Supply 2015 IPA I IPA II 2019 IPA I IPA II
Demand
Rasio
42,81 52,14
28,64 12,68
1,49 4,11
42,81 52,14
115,99 57,32
0,37 0,91
Untuk pelayanan IPA I dan IPA II pada 2015 rasio supply/demand > 1 yang mengindikasikan pelayanan memadai pada tahun 2015 sedangkan untuk mengetahui rasio supply and demands pada tahun 2019 dapat dihitung sebagai berikut. Untuk pelayanan IPA I dan IPA II pada 2019 rasio supply/demand < 1 yang mengindikasikan pelayanan tidak memadai lagi pada tahun 2019, Sehingga dibutuhkan tambahan supply untuk IPA I sebesar 73.18 l/det dan untuk IPA II sebesar 5.18 l/det. Jika mempertimbangkan penggunaan kapasitas terpasang untuk IPA I yaitu sebesar 75 liter/detik dan untuk IPA II yaitu sebesar 130 liter/detik maka didapat nilai rasio supply and demand pada tahun 2019 adalah: Tabel 5. 15 Rasio Supply and Demand 2019 Supply 2019 IPA I IPA II
Demand 75 130
115,99 57,32
Rasio 0,65 2,27
Pada tahun 2019 IPA I belum memenuhi rasio supply and demand. Sedangkan untuk IPA II telah mencukupi untuk pelayanan pada tahun 2019. Maka ditentukan alternatifalternatif untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan startegi berikut ini:
a. Menambahkan kapasitas produksi IPA I Kapasitas produksi maksimal IPA I saat ini adalah sebesar 75 liter/detik, sedangkan kebutuhan air minum pada tahun 2019 adalah sebesar 120,84 liter/detik maka perlu dilakukan up rating atau penambahan kapasitas sebesar 40,99 liter/detik.
b. Menggunakan bantuan supply dari IPA II Kapasitas produksi maksimal IPA II adalah 130 liter/detik, sedangkan kebutuhan air pada daerah pelayanan IPA II hanya sebesar 57,32 liter/detik sehingga idle capacity dari IPA II adalah sebesar 72.68 liter/detik. Sehingga dapat membantu supply untuk IPA I yang sebesar 40,99 liter/detik. 66
5.1.2 Analisa Kinerja Jaringan Analisa kinerja jaringan digunakan untuk mengetahui kondisi system jaringan distribusi, seperti tekanan, head, dan kecepatan aliran, Analisa kinerja jaringan ini akan dibantu dengan menggunakan aplikasi yaitu Epanet, Data yang dibutuhkan untuk diolah dengan Epanet adalah panjang pipa, diameter pipa dan elevasi yang diperoleh dari data PDAM tahun 2015, Sistem jaringan untuk pelayanan di PDAM Babat, dibagi menjadi 2 jalur distribusi yaitu distribusi IPA I dengan wilayah pelayanan Babat, Pucuk, dan Sekaran, distribusi IPA II melayani Sukodadi dan Turi. Untuk peta jaringan Epanet dapat dilihat pada Lampiran I. Berikut ini adalah jumlah SR dan Kebutuhan air untuk setiap wilayah pelayanan. Tabel 5. 16 Kebutuhan air untuk daerah pelayanan IPA I pada tahun 2015 Wilayah Pelayanan Kecamatan Babat Kel. Babat Kel. Banaran Desa Plaosan Desa Sogo Desa Bedahan Desa Gembong Desa Moropelang Desa Tritunggal Total Kecamatan Pucuk Desa Pucuk Desa Kesambi Total Kecamatan Sekaran Desa Latek dan Miru Dea Bulutengger Desa Siman Desa Kembangan Desa Moro Desa Sekaran Total Sumber: PDAM Kab, Lamongan 2015
Jumlah SR
Kebutuhan air 347 279 246 238 204 212 246 224 1996
3,46 2,78 2,45 2,37 2,03 2,11 2,45 2,24 19,88
290 277 567
1,05 1,00 2,05
204 110 119 93 102 221 849
1,61 0,87 0,94 0,74 0,81 1,74 6,71
Tabel 5. 17 Kebutuhan air untuk daerah pelayanan IPA II pada tahun 2015 Wilayah Pelayanan Kecamatan Sukodadi Desa Kebonsari Desa sidogembul Desa Sukodadi Total
Jumlah SR
Kebutuhan air 91 116 621 828
0,83 1,06 5,66 25,36 67
Kecamatan Turi Desa Sukoanyar Total Sumber: PDAM Kab, Lamongan 2015
638 638
5,14 5,14
Setelah itu data penggunaan air pada tahun 2015, tersebut diolah menggunakan aplikasi Epanet, beserta data lainnya yaitu panjang pipa, diameter pipa dan evaluasi yang diperoleh dari data eksisting, Berikut adalah jaringan pipa I untuk pelayanan Kecamatan Babat, Pucuk dan Sekaran, dan jaringan pipa II untuk pelayanan Kecamatan Sukodadi dan Turi. Setelah dilakukan running dengan epanet maka diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 5. 18 Kinerja Jaringan IPA I Parameter Head dan Tekanan Sambungan Junc B Junc C Junc D Junc E Junc G Junc H Junc I Junc J Junc K Junc L Junc M Junc N Junc O Junc P Junc Q Junc R Junc S Junc Q1 Junc C1 Junc D1 Junc E1 Junc H1 Junc I1 Junc J1 Junc K1 Junc L1 Junc M1 Junc O1 Junc P1 Junc N1
Kebutuhan air l/det 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2,78 2,37 2,11 2,45 2,24 1,05 1 1,61 0,87 0,94 0,74 0,87 0,87 0,81
Head m
Tekanan m 87,86 86,97 83,2 82,01 81,47 81,45 81,41 76,7 76,61 72,12 71,03 68,57 67,76 67,69 87,7 87,08 86 86,74 86,47 81,03 81,84 81,1 81,13 75,88 76,45 71,96 70,51 67,65 67,59 68,46
76,86 75,97 72,2 72,01 73,47 72,45 73,41 67,7 67,61 64,12 65,03 62,57 59,76 60,69 75,7 76,08 74 74,74 75,47 72,03 71,84 73,1 74,13 67,88 69,45 64,96 63,51 59,65 60,59 60,46 68
Kebutuhan air l/det
Sambungan Junc F Junc B1 Junc R1 Junc A Junc T Junc T1 Resvr RS
Head m
0 2,45 3,46 0 0 2,03 -28,64
Tekanan m 81,5 87 86,62 87,98 87,81 87 10
73,5 76 76,62 75,98 75,81 76 0
Tabel 5. 19 Kinerja Jaringan IPA I Parameter Kecepatan Aliran dan Headloss Pipa Pipe B-C Pipe C-D Pipe D-E Pipe E-F Pipe F-G Pipe G-H Pipe H-I Pipe J-K Pipe K-L Pipe L-M Pipe M-N Pipe N-O Pipe O-P Pipe P-P1 Pipe O-O1 Pipe N-N1 Pipe M-M1 Pipe L-L1 Pipe K-K1 Pipe J-J1 Pipe I-I1 Pipe H-H1 Pipe E-E1 Pipe D-D1 Pipe C-C1 Pipe B-B1 Pipe Q-Q1 Pipe S-S1 Pipe A-B Pipe F-J
Panjang Pipa m 3752 2880 1329 856 200 108 123 100 1000 388 1398 933 288 416 431 514 718 589 657 1096 224 253 866 1329 2880 530 620 1083 387 3278
Diameter
koefisien kekasaran
mm
Aliran l/det
300 200 200 200 150 150 100 150 100 100 100 100 100 100 100 100 75 100 100 100 75 75 150 100 150 100 100 150 300 150
120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
15,56 13,45 11 8,76 2,05 2,05 1 5,1 4,23 3,29 2,55 1,74 0,87 0,87 0,87 0,81 0,74 0,94 0,87 1,61 1 1,05 2,24 2,45 2,11 2,45 2,37 3,46 18,01 6,71
kecepatan aliran m/det 0,22 0,43 0,35 0,28 0,12 0,12 0,13 0,29 0,54 0,42 0,32 0,22 0,11 0,11 0,11 0,1 0,17 0,12 0,11 0,2 0,23 0,24 0,13 0,31 0,12 0,31 0,3 0,2 0,25 0,38
Headloss m/km 0,24 1,31 0,9 0,59 0,16 0,16 0,31 0,88 4,49 2,82 1,76 0,87 0,24 0,24 0,24 0,21 0,72 0,28 0,24 0,75 1,26 1,38 0,19 1,63 0,17 1,63 1,54 0,43 0,31 1,46 69
Pipa Pipe S-Q Pipe S-T Pipe A-T Pipe T-Q Pipe T-T1 Pump 3
Panjang Pipa m
Diameter
koefisien kekasaran
mm
480 3760 201 203 502 #N/A #N/A
Aliran l/det
150 150 200 200 100
120 120 120 120 100 #N/A
kecepatan aliran m/det
6,24 2,78 10,64 8,61 2,03 28,64
Headloss m/km
0,35 0,16 0,34 0,27 0,26 0
1,28 0,29 0,85 0,57 1,62 -77,98
Tabel 5. 20 Kinerja Jaringan IPA II Parameter Head dan Tekanan Kebutuhan air l/det
Sambungan Junc C1 Junc D1 Junc E Junc E1 Junc F1 Junc G1 Junc A Junc B Junc C Junc F Junc G Junc D Resvr RS
Head m
0,83 5,14 0 3,02 2,64 1,06 0 0 0 0 0 0 -12,68
Tekanan m 92,82 91,18 93,48 89,05 69,77 90,8 93,95 93,5 93,24 91,02 91,43 92,7 6
83,82 83,18 85,48 80,05 62,77 84,8 84,95 84,5 85,24 85,02 84,43 84,7 0
Tabel 5. 21 Kinerja Jaringan IPA II Parameter Kecepatan Aliran dan Headloss Pipa Pipe E-E1 Pipe A-B Pipe B-C Pipe C-C1 Pipe B-E Pipe E-F Pipe F-F1 Pipe E-G Pipe G-G1 Pipe A-D Pipe D-D1 Pump 1
Panjang Pipa M
Diameter
koefisien kekasaran
mm
453 1000 1197 471 20 323 387 1454 452 5672 665 #N/A #N/A
Aliran l/det
75 200 100 75 150 75 50 75 75 200 120
120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 #N/A
3,02 7,55 0,83 0,83 6,72 2,64 2,64 1,06 1,06 5,14 5,14 12,68
kecepatan aliran m/det 0,68 0,24 0,11 0,19 0,38 0,6 1,34 0,24 0,24 0,16 0,45 0
Headloss m/km 9,77 0,45 0,22 0,89 1,47 7,62 54,89 1,41 1,41 0,22 2,65 -87,95
70
Selain analisa kinerja jaringan dengan menggunakan debit rata-rata, penulis juga melakukan percobaan dengan menggunakan debit jam puncak dan debit jam terendah, yang mana hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah IPAM dapat mengakomodasi kebutuhan air minum pada waktu-waktu tersebut, maka hasil yang diperoleh adalah abik Jaringan IPA I dan II berfungsi normal ketika jam puncak dan jam terendah. Kecuali jaringan IPA I pada jam puncak wilayah Kecamatan Sekaran, yaitu Desa Siman, Bulutengger, Kembangan dan Sarangan tekanannya tidak mencukupi. Pada tahun perencanaan yaitu tahun 2019 jumlah penduduk pada wilayah pelayanan bertambah, begitu pula dengan kebutuhan air yang harus disediakan. Pada tahun 2019 target pelayanan harus disesuaikan dengan keputusan Pemda Kabupaten Lamongan, yaitu mengoptimalkan pelayanan di wilayah sekitar yang sebelumnya telah terlayani, dan menambah pelayanan di desa-desa yang lokasinya berdekatan dengan wilayah atau desa yang telah terlayani, kemudian untuk pelayanan setiap desanya ditentukan dengan tingakta kepadatan penduduk pada wilayah pelayanan. maka didapatkan hasil kinerja jaringan sebagai berikut: Tabel 5. 22 Kinerja Jaringan IPA I Parameter Head dan Tekanan pada Tahun 2019 Sambungan Junc B Junc C Junc D* Junc E* Junc G* Junc H* Junc I* Junc J* Junc K* Junc L* Junc M* Junc N* Junc O* Junc P* Junc Q Junc R Junc S Junc Q1 Junc C1 Junc D1* Junc E1* Junc H1*
Kebutuhan air l/det
Head m 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8,66 6,3 6,56 7,6 6,96 5,28
86,86 70,32 -6,94 -35,64 -55,09 -55,52 -56,67 -102,23 -103,18 -151,58 -163,38 -189,9 -198,67 -199,42 87,03 82,96 74,13 81,21 66,28 -24,61 -37 -62,47
Tekanan m 75,86 59,32 -17,94 -45,64 -63,09 -64,52 -64,67 -111,23 -112,18 -159,58 -169,38 -195,9 -206,67 -206,42 75,03 71,96 62,13 69,21 55,28 -33,61 -47 -70,47 71
Kebutuhan air l/det
Sambungan Junc I1* Junc J1* Junc K1* Junc L1* Junc M1* Junc O1* Junc P1* Junc N1* Junc F* Junc B1 Junc R1 Junc A Junc T Junc T1 Junc U Junc V Resvr RS Keterangan:
Head m
6,27 5,82 3,15 3,39 2,67 3,15 3,15 2,91 0 8,6 8,66 0 0 6,35 13,12 5,28 -115,99
Tekanan m
-65,14 -111,12 -104,89 -153,34 -168,96 -199,79 -200,5 -191,06 -50,42 78 80,41 88,94 87,78 83 -65,23 -58,81 10
-72,14 -119,12 -111,89 -160,34 -175,96 -207,79 -207,5 -199,06 -58,42 67 70,41 76,94 75,78 72 -72,23 -65,81 0
*: Tekanan tidak mencukupi Tabel 5. 23 Kinerja Jaringan IPA I Parameter Kecepatan Aliran dan Headloss pada Tahun 2019
Pipa
Pipe B-C Pipe C-D* Pipe D-E* Pipe E-F* Pipe F-G* Pipe G-H Pipe H-I Pipe J-K Pipe K-L* Pipe L-M* Pipe M-N* Pipe N-O Pipe O-P Pipe P-P1 Pipe O-O1 Pipe N-N1 Pipe M-M1
Panjang Pipa
Diameter
M
mm
3752 2880 1329 856 200 108 123 100 1000 388 1398 933 288 416 431 514 718
300 200 200 200 150 150 100 150 100 100 100 100 100 100 100 100 75
koefisien kekasaran
120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
Aliran
kecepatan aliran
Headloss
l/det
m/det
m/km
75,3 68,74 61,14 54,18 29,94 11,55 6,27 18,42 15,27 11,88 9,21 6,3 3,15 3,15 3,15 2,91 2,67
1,07 2,19 1,95 1,72 1,69 0,65 0,8 1,04 1,94 1,51 1,17 0,8 0,4 0,4 0,4 0,37 0,6
4,41 26,83 21,59 17,26 23,37 4 9,31 9,51 48,4 30,41 18,98 9,39 2,6 2,6 2,6 2,25 7,78 72
Pipa
Pipe L-L1 Pipe K-K1 Pipe J-J1 Pipe I-I1* Pipe H-H1* Pipe E-E1 Pipe D-D1* Pipe C-C1 Pipe B-B1* Pipe Q-Q1 Pipe S-S1 Pipe A-B Pipe F-J* Pipe S-Q Pipe S-T Pipe A-T Pipe T-Q Pipe T-T1 Pipe G-U** Pipe G-V** Pump 3
Panjang Pipa
Diameter
M
mm
589 657 1096 224 253 866 1329 2880 530 620 1083 387 3278 480 3760 201 203 502 2318 637 #N/A #N/A
koefisien kekasaran
100 100 100 75 75 150 100 150 100 100 150 300 150 150 150 200 200 100 150 100
120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 130 130 #N/A
Aliran
kecepatan aliran
Headloss
l/det
m/det
m/km
3,39 3,15 5,82 6,27 5,28 6,96 7,6 6,56 8,6 6,3 8,66 83,9 24,24 17,32 8,66 29,97 23,62 6,35 13,12 5,28 115,99
0,43 0,4 0,74 1,42 1,19 0,39 0,97 0,37 1,09 0,8 0,49 1,19 1,37 0,98 0,49 0,95 0,75 0,81 0,74 0,67 0
2,98 2,6 8,11 37,8 27,45 1,57 13,29 1,4 16,71 9,39 2,35 5,38 15,81 8,48 2,35 5,77 3,71 9,53 4,37 5,83 -78,94
Keterangan: * : Pipa dengan headloss > 10 m/km **: Pipa Jaringan Baru Tabel 5. 24 Kinerja Jaringan IPA II Parameter Head dan Tekanan pada Tahun 2019 Sambungan Junc C1 Junc D1 Junc E Junc E1 Junc F1* Junc G1 Junc A Junc B Junc C Junc F Junc G
Kebutuhan air l/det 2,79 9,62 0 10,14 8,88 3,55 0 0 0 0 0
Head m 83,31 66,83 89,49 47,78 -134,62 64,37 94 89,77 87,28 66,23 70,32
Tekanan m 74,31 58,83 81,49 38,78 -141,62 58,37 85 80,77 79,28 60,23 63,32 73
Kebutuhan air l/det
Sambungan Junc D Junc H Junc I Junc I1 Junc H1 Resvr RS Keterangan:
Head m
0 0 0 14,78 7,56 -57,32
Tekanan m 68,47 78,08 67,17 53,74 72,9 6
60,47 70,08 58,17 46,74 67,9 0
*: Pipa dengan headloss > 10 m/km **: Jaringan Pipa Baru Tabel 5. 25 Kinerja Jaringan IPA II Parameter Kecepatan Aliran dan Headloss pada Tahun 2019
Pipa
Panjang Pipa M
Diameter
koefisien kekasaran
mm
Pipe E-E1* 453 Pipe A-B 1000 Pipe B-C 1197 Pipe C-C1 471 Pipe B-E* 20 Pipe E-F* 323 Pipe F-F1 387 Pipe E-G* 1454 Pipe G-G1* 452 Pipe D-D1 665 Pipe A-H** 2842 Pipe H-D** 2830 Pipe D-I ** 971 Pipe H-H1** 3293 Pipe I-I1** 2462 Pump 1 #N/A #N/A
Aliran l/det
75 200 100 75 150 75 50 75 75 150 200 200 200 150 150
120 120 120 120 120 120 120 120 120 130 130 130 130 130 130 #N/A
10,14 25,36 2,79 2,79 22,57 8,88 8,88 3,55 3,55 9,62 31,96 24,4 14,78 7,56 14,78 57,32
kecepatan aliran m/det 2,3 0,81 0,36 0,63 1,28 2,01 4,52 0,8 0,8 0,54 1,02 0,78 0,47 0,43 0,84 0
Headloss m/km 92,08 4,23 2,08 8,44 13,85 72,02 519 13,18 13,18 2,46 5,6 3,4 1,34 1,58 5,45 -88
Keterangan: * : Pipa dengan headloss > 10 m/km **: Pipa Jaringan Baru
Dari hasil analisa jaringan tersebut maka dapat diketahui bahwa aliran air di titik pelayanan IPA I Kecamatan Sekaran terdapat head negatif yang artinya tinggi air tidak dapat sampai ke titik-titik tersebut, begitu pula di wilayah pelayanan IPA II terdapat tekanan negatif pada titik pelayanan Desa Sukodadi. Hal tersebut disebabkan karena terdapat kehilangan tekanan yang besar yaitu lebih dari 10 m/km (Joko, 2002). Maka sesuai persamaan Hazenwilliams 74
Hf = (L Q1.85) / ( 0,00155 D2,63 C)1,85 dimana : Hf = mayor losses sepanjang pipa lurus (m) L = panjang pipa (m) Q = debit fluida (L/dtk) C = konstanta Hazen Williams D = diameter (cm)
Headloss tinggi dapat disebabkan oleh kecepatan aliran yang tinggi yaitu lebih dari 2,5 m/detik mengakibatkan pipa mudah aus sehingga mengurangi nilai koefisien kekasaran dalam pipa tersebut atau debit aliran yang nilainya terlalu besar dalam sebuah saluran namun diameter pipa tidak memadai atau terlalu kecil. Karena tidak memungkinkan untuk mengganti debit aliran, panjang pipa dan jenis pipa yang telah ada, maka langkah yang mungkin dilakukan hanya menambah diameter pipa. untuk penambahan diameter pipa dapat dilakukan dengan penggantian pipa baru atau dapat pula dengan memasang pipa pararel. Pada kasus ini penulis menggunakan metode pemasangan pipa paralel pada pipa-pipa yang memiliki headloss yang lebih dari 10 m/km. Hal tersebut dilakukan karena tidak perlu dilakukan pembongkaran pada pipa yang telah terpasang sebelumnya, kemudian diameter pipa yang akan dibutuhkan tidak sebesar jika dilakukan penggantian pipa yang mana dapat menghemat pengeluaran Jaringan setelah dilakukan penambahan pipa pararel dapat dilihat pada Tabel 5.26 dan Tabel 5.27. Tabel 5. 26 Kinerja Jaringan IPA I Parameter Head dan Tekanan pada Tahun 2019 Alternatif 1 Sambungan Junc B Junc C Junc D Junc E Junc G Junc H Junc I Junc J Junc K Junc L Junc M Junc N
Kebutuhan air l/det
Head m 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tekanan m 86,86 70,32 50,48 43,11 38,11 37,68 36,53 26,01 25,05 23,95 23,19 21,29
75,86 59,32 39,48 33,11 30,11 28,68 28,53 17,01 16,05 15,95 17,19 15,29 75
Kebutuhan air l/det
Sambungan Junc O Junc P Junc Q Junc R Junc S Junc Q1 Junc C1 Junc D1 Junc E1 Junc H1 Junc I1 Junc J1 Junc K1 Junc L1 Junc M1 Junc O1 Junc P1 Junc N1 Junc F Junc B1 Junc R1 Junc A Junc T Junc T1 Junc U Junc V Resvr RS
Head m
0 0 0 0 8,66 6,3 6,56 7,6 6,96 5,28 6,27 5,82 3,15 3,39 2,67 3,15 3,15 2,91 0 8,6 8,66 0 0 6,35 13,12 5,28 -115,99
Tekanan m 20,66 19,91 87,03 82,96 74,13 81,21 66,28 45,94 41,75 35,9 33,14 17,12 23,35 22,2 17,61 19,54 18,83 20,13 39,31 84,58 80,41 88,94 87,78 86,55 27,98 34,4 10
12,66 12,91 75,03 71,96 62,13 69,21 55,28 36,94 31,75 27,9 26,14 9,12 16,35 15,2 10,61 11,54 11,83 12,13 31,31 73,58 70,41 76,94 75,78 75,55 20,98 27,4 0
Tabel 5. 27 Kinerja Jaringan IPA I Parameter Kecepatan Aliran dan Headloss pada Tahun 2019 Pipa Pipe B-C Pipe C-D Pipe D-E Pipe E-F Pipe F-G Pipe G-H Pipe H-I Pipe J-K Pipe K-L Pipe L-M
Panjang Pipa m 3752 2880 1329 856 200 108 123 100 1000 388
Diameter
koefisien kekasaran
mm 300 200 200 200 150 150 100 150 100 100
Aliran l/det
120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
75,3 33 29,35 26,01 14,37 11,55 6,27 18,42 1,98 2,71
kecepatan aliran m/det 1,07 1,05 0,93 0,83 0,81 0,65 0,8 1,04 0,25 0,34
Headloss m/km 4,41 6,89 5,55 4,43 6 4 9,31 9,51 1,1 1,96 76
Pipa Pipe M-N Pipe N-O Pipe O-P Pipe P-P1 Pipe O-O1 Pipe N-N1 Pipe M-M1 Pipe L-L1 Pipe K-K1 Pipe J-J1 Pipe I-I1 Pipe H-H1 Pipe E-E1 Pipe D-D1 Pipe C-C1 Pipe B-B1 Pipe Q-Q1 Pipe S-S1 Pipe A-B Pipe F-J Pipe S-Q Pipe S-T Pipe A-T Pipe T-Q Pipe T-T1 Pipe G-U** Pipe F-JJ* Pipe D-D11* Pipe G-V** Pipe H-H11* Pipe I-I11* Pipe L-MM* Pipe M-NN* Pipe K-LL* Pipe C-DD* Pipe D-EE* Pipe E-FF* Pipe F-GG* Pipe N-OO* Pump 3
Panjang Pipa m
Diameter
koefisien kekasaran
mm
1398 933 288 416 431 514 718 589 657 1096 824 253 866 1329 2880 530 620 1083 387 3278 480 3760 201 203 502 2318 3278 1329 637 253 824 338 1398 1000 2880 1329 856 200 933 #N/A #N/A
Aliran l/det
100 100 100 100 100 100 75 100 100 100 75 75 150 100 150 100 100 150 300 150 150 150 200 200 100 150 150 100 100 75 100 150 150 200 200 200 200 150 150
120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 #N/A
2,22 1,52 3,15 3,15 3,15 2,91 2,67 3,39 3,15 5,82 1,9 2,53 6,96 3,65 6,56 4,13 6,3 8,66 83,9 11,64 17,32 8,66 29,97 23,62 3,05 13,12 12,6 3,95 5,28 2,74 4,37 9,17 6,99 13,29 35,74 31,79 28,17 15,57 4,78 115,99
kecepatan aliran m/det 0,28 0,19 0,4 0,4 0,4 0,37 0,6 0,43 0,4 0,74 0,43 0,57 0,39 0,46 0,37 0,53 0,8 0,49 1,19 0,66 0,98 0,49 0,95 0,75 0,39 0,74 0,71 0,5 0,67 0,62 0,56 0,52 0,4 0,42 1,14 1,01 0,9 0,88 0,27 0
Headloss m/km 1,36 0,67 2,6 2,6 2,6 2,25 7,78 2,98 2,6 8,11 4,12 7,05 1,57 3,41 1,4 4,29 9,39 2,35 5,38 4,06 8,48 2,35 5,77 3,71 2,45 4,37 4,06 3,41 5,83 7,05 4,12 2,25 1,36 1,1 6,89 5,55 4,43 6 0,67 -78,94
Keterangan:
77
* : Pipa paralel **: Pipa Jaringan Baru
Tabel 5. 28 Kinerja Jaringan IPA II Parameter Head dan Tekanan pada Tahun 2019 Kebutuhan air l/det
Sambungan Junc C1 Junc D1 Junc E Junc E1 Junc F1 Junc G1 Junc A Junc B Junc C Junc F Junc G Junc D Junc H Junc I Junc I1 Junc H1 Resvr RS
Head m
2,79 9,62 0 10,14 8,88 3,55 0 0 0 0 0 0 0 0 14,78 7,56 -57,32
Tekanan m 86,26 66,83 89,7 85,15 86,41 83,24 94 89,77 87,28 87,16 84,77 68,47 78,08 67,17 53,74 72,9 6
77,26 58,83 81,7 76,15 79,41 77,24 85 80,77 79,28 81,16 77,77 60,47 70,08 58,17 46,74 67,9 0
Tabel 5. 29 Kinerja Jaringan IPA II Parameter Kecepatan Aliran dan Headloss pada Tahun 2019 Pipa Pipe E-E1 Pipe A-B Pipe B-C Pipe C-C1 Pipe B-E Pipe E-F Pipe F-F1 Pipe E-G Pipe G-G1 Pipe D-D1 Pipe A-H** Pipe H-D** Pipe D-1 Pipe H-H1** Pipe I-I1**
Panjang Pipa m 453 1000 1197 471 20 323 387 1454 452 665 2842 2830 971 3293 2462
Diameter
koefisien kekasaran
mm 75 200 100 75 150 75 50 75 75 150 200 200 200 150 150
Aliran l/det
120 120 120 120 120 120 120 120 120 130 130 130 130 130 130
3,06 25,36 2,79 1,34 10,83 2,68 0,43 1,7 1,7 9,62 31,96 24,4 14,78 7,56 14,78
kecepatan aliran m/det 0,69 0,81 0,36 0,3 0,61 0,61 0,22 0,39 0,39 0,54 1,02 0,78 0,47 0,43 0,84
Headloss m/km 10,04 4,23 2,08 2,17 3,56 7,85 1,93 3,39 3,39 2,46 5,6 3,4 1,34 1,58 5,45 78
Pipa Pipe E-E11* Pipe B-EE* Pipe E-FF* Pipe F-F11* Pump 1
Panjang Pipa m
Diameter
koefisien kekasaran
mm
453 20 323 387
l/det
100 150 100 150
#N/A
#N/A
Aliran
130 130 130 130 #N/A
kecepatan aliran m/det
7,08 11,74 6,2 8,45 57,32
Headloss m/km
0,9 0,66 0,79 0,48 0
10,04 3,56 7,85 1,93 -88
Keterangan: * : Pipa paralel **: Pipa Jaringan Baru
Setelah dilakukan penambahan pipa paralel pada pipa-pipa dengan nilai headloss tinggi, maka terbukti dapat mengurangi nilai headloss di dalam pipa tersebut sehingga tekanan di dalam jaringan memenuhi. Solusi kedua adalah dengan menambahkan pompa booster pada titik kritis yang memiliki tekanan air rendah sehingga permasalahan tersebut dapat diatasi. Jaringan setelah dilakukan penambahan pipa pararel dapat dilihat pada Tabel 5.28 dan Tabel 5.29. Tabel 5. 30 Kinerja Jaringan IPA I Parameter Head dan Tekanan pada Tahun 2019 Alternatif 2 Node ID Junc B Junc C Junc D Junc E Junc G Junc H Junc I Junc J Junc K Junc L Junc M Junc N Junc O Junc P Junc Q Junc R Junc S Junc Q1 Junc C1 Junc D1 Junc E1
Kebutuhan Air LPS
Head m 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8,66 6,3 6,56 7,6 6,96
Tekanan m 86,86 70,32 50,48 43,11 38,11 37,68 36,53 26,01 117,6 69,2 57,4 30,87 22,11 21,36 87,03 82,96 74,13 81,21 66,28 45,94 41,75
75,86 59,32 39,48 33,11 30,11 28,68 28,53 17,01 108,6 61,2 51,4 24,87 14,11 14,36 75,03 71,96 62,13 69,21 55,28 36,94 31,75 79
Kebutuhan Air LPS
Node ID Junc H1 Junc I1 Junc J1 Junc K1 Junc L1 Junc M1 Junc O1 Junc P1 Junc N1 Junc F Junc B1 Junc R1 Junc A Junc T Junc T1 Junc U Junc V Junc J11 Resvr RS
Head m
5,275 6,27 5,82 3,15 3,39 2,67 3,15 3,15 2,91 0 8,6 8,66 0 0 6,35 13,12 5,275 0
Tekanan m 35,9 33,14 17,12 115,89 67,44 51,81 20,99 20,28 29,72 39,31 84,58 80,41 88,94 87,78 86,55 27,98 34,4 118,55 10
#N/A
27,9 26,14 9,12 108,89 60,44 44,81 12,99 13,28 21,72 31,31 73,58 70,41 76,94 75,78 75,55 20,98 27,4 109,55 0
Tabel 5. 31 Kinerja Jaringan IPA I Parameter Kecepatan Aliran dan Headloss pada Tahun 2019 Alternatif 2
Link ID
Pipe B-C Pipe C-D Pipe D-E Pipe E-F Pipe F-G Pipe G-H Pipe H-I Pipe K-L Pipe L-M Pipe M-N Pipe N-O Pipe O-P Pipe P-P1 Pipe O-O1 Pipe N-N1 Pipe M-M1 Pipe L-L1
Panjang Pipa
Diameter pipa
m
mm
3752 2880 1329 856 200 108 123 1000 388 1398 933 288 416 431 514 718 589
300 200 200 200 150 150 100 100 100 100 100 100 100 100 100 75 100
Koefisien Kekasaran
120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
Debit
Kecepatan Aliran
Headloss
l/det
m/det
m/km
75,3 33 29,35 26,01 14,37 11,55 6,27 15,27 11,88 9,21 6,3 3,15 3,15 3,15 2,91 2,67 3,39
1,07 1,05 0,93 0,83 0,81 0,65 0,8 1,94 1,51 1,17 0,8 0,4 0,4 0,4 0,37 0,6 0,43
4,41 6,89 5,55 4,43 6 4 9,31 48,4 30,41 18,98 9,39 2,6 2,6 2,6 2,25 7,78 2,98 80
Link ID
Panjang Pipa
Diameter pipa
m
mm
Pipe K-K1 657 Pipe J-J1 1096 Pipe I-I1 824 Pipe H-H1 253 Pipe E-E1 866 Pipe D-D1 1329 Pipe C-C1 2880 Pipe B-B1 530 Pipe Q-Q1 620 Pipe S-S1 1083 Pipe A-B 387 Pipe F-J 3278 Pipe S-Q 480 Pipe S-T 3760 Pipe A-T 201 Pipe T-Q 203 Pipe T-T1 502 Pipe G-U** 2318 Pipe F-JJ* 3278 Pipe D-D11* 1329 Pipe G-V** 637 Pipe H-H11* 253 Pipe I-I11* 824 Pipe C-DD* 2880 Pipe D-EE* 1329 Pipe E-FF* 856 Pipe F-GG* 200 Pipe J11-K 100 Pump 3*** #N/A #N/A Pump 2 #N/A #N/A
Koefisien Kekasaran
100 100 75 75 150 100 150 100 100 150 300 150 150 150 200 200 100 150 150 100 100 75 100 200 200 200 150 150
120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 120 #N/A #N/A
Debit
Kecepatan Aliran
Headloss
l/det
m/det
m/km
3,15 5,82 1,9 2,53 6,96 3,65 6,56 4,13 6,3 8,66 83,9 11,64 17,32 8,66 29,97 23,62 3,05 13,12 12,6 3,95 5,28 2,74 4,37 35,74 31,79 28,17 15,57 18,42 113,87 18,42
0,4 0,74 0,43 0,57 0,39 0,46 0,37 0,53 0,8 0,49 1,19 0,66 0,98 0,49 0,95 0,75 0,39 0,74 0,71 0,5 0,67 0,62 0,56 1,14 1,01 0,9 0,88 1,04 0 0
2,6 8,11 4,12 7,05 1,57 3,41 1,4 4,29 9,39 2,35 5,38 4,06 8,48 2,35 5,77 3,71 2,45 4,37 4,06 3,41 5,83 7,05 4,12 6,89 5,55 4,43 6 9,51 -78,94 -92,54
* : Pipa paralel **: Pipa Jaringan Baru ***: Pompa Baru
Tabel 5. 32 Tabel 5. 30 Kinerja Jaringan IPA II Parameter Head dan Tekanan pada Tahun 2019 Alternatif 2 Node ID
Junc C1 Junc D1 Junc E Junc E1
Kebutuhan Air LPS
2.79 9.62 0 10.14
Head m
Tekanan m
95.31 78.83 101.49 59.78
86.31 70.83 93.49 50.78 81
Kebutuhan Air LPS
Node ID
Junc F1 Junc G1 Junc A Junc B Junc C Junc F Junc G Junc D Junc H Junc I Junc I1 Junc H1 Resvr RS
Head m
8.88 3.55 0 0 0 0 0 0 0 0 14.78 7.56 -57.32
Tekanan m
26.64 76.37 106 101.77 99.28 78.23 82.32 80.47 90.08 79.17 65.74 84.9 6
19.64 70.37 97 92.77 91.28 72.23 75.32 72.47 82.08 70.17 58.74 79.9 0
Tabel 5. 33 Tabel 5. 31 Kinerja Jaringan IPA II Parameter Kecepatan Aliran dan Headloss pada Tahun 2019 Alternatif 2
Link ID
Panjang Pipa
Diameter pipa
m
mm
Pipe E-E1 453 Pipe A-B 1000 Pipe B-C 1197 Pipe C-C1 471 Pipe B-E 20 Pipe E-F 323 Pipe F-F1 387 Pipe G-G1 452 Pipe D-D1 665 Pipe A-H 2842 Pipe H-D 2830 Pipe D-1 971 Pipe H-H1* 3293 Pipe I-I1* 2462 Pipe E-G 1454 Pipe F-F11** 387 Pump 1 #N/A #N/A
Koefisien Kekasaran
75 200 100 75 150 75 50 75 150 200 200 200 150 150 75 50
120 120 120 120 120 120 120 120 130 130 130 130 130 130 120 130 #N/A
Debit
Kecepatan Aliran
Headloss
l/det
m/det
m/km
10,14 25,36 2,79 2,79 22,57 8,88 4,26 3,55 9,62 31,96 24,4 14,78 7,56 14,78 3,55 4,62 57,32
2,3 0,81 0,36 0,63 1,28 2,01 2,17 0,8 0,54 1,02 0,78 0,47 0,43 0,84 0,8 2,35 0
92,08 4,23 2,08 8,44 13,85 72,02 133,3 13,18 2,46 5,6 3,4 1,34 1,58 5,45 13,18 133,3 -100
* : Pipa paralel **: Pipa Jaringan Baru
Setelah dilakukan penambahan pompa booster pada jaringan IPA I dengan head 70 di node K yang berda di wilayah pelayanan Kecamatan Sekaran, maka tidak dibutuhkan pipa paralel untuk wilayah pelayanan Kecamatan Sekaran. Sedangkan untuk wilayah pelayanan IPA II tidak ditambahkan
82
penambahan pompa booster baru namun cukup dengan menambahkan head pompa yang telah ada menjadi 100.
5.1.3
Analisa Real Demands Survey Analisa Real Demands Survey atau biasa disebut dengan RDS digunakan untuk
mengetahui kondsi lapangan yang lebih nyata, yang nantinya akan digunakan sebagai penetapan strategi melalui analisa SWOT. Analisa RDS dibagi menjadi dua yaitu analisa untuk pelanggan PDAM Lamongan dan non pelanggan PDAM Lamongan, Analisa RDS untuk pelanggan digunakan mengetahui permasalahan teknis dan non teknis yang dialami oleh pelanggan, Total responden yang disurvey dengan nilai akurasi 92% ditentukan dengan rumus berikut: = N/N(d)2 + 1
n
= 24.390/24.390 (0,08)2 + 1 = 155 Responden Maka dari perhitungan tersebut jumlah responden adalah 155 orang responden yang tersebar kepada 5 Kecamatan pada daerah pelayanan IPAM Babat, yang masing-masing 100 orang untuk pelanggan dan 55 orang untuk non pelanggan. 5.1.3.1 Analisa Kepuasan Pelanggan Analisa kepuasan pelanggan ini berfokus pada kualitas air, kuantitas air, kontinuitas air, penggunaan air, kinerja PDAM Lamongan menurut pelanggan, serta ketersedian peningkatan tarif. Seluruh responden merupakan pelanggan PDAM Lamongan yang berlangganan lebih dari 2 tahun. Peneliti juga menganilisa tentang penggunaan air yang digunakan oleh pelanggan digunakan untuk kegiatan apa saja yang ditampilkan pada tabel berikut. Tabel 5. 34 Hasil Survey Kualitas, Kuantitas, Kontinyuitas No 1
2
3
4
Kualitas, Kuantitas, Kontinyuitas Apakah air PDAM di rumah anda sering mati? Seminggu sekali Lainnya Kapan seringkali air PDAM dirumah anda mati? Malam Siang Pagi Lainnya Bagaimana kualitas air PDAM di rumah anda? Seingkali keruh sekali Seringkali keruh jernih Apakah air PDAM di rumah anda menimbulkan bau? Ya
9% 91% 0% 42% 49% 9% 7% 45% 48% 37% 83
No
5
Kualitas, Kuantitas, Kontinyuitas Tidak Menurut anda apa yang perlu diperbaiki dari pelayanan PDAM? Kualitas air Kelancaran air Meter air rusak
63% 60% 18% 26%
Menurut Gambar 5.1 pelanggan mengeluhkan air yang sering kali keruh, berbau, dan mati pada jam-jam tertentu. Oleh karena itu PDAM Lamongan perlu meningkatkan kualitas air yang didistribusikan ke pelanggan, serta melakukan inspeksi kondisi meter air yang terdapat pada rumah pelangggan serta memberikan pelatihan kepada petugas pencatat meter air milik pelanggan. Sedangkan untuk penggunaan air yang digunakan selain dari PDAM dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 5. 35 Hasil Survey Sumber Air No
1
2
Sumber Air Apakah anda menggunakan sumber air lain selain dari PDAM? Ya Tidak Sumber apa yg digunakan? Sumur Embung Lain-lain
93% 7% 100% 0% 0%
Menurut hasil survey, pelanggan menggunakan air sumur sebagai sumber alternative karena diaanggap dapat menghemat biaya yang harus dikeluarkan tiap bulannya untuk membayar rekening air, serta sebagai antisipasi apabila air dari PDAM tidak mengalir.selain factor teknis, penulis juga mensurvey pelayanan PDAM dalam merespon keluhan pelanggan yang dicantumkan pada Tabel berikut ini: Tabel 5. 36 Hasil Survey Respon PDAM terhadap keluhan pelanggan No Respon PDAM terhadap keluhan pelanggan Apakah anda melaporkan keluhan anda ke PDAM? 1 Ya Tidak Apakah keluhan anda ditindak lanjuti oleh PDAM? 2 Ya Tidak Berapa lama laporan keluhan anda di proses? <1 minggu 3 <1 bulan 1-2 minggu >1 bulan
8% 92% 100% 0% 25% 12.50% 62.50% 0% 84
Dari tabel diatas maka dapat dilihat bahwa hanya sebagian kecil pelanggan yang melaporkan keluhannya langsung ke PDAM. Sedangkan dalam segi respon terhadap keluhan tersebut kinerja PDAM Lamongan tergolong lamban, karena memerlukan waktu 1-2 minggu untuk menindaklanjuti keluhan, sehingga perlu dilakukan peningkatan kinerja dalam penanganan keluhan oleh pelanggan. Kemudian yang terakhir adalah melakukan analisa kondisi finansial pelanggan sebagai bahan pertimbangan PDAM dalam peningkatan tariff. Tabel 5. 37 Hasil Survey Ketersediaan peningkatan tarif No 1
2
Ketersediaan peningkatan tarif Jika pelayanan diperbaiki apa anda bersedia jika tarif dinaikkan? Bersedia Tidak Bersedia Berapa penghasilan anda per bulan 1000000-2000000 <1000000 >2000000
30% 70% 60% 2% 38%
Dapat diketahui dari hasil tersebut bahwa pelanggan tidak bersedia dilakukan kenaikan tariff sebelum adanya perbaikan kualitas air yang mereka peroleh.
5.1.2.2 Analisa Real Demands Survey Non Pelanggan Analisa RDS untuk non pelanggan berfokus pada kualitas air, kuantitas air, kontinuitas air, penggunaan air, keinginan warga untuk berlanggan air dari PDAM Lamongan, serta ketersedian pembayaran tarif. yangSeluruh responden merupakan penduduk yang berada di sekitar pelanggan PDAM Lamongan. Pertanyaan pertama adalah terkait kontinuitas air minum. Tujuan dari pertanyaan ini adalah ingin mengetahui seberapa sering air yang responden peroleh di rumah mereka tidak mengalir. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 5. 38 Hasil Survey Kualitas, Kuantitas, Kontinyuitas No
1
2
3
Kualitas, Kuantitas, Kontinyuitas Apakah air di rumah anda sering tidak mengalir? setiap hari seminggu sekali lainnya… Bagaimana kualitas air di rumah anda? Seringkali Keruh sekali Seringkali Keruh Jernih Apakah air di rumah anda menimbulkan bau?
0.00% 1.89% 98.11% 0.00% 0.00% 100.00% 85
No
Kualitas, Kuantitas, Kontinyuitas Ya Tidak
0% 100%
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bersama Kontinuitas air, Kualitas, dan kuantitas tidak mengalami masalah, dan jumlah penduduk yang menggunakan sumber air selain dari PDAM merasa puas dengan air yang mereka peroleh sekarang. Sumber air yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5. 39 Hasil Survey Sumber Air No 1
Sumber Air Sumber air bersih apa yang anda gunakan? Sumur waduk lain-lain
83.02% 13.21% 3.77%
Dari tabel tersebut maka sebagian responden menggunakan air sumur yang berada disekitar wilayah mereka yang mereka klaim memiliki kualitas yang baik, namun sesuai dengan kondisi tanah yang berada di Kabupaten Lamongan menurut BPS Lamongan, sebagian besar tanah tersusun dari batuan kapur, sehingga secara fisik nampak jernih namun masih memiliki
kandungan Kapur yang tinggi sehingga dapat mengancam kesehatan
responden yang menkonsumsinya. Sedangkan untuk ketersediaan dan kemampuan non pelanggan untuk menjadi pelanggan Tabel 5. 40 Ketersedian dan Kemampuan Berlangganan PDAM No 1
2
3
Ketersedian dan Kemampuan Apakah anda bersedia jika beralih untuk menggunakan air PDAM? Bersedia 49.06% Tidak Bersedia 50.94% Jika bersedia, berapa rupiah yang anda sanggupi untuk membayar biaya pemasangan? Rp 1,500,000.00 84.62% Rp 1,900,000.00 3.85% Rp 1,700,000.00 11.54% Rp 2,000,000.00 0.00% Jika bersedia, berapa rupiah yang anda sanggupi untuk membayar tiap bulannya? Rp Rp Rp Rp
20,000.00 30,000.00 50,000.00 60,000.00
65.38% 26.92% 7.69% 0.00%
Dari tabel diatas diatas minat non pelanggan untuk menjadi non pelanggan kurang antusias, karena disebabkan kualitas, kuantitas dan konntinyuitas air yang mereka gunakan 86
saat ini menurut mereka sudah cukup memadai. Maka untuk menarik minat pelanggan yang kurang antusisas tersebut maka perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
Langkah pertama adalah peningkatan kualitas, kuantitas dan kontinyuitas dari air produksi dari PDAM itu sendiri, akan lebih baik apabila air yang diproduksi tersebut dapat langsung diminum.
Langkah yang kedua adalah dengan melakukan sosialisasi tentang pentingnya sumber air minum yang layak konsumsi.
Langkah yang ketiga adalah memberikan promosi atau potongan harga untuk pemasangan baru.
5.2
Evaluasi Aspek Finansial Penelitian ini akan membahas evaluasi kinerja PDAM Kabupaten Lamongan melalui
aspek finansial salah satunya yaitu BOQ dan RAB pemasangan pipa baru serta kesesuaian terhadap rencana anggaran PDAM kabupaten Lamongan. Untuk jumlah asesoris beserta detail junction dapat dilihat pada Lampiran 4. Sedangkan untuk jumlah pipa untuk setiap alternatif ditampilkan pada Tabel 5.41 dan 5.42. Tabel 5. 41 Jumlah Pipa yang dibutuhkan pada alternatif I Dimensi Pipa Babat Pipa Ø 200 Pipa Ø 100 Pucuk Pipa Ø 150 Pipa Ø 100 Pipa Ø75 Sekaran Pipa Ø 150 Pipa Ø 100 Sukodadi Pipa Ø 150 Pipa Ø 100 Pipa Ø75 Turi Pipa Ø 150
Panjang Pipa
Ukuran/batang
Jumlah Pipa
5065 2361
6 6
1012 1410
2518 1461 253
6 6 6
419 243 42
4211 2768
6 6
701 464
407 776 923
6 6 6
68 130 154
3958
6
660
87
Tabel 5. 42Jumlah Pipa yang dibutuhkan pada alternatif II Dimensi Pipa
Panjang Pipa
Babat Pipa Ø 200 Pipa Ø 100 Pucuk Pipa Ø 150 Pipa Ø 100 Pipa Ø75 Sekaran Pipa Ø 150 Pipa Ø 100 Sukodadi Pipa Ø75 Turi Pipa Ø 150
Ukuran/batang
Jumlah Pipa
5065 2361
6 6
1012 1410
2518 1461 253
6 6 6
419 243 42
3278 3161
6 6
546 526
387
6
154
3958
6
660
Untuk rincian jumlah assesoris, komponen biaya pemaasangan, penggalian serta pengangkutan pipa ditampilkan pada Lampiran 4. Kemudian untuk total biaya yang dibutuhkan untuk setiap alternatifnya adalah sebagai berikut. Tabel 5. 43 Anggaran Pembelian Bahan dan Jasa untuk Alternatif I Jenis
Jumlah
Biaya pembelian pipa dan assesoris
Rp
924.501.151
Biaya Pemasangan pipa
Rp
1.568.154.827
Total
Rp
2.492.655.978
Tabel 5. 44 Anggaran Pembelian Bahan dan Jasa untuk Alternatif II Jenis Biaya pembelian pipa dan assesoris Biaya Pemasangan pipa Total
Jumlah Rp Rp Rp
717.653.368 1.189.421.588 1.907.074.956
Biaya yang dibutuhkan untuk penambahan jaringan perpipaan guna mencapai target pelayanan pada 2019 untuk alternatif I adalah sebesar Rp. 2.492.655.978 sedangkan untuk alternatif II Rp 1.907.074.956. Adapun pemerintah kabupaten lamongan menganggarkan biaya untuk pengembangan pelayanan adalah sebagai berikut:
88
Tabel 5. 45 Total Anggaran Penambahan jaringan pipa yang disediakan oleh Pemda Sumber Dana Pusat Pusat
Jenis Pengembangan IPA II Pengembangan IPA I
Jumlah Rp 2.987.759.000 Rp 879.455.000 Rp 3.867.214.000
Total Sumber: Profil PDAM Lamongan, 2015
Setelah itu bisa dihitung untuk kesesuaian kebutuhan investasi dan anggaran dana yang disediakan untuk setiap alternatif adalah sebagai berikut: Alternatif I Rasio Kecukupan Anggaran =
Rasio Kecukupan Anggaran
= = 1,8
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Alternatif II Rasio Kecukupan Anggaran =
Rasio Kecukupan Anggaran
= = 2.02
.
.
.
Rasio Kecukupan Anggaran = 1,8 dan 2.02 karena hasil yang diperoleh > 1 sehingga anggaran yang akan dianggarkan mencukupi untuk mememnuhi kebutuhan investasi. Selain menganggarkan biaya penambahan jaringan. Sebelum menghitung jumlah pemasukan dari penjualan air minum, peneliti menghitung biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk setiap SR. Menurut hasil survey lapangan penggunaan air untuk setiap SR adalah 28 m3/bulan, untuk wilayah pelayanan IKK Babat dan Sukodadi sebagian besar adalah kelompok I dan II. Maka yang dijadikan sebagai patokan tariff adalah kelompok II, dengan rincian harga sebagai berikut: Tabel 5. 46 Tarif Penjualan Air Minum PDAM Lamongan
Kelompok II
0 - 10 m3
Rp.
11-20 m3
Rp. 1.080,-
diatas 20 m3
Rp. 1.490,-
900,10 m3
89
Sumber: SK Bupati Lamongan No.18 Th 2002 Tentang Tarip Dasar Rekening Air Minum Setelah itu dapat dihitung besar pengeluaran setiap KK per bulannya adalah sebagai berikut Tabel 5. 47 Pengeluaran rata-rata pelanggan setiap bulannya
28 m3/bulan
10 m3
Rp.
10 m3
Rp. 1.080,-
Rp. 10.080,-
8 m3
Rp. 1.490,-
Rp. 11.920,-
900,-
Total
Rp.
9000,-
Rp. 31.720,-
Biaya yang harus dikeluarkan setiap bulannya adalah sebesar Rp. 31.720,- untuk 28 m3 , sedangkan harga rata-rata untuk setiap m3 air minum adalah: Rp. 31.720,- / 28 m3 = Rp. 1133/ m3. Sehingga dapat Jika diasumsikan penambahan konsumen hingga tahun 2019 sebanyak 22.45%. sehingga dapat diketahui pemakaian air setiap tahunnya yang disajikan Tabel berikut. Tabel 5. 48 Pendapatan Kotor dari penjualan air minum 2016-2019 Tahun
Pemakaian (m3/tahun)
Tarif rata-rata/m3
Total Pendapatan
2016
1212304
1133
Rp1.373.540.853
2017
1484467
1133
Rp1.681.900.775
2018
1817729
1133
Rp2.059.487.499
2019
2225810
1133
Rp2.521.842.442
2020
2225810
1133
Rp2.521.842.730
Total
Rp10.158.614.299
Selain pendapatan dari penjualan air juga terdapat pendapatan selain dari penjualan air sedangkan untuk menghitung keuntungan atau pendapatan bersih maka perlu diperhitungkan pula pengeluaran yang dikeluarkan setiap tahunnya yang diperoleh dari arus kas PDAM Lamongan tahun 2015, namun data arus kas adalah data pemasukan dan pengeluaran seluruh wilayah pelayanan PDAM Lamongan, disini penulis membagi proporsi biaya sebanding dengan prosentase wilayah studi terhadap wilayah secara keseluruhan yang mana hasilnya adalah sebagai dpatt dilihat pada tabel berikut:
90
Tabel 5. 49 Pendapatan Bersih dari penjualan air minum 2016-2019 Alternatif I Tahun
Income
Penadapatan non air
Total Pendapatan
Pengeluaran
1
Keuntungan
Rp 1.373.540.853
Rp
866.679.910
Rp 2.240.220.763
Rp 2.188.361.238
Rp
2
Rp 1.681.900.775
Rp
1.040.015.893
Rp 2.721.916.668
Rp 2.330.604.718
Rp 391.311.949
3
Rp 2.059.487.499
Rp
1.248.019.071
Rp 3.307.506.570
Rp 2.482.094.025
Rp 825.412.545
4
Rp 2.521.842.442
Rp
1.497.622.886
Rp 4.019.465.328
Rp 2.815.253.095
Rp 1.204.212.233
5
Rp 2.521.842.730
Rp
1.797.147.463
Rp 4.318.990.193
Rp 2.998.244.547
Rp 1.320.745.646
Total Keuntungan
51.859.526
Rp 3.793.541.899
Tabel 5. 50 Pendapatan Bersih dari penjualan air minum 2016-2019 Alternatif II Tahun
Income
Penadapatan non air
Total Pendapatan
Pengeluaran
1
Keuntungan
Rp 1,373,540,853
Rp
866,679,910
Rp 2,240,220,763
Rp 2,232,128,462
Rp
2
Rp 1,681,900,775
Rp
1,040,015,893
Rp 2,721,916,668
Rp 2,377,216,813
Rp 344,699,855
3
Rp 2,059,487,499
Rp
1,248,019,071
Rp 3,307,506,570
Rp 2,531,735,905
Rp 775,770,665
4
Rp 2,521,842,442
Rp
1,497,622,886
Rp 4,019,465,328
Rp 2,871,558,157
Rp 1,147,907,171
5
Rp 2,521,842,730
Rp
1,797,147,463
Rp 4,318,990,193
Rp 3,058,209,437
Rp 1,260,780,755
Total Keuntungan
8,092,301
Rp 3,537,250,746
Setelah diketahui nilai pendapatan setiap tahunnya dari hasil penjualan air minum, maka dapat dihitung nilai NPV untuk kelayakan program tersebut, dengan pula mempertimbangkan tingkat discount factor sesuai dengan Rate Bank Indonesia per 21 Juli 2016 sebesar 6.5% setiap tahunnya. Tabel 5. 51 Perhitungan NPV Alternatif I Tahun
Income
DF 6.5%
PV
0
-Rp
2.492.655.978
1
1
Rp
51.859.526
0.94
-Rp 2.492.655.978.00 Rp
48.694.390.23
2
Rp
391.311.949
0.88
Rp
345.003.812.67
3
Rp
825.412.545
0.83
Rp
683.317.025.95
4
Rp
1.204.212.233
0.78
Rp
936.061.974.66
5
Rp
1.320.745.646
0.73
Rp
963.986.937.02
Rp
484.408.162.53
NPV
Tabel 5. 52 Perhitungan NPV Alternatif II Tahun
Income
DF 6.5%
PV
0
-Rp
1.907.074.956
1
-Rp
1.907.074.956
1
Rp
8.092.301
0.94
Rp
7.598.405
2
Rp
344.699.855
0.88
Rp
303.907.827
3
Rp
775.770.665
0.83
Rp
642.221.040
4
Rp
1.147.907.171
0.78
Rp
892.294.750
5
Rp
1.260.780.755
0.73
Rp
920.219.712
Rp
859.166.777.97
NPV
91
Dengan perhitungan tersebut maka nilai NPV untuk kedua alternative tersebut > 1 yang dapat diartikan kedua alternatif program tersebut layak dijalankan . Selanjutnya untuk menghitung IRR dengan menggunakan cara memasukkan angka discount factor yang bervariasi hingga angka NPV = 0. setelah dilakukan percobaan menggunakan Microsoft excel maka PV menjadi nol ketika discount rate sebesar 11,61358146% untuk alternatif I dan sebesar 17.3828269% untuk alternatif II. Yang dapat dilihat
pada Tabel Berikut. Tabel 5. 53 Perhitungan IRR Alternatif I dengan Interpolasi DF Tahun
Income
DF 11,61358146%
PV
0
-Rp
2.492.655.978
1
-Rp 2.492.655.978.00
1
Rp
51.859.526
0.90
Rp
46.463.454.46
2
Rp
391.311.949
0.80
Rp
314.115.250.40
3
Rp
825.412.545
0.72
Rp
593.635.594.31
4
Rp
1.204.212.233
0.64
Rp
775.952.002.85
5
Rp
1.320.745.646 NPV
0.58
Rp
762.489.675.75 0.00
Rp
Tabel 5. 54 Perhitungan IRR Alternatif II dengan Interpolasi DF Tahun 0
Income
DF 17.3828269%
-Rp 1.907.074.956
PV 1
-Rp 1.907.074.956.00
1
Rp
8.092.301
0.85
Rp
6.893.939.30
2
Rp
344.699.855
0.73
Rp
250.168.124.22
3
Rp
775.770.665
0.62
Rp
479.644.711.22
4
Rp 1.147.907.171
0.53
Rp
604.628.356.85
5
Rp 1.260.780.755 NPV
0.45
Rp
565.739.822.05 0
Rp
Maka proyek dengan alternatif I tersebut dapat dikatan merugi apabila nilai discount factor sekitar 13% per tahunnya sedangkan untuk alternatif II sebesar 17.3828269% . Sehingga menurut 2 analisa finansial yaitu NPV dan IRR, alternatif II lebih layak dalam aspek finansial. 5.3
Evaluasi Aspek Kelembagaan Penelitian ini akan membahas evaluasi kinerja PDAM Kabupaten Lamongan melalui
aspek kelembagaan, salah satunya dengan menaganalisa kesesuaian jumlah pegawai yang berada di unit pelayanan tersebut dibandingkan dengan jumlah pelanggan. Serta penentuan strategi yang paling tepat untuk mencapai target yang ditetapkan. 92
5.3.1
Penentuan Jumlah Pegawai PDAM Lamongan memiliki kantor-kantor cabang disetiap Kecamatan yang dipimpin
oleh kepala kantor cabang yang dibawah pimpinan langsung oleh direktur dan berkoordinasi dengan bagian teknik. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 5. 1 Struktur Kelembagaan Jumlah pegawai setiap unit di wilayah pelayanan, Babat, Pucuk, Sekaran, Sukodadi dan Turi adalah sebagai berikut: Tabel 5. 55 Jumlah Pegawai beserta Tingkat Pendidikan Uraian Unit Sukodadi & Turi
Tetap
Tidak Tetap
JML
3
0
3
SD
SMP
0
0
Pendidikan SMA D3 S1
2
0
1
S2
S3
JM L
0
0
3 93
Tidak JML Uraian Tetap Tetap Unit Babat (Bedahan) 3 0 3 Unit Babat (Babat) 3 0 3 Unit Pucuk 2 2 0 Unit Sekaran 3 0 3 Sumber: Profil PDAM Lamongan, 2015
0
1
1
0
1
0
0
JM L 3
0 0 0
0 0 0
2 3 2
0 0 0
1 1 1
0 0 0
0 0 0
3 4 3
Pendidikan
Untuk wilayah Turi sendiri tidak memiliki kantor sendiri dan masih bergabung dengan unit Sukodadi, sedangkan untuk unit Babat terdapat 2 kantor pelayanan yang berada di Kecamatan Bedahan dan Kecamatan Babat. Sedangkan jumlah dan jabatan serta tugas pada Kantor Cabang Perusahaan Daerah adalah sebagai berikut: Tabel 5. 56 Jumlah Pegawai beserta Bagian Jumlah Pekerja
Uraian Unit Sukodadi
3
Unit Babat (Bedahan)
3
Unit Babat (Babat)
3
Unit Pucuk Unit Sekaran
4 3
Kantor Cabang Perusahaan Daerah Kepala Kantor Seksi Teknis Seksi Umum 1 1 1 1
1
1
1 1 1
1 1 1
1 2 1
Dapat dilihat pada Tabel diatas hanya kecamatan pucuk saja yang memiliki jumlah pegawai lebih dari 1 untuk setiap seksinya. Sedangkan kecamatan lainnya, tugas satu seksi hanya dikerjakan oleh satu orang. Sedangkan untuk tugas tiap seksi ditampilkan pada Tabel berikut. Tabel 5. 57 Bagian beserta Tugas yang diberikan No
Bagian
Tugas Menyelenggarakan segala urusan surat menyurat, pengetikan, penggandaan, ekspedisi dan kearsipan Menyelenggarakan tata usaha kepegawaian, mengurus kesejahteraan pegawai dan mengusulkan kebutuhan pegawai Menyusun Rencana anggaran kantor Melaksanakan Pembacaan dan pencatatan meter air
1
Seksi Umum
Menyelenggarakan pembuktian penerimaan dan pengeluaran rekening, pembayaran air dan non air, melakukan penyetoran dan membuat laporan keuangan. Melakukan inventarisasi daftar calon pelanggan Menyelenggarakn pembukuan kebutuhan kantor cabang Menyelenggarakan pembukuan kebutuhan kantor cabang 94
No
Bagian
Tugas Menyelenggarakan administrasi dan inventarisasi barangbarang kantor cabang. Mengurus penyediaan penyempurnaan pemeliharaan dan pengeluaran barang barang untuk keperluan kantor cabang Mengurus keperluan rumah tangga kantor cabang Melaksanakan tugas tugas lain yang diberikan oleh kepala kantor cabang Menyelenggarakan kegiatan pendataan, menganalisa dan statistik sebagai bahan perencanaan Meneliti dan mengajukan permohonan pemasangan instalasi Melaksanakan pengaturan pendistribusian air ke konsumen
2
Seksi Teknik
Menyelenggarakan penelitian, perencanaan dan penyambungan baru serta penutupan instalasi air minum pelanggan Membuat laporan kerusakan instalasi transmisi, distribusi dan tersier Membuat rencana biaya perbaikan, pemeliharaan pipa transmisi, distribusi dan tersier Menyusun program kegiatan cabang Melaksanakan, ketatausahaan yang meliputi tata usaha umum, kepegawaian, keuangan dan perlengkapan Melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan oleh direktur Menyusun kebutuhan perlengkapan cabang
3
Kepala Kantor
Menyelenggarakan penagihan dan penerimaan rekening air dan non air Membuat laporan harian keadaan keuangan Menerima dan mengajukan permohonan pemasangan air minum dan usulan penutupan sambungan Mengadakan perbaikan dan pemeliharaan instalasi distribusi air minum Membuat laporan kegiatan kantor cabang Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh direktur
Setelah diketahui jumlah dan tugas untuk masing – masing seksi maka dapat dihitung kesesuaian beban kerja dan jam kerja sehingga dapat ditentukan jumlah pegawai yang ideal. Langkah pertama yang harus ditetapkan adalah jam efektif kerja dalam sehari. PDAM Lamongan menetapkan jam kerja untuk kantor cabang adalah 8 jam yaitu mulai pukul 08.00 – 16.00 WIB yang beroperasi selama 5 hari yaitu senin – jumat. Untuk menetapkan jam kerja efektif, maka harus diketahui factor-faktor kelonggaran untuk setiap unit kerja. Menurut pemantauan lapangan, kelonggaran yang diijinkan oleh PDAM Lamongan adalah sholat dan makan siang yang waktunya telah ditentukan yaitu pukul 12.00 – 13.00 WIB atau berdurasi satu jam. Sehingga jam efektif dalam satu hari adalah 7 jam.
95
Kemudian untuk penentuan beban kerja, dihitung dari komponen pekerjaan yang telah disebutkan sebelumnya. Seksi umum adalah bagian yang memiliki interaksi langsung dengan pelanggan yaitu penerimaan pembayaran rekening air dan pengecekan meter air di setiap SR yang berada di kecamatan yang dilayani. Beban kerja tersebut dihitung dengan satuan waktu yang harus dikeluarkan untuk melakukan pekerjaan tersebut. Sehingga dapat dibandingkan dengan jam kerja yang disediakan. Untuk pelayanan pemabayaran standar waktu menggunakan pendekatan pelayanan pembayaran di PDAM wilayah lain yaitu Kabupaten badung, sesuai dengan Keputusan direksi perusahaan daerah air minum Tirta Mangutama Kabupaten Badung nomor : 24.1 / PDAM / KPTS / 2016 tentang tata tertib bagi pelanggan air minum, yaitu ditetapkan selama 4 menit. Sedangkan untuk menentukan durasi pengecekan meter air dilakukan analisa lapangan waktu rata-rata yang dibutuhkan adalah 6 menit, yang mana waktu tersebut sudah termasuk perjalanan dari kantor cabang menuju daerah pelayanan, menunggu pelanggan membukakan pintu, serta pencatatan meter air. Untuk perhitungan beban kerja tiap kantor pelayanan untuk kegiatan pelayanan pembayaran rekening dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 5. 58 Waktu Pelayanan Efektif Pembayaran Rekening Tahun 2015 Uraian Unit Sukodadi Unit Babat Unit Pucuk Unit Sekaran
Jumlah Pekerja
Jumlah Pelanggan 2015
Hari Efektif /bulan
Jumlah Pelanggan/hari .orang
Total Menit Pelayanan
Jam Pelayanan
1
1466
22
67
267
4
2 2
1996 567
22 22
45 13
181 52
3 1
1
849
22
39
154
2.5
Menurut Tabel diatas kantor cabang yang berada di kecamatan sukodadi memiliki beban kerja terberat untuk pelayanan pembayaran tagihan rekening di antara kantor cabang yang berada di kecamatan lainnya. Hal tersebut dikarenakan unit sukodadi melayani juga pelanggan dari kecamatan Turi. Selain pembayaran rekening, beban kerja lainnya adalah pencatatan meter air, berikut adalah beban kerja untuk pencatatan meter air. Tabel 5. 59 Waktu Pelayanan Efektif Pencatatan Rekening Tahun 2015 Uraian Unit Sukodadi Unit Babat Unit Pucuk Unit Sekaran
Jumlah Pekerja
Jumlah Pelanggan 2015
Hari Efektif /bulan
Jumlah Pelanggan/hari .orang
Total Menit Pelayanan
Jam Pelayanan
1
1466
22
67
400
7
2 2
1996 567
22 22
45 13
272 77
5 1
1
849
22
39
232
4
96
Sebagaimana Tabel diatas, kantor cabang Kecamatan Sukodadi memiliki beban kerja terbesar dibandingkan kantor cabang kecamatan lainnya. Untuk mengetahui beban kerja tersebut masih memenuhi jam kerja yang dialokasikan maka harus dijumlahkan komponen-komponen pekerjaan diatas, yang dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 5. 60 Kesesuaian Jam Kerja Tahun 2015
Uraian
Jumlah Pekerja
Unit Sukodadi Unit Babat Unit Pucuk Unit Sekaran
Jam Jam Pelayanan Pencatatan Loket Rekening
1 2 2 1
4 3 1 2.5
Total Jam Kerja
7 5 1 4
11 8 2 6.5
Jam kerja efektif 7 7 7 7
Keterangan Tidak Memenuhi Tidak Memenuhi Memenuhi Memenuhi
Maka menurut Tabel diatas, kantor cabang Kecamatan Sukodadi dan Kecamatan Babat memiliki jam kerja berlebih dibandingkan dengan waktu yang dialokasikan. Setelah mengetahui kondisi eksisting diatas maka perlu diketahui pula apakah jumlah peagawai saat ini masih mencukupi melayani pelanggan pada tahun perencanaan, yang disajikan pada Tabel berikut. Tabel 5. 61 Waktu Pelayanan Efektif Pembayaran Rekening Tahun 2019 Uraian Unit Sukodadi Unit Babat Unit Pucuk Unit Sekaran
Jumlah Pekerja
Jumlah Pelanggan 2019
Hari Efektif /bulan
Jumlah Pelanggan/hari . orang
Total Menit Pelayanan
Jam Pelayanan
1
4550
22
207
827
14
2 2
4954 2373
22 22
113 54
450 216
8 4
1
1856
22
84
337
6
Menurut Tabel diatas kantor cabang yang berada di kecamatan sukodadi memiliki beban kerja terberat untuk pelayanan pembayaran tagihan rekening di antara kantor cabang yang berada di kecamatan lainnya. Hal tersebut dikarenakan unit sukodadi melayani juga pelanggan dari kecamatan Turi. Selain pembayaran rekening, beban kerja lainnya adalah pencatatan meter air, berikut adalah beban kerja untuk pencatatan meter air. Tabel 5. 62 Waktu Pelayanan Efektif Pencatatan Rekening Tahun 2019 Uraian Unit Sukodadi Unit Babat
Jumlah Pekerja
Jumlah Pelanggan 2019
Hari Efektif /bulan
Jumlah Pelanggan/hari
Total Menit Pelayanan
Jam Pelayanan
1
4550
22
207
1241
21
2
4954
22
113
676
11 97
Uraian Unit Pucuk Unit Sekaran
Jumlah Pekerja 2
Jumlah Pelanggan 2373 2019 1856
1
Hari Efektif 22 /bulan 22
Jumlah Pelanggan/hari 54
Total Menit Pelayanan 324
Jam Pelayanan 5
84
506
8
Sebagaimana Tabel diatas, kantor cabang Kecamatan Sukodadi memiliki beban kerja terbesar dibandingkan kantor cabang kecamatan lainnya. Untuk mengetahui beban kerja tersebut masih memenuhi jam kerja yang dialokasikan maka harus dijumlahkan komponenkomponen pekerjaan diatas, yang dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 5. 63 Kesesuaian Jam Kerja Tahun 2019 Uraian
Jumlah Pekerja
Unit Sukodadi Unit Babat Unit Pucuk Unit Sekaran
1 2 2 1
Jam Jam Pelayanan Pencatatan Loket Rekening 14 21 8 11 4 5 6 8
Total Jam Kerja 34 19 9 14
Jam kerja efektif 7 7 7 7
Keterangan Tidak Memenuhi Tidak Memenuhi Tidak Memenuhi Tidak Memenuhi
Maka menurut Tabel diatas, seluruh kantor cabang Kecamatan memiliki jam kerja berlebih dibandingkan dengan waktu yang dialokasikan. Sehingga pelu dilakukan penambahan pegawai pada setiap kantor kecamatan tersebut hingga mencapai kondisi ideal. Untuk wilayah kecamatan Turi maka diperlukan pembentukan kantor cabang pelayanan di wilayah tersebut. Tabel 5. 64 Penyesuaian Jumlah Pegawai dan Jam Kerja Tahun 2019
Uraian
Jumlah Pekerja
Jam Jam Pelayanan Pencatatan Loket Rekening
Total Jam Kerja
Jam kerja efektif
Unit Sukodadi
3
2
3
5
7
Unit Babat
8
2
3
5
7
Unit Pucuk
4
2
3
5
7
Unit Sekaran
3
2
3
5
7
Unit Turi
3
2
3
5
7
Keterangan Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi
Setelah dilakukan penambahan jumlah pegawai berdasarkan pembagian beban kerja yang merata di setiap kecamatan. Sehingga jam kerja secara keseluruhan memenuhi jam kerja yang dialokasikan.
98
5.3.2
Penentuan Strategi melalui Analisa SWOT
Penetapan startegi ini sangat diperlukan agar dapat menjadi panduan untuk mencapai tujuan. Strategi ini disusun di atas kekuatan, kelemahan yang dimiliki oleh PDAM Lamongan dan peluang, ancaman dari luar PDAM Lamongan. Berikut adalah penyusunan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang disusun berdasarkan aspek teknis, finansial dan kelembagaan yang telah dibahas sebelumnya. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 5. 65 Analisa SWOT Strengths Memiliki 2 unit pengolahan dengan total kapasitas 205 liter/detik IPAM Babat berkontribusi sebanyak 62% dari kapasitas total PDAM Lamongan
S1 S2 S3
Kinerja PDAM meningkat dar sakit menjadi kurang sehat
Opportunities O1 O2 O3
IPAM Babat berada di lokasi yang strategis Mendapatkan biaya pendanaan sebesar Rp 6.867.214.000 Terdapat kecamatan yang terdekat di area pelayanan IPAM Babat yang belum terlayani PDAM
Weaknesess W1
Sumber air hanya mengandalkan air bengawan solo
W2
Tingkat kebocoran sebesar 31.05%
W3
Jumlah SDM bagian pelayanan kurang memadai
Threats T1
Sebanyak 50.94% penduduk yang berada di sekitar wilayah pelayanan tidak berminat berlangganan air
T2
Sebanyak 70% pelanggan tidak menginginkan kenaikan tarif
T3
Sebanyak 95.23% penduduk yang berada di sekitar wilayah pelayanan menggunakan sumber lain Dari peta kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman kemudian disusunlah pilihan-
pilhan strategi dari kombinasi kekuatan – peluang, kekuatan – ancaman, kelemahan – peluang, kelemahan – ancaman. Berikut adalah pilihan startegi tersebut. Tabel 5. 66 Rencana Strategi Opportunity
Strength
Threat
Melakukan Pengembangan Ke Kecamatan yang belum terlayani
Memaksimalkan Potensi PDAM
Menambah Kapasitas Produksi
Membuat peraturan pembatasan penggunaan air tanah
99
Weakness
Opportunity Meningkatkan kualitas menjadi air siap minum
Threat Memberikan Edukasi ke masyarakat tentang pentingnya air bersih
Mengoptimalkan jaringan pipa yang telah ada
Memperbaiki kualitas unit pengolahan
Menambah pelanggan yang berada di wilayah pelayanan
Menjalin kerjasama dengan pihak ke3
Mengoptimalkan kapasitas produksi Kemudian dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman tersebut dibandingkan satu sama lain berdasarkan tingkat kepentingan dan keterkaitan yang untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Tingkat kepentingan dan keterkaitan kemudian dinilai yang mana hasilnya kemudian diplot pada kuadran SWOT, yang mana hasilnya adalah sebagai berikut.
Gambar 5. 2 Kuadran SWOT Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa hasil scoring berada di kuadran III yaitu strategi yang memanfaatkan peluang dan pengurangan kelemahan. Strategi yang terpilih adalah sebagai berikut:
Mengoptimalkan jaringan pipa yang telah ada.
Menambah pelanggan yang berada di wilayah pelayanan
Mengoptimalkan kapasitas produksi
Maka strategi – strategi tersebut yang dapat digunakan sebagai penentuan rencana program kedepannya untuk mencapai target yang telah ditetapkan.
100
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1
Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari thesis diantaranya adalah faktor-faktor
yang
menyebabkan cakupan pelayanan IPAM Babat kepada pelanggan sampai saat ini masih rendah disebabkan oleh: •
Kapasitas produksi maksimum hanya 205 l/detik
•
Tingkat kebocoran 31.05%
•
Minat non pelanggan untuk menjadi pelanggan hanya sebesar 49.06%
•
Non pelanggan masih mengandalkan sumber air yang mereka miliki
•
Pembiayaan untuk distribusi hanya terbatas dari pusat
•
Jumlah SDM kurang memadai
Lalu untuk Strategi paling tepat digunakan untuk mengelola aset PDAM Kabupaten Lamongan yaitu IPAM Babat untuk meningkatkan cakupan pelayanan kepada pelanggan pada wilayah pelayanan tersebut adalah sebagai berikut: Mengoptimalkan jaringan pipa yang telah ada. Menambah pelanggan yang berada di wilayah pelayanan. Mengoptimalkan kapasitas produksi.
6.2
Saran 1. Untuk mengetahui lebih detail dari pelanggan potensial di wilayah pelayanan maka perlu mempertimbangkan kompetitor PDAM seperti PJT dan HIPPAM sebagai bahan pertimbangan dalam evaluasi dan perencanaan. 2. Sumber air baku yang digunakan sekarang adalah air dari sungai bengawan solo, air sungai bengawan solo yang memiliki kekeruhan cukup tinggi terutama pada musim kemarau, maka jika ingin membuat kualitas air PDAM yang lebih baik perlu mengkaji sumber air minum alternatif selain air dari Sungai Bengawan Solo. 3. Untuk mengetahui kualitas air baku sehingga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi peningkatan mutu kualitas air maka perlu melakukan analisa laboratorium untuk air baku dan air yang berada di rumah pelanggan, serta non pelanggan. 4. Dalam penentuan kelayakan finansial selain pemasukan dari penjualan air yang telah dihitung sebelumnya, juga perlu diketahui pendapatan selain dari penjualan serta pengeluaran untuk biaya operasional dan perbaikan maka harus memiliki data arus kas yang spesifik untuk wilayah studi. 101
5. Kebocoran di PDAM Lamongan saat ini menyentuh 31,05% yang berarti masih di atas standar yaitu 20% maka perlu diketahui kebocoran tersebut berasal darimana dan apa penyebabnya karena dapat menyebabkan kerugian bagi pelanggan dan PDAM itu sendiri sehingga perlu melakukan analisa NRW (non revenue water) dengan lebih rinci.
102
DAFTAR PUSTAKA
Ahern, J., (2011), “From fail-safe to safe-to-fail: sustainability and resilience in the new urban world. Landscape 100”.
Damanhuri, Enri, (1989), Pendekatan Sistem Dalam Pengendalian dan Pengoperasian Sistem Jaringan Distribusi Air Minum, Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITB, Bandung,.
Delgado-Galván, X., Pérez-García, R., Izquierdo, J., Mora-Rodríguez, J., (2010). “An analytic hierarchy process for assessing externalities in water leakage management”. Math. Comput. Model. 52 (7–8), 1194–1202,
G. Liu, M.C. Lut, J. Verberk, J.C. Van Dijk, . (2013) “A comparison of additional treatment processes to limit particle accumulation and microbial growth during drinking water distribution”, WaterRes.47 2719–2728.
J.M. Regan, G.W. Harrington, H. Baribeau, R.D. Leon, D.R. Noguera, (2013). “Diversity of nitrifying bacteria in full-scale chloraminated distribution systems”, Water Res. 37 (1) 197–205.
Joko, T., (2002), “Unit Produksi dalam Sistem Penyediaan Air Minum” Graha Ilmu., Jakarta
Kanth Rao, Kamala, (1999), Environmental Engineering : Water Supply sanitary
Engineering and
Pollution, McGraw Hill publishing Company Ltd
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 339 Tahun 2003, Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konstruksi oleh Instansi Pemerintah
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/2010 Syarat – Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
Kodoatie, Robert, Ph.D, (2003), Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur, Pustaka Pelajar., Yogyakarta.
Kodoatie, Robert dkk, (2001), Pengelolaan Sumber Daya Air Dalam Otonomi Daerah, Penerbit Andi., Yogyakarta
103
Lewis A. Rossman, (2000), Epanet 2 User Manual, National Risk Management Laboratory U.S Environmental Protection Agency Mays, Larry, Urban Water Supply Handbook, , McGraw-Hill Publishing Company Ltd., New Delhi India
Mick, R., Teykl, K., (2013). “GIS-enabled: Modeling Simplifies Pipeline Route Selection”. WaterWorld.
Pickett, S.T.A., McGrath, B., Cadenasso, M.L., Felson, A.J., (2014). “Ecological resilience and resilient cities. Build. Res. Inf.” 42 (2),
R. Renner, (2008)., “Pipe scales release hazardous metals into drinking water, Environ. Sci. Technol”. 42 (12) 4241 (4241)
Reynold, Tom D, (1982), Unit Operation & Processes in Environmental Engineering, new Delhi India, McGraw Hill Publishing Company
Riduwan, (2005), Dasar-dasar Statistika, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Rosocoe, John T, (1975),Fundamental Research Statistics, Holt Rinehart & Winston, Mishawaka.
Shipp, K., (1998), Manajemen Sumber Daya Manusia PT. Elex Media Komputindo., Jakarta
Soegiarto, (1997), Ekonomi Mikro. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta
Sutoyo, (1995), Standar Akuntansi Keungan. Penerbit Salemba, Jakarta
Uma, S, (2006), Research Methods for business, Salemba Empat, Jakarta
104
JARINGAN TRANSMISI & DISTRIBUSI UTAMA DAN KABUPATEN LAMONGAN
DESA PANGEN
DESA PORODESO DESA MORO DESA SEKARAN
DESA KARANG
DESA KEMBANGAN
DESA SIMAN
KECAMATAN SEKARAN
DESA LATEK DESA BULUTENGGER
DESA BUGEL
DESA MIRU
GAMBAR
KECAMATAN TURI
DESA PAJANGAN DESA BABATKUMPUL DESA MADULEGI
KECAMATAN TURI DESA TURI
DESA TREPAN DESA PLOSOSETRO DESA KEBALANPELANG DESA SUKOLILO
DESA MOROPELANG
DESA WANGUNREJO DESA SIDOGEMBUL
DESA KESAMBI DESA KEBALANDONO DESA BEDAHAN
DESA PAJI
KECAMATAN DEKET
DESA WARU WETAN DESA SUKOANYAR
DESA WARU KULON
DESA PLAOSAN
SISTEM JARINGAN PDAM KAB. LAMONGAN
DESA SURABAYAN DESA GEMBONG
DESA SUKOREJO DESA KEBONSARI
DESA KARANGTINGGIL
DESA SUKODADI KEL. SIDOKUMPUL
DESA PUCUK
KEL. BABAT
DESA TRITUNGGAL
DESA SOGO
DESA SIDOREJO
DESA PLOSOWAHYU
DESA PUCUK
DESA TANGGUNG DESA SUGIHWARAS DESA PLUMPANG
DESA KARANGLANGIT KEL. SUKOREJO
KEL. BANARAN
DESA DATINAWONG
DESA KEYONGAN
SUB GAMBAR
DESA TLOGOREJO
DESA SUMURGENUK
DESA PANGKATREJO
DESA DEKET KULON KEL. TUMENGGUNGAN
DESA PATIHAN
KECAMATAN PUCUK
DESA TANJUNG
KEL. MENDALAN KEL. JETIS
KECAMATAN SUKODADI KEL. SUKOMULYO
KECAMATAN BABAT
DESA DEKET WETAN
SISTEM JARINGAN KABUPATEN LAMONGAN
KECAMATAN LAMONGAN DESA SUMBEREJO KEL. SIDOHARJO
KEL. TLOGOANYAR
CATATAN PDAM TIRTA DHARMA KABUPATEN LAMONGAN
KEL. SIDOKUMPUL
DESA PLOSOWAHYU
KEL. SUKOREJO
DESA DEKET KULON
KEL. TUMENGGUNGAN
DESA PANGKATREJO
KEL. MENDALAN DESA TANJUNG KEL. JETIS DESA DEKET WETAN KEL. SUKOMULYO
KETERANGAN : PIPA Ø 400 MM
PERENCANA
KECAMATAN LAMONGAN
PIPA Ø 300 MM PIPA Ø 250 MM PIPA Ø 200 MM KEL. TLOGOANYAR
PIPA Ø 160 MM
DESA SUMBEREJO
PIPA Ø 110 MM PIPA Ø 75 MM
DIREVISI
DIPERIKSA
DISETUJUI
TANGGAL
KODE GBR
NO. LBR
JML LBR
NO. GBR
KEL. SIDOHARJO
PIPA Ø 50 MM PIPA Ø 40 MM PIPA Ø 25 MM
Sistem Distribusi Air Minum PDAM di Kecamatan Babat
Evaluasi Pelayanan Air Minum pada Daerah Pelayanan IPAM Babat, PDAM Lamongan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Magister Teknik Sanitasi Lingkungan
Sumber: RISPAM Kab. Lamongan, 2014
Sistem Distribusi Air Minum PDAM di Kecamatan Pucuk
Evaluasi Pelayanan Air Minum pada Daerah Pelayanan IPAM Babat, PDAM Lamongan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Magister Teknik Sanitasi Lingkungan
Sumber: RISPAM Kab. Lamongan, 2014
Sistem Distribusi Air Minum PDAM di Kecamatan Sekaran
Evaluasi Pelayanan Air Minum pada Daerah Pelayanan IPAM Babat, PDAM Lamongan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Magister Teknik Sanitasi Lingkungan
Sumber: RISPAM Kab. Lamongan, 2014
Sistem Distribusi Air Minum PDAM di Kecamatan Sukodadi
Evaluasi Pelayanan Air Minum pada Daerah Pelayanan IPAM Babat, PDAM Lamongan
Sumber: RISPAM Kab. Lamongan, 2014
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Magister Teknik Sanitasi Lingkungan
Lampiran 2 Proyeksi Jumlah Penduduk No.
Kelurahan/Desa
1
Babat
2 3
Pucuk Sukodadi
4
Turi
5
Sekaran
2015 88582 48723 56242
2016 93219 51254 59394
54592 59310
57317 47397
Jumlah Penduduk 2017 2018 98106 102993 53994 56734 62398 65401 60042 50867
62767 54338
2019 107880 59474 68404 65492 57808
Jumlah SR dan Penduduk Terlayani Tahun 2015 No.
1
Kecamatan
Desa/Kelurahan Banaran Karangkembang Pucakwangi Gendongkulon Kuripan Bulumargi Sambangan Keyongan Patihan Datinawong Sumurgenuk Plaosan Sogo Babat Bedahan Truni Trepan Kebalanpelang Gembong Kebalandono Moropelang Tritunggal Kebonagung
Babat
Total
2
Pucuk
Gempolpading Wanar Pucuk Kesambi Warukulon
Jumlah Penduduk 4397 4512 2040 3731 3727 3524 1701 3125 2523 5618 3904 3346 2072 14902 2746 1818 2291 2347 5007 4574 4363 4783 1531 88582 3067 5882 3426 2037 3961
SR 279 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 246 238 347 204 0 0 0 212 0 246 224 0 1996 0 0 290 277 0
Penduduk Terlayani 2015 1397 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1230 1188 1737 1018 0 0 0 1060 0 1228 1120 0 9980 0 0 1450 1385 0
No.
Kecamatan
Desa/Kelurahan Kedali Sumberjo Tanggungan Karangtinggil Waruwetan Plososetro Paji Babatkumpul Cungkup Ngambeg Padenganploso Bugoharjo
Total
3
Sekaran
Besur Kebalankulon Kudikan Manyar Trosono Latek Miru Bulutengger Bugel Siman Kembangan Karang Sungegeneng Porodeso Moro Sekaran Jugo Ngarum Titik Kendal Keting
Total
4
Sukodadi
Siwalanrejo Sumberagung Gedangan Baturono Banjarejo Sumberaji Kadungrembug Menongo
Jumlah Penduduk 1666 2761 3003 1583 1471 1266 2476 1866 2494 3904 5237 2623 48723 1573 2834 2438 3658 1922 1933 1966 2999 737 1412 1440 1097 4934 1265 509 5923 3099 836 988 1670 693 43926 1108 2142 3026 3091 3626 2474 2726 3409
SR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 567 0 0 0 0 0 98 106 110 0 119 93 0 0 0 102 221 0 0 0 0 0 849 0 0 0 0 0 0 0 0
Penduduk Terlayani 2015 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2835 0 0 0 0 0 490 530 552 0 594 467 0 0 0 510 1104 0 0 0 0 0 4245 0 0 0 0 0 0 0 0
No.
Kecamatan
Desa/Kelurahan
Jumlah Penduduk
Balungtawun Sugihrejo Bandungsari Plumpang Tlogorejo Surabayan Sidogembul Sukodadi Kebonsari Sukolilo Pajangan Madulegi
3479 1787 2059 2957 1364 1712 3076 5452 2993 4490 2140 3131 56242 3460 1839 3696 2423 5034 4060 2229 1449 3485 3474 2402 1690 5362 2961 3627 4630 3088 1978 2423 59310
Total
5
Sukoanyar Sukorejo Tawangrejo Tambakploso Balun Gedongboyountung Ngujungrejo Bambang Kemlagigede Turi Keben Wangunrejo Geger Badurame Karangwedoro Putatkumpul Kemlagilor Pomahanjanggan Kepudibener
Turi
Total
Penduduk Terlayani 2015
SR 0 0 0 0 0 0 116 621 91 0 0 0 828 638 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 638
0 0 0 0 0 0 580 3105 455 0 0 0 4140 3190 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3190
Jumlah SR dan Penduduk Terlayani Tahun 2019
No.
Kecamatan
1
Babat
Desa/Kelurahan
Banaran Karangkembang
Jumlah Penduduk
5355 5495
Penduduk Terlayani 2019
SR
523 0
2617 0
Prosentase kepadatan penduduk terhadap wilayah pelayanan 11%
No.
2
Kecamatan
Desa/Kelurahan
Pucakwangi Gendongkulon Kuripan Bulumargi Sambangan Keyongan Patihan Datinawong Sumurgenuk Plaosan Sogo Babat Bedahan Truni Trepan Kebalanpelang Gembong Kebalandono Moropelang Tritunggal Kebonagung Total Gempolpading Wanar Pucuk Kesambi Warukulon Kedali Sumberjo Tanggungan Pucuk Karangtinggil Waruwetan Plososetro Paji Babatkumpul Cungkup Ngambeg Padenganploso Bugoharjo Total
Jumlah Penduduk
2484 4544 4539 4292 2072 3806 3073 6842 4755 4075 2523 18148 3344 2214 2790 2858 6098 5570 5313 5825 1865 107880 3744 7180 4182 2486 4835 2034 3370 3666 1932 1796 1545 3022 2278 3044 4765 6393 3202 59474
SR
Penduduk Terlayani 2019
Prosentase kepadatan penduduk terhadap wilayah pelayanan
0 0 0 0 0 0 0 0 0 398 247 1774 327 0 0 0 596 0 519 569 0 4954 0 0 482 287
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1992 1233 8870 1634 0 0 0 2980 0 2597 2847 0 24770 0 0 2412 1434
1851
9255
78%
0 0 0 0 0 0 2373
0 0 0 0 0 0 11865
100%
8% 5% 36% 7%
12% 10% 11% 100%
20% 12%
No.
3
4
Kecamatan
Desa/Kelurahan
Besur Kebalankulon Kudikan Manyar Trosono Latek Miru Bulutengger Bugel Siman Sekaran Kembangan Karang Sungegeneng Porodeso Moro Sekaran Jugo Ngarum Titik Kendal Keting Total Siwalanrejo Sumberagung Gedangan Baturono Banjarejo Sumberaji Kadungrembug Menongo Balungtawun Sukodadi Sugihrejo Bandungsari Plumpang Tlogorejo Surabayan Sidogembul Sukodadi Kebonsari Sukolilo
Jumlah Penduduk
2070 3730 3208 4814 2529 2544 2587 3947 970 1858 1895 1444 6493 1665 670 7795 4078 1100 1300 2198 912 57808 1348 2605 3680 3759 4410 3009 3315 4146 4231 2173 2504 3596 1659 2082 3741 6631 3640 5461
SR
0 0 0 0 0 222 225 344 0 162 165 0 0 0 148 594 0 0 0 0 0 1856 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 537 953 523 0
Penduduk Terlayani 2019 0 0 0 0 0 1109 1127 1720 0 810 826 0 0 0 742 2970 0 0 0 0 0 9280 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2687 4763 2615 0
Prosentase kepadatan penduduk terhadap wilayah pelayanan
11.9% 12.1% 18.5% 8.7% 8.9%
8% 32%
100%
26.7% 47.3% 26.0%
No.
5
Kecamatan
Turi
Desa/Kelurahan
Pajangan Madulegi Total Sukoanyar Sukorejo Tawangrejo Tambakploso Balun Gedongboyountung Ngujungrejo Bambang Kemlagigede Turi Keben Wangunrejo Geger Badurame Karangwedoro Putatkumpul Kemlagilor Pomahanjanggan Kepudibener Total
Jumlah Penduduk
2603 3808 68404 3821 2031 4081 2676 5559 4483 2461 1600 3848 3836 2652 1866 5921 3270 4005 5113 3410 2184 2676 65492
SR
0 0 2013 764 406 0 0 0 0 0 0 227 767 0 373 0 0 0 0 0 0 0 2537
Penduduk Terlayani 2019 0 0 10065 3147 1672 0 0 0 0 0 0 3169 3159 0 1537 0 0 0 0 0 0 0 12685
Prosentase kepadatan penduduk terhadap wilayah pelayanan
100% 24.8% 13.2%
25.0% 24.9% 12.1%
100%
Lampiran 3 Kuisoner Kepuasan Pelanggan Apakah air PDAM di rumah anda sering mati? Seminggu sekali Lainnya
9% 91%
Kapan seringkali air PDAM dirumah anda mati? Malam Siang Pagi Lainnya
0% 42% 49% 9%
Bagaimana kualitas air PDAM di rumah anda? Seingkali keruh sekali Seringkali keruh jernih
7% 45% 48%
Apakah air PDAM di rumah anda menimbulkan bau? Ya Tidak
37% 63%
Digunakan untuk apa saja air PDAM di rumah anda Diminum Mandi Cuci Memasak Lain-lain
19% 94% 90% 94% 4%
Apakah anda menggunakan sumber air lain selain dari PDAM? Ya Tidak
93% 7%
Sumber apa yg digunakan? Sumur Embung Lain-lain
100% 0% 0%
Menurut anda apa yang perlu diperbaiki dari pelayanan PDAM? Kualitas air Kelancaran air Meter air rusak
60% 18% 26%
Apakah anda melaporkan keluhan anda ke PDAM? Ya Tidak
8% 92%
Apakah keluhan anda ditindak lanjuti oleh PDAM? Ya Tidak
100% 0%
Berapa lama laporan keluhan anda di proses? <1 minggu <1 bulan 1-2 minggu >1 bulan
25% 12.50% 62.50% 0%
Jika pelayanan diperbaiki apa anda bersedia jika tarif dinaikkan? Bersedia Tidak Bersedia
30% 70%
Berapa penghasilan anda per bulan 1000000-2000000 <1000000 >2000000
60% 2% 38%
Kuisoner Kebutuhan Nyata
Apakah air di rumah anda sering tidak mengalir? setiap hari seminggu sekali lainnya…
0.00% 1.89% 98.11%
Bagaimana kualitas air di rumah anda? Seringkali Keruh sekali Seringkali Keruh Jernih
0.00% 0.00% 100.00%
Apakah air di rumah anda menimbulkan bau? Ya Tidak
0% 100%
Digunakan untuk apa saja air di rumah anda? Air Minum mandi cuci kebutuhan memasak lain-lain
1.89% 100.00% 94.34% 26.42% 5.66%
Sumber air bersih apa yang anda gunakan? Sumur waduk lain-lain
83.02% 13.21% 3.77%
Apakah anda bersedia jika beralih untuk menggunakan air PDAM? Bersedia Tidak Bersedia
49.06% 50.94%
Jika bersedia, berapa rupiah yang anda sanggupi untuk membayar tiap bulannya? Rp Rp Rp Rp
20,000.00 30,000.00 50,000.00 60,000.00
65.38% 26.92% 7.69% 0.00%
KUISONER PELANGGAN Nama: Jumlah Penghuni: Penggunaan air per bulan:
Alamat: Pekerjaan:
1 Apakah anda berlangganan air dari PDAM? Ya
Tidak
2 Sudah berapa lama anda berlangganan 1 tahun 2 tahun
>2 tahun
3 Apakah air PDAM di rumah anda sering mati? setiap hari
seminggu sekali
lainnya…
4 Kapan seringkali air PDAM dirumah anda mati? Malam
Siang
5 Bagaimana kualitas air PDAM di rumah anda? Seringkali Keruh sekali Seringkali Keruh 6 Apakah air PDAM di rumah anda menimbulkan bau? Ya
Tidak
7 Digunakan untuk apa saja air PDAM di rumah anda Diminum cuci
mandi kebutuhan memasak
lain-lain 8 Apakah anda menggunakan sumber air lain selain dari PDAM? ya
Tidak
9 Sumber apa yg digunakan? Sumur
Embung
lain-lain 10 Menurut anda apa yang perlu diperbaiki dari pelayanan PDAM? Kualitas air Kelancaran air Meter air rusak 11 Apakah anda melaporkan keluhan anda ke PDAM? ya
tidak
Pagi
Jernih
Lainnya
12 Apakah keluhan anda ditindak lanjuti oleh PDAM? ya
tidak
13 Berapa lama laporan keluhan anda di proses? < 1 minggu
< 1 bulan
1 - 2 minggu
> 1 bulan
14 Jika pelayanan diperbaiki apa anda bersedia jika tarif dinaikkan? Bersedia
Tidak bersedia
15 Berapa penghasilan anda per bulan Rp. 1000000 - Rp. 2000000 > Rp. 2000000
< Rp. 1000000
KUISONER NON PELANGGAN Nama Jumlah Penghuni
Alamat Pekerjaan
Apakah anda berlangganan air dari PDAM? Ya
Tidak
Apakah air di rumah anda sering tidak mengalir? setiap hari
seminggu sekali
lainnya…
Seringkali Keruh
Jernih
Bagaimana kualitas air di rumah anda? Seringkali Keruh sekali
Apakah air di rumah anda menimbulkan bau? Ya
Tidak
Digunakan untuk apa saja air di rumah anda? Air Minum
mandi
cuci
kebutuhan memasak
lain-lain Sumber air bersih apa yang anda gunakan? Sumur
waduk
Embung
lain-lain
Apakah anda bersedia jika beralih untuk menggunakan air PDAM? Bersedia
Tidak Bersedia
Jika bersedia, berapa rupiah yang anda sanggupi untuk membayar biaya pemasangan? Rp
1,500,000.00
Rp 1,900,000.00
Rp
1,700,000.00
Rp 2,000,000.00
Jika bersedia, berapa rupiah yang anda sanggupi untuk membayar tiap bulannya? Rp
20,000.00
Rp
30,000.00
Rp
50,000.00
Rp
60,000.00
Berapa penghasilan anda per bulan Rp 1000000 - Rp 2000000 > Rp 2000000
< Rp 1000000
Lampiran 4 Detail Junction Junc
Detail Junction
Keterangan Junction
Babat 1. Gilboult Joint Ø 300 2. Gate Valve Ø 300 3. Reducer Ø 300-200 4. Tee All Flange Ø 200-150200 5. Gate Valve Ø 150 6. Gilboult Joint Ø 150 7. Y branch Ø 200-100-200 8. Knee 45 Ø 100 9. Gate Valve Ø 100 10. Gilboult Joint Ø 100 11. Gate Valve Ø 200 12. Gilboult Joint Ø 200
1. Gilboult Joint Ø 150 2. Gate Valve Ø 150 3. Y Branch Ø 150-150-150 4. Knee 45 Ø 150 5. Gate Valve Ø 150 6. Gilboult Joint Ø 150 7. Gate Valve Ø 250 8. Tee All Flange Ø 250-200250 9. Gate Valve Ø 150 10. Gilboult Joint Ø 150 11. Gate Valve Ø 100
12. Gilboult Joint Ø 150 13. Reducer Ø 250-150 14. Reducer Ø 250-150 15. Reducer Ø 150-100
1. Gilboult Joint Ø 200 2. Reducer Ø 200-1150 3. Tee All Flange Ø 150150-150 4. Y Branch Ø 150 5. Gate Valve Ø 150 6. Gilboult Joint Ø 150 7. Knee 45 Ø 150 8. Gate Valve Ø 150 9. Gilboult Joint Ø 150 10. Y Branch Ø 150 11. Gate Valve Ø 150 12. Gilboult Joint Ø 150 13. Knee 45 Ø 150 14. Gate Valve Ø 150 15. Gilboult Joint Ø 150 16. Gate Valve Ø 150
1. Gilboult Joint Ø 150 2. Reducer Ø 150-100 3. Gate Valve Ø 150 4. Tee All Flange Ø 10075-100 5. Gate Valve Ø 100 6. Gilboult Joint Ø 100 7. Y Branch Ø 75-75-75 8. Gate Valve Ø 75 9. Gilboult Joint Ø 175 10. Knee 45 Ø 150 11. Gate Valve Ø 75 12. Gilboult Joint Ø 75
1. Gilboult Joint Ø 100 2. Reducer Ø 100-75 3. Elbow 90 Ø 75 4. Gate Valve Ø 75 5. Y Branch Ø 75-75-75 6. Gate Valve Ø 75 7. Gilboult Joint Ø 75 8. Knee 45 Ø 75 9. Gate Valve Ø 75 10. Gilboult Joint Ø 75
1. Gilboult Joint Ø 150 2. Gate Valve Ø 150 3. Tee All Flange Ø 150100-150 4. Reducer Ø 150-100 5. Y Branch Ø 100-150100
4
6. Gate Valve Ø 100 7. Gilboult Joint Ø 100 8. Knee 45 Ø 150 9. Gate Valve Ø 150 10. Gilboult Joint Ø 150 11. Gate Valve Ø 100 12. Gilboult Joint Ø 100
1. Gilboult Joint Ø 100 2. Gate Valve Ø100 3. Y Branch Ø 100-150100 20
4. Knee 45 Ø 150 5. Gate Valve Ø150 6. Gilboult Joint Ø 150 7. Tee All Flange Ø 250150-250 8. Gate Valve Ø100 9. Gilboult Joint Ø 100 10. Gate Valve Ø250 11. Y Branch Ø 250-150250 12. Gate Valve Ø100
13. Gilboult Joint Ø 100 14. Knee 45 Ø 150 15. Gate Valve Ø100 16. Gilboult Joint Ø 100 17. Gate Valve Ø250 18. Reducer Ø 250-150 19 .Reducer Ø 150-100 20. Reducer Ø 250-100
1. Gilboult Joint Ø 100 2. Gate Valve Ø100 3. Y Branch Ø 100-150100 4. Knee 45 Ø 150 5. Gate Valve Ø150 6. Gilboult Joint Ø 150 20
7. Tee All Flange Ø 250150-250 8. Gate Valve Ø75 9. Gilboult Joint Ø 75 10. Gate Valve Ø250 11. Y Branch Ø 250-150250 12. Gate Valve Ø100 13. Gilboult Joint Ø 100 14. Knee 45 Ø 150 15. Gate Valve Ø100 16. Gilboult Joint Ø 100 17. Gate Valve Ø250 18. Reducer Ø 250-150 19 .Reducer Ø 150-75
20. Reducer Ø 250-100
1. Gilboult Joint Ø 100 2. Gate Valve Ø100 3. Y Branch Ø 100-100-100 4. Gate Valve Ø200 5. Knee 45 Ø 100 6. Gate Valve Ø100 7.
Gilboult Joint Ø 100
8. Tee All Flange Ø 200150-200 9. 10.
Gate Valve Ø100 Gilboult Joint Ø 100
11. Reducer Ø150-100 12. Gate Valve Ø200 13. Y Branch Ø 200-200200 14.
Knee 45 Ø 200
15. Reducer Ø200-100 16. Gate Valve Ø100 17.
Gilboult Joint Ø 100
18. Reducer Ø200-100 19. Gate Valve Ø100 20. Gilboult Joint Ø 100
1. Gilboult Joint Ø 100 2. Gate Valve Ø100 3. Y Branch Ø 200-150-200 4. Knee 45 Ø 100 5. Gate Valve Ø100 6.
Gilboult Joint Ø 100
7.
Gate Valve Ø100
8. Tee All Flange Ø 100100-100 9 Gate Valve. Ø 100 10. Gilboult Joint Ø100 11 Gate Valve. Ø 100 12. Gilboult Joint Ø100 13. Reducer Ø150-100 14. Reducer Ø200-100 1. Gilboult Joint Ø 200 2. Gate Valve Ø200 3. Tee All Flange Ø 200-150200 4. Reducer Ø 150-100 6. Gate Valve Ø100 7. Gilboult Joint Ø 100 8. Y Branch Ø 200-200-200 9. Gate Valve Ø200 10. Gilboult Joint Ø 200 11. Knee 45 Ø 200 12. Gate Valve Ø200 13. Gilboult Joint Ø 200
1. Gilboult Joint Ø 200 2. Gate Valve Ø200 3. Tee All Flange Ø 200-150200 4. Gate Valve Ø100 5. Gilboult Joint Ø 100 6. Y Branch Ø 200-200-200 7. Gate Valve Ø200 8.
Gilboult Joint Ø 200
9. Knee 45 Ø 200 10. Gate Valve Ø200 11. Gilboult Joint Ø 200
1. Gilboult Joint Ø 200 2. Gate Valve Ø200 3. Tee All Flange Ø 200-150200 4. Gate Valve Ø150 5. Gilboult Joint Ø 150 6. Gate Valve Ø150 7. Y Branch Ø 200-200-200 8. Knee 45 Ø 200 9. Gate Valve Ø200 10.
Gilboult Joint Ø 200
11. Gate Valve Ø400 12. Tee All Flange Ø 400300-400 13.
Gate Valve Ø 200
14. Gilboult Joint Ø 200 15.
Gate Valve Ø 200
16. Gilboult Joint Ø 200
17. Reducer Ø 400-300 18. Reducer Ø 300-200 19. Reducer Ø 300-200
Sukodadi 1. Gilboult Joint Ø 150 2. Gate Valve Ø150 3. Tee All Flange Ø100-75-100 4. Gate Valve Ø 100 5. Gilboult Joint Ø 100 6. Tee All Flange Ø 100-100100 7. Gate Valve Ø100 8.
Gilboult Joint Ø 100
9.
Reducer 100-75
10. Y Branch Ø 75-100-75 11.
Gate Valve Ø75
12.
Gilboult Joint Ø75
13. Knee 45 Ø 100 14
Gate Valve Ø75
15. Gilboult Joint Ø75
1. Gilboult Joint Ø75 2. Gate Valve Ø75 3.
Elbow 90 Ø 75
4. Y Branch Ø 75-75-75 5.
Knee 45 Ø 75
6. Gate Valve Ø 75 7.
Gilboult Joint Ø 75
8. Reducer 75-50 9. Gate Valve Ø 50 10. Gilboult Joint Ø 50 1. Gilboult Joint Ø 200 2. Gate Valve Ø200 3. Tee All Flange Ø 2001500-200 4.
Gate Valve 2100
5.
Gilboult Joint Ø 200
7. Gate Valve Ø150 8.
Gilboult Joint Ø 150
1. Gilboult Joint Ø200 2.
Reducer Ø 200-150
3. Elbow 90 Ø 150 4. Gate Valve Ø150 5.
Gilboult Joint Ø150
1. Gilboult Joint Ø 200 2. Gate Valve Ø200 3. Tee All Flange Ø 200-150200 4.
Gate Valve 2100
5.
Gilboult Joint Ø 200
7. Gate Valve Ø150 8.
Gilboult Joint Ø 150
Lampiran 5 Perhitungan HSPK
Jenis Pekerjaan No. 1
Pemasangan Pipa PVC ø : 75 mm Uraian Kegiatan 2
1
Koefisien
Harga Satuan
Jumlah Harga
3
4
5
6
1 Pekerja
Or Hr
0.13
55.600
7.228
2 Mandor Kepala 3 Tukang
Or Hr
0.024
92.500
2.220
Or Hr
0.13
105.600
13.728
Harga Satuan Pekerjaan per batang (6 m)
23.176
Jenis Pekerjaan No.
Satuan
Pemasangan Pipa PVC ø : 100 mm Uraian Kegiatan 2
Satuan
Koefisien
Harga Satuan
Jumlah Harga
3
4
5
6
1 Pekerja
Or Hr
0.221
55.600
12.288
2 Mandor
Or Hr
0.03
92.500
2.775
3 Tukang
Or Hr
0.205
105.600
21.648
Harga Satuan Pekerjaan per batang (6 m)
36.711
Jenis Pekerjaan
Pemasangan Pipa PVC : Dia. 150 mm Uraian Kegiatan 2
No. 1
1
Koefisien
Harga Satuan
3
4
5
Jumlah Harga 6
1 Pekerja
Or Hr
0.25
55.600
13.900
2 Mandor
Or Hr
0.035
92.500
3.238
3 Tukang
Or Hr
0.215
105.600
22.704
Harga Satuan Pekerjaan per batang (6 m)
39.842
Jenis Pekerjaan No.
Satuan
Pemasangan Pipa PVC : Dia. 200 mm Uraian Kegiatan 2
Satuan
Koefisien
Harga Satuan
3
4
5
Jumlah Harga 6
1 Pekerja
Or Hr
0.3
55.600
16.680
2 Mandor
Or Hr
0.042
92.500
3.885
3 Tukang
Or Hr
0.258
105.600
27.245
Harga Satuan Pekerjaan per batang (6 m)
47.810
Jenis Pekerjaan No 1
Galian Tanah Biasa 1 : meter Uraian Pekerjaan 2 UPAH
1
Indeks
Harga Satuan
Jumlah
3
4
5
6
1 Pekerja
OH
0.75
55.600
41.700
2 Mandor
OH
0.025
92.500
2.313
Jenis Pekerjaan No
Satuan
Harga Satuan Pekerjaan
44.013
Dibulatkan
44.000
Pengurug Kembali galian dihitung dari 1/3 X : Indeks Pek. Galian Uraian Pekerjaan 2 UPAH
Satuan
Indeks
Harga Satuan
Jumlah
3
4
5
6
1 Pekerja
OH
0.25
55.600
13.900
2 Mandor
OH
0.008333333
92.500
771
Harga Satuan Pekerjaan
14.671
NO
1
PENGANGKUTAN PIPA PVC 2 x 90 BATANG / HARI DIAMETER 75 mm
SEWA TRUK ( 5 TON ) ONGKOS MUAT BONGKAR PIPA
2
SATUAN
KUANTITAS
HARGA
JUMLAH
SATUAN
HARGA
( Rp. )
( Rp. )
HARI
0.5
66.100.00
33.050.00
ORANG
5
55.600.00
278.000.00
JUMLAH
NO
PENGANGKUTAN PIPA PVC 2 x 70 BATANG / HARI DIAMETER 100 mm
311.050.00
SATUAN
KUANTITAS
1
SEWA TRUK ( 5 TON )
HARI
2.5
2
ONGKOS MUAT - BONGKAR PIPA ( SEHARI 2 RIT )
ORANG
25
HARGA
JUMLAH
SATUAN ( Rp. )
HARGA ( Rp. )
66.100.00
165.250.00
55.600.00
1.390.000.00
JUMLAH 1.555.250.00
NO
PENGANGKUTAN PIPA PVC 2 x 50 BATANG / HARI
SATUAN
KUANTITAS
DIAMETER 150 mm
1 2
SEWA TRUK ( 5 TON ) ONGKOS MUAT - BONGKAR PIPA ( SEHARI 2 RIT )
HARGA
JUMLAH
SATUAN ( Rp. )
HARGA ( Rp. )
HARI
3.5
66.100.00
231.350.00
ORANG
35
55.600.00
1.946.000.00
JUMLAH 2.177.350.00
NO
PENGANGKUTAN PIPA PVC 2 x 30 BATANG / HARI
SATUAN
KUANTITAS
DIAMETER 200 mm
1 2
SEWA TRUK ( 5 TON ) ONGKOS MUAT - BONGKAR PIPA ( SEHARI 2 RIT )
HARGA
JUMLAH
SATUAN ( Rp. )
HARGA ( Rp. )
HARI
4.5
66.100.00
297.450.00
ORANG
45
55.600.00
2.502.000.00
JUMLAH 2.799.450.00
BOQ dan RAB alternatif I Komponen Jaringan Pipa I Pipa Ø 200 Pipa Ø 150 Pipa Ø 100 Pipa Ø 75 Gilboult Joint Ø 75 Gilboult Joint Ø 100 Gilboult Joint Ø 150 Gilboult Joint Ø 200 Gilboult Joint Ø 300 Gate Valve Ø 75 Gate Valve Ø 100 Gate Valve Ø 150 Gate Valve Ø 200 Gate Valve Ø 300 Tee All Flange Ø 150-100-150 Tee All Flange Ø 100-100-100 Tee All Flange Ø 150-150-150 Tee All Flange Ø 200-200-200 Tee All Flange Ø 200-150 -200 Elbow 90 Ø 75 Elbow 90 Ø 100 Elbow 90 Ø 150 Y Branch Ø 150-100-150 Y Branch Ø 100-100-100 Y Branch Ø 150-150-150 Y Branch Ø 200-200-200 Y Branch Ø 200-150 -200 Y Branch Ø 75-100 -75 Y Branch Ø 75-75-75 Reducer Ø 150-100
Jumlah 1012 1410 637 42 2 19 8 4 3 3 19 8 4 3 3 4 2 5 4 1 6 7 4 3 1 3 3 1 3 2
Harga Satuan Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
344.080 220.880 101.750 47.520 212.000 320.000 431.000 58.000 42.000 373 1.769 2.680 4.733 7.550 23.467 15.430 64.767 201.475 305.089 1.947 6.750 29.340 24.785 21.680 28.542 33.564 361 19.763 17.543 3.525
Harga Total Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
348.208.960 311.440.800 64.814.750 1.995.840 424.000 6.080.000 3.448.000 232.000 126.000 1.119 33.619 21.440 18.933 22.650 70.401 61.720 129.533 1.007.375 1.220.356 1.947 40.500 205.380 99.140 65.040 28.542 100.692 1.084 19.763 52.629 7.050
Komponen
Jumlah
Reducer Ø 200 -150 Reducer Ø 300-200 Knee 45 Ø 75 Knee 45 Ø 100 Knee 45 Ø 150 Knee 45 Ø 200 Jaringan Pipa II Pipa Ø 150 Pipa Ø 100 Pipa Ø75 Gilboult Joint Ø75 Gilboult Joint Ø 100 Gilboult Joint Ø 150 Gilboult Joint Ø 200 Gate Valve Ø75 Gate Valve Ø100 Gate Valve Ø150 Gate Valve Ø200 Tee All Flange Ø 75-75-75 Tee All Flange Ø 75-100-100 Tee All Flange Ø 100-100-100 Reducer Ø 100-75 Reducer Ø 150-100 Reducer Ø 200-150 Knee 45 Ø 75 Elbow 90 Ø 200 Y Branch Ø 75-75-75 Y Branch Ø 75-100-75 Knee 45 Ø 75 Knee 45 Ø 100
Harga Satuan
Harga Total
1 1 2 2 8 6
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
19.213 14.325 1.867 3.542 5.890 7.669
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
19.213 14.325 3.734 7.084 47.120 46.014
728 130 154 2 4 2 1 4 4 2 1 3 1 3 3 3 1 1 1 2 1 2 2
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
220.880 101.750 47.520 320.000 320.000 431.000 58.000 373 1.769 2.680 4.733 3.217 2.175 15.430 361 3.525 19.213 1.947 6.750 24.785 21.443 1.867 3.542
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
160.800.640 13.227.500 7.318.080 640.000 1.280.000 862.000 58.000 1.492 7.078 5.360 4.733 9.650 2.175 46.290 1.084 10.575 19.213 1.947 6.750 49.570 21.443 3.734 7.084 924.501.151
Total
Biaya Pekerjaan Jenis Pekerjaan Jaringan Pipa I Pemasangan Pipa Ø 200 Pemasangan Pipa Ø 150 Pemasangan Pipa Ø 100 Pemasangan Pipa Ø 75 Biaya Galian Pengurugan Jaringan Pipa II
Satuan
Harga Satuan 1012 1410 637 42 11658 11658
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
47.810 39.842 36.711 23.176 44.013 14.671
Jumlah Rp Rp Rp Rp Rp Rp
48.383.720 56.177.220 23.384.907 973.392 513.103.554 171.034.518
Jenis Pekerjaan
Satuan
Pemasangan Pipa Ø 150 Pemasangan Pipa Ø 100 Pemasangan Pipa Ø 75 Biaya Galian Pengurugan Pengangkutan Pipa Ø 200 Pengangkutan Pipa Ø 150 Pengangkutan Pipa Ø 100 Pengangkutan Pipa Ø75 Total
Harga Satuan
Jumlah
728 130 154 6064 6064
Rp Rp Rp Rp Rp
39.842 36.711 23.176 44.013 14.671
Rp Rp Rp Rp Rp
29.004.976 4.772.430 3.569.104 266.894.832 88.964.944
67 86 22 4
Rp Rp Rp Rp
2.799.450 2.177.350 1.555.250 311.050
Rp Rp Rp Rp Rp
187.563.150 187.252.100 34.215.500 1.244.200 1.568.154.827
BOQ dan RAB Alternatif 2 Komponen
Jumlah
Harga Satuan
Harga Total
Jaringan Pipa I Pompa Grunfos JD 7 H 100
1
Pipa Ø 200
1012
Pipa Ø 150
712
Pipa Ø 100
248
Pipa Ø 75
42
Gilboult Joint Ø 75
2
Gilboult Joint Ø 100
19
Gilboult Joint Ø 150
8
Gilboult Joint Ø 200
4
Gilboult Joint Ø 300
3
Gate Valve Ø 75
3
Gate Valve Ø 100
13
Gate Valve Ø 150
4
Gate Valve Ø 200
4
Gate Valve Ø 300
3
Tee All Flange Ø 150-100-150
1
Tee All Flange Ø 100-100-100
4
Tee All Flange Ø 150-150-150
2
Tee All Flange Ø 200-200-200
5
Tee All Flange Ø 200-150 -200
4
Elbow 90 Ø 75
1
Elbow 90 Ø 100
6
Elbow 90 Ø 150
7
Y Branch Ø 150-100-150
2
Y Branch Ø 100-100-100
3
Y Branch Ø 150-150-150
1
Y Branch Ø 200-200-200
3
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
8.750.000 344.080 220.880 101.750 47.520 212.000 320.000 431.000 58.000 42.000 373 1.769 2.680 4.733 7.550 23.467 15.430 64.767 201.475 305.089 1.947 6.750 29.340 24.785 21.680 28.542 33.564
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
8.750.000 348.208.960 157.266.560 25.234.000 1.995.840 424.000 6.080.000 3.448.000 232.000 126.000 1.119 23.003 10.720 18.933 22.650 23.467 61.720 129.533 1.007.375 1.220.356 1.947 40.500 205.380 49.570 65.040 28.542 100.692
Komponen
Jumlah
Harga Satuan
Y Branch Ø 200-150 -200
3
Y Branch Ø 75-100 -75
1
Y Branch Ø 75-75-75
3
Reducer Ø 150-100
2
Reducer Ø 200 -150
1
Reducer Ø 300-200
1
Knee 45 Ø 75
2
Knee 45 Ø 100
2
Knee 45 Ø 150
8
Knee 45 Ø 200
6
Harga Total
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
28.652 19.763 17.543 3.525 19.213 14.325 1.867 3.542 5.890 7.669
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
85.956 19.763 52.629 7.050 19.213 14.325 3.734 7.084 47.120 46.014
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
8.750.000 220.880 47.520 320.000 320.000 431.000 58.000 373 1.769 2.680 4.733 201.475 15.430 361 3.525 19.213 1.947 6.750 24.785 21.443 1.867
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
8.750.000 148.652.240 1.805.760 640.000 1.280.000 862.000 58.000 1.492 7.078 5.360 4.733 402.950 15.430 1.084 10.575 19.213 1.947 6.750 24.785 21.443 3.734 717.653.368
Jaringan Pipa II Pompa Grunfos JD 7 H 100
1
Pipa Ø 150
673
Pipa Ø75
38
Gilboult Joint Ø75
2
Gilboult Joint Ø 100
4
Gilboult Joint Ø 150
2
Gilboult Joint Ø 200
1
Gate Valve Ø75
4
Gate Valve Ø100
4
Gate Valve Ø150
2
Gate Valve Ø200
1
Tee All Flange Ø 200-200-200
2
Tee All Flange Ø 100-100-100
1
Reducer Ø 100-75
3
Reducer Ø 150-100
3
Reducer Ø 200-150
1
Knee 45 Ø 75
1
Elbow 90 Ø 200
1
Y Branch Ø 75-75-75
1
Y Branch Ø 75-100-75
1
Knee 45 Ø 75
2 Total
Biaya Pekerjaan Jenis Pekerjaan Jaringan Pipa I Pemasangan Pipa Ø 200 Pemasangan Pipa Ø 150 Pemasangan Pipa Ø 100 Pemasangan Pipa Ø 75 Biaya Galian Pengurugan
Satuan
Harga Satuan 1012 712 248 42 9327 9327
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
47.810 39.842 36.711 23.176 44.013 14.671
Jumlah Rp Rp Rp Rp Rp Rp
48.383.720 28.367.504 9.104.328 973.392 410.509.251 136.836.417
Jenis Pekerjaan Jaringan Pipa II Pemasangan Pipa Ø 150 Pemasangan Pipa Ø 75 Biaya Galian Pengurugan Pengangkutan Pipa Ø 200 Pengangkutan Pipa Ø 150 Pengangkutan Pipa Ø 100 Pengangkutan Pipa Ø75 Total
Satuan
Harga Satuan
Jumlah
673 38 6088 6088
Rp Rp Rp Rp
39.842 23.176 44.013 14.671
Rp Rp Rp Rp
26.813.666 880.688 267.951.144 89.317.048
32 49 14 2
Rp Rp Rp Rp
2.799.450 2.177.350 1.555.250 311.050
Rp Rp Rp Rp Rp
89.582.400 106.690.150 21.773.500 622.100 1.189.421.588
Lampiran 6 Tingkat Komparasi Urgensi Faktor Strengths
S1
Tingkat Komparasi Urgensi Faktor S2 S3 NU BF%
S1
Memiliki 2 unit pengolahan dengan total kapasitas 205 liter/detik
x
1
1
2
0.67
S2
IPAM Babat berkontribusi sebanyak 62% dari kapasitas total PDAM Lamongan
1
x
2
1
0.33
S3
Kinerja PDAM meningkat dar sakit menjadi kurang sehat
1
2
x
0
0
Opportunities
O1 x
Tingkat Komparasi Urgensi Faktor O2 O3 NU 2 1 1
BF% 0.33
O1
IPAM Babat berada di lokasi yang strategis
O2
Mendapatkan biaya pendanaan sebesar Rp 6.867.214.000
2
x
2
2
0.67
O3
Terdapat kecamatan yang terdekat di area pelayanan IPAM Babat yang belum terlayani PDAM
1
2
x
0
0
Weaknesess W1 W2 W3
Sumber air hanya mengandalkan air bengawan solo Tingkat kebocoran sebesar 31.05% Jumlah SDM bagian pelayanan kurang memadai
S1 X 1 1
Tingkat Komparasi Urgensi Faktor S2 S3 NU BF% 1 1 2 0.67 x 2 1 0.33 2 x 0 0
Threats
S1
Tingkat Komparasi Urgensi Faktor S2 S3 NU BF%
T1
Sebanyak 50.94% penduduk yang berada di sekitar wilayah pelayanan tidak berminat berlangganan air
x
1
3
1
0.333333
T2
Sebanyak 70% pelanggan tidak menginginkan kenaikan tarif
1
x
2
1
0.333333
T3
Sebanyak 95.23% penduduk yang berada di sekitar wilayah pelayanan menggunakan sumber lain
3
2
x
1
0.333333
Nilai Keterkaitan No
1
Faktor Internal Strengths Memiliki 2 unit pengolahan dengan total kapasitas 205 liter/detik
BF%
ND
0.67
4
NBD
Nilai Keterkaitan (NK) S1
S2
S3
W1
W2
2.67
0
5
2
5
3
TNK
NRK
NBK
TNB
FKK
2
17
3.4
2.27
4.93
1
2
W3
2
IPAM Babat berkontribusi sebanyak 62% dari kapasitas total PDAM Lamongan
0.33
3
1
5
0
2
3
3
2
10
2
0.67
1.67
3
Kinerja PDAM meningkat dar sakit menjadi kurang sehat
0.00
1
0
2
2
0
1
1
4
8
1.6
0
0 6.6
Weaknesses 1 2 3
Sumber air hanya mengandalkan air bengawan solo Tingkat kebocoran sebesar 31.05% Jumlah SDM bagian pelayanan kurang memadai
0.67
5
3.33
5
4
1
0
3
2
15
3
2
5.3
1
0.33
4
1.33
3
3
1
3
0
2
12
2.4
0.8
2.1
2
0
1
0
2
2
4
2
2
0
12
2.4
0
0 7.47 -0.87
No
Faktor Internal
BF%
NH
NBH
O1
Nilai Keterkaitan (NK) O2 O3 T1 T2
T3
TNK
NRK
NBK
TNB
FKK
Opportunities 1
IPAM Babat berada di lokasi yang strategis
0.33
4
1.33
0
3
5
4
3
3
18
3.6
1.2
2.53
2
2
Mendapatkan biaya pendanaan sebesar Rp 6.867.214.000
0.67
4
3
3
0
2
3
4
2
11
2.2
1.467
4.13
1
3
Terdapat kecamatan yang terdekat di area pelayanan IPAM Babat yang belum terlayani PDAM
0.00
3
0
5
2
0
4
2
4
12
2.4
0
0 6.67
Threats 1
Sebanyak 50.94% penduduk yang berada di sekitar wilayah pelayanan tidak berminat berlangganan air
0.333
3
1
4
3
4
0
1
4
16
3.2
1.07
2.07
2
Sebanyak 70% pelanggan tidak menginginkan kenaikan tarif
0.333
2
0.67
3
4
2
1
0
2
12
2.4
0.8
1.47
3
Sebanyak 95.23% penduduk yang berada di sekitar wilayah pelayanan menggunakan sumber lain
0.333
4
1.33
3
2
4
4
2
0
15
3
1
2.33 3.53 3.13
2
1
Lampiran 7
Rumah Pelanggan (1)
Rumah Pelanggan (2)
Rumah Pelanggan (3)
Rumah Pelanggan (4)
Meter Air Pelanggan (1)
Meter Air Pelanggan (2)
Meter Air Pelanggan (3)
Meter Air Pelanggan (4)
Unit IPA I Babat
Intake IPAM Babat
Ruang Panel
Prasedimentasi
Kantor Unit Babat
Kantor Unit Pucuk
Intake
Pompa Booster Sukodadi
PROFIL PENULIS
Penulis yang bernama lengkap Dimas Metakaryanto Priyoaji dilahirkan pada tanggal 28 Juli tahun 1990 di Kota Surabaya. Penulis menempuh pendidikan formal di SD Negeri Babat VII Tahun 1996-2002, SMP Negeri 1 Babat 2002-2005, SMA Negeri 1 Babat 2005-2008 Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, Kemudian melanjutkan pendidikan
sarjana
di
Institut
Teknologi
Sepuluh
Nopember, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Jurusan Teknik Lingkungan Tahun 20082012. Publikasi yang pernah dilakukan penulis adalah “Komposter Anaerobik yang dilengkapi dengan Pencacah untuk Skala Rumah Tangga” yang diterbitkan oleh jurnal ITS pada tahun 2012. Publikasi kedua adalah “Studi Model Distribusi Pencemaran di Pantai Utara Jawa Tengah Menggunakan Model MIKE 21 ECOLab.” Yang diterbitkan oleh Jurnal UII pada tahun 2016. Kemudian untuk publikasi Ketiga adalah “Water Supply Evaluation at Lamongan City” yang diterbitkan melalui prosiding The 2nd ISST 2016
International
Seminar on Science and Technology ITS pada tahun 2016. Pengalaman pekerjaan penulis adalah sebagai konsultan individu dalam pembuatan laporan monitoring dan evaluasi sarana sanitasi bidang air limbah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012. Kemudian pada tahun 20132014 bekerja sebagai tenaga ahli madya di Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya. Saat ini pekerjaan penulis adalah sebagai konsultan individu untuk pemantauan kualitas lingkungan.