e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
EVALUASI PELAKSANAAN PELATIHAN PEMBUATAN KERAJINAN TANGAN Ayu Candra Dian Paramita, Fridayana Yudiaatmaja, dan I Wayan Bagia Jurusan Manajemen Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia E-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected], ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh temuan deskriptif mengenai evaluasi pelaksanaan pelatihan pembuatan kerajinan tangan pada UD Wahyu Artha di Desa Menyali, menggunakan desain penelitian deskriptif. Subyek dalam penelitian adalah seluruh karyawan yang mengikuti pelatihan sebanyak 18 orang. Objek penelitian ini ada dua, yaitu objek material dan objek formal. Objek materialnya adalah karyawan UD Wahyu Artha yang mengikuti pelatihan pembuatan kerajianan tangan. Sedangkan objek formalnya adalah proses pelatihan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara pencatatan dokumen dan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Temuan hasil penelitian menunjukan bahwa evaluasi pelaksanaan pelatihan pembuatan kerajinan tangan pada UD Wahyu Artha secara keseluruhan dapat dikatakan berhasil dengan katagori penilaian sangat baik. Sehingga pelaksanaan pelatihan dapat memperbaiki dan meningkatkan kinerja karyawan. Kata kunci: evaluasi pelaksanaan pelatihan ABSTRACT This research was aimed at finding the descriptive result about the evalation of handicraft training program in UD Wahyu Artha at Menyali village, by using descriptive research design. The subject of this research was the entire employees in UD Wahyu Artha who followed this training program. They were 18 employees. The object of this reseacrh defined into two types of object. The first one was material object and the second one was formal object. Meanwhile the formal object was a training process. The material object in this reseacrh was the employees of UD Wahyu Artha who followed this handicraft training program. The data researcher collected the data by using observation, interview technique, note the written document and questionnaire. These data were analyzed in descriptive technique. The evaluation of training implementation on making craft on UD Wahyu Artha overall could be categorized successfully with very good grade. So the implementation of training could improve and increase the employee’s performance. Key words: evaluation training program
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
PENDAHULUAN Karyawan merupakan faktor produksi yang senantiasa bergerak dan selalu berubah-ubah, mempunyai akal dan perasaan serta motivasi, jika tenaga kerja sebagai faktor produksi merasa senang bekerja dengan penuh semangat dan bergairah, maka dapat dipastikan bahwa tujuan yang telah ditetapkan perusahaan atau organisasi akan semakin mudah tercapai. Oleh karena itu kualitas sumber daya manusia senantiasa harus dikembangkan dan diarahkan agar tercapainya tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Di samping itu, para manajer harus mempunyai pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan kepemimpinan mereka. Dalam sejumlah situasi, para pemberi kerja telah mendokumentasikan bahwa pelatihan yang efektif akan menghasilkan peningkatan produktivitas yang lebih banyak dari sekadar menutup biaya pelatihan. Suatu program pelatihan yang efektif dan efisien yang diperoleh melalui pendidikan formal dan nonformal yang dimiliki karyawan akan turut meningkatkan kemampuan dan penguasaan terhadap pekerjaannya yang pada akhirnya berdampak pada produktivitas kerja yang baik. Pelatihan diberikan dalam upaya meningkatkan kemampuan para karyawan dalam menghadapi tuntutan atau perubahan lingkungan sekitar. Pemberian pelatihan kepada para karyawan bertujuan memberdayakan karyawan agar mampu berpartisipasi aktif pada proses perubahan lingkungan. Melalui pelatihan para karyawan akan mampu melakukan menilai sejauh mana efektivitas dan efisiensi dari program pelatihan yang telah dilakukan. Salah satu klaster industri yang ada di Kabupaten Buleleng adalah klaster industri kerajinan tangan hidup mandiri, contohnya
perubahan dari kebiasaan lama menjadi lebih baik terhadap perubahan sikap, ketrampilan dan pengetahuan dalam melakukan suatu pekerjaan sesudah mengikuti program pelatihan. Hal ini didukung pula dari teori yang dinyatakan oleh Nasution (1994: 70) “Adanya peningkatan keahlian, pengetahuan dan sikap karyawan terhadap tugastugasnya dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam pelatihan akan merubah tingkah laku guna mendapatkan produktivitas yang tinggi”. Setiap pelatihan hendaknya harus dievaluasi untuk menilai apakah program yang ditetapkan telah mencapai tujuan atau tidak sehingga nantinya bisa dilakukan perbaikan kembali bila ternyata belum mencapai tujuan dari organisasi. Harapannya program ini dapat berlanjut dan memberikan manfaat bagi organisasi. Hal ini didukung pula dari teori yang dinyatakan oleh Sulistiyani (2003: 178) tujuan dari evaluasi program pelatihan adalah untuk menguji dan menilai apakah progam pelatihan yang telah dijalani, secara efektif mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan organisasi. Meningkatnya volume penjualan merupakan salah satu aspek penting dalam perusahaan, untuk itu perusahaan terus berupaya memperbaiki kinerja karyawan degan melakukan pelatihan sebagai upaya meningkatkan produktivitas kerja. Berdasarkan wawancara awal ternyata evaluasi pelatihan pada UD Wahyu Artha tidak terintegrasi secara keseluruhan padahal hal ini sangat perlu dilakukan agar dapat (handicraft) yang terletak di Desa Pekraman Menyali, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Banyak diantara penduduknya memulai dengan
membangun
industri
kecil
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016) seperti industri kerajianan tangan dari aluminium, seng dan tembaga. Pada awalnya pengarajin di Desa Menyali hanya membuat kerajinan tangan dengan jenis produk yang terbatas untuk fasilitas upakara umat Hindu di Bali, adapun produk tersebut antara lain: bokor, dulang, sangku, pabuan, dan saab. Seiring perkembangan zaman akhirnya jenis produk kerajinan tangan lebih banyak menggunakan bahan dasar aluminium karena harganya yang lebih murah dan proses pembutannya lebih mudah. Produk kerajianan tangan dari aluminium kini telah dapat dinikmati atau dimanfaatkan oleh umum seperti pas foto, cermin, pernak-pernik natal, hiasan lampu gantung, pas bunga, hiasan dingding, tempat tisu, dan tempat file. Salah satu pengerajin usaha ini adalah I Gede Ardana sekaligus pemilik UD Wahyu Artha. Kerajinan tangan (Handicraft) sudah ditekuninya sejak tahun 70-an. Sedangkan UD Wahyu Artha didirikan pada tahun 2004. Meningkatnya volume penjualan merupakan salah satu aspek penting dalam perusahaan, untuk itu perusahaan terus berupaya memperbaiki kinerja karyawan degan melakukan pelatihan sebagai upaya meningkatkan produktivitas kerja. Berdasarkan wawancara awal ternyata evaluasi pelatihan pada UD Wahyu Artha tidak terintegrasi secara keseluruhan padahal hal ini sangat perlu dilakukan agar dapat menilai sejauh mana efektivitas dan efisiensi dari program pelatihan yang telah dilakukan. Data hasil wawancara awal menunjukkan bahwa evaluasi program pelatihan tidak terintegrasi secara lengkap dari empat tahapan evaluasi pelatihan yang dilaksanakan meliputi: (1) Reaksi peserta pelatihan, (2) Pembelajaran, (3) Perilaku peserta pelatihan, dan (4) Hasil peserta pelatihan. Dari keempat tahapan tersebut tahapan ketiga hampir jarang dievaluasi, sedangkan aspek yang
sering dievaluasi adalah hasil dan pembelajaran. Hal ini mengidentifikasi bahwa evaluasi dari program pelatihan masih dianggap remeh atau tidak begitu penting untuk dilaksanakan sehingga evaluasi dari pelaksanaan pelatihan lebih memprioritaskan pada aspek hasil dan pembelajaran dibandingkan dengan aspek lainnya. Padahal idealnya evaluasi pelatihan harus mencakup empat tahapan penilaian, hal ini juga diperkuat oleh teori yang dinyatakan Tulus (1995:113) bahwa evaluasi pelatihan meliputi empat tahapan yaitu: (1) Reaksi, (2) Proses Belajar, (3) Perilaku, dan (4) Hasil. Sehingga berdasarkan permasalahan tersebut perlu diadakan penilaian/menskor kembali seberapa baik sasaran pelaksanaan pelatihan pembuatan kerajinan tangan pada UD Wahyu Artha. Oleh karena itu dibutuhkan suatu proses evaluasi pelaksanaan pelatihan yang akan menilai atau menskor setiap komponen dalam evaluasi pelatihan. Pelatihan ketiga dalam pembuatan kerajinan tangan berlangsung dari tanggal 13 Oktober sampai dengan 16 Oktober 2015. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh temuan deskriptif mengenai evaluasi pelakasanaan pelatihan pembutan kerajinan tangan (handicraft) pada UD Wahyu Artha di Desa Menyali yang meliputi 4 aspek penilaian (1) reaksi peserta pelatihan, (2) pembelajaran peserta pelatihan, (3) perubahan sikap dan ketrampilan peserta pelatihan dan (4) hasil kinerja peserta pelatihan. Hasil penelitian ini mempunyai dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu ekonomi manajemen di bidang Manajemen Sumber Daya Manusia khususnya pada pelatihan dan pengembangan. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016) informasi bagi karyawan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang mempunyai manfaat besar dalam meningkatkan kemampuan dibidang pembuatan kerajinan tangan dari bahan aluminium, sedangkan bagi perusahaan dari laporan ini nantinya perusahaan dapat melihat bahwa betapa pentingnya dilakukan sebuah evaluasi pelatihan untuk mendapatkan kualitas tenaga kerja yang handal. Pelatihan menurut Ardana, dkk. (2012: 91) merupakan bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan ketrampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan praktik dari pada teori. Hal ini sesuai dengan pendapat Rivai dan Sagala (2010: 211) yang menyatakan pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan pada praktik daripada teori. Sedangkan Gorda (2004: 137) menyatakan pelatihan adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki kemampuan karyawan dengan cara meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya di dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab. Berdasarkan pendapat para pakar tersebut, dapat disimpulkan bahwa pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan pada praktik dari pada teori. Tahapan proses pelatihan terdapat paling kurang tiga tahapan utama dalam pelatihan yakni: (1) analisis kebutuhan pelatihan (training needs analysis/TNA), (2) implementasi program pelatihan, dan (3) evaluasi
pelatihan (Irianto (2001: 18). Tujuan pelatihan menurut Simamora (dalam Sulistiyani dan Rosidah 2003: 176) adapun tujuan pelatihan meliputi: (a) memperbaiki kinerja, (b) mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru supaya menjadi kompeten dalam karyawan, (c), membantu memecahkan persoalan operasional, (d) mempersiapkan karyawan untuk promosi, (e) mematuhi kebutuhankebutuhan pertumbuhan pribadi. Hanggraeni (2012: 98) menyatakan pelatihan memiliki manfaat bukan hanya bagi perusahaan tapi juga bagi individu, berikut adalah manfaat pelatihan bagi perusahaan: (a) meningkatkan profitabilitas, (b) meningkatkan pengetahuan dan keahlian kerja, (c) meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja, (d) meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya operasi yang diakibatkan karena kesalahan operasional, (e) meningkatkan pengembangan organisasi (organizational development). Sedangkan manfaat bagi individu: (a) membantu pekerja menyelesaiakan masalah kerja yang mungkin timbul, (b) meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja individu, (c) menyediakan kepercayaan diri dan pengembangan diri individu, (d) menyediakan informasi kepada pekerja tentang cara untuk mengembangkan kemampuan kepemimpinan, komunikasi, dan siakap individu, (e) membantu pekerja untuk membuat keputusan yang lebih baik, cepat dan efisien. Sedangkan menurut Dessler (1993: 248) pelatihan mempunyai upaya untuk memperbaiki ketrampilan dasar yang diperlukan pegawai baru dan lama untuk melaksanakan pekerjaan. Berdasarkan pemaparan para pakar tersebut dapat disimpukan bahwa tujuan pelatihan bukan hanya bagi perusahaan saja tapi juga bagi individu. Tujuan yang cukup esensial dalam penyelenggaraan pelatihan karyawan yaitu mempunyai
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016) andil yang besar dalam menentukan efektivitas dan efiesiensi organisasi. Berbagai manfaat dapat dirasakan antara lain: meningkatkan kualitas dan produktivitas, menciptakan sikap, loyalitas, dan kerjasama yang lebih menguntungkan, memenuhi kebutuhan perencanaan SDM, dan lain-lain. Definisi Evaluasi Pelatihan Menurut Ruky (2003: 248) evaluasi pelatihan bertujuan untuk menilai apakah pelatihan yang dilaksanakan tersebut benar-benar efektif dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, bila pelatihan yang telah dilaksanakn dinilai telah mencapai hasil yang diinginkan, pelatihan tersebut dianggap “berhasil guna”. Pendapat yang sama juga dinyatakan oleh Sunyonto (2012: 142) evaluasi program pelatihan adalah menguji apakah pelatihan tersebut efektif di dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan, supaya efektif pelatihan harus merupakan solusi yang tepat bagi permasalahan organisasi, yaitu bahwa pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki kekurangan ketrampilan. Rachmawati (2008) mengemukakan tingkat pencapaian efektivitas dan efisiensi suatu program diklat dapat diketahui dari hasil evaluasi diklat yang kemudian dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan dalam pengendalian diklat sekaligus untuk bahan penyempurnaan diklat diwaktu yang akan datang. Sedangkan menurut Kirkpatrick (1998), evaluasi program pelatihan dapat dilakukan melalui empat tahap, yaitu: reaction evaluation, learning evaluation, behavior evaluation dan result evaluation. Berdasarkan pemaparan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa program evaluasi pelatihan bertujuan menilai program pelatihan yang dilaksanakan tersebut benar-benardapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan yang kemudian dapat dijadikan masukan dan
bahan pertimbangan dalam pengendalian diklat sekaligus untuk bahan penyempurnaan diklat di waktu yang akan datang, evaluasi pelatihan dapat dilakukan melalui empat tahapan evaluasi yaitu: reaction evaluation, learning evaluation, behavior evaluation dan result evaluation. Alasan perlunya melakukan evaluasi pelatihan menurut Noe (2010) menyatakan bahwa untuk sementara waktu produktivitas kerja pun menjadi hilang karena pelatihan, untuk meyakinkan bahwa program pelatihan yang diselenggarakan tidak sia-sia, maka perlu dilakukan evaluasi program pelatihan. Secara khusus, Kirkpatrick (1998) mengemukakan alasan mengapa suatu pelatihan perlu dievaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah pelatihan dapat memberikan kontribusi pada pencapaian tujuantujuan organisasi atau tidak. Tidak hanya itu, pelatihan juga perlu dievaluasi untuk memutuskan apakah program pelatihan tersebut perlu dilanjutkan atau tidak, yang terakhir adalah evaluasi pelatihan dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai bagaimana meningkatkan dan mengembangkan program pelatihan yang akan datang. Model Evaluasi Pelatihan Kirkpatrick menurut Kirkpatrick (2005) evaluasi terhadap efektivitas program pelatihan dilakukan melalui empat level yaitu sebagai berikut: (a) level 1 (reaksi) Evaluasi di level 1 bertujuan untuk mengukur tingkat kepuasan peserta pelatihan terhadap penyelenggaraan pelatihan, (b) level 2 (belajar) Evaluasi di level 2 bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman peserta terhadap materi training atau sejauh mana daya serap peserta program pelatihan pada program pelatihan yang telah diberikan, (c) level 3 (perilaku) Evaluasi di level 3 bertujuan untuk mengukur perubahan perilaku kerja peserta pelatihan setelah mereka kembali ke dalam lingkungan
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016) kerjanya, dan (d) level 4 (hasil) bertujuan untuk mengetahui hasil perubahan perilaku kerja peserta
METODE Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, penelitian dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena. Menurut Arikunto (2009: 234) bahwa penelitian deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan apa adanya tentang suatu gejala atau keadaan di lapangan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan pada UD Wahyu Artha yang mengikuti pelatihan pembuatan kerajianan tangan sebanyak 18 orang yang diselengarakan pada tanggal 13 Oktober sampai dengan 16 Oktober 2015. Ukuran populasi yang kecil ini menyebabkan tidak dilakukannya pengambilan sampel, karena seluruh anggota populasi menjadi unit analisis. Subjek penelitian ini adalah UD Wahyu Artha, sedangkan objek dari penelitian ini ada dua yaitu objek material dan objek formal. Objek material dalam penelitian ini adalah peserta pelatihan pembuatan kerajinan tangan pada UD Wahyu Artha, sedangkan objek formalnya adalah proses pelatihan pembuatan kerajinan tangan. Variabel dalam penelitian ini adalah evaluasi pelaksanaan pelatihan pembuatan kerajinan tangan dengan indikator yang dapat didefinisikan sebagai berikut: (1) reaksi merupakan respon peserta terhadap materi pelatihan, jenis dan metode pelatihan yang dipergunakan, instruktur pelatihan, dan fasilitas pelatihan, (2) pembelajaran merupakan pengetahuan, keahlian, sikap yang diperoleh sebagai hasil dari pelatihan, (3) perilaku merupakan perubahan sikap dan keterampilan yang terjadi pada peserta akibat dari pelatihan yang diikuti, dan (4) hasil
pelatihan terhadap tingkat produktivitas perusahaan.
merupakan outcome yang dicapai karyawan dalam memproduksi kerajinan tangan, yang dilihat melalui praktik setelah pelatihan. Jenis dan sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer yang bersumber dari tangan pertama (first hand data). Adapun data primer dalam penelitian ini yaitu wawancara tidak terstruktur, dan hasil kuisioner terhadap evaluasi pelaksanaan pelatihan pembuatan kerajinan tangan. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: (a) observasi merupakan suatu cara pengumpulan data dengan pengamatan langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap objek yang akan diteliti, metode ini bertujuan untuk mengamati kebenaran di lapangan, dalam hal ini yaitu evaluasi pelaksanaan pelatihan pembuatan kerajinan tangan pada UD Wahyu Artha di Desa Menyali, (b) wawancara Dalam pelaksanaanya penulis berinteraksi langsung kepada pemilik dan karyawan UD Wahyu Artha. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur yakni penulis mengajukan secara bebas sesuai dengan informasi yang diperlukan kemudian hasil dari jawaban narasumber dikembangkan lebih lanjut untuk mendapatkan informasi lebih lengkap. Dalam penelitian ini wawancara dipergunakan untuk
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016) menjaring data mengenai hasil evaluasi pelaksanaan pelatihan pada periode bulan April 2015, (c) pencatatan dokumen adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan pencatatan atau pengumpulan dokumen-dokumen. Dalam hal ini untuk menjaring data mengenai profil perusahaan, jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan dan jenis produk yang dihasilkan, (d) Kuesioner pada teknik ini diperoleh dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk menjawab pertanyaan terutama yang berhubungan dengan evaluasi pelatihan yang akan diteliti yaitu, reaksi peserta pelatihan, pembelajaran peserta pelatihan, dan perubahan perilaku peserta pelatihan. Sesuai dengan teknik pengumpulaan data, instrumen dalam penelitian ini meliputi dua tahapan yaitu: (1) pedoman wawancara merupakan panduan berupa daftar pertanyaan yang digunakan dalam melakukan wawancara untuk memperoleh data mengenai evaluasi pelaksanaan pelatihan pembuatan kerajinan tangan (reaksi peserta, pembelajaran, perilaku peserta dan hasil peserta). Wawancara ini berpedoman pada wawancara tidak terstruktur HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pada bagian ini akan disajikan hasil penelitian mengenai evaluasi pelaksanaan pelatihan pembuatan kerajinan tangan pada UD Wahyu Artha di Desa Menyali seperti yang nampak pada Tabel 1. Tabel 1 Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan Pembuatan Kerajinan Tangan Pada UD Wahyu Artha di Desa Menyali Pada Periode Tanggl 13 sampai dengan 16 Bulan Oktober Tahun 2015
terhadap pemilik dan karyawan UD Wahyu Artha yang mengikuti pelatihan, dan (2) tabel kerja merupakan tabel yang dibuat sedemikian rupa untuk mencatat hal-hal penting berkaitan dengan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Data ini berpedoman pada arsip-arsip di UD Wahyu. Metode Analisis Data dalam penelitian ini dilakukan melalui hasil survei dengan menggunakan metode analisis data deskriptif. Metode analisis deskriptif merupakan cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada di lapangan sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai evaluasi pelaksanaan pelatihan pada UD Wahyu Artha yang meliputi: (1) reaksi peserta pelatihan, (2) pembelajaran peserta pelatihan, (3) perilaku peserta pelatihan, dan (4) kinerja peserta pelatihan. Untuk menganalisis dimensi evaluasi pelaksanaan pelatihan pembuatan kerajinan tangan di Desa menyali diperoleh dengan memberikan kriterian penilaian penilaian untuk masingmasing indikatornya.
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
2
Komponen Evaluasi Pelatihan Reaksi Peserta Pelatihan Pembelajaran Peserta Pelatihan
3
Perilaku Peserta Pelatihan
4
Hasil Peserta Pelatihan
No 1
Skor
Katagori
Total Nilai
Katagori
28
Reaktif Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
4
Baik
5
Sangat Baik
5
Sangat Baik
5
Sangat Baik
20 18 19
Total
85
Rata-rata
21
Hasil penelitian pada Tabel 1 menunjukan bahwa bahwa secara keseluruhan reaksi peserta terhadap pelatihan baik dilihat dari reaksi per materi dan per orangan masuk dalam katagori reaktif. Hasil ini menunjukkan peserta pelatihan memiliki reaksi yang reaktif atau berantusias terhadap materi, instruktur, metode dan fasilitas yang disediakan saat pelatihan berlangsung. Hasil Penelitian ini didukung oleh teori dari Eko (2005: 4, dalam Kirkpatrick’s Training Evaluation Model) menyatakan mengukur reaksi bisa dilakukan dengan menggunakan reaction sheet yang berbentuk kuesioner. Evaluasi terhadap reaksi ini sebenarnya dimaksudkan untuk mendapatkan respon dari peserta terhadap materi, metode, instruktur dan fasilitas dari penyelenggaraan pelatihan. Pada tahap kedua yaitu dimensi pembelajaran peserta pelatihan lebih menekankan pada sejauhmana materi yang disampaikan bisa dipahami oleh peserta pelatihan dengan membandingkan hasil pembelajaran sebelum mengikuti pelatihan dan setelah mengikuti pelatihan. Pada tahapan ini dapat diukur dengan menggunakan hasil selisih dari pre test dan post test. Secara keseluruhan terdapat peningkatan pengetahuan dari peserta pelatihan terhadap materi yang diberikan. Sehingga aspek pembelajaran dikatagorikan sangat baik.
19 5
Sangat Baik Sangat Baik
Pada dimensi perilaku peserta pelatihan secara keseluruhan perubahan sikap dan keterampilan peserta pelatihan pembuatan kerajianan tangan dari aluminium berada pada kategori sangat baik. Penskoran perubahan sikap dan ketrampilan dengan memberikan bobot skor terhadap masing-masing aspek yang terdiri dari kemandirian, kejujuran, kedisiplinan dan tanggungjawab dengan mengunakan dua kriteria penilaian yaitu: (1) penilaian berdasarkan per orangan yang mengikuti pelatihan, dan (2) penilaian berdasarkan per materi. sehingga tanggungjawab atas pekerjaannyadikerjakan dengan penuh kesadaran diri serta memiliki perilaku kerja yang baik. Pada dimensi hasil dari pelaksanaan peserta terhadap pelatihan pembuatan kerajinan tangan pada UD Wahyu Artha di Desa Menyali bertujuan untuk mengetahui hasil perubahan perilaku kerja peserta pelatihan terhadap tingkat produktivitas perusahaan. Hal ini ditunjukkan dari hasil produksi yang dibuat peserta sesuai dengan arahan baik itu materi dan pembelajaran selama proses pelatihan berlangsung. Secara keseluruhan total hasil penilaian dapat disimpulkan evaluasi pelaksanaan pelatihan berada pada katagori sangat baik. Hal ini bisa dilihat
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016) dari hasil penilaian masing-masing aspek, dimana reaksi dan pembelajaran berada pada katagori sangat baik, sedangkan perilaku berada pada katagori cukup baik, serta hasil peserta pelatihan berada pada katagori baik. Bobot penilaian yang diberikan sesuai Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian mengenai reaksi karyawan memberikan implikasi bahwa reaksi peserta pelatihan terhadap materi, instruktur, metode dan fasilitas pelatihan sudah berada pada katagori reaktif hal ini dapat dilihat melalui kriteria penilaian berdasarkan perorangan dan per materi dimana peserta berantusias dengan materi, instruktur, metode dan fasilitas yang disediakan. Hasil Penelitian ini didukung dari teori yang dinyatakan Eko 2005: 4, dalam Kirkpatrick’s Training Evaluation Model) mengukur reaksi bisa dilakukan dengan menggunakan reaction sheet yang berbentuk kuesioner. Evaluasi terhadap reaksi ini sebenarnya dimaksudkan untuk mendapatkan respon dari peserta terhadap materi, metode, instruktur dan fasilitas dari penyelenggaraan pelatihan. Kajian empirik yang turut mendukung temuan hasil penelitian ini dilakukan oleh Jeane Marie Tulung (2014) dengan judul penelitian “Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV di Balai Diklat Keagamaan Manado” menyatakan pada dimensi reaksi diperoleh instansi penyelenggara Diklatpim IV, dalam hal ini Balai Diklat Keagamaan Manado adalah instansi yang layak untuk menyelenggarakan Diklatpim IV bagi PNS pemangku jabatan eselon IV. Pada dimensi pembelajaran dilakukan berdasarkan perbandingan pemahaman peserta pelatihan terhadap materi pelatihan pembuatan kerajinan tangan sebelum mengikuti pelatihan dan setelah mengikuti pelatihan. Pada tahapan ini dapat diukur dengan
dengan pelatihan dengan skor yang berbeda-beda sesuai dengan pelatihan yang paling ditekankan. Sehingga kedepannya pelatihan pada aspek perilaku perlu di perhatikan dan bisa menjadi bagian dari prioritas pelatihan.
menggunakan hasil selisih dari pre test dan post test. Secara keseluruhan peningkatan pengetahuan dari peserta pelatihan terhadap materi yang diberikan selama proses pembelajaran berlangsung berada pada kategori sangat baik. Hasil penelitian ini didukung dari teori yang dinyatakan Eko (dalam Kirkpatrick’s Training Evaluation Model, 2005: 4) program pelatihan dikatakan berhasil ketika aspek tersebut mengalami perbaikan dengan membandingkan hasil pengukuran sebelum dan sesudah pelatihan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan kajian empirik yang dilakukan oleh Revoldi (2009) dengan judul penelitian “Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan (Studi Madya Pusdiklatwas BPKP)” adapun hasil penelitian ini adalah evaluasi dari dimensi pembelajaran peserta ternyata mendapatkan kemajuan yang luar biasa berkaitan dengan kompetensi yang disampaikan dalam program diklat. Pada dimensi perilaku peserta pelatihan diskor melaui observasi atau pengamatan langsung di lapangan dari sudut pandang bukan berdasarkan posisi atau status sosial kerja dengan katagori sangat baik yang mengacu pada penilaian baik per orangan dan per materi. Hasil penelitian ini didukung dari teori yang dinyatakan oleh Eko (dalam Kirkpatrick’s training evaluation model, 2005: 4) evaluasi pada dimensi perilaku dapat dilakukan melalui observasi langsung kedalam lingkungan kerja peserta atau kuesioner. Dari sini diharapkan dapatmengetahui perubahan perilaku kerja peserta sebelum dan
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016) setelah mengikuti program pelatihan. Kajian empirik yang turut mendukung hasil dari penelitian ini dilakukan oleh Jeane Marie Tulung (2014) yang menyatakan bahwa evaluasi pada dimensi perilaku telah memantapkan sikap dan semangat pengabdian memperlihatkan bahwa pegawai yang telah mengikuti diklat meningkat kemauan kerjanya sehingga tanggung jawab atas pekerjaannya dikerjakan dengan penuh kesadaran diri serta memiliki perilaku kerja yang baik. Pada dimensi hasil peserta pelatihan pembuatan kerajinan tangan sudah menunjukkan keberhasilan pelaksanaan pelatihan proses pembuatan pembuatan kerajinan tangan, hal ini memberikan manfaat positif di dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerja karyawan. Adapun yang mendukung hasil penelitian ini sesuai dengan kajian empirik dari Revoldi (2009) dengan judul penelitian PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Reaksi peserta terhadap pelatihan pembuatan kerajinan tangan pada UD Wahyu Artha di Desa Menyali yang mengacu pada dua kriteria penilaian yaitu: (1) penilaian berdasarkan perorangan yang mengikuti pelatihan, dan (2) penilaian berdasarkan permateri. Secara keseluruhan reaksi peserta terhadap materi, instruktur, metode dan fasilitas pelatihan berada pada kategori reaktif, ini menunjukkan peserta pelatihan memiliki reaksi yang reaktif. Pembelajaran peserta terhadap pelatihan pembuatan kerajinan tangan pada UD Wahyu Artha di Desa Menyali berada pada kategori sangat tinggi. Hal ini berkaitan erat dengan peningkatan pengetahuan peserta terhadap pola dan motif baru terhadap kerajinan
“Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan (Studi Madya Pusdiklatwas BPKP)” adapun hasil penelitian ini diperoleh evalusi pada dimensi hasil menunjukkan peningkatan kinerja pegawai terhadap pekerjaan sehari-hari, karena program diklat melatih mental sebagai PNS, program diklat sebagai landasan pola pikir, aplikatif dan banyak dilaksanakan diskusi seminar tentang unit-unit kerja. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah ruang lingkup penelitian masih tergolong skala bisnis kecil sehingga permasalahn yang ditemukan tidak begitu kompleks. Disarankan kedepannya bagi peneliti yang tertarik menganalis evaluasi pelaksanaan pelatihan untuk mengembangkan penelitian ini dengan melakukan penelitian ke perusahaan bisnis yang besar, karena biasanya di perusahaanperusahaan besar evaluasi pelaksanaan pelatihan lebih kompleks.
tangan yang berbahan dasar aluminium tinggi. Perubahan sikap dan keterampilan peserta pelatihan pembuatan kerajinan tangan pada UD Wahyu Artha di Desa Menyali dilihat dari aspek kemandirian, kejujuran, kedisiplinan dan tanggung jawab peserta pelatihan berada pada kategori sangat baik dengan mengacu pada dua kriteria penilaian: (1) penilaian berdasarkan perorang yang mengikuti pelatihan, dan (2) penilaian berdasarkan permateri. Hasil pelaksanaan pelatihan pembuatan kerajinan tangan memberikan dampak positif terhadap peningkatan hasil kinerja karyawan dalam proses pembuatan kerajinan tangan berada pada kategori sangat tinggi. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan secara keseluruhan penilaian dari evaluasi pelaksanaan pelatihan pada karyawan UD Wahyu
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016) berjalan dengan sangat baik. Sehingga dengan adanya pelatihan bagi karyawan dapat memberikan dampak positif bagi kemajuan organisasi. Berdasarkan kesimpulan diatas dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut. (1) Bagi karyawan UD Wahyu Artha, agar lebih meningkatkan efektivitas pelatihan yang dilaksankan, terutama dalam meningkatkan reaksi dari peserta agar tidak terkesan membosankan dengan memberikan lebih banyak praktek dibandingkan dengan teori. Sehingga nantinya seluruh peserta pelatihan benar-benar dapat mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan yang diperolehnya selama
pelatihan pada pekerjaannya. Selain itu diperlukan analisis kebutuhan, tujuan dan desain program pelatihan yang lebih matang terutama dalam penentuan muatan materi pelatihan serta sarana dan prasarana pelatihan. (2) Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengkaji aspek yang serupa yaitu evaluasi pelaksanaan pelatihan pembuatan kerajinan tangan diharapkan untuk mengembangkan penelitian ini dengan menggunakan populasi dan sampel yang lebih luas agar hasil penelitian lebih teruji keandalannya.
DAFTAR RUJUKAN Ardana, I Komang dkk. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Graha Ilmu. Gorda, Ngurah.1994. Manajemen Sumber Daya Manusia, Denpasar: PT. Widya Kirya Gematama. ---------.2004. Manajemen Sumber Daya Manusia, Denpasar: Astabrata Hanggreani, Dewi.2012. Manajemen Sumber Daya Manusi, Jakarta: Fakultas Universitas Indonesia. Haris, J. Pranowo. 2012. “Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III (Studi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia) “. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Universitas Indonesia. Irianto, Jusuf. 2001. Manajemen Pelatihan (Dari Analisis Kebutuhan sampai Evaluasi Program Pelatihan), Surabaya:
Insan Cendekia. Kirkpatrick, D. L. 2005. Kirkpatric’s ttaining evaluation model. Tersedia pada http: //www.bussinesballs.com/ Kirkpatricklearningevaluationmod el.htm, (diakses pada tanggal 23 september 2015) Kirkpatrick, D. L. 1998. Evaluating Training Programs : The Four Levels. San Fransisco: BerrettKhoehler Publisher, Inc. Kirkpatrick, L. Donald. 2005. Evaluating Training Programs, 2nd Edition, Berret- Koehler Publisher, Inc., San Fransisco. Kusdyah, Ike. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: CV Andi Offset. Marine, Jaene. Tulung. 2014. “Evaluasi Program Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Di Balai Diklat Keagamaan Manado”. Volume III, Nomor 3
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016) (hlm 1-14). Muh, A. Ihsan. Afdhalul. 2015. “Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Wajo”. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Hasanudin. Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan (Dari Teori Ke Praktik). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Rosidah, Sulistiyani.2003.Manajemen
Sumber Daya Manusia (Konsep, Teori, Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik), Yogyakarta: Graha Ilmu. Ruky, S. Achmad. 2003. Sumber Daya Manusia Berkualiats Mengubah Visi Menjadi Realistis, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sunyanto, Danang. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: CAPS. Samsudin, Sadili. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung: CV Pustaka Setia.