EVALUASI OPERASIONAL JARINGAN PIPA AIR LIMBAH DI KAWASAN SANUR, BALI Dita Febriani DDP* dan Ati Hartati** Teknik Lingkungan FTSP ITS Surabaya *email:
[email protected] **email:
[email protected]
Abstrak Sanur salah satu tempat di Bali yang terkenal memiliki pantai yang indah. Makin berkembangnya pariwisata di Sanur menyebabkan masalah tersendiri. Dibutuhkan komitmen dari pemerintah dalam menjaga agar pusat pariwisata, daerah Sanur, tetap menarik untuk dikunjungi. Sebagai tindak lanjutnya, tercetuslah suatu program pengelolaan air buangan terpadu yang dikenal dengan Denpasar Sewerage Development Project (DSDP). DSDP menyalurkan limbah domestik dari area pemukiman dan daerah wisata untuk diproses pada wastewater treatment plant yang berada di daerah Benoa. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi jaringan pipa air limbah yang ditinjau dari segi aspek hidrolis. Kemudian dillakukan evalusai pada jaringan pipa khususnya pada wetpit dan juga evaluasi kapasitas rumah pompa Sanur. Hasil akhir dari evaluasi ini adalah pada jaringan pipa air limbah didapatkan Qrata-rata harian sebesar 1,032 m3/menit. Jaringan pipa di wetpit dioperasikan secara manual. Yang hanya dioperasikan selama 3 jam setiap 3 hari sekali. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya overflow disetiap wetpit. Sedangkan untuk operasional pada rumah pompa Sanur terdapat 3 buah pompa dan satu unit sebagai cadangan. Debit yang masuk ke rumah pompa adalah 1,032 m3/menit. Hal ini menandakan bahwa belum semua jaringan pipa terpasang oleh masyarakat. Karena pada perencanaan debit yang direncanakan adalah 10,34 m3/menit. Dengan melihat perbandingan antara debit perencanaan dan debit eksisting hanya 10 % jaringan pipa yang sudah terpasang. Kata kunci : Air buangan, jaringan pipa , Sanur
Sanur is one of the famous places in Bali which has beautiful beach. The development of Sanur brings some problems. It’s need commitment by the government to reserve Sanur beach as an interesting place to visit. One of its action is a comprehensive sewerage project, it’s called “ Denpasar sewerage Development Project (DSDP)”. DSDP channels domestic waste from resident and tourism area to be processed by wastewater treatment plant in Benoa.
1
The sewerage network evaluation is considered from the hydraulic aspect. Then evaluation is accomplished on the sewer pipe especially in wetpit and Sanur pumping station capacity evaluation. The result of this evaluation is the sewer network that flowrate is 1,032 m3/minute. Sewer network in wetpit is operated mannualy for 3 hours once in 3 days. This matter cause overflow in every wetpit. Whereas the operational in Sanur pumping station consists of 3 unit pumps, and 1 unit back up pump. The flow rate in pumping station is 1,032 m3/minute. This is showed that all the sewer network has not been applicated by the citizen yet. It is caused by the plan flowrate is a0,34 m3/minute. There is only 10 % sewer network which has been aplicated, from comparing between the plan flowrate and eksisting flowrate. Keyword : Wastewater, Sewer, Sanur
Pendahuluan Penanganan dan pengendalian pencemaran pada kawasan wisata pulau bali terutama di kawasan Sanur menjadi sangat vital mengingat daerah tersebut telah menjadi kawasan yang padat, sehingga sebagian air tanah di wilayah tersebut sudah tidak layak dikonsumsi. Pemerintah Bali yang sudah menyadari masalah tersebut mulai membuat system penyaluran air limbah modern melalui program Denpasar Sewerage Develoment Program (DSDP) dengan kawasan pelayanan pusat kota Denpasar dan dua kawasan wisata (Sanur dan Kuta), dengan dana pinjaman pemerintah Jepang (JBIC) dan dana pemerintah Indonesia (Pemerintah Pusat, Propinsi Bali, Kota Denpasar dan Kabupaten Badung). Dalam Master Plan ditetapkan wilayah pelayanan sistem perpipaan air limbah DSDP adalah seluas 4,04 ha, yang terdiri dari area permukiman dan kawasan wisata yang merupakan penghasil limbah terbanyak. Konstruksi program tersebut sudah berjalan mulai tahun 2004 dan selesai di tahun 2008.
1
Sanur mempunyai topografi yang relatif datar sehingga diperlukan penanaman pipa yang dalam. Berdasarkan kriteria perencanaan kedalaman maksimal penanaman pipa adalah 7 m. Ketika penanaman pipa lebih dari 7 m, maka diperlukan pemompaan untuk menaikkan level air limbah. Pemompaan yang dioperasikan tidak rutin sehingga menyebabkan pompa cepat rusak. Perumusan masalah dari perencanaan ini adalah:
2
-
Bagaimana kondisi eksisting sistem operasional jaringan pipa air limbah yang ada di Sanur.
-
Bagaimana menghadapi permasalahan yang terjadi pada jaringan pipa air limbah Adapun tujuan dari perencanaan ini adalah:
-
Mengkaji dan menganalisis kondisi eksisting jaringan pipa air limbah di Sanur.
-
Memberikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi pada jaringan pipa air limbah Seorang perancang harus mengetahui sistem-sistem penyaluran air buangan sebelum
merencanakan sebuah sistem penyaluran air buangan. Sistem penyaluran air buangan dapat dibedakan berdasarkan asal airnya atau sistem pengumpulnya, sarananya, dan berdasarkan pengalirannya. 1. Sistem Terpisah (Separate System) Air buangan dan air hujan disalurkan secara terpisah melalui dua saluran yang berbeda. Air hujan disalurkan pada saluran terbuka, sedangkan air buangan disalurkaan pada saluran/pipa tertutup. 2.
Sistem Tercampur (Combined System) Air buangan dan air hujan disalurkan langsung melalui satu saluran yang sama. Dalam perencanaan air buangan ini diperlukan adanya beberapa kriteria sebagai dasar
perencanaan. Kriteria ini perlu ditetapkan untuk mendapatkan suatu perencanaan yang tepat dan terkondisi pada suatu daerah tertentu. Daerah pelayanan sistem penyaluran air buangan ditetapkan berdasarkan hal-hal berikut ini: •
Jumlah penduduk yang dilayani pada suatu jalur pipa atau blok pelayanan.
•
Aktivitas yang dilakukan bangunan-bangunan non domestik
seperti industri, pasar,
dan lain-lain. •
Daerah pelayanan ini disesuaikan dengan daerah pelayanan pada sistem distribusi air minum sehingga sarana sanitasi yang baik pada daerah yang dilayani juga akan tercapai.
3
Selain itu, pembagian jalur pelayanan pengumpulan air buangan ini juga disesuaikan dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya antara lain: •
Tinggi rendahnya tanah, sehingga dapat diketahui garis kemiringan kawasan.
•
Kepadatan penduduk yang ada di kawasan tersebut.
•
Tata guna lahan.
Dalam menentukan besarnya debit air buangan, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, antara lain : •
Kuantitas pemakaian air bersih
•
Sumber air buangan
•
Besarnya pemakaian air bersih
•
Daya resap air hujan
•
Keadaan air tanah
•
Jenis bahan saluran, cara-cara penyambungan dan banyaknya bahan pelengkap lainnya. Besarnya kebutuhan air bersih domestik dapat dihitung berdasarkan pemakaian dari tiap
orang dalam sehari. Sedangkan besarnya kebutuhan air untuk kebutuhan non domestik dihitung berdasarkan pemakaian per unit, per bed, per orang sesuai dengan jenis layanan dalam satu hari. Dari perkiraan besarnya penggunaan air bersih untuk rumah tangga, bangunan umum, institusional dan sebagainya tidak semuanya akan mengalir sebagai air buangan yang akan mencapai sistem penyaluran air buangan. Kehilangan ini dapat terjadi karena evaporasi, penggunaan lain untuk menyiram tanaman, kegiatan mencuci mobil yang biasanya masuk ke saluran drainase dan lain sebagainya. Diperkirakan besarnya kehilangan air tersebut 20 - 30%. Sehingga besarnya air buangan yang mencapai saluran adalah 70 - 80%. Disini dalam perhitungan dipergunakan 70% dari penggunaan air bersih.
4
Gambaran Umum Wilayah Studi Kecamatan Denpasar Selatan dari segi geografis terletak disisi Selatan Kota Denpasar yang memiliki Daerah Laut (pesisir pantai) dan salah satu wilayah kelurahannya terletak disebuah pulau yaitu Kelurahan Serangan. Adapun luas wilayah Kecamatan Denpasar Selatan adalah 4999 Ha yang terdiri dari sawah, tanah kering, tanah basah dan tanah hutan (bakau), tanah perkebunan serta tanah untuk keperluan umum dengan batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara
: Kecamatan Denpasar Timur
Sebelah Selatan
: Samudra Indonesia
Sebelah Barat
: Kecamatan Denpasar Barat, Kecamatan Kuta
Sebelah Timur
: Laut/Selat Badung
Secara umum daerah pelayanan terletak pada ketinggian 0-12 m di atas permukaan air laut. Morfologi landai dengan kemiringan lahan sebagian besar berkisar
0-5% namun dibagian tepi
kemiringannya bisa mencapai 15%. Adanya perkembangan penduduk dan juga industri pariwisata tanpa diimbangi dengan sarana penanganan air limbah yang memadai akan memperburuk kondisi lingkungan. Untuk itu, tahun 1993 telah disusun Master Plan dan studi kelayakan untuk penanganan air limbah dengan dana hibah dari JICA untuk tujuan konservasi kualitas air sungai dan air laut, khususnya di kota Denpasar dan sekitarnya. Selanjutnya detail desain proyek DSDP (Denpasar Sewerage Development Project) dengan wilayah pelayanan pusat kota Denpasar dan dua daerah wisata Sanur dan Kuta mulai dilaksanakan sejak tahun 1997, dengan dana pinjaman pemerintahan Jepang (JBIC) dan dana pemerintahan Indonesia (Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi Bali, Kota Denpasar dan Kabupaten Badung). Dalam master plan, yang disusun pada tahun 1993, ditetapkan wilayah pelayanan meliputi kawasan Denpasar, Sanur, dan Kuta dengan total luas area 4.155 ha. Dari area yang dilayani total 5
sistem perpipaan air limbah seluas 40.400 ha yang akan melayani 103.200 jiwa. Karena area yang dilayani sangat luas sehingga dibuat pentahapan dalam proses pembangunan. Pada dasarnya pembangunan dibagi dalam 2 tahap, namun pada pelaksanaan perencanaan dan pembangunan didasarkan atas tingkat urgenitas wilayah tersebut. Daerah pusat kota, tingkat hunian dan pariwisata yang tinggi menjadi prioritas yang utama. Area perencanaan tahap I seluas 474 ha berada di bagian selatan Sanur. Daerah ini merupakan pusat pariwisata daerah Sanur. Pembangunan tahap I berakhir pada pertengahan tahun 2008
Gambar Skema Sistem Penyaluran Air Limbah DSDP Hasil dan Pembahasan Jaringan pipa air limbah tidak di desain dengan pengaliran saat pipa terisi penuh. Pada kondisi hujan pipa terisi penuh disebabkan kawasan Sanur tergenang air. Adapun masalah-masalah yang terjadi saat kondisi hujan adalah •
Kapasitas air limbah saat hujan lebih dari kapasitas yang direncanakan.
•
Luapan pada wet-pit pumping stasiun karena sistem overflow tidak jalan
•
Luapan pada manhole dan house inlet di daerah rendah.
•
Air limbah di rumah pompa overflow ke saluran drainase/ pantai.
Keempat permasalahan diatas akan dibahas satu persatu sebagai berikut;
6
a.
Kapasitas air limbah saat hujan lebih dari kapasitas yang direncanakan. Pada saat musim hujan kawasan Sanur tergenang. Genangan air merupakan masalah yang
sampai saat ini belum bisa teratasi. Untuk menghindari genangan air masuk ke rumah warga maka warga membuka tutup manhole, sehingga beban pipa air limbah semakin meningkat. Debit air limbah di jaringan pipa akan bertambah dan mengakibatkan pipa terisi penuh dan kapasitas pompa tidak mencukupi. Debit full melebihi kapasitas pompa, hal ini disebabkan pihak DSDP merencanakan jaringan pipa untuk air limbah saja. Adanya penambahan debit air hujan yang tergenang diluar tanggung jawab dari DSDP. Kapasitas pompa di wetpit dengan nomor 3170WP saja yang memenuhi kapasitas pompa yang terpasang. Saat debit full maka pompa yang dioperasikan sebanyak 2 pompa. Karena debit yang akan dipompakan sangat besar sehingga diperlukan penambahan pompa. b.
Luapan pada wetpit karena sistem overflow tidak jalan Pada saat hujan saluran muka air saluran drainase lebih tinggi dibandingkan pipa overflow,
sehingga air limbah yang seharusnya overflow akan naik sampai permukaan wet-pit atau meluap. c.
Luapan pada Manhole dan House Inlet di area rendah Karena adanya manhole dan house inlet yang berada di area rendah atau topografi rendah,
maka manhole dan house inlet yang mempunyai topografi rendah menjadi meluap.Pada wetpit nomor 205WP elevasi pipa overflow berada diatas elevasi House inlet yang berada disekitar wetpit yang alirannya masuk ke wetpit 205 WP. Apabila terjadi overflow di wetpit tersebut maka house inlet yang elevasinya lebih rendah dari elevasi pipa overflow akan meluap. d.
Air limbah di rumah pompa overflow ke saluran drainase / pantai. Saat hujan kapasitas pompa di rumah pompa Sanur tidak mencukupi. Sisa debit full yang
tersisa akan tertampung di wetwell dan semakin lama air akan naik hingga terjadi overflow.
7
Pipa overflow di rumah pompa Sanur terhubung oleh saluran drainase yang kemudian dialirkan menuju sungai loloan. Debit full sisa
= 7,04 m3/menit
LWL dari atas Saluran inlet 1 Saluran inlet 2
= - 3,30 m = - 3,35 m
Wet well
= - 4,50 m
Elevasi overflow
= +1,10 m
Dimensi Panjang saluran inlet 1 Lebar Saluran inlet 1 Panjang saluran inlet 2
= 1,00 m = 2,85 m = 1,00 m
Lebar Saluran inlet 2
= 5,25 m
Panjang wetwell
= 9,00 m
Lebar wetwell
= 5,90 m
Tinggi air HWL - LWL Saluran inlet 1
= 1,10 – (-3.30) = 4,40 m
Saluran inlet 2
= 1,10 – (-3,35) = 4,45 m
Wet well
= 1,10 – (-4,50) = 5,60 m
Luas sumur PxL 8
Saluran inlet 1
= 1 X 2,85 = 2,85 m2
Saluran inlet 2
= 1 X 5,25 = 5,25 m2
Wet well
= 9 X 5,90 = 53,1 m2
Volume L sumur x tinggi air Saluran inlet 1
= 12,54 m3
Saluran inlet 2
= 23,36 m3
Wet well
= 297,36 m3
Volume Total
= 333,26 m3
Sampai terjadi overflow Volume Total : Q maksimum = 333,26 m3 : 7,04 m3/menit = 47,34 menit = 48 menit. Dari perhitungan diatas sisa debit full akan masuk ke wetwell sampai terjadi overflow selama 48 menit. Pada kondisi normal atau tidak ada hujan debit air limbah masih dibawah kapasitas pipa air limbah yang direncanakan debit eksisting ini diperkirakan dari jumlah sambungan yang sudah terpasang karena kesulitan dalam mengukur debit air limbah dilapangan. Permasalahan yang ada saat ini dilapangan adalah Pompa wetpit dan stasiun pompa Sanur dioperasikan secara manual sehingga kemungkinan terjadi overflow air limbah ke saluran drainase atau pantai dengan tidak tepatnya perioda pengoperasian pompa. Adapun analisa dan pembahasan permasalahan sebagai berikut: e.
Operasional pompa secara manual Pada kondisi normal pompa dioperasikan secara manual. Untuk mengetahui apakah terjadi
overflow air limbah pada wet-pit dan wet well stasiun pompa Sanur dilakukan pengecekan dengan 9
membandingkan perhitungan debit eksisting yang masuk ke wetpit dengan debit berdasarkan pemompaan. Untuk debit berdasarkan pemompaan, pompa dioperasikan berdasarkan jam kerja pompa kemudian akan dikalikan dengan kapasitas pompa. Semua wetpit dinyalakan selama 2 jam dan hanya dioperasikan 3 hari sekali. Contoh perhitungan debit eksisting adalah pada wetpit dengan nomor 3056 sebagai berikut: Kapasitas pompa
= 1,3 m3/menit
Pompa dioperasikan
= 3 hari sekali
Lamanya pompa dinyalakan
= 2 jam
Sehingga: Qeksisting
= kapasitas pompa X lamanya pompa dinyalakan = 1,3 X 2 X 60 menit = 156 m3/ 3 hari = 52 m3/hari = 0,036 m3/menit
Dari perhitungan debit diatas maka diketahui debit eksisting rata-rata harian adalah 0,036 m /hari. Berdasarkan perhitungan debit yang masuk dan debit berdasarkan pemompaan, terdapat 3 3
lokasi wet-pit yang terjadi overflow yaitu wet-pit dengan nomor 3194WP, 130WP, dan 205 WP. Pada wet-pit 3194WP air limbah overflow sebanyak 0,004 m3/menit, wetpit 130WP air limbah overflow sebanyak 0,044 m3/menit dan wetpit 205WP air limbah overflow sebanyak 0,132 m3/menit. Sedangkan untuk wetpit yang lainnya dan di stasiun pompa Sanur tidak terjadi overflow. f.
Periode waktu pemompaan tidak tepat menyebabkan air limbah overflow ke saluran drainase / pantai. Pengoperasian pompa secara manual dapat dilakukan apabila periode waktu pemompaan
tepat, agar tidak terjadi overflow. Dengan perhitungan menggunakan debit yang masuk berdasarkan jumlah House Inlet yang terpasang, maka dapat diketahui bahwa periode waktu pemompaan untuk wetpit dengan nomor 3194WP adalah sekitar 280 menit atau sekitar 4 jam dan air limbah yang 10
dipompakan selama 5,89 menit. untuk wet-pit 130WP periode waktu pemompaan adalah 79 menit atau sekitar 1 jam dan air limbah dipompa selama 6,60 menit. sedangkan pada wet-pit 205WP periode pompa adalah 39 menit atau sekitar 0,5 jam dan akan dipompakan selama 7,45 menit. g.
Pompa tidak berfungsi karena impeller terlilit sampah Kurangnya kesadaran masyarakat untuk perawatan jaringan air limbah di kawasan Sanur,
menyebabkan banyaknya sampah yang terdapat pada jaringan air limbah. Selain dari masyarakat adanya sampah yang berasal dari saluran drainase dan sampah yang masuk ketika tutup manhole dibuka oleh masyarakat. Hal ini menyebabkan sampah-sampah terutama plastik yang tidak tersaring terlilit di impeller pompa, akibatnya pompa tidak bisa berfungsi. h.
Tegangan listrik berkurang dan listrik mati. Tegangan listrik yang kurang dapat mengakibatkan pompa tidak dapat berjalan. Dalam
pengoperasian pompa telah ditentukan berapa tegangan minimum dan maksimum pasokan listrik yang masuk ke pompa. Pengaturan ini dimaksudkan agar
umur pompa menjadi lebih lama.
Kurangnya tegangan listrik ini dikarenakan wetpit berada di ujung jaringan listrik, sehingga listrik yang masuk ke pompa telah mengalami banyak penurunan voltase. Selain wetpit berada di ujung jaringan listrik, penyebab kurangnya tegangan listrik ialah sudah berkurangnya effisiensi trafo PLN, sehingga tegangan listrik yang disalurkan lebih rendah daripada yang ditentukan. Air limbah yang masuk akan ditampung ke dalam saluran inlet 1, saluran inlet 2 dan wetwell, kemudian air akan naik sampai terjadi overflow. Hingga terjadi overflow pada debit full maka waktunya adalah 0,3 jam. Sedangkan saat Q rata-rata harian diperlukan waktu selama 4 jam. Solusi permasalahan yang timbul kondisi saat hujan. Adanya berbagai permasalahan kondisi saat hujan, maka perlu solusi dari permasalahan. Dengan adanya solusi dapat dikatakan permasalahan yang terjadi kemungkinan dapat teratasi.
11
a.
Kapasitas air limbah saat hujan lebih dari kapasitas yang direncanakan. Saat hujan kapasitas pemompaan tidak memenuhi debit full yang masuk, maka sebaiknya
dilakukan penambahan pompa. Adanya 2 unit pompa di masing-masing wet-pit sebaiknya pada saat hujan pompa dioperasikan kedua-duanya. Dikarenakan saat musim hujan sekalipun tidak setiap hari kawasan Sanur tergenang air. Jadi kemungkinan pompa rusak akibat dioperasikan keduanya sangat kecil. Kemudian perlu diberi sosialisasi kepada masyarakat agar tidak membuka tutup manhole saat kondisi hujan. Pompa yang diperlukan untuk pompa tambahan dengan kapasitas yang sama dengan kapasitas yang sudah ada. b.
Luapan pada wet-pit pumping stasiun karena sistem overflow tidak jalan Karena air di saluran drainase naik hingga level muka air melebihi elevasi pipa overflow
maka disarankan pada pipa overflow diberi klep penutup agar air dari saluran drainase tidak masuk kedalam wet-pit. c.
Luapan pada manhole dan house inlet di area rendah. Pada perencanaan DSDP pipa overflow di wetpit 205 WP berada pada elevasi ± 2,69 namun
setelah jaringan dioperasikan ternyata ada elevasi House inlet yang berada di bawah elevasi overflow. House inlet yang berada di bawah pipa overflow ini sebanyak 34 sambungan rumah. Karena adanya keluhan dari
masyarakat kepada pihak DSDP, maka elevasi pipa overflow
diturunkan hingga 50 cm. Setelah pipa overflow diturunkan menjadi ± 2,19 sebagaian rumah sudah teratasi namun masih ada 14 sambungan rumah yang elevasi house inletnya berada di bawah pipa elevasi overflow. Pada Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa house inlet yang elevasinya masih lebih rendah dari pipa overflow wetpit 205 WP ketika elevasi pipa overflow sudah diturunkan sedalam 50 cm. Dikatakan meluap disini karena elevasi overflow yang lebih tinggi dibandingkan elevasi House inlet.
12
Dari analisa perhitungan masih terdapat 14 sambungan rumah yang House inletnya meluap. Agar 14 sambungan rumah House inlet nya tidak meluap maka elevasi overflow perlu diturunkan hingga 15 cm lagi. d.
Air limbah di rumah pompa overflow ke saluran drainase/ pantai. Saat hujan pompa yang ada di stasiun pompa Sanur tidak mencukupi. Sisa air limbah yang
tersisa akan tertampung di wetwell. Sisa air limbah yang tersisa lama kelamaan akan naik hingga terjadi overflow. Untuk keadaan seperti ini diperbolehkan karena level muka air drainase masih dibawah elevasi pipa overflow di stasiun pompa. Saat kondisi normal seharusnya pompa dioperasikan secara otomatis agar air limbah tidak overflow. Apabila saat kondisi normal pompa dioperasikan secara otomatis maka pada saat kondisi normal tidak ada masalah. Namun karena pompa dioperasikan secara manual dan periode waktu pemompaan tidak tepat maka air limbah overflow pada saluran drainase. e.
Pompa tidak berfungsi karena impeller terlilit sampah Sampah –sampah yang ada di saluran biasanya dikarenakan masyarakat yang membuang
sampah seperti tisu, pampers bayi dan lain-lain ke dalam sambungan rumah. Untuk mengatasi permasalahan ini maka perlu disosialisasikan agar tidak membuang sampah ke dalam jaringan air limbah. kemudian perlu di lakukan kontrol rutin di setiap manhole atau wetpit agar sampah-sampah yang masuk kedalam jaringan tidak menganggu pompa. f.
Tegangan listrik berkurang dan listrik mati Jika terjadi permasalahan pada gangguan pompa maka sebaiknya disediakan cadangan gen
set agar memenuhi pasokan listrik yang dibutuhkan. Kesimpulan Berdasarkan dari analisa yang telah dilakukan kondisi eksisting jaringan pipa air limbah di kawasan Sanur sebagai berikut:
13
a. Adanya penambahan debit dari air hujan yang tergenang masuk kedalam jaringan air limbah, diluar tanggung jawab dari DSDP. Hal tersebut menyebabkan pipa air limbah terisi penuh, karena bertambahnya beban pipa air limbah dari genangan air hujan. b. Sistem overflow yang tidak berfungsi, karena elevasi pipa overflow lebih tinggi dari air di house inlet dan manhole, sehingga terjadi luapan pada manhole dan house inlet di daerah rendah. c. Pompa dioperasikan secara manual, menyebabkan periode waktu pemompaan tidak tepat. d. Tegangan listrik turun dan listrik mati. Adanya permasalahan pada jaringan pipa air limbah kawasan Sanur, maka perlu adanya solusi. Adapun solusi yang diberikan sebagai berikut: a. Penambahan pompa saat hujan pada wetpit dengan pompa portable dan memberikan sosialisasi terhadap masyarakat agar tidak membuka tutup manhole. b. Pipa overflow diturunkan sedalam 15 cm, agar house inlet dan manhole tidak meluap dan dipasang valve untuk mencegah masuknya air dari saluran drainase. c. Pompa pada wetpit dioperasikan secara otomatis, sedangkan pompa pada stasiun pompa Sanur dapat dioperasikan secara 63 manual dengan pengaturan waktu pemompaan sesuai dengan daya tampung wetwell. d. Disediakan generator set pada wetpit dan stasiun pompa apabila listrik mati dan tegangan listrik berkurang. Daftar Pustaka Anggraini, J. E., Perencanaan Pengembangan Jaringan Pipa Air Buangan di Kawasan Kuta, Tugas Akhir S – 1, Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP – ITS, Surabaya Anonim, 2007, Bali Dalam Angka 2007, BPS Provinsi Jawa Timur. 14
Anonim, 2007, Kecamatan Denpasar Selatan Dalam Angka 2007, BPS Provinsi Bali. Brihaspati, P, 2004, Perencanaan Sistem Penyaluran Air Buangan Kecamatan Kuta Dengan Bantuan Tampilan Program Sistem Informasi Geografis Arcview, Tugas Akhir S-1, Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP-ITS, Surabaya Bappeda Kota Denpasar, 2007, Laporan fakta dan analisa revisi RTRW kota Denpasar. Fair. G. M, Geye. J.C, and Okun. D. A., 1966, Water and Wastewater Engineering, John Willey and Son,
New York
Mara, D., 1976, Sewage Treatment In Hot Climates, John Willey and Son, Chichester. Marsono, B. D.,
1989, Hidrolika Teknik Penyehatan dan Lingkungan. Jurusan Teknik
Lingkungan, FTSP-ITS, Surabaya Metcalf and Eddy, 2003, Wastewater Engineering: Treatment and Reuse, Fourth Edition, New York: McGraw-Hill Publishing Company Ltd. 65 and Pumping of Wastewater, New Tchobanoglous, G, 2004, Wastewater Engineering: Colletion York: McGraw-Hill Publishing Company Ltd. Pacific Consultan International, 1998, Supporting report of definitive plan (final), Dinas Pekerjaan Umum, Denpasar Pacific Consultan International, 2001, Design Report (Final), Dinas Pekerjaan Umum, Denpasar Pandebesie, E dkk, 2002, Buku Ajar Program Magister “Pengelolaan Sistem Drainase dan Penyaluran Air Limbah” Teknik Perencanaan Penyehatan Lingkungan Permukiman Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP-ITS. Qasim, S.R., 1985, Wastewater Treatment Plants, Design and Operation, CBS College Publishing, Japan
15