i
TESIS
EVALUASI PERKEMBANGAN WISATA BAHARI DI PANTAI SANUR
I GUSTI AGUNG GEDE OKA GAUTAMA NIM: 0891061024
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011 i
ii
EVALUASI PERKEMBANGAN WISATA BAHARI DI PANTAI SANUR
Tesis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Kajian Pariwisata, Program Pascasarjana Universitas Udayana
I GUSTI AGUNG GEDE OKA GAUTAMA NIM: 0891061024
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011 ii
iii
Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 10 AGUSTUS 2011
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr.N.K Mardani, M.S NIP. 130289173
Drs. I Nyoman Sunarta, M.Si NIP. 196104051988031002
Mengetahui
Ketua Program Studi Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana
Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, S.H., M.S NIP. 194409291973021001
Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi,Sp.S.(K) NIP. 195902151985102001
iii
iv
Tesis ini Telah Diuji pada Tanggal 16 Agustus 2011
Panitia Penguji Tesis, Berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Udayana, NO. 1470/UN.14.4/HK/2011 padaTanggal 12 Juli 2011
Ketua
: Prof. Dr. N.K Mardani, M.S
Sekretaris : Drs. I Nyoman Sunarta, M.Si
Anggota
:
1. Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, S.H., M.S 2. Prof. Dr. I Nyoman Kutha Ratna, S.U 3. Dr. Ir. I Made Adhika, MSP
iv
v
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar magister di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka
Denpasar, 25 Juli 2011 Yang Menyatakan
I Gusti Agung Gd Oka Gautama
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) serta puji syukur penulis panjatkan kehadirat -Nya, sehingga tulisan ini bisa dituangkan dalam bentuk Tesis dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Tesis ini disusun guna melengkapi salah satu syarat dalam menempuh ujian akhir Program Magister Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tesis ini diberi judul : “Evaluasi Perkembangan Wisata Bahari Di Pantai Sanur”. Penulis menyadari, hasil karya tulis ini terwujud berkat bantuan dan bimbingan dari Prof. Dr. N.K Mardani, MS selaku pembimbing I dan Drs. I Nyoman Sunarta, M.Si selaku pembimbing II, maka dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih setinggi tingginya, karena telah membimbing penulis dengan penuh ketelitian, kesabaran dan kearifan. Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada: 1. Prof. Dr. dr. I Made Bakta Sp.P.D (KHOM), selaku Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan Program Magister Pariwisata Universitas Udayana. 2. Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S.(K), selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan Program Magister Pariwisata Universitas Udayana
v
vii
3. Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH, MS selaku Ketua Program Studi Pasca
Sarjana
Kajian
Pariwisata
Universitas
Udayana
atas
kesempatan yang diberikan kepada penulis menjadi Karya Siswa di Program Magister Pariwisata Universitas Udayana. 4. Rekan-rekan karya siswa angkatan 2008 yang tak dapat penulis sebutkan satu-persatu atas motivasi yang diberikan selama proses penyelesaian karya tulis ini. 5. Teman-teman anak Pantai Sanur yang selalu membantu dengan dukungan dan tenaga, terima kasih pada senior-senior yang telah meluangkan waktu untuk berdiskusi, membagi banyak ilmu dan masukan hingga memberikan hasil yang maksimal dari penelitian ini. 6. Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak, Ibu, kakak, adik atas segala dukungan dan semangat yang tiada henti sehingga karya tulisan berupa tesis ini selesai. 7. Terima kasih banyak juga penulis ucapkan kepada semua pegawai administrasi Kajian Pariwisata Universitas Udayana yang telah memberikan dorongan dan semangat dalam penyelesaian tesis ini. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tesis ini.
Denpasar, 25 Juli 2011
Penulis
vi
viii
ABSTRACT Growth of coastal tourism Sanur automatically will change physical characteristic and social of the area, because a developed area is inevitable from the cycle of change that constantly evolves. Empirical experience as well as issues about Sanur’s coast, such as: the change of tourist motivation, environmental pollution and social problems considers an evaluation to assess the developments. The main purpose of this research is, to solve the problems occurred by evaluating ways to find out: (1) factor that attract tourist to conduct maritime tourism in Sanur costal area (2) how the characteristics of Sanur’s in supporting coastal tourism activity (3) step to creating sustainable tourism in Sanur. This research used a qualitative descriptive analysis approach, in this study the data were collected in the original condition. Researcher as the primary means of collecting data, by Observation, spread questionnaire, deep interview method and the sample taken by purposive sampling. Literature and the result of research will analysis by descriptive qualitative, start transforming raw data into a easily understandable data including preparing, manipulate and present the data become an information. Then the data interpretation as the principal study. Result in this reseach are: factor that attract tourists to conduct coastal tourism is, the hospitality with result found 90% tourists argues both. Characteristics of coastal Sanur area suitable for all types of water sport, fun dive and water recreation activities. step to creating sustainable tourism in Sanur are with the integrated coastal zone management approach, like integration between: sectoral, science, and ecological. After that can be combined with the concept of zoning. Suggestion to create sustainable coastal tourism in Sanur are (1) coherence between sectoral and academics integration, need to update the rules and regulations concerning coastal tourism (2) having a detailed plan of utilization of spatial or zoning of coastal (3) attention for the carrying capacity (4) build facilities that can save the coastal environment. Key word: Evaluated development, coastal tourism, sustainable tourism
vii
ix
ABSTRAK Perkembangan wisata bahari pantai Sanur dari awal sampai saat ini secara otomatis akan merubah karakteristik fisik dan sosial dari kawasan tersebut karena dalam perkembangan tidak akan luput dari siklus perubahan yang terus berevolusi. Dari penga laman empiris serta isu-isu yang beredar tentang pesisir Sanur saat ini seperti: perubahan motivasi wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata bahari, pencemaran lingkungan, permasalahan sosial yang terjadi, dipandang perlu adanya suatu evaluasi untuk menilai perkembangan yang telah terjadi. Tujuan utama dari penelitian ini adalah memecahkan permasalahan yang terjadi dengan cara megevaluasi keadaan pantai saat ini yaitu dengan menelit i (1) faktor-faktor yang menarik wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata bahari di Pantai Sanur, (2) bagaimanakah karakteristik pantai Sanur dalam menunjang kegiatan wisata bahari, (3) Langkah-langkah yang dilakukan untuk menciptakan wisata bahari berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis deskriptif kualitatif, data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dikumpulkan dalam kondisi yang asli atau alamiah. Instrumen kunci dalam penelitian ini adalah Peneliti sebagai alat penelitian, artinya peneliti sebagai alat utama pengumpul data dengan metode observasi, menyebarkan lembar pertanyaan terstruktur dan deep interview. Pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Kepustakaan dan hasil dari penelitian dikaitkan serta dianalisis secara deskriptif kualitatif, dengan mentranformasi data mentah ke dalam bentuk data yang mudah dimengerti dan ditafsirkan, termasuk menyusun, memanipulasi, dan menyajikan supaya menjadi s uatu informasi. Kemudian mengintepretasi data sebagai kajian pokok. Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah: faktor yang menarik wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata bahari yaitu faktor dari keramah tamahan dengan hasil 91%. Karakteristik Pantai Sanur cocok untuk kegiatan segala jenis olahraga air, fun dive, dan kegiatan rekreasi air saat air pasang. Langkah-langkah untuk menciptakan wisata bahari yang berkelanjutan yaitu dengan pendekatan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu, yaitu keterpaduan antara: sektoral, bidang ilmu dan ekologis. Setelah itu dapat dipadukan dengan konsep zoning atau zonasi. Dari hasil penlitian ini di dapatkan saran-saran untuk meciptakan wisata bahari yang berkelanjutan (1) keterpaduan sektoral dan akademisi yang terpadu, perlu memperbaharui peraturan-peraturan dan perda dari wisata bahari Pantai Sanur, (2) memiliki rencana detil pemanfaatan tata ruang atau zonasi kawasan pesisir, (3) memperhatikan daya dukung, (4) membangun fasilitas-fasilitas yang dapat menyelamatkan lingkungan pantai. Kata kunci: Evaluasi perkembangan, berkelanjutan
viii
pariwisata bahari,
pariwisata
x
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL
.......................................................................................
i
PRASYARAT GELAR ....................................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN ..............................................................
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ...................................................
iv
UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................
v
ABSTRACT....................................................................................
vii
ABSTRAK...................................................................................... viii DAFTAR ISI ..................................................................................
x
DAFTAR TABEL ........................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR .......................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xvii BAB I
PENDAHULUAN
.................................................
1
1.1 Latar Belakang .....................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ................................................
4
1.3 Tujuan Penelitian .................................................
4
1.3.1. Tujuan Umum ...........................................
4
1.3.2. Tujuan Khusus .........................................
4
1.4 Manfaat Penelitian................................................
5
1.4.1. Manfaat Teoritis .......................................
5
1.4.2 Manfaat Praktis ........................................
5
x
xi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN.......................................
6
2.1 Penelitian Terdahulu .............................................
6
2.2
Konsep ...............................................................
8
2.2.1 Evaluasi ..................................................
8
2.2.2 Perkembangan Wisata Bahari .....................
10
2.2.3 Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan ....
12
2.2.4 Konsep Wisata Bahari ...............................
18
Landasan Teori ...................................................
23
2.3.1 Teori Motivasi .........................................
24
2.3.2 Teori Aspek Penawaran Pariwisata ............
26
2.3.3 Teori Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu ...................................................
27
2.3.4 Teori Pemanfaatan Lingkungan Alam Secara Berkelanjutan ................................
29
Model Penelitian .................................................
31
METODE PENELITIAN ...............................................
33
3.1 Rancangan Penelitian ............................................
33
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................
34
3.3 Jenis dan Sumber Data ..........................................
38
3.3.1 Jenis Data ................................................
38
3.3.2 Sumber Data .............................................
38
3.4 Metode Pengambilan Sampel .................................
39
3.5 Metode Pengumpulan Data ....................................
41
3.6 Metode Analisis Data ............................................
42
2.3
2.4 BAB III
xi
xii
BAB IV
GAMBARAN UMUM SANUR ......................................
45
4.1
Kondisi Geografis ...............................................
45
4.1.1 Iklim..........................................................
46
4.1.2 Geologi dan Geomorfologi...........................
46
4.1.3 Penggunaan Lahan dan Vegetasi ..................
47
4.1.4 Sumber Daya Air ........................................
49
Kondisi Pariwisata Pantai Sanur ...........................
50
4.2.1 Potensi dan Daya Tarik Pantai Sanur ............
52
4.2.2 Aktivitas Wisata Bahari Pantai Sanur ............
55
4.2.3 Aksebilitas Pantai Sanur ..............................
56
4.2.4 Fasilitas Pantai Sanur ..................................
56
4.2.5 Kelembagaan Pantai Sanur ...........................
57
Kondisi Sosial, Budaya .......................................
58
4.3.1 Kependudukan .........................................
58
4.3.2 Aktivitas Kehidupan Sehari-hari .................
59
4.3.3 Tradisi Setempat .......................................
60
4.3.4 Pura .........................................................
61
4.3.5 Pasar Tradisional ......................................
62
4.3.6 Bangunan/Monumen Bersejarah .................
62
4.3.7 Peninggalan Purbakala ...............................
63
4.3.8 Kesenian ..................................................
64
4.2
4.3
xii
xiii
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................
65
5.1 Faktor-faktor Yang Menarik Wisatawan Melakukan Kegiatan Wisata Bahari di Pantai Sanur ..................................................................
65
5.1.1 Faktor Potensi Sanur………………………. .
66
5.1.2 Faktor Fasilitas Obyek Wisata Bahari Pantai Sanur……………… ..................................
70
5.1.3 Faktor Keramahtamahan dan Pelayanan ......
72
5.2 Karakteristik Pantai Sanur Dalam Menunjang Kegiatan Wisata Bahari ........................................
76
5.2.1 Karakteristik SDA .....................................
77
5.2.2 Kerusakan ................................................
90
5.2.3 Fasilitas Wisata Bahari Pantai Sanur ...........
102
5.3 Langkah-langkah untuk Menciptakan Wisata Bahari yang Berkelanjutan...............................................
108
5.3.1
Analisis Attraction (daya tarik) Wisata Bahari Pantai Sanur ...................................
109
Analisis Aksesibilitas Wisata Bahari Pantai Sanur .......................................................
114
Analisis Amenities Wisata Bahari Pantai Sanur .......................................................
117
Analisis Ancillary (Kelembagaan) Wisata Bahari Pantai Sanur ...................................
119
SIMPULAN DAN SARAN ..........................................
121
6.1 Simpulan .............................................................
121
6.2 Saran ................................................................
122
5.3.2 5.3.3 5.3.4 BAB VI
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN xiii
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Tabel 2.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2
Halaman Pengembangan yang Sustainable versus Non Sustainable .........................................................
18
Penggunaan Lahan di Kawasan Pariwisata Sanur Tahun 2004 ........................................................
49
Data Penduduk Desa Sanur September 2010 .........
59
xiv
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Gambar 2.1
Halaman Pariwisata Berkelanjutan WTO (dalam Wirawan 2009: 33)............................................................
17
Skema Konsep Ekotorisme Bahari DKP (dalam Niki 2002) ..........................................................
20
Sustainable Tourism Development (Sumber: Burns dan Holden, 1997: 71) .........................................
29
Evaluasi Pengembangan Wisata Bahari di Pantai Sanur .................................................................
32
Gambar 3.1
Peta Kawasan Sanur ............................................
35
Gambar 3.2
Foto Satelit Google Earth Kawasan Pantai Sanur ..
36
Gambar 5.1
Air Tenang Pantai Sanur dengan Pasir Putihnya (Foto Hasil Penelitian 9 Agustus 2010) ................
76
Pesisir Sanur Sebelum Pembangunan Krib (Sumber: google Picture) ....................................
78
Kondisi Pantai Setelah Pembangunan Krib (Foto Hasil Penelitian 22 Desember 2010) .....................
79
Aktivitas Pelayaran Dengan Air Tenang (Foto Hasil Penelitian 11 February 2011) .............
80
Boat Tidak Beroprasi Karena Air Surut (Foto Hasil Penelitian 25 Juni 2010) .............................
81
Hutan Bakau Yang Ada di Pantai Mertesari Foto Hasil Penelitian) 9 Agustus 2010..................
82
Photo Ombak Sanur Reef di Sanur (Foto Hasil Penelitian 24 Juni 2010) ......................................
83
Kombinasi Coral dan Pasir, (Foto Hasil Penelitian Sanur Reef 13 Oktober 2010) ..............................
86
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 5.2 Gambar 5.3 Gambar 5.4 Gambar 5.5 Gambar 5.6 Gambar 5.7 Gambar 5.8
xv
xvi
Gambar 5.9 Gambar 5.10 Gambar 5.11 Gambar 5.12 Gambar 5.13 Gambar 5.14 Gambar 5.15 Gambar 5.16 Gambar 5.17 Gambar 5.18
Salah Satu habitat Ikan Hiu (Foto Hasil Penelitian Sanur Reef 9 Oct 2010) .......................................
87
Hamparan Padang Lamun (Foto Hasil Penelitian Pantai Segara 5 April 2011) .................................
88
Pencemaran Pantai dari Pembangunan Hotel, (Foto Hasil Penelitian Pantai Hyat 5 April 2011) ...........
91
Pencemaran Pantai dari Aliran Sungai (Foto Hasil Penelitian Mertasari, 20 February 2011) ...............
92
Aktivitas Petugas Kebersihan Kota (Foto Hasil Penilitian 20 Feb 2011) .......................................
93
Proyek Perawatan Abrasi, ( Foto Hasil Penelitian Pantai Karang 14 November 2011) .......................
95
Jangkar Nelayan Tersangkut Terumbu Karang (Foto Hasil Penelitian 13 Oktober 2011) ..............
98
Pencemaran Sampah Pelastik MerusakTerumbu Karang (Foto Hasil Penelitian Oktober 2010) .......
100
Jasa Tranportasi Public Boat Pantai Sanur (Foto Hasil Penelitian 11 February 2011) ......................
105
Buruknya Manajemen Parkir (Foto Hasil Penelitian 12 September 2011) ............................
107
xvi
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
Lampiran 1
Lembar Pertanyaan Terstruktur .............................
130
Lampiran 2
Lembar Wawancara .............................................
133
Lampiran 3
Foto Saat Penelitian di Lapangan ..........................
135
Lampiran 4
Aktivitas Rekreasi Air di Pantai Sanur .................
136
Lampiran 5
Kegiatan Selam di Pantai Sanur ............................
137
Lampiran 6
Kegiatan Memancing di Pantai Sanur ....................
138
Lampiran 7
Kegiatan Olahraga di Pantai Sanur ........................
139
Lampiran 8
Jasa Transportasi di Pantai Sanur ..........................
141
Lampiran 9
Aktivitas Nelayan di Pantai Sanur .........................
142
Lampiran 10
Kehidupan Bawah Laut Pantai Sanur .....................
143
Lampiran 11
Kerusakan Terumbu Karang .................................
145
Lampiran 12
Permasalahan di Pantai Sanur ...............................
147
xvii
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sanur merupakan salah satu ikon pariwisata Bali yang sudah dikenal sejak 80 tahun yang lalu. Warren menyatakan Sanur sudah mulai dikunjungi sejak 1930 (Picard, 2006:108). Menetapnya pelukis Belgia bernama Adrien-Jean Lemayur de Merpres di Sanur merupakan sejarah perkembangan kawasan pesisir Sanur. Seiring perkembangan pariwisata yang semakin meningkat, pada tahun 1957 dibangunlah hotel pertama di Desa Sanur dengan nama Hotel Sindhu Beach, disusul pembangunan Hotel Bali Beach yang mulai beroparasi pada tahun 1966. Meskipun wisata bahari belum dikenal saat itu, di Sanur sudah terbentuk suatu proyek pengembangan Sanur yang disebut Beach Market pada tahun 1971. Beach Market tersebut menyajikan jasa pelayaran dengan jukung yaitu perahu perahu tradisional, pameran patung-patung, lukisan, pertunjukan taritarian dan pengelolaan kafe dan restoran. Bentangan terumbu karang pantai Sanur merupakan potensi utama yang memacu perkembangan wisata bahari, terumbu karang yang ada di Sanur tercatat 152 ha yang terdiri dari terumbu karang yang ada d i Semawang-Sindu 71 ha, pantai Sanur 25 ha, dan Mertesari 56 ha (Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Bali VI). Kegiatan atraksi wisata bahari yang masih menggunakan potensi terumbu karang Pantai Sanur seperti:
1
2
diving, snorkling, fishing, spearfishing, seawalker, glass botom boat, dan jasa perahu layar tradisional. Pantai Sanur memiliki pasir putih dan t erumbu karang tepi yang melindungi pantai Sanur dari gelombang besar yang datang dari laut lepas. Tererumbu karang inilah yang menciptakan suasana air yang tenang lebih cenderung ke aktivitas air yang relax dan fun seperti kayak, glass bottom boat, selling, banana boat, parasailing, snorkeling, spare fishing gun, wind surfing, kite surfing, dan aktivitas lainnya. Terumbu karang tepi juga menciptakan ombak yang terkenal untuk berselancar seperti Sanur Reef, Hyat Reef, Jantuk atau Sindhu Reef dan beberapa tempat berselancar yang ada di pantai Sanur. Saat ini kunjungan wisatawan untuk melakukan wisata bahari di Sanur menurun tapi terbalik dengan jumlah usaha tirta yang setiap tahunnya selalu bertambah. Dilihat dari potensi yang dimiliki seharusnya DTW Sanur menjadi pusat dari kegiatan wisata bahari yang paling populer dibandingkan dengan obyek lainnya, inilah permasalahan yang perlu di pecahkan. Keinginan untuk mengevaluasi perkembangan wisata bahari Sanur karena adanya perubahan karakteristik wisatawan dalam melakukan aktivitas wisata bahari hingga berubahnya jenis kegiatan wisata bahari untuk memenuhi keinginan wisatawan. Kedua perkembangan wisata bahari Pantai Sanur dari awal perkembangan tidak memiliki suatu perencanaan dan sampai saat ini masih tetap berkembang tanpa adanya suatu penilaian.
3
Ketiga isu-isu yang beredar tentang kawasan pesisir Sanur seperti: pencemaran lingkungan, kerusakan dan masalah sosial. Perkembangan DTW sampai saat ini secara pasti akan mengubah bentuk fisik pantai Sanur seperti pembangunan fasilitas penunjang wisata bahari, penataan dan pembenahan pantai sanur serta kerusakan fisik dari ekositem. Beberapa masalah empiris yang dirasakan oleh pelaku kegiatan bahari di Sanur adalah: dampak dari reklamasi pulau serangan yang menutup aliran arus yang biasa melewati pesisir Sanur sehingga merubah karakteristik air dan ombak, pencurian trumbu karang, over fishing, pencemaran lingkungan oleh stakeholder sampai perubahan yang terjadi karena kegiatan wisata bahari itu sendiri. Adapun kasus sosial yang mulai bermunculan, dan juga masalah kenyamanan dan kebersihan yang kerap dipermasalahkan oleh para wisatawan. Kawasan pesisir Sanur memiliki potensi yang baik dan memiliki berbagai macam jenis kegiatan wisata bahari yang mampu menarik motivasi wisatawan. Di sinilah perlunya perhatian untuk mengetahui keinginan wisatawan, keadaan pantai Sanur serta mencari jenis wisata bahari yang menunjang karakteristik pantai Sanur sebenarnya. Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan suatu masukan dan manfaat yang positif untuk keberlangsungan wisata bahari pantai Sanur serta memberikan manfaat untuk stakeholder agar dapat membangun kawasan pesisir Sanur ke arah yang lebih sempurna dan dapat menjaga kawasan pesisir agar berkelanjutan.
4
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dibuat beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Faktor-faktor apa yang menjadi daya tarik wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata bahari di pantai Sanur? 2. Bagaimanakah karakteristik pantai Sanur dalam menunjang kegiatan wisata bahari? 3. Langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk menciptakan wisata bahari berkelanjutan? 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang dipaparkan, maka tujuan penelitian ini dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui secara umum faktor-faktor yang menarik wisatawan untuk melakukan kegiatan aktivitas wisata bahari di pantai Sanur, mengetahui karakteristik pantai Sanur dalam menunjang kegiatan wisata baharinya dan langkah-langkah untuk menciptakan wisata bahari berkelanjutan. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk
mengetahui
faktor-faktor
apa
yang
menjadi
daya
tarik
wisatawan untuk melakukan aktvitas wisata bahari di pantai Sanur. 2. Untuk mengetahui bagaimanakah karakteristik pantai Sanur dalam menunjang kegiatan wisata bahari. 3. Mengetahui langkah-langkah yang dilakukan untuk menciptakan wisata bahari berkelanjutan.
5
1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat teor itis dan praktis sebagai berikut: 1.4.1 Manfaat Teoritis Bagi akademisi hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya sumber referensi ilmu pengetahuan kepariwisataan khususnya menyangkut pariwisata bahari yang sekarang ini dijadikan salah satu sektor handalan pariwisata Indonesia. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Manfaat praktis bagi masyarakat umum, hasil penelitian ini diharapkan untuk dapat memberikan manfaat yang lebih kepada masyarakat, yaitu dengan adanya penelitian ini wilayah pesisir Sanur dapat lebih di jaga dan hak-hak untuk masyrakat dapat dirasakan oleh masyarakat umum hingga keturunannya kelak. 2. Manfaat praktis bagi pengelola wisata bahari hasil dari penelitian ini diharapkan berguna untuk seluruh pengelola wisata bahari agar lebih tepat untuk mengambil tindakan atas usaha yang dijalani. 3. Manfaat praktis bagi penguasa wilayah hasil dari penelitian ini diharapkan berguna untuk membantu dalam pengambilan tindakan terhadap pengelolaan dan pengaturan regulasi untuk wilayah Sanur sehingga dapat menciptakan kawasan pesisir yang berkelanjutan.
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai kajian pustaka, konsep, landasan teori dan model penelitian untuk memberikan pemahaman lebih mendalam terhadap permasalahan yang di bahas dalam penelitian ini. 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam bab ini diuraikan beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan karya tulis ini. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan penelitian terdahulu sebagai pembanding dalam penilisan ”Evaluasi Perkembangan Wisata Bahari di Pantai Sanur”. Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Machtucha
(2005)
berjudul
“Strategi Pengembangan Obyek Pariwisata Bahari Kawasan Pesisir Pantai Kanjeran di Kota Surabaya”, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi wisata bahari serta prilaku dan persepsi masyarakat terhadap pengembangan obyek wisata bahari di pesisir pantai Kenjeran untuk mengetahui strategi pengembangan wisata bahari di kawasan pesisir pantai Kanjeran.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
faktor
kekuatan
merupakan potensi kawasan pesisir adalah keindahan wilayah pesisir, keaneka ragaman biota laut dan keindahan hutan bakau sangat potensial untuk dikembangkan sebagai obyek wisata bahari. Disamping it u masyarakat mampu mengadaptasi perubahan sehingga proses adaptasi ditunjukkan dengan perilaku persepsi positif terhadap perkembangan kawasan. Kesamaan dari penelitian ini adalah sama-sama menelit i 6
7
kawasan pesisir dimana penelitian sebelumnya konsep dan te ori yang dapat digunakan dalam penelitian evaluasi perkembangan wisata bahari Sanur. Penelitian berikut dilakukan oleh Gede Putu Surya Wirawan (2009) dengan
judul
”Pengembangan
Daya
Tarik
Wisata
Bahari
Secara
Berkelanjutan di Nusa Lembongan Kabupaten Klungkung”, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk pengembangan, apa peran stakeholders dalam
pengembangan,
dan
untuk
mengetahui
bagaimana
manfaat
pengembangan bagi masyarakat, pemerintah dan dunia usaha/industri wisata bahari di Nusa Lembongan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan tehnik menentukan informan secara purposif sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk pengembangan di Nusa Lembongan
mengacu pada ketentuan lingkungan dengan penataan
fasilitas, zonasi dan konservasi, peran stakeholder dalam pengembangan adalah secara aktif menyediakan fasilitas fisik dan non fisik serta memberikan manfaat secara ekonomi, sosial dan manfaat lingkungan baik bagi masyarakat, dunia usaha dan pemerintah. Penelitian yang dilakuka n oleh Wirawan 2009 sangat penting sebagai acuan dalam penelitian ini karena banyak mengaplikasi metode penelitian yang dilakukan oleh wirawan Penelitian berikut berkaitan dengan penelitian ini dilakukan oleh Nyoman Danendra Putra (2005) dengan judul “Evaluasi Perkembangan Kawasan Pariwisata Lovina di Kabupaten Buleleng”. Tujuan dari
8
penelitian yaitu untuk mengevaluasi perkembangan Kawasan pariwisata Lovina di Kabupaten Buleleng untuk menuju pariwisata berkelanjutan, adapun permasalahan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui 1). Penyebab turunnya jumlah kunjungan wisatawan ke Lovina. 2) Dampak dampak yang ditimbulkan dari penurunan kunjungan wisatawan 3). Perkembangan Kawasan Pariwisata Lovina dievaluasi dari aspek fisik, ekonomi, sosial dan budaya. Data dikumpulkan diperoleh dari kelompok diskusi, observasi, dan wawancara dan data hasil penelitian di analis dengan analisis deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian mendapatkan bahwa fisik, ekonomi, sosial dan budaya mengalami kemunduran, dampak dari penurunan memberikan dampak ekonomi yang menurun terhadap masyarakat.
Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Danendra
di
Lovina
memberikan banyak inspirasi untuk melakukan evaluasi perkembangan dari wisata bahari menuju keberlanjutan dalam penelitian sebelumnya ad a sedikit kesamaan pada rumusan masalah.
2.2 Konsep 2.2.1 Evaluasi Ciri utama evaluasi adalah proses penentuan nilai terhadap suatu tujuan dan kemudian menentukan tingkat keberhasilan dalam meraih meraih tujuan dengan nilai tertentu. (Suparta dan Nuraini 2009:132). Suatu pengertian evaluasi yang lebih lengkap dikemukakan oleh Totok Mardikato (1993 dalam Suparta dan Nurani 2009: 132), yakni kegiatan
9
evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk melakukan pengukuran dan penilaian atas suatu keadaan peristiwa at au atau kegiatan yang sedang diamati, dengan kegiatan tersebut didasarkan pada keterangan data, atau fakta serta berpedoman kepada kriteria dan tolak ukur (standar) pengukuran dan penilaian tertentu yang telah ditetapkan. Oleh karena itu van den Ban (1988 dalam Suparta dan Nurani 2009: 132) menyebut Evaluasi sebagai alat manajemen yang berorientasi pada tindakan dan proses. “Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan
Hasan
Shadily,
1983).
Menurut
Stufflebeam,
dkk
(1971)
mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives ”. Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan”. (dalam Santriwan 18 November 2009) Evaluasi adalah kegiatan mengukur dan menilai. Mengukur lebih besifat kuantitatif, sedangkan menilai lebih bersifat kualitatif. Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi dengan batasan sebagai peruses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. (Nana Sudjana, 1990:30). Dengan batasan-batasan sebelumnya.
10
Davies
mengemukakan
bahwa
evaluasi
merupakan
proses
sederhanan memberikan atau menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, objek, dan masih banyak yang lainnya berdasarkan kriteria tertentu melalui penelitian. Wand dan Brown mengemukakan bahwa Evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan
nilai
dari
sesuatu
(http://digg.com/news/lifestyle/Pengertian_Evaluasi_Definisi_Pengertian 15 Desember 2009). Dapat disimpulkan eveluasi adalah suatu kegiatan penilaian atau pengukuran utuk memperoleh dan menyajikan informasi sesuatu tujuan, tindakan evaluasi dibutuhkan pada kawasan wisata bahari pantai Sanur karena ada suatu perkembangan yang terjadi, adanya fakta -fakta yang terjadi. Evaluasi dilakukan pada kawasan pesisir Sanur untuk dapat meberikan suatu gambaran penilaian dan mengoreksi keadan kawasan wisata bahari agar mencapai tujuan yang diharapkan. 2.2.2 Perkembangan Wisata Bahari Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), ini berarti mekar terbuka atau membentang; menjadi besar, luas, dan banyak, sert a menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya. Perkembangan adalah suatu keadaan yang berubahnya suatu wilayah, keadaan, maupun sistem kepercayaan. Perkembangan merupakan proses yang pasti seperti orang yang lahir dan mati di setiap mahluk,
11
berubahnya suatu wilayah berpotensi baru menjadi tempat yang d iminat i untuk dikunjungi, dan juga berubahnya sikap dan keadaan suatu kegiatan yang berkesinambungan. Secara singkat, perekembangan ( development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju. Pertumbuhan sendiri (growth) berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga dapat berarti sebuah tahapan perkembangan (a stage of development). Perkembangan
dalam
penelitian
ini
dapat
diartikan
sebagai
perubahan yang dialami oleh keadaan tertentu yang dialami olah suatu wilayah atau tempat yang memiliki kegiatan di dalamnya dan dapat menciptakan perubahan fisik, sosial, ekonomi, budaya dan tradisi dalam suatu lingkup yang bersekala besar maupun kecil. Wisata bahari adalah seluruh kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan kesenangan, tantangan, pengalaman baru, kesehatan yang hanya dapat dilakukan di wilayah perairan. Wisata bahari dengan kesan penuh makna bukan semata-mata
memperoleh hiburan dari berbagai
suguhan atraksi dan suguhan alami lingkungan pesisir dan lautan tetapi juga
diharapkan
wisatawan
mengembangkan konservasi
dapat
berpartisipasi
lingkungan
langsung
untuk
sekaligus pemahaman yang
mendalam tentang seluk beluk ekosistem pesisir sehingga membentuk kesadaran dimasa
bagaiman harus bersikap untuk melestarikan wilayah pesisir
kini
dan
dimasa
yang
akan
datang.
Jenis
wisata
yang
memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan secara langsung maupun tidak
12
langsung.
Kegiatan
langsung
di
antaranya
berperahu,
berenang,
snorkeling, diving, memancing. Kegiatan tidak lansung seperti olahraga pantai, piknik menikmati atmosfer laut (siti Nurisyah, 1998). Konsep wisata bahari di dasarkan pada view, keunikan alam, karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya dan karaktersitik masyarakat sebagai kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Wheat (1994) berpendapat bahwa wisata bahari adalah pasar khusus untuk orang yang sadar akan lingkungan dan tertarik untuk mengamati alam. Steele (1993) menggambarkan kegiatan ecotourism bahari sebagai proses ekonomi yang memasarkan ekosistem yang menarik dan langka. Perkembangan wisata bahari yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada wilayah pesisir yang memiliki sesuatu kegiatan yang berkesinambungan ditunjukan de ngan munculnya atau hilangnya, semakin dikenal atau ditinggalkan, bertambah atau berkurangnya bagian-bagian, fungsi-fungsi atau sifat-sifat dari wilayah tersebut, baik dilihat secara fisik, sosial dan, ekonominya. 2.2.3 Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Pembangunan
pariwisata
berkelanjutan
menurut
The
World
Conservation Union (WCU) adalah proses pembangunan suatu tempat atau daerah tanpa mengurangi nilai guna dari sumber daya yang sudah ada. Secara umum hal ini dapat dicapai dengan pengawasan dan pemeliha raan terhadap sumber-sumber daya yang sekarang ada, agar dapat dinikmati untuk masa yang akan datang. Pembangunan kepariwisataan bertahan lama
13
menghubungkan wisatawan sebagai penyokong dana terhadap fasilitas pariwisata dengan pemeliharaan lingkungan. Menurut World Commicion on Environment and Development konsep
pariwisata
berkelanjutan
yang
berkelanjutan
adalah
memperhatikan
bagian
dari
kebutuhan
saat
pembangunan ini
dengan
mempertimbangkan kebutuhan (hidup) generasi penerus di waktu yang akan datang. Arti lebih jauh, dalam pembangunan hendaknya jangan menghabiskan atau menguras sumber daya pariwisata untuk jangka pendek, tetapi harus memperhatikan kelanjutan pembangunan pariwisata jangka panjang di waktu yang akan datang. Tourism Stream, action strategy yang diambil dari Globe’90 conference Vancouver, Canada (J. Swarbroke, 1998: 10) menyatakan bahwa, kepariwisataan berkelanjutan ( sustainable tourism) didefinisikan sebagai bentuk dari pengembangan ekonomi yang dirancang untuk meningkatkan kualitas hidup dari masyarakat sekitar, memberikan image yang positif bagi wisatawan, pemeliharaan kualitas lingkungan hidup yang tergantung dari masyarakat sekitar dan wisatawan itu sendiri. Daya dukung (carring capacity) adalah kunci bagi pengembangan kepariwisataan bertahan lama (sustainable tourism). Konsep ini mengacu pada penggunaan secara maksimal dari suatu daya tarik wisata tanpa mengakibatkan
kerusakan
sumber-sumber
yang
ada,
yang
dapat
mengurangi kepuasan turis atau menambah masalah sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitar.
14
Prinsip
lain
dari
sustainable
tourism
menurut
Kingdoms
Department of the Environment (dalam Magdalena, 2002: 22) yang juga kurang lebih sama dengan konsep-konsep yang sudah ditulis sebelumnya antara lain : 1) Lingkungan hidup mempunyai nilai yang tersirat sebagai asset dari pariwisata, yang keberadaannya harus dipertimbangkan untuk jangka panjang. 2) Kepariwisataan harus dapat dikenalkan sebagai aktivitas yang positif yang dapat memberikan keuntungan yang potensial kepada masyarakat di tempat-tempat lain disekitarnya. 3) Hubungan antara pariwisata dan lingkungan harus dikelola sehingga lingkungan hidup dapat bertahan untuk jangka panjang dan kegiatan pariwisata tidak boleh membawa dampak yang tidak diharapkan. 4) Kegiatan kepariwisataan dan pengembangan-pengembangannya harus mempertimbangkan derajat kealamian dan karakter dari tempat dimana mereka berlokasi. 5) Keserasian antara kebutuhan wisatawan, tempat, dan penduduk sekitar harus dicari dan dipertemukan. Menurut
McIntyre
(1993:
17)
dalam
buku
yang
berjudul
Sustainable Tourism Development Guide for Local Planner dinyatakan bahwa
ada
tiga
komponen
penting
yang
saling
terkait
dalam
pengembangan sustainable tourism dan apabila ketiga komponen ini dilibatkan maka akan terjadi peningkatan kualitas hidup. Ketiga k omponen yang dimaksud adalah:
15
1) Industri pariwisata Industri pariwisata adalah dapat menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan
pendapatan,
mendorong
penanaman
modal,
meningkatkan kesempatan untuk mengembangkan bisnis. Dalam industri pariwisata yang dimaksud dengan penawaran adalah terdiri dari transportasi, atraksi wisata, fasilitas wisatawan, pelayanan dan semua yang berhubungan dengan infrastruktur, serta informasi dan promosi, industri pariwisata mencari lingkungan bisnis yang sehat dengan tersedianya jaminan keamanan, keuangan, tenaga kerja yang terlatih dan bertanggung jawab, atraksi yang berkualitas sehingga dapat mendatangkan wisatawan yang terus menerus. 2) Lingkungan Agar kepariwisataan dapat bertahan lama maka tipe dan tingkat aktivitas
kepariwisataan
harus
diseimbangkan
dengan
kapasitas
tersedianya sumber daya, baik alam maupun buatan. Carrying capacity adalah hal yang mendasar dalam perlindungan dan pengembangan kepariwisataan bertahan lama. Konsep ini mengacu pada penggunaan secara
maksimal
terhadap
sumber
daya
yang
tersedia
tanpa
menyebabkan dampak negatif terhadap sumber-sumber daya tersebut, tanpa mengurangi kepuasan wisatawan, atau tanpa menambah masalah sosial, ekonomi, dan budaya di area obyek wisata tersebut. Tiga aspek dari lingkungan kepariwisataan, adalah : (a) Ecological, yaitu berhubungan dengan lingkungan alam, (b) Sociocultural, yang berhubungan dengan dampak terhadap kehidupan masyarakat dan kebudayaannya, (c) Facility, yang berhubungan dengan pengalama n pengunjung. Dalam mengembangkan kepariwisataan bertahan lama,
16
sangat penting mempertimbangkan pemeliharaan kualitas lingkungan hidup dan kepuasan pengunjung seperti yang ditekankan sebelumnya, jika produk kepariwisataan merosot dalam kualitas, maka secar a past i akan terjadi kemerosotan ekonomi pariwisata. 3) Masyarakat Pengembangan
kepariwisataan
memerlukan
perubahan
yang
berhubungan dengan pemeliharaan, maka perlu bagi masyarakat sekitarnya untuk memperoleh keuntungan dan kepariwisataan yang dapat memuaskan mereka sehingga mereka mempunyai motivasi untuk mengadakan perubahan tersebut. Peningkatan taraf hidup masyarakat adalah faktor pokok. Keinginan masyarakat untuk terlibat adalah merupakan
kunci
untuk
mengadakan
perubahan
yang
akan
meningkatkan kualitas hidup. Jika masyarakat terlibat dalam berbagai tahap maka masyarakat akan merasa termotivasi dan bertanggung jawab. Para tertua dan orang-orang kuno memerlukan perhatian khusus, karena mereka sulit untuk menerima perubahan-perubahan. Sejak awal sebaiknya masyarakat diberikan pengertian mengenai kepariwisataan dan dampak-dampak yang mungkin terjadi, sehingga nantinya tidak akan terjadi kesalahpahaman. Keuntungan yang dapat dicapai oleh masyarakat adalah tersedianya lapangan pekerjaan baru dan pendapatan tambahan, menciptakan kesempatan penanaman modal baru, memperbaiki fasilitas untuk pelayanan termasuk perairan, jalan, balai
kesehatan,
meningkatkan
keamanan,
pangsa
pasar
serta
infrastruktur
yang
untuk
memasarkan
produk
lainnya, lokal,
17
memperbaiki kesempatan untuk tenaga kerja terlatih, memperbaiki fasilitas dan aktivitas rekreasi dan budaya yang juga bisa dinikmat i oleh penduduk, dan peningkatan penghargaan terhadap kehidupan sosial masyarakat. Pihak yang merencanakan pengembangan harus mengikutsertakan
masyarakat
sejak
awal
tahap
perencanaan.
Penjelasan tersebut dapat digambarkan dalam bagan berikut : Industri Pariwisata
Lingkungan
Masyarakat Pariwisata Berkelanjutan Gambar 2.1 Pariwisata Berkelanjutan WTO (dalam Wirawan 2009: 33)
Dari berbagai konsep yang sudah dijelaskan mengenai konsep sustainable tourism, maka dapat diketahui klasifikasi pengembangan yang sustainable atau yang non sustainable dalam Tabel 2.2:
18
Tabel 2.1: Pengembangan yang Sustainable versus Non Sustainable Suistainable Konsep Umum 1. Perkembangan lambat 2. Perkembangan terkontrol 3. Skalanya tepat 4. Untuk jangka panjang 5. Kualitas 6. Di kontrol dari dekat Strategi Pengembangan 1. Perencanaan baru pengembangan 2. Rencana memberikan pola 3. Memperhatikan pemandangan secara keseluruhan 4. Tekanan dan keuntungan yang disebarkan 5. Developer (pengembang) lokal 6. Tenaga kerja lokal 7. Arsitektur asli
Non Sustainable Konsep Umum 1. Perkembangan cepat 2. Perkembangan tidak terkontrol 3. Skala yang tidak sesuai 4. Untuk jangka pendek 5. Kuantitas 6. Di kontrol dari jauh Strategi Pengembangan 1. Pengembangan baru perencanaan 2. Proyek memberikan pola 3. Memusatkan pola pada obyek tertentu 4. Menambah kapasitor 5. Developer dari luar 6. Tenaga kerja dari luar 7. Arsitektur tidak asli (non vernacular) Perilaku Turis/Wisatawan 1. Bernilai rendah 2. Tidak ada persiapan mental 3. Tidak ada pengetahuan akan bahasa lokal 4. Intensive dan tidak peka 5. Menyolok 6. Tidak ingin kembali
Perilaku Turis/Wisatawan 1. Bernilai tinggi 2. Maturity 3. Ada beberapa pengetahuan mengenai bahasa lokal 4. Bijaksana dan peka 5. Tenang/tidak ramai 6. Perkunjungan yang berulangulang Sumber : J Swarbrooke 1998 (dalam Wirawan 2009 : 34)
2.2.4 Konsep Wisata Bahari Wisata bahari merupakan suatu bentuk wisata potensial termasuk di dalam kegiatan “Clean industry”. Pelaksanaan wisata bahari yang berhasil apabila memenuhi berbagai komponen yakni terkaitnya dengan kelestarian lingkungan alami, kesejahteraan penduduk yang mendiami wilayah
tersebut,
kepuasan
pengunjung
yang
menikmatinya
dan
keterpaduan komunitas dengan area pengembangannya Siti Nurisyah (dalam Niki 23 May 2002).
19
Prinsip utama ekowisata dapat juga di aplikasikan karena wisata bahari termasuk bagian dari ekowisata ini dapat dilihat pada Peraturan Menteri
Dalam
Negeri
No
33
Tahun
2009
Tentang
Pedoman
Pengembangan Ekowisata di Daerah pada pasal I dan pada pasal II. Maka dari itu ada lima prinsip utama dari ekowisata yang di rumuskan oleh Low Choy dan Heillbronn (dalam Niki 2002) Lingkungan; ecotourism bertumpu pada lingkungan alam, budaya yang relative belum tercemar atau terganggu yaitu; 1. Lingkungan; ekotorisme bertumpu pada lingkungan alam, budaya yang relatif belum tercemar atau terganggu 2. Masyarakat; ekotorisme harus memberikan manfaat ekologi, sosial dan ekonomi langsung kepada masyarakat. 3. Pendidikan dan Pengalaman; ekotorisme harus dapat meningkatkan pemahaman akan lingkungan alam dan budaya dengan adanya pengalaman yang dimiliki. 4. Berkelanjutan; ekotorisme dapat memberikan sumbangan positif bagi keberlanjutan ekologi lingkungan baik jangka pendek maupun jangka panjang. 5. Manajemen; ekotorisme harus dikelola secara baik dan menjamin sustainability
lingkungan
alam,
budaya yang
bertujuan
untuk
peningkatan kesejahteraan sekarang maupun generasai mendatang.
20
Kelima prinsip utama ini merupakan dasar untuk pelaksanaan kegiatan ecotourism yang berkelanjutan. Skema konsep wisata bahari terlihat pada Gambar 2.2 Alam Out put Tak Langsung
Out put langsung Konservasi alam
Input
Manusia
Input
Wisata Bahari
Out put langsung (Hiburan, Pengalaman & Pengetahuan) Gambar. 2.2 Skema Konsep Ekotorisme Bahari DKP (dalam Niki 2002)
Dari Gambar 2.2. terlihat bahwa output langsung yang di peroleh berupa hiburan dan pengetahuan sedangkan output langsung bagi alam yakni adanya insentif yang dikembalikan untuk mengelola kegiatan konsevasi
alam. Output tidak langsung
yaitu berupa tumbuhnya
kesadaran dalam diri setiap orang (wisatawan) untuk
memperhatikan
sikap hidup sehari-hari agar kegiatan yang dilakukan tidak berdampak buruk pada alam. Kesadaran ini tumbuh sebagai akibat dari kesan yang mendalam yang diperoleh wisatawan selama berinteraksi secara langsung dengan lingkungan bahari.
21
Wheat,
1994
berpendapat
bahwa wisata
bahari adalah
pasar
khusus untuk orang yang sadar akan lingkungan dan tertarik untuk mengamati alam. Steele, 1993 menggambarkan kegiatan ecotourism bahari sebagai proses ekonomi yang memasarkan ekosistem yang menarik dan langka (dalam Niki 2002). Pengertian wisata bahari atau tirta seperti dinyatakan (Pendit, 2003: 41) menyatakan bahwa jenis pariwisata ini dikaitkan dengan kegiatan olah raga air lebih-lebih di danau, bengawan, pantai, teluk atau lautan lepas seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi selancar, mendayung dan sebagainya. Aktivitas bahari ini dapat dijumpai di daerah Bunaken Sulawesi Utara, Wakatobi, Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan di Lombok, Pulau Rajaampat di Papua serta beberapa kawasan pesisir pulau Bali, termasuk salah satunya berada di pesisir pantai Sanur. Wisata bahari menurut Ardika (2000: 2) adalah wisata dan lingkungan yang berdasarkan daya tarik wisata kawasan yang didominasi perairan dan kelautan. Keraf (2000: 2) wisata bahari adalah kegiatan untuk menikmati keindahan dan keunikan daya tarik wisata alam di wilayah pesisir dan laut dekat pantai serta kegiatan rekreasi lain yang menunjang. Sarwono
(2000:
2)
wisata
bahari
adalah
kegiatan
wisata
yang
memanfaatkan potensi alam bahari sebagai daya tarik wisata mau pun wadah kegiatan wisata baik yang dilakukan diatas permukaan di wilayah laut yang tidak dapat dipisahkan dari keberadaan ekosistemnya yang kaya akan keanekaragaman jenis biota laut.
22
Wisata bahari dengan kesan penuh makna bukan semata-mata memperoleh hiburan dari berbagai suguhan atraksi dan suguhan alami lingkungan pesisir dan lautan tetapi juga diharapkan wisatawan dapat berpartisipasi langsung untuk mengembangkan konservasi
lingkungan
sekaligus pemahaman yang mendalam tentang seluk beluk ekosistem pesisir sehingga
membentuk kesadaran
bagaimana
harus
bersikap
untuk melestarikan wilayah pesisir dan dimasa kini dan masa yang akan datang. Jenis wisata yang memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan secara langsung
maupun
berperahu,
tidak
berenang,
langsung.
snorkeling,
Kegiatan
diving,
langsung diantaranya
pancing.
Kegiatan
tidak
langsung seperti kegiatan olahraga pantai, piknik menikmati atmosfir laut. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa wisata bahari adalah segala aktivitas wisata yang menjadikan sumber daya alam laut beserta segala potensinya sebagai suatu daya tarik yang unik untuk dinikmati. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pariwisata bahari pantai Sanur adalah segala bentuk aktivitas wisata yang menjadikan sumber daya alam laut beserta potensinya sebagai suatu daya tarik wisata dalam batasan dimulai dari jalan setapak pedestrian sampai 100 meter setelah reef. Perlunya mengetahui batasan wilayah pesisir (coostal zone) lebih jelas karena belum adanya definisi wilayah pesisir yang baku. Namun demikian adanya kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Apabila ditinjau
23
dari garis pantai (coast line), maka suatu wilayah pesisir memiliki dua macam batas (boundaries), yaitu: batas yang sejajar garis pantai (long shore) dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai ( cross-shore). Dahuri (2008: 6) Menurut Soegiarto, 1976 definisi wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia adalah daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami seperti sedimentasi dan aliran air tawar maupun kegiatan yang disebabkan oleh manusia (dalam Dahuri 2008: 8). Pesisir Sanur dalam penelitian ini adalah: daerah pertemuan antara darat dan laut, dilihat dari batas yang tegak lurus terhadap garis pantai (cross-shore) dari arah darat wilayah pesisir dimulai dari jalan setapak pedestrian pantai Sanur sampai 100 m setelah reef. Jika dilihat dari batas yang sejajar garis pantai (boundaries), batas wilayah pantai Sanur di mulai dari pantai Matahari Terbit sampai pantai Merta Sari. 2.3 Landasan Teori Dalam menganalisis permasalahan ini, ada beberapa teori yang digunakan di antaranya:
24
2.3.1 Teori Motivasi Menurut Dann orang-orang yang melakukan perjalanan wisata mempunyai motivasi tertentu, dimana akibat akan berpengaruh terhadap aktivitas masyarakat dalam memberikan pelayanan kepada wisatawan. Dilihat dari segi motivasinya, motivasi wisatawan dalam mela kukan perjalanan wisata Cooper, 1993 (dalam Astuti 2008: 40) adalah: 1. Melihat
sesuatu,
memperoleh
pengalaman
yang
berbeda
dari
linggkungan tempat tinggalnya. 2. Mengetahui hal-hal yang menarik dari suatu daerah tujuan wisata. 3. Kunjungan dengan maksud tertentu seperti mengunjungi teman, kerabat, kepentingan studi, dan lainnya 4. Mencari sesuatu atau pengalaman yang berbeda dari kebiasaan seharihari. 5. Didasari oleh cerita atau pengalaman yang berbeda dari kebiasaan sehari-hari. 6. Didasari pada hal-hal khusus yang dialami sendiri. McIntosh dan Goldner mengemukakan bahwa motivasi wisatawan dapat dikelompokkan menjadi empat Cooper, 1993 (dalam Astuti 2008: 40) yaitu: 1. Motivasi fisik, yaitu perjalanan dilakukan untuk tujuan kesehatan, penyegaran tubuh, olah raga, dan menikmati waktu senggang dengan tujuan untuk mengurangi tekanan pada aktvitas rutin.
25
2. Motivasi budaya, yaitu perjalanan dilakukan untuk tujuan ingin mengetahui kebudayaan dari suatu daerah, seperti cara hidup, musik, kesenian, tari-tarian, dan hal-hal yang unik yang asli dari suatu kebudayaan. 3. Motivasi interpersonal, seperti melihat teman, kerabat, maupun pencerahan rohani. 4. Status atau prestise, yaitu perjalanan yang dilakukan untuk pendidikan, ilmu pengetahuan, mendapat pengakuan atau perhatian orang lain. Dari uraian motivasi wisatawan muncul karena adanya faktor penar ik dari daerah tujuan wisata yang dapat memberikan suasana baru. Penelitian yang dilakukan oleh William dan Zelinsky, 1970: Briton, 1970: Stabler, 1988 (dalam Prameswari 2005: 10) menyimpulkan bahwa mengalirnya perjalanan wisatawan di dunia di karenakan adanya image atau citra dari sebuah daerah tujuan wisata. Faktor penarik yaitu faktor yang menawarkan tempat yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan dari wisatawan. Faktor penarik merupakan destination-specific attributes (Pitane, 2005: 66). Demensidemensi dari faktor penarik menurut Norman et al
(2001: 123) adalah
keadaan alam sekitar, atmosfir dan iklim, infrastruktur pariwisata, anggaran untuk makan dan akomodasi, atraksi budaya dan sejarah, atraksi kerajianan tangan, upscale facilities, masyarakat setempat, dan peluang berekreasi di alam terbuka. Pendapat tersebut tidak jauh berbeda dengan pendapat You et al (2000: 16) mengenai dimensi dari faktor penarik yaitu
26
pertama, aktivitas yang tersedia di tempat tujuan, kedua fasilitas perjalanan dan infrastruktur yang terakhir adalah kualitas lingkungan (environmental quality). Teori motivasi relavan dipergunakan dalam penelitian ini karena terkait dengan faktor yang menarik wisatawan untuk mengunjungi dan melakukan kegiatan wisata bahari yang intinya kawasan wisata bahari pantai Sanur memiliki potensi dan daya tarik alam dan berbagai macam kegiatan marine tourism 2.3.2 Teori Aspek Penawaran Pariwisata Dalam suatu DTWK diperlukan adanya suatu yang dimiliki untuk ditawarkan kepada pasar. Seperti halnya pariwisata bahari pantai Sanur tidak akan berkembang jika hanya memiliki daya tarik saja, harus ada aspek-aspek lainnya yang mendukung sehingga pariwisata bahari dapat berkembang dengan baik. Menurut Medlik, 1980 (dalam Ariyanto 2005), ada empat aspek (4A) yang harus diperhatikan dalam penawaran pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut: 1. Attraction (daya tarik); daerah tujuan wisata (selanjutnya disebut DTW) untuk menarik wisatawan pasti memiliki daya tarik, baik daya tarik berupa alam maupun masyarakat dan budayanya. 2. Accesable (transportasi); accesable dimaksudkan agar wisatawan domestik dan mancanegara dapat dengan mudah dalam pencapaian tujuan ke tempat wisata.
27
3. Amenities (fasilitas); amenities memang menjadi salah satu syarat daerah tujuan wisata agar wisatawan dapat dengan kerasan tinggal lebih lama di DTW. 4. Ancillary (kelembagaan); adanya lembaga pariwisata wisatawan akan semakin sering mengunjungi dan mencari DTW apabila di daerah tersebut wisatawan dapat merasakan keamanan, (protection of tourism) dan
terlindungi.(http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/aspek-
penawaran-dan-permintan-dalam.html) Dalam menentukan langkah-langkah untuk menciptakan suatu daya tarik wisata sangat perlu memperhatikan teori 4A seperti yang telah dijabarkan. Empat aspek ini dasar yang terpenting dari keberlanjuatan kepariwisataan tersebut dan masing-masing komponen tersebut memiliki keterkaitan yang saling melengkapi. 2.3.3 Teori Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu. Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu adalah suatu pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumber daya, dan kegiatan pemanfaatan (pembangunan) secara terpadu (integrated)
guna
mencapai
pembangunan
wilayah
pesisir
yang
berkelanjutan Dahuri (2008: 12) menyatakan: Dalam konteks ini, keterpaduan (intergration) mengandung tiga demensi: sektoral, bidang ilmu dan keterkaitan ekologis.
28
Keterpaduan secara sektoral berarti bahwa perlu ada koordinasi tugas, wewenang dan tanggung jawab antar sektor atau intansi pemerintah pada tingkat pemerintah tertentu (horizontal integration); dan antar tingkat pemerintahan dari mulai tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, sampai tingkat pusat (vertical integration). Keterpaduan dari sudut pandang keilmuan mensayarakatkan bahwa di dalam pengelolaan wilayah pesisir hendaknya dilaksanakan atas dasar pendekatan
interdisiplin
ilmu
(interdisciplinary
approach),
yang
melibatkan bidang ilmu: ekologis, sosial, sosiologi, ekonomi, hukum, teknik dan lainnya yang relevan. Ini hal yang harus di lakukan karena wilayah pesisir pada dasarnya terdiri dari sistem sosial yang terjalin kompleks dan dinamis. Seperti yang diuraikan, bahwa wilayah pesisir pada dasarnya tersusun dari berbagai macam ekosistem (mangrove, terumbu karang, estuaria, pantai berpasir dan lainnya) yang satu sama lainnya saling terkait, tidak berdiri sendiri. Perubahan atau kerusakan yang menimpa satu ekosistem akan menimpa pula ekosistem yang lainnya. Pantai Sanur juga terdiri dari sisitem sosial yang terjalin secara komplek dan dinamis. Selain itu, wilayah pantai juga dipengaruhi oleh berbagai macam kegiatan manusia maupun proses-proses alamiah terdapat di lahan atas maupun laut lepas. Jika pengelolaan terpadu terlaksana dengan baik maka prinsip prinsip keberlanjutan yang relavan akan berjalan maksimal.
29
Mengingat bahwa suatu pengelolaan terdiri dari tiga tahap utama: perencanaan implementasi, monitoring dan evaluasi; maka jiwa atau nuansa keterpaduan tersebut perlu diterapkan sejak tahap perencanaan sampai evaluasi. 2.3.4 Teori Pemanfaatan Lingkungan Alam Secara Berkelanjutan Menurut Grundy (1993: 65), sustainable development merupakan “a new set of values, beliefs, and assumptions”. Bagi Grundy, paradigma yang muncul yaitu melihat masalah kemanusiaan dan lingkungan alam bukan sebagai 2 (dua) hal yang terpilah. Namun sebagai hasilnya yaitu sustainable development dapat meningkatkan status sosial dan tetap menjamin keberlanjutan lingkungan untuk generasi mendatang. Secara spesifik, Grundy menyebutkan bahwa sustainable development terdiri dari 3
(tiga)
elemen sistem
yang
menyangkut:
keberlanjutan ekologi,
keberlanjutan sosial, dan keberlanjutan ekonomi. Sustainable development yang diadaptasi oleh Burn dan Holden (1997: 70) untuk bidang pariwisata, merupakan sebuah teori yang mengintegrasikan lingkungan fisik (place), lingkungan budaya (host community), dan wisatawan (visitor). Visitor
External influences
External influences
Host community
Place External influences
Gambar 2.3 Sustainable Tourism Development (Sumber: Burns dan Holden, 1997: 71)
30
Menurut Burns and Holden (1997: 71), adapun prinsip-prinsip yang
menjadi
acuan dalam
pemanfaatan
lingkungan
alam
secara
berkelanjutan, terdiri dari: (1) lingkungan alam memiliki nilai hakiki, yang juga dapat sebagai asset pariwisata. Pemanfaatannya bukan hanya untuk kepentingan pendek, namun juga untuk kepentingan generasi mendatang; (2) pariwisata harus diperkenalkan sebagai aktivitas yang positif, dengan memberikan keuntungan bersama kepada masyarakat, lingkungan, dan wisatawan itu sendiri; (3) hubungan antara pariwisata dan lingkungan harus dikelola sehingga lingkungan tersebut berkelanjutan untuk jangka panjang. Pariwisata harus tidak merusak sumber daya, masih dapat dinikmati oleh generasi mendatang atau membawa dampak yang dapat diterima; (4) aktivitas pariwisata dan pembangunan harus peduli terhadap skala/ukuran, alam, dan karakter tempat, dimana kegiatan tersebut dilakukan; (5) pada lokasi lainnya, keharmonisan harus dibangun antara kebutuhan-kebutuhan wisatawan, tempat atau lingkungan, dan masyarakat setempat; (6) dalam dunia yang dinamis dan penuh dengan perubahan, dapat selalu memberikan keuntungan. Adaptasi terhadap perubahan, jangan sampai keluar dari prinsip ini: (7) industri pariwisata, pemerintah lokal, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) pemerhati lingkungan, semuanya memiliki tugas dan perduli pada prinsip-prinsip tersebut dan bekerja bersama untuk merealisasikannya.
31
2.4 Model Penelitian Penelitian ini menggunakan alur berpikir yang bermula dari adanya kecendrungan perubahan permintaan wisatawan yang lebih meminati alam. Bali yang merupakan barometer pariwisata Indonesia memiliki potensi alam terutama kawasan pesisir dan lautan potensi ini lah yang memberikan peluang yang bagus untuk daerah pesisir di Bali dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata bahari. Salah satu daerah di Bali yang memiliki potensi dan sudah berkembang tersebut adalah pesisir Sanur. Sanur sebagai kawasan dimana wisata bahari pertama kali dikembangkan memiliki berbagai potensi yang menunjang kegiatan wisata bahari. Namun apa yang terjadi saat ini, justru terjadi penurunan kegiatan wisata bahari di pantai Sanur. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengetahui yang terjadi di sanur terkait dengan menurunnya kegiatan wisata bahari di kawasan tersebut. Beberapa kepustakaan pada tinjauan pustaka termasuk teori dan konsep digunakan sebagai refrensi untuk menyelesaikan penelitian ini. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui faktor penarik wisatawan untuk menikmati wisata bahari pantai Sanur, dan untuk mengetahui karakteristik pantai Sanur. Data yang di peroleh akan di analisis secara kualitatif untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan yang telah dirumuskan yang nantinya dapat memunculkan beberapa rekomendasi terkait dengan wisata bahari di Sanur menuju pariwisata bahari yang berkelanjutan. dasar landasan pemikiran tersebut dituangkan dalam Gambar 2.4.
32
Wisata Bahari Indonesia
Wisata bahari Pantai Sanur Fenomena Pesisir Sanur kawasan wisata bahari yang berkembang sejak lama dan memiliki potensi yang sangat menunjang.
Masalah 1. Aktivitas rekreasi air menurun 2. Kecendrungan wisatawan berubah
Teori 1.Motivasi 2.Aspek Penawaran Pariwisata 3.Pengelolaan Pesisir Secara Terpadu. 4.Pemanfaatan Lingkungan Alam Secara Berkelanjutan
Krakteristik pantai Sanur dalam menunjang wisa
Konsep 1.Evaluasi 2.Perkembangan Wisata Bahari 3.Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan 4.Konsep Wisata Bahari
Faktor-faktor penarik wisatawan Analisis Kualitatif
Wisata Bahari yang berkelanjutan Rekomendasi Langkah-langkah Gambar 2.4 Evaluasi Pengembangan Wisata Bahari di Pantai Sanur
33
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
analisis
deskriptif
kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif pada umumnya dilakukan dengan tujuan
utama,
yaitu
menggambarkan
secara
sistematis
fakta
dan
karakteristik objek yang diteliti secara tepat dalam perkemba ngan akhirakhir ini. Menurut Trevers (dalam Kusmayadi 2000: 29), deskriptif kualitatif
bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah
berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Data penelitian ini dikumpulkan dalam kondisi yang asli atau alamiah (natural setting). Instrumen kunci dalam penelitian ini adalah Peneliti sebagai alat penelitian, artinya peneliti sebagai alat utama pengumpul data dengan metode pengumpulan data berdasarkan observasi yaitu teknik yang menuntut adanya pengamatan dari si peneliti baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap obyek penelitiannya (Umar: 2000: 51). Dalam penelitian ini observasi secara deskr iptif yaitu penelit i berusaha untuk
mengamati merekam mencatat dan mendokumentasikan
keadaan pantai Sanur. Pengumpulan data juga dilakukan dengan lembar pertanyaan terstruktur yaitu tehnik pengumpulan data dengan memberikan atau
33
34
menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden dengan harapan memberikan respon jawaban dari faktor yang menarik wisatawan melakukan kegiatan wisata bahari. Pengumpulan merupakan
suatu
pertanyaan
secara
data tehnik
juga
dilakukan
mengumpulkan
langsung
kepada
dengan data
informan
deep
dengan oleh
interview, mengajukan
pewawancara.
Kusmayadi menyatakan Pengambilan data melalui wawancara didasari oleh dua alasan yaitu peneliti dapat menggali informasi selengkap mungkin baik yang tampak maupun yang tersembunyi dan yang kedua informasi yang digali mencakup hal-hal yang bersifat lintas waktu, yang berkaitan dengan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang. Pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive sampling yaitu pemilihan sampel sudah ditentukan berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut paut dan yang mengetahui keadaan wilayah pesisir Sanur dan wisata baharinya. Pengambilan sampel untuk mengetahui faktor penarik wisatawan dilakukan secara accidental sampling dimana respondennya adalah wisatawan yang telah melakukan kegiatan wisata bahari pantai Sanur. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini secara geogarifis terletak antara 08º 25’45 08º 30’25 Lintang Selatan dan 115º 03’30 -115º 05’40 Bujur Timur. Sanur dapat ditempuh dari bandara internasional Ngurah Rai hanya 25 menit menggunakan kendaraan bermotor dan kurang lebih 10 menit kearah Timur dari Kota Denpasar.
35
130
Gambar 3.1 Peta Kawasan Sanur Untuk lebih jelasnya lokasi penelitian akan dijelaskan dalam foto satelit yang diambil dari Google Earth pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Foto Satelit Google Earth Kawasan Pantai Sanur
131
Pada gambar terlihat garis pantai yang panjang mulai dari atas Gambar 3.2, kawasan paling utara pesisir Sanur adalah pantai Matahari Terbit sampai ujung selatan yaitu pantai Mertesari. Lokasi penelitian ini memiliki wilayah pesisir ditinjau dari garis pantai ( coast line) yaitu dengan panjang (boundaries) batas yang sejajar dari garis pantai kurang lebih 6 km dari pantai Matahari Terbit sampai pantai Mertesari. Batas garis yang tegak lurus terhadap garis pantai (long shore) memiliki batasan dimulai dari jalan setapak pedestrian sampai 100 meter setelah reef. Terlihat pada Gambar 3.2 setelah bentangan terumbu karang yang menimbulkan pecahan ombak 100 meter lagi adalah akhir dari batas wilayah penelitian ini. Dalam penelitian ini observasi dan dokumentasi mulai dilakukan pada bulan Juli 2010 hingga akhir Maret 2011 dengan memilih lokasi yang berpotensi untuk kegiatan wisata bahari dan lokasi yang sering dikunjungi wisatawan yang memiliki kegiatan wisata bahari. Area sampling dalam penelitian ini dibagi berdasarkan kegiatan ataupun perubahan yang terjadi di pantai Sanur, untuk kegiatan olahraga air di lakukan di Sanur Reef, Hyat Reef, Sindhu Reef, Jantuk reef dan Mertasari reef. Untuk kegiatan rekreasi air di pantai Hyat dan pantai Cemara Geseng, area sampling untuk kegiatan menyelam dilakukan di pesisir Matahari Terbit, Sindhu, Hyat dan Semawang. Disamping itu observasi dan dokumentasi dilakukan di seluruh pesisir Sanur dengan batasan yang sudah di tetapkan. Penyebaran lembar pertanyaan diberikan kepada wisatawan yang telah menikmati aktivitas wisata bahar i, dan wawancara mendalam
132
dilakukan pada lokasi yang sudah ditentukan dengan pencarian sampel dipilih secara sengaja purposive. untuk dapat memberikan jawaban secara jelas keadaan pesisir Sanur dan wisata baharinya baik keadaan yang terdahulu saat ini dan maupun yang akan datang, sampel itu terdiri dari informan dari Gahawisri, yayasan pembangunan Sanur, pegawai atau manager perusahaan tirta yang ada di pantai Sanur, kelompok nelayan, orang-orang yang sudah professional dalam aktivitas bahari baik jenis Selam maupun olahraga air. 3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1 Jenis Data Jenis data yang dipergunakan adalah : 1) Data kualitatif, yaitu data yang tidak berbentuk angka dan tidak dapat dihitung, hanya berupa uraian dan informasi, tetapi data tersebut dapat dijabarkan secara rinci dan jelas untuk menarik suatu simpula n serta keterangan-keterangan lain yang berhubungan dengan penelitia n. 2) Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka yang dapat dihitung yang berhubungan dengan wisata bahari dan perkembangan di pantai Sanur seperti data jumlah kunjungan wisatawan jumlah wisata tirta, jenis atraksi, aktivitas wisata bahari dan jumlah kunjungan wisatawan dan lain-lain.
133
3.3.2 Sumber Data Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Sumber data primer, yaitu data yang diperoleh dari sumber pertama atau secara langsung diperoleh pada tempat penelitian yaitu dengan cara: a) Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung pada tempat penelitian, dengan cara melakukan dokumentasi gambar atau pun video dan mengumpulkan informasi baik secara lisan dan tertulis pada kawasan yang digunakan untuk kegiatan wisata bahari di pantai Sanur. b) Lembar pertanyaan, lembar pertanyaan ini disebarkan untuk dapat menjawab faktor penarik wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata bahari pantai Sanur. c) Deep Interview data yang diambil dengan cara wawancara secara mendalam kepada informan-informan dengan harapan mendapatkan informasi yang selengkap mungkin terhadap pantai Sanur dan wisata baharinya. 2) Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh bukan dari penelit i malainkan dari publikasi yang diterbitkan oleh beberapa instansi yang berkaitan dalam penelitian ini seperti Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Asosiasi Gahawisri, media cetak antara isu-isu yang ada di Kawasan Pantai Sanur, data jumlah
134
kunjungan wisatawan, serta data yang dimaksud seperti teori dan konsep yang relevan digunakan untuk penelitian ini. 3.4 Metode Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode ex post facto sering disebut dengan after the fact. Artinya, penelitian yang dilakukan setelah suatu kejadian itu terjadi. Disebut juga sebagai retropective study karena penelitian ini merupakan penelitian penelusuran kembali terhadap suatu peristiwa atau suatu kejadian dan kemudian merunut
ke
belakang
untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang dapat
menimbulkan kejadian tersebut, metode ini dipilih karena tidak menekan pada besarnya ukuran populasi untuk menentukan jumlah sampel. Gay dalam (Umar 2000: 79) menyatakan ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan pada metode ex post facto yaitu minimal 15 subyek perkelompok. Dalam penelitian ini sampel di bagi menjadi 4 kelompok, yaitu tiga kelompok yang deberikan lembar pert anyaan untuk mengetahui faktor penarik wisatawan melakukan kegiatan wisata bahari di pantai Sanur, dengan rincian: 15 wisatawan yang datang untuk melakukan wisata rekreasi air, 15 wisatawan yang datang untuk melakukan olahraga air, dan 15 wisatawan yang melakukan kegiatan wisata selam. Sampel yang akan di ambil untuk mengisi lembar pertanyaan sebanyak 45 responden. Responden yang akan dipilih untuk mengisi lembar jawaban ditentukan secara purposive yaitu wisatawan yang telah mengunjungi dan yang telah melakukan aktivitas wisata bahari pantai Sanur yang di ambil
135
secara non acak accidental sampling, penarikan sampel dan pengisian lembar pertanyaan dibantu oleh pihak kedua seperti Dive master, free land guide, surfer, kite surfer, wind surfing instructor dan pegawai dari perusahaan wisata tirta yang ada di pantai Sanur. Kelompok terakhir menggunakan tehnik pedoman wawancara secara mendalam deep interview terhadap 15 informan. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui tentang keadaan wisata bahari pantai Sanur lebih mendalam, maka dibutuhkan informan yang mampu memberikan penjelasan dan jawaban-jawaban selengkap mungkin agar dapat mengulas tentang keadaan kawasan Pesisir Sanur serta keadaan wisata bahari Sanur secara khusus. Rincian jumlah informan yang diambil d alam penelitian ini yaitu 4 Kelompok nelayan yang ada di pantai Sanur, 1 informan dari balawista Sanur, 1 informan dari yayasan pembangunan Sanur, 1 informan dari Yayasan Gahawisri, 1 master divers yang ada di Sanur, 1 profesional surfer yang ada di Sanur, 1 kite surfer yang ada di Sanur, 1 Wind surfer yang ada di Sanur, 3 informan manager ataupun pemilik usaha tirta yang ada di Sanur, 1 informan wisatawan asing yang tinggal dan melakukan aktivitas wisata bahari secara aktif. 3.5 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Lembar pertanyaan terstruktur, yaitu pengumpulan data dengan cara menyebarkan lembar pertanyaan yang di isi oleh wisatawan yang menjadi responden penelitian ini yang di bantu oleh pihak kedua.
136
2) Observasi: adalah pengamatan langsung ke lokasi penelitian dan melakukan kegiatan pencatatan berbagai jenis data di Kawasan Pariwisata Sanur. 3) Wawancara (interview): metode pengumpulan data dengan cara mengadakan interaksi dan komunikasi antara peneliti dan informan seperti pihak-pihak atau orang-orang yang mengetahui betul keadaan wisata bahari pantai Sanur. 4) Dokumentasi: yaitu pengambilan pengumpulan data berupa catatan terdahulu mengenai wisata bahari pantai sanur dan gambar -gambar rekaman visual maupun audio yang bisa untuk memperkuat hasil penelitian ini. 3.6 Metode Analisis Data Data yang diperoleh akan diolah dan di analisis secara deskriptif kualitatif untuk mengevaluasi perkembangan wisata bahari pesisir pantai Sanur dilihat dari segi faktor penunjang wisata bahari, atraksi wisata menurut karakteristik pantai Sanur serta faktor penarik wisatawan agar menciptakan wisata bahari yang berkelanjutan di pesisir pantai Sanur. Adapun langkah-langkah yang akan diambil dalam analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tabulasi Data Dalam tahap ini peneliti akan mencari seluruh data yang terkait dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian secara umum, adapun data yang akan diambil dalam penelitian ini yaitu data skunder maupun
137
data primer baik itu kuantitatif ataupun kualitatif, peneliti akan mencari data tentang keadaan Sanur dan wisata baharinya, seperti data kunjungan wisatawan yang diperoleh dari Diparda Denpasar, data yang didapat pada saat observasi, data yang di dapat dalam penyebaran kusioner, data yang di dapat dalam wawancara pada responden, dan data lainnya yang berkaitan dalam penelitian ini.
2. Reduksi data Pada tahap ini peniliti mereduksi kembali data yang telah diperoleh dimana data yang sudah diperoleh akan dikoreksi kembali untuk mengurangi data yang kurang penting yang telah di dapat dalam penelitian ini. Maka data yang kurang tepat akan dihilangkani, sepert i data kunjungan wisatawan domestik di hilangkan dari penelitian ini karena populasi dari wisatawan domestik tidak valid untuk dijadikan responden dalam penelitian ini. 3. Pengelompokan data Data yang telah di reduksi akan dikat agorikan kembali sesuai dengan permasalahan yang di jabarkan. Seperti data-data yang diperoleh dilapangan melalui observasi ataupun interview akan dikategorikan agar dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini, seperti faktor apa saja yang mendorong wisatawan untuk datang ke kawasan wisata bahari pantai Sanur dan bagaimana karakteristik wisata bahari pantai Sanur untuk menunjang wisata bahari.
138
4. Penyajian data Setelah diklasifikasi data tersebut akan di deskripsikan serta dikaji secara
deskriptif
kualitatif.
Orang
yang
melakukan
penelitian
melakukan penyajian informasi melalui teks naratif terlebih dahulu. Selanjutnya, hasil teks naratif tersebut diringkas dalam bentuk bagan yang
menggambarkan
alur
proses
perubahan.
Masing-masing
komponen dalam bagan merupakan abstraksi dari teks naratif data lapangan. Kemudian peneliti menyajikan informasi hasil penelitian berdasarkan susunan yang telah diabstraktasikan dalam bagan tersebut. 5. Penarikan simpulan Dalam tahap ini, peneliti selalu melakukan uji kebenaran setiap makna yang muncul dari data. Peneliti juga memfokuskan pada abstraksi data yang tertuang dalam bagan. Setiap data yang menunjang komponen bagan, diklarifikasi kembali: baik dengan informan di lapangan maupun diskusi-diskusi dengan sejawat. Apabila hasil klarifikasi memperkuat simpulan atas data, maka pengumpulan data untuk komponen tersebut siap dihentikan.
139
BAB IV GAMBARAN UMUM SANUR
Sanur merupakan salah satu kawasan pariwisata tertua di Bali yang pertama kalinya memiliki resort, Sanur mulai dikunjungi sejak tahun 1930an. Terletak di sebelah tenggara Kota Denpasar, dan sekitar 20 menit berkendara dari bandara Ngurah Rai. Awal perkembangan P esisir Sanur di datangi oleh seniman-seniman asing, di antaranya pasangan penari dan juru foto Amerika Katharane dan Jack Mershon; Hans dan Rolf Neuhaus bersaudara dari Jerman, yang membuka sebuah akuarium dengan galeri seni; serta pelukis Belgia Adrien-Jean Le Mayeur de Marphes yang menikah dengan seorang penari cantik, Ni Polok. Tahun 1963 Presiden Soekarno membuka secara resmi Hotel Grand Bali Beach, dengan jumlah kamar saat itu 300. Daya tarik utama dari Sanur adalah keindahan pesisirnya memiliki pasir putih, pemandangan laut baik landscape dan alam
bawah
keberlanjutan
lautnnya.
Pantai
ini
sangat
penting
nilainya
bagi
berbagai aktivitas sosial seperti agama dan budaya. Di
kawasan ini juga terkenal akan keindahan matahari terbitnya. 4.1 Kondisi Geografis Kawasan pariwisata
Sanur
secara
geografis
terletak
antara
08 o25’45” – 08’30’25” Lintang Selatan dan 115 o 05’40” Bujur Timur. Luas wilayah mencapai 1.828 Ha, meliputi dua kecamatan di Kota Denpasar yaitu Kecamatan Denpasar Selatan terdiri dari Kelurahan Sanur, Desa Sanur Kaja, Desa Sanur Kauh, dan Desa Serangan, dan Kecamatan Denpasar Timur terdiri dari Desa Kesiman Petilan. 139
140
4.1.1 Iklim Data iklim yang dianalisis dengan curah hujan, temperatur dan kelembaban udara. Seperti halnya kawasan pariwisata Tuban, data iklim diperoleh dari Stasium Meterologi dan Geofisika Ngurah Rai Tuban (ketinggian 3 mdpl 08 o45’00”LS, 115 o 13’00”LS). Curah hujan rata-rata tahunan mencapai 2.078 mm/th. Bulan basah (curah hujan > 100 mm/bl) selama 5 bulan yang jatuh pada bulan JanuariMaret, Juni dan Desember, bulan kering (curah hujan < 100 mm/bl) selama 7 bulan yaitu April – Mei dan Juli sampai Nopember. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Fergusson (1959) termasuk dalam iklim Tipe A, sedangkan menurut peta Agroklimat Bali (Oldeman, Irsal dan Muladi, 1980) daerah ini termasuk dalam zone Agroklimat D3. Temperatur udara berkisar antara 25,8 o C – 34,0 o C, dengan ratarata 30,0 oC berita.liputan6.com (2008) Temperatur rata-rata terendah terjadi pada bulan Juli yaitu 25,0 o C dan tertinggi terjadi pada bulan Nopember yaitu 34,0 o C. Kelembaban udara di kawasan ini berkisar antara 70 – 90%. 4.1.2 Geologi dan Geomorfologi Struktur organisasi kawasan pariwisata Sanur tersusun atas bantuan endapan laut bersifat lepas menempati lahan-lahan pada benting pantai (beach) di Desa Sanur dan pulau Serangan. Wilayah ini dimanfaatkan untuk pemukiman dan fasilitas pariwisata. Geologi yang lainnya adalah bahan volkam berupa tuf dan endapan lahar Buyan Beratan
141
dan Batur, terdapat pada lahan di bagian barat dan utara kawasan yaitu di Desa Sanur Kauh, Desa Sanur Kaja, dan Desa Kesiman Petilan. Material ini kaya akan unsur-unsur hara sehingga pada lahan ini dimanfaatkan untuk lahan sawah. Kawasan Pariwisata Sanur berada pada ketinggian antara 0 – 6 mdpl dengan untuk wilayah (relief) datar dengan kemiringan lereng antara 0 – 2% dan setempat-setempat berombak dengan kemiringan lereng antara 3 – 8% yaitu disepanjang Tukad Ayung. Sebagian daerah pantai kawasan pariwisata Sanur merupakan daerah yang berpotensi untuk terjadi genangan pada musim hujan, sehingga dengan kondisi ini maka drainase di kawasan pariwisata Sanur perlu mendapat perhatian khusus baik aspek sistem jaringan maupun aspek teknik rekayasanya. Proses lainnya yang perlu mendapat perhatia n di kawasan ini adalah abrasi pantai yang sangat intensif terutama di wilayah Padanggalak. 4.1.3 Penggunaan Lahan dan Vegetasi Kawasan Pariwisata Sanur memiliki garis pantai sepanjang + 9 km yang terbentang dari utara di Padanggalak sampai ke selatan di Mertasari dengan bentangan terumbu karang merupakan potensi obyek wisata utama yang memacu pengembangan kawasan ini. Penggunaan lahan di kawasan pariwisata Sanur didominasi oleh pekarangan/pemukiman yang mencapai luasan 885,3 ha atau 50,6% dari seluruh kawasan, diikuti oleh penggunaan lain seluas 368,6 ha (20,1%),
142
tegalan dan kebun seluas 273,1 ha (15,6%), sisanya berupa persawahan seluas 184 ha (10,5%) dan hutan mangrove seluas 39 ha (2,2%). Penggunaan lahan lain disini terdiri dari penggurugan Pulau Serangan yang mencapai 333,3 ha. Berdasarkan pola penggunaan lahan tersebut dapat dilihat bahwa kawasan pariwisata Sanur khususnya kelurahan Sanur dan Sanur Kaja memiliki daerah tebangan yang tinggi, melampaui proporsi standar hunian yang edial. Oleh karena itu, dalam pengembangannya lebih ditekankan pada optimalisasi dan peningkatan kualitas fasilitas yang telah ada. Pengembangan fasilitas dalam sekala kecil masih memungkinkan dibangun di bagian utara kawasan (Desa Kesiman Petilan), sedangkan fasilitas berskala besar seperti hotel berbintang, marina dan lapangan golf dimungkinkan di bangun di pulau Serangan. Ciri
khas
vegetasi
kawasan
ini terdiri
dari pohon
bakau
(Mangrove) yang menyebar di daerah rawa di desa Serangan dan Sanur kauh, kelapa, ketapang, camplung di daerah dataran disepanjang pantai, sedangkan untuk lahan persawahan ditanami tanaman padi, palawija, dan hortikultura dataran rendah. Jenis vegetasi tersebut diharapkan dapat mendukung pengembangan ruang hijau (landscape) dan upaya konservasi pada kawasan pariwisata Sanur.
143
Tabel 4.1 Penggunaan Lahan di Kawasan Pariwisata Sanur Tahun 2004 No Desa
1 2
Luas Penggunaan Lahan (Ha) (Ha) Sawah Tegalan/ Hutan Kebun 402 10,6 247 8 1,5 0
Permukiman/ pekarangan 371 225
Lainlain 20,4 12,5
Sanur Sanur Kaja 3 Sanur 330 120 38 7 162,6 2,4 Kauh Total 979 128 50,1 7 758,6 35,3 Sumber: Profil Desa Sanur, Sanur Kaja, Sanur Kauh, Kesiman Petilan dan Serangan Tahun 2004 * Hasil penghitungan komputer 4.1.4 Sumber Daya Air Obyek Wisata Sanur (Sanur Kaja, Sanur Kauh, Sanur, Serangan dan Kesiman Petilan) terletak di sub-SWS 03.01.01. Pertumbuhan akomodasi wisata pada kawasan ini secara kuantitatif diharapkan stagnan, tetapi secara kualitatif diharapkan terjadi peningkatan kualitas dari hotelhotel non-bintang menjadi hotel berbintang. Peningkatan klasifikasi hotel ini tentu saja berdampak terhadap meningkatnya kuantitas dan kualitas penyediaan pasokan air bersih pada garis pertumbuhan yang agar datar. Keragaman daya tarik wisata juga berpotensi memunculkan peningkatan permintaan terhadap air bersih dan air baku pada umumnya yang dimanfaatkan baik untuk dikonsumsi maupun sebagai pendukung atraksi wisata. Potensi wisata air permukaan yang terdapat pada wilayah sub-SWS 03.01.01 ini secara kuantitatif sesungguhnya cukup berlimpah. Terdapat
144
Tukad
Ayung
sebagai
sangat
terbesar
yang
potensinya
masih
memungkinkan untuk dikembangkan, walaupun diperlukan analisis yang cermat dalam mengatur alokasinya mengingat pertumbuhan multi-sektor yang berpacu intensif pada kawasan ini. Selain itu pada bagian hilir Tukad Badung saat ini telah tersedia Instalasi Pengolahan Air dengan kapasitas terpasang 300 l/det yang memanfaatkan air dari Estuary Nusa Dua. Permasalahannya hingga saat ini tingkat pelayanan yang diterima konsumen masih belum maksimal karena kebutuhan sudah melebihi kemampuan pasokan. Rataan curah hujan pada sub-SWS sebesar 2.078 mm/th. Di pantai Sanur air tanah sudah terpengaruh air laut sehingga tidak baik untuk dieksplorasi. Tetapi di bagian barat dan utara kawasan kandungan lokal air tanah cukup tinggi mencapai 10 lt/det, dalam hal mana potensi ini diperkirakan sudah termanfaatkan secara baik oleh akomodasi wisata yang ada. 4.2 Kondisi Pariwisata Pantai Sanur Kawasan pariwisata Sanur memiliki ikon yang terkenal yaitu pantai Sanur. potensi utama dari sanur merupakan terumbu karang yang membentang dari utara sampai selatan pesisir Sanur. Suasana di sepanjang pantai Sanur cukup teduh karena penuh dengan pohon besar. Selain pantainya, Museum Le Mayeur juga b anyak menarik minat wisatawan. Fasilitas yang terdapat di Sanur antara lain adanya hotel bertaraf internasional seperti Hotel The Grand Bali Beach, Hotel Bali
145
Hyatt, Hotel Sanur Beach, Hotel Sindhu Beach, Griya Santrian, dan Besakih.
Berbagai fasilitas par iwisata ini berlokasi dekat
dengan
perumahan penduduk, sehingga Sanur merupakan kawasan pariwisata terbuka, berbeda dengan Nusa Dua yang merupakan kawasan tertutup. Pura Blanjong Sanur sangat penting kaitannya juga dengan wisata arkeologinya terkait dengan peninggalan purbakala di tempat ini. Di lokasi pura ini terdapat peninggalan tugu batu bertulis yang merupakan prestasi Raja Kasari Warmadewa yang berkeraton di Singhadwala tahun 1917. Di kawasan Sanur juga terdapat banyak kios souvenir dan barang kesenian (art shop) serta restaurant yang senantiasa siap melayani kepentingan para wisatawan. Sanur juga merupakan salah satu lokasi penyeberangan ke Nusa Penida. Di pantai Sanur sering digelar event lokal, nasional, maupun internasional. Misalnya, lomba layang-layang (di pantai Padanggalak) serta lomba jukung tradisional di pantai Sanur. Wisatawan juga dapat berjalan-jalan atau jogging menyusuri jalan setapak di sepanjang pantai Sanur sampai Mertasari yang dibuat pada tahun 2004 terkait dengan proyek pengamanan pantai Sanur. Wisatawan juga dapat melakukan aktivitas lainnya seperti berjemur ( sun bathing) di bibir pantai, menikmati pemandangan matahari terbit ( sunrise), berenang, menyewa kano, dan kegiatan snorkeling. Aktivitas di pantai Sanur sangat berbeda dengan aktivitas pantaipantai lainnya yang ada di Bali, walaupun potensi Pesisir Sanur sangat
146
banyak akan tetapi kunjungan untuk melakukan aktivitas wisata bahari melemah tidak seperti 20-30 tahun yang lalu, pantai Sanur tidaklah seramai pantai lainya, seperti Kuta dan Tanjung Benua. Bila kita lihat potensi yang ada di kawasan Pantai Sanur sangatlah banyak. Dari bibir bibir pantai yang cukup luas dan perpasir putih lebih dari cukup untuk menandingi bibir-bibir pantai lainnya di pulau Bali, terumbu karangya lebih sehat di bandingkan Nusa Dua dan Tanjung Benua, ombak yang ada di Sanur terkenal di telinga peselancar dunia, dan angin yang berhembus di pantai Sanur di manfaatkan untuk aktivitas pelayaran dan kegiatan olah raga air. 4.2.1 Potensi dan Daya Tarik Pantai Sanur Kawasan Pesisir Sanur mulai di kunjungi orang asing sejak 80 tahun yang lalu, saat itu wisatawan yang datang hanya sekedar untuk melihat keindahaan alam. Pada tahun 1960 mulai perkembangan sanur menjadi salah satu kawasan obyek wisata yang pertama. Sampai saat ini kawasan
pesisir
Sanur
mangalami
perubahan
dari
kegiatan
kepariwisataannya. Adapun potensi utama yang menjadi daya tarik pesisir Sanur unt uk dikunjungi. Pantai Sanur memiliki keindahaan landscape laut, wistawan datang dan menginap di Sanur hanya untuk melihat panorama indah saat matahari terbit (sunrise). Dari pantai Sanur juga terlihat jelas panorama pegunungan dan pulau Nusa Penida yang melengkapi ke eksotisan pandangan laut pesisir Sanur.
147
Sejak tahun 2004 wisatawan, masyarakat, dan pengusaha yang melakukan kegiatan di pantai Sanur merasa nyaman, keadaan pesisir Sanur membaik setelah adanya pembangunan krib-krib penahan gelombang oleh Jepang serta pembangunan jalan pelestrian oleh pemerintah yang membuat akses pantai lebih baik dan bibir-bibir pantai Sanur semakin lebar. Sebelumnya tingkat abrasi pantai Sanur sangat tinggi namun saat ini dapat terselamatkan, pengusaha tidak terhimpit lagi, nelayan memiliki ruang untuk penambatan perahu-perahu mereka dan waisatawan dapat melakukan aktifitas yang lebih banyak seperti berjemur dan bermain voli pantai. Pantai Sanur yang terkenal dengan perahu layar tradisionalnya yang merupakan salah satu sejarah perkembangan wisata bahari pesisir Sanur, sampai saat ini kelompok jukung tradisional masih aktif bertahan untuk memberikan jasa pelayaran pada wisatawan yang ingin berlayar dengan jukung. Saat ini ada 5 kelompok jukung pariwisata yang ada di Sanur yaitu 1 kelompok jukung yang ada di Sanur Kaja tepatnya beroprasi di sekitaran Grand Bali Beach, kelompok jukung 2 terletak di Pantai Segara Sanur, kelompok jukung 3 bertempat di Pantai Cemara Beneh dan kelompok 4 beroprasi di sekitaran Pantai Hotel Hyatt tig a kelompok ini breada dalam wilayah Kelurahan Sanur. Jukung pariwisata kelompok 5 berada di pantai sekitaran Pantai Sanur Beach Hotel, kelompok ini berada di wilayah Desa Sanur kauh dan anggotanya sebagian dari Kelurahan Sanur dan sebagian lagi dari masyarakat desa Sanur Kauh.
148
Selain kelompok Jukung ada 4 kelompok nelayan yang dikhususkan untuk menangkap ikan saja, yaitu kelompok nelayan 1 yang ada di Pantai Matahari Terbit, kelompok nelayan 2 terletak di Pantai Duyung dan kelompok nelayan 3 terletak di Pantai Kusumasari kedua kelompok ini berada dalam satu kelurahan Sanur dengan nama kelompok Ketapang Kembar. Kelompok nelayan 5 dengan nama kelompok nelayan Pica Segara berada di wilayah Desa Sanur Kauh, terletak di Pantai Merta Sari, dalam kelompok nelayan ini tidak diperbolehkan untuk menyediakan jasa yang di komersialkan untuk wisatawan. Keseluruhan dari kelompok nelayan yang ada di Sanur tergabung dalam satu organisasi yang disebut Dewi Satayo Jana Gandhi Sanur. Selain memiliki pantai yang berpasir putih sanur mem iliki potensi yang besar pada terumbu karangnya. Pantai Sanur memiliki gelombang yang tidak terlalu besar, dan bila airnya surut akan terlihat batu karang yang membentang berwarna-warni. Terumbu karang di kawasan pariwisata Sanur terdiri dari: terumbu karang yang ada dipantai Semawang -Sindhu 71 ha, pantai Sanur 25 ha, dan pantai Mertasari 56 ha. Keadaan air pantai Sanur tenang karena adanya terumbu karang tepi yang melindungi bibir-bibir pantai Sanur dari gelombang-gelombang besar yang datang dari laut lepas, sebaliknya trumbu karang tepi yang membentang dari utara sampai selatan pesisir Sanur menimbulkan gelombang yang sempurna untuk para pecinta olahraga selancar. Angin yang bertiup kencang pada pesisir Sanur melahirkan berbagai jenis olahraga jenis layar, ini dapat dilihat dari adanya jukung -jukung yang masih aktif menjadi aktivitas utama dan sampai jenis olahraga layar paling baru seperti kite surfing.
149
4.2.2 Aktivitas Wisata Bahari Pantai Sanur Bila Wisatawan datang ke pantai Sanur wisatawan akan dapat melihat berbagai aktivitas wisata bahari baik rekreasi air, wisata selam, olah raga air, dan wisata pelayaran, dapat dilakukan di Sanur seperti: 1. Kegiatan wisata rekreasi air a. Banana boat b. Jet ski/ wave runer c. Parasut layang d. Glass bottom boat 2. Kegiatan wisata selam a. Free dive b. Scuba dive c. Sea walker 3. Kegiatan olahraga air a. Surfing b. Kite surfing c. Wind surfing d. Wake boarding e. Standup padle f. Fishing 4. Berlayar dengan jukung
adapun aktivitas rekreasi air yang
150
Wisatawan dapat melakukan kegiatan lainnya seperti: berjemur sinar matahari, berenang, bermain voli pantai, jogging, sepak bola pantai, bermain kano dan bermain layangan, hingga wisata kuliner. Di kawasan ini, para wisatawan juga dapat melaksanakan aktivitas olah raga seperti golf, bowling dan cycling. Fasilitas golf dan bowling tersedia di lingkungan Hotel The Grand Bali Beach. Sedangkan aktivitas cycling dapat dilakukan menyusuri jalan-jalan di sekitar kawasan perkampungan penduduk. Wisatawan juga dapat menonton pertunjukkan kesenian Bali di kawasan pariwisata Sanur yang sering ditampilkan oleh hotel da n restoran. Tari-tarian juga sering dipentaskan di kawasan Sanur seperti misalnya drama tari ramayana, tari panyembrahma, puspawresti, oleg temulilingan, margapati, dan trunajaya. 4.2.3 Aksesibilitas Pantai Sanur Akses Pantai Sanur saat ini sangat memadai setelah terbangunnya jalan pedestrian oleh pemerintah. Menuju obyek pariwisata jalan umum yang tesedia tidak begitu besar dan minim tempat parkir terkecuali pantai matahai terbit dan pantai Mertasari. Permasalahan dari kekurangan parkir, menyebabkan sering terjadinya kemacetan dan membuat Sanur semakin semrawut terutama parkir. 4.2.4 Fasilitas Pantai Sanur Fasilitas yang menunjang wisata bahari Sanur adalah fasilitas akomodasi yang nyaman dan usaha boga di sepanjang pantai, untuk
151
menunjang pariwisata bahari di sepanjang pantai. Wisatawan juga dapat berbelanja pernak-pernik, pakaian, kain pantai, barang-barang seni dan lukisan dengan adanya art shop di pantai. Untuk fasilitas umum seperti kamar mandi umum, tempat sampah, papan informasi serta lahan parkir masih dipandang kurang memadai. Sanur memiliki sembilan Usaha tirta dan dua organisasi pecinta olahraga selancar angin. Pantai Sanur memiliki dua perusahaan rekreasi air berlisensi yaitu PT Bali Matahari Wisata Tirta di Pantai Cemara Geseng dan PT Surya Wisata T irta di pantai Hyat selain itu memiliki transportasi air untuk penyeberangan antar pulau dapat ditemui di pantai Sanur Reef, dan pantai Hyat. Perahu-perahu lainnya juga beroprasi sebagai sarana tranpotasi kegiatan wisata bahari seperti mengantarkan wisataw an ke surf point, diving area, fishing, berkeliling di sekitaran pesisir Sanur. Adapun kelompok nelayan yang ada di Sanur yaitu: Kelompok nelayan Mina Sari Asih yang terletak di Pantai Matahari Terbit Sanur Kaje, Kelompok nelayan Astitining Segare di Pant ai Hyat, Kelompok nelayan Tapang Kembar di Pantai Semawang keduanya berada dalam wilayah Kelurahan Sanur, dua kelompok nelayan yang berada di Desa Pekraman Intaran Sanur Kauh yaitu: Kelompok nelayan Mina Suka Werdi dan Kelompok nelayan Pica Segare di Pant ai Tirta Empul Mertasari. 4.2.5 Kelembagaan Pantai Sanur Sanur terdiri dari tiga wilayah yaitu satu kelurahan Sanur yang memiliki garis pantai terpanjang di Sanur dengan wilayah pesisir di mulai
152
dari pantai Segara sampai di Pantai Cemara Geseng. Dua desa admins tratif yaitu Desa Sanur Kauh memiliki wilayah pesisir dari pantai Cemara Geseng sampai pantai yang ada di Pura Dalem Pengembak, dan Desa Sanur Kaja memiliki wilayah pesisir dari pantai Matahari Terbit hingga pantai Segara. Untuk urusan kepariwisataan Sanur memiliki kelembagaan pemerintah yang di atur oleh Dinas Pariwisata Kota Denpasar. Fasilitas keamanan pantai Sanur cukup baik dengan adanya penjagaan dari badan balawista dan polisi air yang ikut serta menjaga kemanan dan kenyamanan. Balawisata Sanur beranggotaan 14 orang memiliki 3 pos jaga yang tersebar di 4 pantai rawan kecelakaan yaitu Pos I pantai Matahari Terbit, Pos II di Sanur Reef, Pos III di Pantai Segare Ayu dan satu kelompok lagi di Loloan Pantai Semawang. 4.3 Kondisi Sosial, Budaya Jenis-jenis sosial budaya dalam rangka pengembangan Kawasan Pariwisata Sanur meliputi : pura, puri (jero), pasar tradisional, bangunan atau monumen bersejarah, peninggalan purbakala, tradisi setempat, kesenian, kerajinan, dan aktivitas kehidupan sehari-hari. 4.3.1 Kependudukan Desa Sanur telah mengalami transformasi dari desa nelayan menjadi desa yang menggantungkan diri pada sektor pariwisata. Namun masyarakat
masih
memiliki
loyalitas
etnis
yang
kuat
dengan
mengkonsepsikan diri bahwa desa tersebut merupakan bagian dari darinya. Perwujudan tersebut dituangkan dalam orientasi bersama berupa tempat
153
pemujaan (pura) yang disebut Kahyangan Tiga (Pura Desa, Puseh, dan Dalem) serta pira yang memiliki kaitan tertantu seperti pura sagara, pura melanting, dan sebagainya. Jumlah penduduk desa Sanur hingga akhir September 25.311 jiwa dengan jumlah masing-masing penduduk berdasarkan wilayah yaitu Sanur Kaja memiliki 8.093 jiwa pada akhir September 2010, kelurahan Sanur 9.487 jiwa pada akhir September tahun 2010 dan Desa Sanur Kauh memiliki penduduk 7.731 jiwa. Jumlah penduduk keseluruhan Desa Sanur lebih banyak memiliki penduduk laki-laki, begitupun juga warga negara asing laki-laki yang tinggal di Desa Sanur. Tabel 4.2 Data Penduduk Desa Sanur September 2010 Desa/
Jumlah WNI
Jumlah WNA
Laki-laki
Laki-laki
Peremuan
Perempuan
Wilayah
Jumlah
Sanur Kaja
4.199
3.866
12
16
8.093
Sanur Kauh
4.870
4.852
18
17
9.487
Kelurahan Sanur
4.025
3.561
100
45
7.731
Jumlah
13.094
12.279
130
78
25.311
Sumber: Kantor Kelurahan Sanur, Desa Sanur Kaje dan Sanur Kauh 4.3.2 Aktivitas Kehidupan Sehari-hari Jenis-jenis aktivitas kehidupan masyarakat di kawasan pariwisata Sanur yang memiliki potensi sebagai daya tarik wisata adalah aktivitas aktivitas yang berkaitan dengan bidang adat dan keagamaan seperti
154
ngayah, nguopin, gotong royong, dan kerja bukti di desa. Selain itu, juga dijumpai berbagai bentuk aktivitas kehidupan masyarakat nelayan dan petani. 4.3.3 Tradisi Setempat Di sejumlah desa di kawasan pariwisata Sanur terdapat sejumlah tradisi setempat yang memiliki potensi sebagai daya tarik wisata, yaitu : (a) Ngujur Tradisi ngujur terdapat di desa Sanur Kaja, merupakan suatu tradisi yang terdapat di kalangan komunitas nelayan, di mana anak -anak nelayan mendatangi para nelayan yang baru pulang dari melaut untuk meminta ikan hasil tangkapan. Meskipun hasil tangkapannya sedikit, umumnya para nelayan pantang untuk tidak memenuhi permintaan anak anak tersebut. Hal ini dilandasi oleh mitologi Rare Angon di mana Sang Rare Angon (dewa anak-anak) akan menyertai nelayan ke laut dan membantu mereka menangkap ikan. (b) Lomba layang-layang, jukung, dan pawai obor Di desa Sanur, setiap tahun dapat disaksikan tradisi lomba layang-layang yang diselenggarakan setiap bulan Juli, lomba jukung tradisional setiap bulan Agustus, dan pawai obor setiap tujuh belas agustus. Dalam aktivitas ini melibatkan masyarakat Sanur, sekeha gong, sekeha jukung, bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Kota Denpasar.
155
4.3.4 Pura Di sepanjang kawasan pariwisata Sanur terdapat sejumlah pura yang memiliki potensi sebagai daya tarik wisata. Di antaranya terdapat pura
yang
tergolong
sebagai
kahyangan
jagat,
yakni
tempat
persembahyangan bagi masyarakat umum. 1. Pura Dalem Kedewatan: tergolong Pura Kahyangan Jagat, terletak di Desa Sanur Kaja, dengan luas areal sekitar 10 are yang dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan konsep Tri Mandala. Pura ini memiliki 5 unit bangunan suci dan sejumlah bangunan lainnya dengan langgam arsitektur tradisional Bali. Penentuan hari pujawali di pura ini tidak seperti pada pura umumnya di Bali yang berdasarkan wuku atau sasih, melainkan setiap pertemuan antara lain Tilem dan Kajeng. Pelaksanaan ritual pujawali berlangsung selama 2 hari yang disertai pementasan berbagai jenis kesenian sakral, seperti barong mapajar, baris gede, topeng manca, dan rejang. Selain itu juga dijumpai tradisi mapeed oleh warga dari masing-masing banjar adat. 2. Pura Balatri: terletak di kawasan pantai pasir ukir di wilayah Sanur Kaja. Pura ini memiliki 5 unit bangunan suci dengan langgam arsitektur tradisional Bali. Berdasarkan mitologi, pura ini merupakan tempat pertemuan para mahluk halus dan para pengikut ilmu hitam. Setiap tahun, tepatnya pada hari Purnama Kapat di pura ini dapat disaksikan pelaksanaan ritual pujawali.
156
3. Pura Belanjong: terletak di wilayah banjar Belanjong, desa Sanur Kauh. Disamping berfungsi sebagai tempat suci bagi umat Hindu, pura ini juga merupakan cagar budaya, karena didalamnya terdapat bendabenda peninggalan purbakala (selanjutnya diuraikan pada uraian mengenai peninggalan purbakala). Setiap 210 hari, tepatnya pada hari Soma Pahing Langkir, dapat disaksikan pelaksanaan prosesi ritual yang unik yang dihadiri oleh seluruh tapakan yang ada di desa adat Renon. Dalam prosesi tersebut
kerap
terjadi
peristiwa
kerauhan
atau
kesurupan yang dialami oleh sejumlah pemangku yang berlanjut dengan ngurek (menusukkan keris ke dada). 4.3.5 Pasar Tradisional Di beberapa desa di kawasan pariwisata Sanur terdapat sejumlah pasar tradisional yang memiliki potensi sebagai daya tarik wisata. Pasarpasar yang dimaksud adalah pasar Sindu, dan pasar Intaran. Potensi daya tarik dari pasar-pasar tradisional tersebut antara lain: (1) adanya kompleks bangunan suci sebagai tempat pemujaan Ratu Melanting; (2) berbagai jenis komoditas yang dipasarkan seperti barang-barang kelontong, bahanbahan pokok sehari-hari, dan bahan-bahan keperluan upacara keagamaan dan (3) komunikasi yang intensif antara pedagang dan pembeli yang terlibat dalam proses tawar-menawar. 4.3.6 Bangunan/Monumen Bersejarah Bangunan atau monumen bersejarah yang memiliki potensi sebagai daya tarik wisata adalah Monumen Perjuangan yang terletak di
157
areal parkir pantai Matahari Terbit. Bangunan monumen yang menyerupai candi ini terbuat dari batu padar hitam dengan luar pelantaran 5 meter persegi dan tinggi 6 meter. Di bagian atas (kepala tugu) terdapat sebuah ruangan berisi berbagai atribut yang melambangkan perjuangan, di antaranya sebuah batu, senjata pistol, bambu runcing, tanda bintang, dan topi prajurit. Monumen ini dibangun untuk menghormati sekaligus mengenang
jasa-jasa
para
pejuang
dalam
menghadapi
penjajah.
Berdasarkan catatan historis, desa Sanur pernah mengalami beberapa kali pertempuran baik pada zaman kolonian Belanda maupun Jepang. Bangunan bersejarah lainnya
adalah Museum Le
Mayeur.
Museum ini terletak di tepi pantai yang berjarak sekitar 200 meter di utara Hotel Grand Bali Beach. Museum ini dibangun oleh seorang pelukis asing bernama A.J. Le Mayeur yang datang ke Bali pada tahun 1937, sekaligus mempopulerkan keberadaan pantai Sanur sebagai tempat wisata. Museum yang dibangun dengan langgam arsitektur tradisional Bali tersebut lebih banyak memajang lukisan yang menggambarkan kehidupan Le Mayeur bersama istrinya yang bernama Ni Polok, seorang perempuan Bali. 4.3.7 Peninggalan Purbakala Jenis-jenis peninggalan purbakala yang memiliki potensi sebagai daya tarik wisata di kawasan pariwisata Sanur adalah : Situs Purbakala Belanjong seperti diuraikan sebelumnya bahwa situs purbakala Belanjong merupakan sebuah kompleks pura yang di dalamnya terdapat sejumlah benda peninggalan purbakala, yang terdiri dari sebuah prasasti berupa
158
tiang batu dengan ukuran tinggi 177 centimeter, diameter 62 centimeter serta sejumlah arca dengan ukuran bervariasi. 4.3.8 Kesenian Beberapa jenis kesenian tradisional yang memiliki potensi sebagai daya tarik wisata di kawasan pariwisata Sanur adalah: pertunjukan barong dan tari keris di desa Kesiman Petilan. Di desa ini terdapat 2 tempat pertunjukkan tari barong dan keris untuk para wisatawan. Jenis -jenis kesenian tradisional lainnya yang memiliki potensi sebagai daya tarik wisata adalah Sendratari Ramayana di desa Sanur Kaja d an berbagai jenis tari lepas atau palegongan yang terdapat di desa Sanur, Sanur Kaja, dan Sanur Kauh. Di samping kesenian tradisional, di desa Sanur Kaja juga terdapat kelompok musik remaja untuk dipentaskan di hotel-hotel dan restaurant.
159
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Faktor-faktor Yang Menarik Wisatawan Melakukan Kegiatan Wisata Bahari di Pantai Sanur Motivasi wisatawan muncul karena adanya faktor penarik dari daerah tujuan wisata yang dapat memberikan suasana baru. Faktor penarik yaitu faktor yang menawarkan tempat yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan dari wisatawan. Faktor penarik merupakan destinationspecific attributes (Pitana, 2005: 66). Dimensi-dimensi dari faktor penarik menurut Norman et al (2001: 123) adalah keadaan alam sekitar, atmosfir dan iklim, infrastruktur pariwisata, anggaran untuk makan dan akomodasi, atraksi budaya dan sejarah, atraksi kerajinan tangan,
upscale facilities,
masyarakat setempat, dan peluang berekreasi di alam terbu ka. Pendapat tersebut tidak jauh berbeda dengan pendapat You et al (2000: 16) mengenai dimensi dari faktor penarik yaitu pertama, aktivitas yang tersedia di tempat tujuan, kedua fasilitas perjalanan dan infrastruktur yang terakhir adalah kualitas lingkungan (environmental quality). Dalam penelitian ini dimensi-dimensi faktor penarik wisatawan melakukan kegiatan wisata bahari yaitu: pertama, potensi pantai Sanur sebagai tempat aktivitas wisata bahari pantai Sanur, kedua fasilitas wisata bahari
sedangkan
keramahtamahan.
yang Untuk
terakhir
adalah
mengetahui
faktor
faktor-faktor
pelayanan yang
dan
menarik
wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata bahari di pantai Sanur 159
160
diperlukan mengumpulkan pendapat/penilaian wisatawan tentang pantai sanur. Kegiatan ini dilakukan dengan menyebarkan lembar pertanyaan kepada wisatawan yang telah melakukan kegiatan wisata bahari. 5.1.1 Faktor Potensi Sanur Hasil
pengisian
lembar
jawaban oleh responden
ditemukan
pendapat wisatawan tentang daya tarik faktor potensi sebagai daya tarik wisatawan melakukan kegiatan aktivitas wisata bahari. Berikut pendapat wisatawan terhadap kondisi pesisir pantai, 80% dari 45 responden berpendapat kondisi pesisir pantai Sanur baik dan 20% responden lainnya berpendapat kurang baik. 45 wisatawan yang mengisi lembar pertanyaan di bagi menjadi 3 kelompok responden yang memiliki motivasi yang berbeda, lebih jelasnya di paparkan dalam paragraf -paragraf berikut. Lima belas wisatawan yang melakukan kegiatan rekreasi air berpendapat: 86% menyatakan kondisi pesisir Sanur baik yaitu 9 responden menyatakan cukup baik, 2 responden menyatakan baik dan 2 responden lagi menyatakan sangat baik, 14% responden yang berpendapat tidak baik mengenai kondisi pesisir Sanur dengan rincian 1 responden menyatakan sangat
jelek dan 1 responden menyatakan jelek. Ini
disebabkan karena wisatawan yang melakukan aktivitas rekreasi hanya melihat kondisi Sanur secara general. Aktivitas diving di Sanur saat ini semakin dinikmati terbukt i dengan adanya paket-paket scuba diving dan snorkeling yang kerap
161
dipasarkan perusahaan wisata tirta yang ada di Sanur. 15 responden yang mengisi lembar pertanyaan 11 orang di antaranya adalah wisatawan yang datang untuk belajar scuba diving pertama kalinya dan separuhnya wisatawan
yang
sedang
mengikuti
program
ujian
advance
level.
2 wisatawan yang melakukan aktvitas diving di Sanur menyatakan kondisi pesisir pantai Sanur baik, 7 diantaranya menyatakan cukup baik, 5 wisatawan menyatakan jelek dan 1 wisatawan menyatakan sangat jelek dengan persentase 60% menyatakan baik dan 40% tidak baik. Hasil ini menyatakan aktivitas untuk kegiatan wisata selam kurang baik dilakukan karena hampir separuh responden berpendapat tidak baik Pantai Sanur sampai saat ini masih sangat diminati wisatawan untuk melakukan berbagai aktivitas olahraga, dari olahraga air yang bersifat fun sampai olahraga fisik yang berbahaya. Potensi ombak yang terbentuk dari karang tepi yang membentang di pantai Sanur menciptakan gulungan ombak yang sempurna, angin yang secara berkala merangsang berbagai olahraga layar berkembang di pantai Sanur. 5 responden yang melakukan aktivitas olahraga air berpendapat baik terhadap keadaan kondisi pesisir pantai Sanur, 9 dari responden menyatakan keadaan kondisi pesisir pantai Sanur cukup baik, dan 1 responden menyatakan kondisi pesisir pantai Sanur jelek, dengan persentase: 93%menyatakan baik dan 7% kurang baik. Hasil ini mengartikan kondisi pesisir sanur sangat baik untuk kegiatan olahraga air terbukti dair 15 responden hanya 1 orang yang berpendapat tidak baik.
162
Penilaian wisatawan terhadap kualitas dan keindahan alam pantai Sanur perlu diketahui karena seluruh aktivitas bahari tidak dapat lepas dari kualitas dan keindahan SDA yang dimiliki. Dari hasil peng umpulan lembar pertanyaan di dapat 78% dari 45 responden menyatakan kualitas dan keindahan alam pantai Sanur baik, sebagian aktivitas wisata bahari dapat meciptakan kesenangan di antara pengunjung untuk lebih rincinya akan dijelaskan pad paragraf berikut. Pendapat
wisatawan
yang
melakukan
kegiatan
rekreasi
air
berpendapat 80 dari responden menyatakan bagus terhadap kualitas dan keindahan alam sanur dan 20% menyatakan tidak baik, dengan rincian 10 dari 15 responden menyatakan cukup baik, 2 responden menyat akan lebih baik dan 3 responden
menyatakan kurang baik. Opini ini dikarenakan
sampah di perairan dan pesisir pantai Sanur. Untuk kualitas dan keindahan lingkungan pantai Sanur, responden yang melakukan aktivitas diving berpendapat 53% menyatakan baik da n 47% tidak baik dengan rincian: 1 responden menyatakan kualitas dan keindahan Pantai sanur Baik, 7 responden mengatakan cukup baik, 5 responden menyatakan jelek dan 2 responden berpendapat kualitas dan keindahan lingkungan pantai Sanur sangat jelek. Renda hnya penilaian penyelam terhadap kulaitas dan keindahan lingkungan pantai dikarenakan keadaan terumbu karang yang kurang baik, pantai kotor dari berbagai macam kegiatan dan polusi.
163
Untuk kualitas dan keindahan pantai Sanur wisatawan yang melakukan aktivitas olahraga air sangat senang untuk menikmati kualitas dan keindahan dari pantai Sanur, terbukti 8 reponden berpendapat kualitas dan keindahan pantai Sanur cukup baik, dan 7 orang dari responden menyatakan kualitas dan keindahaan pantai Sanur dalam keadaan baik. Hasil lembar pertanyaan yang telah dikumpulkan, dapat dilihat faktor potensi pantai Sanur masih cukup baik untuk berbagai macam aktivitas wisata bahari. Secara general, wisatawan yang melakukan aktivitas rekreasi air tidak akan memperhatikan keadaan, kondisi, dan keindahan pantai umum secara mendetail tidak seperti wisatawan minat khusus menyelam. Wisatawan yang melakukan wisata rekreasi air sangat puas dengan kondisi pesisir pantai Sanur yang memiliki bibir pantai yang cukup luas dengan pasir putih, air yang tenang dan landai cocok untuk kegiatan wisata bahari yang bersifat fun, pantai yang masih asri dengan pepohonan yang masih rindang, di sekitar pantai masih banyak unsur tradisinya karena adanya jukung-jukung tradisional dan masih banyak dijumpai tempat suci umat Hindu. Faktor yang menarik wisatawan melakukan kegiatan wisata selam adalah pantai Sanur memiliki tempat -tempat diving yang tidak terlalu jauh dan cukup dangkal untuk menemukan coral, itu sebabnya banyak wisatawan datang untuk belajar scuba diving atau disebut (penyelam pemula).
intro diver
164
Potensi yang menarik wisatawan untuk melakukan kegiatan olahraga air di pantai Sanur adalah karena memiliki terumbu karang tepi yang disebut juga reef, inilah yang meciptakan spot surfing yang ada di sepanjang pantai Sanur ada tiga tempat surfing yang sering dikunjungi peselancar dunia yaitu Sanur reef, Segare reef, dan Hyat reef. Ketiga tempat
ini kerap dijadikan perlombaan selancar nasional maupun
kejuaraan international. Selain ke tiga tempat itu masih banyak point surf yang ada di pantai Sanur. Selain itu memiliki angin yang bertiup kencang yang merangsang berkembangnya olahraga layar hingga Sanur menjadi salah satu pusat olahraga selancar angin Bali. 5.1.2 Faktor Fasilitas Obyek Wisata Bahari Pantai Sanur Fasilitas, merupakan hal yang sangat mendasar dibutuhkan oleh semua lapisan stakeholder. Keberadaan fasilitas umum menjadi lebih penting keberadaannya jika berada di suat u tempat destinasi pariwisata. Tanpa adanya fasilitas-fasilitas yang mendukung di pantai Sanur, kegiatan wisata bahari pantai Sanur sangat sulit untuk dapat berjalan. Fasilitas yang ada di pantai Sanur adalah sarana penunjang wisatawan untuk dapat menciptakan rasa kenyamanan dalam mengunjungi obyek pariwisata. Maka sangat penting untuk mengetahui pendapat wisatawan yang telah melakukan aktivitas wisata bahari di pantai Sanur, agar dapat menarik kunjungan wisatawan lebih banyak lagi. Hasil yang telah di dapat faktor fasilitas mendapatkan penelian terendah terhadap wisatawan, hasil pengumpulan lembar pertanyaan yang
165
di dapat adalah 62% dari 45 wisatawan menyatakan fasilitas yang ada di pantai Sanur baik dan 38% menyatakan kurang memadai. Dari hasil yang diperoleh sebesar enam puluh dua persen faktor fasilitas belum cukup untuk dapat menarik motivasi wisatawan untuk melakukan aktivitas wisata bahari di Sanur. Berikut hasil pengumpulan lembar pertanyaan yang lebih rinci. Lima belas responden dari wisatawan ya ng melakukan aktivitas rekreasi air berpendapat 8 diantaranya menyatakan fasilitas yang ada di pantai Sanur cukup baik, 4 responden menyatakan baik dan 3 menyatakan kurang memadai, dengan persentase 80% responden menyatakan baik 20% menyatakan kurang baik. Ini di sebabkan karena pelaku usaha wisata tirta sudah memiliki fasilitas dari perusahaan yang dapat
memberikan
kenyamanan bagi wisatawan. Hasil dari pengumpulan lembar jawaban dari wisatawan yang melakukan kegiatan aktivitas menyelam: 60% responden menyatakan fasilitas yang ada di pantai Sanur baik dan 40% lainnya menyatakan kurang memadai. Rincian yaitu: 9 responden berpendapat fasilitas dari obyek wisata bahari pantai Sanur cukup baik dan 6 diantaranya menyatakan kurang. Hasil dari pendapat wisatawan yang mengunjungi pantai Sanur untuk melakukan aktivitas olahraga air terhadap fasilitas obyek wisata bahari pantai Sanur 47% menyatakan baik dan 53% menyatakan kurang memadai dari dengan rincian 7 wisatawan menyatakan fasilita s obyek
166
wisata bahari pantai Sanur cukup baik, wisatawan menyatakan baik dan 8 wisatawan menyatakan kurang memadai. Rendahnya
penilaian
wisatawan
terhadap
faktor
fasilitas
dikarenakan fasilitas umum yang kurang memadai dan dapat digunakan. Minimnya fasilitas yang mendasar untuk menunjang kegiatan wisata bahari tersebut seperti toilet, parkir, tempat sampah dan lainnya. Seperti kurangnya kamar mandi umum, minimnya tempat sampah, krangnya penambatan perahu serta/mooring¸ dan kurangnya upaya dan fasilitas untuk menyelamatkan lingkungan pantai. Faktor fasilitas yang menarik wisatawan untuk melakukan aktivitas wisata bahari di pantai Sanur dikarenakan adanya bermacam-macam jenis usaha wisata tirta, mulai usaha rekreasi air, pelayaran, memancing, berbagai macam olah raga air, hingga aktivitas surfing. Perusahaan akomodasi hotel, restaurant dan art shop
yang ada di sekitaran Pantai
Sanur ini termasuk salah satu faktor penarik wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata bahari di pantai Sanur. 5.1.3 Faktor Keramahtamahan dan Pelayanan Di dalam suatu destinasi pariwisata dipastikan di dalamnya memiliki berbagai bentuk kegiatan, aktivitas, atraksi yang dapat dilakukan dan yang dapat dilihat. Jadi di dalam obyek pariwisata yang memiliki aktivitas yang dapat dilakukan ataupun dapat dilihat oleh wisatawan, diperlukan adanya pelayanan yang dapat mempermudah wisatawan.
167
Demikian juga keramahtamahan yang dimiliki salah satu obyek wisata sangat mempengaruhi keberlanjutan dari kepariwisataan obyek tersebut. Destinasi pariwisata pantai Sanur memiliki sistem sosial budaya yang masih kental. Jadi dalam setiap kunjungan, wisatawan merasakan keramahtamahan yang berbeda dari masyarakat di pantai Sanur. Dari hasil pengumpulan lembar pertanyaan 91% dari 45 responden berpendapat keramah tamahan yang mereka rasakan baik dan 9% dari mereka berpendat kurang baik, berikut hasil lembar pertanyaan yang lebih rinci Seluruh responden wisatawan yang melakukan aktivitas rekreasi air menyatakan
keramahtamahan
yang
dirasakan
baik
dengan
rincian
7 diantaranya berpendapat masyarakat di pantai Sanur cukup ramah, 4 responden menyatakan ramah dan 4 responden lagi berpendapat sangat ramah. Berikut pendapat wisatawan yang melakukan aktivitas wisata selam terhadap keramahtamahan masyarakat. Hasil yang di dapat adalah 100% dari responden berpendapat keramahtamahan yang mereka rasakan baik, yaitu: 11 responden menyatakan cukup ramah, dan 4 responden diantaranya menyatakan ramah. Hasil pengumpulan lembar pertanyaan dari wisatawan yang datang untuk melakukan kegiatan olahraga air diantaranya 73% dari responden berpendapat keramahtamahan yang mereka rasakan baik dan 27% berpendapat kurang baik, dengan rincian: 5 responden menyatakan masyarakat di Pantai Sanur cukup ramah, 4 diantaranya menyatakan
168
ramah, 2 diantaranya menyatakan sangat ramah, dan 4 responden menyatakan tidak ramah. Pariwisata di pantai Sanur memiliki berbagai macam jenis jasa usaha wisata tirta, maka sangat perlu mengetahui pendapat wisatawan terhadap jasa pelayanan yang didapat. Dari hasil pengumpulan lembar pertanyaan 87% dari 45 responden berpendapat pelayanan yang mereka dapatkan baik dan 13% dari responden berpendapat tidak baik, berikut hasil rinci dari lembar pertanyaan. Wisatawan yang melakukan aktivitas rekreasi air berpendapat pelayanan yang mereka dapatkan saat melakukan aktivitas rekreasi air 60% dari 15 responden menyatakan baik dan 40% berpendapat tidak baik. Dengan rincian 4 responden menyatakan pelayanan yang di dapat pada saat melakukan kegiatan rekreasi air baik, 5 diantaranya menyatakan cukup baik dan 6 responden berpendapat pelayanan yang didapat kurang baik. Untuk
pendapat
dari
wisatawan
yang
melakukan
aktivitas
menyelam 100% responden berpendapat pelayanan yang mereka dapatk an sangat baik, dengan rincian 6 responden menyatakan pelayanan yang didapat saat melakukan diving dirasakan cukup baik dan 9 responden menyatakan pelayanan yang didapat baik. Seluruh responden yang melakukan aktivitas olah raga air di pantai Sanur menyatakan pelayanan yang didapat saat melakukan kegiatan
169
olahraga air baik, dengan rincian 7 responden berpendapat pelayanan baik, 8 di antaranya berpendapat cukup baik. Faktor keramahtamahan dan pelayanan yang menarik wisatawan untuk melakukan aktivitas wisata bahari dapat dilihat dari bukti kedatangan wisatawan untuk melakukan sekolah scuba diving, serta kelas kite surfing. Selain itu banyak juga wisatawan yang datang melakukan aktivitas wisata bahari lainnya seperti aktivitas rekreasi air: banana boat, jet ski, parasailing dan untuk olah raga surfing, beberapa wisatawan masih menggunakan jasa jukung dan boat-boat yang ada di Sanur untuk mengantarkan para peselancar ke reef ke spot surfing. Untuk olahraga lainnya banyak tersedia instruktur yang siap mengajarkan wisatawan untuk belajar olahraga air yang mereka inginkan. Kebanyakan wisatawan yang datang akhir-akhir ini berminat belajar scuba diving, dan kite surfing. Para wisatawan juga lebih senang dengan adanya fasilitas restoran dan hotel yang berada di sekitaran kawasan pantai Sanur, karena kualitas yang didapat cukup baik dan keramahtamahan masyarakat Sanur pun masih sangat kental dilihat dari wisatawan
beberapa
pendapat
responden
menyatakan
di
Sanur
masyarakatnya sangat bersahabat. Jadi faktor yang menarik wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata bahari di pantai Sanur adalah keramahtamahan dan pelayanan yang dimiliki DTW Sanur. Selain itu masih memiliki suasana yang asri dan potensi alam yang baik seperti kondisi pesisir yang memiliki pasir yang
170
putih, air yang tenang, bibir pantai yang luas seperti terlihat di Gambar 5.1.
. Gambar 5.1 Air Tenang Pantai Sanur dengan Pasir Putihnya (Foto Hasil Penelitian 9 Agustus 2010)
Kualitas keindahan pantai Sanur juga mampu sebagai penarik motivasi wisatawan seperti ombak, biota laut yang masih dapat dinikmat i di beberapa spot wisata selam, angin yang mendukung olahraga selancar angin dan sailing.
5.2 Karakteristik Pantai Sanur dalam Menunjang Kegiatan Wisata Bahari Karakteristik pantai Sanur dapat di lihat dari keadaan fisik, sifat ataupun ciri khas keseluruhan dari obyek wisata pantai Sanur, meliput i keadaan tanah, air, iklim, dan ekosistem yang ada di pantai Sanur. Untuk mengetahui karakteristik pantai Sanur dalam perkembangannya perlu mengetahui bagaimana sumber daya alamnya, kerusakan-kerusakan yang
171
terjadi dalam perkembangannya, dan mengetahui fasilitas yang menunjang kegiatan wisata bahari pantai Sanur.
5.2.1 Kharakteristik SDA Sumber Daya Alam yang dimiliki pantai Sanur adalah prioritas utama mendorong berkembangnya kegiatan wisata bahari, adapun inti dari sumber daya alam yang membentuk karakteristik pantai Sanur dapat dilihat dari tanah yang ada di pantai Sanur meliputi Pasir. Kedua dilihat dari sumber daya air pantai Sanur segala sesuatu yang ada dan terjadi di atas permukaan air dan di bawah permukaan air meliputi keadaan terumbu karang, padang lamun air, arus dan ombak. Dan yang ketiga dilihat dari udara, meliputi iklim, arah angin, kekuatan angin. 5.2.1.1 Karakteristik Tanah Karakteristik tanah yang yang di maksud dalam penelitian ini adalah benda-benda memiliki sifat bentuk dan fisik yang berada atau terlihat pada permukaan dataran pantai Sanur di lihat dari jarak antara jalan pedestrian hingga dataran yang tidak terkena air pantai a. Pasir Keadaan pesisir pantai Sanur cukup sejuk karena ditumbuhi pohonpohon besar, kecuali di bagian utara pantai Sanur yaitu Pantai Matahari Terbit yang dahulunya adalah daerah per sawahan pinggir pantai, pantai ini juga selalu digunakan untuk kegiatan upacara keagamaan dan tingkat dari abrasi Pantai Matahari Terbit sangat tinggi.
172
Sebagian pasir yang menutupi pantai Sanur terdiri dari dua macam yaitu: pasir berwarna putih dengan but ir-butiran yang lebih besar, pasir ini dapat di temui dari selatan pantai Sanur tepatnya di mulai dari Pura Dalem Pengembak wilayah pantai Mertasari sampai Sanur reef yaitu pantai yang berada di depan Pura Segara Desa Sanur Kaja. Pasir yang berwarna hitam menutupi wilayah pantai bagian utara Sanur di mulai dari Loloan Pantai Sanur Reef hingga pantai Matahari Terbit. Selain memiliki pasir yang putih pantai Sanur juga memiliki bibir bibir pantai yang luas setelah pembangunan krib-krib penahan gelombang pada tahun 2002. Sepanjang pesisir Sanur terlaksana proyek besar penataan pantai sehingga otomatis membuat pantai Sanur semakin indah dan terselamatkan dari abarasi. Berikut Gambar 5.2 pantai Sanur sebelum dan Gambar 5.3 sesudah pembangunan krib.
Gambar 5.2 Pesisir Sanur Sebelum Pembangunan Krib (Sumber: Google Picture)
173
Gambar 5.3 Kondisi Pantai Setelah Pembangunan Krib (Foto Hasil Penelitian 22 Desember 2010) 5.2.1.2 Karakteristik Air Karakteristik air pantai Sanur di lihat dari keadaan fisik meliputi seluruh ekosistem serta sifat dan bentuk yang ada di diatas permukaan air ataupun dibawah perairan pantai Sanur. Air Laut Karakteristik pantai Sanur khas dengan airnya yang tenang dengan kombinasi pasir, padang lamun dan terumbu karang, keadaan air yang tenang dikarenakan adanya redaman glombang oleh terumbu karang tepi serta hidupnya ekositem padang lamun di pantai Sanur yang dapat dilihat pada Gambar 5.4. Hal ini mendukung berkembangnya pantai Sanur sebagai daerah tujuan wisata. Dengan ketenangan air yang dimiliki Sanur.
174
. Gambar 5.4 Aktivitas Pelayaran Dengan Air Tenang (Foto Hasil Penelitian 11 February 2011) Wisatawan lebih senang bila air pantai yang mereka kunjungi tenang karena menciptakan suasana yang lebih nyaman dan aktivitas bahari dapat dilakukan dengan mudah. Selain itu ketenangan air pantai Sanur menjadi salah satu daya tarik penduduk lokal untuk berkunjung menikmati hari libur mereka Pantai ini memiliki siklus pasang surut yang sangat tinggi mengakibatkan hampir seluruh aktivitas wisata bahari tidak dapat dilakukan pada saat air surut, seperti yang terlihat pada Gambar 5.5 foto salah satu boat yang harus di dorong dulu. Pada saat air surut seketika daerah yang terendam air menjadi kering, padang lamun berubah layaknya lapangan berumput, karang-karang terlihat jelas di permukaan hingga dapat dilalui dengan berjalan kaki hingga batas trumbu karang tepi. Saat air surut kegiatan hanya dapat dilakukan di loloan-loloan dan di di luar terumbu karang tepi. Selain itu arus Pantai Sanur sangat kuat jika air mulai surut hingga air pasang sehingga cukup berbahaya bagi wisatawan yang kurang berpengalaman dalam melakukan kegiatan wisata bahari.
175
Gambar 5.5 Boat Tidak Beroprasi Karena Air Surut (Foto Hasil Penelitian 25 Juni 2010) Di sepanjang pantai banyak di temukan pembuangan seperti sungai yang besar hingga selokan-selokan yang terhubung langsung ke pantai. Sungai dan saluran yang terhubung ke pantai memberikan nutrisi lebih pada ekositem laut dan sidementasi yang di bawa oleh air dari daratan ini dapat mengakibatkan bibir-bibir pantai semakin lebar. Selain memiliki ekosistem padang lamun, dan trumbu karang wilayah ini juga memiliki ekositem hutan bakau yang sedikit masih tersisa yaitu di sebelah selatan pantai Mertesari seperti yang terlihat pada Gambar 5.6. Menurut pengalaman imperis 10 tahun lalu pa ntai Mertesari mengalami abrasi yang cukup keras, pura tirta empul yang ada di pantai Mertasari dulunya berada di tengah pantai dan saat ini pura ini berada di pinggir pantai, demikian juga sebelah barat pantai Mertesari menjadi
176
hutan bakau yang berkembang pesat dan tidak terlihat adanya abrasi saat ini.
Gambar 5.6 Hutan Bakau Yang Ada di Pantai Mertesari (Foto Hasil Penelitian 9 Agustus 2010) Ombak Ombak yang ada di kawasan obyek wisata bahari pantai Sanur besar dan sempurna untuk kegiatan surfing advance karena terbentuk oleh gelombang lautan lepas yang bertemu dengan terumbu karang tepi Sanur seperti yang terlihat pada Gambar 5.7, terumbu karang ini memiliki sifat yang keras karena tumbuh berkembang membesar dan menjadi kuat dan tetap berada di tempat mereka tumbuh tidak seperti pasir yang hanyut oleh arus dan ombak sehingga ombak-ombak di Sanur akan tetap baik sampai terumbu karang itu hancur. Gelombang yang datang dari samudra Hindia serta arus keras yang melewati selat antara pulau Bali dan pulau Nusa mengirimkan gelombang
177
besar yang sempurna hingga bertemu terumbu karang yang menciptakan puluhan tempat surfing yang baik. Saat ini hanya Sembilan surfing spot yang dikenal dan sering dikunjungi yaitu baby reef, sanur reef, jantuk reef, tanjung reef, lataverna reef, tanjung sari reef, hyat right reef, hyat left reef, dan mertasari reef.
Gambar 5.7 Photo Ombak Sanur Reef di Sanur (Foto Hasil Penelitian 24 Juni 2010) Dari puluhan ombak-ombak pantai Sanur hanya beberapa yang menjadi favorit para peselancar yaitu Sanur reef, Jantuk reef dan Hyat reef. Antara ke tiga surf point Sanur reef dan hyat paling sering di jadikan tempat tournament surfing nasional hingga internasonal. Surf point yang ada di Sanur bukan untuk para pemula ataupun untuk surf school karena
178
tempat-tempatnya jauh dari bibir pantai, dengan karang pada dasarnya, ombaknya besar, dan arus keras.
Terumbu karang Terumbu karang yang ada di Sanur merupakan terumbu yang melinggkar melindungi pesisir Sanur yang sering disebut terumbu karang tepi atau karang penerus atau fringing reefs. Terumbu yang tumbuh di pantai Sanur adalah jenis terumbu karang paling sederhana da n paling banyak ditemui di pinggir pantai yang terletak di daerah tropis. Terumbu karang tepi berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau -pulau besar. Perkembangannya
bisa
mencapai
kedalaman
40
meter
dengan
pertumbuhan ke atas dan kearah luar menuju laut lepas. Kehidupan terumbu karang Sanur sejak 20 tahun lalu mengalami penurunan kualitas, ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pengaruh dan guna fungsi dari terumbu karang. Dan beberapa tahun ini terumbu karang di sanur semakin me mbaik tidak secara alami melainkan
membaik
karena
adanya
pelestarian
terumbu
karang.
Masyarakat di sekitar pantai Sanur semakin tahu betapa pentingnya terumbu karang bagi kehidupan, mereka mulai merasakan dampak dari terumbu karang yang mereka miliki, yait u terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar dan beragam baik secara ekologi maupun ekonomi. Pemerintah memiliki program-program untuk pantai Sanur. Bagi para nelayan agar dapat menjaga pantai mereka dari kerusakan dengan
179
memberikan bekal edukasi dan bantuan dana agar mereka melakukan hal yang benar dalam melakukan aktivitasnya. Manfaat dari terumbu karang terhadap masyarakat pantai Sanur yaitu: sebagai tempat hidup ikan yang banyak dibutuhkan manusia dalam bidang pangan, pariwisata, wisata bahari melihat keindahan bentuk dan warnanya. sebagai penahan abrasi pantai yang disebabkan gelombang dan ombak laut, serta sebagai sumber keanekaragaman hayati. Saat ini sudah banyak para nelayan yang menambatkan perahu-perahunya tidak menggunakan jangkar, banyak dari mereka menggunakan moorin (material pengganti jangkar yang di buat dengan cara di cor maupun di tanam pada dasar pantai)
untuk
menambatkan perahu mereka. Nelayan dan LSM-LSM bekerja sama membangun reef ball trumbu karang buatan dan kerap menjaga wilayah pantainya dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Terumbu karang yang ada di pantai Sanur cukup mudah untuk di temukan terumbu karang bisa di raih dalam dalam jarak 3 sampai 30 meter di mulai dari bibir pantai sampai trumbu karang yang ada setelah reef. Dalam keadaan air surut tempat-tempat diving yang ada di pantai sanur seperti jeladi wilis, penjor point dan chanel point kedalamannya akan menurun hingga 3 sampai 7 meter. Menurut Jaka, dive master yang aktif menyelam sejak 1998 menyatakan kawasan pantai Sanur tidak terlalu bagus sebagai kawasan kegiatan wisata selam, karena terumbu karang yang ada di pantai Sanur kurang baik, kebanyaknya aliran sungai dan aliran pembuangan di Sanur menyebabkan sedimentasi dan kelebihan
180
nutrisi pada terumbu karang, tingkat kesulitan yang tinggi karena arus yang kuat, visibility yang sangat jarang baik. Mengapa Sanur masih menjadi salah satu dive spot yang masih digemari: Jaka berpendapat “dibandingkan trumbu karang yang ada di Nusa Dua maupun Tanjung Benoa kualitas terumbu karang lebih unggul walaupun tidak berbeda jauh” selain itu jarak tempuh perjalanan lebih dekat dari pada dive spot yang lain, terumbu karang yang ada di Sanur cendrung dangkal dengan kombinasi coral dan pasir untuk diver intro (orang yang baru belajar menyelam) seperti yang terlihat pada Gambar 5.8. Hal inilah mempertahankan Sanur sebagai salah satu tempat menyelam yang masih diminati.
Gambar 5.8 Kombinasi Coral dan Pasir (Foto Hasil Penelitian Sanur Reef 13 Oktober 2010) Selain memiliki tempat yang mudah di jangkau dan tempat dive spot tidak terlalu dalam, terumbu karang di Sanur memiliki keragaman ikan dan lebih banyak ikan yang dapat di ko nsumsi. Radik 39 tahun kelahiran Kalimantan menyatakan “kehidupan bawah laut pantai Sanur
181
memiliki ikan-ikan konsumsi yang banyak terbukti dari adanya habitat predator tertinggi lautan yang ada di gua-gua terumbu karang Sanur” hal ini dapat menjadi salah satu terobosan besar dari industri diving Sanur untuk memanfaatkan shark watching seperti yang terlihat pada Gambar 5.9.
Gambar 5.9 Salah Satu habitat Ikan Hiu (Foto HasilPenelitian Sanur reef 9 Oct 2010)
Salah satu tempat yang dikunjungi wisatawan untuk melihat Hiu di bali adalah Padang Bay banyak wisatawan yang melakukan penyelaman ingin melihat langsung hiu tetapi jumlah hiu dan ukuran dari hiu yang ada di Padang Bay tidak sebesar hiu di Sanur. Radik menyatakan “semakin besar dan semakin banyak predator yang ada semakin sehat ekosistem perairan tersebut”
182
Untuk waktu yang paling baik, kegiatan selam sebaiknya dilakukan tiga hari sebelum atau sesudah bulan purnama dan bulan mati. Selain itu hindari melakukan kegiatan menyelam pada musim hujan atau setelah hujan karena visibility akan sangat kurang.
Padang Lamun Padang lamun pantai Sanur saat ini mengalami penurunan, menurut pengalaman empiris, 15 tahun silam ekosistem padang lamun pantai Sanur tumbuh merata di seluruh pesisir pantai Sanur. Panjang daun padang lamun yang hidup di pantai Sanur dahulu berkisar 0,5 m sampai 1 m dan saat ini daun padang lamun tidak sampai 0,5 m dan luas ekosistem padang lamun saat ini mengalami penyempitan seperti yang terlihat pada Gambar 5.10.
Gambar 5.10 Hamparan Padang Lamun Pantai Segara (Foto Hasil Penelitian 5 April 2011)
183
Peranan Padang Lamun secara fisik di perairan laut dangkal adalah membantu mengurangi tenaga gelombang dan arus, menyaring sedimen yang terlarut dalam air dan menstabilkan dasar sedimen. Selain itu sebagai tempat produktivitas tempat tinggalnya dan berlindungnya ikan-ikan kecil menuju kedewasaannya, banyak orang masih belum menyadari betapa pentinggnya fungsi padang lamun bagi hasil perikanan yang berlimpah. 5.2.1.3 Karakteristik Iklim Karakteristik iklim pantai Sanur adalah keadaan cuaca pantai Sanur dalam kurun waktu yang lama, adapun hal yang mempengaruhi iklim Pantai Sanur yang menjadikan ciri dan sifat iklimnya ialah: angin, temperatur, dan hujan. Penyebab terjadinya angin pantai Sanur karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu udara. Dalam satu tahun terjadi dua kali perubahan arah angin yaitu angin barat dan angin timur. Angin Barat berhembus pada bulan Oktober - April, matahari berada di arah selatan, dan angin Muson Timur berhembus setiap bulan April - Oktober, ketika matahari mulai bergeser ke utara. Jika musim angin timur tiba maka nelayan yang ada di pantai Sanur labih sulit melaut karena kecepatan angin kuat, maka semakin besar gaya gesekan pada permukaan laut dan semakin besar arus permukaan menciptakan gelombang tinggi. Hal ini membuat beberapa kegiatan wisata bahari tidak dapat dilakukan seperti kegiatan menyelam dan surfing sebaliknya beberapa kegiatan wisata bahari yang memerlukan kekuatan
184
angin akan menjadi satu andalan di musim ini seperti kite surfing, wind surfing dan layangan akan memenuhi langit pantai Sanur Temperatur air dan udara di pasisir Sanur sangat cocok untuk melakukan kegiatan wisata bahari yaitu berkisar antara 25,8 o C – 34,0 o C, hanya saja pada bulan tertentu air pantai terlalu dingin untuk melakukan aktivitas wisata bahari yaitu mulai Juni hingga bulan Agustus.
5.2.2 Kerusakan Faktor kerusakan dianggap penting di kemukakan dalam penelitian ini karena kepariwisataan pantai Sanur telah lama berkembang. Mengingat teori Tourism Life Cycle Butler menyatakan dalam perkembangan suatu kawasan pariwisata, maupun perkembangan daya tarik w isata pasti mengelami suatu siklus hidup pariwisata. Sejak awal perkembangan pariwisata Sanur yang tidak memiliki perencanaan dapat di pastikan segala kegiatan wisata bahari telah merubah fungsi ekosistem pantai Sanur. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menggali perubahan atau kerusakan yang terjadi di pantai Sanur. Dari hasil observasi dan wawancara ditemukan kerusakan atau perubahan yang terjadi di dalam lingkungan pantai Sanur. 5.2.2.1 Pencemaran Pesisir Pantai Sanur Pantai Sanur telah menjadi tempat wisata yang sangat berkembang akan tetapi perkembangan itu tidak di manage secara baik sehingga berdampak
buruk
pada
lingkungan
Pantai
Sanur,
seperti
halnya
185
pencemaran dan polusi-polusi di sepanjang Pantai Sanur, seperti tampak pada Gambar 5.11
Gambar 5.11 Pencemaran Pantai dari Pembangunan Hotel (Foto Hasil Penelitian Pantai Hyat 5 April 2011)
Berita pencemaran air laut pantai Sanur bukan merupakan berita yang baru. Berita ini sempat di angkat dalam media masa secara gamblang berapa tahun yang lalu yitu mengenai pembuangan limbah oleh pihak hotel-hotel dan restoran yang berada di pantai Sanur. Dampak dari kerusakan ini adalah rusaknya terumbu karang pada sekitaran wilayah yang tercemar dan dalam wilayah yang terdekat terjadinya perubaha n sedimentasi yaitu: seperti dasar pada pantai berlumpur, menimbulkan bau yang tidak nyaman, air dan lumpur menimbulkan iritasi pada kulit manusia. Pencemaran yang ada di pantai Sanur juga di sebabkan oleh Sungaisungai dan saluran pembuangan yang tersalur langsung ke pantai. Air
186
pembuangan yang di bawa oleh sungai mengandung berbagai sedimen, nutrisi dari alam maupun sampah pruduksi dari rumah tangga.
Gambar 5.12 Pencemaran Pantai dari Aliran Sungai (Foto Hasil Penelitian Mertasari, 20 February 2011)
Gambar 5.12 tersebut menjelaskan sampah kiriman yang mencemari pantai Sanur dari daerah pemukiman, hal ini salah satu bukti kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat. Disinilah peran dari pemerintah agar lebih peduli pada lingkungan untuk keberlanjut an parawisata Sanur. seperti kata Ramon 64 tahun wisatawan repeater asal Belgia, menyatakan “no effort from government to make clean the Sanur coast line, if nothing happens very fast nobody will back to Sanur” tidak ada usaha dari pemerintah untuk membuat pantai Sanur bersih, jika tidak ada perubahan maka tidak ada lagi orang yang datang ke pantai Sanur. Selain Sampah kiriman, pantai Sanur mulai tercemar sampah lokal yang dihasilkan dari kegiatan usaha dagang kaki lima di sepanjang pantai Sanur. Selain sampah pedagang memberikan sumbangan polusi visual yang cukup membuat mata para wisatawan tidak nyaman, pedagang di
187
berikan izin untuk membuat tenda-tenda hingga menutupi panorama pantai yang berpasir putih. Parahnya sampah-sampah yang dihasilkan tidak di buang pada tempat yang sudah di tentukan malah ditanam begitu saja oleh para pedagang di sekitar pantai. Berbeda dengan petugas DKP Pemerintah Kota Denpasar yang bertugas di pantai Sanur menyatakan “Pembersihan areal pantai sudah ditentukan dari pusat jadi semua sampah yang saya ambil ini akan dibawa truck DKP untuk di bawa ke TPA” seperti yang tampak pada Gambar 5.13. Kenapa kegiatan pembersihan yang dilakukan oleh pedagang sangat tidak ramah lingkungan? Siapa yang memberikan arahan para pedagang untuk melakukan ini? Kenapa pemerintah desa Sanur Kaja membiarkan hal ini?
Gambar 5.13 Aktivitas Petugas Kebersihan Kota (Foto Hasil Penelitian 20 Feb 2011)
188
5.2.2.2Kerusakan Ekositem Potensi utama pantai Sanur menjadi obyek wisata dalam awal pekembangannya adalah daya tarik alam baharinya yang indah. Sangat berbeda dengan ekositem pantai Sanur yang menopang kegiatan bahari saat ini, kian banyaknya isu-isu yang menyinggung kerusakan lingkungan pantai Sanur. Kerusakan ekosistem dari hasil observasi dan wawancara di paparkan sebagai berikut: Pertama tentang abrasi, kedua perubahan karakter pantai di karenakan pembangunan kribkrib penahan gelombang dan yang ketiga kerusakan terumbu karang yang saling bertautan dengan kerusakan yang lainnya. Kerusakan Pantai Karena Abrasi Laju abrasi pantai Sanur dapat tertahan setelah dibangunnya krib krib penahan gelombang, sangat membantu menyelamatkan bibir -bibir pantai yang nyaris hilang. Akan tetapi masi dapat dilihat di beberapa pantai yang masih terkena abarasi dengan skala rendah dan dapat diatasi dengan perawatan pengembangan krib sperti tampak pada Gambar 5.14 Secara general abrasi disebabkan oleh naiknya volume air laut disebabkan pemanasan global yang terjadi di seluruh belahan dunia. Selain permasalahan pemanasan global, abrasi pantai Sanur di karenakan berubahnya atau rusaknya fungsi-fungsi dari ekosistem setempat, sepert i pengurugan Pulau Serangan dan kerusakan terumbu karang.
189
Gambar 5.14 Proyek Perawatan Abrasi (Foto Hasil Penelitian Pantai Karang 14 November 2011)
Perubahan Karena Pembangunan Krib Dampak positif dari pembangunan krib di sepanjang pantai dapat dilihat dan dirasakan oleh semua pihak, tetapi segala perubahan yang tidak alami akan memberikan reaksi yang tidak baik dan tidak dapat dilihat oleh kasat mata. Pembangunan krib menyebabkan matinya padang lamun yang tumbuh di sekitaran krib, ini dapat disebabkan karena terjadinya sedimentasi yeng berlebihan dan juga perputaran arus yang kuat selai n itu menjadi tempat rawan kecelakaan, pernyataan ini di kuatkan oleh Bapak Dayung Petugas Life Guard Pantai karena arus tarik balik sekitar krib sangat kencang hingga menyebabkan kecelakaan. Kerusakan Terumbu Karang
190
Ekosistem
yang
paling
berperan
terhadap
keberlangsungan
kepariwisataan Sanur adalah kehidupan dari Terumbu Karang yang ada disepanjang pantai. Dalam dua dekade ini terumbu karang pantai Sanur mengalami penurunan kualitas, dampak dari rusaknya terumbu karang dapat dirasakan oleh orang-orang yang hidup dengan SDA pantai Sanur, seperti nelayan yang mengeluhkan hasil tangkapan yang menurun serta menurunnya jumlah wisatawan yang ingin melakuakan kegiatan wisata bahari seperti aktivitas menyelam, glass bottom boat dan jukung. Selain itu dampak dari rusaknya terumbu karang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan sangat serius seperti yang kita lihat abrasi semakin parah, padang lamun akan mati, dan ombak-ombak semakin tidak beraturan. Trumbu karang pantai Sanur saat ini tidak secerah 20 tahun yang lalu, ikan-ikan tidak dapat di jumpai lagi di bibir-bibir pantai, kuda laut tidak lagi sebagai penghuni padang lamun. Dalam penelitian ini kerusakan terumbu karang disebabkan oleh: 1. Kerusakan terjadi karena fenomena alam: Terumbu Karang sangat sensitive t erhadap perubahan, Jensi dari yayasan reef check berpendapat kerusakan terumbu karang yang ada di Sanur disebabkan juga dari perubahan cuaca yang di isukan menjadi sumber masalah utama dunia yaitu global warming. Trumbu karang sangat peka terhadap perubahan cuaca yang extrim, terumbu karang dapat hidup sehat dalam suhu tertentu dan akan mati bila suhu air lebih tinggi dari batas suhu yang dapat diterima terumbu karang.
191
Kerusakan lain yang disebabkan oleh alam yaitu bencana alam seperti banjir dan badai. Fenomena alam ini akan merusak karang di sekitar daerah bencana karena banjir akan membawa sedimen-sedimen yang akan menutupi koral hingga hingga terumbu karang tidak dapat menangkap sari makanan dan berfotosintesis, demikian juga badai yang mampu mengeruhkan perairan sekitar. 2. Kerusakan terjadi karena kegiatan pariwisata Perkembangan pariwisata di pantai Sanur semakin tahun semakin meluas, banyaknya bangunan fisik penunjang pariwisata, dalam satu sisi merupakan hal baik bagi perekonomian daerah akan tet api pembangunan pariwisata yang pesat ini tidak di dukung oleh perencanaan dipastiakan dapat menyumbangkan kerusakan besar pada ekosistem pantai Sanur. Kerusakan yang terbesar yang di sumbangkan dari usaha penunjang kegiatan wisata bahari pantai Sanur sep erti hotel, restoran, toko-toko dan yang lainnya yaitu: pencemaran dari limbah manusia yang tidak di olah dan langsung di buang kesaluran-saluran drenaise menuju pantai, seperti limbah lemak dan sisa konsumsi rumah makan dan hotel, limbah chemical sperti bleaching pada perusahaan jasa cuci dan yang lainnya. Kerusakan yang lain timbul karena adanya kegiatan wisata bahari tersebut. Seperti yang sering terlihat pada saat air surut wisatawan maupun penduduk lokal kerap berjalan menyusuri trumbu karang tepi g una melihat-melihat hal yang belum pernah mereka temukan. Selain itu biasanya para wisatawan mengambil hal-hal yang menarik saat ditemui, tidak sedikit wisatawan mencuri terumbu-terumbu karang dengan cara
192
mematahkan karang hanya untuk cinderamata. Selain itu para pemancing dan penduduk lokal kerap berjalan di atas koral yang baru tumbuh. Aktivitas wisata selam juga menyebabkan kerusakan terumbu karang karena dalam kegiatan menyelam terjadi sentuhan-sentuhan yang di sengaja ataupun tidak, selain itu kegiatan menyelam ini banyak dilakukan oleh orang-orang kurang mengetahui tentang kehidupan terumbu karang. Penggunaan Jangkar dari perahu-perahu nelayan dan penunjang wisata bahari saat ini berkurang akan tetapi penggunaan janggkar ini tetap digunakan. Janggkar merupakan pembunuh karang tercepat karena sekali menambatkan perahu dengan jangkar akan mengakibatkan kerusakan yang fatal bagi terumbu karang, hal ini dapat lebih di jelaskan pada Gambar 5.15.
Gambar 5.15 Jangkar Nelayan Tersangkut Terumbu Karang (Foto Hasil Penelitian 13 Oktober 2011)
193
Tingginya permintaan benda-benda laut membuat orang-orang berlomba untuk merusak alam mereka dengan mudah memotong mencabut terumbu karang untuk di perjual belikan, segala bahan atau benda -benda alami hasil laut sangat bernilai tinggi seperti paras karang yang di gunakan sebagai bahan bangunan dan pembuatan patung, karang -karang di ambil sebagai barang pajangan, kayu uli atau akar bahar di cabuti sampai tidak ada yang tersisa oleh orang-orang yang menemukannya. 3. Kerusakan karena over fishing Penangkapan ikan secara berlebihan hingga ikan tidak dapat mempertahankan populasi mereka, menyebabkan jumlah ikan berkurang sedikit demi sedikit sampai akhirnya tidak satupun ikan yang bisa ditangkap. Radik penyelam kelahiran Kalimantan berpendapat masyarakat Sanur dalam jangka 5-10 tahun mendatang tidak dapat menikmat i tangkapan ikan laut di Pantai Sanur. Salah satu faktor penyebab ialah kurang memperhatikan siklus hidup ikan, penggunaan alat tangkap yang salah dan tidak adanya regulasi dan pengawasan dari pemerintah setempat. Salah satu nelayan bernama bapak Gejeg membenarkan prediksi yang dinyatakan bapak Radik bahwa hasil tangkapan nelayan menurun drastis sejak 10 tahun yang lalu di tahun 90an hasil rata-rata tangkapan nelayan mencapai 30 kg hingga 50 kg setiap kali melaut, saat ini rata -rata hasil tangkapan nelayan 4 kg sampai 10 kg.
194
Menurunnya jumlah ikan berarti menurun juga kualitas ekositem perairan Pantai Sanur, kerusakan-kerusakan lingkungan yang disebabkan dari penangkapan ikan yang kurang ramah lingkungan masih banyak ditemukan
di
memecahkan
sekitar karang
pantai atau
Sanur
seperti
mengungkit
mencari
karang,
ikan
dengan
penangkapan
ikan
tradisional dengan cara nokal dan yang terburuk dengan menggunakan kalium sainida atau potassium. Penangkapan dengan cara yang salah dan tidak ramah tidak saja membuat ikan mati, hingga rumah ikan pun mati. 4. Kerusakan yang disebabkan oleh sampah Sampah adalah sumber masalah bagi Bali karena belum memiliki cara penanggulangan yang baik, kurangnya kesadaran masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan menciptakan pantai-pantai sebagai tempat pembuangan sampah umum. Pantai Sanur menerima sampah kiriman dari penjuru daerah dari masyarakat yang masih menggunakan sungai sebagai tempat sampah selain itu pedagang-pedagang di sekitaran pantai ikut juga menyumbangkan sampah.
195
Gambar 5.16 Pencemaran Sampah Pelastik Merusak Terumbu Karang (Foto Hasil Penelitian Oktober 2010) Pada Gambar 5.16 setidaknya dapat menjelaskan polusi yang disebakan oleh sampah. Pencemaran ini terjadi karena (1) Budaya buang sampah masyarakat yang kurang di benahi, (2) Pantai sanur banyak di temui aliran sungai, (3) Dekat dengan TPA Suwung, (4) Menjad i point utama kegiatan upacara keagamaan masyarakat Denpasar, (5) Kurangnya perhatian pemerintah terhadap bencana sampah. Dalam penelitian ini menemukan hal yang penting untuk di benahi dan di tindak lanjuti yaitu kegiatan ritual umat Hindu Bali yang di lakukan khususnya di pesisir pantai Sanur karena ini sangat penting bagi keberlanjutan Bali yang lestari. 5.2.2.3 Degradasi Moral Kawasan obyek wisata pantai Sanur selain memiliki masalah lingkungan saat ini juga memiliki masalah sosial. Masuknya wisatawan ke DTW akan mempengaruhi penduduk setempat, meskipun kecil tapi sangat
196
keras pengaruhnya terhadap masyarakat serta kepariwisataan Sanur. Masalah sosial yang dapat ditemukan di Sanur adalah: (1) Sebagian masyarakat sudah terpolarisasi kebanyakan masyarakat yang mencari kerja di pantai Sanur saat ini ingin memburu dolar lebih banyak dengan cara jalan pintas tanpa memiliki keterampilan di bidangnya ini menyebabkan persaingan bebas yang tidak sehat dan mampu menciptakan perselisihan antara penduduk pribumi dengan pribumi ataupun local people dengan tourists. (2) Beberapa tempat khusus di pinggiran Pantai tersedia stand khusus gigolo mereka menyediakan Jasa plus-plus pijat khusus bagi wisatawan wanita, papan-papan mereka bertuliskan Female Masage. (3) Pergaulan yang terlalu terbuka tanpa filter yang kuat membuat masyarakat dan generasi kebarat-baratan. Berkembangnya tingkah laku masyarakat yang berorientasi pada konsumsi yang sudah berubah dengan mabuk-mabukan dan obat terlarang. 5.2.3 Fasilitas Wisata Bahari Pantai Sanur Obyek wisata bahari pantai Sanur termasuk dalam katagori wisata minat khusus karena menjual keunikan dari sumber daya alamnya. Hall dan Weiler (1992, dalam wjayasa 2008:29) menyatakan bahwa wisata minat khusus adalah wisata yang dilakukan oleh orang yang pergi ke suatu tempat karena mereka memiliki kepentingan/minat tertentu yang akan dilakukan di daerah atau destinasi tertentu. Pariwisata minat khusus memiliki sifat yang rentan terhadap perubahan dalam lingkungannya, maka diperluka nnya suatu fasilitas yang mendukung agar dapat mengurangi dampak buruk dari kegiatan wisata
197
bahari dan fasilitas yang mendukung kepariwisataan tersebut. Fasilitas penting dalam mendukung pariwisata bahari pantai Sanur yaitu fasilitas internal yang mendukung kegiatan wisata bahari secara khusus seperti: mooring untuk penambatan perahu-perahu, reef ball, papan informasi dan peraturan, tempat sampah, life guard, fasilitas usaha tirta, serta fasilitas sumber
daya
manusia.
Kedua
fasilitas
external
yang
mendukung
kepariwisataan pantai Sanur seperti: akomodasi, rumah makan, parkir, mini market, dan art shop. Adapun fasilitas-fasilitas yang ada di Pantai Sanur sebagai penunjang wisata bahari yaitu:
5.2.3.1 Perusahaan wisata tirta.
Dari hasil observasi di sepanjang pantai Sanur memiliki sembilan Usaha tirta dan dua organisasi pecinta olahraga selancar angin. Pantai Sanur memiliki dua perusahaan rekreasi air berlisensi yaitu PT Bali Matahari Wisata Tirta di Pantai Cemara Geseng dan PT Surya Wisata Tirta di Pantai Hyat, hanya di tempat inilah wisatawan dapat menikmat i rekreasi seperti wave runer, Paraseling, banana boat dan lainnya. Spot-spot
diving
merangsang
perkembangan
fasilitas-fasilitas
kegiatan wisata selam seperti Perusahaan yang dapat di temui di sekitaran Pantai Hyat, Semawang dan Cemara Geseng yaitu perusahaan sea walker, ena dive, surya dive, Bali Diving Perdana dan lainnya. Kegiatan selam ini juga merangsang masyarakat dan pengusaha untuk menjaga terumbu karang yang mereka miliki. Dapat dilihat bertambahnya penggunaan
198
mooring menggantikan kegunaan jangkar untuk penambatan perahu. Mulai adanya gerakan pembarsihan terumbu karang yang di prakasai oleh Bapak Ena
Parta
mempercepat
dan
mulainya
pertumbuhan
penanaman karang
reef
setalah
ball
untuk
exploitasi
membantu alam
yang
berlebihan. Pantai Sanur merupakan salah satu home base olahraga selancar angin, banyak atlet-atlet nasional internasional lahir di persatuan olahraga selancar angin yang ada di Pantai Hyat, dan yayasan olahraga selancar angin berada di Pantai Sanur Reef. Untuk kegiatan olahraga air lainya seperti surfing, kite surfing, paddle surfing, kayaking, wake boarding , yang aman dan berlisensi dapat di temui di Sanur Reef, Grand Bali Beach, Pantai Hyat, Pantai Mertesari dan Semawang. Pelayaran adalah awal dari perkembangan Wisata Bahari Pantai Sanur, dulu jukung merupakan sarana tranpotasi para nelayan dan masyarakat. Di tahun 60an jukung mulai menjadi daya tarik wisatawan dan mulai di komersialkan. Hingga saat ini tradisi pelayaran jukung masih tetap bertahan memiliki 170 anggota dibagi menjadi 5 kelompok yang di wadahi kelompok jukung Dewi Satayojana Gandhi. 5.2.3.2 Fasilitas Jasa Dimaksud dengan fasilitas jasa dalam penelitian ini adalah Transportasi, akomodasi dan boga, warung, pedagang kaki lima, toko, art shop serta kelompok nelayan.
199
Tranpotasi air khususnya untuk penyeberangan ke Pulau Nusa Penida, Lembongan dan Lombok dapat di lakukan di pantai Sanur Reef, dan pantai Hyat seperti yang tampak pada Gambar 5.17. Perahu -perahu lainnya juga beroprasi sebagai sarana transportasi kegiatan wisata bahari seperti
mengantarkan
wisatawan
ke
surf
point,
diving
area,
fishing,berkeliling di sekitar pasisir Pantai Sanur.
Gambar 5.17 Jasa Tranportasi Public Boat Pantai Sanur (Foto Hasil Penelitian 11 February 2011) Sanur terkenal dengan fasilitas akomodasi yang nyaman dan usaha boga di sepanjang Pantai, untuk menunjang pariwisata bahari di sepanjang pantai sanur terdapat 5 usaha akomodasi 3 Bar & Resto di Sanur Kaja, 4 usaha akomodasi 14 Bar & Resto di Sanur Kauh dan kurang lebih 20 perusahaan akomodasi 18 Bar & Resto di kelurahan Sanur. Wisatawan juga dapat berbelanja pernak-pernik, pakaian, kain pantai, barang-barang
200
seni dan lukisan dengan adanya art shop di pantai. Warung-warung kecil dan pedagang kaki lima yang memenuhi beberapa pantai seperti pedagang kaki lima yang berada di pantai Matahari Terbit, Sanur Reef, Sindhu, Semawang, dan Merta Sari keberadaan pedagang ini kurang berdampak baik bagi keberlangsungan Kepariwisataan Sanur. Ikan-ikan hasil tangkapan yang terkenal enak merupakan hasil jasa para nelayan setempat, di pantai Sanur memiliki lima kelompok nelayan yang masi kuat mempertahankan tradisi mereka bahkan kemungkinan jumlah kelompok nelayan akan bertambah lagi di pantai S egara dan Sindhu saat ini masih dalam pengajuan proposal agar dapat di sahkan oleh pemerintah daerah. Kelompok nelayan yang ada di Sanur yaitu: kelompok nelayan Mina Sari Asih yang terletak di pantai Matahari Terbit Sanur Kaje, Kelompok nelayan Astitining Segare di pantai Hyat, kelompok nelayan Tapang Kembar di pantai Semawang keduanya berada dalam wilayah kelurahan Sanur, dua kelompok nelayan yang berada di Desa Pekraman Intaran Sanur Kauh yaitu:
Kelompok nelayan Mina Suka Werdi dan
kelompok nelayan Pica Segare di Pantai Tirta Empul Mertasari. 5.2.3.3 Public Facility
Public Facilty dalam penelitian ini adalah fasilitas umum untuk memenuhi kebutuhan seluruh stakeholder yang ada di pantai sanur agar dapat menunjang kegiatan pariwisata yaitu seperti akses, tempat s ampah, kamar mandi umum, keamanan, papan informasi dan peraturan.
201
Fasilitas akses pantai Sanur saat ini sangat memadai setelah terbangunnya jalan pedestrian oleh pemerintah. Menuju obyek pariwisata jalan umum yang tesedia tidak begitu besar dan minim tempa t parkir terkecuali Pantai Matahari Terbit dan Pantai Mertasari. Permasalahan dari kekurangan parkir dan akses yang kurang, menyebabkan sering terjadinya kemacetan dan membuat sanur semakin semrawut terutama parkir seperti yang tampak pada Gambar 5.18.
Gambar 5.18 Buruknya Manajemen Parkir (Foto Hasil Penelitian 12 September 2011)
Jalan yang kecil dan manajemen parkir yang buruk menciptakan masalah serius untuk Sanur kedepannya, seperti contoh kasus yang terjadi badan SAR tidak dapat masuk ke pantai jika ada kecelakaan, korban di boyong hingga jalan By Pass untuk dibawa ke rumah sakit. Kenyamanan dan keamanan suatu obyek pariwisata sangat di tentukan oleh fasilitas yang tidak terlihat penting akan tetapi sangat besar manfaatnya seperti tempat sampah, public toilet, papan peraturan dan
202
informasi. Hasil observasi fasilitas ini masih sangat minim,tempat sampah sangat sulit ditemukan bilapun ada tempatnya kurang strategis. Demikian juga
kurangnya
papan-papan
informasi
dan
peraturan
sehingga
menimbulkan beberapa masalah karena wisatawan pengunjung dan masyarakat tidak akan mengetahui bagaiman sikap atau tindakan mereka saat berkunjung ke pantai Sanur. Fasilitas keamanan pantai Sanur cukup baik dengan adanya penjagaan dari badan balawista dan polisi air yang ikut serta menjaga kemanan dan kenyamanan. Balawisata Sanur beranggotaan 14 orang memiliki 3 pos jaga yang tersebar di 4 pantai rawan kecelakaan yaitu Pos I Pantai Matahari Terbit, Pos II di Sanur Reef, Pos III di Pantai Segare Ayu dan satu kelompok lagi di Loloan Pantai Semawang. 5.3
Langkah-langkah untuk Menciptakan
Wisata Bahari yang
Berkelanjutan Dalam sub bab ini membahas tentang langkah-langkah wisata bahari pantai Sanur menuju wisata bahari yang berkelanjutan, rumusan masalah di analisis dengan temuan-temuan dari hasil panelitian serta di sandingkan dengan teori dan konsep yang relevan. Wisata bahari termasuk pariwisata yang memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya alam ini sangat rentan terhadap suatu perubahan, kerusakan yang sudah terjadi, tidak dapat dengan mudah di kembalikan seperti bentuk dan fungsi semula bahkan tidak mungkin untuk dapat di pulihkan dalam jangka waktu yang lama sekalipun. Jenis wisatawan ini adalah jenis wisata minat khusus yang memiliki motifasi
203
yang berbeda dalam mengunjungi wisata bahari pantai Sanur. maka perlu pendekatan ekowisata dalam penelitian ini Langkah-langkah untuk menciptakan Pantai Sanur menuju wisata bahari yang berkelanjutan dalam penelitian ini yaitu dengan cara menilai atau mengevaluasi perkembangan pantai Sanur dan dimasukan dalam teori (4A). Menurut Medlik, 1980 ada empat aspek yang harus diperha tikan dalam penawaran pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut: 1. Attractiveness; daerah tujuan wisata (selanjutnya disebut DTW) untuk menarik wisatawan pasti memiliki daya tarik, baik daya tarik berupa alam maupun masyarakat dan budayanya. 2. Accessibility; dimaksudkan agar wisatawan domestik dan mancanegara dapat dengan mudah dalam pencapaian tujuan ke tempat wisata 3. Amenities; amenities memang menjadi salah satu syarat daerah tujuan wisata agar wisatawan dapat merasakan kenyamanan dan tinggal lebih lama di DTW. 4. Ancillary; adanya lembaga pariwisata wisatawan akan semakin sering mengunjungi dan mencari DTW apabila di daerah tersebut wisatawan dapat merasakan keamanan, (protection of tourism) dan terlindungi. Dalam menentukan langkah-langkah untuk menciptakan suatu daya tarik wisata sangat perlu memperhatikan pendekatan 4A seperti yang telah dijabarkan. Empat aspek ini dasar yang terpenting dari keberlanjuatan kepariwisataan tersebut dan masing-masing komponen tersebut memiliki keterkaitan yang saling melengkapi. 5.3.1 Analisis Attraction (daya tarik) Wisata Bahari Pantai Sanur
204
Atraksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keunikan sumber daya alam pantai Sanur yang di manfaatkan sebagai sarana untuk melakukan kegiatan-kegiatan wisata bahari. Daya tarik ini antara lain yaitu: yang dimanfaatkan di bawah permukaan laut, di atas permukaan laut, dan daratan atau landscape pantai Sanur. Terdapat 4 base kegiatan dalam wisata bahari pantai Sanur yang umum dilakukan di pantai Sanur yaitu: kegiatan wisata bahari rekreasi air, kegiatan wisata olahraga air, kegiatan wisata selam, dan kegiatan wisata pelayaran. Dalam penilian peneliti perkambangan wisata bahari pantai Sanur sangat banyak mengalami perubahan, di awal 80 an rekreasi air, pelayaran jukung dan menyelam menjadi daya tarik utama. Seiring tahun berganti obyek wisata mengalami kemunduran karena banyaknya saingan atraksi wisata bahari yang berkembang di daerah lain, terjadinya perubahan karakteristik pariwisata, dan menurunnya kualitas atrakksi karena dampak lingkungan. Wilayah pesisir pantai Sanur tersusun dari berbagai macam ekosistem yang satu sama lain saling terkait, tidak berdiri sendiri. Perubahan atau kerusakan yang menimpa satu ekosistem akan menimpa pula ekosisitem lainnya. Seperti yang terjadi dalam penelitian ini, kerusakan
terumbu
karang
yang
rusak
karena
kegiatan
manusia
menyebabkan ombak untuk surfing tidak maksimal, kerusakan padang lamun karena gelombang mnghancurkan kekuatan akar hingga padang lamun tidak dapat tumbuh dan terjadilah abrasi pantai Sanur. Dapat
205
dibayangkan kerusakan satu ekosisitem akan memusnahkan atraksi wisata bahari pantai Sanur. Dalam penelitian ini ditemukan beberapa penyebab rusaknya lingkungan pesisir pantai Sanur:
1. Kegiatan pariwisata bahari itu sendiri 2. Kegiatan penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan 3. Limbah padat dan cair yang mengalir dari saluran pembuangan baik got, sungai dan limbah hotel 4. Reklamasi pulau Serangan dan pembangunan krib Bila dilihat dari penyebab terjadinya kerusakan bukan dari satu sumber masalah saja, maka perlunya suatu kajian yang menyeluruh dan keseriusan tindakan, yang cepat, dan tepat dari semua pihak untuk menyelamatkan sumber daya alam yang masih dapat dipertahankan serta diperbaharui untuk menuju wisata yang berkelanjutan. Pariwisata bahari pantai Sanur yang berkelanjutan bukan hal yang mudah di ciptakan sebelum adanya suatu manajemen lingkungan secara menyeluruh dalam berbagai sektor. Realisasi prinsip-prinsip berkelanjutan masih kurang untuk dapat diwujudkan tanpa adanya pengelolaan terpadu karena wisata bahari sudah berkembang sejak lama dan berjalan tanpa adanya perencanaan. Untuk memecahkan permasalahan ini dapat di atasi dengan sistem pendekatan pengelolaan pesisir secara terpadu terlebih dahulu. Dahuri (2008: 12) menyatakan pengelolaan wilayah pesisir secara
206
terpadu adalah suatu pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumber daya, dan kegiatan pemanfaatan secara terpadu guna mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan. Dalam konteks ini, keterpaduan ( intergration) mengandung tiga demensi: sektoral, bidang ilmu dan keterkaitan ekologis. Sesuai pendekatan dan prinsip-perinsip keberlanjuatan pariwisata bahari pantai Sanur harus memiliki suatu keterpaduan secara sektoral berarti bahwa perlu ada kordinasi tugas, wewenang dan tanggung jawab antar sektor atau instansi pemerintah pada tingkat pemerintah mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, hingga tingkat pusa t. Serta keterpaduan dari sudut pandang keilmuan mensayarakatkan bahwa dalam pengelolaan wisata bahari pantai Sanur hendaknya dilaksanakan atas dasar pendekatan interdisiplin ilmu, yang melibatkan bidang ilmu: ekologis, sosial, ekonomi, hukum, teknik dan lainnya yang relavan. Ini hal yang harus di lakukan karena pantai Sanur pada dasarnya terdiri dari berbagai macam ekosistem yang satu sama lainnya saling terkait, tidak berdiri sendiri. Perubahan atau kerusakan yang menimpa satu ekosistem akan menimpa pula ekosistem yang lainnya. Pantai Sanur juga terdiri dari sistem sosial yang terjalin secara komplek dan dinamis. Selain itu, wilayah pantai juga dipengaruhi oleh berbagai macam kegiatan manusia maupun proses-proses alamiah terdapat di lahan atas maupun laut lepas. Jika pengelolaan
terpadu
terlaksana
dengan
baik
keberlanjutan yang relavan akan berjalan maksimal.
maka
prinsip -prinsip
207
Seperti yang diuraikan, untuk mencapai atraksi wisata bahari pantai Sanur yang berkelanjutan perlu adanya kerjasama antara pihak akedemisi sebagai
pengkaji
wisata
yang
berkelanjutan
dan
keseriusan
dari
pemerintah sebagai pembuat peraturan, yang berwewenang, dan yang bertanggung jawab untuk mengambil keputusan-keputusan yang terbaik. Jika dilihat dari keadaan atraksi pantai Sanur saat ini seharusnya wilayah pantai Sanur memiliki zonasi wilayah pesisir yaitu di kelaskan atau dibagi-bagi berdasarkan karakteristik area pantai tersebut. Seperti: 1. Mengembangkan
sumber
daya
manusia
dengan
menerapkan
pendidikan dan aktivitas pendamping kepada masyarakat dan pelaku wisata bahari. 2. Menggalakan pengembangan
atraksi
wisata
lingkungan
yang
ramah
yang
lebih
lingkungan
dan
memperhatikan
keberlanjuatan. 3. Tempat-tempat atau area kegiatan wisata selam dilindungi dari kegiatan aktivitas lainnya hal ini wajar dilakukan karena terumbu karang
merupakan
ekosistem
yang
paling
rentan
terhadap
perubahan serta penyangga utama atraksi yang ada di pantai Sanur. 4. Menentukan area yang tepat untuk masing-masing atraksi dan kegiatan rekreasi air agar tidak menimbulakan konflik, serta tidak menimbulkan kerusakan maka pelunya mengetahui karakteristik pantai.
208
5. Menentukan daerah bebas aktivitas manusia atau daerah konservasi, menentukan jalur tranportasi boat. 6. Daerah konservasi perlu ada untuk membantu pemulihan sumber daya alam dan dapat menjadi Bank hidup ekosistem pantai Sanur 7. Membuat sistem sanitasi kegiatan pariwisata dan manusia, serta menanggulangi limbah padat dan cair yang dihasilkan dari lahan atas (upland areas). 8. Membuat peraturan dan pengaturan agar dapat menye lamatkan kawasan
wisata
bahari
pantai
Sanur
termasuk
pengawasan
penangkapan ikan. Poin-poin di atas sebaiknya dilakukan dengan pendekatan ke seluruh stake holder di mulai dari masyarakat, karena masyarakat sekitar yang merasakan perubahan yang terjadi. 5.3.2 Analisis Aksesibilitas Wisata Bahari Pantai Sanur Oka A. Yoeti (1997:172) menyatakan jika suatu obyek tidak di dukung aksesibilitas yang memadai maka obyek yang memiliki atraksi tersebut sangat susah untuk menjadi industri pariwisata, aktivitas kepariwisataan banyak tergantung pada tranportasi dan komunikasi karena faktor jarak dan waktu yang sangat mempengaruhi keinginan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata. Yang membuat suatu kawasan lebih banyak di kunjungi adalah sarana akses seperti infrastruktur jalan, obyek dekat dengan bandara dan ada transportasi untuk menuju DTW.
209
Aksesibilitas wisata bahari pantai Sanur di lihat dari segi jarak dan waktu sangat mendukung sekali karena dekat dengan bandara dan pusat kota. Untuk aksesibilitas dalam air, pantai Sanur tersedia bermacam sarana transportasi air seperti jukung, perahu mesin berbagai ukuran dan spead boat yang akan melayani pengunjung. Dalam perkembangan pariwisata pantai Sanur saat ini banyak orang ingin berusaha menciptakan uang dengan me nciptakan suatu lapangan pekerjaan, jika dilihat dari perkembangan wisata bahari pantai Sanur tidak sebanding dengan aksesibitas yang ada. Pertama dapat dilihat dari akses jalan dan parkir umum yang masih kurang memadai. Biasanya saat ledakan pengunjung domestik mulai timbul permasalahan, yang terparah adalah akses pantai Sanur Grand Bali Beach, disini terjadi faktor kepentingan yang mendominasi. Seperti contoh riil yang terjadi saat ini pantai Sanur reef pada kedua sisi jalannya penuh dengan mobil-mobil non pengunjung kendaraan itu dimiliki oleh sopir-sopir taxi gelap. Parkir kerap jadi sumber masalah di pantai ini, petugas parkir mengatur parkir kendaraan hingga memenuhi badan jalan menutup akses masyarakat setempat. Permasalahan ke dua adalah sistem tranportasi dan kepemilikan perahu-perahu yang terlalu banyak beroprasi, mengakibatkan polusi visual pada landscape, kerusakan lingkungan karena pencemaran bahan bakar mesin, kerusakan padang lamun oleh baling -baling kapal dan kerusakan terumbu karang disebabkan jangkar perahu. Selain itu mulai timbul masalah sosial di kalangan masyarakat yaitu antara lain merasa terganggu
210
dengan adanya perahu-perahu yang beroprasi maupun yang terbengkalai di bibir pantai serta terjadi persaingan harga yang saling menjatuhkan. Aksesibilitas
pantai
Sanur
yang
berkelanjutan
tidak
dapat
diciptakan bila masih banyak faktor kepentingan dan uang menjadi pedoman untuk memanajemen pantai Sanur. jika ingin mengubah kawasan daya tarik wisata Pantai Sanur yang berkelanjutan harus berpedoman dengan tiga elemen penting yang menjadi acuan dalam teori keberlanjutan yaitu: keberlanjutan ekologi, keberanjutan sosial dan keberlanjutan ekonomi. Ketiga elemen ini harus bersinergi agar tidak pincang dan menimbulkan masalah di generasi selanjutnya. Aksesibilitas pantai Sanur harus dan segera berbenah agar dapat menciptakan pariwisata yang berkelanjutan, salah satu cara untuk mengatasi permasalah ini adalah dengan mengaplikasi konsep carrying capacity yang di ambil dari teori teori pemanfaatan lingkungan alam secara berkelanjutan yaitu dengan: 1. Mengatur tambatan perahu agar tidak mengganggu kegiatan yang lainnya serta mencegah kerusakan lingkungan 2. Menentukan jumlah perahu yang ideal agar tidak melebihi daya tampung perairan pariwisata bahari pantai Sanur. 3. Mengatur dan memanfaatkan akses jalan umum sebaiknya tanpa merugikan pihak lain. 4. Menentukan daya tampung parkir yang dapat di toleransi. 5. Manajemen aksesibilitas tidak boleh di tentukan oleh salah satu pihak, pemerintah yang berhak mengatur dan membuat per aturan.
211
Menurut peneliti jika ke lima solusi ini dapat terealisasi dengan baik maka aksesibilitas pantai Sanur sangat kecil kemungkinan menimbulkan suatu polemik.
5.3.3 Analisis Amenities Wisata Bahari Pantai Sanur Kepariwisataan pantai Sanur tidak akan pernah maju seperti sekarang bila tanpa adanya fasilitas-fasilitas yang memberikan rasa nyaman kepada wisatawan. Fasilitas yang ada yaitu: 1. Fasilitas utama wisata bahari seperti usaha-usaha tirta, kelompok nelayan, persatuan pencinta olahraga pantai, live guard, non government organization, yang semua ini berperan aktif dalam kegiatan pariwisata bahari Sanur. 2. Fasilitas umum (public facilty) dalam penelitian ini seperti: kamar mandi umum, ruang ganti dan shower, tempat sampah, parkir, alat komunikasi, papan-papan informasi dan pengaturan. 3. Fasilitas
penunjang
wisata
bahari
yaitu
usaha-usaha
yang
menawarkan produk ataupun jasa non wisata bahari yang ada di sekitaran pantai Sanur seperti: Hotel, restoran, bar, mini market, art shop, jasa pijat, warung-warung non permanen dan pedagang kaki lima. Dalam perkembangan fasilitas-fasilitas di atas, fasilitas utama yang menunjang wisata bahari mengalami kemajuan. Pemilik usaha -usaha tirta
212
semakin terfokus terhadap kegiatan apa yang layak di lakukan di pantai Sanur sesuai dengan karakteristik pantai Sanur dan apa yang di inginkan pasar. Para nelayan, yayasan pencinta lingkungan, dan para pelaku kegiatan wisata bahari mulai sadar akan pentingnya penyelamatan ekologis. Fasilitas yang kurang mendapatkan perhatian adalah fasilitas umum, fasilitas umum ini sangat penting karena memiliki efektivitas yang tinggi. Seperti halnya wisatawan yang berkunjung tidak mudah untuk mendapatkan kamar mandi umum walaupun ada keadaan kamar mandi tidak terawat. Tidak adanya informasi dan p eraturan yang berlaku maka sering terjadi pengunjung melakukan aktivitas yang mengancam jiwanya sendiri ataupun kegiatan yang merugikan kawasan wisata pantai Sanur. Tempat sampah sangat minim sekali, penempatannya tidak strategis, bisa dikatakan daerah tujuan wisata pantai Sanur tidak memiliki tempat sampah. Usaha-usaha penunjang berkembang pesat, bermacam jenis usaha akomodasi, restoran, bar, art shop semakin memenuhi pesisir pantai demikian warung-warung emperan dan pedagang kaki lima semakin liar membuka lapak di beberapa bagian pantai, hal ini menciptakan masalah polusi visual karena banyaknya pedagang yang ingin meraih gemerincing dollar. Fasilitas-fasilitas bahari ini wajib untuk dikelola agar tidak menggangu atau pun merusak SDA dan kegiatan wisata bahari pantai
213
Sanur serta mengurangi gesekan berbagai macam kepentingan, semua ini perlu ditangani oleh pemerintah secara serius. Bila dilihat dari keadaan kunjungan wisatawan sangat perlu pemerintah mencanangkan program pantai Sanur bebas dari sampah dengan cara 1. Membuat peraturan, pelarangan, dan sanksi yang di muat di media umum di sekitar pantai berupa poster, papan informasi. 2. Memberikan sanksi kepada siapaun yang melanggar 3. Penyediaan tempat sampah yang lebih strategi di tempat yang padat kunjungan. 4. Membangun beberapa unit kamar mandi umum. Untuk mengurangi pencemaran dan polusi visual dari fasilitas-fasilitas penunjang setidaknya pantai Sanur: 1. Memiliki sistem sanitasi yang baik dari limbah cair dan padat yang di hasilkan usaha-usaha yang ada di pantai Sanur. 2. Menegaskan sepadan pantai, diusahakan seluruh kegiatan non wisata bahari tidak berdiri atau beroperasi di area yang sudah ditentukan. 3. Pedagang, warung-warung emperan dan pedagang kaki lima di pantai sanur perlu disertifikasi dan di buatkan t empat khusus, karena
kehadiran
pedagang
ini
cukup
menghawatirkan
keberlanjutan pantai Sanur. 5.3.4 Analisis Ancillary (Kelembagaan) Wisata Bahari Pantai Sanur Kelembagaan dalam penelitian ini adalah suatu organisasi maupun non organisasi yang dikelola oleh pemerintah maupun non government
214
organization yang membentuk institusi-institusi dan membuat peraturan formal dan informal yang mengatur atau mempengaruhi kehidupan ekologis dan perilaku masyarakat seiring interaksi mereka dalam aktivitas bahari dan ekonomi. Kawasan tujuan wisata pantai Sanur
memiliki kelembagaan
pemerintah yang terstruktur, kordinasi tugas, wewenang dan tanggung jawab antar sektor pemerintah pada tingkat tertentu di mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, hingga tingkat pusat. Selain lembaga dari pemerintah di pesisir Sanur berdiri beberapa lembaga non pemerintah
yang
pemerhati
pantai
Sanur
dan
ikut
andil
dalam
kepariwisataan. Dalam hasil penelitian ini lembaga-lembaga pemerintah mendukung perkembangan pantai Sanur, seperti usaha pemerintah untuk memberikan pembekalan edukasi dan suntikan dana pada para nelayan, ingin menciptakan pantai Sanur bersih dan indah, tetapi semua usaha yang dilakukan belum menyentuh seluruh lapisan ekologis dan sosial pantai Sanur. Keterpaduan antar sektoral masi belum terlihat, seluruh lembaga bergerak dengan cara dan jalan mereka masing-masing, tidak pernah serius dan berkelanjutan, masih melakukan untuk kepentingan kelompok maupun perorangan. Seharusnya pemerintah sebagai pemegang wewenang yang tertinggi lebih tegas atas peraturan yang berlaku, melakukan studi ke lapangan, dan evaluasi berkala. Banyak lembaga-lembaga NGO yang lebih aktif melakukan penyelamatan seperti bapak Ena Parta selaku pengusa ha yang
215
mendorong para diver untuk ikut serta menyelamatkan terumbu karang, bapak Wayan Toron yang selalu mendukung kegiatan penyelamatan lingkungan, adanya organisasi pencinta olahraga air yang memberikan dukungan bagi anak muda yang berprestasi.
216
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan Berdasarkan pada paparan dalam bab pembahasan tentang evaluasi perkembangan wisata bahari di pantai Sanur dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Faktor menarik wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata bahari adalah faktor dari keramahtamahan dengan hasil persentase 91% berpendapat baik, yang kedua yaitu faktor pelayanan jasa dengan hasil 87% dengan hasil yang didapat keramahtamahan dan pelayanan yang dimiliki pantai Sanur mampu menarik motivasi w isatawan untuk melakukan kegiatan wisata bahari. Selain itu faktor daya tarik yang mempu menarik wisatawan untuk selalu mengunjungi pantai Sanur adalah Kondisi pesisir dan kualitas dan keindahannya ini tebukti dari hasil lembar pertanyaan menunjukan 15 responden yang melakukan olahraga air berpendapat kualitas dan keindahan pantai Sanur baik.
2.
Karakteristik pantai Sanur dalam menunjang kegiatan wisata bahari adalah ombak-ombak di sepanjang terumbu karang tepi, angin seasonable yang berhembus kencang, kehidupan bawah laut, selain itu aktivitas yang bernuansa fun seperti bermain kano dan berlayar menggunakan jukung dapat dilakukan jika pada saat air pasang. Untuk menghindari pasang surut kegiatan rekreasi air seperti banana boat, parasailing, flying fish, wave runner dan water ski dapat dilakukan di selatan pantai Mertesari. 216
217
3.
Langkah-langkah untuk menciptakan wisata bahari pantai Sanur yang berkelanjutan dapat digunakan pendeketan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu, yaitu keterpaduan antar sektor, bidang ilmu dan ekologis. Setelah itu dapat dipadukan dengan konsep zoning atau zonasi.
6.2 Saran Pantai Sanur pada dasarnya terdiri dari berbagai lapisan sosial dan bermacam-macam ekosistem yang satu sama lainnya saling terkait, tidak berdiri sendiri. Suatu perubahan kecil secara alami walaupun tidak alami akan merubah keadaan DTW tersebut, beberapa saran-saran yang dapat dilakukan untuk menciptakan wisata bahari yang berkelanjutan 1.
Untuk menarik wisatawan melakukan kegiatan wisata bahari di pantai Sanur, disimpulkan beberapa saran yang dapat dilakukan: a.
Pemerintah dan pelaku usaha wisata bahari dapat menyediakan dan
membenahi
fasilitas-fasilitas
pendukung
yang
dapat
memeberikan kenyamanan pada wisatawan, seperti: toilet umum, tempat sampah, parkir, papan informasi dan peraturan. b.
Membuat zonasi aktivitas wisata bahari karena seluruh kegiatan harus memiliki tempat masing agar tidak menimbulkan suatu konflik seperti contoh: pelaku wisata selam memerlukan tempat yang menyendiri agar kegiatan mereka aman dari berbagai ancaman.
218
c.
Menjaga
kelestarian
dan
kebersihan
pantai
Sanur
agar
menciptakan kesehatan lingkungan pesisir dan menghindari dari kerusakan, seperti: melakukan kegiatan penyelamatan lingkungan, memperbaharui dan merawat
ekosisitem
yang rusak,
serta
perlunya penataan pantai dari pedagang kaki lima. d.
Memberikan
training
serta
pelatihan
khusus
bagi
yang
pekerja/karyawan usaha tirta dan mengumpulkan guide-guide liar serta memberikan informasi dan edukasi yang baik dengan membuatkan organisasi agar wisatawan yang datang merasakan kenyaman saat melakukan kegiatan wisata bahari. 2.
Karakteristik pantai Sanur dalam menunjang kegiatan wisata bahari sangat baik dan lengkap memiliki terumbu karang, ombak yang besar, air yang tenang, serta angin yang berhembus kencang akan tetapi memiliki kekurangan juga seperti pasang surut yang tinggi dan menurunnya kualitas trumbu karang, saran-saran yang dapat di gunakan yaitu; a.
Untuk menghindari pasang surut yang extrim semua kegiatan rekreasi air yang bersifat fun dapat di pindahkan ke wilayah pantai Sanur paling selatan, tepatnya diselatan pantai Mertasari disana terdapat chanel besar yang tidak terpengaruh oleh pasang surut air laut.
b.
Aktivitas olahraga air dan wisata selam paling cocok dilakukan di Sanur dan seharusnya mengutamakan kegiatan ini berjalan ke arah yang lebih baik agar menciptakan suatu keberlanjutan.
219
c.
Menekankan kegiatan wisata bahari yang ramah lingkungan, serta melakukan penyelamatan lingkungan pantai.
3.
Saran-saran untuk menciptakan wisata bahari yang berkelanjutan yaitu: a.
Pemerintah harus bekerjasama dengan pihak akademisi untuk dapat menciptakan wisata bahari yang berkelanjutan serta perlu memperbaharui peraturan-peraturan mengenai wisata bahari dan perda dari wisata bahari pantai Sanur.
b.
Memiliki rencana detil pemanfaatan tata ruang atau zonasi kawasan
pesisir,
menghindari menentukan
bermaksud
gesekan jalur
dari
untuk
mengurangi
berbagai
macam
transportasi air,
tempat
kerusakan, kepentingan,
galangan kapal,
menentukan daerah konservasi, menentukan lokasi kegiatan wisata bahari hingga wilayah sanitasi alami. c.
Menentukan daya dukung untuk DTW pantai Sanur diantaranya jumlah hotel, restoran, art shop, pelaku usaha tirta, wisatawan yang berkunjung, termasuk parkir.
d.
Membangun fasilitas yang baik untuk menyelamatkan pantai Sanur dari kerusakan yaitu dengan: membuat peraturan dan pengaturan, pengadaan sarana umum sperti toilet, tempat sampah, penglolahan limbah cair dan padat dari daratan dengan cara membuat penglolaan sanitasi air, rubbish trap pada setiap aliran air daratan dan pembersihan bawah laut secara berkala.
220
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1991. Peraturan Pemerintah Daerah Bali Nomor 3 Tahun 1991 tentangPariwisata Budaya. Pemerintah Propinsi Bali. Ardika, I Gede. 2000. Beberapa Pokok Pikiran Tentang Pengembangan Wisata Bahari di Bali. Naskah Lengkap Seminar Nasional. Denpasar. Universitas Udayana. Astuti, Ni Nyoman Sri. 2008. Persepsi Wisatawan Mancanegara Terhadap Produk Pariwisata Bali. Program Pascasarjana Universitas Udayana. Butler R.W. 1996. The Role of Tourism In Culture Transformation in Development Countries, dalam Tourism in Culture Global Civilization in Change Windu Nuryanti (ed) University Press. Yogyakarta: Gajah Mada. Cooper, Chris. 1993. Tourism: Principles & Practise. England : Longman Group Limited. Dahuri R, Rais J, Sapta P.G., Sitepu M, 2008. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara terpadu Pradnya Paramita Danendra, Nyoman Putra. 2005. Evaluasi Perkembangan Kawasan Pariwisata Lovina di Kabupaten Buleleng Program Pascasarjana Universitas Udayana. Douglas, R.W. 1978. Forest Recreation. New York. Perganion Press Inc. Fandeli, C. 2002. Perencanaan kepariwisataan alam. Yogyakrta : fakultas kehutanan universitas Gajah Mada Getz, D. 1987. Model in Tourism Planing, Toward Integration of Theory and Practice, vol. VII No. 1. Hall, C. 1991. Special Interest Tourism. Halsted Press. Haywood, K.M. 1998. Responsible and Responsive Tourism Planing in the Community. Vol. 9 No. 2. June. Husein, Umar. 2000. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
221
Inskeep, Edward. 1991. Tourism Planning an Integrated and Sustainable Development Approach. New York: Van Nostrand Reinhold. John Murray. 1995. Tourism and Developmen Model in Africa. London:. Keraf. 2000. Dimensi Budaya Ekologi Pesisir Dalam Pengembangan Wisata Bahari. Naskah Seminar, Denpasar Kajian Budaya Universitas Udayana. Machtucha. 2005. Strategi Pengembangan Obyek Pariwisata Bahari Kawasan Pesisir Pantai Kanjeran di Kota Surabaya. Program Pascasarjana Universitas Udayana. Magdalena. 2002, Perkembangan Objek Wisata Pura Mandara Giri Senduro Lumajang Jawa Timur. Tugas Akhir. Surabaya: Universitas Petra .McIntyre, Goerge. 1993. Sustainable Tourism Development Guide for LocalPlanner. Spair: C.H.N. Mediatheek Mill, Robert Chiristine. 2000. Tourism The International Business. Edisi I. RajaGrafindo Persada: Jakarta Lewaherilla, Niki Elistus. 2002 Pariwisata Bahari; Pemanfaatan Potensi Wilayah Pesisir dan LautanMakalah Falsafah Sains (PPs 702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Norman, C William. 2001. Whither the Mature Market : An Empirical Examination of the Trevel Motivations of neo Nature and VeteranMature Market dalam Journal of Hospitality & Leisure marketing Paturusi, Syamsul Alam. 2008.Perencanaan Kawasan Pariwisata. Denpasar Universitas Udayana Pendit, S. Nyoman. 2003. Ilmu Pariwisata. PT. Pradnya Paramita. Jakarta Picard, Michael, 2006. Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata. KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) Jakarta. Prameswari, Y. Ariningtyas. 2005. Faktor-Faktor Pendorong dan penarik Wisatawan Memilih Bali Sebagai Daerah Tujuan Wisata. Program Pascasarjana Universitas Udayana. Propenas, 1999-2004, Program Pengembangan Nasional
222
Rangkuti, Freddy. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Siti Nurisyah, 2001. “Rencana Pengembangan Fisik Kawasan Wisata Bahari di Wilayah Pesisir Indonesia. Bulettin Taman Dan Lanskap Indonesia”. Perencanaan, Perancangan dan Pengelolaan Volume 3, Nomor 2, 2000. Studio Arsitektur Pertamanan Fakultas Pertanian IPB Bogor. Soegiarto, A. 1976. Pedoman Umum Pengelolaan Wilayah Pesisir. Lembaga oseanologi Nasional, Jakarta Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Suparta, Nyoman dan Ni Ketut Nuraini. 2009. Perencanaan Program dan Evaluasi Penyuluhan Agribisnis. Dayana University press Suwantoro, Gamal. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi. Swarbooke, J. 1998. Sustainable Tourism Management. London: CABI Publishing Wijayasa, I W 2008. Pengembngan program yoga pada hotel waka di ume resort dan SPA Denpasar : Perogram Pascasarjana Universitas Udayana. Wirawan, Gede Putu Surya. 2009. Pengembangan Daya Tarik Wisata Bahari Secara Berkelanjutan di Nusa Lembongan Kabu paten Klungkung Program Pascasarjana Universitas Udayana. Yoeti, Oka A. 2002 a. Perencanaan Strategis Pemasaran Dearah Tujuan Wisata. PT Pradnyana Paramita, Jakarta ------------------- 2002 b. Manajemen Wisata Konvensi. PT Pertja. Jakarta
------------------- 2008 a. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, dan Implementasi. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. ------------------- 2008 b . Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramita. You, X., O’Leary, J.,Morrison, A & hong, G, 2000. “cross-cultural comparison of trevel push and pull factor: United Kingdom vs.
223
Jepan” International Jurnal of Hospitality and Administration Vol ! (2), US, The Haworth Press Inc.
Tourism
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/aspek-penawaran-dan-permintandalam.html http://santriw4n.wordpress.com/2009/11/18/pengertian-dan-konsepevaluasi-penilaian-dan-pengukuran/ http://rudyct.com/PPS702-ipb/04212/niki_e_l.htm http://praja1.wordpress.com/2009/10/14/permendagri-no-33-tahun-2009tentang-pedoman-pengembangan-ekowisata-di-daerah/ http://definisi-pengertian.blogspot.com/2009/12/pengertian-evaluasi.html http://berita.liputan6.com/read/166723/suhu_udara_di_bali_meningkat
224
Lampiran 1 Lembar Pertanyaan Terstruktur Name: Continent of Origin: (A) Australia (B) Europe (C) America (D) Asia (E) Africa Country :…………….......
Marital Status :………………….
Age
:………………..
Education
Sex
:………………..
Occupation
:…………………. :………………….
Email:…………………………… 1. Where did you receive information about marine tourism of Sanur Beach? a. Friend b. Family c. Book d. Internet e. The others
2. How many times have you visited the marine tourism of Sanur Beach? a. First time b. Second time c. Three time d. More than 3 time 3. What do you think about the condition of Sanur Beach’s coastline? a. Much worse than expected b. Worse than expected c. As good as expected d. Better than expected e. Much better than excpected
132 225
4. What is your opinion about the quality of beauty environment in Sanur area? a. Much worse than expected b. Worse than expected c. As good as expected d. Better than expected e. Much better than excpected
5. What is your opinion about the facility in sanur area a. Much worse than expected b. Worse than expected c. As good as expected d. Better tahn expected e. Much better than excpected
6. What is your opinion about the hospitality of the local host in Sanur area? a. Much worse than expected b. Worse than expected c. As good as expected d. Better tahn expected e. Much better than excpected
7. What do you think about the service that you have received during your marine activity? a. Much worse than expected b. Worse than expected c. As good as expected d. Better tahn expected e. Much better than excpected
133 226 8. Why do you chose Sanur coastline for you marine activity? ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ………………
9. What are your motivation/ purpose visiting the marine tourism in Sanur Beach? ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ………………
10. What makes you dislike/ uncomfortable during your utilization of marine tourism facilities and attractions in Sanur Beach? ........................................................................................................ ................. ......................................................................................................................... ...................................................................................................................... ... ......................................................................................................................... ......................................................................................................................... ......................................................................................................................... ......................................................................................................................... ................................................................................................................
227 i
Lampiran 2 Lembar Wawancara Responden: Pengusaha dan orang-orang yang berkecimpung dalam kegiatan wisata bahari Sanur. Identitas Responden: Nama: Umur: Pekerjaan : Pendidikan Terakhir: Alamat: 1. Menurut anda kegiatan wisata bahari apa saja yang paling cocok untuk di kembangkan di kawasan wisata bahari Sanur 2. Bagaimanakah dampak pariwisata terhadap kawasan pesisir pantai Sanur 3. Adakah dampak pembangunan dan pengembangan yang terjadi di kawasan wisata bahari pantai Sanur 4. Adakah dampak dari pembangunan penghalang ombak yang di bangun oleh pemerintah jepang di lihat dari dampak positif dan negatifnya 5. Adakah dampak dari reklamasi pulau serangan terhadap wisata bahari pantai Sanur dan sekitarnya 6. Apa saja hal-hal yang harus dilakukan untuk memajukan wisata bahari Sanur ke depan menurut anda
228 ii
No 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Pertanyaan Bagaimana menurut anda pariwisata bahari di kawasan pantai Sanur Sejauh saudara ketahui, hal apa yang membuat mereka tertarik untuk datang ke pantai Sanur Wisatawan apa yang paling banyak berkunjung untuk melakukan kegiatan wisata bahari Menurut anda bagaimana tingkat keamanan dan kenyaman di kawasan wisata bahari di Sanur Bagaiman menurut anda fasilitas umum yang ada di kawasan wisata bahari Sanur Bagaiman menurut anda kualitas penyedia jasa yang ada di pantai Sanur Bagaimanakah sikap masyarakat local tentang wisata bahari pantai Sanur Bagaimana menurut anda tentang usaha dagang warung dan penyedia jasa usaha wisata freeland yang ada di kawasan wisata bahari pantai Sanur Bagaimana menurut anda tentang adanya Hotel, restoran, bar dan usaha penunjang di kawasan wisata bahari Sanur Bagaimanakah kebersihan kawasan wisata bahari pantai Sanur Bagaimanakah keadaan lingkungan alami kawasan wisata bahari pantai Sanur Bagaimana menurut anda tentang keamanan wisatawan pada saat melakukan kegiatan wisata bahari, dilihat dari ancaman alam maupun kesalahan pihak lain
Yang anda ketahui sebelumnya
Saat ini
229iii
Lampiran 3. Foto Saat Penelitian Dilapangan
Gambar 1. Persiapan observasi terumbu karang di pantai Matahari Terbit (foto hasil penelitian)
Gambar 2. Yudi dalam kegiatan observasi di pantai Sindhu (foto hasil penelitian)
Gambar 3. Juni dalam dokumentasi kompetisi selancar di Sanur Reef (foto hasil penelitian)
230iv
Lampiran 4. Aktivitas Rekreasi Air di Pantai Sanur
Gambar 4. Wisatawan menikmati aktivitas paraseiling di pantai Cemara Geseng (foto hasil penelitian).
Gambar 5. Wisatawan menikmati aktivitas mini banana boat di pantai Mertasari (foto hasil penelitian)
Gambar 6. Wisatawan menikmati aktivitas wave runer di pantai hyat (foto hasil penelitian)
231 v
Lampiran 5. Kegiatan Selam di Pantai Sanur
Gambar 7. Wisatawan melakukan kegiatan spear fishing di pantai Sanur (foto hasil penelitian)
Gambar 8. Wisatawan sea walker menikmati interaksi langsung dengan ikan di pantai Semawang (foto hasil penelitian)
232vi
Lampiran 6. Kegiatan Memancing di Pantai sanur
Gambar 9. Wisatawan dalam kegiatan memancing di Sanur (foto hasil penelitian)
Gambar 10. Wisatawan Jepang melakukan aktivitas bottom Fishing di Sanur (foto hasil penelitian)
233vii
Lampiran 7. Kegiatan Olahraga Air di Pantai Sanur
Gambar 11. Kompetisi surfing internasional di pantai Sanur Reef (foto hasil penelitian)
Gambar 12. Instruktur wake boarding menunjukan keterampilannya di pantai Cemara Geseng (foto hasil penelitian)
viii 234
Gambar 13. Wisatawan Melakukan aktivitas kite surfing di depan Bali Beach (foto hasil penelitian)
Gambar 14. Latihan rutin Oka Sulaksana di pantai Hyatt (foto hasil penelitian)
235ix
Lampiran 8. Jasa Transportasi di Pantai Sanur
Gambar 15. Transportasi menggunakan speed boat di pantai Sanur (foto hasil penelitian)
Gambar 16. Jasa transportasi sampan ke tempat surfing di Hyat Reef (foto hasil penelitian)
Gambar 17. Transportasi dengan menggunakan public boat di Sanur Kaja (foto hasil penelitian)
236 x
Lampiran 9. Aktivitas Nelayan di Pantai Sanur
Gambar 18. Aktivitas nelayan kelompok I di Sanur Kaja (foto hasil penelitian)
237xi
Lampiran 10. Kehidupan Bawah Luat Pantai Sanur
Gambar 19. Terumbu karang yang mulai tumbuh di Pantai Sindhu (foto hasil penelitian)
Gambar 20. Terumbu karang yang sehat terlihat dari kecerahannya di Semawang (foto hasil penelitian)
238xii
Gambar 21. Keragaman dan keindahan bentuk dari terumbu karang Sanur (foto hasil penelitian)
Gambar 22. Keragaman ikan pada terumbu karang di pantai Matahari Terbit (foto hasil penelitian)
xiii 239
Lampiran 11. Kerusakan Terumbu Karang
Gambar 23. Kerusakan karang yang sudah parah ang terjadi di Pantai Sanur (foto hasil penelitian)
Gambar 24. Pencemaran terumbu karang oleh sampah (foto hasil penelitian)
xiv 240
Gambar 25 Terumbu karang yang sudah mati karena tertutup karung (foto hasil penelitian)
Gambar 26 Terumbu karang yang berjuang untuk bertahan dari lilitan kain (foto hasil penelitian)
Gambar 27. Kerusakan dan pencemaran dari kegiatan manusia (foto hasil penelitian)
241xv
Lampiran 12. Permasalahan di Pantai Sanur
Gambar 28. Pasut yang tinggi membuat aktivitas wisata bahari terhenti (foto hasil pelitian)
Gambar 29. Pencemaran mangrove oleh sampah kiriman yang mengalir dari Sungai (foto hasil penelitian)
Gambar 30. Pencemaran pantai dari aliran sungai di Matahari Terbit (foto hasil penelitian)
xvi 242
Gambar 31. Kegiatan kebersihan tidak ramah lingkungan yang dilakukan pedagang kaki lima di pantai Sanur (foto hasil penelitian)
Gambar 32. Keadaan parkir yang kacau di Sanur (foto hasil penelitian)
Gambar 33. Pelanggaran sepadan pantai oleh para pedagang kaki lima (foto hasil penelitian)