EVALUASI DAN PENGEMBANGAN STRATEGI PEMBIAYAAN UKM DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS BANK SYARIAH DI JAKARTA
FERDINAN KRIS CHANDRA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan Tugas Akhir yang berjudul :
sebenar-benarnya
bahwa
segala
pernyataan
dalam
Evaluasi dan Pengembangan Strategi Pembiayaan UKM Dalam Meningkatkan Profitabilitas Bank Syariah di Jakarta merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri, dengan bimbingan dari Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tugas Akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Agustus 2008
Ferdinan Kris Chandra F052030045
ABSTRACT FERDINAN KRIS CHANDRA. The Evaluation and Development of UKM Funding Strategy in Increasing Profit of Sharia Banks in Jakarta. Supervised by H. Musa Hubeis as Committee Chairman, and Nurheni Sri Palupi as Member. The ability of Small and Medium Enterprises (UKM) in Indonesia to penetrate the global market or to increase the export-import products is determined by a combination of several relatively superior factors of an enterprise and its competitors. Faced with the characteristics and obstacles in operating, UKM may raise its loan or credit pass through sharia banking. The development of national sharia banking is basically directed to create healthy sharia banking and perform consistent Islamic principles. The objectives of developing sharia banking are (1) to fulfill the requirements of the society in need of banking services consistent with the sharia principles, and (2) to create an alternative banking system that has a variety of products and surplus services. The method of assessing sharia loan is by using the growth-profit ratio pursuant to the report of sharia loan of UKM in 2003-2007, whose figures are used as the basis of assessing sharia funding. The SWOT analysis was used to evaluate its implementation strategy. The UKM funding at sharia banking may be used as the basis of the evaluation of success in obtaining profit. The business performance can be calculated by using financial standards, such as net profit, Return on Assets (ROA), and cash flow. In general, in 2003-2007, there was an increase in the development of sharia funding at sharia banking. The optimal profit obtained, based on ROA, yielded a positive value to the funding of UKM. In reaching its target, sharia banking develop sharia network by opening new branches, especially for the development of UKM funding. Key words : Small and Medium Industry, Bank Sharia, Loan, Return On Assets, SWOT analysis.
RINGKASAN
FERDINAN KRIS CHANDRA. Evaluasi dan Pengembangan Strategi Pembiayaan UKM Dalam Meningkatkan Profitabilitas Bank Syariah di Jakarta. Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis sebagai Ketua dan Nurheni Sri Palupi sebagai Anggota. Kemampuan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Indonesia untuk menembus pasar global atau meningkatkan ekspornya atau menghadapi persaingan dari produkproduk impor ditentukan oleh suatu kombinasi antara sejumlah faktor keunggulan relatif yang dimiliki masing-masing perusahaan atas pesaing-pesaingnya. Suatu negara memiliki keunggulan, baik secara alamiah ataupun keunggulan yang dikembangkannya. Keunggulan alamiah yang dimiliki Indonesia adalah tenaga kerja, khususnya dari golongan yang berpendidikan rendah dan bahan baku yang berlimpah. Kondisi ini menyebabkan upah tenaga kerja dan harga bahan baku relatif lebih murah bila dibandingkan dengan negara lain dengan jumlah penduduk dan sumber daya alam yang sedikit. Sedangkan keunggulan yang dikembangkan, misalnya walaupun tenaga kerja sedikit, akan tetapi dengan keterampilan dan penguasaan teknologi, dapat membuat bahan baku sintesis dengan mutu lebih baik dari bahan baku aslinya. UKM sudah tidak dapat dipungkiri lagi merupakan sektor ekonomi yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam situasi krisis ekonomi. Dihadapkan dengan karakteristik dan kendala operasional UKM, serta tantangan yang dihadapi dalam era perekonomian yang semakin terbuka, maka UKM dituntut untuk meningkatkan usahanya agar dapat bertahan dan berkembang. Dalam menjalankan aktivitas usahanya, UKM dapat mengajukan kredit atau pembiayaan melalui pihak perbankan syariah. Pengembangan perbankan syariah nasional pada dasarnya diarahkan untuk menciptakan perbankan syariah yang sehat dan menjalankan prinsip syariah secara konsisten. Pengembangan perbankan syariah pada suatu sisi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan lapisan masyarakat yang membutuhkan pelayanan jasa perbankan yang sejalan dengan prinsip syariah dan sisi lainnya, ditujukan untuk menciptakan sistem perbankan alternatif dengan keragaman jenis produk dan jasa yang dapat memiliki kelebihan. Hal ini dimungkinkan, karena perbankan syariah dapat diklasifikasikan sebagai universal banking dengan berbagai inovasi yang dapat dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang ada. Metode yang digunakan dalam menilai pembiayaan syariah dengan menggunakan rasio pertumbuhan dan profitabilitas berdasarkan laporan pembiayaan syariah pada UKM dari tahun 2003 – 2007. Angka-angka rasio tersebut di atas, selanjutnya dijadikan dasar penilaian pembiayaan syariah terhadap profitabilitas yang diperoleh Bank Syariah. Implementasi strategi dievaluasi dengan menggunakan analisa strength, weaknesess, opportunities and threath (SWOT) yang berguna untuk mengetahui kekuatan (strength), kelemahan (weaknesess), peluang (opportunities) dan ancaman (threaths) yang dihadapi perusahaan. Bank Syariah tetap terus berupaya meningkatkan penyaluran pembiayaan dengan sistem bagi hasil, khususnya bagi UKM, sehingga dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Kinerja pembiayaan bagi UKM pada Bank Syariah dapat dijadikan dasar penilaian keberhasilan dalam memperoleh
laba/keuntungan. Kinerja usaha dapat dihitung dengan ukuran-ukuran finansial standar seperti keuntungan bersih (Net Profit), Return on Assets (ROA) dan cash flow. Secara keseluruhan, dari tahun 2003 – 2007 perkembangan pembiayaan syariah di Bank Syariah mengalami peningkatan. Sedangkan pencapaian profitabilitas berdasarkan rasio ROA secara keseluruhan dari tahun 2003 - 2007 menghasilkan nilai positif yang berarti bagi pembiayaan pada sektor UKM yang memberikan laba yang optimal bagi setiap Kantor Cabang Bank Syariah. Dalam mencapai sasarannya Bank Syariah menetapkan beberapa strategi, antara lain mengembangkan jaringan syariah melalui pembukaan kantor cabang baru, khususnya bagi pengembangan pembiayaan UKM.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
EVALUASI DAN PENGEMBANGAN STRATEGI PEMBIAYAAN UKM DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS BANK SYARIAH DI JAKARTA
FERDINAN KRIS CHANDRA
Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
Judul Tugas Akhir
: Evaluasi dan Pengembangan Strategi Pembiayaan UKM dalam Meningkatkan Profitabilitas Bank Syariah di Jakarta
Nama Mahasiswa
:
Ferdinan Kris Chandra
Nomor Pokok
:
F052030045
Program Studi
:
Industri Kecil Menengah
Menyetujui,
Agustus 2008
Komisi Pembimbing
Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Ketua
Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi, M.Si Anggota
Mengetahui,
Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah
Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof.Dr. Ir. H. Khairil Anwar Notodiputro, MS.
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta pada tanggal 23 Februari 1975, sebagai anak pertama dari 2 bersaudara, putra dari Bapak Yanwizar Sofyan dan Ibu Dina Hemita Taher. Penulis mempunyai seorang adik yang bernama Rizki (Kiki). Pada tahun 1993, penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 110, Jakarta dan selanjutnya pada tahun yang sama diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Trisakti Jakarta. Gelar Sarjana Ekonomi berhasil diraih pada tahun 1998 dengan predikat Sangat Memuaskan. Pada tahun 2004, penulis diterima sebagai mahasiswa Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Industri Kecil Menengah (MPI) dan Pascasarjana Universitas Diponegoro pada Program Studi Akuntansi. Pada tahun 2006, penulis berhasil menyelesaikan studi Program Pascasarjana Magister Akuntansi Jurusan Internal Auditing di Universitas Diponegoro Semarang dengan predikat Sangat Memuaskan. Sejak tahun 1999 hingga tahun 2007, penulis bekerja di banking institution. Selama bekerja penulis, telah mengikuti program pendidikan atau pelatihan, khususnya yang berkaitan dengan kompetensi penulis. Saat ini penulis bekerja di sebuah company oil dan juga berprofesi sebagai tenaga pengajar pada dua universitas swasta di Jakarta. Penulis menikah dengan Sally Nurullisa pada bulan September 2002, dan saat ini telah dikaruniai dua orang anak yang bernama Saffana Putri Ferlyani dan Athallah Putra Ferliansyah.
PRAKATA Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulisan tugas akhir ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi pada Program Magister Profesional Industri Kecil dan Menengah Sekolah Pascasarjana IPB Bogor. Penulis menyadari kajian ini masih jauh dari sempurna akibat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Ada banyak pihak yang memberikan bantuan moril dan materiil, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian tugas akhir ini. Melalui kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA selaku Ketua Program Studi dan penguji yang telah banyak memberikan petunjuk, serta pengarahan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing penulis. 2. Ibu Dr.Ir. Nurheni Sri Palupi, MS. selaku pembimbing dan penguji, yang bermurah hati membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas akhir. 3. Bapak Dr.Ir. Naresworo Nugroho, MS selaku Sekretaris Program Magister Sains, yang juga bermurah hati memberikan kesempatan penulis dalam menyelesaikan tugas akhir. 4. Para staf administrasi pengelola program MPI IPB, khususnya kepada Mas Haer dan Mbak Vera yang telah membantu kelancaran administrasi penulis dari awal kuliah sampai penyelesaian tugas akhir ini. 5. Para Pimpinan, Bapak dan Ibu di Divisi Usaha Bank Syariah yang telah mengembalikan kuesioner penelitian, karena tanpa partisipasi Bapak dan Ibu, saya akan mengalami kesulitan dalam penyelesaian tugas akhir ini. 6. Papa, Mama dan Adikku yang senantiasa mendoakan serta kedua anakku Saffa dan Atha tercinta yang telah memberi dukungan doa dan moril dengan segenap rasa cintanya, serta Bi Erna yang selalu membantu di rumah. 7. Rekan-rekan angkatan IV Program MPI IPB seperti Asrul, Eben, Farida, Hakiki, Mukti, Setio dan Yudefri, “terimakasih telah memberi makna hidup dengan nuansa yang berbeda”. Kepada para pencari ilmu yang budiman, always keep the faith. Akhirnya kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam kesempatan ini. Semoga Allah SWT melimpahkan pahala dan rizki atas segala amal baiknya. Terlebih bagi umatnya yang sedang menimbah ilmu bermanfaat. Wa Billa hi’ taufiq wal hidayah, Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bogor, Agustus 2008
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRACT......................................................................................................... RINGKASAN...................................................................................................... RIWAYAT HIDUP............................................................................................ PRAKATA.......................................................................................................... DAFTAR TABEL................................................................................................ DAFTAR GAMBAR........................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................
Halaman iv v ix x xv xvi xvii
I.
PENDAHULUAN...................................................................................... A. Latar Belakang Masalah...................................................................... B. Rumusan Masalah.……………………………………………........... C. Tujuan Kajian......................................................................................
1 1 5 6
II.
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. A. Perkembangan Perbankan Islam Modern di Dunia dan Indonesia...... 1. Sistem Ekonomi Konvensional Versus Sistem Ekonomi Syariah.... 2. Investasi Versus Membungakan Uang........................................... 3. Pengertian Kredit............................................................................. B. Sejarah dan Pengertian Bank Syariah di Indonesia.............................. 1. Konsep Perbankan Syariah ............................................................ 2. Karakteristik Perbankan Syariah.................................................... 3. Prinsip-Prinsip Perbankan Syariah................................................. 4. Jenis-jenis Pembiayaan Syariah...................................................... 5. Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia.......... 6. Sejarah Singkat Pembentukan 10 Cabang Bank Syariah............... C. Usaha Kecil dan Menengah................................................................. 1. Pengertian Pembelanjaan Perusahaan............................................ 2. Konsep Strategi............................................................................. 3. Analisis Eksternal dan Internal....................................................... 4. Faktor-faktor Kunci Keberhasilan.................................................. 5. Perencanaan, Pelaksanaan, Pengendalian dan Evaluasi................. 6. Analisis SWOT..............................................................................
7 7 9 10 11 13 15 17 19 21 22 25 30 32 33 36 39 40 41
III.
METODOLOGI PENELITIAN................................................................. A. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………............. B. Pengumpulan Data............................................................................. C. Metode Analisis Data......................................................................... D. Pengolahan dan Analisis Data.............................................................
45 45 45 46 47
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... A. Perkembangan Bank Syariah di Jakarta............................................... B. Strategi Pengembangan Pembiayaan UKM di Bank Syariah.............. 1. Sasaran dan Strategi Bank Syariah..............,................................... 2. Program dan Pelaksanaan Strategi................................................... C. Kinerja Pembiayaan dan Profitabilitas................................................... D. Strategi Pengembangan Untuk Meningkatkan Profitabilitas Bank Syariah.................................................................................................. 1 Kondisi Ekonomi dan Lingkungan.................................................. 2 SWOT Bank Syariah......................................................................... 3. Matriks SWOT..............................................................................
48 48 50 50 52 56 60 60 62 67
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................. A. KESIMPULAN............................................................................................... B. SARAN............................................................................................................
71 71 72
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... LAMPIRAN..........................................................................................................
73 75
DAFTAR TABEL
Halaman 1.
Perbedaan antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional.............................................................................................
16
2.
Perbedaan sistem bagi hasil dengan sistem bunga....................................
17
3
Survei potensi dan preferensi konsumen terhadap bank syariah Indonesia....................................................................................................
23
4.
Beberapa aspek penting strategi korporat, unit bisnis dan fungsional......
35
5.
Pembobotan kekuatan dan kelemahan…………………………………...
43
6.
Pembobotan ancaman................................................................................
43
7.
Pembobotan peluang…………………………………………………….
43
8.
Strategi Divisi Usaha Syariah Bank..........................................................
51
9.
Program dan pelaksanaan strategi ...........................................................
53
10.
Matriks SWOT Kualitatif.........................................................................
65
11.
Faktor internal teridentifikasi................................................................
67
12.
Faktor eksternal teridentifikasi..............................................................
68
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1.
Bank Konvensional dan Bank Syariah......................................................
9
2.
Gambaran lingkungan ideal perbankan syariah .......................................
10
3.
Karakteristik perilaku nasabah perbankan ...............................................
23
4.
Bagan sederhana manajemen strategi.......................................................
35
5.
Lingkungan eksternal perusahaan.............................................................
37
6.
Model five force model ...........................................................................
38
7.
Analisis SWOT…………………………………………………………
44
8.
Nilai pembiayaan UKM…………………………………………
57
9.
Rasio profitabilitas…....…………………………………………
58
10.
Rasio pertumbuhan pembiayaan UKM..………………………
59
11.
Kuadran strategi………………………………………………………..
69
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1.
Kuesioner kajian......................................................................................
75
2.
Kinerja pembiayaan UKM pada Kantor Cabang Syariah....................................................................................................
79
Struktur organisasi Divisi Usaha Bank Syariah......................................
81
3.
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kemampuan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Indonesia untuk menembus pasar global atau meningkatkan ekspornya atau menghadapi persaingan dari produk-produk impor ditentukan oleh suatu kombinasi antara sejumlah faktor keunggulan relatif yang dimiliki masing-masing perusahaan atas pesaing-pesaingnya. Suatu negara memiliki keunggulan, baik secara alamiah ataupun keunggulan yang dikembangkan. Keunggulan alamiah yang dimiliki Indonesia adalah tenaga kerja, khususnya dari golongan yang berpendidikan rendah dan bahan baku yang berlimpah. Kondisi ini menyebabkan upah tenaga kerja dan harga bahan baku relatif lebih murah bila dibandingkan dengan negara lain dengan jumlah penduduk sedikit dan sumber daya alam yang sedikit. Sedangkan keunggulan yang dikembangkan misalnya tenaga kerja walaupun sedikit, akan tetapi memiliki ketrampilan yang tinggi dan penguasaan teknologi, sehingga dapat membuat bahan baku sintesis yang mutunya lebih baik dari bahan baku aslinya (Tambunan, 2002). UKM sudah tidak dapat dipungkiri lagi merupakan sektor ekonomi yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam situasi Indonesia masih mengalami krisis ekonomi. Dihadapkan dengan karakteristik dan kendala operasional UKM, serta tantangan yang dihadapi dalam era perekonomian yang semakin terbuka, maka UKM dituntut untuk meningkatkan usahanya agar dapat bertahan dan berkembang (Machfud, 2004). Dalam menjalankan aktivitas usahanya UKM dapat mengajukan kredit atau pembiayaan melalui pihak perbankan. Pada lembaga perbankan yang berlandaskan syariah pemberian pembiayaan sangat erat hubungannya dengan pemberdayaan umat artinya dalam suatu kasus pembiayaan dalam skim murabahah (jual beli) tidak memberikan dalam bentuk uang yang selama ini dilakukan pada bank konvensional, tetapi dalam bentuk barang atau aktiva lainnya sesuai yang diinginkan mudharib atau debitur. Sebagai ilustrasi, CV. ABC adalah IKM yang bergerak pada industri perdagangan kue dan roti
2
bermaksud untuk membeli mesin pengaduk adonan kue (mixer) dengan harga Rp. 28 juta. Kemudian CV. ABC mengajukan permohonan pembiayaan murabahah ke Bank Syariah DEF untuk pembelian mesin tersebut. Sesuai dengan akad pembiayaan murabahah Bank Syariah DEF akan membeli mesin yang dimaksud dan CV. ABC akan berhutang sebesar harga perolehan obyek jual beli ditambah dengan keuntungan yang disepakati kedua belah pihak. Pembayaran dapat dilakukan oleh CV. ABC (mudharib) kepada Bank Syariah DEF (shahibul maal) secara sekaligus ataupun angsuran sesuai kesepakatan bersama. Perbankan
syariah
didirikan
dengan
visi
dan
misi
untuk
memberdayakan umat. Bentuk pemberdayaan itu melalui keberpihakan kepada (UKM) melalui tiga aspek (Ayatullah, 2002) yaitu : 1. Aspek produk-produk pembiayaan yang mampu mendekatkan pihak nasabah dengan Bank Syariah yang saling menguntungkan satu dengan yang lainnya. 2. Aspek keadilan dalam memperlakukan risiko, yaitu Bank Syariah dalam melakukan transaksi bisnis memperhitungkan return dan risk relationship yang akan terjadi, atas positive return, no return dan negative return. 3. Aspek bagi hasil (share cropping). Bank Syariah tidak terpaku pada suatu yang pasti, tetapi juga pada sesuatu yang tidak pasti. Hal ini terlihat dari keuntungan yang ditentukan oleh setiap transaksinya, serta frekuensi transaksinya dan dalam keuntungan yang tidak pasti dimana, discount rate hanya digunakan untuk menentukan nisbah bagi hasil antara shahibul maal dengan mudahrib. Pengembangan perbankan syariah nasional pada dasarnya diarahkan untuk menciptakan perbankan syariah yang sehat dan menjalankan prinsip syariah secara konsisten. Pengembangan perbankan syariah pada suatu sisi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan lapisan masyarakat yang membutuhkan pelayanan jasa perbankan yang sejalan dengan prinsip syariah dan sisi lainnya, ditujukan untuk menciptakan sistem perbankan alternatif dengan keragaman jenis produk dan jasa yang dapat memiliki kelebihan. Hal ini dimungkinkan, karena perbankan syariah dapat diklasifikasikan sebagai universal banking
3
dengan berbagai keleluasaan inovasi yang dapat dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang ada. Beberapa tahun terakhir ini, perkembangan Bank Syariah di Indonesia sangat pesat. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap cerahnya prospek perkembangan perbankan syariah (Hilman, 2003) adalah sebagai berikut : 1. Meningkatnya kesadaran umat Islam untuk berbisnis secara syariah. 2. Meningkatnya ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang handal di bidang perbankan syariah dengan dibukanya beberapa sekolah tinggi atau fakultas yang berkonsentrasi pada pengembangan ekonomi syariah. 3. Meningkatnya minat para pemilik perbankan konvensional untuk membuka divisi atau unit syariah. 4. Adanya payung hukum yang jelas mengatur perbankan syariah dengan dikeluarkannya Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan. 5. Mulai membaiknya iklim perekonomian di Indonesia. Program pengembangan perbankan syariah selalu mempertimbangkan kondisi-kondisi dan lingkungan yang menyertainya. Oleh karena itu, dalam pengembangan perbankan syariah pada saat ini diterapkan sejumlah prinsipprinsip pokok kebijakan pengembangan (Biro Perbankan Syariah BI, 2002), antara lain : 1. Pengembangan jaringan kantor perbankan syariah diserahkan sepenuhnya pada mekanisme pasar (market driven), yaitu interaksi antara masyarakat yang membutuhkan jasa perbankan dengan investor atau lembaga perbankan yang menyediakan pelayanan jasa perbankan syariah. 2. Pengaturan dan pengembangan perbankan syariah dilaksanakan dengan tidak menerapkan infant industry argument atau memberikan perlakuanperlakuan khusus. Perlakuan sama (equal treatment) antar Bank Syariah dan bank umum lainnya. Perbedaan pengaturan dan ketentuan diterapkan pada perbankan syariah dilaksanakan dalam rangka memenuhi prinsip syariah atau karena perbedaan bentuk bisnisnya. 3. Pengembangan
perbankan
syariah
di
sisi
kelembagaan
maupun
pengaturan, dilaksanakan bertahap dan berkelanjutan (gradual and sustainable approach).
4
4. Pengaturan dan pengembangan perbankan syariah menerapkan prinsip universalitas yang sesuai dengan nilai dasar Islam yaitu rahmat bagi sekalian alam. Sejalan dengan hal itu, pengembangan perbankan syariah diarahkan kepada jasa yang dapat digunakan dan dikembangkan oleh semua lapisan masyarakat (tidak hanya kelompok Islam). Namun, penyedia dan pengguna jasa perbankan syariah tersebut harus taat terhadap prinsip-prinsip syariah dalam pelaksanaan kegiatan dan akad perbankan. 5. Mengingat bahwa perbankan syariah adalah sistem perbankan yang mengedepankan moralitas dan etika, maka nilai-nilai yang menjadi dasar dalam pengaturan dan pengembangan, serta nilai-nilai yang harus diterapkan dalam pengembangan SDM dan operasional perbankan adalah penerapan nilai-nilai kerja sama, pengelolaan yang profesional, tanggung jawab dan upaya bersama-sama dalam melakukan perbaikan. Berdasarkan
data
statistik
Bank
Indonesia
(Karim,
2004)
perkembangan Bank Syariah sebelum tahun 1998 sangat lambat. Di Indonesia, hanya
ada
satu
Bank
Syariah,
yaitu
Bank
Muamalat.
Walaupun
perkembangan-nya agak terhambat bila dibandingkan dengan negara-negara muslim lainnya, perbankan syariah terus berkembang. Dipicu dengan UU No. 10 tahun 1998 yang memungkinkan perbankan menjalankan dual banking system, bank-bank konvensional yang menguasai pasar mulai melirik dan membuka unit usaha syariah. Jaringan kantor Bank Syariah mengalami peningkatan yang nyata, baik dalam jumlah bank maupun kantor cabang. Bila pada akhir tahun 1999 kantor Bank Syariah hanya memusat di Pulau Jawa, pada tahun 2002 penyebarannya telah menjangkau 29 kota di pulau-pulau besar di Indonesia, seperti Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan dengan jumlah kantor cabang (tidak termasuk BPR Syariah) tercatat 123 kantor. Pada akhir tahun 2003 di Bank Indonesia tercatat 15 kantor Bank Syariah, 137 kantor cabang syariah, 44 kantor cabang pembantu dan 120 kantor kas. Sejalan dengan pertumbuhan jaringan kantor cabang, Bank Syariah tetap terus berupaya meningkatkan penyaluran pembiayaan dengan sistem bagi hasil, khususnya bagi UKM agar dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Kinerja pembiayaan bagi UKM pada Bank Syariah dapat
5
dijadikan dasar penilaian keberhasilan dalam memperoleh laba/keuntungan. Kinerja usaha dapat dihitung dengan ukuran-ukuran finansial standar (Hubeis, 2004a) seperti keuntungan bersih (Net Profit), Return on Assets (ROA) dan cash flow. Salah satu Bank Syariah di Jakarta merupakan Bank Pemerintah yang memiliki Kantor Cabang yang menyalurkan pembiayaan syariah kepada UKM dimana aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah), pembiayaan berdasarkan penyertaan modal (Musyarakah), pembiayaan berdasarkan jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (Murabahah). Sebagai mesin keuntungan Bank Syariah tentunya akan mendapatkan pendapatan dari hasil usahanya, yaitu pembiayaan UKM berdasarkan prinsip syariah. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan kajian berjudul: “Evaluasi dan Pengembangan Strategi Pembiayaan UKM Dalam Meningkatkan Profitabilitas Bank Syariah di Jakarta.”
B. Perumusan Masalah Pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia dinilai cukup baik dan nampaknya memiliki prospek yang cerah di masa mendatang. Daya tahan perbankan syariah terhadap krisis, ditambah lagi dengan jumlah penduduk muslim di Indonesia yang jumlahnya mencapai lebih dari 80%, merupakan modal potensial bagi perkembangan perbankan syariah di masa depan. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut,
dapat dirumuskan masalah
kajian sebagai berikut : 1. Bagaimana strategi pengembangan pembiayaan UKM yang telah diterapkan di Bank Syariah ? 2. Bagaimana kinerja kantor-kantor cabang Bank Syariah berdasarkan pertumbuhan pembiayaan UKM dan profitabilitas dari tahun 2003-2007 ? 3. Strategi pengembangan yang bagaimana yang dapat meningkatkan profitabilitas Bank Syariah ?
6
C. Tujuan Kajian 1. Menganalisis pengembangan pembiayaan UKM di Bank Syariah. 2. Melakukan analisis atas kinerja kantor-kantor cabang Bank Syariah berdasarkan perkembangan pembiayaan UKM dan profitabilitas dari tahun 2003-2007. 3. Menyusun strategi pengembangan dalam pembiayaan UKM untuk meningkatkan profitabilitas Bank Syariah.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
Semakin berkembangnya suatu kegiatan perekonomian atau perkembangan suatu kegiatan usaha dari perusahaan, maka dirasakan perlunya sumber-sumber untuk penyediaan dana guna membiayai kegiatan usaha yang semakin berkembang. Dengan demikian, dana yang diperlukan untuk suatu kegiatan usaha dapatlah disebut juga sebagai faktor produksi yang sejajar dengan faktor-faktor produksi lainnya seperti sumber tenaga kerja, peralatan mesin-mesin, bahan baku/bahan penolong, kemampuan teknologi, manajemen dan lain-lain sebagai sumber ekonomi yang termasuk langka. Oleh karena itu, hubungan antara pertumbuhan suatu kegiatan perekonomian ataupun pertumbuhan dengan suatu kegiatan usaha dari perusahaan dengan eksistensi perkreditan/pembiayaan mempunyai hubungan yang sangat erat. Sedangkan apabila ditinjau dari sisi yang lain, yaitu dari sudut pandangan perbankan atau lembaga keuangan yang menyediakan sumber dana yang berbentuk perkreditan/pembiayaan tersebut, maka kredit/pembiayaan akan mempunyai suatu kedudukan yang sangat istimewa. Hal ini dapat dilihat bahwa pendapatan bunga/bagi hasil dari kredit/pembiayaan akan merupakan komponen yang dominan dibandingkan dengan pendapatan jasa-jasa perbankan lainnya. A. Perbankan Islam Modern di Dunia dan Indonesia Perkembangan perbankan Islam modern di dunia dimulai pada tahun 1960 dengan didirikannya sebuah local saving bank yang beroperasi tanpa bunga di Mesir oleh Dr.Abdul Hammid An Naggar.
Bank lokal ini
mengilhami diadakannya Konferensi Ekonomi Islam pertama di Mekkah tahun 1975. Sebagai tindak lanjut dari rekomendasi konferensi tersebut maka pada tahun 1978 didirikan Islamic Development Bank (IDB) yang kemudian diikuti pendirian lembaga-lembaga keuangan Islam di berbagai negara (Arifin, 2002). Menurut Setiarso (2005), pesatnya perkembangan bank-bank Islam ini mengilhami bank-bank konvensional untuk meniru dan menawarkan produkproduk bank Islam dengan pertimbangan komersial, yaitu pertumbuhan pasar
8
umat Islam diperkirakan sekitar 15% per tahun. Beberapa contoh mengenai hal ini
adalah dibukanya Islamic Windows oleh bank konvensional di
Malaysia, The Islamic Transaction di Mesir dan The Islamic Services di Arab Saudi. Di Bahrain, sebuah Bank Konvensional bertaraf Internasional, City Bank, pada tahun 1996 juga turut mendirikan City Islamic Investment Bank yang merupakan wholly owned subsidiary oleh City Corporation.
Chase
Manhattan Bank telah mengembangkan produk Chase Manhattan Leasing Liquidity Program untuk memenuhi kebutuhan investasi overnite dan short term lainnya yang halal. Arifin (2002) lebih lanjut menyatakan bahwa produk-produk Investment banking yang Islami juga mulai ditawarkan oleh para fund manager konvensional seperti The Wellington Management Company (Amerika Serikat), Oasis International Equity Funds dari Flamming Bank (Inggris), State Street Investment Management (Amerika Serikat) dan Kleintworth Benson Bank (Inggris). Perusahaan-perusahaan yang berminat menggunakan jasa bank Islam juga semakin banyak. Xerox, General Motor, IBM, General Electric dan Chrysler adalah sebagian dari perusahaan blue chip di Amerika yang semakin banyak menggunakan ijarah (Islamic lease finance). The United Bank of Kuwait pada tahun 1994 melaporkan bahwa pertumbuhan produk Ijarah di Amerika Serikat mencapai 75%. Dari segi pengembangan teori bank Islam, Universitas Harvard telah mendirikan program khusus The Harvard Islamic Finance Information Program di bawah Harvard University Center for Middle East Studies. Program ini disponsori oleh The Islamic Company of the Gulf (Bahrain) Investment Bankers. Di Indonesia, upaya intensif pendirian bank Islam (bank syariah) dimulai pada tahun 1988 dengan adanya Paket Oktober (Pakto) yang mengatur Deregulasi Industri Perbankan di Indonesia. Setelah adanya rekomendasi dari Lokakarya Ulama tentang Bunga bank di Cisarua, Bogor pada tanggal 19 – 22 Agustus 1990, diikuti dengan Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, maka berdirilah bank syariah pertama di Indonesia, yaitu Bank Muamalat Indonesia. Pendirian Bank Muamalat Indonesia ini selanjutnya
9
diikuti dengan berdirinya bank-bank perkreditan rakyat syariah (BPRS). Karena kedua lembaga ini dirasakan kurang mencukupi dan belum sanggup menjangkau masyarakat Islam lapisan bawah, maka dibangunlah lembagalembaga simpan pinjam yang disebut Bait al Maal wat Tamwil (BMT) atau Bait al Qiradh (Rahardja, 2002). 1.
Sistem Ekonomi Konvensional Versus Sistem Ekonomi Syariah Setiarso (2005) menyebutkan empat tujuan dan nilai Islam yang merupakan kerangka pikir dalam sistem ekonomi Islam : a. Economic well-being within the framework of the moral norms of Islam (kesejahteraan ekonomi dalam norma moral Islam) b. Universal brotherhood and justice
(persaudaraan dan keadilan
universal). c. Equitable distribution of wealth (distribusi kekayaan secara merata). d. Freedom of the individual within the context of social welfare (kebebasan individu dalam konteks kesejahteraan sosial) Dari kerangka pikir dalam ekonomi Islam menimbulkan perbedaan pendirian antara Bank Konvensional dengan Bank Syariah. Adapun perbedaan pada ke dua bank tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
Bank Konvensional
Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak
Bank Syariah Bank yang beroperasi
vs
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, serta tata cara beroperasinya
mengacu kepada ketentuan-ketentuan al-Qur’an dan
as-Sunnah
Gambar 1. Bank Konvensional dan Bank Syariah (Setiarso, 2005).
10
2.
Investasi Versus Membungakan Uang Investasi adalah kegiatan usaha yang mengandung risiko, karena berhadapan
dengan
unsur
ketidakpastian,
sehingga
perolehan
kembalinya (return) tidak pasti dan tidak tetap. Melakukan usaha yang produktif dan investasi adalah kegiatan yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Sedangkan definisi dari membungakan uang adalah kegiatan usaha yang kurang mengandung risiko, karena perolehan kembaliannya (return) berupa bunga yang relatif pasti dan tetap. Membungakan uang adalah kegiatan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Dari penjelasan di atas dapat dikemukakan bahwa menyimpan uang di bank Islam termasuk kategori kegiatan investasi, karena perolehan kembaliannya (return) dari waktu ke waktu tidak pasti dan tidak tetap tergantung kepada hasil usaha yang benar-benar terjadi dilakukan bank sebagai pengelola dana sebagaimana dijelaskan dalam Gambar 2. •
•
Pasar modal syariah sebagai infrastruktur investasi. Eliminasi riba.
Industri Keuangan Syariah lainnya • • •
Menjalankan bisnis secara syariah. Tidak sekedar bertujuan menumpuk harta kekayaan. Mengembangkan sektor riil dalam rangka distribusi kesejahteraan.
Regulator and Policy Maker
• •
Sistem Ekonomi Syariah • • Masyarakat dan Pelaku Bisnis
•
Pemerintahan yang shiddiq, tabligh, amanah dan fathanah. Sistem hukum (ekonomi) berdasarkan prinsip syariah secara konsisten. Perbankan Syariah
Uniform regulatory. Format institusi “bank” syariah yang lebih pas. Implementasi kaidah syariah secara konsisten.
Gambar 2. Gambaran lingkungan ideal perbankan syariah (Setiarso, 2005).
11
3.
Pengertian Kredit Pengertian kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam. Menurut Muljono (1995) kata “Kredit” berasal dari bahasa Yunani “Credere ” yang berarti “kepercayaan” atau dalam bahasa latin “Creditum” yang berarti kepercayaan akan
kebenaran dalam praktik
sehari-hari. Pengertian ini selanjutnya berkembang lebih luas lagi, antara lain : Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati. Sedangkan pengertian yang lebih mapan untuk kegiatan perbankan di Indonesia, pengertian kredit ini telah dirumuskan dalam Bab I, pasal 1 ayat 12 Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan merumuskannya sebagai berikut : “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-memimjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan”. Untuk dapat melaksanakan kegiatan perkreditan atau pembiayaan secara sehat telah dikenal adanya prinsip 5C. Kelima prinsip yang klasik ini meliputi : a. Character Seperti telah diuraikan di atas bahwa suatu pemberian kredit adalah atas dasar kepercayaan, jadi yang mendasari
suatu kepercayaan
adanya keyakinan dari pihak Bank bahwa si peminjam mempunyai moral, watak ataupun sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif dan mempunyai rasa tanggungjawab baik dalam kehidupan pribadi sebagai manusia, kehidupannya sebagai anggota masyarakat ataupun dalam menjalankan kegiatan usahanya. Manfaat dari penilaian soal karakter ini untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kejujuran dan integritas, serta tekad baik, yaitu kemauan untuk memenuhi
12
kewajiban-kewajibannya dari calon debitur. Soal karakter ini merupakan faktor dominan, sebab walaupun calon debitur tersebut cukup mampu untuk menyelesaikan utangnya tetapi kalau tidak mempunyai itikad baik tentu membawa berbagai kesulitan bagi bank dikemudian hari. b. Capacity Capacity adalah suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukannya atau kegiatan usaha yang akan dilakukannya yang akan dibiayai dengan kredit dari bank. capacity ini untuk menilai
Penilaian terhadap
sampai dimana hasil usaha yang
diperolehnya tersebut, mampu untuk melunasinya tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya. c. Capital Capital adalah jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur, hal ini dapat tercermin dalam bentuk kewajiban untuk menyediakan self financing sampai sejumlah tertentu dan sebaiknya besarnya self financing ini lebih besar dari kredit yang akan dimintakan dari perbankan. Bentuk self financing ini tidak selalu harus berupa uang tunai dapat juga dalam bentuk barang-barang modal seperti tanah, bangunan, mesin-mesin dan lain-lain. d. Collateral Collateral adalah barang-barang jaminan yang diserahkan oleh peminjam atau debitur sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya. Manfaat collateral sebagai alat pengamanan apabila usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut gagal atau sebab-sebab lain dimana debitur tidak mampu melunasi kreditnya dari hasil usahanya yang normal. Jaminan juga dapat
sebagai alat pengamanan dalam
menghadapi kemungkinan adanya ketidakpastian pada kurun waktu yang akan datang pada saatnya kredit tersebut harus dilunasi.
13
e. Condition of economy Condition of
economy adalah situasi dan kondisi politik, sosial,
ekonomi, budaya dan lain-lain yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun untuk suatu kurun waktu tertentu yang kemungkinannya akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan/individu yang memperoleh kredit. B. Sejarah dan Pengertian Bank Syariah di Indonesia Kehadiran perbankan syariah di Indonesia dapat ditelusuri sejak tahun 1988, yaitu saat pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober (Pakto) yang mengatur deregulasi perbankan di Indonesia. Kebijakan tersebut membuka lebar peluang untuk mendirikan bank dengan modal pendirian yang relatif kecil, namun karena tidak ada ketentuan perundangan yang mendukung maka kelahiran bank syariah baru muncul setelah tahun 1990-an (Rahman, 2001). Hal itu terjadi dengan memanfaatkan penafsiran dari perundangundangan yang ada bahwa perbankan diperbolehkan menetapkan bunga sebesar 0% (nol persen). Atas dasar rekomendasi dari Hasil Lokakarya Ulama tentang Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua, Bogor pada 19 – 22 Agustus 1990, maka pada Bulan November 1991 lahir Bank Muamalat Indonesia (BMI) sebagai bank syariah pertama di Indonesia. Kelahiran Bank Muamalat Indonesia di atas, kemudian diikuti dengan kelahiran Bank Perkreditan Rakyat Syariah. Keberadaan bank syariah ini lebih diperkuat dengan adanya UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan dimana sistem bagi hasil mulai diakomodasi (Arifin, 2002). Dengan ditetapkannya UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 Tahun 1992 mengenai Perbankan, maka secara tegas sistem perbankan syariah ditempatkan sebagai bagian dari sistem perbankan nasional. Undangundang tersebut telah diikuti dengan ketentuan pelaksanaan dalam beberapa Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tanggal 12 Mei 1999, yaitu tentang Bank Umum, Bank Umum berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah.
14
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia Nomor 2/7/PBI/2000, bank syariah adalah bank umum yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, termasuk unit usaha syariah dan kantor cabang bank asing yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Menurut Setiarso (2005) terdapat empat perbedaan mendasar antara bank konvensional dengan bank syariah, yaitu (1) dari segi akad dan aspek legalitas, (2) struktur organisasi, (3) bisnis dan usaha yang dibiayai dan (4) lingkungan kerja dan corporate culture. Dari segi akad dan aspek legalitas, akad yang dilakukan bank syariah mempunyai konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Jika terjadi perselisihan antara nasabah dan bank, maka bank syariah dapat merujuk pada Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI) dimana penyelesaiannya dilakukan berdasarkan hukum Islam. Dari struktur organisasi, struktur bank syariah dapat sama dengan bank konvensional tetapi terdapat keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis syariah. Dari segi bisnis dan usaha yang dibiayainya, bank syariah tidak terlepas dari saringan sariah. Dalam hal lingkungan kerja dan corporate culture, etika sifat amanah dan shidiq harus melandasi setiap karyawan, sehingga tercipta profesionalisme yang berdasarkan Islam. Dalam hal reward dan punishment diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan syariah. Pada tanggal 16-12-2003 MUI menetapkan fatwa bahwa bunga bank itu haram. Bunga bank yang dimaksud adalah dalam arti luas, yaitu bunga yang ditetapkan dalam berbagai bentuk transaksi pinjam meminjam (al-qardh) dan transaksi yang menimbulkan utang piutang (al-dayn) baik yang dilakukan oleh lembaga keuangan maupun oleh individu. Tujuan utama penetapan fatwa tersebut adalah untuk mengajak umat Islam agar dalam bermu’amalah senantiasa memperhatikan dan mengikuti pedoman yang telah digariskan oleh hukum Islam dan menghindarkan praktik mu’amalah yang dilarang oleh Islam, antara lain bunga (riba).
15
1.
Konsep Perbankan Syariah Krisis Ekonomi yang melanda Indonesia telah memberikan pelajaran
berharga terhadap beberapa “perilaku” masa lalu yang tidak diperbolehkan dalam prinsip ekonomi Islam/perbankan Syariah berikut : a. Pembiayaan (Kredit) yang diberikan oleh perbankan akhirnya bermasalah, sehingga umumnya tidak berhubungan langsung dengan manfaat yang diterima (economic value added). Hal ini mengakibatkan pada saat terjadi perubahan fundamental ekonomi yang drastis, nilai usaha tersebut tidak sebanding dengan nilai pembiayaan yang diberikan. b. Pinjaman dalam valas (US$) digunakan untuk membiayai pendapatan dalam rupiah, sehingga valas telah berubah menjadi komoditi dan berubah dari fungsi utamanya sebagai alat pertukaran nilai. c. Moral Hazard dalam pembiayaan terjadi akibat persepsi yang salah antara kedekatan hubungan antara lembaga keuangan dan perusahaan dengan penguasa, maka sebagai akibatnya terjadi mark up terhadap nilai proyek yang pada akhirnya mengakibatkan timbulnya ekonomi biaya tinggi. d. Kompetisi yang ketat antar bank pasca deregulasi perbankan telah membuat bank kurang memperhitungkan antara hasil penempatan dana dengan hasil yang dibayarkan kepada nasabah pemilik dana, ditambah lagi pembiayaan yang banyak diberikan oleh bank kepada perusahaan yang masih satu group dengan bank tersebut. Perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional juga dapat ditelaah dari aspek landasan operasional, fungsi dan peran, risiko usaha dan sistem pengawasannya seperti yang disajikan pada Tabel 1.
16
Tabel 1. Perbedaan antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional Variabel Landasan Operasional
Bank Syariah - Tidak bebas nilai (berdasarkan prinsip syariah Islam) - Uang sebagai alat tukar bukan komoditas - Bunga dalam berbagai bentuk dilarang - Menggunakan prinsip bagi hasil dan keuntungan atas transaksi riil. Fungsi dan - Lembaga Intermediasi Peran - Agen investasi/manajer invenstasi - Penyedia jasa lalu lintas pembayaran (tidak bertentangan dengan syariah) - Pengelola dana kebajikan/ZIS (fungsi opsional) - Hubungan dengan nasabah adalah hubungan kemitraan (investor timbal balik pengelola investasi) Risiko - Dihadapi bersama antara bank Usaha dengan nasabah dengan prinsip keadilan dan kejujuran - Tidak mengenal kemungkinan terjadinya selisih negatif (negative spread) karena sistem yang digunakan Sistem - Adanya dewan pengawas Pengawasan syariah, memastikan operasional bank tidak menyimpang dari syariah, disamping tuntutan moralitas pengelola bank dan nasabah sesuai dengan akhlakul karimah Sumber : Setiarso, 2005.
-
-
-
-
-
-
Bank Konvensional Bebas nilai (berdasarkan prinsip materialistis) Uang sebagai komoditi yang diperdagangkan Bunga sebagai instrumen Bunga sebagai imbalan terhadap pemilik uang yang ditetapkan dimuka. Lembaga intermediasi Penghimpun dana masyarakat dan meminjamkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dengan imbalan bunga Penyedia jasa lalu lintas pembayaran Hubungan bank dengan nasabah adalah hubungan debitur-kreditur. Risiko bank tidak terkait langsung dengan debitur, risiko debitor tidak terkait langsung dengan bank Kemungkinan terjadi selisih negatif antara pendapatan bunga dengan beban bunga Aspek moralitas seringkali terlanggar akibat tidak adanya nilai-nilai religius yang mendasari operasional.
Dari aspek bagi hasil terhadap bunga, terdapat perbedaan sangat mendasar antara bank syariah dan bank konvensional seperti yang disajikan pada Tabel 2.
17
Tabel 2. Perbedaan sistem bagi hasil dengan sistem bunga Sistem Bagi Hasil Risiko ditanggung bersama Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi. Bagi hasil tergantung pada keuntungan usaha yang dijalankan.
Sistem Bunga Risiko ditanggung pengusaha. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung.
Besarnya angsuran berdasarkan nisbah bagi hasil dan jumlah keuntungan yang diperoleh. Jaminan : usaha yang dibiayai, dengan kelayakan usaha sebagai pertimbangan pertama. Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan sekiranya itu tidak mendapatkan keuntungan, maka kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan.
Besarnya angsuran berdasarkan jumlah uang yang dipinjam.
Jika terjadi kebangkrutan atau kegagalan usaha penarikan pengembalian dana pinjaman yang mempertimbangkan penyebab kegagalan (menyalahi kesepakatan atau tidak). Didasari prasangka baik (semua orang yang terlibat adalah jujur). Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.
Bunga tetap dibayarkan baik nasabah dalam keadaan untung ataupun rugi.
Jaminan : Kekayaan peminjam dan kelayakan usaha sebagai pertimbangan kedua. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang booming. Jika terjadi kebangkrutan atau kegagalan usaha, penarikan pengembalian dana secara hukum tetap dilakukan dan dapat dilakukan penyitaan kekayaan peminjam Didasari atau dimulai dengan kecurigaan Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama, termasuk Islam.
Sumber : Setiarso, 2005; dan Arifin, 2002. 2.
Karakteristik Perbankan Syariah Terdapat perbedaan nyata atas karakteristik perbankan syariah dengan
perbankan konvensional sebagai berikut :
18
a. Bank Syariah tidak melaksanakan transaksi pinjam meminjam uang berdasarkan bunga dalam segala bentuk, melainkan dengan sistem bagi hasil dengan nasabahnya. b. Hubungan antara Bank Syariah dengan nasabahnya tidak berupa hubungan debitur-kreditur, tetapi lebih merupakan hubungan partisipasi dalam menanggung risiko dan menerima hasil dari suatu perjanjian bisnis. c. Bank Syariah memisahkan kedua jenis pendanaan tersebut agar dapat dibedakan antara hasil yang diperoleh dari dana sendiri dengan hasil yang diperoleh dari dana simpanan yang diterimannya atas dasar prinsip bagi hasil. d. Bank Syariah tidak memberikan pinjaman dalam bentuk uang tunai, tetapi bekerjasama atas dasar kemitraan seperti Mudharabah, Musyarakah, atas dasar jual beli Murabahah dan atas dasar sewa (Ijarah). e. Bank Syariah merupakan bank multiguna, karena berperan sebagai bank komersial, bank investasi dan bank pembangunan. f. Bank Syariah memandang laba bukan merupakan satu-satunya tujuan, karena bank Syariah senantiasa mengupayakan bagaimana memanfaatkan sumber dana yang ada guna membangun kesejahteraan masyarakat. g. Bank Syariah bekerja di bawah pengawasan Dewan Pengawas Syariah (DPS). Secara umum, bidang usaha Bank Syariah mempunyai ciri-ciri : a. Tidak membungakan uang. b. Mekanisme suku bunga digantikan oleh prinsip kerjasama, dimana keuntungan maupun kerugian ditanggung bersama oleh pihak-pihak yang terlibat. c. Penumpukan harta
tidak diperkenankan, dimana kekayaan harus
diputarkan untuk berusaha. Terhadap harta yang ditumpuk dikenakan pajak yang akan didistribusikan kepada yang berhak menurut Quran. d. Dilarang melakukan investasi usaha pada jenis usaha yang dilarang oleh agama Islam, antara lain investasi pada proyek yang ada hubungannya dengan daging babi atau alkohol. Termasuk pula dalam kategori ini adalah
19
melakukan investasi pada perusahaan yang mempunyai maupun memberikan pinjaman karena terdapat unsur bunga. e. Jika usaha merugi, baik pihak yang menyediakan dana maupun pihak yang menyediakan tenaga akan sama-sama kehilangan apa yang telah diberikan. Bagi pihak yang menyediakan tenaga, ini berarti kehilangan pekerjaan. Jika untung, maka keuntungan akan dibagi berdasarkan perjanjian yang telah dibuat terlebih dahulu. f. Ciri-ciri yang terakhir adalah keberadaan badan atau dewan yang berisi pakar-pakar yang bertugas mengawasi kegiatan usaha Bank Syariah dari segi hukum Islam. 3.
Prinsip-Prinsip Perbankan Syariah Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 tahun
1992 mengenai Perbankan, disebutkan bahwa Bank Syariah adalah Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dalam menjalankan aktivitasnya, Bank Syariah menganut prinsip (www.syariahmandiri.co.id, 2005) sebagai berikut : 1. Prinsip Keadilan Prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan pengambilan margin keuntungan yang disepakati bersama antara Bank dengan Nasabah. 2. Prinsip Kesederajatan Bank Syariah menempatkan nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana, maupun Bank pada kedudukan yang sama dan sederajat. Hal ini tercermin dalam hak, kewajiban, risiko dan keuntungan yang berimbang antara nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana, maupun Bank. 3. Prinsip Ketentraman Produk-produk Bank Syariah telah sesuai dengan prinsip dan kaidah Muamalah Islam, antara lain tidak adanya unsur riba serta penerapan zakat harta. Dengan demikian, nasabah akan merasakan ketentraman lahir maupun batin.
20
Pelaksanaan prinsip-prinsip tersebut di atas merupakan pembeda utama antara bank syariah dengan bank konvensional, sebagaimana ditulis Setiarso (2005) : …the basic difference between Islamic and Western banks is that the former operate on an equity-based system in which a predetermined rate of return is not guaranteed, while in the latter case the system is based on interest financing. This fundamental difference systems from the Sharia’s prohibition of riba (usury or interest) and gharar (uncertainty, risk or speculation). Konsep riba tersebut sebenarnya telah lama dikenal dan telah mengalami perkembangan makna. Setiarso (2005) mengungkapkan perkembangan pengertian riba tersebut : “The concept of ‘usury’ has a long historical life, throughout most of which it has been understood to refer to the practice of charging financial interest in excess of the principal amount of a loan, although in some instances, and more especially in more recent times, it has been interpreted as interest above the legal or socially acceptable rate. Pemungutan riba dengan jelas dan tegas telah diharamkan Allah, sebagaimana termaktub dalam Al Qur’an Surah 2: 278-279 : “Hai
orang-orang
yang
beriman,
bertakwalah
kepada
Allah
dan
tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut), jika kamu orang-orang yang beriman. Maka, jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba) maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” Pelarangan riba ini tentunya terkait dengan keburukan-keburukan praktik riba. Setiarso (2005) mengemukakan setidaknya empat alasan pelarangan riba, yakni : 1. Mengambil keuntungan dari kekayaan orang lain dengan memberikan bunga yang tinggi. 2. Ketergantungan atas pemberian bunga dari pemberian kredit kepada orang lain.
21
3. Bunga yang dibayarkan lebih tinggi sehingga menyebabkan nilai pinjaman bertambah besar. 4. Yang meminjamkan menjadi lebih kaya sedangkan peminjam menjadi lebih miskin. 4.
Jenis-jenis Pembiayaan Syariah Sejalan dengan perkembangan yang pesat di dunia bisnis dan keuangan
telah mendorong berkembangnya inovasi transaksi-transaksi keuangan syariah, sehingga Bank perlu mengantisipasi dan mengikuti dinamika tersebut agar dapat berkembang serta tetap memenuhi prinsip syariah secara istiqomah sesuai dengan fatwa yang berlaku. Berdasarkan Surat edaran Bank Indonesia No. 10/14/DPBS tanggal 17 Maret 2008 disebutkan beberapa jenis-jenis pembiayaan berdasarkan syariah yang dilaksanakan oleh Bank Syariah pada umumnya adalah : a. Pembiayaan Murabahah Pembiayaan Murabahah adalah pembiayaan akad jual beli antara Bank selaku penyedia barang dengan nasabah yang memesan untuk membeli barang. Dalam transaksi jual beli tersebut Bank menyebutkan dengan jelas barang yang akan dibeli termasuk harga perolehan barang (yaitu sebesar harga pembelian ditambah biaya transportasi, biaya administrasi, pajak,
biaya
gudang, dan lain-lain) dan keuntungan (margin) yang akan diambil oleh Bank. Tujuan pembiayaan ini untuk membiayai kebutuhan investasi maupun modal kerja nasabah, untuk pengadaan barang baik untuk sektor pertanian, perdagangan maupun industri, untuk pembelian barang konsumsi, dan untuk melayani nasabah dalam melakukan impor barang dengan menggunakan Letter of Credit. b. Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan yang dilakukan melalui kerjasama usaha antara dua pihak dimana pemilik modal/Bank (shahibul maal) menyediakan modal 100% sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola usaha (mudharib) dengan jenis ataupun bentuk usaha yang telah disepakati.
22
c. Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan Musyarakah adalah suatu kesepakatan antara Bank dengan Nasabah untuk membiayai suatu proyek dimana Bank dan Nasabah secara bersama-sama menyediakan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Setelah proyek selesai, nasabah mengembalikan dana dari pihak Bank berikut bagi hasil yang telah disepakati baik secara bertahap maupun sekaligus. Tujuan penggunaan pembiayaan berdasarkan : (1) jenis usaha pesanan, (2) jenis usaha waralaba, (3) jenis usaha dengan pola kemitraan, (4) penyediaan dana untuk proyek, (5) jenis usaha joint venture, (6) aktivitas ekspor dan impor. d. Pembiayaan Ijarah Pembiayaan Ijarah berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut : (1) Bank bertindak sebagai pemilik dan/atau pihak yang mempunyai hak penguasaan atas obyek sewa baik berupa barang atau jasa, yang menyewakan obyek sewa dimaksud kepada nasabah sesuai kesepakatan; (2) Barang dalam transaksi Ijarah adalah barang bergerak atau tidak bergerak yang dapat diambil manfaat sewa; (3) Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik produk Pembiayaan atas dasar Ijarah, serta hak dan kewajiban nasabah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai transparansi informasi produk Bank dan penggunaan data pribadi nasabah. 5.
Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia Beberapa kebijakan pengembangan perbankan syariah di Indonesia
didasarkan pada UU No. 7 tahun 1992 yang disempurnakan dengan UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan dan UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Berdasarkan kebijakan-kebijakan tersebut kinerja bank-bank syariah di Indonesia terus menunjukan perbaikan dan membuat bank-bank besar seperti Bank Mandiri dan Bank BNI membentuk unit usaha syariahnya sendiri. Dari sudut pandang pencarian nasabah, pendirian bank syariah oleh bank komersiil di atas pada umumnya untuk merebut nasabah mengambang
23
(floating) dan loyalis Islam yang jumlahnya cukup besar di Indonesia (Bank BNI Syariah, 2007) sebagaimana dijelaskan dalam Gambar 3. Sharia Loyalist - Sangat loyal bahwa bunga bank haram. - Sangat tidak loyal terhadap satu bank syariah. - Cenderung cepat berpindah dari satu bank ke bank lain. - Menggunakan lebih dari satu bank syariah.
Floating Market - Menggunakan lebih dari satu bank. - Mengkombinasikan bank syariah dengan bank konvensional.
Conventional Loyalist Floating Market Sharia Loyalist
Gambar 3 Karakteristik perilaku nasabah perbankan (Karim, 2004)
Tabel 3. Survei potensi dan preferensi konsumen terhadap bank syariah Indonesia (BI 2000, 2001, 2002, 2003, 2004) Propinsi
Tahun
Sumatera Utara 2003 Sumatera Barat 2001 Jambi 2001 Sumatera Selatan 2004 DKI Jakarta 2003 Jawa Barat 2000 Jawa Tengah & DIY 2000 Jawa Timur 2000 Kalimantan Selatan 2004 Sulawesi Selatan 2003 Keterangan : Na (Not available) Latar
belakang
Persentase Muslim (%) 92 98 96 98 85 98 96 97 94 98
diperlukannya
Persepsi Memahami Bunga Bank Syariah Haram (%) (%) 59 Na 20 Na 50 10 50 Na 46 Na 62 6 48 16 31 10 60 Na 32 12
kebijakan
pengembangan Bank Syariah di Indonesia adalah :
(Policy
Background)
24
a. Memenuhi kebutuhan segmen masyarakat yang membutuhkan khususnya yang menganggap bunga bank sebagai riba, serta mobilisasi dana dan optimalisasi proses saving-investment. b. Pengembangan perbankan syariah dapat memberikan kemanfaatan baik secara
makro
maupun
mikro
bagi
perekonomian
nasional
:
(1) meningkatkan diversifikasi layanan jasa bank dengan berbagai keunggulan Profit and Loss Sharing (PLS) Financing, (2) mendukung financial stability, antara lain karena bersifat non-speculatif, kewajiban ada underlying transactions dan dilandasi nilai moral dan (3) sarana yang mendukung masuknya dana asing yang mempersyaratkan prinsip syariah. c. Peran yang nyata perbankan syariah dalam perekonomian Indonesia tidak hanya akan memberikan kontribusi pada kinerja perekonomian dalam bentuk daya tahan, namun juga kemudian memberikan implikasi yang positif pada prilaku baik individu maupun unit usaha (masyarakat) yang aktif dalam perekonomian. d. Peran ekonomi syariah melalui operasional perbankan syariah dapat memfasilitasi nilai-nilai atau norma Islam menjadi nilai rujukan dalam berprilaku ekonomi. e. Berdasarkan data yang dungkapkan Setiarso (2005) pada akhir tahun 1997 telah ada 176 institusi keuangan Islam yang tersebar di lebih 45 negara. Sebagai negara muslim terbesar di dunia Indonesia sudah sewajarnya turut menjadi pelopor bahkan panutan dalam pengembangan Industri perbankan syariah. f. Dari data demografi terdapat lebih dari 1 miliar muslim di dunia yang merepresentasikan 20% dari populasi dunia dan memiliki total kontribusi mendekati
10%
pada
Gross
National
Product
(GNP)
Dunia.
Pengembangan bank syariah merupakan salah satu alat bagi dunia Islam untuk mewujudkan kemandirian dalam perekonomiannya. g. Potensi sumber daya alam (SDA) Negara muslim saat ini mencapai hampir 80% dari potensi SDA dunia. Dengan kondisi seperti ini dapat dikatakan pasar keuangan Islam memiliki prospek yang cukup baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat muslim dunia.
25
Beberapa faktor pertimbangan lainnya yang dapat mendukung prospek pengembangan perbankan syariah nasional adalah : a. Kejelasan visi, misi dan sasaran pengembangan perbankan syariah nasional oleh otoritas perbankan (Bank Indonesia, 2003), termasuk : (1) Komitmen untuk menyempurnakan dan melengkapi regulasi (prudential regulations, good corporate governance, risk management, ketentuan kelembagaan dan lain-lain), (2) Mendukung dan mendorong pengembangan infrastruktur yang dapat mendorong beroperasinya bank syariah secara efisien, antara lain DSN, BAMUI, Asosiasi Lawyer, Lembaga Rating, Syariah External Audit, Lembaga Penjamin Pembiayaan, Special Purporse Company, pasar keuangan dan instrumen pendukung manajemen likuiditas dan (3) Dukungan Bank Indonesia untuk terus memberikan bantuan peningkatan kompetensi dan profesionalisme pengelolaan usaha perbankan syariah melalui pelaksanaan training, seminar dan lain-lain. b. Perkembangan internasional menunjukan kecenderungan : (1) Semakin banyaknya “international bank,” termasuk yang berbasis di negara Barat yang menjadi pemain industri perbankan syariah. Hal ini akan dapat mendorong profesionalisme dan peningkatan mutu pelayanan, sehingga
dapat
meningkatkan
citra
perbankan
syariah
dan
(2) Lembaga-lembaga internasional mendukung perbankan syariah internasional seperti International Islamic Financial Market (IIFM), Islamic Financial Service Board (IFSB/semacam BIS untuk Bank Syariah), dan keterlibatan International Monetary Funds (IMF) dalam pengembangan infastruktur Bank Syariah internasional. 5. Sejarah Singkat Pembentukan Sepuluh Cabang Bank Syariah a. Kantor Cabang Syariah Yogyakarta Kantor Cabang Syariah Yogyakarta didirikan mulai bulan November 1999. Sebagai tahap awal pembentukan kantor cabang ini diperlukan 16 orang personil yang memiliki kemampuan teknis di bidang perbankan yang berlandaskan prinsip syariah. Pembentukan
26
Kantor cabang syariah di Kotamadya Yogyakarta didukung, karena keberadaan
sebagai ibukota
provinsi yang merupakan sentra
perdagangan, juga didukung oleh sarana infrastruktur yang lengkap seperti pasar, sarana jalan, perbankan, pelabuhan udara dan kemudahan aksesobilitas transportasi antar daerah lainnya. Oleh karena itu, dari segi perkembangan perekonomian sektoral, Kotamadya Yogyakarta mempunyai prospek yang baik untuk berinvestasi. Berdasarkan aktivitas perekonomian daerah di kotamadya Yogyakarta per Desember 1998, jumlah pasar yang ada sebanyak 31 buah tersebar di seluruh Kecamatan dengan jumlah pedagang secara keseluruhan sebanyak 12.748 orang. Di antara pasar-pasar tersebut Pasar Beringhardjo, merupakan pasar terbesar dengan jumlah pedagang sebanyak 5.166 orang dan pasar terkecil adalah Pasar Gading dengan pedagang sebanyak 28 orang. Sedangkan pada tahun 2007 jumlah pedagang
yang bergerak pada sektor UKM telah
mencapai sebanyak 19.736 orang. b. Kantor Cabang Syariah Pekalongan Kantor Cabang Syariah Pekalongan didirikan mulai bulan November 1999. Sebagai tahap awal pembentukan kantor cabang ini diperlukan 16 orang personil yang memiliki kemampuan teknis di bidang perbankan yang berlandaskan prinsip syariah.. Pada tahun 2007, sektor ekonomi yang dominan di Pekalongan adalah sektor Industri Pengolahan dan sektor Perdagangan yang memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi masing-masing sebesar 21,51% dan 20,72%. Kuatnya sektor Industri Pengolahan didukung oleh sub sektor industri pengolahan hasil pertanian dan industri pakaian, sedangkan sektor Perdagangan didukung oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran.
27
c. Kantor Cabang Syariah Semarang Kantor Cabang Syariah Semarang didirikan mulai bulan Maret 2000. Sebagai tahap awal pembentukan kantor cabang ini diperlukan 16 orang personil yang memiliki kemampuan teknis di bidang perbankan yang berlandaskan prinsip syariah. Pendirian kantor cabang syariah di Semarang karena selain sebagai kotamadya juga merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah. Sektor-sektor ekonomi yang memberikan kontribusi besar dalam perekonomian Semarang adalah sektor perdagangan (32,72%), sektor industri pengolahan (29,90%) dan jasa-jasa (11,89%). Salah satu pangsa pasar Kantor Cabang Syariah Semarang adalah pertumbuhan pengusaha UKM di kota Semarang, yaitu sampai tahun 1998 terdapat 20.863 pengusaha yang tersebar di 61 pasar di kota Semarang. Sedangkan pada tahun 2007 jumlah pedagang yang bergerak pada sektor UKM telah mencapai sebanyak 22.950 orang. d. Kantor Cabang Syariah Malang Kantor Cabang Syariah Malang didirikan mulai bulan November 1999. Sebagai tahap awal pembentukan kantor cabang ini diperlukan 16 orang personil yang memiliki kemampuan teknis di bidang perbankan yang berlandaskan prinsip syariah. Pilihan daerah kotamadya Malang sebagai salah satu daerah yang akan didirikan Kantor Cabang Syariah adalah pilihan yang tepat, di samping potensi ekonomi/bisnis daerah yang cukup prospektif, didukung jumlah penduduk muslim yang besar dan adanya keinginan masyarakat untuk didirikannya bank syariah di Malang. Pada tahun 2007, sektor-sektor ekonomi yang memberikan kontribusi besar dalam perekonomian Semarang adalah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan sangat memegang peranan dalam pertumbuhan perekonomian. Kontribusi industri pengolahan mencapai 31,53% didukung oleh kuatnya sub sektor makanan, minuman dan tembakau serta sektor perdagangan mempunyai kontribusi mencapai 26,36% didukung oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran.
28
e. Kantor Cabang Syariah Banjarmasin Kantor Cabang Syariah Banjarmasin didirikan mulai bulan Februari 2000. Sebagai tahap awal pembentukan kantor cabang ini diperlukan 18 orang personil yang memiliki kemampuan teknis di bidang perbankan yang berlandaskan prinsip syariah. Sektor-sektor ekonomi yang memberikan kontribusi besar dalam perekonomian Bandung adalah sektor perdagangan (50,72%), sektor industri pengolahan (30,28%) dan jasa-jasa (19%). Salah satu pangsa pasar Kantor Cabang Syariah Banjarmasin adalah pertumbuhan pengusaha UKM di kota Banjarmasin, yaitu sampai tahun 1998 terdapat 40.123 pengusaha yang tersebar di 61 pasar di kota Banjarmasin. Sedangkan pada tahun 2007 jumlah pedagang
yang
bergerak pada sektor UKM telah mencapai sebanyak 44.135 orang. f. Kantor Cabang Syariah Jakarta Timur Kantor Cabang Syariah Jakata Timur didirikan mulai bulan Desember 1999. Sebagai tahap awal pembentukan kantor cabang ini diperlukan 18 orang personil yang memiliki kemampuan teknis di bidang perbankan yang berlandaskan prinsip syariah. Pembentukan Kantor cabang syariah di Wilayah Jakarta Timur didukung karena keberadaan Pasar Jatinegara dan banyak dibangunnya lokasi peumahan Oleh karena itu dari segi perkembangan sentra perdagangan yang pesat, maka Syariah Jakarta Timur berpotensi untuk didirikan. Berdasarkan aktivitas perekonomian daerah di Jakarta Timur pada tahun 2007, jumlah pasar tradisional yang ada sebanyak 40 buah dengan jumlah pedagang secara keseluruhan sebanyak 41.348 orang. Di antara pasar-pasar tersebut Pasar Jatinegara dan Pasar Gembrong merupakan pasar terbesar di wilayah Jakarta Timur. g. Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan Kantor Cabang Syariah Jakata Selatan didirikan mulai bulan Januari 2000. Sebagai tahap awal pembentukan kantor cabang ini diperlukan 17 orang personil yang memiliki kemampuan teknis di
29
bidang perbankan yang berlandaskan prinsip syariah. Pembentukan Kantor cabang syariah di Wilayah Jakarta Selatan didukung karena keberadaan Pasar Blok M, Pasar Blok A dan ruko perkantoran yang mendorong didrikannya Kantor Cabang Bank Syariah ABC di Jakarta Selatan. Berdasarkan aktivitas perekonomian daerah di Jakarta Timur tahun 2007, jumlah pasar tradisional yang ada sebanyak 38 buah dengan jumlah pedagang secara keseluruhan sebanyak 38.931 orang. Selain itu pusat perkantoran juga dekat dengan lokasi kantor seperti Mayestik, Pondok Indah dan Radio Dalam. h. Kantor Cabang Syariah Bandung Kantor Cabang Syariah Bandung didirikan mulai bulan Februari 2000. Sebagai tahap awal pembentukan kantor cabang ini diperlukan 16 orang personil yang memiliki kemampuan teknis di bidang perbankan yang berlandaskan prinsip syariah. Sektor-sektor ekonomi yang memberikan kontribusi besar dalam perekonomian Bandung adalah sektor perdagangan (35,72%), sektor industri pengolahan (34,28%) dan jasa-jasa (30%). Salah satu pangsa pasar Kantor Cabang Syariah Bandung adalah pertumbuhan pengusaha UKM di kota Bandung, yaitu sampai tahun 1998 terdapat 40.123 pengusaha yang tersebar di 61 pasar di kota Bandung. Sedangkan pada tahun 2007 jumlah pedagang yang bergerak pada sektor UKM telah mencapai sebanyak 49.333 orang. i. Kantor Cabang Syariah Padang Kantor Cabang Syariah Padang didirikan mulai bulan Maret 2000. Sebagai tahap awal pembentukan kantor cabang ini diperlukan 18 orang personil yang memiliki kemampuan teknis di bidang perbankan yang berlandaskan prinsip syariah. Pendirian kantor cabang syariah di Padang karena selain sebagai kotamadya juga merupakan ibukota Provinsi Sumatera Barat.
30
Sektor-sektor ekonomi yang memberikan kontribusi besar dalam perekonomian Bandung adalah sektor perdagangan (40,72%), sektor industri pengolahan (35,28%) dan jasa-jasa (25%). Salah satu pangsa pasar Kantor Cabang Syariah Padang adalah pertumbuhan pengusaha UKM di kota Padang yaitu, sampai tahun 1999 terdapat 34.123 pengusaha yang tersebar di 61 pasar di kota Padang. Sedangkan pada tahun 2007 jumlah pedagang yang bergerak pada sektor UKM telah mencapai sebanyak 39.137 orang. j. Kantor Cabang Syariah Makassar Kantor Cabang Syariah Padang didirikan mulai bulan Aprl 2000. Sebagai tahap awal pembentukan kantor cabang ini diperlukan 17 orang personil yang memiliki kemampuan teknis di bidang perbankan yang berlandaskan prinsip syariah. Pendirian kantor cabang syariah di Makassar, karena merupakan kota terbesar dan terpadat di Pulau Sulawesi. Sektor-sektor ekonomi yang memberikan kontribusi besar dalam perekonomian Makassar adalah sektor perdagangan (45,72%), sektor industri pengolahan (34,28%) dan jasa-jasa (20%). Salah satu pangsa pasar Kantor Cabang Syariah Makassar adalah pertumbuhan pengusaha UKM di kota Makassar, yaitu sampai tahun 1999 terdapat 37.445 pengusaha yang tersebar di 61 pasar di kota Makassar. Sedangkan pada tahun 2007 jumlah pedagang yang bergerak pada sektor UKM telah mencapai sebanyak 41.961 orang.
C. Usaha Kecil dan Menengah Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Melalui kerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dapat diperoleh gambaran tentang peranan UKM dalam perekonomian nasional ditinjau dari indikator makro ekonomi.
31
Eksistensi dan peran UKM yang pada tahun 2006 mencapai 48,93 juta unit usaha, dan merupakan 99,9% dari pelaku usaha nasional, dalam tata perekonomian nasional sudah tidak diragukan lagi, dengan melihat kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja, pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional, nilai ekspor nasional, dan investasi nasional (Biro Pusat Statistik, 2007). Bentuk organisasi internal UKM (mendekati organisasi lini), yaitu manajer umum (pemilik) merangkap jabatan pengawas, dan bagian lain (produksi, penjualan dan pemasaran serta pembelian) diserahkan pada orang tertentu di lingkungan keluarga atau pegawai yang dipercayai, sehingga terlihat one man show.
Untuk itu diperlukan peningkatan kemampuan
personil (komunikasi, kerja kelompok, inovasi dan leadership) dan kemampuan
manajerial
(kepemimpinan
dan
penerapan
manajemen
fungsional), serta gaya kerja, baik secara mutlak (necessary condition) maupun tambahan (sufficient condition) dalam mencapai kompetivitas secara spesifik maupun global (Hubeis, 2004a). Menurut Hubeis (2004 a) kelebihan dan kekurangan UKM, yaitu : a. Kelebihan UKM adalah : (1) mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan, industri padat karya, berorientasi ekspor dan substitusi impor, (2) aman bagi perbankan dalam memberi kredit : tingkat kepatuhan mengembalikan tinggi, (3) bergerak di bidang usaha yang cepat menghasilkan, (4) jaringannya mampu memperpendek rantai distribusi : memberi insentif kepada konsumen. b. Kekurangan UKM adalah : (1) lemah dalam kewirausahaan dan manajerial, (2) keterbatasan keuangan, (3) ketidakmampuan aspek pasar, (4) keterbatasan pengetahuan produksi dan teknologi, (5) ketidakmampuan informasi dan (5) tidak didukung kebijakan dan regulasi memadai Pabrikasi atau pelayanan jasa bisnis di Usaha Kecil dapat dinilai secara finansial (nilai tambah dan laba) dan non finansial (mutu dan teknologi) : ditentukan kebijakan produk (program produksi) dalam produksi (rutin, kompleks, bermutu dan umum) dan kebijakan produk dalam pasar (program
32
transformasi) tersegmentasi maupun terbuka sebagai faktor penunjang daya saing, (Hubeis, 2004b). Menurut Hubeis (2004a) pembinaan dan pengembangan Usaha Kecil telah dilakukan dalam bentuk: (1) penyuluhan, pelatihan (klasikal dan non klasikal), (2) pengembangan kawasan industri (LIK, PIK, SUIK), (3) temu usaha, (4) bimbingan, (5) kemitraan dalam berbagai pola (inti-plasma, sub kontrak, vendor, waralaba, keagenan, bapak-anak angkat, pembinaan oleh BUMN, kontak bisnis, kerjasama bisnis dan keterkaitan bisnis) dan (6) konsultasi dan evaluasi untuk menangani permasalahan mendasar seperti lemahnya SDM, kurangnya akses pemasaran, kurangnya akses permodalan, kurangnya akses teknologi dan lemahnya kelembagaan. 1.
Pengertian Pembelanjaan Perusahaan Untuk dapat menjalankan usaha setiap perusahaan membutuhkan dana.
Dana diperoleh dari pemilik perusahaan maupun dari utang. Dana yang diterima oleh perusahaan digunakan untuk membeli aktiva tetap untuk memproduksi barang dan jasa, membeli bahan-bahan untuk kepentingan produksi dan penjualan, untuk piutang dagang, untuk mengadakan persediaan kas dan membeli surat berharga yang sering disebut efek atau sekuritas baik untuk kepentingan transaksi maupun untuk menjaga likuiditas perusahaan. Sehingga
pengertian Pembelanjaan Perusahaan atau manajemen
perusahaan yang dikemukakan oleh Riyanto (2005) adalah : “ Keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut “. Dengan pengertian pembelanjaan perusahaan di atas, maka ditarik kesimpulan bahwa fungsi-fungsi pembelanjaan tersebut meliputi : a. Fungsi penggunaan dana atau pengalokasian dana Fungsi penggunaan dana harus dilakukan secara efisien, yang
berarti
bahwa setiap rupiah dana yang tertanam dalam aktiva harus dapat digunakan
seefisien mungkin
untuk
dapat
menghasilkan tingkat
keuntungan investasi atau rentabilitas yang maksimal. Fungsi penggunaan
33
dana meliputi perencanaan dan pengendalian penggunaan aktiva baik dalam aktiva lancar maupun aktiva tetap. b. Fungsi pemenuhan kebutuhan dana atau fungsi pendanaan Fungsi pendanaan harus dilakukan secara efisien dan pada prinsipnya pemenuhan kebutuhan dana suatu perusahaan dapat disediakan dari sumber internal perusahaan, yaitu sumber dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan, misalnya dana yang berasal dari keuntungan yang tidak dibagikan atau keuntungan yang ditahan di dalam perusahaan. Di samping itu perusahaan dapat menyediakan sumber dana eksternal meliputi sumber dana yang berasal dari tambahan penyertaan modal dari pemilik atau emisi saham baru, penjualan obligasi, kredit dari bank. 2.
Konsep Strategi Strategi secara umum dapat diartikan sebagai cara untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Mintzberg (1998), pengertian strategi dapat didefinisikan menjadi lima pengertian yaitu plan, ploy, pattern, position dan perspective. Ia berpendapat bahwa di samping merupakan panduan tindakan menuju masa depan, maka strategi juga merupakan suatu pola atas langkah-langkah yang dilakukan di masa lalu. Selain itu strategi merupakan alat menciptakan suatu posisi dalam konteks lingkungannya (strategy is positioning), dan untuk memperoleh dan mempertahankan posisi tersebut, perusahaan memerlukan perilaku kolektif yang fundamental dalam melakukan segala sesuatu (strategy is perspective). Menurut Pearce dan Robinson (1994), manajemen strategi merupakan sekumpulan keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan yang berakhir pada formulasi dan implementasi dari rencana yang didesain untuk mencapai tujuan suatu perusahaan. Menurut Thomson and Strickland (2003), proses manajemen strategik terdiri atas lima langkah manajerial yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu (1) Mengembangkan suatu visi strategik dan
misi bisnis, (2)
Menetapkan tujuan, (3) Merancang strategi untuk mencapai tujuan, (4)
34
Implementasi dan eksekusi strategi serta (5) Evaluasi kinerja, memonitor perkembangan baru, dan melakukan penyesuaian-penyesuaian. Menurut Porter (1993), strategi dapat dikembangkan secara eksplisit melalui perencanaan maupun secara implisit melalui berbagai kegiatan. Namun demikian terdapat kenyataan yang menunjukkan bahwa ada manfaat besar yang akan diperoleh melalui proses merumuskan strategi secara eksplisit, karena hal ini akan lebih memudahkan untuk melakukan koordinasi secara fungsional dan terarah menuju seperangkat tujuan bersama. Dari beberapa definisi strategi di atas dapat disimpulkan bahwa strategi adalah suatu kesatuan kegiatan suatu perusahaan dengan menggunakan seperangkat keputusan dan kegiatan yang dikelola secara manajerial dalam rangka untuk mencapai tujuan/misi perusahaan. Manajemen strategik merupakan suatu filosofi, perspektif atau cara pengelolaan suatu perusahaan yang memberikan konsep diri, secara spesifik, pedoman dan konsistensi dalam pembuatan keputusan. Konsep ini diperlukan untuk melihat dan menganalisis perubahan lingkungan, mengadopsi dan mengambil keputusan tentang tindakan yang harus dilakukan yang pada akhirnya diwujudkan dalam bentuk tindakan implementasi. Menurut Pearce and Robinson (1994), manfaat penggunaan manajemen strategik adalah : (1) meningkatkan kemampuan perusahaan untuk menghindari atau menghadapi masalah-masalah yang akan timbul dalam perusahaan; (2) memperoleh alternatif yang terbaik di antara alternatifalternatif yang tersedia; (3) memberi pengertian/informasi yang jelas kepada para karyawan, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan motivasi karyawan; (4) jarak antara individu atau tim dapat dikurangi atau dihindari, sehingga dapat menimbulkan satu kesatuan pendapat di antara masing-masing individuatau tim; (5) mengurangi sikap konflik terhadap perubahan-perubahan kebijaksanaan yang dilakukan perusahaan dan (6) sebagai alat kontrol dan evaluasi atas kinerja perusahaan.
35
Secara sederhana model dari manajemen strategi dapat dilihat pada Gambar 4. VISI, MISI DAN FALSAFAH PERUSAHAAN ANALISIS EKSTERNAL & INTERNAL PERUSAHAAN ANALISIS PILIHAN STRATEGI SASARAN JANGKA PANJANG DAN STRATEGI INDUK SASARAN JANGKA PENDEK DAN STRATEGI OPERASIONAL PERENCANAAN, PELAKSANAAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI
Gambar 4. Bagan sederhana manajemen strategi (Umar, 1999) Tabel 4. Beberapa aspek penting strategi korporat, unit bisnis dan fungsional Tingkat Strategi KORPORAT
Pilihan Strategi - Growth strategy - Stability strategy - Rentrenchment strategy - Extending the core business - Reconceiving the core business
UNIT BISNIS
- Generic strategy - Locating the core business - Distinguishing the core business - Elaborating the core business FUNGSIONAL - Distinguishing the core business
Isu yang menjadi perhatian - Membangun dan mengembangkan portofolio bisnis yang memiliki kinerja bagus - Meraih sinergi antar unit bisnis terkait dan mengubahnya menjadi keunggulan bersaing - Mengembangkan prioritas investasi dan menyalurkan sumber daya korporat ke arah bisnis yang paling menarik - Mencari pendekatan agar sukses dalam bersaing - Memberi tanggapan terhadap perubahan lingkungan bisnis - Menyatukan prakarsa strategik departemen fungsional - Membentuk pendekatanpendekatan untuk mendukung strategi bisnis dan meraih kinerja fungsional
Sumber : Diadopsi dari Thompson and Strickland III 2003 dan Mintzberg, 1998
36
Secara rinci ketiga tingkatan strategi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Strategi korporat menjelaskan arah perusahaan dalam kaitannya dengan kebijakan umum dalam pertumbuhan dan pengelolaan berbagai bisnis dan lini produk untuk mencapai keseimbangan dalam portfolio produk dan jasa. Strategi korporat merupakan pola keputusan menyangkut jasa bisnis yang dilakukan perusahaan, aliran keuangan dan sumber daya lain dari divisi yang ada serta hubungan antara perusahaan dengan lingkungannya. Strategi korporat terdiri dari growth, stability dan retrenchment. b. Strategi bisnis menekankan pada peningkatan posisi produk dan jasa yang ditawarkan divisi-divisi tertentu dalam persaingan suatu industri atau segmen pasar tertentu. Divisi-divisi yang berkarakteristik relatif sama diorganisir dalam Strategic Bussiness Unit (SBU) yang sama. Manajemen puncak biasanya memperlakukan SBU sebagai unit yang semi otonomi dengan kewenangan untuk mengembangkan strateginya sendiri, namun masih dalam kerangka tujuan dan strategi perusahaan. Strategi bisnis hendaknya mengintegrasikan kegiatan fungsional, sehingga tujuan unit bisnis dapat tercapai. c. Strategi fungsional mempunyai titik berat memaksimalkan produktivitas sumber daya. Unit-unit kerja fungsional mengembangkan strateginya di antara batasan yang ada dalam strategi tingkat korporat dan bisnis dengan mengkombinasikan kegiatan dan kompensasi untuk meningkatkan kinerja. 3.
Analisis Eksternal dan Internal Misi perusahaan sangat sulit untuk direalisasikan jika tidak berinteraksi
dengan lingkungan eksternalnya (Gambar 5), sehingga pengenalan dan penganalisaan lingkungan eksternal menjadi sangat penting, terutama bila kondisi lingkungan eksternal itu berada di luar jangkauan organisasi untuk mengendalikannya. Lingkungan eksternal tersebut agar dapat dianalisis dan dapat dimanfaatkan, maka harus dipilah-pilah menjadi beberapa kelompok.
37
Macro Environment Economic
Demographic
Industry Environment Competitor Customers Suppliers FIRM Substitute Social
Global Political/Legal Technological
Gambar 5. Lingkungan eksternal perusahaan (Hill and Jones, 1990) Pada Gambar 5, lingkungan eksternal perusahaan pembagiannya sebagai berikut : a.
Lingkungan eksternal yang mempunyai dampak pada proses manajerial dan operasional perusahaan, tetapi sumber dampak berada di luar organisasi yang biasanya timbul bukan karena masalah di dalam organisasi. Yang termasuk di dalam golongan ini adalah faktor ekonomi dan perdagangan, politik nasional, perubahan nilai-nilai sosial dan budaya serta kemajuan teknologi.
b. Lingkungan internal mempunyai dampak langsung pada operasional berbagai strategi dan kebijakan perusahaan, yang umumnya dapat dikendalikan atau paling tidak dipengaruhi oleh perusahaan, seperti nilai kompetitif perusahaan, sikap dan perilaku konsumen, situasi pasar kerja dan para pemegang saham. c. Lingkungan industri di mana bisnis perusahaan berada merupakan lingkungan yang tidak dapat dikendalikan tetapi dapat berpengaruh langsung atau tidak langsung pada perusahaan. Menurut Porter (1993) dalam menganalisis lingkungan industri digunakan Five Force Model pada Gambar 6, yang dapat mempengaruhi persaingan industri, yaitu ancaman masuknya pendatang baru, kekuatan tawar menawar pembeli,
38
kekuatan tawar menawar pemasok, tekanan dari produk atau jasa pengganti dan tingkat persaingan di antara perusahaan sejenis yang telah ada. Pemain Baru Kekuatan Pemasok
Persaingan Industri
Kekuatan Pembeli
Produk Pengganti Gambar 6. Model five force model (Porter, 1993) Kelima komponen The Five Force Of Competition tersebut, selain merupakan alat analisis untuk mengukur tingkat persaingan dalam suatu industri, juga merupakan alat analisis yang cukup komprehensif untuk menilai menarik tidaknya suatu industri (Porter, 1993). a. Tingkat persaingan antar pemain dalam satu industri (Rivalry Among Existing Firms) Rivalitas di kalangan pesaing yang ada berbentuk perlombaan untuk mendapatkan posisi dengan menggunakan taktik-taktik seperti persaingan harga, peran iklan, introduksi produk dan meningkatkan pelayanan atau jaminan kepada pelanggan (Porter, 1993). Persaingan terjadi karena satu atau lebih pesaing merasakan adanya tekanan atau melihat peluang untuk memperbaiki posisi. Dalam hal ini tingkat persaingan antar pemain dalam suatu industri merupakan fungsi dan bagaimana ketatnya kompetitor mengimplementasikan strategi, serta taktiknya. b. Potensi masuknya pemain baru dalam suatu industri (The Threat of New Entrants) Masuknya pemain baru merupakan ancaman terhadap pemain yang sudah ada karena masuknya pemain baru akan menambah kapasitas baru, keinginan untuk merebut bagian pasar dan sumber daya yang besar untuk bersaing. Tingginya tingkat persaingan dengan masuknya pemain baru tergantung pada dua faktor, yaitu hambatan masuk dan reaksi yang diharapkan
39
oleh pemain yang sudah ada terhadap pemain baru. Hambatan masuk antara lain dapat berasal dari economies of scale, differensiasi produk, kebutuhan modal, biaya beralih pemasok (switching cost), kebijakan pemerintah dan kemampuan menyesuaikan teknologi
(Porter, 1993).
c. Tersedianya barang substitusi (Competitive Presure from Substitute Products) Menurut Thomson and Strickland III (2003), perusahaan dalam suatu industri seringkali tidak hanya menghadapi persaingan dengan sesama perusahaan dalam industri yang sama, namun dapat juga terjadi dengan perusahaan dalam industri yang lain yang menghasilkan barang substitusi. Produk-produk pengganti yang perlu mendapatkan perhatian besar adalah produk-produk yang (1) mempunyai kecenderungan untuk memiliki harga atau prestasi yang lebih baik dibanding dengan produk industri dan (2) dihasilkan oleh industri yang berlaba tinggi (Porter, 1993). d. Posisi tawar (Bargaining Power) dari pemasok. Pemasok mempunyai posisi tawar yang tinggi ketika jumlah mareka sedikit sehingga dengan demikian pemasok dapat menentukan tingkat harga dan kuantitas barang yang harus dibeli oleh pemakai. Sebaliknya posisi tawar pemasok rendah apabila terdapat relatif banyak pemasok di pasar dan tersedia banyak barang substitusi (Thompson and Strickland III, 2001). e. Posisi tawar (Bargaining Power) dari pembeli Pembeli mempunyai posisi tawar yang tinggi tergantung pada banyak faktor, salah satunya adalah pembelian dalam jumlah besar memungkinkan pembeli untuk memperoleh harga yang kompetitif. Disamping itu, banyaknya jumlah penjual dan switching cost juga merupakan faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya posisi tawar pembeli (Porter, 1993). 4.
Faktor-faktor Kunci Keberhasilan (Key Success Factors) Agar strategi yang diterapkan berhasil maka manajemen perlu
memahami Key Success Factors suatu strategi. Key success factor menurut Thompson and Strickland (2003) adalah faktor-faktor yang paling mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk berhasil baik dalam pasar,
40
unsur-unsur strategi khusus, resources, product atributes, competencies, kemampuan bersaing dan hasil-hasil bisnis yang menghasilkan perbedaan antara profit atau kerugian, serta pada akhirnya antara keberhasilan ataupun kegagalan dalam bersaing. Menurut Thompson and Strickland (2003), beberapa Key Success Factors, antara lain : (1) Technology Related: Keahlian riset, kemampuan teknis, kemampuan inovasi dan produk; (2) Manufacturing Related: Tingkat penggunaan Fixed asset yang tinggi, produktivitas tenaga kerja yang tinggi dan low-cost production efficiency; (3) Distribution-Related: Biaya distribusi yang rendah, jaringan distribusi yang kuat, dan waktu pengiriman yang pendek; (4) Marketing Related: Advertising, lini produk yang luas dan pelayanan purna jual; (5) Skill Related: Inovasi produk, keahlian dalam penguasaan teknologi tertentu dan quality control know how dan (6) Organizational capability: sistem informasi Superior, kemampuan yang cepat dalam merespos perubahan pasar. Manfaat dari identifikasi key success factor (KSF) adalah untuk memberikan penilaian faktor apa yang menjadi kunci kekuatan penting untuk dapat sukses dalam suatu strategi. 5.
Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi Pelaksanaan tidak akan efektif bila tidak didahului oleh adanya
perencanaan. Perencanaan yang baik mengandung azas-azas untuk mencapai tujuan yang realistis dan wajar, efisien serta merupakan cerminan dari strategi dan kebijakan perusahaan. Setelah perencanaan dibuat berupa yang umum, maka dilanjutkan dengan bentuk yang lebih rinci dalam bentuk program kerja dengan menyiapkan sumber daya yang dibutuhkan. Pengendalian dan pengawasan dimaksudkan untuk menjamin bahwa semua kegiatan yang diselenggarakan oleh perusahaan hendaknya didasarkan pada rencana yang telah disepakati sehingga tidak menyimpang atau keluar dari batas-batas toleransi. Bila terjadi penyimpangan kerja dari rencana yang ada dan memang disebabkan oleh salah asumsi atau hal-hal lainnya yang bersifat uncontrollable, maka perlu dilakukan adanya revisi terhadap rencana.
41
Proses pengendalian juga penting untuk menjaga agar kegiatan kerja tersebut dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien. Persyaratan strategi yang baik adalah dapat diimplementasikan dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Implementasi strategi berkaitan dengan usaha untuk memastikan bahwa strategi yang dipilih adalah yang terbaik dan memiliki keterpaduan antara tujuan-tujuan strategik dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan. 6.
Analisis SWOT Analisis SWOT berguna untuk mengetahui kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Analisis SWOT adalah sebuah identifikasi yang sistematik dari faktor-faktor yang telah dikemukakan dan juga strategi yang mewakili kecocokan antara keduanya. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif memaksimalkan kekuatan dan peluang dari perusahaan dan meminimalkan kelemahan dan ancaman perusahaan (Pearce and Robinson, 1994). Sejalan dengan pendapat tersebut, Kotler (1997) pun menyebutkan bahwa analisis SWOT ini dibuat atas dasar bahwa penyusunan strategi harus bertujuan pada usaha menciptakan good fit antara kemampuan sumber daya perusahaan dengan kondisi eksternalnya. Secara umum dikatakan kekuatan, apabila kondisi internal tersebut menjadi pendorong keberhasilan perusahaan dan kelemahan, apabila kondisi internal tersebut menjadi penghambat perusahaan. Sedangkan definisi peluang adalah situasi dimana dengan adanya permintaan pasar memungkinkan perusahaan dapat meningkatkan volume penjualan dan dikatakan ancaman apabila masalah yang dihadapi secara khusus. Secara umum dikatakan peluang,
apabila
kondisi
eksternal
menjadi
pendorong
keberhasilan
perusahaan dan ancaman, apabila kondisi eksternal menjadi penghambat keberhasilan perusahaan. Matriks
Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats
(SWOT)
merupakan matching tools yang penting untuk membantu para manajer dalam mengembangkan empat tipe strategi. Keempat tipe strategi tersebut adalah :
42
a. SO Strategies : dimana kekuatan internal perusahaan digunakan untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar perusahaan. b. WO Strategies : bertujuan untuk memperkecil kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal. c. ST Strategies : dimana perusahaan berusaha agar mampu menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal. d. WT Strategies : merupakan taktik untuk bertahan yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan-kelemahan internal dan menghindar dari ancamanancaman lingkungan. Tahap dalam membentuk Matriks SWOT adalah : (1) membuat daftar peluang kunci eksternal perusahaan; (2) membuat daftar ancaman kunci eksternal perusahaan; (3) membuat daftar kekuatan kunci internal perusahaan; (4) membuat daftar kelemahan kunci internal perusahaan; (5) mencocokkan kekuatan-kekuatan internal dan peluang-peluang eksternal dan catat hasilnya dalam sel SO Strategies; (6) mencocokkan kelemahan-kelemahan internal dan peluang-peluang eksternal dan catat hasilnya dalam sel WO Strategies; (7) mencocokkan kekuatan-kekuatan internal dan ancaman-ancaman eksternal dan catat hasilnya dalam sel ST Strategies dan (8) mencocokkan kelemahankelemahan internal dan ancaman-ancaman eksternal dan catat hasilnya dalam sel WT Strategies. Setelah itu hasil dari analisis SWOT dapat dihitung melalui pembobotan secara kuantitatif sesuai dengan model Urban and Star (1991) dan hasilnya akan dipetakan untuk mendapatkan alternatif strategi yang terbaik. Dalam melakukan kuantifikasi, hasil analisis di atas dilakukan pembobotan, dimana faktor kekuatan dan kelemahan dibandingkan dengan pesaing dengan memberi tanda (-2) untuk sangat lebih buruk, (-1) untuk lebih buruk, (0) untuk kondisi perusahaan yang sama dengan pesaing, (+1) untuk posisi yang lebih baik dari pesaing dan (+2) untuk kondisi yang sangat lebih baik dibanding pesaing. Lebih jelasnya seperti pada Tabel 5.
43
Tabel 5. Pembobotan kekuatan dan kelemahan (Urban dan Star, 1991) Bobot (a)
Peubah
-2
-1
Rating (b) 0
Nilai (a x b) 1
2
Total Keterangan : -2 = sangat lebih buruk; -1 = lebih buruk; 0 = sama dengan pesaing; 1= lebih baik; 2 = sangat lebih baik Untuk faktor eksternal perusahaan yang berupa ancaman dan peluang bisnis yang ada, dilakukan rating pada peubah-peubah yang memiliki pengaruh sangat kecil, kecil, besar atau sangat besar bila dibandingkan dengan pesaing. Untuk ancaman pembobotannya adalah faktor ancaman yang sangat kecil diberi tanda (-1), ancaman yang kecil diberi tanda (-2), ancaman yang besar (-3) dan kondisi ancaman yang sangat besar diberi tanda (-4). Sedangkan untuk faktor peluang pembobotannya adalah (+1) untuk peluang yang sangat kecil (+2) peluang yang kecil, (+3) peluang yang besar dan (+4) peluang yang sangat besar. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7. Tabel 6. Pembobotan ancaman (Urban dan Star, 1991) Peubah
Bobot (a) -1
Rating (b) -2 -3
Nilai (a x b) -4
Total Keterangan: -1 = sangat kecil; -2 = kecil; -3 = besar; -4 = sangat besar Tabel 7. Pembobotan peluang (Urban dan Star, 1991) Peubah
Bobot (a) +1
Rating (b) +2 +3
Nilai (a x b) +4
Total Keterangan : +1 = sangat kecil; +2 = kecil; +3 = besar; +4 = sangat besar Dari hasil analisis faktor-faktor tersebut dapat ditentukan kombinasi dari kedua
faktor
dengan
membandingkan
antara
faktor
eksternal
dan
internal,sehinggga dapat ditentukan suatu strategi yang sesuai dengan kondisi
44
yang ada. Hasil dari pembobotan dapat dipetakan menurut Porter (1993) seperti dimuat pada Gambar 7. Kekuatan Kuadran III
Kuadran I
Mendukung Strategi
Mendukung Strategi
Turn Arround
Pertumbuhan Peluang
Ancaman Mendukung Strategi
Mendukung Strategi
Defensif
Diversifikasi
Kuadran IV
Kelemahan
Kuadran II
Gambar 7. Analisis SWOT (Porter, 1993)
45
III.
METODOLOGI KAJIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat dan waktu penelitian dilakukan di Divisi Usaha Syariah pada salah satu Bank Syariah di Jakarta dari bulan November 2007 s/d April 2008.
B. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah : a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh melalui interview pada Divisi Usaha Syariah Bank Syariah yang berupa data kinerja pembiayaan UKM dari 10 kantor cabang, struktur organisasi Divisi Syariah dan kegiatan bisnis Divisi Usaha Bank Syariah. b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dari buku-buku literatur, dan lain-lain. Dalam mendapatkan bahan dan data, digunakan metode pengumpulan data berikut : 1. Library Research (Penelitian Kepustakaan) Penelitian kepustakaan ini dilakukan untuk mengumpulkan data-data tertentu berupa buku-buku, majalah, surat kabar, buletin, brosur dan artikel yang merupakan sumber ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kebijakan pembiayaan dengan prinsip syariah. 2. Field Research (Penelitian Lapangan) Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung pada Divisi Usaha Bank Syariah. Data dan informasi yang diambil dari perusahaan adalah : (a) Deskripsi Divisi Usaha Syariah Bank Syariah; (b) Kegiatan Bisnis Divisi Usaha Syariah Bank Syariah; (c) Sejarah Singkat
Kantor Cabang Bank Syariah; (d) Struktur Organisasi Divisi
Usaha Bank Syariah dan (e) Laporan Pembiayaan UKM Divisi Usaha Bank Syariah .
46
Di dalam pelaksanaan penelitian lapangan, digunakan teknik-teknik berikut : 1. Wawancara (interview), yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab antara penulis dengan Unit Penyelia Bisnis dan Pengembangan Jaringan di Divisi Usaha Syariah yang memiliki data yang berhubungan dengan masalah yang dikaji. 2. Pengamatan (observasi), yaitu suatu pengamatan secara langsung terhadap masalah yang dikaji dan penyebaran kuesioner dengan maksud untuk memperoleh keterangan-keterangan selama kajian.
C. Metode Analisis Data Metode analisis yang dilakukan adalah deskriptif analitis, yaitu membuat gambaran mengenai strategi pembiayaan UKM pada bank syariah dan memaparkan data secara relevan. Dalam kajian ini hanya menggunakan dua indikator yaitu rasio pertumbuhan dan rasio ROA yaitu : 1. Rasio Pertumbuhan, masing-masing : % Pertumbuhan Pembiayaan Syariah = Total Pembiayaan Syariah Th.N –Total Pembiayaan Syariah Th.N-1 Total Pembiayaan Syariah Th. N-1 2. Rasio Profitabilitas, masing-masing : Return On Average Assets (ROA) = .
Laba (Rugi) Total Aktiva
.
Hal ini disebabkan karena bank syariah memiliki kekhasan di dalam penyaluran pembiayaan kepada UKM dengan menggunakan prinsip bagi hasil. Semakin tingginya rasio pertumbuhan dan rasio ROA, maka kinerja pembiayaan UKM pada Bank Syariah semakin baik. Implementasi strategi pembiayaan dianalisis dengan metode analisa SWOT (Rangkuty, 1999). Berdasarkan metode analisa SWOT dengan mempertimbangkan bobot dan rating secara kuantitatif yang diperoleh dari hasil wawancara/pendapat dengan pihak manajemen Divisi Usaha Syariah yaitu Unit Penyelia Bisnis dan Pengembangan Jaringan, maka diperoleh hasil perhitungan bobot dan rating untuk matriks faktor internal dan faktor eksternal.
47
D. Pengolahan dan Analisis Data Analisis data, dilakukan dengan mengumpulkan data secara langsung dari Divisi Usaha Syariah Bank Syariah. Data yang dikumpulkan meliputi laporan pembiayaan UKM tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. Dengan adanya data yang diperoleh di atas, maka membantu dasar pembuatan analisis, khususnya pembiayaan syariah terhadap profitabilitas yang diperoleh Bank Syariah. Dalam hal ini analisa hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan adalah merupakan
dasar untuk dapat
menginterprestasikan kondisi keuangan dan hasil operasional Bank Syariah. Angka-angka rasio tersebut di atas, selanjutnya dijadikan dasar penilaian pembiayaan syariah terhadap profitabilitas yang diperoleh Bank Syariah. Metode analisis data ini sudah barang tentu bukan merupakan solusi terbaik bagi Bank Syariah, namun demikian perlu dipertimbangkan, karena dapat menjadi salah satu alternatif bagi perencanaan peningkatan profitabilitas di masa mendatang, dengan tetap mempertahankan kondisi dan potensi yang baik serta berkesinambungan. Implementasi strategi Bank Syariah dianalisis dengan analisis SWOT berguna untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Analisis SWOT adalah sebuah identifikasi yang sistematik dari faktor-faktor yang telah dikemukakan dan juga strategi yang mewakili kecocokan antara keduanya. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif memaksimalkan kekuatan dan peluang dari perusahaan, serta meminimalkan kelemahan dan ancaman perusahaan.
48
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkembangan Bank Syariah di Jakarta Laju pertumbuhan perbankan syariah di tingkat global tak diragukan lagi. Aset lembaga keuangan syariah di dunia diperkirakan mencapai 250 miliar dollar AS, tumbuh rata-rata lebih dari 15 persen per tahun. Di Indonesia, volume usaha perbankan syariah selama lima tahun terakhir rata-rata tumbuh 60 persen per tahun. Tahun 2005, perbankan syariah Indonesia membukukan laba Rp 238,6 miliar, meningkat 47 persen dari tahun sebelumnya. Meski begitu, Indonesia yang memiliki potensi pasar sangat luas untuk perbankan syariah, masih tertinggal jauh di belakang Malaysia. Tahun 2005, perbankan syariah Malaysia mencetak profit lebih dari satu miliar ringgit (272 juta dollar AS). Akhir Maret 2006, aset perbankan syariah di negeri jiran ini hampir mencapai 12 persen dari total aset perbankan nasional. Sedangkan di Indonesia, aset perbankan syariah periode Maret 2006 baru tercatat 1,40 persen dari total aset perbankan. Bank Indonesia memprediksi, akselerasi pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia baru akan dimulai tahun ini (Bank BNI Syariah, 2007). Bank syariah membentuk Tim Cabang Syariah pada bulan November 1999 berdasarkan Undang-Undang No.10 tahun 1998, SK Direksi BI No.32/33/Kep/Dir tanggal 12 Mei 1999 yang berisi tentang Bank Umum berdasarkan prinsip syariah, perubahan kegiatan usaha, dan pembukaan Kantor Cabang Syariah, dan SK Direksi BI No.32/34/Kep/Dir Tanggal 12 Mei 1999 yang berisi tentang Bank Umum berdasarkan prinsip syariah. Setelah secara matang dirumuskan selama 5 bulan maka pada bulan April tahun 2000 dibentuklah Unit Usaha Syariah (UUS) dengan kedudukan pemimpin setingkat wakil pemimpin divisi dimana jabatan Pemimpin UUS dirangkap oleh wakil Divisi Pemasaran Ritel (PMR). Pada bulan Juli 2002 UUS diganti menjadi USY (Unit Syariah) dengan kedudukan pemimpin setingkat pemimpin divisi. Pada bulan Oktober 2003 Bank syariah mendapat predikat The Most Profitable Islamic Bank. Pada bulan Juli 2004 USY ditetapkan sebagai SBU Syariah Banking dan Finance Services. Beberapa alasan pembukaan Bank syariah adalah : (1) tiga puluh persen (30%) dari masyarakat Indonesia menolak sistem bunga; (2) landasan operasional perbankan syariah sudah kuat; (3) masih terbatasnya kompetitor
49
dan (4) respons dan kepercayaan masyarakat yang besar atas kehadiran bank syariah. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia bahwa setiap unit usaha syariah diwajibkan membentuk Dewan Pengawas Syariah (DPS) sebagai pengawas operasional unit syariah, maka di Kantor Pusat dibentuk Dewan Pengawas Syariah. Kedudukan DPS ini sejajar dengan Dewan Komisaris yang bersifat independen dan bertanggungjawab ke Dewan Syariah Nasional (DSN) di bawah MUI, di samping itu sesuai dengan pasal 17a dalam Akta Keputusan RUPSLB no. 43 tanggal 30 Juni 1999 dan RUPS pada bulan Februari 2000 penempatan anggota DPS harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari RUPS atau RUPS memberi wewenang kepada direksi untuk menempatkan anggota DPS. 1. Visi Bank Menjadi universal banking yang kokoh dan terkemuka di Indonesia, dengan menawarkan produk/jasa perbankan yang lengkap, terpadu dan bermutu, baik untuk nasabah individu maupun lembaga di dalam dan luar negeri. Secara konsisten berorientasi pada kepuasan nasabah, memiliki komitmen yang tinggi untuk meningkatkan profesionalisme
dan
kesejahteraan karyawan, berperan aktif dalam pembangunan nasional dan meningkatkan nilai saham perusahaan secara berkesinambungan. 2. Visi Bank Syariah Menjadi bank syariah yang kokoh, terpercaya dan bersahabat di Indonesia, agar dapat memberikan manfaat ekonomi yang terbaik sesuai dengan kaidah, sehingga Insya Allah membawa berkah. 3. Misi Bank Memaksimalkan keinginan-keinginan dari seluruh pihak yang berkepentingan dengan Bank (maximize stakeholder’s value) yang meliputi : (a) kepuasan pemegang saham; (b) kepuasan nasabah; (c) kepuasan manajemen dan karyawan; (d) kepuasan masyarakat dan (e) kepuasan pemerintah. 4. Misi Bank Syariah Secara
istiqomah
(konsisten)
melaksanakan
kaidah
untuk
memberikan manfaat secara berkesinambungan. Dengan layanan yang
50
didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang memiliki sikap perilaku Islami, dan penerapan teknologi informasi yang up to date, Bank Syariah siap menggarap segmen-segmen pasar yang belum terlayani oleh bank konvensional secara optimal. B. Strategi Pengembangan Pembiayaan UKM di Bank Syariah 1. Sasaran dan Strategi Bank Syariah Sasaran utama Bank Syariah melakukan pemisahan diri (spin off) dengan bank induknya pada tahun 2006, namun hal tersebut masih memiliki banyak pertimbangan, di antaranya pertimbangan modal, teknologi dan jaringan yang tersendiri. Agar sasaran dapat terwujud dan mampu bersaing dengan pesaing-pesaingnya bahkan menjadi leader dalam perbankan syariah, maka Bank Syariah menetapkan beberapa sasaran berikut : a. Mengembangkan jaringan syariah melalui pembukaan 3 (tiga) Kantor Cabang Syariah (KCS), 10 (Sepuluh) Kantor Cabang Pembantu Syariah (KCPS) dan 15 (lima belas) Kantor Kas Syariah (KKS) pada daerah-daerah potensial. b. Meningkatkan Penghimpunan dana pihak ketiga sebesar 73,64% dari realisasi tahun 2006. c. Meningkatkan penyaluran pembiayaan syariah dengan pertumbuhan sebesar 7% setiap tahunnya. d. Memelihara kualitas pembiayaan syariah 97%. e. Meningkatkan pendapatan pembiayaan syariah 54-62% dari perkiraan realisasi tahun 2006. f. Meningkatkan pendapatan operational lain (Inc. fee base) 50,45% dari perkiraan realisasi tahun 2006. g. Meningkatkan kinerja cabang-cabang syariah, sehingga rugi laba 12 cabang syariah tersebut masing-masing positif. Beberapa strategi Divisi Usaha Syariah ditetapkan untuk mendukung pencapaian sasaran yang telah ditetapkan pada Tabel 8.
51
Tabel 8. Strategi Divisi Usaha Syariah Bank SASARAN
1. Mengembangkan
2.
jaringan syariah melalui pembukaan 3 Kantor Cabang Syariah (KCS), 10 Kantor Cabang Pembantu Syariah (KCPS) dan 15 Kantor Kas Syariah (KKS) pada daerah-daerah potensial. Meningkatkan Penghimpunan dana pihak ketiga sebesar 73,64% dari realisasi tahun 2006.
STRATEGI
1. Melakukan kajian dan studi kelayakan daerah yang potensial untuk pembukaan KCS, KCPS dan KKS.
2. Melakukan kajian dengan divisi/unit terkait untuk operational KCS, KCPS dan KKS.
3. Melakukan koordinasi dengan divisi terkait untuk persiapan pembukaan KCS, KCPS dan KKS.
1. Melakukan 2. 3.
4. 5. 3. Meningkatkan
penyaluran pembiayaan syariah dengan pertumbuhan 7% setiap tahunnya.
1. 2. 3. 4.
4. Memelihara mutu
5. 1. Meningkatkan monitoring atas kinerja debitur/mudharib
pembiayaan syariah 97%
2. 3. 5. Meningkatkan pendapatan pembiayaan syariah 54,62% dari perkiraan realisasi tahun 2006.
sosialisasi secara terfokus dan berkesinambungan, dengan fokus pengenalan produkproduk syariah. Mengadakan kerjasama yang saling menguntungkan dengan pihak luar yaitu, perguruan tinggi, yayasan Islam, pondok pesantren dan instansi potensial lainya. Meningkatkan fitur tabungan dan ATM Syariahplus sesuai dengan kebutuhan masyarakat seperti Bill Payment, Auto debet pembayaran Zakat Infaq Shadaqoh (ZIS) dan pemanfaatan phoneplus. Mengembangkan skim produk simpanan valas (giro valas). Melakukan penyempurnaan Buku Pedoman Dana dan Jasa Syariah. Melakukan penyaluran pembiayaan ke sektor-sektor yang menguntungkan dan meningkatkan portfolio pembiayaan mudharabah (10% dari total pembiayaan). Mengembankan produk pembiayaan syariah yaitu, produk gadai/rahn dan Kartu Kredit Syariah. Mengembangkan portfolio pembiayaan, sehingga rasio pembiayaan ritel dan non ritel menjadi 70:30. Melakukan penyempurnaan Buku Pedoman Pembiayaan Syariah. Melakukan monitoring kinerja secara periodik.
1. 2.
dan mengupayakan kepatuhan mudharib memenuhi kewajibannya. Melakukan evaluasi terhadap implementasi sisdur dan produk pembiayaan. Memberikan arahan kepada cabang mengenai usaha yang menguntungkan dan sesuai dengan prinsip syariah. Melakukan negosiasi dengan mudharib secara optimal dan saling menguntungkan untuk memperoleh margin/keuntungan yang maksimal. Melakukan pricing strategy yang bersaing dengan tetap memberikan profit.
52
Lanjutan Tabel 8. SASARAN
6. Meningkatkan
pendapatan operational lain (Inc. fee base) 50,45% dari perkiraan realisasi tahun 2006.
STRATEGI
1. Mengoptimalkan penggunaan secondary reserve. 2. Melakukan pengkajian dan pengembangan produk dana dan jasa lainnya.
3. Meningkatkan upaya cross selling untuk meningkatkan jumlah nasabah dan pendapatan.
7. Meningkatkan kinerja 12 (dua belas) cabang syariah, sehingga laba/rugi masingmasing cabang syariah tersebut positif.
1. Memenuhi sarana dan prasarana logistik secara memadai guna menjamin kelancaran operasional cabang-cabang syariah.
2. Melakukan monitoring dan supervise aktivitas cabang syariah, sehingga dapat berjalan sesuai dengan rencana kerja dan anggaran, serta tercapainya target cabang.
3. Melakukan kerjasama dengan Divisi Teknologi dalam menyediakan teknologi perbankan syariah untuk menjamin kelancaran, kecepatan dan akurasi, serta keamanan transaksi cabang-cabang syariah.
4. Bekerjasama dengan Divisi Sumber Daya Manusia maupun lembaga lain yang berkompeten untuk melakukan pemenuhan kebutuhan dan peningkatan kemampuan SDM Bank Syariah.
5. Meningkatkan mutu dan kecepatan pelayanan dengan Indeks Kerja Pelayanan (IKP) minimal 7.
Untuk mencapai sasaran tersebut maka diperlukan adanya strategi yang memberikan arah yang mendasar dalam pengambilan keputusan strategik serta upaya yang jelas dan terkoordinasi dengan baik. Strategi Bank Syariah yang telah dikemukakan di atas merupakan bentuk pengambilan keputusan bagaimana masing-masing sasaran dapat dicapai.
2. Program dan Pelaksanaan Strategi Untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan, dibuat beberapa tahap pencapaian sasaran, dimana untuk mencapai setiap sasaran tersebut ditetapkan strategi-strategi pendukung. Agar strategi-strategi tersebut dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka dibuat program-program pelaksanaan sebagai langkah-langkah konkrit dalam upaya pencapaian sasaran sesuai dengan yang diharapkan seperti termuat pada Tabel 9.
53
Tabel 9. Program dan Pelaksanaan Strategi Strategi
1. Melakukan kajian dan studi
a.
kelayakan daerah potensial untuk pembukaan KCS, KCPS dan KKS.
b. c.
2. Melakukan kajian dengan divisi/unit terkait untuk operasional KCS, KCPS dan KKS.
a. b. c.
3. Melakukan koordinasi dengan divisi terkait untuk persiapan pembukaan KCS, KCPS dan KKS.
a. b. c. d.
4. Melakukan sosialisasi secara terfokus dan berkesinambungan dengan fokus pengenalan produkproduk syariah.
a. b. c. d.
5. Mengadakan kerjasama yang saling menguntungkan dengan pihak luar.
a. b. c.
Program pelaksanaan Sasaran 1 Mengumpulkan data potensial daerah untuk mendapatkan daerah/lokasi potensial untuk pengembangan bisnis. Meminta masukan dari segenap cabang syariah tentang cost and benefit yang berkaitan dengan daerah/lokasi yang akan dibuka KCS, KCPS dan KKS. Membuat studi kelayakan pasar di beberapa daerah guna mengetahui prospek pengembangan perbankan syariah di daerah/lokasi tersebut. Melakukan diskusi bersama dengan unit terkait berkenaan dengan rencana pembukaan KCS, KCPS dan KKS. Meemantau operasional KCS, KCPS dan KKS yang paling efisien. Mempersiapkan system jaringan dan teknologi untuk mendukung operational KCS, KCPS dan KKS bersama sama dengan Divisi Teknologi. Menyampaikan usulan pembukaan KCS, KCPS dan KKS kepada direksi. Melaksanakan persiapan gedung/ruangan KCS, KCPS dan KKS (renovasi dan lain-lain). Mengajukan permohonan ijin pembukaan KCS, KCPS dan KKS kepada Bank Indonesia. Melaksanakan pembukaan KCS, KCPS dan KKS. Sasaran 2 Melakukan kegiatan promosi melalui media cetak dan elektronik secara sentralisasi/desentralisasi. Berpartisipasi aktif pada kegiatan seminar dan pameran khususnya yang memiliki keterkaitan dengan Bank Syariah. Melakukan kerjasama dengan Bank Konvensional dalam melakukan sosialisasi dan pemasaran produk syariah. Bersama dengan DPS melakukan sosialisasi dan Business Gathering ke daerah-daerah dan cabang-cabang syariah Melakukan inventarisasi target market. Melakukan inventarisasi kebutuhan dan keinginan target market. Melakukan pendekatan ke target market.
6. Meningkatkan fitur tabung-an a. Melakukan koordinasi dengan unit ekstern maupun intern
7.
dan ATM Syariahplus sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Mengembangkan skim produk simpanan valas (giro valas).
b. c. a.
b. c.
untuk mengembangakan fitur dalam ATM Syariah Plus. Melakukan pengembangan sistem bersama. Melakukan sosialisasi dan promosi. Melakukan koordinasi dengan divisi terkait untuk mempersiapkan persyaratan teknologi skim produk simpanan valas (giro valas). Menyusun konsep juklak/BPP produk valas untuk operational Cabang Syariah. Melaksanakan pilot project untuk pengembangan produk simpanan valas bagi UKM yang membutuhkan.
54
Lanjutan Tabel 9. Strategi
8. Melakukan penyempurnaan Buku
a.
Pedoman Dana dan Jasa Syariah. b. c.
9. Melakukan penyaluran pembiayaan ke sektor-sektor yang menguntung-kan dan meningkatkan portfolio pembiayaan mudharabah (10% dari total pembiayaan).
10. Mengembangkan produk pembiayaan syariah yaitu, gadai/rahn dan Kartu Kredit Syariah.
11. Mengembangkan portofolio pembiayaan, sehingga rasio pembiayaan ritel dan non ritel menjadi 70:30.
a. b. c.
a. b. c. d. a. b.
c.
12. Melakukan penyempurnaan Buku Pedoman Pembiayaan Syariah.
a. b. c. d.
13. Melakukan monitoring kinerja secara program dan pelaksanaan strategi periodik.
a. b. c.
14. Meningkatkan monitoring atas
15.
kinerja debitur/mudharib dan mengupayakan kepatuhan mudharib memenuhi kewajibannya. Melakukan evaluasi terhadap implementasi sisdur dan produk pembiayaan.
a. b. c.
Program pelaksanaan Menginventarisasi masukan dari cabang-cabang syariah dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan pembuatan BPP DJS. Membahas BPP DJS yang telah disempurnakan bersama sama dengan Divisi terkait. Menyampaikan buku Pedoman tersebut ke Cabang Syariah. Sasaran 3 Menetapkan sektor-sektor unggulan yang menguntungkan dan sesuai syariah. Melakukan evaluasi terhadap portofolio syariah secara periodik. Menyampaikan kinerja bisnis cabang setiap bulan sebagai gambaran dan dorongan untuk meningkatkan pembiayaan di cabang-cabang. Pengkajian dan pengumpulan data. Product development dan requirement. Piloting dan pembuatan juklak. Implementasi. Melakukan penjajakan sindikasi pembiayaan dengan bank-bank lain. Melakukan evaluasi terhadap produk pembiayaan Bank Bank Syariah dan melakukan studi banding dengan bank lain. Menyusun Juklak untuk operasional bisnis produk pembiayaan yang dikembangkan. Mengumpulkan data yang berkaitan dengan pembuatan buku Pedoman Pembiayaan Syariah. Membahas Buku Pedoman Pembiayaan Syariah. Membahas buku Pedoman yang telah disempurnakan bersama-sama dengan Divisi terkait. Menyampaikan buku Pedoman tersebut ke segenap Cabang Syariah. Sasaran 4 Melakukan laporan/saldo daftar pembiayaan yang disampaikan cabang. Memberikan pengarahan tertulis kepada cabang untuk meningkatkan relationship dengan debitur/mudharib. Meminta perhatian cabang untuk meningkatkan intensitas pemantauan/monitoring, sehingga permasalahan debitur dapat diketahui secara dini. Memantau kolektibilitas pembiayaan cabang setiap bulan. Memberi perhatian khusus dan pengarahan ke cabang atas pembiayaan golongan II yang cenderung meningkat. Meminta cabang melakukan action plan atas pembiayaan NPL.
a. Memantau pelaksanaan pembiayaan agar tidak menyimpang dari sasaran.
b. Meminta fatwa dari Dewan Pengawas Syariah terhadap pelaksanaan operasional yang belum terakomodasi dalam kebijakan dan atau juklak pembiayaan.
55
Lanjutan Tabel 9. Strategi
16. Memberikan arahan kepada cabang-cabang mengenai sektor usaha yang menguntungkan dan sesuai dengan prinsip syariah.
17. Melakukan negosiasi dengan mudharib secara optimal dan saling menguntungkan untuk memperoleh margin/keuntungan yang maksimal.
18. Melakukan strategi harga yang bersaing dengan tetap memberikan laba.
Program pelaksanaan
a. Memberikan pengarahan kepada cabang agar dalam b.
a. b. c. a. b. c. d.
19. Mengoptimalkan penggunaan
a.
secondary reserve. b. c.
20. Melakukan pengkajian dan pengembangan produk dana dan jasa lainnya.
a. b. c. d.
21. Meningkatkan upaya cross selling untuk meningkatkan jumlah nasabah dan pendapatan.
a. b. c.
22. Memenuhi sarana dan prasarana logistik secara memadai guna menjamin kelancaran operasional cabang-cabang syariah.
a. b.
memproses pembiayaan tetap mengacu pada traffic light sektor riil. Pembiayaan lebih diserahkan kepada sektor-sektor unggulan di masing-masing lokasi cabang, serta sektor bisnis yang mempunyai peluang baik dan berorientasi ekspor. Sasaran 5 Menawarkan margin sesuai dengan kondisi bisnis nasabah. Mengoptimalkan pembiayaan dengan skim bagi hasil (mudharabah/musyarakah). Menawarkan margin yang bersaing/menarik, sehingga kemitraan dengan nasabah dapat berkelanjutan atau berkesinambungan. Pemantauan harga pembiayaan bank pesaing baik bank syariah maupun bank konvensional. Menginventarisir usul cabang mengenai kebijakan harga yang berjalan. Membuat memo ke Direksi tentang pengusulan penyesuaian harga pembiayaan yang baru. Menyampaikan ke segenap cabang keputusan harga yang baru. Sasaran 6 Melakukan pemantauan terhadap likuiditas cabang secara periodik. Melakukan penempatan dana menganggur pada instrumen syariah yang menguntungkan. Melakukan kerjasama dengan BPR syariah yang sehat untuk ikut serta dalam pembiayaan sektor riil. Pengkajian inter office product, sehingga memungkinkan bagi hasil antar cabang yang lebih adil. Melakukan koordinasi dengan Divisi Teknologi untuk menerapkan sistem bagi hasil antar cabang secara on line. Melakukan pengkajian penempatan dana lain yang syariah. Melakukan pengkajian produk international syariah yang menguntungkan. Melakukan kajian terhadap produk dan jasa Bank Bank Syariah untuk diterapkan package deal. Memberikan arahan kepada cabang untuk secara aktif melakukan cross selling produk. Melakukan koordinasi dengan divisi terkait untuk menunjang cabang dalam melakukan cross selling. Sasaran 7 Melakukan inventarisasi kebutuhan logistik cabang syariah. Menetapkan standar sarana/prasarana logistik yang digunakan oleh cabang syariah.
56
Lanjutan Tabel 9. Strategi
23. Melakukan monitoring dan supervisi aktivitas cabang syariah, sehingga dapat berjalan sesuai dengan rencana kerja dan anggaran, serta tercapainya target cabang.
a.
b.
c. d.
24. Melakukan kerja sama dengan Divisi Teknologi dalam menyediakan teknologi perbankan syariah untuk menjamin kelancaran, kecepatan dan akurasi, serta keamanan transaksi cabang-cabang syariah.
a.
b.
c. d.
25. Bekerjasama dengan Divisi SDM maupun lembaga lain yang kompeten untuk melakukan pemenuhan kebutuhan dan peningkatan kemampuan SDM Bank Syariah.
26. Meningkatkan mutu dan kecepatan pelayanan dengan IKP minimal 7.
a. b. c.
a. b. c.
Program pelaksanaan Melakukan perkembangan implementasi sistem teknologi yang dipakai dalam menunjang terselenggarannya operasi Bank Syariah. Melakukan kerjasama dengan Divisi Teknologi untuk pembuatan dan perubahan sistem yang digunakan untuk kelancaran operational cabang syariah. Melakukan kunjungan supervisi sesuai skedul. Memantau perkembangan kinerja bisnis cabang setiap bulan. Melakukan kerjasama dengan Divisi Pengendalian Keuangan dalam mengaplikasikan teknologi dan akuntansi Syariah yang sesuai dengan Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Bekerja sama dengan Divisi Pengendalian Keuangan dan Divisi Teknologi dalam implementasi akuntansi syariah ke dalam system otomasi perbankan syariah. Melakukan implementasi teknologi dan akuntansi ke segenap cabang syariah. Memonitor permasalahan-permalahan Daftar Pos Terbuka (DPT) yang timbul dan berupaya mencari solusi untuk memanipulasi permasalahan. Melakukan monitoring terhadap load kerja cabang dan menginventarisasi kekurangan SDM. Melakukan pelatihan secara periodik untuk meningkatkan pemahaman pegawai cabang syariah. Melakukan kerjasama dengan Divisi SDM untuk penempatan pegawai yang berasal dari cabang konvensional. Membuat memo ke Direksi usulan standar kinerja pelayanan Syariah. Menyampaikan keputusan Direksi ke segenap Cabang dan Divisi terkait. Bekerja sama dengan Unit Service Level melakukan sosialisasi.
C. Kinerja Pembiayaan dan Profitabilitas Kinerja pembiayaan UKM difokuskan pada rasio profitabilitas yang diukur berdasarkan ROA dan rasio pertumbuhan berdasarkan perkembangan total pembiayaan dari tahun 2003 - 2007. Dari Gambar 8 terlihat bahwa pada tahun 2007 nilai pembiayaan tertinggi pada sektor UKM melalui Kantor Cabang Bank Syariah adalah Syariah Makassar Rp. 143.108 juta, yang dikuti Syariah Jakarta Timur Rp. 101.276 juta dimana hal ini mencerminkan bahwa pertumbuhan pembiayaan UKM pada kedua Cabang Syariah ini sangat baik
57
dibandingkan Cabang Syariah lainnya. Sedangkan pembiayaan pada sektor UKM terendah pada tahun 2007 adalah Syariah Banjarmasin Rp 71.554 juta.
Makassar Laba Bersih Total Aktiva Total Pembiayaan Padang Laba Bersih Total Aktiva Total Pembiayaan Bandung Laba Bersih Total Aktiva Total Pembiayaan Jakarta Selatan Laba Bersih Total Aktiva Total Pembiayaan Jakarta Timur Laba Bersih Total Aktiva Total Pembiayaan Banjarmasin Laba Bersih Total Aktiva Total Pembiayaan Malang Laba Bersih Total Aktiva Total Pembiayaan Semarang Laba Bersih Total Aktiva Total Pembiayaan Pekalongan Laba Bersih Total Aktiva Total Pembiayaan Yogyakarta Laba Bersih Total Aktiva Total Pembiayaan -
30,000
2003
60,000
2004
90,000
2005
2006
120,000
2007
Gambar 8. Nilai pembiayaan UKM Sumber : Disarikan dari Laporan Pembiayaan UKM pada Bank Syariah
150,000
58
Pada Gambar 9 terlihat bahwa perkembangan pembiayaan syariah pada 10 kantor cabang syariah sangat baik tercermin dari peningkatan pencapaian pembiayaan tahun 2007 dibandingkan tahun 2006. Sedangkan nilai profitabilitas berdasarkan rasio Return On Assets (ROA) secara keseluruhan dari tahun 2003 - 2007 menghasilkan nilai positif yang berarti pembiayaan pada sektor UKM sangat memberikan laba bagi setiap Kantor Cabang Bank Syariah. Pada tahun 2007 nilai rasio ROA tertinggi dan terendah masing - masing adalah Syariah Pekalongan 3,73 % dan Syariah Bandung 0,21 %.
Makassar ROA Padang ROA Bandung ROA Jakarta Selatan ROA Jakarta Timur ROA Banjarmasin ROA Malang ROA Semarang ROA Pekalongan ROA Yogyakarta ROA
0%
5% 2003
10% 2004
2005
15% 2006
20%
2007
Gambar 9. Rasio profitabilitas Sumber : Disarikan dari Laporan Pembiayaan UKM pada Bank Syariah
59
Pada Gambar 10 terlihat perkembangan pertumbuhan pembiayaan syariah secara keseluruhan meningkat baik secara stabil maupun fluktuatif. Sedangkan jika dibandingkan target pertumbuhan sebesar 7% maka pembiayaan kantor cabang syariah telah tercapai kecuali Syariah Banjarmasin (-12,23%). Hal ini disebabkan adanya berpindah sebagian UKM ke Bank Konvensional karena adanya promosi suku bunga yang lebih tinggi dan promosi hadiah di samping keterlambatan saluran distribusi hadiah di Bank Syariah Banjarmasin.
Makassar
Padang
Bandung
Jakarta Selatan
Jakarta Timur
Banjarmasin
Malang
Semarang
Pekalongan
Yogyakarta
-100. %
0%
100% 2004
2005
200% 2006
300%
400%
2007
Gambar 10. Rasio pertumbuhan pembiayaan UKM Sumber : Disarikan dari Laporan Pembiayaan UKM pada Bank Syariah
60
D. Strategi
Pengembangan
Untuk
Meningkatkan
Profitabilitas
Bank Syariah 1. Kondisi Ekonomi dan Lingkungan Kondisi ekonomi dan lingkungan merupakan komponen dari analisis situasi. Berdasarkan Rencana Perusahaan Lima Tahunan Bank Syariah Periode tahun 2003 - 2007 dalam melakukan analisis atas kondisi dan lingkungan diperlukan beberapa indikator sebagai bahan pertimbangannya berikut : a. Kondisi dan Moneter Tahun 2007 merupakan tahun pertumbuhan ekonomi mengingat stabilitas kondisi ekonomi telah terjadi tahun 2006. Adanya Pemilu tahun 2008 dapat memberikan pengaruh negatif pada pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi
Indonesia
pada tahun 2007
diperkirakan sebesar 5,8% - 6,2% dengan adanya inflasi tahun 2007 sebesar 8%. Subsidi BBM tahun 2004 semakin menurun, sehingga memberi tekanan pada inflasi. Masih terbatasnya pertumbuhan sektorsektor yang bersifat income generator (produktif), mengingat tahun 2007 masih merupakan kelanjutan dari masa restrukturisasi korporat. Tahun 2007 trend penerbitan obligasi bagi korporat akan terus berlanjut. BRI, merupakan contoh perusahaan yang menerbitkan obligasi pada tahun 2004. Trend bisnis syariah juga semakin berkembang, antara lain dengan rencana penerbitan obligasi syariah oleh Indofood dan pengembangan bisnis syariah oleh Astra pada tahun 2004. b. Budaya, Sosial dan Politik Pemilu merupakan peristiwa politik terbesar pada tahun 2008 dan menjadi peristiwa sosial yang kontraproduktif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada Pemilu tahun 2008 berlangsung sepanjang tahun (5 Januari 2008 kampanye sampai 25 Desember 2008). Akumulasi proses sosialisasi perbankan syariah melalui berbagai lembaga dan
61
program banyak terjadi pada tahun 2008, antara lain fatwa bunga haram/riba, Gerakan Ekonomi Syariah dan Pusat Komunikasi Syariah. c. Lingkungan Perbankan Pada tahun 2007 LDR perbankan diperkirakan sekitar 50-60% dan suku bunga kredit bergerak dalam kisaran 13-14%. Pertumbuhan pembiayaan/kredit oleh perbankan meningkat 1,74% dan dana perbankan meningkat 1,02%. Peningkatan status kelembagaan Direktorat Syariah BI akan semakin memperketat aturan-aturan perbankan syariah. Perbankan Syariah yang ada (Unit Syariah maupun Bank Umum Syariah) pada tahun 2007 semakin tersegmentasi, dimana masing-masing memiliki keuanggulan kompetitif yang ditonjolkan. Semakin banyak bank-bank yang akan membuka unit syariah (seperti BCA dan Niaga) di satu sisi akan menambah persaingan dan di sisi lain merupakan hal yang positif bagi perkembangan perbankan syariah. Variasi produk dan peningkatan fitur produk perbankan syariah semakin meningkat. d. Lingkungan Nasabah Nasabah semakin bebas memilih bank yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya, sesuai dengan semakin banyak tersedianya berbagai pilihan produk dan jasa keuangan. Mayoritas nasabah Bank tetap berasal dari segmen Older Basic Bankers dan Young Lower. Mayoritas nasabah Bank Bank Syariah berasal dari segmen floating. Berdasarkan survei dari MUI tahun 2005, 30% dari masyarakat Indonesia tidak menginginkan bunga. Sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama di luar kota atau pedesaan, belum memahami perbankan syariah secara komprehensif, oleh karena itu Bank Syariah akan berusaha melakukan promosi dan sosialisasi secara efektif dan berkesinambungan.
62
2. SWOT Bank Syariah Berkaitan dengan visi, misi dan analisis kondisi yang ada, maka analisis strategi yang digunakan oleh Bank Syariah dalam menerapkan strategi pembiayaan UKM untuk meningkat profitabilitas adalah menggunakan Analisis SWOT untuk menentukan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dibandingkan dengan bank pesaing banking adalah sebagai berikut : a. Kekuatan Dari salah satu komponen analisis SWOT, yaitu Kekuatan pada Bank Syariah diperoleh beberapa hal yang menjadi kekuatan bersaing berikut : (1) Corporate Image Bank yang kuat dan pertumbuhan usahanya yang berkesinambungan; (2) Reputasi baik, terutama di segi keamanan; (3) Sistem dan Prosedur Perbankan yang relatif lengkap; (4) Memiliki jaringan cabang dan customer based yang luas; (5) Memiliki jajaran manajemen yang cukup mendukung terhadap perbankan syariah; (6) Apresiasi nasabah yang tinggi terhadap produk syariah dan (7) Akses transaksi ke jaringan cabang (teller) dari ATM bank konvensional secara on line. Berdasarkan penelitian terdahulu kekuatan dari Bank Syariah adalah : (1) Kemampuan menjalankan operasi secara efisien; (2) Kemampuan mengelola asset dan liabilities dengan optimal, serta mampu menghasilkan laba; (3) Jaringan (network) yang luas; (4) Pricing (bagi hasil) yang kompetitif; (5) Kepemilikan sistem teknologi informasi yang modern dan (6) Keterkaitan “Brand name” dengan bank konvensional induk. b. Kelemahan Dari salah satu komponen analisis SWOT, yaitu Kelemahan pada bank syariah dijumpai beberapa hal yang menjadi kelemahannya di dalam bersaing yaitu : (1) Mutu pelayanan banyak dikeluhkan nasabah; (2) Pemahaman terhadap produk-produk syariah belum maksimal;
63
(3) Sosialisasi produk-produk syariah masih belum optimal untuk memberikan pemahaman terhadap masyarakat; (4) Database nasabah yang terpadu belum dimiliki sebagai penunjang kegiatan pemasaran; (5) Belum terpenuhinya SDM yang memadai dan bermutu dan (6) Positioning yang belum jelas di mata nasabah. Berdasarkan penelitian terdahulu, kelemahan dari Bank Syariah adalah : (1) Kemampuan menjual dan sosialisasi produk dan jasa bank syariah kepada masyarakat; (2) Relasi dan institusi pemerintah/BUMN dan perusahaan besar; (3) Kemampuan memberikan mutu pelayanan yang baik; (4) Produk dan jasa bank syariah yang menarik; (5) Sumber daya insani bermutu dan (6) Kerjasama dan aliansi dengan lembaga keuangan lainnya, atau bank konvensional. c. Peluang Dari salah satu komponen analisis SWOT, yaitu kesempatan pada Bank Syariah diperoleh beberapa hal yang menjadi peluang dalam bersaing berikut : (1) Perkembangan menuju kebijakan otonomi daerah
yang
akan
memacu
pertumbuhan
dan
pemerataan
pengembangan sektor riil; (2) Perkembangan perbankan syariah secara global mendukung upaya pengembangan perbankan syariah di tanah air; (3) Dikeluarkannya Undang-undang yang memperbolehkan bank umum
memberikan
layanan
berdasarkan
prinsip
syariah;
(4) Berkembangnya perusahaan-perusahaan yang membutuhkan aliansi dengan
perbankan
syariah;
(5)
Peraturan-peraturan
yang
memungkinkan pengembangan outlet syariah dengan memanfaatkan outlet Bank konvensional dan (6) Fatwa MUI yang menegaskan keharaman bunga bank. Sedangkan berdasarkan penelitian terdahulu peluang yang didapatkan oleh Bank Syariah adalah : (1) Kemajuan teknologi dan sistem informasi; (2) Regulasi dan Bank Indonesia dan peraturan keuangan lainnya.; (3) Dukungan dari MUI, Dewan Syariah Nasional
64
dan Ormas lainnya; (4) Dukungan Infrastruktur bisnis Syariah dan (5) Pemahaman masyarakat tentang produk bank syariah. d. Ancaman Dari salah satu komponen analisis SWOT, yaitu Ancaman pada Bank Syariah dijumpai beberapa hal yang menjadi ancaman dalam bersaing berikut : (1) Bank-bank Umum yang membuka unit usaha syariah di Indonesia menunjukan kecenderungan semakin meningkat; (2) Penguasaan teknologi bank pesaing semakin unggul; (3) Tersedia pilihan produk dan jasa bank pesaing yang semakin banyak dan variatif; (4) Penetrasi bank pesaing utama yang semakin meluas dengan jaringan dan promosi yang gencar; (5) Masih adanya keraguan nasabah terhadap kemurnian sistem syariah yang diterapkan; (6) Para pesaing telah membentuk segmentasi yang jelas dan (7) Munculnya lembaga-lembaga non bank yang membuka layanan bisnis syariah Berdasarkan penelitian terdahulu maka ancaman
bagi Bank
Syariah yang mungkin terjadi adalah : (1) Isu terorisme dan fundamentalis Islam; (2) Stabilitas politik dan perubahan kebijakan pemerintah; (3) Terbatasnya jumlah bank syariah dan jumlah jaringan kantor kas Syariah; (4) Reaksi bank-bank konvensional dan lembaga jasa keuangan lainnya dan (5) Informasi kepada masyarakat tentang produk bank syariah. Dengan adanya analisis SWOT di atas dapat digambarkan dalam matriks SWOT. Matriks SWOT merupakan alat untuk menentukan faktor-faktor strategik perusahaan. Matriks ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
65
Tabel 10. Matriks SWOT kualitatif
Faktor Eksternal
S Faktor Internal a. Corporate Image Bank yang kuat dan pertumbuhan usahanya yang berkesinambungan. b. Reputasi baik, terutama di segi keamanan. c. Sistem dan Prosedur Perbankan relatif lengkap yang diperoleh dari Bank Indonesia. d. Memiliki jaringan cabang dan customer based yang luas. e. Memiliki jajaran manajemen yang cukup mendukung perbankan syariah. f. Apresiasi nasabah yang tinggi terhadap produk syariah. g. Akses transaksi ke jaringan cabang dari ATM Bank konvensional secara on line.
O
a. Perkembangan
b.
c.
d.
e.
f.
menuju kebijakan otonomi daerah yang akan memacu pertumbuhan dan pemerataan pengembangan sektor riil di daerah-daerah. Perkembangan perbankan syariah secara global mendukung upaya pengembangan perbankan syariah di tanah air. Dikeluarkannya Undangundang yang memperbolehkan bank umum memberikan layanan berdasarkan prinsip syariah. Berkembangnya perusahaanperusahaan yang membutuhkan aliansi dengan perbankan syariah. Peraturan-peraturan yang memungkinkan pengembangan outlet syariah dengan memanfaatkan outlet Bank . Fatwa MUI yang menegaskan keharaman bunga bank.
W a. Mutu pelayanan banyak dikeluhkan nasabah. b. Pemahaman terhadap produk-produk syariah belum maksimal. c. Sosialisasi produk-produk syariah masih belum optimal untuk memberikan pemahaman terhadap masyarakat. d. Data base nasabah yang terpadu belum dimiliki sebagai penunjang kegiatan pemasaran. e. Belum terpenuhinya SDM yang memadai dan bermutu. f. Positioning yang belum jelas dimata nasabah.
SO WO a. Meningkatkan mutu a. Mempertahankan citra perusahaan. pelayanan. b. Meningkatkan pelayanan b. Meningkatkan mutu SDM dengan membuka unit melalui pelatihan-pelatihan layanan prima. dan pendidikan. c. Pengembangan aliansi sistem c. Pengembangan sistem jaringan ATM dengan bank informasi (SI) nasabah. lain dengan menggunakan ATM Bersama. d. Mengembangkan produk syariah sesuai dengan segmen nasabah.
66
Tabel 10. Matriks SWOT kualitatif (lanjutan) S
W
ST a. Mengembangkan produkproduk dan jasa syariah yang lebih variatif dan inovatif b. Memperluas jaringan kantor cabang dengan membuka beberapa kantor cabang/KC,dan KCP. c. Melakukan ekspansi dana dan pembiayaan secara hati-hati. d. Penyelenggaraan bank syariah sesuai ketentuan agama Islam.
WT a. Mengembangkan atau adopsi teknologi aplikatif bagi unit syariah. b. Meningkatkan pemahaman kepada masyarakat mengenai produk-produk syariah sekaligus sebagai sarana promosi. c. Melakukan aliansi strategik dengan bank induk maupun bank syariah yang berasal dari “one banking dual system..”
Faktor Internal Faktor Eksternal T a. Bank-bank Umum yang membuka unit usaha syariah di Indonesia menunjukan kecenderungan semakin meningkat. b. Penguasaan teknologi bank pesaing semakin unggul. c. Tersedia pilihan produk dan jasa bank pesaing yang semakin banyak dan variatif. d. Penetrasi bank pesaing utama yang semakin meluas dengan jaringan dan promosi yang gencar. e. Masih adanya keraguan nasabah terhadap kemurnian sistem syariah yang diterapkan. f. Para pesaing telah membentuk segmentasi yang jelas. g. Munculnya lembaga-lembaga non bank yang membuka layanan bisnis syariah
Pada Tabel 10, terdapat 4 kelompok kemungkinan alternatif strategi, yaitu : 1. Strategi Strenghts-Opportunities (SO) Strategi ini didasarkan pada pemanfaatan peluang yang ada dengan kekuatan yang dimiliki. 2. Strategi Strenghts-Threats (ST) Strategi yang dikembangkan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. 3. Strategi Weaknesess-Opportunities (WO) Strategi yang dikembangkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. 4. Strategi Weaknesses-Threats (WT) Strategi ini bersifat defensif yang berusaha meminimalkan ancaman dan kelemahan yang ada.
67
3. Matriks SWOT Kondisi ekonomi dan lingkungan merupakan komponen dari analisis situasi. Berdasarkan Rencana Perusahaan Lima Tahunan Bank Syariah Periode tahun 2003 - 2007 dalam melakukan analisis atas kondisi dan lingkungan diperlukan beberapa indikator sebagai bahan pertimbangannya. Berdasarkan
analisis
SWOT
yang telah ditetapkan
dengan
mempertimbangkan bobot dan rating secara kuantitatif yang diperoleh dari hasil wawancara/pendapat dengan pihak manajemen Divisi Usaha Syariah yaitu Unit Penyeliaan Bisnis dan Pengembangan Jaringan, maka diperoleh hasil perhitungan bobot dan rating untuk matrik faktor internal (Tabel 11 ) dan faktor eksternal (Tabel 12). Tabel 11. Faktor internal teridentifikasi Faktor Internal
Bobot (a)
-2
Rating (b) -1 0 1
2
Nilai (a x b)
Kekuatan
1. Citra Perusahaan Bank yang kuat dan 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
pertumbuhan usaha berkesinambungan. Reputasi baik, terutama di segi keamanan. Sistem & Prosedur Perbankan yang relatif lengkap. Memiliki jaringan cabang dan customer based yang luas. Memiliki jajaran manajemen yang cukup mendukung terhadap perbankan syariah. Apresiasi nasabah yang tinggi terhadap produk syariah. Akses transaksi ke jaringan cabang/teller dari ATM konvensional secara on line. Kelemahan Mutu pelayanan banyak dikeluhkan nasabah. Belum terpenuhinya SDM yang memadai dan berkualitas. Pemahaman terhadap produk-produk syariah belum maksimal. Sosialisasi produk-produk syariah masih belum optimal untuk memberikan pemahaman terhadap masyarakat. Database nasabah yang terpadu belum dimiliki sebagai penunjang kegiatan pemasaran. Positioning yang belum jelas dimata nasabah. Jumlah
Keterangan :
0,125
X
0,100
0,125 X
0,075
0,2
X
0,075
0,075
X
0,050
0 X
0,050
0,05
X
0,050
0 X
0,1
0,125
X
-0,125
0,100
X
-0,1
0,075
X
-0,075
0,075
X
-0,075
0,050
X
-0,05
0,050
X
1,00
-2 = sangat lebih buruk; -1 = lebih buruk; 0 = sama dengan pesaing ; 1= lebih baik; 2 = sangat lebih baik
0 0.125
68
Tabel 12. Faktor eksternal terindentifikasi Faktor Eksternal
a. Peluang 1. Fatwa MUI yang menegaskan keharaman 2. 3.
4. 5. 6.
bunga bank. Dikeluarkannya Undang-undang yang memperbolehkan bank umum untuk memberikan layanan berdasarkan syariah. Peraturan-peraturan yang memungkinkan pengembangan outlet syariah dengan memanfaatkan outlet Bank (konvensional). Perkembangan perbankan syariah secara global mendukung upaya pengembangan perbankan syariah di tanah air. Berkembangnya perusahaan-perusahaan yang membutuhkan aliansi dengan perbankan syariah. Perkembangan menuju kebijakan otonomi daerah yang akan memacu pertumbuhan dan pemerataan pengembangan sektor riil di daerah-daerah. Jumlah Faktor Eksternal
Bobot (a)
Rating (b) +4
Nilai (a x b)
0,30
X
1,2
0,25
X
1
0,20
X
0,8
+1
+2
+3
0,10
X
0,3
0,10
X
0,3
0,05
X
0,15
1,00 Bobot (a)
3,75 Rating (b) -1
-2
-3
-4
Nilai (a x b)
b. Ancaman 1. Penetrasi bank pesaing utama yang 2. 3. 4. 5. 6. 7.
semakin meluas dengan jaringan dan promosi yang gencar. Masih adanya keraguan nasabah terhadap kemurnian system syariah yang diterapkan. Tersedia pilihan produk dan jasa bank pesaing yang semakin banyak dan variatif. Bank-bank Umum yang membuka unit usaha syariah di Indonesia menunjukan kecenderungan semakin meningkat. Munculnya lembaga-lembaga non bank yang membuka layanan bisnis syariah Penguasaan teknologi bank pesaing semakin unggul. Para pesaing telah membentuk segmentasi yang jelas. Jumlah
0,200
X
-0,6
0,175
X
-0,525
0,150
X
-0,45
0,150
X
-0,45
0,150
X
0,125 0,050 1,000
-0,3 X
X
-0,375 -0,1 -2,8
Keterangan : - Nilai untuk peluang adalah +1 = sangat kecil; +2 = kecil; +3 = besar; +4 = sangat besar - Nilai untuk ancaman adalah -1 = sangat kecil; -2 = kecil; -3 = besar; -4 = sangat besar
69
Dari hasil perhitungan kekuatan dan kelemahan diperoleh hasil 0,125 yang memberikan suatu implikasi tertentu pada perumusan strategi perusahaan. Perhitungan selisih antara peluang (3,75) dengan ancaman (-2,8) diperoleh hasil 0,95 yang artinya peluang yang ada lebih besar daripada ancaman yang dihadapi oleh perusahaan. Dari tabel matriks faktor internal dan eksternal dapat dibuat diagram kuadran seperti termuat pada Gambar 11. Kekuatan ` Kuadran III
Kuadran I
Mendukung Strategi
Mendukung Strategi
Turn Arround
Pertumbuhan (0,125;0,95)
Ancaman
Peluang Mendukung Strategi
Mendukung Strategi
Defensif
Diversifikasi
Kuadran IV
Kuadran II Kelemahan
Gambar 11. Kuadran strategi Dari diagram tersebut terlihat bahwa perusahaan berada pada posisi Kuadran I artinya perusahaan perlu melakukan strategi pertumbuhan agresif dan manajemen membuat strategi alternatif berdasarkan prioritas sebagaimana diungkapkan oleh manajemen Divisi Usaha Bank Syariah, yaitu : a. Strategi pada area Aktivitas Utama (Primary Activities) Beberapa strategi pada “Primary Activities” berdasarkan prioritas berikut : (1) melakukan aliansi pemasaran dengan dealer, developer dan melakukan outsource pemasaran kepada marketing agency; (2) bekerjasama dengan Business Unit lain di Bank melakukan aktivitas pemasaran bersama (cross selling), share customer database dan pemanfaatan tenaga pemasaran dari Business Units lain dengan pola internal outsource; (3) pemasaran produk dan
70
jasa secara paket dengan Business Units lain (product bundling); (4) strategi promosi dengan menggunakan manajemen bekerjasama dengan Dewan Pengawas Syariah untuk menjelaskan bahwa operasi Bank Bank Syariah sehat dan menguntungkan, serta tetap berjalan sesuai dengan akidah Islam; (5) strategi promosi menggunakan Manajemen yang bekerjasama dengan Dewan Pengawas Syariah bahwa transaksi nasabah yang dilayani melalui seluruh ATM dan Cabang Bank Konvensional tetap sejalan dengan akidah Islam; (6) melaksanakan riset pasar dan penelitian dalam rangka pengembangan produk dan (7) melaksanakan diversifikasi dan melakukan pengembangan produk yang kompetitif.
b. Strategi pada area Aktivitas Pendukung (Support Activities) Beberapa strategi pada area “Support Activities” didasarkan prioritas adalah : (1) melaksanakan strategi low cost leadership dengan memanfaatkan teknologi informasi untuk menjalankan financing scoring system, sehingga dicapai economic of scale yang sulit diikuti oleh pesaing lainnya; (2) memanfaatkan Teknologi Informasi untuk menunjang Syariah Customer Relationship Management (SCRM); (3) melakukan rekrutmen berbasis masjid kampus untuk menambah jumlah tenaga pemasaran; (4) semakin memperluas jaringan distribusi dengan membuka cabang baru dan menggunakan e-chanel (Phone banking, mobile banking, internet banking, dan sebagainya), baik untuk informasi, pemasaran maupun pelayanan transaksi; (5) mengoptimalkan pengelolaan aset dan liabilitas dengan berbagai alternatif sumber pendanaan, transaksi dan penempatan yang
halal;
(6)
memperketat
pengawasan
rasio-rasio
kesehatan,
implementasi risk management dan good corporate governance yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; (7) mengkonversi cabang syariah (full branch) menjasi Syariah Financial Center sebagai pusat pemasaran sehingga lebih efisien; (8) meningkatkan mutu sumber daya insani baik yang meliputi Intelligent Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ) sehingga tercipta kultur syariah dan (9) melatih tenaga-tenaga front office, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan.
71
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dalam mencapai sasarannya yaitu menyalurkan pembiayaan syariah dan selalu memelihara mutu pembiayaan dengan menjaga kolektibilitas sebesar 97% maka Bank Syariah menetapkan beberapa strategi khususnya untuk pengembangan pembiayaan UKM. Strategi yang dilakukan adalah melakukan strategi promosi bekerjasama dengan Dewan Pengawas Syariah bahwa transaksi nasabah yang dilayani melalui seluruh ATM dan Cabang Bank Konvensional tetap sejalan dengan akidah Islam, melaksanakan riset pasar dan penelitian
dalam
rangka
pengembangan
produk
dan
melaksanakan
diversifikasi dan melakukan pengembangan produk yang kompetitif. Secara keseluruhan dari tahun 2003 – 2007 perkembangan pembiayaan syariah di Bank Syariah mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 nilai pembiayaan tertinggi pada sektor UKM melalui Kantor Cabang Bank Syariah adalah Syariah Makassar Rp. 143.108 juta. Sedangkan pembiayaan pada sektor UKM terendah pada tahun 2007 adalah Syariah Banjarmasin Rp. 71.554 juta. Pencapaian profitabilitas berdasarkan rasio Return On Assets (ROA) secara keseluruhan dari tahun 2003 - 2007 menghasilkan nilai positif yang berarti pembiayaan pada sektor UKM sangat memberikan laba yang optimal bagi setiap Kantor Cabang Bank Syariah. Pada tahun 2007 nilai rasio ROA tertinggi dan terendah masing - masing adalah Syariah Pekalongan 3,73 % dan Syariah Bandung 0,21 %. Dalam menghadapi perubahan lingkungan bisnis yang begitu dinamis, maka Divisi Usaha Syariah selalu menyusun strategi pengembangan dalam pembiayaan
UKM
sehingga
dapat
meningkatkan
profitabilitasnya.
Berdasarkan analisis lingkungan eksternal dan internal perusahaan, terdapat beberapa alternatif strategi pembiayaan yang dapat dikembangkan antara lain melakukan aliansi pemasaran, bekerjasama dengan Business Unit lain dalam melakukan aktivitas pemasaran bersama (cross selling), share customer database dan pemanfaatan tenaga pemasaran dari Business Units lain, pemasaran produk dan jasa secara paket dengan Business Units lain (product
72
bundling), strategi promosi dengan menggunakan manajemen bekerjasama dengan Dewan Pengawas Syariah, melaksanakan riset pasar dan penelitian dalam rangka pengembangan produk pembiayaan UKM serta melaksanakan diversifikasi dan melakukan pengembangan produk yang kompetitif.
B. Saran Seiring dengan tingkat persaingan dalam industri perbankan syariah di Indonesia yang semakin ketat, maka manajemen Divisi Usaha Syariah harus terus menerus berkomitmen terhadap visi dan misi, meningkatkan mutu pelayanan dalam sektor pembiayaan UKM, memperluas saluran distribusi yang beragam, mengembangkan struktur organisasi yang efektif dan efisien serta manajemen yang kompak, mengembangkan teknologi yang tepat guna dan berhasil guna, dan meningkatkan kualitas SDM yang berkualitas. Dalam kaitannya dengan usaha pemahaman dan pemasaran kepada masyarakat, maka Divisi Usaha Syariah harus secara kontinyu melakukan pembelajaran kepada masyarakat dalam hal ini UKM mengenai pembiayaan syariah secara terpadu dan terfokus, begitu juga konsep operasional dan produk-produknya. Hal ini dimaksudkan agar UKM dapat memahami bahwa pembiayaan syariah sangat membantu di dalam menunjang aktivitas operasionalnya.
73
DAFTAR PUSTAKA Ayatullah, A. 2002. Bank Syariah Lebih Menekankan ke Sektor Riil, Majalah Sinergi Edisi Juni. PT. Bank Negara Indonesia, Jakarta. Arifin, Z, 2002, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Penerbit Alvabet. Jakarta BI. 2003, Cetak Biru Pengembangan Bank Syariah, Bank Indonesia, 20032007, Jakarta. Bank BNI Syariah. 2007. Business Plan, PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Divisi Usaha Syariah, Jakarta. Biro Perbankan Syariah BI. 2002. Kebijakan Pengembangan Bank Syariah. Majalah Modal Edisi Simulasi, Jakarta. Biro Pusat Statisik. 2007. Statistik UKM tahun 2005 – 2006. Biro Pusat Statistik, Jakarta. Hill, C.W.L, and G.R Jones, 1990, Strategik Management an Integrated Approach, University of Washington, Washington. Hilman, I. 2003. Perbankan Syariah Masa Depan. Senayan Abadi Publising, Jakarta. Hubeis, M. 2004a. Modul Pengantar Industri Kecil dan Menengah. Magister Profesional Industri Kecil dan Menengah Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor. Hubeis, M. 2004b. Modul Kapita Selekta IKM Pertanian. Magister Profesional Industri Kecil dan Menengah Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor. Karim, A. 2004. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kotler, P. 1997, Marketing Management; Analysis, Planning, Implementation, and Control: (International Edition), Prentice Hall International-New Jersey. Machfud. 2004. Modul Kapita Selekta IKM Pertanian. Magister Profesional Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor. Mintzberg, H. 1998, Strategy Safary : A Guided Tour Through The Wilds of Strategic Management, Free Press-Collier MacMillan, New York. Muljono, T.P. 1995. Analisa Djambatan, Jakarta.
Laporan
Keuangan
Untuk
Perbankan.
Pearce II, J.A, and RB Robinson 1994 Strategic Management: Formulation, Implementation, and Control, McGraw-Hill, Irwin, New York. Philip, E.F.S. 1995. Prinsip-prinsip Akuntansi. Edisi XVI. Erlangga, Jakarta. Porter, M.E. 1993, Competitive Advantage, The Free Press-Collier MacMillan Canada. Inc, Montreal.
74
Rahardja, D.H. 2002. Kajian Strategis Produk Pembiayaan pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah Amanah Ummah. Tesis pada Program Studi Magister Manajemen Agribisnis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Rangkuty, F. 1999. Analisis SWOT Tehnik Membedah Kasus Bisnis: Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Gramedia Pustaka Utama Jakarta Riyanto, B. 2005. Dasar–Dasar Pembelanjaan, (Edisi Revisi) Balai Pustaka, Jakarta. Setiarso, N. 2005. Analisis Penerapan Dual Banking System Dalam Pengembangan Bisnis Divisi Usaha Syariah Pada PT Bank Negara Indonesia.Tbk. Thesis pada Program Studi Magister Manajemen Universitas Gajah Mada, Jakarta. Thompson, A.A and A.J. Stricckland III. 2003, Strategic Management, (Thirtheenth Edition). McGraw-Hill Irwin, New York. Tambunan, T. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Beberapa Isu Penting. Salemba Empat, Jakarta. Thompson, A.A and A.J. Stricckland III 2003, Strategic Management, Thirtheenth Edition, McGraw-Hill Irwin, New York. Umar, H. 1999. Riset Strategi Perusahaan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Urban, G.L and S.H. Star. 1991. Advanced Marketing Strategy : Phenomena, Analysis, and Decisions. Prentice Hall International, Inc, Englewood Cliffs New Jersey. www.syariahmandiri.co.id (tgl. 01 Maret 2008), Bank Mandiri tahun 2005. www.bi.go.id. Survey Preferensi Bank Indonesia (tgl. 01 Maret 2008), Bank Indonesia tahun 2000 s/d 2004.
75
LAMPIRAN
76
Lampiran 1 Kuesioner kajian EVALUASI DAN PENGEMBANGAN STRATEGI PEMBIAYAAN UKM DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS BANK SYARIAH 1. Tujuan Kuesioner ini bertujuan untuk memperoleh data maupun mengetahui gambaran umum mengenai evaluasi dan pengembangan strategi pembiayaan UKM dalam meningkatkan profitabilitas Bank Syariah. 2. Kegunaan Data yang diperoleh akan digunakan sebagai bahan dalam memberikan rekomendasi bagi masing-masing kantor cabang syariah Bank di dalam meningkatkan penyaluran pembiayaan bagi UKM maupun menilai kinerja yang dilakukan ditinjau dari analisa rasio profitabilitas.
Demikian hal ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kesediaan mengisi kuesioner ini, kami diucapkan terimakasih.
Hormat kami,
FERDINAN KRIS CHANDRA Mahasiswa Program Magister Profesional Sekolah Pascasarjana Intitut Pertanian Bogor
77
Lanjutan Lampiran 1.
A. Indentitas Responden 1. Nama pengisi kuesioner :
........................................................................
2. Alamat kantor
........................................................................
:
........................................................................ .............................No. telp. ...........................
3. Jabatan
:
........................................................................
4. Tahun berdirinya usaha
:
........................................................................
B. Hal yang perlu dikaji (Pengisian yang dilakukan dapat lebih dari satu jawaban).
1. Keberadaan Bank Syariah dalam dunia bisnis, khususnya membantu UKM : □ Memberikan alternatif pembiayaan □ Pesaing bagi bank konvensional □ Mengenalkan konsep bagi hasil yang diikuti risiko □ Lainnya, sebutkan 2. Apakah kelebihan Bank Syariah dibandingkan dengan bank konvensional pada umumnya : □ Prosedur yang sederhana □ Sesuai dengan ketentuan agama □ Risiko ditanggung kedua belah pihak □ Lainnya, sebutkan
78
Lanjutan Lampiran 1. 3. Apakah
kekurangan
Bank
Syariah
dibandingkan
dengan
bank
konvensional pada umumnya : □ Memberikan alternatif pembiayaan □ Pesaing bagi bank konvensional □ Mengenalkan konsep bagi hasil yang diikuti risiko □ Lainnya, sebutkan 4. Sebutkan jenis pembiayaan yang ditawarkan kepada UKM : □ Pembiayaan Mudharabah □ Pembiayaan Musyarakah □ Pembiayaan Murabahah □ Lainnya, sebutkan 5. Sebutkan sifat pembiayaan yang digunakan oleh UKM : □ Produktif □ Konsumtif □ Kedua-duanya □ Lainnya, sebutkan 6. Saat ini berapa jumlah kantor cabang yang dimiliki oleh Bank Syariah X : □
Di bawah 5 kantor cabang
□ Antara 5 - 10 kantor cabang □ Di atas 10 kantor cabang □ Lainnya, sebutkan
79
Lanjutan Lampiran 1.
7. Dalam menilai kinerja pembiayaan UKM pada kantor-kantor cabang Bank Syariah, sebutkan jenis laporan yang digunakan : □ Laporan pembiayaan □ Neraca □ Laporan laba rugi □ Lainnya, sebutkan 8. Penilaian kinerja pembiayaan pada kantor cabang Bank Syariah dalam menghasilkan pendapatan menggunakan rasio profitabilitas. Sebutkan jenis rasio yang digunakan : □ Return on Assets (ROA) □ Lainnya, sebutkan 9. Komentar umum mengenai pembiayaan UKM pada Bank Syariah. ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................
80
Lampiran 2 Kinerja pembiayaan UKM pada Kantor Cabang Syariah
Kantor Cabang Yogyakarta Total Pembiayaan (Rp Jt) Total Aktiva (Rp Jt) Laba Bersih (Rp Jt) Rasio Profitabilitas (%) Rasio Pertumbuhan (%) Pekalongan Total Pembiayaan (Rp Jt) Total Aktiva (Rp Jt) Laba Bersih (Rp Jt) Rasio Profitabilitas (%) Rasio Pertumbuhan (%) Semarang Total Pembiayaan (Rp Jt) Total Aktiva (Rp Jt) Laba Bersih (Rp Jt) Rasio Profitabilitas (%) Rasio Pertumbuhan (%) Malang Total Pembiayaan (Rp Jt) Total Aktiva (Rp Jt) Laba Bersih (Rp Jt) Rasio Profitabilitas (%) Rasio Pertumbuhan (%) Banjarmasin Total Pembiayaan (Rp Jt) Total Aktiva (Rp Jt) Laba Bersih (Rp Jt) Rasio Profitabilitas (%) Rasio Pertumbuhan (%) Jakarta Timur Total Pembiayaan (Rp Jt) Total Aktiva (Rp Jt) Laba Bersih (Rp Jt) Rasio Profitabilitas (%) Rasio Pertumbuhan (%)
2003
2004
2005
35,153 53,709 1,171 2.18% NA
48,127 66,500 82,250 79,800 1,616 951 1.96% 1.19% 36.91% 38.18%
70,661 84,793 973 1.15% 6.26%
Keterangan Pertumbuhan 82,562 pembiayaan 99,074 fluktuatif berpola. 2,218 2.24% 16.84%
41,380 42,813 1,846 4.31% NA
37,686 45,482 40,713 54,578 1,333 1,125 3.27% 2.06% -8.93% 20.69%
52,916 63,499 2,569 4.05% 16.34%
64,215 77,058 2,878 3.73% 21.35%
18,470 22,029 140 0.64% NA
33,739 38,060 36,730 45,672 189 849 0.51% 1.86% 82.67% 12.81%
47,106 56,527 1,845 3.26% 23.77%
62,381 Pertumbuhan 74,857 pembiayaan stabil. 1,489 1.99% 32.43%
23,751 48,286 54,301 45,623 64,010 65,161 532 2,465 2,487 1.17% 3.85% 3.82% NA 103.30% 12.46%
67,935 81,522 1,547 1.90% 25.11%
82,562 99,074 2,316 2.34% 21.53%
Pertumbuhan pembiayaan fluktuatif tidak berpola.
37,899 41,870 2,344 5.60% NA
67,935 81,522 2,609 3.20% 25.11%
59,628 71,554 148 0.21% -12.23%
Pertumbuhan pembiayaan fluktuatif tidak berpola.
48,548 54,301 77,358 65,161 2,180 1,102 2.82% 1.69% 28.10% 11.85%
20,489 89,882 73,767 22,108 91,972 88,520 3,964 8,759 5,625 17.93% 9.52% 6.35% NA 338.68% -17.93%
2006
2007
Pertumbuhan pembiayaan fluktuatif tidak berpola.
77,067 84,397 Pertumbuhan 92,480 101,276 pembiayaan 4,169 1,078 fluktuatif tidak 4.51% 1.06% berpola. 4.47% 9.51%
81
Lanjutan Lampiran 2
Kantor Cabang Jakarta Selatan Total Pembiayaan (Rp Jt) Total Aktiva (Rp Jt) Laba Bersih (Rp Jt) Rasio Profitabilitas (%) Rasio Pertumbuhan (%) Bandung Total Pembiayaan (Rp Jt) Total Aktiva (Rp Jt) Laba Bersih (Rp Jt) Rasio Profitabilitas (%) Rasio Pertumbuhan (%) Padang Total Pembiayaan (Rp Jt) Total Aktiva (Rp Jt) Laba Bersih (Rp Jt) Rasio Profitabilitas (%) Rasio Pertumbuhan (%) Makassar Total Pembiayaan (Rp Jt) Total Aktiva (Rp Jt) Laba Bersih (Rp Jt) Rasio Profitabilitas (%) Rasio Pertumbuhan (%)
2003
2004
2005
2006
2007
46,044 109,346 55,894 60,879 122,362 67,073 865 6,722 5,611 1.42% 5.49% 8.37% NA 137.48% -48.88%
58,868 70,642 3,659 5.18% 5.32%
77,976 Pertumbuhan 93,571 pembiayaan 977 fluktuatif berpola. 1.04% 32.46%
35,912 36,767 1,245 3.39% NA
40,017 45,614 51,939 54,737 799 123 1.54% 0.22% 11.43% 13.99%
53,814 64,577 4,374 6.77% 17.98%
68,802 Pertumbuhan 82,562 pembiayaan stabil. 413 0.50% 50.84%
32,326 34,455 475 1.38% NA
40,641 45,819 51,939 54,983 799 756 1.54% 1.37% 25.72% 12.74%
50,935 61,122 3,745 6.13% 11.17%
68,802 82,562 1,088 1.32% 35.08%
29,827 33,241 1,377 4.14% NA
56,507 70,971 99,375 119,257 Pertumbuhan 58,690 85,165 119,250 143,108 pembiayaan 1,902 2,645 8,866 3,500 fluktuatif tidak 3.24% 3.11% 7.43% 2.45% berpola. 89.45% 25.60% 40.02% 20.01%
Sumber : Disarikan dari Laporan Pembiayaan UKM pada Bank Syariah
Keterangan
Pertumbuhan pembiayaan fluktuatif tidak berpola.
1
Lampiran 3 Struktur Organisasi Divisi Usaha Bank Syariah BAGAN ORGANISASI DIVISI USAHA SYARIAH
Rapat Umum Pemegang Saham Bank Syariah
Dewan Pengawas Syariah
Direktur Utama (Dir Ut) Direktur Konsumer (Dir KR) Pemimpin USY Wakil Pemimpin USY
Kontrol Intern
Pengelola Transaksi International
Kelompok Perbankan Syariah
Kelompok Bisnis Syariah
Pengelola Tresuri
Pengelola Pembiayaan Non Ritel
Pengelola Penyeliaan Bisnis
Pengelola Administrasi Pembiayaan
Cabang Syariah
Pengelola Manajemen Risiko
Kelompok Penunjang Syariah
Pengelola Pengembangan Produk & Sisdur
Pengelola Pengembangan Jaringan dan Promosi
Pengelola Akuntansi & Sistem
Pengelola SDM & Logistik
Bagian Umum
1