Evaluasi Buku Ajar Bahasa Arab: Telaah Terhadap Instrumen Penilaian Abdurrahman Ibrahim Fauzan Yasmadi1 Abstrak Penilaian buku ajar bahasa Arab dalam pandangan Abdurrahman Ibrahim Fauzan diperlukan untuk mengetahui standarisasi dan mengukur sejauh mana bahan ajar dapat menunjang ketercapaian pengembangan keterampilan berbahasa; istima`, kalam, qira’ah, dan kitabah melalui teknik penyajian teks, pola penyajian anashir allughah, yaitu: aswat al-lughah, kosa kata, dan struktur gramatika. Di samping itu, juga untuk menilai pola penyajian unsur budaya/ tsaqafah Arab Islam yang disajikan secara inheren dan integral dalam buku ajar, maka untuk mengukur komponen-komponen penting itu dikemukakan instrumen penilaian. Sebagai pakar linguistik terapan, Abdurrahman Ibrahim Fauzan punya teori dan pengalaman yang terukur dalam merumuskan instrumen penilaian terhadap buku ajar bahasa Arab. Keywords: Instrumen Penilaian, Buku Ajar, Bahasa Arab
A. Pendahuluan Penilaian/evaluasi salah satu komponen pendidikan yang relatif kurang mendapat perhatian. Apalagi jika dihubungkan dengan penilaian atau evaluasi buku ajar bahasa Arab, padahal dalam banyak hal kualitas dan kuantitas proses pembelajaran banyak ditentukan oleh kualitas bahan ajar itu sendiri. Apakah bahan ajar yang digunakan relevan dengan kurikulum yang berlaku, apakah bahan ajar sesuai dengan tingkatan dan kebutuhan siswa, dan apakah bahan ajar sudah memenuhi standar sesuai dengan komposisi materi dan ketentuan yang mengatur tentang standar ideal buku ajar. Pertanyaan-pertanyan tersebut harusnya menjadi inspirasi dan rujukan utama para penyusun buku dalam kegiatan penyusunan bahan ajar. Buku ajar merupakan media paling utama dari sekian banyak media Dosen Fakultas Abad IAIN Imam Bonjol Padang
1
1
yang digunakan dalam pembelajaran bahasa. Kedudukan buku ajar hanya berperan untuk tingkatan yang diperuntukan dalam buku tersebut, maka dengan berbedanya tingkatan peserta didik akan berbeda pula buku ajar yang digunakan. Paling tidak ada 5 (lima) kegunaan buku ajar, pertama buku ajar untuk menjabarkan tujuan pembelajaran sesuai kurikulum secara tepat dan relevan. Kedua, buku ajar menghimpun materi yang mesti dimiliki siswa agar terbebas dari kekeliruan pemahaman. Ketiga, buku ajar sebagai panduan bagi guru dan peserta didik dalam aktivitas pembelajaran. Keempat, buku ajar dapat menghimpun sejumlah latihan/drill yang dapat dimanfaatkan peserta didik untuk penguasaan terhadap materi bahasa tersebut. Kelima, buku ajar sebagai wadah untuk menghimpun materi yang mesti dihafal dan dikuasai oleh peserta didik. (Jurdit Ar-Rukabiy, 2002:80-81). Buku ajar bahasa Arab punya peran signifikan dalam pembelajaran mengingat bahasa Arab sebagai salah satu media komunikasi banyak digunakan, di samping itu bahasa Arab punya peranan penting dalam kehidupan manusia, khususnya umat Islam jika dilihat dari fungsi bahasa itu sendiri. Abdul Aziz Ibrahim Al-Ushailiy (1423:22) menyebutkan fungsi bahasa Arab sebagai: fungsi komunikatif dan ini yang paling utama dari tujuan mempelajari bahasa Arab, fungsi sosial karena dengan bahasa manusia berinteraksi secara sosial satu dengan lainnya, fungsi bahasa sebagai pelestarian budaya/Tsaqafah al-`Arabiyyah al-Islamiyah, fungsi bahasa sebagai dakwah atau tablig ad-Diin, fungsi bahasa untuk mengekspresikan ide dan pemikiran, dan fungsi bahasa sebagai media belajar. Melihat luasnya fungsi bahasa Arab maka buku ajar bahasa Arab seyogyanya memenuhi strandar untuk mencapai kesemua fungsi bahasa tersebut untuk siswa yang mempelajarinya. Abdurrahman Ibrahim Fauzan sebagai salah seorang pakar dalam bidang penyusunan bahan ajar bahasa Arab yang menekuni Ilmu alLughah at-Tabiqiy mengungkap beberapa teori dan konsep tentang standar penyusunan buku ajar yang mesti didasarkan atas aspek bahasa dan budaya dalam pengembangan al-Maharat al-Lughawiyah peserta didik (Abdurrahman Ibrahim Fauzan, 1428:24). Aplikasi dari teori Abdurrahman Ibrahim Fauzan yang juga tim penyusun buku ajar al-Arabiyah baina Yadaik dalam banyak hal dapat dianalisis dari kandungan buku al-Arabiyah baina Yadaik yang banyak digunakan oleh berbagai tingkatan lembaga pendidikan dalam pembelajaran bahasa Arab. Bagaimana standar ideal buku ajar bahasa Arab menurut Abdurrahman Ibrahim Fauzan, komponen2
Evaluasi Buku Ajar Bahasa Arab
Volume VI Nomor 1, Maret 2015 komponen apa yang harus dimuat dalam penyusunan buku ajar, prinsipprinsip apa yang harus dipertimbangkan oleh si penyusun buku dalam mempersiakan bahan ajar bahasa Arab untuk peserta didik, kesemua ini dapat dianalisis dari instrumen penilaian buku ajara bahasa Arab telah ia susun.
B. Ruang Lingkup Telaah Buku Ajar Ruang lingkup yang menjadi objek telaah evaluasi pada buku ajar berdasarkan pada prinsip-prinsip penyusunan dan penerbitan buku ajar bahasa Arab, menurut Abdurrahman Ibrahim Fauzan (1428:78-79) antara lain: 1. Dasar-dasar penyusunan buku, yaitu pengenalan terhadap langkah-langkah yang ditempuh untuk penyusunan buku serta bentuknya yang terbaru sebagai rujukan dari penulis 2. Kandungan buku, yaitu materi kebahasaan dan kebudayaan yang disuguhkan buku bagi siswa 3. Pengembangan al-Maharat al-Lughawiyah dalam bahan ajar, yaitu tata cara dan pola yang digunakan penyusun buku dalam mengembangkan kemampuan istima`, kalam, qira’ah dan kitabah siswa. 4. Metode pengajaran, yaitu pengetahuan terhadap metode pembelajaran bahasa asing yang digunakan penyusun buku yang terlihat pada pemilihan kandungan materi dan sistematikanya. 5. Latihan dan evaluasi, yaitu pengenalan terhadap bentuk-bentuk latihan kemahiran berbahasa dan macam-macamnya, serta sejauhmana kemampuan seorang guru dalam memantapkan latihan kemahiran berbahasa terhadap siswa 6. Materi pendukung, yaitu berbagai instrumen yang mendukung dan membantu terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, seperti petunjuk guru, kaset, buku latihan, dan sebagainya 7. Penerbitan buku, yaitu bentuk buku, baik dari segi percetakan, jenis kertas, sistematika, ataupun sarana-sarana pembelajaran yang digunakan. Telaah terhadap bahan ajar dalam pandangan Abdurrahman Ibrahim Fauzan setidaknya lihat dari 14 (empat belas) kategori penilaian (Abdurrahman Ibrahim Fauzan, 1428:171-187). Perspektif yang dinilai oleh Abdurrahman Ibrahim Fauzan dalam banyak hal ada kesamaan dengan kategori penilaian yang dikemukakan Rusydi Ahmad Thu`aimah Yasmadi
3
(1985:109) meskipun dari sisi jumlah instrumen penilain terdapat perbedaan. Rusydi Ahmad Thu`aimah menilainya dari 20 (dua puluh) komponen yang kemudian ia rangkum dalam 4 telaah utama; telaah umum, penerbitan buku, materi buku, dan prinsip-prinsip penyusunan buku. Ketika penilaian buku ajar difokuskan pada buku ajar yang digunakan oleh lembaga pendidikan di Indonesia maka mesti mempertimbangkan tujuan pembelajaran yang tertuang dalam Permenag No 2 tahun 2008, seperti dikutip oleh Acep Hermawan (2011:57) yaitu: Pertama, mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Arab, baik lisan maupun tulis, yang mencakup empat kecakapan berbahasa; menyimak/istima`, berbicara/ kalam, membaca/ qir’ah, dan menulis/kitabah. Kedua, menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya bahasa Arab sebagai salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar, khususnya dalam mengkaji sumbersumber ajaran Islam. Ketiga, mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitannya antara bahasa dan budaya serta memperluas cakrawala budaya. Dengan demikian peserta didik diharapkan memiliki wawasan lintas budaya dan melibatkan diri dalam keragaman budaya. Tetapi secara konten instrumen penilaian yang dikemukakan Ibrahim Fazaun telah mengcakup tujuan pembelajaran bahasa tersebut. Aspek ini kemudian dituangkan Abdurrahman Ibrahim Fauzan dalam bentuk instrumen penilaian yang masing-masing komponen memiliki beberapa kisi-kisi penilaian berupa pertanyaan dan pernyataan yang kemudian harus diberi skor oleh sample penelitian dari angka 1 sampai 6. Angka 1 merupakan nilai terendah jika menurut si penilai pernyataan dalam instrumen sangat tidak memuaskan dan angka 6 adalah nilai tertinggi jika si penilai memberikan penilaian bahwa pernyataan dalam instrumen sangat memuaskan. Contoh instrumen penilaian dapat dilihat dalam buku Abdurrahman Ibrahim Fauzan, I`dad Mawad Ta`lim al-Lughah al-`Arabiyyah li Gair an-Nathiqin Biha (1428:171-187). Komponenkomponen utama yang dinilai oleh Abdurrahman Ibrahim Fauzan sebagai berikut: 1. Telaah Umum Penilaian secara umum terhadap buku ajar ditujukan untuk mengetahui tingkat kesesuaian buku dari beberapa kriteria, misalnya: jumlah halaman, jumlah dars/topik, jenis font yang disesuaikan dengan ketersedian alokasi waktu, bahasa fusha yang digunakan, memperhatikan tingkat perkembangan bahasa peserta 4
Evaluasi Buku Ajar Bahasa Arab
Volume VI Nomor 1, Maret 2015 didik, minimnya kesalahan cetak, media yang akan digunakan, dan penempatan gambar sebagai media pendukung. Buku juga harus dilengkapi dengan pengantar yang memudahkan, guru dan peserta didik cara menggunakan buku ajar tersebut, dilengkapi juga dengan daftar isi, lampiran-lampiran, tabel yang memuat kosa kata baru, tabel yang memuat struktur yang akan diajarkan, dan kesemua penilaian ini dirumuskan dengan kisi-kisi yang dapat mengukur keseluruhan item tersebut. Ada 44 (empat puluh empat) butir kisi-kisi pernyataan dalam instrumen mengenai telaah umum buku ajar yang dikemukakan oleh Abdurrahman Ibrahim Fauzan (1428:82-83). Rusydi Ahmad Thu`aimah (1985:109) menambahkan dalam telaah umum juga harus dinilai apakah buku tersebut telah menyebutkan secara jelas tim penyusun buku, judul, no penerbitan, kota, penerbit, tanggal penerbitan, serta jumlah volume/ jilidnya. Berbeda dari Abdurrahman Ibrahim Fauzan, agaknya Rusydi Ahmad Thu`aimah (1985:111-117) lebih detail penilain aspek umum dalam buku ajar karena ia juga mengungkapkan aspek penerbitan buku yang meliputi jumlah halaman dan volume buku, bentuk dan performa terbitannya, bentuk huruf, pengantar buku, halaman daftar isi dan indexnya, jumlah tema/topik, serta tampilan gambar yang menarik sebagai media bantu bagi peserta didik. 2. Pola Penyajian Bunyi/Aswat Menurut Abdurrahman Ibrahim Fauzan (1428:83) pola penyajian aswat al-lughah dengan jelas ditampilkan secara gradasi dan sistematis serta menyajikan bunyi-bunyi yang sulit diucapkan atau bunyi-bunyi yang berdekatan makhraj secara gradasi, serta dengan mengemukakan latihan-latihan untuk pengucapan kosa katakosa kata yang mudah dipahami. Abdurrahman Ibrahim Fauzan mengemukakan 6 (enam) buah butir pertanyaan untuk mengetahui tepat dan benarnya pola penyajian aswat al-lughah dalam buku ajar yang standar. Rusydi Ahmad Thu`aimah (1985:174-181) lebih sistematis melihat pola penyajian bunyi/aswat dalam buku ajar dibanding Abdurrahman Ibrahim Fauzan, menurutnya bisa dikategorikan dalam empat hal pokok. Pertama, bisa dilihat dari tujuan pembelajaran Yasmadi
5
aswat yang meliputi 3 (tiga) sasaran utama yaitu perspektif teaching, productive teaching, dan descriftive teaching. Kedua, penulisan aswat atau dengan istilah transiliteration, phonetic transcription, dan romanization. Ketiga, metode pembelajaran aswat, bagi pemula, dan siswa tingkat lanjut. Keempat, pola latihan untuk penyajian aswat, paling tidak bertitik tolak pada 3 (tiga) pola drill yaitu sound recognition, sound abstraction, dan sound discrimination. Dari keempat pola penyajian bunyi/aswat ini akan diketahui standar buku ajar ini dari perspektif aswatnya. 3. Pola Penyajian Kosa Kata Baru Terkait dengan pola pengajian kosa kata baru, Abdurrahman Ibrahim Fauzan (1428:84) melihatnya dari sisi jumlah kosa kata baru yang disajikan dalam satu topik, penempatan pola latihan untuk kosa kata juga tepat, penyajian kosa kata secara gradasi, ada penguatan terhadap kosa kata yang sudah dimiliki, penyajian kosa kata dengan struktur yang jelas, pemilihin kosa kata didasarkan atas ketergunaannya dalam komunikatif. Untuk menilai ketepatan pola penyajian kosa kata baru Abdurrahman Ibrahim Fauzan mengemukakan 7 (tujuh) pernyataan dalam instrumennya. Penyajian kosa kata baru menjadi bagian terpenting dalam penyusunan buku ajar bahasa Arab, karena itu pola penyajian kosa kata juga menjadi bagian terpenting untuk dinilai apakah sudah efektif sehingga dapat membantu peserta didik untuk mencapai keterampilan berbahasa. Dalam hal penilaian penyajian kosa kata baru dalam buku ajar, Rusydi Ahmad Thu`aimah (1985:181-185) fokus pada 7 (tujuh) aspek yaitu: pertama, jumlah kosa kata baru yang dikenalkan pada buku tersebut. Kedua, jumlah kosa kata baru yang dikenalkan pada setiap tema/dars. Ini penting untuk diperhatikan penyusun buku karena kemampuan anak-anak/pemula berbeda dengan orang dewasa atau tingkat lanjut, bisa-bisa perbandingannya 10 dan 30. Ketiga, memilih lokasi penempatan kosa kata baru. Dimana kosa kata baru harus ditempatkan, apakah sebelum teks dars, dalam teks/dars, setelah teks/dars, atau dimana. Ini juga menjadi bagian penting yang harus dinilai. Keempat, metode penyajian kosa kata, apakah dengan menjelaskan artinya, atau mengenalkan melalui pola latihan, atau engan menyebutkan sinonim atau lawan katanya. Kelima, jenis kosa 6
Evaluasi Buku Ajar Bahasa Arab
Volume VI Nomor 1, Maret 2015 kata baru. Keenam, drill untuk kosa kata baru. Ketujuh, sinonim dan antonim dari kosa kata yang disajikan. 4. Pola Penyajian Stuktur/Tarakib Dalam perspektif pendekatan komunikatif, aspek tarakib tidak menjadi dominan, tetapi ketika berbicara mengenai idealnya buku ajar maka tidak bisa dilupakan begitu saja pola penyajian struktur/ tarakib, sebab dengan pengenalan struktur/tarakib akan membantu peserta didik dalam berkomunikasi, baik secara lisan ataupun tulisan. Dalam pandangan Abdurrahman Ibrahim Fauzan (1428:84), penyajian aspek struktur/tarakib dalam buku ajar dapat dinilai apakah di dalam buku tersebut disajikan struktur/tarakib sesuai dan seimbang dan hanya mengemukakan yang paling penting saja untuk diketahui peserta didik, dan dikemukakan secara gradasi, dengan pola latihan yang memadai. Struktur/tarakib juga bisa dinilai apakah dengan menggunakan kosa kata yang mudah dikenal, dan apakah disamping itu juga untuk tetap mempertahankan struktur yang sudah dikenal, dan apakah struktur/tarakib disajikan dalam bentuk yang fungsional, serta apakah nahu dan struktur/tarakib diajarkan secara fungsional dan mempertimbangkan tingkatan peserta didik. Hal ini dirumuskan Abdurrahman Ibrahim Fauzan dalam instrumen penilaian tentang pola penyajian struktur/tarakib dalam 9 (sembilan) butir pernyataan. Dalam pengenalan struktur/tarakib, agaknya Abdurrahman Ibrahim Fauzan lebih simple dengan menggunakan istilah yang tidak bersifat gramatikal. Rusydi Ahmad Thu`aimah (1985:185-195) dalam hal ini mamakai istilah tadris nahwi artinya bagaimana menilai pola penempatan aspek gramatikal dalam buku ajar. Aspek yang akan dinilai, menurutnya adalah pengenalan at-tarkib an-nahwiyah, kapan dimulai pengenalan nahwu, dasar-dasar pemilihan tema nahwu, metode mengajarkannya, dan pengenalan struktur gramatika secara fungsional. Pola penempatan aspek gramatikal dalam buku ajar jika terlalu dominan akan mengganggu pengembangan berbahasa secara komunkatif bagi siswa, karena itu Abdurrahman Ibrahim Fauzan ketika menyusun buku al-`Arabiyyah Baina Yadaik menempatkan materi qawaid secara fungsional dan memilih materi qawaid yang banyak digunakan siswa dalam berbahasa secara komunikatif. 5. Pola Umum Lughawiyyah
Keterampilan
Berbahasa/Al-Maharat Yasmadi
al7
Secara umum bahan ajar bahasa Arab mesti untuk mengembangkan keterampilan berbahasa Arab/al-maharat allughawiyah, karena itu buku ajar itu dapat dinilai baik jika mengembangkan keempat keterampilan secara berimbang, penyusun menyajikan latihan kemahiran bahasa satu persatu secara terintegrasi, dan penyajian keterampilan bahasa diawali dengan istima`/mendengar (Abdurrahman Ibrahim Fauzan, 1428:84-85. Terkait dengan keterampilan berbahasa/al-Maharat al-Lughawiyyah Abdurrahman Ibrahim Fauzan mengemukakan 11 (sebelas) butir soal dalam instrumen penilaiannya. Rusydi Ahmad Thu`aimah (1985:168) juga berpendapat bahwa keterampilan istima` mesti menjadi prioritas pertama yang harus dimulai sebelum pengembangan keterampilan berbahasa lainnya dan mesti berorientasi pada aspek psikomotor. Agaknya konsep teknik pengembangan keterampilan berbahasa/al-Maharat al-Lughawiyyah tidak terdapat perbedaan antara Abdurrahman Ibrahim Fauzan dan Rusydi Ahmad Thu`aimah. 6.
Pola Penyajian Keterampilan Mendengar/Istima`
Mengingat keterampilan mendengar/istima` memiliki peranan yang signifikan dalam pemerolehan bahasa, maka menurut Abdurrahman Ibrahim Fauzan (1428:85) penilaian tentang pola keterampilan mendengar/istima` seharusnya lebih terfokus pada keterampilan mendengar/istima` pada tahap awalnya, buku ajar juga harus mementingkan identifikasi bunyi serta membedakannya, panjang pendek bacaan huruf, mengidentifikasi bentuk huruf dan cara mengucapkannya. Di samping itu, buku yang baik juga dipersiapkan dengan latihan istima` melalui kaset/audio dengan memperhatikan jumlah pola latihan, dan teks istima`. Hal ini dirumuskan Abdurrahman Ibrahim Fauzan dalam 9 (sembilan) butir pernyataan dalam instrumen penilaiannya. Penilaian tentang penyajian mendengar/istima` seharusnya berangkat dari hakikat pembelajaran istima’ itu sendiri. Mahmud Rusydi Khatir, dkk. (1989:163-177) mengemukakan bahwa pengajaran istima’ meliputi urgensi, tujuan, langkah-langkah pembelajaran, serta menciptakan pengalaman keterampilan istima`. Tetapi, Ali Ahmad Madkur (1997:69-99) berpendapat pembelajaran istima` yang utama terletak pada seni mengajar keterampilan istima`, 8
Evaluasi Buku Ajar Bahasa Arab
Volume VI Nomor 1, Maret 2015 tujuan, dan memperhatikan tingkatan untuk keterampilan istima` tersebut bagi peserta didik. Tingkatan istima` untuk pemula akan berbeda dari tingkatan istima` untuk tingkat lanjut. Inti dari keterampilan mendegar/istima` adalah kemampuan untuk memahami makna yang didengar secara global, kemampuan dalam menganalisa dan merseponnya, kemampuan dalam menilai dan mengkritisi, serta kemampuan untuk menghubungkan kandungan makna yang didengar dengan pengalaman pribadi atau kemampuman mengintegrasikan pengamalan pribadi dengan pengalaman si pembicara (Fathi Ali Yunus, t.th:120). Fathi Ali Yunus (t.th:128-129) menyebutkan indikator keterampilan peseta didik dalam istima`, yaitu: memahami maksud pembicara, sikap empati pada pembicara, paham isi pembicaraan, mampu mendengar pokok-pokok pikiran, mampu mendengar detail pembicaraan, mengikuti instruksi lisan, mampu menarik kesimpulan pembicaraan, mampu membuat kesimpulan sementara tentang isi pembicaraan dalam pikiran, bisa membedakan antara inti pesoalan dengan bumbu pembicaraan, bisa membedakan materi mana yang terkait dengan pembicaraan dan yang tidak terkait, mampu menggunakan isyarat konteks bunyi suara untuk membantu pemahaman, mendengarkan dengan inspirasi pengalaman masa lalu, mengkritisi dan menganalisis pembicaraan, mendengar dengan inovasi. Buku ajar yang ideal harusnya dapat menghantarkan peserta didik pada keahlian tersebut, maka penilaian buku ajar dari perspektif keterampilan istima` juga harus mempertimbangkan latihan-latihan yang dapat menjadikan peserta didik terampil dalam istima`. 7. Pola Penyajian Keterampilan Berbicara/Kalam Dalam kaitan pola penyajian keterampilan berbicara/kalam buku seharusnya menjadikan keterampilan ini sebagai salah satu fokus dengan menyajikan materi dalam bentuk hiwar/dialog, latihan berbicara dengan pengucapan yang benar dan tepat secara gradasi dan memadai (Abdurrahman Ibrahim Fauzan, 1428:85). Ada 9 (sembilan) butir pernyataan yang dirumuskan Abdurrahman Ibrahim Fauzan untuk menilai pola penyajian keterampilan berbicara/kalam pada buku ajar. Yasmadi
9
Sasaran pembelajaran berbicara/kalam adalah ragam keterampilan ta`bir syafawi, tujuan pembelajaran, materi dan metode yang digunakan; seperti muhadatsah, munaqasyah, hikayah alQishash, dan khitab (Ali Ahmad Madkur 1997:105-120). Keahlian inti dalam keterampilan berbicara/kalam ada 2 (dua) hal (Shalah Abdul Majid `Arabi, 1981:138-139), yaitu bertutur/an-nuthq dan berbicara/al-hadits. Kemampuan bertutur/an-nuthq adalah keahlian yang tidak banyak membutuhkan berpikir dan kerja otak, sedangkan berbicara/al-hadits adalah kemampuan berbicara yang berhubungan dengan situasi sosial, paling kurang tercipta karena ada pembicara dan pendengar. Di samping itu, di sini dibutuhkan kerja otak yang maksimal untuk menangkap isi pembicaran dan meresponnya serta memformulasikan ide dan pikiran untuk melanjutkan pembicaraan. Berangkat dari hal ini maka penilaian buku ajar juga harus melihat sejauh mana buku tersebut memiliki tujuan yang jelas untuk mengembangkan keterampilan berbicara siswa, serta sudah jelas pula materi yang digunakan dan metode apa yang dipakai untuk mengajarkan materi dimaksud. Kesemua hal ini telah tercakup dalam instrumen penilaian yang disusun oleh Abdurrahman Ibrahim Fauzan. 8. Pola Penyajian Keterampilan Membaca/Qira’ah Penilaian tentang pola penyajian keterampilan membaca/ qira’ah menitikberatkan bahwa buku ajar tersebut harus menjadikan keterampilan ini sebagai salah satu fokus dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Penyajiannya terkait dengan materi qira’ah, pola latihannya, dan jumlah teks qira’ah yang ditampilkan (Abdurrahman Ibrahim Fauzan, 1428:86). Ada 11 (sebelas) instrumen penilaian yang dikemukakan oleh Abdurrahman Ibrahim Fauzan untuk mengetahui pola penyajian keterampilan membaca/qira’ah dalam buku ajar. Fokus penilaian tentang pola penyajian keterampilan membaca/ qira’ah mestinya berangkat dari hakikat pengembangan keterampilan qira’ah itu sendiri. Mahmud Rusydi Khatir (1989:102-124) menjelaskan hakikat pembelajaran qira’ah meliputi jenis qira’ah yang dikembangkan pada buku tersebut, tujuan pembelajaran qira’ah, buku sumber yang digunakan untuk penentuan sumber bacaan, tingkatan qira’ah untuk peserta didik menyesuaikan dengan tingkatan kemampuan mereka. 10 Evaluasi Buku Ajar Bahasa Arab
Volume VI Nomor 1, Maret 2015 Lain halnya dengan Muhammad Shalih Samk (1997:186), Ia melihat bahwa sasaran keterampilan membaca/qira’ah bisa dilihat dari 5 hal, yaitu; keterampilan lafziyah, kecakapan dalam memahami bacaan dan maknanya, tingkatan bacaan secara umum, praktek membaca cepat, dan kebiasaan membaca yang menimbulkan kompetensi dan kecakapan. Wilayah ini harusnya juga menjadi cakupan penilaian dalam buku ajar. 9. Pola Penyajian Keterampilan Menulis/Kitabah Demikian juga dengan penilaian tentang pola penyajian keterampilan menulis/kitabah menitikberatkan bahwa buku ajar tersebut harus menjadikan keterampilan ini sebagai salah satu fokus dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Penyajiannya terkait dengan materi kitabah, pola latihannya, dan jumlah teks kitabah yang ditampilkan (Abdurrahman Ibrahim Fauzan, 1428:86). Dan untuk mengetahui pola penyajian keterampilan menulis/kitabah dalam buku ajar, Abdurrahman Ibrahim Fauzan mengemukan 10 (sepuluh) butir instrumen penilaian. Keterampilan menulis tidak akan didapatkan oleh peserta didik jika mereka tidak bisa terlepas dari problematika/musykilat ta’lim al-kitabah. Mahmud Rusydi Khatir (1989:278-280) menjelaskan musykilat ta’lim al-kitabah meliputi syakl/ harakat dan kaidah-kaidah penulisan; misalnya membedakan antara bentuk huruf dan bunyinya, mengaitkan antara kaidah nahwu dan sharf. Fokus kegiatan pembelajaran dalam meningkatan keterampilan menulis pada 3 hal penting; pertama, ta`bir tahriri, artinya aktifitas yang mencakup pemahaman tentang urgensi kitabah dalam pembelajaran, nilai ekonomis dari kitabah, keindahan, dan kesesuain dengan konten yang dimaksud. Kedua, menulis dengan benar dari sisi hurf, tanda baca, dan problem-problem kesulitan yang terkait dengan aktifitas menulis. Ketiga, menulis dengan jelas (Ali Ahmad Madkur 1997:265). Seharusnya objek penilaian keerampilan menulis juga mencakup pada tiga hal penting ini yang dalam banyak hal belum terlihat pada instrumen penialian yang dikemukakan Abdurrahman Ibrahim Fauzan. 10. Pola Penyajian Aspek Budaya Buku ajar yang baik adalah buku yang menjadikan aspek budaya Yasmadi
11
Arab Islam sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam komponen bahasannya/ anashir al-lughah. Budaya Arab Islam yang dikenalkan dalam buku berangkat dari Qur’an dan sunnah dengan menyesuaikan tingkat pemahaman siswa. Konten budaya mesti untuk memperkuat pemahaman peserta didik tentang Islam itu sendiri (Abdurrahman Ibrahim Fauzan: 1428:87). Aspek tsaqafah/budaya dalam buku ajar termasuk yang utama memiliki peranan penting, sehingga Abdurrahman Ibrahim Fauzan merumuskan 17 (tujuh belas) butir pernyataan untuk menilai pola penyajian aspek tsaqafah/budaya dalam buku ajar. Bahasa dan budaya ibarat satu kesatuan yang sulit dipisahkan, karena itu menurut Rusydi Ahmad Thu`aimah (1985:197) aspek budaya menjadi bagian terpenting dalam buku ajar bahasa Arab, bahkan budaya dianggap sebagai keterampilan kelima setelah istima`, kalam, qira’ah dan kitabah. Dengan demikian penilaian buku ajar juga menelaah sejauh mana penempatan materi budaya Arab Islam pada buku tersebut. 11. Komponen Teks Dalam Buku Ajar Penyajian materi dalam buku ajar melalui dialog/hiwar dengan memperhatikan panjang pendeknya, tingkat kemampuan peserta didik, keterkaitan tema dengan pengalaman kehidupan siswa sehari–hari, dan kontekstualisasinya (Abdurrahman Ibrahim Fauzan: 1428:8788). Dan untuk mengetahui komponen teks dan pola penyajiannya dalam buku ajar, Abdurrahman Ibrahim Fauzan mengemukakan 12 (dua belas) butir instrumen penilaian. Buku ajar yang baik adalah penyajian teks-teks dalam buku tersebut menyangkut tentang segala sesuatu kondisi yang dilalui oleh peserta didik dalam kehidupan mereka sehai-hari, baik di sekolah, rumah, maupun masyarakat. 12. Aktivitas Berbahasa, Pola Latihan, dan Penilaian Buku ajar yang ideal juga dilihat dari ketersediaan materi tentang aktivitas berbahasa, pola latihan, dan penilaian. Penilaiannya terkait dengan jumlah pola latihan pada buku ajar secara keseluruhan dan setiap topiknya, pola latihan komunikatifnya, kesesuaian aktivitas berbahasa dan pola latihan dengan usia siswa, petunjuk buku tentang aktivitas berbahasa, pola latihan, dan penilaian (Abdurrahman Ibrahim Fauzan: 1428:88). Ada 18 (delapan belas) butir pernyataan untuk menilai aktivitas berbahasa, dan pola latihan dalam buku ajar 12 Evaluasi Buku Ajar Bahasa Arab
Volume VI Nomor 1, Maret 2015 yang telah dirumuskan oleh Abdurrahman Ibrahim Fauzan. Penilaian aktivitas berbahasa dalam pembelajaran bahasa dimaksudkan adalah bagaimana merangsang siswa mengekspresikan ide-ide mereka dan emosi mereka dalam berbahasa asing secara benar dan tepat (Jurdit Ar-Rukabiy, 2002:232). Buku ajar dalam hal ini memberikan wadah melalui latihan-latihan yang dapat menumbuhkan aktivitas berbahasa bagi peserta secara spontan dan tanpa paksaan. Pola latihan dalam buku ajar dapat juga disertai dengan penilaian, sehingga aktivitas berbahasa dilakukan oleh siswa dengan bertanggung jawab dan terukur. 13. Buku Guru Menurut Abdurrahman Ibrahim Fauzan (1428:89) idealnya buku ajar yang baik juga memiliki buku khusus untuk guru yang digunakan sebagai panduan oleh guru guna memudahkan guru dan untuk dipedomani dalam proses pembelajaran. Untuk mengetahui fungsi dan urgensi dari buku guru ini Abdurrahman Ibrahim Fauzan mengemukakan 9 (sembilan) butir instrumen penilaian. 14. Penilaian Umum Terhadap Buku Bagian ini adalah untuk melihat penilain secara umum yang merupakan komulatif dari keseluruhan komponen yang dinilai. Penilaian buku ajar yang berangkat dari telaahan kurikulum belum tertuang dalam instrumen penilaian yang disusun oleh Abdurrahman Ibrahim Fauzan padahal buku ajar dinilai layak dan memenuhi standar jika telah disusun dengan mempedomani kurikulum yang ada. Buku ajar akan berbeda konten dan standarnya jika berbeda tingkatan peserta didiknya, serta tujuan pembelajarannya juga untuk tujuan khusus, maka keberadaan kurikulum sangat menentukan arah dan kualitas buku ajar tersebut. Dinamikasi perubahan kurikulum juga akan mempengaruhi penyusun buku dalam merumuskan materi apa yang akan dimuat dalam buku ajar bahasa Arab, misalnya dalam konteks kurikulum yang diguankan lembaga pendidikan di Indonesia, khususnya lembaga pendidikan di bawah naungan Kementerian Agama perubahan kurikulum dari KTSP dan kurikulum 2013. Standarisasi buku ajar mengacu pada kurikulum apa yang menjadi rujukan oleh si penyusun buku, paling tidak Permenag No 2 tahun 2008 harus menjadi rujukan si penyusun buku ajar bahasa Arab Yasmadi 13
dalam perumusannya.
C. Penutup Abdurrahman Ibrahim Fauzan, seorang pakar linguistik terapan, menilai bahwa buku ajar adalah komponen pendidikan yang paling penting, maka pendidik harus mempersiapkan bahan-bahan yang berhubungan dengan pengajaran bahasa Arab untuk peserta didik secara maksimal. Proses pembelajaran akan berjalan baik jika materi, metode, media dan pendekatan yang digunakan dituntun secara terintegrasi dalam buku ajar. Karena itu, penilaian tentang standarisasi buku ajar bahasa Arab dianggap penting untuk mengkur ketercapaian tujuan berbahasa, yaitu mengembangkan keterampilan peserta didik; istima`, kalam, qira’ah, dan kitabah. Penilaian buku ajar bahasa Arab menurut Abdurrahman Ibrahim Fauzan dikatakan memenuhi standar jika telah terpenuhi beberapa komponen, yaitu: buku sudah dinilai layak dari sisi tampilan secara umum, buku telah mengembangkan secara baik pola penyajian anashir al-lughah, yaitu: aswat al-lughah, kosa kata, dan struktur gramatika. Di samping itu, buku juga dinilai baik jika telah mengembangkan keterampilan berbahasa atau al-maharat al-lugahwiyyah: istima`, kalam, qira’ah dan kitabah secara gradasi, berjenjang, memperhatikan tingkatan dan kebutuhan peserta didik, serta menggunakan pola-pola latihan yang menarik dan variatif. Di sisi lain, yang juga tak kalah pentingnya dalam buku ajar tersebut memuat unsur budaya/tsaqafah Arab Islam yang disajikan secara inheren dan integral, karena belajar bahasa Arab bukan sekedar untuk keterampilan, tetapi juga sebagai sarana untuk mengenal Islam lebih mendalam lagi. Dalam menilai buku ajar, menurut Abdurrahman Ibrahim Fauzan juga ditentukan sejauh mana buku tersebut memperhatikan teknik penyajian teks dan wacana dalam setiap darsnya, serta bagaimana penyusun buku dapat merangsang aktifitas berbahasa peserta didik melalui buku tersebut. Dan sebaiknya penyusun buku juga mempersiapkan buku untuk guru yang akan dipedomani dalam aktivitas mengajar ketika menggunakan buku tersebut.
14 Evaluasi Buku Ajar Bahasa Arab
Volume VI Nomor 1, Maret 2015
Referensi : Abdul Aziz Ibrahim Al-Ushailiy, Asasiyyat Ta`lim al-Lughah al-`Arabiyyah li an-Nathiqin bi Lughat Ukhra, Makkah: Univ Ummul Qura, 1432 Abdurrahman Ibrahim Fauzan, I`dad Mawad Ta`lim al-Lughah al`Arabiyah lighairi nathiqina biha, t.p:t.tp, 1428 H Ali Ahmad Madkur, Tadris Funun al-Lughah al-`Arabiyyah, Kairo: Dar al-Fikr al-`Arabi, 1997 Fathi Ali Yunus, dkk., Asasiyyat Ta`lim al-Lughah al-`Arabiyyah wa atTarbiyyah ad-Diniyyah, Kairo: Dar ats-Tsaqafah, t.th. Jurdit Ar-Rukabiy, Thuruq Tadris al-Lughah al-Arabiyyah, Beirut: Dar alFikr al-Mu`ashir, 2002 Mahmud Rusydi Khatir, dkk., Thuruq Tadris al-Lughah al-`Arabiyyah wa at-Tarbiyyah ad-Diniyyah, Makkah: Univ Ummul Qura, 1989 Rusydi Ahmad Thu`aimah, Dalil `Amal Fi I`dad al-Mawad at-Ta`limiyyah li Baramij Ta`lim al-`Arabiyyah, Makkah, Univ Ummul Qura, 1985 ________, Ta`lim al-Lughah Ittishaliyyan Baina al-Manahij wa alIstratijiyyat, Maroko: Isesco, 2006 Shalah Abdul Majid `Arabi, Ta`lim al-Lughat al-Hayyah wa Ta`limuha, Kairo: Maktabah Lubnan, 1981 Shaleh Samk, Fann at-Tadris li at-Tarbiyyah al-Lughawiyyah, Kairo: Dar al-Fikr al-`Arabi, 1998
Yasmadi 15