ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TABUNGAN NASIONAL DI INDONESIA
TESIS
Oleh
BUDI MULYADI 077018029/EP
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TABUNGAN NASIONAL DI INDONESIA
TESIS
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh BUDI MULYADI 077018029/EP
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Judul Tesis
: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TABUNGAN NASIONAL DI INDONESIA Nama Mahasiswa : Budi Mulyadi Nomor Pokok : 077018029 Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Menyetujui: Komisi Pembimbing
(Dr. Murni Daulay, SE, M.Si) Ketua
Ketua Program Studi
(Dr. Murni Daulay, SE, M.Si)
Tanggal lulus
(Drs. Iskandar Syarief, MA) Anggota
Direktur,
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc)
: 05 Mei 2009
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Telah diuji pada Tanggal : 05 Mei 2009
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua
: Dr. Murni Daulay, SE, M.Si
Anggota
: 1. Drs. Iskandar Syarief, MA 2. Dr. Rahmanta, MSi 3. Drs. Rujiman, MA 4. Drs. Rahmad Sumanjaya, MSi
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
ABSTRAK Penelitian ini merupakan kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan nasional di Indonesia menggunakan metode analisis Ordinary Least Square (OLS). Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series tahun 1980 sampai dengan tahun 2005 yang berasal dari Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, Bank Dunia dan publikasi resmi lainnya. Data sebagai variabel-variabel independen penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi, defisit anggaran belanja pemerintah, ekspor neto, pertumbuhan pendapatan perkapita dan pertumbuhan penduduk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel independen tersebut secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tabungan nasional Indonesia. Sementara secara individual variabel pertumbuhan ekonomi Indonesia, pertumbuhan pendapatan perkapita, dan pertumbuhan penduduk berpengaruh signifikan terhadap tabungan nasional. Dua variabel lainnya yaitu defisit anggaran belanja pemerintah dan ekspor neto tidak signifikan mempengaruhi tabungan nasional. Terakhir, memperhatikan nilai elastisitas dan tingkat signifikansi masing-masing variabel independen, pertumbuhan penduduk mempunyai peranan terbesar terhadap tabungan nasional Indonesia. Kata kunci : Tabungan Nasional, Pertumbuhan Ekonomi, Defisit Anggaran, Ekspor Neto, Pendapatan Perkapita dan Pertumbuhan Penduduk
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
ABSTRACT The main purpose of this study is to analyze the factors which influence on the national savings in Indonesia. The method used in this study is Ordinary Least Square (OLS). The data used in this study were the secondary data in the form of data time series from 1980 to 2005 obtained from Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, Bank Dunia (Central Bureau of Statistics, Bank of Indonesia, the World Bank) and the other official publications. The data functioning as the independent variables in this study are economic growth, national budget deficit, nett exports, income growth per capita, and population growth. The result of this study shows that all of the independent variables simultaneously significant influence on the national savings of Indonesia while individually the variables of Indonesia’s economic growth, income growth per capita, and population growth significant influence on the national savings. The other two variables - national budget deficit and nett exports – do not significant influence on the national savings. Looking at the value of elasticity and the level of significance of the respective independent variables, population growth plays a big role in influencing the national savings of Indonesia. Key words : National Savings, Economic Growth, Budget Deficit, Nett Exports, Income Per Capita, Population Growth
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan ALLAH SWT, yang telah melimpahkan karunia-Nya dan memberikan kekuatan serta segala kemudahan dalam menghadapi setiap masalah hidup, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul
“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan
Nasional Di Indonesia” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Tesis ini penulis selesaikan dengan usaha, bantuan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, D.M.T.&H., Sp.A (K)., Rektor Universitas Sumatera Utara (USU)
2.
Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc., Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU)
3.
Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si., Ketua Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai ketua pembimbing yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk dapat dibimbingnya dalam penulisan tesis ini.
4.
Bapak Drs. Iskandar Syarief, M.A., sebagai anggota pembimbing yang telah meluangkan waktu, pemikiran dan arahannya kepada penulis.
5.
Bapak Dr. Jonni Manurung, M.S, Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si. dan Drs. Rujiman, M.A. sebagai pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan saran dalam penulisan tesis ini.
6.
Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
7.
Bapak dan Ibu Staf Administrasi Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
8.
Rekan-rekan mahasiswa angkatan XIII dan sebelumnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah mendorong dan memberikan bantuan moril kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini.
9.
Bapak Kepala Kantor dan
rekan-rekan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Binjai yang memberikan dukungan moril kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini. 10. Bapak dan Mamah yang sangat saya sayangi dan hormati yang tidak hentihentinya memberikan dukungan moril serta doa kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini. 11. Istriku tercinta, Ira Herawati serta kedua putriku yang cantik dan shalehah, Zahra dan Fatimah, yang terus memberikan doa serta dorongan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini. Semoga ALLAH SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas seluruh kebaikan yang diberikannya kepada penulis. Aamiin Yaa Rabbal’Alamiin. Medan,
Mei 2009
Penulis, Budi Mulyadi
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP Nama
: Budi Mulyadi
Tempat / Tanggal Lahir
: Bogor, 20 Agustus 1972
Alamat
: Jl. Sei Padang No.145A Medan
Pekerjaan
: PNS
Status
: Menikah, 2 orang anak
Nama istri
: Ira Herawati
Nama Anak
: 1. Indah Nur Azzahra 2. Fatimah Nuraini
Nama Orang Tua Ayah
: Maman Kusman
Ibu
: Tati Sulastri
Pendidikan 1.
SD
: SDN 04 Maruya Jakarta Barat
2.
SMP
: SMPN 206 Jakarta Barat
3.
SMA
: SMAN 16 Jakarta Barat
4.
DIII
: STAN Prodip Keuangan
5.
S1
: STIE Indonesia (STEI) Jakarta
6.
S2
: Sekolah Pascasarjana USU
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR ISI ABSTRAK ..........................................................................................................
i
ABSTRACT ..........................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................
iii
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................
v
DAFTAR ISI........................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ...............................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................
xi
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................
1
1.1
Latar Belakang ........................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah ...................................................................
5
1.3
Tujuan Penelitian ...................................................................
6
1.4
Manfaat Penelitian ..................................................................
6
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................
7
2.1
Definisi Tabungan...................................................................
7
2.2
Teori Konsumsi ......................................................................
8
2.2.1
J.M. Keynes...............................................................
9
2.2.2
Kritik Simon Kuznets terhadap teori J.M. Keynes ...
12
2.2.3
Irving Fisher .............................................................
13
2.2.4
A. Ando, R. Brumberg dan F. Modigliani (Life Cycle Hypothesis) .....................................................
14
BAB II
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
BAB III
2.2.5
Milton Friedman (Permanent Income Hypotesis).....
16
2.2.6
James Duessenbery ..................................................
17
2.3
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tabungan .......................
17
2.4
Teori Equivalensi Ricardian ..................................................
18
2.5
Pertumbuhan Ekonomi dan Tabungan Nasional ....................
21
2.6
Pendapatan Nasional dan Tabungan Nasional ......................
23
2.7
Faktor Demografi ....................................................................
25
2.8
Penelitian Terdahulu ..............................................................
28
2.9
Hipotesis Penelitian ................................................................
34
2.10 Kerangka Pikir Penelitian ......................................................
35
METODE PENELITIAN ...............................................................
36
3.1
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ................................
36
3.2
Jenis dan Sumber Data ...........................................................
36
3.3
Teknik Pengumpulan Data .....................................................
36
3.4
Analisis Data ..........................................................................
37
3.5
Definisi Operasional Variabel ................................................
38
3.6
Uji Kesesuaian .......................................................................
39
3.7
Pelanggaran Asumsi Klasik ...................................................
40
3.7.1
Multikolinieritas........................................................
40
3.7.2
Autokorelasi ..............................................................
41
3.7.3
Normalitas ................................................................
42
3.7.4
Data Stationer ..........................................................
43
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN .......................................
45
4.1
Perkembangan Tabungan Nasional Indonesia ........................
45
4.2
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ...........................................
47
4.3
Kondisi Defisit Anggaran di Indonesia...................................
51
4.4
Perkembangan Ekspor Netto Indonesia ..................................
56
4.5
Perkembangan Penduduk Indonesia .......................................
60
4.6
Pembahasan Data Variabel-Variabel Penelitian .....................
62
4.7
Uji Penyimpangan Asumsi Klasik .........................................
71
4.7.1
Uji Multikolinieritas..................................................
71
4.7.2
Uji Korelasi Serial (Autokorelasi) ............................
72
4.7.3
Uji Normalitas (Jarque-Bera Test) ............................
72
4.7.4
Uji Stationeritas Data ................................................
73
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................
75
5.1
Kesimpulan ............................................................................
75
5.2
Saran
...................................................................................
76
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
78
BAB V
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR TABEL
Nomor 1.1.
Judul
Halaman
Tabungan Bersih dan Defisit Anggaran Indonesia Periode 1980 sd. 2005 (dalam persen) .........................................
3
Pertumbuhan Ekonomi dan Tabungan Bersih Indonesia Periode 1980 sd. 2005 (dalam persen) .........................................
4
4.1.
Hasil Analisis Data........................................................................
62
4.2.
Hasil Estimasi Uji Multikolinieritas .............................................
71
4.3.
Hasil Estimasi Uji Korelasi Serial ...............................................
72
4.4.
Hasil Estimasi Uji Normalitas.......................................................
73
4.5.
Hasil Estimasi Uji Stationeritas Data ...........................................
74
1.2.
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
2.1.
Fungsi Konsumsi Menurut Keynes...............................................
11
2.2.
Fungsi Konsumsi Menurut Life Cycle Hyphotesis........................
14
2.3.
Hubungan Output, Tabungan dan Depresiasi Kapital...................
24
2.4.
Kerangka Pikir Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tabungan Nasional di Indonesia ..................................................
35
Perkembangan Tabungan Nasional Indonesia Periode 1980 sd. 2005 (dalam Milyar Rupiah).........................................................
45
MPC Rumah Tangga Indonesia dan Tabungan Nasional Indonesia Periode 1980 sd. 2004 (dalam persen)..........................
46
Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode 1966 sd. 2005 (dalam persen) .....................................................................
48
Pertumbuhan Ekonomi dan Rasio Tabungan Nasional Indonesia terhadap PDB periode 1981 sd. 2005 (dalam persen) ..................
50
Rasio Defisit APBN dan Rasio Tabungan Nasional terhadap PDB periode 1980 sd. 2005 (dalam persen) ................................
54
Rasio Ekspor Netto Terhadap PDB dan Rasio Tabungan Nasional terhadap PDB Periode 1980 sd. 2005 (dalam persen) ..
57
Pertumbuhan penduduk Indonesia periode 1970 sd. 2005 (dalam persen) ..........................................................................................
60
4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5. 4.6. 4.7.
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
1.
Data Penelitian .............................................................................
81
2.
Hasil Estimasi dengan OLS .........................................................
82
3.
Hasil Uji Multikolinieritas ...........................................................
83
4.
Hasil Uji Autokorelasi .................................................................
86
5.
Hasil Uji Normalitas ....................................................................
87
6.
Hasil Uji Stationeritas Data ..........................................................
88
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Krisis global telah menimbulkan dampak yang besar terhadap perekonomian
Indonesia. Ancaman krisis ekonomi masih terus membayangi perekonomian Indonesia. Dari anjloknya bursa saham di Bursa Efek Indonesia sampai kemungkinan turunnya pendapatan negara akibat turunnya potensi pendapatan dari sektor perpajakan. Hal ini tentu saja sangat menyulitkan bagi pemerintah Indonesia. Di sektor riil masalah penambahan pengangguran akibat ancaman pemutusan hubungan kerja karena perusahaan – perusahaan mengalami kerugian yang cukup besar, atau malah beberapa diantaranya mengalami kebangkrutan, semakin menambah berat beban perekonomian Indonesia. Di sisi lain investasi swasta baik dalam negeri maupun asing yang diharapkan mampu untuk menyerap jumlah pengangguran hampir tidak mungkin diharapkan pada saat krisis. Hal ini terjadi karena unsur ketidakpastian ekonomi menyebabkan investor enggan untuk mulai atau menambah investasi. Padahal menurut Rostow, sebuah negara perlu mencapai tingkat investasi sebesar 15-20 persen sebagai prakondisi untuk lepas landas. Sektor perbankan juga merasakan dampak yang luar biasa dalam hal likuiditas. Bank Century merupakan salah satu bank yang telah menjadi korban di sektor perbankan akibat krisis global. Krisis telah menyebabkan perbankan ragu untuk melakukan pembiayaan dan ekstra hati – hati dalam memberikan permintaan Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
kredit. Alasan utamanya tentu menjaga likuiditas keuangannya untuk menghindari terjadinya rush. Tingkat bunga pinjaman kredit juga menjadi meningkat, selain karena BI rate yang juga masih tinggi yakni pada level 9 persen, juga karena unsur resiko yang tinggi menyebabkan premi resiko pinjaman menjadi meningkat. Hal ini memberikan dampak bagi perkembangan investasi yang melamban, sehingga sulit untuk menjadi pendorong bagi sektor riil. Pilihan lain yang masih mungkin untuk menggerakkan perekonomian adalah konsumsi masyarakat dan pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah diharapkan mampu dalam dua hal, yang pertama mengurangi pengangguran melalui pengeluaran untuk program pemerintah yang dapat menyerap tenaga kerja. Yang kedua diharapkan mampu menjaga daya beli masyarakat melalui pengeluaran pemerintah yang lebih besar. Pengeluaran pemerintah ini diharapkan mampu menjadi salah satu pendorong bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan juga diharapkan dapat meredam dampak krisis global yang melanda perekonomian Indonesia. Alternatif pada pengeluaran pemerintah bukanlah tanpa kendala. Selain harus tersedianya jumlah tabungan yang besar dari pemerintah dan masyarakat untuk pembiayaan pembangunan, pengeluaran pemerintah yang ekspansif juga dapat menyebabkan beban defisit anggaran yang besar bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Defisit anggaran belanja pemerintah akan menggerogoti tabungan pemerintah dan tabungan masyarakat. Hal ini berdampak kurang baik bagi keberlanjutan ekonomi, karena tabungan nasional merupakan modal bagi
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
pembangunan perekonomian selanjutnya. Berikut gambaran defisit anggaran dan tabungan bersih Indonesia. Tabel 1.1 : Tabungan Bersih, dan Defisit Anggaran Indonesia Periode 1980 sd. 2005 (dalam persen)
Tahun
Rasio Tabungan Bersih
1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Rasio Defisit Anggaran 29,1 23,2 18,9 21,6 20,9 20,7 19,8 23 23,5 27,5 24,2 17,4 18,8 25 25,6 23,8 23,4 24,8 18,7 8,9 23,4 20,6 15,4 12,1 14,2 14,4
-1,20 -1,71 -2,00 -1,61 0,54 -1,08 -2,82 -0,45 -2,02 -0,60 0,97 -0,73 -1,03 -0,47 0,90 1,19 0,69 -1,09 -1,54 -1,34 -2,25 -0,98 -2,22 -1,71 -1,05 -0,52
Sumber : World Bank, 2007 Dalam jangka panjang pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan fungsi dari tabungan yang tersedia, atau dengan kata lain dalam jangka panjang pertumbuhan ekonomi suatu negara hanya ditentukan oleh jumlah tabungan yang dimiliki pemerintah dan masyarakat suatu negara yang tersedia untuk pembangunan.
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Sebagai perbandingan Singapura memiliki tingkat tabungan nasional sebesar 40 persen dari PDB dan memiliki pertumbuhan PDB tahunannya sebesar 5 – 6 persen selama kurun waktu 1960 – 1996. Sementara itu, Kenya pada periode yang sama, hanya memiliki 15 persen tabungan nasional dan mempunyai pertumbuhan tahunan hanya sebesar 1 persen. Perkembangan tabungan nasional dan pertumbuhan ekonomi Indonesia digambarkan pada tabel dibawah ini. Tabel 1.2 : Pertumbuhan Ekonomi dan Tabungan Bersih Indonesia Periode 1980 sd. 2005 (dalam persen) Tahun 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Rasio Tabungan Bersih 29.1 23.2 18.9 21.6 20.9 20.7 19.8 23 23.5 27.5 24.2 17.4 18.8 25 25.6 23.8 23.4 24.8 18.7 8.9 23.4 20.6 15.4 12.1 14.2 14.4
Pertumbuhan Ekonomi 8.725 7.4 -0.3 8.8 7 2.5 5.9 4.9 5.8 7.5 7.242 6.95 6.459 6.496 7.539 8.213 7.987 4.543 -13.007 0.308 5.188 3.322 4.376 4.876 5.129 5.596
Sumber : World Bank, 2007
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Mempertahankan perekonomian dari gejolak krisis adalah hal yang mutlak dilakukan namun mempertahankan momentum pertumbuhan dan pembangunan ekonomi pada masa datang juga menjadi pilihan penting dalam perencanaan ekonomi. Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti tertarik mengambil judul tesis ini “Analisis
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Tabungan
Nasional
Di
Indonesia”. Peneliti menilai perlunya mengidentifikasi faktor-faktor yang dominan di dalam pertumbuhan tabungan nasional di Indonesia sehingga ke depan Indonesia dapat menjadi negara yang mandiri di dalam melaksanakan pembangunannya.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut : 1. Berapa besar pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tabungan nasional Indonesia? 2. Berapa besar pengaruh defisit anggaran pemerintah terhadap tabungan nasional Indonesia? 3. Berapa besar pengaruh ekspor neto terhadap tabungan nasional Indonesia? 4. Berapa besar pengaruh pertumbuhan pendapatan perkapita terhadap tabungan nasional Indonesia? 5. Berapa besar pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap tabungan nasional Indonesia?
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tabungan nasional Indonesia. 2. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh defisit anggaran pemerintah terhadap tabungan nasional Indonesia. 3. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh ekspor neto terhadap tabungan nasional Indonesia. 4. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh pertumbuhan pendapatan perkapita terhadap tabungan nasional Indonesia. 5. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap tabungan nasional Indonesia.
1.4
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa: 1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan pihak terkait lainnya sebagai pengambil keputusan untuk dapat membuat kebijakan yang tepat dalam perekonomian. 2. Memberikan tambahan pengetahuan bagi penulis tentang kondisi tabungan nasional di Indonesia khususnya dan sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak lain yang berniat untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang masalah ini secara lebih luas dan mendalam.
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Tabungan Tabungan nasional (national saving) dapat didefinisikan sebagai pendapatan
total dalam perekonomian yang tersisa setelah dipakai untuk pengeluaran pemerintah dan konsumsi. Dalam suatu negara, investasi domestik dapat dibiayai oleh tabungan nasional dan pinjaman dari luar negeri. Total dana yang tersedia untuk membiayai investasi (I) sama dengan tabungan nasional (S+(T-G)) ditambah dengan pinjaman dari luar negeri (X-M) dan secara matematis dapat dirumuskan : I = S + (T-G) + (X-M) ………………........………..…….……….
(2.1)
Namun untuk mengurangi ketergantungan suatu negara terhadap bantuan dari pihak lain, tabungan nasional diutamakan sebagai sumber pembiayaan investasi domestik. Secara garis besar, tabungan nasional diciptakan oleh tiga pelaku, yaitu pemerintah, perusahaan dan rumah tangga. Tabungan pemerintah merupakan selisih lebih antara realisasi penerimaan dengan pengeluaran pemerintah. Tabungan perusahaan merupakan kelebihan pendapatan (laba) yang tidak dibagikan kepada pemegang saham yang besarnya dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan. Sementara itu, tabungan rumah tangga merupakan bagian dari pendapatan yang diterima rumah tangga yang tidak dibelanjakan untuk keperluan konsumsi. Secara matematis persamaan tabungan dapat dijabarkan sebagai berikut : Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Jika tabungan swasta adalah S = (Y - T) - C dan tabungan pemerintah adalah (T - G), maka tabungan nasional adalah S = (Y -T) - C + (T - G).......………………..…….……….
(2.2)
dimana : S
adalah tabungan nasional
Y-T adalah pendapatan disposibel (disposible income) masyarakat dan swasta C
adalah konsumsi
T
adalah penerimaan pemerintah dari Pajak dan Non Pajak
G
adalah pengeluaran pemerintah Jika T-G bernilai positif, maka pemerintah akan mengalami budget surplus,
dan sektor ini akan ditambahkan pada sektor swasta untuk menambah sumber pembiayaan investasi. Namun jika T-G bernilai negatif berarti pemerintah mengalami budget defisit, dan pemerintah harus meminjam dana dari pihak lain.
2.2
Teori Konsumsi Tabungan adalah bagian dari pendapatan yang tidak dibelanjakan, sehingga
sangat erat kaitannya dengan perilaku konsumsi individu. Selain itu, keputusan konsumsi sangat penting untuk analisa jangka pendek karena peranannya dalam menentukan permintaan agregat. Konsumsi adalah dua pertiga dari Produk Domestik Bruto, sehingga fluktuasi dalam konsumsi adalah elemen penting dari booming dan resesi ekonomi (Mankiw, 2007).
Berikut pendapat beberapa ahli tentang teori
konsumsi yang sering menjadi pembahasan. Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
2.2.1
J.M. Keynes Dikenal dengan Absolut Income Theory (teori pendapatan absolut).
Keynes menyatakan tentang hubungan pengeluaran konsumsi dengan pendapatan nasional yang diukur berdasarkan harga konstan. Keynes menulis bahwa “hukum psikologis yang mesti kita yakini tanpa ragu... adalah bahwa manusia sudah pasti, secara alamiah dan berdasarkan rata-rata, untuk meningkatkan konsumsi ketika pendapatan mereka naik tetapi tidak sebanyak kenaikan pendapatan mereka” (Mankiw,2007). Jadi : C = f ( Yd ) ............................................................ C f
(2.3)
= Konsumsi = Fungsi
Yd = Disposible income (pendapatan yang benar-benar dapat dinikmati oleh rumah tangga). Yd = Y – Tx + Tr Tx = Pajak ; Tr = Transper Payment (seperti Subsidi) Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa besarnya konsumsi sangat tergantung pada besarnya pendapatan (Yd). Semakin besar pendapatan (Yd), maka semakin tinggi pula konsumsi dan sebaliknya. Keynes mengatakan apabila pendapatan makin tinggi atau meningkat, maka MPC (Marginal Propensity to Consume) tetap dan APC (Average Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Propensity to Consume) akan menurun. Jadi makin tinggi income, makin kecil APC. Besarnya konsumsi adalah : C = a + bYd atau C = Co + bYd .........................................................
(2.4)
a atau Co adalah alpha atau dengan kata lain konsumsi terendah. Jadi meskipun pendapatannya nol, konsumsi sebesar a atau Co. b = Beta = MPC = Marginal Propensity to Consume Yd = Disposible Income Dimana : UC MPC = UY Besarnya MPC antara 0 sampai dengan 1 atau dinotasikan 0 < MPC < 1 APC (Average Propensity to Consume) =
C Y
Secara singkat berikut ini disajikan beberapa catatan mengenai fungsi konsumsi Keynes yang banyak disebut dalam literatur: a.
Variabel nyata ; Yang dimaksud adalah bahwa fungsi konsumsi Keynes menunjukkan hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan. Dengan
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
kata lain adalah besarnya hubungan antara pendapatan nasional nominal dengan pengeluaran konsumsi nominal. b. Pendapatan yang terjadi Dalam literatur banyak disebut bahwa pendapatan nasional yang menentukan besar kecilnya pengeluaran nasional yang terjadi (Current National Income). Penemuan ini untuk menunjukkan bahwa yang dimaksud Keynes bukannya pendapatan yang terjadi sebelumnya, bukan pula pendapatan yang diramalkan akan terjadi dimasa yang akan datang. c. Pendapatan Absolut Dalam literatur banyak disebutkan bahwa dalam fungsi konsumsi Keynes; variabel pendapatan nasional yang diinterprestasikan sebagai pendapatan nasional absolut, dapat dibandingkan pula misalnya dengan pendapatan relatif, pendapatan permanen dan sebagainya.
C ( harga Konstan ) Y= C C=C0+bYd C0 0
Y ( harga Konstan ) Gambar 2.1 : Fungsi konsumsi menurut Keynes
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
2.2.2
Kritik Simon Kuznets terhadap teori J.M. Keynes Penemuan empiris Simon Kuznets, mengenai fungsi konsumsi bahwa
rasio konsumsi terhadap pendapatan (APC) dalam
jangka panjang memiliki
kecenderungan konstan. Ini berarti berbeda dengan asumsi kedua Keynes bahwa untuk fungsi konsumsi jangka pendek sekalipun berlaku MPC < APC. Seperti yang diasumsikan Keynes, intersep fungsi konsumsi yaitu Co, mengalami perubahan dari waktu kewaktu. Bergesernya intersep keatas ini tidak tertampung oleh hipotesis pendapatan absolut Keynes. Dengan kata lain secara rinci penemuan Simon Kuznets tersebut adalah 1. Perlu dibedakan fungsi konsumsi jangka panjang (Long run Consumption Function) dengan fungsi konsumsi jangka pendek (Short run Consumption Function) karena kedua macam fungsi konsumsi tersebut dari hasil struktur empirisnya mempunyai bentuk yang berbeda. 2. Fungsi konsumsi jangka pendek ternyata mengalami pergeseran keatas, kesimpulan ini apabila diungkapkan dengan menggunakan bentuk standar persamaan fungsi konsumsi : C = Co + bYd, dapat dikatakan bahwa nilai Co tendensinya meningkat dari waktu kewaktu. Dari penemuan inilah, Simon Kuznets menyatakan bahwa yang dibahas oleh Keynes adalah konsumsi jangka pendek. Konsumsi jangka panjang dimulai dari nol dan konsumsi masyarakat jangka pendek berubah setiap masa atau setiap saat. Perubahan asset ini akan menambah Co sehingga dalam jangka panjang MPC = APC. Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
bahwa baik Keynes maupun Simon Kuznets melihat dari agregat, berbeda dengan pendapat Irving Fisher yang mengamati dan melihat dari individuindividu (single consumption). 2.2.3
Irving Fisher Model yang dikembangkan Irving Fisher membuat para ekonom lainnya dapat menganalisis bagaimana konsumen yang berpandangan ke depan dan rasional membuat pilihan antar-waktu yaitu, pilihan yang meliputi periode waktu berbeda. Menurut model ini, pendapatan konsumen dalam dua periode membatasi konsumsi di setiap periodenya. Dalam periode pertama, tabungan sama dengan pendapatan dikurangi konsumsi yaitu : S = Y1 – C1
............................................................
(2.5 )
Dalam periode kedua, konsumsi sama dengan akumulasi tabungan (termasuk bunga tabungan) ditambah pendapatan periode kedua, yaitu C2 = (1 + r)S + Y2
................................................
(2.6)
Dengan demikian, konsumsi seseorang selama dua periode dengan dua pendapatan yang berbeda dapat dinyatakan dalam persamaan di bawah ini : C1
+
C2 1+r
=
Y1
+
Y2 1+r
(2. 7)
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
2.2.4
A. Ando, R. Brumberg dan F. Modigliani ( Life Cycle Hypothesis ) Asumsi yang digunakan: Umur atau usia masyarakat mempengaruhi pola
perilaku konsumsinya. Dissaving bisa ditutup oleh saving tahun sebelumnya. C,Y C t
p
b
Y
Co
0
Y
B
T
P
Mt = Waktu
Gambar 2.2 : Fungsi konsumsi menurut Life Cycle Hypothesis Dari gambar di atas terlihat bahwa begitu seseorang lahir, ia sudah mempunyai kebutuhan-kebutuhan hidup yang menuntut untuk dipenuhi, meskipun jelas usia tersebut ia sama sekali belum dapat berpartisipasi dalam pembentukan produk nasional. Ini berarti pendapatan sebesar nol dan jumlah pengeluaran konsumsinya positif, memaksa orang tersebut melaksanakan dissaving. Baru setelah dewasa dan memasuki angkatan kerja ia dapat memperoleh pendapatan dan pada usia B baru lagi terjadi dissaving kemudian pendapatan tersebut meningkat sehingga terjadi saving sampai dengan umur P. Bila umurnya masih panjang, maka kembali terjadi dissaving.
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Mengenai sumber pendapatan, Ando, Brumberg, dan Modigliani membedakan dua sumber pendapatan yaitu tenaga kerja sebagai sumber labour income dan kekayaan sebagai sumber property income. Y = YL + YP ................................................................. ..
(2.8)
Prinsip dari asumsi hipotesis siklus hidup adalah bahwa individu selalu berusaha untuk mencari maksimisasi dari nilai sekarang terhadap kepuasan hidup dengan kendala anggaran yang terbatas. Kendala anggaran
adalah sebanding
dengan kekayaan yang dimiliki individu pada masa sekarang ditambah nilai dari penghasilan yang diharapkan dari pekerjaan setiap individu. Teori ini meramalkan bahwa konsumsi masyarakat pada setiap periode adalah sangat bergantung pada harapan tentang pendapatannya selama hidup. Hal ini berarti bahwa fluktuasi yang terjadi terhadap pendapatan berhubungan dengan kesinambungan masa datang. Tahap ini adalah penentu yang paling penting dalam perilaku tabungan. Oleh karena itu individu akan secara bijak melakukan konsumsi pada saat mereka hidup, yaitu dengan cara melakukan tabungan pada masa muda dan mengambil tabungan pada saat usia lanjut (Modigliani, 1986). Modigliani juga menjelaskan pernyataan di atas dalam sebuah bentuk fungsi konsumsi setiap orang sepanjang tahun sebagai berikut : C = (W + RY) / T
atau
C= (1/T) W + (R/T) Y .................................................................
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
(2.9)
Model siklus hidup juga meramalkan bahwa peningkatan dalam pertumbuhan pendapatan perkapita akan juga turut mendorong terhadap peningkatan tabungan secara agregat. Hal ini terjadi karena sumber-sumber pada masa hidup dan tabungan lebih besar pada saat masih usia produktif daripada pada masa usia lanjut. 2.2.5
Milton Friedman (Permanent Income Hypotesis) Dengan menggunakan asumsi bahwa konsumen bersikap rasional dalam
mengalokasikan pendapatan yang diperoleh selama hidupnya diantara kurun waktu yang dihadapinya serta menghendaki pola-pola konsumsi yang kurang lebih merata dari waktu kewaktu. Milton Friedman menarik kesimpulan bahwa konsumsi permanen seseorang konsumen atau suatu masyarakat mempunyai hubungan yang positif dan proporsional dengan pendapatannya. Dalam bentuk matematis dapat diungkapkan : Cp = K Yp .......................................................................
(2.10)
Cp = Konsumsi permanen K = Angka konstan yang menunjukkan bagian pendapatan permanen yang dikonsumsi. Ini berarti 0 < k < 1 Yp = Pendapatan permanen ; Dari uraian di atas jelaslah sekarang bahwa seperti halnya
Ando,
Brumberg, Modigliani, Milton Friedman dan begitu juga nantinya Duessenbery berhasil memberikan dasar teoritik untuk kedua fungsi konsumsi yang ditemukan secara empirik oleh Simon Kuznets. Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
2.2.6
James Duessenbery James Duessenbery mengemukakan pendapatnya bahwa pengeluaran
konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh besarnya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Ia
berpendapat bahwa apabila pendapatan
berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluarannya untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi ini, mereka terpaksa mengurangi saving. Selanjutnya Duessenbery juga sependapat dengan penemuan Kuznets bahwa untuk setiap income yang dicapai mempunyai fungsi konsumsi jangka pendek sendiri– sendiri. Faktor–faktor yang berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi : a. Distribusi pendapatan nasional. b. Banyaknya kekayaan masyarakat dalam bentuk alat- alat likuid. c. Banyaknya barang–barang konsumsi tahan lama dalam masyarakat.
2.3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tabungan Menurut ekonom klasik, seperti Adam Smith, tabungan merupakan fungsi
dari tingkat bunga. Tingkat bunga merupakan pembayaran dari tidak dilakukannya konsumsi, imbalan dari kesediaan untuk menunggu dan tidak dilakukannya konsumsi dan pembayaran atas penggunaan dana. Oleh karena itu, jika tingkat bunga naik, jumlah tabungan juga akan meningkat. Tingkat bunga ditentukan dari titik keseimbangan antara tabungan dan investasi. Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Alfred Marshall dari kaum neoklasik mengemukakan bahwa terdapat faktor ekonomi dan non ekonomi yang mempengaruhi tabungan. Diantara faktor-faktor ekonomi tersebut, dia menekankan pada tingkat bunga, walaupun mungkin saja terdapat keadaan dimana tetap ada tabungan pada saat tingkat bunga negatif. Selain tingkat bunga, pendapatan juga dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi tabungan nasional. Pendapat tersebut dikemukakan oleh J.M. Keynes dalam teorinya mengenai kecenderungan untuk mengkonsumsi (propensity to consume) yang secara eksplisit menghubungkan antara tabungan dan pendapatan. Keynes menyatakan suatu fungsi konsumsi modern yang didasari oleh perilaku psikologis modern, yaitu apabila terjadi peningkatan pada pendapatan riil, peningkatan tersebut tidak digunakan seluruhnya untuk meningkatkan konsumsi, tetapi dari sisa pendapatan tersebut juga digunakan untuk menabung.
2.4
Teori Equivalensi Ricardian Teori ini merupakan pengembangan dari teori pendapatan permanen dan
hipotesis siklus hidup (Permanent Income and Life Cycle Hypotesis atau PILCH). Dalam teori ini dinyatakan bahwa belanja pemerintah, pajak dan utang pemerintah yang tidak ada dalam PILCH diintroduksikan ke dalam model. Kesimpulan dari teori ini adalah kebijakan defisit anggaran tidak mempunyai pengaruh terhadap perekonomian. Termasuk di dalamnya investasi, suku bunga dan tingkat harga. Dalam teori Equivalensi Ricardian diasumsikan bahwa dalam perekonomian hanya terdapat satu pelaku ekonomi (a representative agent) yang hidup sepanjang Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
waktu (infinite horizon). Secara umum model Equivalensi Ricardian dapat diformulasikan sebagai berikut :semua rumah tangga yang hidup dalam pasar uang sempurna akan memaksimalkan fungsi utilitasnya. (Seater, 1993) : U (t ) =
∞
∑ u (C i =0
t ÷i
)δ i
.......................................................
(2.11)
Rumah tangga menghadapi kendala anggaran yaitu : ∞
∞
i =0
i =0
∑ (Yt ÷i − Gt ÷i ) R i = ∑ R i Ct ÷i
..........................................
(2.12)
Di mana U = utilitas rumah tangga, C = konsumsi rumah tangga, mewakili preferensi waktu serta R yang sama dengan (1/(1+r)) mewakili faktor diskonto, sedangkan r adalah suku bunga, (Y-G) adalah pendapatan yang siap dibelanjakan yang merupakan selisih antara pendapatan nasional dikurangi pajak atau semua pengeluaran pemerintah dibiayai dengan pajak (G=T). Ekonom berusaha untuk melihat pengaruh agregat dari kebijakan fiskal dalam tiga perspektif prinsip untuk memperjelas perbedaan diantara model dalam hal defisit anggaran dan pengaruhnya terhadap variabel ekonomi lain. Menurut teori Equivalensi Ricardian, pemotongan pajak yang didanai utang (defisit anggaran) tidak mempengaruhi konsumsi. Rumah tangga menabung kelebihan pendapatan disposibel untuk membayar kewajiban pajak masa depan yang ditunjukkan oleh pemotongan pajak. Kenaikan dalam tabungan swasta ini akan mengoffset penurunan tabungan publik. Tabungan nasional, jumlah tabungan swasta dan publik, tetap sama. Karena itu pemotongan pajak tidak memiliki dampak (terhadap jumlah tabungan nasional itu
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
sendiri, tingkat bunga, nilai tukar dan produksi domestik masa yang akan datang atau pendapatan nasional masa yang akan datang) seperti yang diprediksi analisis tradisional (Mankiw, 2007). Sementara itu Manurung (2006), menyatakan ketika terjadi defisit fiskal maka pengendalian moneter menjadi penting dan tekanan terhadap sistem keuangan akan terjadi. Pengeluaran yang lebih besar dari penerimaan pemerintah mengakibatkan penjualan obligasi pemerintah kepada masyarakat. Penjualan obligasi dan uang inti kepada masyarakat akan meningkatkan penerimaan pemerintah melalui pajak inflasi dan pajak bunga terhadap pemegang uang dan obligasi pemerintah. Model kedua adalah small open economy. Menurut pandangan model ini defisit anggaran akan menurunkan tabungan nasional, tapi modal internasional yang masuk akan menutupi penurunan tabungan nasional. Menurut model ini defisit anggaran akan meningkatkan pinjaman dari luar negeri dan karena itu akan mengurangi pendapatan nasional yang akan datang, tapi defisit tidak akan berpengaruh pada tingkat bunga atau produksi domestik masa yang akan datang. Model ketiga sering disebut dengan pandangan konvensional yang menyatakan bahwa defisit anggaran akan mengurangi tabungan nasional dan selanjutnya penurunan investasi domestik. Menurut model ini defisit anggaran dan investasi swasta terjadi crowding out dan sebagian terjadi peningkatan pinjaman luar negeri, yang mana kedua-duanya mengurangi pendapatan nasional dan produksi domestik masa yang akan datang.
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
2.5
Pertumbuhan Ekonomi dan Tabungan Nasional Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional
bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu negara dapat terlihat dari pendapatan yang diterima oleh pemerintah negara tersebut dan kinerja perekonomian selama periode satu tahun. Pendapatan pemerintah dan anggaran lainnya dialokasikan sebagai dana pembangunan sesuai kebijakan yang berlaku. Dana pembangunan juga dapat diperoleh dari tabungan pemerintah dan pinjaman luar negeri. Seperti telah dijelaskan sebelumnya tabungan pemerintah merupakan selisih lebih penerimaan dalam negeri terhadap anggaran rutin. Masalahnya tabungan pemerintah (apalagi di negara-negara berkembang) tidak mencukupi untuk membiayai pembangunan. Biasanya untuk mencegah defisit anggaran, kebijakan yang ditempuh pemerintah adalah dengan selalu menjajaki kemungkinan untuk memperoleh bantuan luar negeri. Di tengah serangkaian pemikiran dan perdebatan tentang penolakan terhadap ketergantungan terhadap hutang luar negeri, maka sumber pembiayaan domestik menjadi isu yang menarik. Jika dibandingkan dengan sumber eksternal dalam pembiayaan pembangunan, menggantungkan harapan pada sumber-sumber domestik memang relatif lebih aman terhadap fluktuasi perekonomian global. Di Indonesia Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
bantuan luar negeri yang diterima pemerintah tercatat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai penerimaan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi yang melambat, akan mempengaruhi berbagai target, termasuk penciptaan lapangan kerja dan juga masalah kemiskinan. Kembali kepada masalah pembangunan ekonomi beserta dengan pembiayaannya, pinjaman luar negeri biasanya timbul karena suatu negara mengalami kekurangan kapital karena sumbersumber dana di dalam negeri memang sedikit. Bagi negara-negara sedang berkembang yang ingin mempercepat laju pertumbuhan ekonominya agar dapat menyamai tingkat hidup di negara-negara yang sudah maju, investasi dalam jumlah yang besar perlu dijalankan, sehingga hasilnya tidak akan hanya diserap oleh pertambahan penduduk saja. Di negara-negara sedang berkembang umumnya tingkat investasi adalah rendah (4 persen sd. 5 persen pertahun dari pendapatan nasional) sehingga negara-negara tersebut seringkali berada pada perangkap pendapatan seimbang yang rendah (Suparmoko, 2000). Menurut Solow, (1956, constant savings rate growth model) dalam PPE FE UGM (2004), pengenaan pajak dapat menurunkan pendapatan perkapita. Oleh karena itu, pemerintah seharusnya mengenakan pajak atas konsumsi daripada menetapkan pajak pada investasi yang produktif. Pembiayaan dengan utang publik juga berpengaruh terhadap pertumbuhan karena adanya efek pengeluaran. Peningkatan defisit publik yang dibiayai melalui utang dapat mengurangi investasi swasta dan atau berkurangnya pendapatan dari luar. Namun hal ini tergantung dari efek defisit publik pada tingkah laku tabungan di sektor swasta. Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
2.6
Pendapatan Nasional dan Tabungan Nasional Tabungan nasional adalah tabungan yang berasal dari tabungan masyarakat
(private saving) dan tabungan pemerintah (public saving). Model pertumbuhan ekonomi klasik menjelaskan hubungan antara tingkat tabungan dan penggunaan kapital serta output. Dalam model ekonomi neo klasik, tingkat pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingkat akumulasi kapital, dan akumulasi kapital ditentukan oleh tingkat tabungan nasional dan tingkat depresiasi dari kapital. c = y – sy atau c = (1–s)y
...........................................................................
(2.13)
selanjutnya dengan mensubstitusikan persamaan (2.13) kepada y = c + i, maka akan diperoleh : y = (1–s)y + i dimana i = sy ........................................................................................
(2.14)
Dalam jangka panjang model pertumbuhan solow, equilibrium terjadi pada saat output dan kapital konstan. Kedua variabel ini menjadi variabel endogen dan yang menjadi variabel eksogen dalam model solow adalah tingkat tabungan. Sebagaimana diketahui fungsi produksi untuk setiap persediaan modal k tertentu adalah y = f(k) dan dengan mensubstitusikan persamaan (2.14) yang mengandung arti investasi per pekerja (i) sama dengan sy, maka diperoleh persamaan : (i = s*f(k)) .................................................................................
(2.15)
Selanjutnya perubahan persediaan modal adalah investasi dikurangi depresiasi kapital yang dinyatakan dalam bentuk persamaan : Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Δk = i – δk .................................................................................
(2.16)
Oleh karena investasi (i) sama dengan s*f(k) , maka kita dapat menyusun persamaan perubahan persediaan modal sebagai berikut : Δk = s*f(k) – δk
(2.17)
Dari persamaan (2.17) dapat diketahui bahwa tingkat pertumbuhan output tergantung pada tingkat tabungan dan tingkat depresiasi dari kapital. Bila akumulasi modal yang terbentuk lebih kecil daripada depresiasi yang terjadi maka output akan mengalami penurunan. Sebaliknya jika akumulasi kapital yang terbentuk lebih besar dari depresiasi kapital maka pertumbuhan output akan terjadi. Kondisi tersebut dapat digambarkan seperti dibawah ini :
Gambar 2.3 : Hubungan Output, Tabungan dan Depresiasi kapital
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Perubahan dalam laju pertumbuhan produktivitas bisa juga mempunyai efek besar terhadap angka tabungan nasional. Hayashi dan Prescott (2002), sebagai contoh, telah menemukan bahwa kemunduran produktivitas pada 1990-an menyebabkan kemunduran besar investasi di Jepang. Peningkatan dalam perdagangan internasional akan mendorong ke arah peningkatan tabungan dan neraca perdagangan.
2.7
Faktor Demografi Hipotesis siklus hidup menyoroti pentingnya struktur populasi penduduk. Jika
proporsi tertinggi dari populasi adalah penduduk usia bekerja—terutama jika pada puncak
mendapat
gaji
tahunan,
maka seharusnya
kondisi
ekonomi
juga
memperlihatkan tingkat tabungan privat yang tinggi. Hal ini disebabkan para pekerja harus mempersiapkan diri bila mereka pensiun. Sebaliknya, ketika para pekerja ini mencapai umur yang tidak produktif lagi atau pensiun maka akan terjadi apa yang disebut dissaving (atau, sedikitnya, mengkonsumsi jumlah yang lebih besar dari pendapatannya), kemudian tingkat tabungan secara agregat akan mengalami kemerosotan. Sementara itu, Coale menunjukkan dua akibat buruk dari pertambahan penduduk yang cepat terhadap tabungan masyarakat yaitu akan mengurangi jumlah tabungan yang diciptakan oleh tiap-tiap anggota masyarakat dan mengurangi kemampuan pemerintah
untuk menabung karena jumlah pajak yang dapat
dikumpulkan semakin sedikit (Sukirno, 2007).
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Berbagai literatur berusaha ekstensif untuk menghubungkan variabel demografis terhadap perilaku tingkat tabungan. Menurut Lane dan Milesi-Ferretti (1999) demikian pula Higgins (1998) struktur demografis adalah bagian penting dalam menjelaskan evolusi posisi dari asset luar negeri bersih dan posisi neraca berjalan antar negara-negara. Angka tabungan adalah secara negatif dipengaruhi oleh tingkat angka ketergantungan (dependency ratio) tinggi atau rasio populasi berusia lanjut, karena tingkat ketergantungan dan rasio penduduk usia lanjut mengkonsumsi lebih daripada yang mereka hasilkan serta tergantung pada barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh usia produktif dalam perekonomian. Faktor-faktor demografis telah menjadi hal yang spesifik ditetapkan dalam fungsi tabungan pada banyak penelitian empiris. Angka kelahiran kasar adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat tabungan. Pengaruh faktor demografis ini bisa dalam berbagai arah. Di negara-negara dengan pendapatan rendah, Kuznets (1960) menemukan adanya suatu pengaruh yang besar dan negatif angka kelahiran murni terhadap tingkat tabungan. Sebuah kenyataan bahwa banyak anak akan lebih menimbulkan tekanan terhadap konsumsi rumah tangga yang mungkin terjadi, dengan asumsi faktor lain adalah tetap. Di negara berkembang, pertumbuhan penduduk lebih dirasakan sebagai penghambat pembangunan ekonomi. Pengangguran yang tinggi, tingkat pendapatan perkapita yang rendah, jaringan pengangkutan yang masih belum sempurna, kekurangan tenaga terdidik dan entrepreneur serta terbatasnya dana untuk penanaman modal merupakan ciri penting negara berkembang yang menyebabkan pertumbuhan Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
penduduk lebih merupakan penghambat pembangunan ekonomi. Selain itu di negara berkembang dalam kegiatan menghasilkan barang-barang ekspor, efek kenaikan produktivitas tehadap pendapatan para pekerja adalah sangat minimal karena adanya tekanan penduduk dan kelebihan tenaga kerja. Sebagai akibatnya harga barang industri lebih cepat mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan harga bahan mentah yang dihasilkan negara berkembang (Sukirno, 2007). Penelitian yang dilakukan Rehana (1993), menyatakan bahwa struktur usia penduduk dari suatu negara juga mempengaruhi angka tabungan. Jika proporsi tertinggi dari populasi adalah usia produktif, maka ekonomi mempunyai tingkat tabungan privat yang tinggi (hipotesis siklus hidup). Proporsi yang lebih tinggi dari kelompok usia anak-anak dan usia lanjut terhadap usia produktif dalam suatu perekonomian negara akan sangat berhubungan erat dengan rendahnya tingkat tabungan privat pada negara tersebut. Kelley (1976) berpendapat bahwa pengaruh peningkatan angka kelahiran pada tingkat tabungan tergantung pada tingkat pembangunan yang terjadi dinegara tersebut. Di negara-negara dengan tingkat pendapatan masyarakatnya lebih lemah atau miskin, kehidupan mereka hanya dapat mencapai kondisi kehidupan subsisten. Hal ini berarti pendapatan mereka hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Terjadinya peningkatan jumlah anak dalam keluarga akan sangat berpengaruh terhadap pendapatan mereka dan selanjutnya akan menghasilkan produktifitas yang rendah dari masyarakatnya. Hal ini akan meningkatkan tekanan
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
terhadap tabungan masyarakat. Sementara itu di negara-negara berpendapatan tinggi, tambahan anak dalam keluarga hanya akan mengurangi sedikit tabungan mereka.
2.8
Penelitian Terdahulu Braun et. al (2007), selama 1990-an, meneliti bahwa negara Jepang mulai
mengalami perubahan demografis yang lebih besar dan lebih cepat dibandingkan negara-negara OEDC lain. Di masa yang akan datang peranan faktor demografi bahkan menjadi lebih penting. Perubahan demografis ini menjadi perhatian ekstra bagi masa depan mereka dengan dilakukannya beberapa penelitian tentang pengaruh tingkat kelahiran yang rendah dan usia lanjut terhadap tingkat tabungan nasional Jepang. Penelitian Braun tersebut menggunakan satu model keseimbangan umum untuk meneliti respon dari angka tabungan nasional untuk mengubah demografi dan faktor total produktivitas. Menurut penelitian ini, proyeksi rata-rata tingkat tabungan penduduk Jepang tidak akan melampaui 5,2 persen dalam sisa tahun pada abad 21. Dalimunthe (2006) meneliti determinan yang mempengaruhi tabungan nasional di Indonesia dengan menggunakan OLS dinamis selama kurun waktu 19852004. Determinan yang diteliti adalah pertumbuhan ekonomi, suku bunga, pendapatan perkapita dan pengeluaran pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan. Variabel suku bunga dan pendapatan perkapita juga memiliki pengaruh yang positif meski
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
tidak signifikan terhadap total tabungan. Sementara itu pengaruh variabel pengeluaran pemerintah terhadap tabungan nasional adalah negatif dan signifikan. Darmawan (2006) meneliti tabungan masyarakat antar daerah di Indonesia. Menurutnya Pendapatan masyarakat yang dicerminkan oleh Produk Domestik Regional Bruto tetap merupakan determinan pokok dari tabungan masyarakat. Dari seluruh persamaan estimasi, variabel pendapatan memiliki dampak positif signifikan terhadap tingkat tabungan masyarakat antar daerah di Indonesia. Determinan tabungan yang lain yaitu tingkat suku bunga menunjukkan hasil positif meskipun tingkat signifikansinya rendah. Selain itu peranan faktor demografi dalam pembentukan tabungan yang diproksi dengan angka beban tanggungan baik usia muda maupun tua menunjukkan hasil yang sedikit berbeda dengan penemuanpenemuan terdahulu. Beban tanggungan usia muda ditemukan berdampak negatif signifikan di berbagai daerah di Indonesia. Beban tanggungan usia muda tidak berpengaruh terhadap tabungan ditemukan hanya di daerah penghasil migas secara nasional dan daerah KB penghasil migas. Sementara itu, beban tanggungan usia tua justru berdampak positif terhadap tabungan di beberapa daerah penghasil migas secara nasional. Untuk daerah yang bukan penghasil migas, beban tanggungan usia tua menunjukkan tanda negatif signifikan. Chun (2006), meneliti tentang pengaruh kebijakan fiskal terhadap tingkat tabungan nasional di Korea Selatan dengan menggunakan model life – cycle dan menemukan fakta bahwa dalam jangka panjang ketidakseimbangan dalam anggaran belanja akan menurunkan tingkat tabungan nasional di Korea Selatan. Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Nasir dan Khalid (2005) melakukan penelitian tentang faktor penentu tingkat tabungan di Pakistan dan juga meneliti tentang faktor- faktor yang menentukan tingkat investasi yang terjadi di Pakistan. Penelitian ini juga menjadi rujukan peneliti menentukan model dan variabel penelitian yang digunakan dalam tesis ini . Hasil penelitian mereka menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1.
Defisit anggaran belanja pemerintah dan investasi pemerintah hasilnya tidak signifikan dalam menentukan tabungan nasional Pakistan. Tidak terjadi Equivalensi Ricardian dan tingkat tabungan tidak berhubungan dengan hasil investasi yang dilakukan pemerintah.
2.
Penduduk Pakistan berpenghasilan tinggi cenderung memiliki jumlah tabungan yang tinggi dan hal ini sesuai dengan teori efek Mckinnon. Penelitian ini juga menyarankan agar pemerintah berusaha sungguh-sungguh meningkatkan produk domestik bruto karena fakta menunjukkan pertumbuhan produk domestik bruto mendorong pertumbuhan tingkat tabungan yang lebih besar. Kondisi tabungan nasional yang lebih baik akan berpengaruh positif terhadap investasi dan peningkatan investasi ini pada akhirnya akan meningkatkan produk domestik bruto.
3.
Perilaku tabungan di Pakistan tidak responsif terhadap perubahan tingkat bunga. Hal ini disebabkan sebagian besar orang menabung hanya untuk mencukupi kebutuhan mereka di masa depan, misalnya: pendidikan, perkawinan dan lainlain. Oleh karena itu diperlukan restrukturisasi perbankan untuk menarik lebih banyak orang menabung.
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
4.
Kiriman uang dari penduduk yang bekerja dari luar negeri mempengaruhi tabungan secara positif dan signifikan. Perlu dikaji secara mendalam kebijakankebijakan
yang lebih efektif dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi
penduduk di luar negeri. 5.
Tidak ditemukan efek Harberger-Lawrson-Meltzer dalam kasus tabungan nasional
Pakistan,
misalnya:
peningkatan
neraca
perdagangan
tidak
mempengaruhi jumlah uang tabungan secara signifikan. Hal ini kemungkinan disebabkan peninggalan beban hutang di masa lampau. 6.
Investasi publik dan asing menghapus efek negatif tingkat bunga yang terjadi pada investasi swasta. Untuk itu diperlukan penelitian ulang hubungan antara tingkat bunga dan investasi.
7.
Return On Investment (ROI) adalah satu faktor penentu penting dari investasi.
8.
Ekspektasi memegang peran penting didalam keputusan investasi. Segala bentuk ketidakpastian direfleksikan melalui peningkatkan harga (seperti: bahan baku, biaya energi dan lain-lain) akan mendorong penurunan investasi.
9.
Tabungan domestik adalah satu sumber utama investasi, sementara di sisi lainnya tabungan asing tidak efektif untuk investasi di Pakistan.
10. Pemerintah harus membuat kebijakan-kebijakan untuk mendukung peningkatan di dalam tabungan domestik daripada meningkatkan kepercayaan asing untuk berinvestasi. Gale and Orszag (2004), menemukan hubungan antara defisit anggaran dengan tabungan nasional dan tingkat bunga di Amerika Serikat. Defisit anggaran Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
akan menurunkan tingkat tabungan nasional dan akan meningkatkan tingkat suku bunga dan dalam jumlah yang signifikan pengaruhnya terhadap perekonomian. Athukorala dan Sen (2004) menguji faktor - faktor yang menentukan tabungan masyarakat dalam proses pembangunan berdasarkan pengalaman negara India periode 1954 - 1998. Metodologi penelitian mencakup estimasi fungsi tingkat tabungan yang diturunkan dari pemikiran teori siklus hidup dengan memperhatikan karakteristik struktural dalam pembangunan ekonomi. Penemuan penelitian ini adalah bahwa tingkat tabungan dan tingkat pertumbuhan pendapatan disposibel bertambah. Tingkat bunga riil simpanan bank mempunyai dampak yang positif dan signifikan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tabungan publik mendesak tabungan privat, walaupun tidak sesuai proporsinya. Selain itu menurut penelitian ini, kebijakan publik dapat digunakan untuk mempengaruhi angka tabungan nasional. Variabel lainnya yang menjadi pertimbangan adalah transfer pendapatan keluar negeri oleh penduduk asing yang bekerja di India berpengaruh negatif terhadap tabungan swasta. Attanasio, Picci, dan Scoru (2000), menggunakan contoh dan metoda ekonometri
berbeda,
menemukan
bahwa
pada
setiap
kasus,
pertumbuhan
menyebabkan perubahan dalam tabungan. Mereka juga mengamati hal- hal yang dapat meningkatkan angka tabungan. Tabungan tidak selalu meningkat sebelum terjadinya peningkatan dalam pertumbuhan. Loayza, Schmidt-Hebbel, dan Serven (2000) juga melakukan penelitian tentang perilaku tabungan yang dihubungkan dengan demografi. Dalam penelitiannya variabel demografi diwakili dengan angka beban tanggungan usia muda dan tua Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
(young-age and old-age dependency ratio). Kesimpulan dari studi ini sejalan dengan apa yang diprediksi oleh the life-cycle theory. Penelitian ini membuktikan bahwa setiap kenaikan sebesar 3,5 persen dalam angka beban tanggungan penduduk usia muda maka akan menurunkan tabungan masyarakat sebesar 1 (satu) persen. Masson et al. (1998) meneliti beberapa faktor penentu perilaku tabungan swasta di negara maju dengan menggunakan data time series dan cross section dalam jumlah yang besar. Hasil penelitian ini menyarankan bahwa terjadi efek yang berbanding terbalik dari tabungan swasta terhadap perubahan tabungan publik dan tabungan luar asing. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa faktor demografi dan pertumbuhan adalah faktor penting yang mempengaruhi tabungan swasta. Selanjutnya tingkat tabungan dan neraca perdagangan memiliki pengaruh yang positif namun dalam jumlah yang kecil. Peningkatan dalam produk domestik bruto perkapita akan meningkatkan tabungan pada negara dengan pendapatan rendah, tetapi terjadi sebaliknya pada negara yang berpendapatan tinggi. Al-Mohaimeed (1998) melakukan penelitian untuk mengukur fungsi tabungan negara Arab Saudi dengan menggunakan OLS dinamis dan error correction model pada periode 1968 - 1996. Hasil penelitian menunjukan yaitu : (1) Arab Saudi hanya memiliki tingkat efisiensi selama periode 1982-1986; (2) sesuai dengan teori ekonomi bahwa penghematan pendapatan adalah merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi tingkat tabungan di Arab Saudi (3) angka kelahiran, dengan tak diduga-duga, menunjukkan efek positif terhadap tabungan domestik di Arab Saudi; (4) terjadi crowding out terhadap arus modal asing yang masuk dalam jangka pendek. Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
(5) nilai tukar riil memperlihatkan efek signifikan terhadap tabungan domestik dalam jangka panjang. Doménech (1997), penelitiannya bertujuan untuk mengestimasi dan menguji hipotesis equivalensi Ricardian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model Structural Vector Auto Regressive dan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data panel dari negara-negara Open Economic Development Countries. Variabel yang terlibat dalam penelitian tersebut adalah tabungan nasional dan defisit anggaran pemerintah. Keduanya dinyatakan dalam bentuk rasio terhadap Produk Domestik Bruto. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa hipotesis Equivalensi Ricardian tidak terjadi pada negaranegara OEDC yang dimasukkan dalam penelitian tersebut. Hal ini terjadi karena tabungan swasta ternyata hanya ditutupi dalam jumlah yang relatif kecil (tidak signifikan) dari berkurangnya tabungan publik. Hasil penelitian ini mendukung pendapat semakin besar defisit anggaran belanja pemerintah menjadi faktor yang penting terhadap proses terjadinya kenaikan tingkat suku bunga di era 1980 - 1990.
2.9
Hipotesis Penelitian Dari uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 6. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap tabungan nasional Indonesia, ceteris paribus. 7. Rasio defisit anggaran pemerintah berpengaruh positif terhadap tabungan nasional Indonesia, ceteris paribus.
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
8. Rasio ekspor neto berpengaruh positif terhadap tabungan nasional Indonesia, ceteris paribus. 9. Pertumbuhan pendapatan perkapita berpengaruh positif terhadap tabungan nasional Indonesia, ceteris paribus. 10. Pertumbuhan Penduduk berpengaruh negatif terhadap tabungan nasional Indonesia, ceteris paribus.
2.10
Kerangka Pikir Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari variabel independen
terhadap
variabel
dependen.
Beberapa
variabel
mungkin
saja
mengalami
multikolinearitas yang akan disesuaikan kemudian untuk mendapatkan model terbaik. R Ekonomi Pertumbuhan Rasio Defisit Anggaran Rasio Ekspor Neto
Tabungan Nasional
Pertumbuhan Pendapatan Perkapita Pertumbuhan Penduduk
Gambar 2.4 : Kerangka Pikir Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tabungan Nasional di Indonesia
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Lokasi Penelitian dan Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Indonesia dimulai Januari 2009. Penelitian ini
dilakukan untuk melihat pengaruh faktor – faktor yang menentukan tabungan nasional Indonesia. 3.2
Jenis dan Sumber Data Adapun data yang digunakan penulis adalah data sekunder dalam bentuk data
runtut waktu (time series) dari tahun 1980 sd. tahun 2005 yang berasal dari publikasipublikasi resmi, World Bank, UU APBN, Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, sumber-sumber lain yang dipublikasikan, dan penelitian sebelumnya. 3.3
Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan,
dengan analisis data sekunder dari publikasi resmi institusi yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 3.3.1 Tabungan nasional Indonesia 3.3.2 Pertumbuhan ekonomi Indonesia 3.3.3 Defisit anggaran Indonesia 3.3.4 Ekspor Neto 3.3.5 Pertumbuhan Pendapatan Perkapita dan Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
3.3.6 Pertumbuhan Penduduk
3.4
Analisis data Analisis data dilakukan dengan cara analisis kuantitatif berupa pengolahan
data yang diperoleh berdasarkan metoda statistik. Dalam pengolahan data
ini
digunakan regresi berganda dengan menggunakan metoda Ordinary Least Square dengan 5 (lima) variabel independen. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah : SAV = f (RGDP, BDG, RNE, YpcG, PopG )......................................... (3.1) Model diatas kemudian dibentuk kedalam persamaan ekonometrika dengan persamaan regresi linear berganda : SAV = b0 + b1 RGDP + b2 BDG + b3RNE+ b4 YpcG + b5PopG +µ ................(3.2) Menurut Gujarati (2007), model persamaan di atas mengasumsikan bahwa hubungan antara variabel dependen dan variabel-variabel independennya bersifat serentak. Artinya variabel-variabel tersebut berada pada satu titik waktu yang sama. Namun asumsi ini tidak selalu berlaku dalam data deret berkala. Artinya mungkin ada hubungan tidak serentak atau terlambat (lagged relationship) antara variabel independen dan variabel dependennya. Sementara itu Manurung (2005) menyatakan pada analisis regresi data time series, model regresi tidak hanya mencakup nilai sekarang dari variabel tetapi nilai sebelumnya (lagged). Model regresi seperti ini disebut distributed-lag model.
Di samping model tadi, juga terdapat model
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
autoregressive (dynamic model) yang menjelaskan gambaran jalur waktu atau time path nilai regressan dan hubungannya dengan nilai sebelumnya. Memperhatikan uraian di atas, banyaknya nilai keterlambatan dan derajat kebebasan, penulis memutuskan untuk menggunakan model autoregressive (dynamic model) sehingga persamaan ekonometrika dengan persamaan regresi linear berganda (3.2) diubah menjadi : SAV = b0 + b1 RGDP + b2 BDG + b3RNE+ b4 YpcG + b5PopG +SAV(-1) +µ ..(3.3) dimana : SAV
= Tabungan Nasional Indonesia
RGDP
= Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
BDG
= Rasio Defisit Anggaran Pemerintah
RNE
= Rasio Ekspor Neto
YpcG
= Rasio Pertumbuhan Pendapatan Perkapita
PopG
= Rasio Pertumbuhan Penduduk
SAV(-1) = Tabungan Nasional Indonesia periode sebelumnya µ
= Kesalahan pengganggu
3.5 Definisi operasional Variabel Untuk menyamakan persepsi dalam penulisan ini, maka disajikan beberapa definisi operasional yang diuraikan sebagai berikut : 3.5.1 Tabungan nasional adalah jumlah tabungan pemerintah dan tabungan masyarakat dalam mata uang rupiah. Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
3.5.2 Pertumbuhan ekonomi adalah selisih Produk Domestik Bruto Indonesia harga konstan tahun ini dikurangi Produk Domestik Bruto Indonesia harga konstan tahun sebelumnya yang dibagi dengan Produk Domestik Bruto Indonesia harga konstan tahun sebelumnya dan dinyatakan dalam satuan persen. 3.5.3 Rasio Defisit anggaran adalah defisit keseimbangan primer pada anggaran pemerintah dibagi dengan Produk Domestik Bruto Indonesia dalam satuan persen. 3.5.4 Rasio Ekspor Neto adalah total nilai ekspor dikurangi total nilai impor dibagi dengan Produk Domestik Bruto Indonesia dan dinyatakan dalam satuan persen. 3.5.5 Pertumbuhan Pendapatan Perkapita adalah kenaikan nilai pendapatan perkapita tahun ini (Produk Domestik Bruto Indonesia dibagi dengan jumlah penduduk) dibandingkan dengan nilai pendapatan perkapita tahun sebelumnya yang dinyatakan dalam satuan persen. 3.5.6 Pertumbuhan penduduk adalah jumlah penduduk tahun ini dikurangi jumlah penduduk tahun sebelumnya dibagi jumlah penduduk tahun sebelumnya yang dinyatakan dalam satuan persen.
3.6
Uji Kesesuaian
3.6.1. Uji Koefisien determinasi (R2) dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan variabel bebas (independent variable) menjelaskan variabel terikat (dependent
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
variable). 3.6.2. Uji parsial (t-test), dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara parsial. Jika thit > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima. 3.6.3. Uji serempak (F-test), dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara serempak. Jika Fhit > Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
3.7
Pelanggaran Asumsi Klasik Dalam suatu model regresi ada beberapa permasalahan yang biasa terjadi
dan secara statistik dapat menganggu model yang telah ditentukan, bahkan dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang dibentuk. Untuk itu maka perlu melakukan uji penyimpangan asumsi klasik, yang terdiri dari (Gujarati, 2007) : 3.7.1. Multikolinieritas Multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linear diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Interpretasi dari persamaan regresi linier secara implisit bergantung pada asumsi bahwa variabel-variabel bebas dalam persamaan tidak saling berkorelasi. Bila variabel-variabel bebas berkorelasi dengan sempurna, maka disebut multikolinieritas sempurna.
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Multikolinieritas dapat dideteksi dengan besaran-besaran regresi yang didapat, yaitu : 1)
Variasi besar (dari taksiran OLS)
2)
Interval kepercayaan lebar (karena variasi besar, maka standar error besar sehingga interval kepercayaan lebar).
3)
Uji-t tidak signifikan. Suatu variabel bebas secara substansi maupun secara statistik jika dibuat regresi sederhana bias tidak signifikan karena variasi besar akibat kolinieritas.
Bila standar error terlalu besar, maka besar pula
kemungkinan taksiran koefisien regresi tidak signifikan. 4)
R2 tinggi tetapi tidak banyak variabel yang signifikan dari t-test.
Terkadang nilai taksiran koefisien yang didapat akan mempunyai nilai yang tidak sesuai dengan substansi sehingga dapat menyesatkan interpretasi. 3.7.2. Autokorelasi Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu. Dalam konteks regresi, model regresi linier klasik mengasumsikan bahwa autokorelasi seperti itu tidak terdapat dalam disturbansi. Dengan menggunakan lambang µ secara sederhana dapat dikatakan model klasik mengasumsikan bahwa unsur gangguan yang berhubungan dengan observasi tidak dipengaruhi oleh unsur disturbansi atau gangguan yang berhubungan dengan pengamatan lain yang manapun. Untuk mengestimasi model persamaan ekonometrika (3.3) dengan OLS, harus dipastikan bahwa faktor kesalahan µ dan
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
variabel terlambat SAV(-1) tidak berkorelasi. Jika sebaliknya, seperti bisa dilihat, estimator OLS tidak hanya bias tetapi juga tidak konsisten (Gujarati, 2007). Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam model penelitian ini dilakukan uji Lagrange Multiplier (LM Test). LM Test adalah suatu cara yang dapat digunakan untuk menguji autokorelasi dengan keberadaan variabel dependen yang diperlamban dengan menganalisis seberapa baik residu-residu yang diperlamban menjelaskan residu-residu pada persamaan awal (Sarwoko, 2005). LM Test dilakukan dengan membandingkan nilai X2 hitung dengan X2 tabel dengan kriteria sebagai berikut : 1)
Jika nilai X2
hitung
> X2
tabel
, maka hipotesis yang menyatakan tidak ada
autokorelasi dalam model empiris yang digunakan ditolak. 2)
Jika nilai X2
hitung
< X2
tabel
, maka hipotesis yang menyatakan tidak ada
autokorelasi dalam model empiris yang digunakan tidak dapat ditolak. 3.7.3. Normalitas Asumsi model regresi linier klasik adalah bahwa faktor pengganggu µi mempunyai nilai rata-rata yang sama dengan nol, tidak berkorelasi dan mempunyai varian konstan. Dengan asumsi ini, OLS estimator atau penaksir akan memenuhi sifat-sifat statistik yang diinginkan, seperti ketidakbiasan dan mempunyai varian yang minimum. Untuk dapat mengetahui normal atau tidaknya faktor pengganggu µi dilakukan dengan J-B Test (Jarque-Bera Test).
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Menurut Manurung (2005), Uji Jarque-Bera Test adalah asimptosis untuk sampel besar. Uji ini juga didasarkan pada residual OLS estimator dengan cara menguji Skweness dan Kurtosis yaitu : JB=N [ S2 / 6 + (k-3)2 / 24 ] Di mana S dan K adalah koefisien Skewness dan Kurtosis serta N adalah jumlah data. Di bawah hipotesis (H0) dinyatakan bahwa residual terdistribusi secara normal dengan derajat bebas atau df=2. Jika nilai penghitungan ρ (probability) dari statistik JB cukup rendah atau nilai statistik JB berbeda dengan nol maka hipotesis yang menyatakan residual terdistribusi secara normal ditolak. Akan tetapi jika nilai penghitungan ρ (probability) dari statistik JB cukup tinggi atau nilai statistik JB nol maka hipotesis yang menyatakan residual terdistribusi secara normal tidak ditolak. 3.7.4. Data Stationer Dalam analisis ekonometrika modern, jika menggunakan data deret waktu (time series), mensyaratkan data yang digunakan harus stationer. Sebuah data deret waktu dikatakan stationer jika nilai rata-rata galat sama dengan nol dan nilai varians (variance) dari peubah yang bersangkutan konstan sepanjang waktu. Uji stationeritas data penting dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi pelanggaran asumsi regresi. Masalah utama yang terjadi apabila data yang digunakan di dalam analisis regresi tidak stasioner, nilai dugaan yang dihasilkan menjadi bias (spurious regression), sehingga menimbulkan kesalahan dalam interpretasi hasil analisis. Untuk
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
menanggulangi masalah data yang tidak stasioner, beberapa kajian terdahulu telah menyarankan
penggunaan
konsep
deferensial
(differencial)
data
untuk
menghilangkan unit root walaupun penggunaan metode ini masih menimbulkan perdebatan karena akan menghilangkan informasi jangka panjang yang sangat penting. Untuk menguji kondisi apakah data stationer atau tidak stationer dilakukan uji Augmented Dickey Fuller (ADF). Jika variabel yang digunakan ternyata tidak stationer, maka penelitian tidak dapat menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS), namun harus menggunakan persamaan yang mengkoreksi galat seperti error correction model (ECM). Data yang stationer diketahui setelah dilakukan pengujian unit root. Adapun yang dimaksud dengan pengujian unit root adalah menguji apakah data yang digunakan memiliki error yang konstan, dan tidak terpengaruh oleh waktu serta variabel lainnya.
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1
Perkembangan Tabungan Nasional Indonesia Pemerintah
Indonesia
telah
meluncurkan
berbagai
kebijakan
untuk
meningkatkan tabungan nasional. Terlebih lagi disadari oleh pemerintah, mobilisasi dana sangat penting, khususnya bagi suatu negara, termasuk Indonesia yang menghadapi masalah tingginya kesenjangan antara investasi dan tabungan (savinginvestment gap). Pengalaman lebih dari 25 tahun pelaksanaan pembangunan menunjukkan bahwa faktor tabungan nasional telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam proses pembangunan. Fluktuasi tabungan nasional selama dua dasawarsa dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Sumber : World Bank, 2007 Gambar 4.1. Perkembangan Tabungan Nasional Indonesia Periode 1980 sd. 2005 (dalam Milyar Rupiah) Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Mobilisasi dana oleh sektor keuangan domestik, terutama sektor perbankan ditambah dengan pesatnya aliran modal dari luar negeri telah menjadi salah satu faktor pendorong utama berkembang pesatnya aktivitas ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi -- mencapai rata-rata 6,8 persen per tahun dalam pembangunan jangka panjang tahap I -- antara lain merupakan cerminan hal tersebut. Sebagai informasi tambahan seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya, tabungan rumah tangga sebagai salah satu komponen tabungan nasional tidak dapat dilepaskan dari perilaku konsumsi (marginal propensity to consume) mereka. Tambahan pendapatan (yang mencerminkan kombinasi pendapatan permanen dan transitoris) tidak hanya mendorong konsumsi tetapi juga tabungan mereka. Perilaku konsumsi mereka dan fluktuasi tabungan nasional Indonesia dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Sumber : World Bank, 2007 Gambar 4.2. MPC Rumah Tangga Indonesia dan Tabungan Nasional Indonesia Periode 1980-2004 (dalam persen)
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
4.2
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Perkembangan ekonomi Indonesia sejak pemerintahan orde baru tahun 1966
ditandai oleh pertumbuhan ekonomi yang berfluktuasi. Masa awal pembangunan ekonomi, periode 1966-1970, rata-rata pertumbuhan ekonomi mencapai 5,89 persen per tahun. Selanjutnya, dekade 1971 – 1980, rata-rata pertumbuhan ekonomi meningkat pesat menjadi 7,44 persen. Kenaikan ini tidak terlepas dari keberhasilan pemerintah mendorong ekspor minyak yang dibarengi oleh kenaikan harga minyak dunia. Namun, dengan mulai menurunnya harga minyak dunia pada dekade 19811990, ekonomi Indonesia kembali mencatat pertumbuhan yang lebih rendah. Selama periode ini, pemerintah mulai mengubah kebijakannya dengan sasaran utama mendorong ekspor non-migas dan pengerahan tabungan masyarakat. Untuk meningkatkan ekspor non-migas, pemerintah mendorong sektor swasta berperan lebih besar dalam pembangunan ekonomi. Sementara upaya pengerahan dana masyarakat yang diperlukan untuk investasi domestik dilakukan melalui pengembangan pasar keuangan. Hal itu ditandai oleh kebijakan deregulasi perbankan dan pasar modal yang diikuti oleh liberalisasi capital inflows. Sementara, di sisi sektor riil, pemerintah mulai membuka pasar domestik melalui penurunan tarif, pengurangan Daftar Negatif Investasi yang didukung oleh kebijakan makro yang prudent. Berbagai kebijakan diatas berhasil mendorong kembali rata-rata pertumbuhan ekonomi hingga mencatat angka 7,83 persen selama 1991-1996. Namun, selama masa
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
ini juga ditandai oleh akumulasi utang luar negeri yang terus membengkak dan kondisi perbankan yang fragile hingga berujung pada krisis ekonomi di tahun 19971998. Setelah krisis ekonomi, ekonomi Indonesia kembali mengalami perlambatan pertumbuhan. Jika dilihat dari Produk Domestik Bruto sektoral, terlihat adanya perubahan struktur ekonomi yang berkelanjutan. Sektor pertanian menunjukkan kecenderungan menurun dimana perannya digantikan oleh industri pengolahan yang tumbuh pesat sejak 1990 – 2000. Sementara itu sektor-sektor yang lain relatif stabil, kecuali sektor keuangan yang terus tumbuh pada masa sebelum krisis dan akhirnya menurun drastis setelah krisis ekonomi. Keberhasilan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan tercermin
pada
pendapatan
masyarakat
yang
cenderung
meningkat
pesat.
Perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia selama periode 1966 sd. 2005 dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Sumber : Bank Indonesia, 2007 Gambar 4.3. Rata-rata pertumbuhan periode 1966 sd. 2005 (dalam persen)
Ekonomi
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Indonesia
Jika diukur berdasarkan pendapatan per kapita dalam US$, pendapatan masyarakat tumbuh dari level US$ 200 pada tahun 1974 hingga mencapai level US$ 1.200 tahun 1996, sebelum akhirnya merosot kembali akibat krisis pada level US$ 600. Setelah krisis, pendapatan masyarakat akhirnya mencapai diatas level US$ 1.200 pada akhir 2005 (Tjahyono dan Anugrah, 2006). Perkembangan kondisi perekonomian Indonesia belakangan ini menunjukkan kondisi lebih baik, digambarkan dalam pencapaian pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik, terutama tahun 2007 yang berhasil menembus angka di atas 6 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2007 bahkan mencapai momentum pertumbuhan tertinggi semenjak krisis, yaitu sebesar 6,3 persen (y-o-y). Dari sisi permintaan, angka realisasi tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya daya beli masyarakat, membaiknya iklim investasi, dan tingginya permintaan dunia terhadap produk ekspor Indonesia. Sumber utama pertumbuhan berasal dari investasi dan ekspor yang mencatat pertumbuhan tertinggi. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga tahun 2007 mencapai 5,0 persen jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2006 yang hanya sebesar 3,2 persen. Kondisi ini membuat konsumsi rumah tangga mendominasi peranan dalam Produk Domestik Bruto sebesar 63,5 persen (Nota Keuangan dan RAPBN Indonesia, 2009). Pertumbuhan
ekonomi
di
Indonesia
pada
suatu
periode
memiliki
kecenderungan mempengaruhi tabungan nasional pada periode berikutnya. Rata-rata pertumbuhan ekonomi periode 1981-1985 sebesar 5,08 persen mendorong kenaikan rata-rata tabungan nasional pada periode berikutnya menjadi 19,46 persen. Demikian Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
pula halnya dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi periode 1991- 1995 yang mendorong kenaikan rata-rata tabungan nasional periode berikutnya menjadi 19,84 persen. Bahkan penurunan rata-rata pertumbuhan ekonomi periode 1996 – 2000 menyebabkan berkurangnya rata-rata tabungan nasional menjadi 15,34 persen. Penurunan tabungan nasional tersebut mengurangi kemampuan pengeluaran investasi yang diperlukan untuk mempertahankan momentum pembangunan. Walaupun demikian, Indonesia cukup beruntung karena dari 4 periode yang diamati maka hanya satu periode saja (1986 – 1990) yang tidak memperlihatkan hubungan positif antara pertumbuhan ekonomi dengan tabungan nasional di Indonesia. Gambar di bawah ini menunjukkan informasi tersebut
Sumber : Bank Indonesia, 2007 World Bank, 2007 Gambar 4.4. Pertumbuhan Ekonomi dan Rasio Tabungan Nasional Indonesia terhadap PDB periode 1981 sd. 2005 (dalam persen)
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
4.3
Kondisi Defisit Anggaran di Indonesia Di Indonesia, isu defisit anggaran mendapatkan perhatian yang utama, bahkan
sejak Kabinet Ampera (kabinet orba pertama). Perhatian tersebut adalah terhadap tingginya tingkat inflasi yang disebabkan oleh pembiayaan defisit anggaran dengan pencetakan uang. Pengalaman ini membuat pemerintah mengintroduksi anggaran yang berimbang dan dinamis untuk menggantikan anggaran moneter. Dengan memasukkan utang luar negeri sebagai sumber penerimaan negara maka anggaran terlihat sebagai balance budget. Utang luar negeri ini bukannya tanpa masalah, beban utang luar negeri yang semakin membengkak membawa konsekuensi logis membebani anggaran dengan pembayaran pokok dan bunga utang yang juga ikut meningkat. Idealnya semua pengeluaran pemerintah dibiayai oleh penerimaan pajak. Peningkatan penerimaan pajak akan menaikkan total penerimaan pemerintah sehingga defisit akan berkurang. Defisit anggaran pemerintah Indonesia dibiayai dengan pinjaman luar negeri. Sementara itu pembiayaan dalam negeri melalui sektor perbankan maupun non perbankan. Pembiayaan melalui sektor perbankan dapat melalui bank sentral dan bank umum. Defisit anggaran yang melalui sektor perbankan dapat ditelusuri melalui neraca otoritas moneter dan neraca konsolidasi bank umum yang berupa perubahan net claim central government (NCG). Pembiayaan melalui sistem non perbankan berupa penerbitan obligasi negara dan privatisasi aset negara, terutama aset negara yang dikelola BPPN.
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Pinjaman ke luar negeri merupakan alternatif pembiayaan yang paling dominan
selama
tahun
1969-2000.
Pembiayaan
defisit
anggaran
dengan
menggunakan utang luar negeri dilatarbelakangi oleh trauma inflasi yang tinggi pada tahun 1960-an, yang disebabkan oleh pembiayaan defisit anggaran dengan pencetakan uang. Mulai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2000, pemerintah secara resmi tidak lagi menganut konsep anggaran berimbang yang selama 30 tahun dipergunakan oleh pemerintahan Orde Baru. Mulai APBN 2000 tersebut pemerintah dapat mengajukan pembiayaan defisit, yang sumber-sumber pembiayaannya dinyatakan secara transparan dalam setiap pengajuan anggaran (RAPBN). Sistem anggaran semacam ini sebenarnya lebih dikenal di dunia internasional dibandingkan dengan sistem anggaran berimbang ala Orde Baru. Strategi APBN Indonesia menjadi mudah untuk dipahami dan diperbandingkan dengan berbagai negara lain di dunia. Selanjutnya mulai tahun 2001, pembiayaan dalam negeri lebih dominan dalam menutup defisit anggaran. Keunggulan APBN ini terletak pada transparansinya, dimana setiap pembiayaan APBN telah memiliki sumber-sumber pembiayaan yang jelas. Sebelum ini tidak begitu jelas ketentuan yang mengatur tentang pengelolaan keuangan di daerah sama dengan ketentuan bagi keuangan oleh pemerintah pusat. Pengelola keuangan di daerah masih ragu-ragu, apakah pembiayaan defisit dimungkinkan. Bila dimungkinkan bagaimana hal tersebut dilakukan, dan apa konsekuensinya. Pasal 17 ayat (3) Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara memberikan Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
suatu petunjuk yang jelas bahwa pengelolaan keuangan defisit dimungkinkan di tingkat pemerintahan daerah sejauh ada kejelasan darimana sumber-sumber pembiayaan defisit tersebut, dan dengan jumlah defisit tertentu. Suatu defisit dalam APBD dimungkinkan maksimal 3 persen dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah bersangkutan, dengan total pinjaman daerah dibatasi maksimal 60 persen dari PDRB-nya. Selama lebih dari 30 tahun, pemerintahan terdahulu menitikberatkan pembangunan pada bidang ekonomi dengan penekanan ekstra pada besaran-besaran makroekonomi.
Jika
defisit
anggaran
terus
berlangsung,
termasuk
dalam
pemerintahan saat ini meskipun semakin mengecil proprorsinya terhadap PDB berarti ada yang salah dalam mengelola perekonomian. Pantaslah jika dipertanyakan tentang arah dan efektivitas pinjaman luar negeri yang masuk selama ini (Basri, 2002). Perkembangan APBN dalam periode 1981 - 2005 menunjukkan besaran pendapatan dan belanja negara yang meningkat cukup signifikan. Namun demikian, perkembangan tersebut hampir selalu diikuti dengan peningkatan defisit APBN, kecuali pada periode 1991 - 1995 dan periode 1996 - 2000. Peningkatan defisit tersebut sejalan dengan kebijakan pemerintah yang memberikan stimulus fiskal pada periode tersebut, setelah dalam periode tahun 2000 – 2004 lebih menekankan pada strategi konsolidasi fiskal.
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Sumber : Nota Keuangan dan APBN tahun 1980 sd.2009 World Bank, 2007 Gambar 4.5. Rasio Defisit APBN terhadap PDB dan Rasio Tabungan Nasional terhadap PDB Periode 1980 sd. 2005 (dalam persen) Ada satu hal yang cukup serius menjadi perhatian pemerintah belakangan ini yaitu penyerapan anggaran yang dilaporkan pemerintah pusat dan daerah masih rendah dan lambat. Penyerapan anggaran yang lambat dan rendah umumnya disebabkan oleh tata kelola anggaran yang tidak sempurna serta koordinasi lintas departemen dan pemda masih lemah. Keadaan tersebut mendorong ketakutan pihak birokrasi dalam melaksanakan proyek pemerintah. Mereka dibayang-bayangi tuduhan penyelewengan dan penyalahgunaan anggaran yang berpotensi melanggar hukum. Pola pengeluaran pemerintah yang umumnya lambat di paruh pertama setiap tahun dan meningkat menjelang akhir tahun sangat tidak kondusif. Di satu sisi pada saat pengeluaran rendah maka berbagai proyek tidak dijalankan atau dikerjakan
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
dengan pendanaan dari pemasok. Hal ini tentunya meningkatkan biaya proyek itu sendiri dan rawan penyelewengan. Sebaliknya pada saat dana sedang dikucurkan, pelaksanaan berbagai proyek dilakukan tergesa-gesa yang berpotensi menurunkan kualitasnya sekaligus menyulitkan pemantauan keuangan. Sebagai informasi tambahan, menurut catatan Departemen Keuangan Republik Indonesia, sampai akhir tahun, realisasi penyerapan APBN Perubahan 2007 diproyeksikan hanya 90 persen. Itu membuat 10 persen anggaran dari pagu awal Rp 752,37 triliun atau Rp 75,23 triliun bakal hangus. Ironisnya, sebagian besar yang hangus itu untuk membiayai belanja modal dan sejumlah proyek infrastruktur. Selanjutnya pada tahun 2006 defisit APBN membesar menjadi Rp 29,1 triliun atau 0,9 persen PDB dengan nilai pendapatan negara dan hibah sebesar Rp 638,0 triliun (19,1 persen PDB) sedangkan nilai belanja negara sebesar Rp 667,1 triliun (20,0 persen PDB). Tahun 2007, defisit APBN juga makin membesar menjadi Rp49,8 triliun atau 1,3 persen PDB dimana pendapatan negara dan hibah sebesar Rp 707,8 triliun (17,9 persen PDB) sedangkan belanja negara sebesar Rp 757,6 triliun (19,1 persen PDB). Kenaikan defisit anggaran dalam tahun 2007 terkait erat dengan meningkatnya harga-harga komoditas internasional terutama harga minyak dunia yang mengakibatkan meningkatnya belanja subsidi yang harus dibiayai negara. Sementara itu melalui langkah-langkah kebijakan pengamanan APBN 2008, maka defisit anggaran dalam APBN-P tahun 2008 dapat dikendalikan menjadi 2,1 persen PDB, dibandingkan potensinya yang dapat mencapai di atas 2,5 persen PDB. (Nota Keuangan dan RAPBN Indonesia, 2009). Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
4.4
Perkembangan Ekspor Netto Indonesia Dilihat dari sisi penggunaannya, pada masa awal pembangunan ekonomi
sebelum tahun 1970, pertumbuhan ekonomi lebih banyak didorong oleh konsumsi masyarakat yang memberikan kontribusi hingga 80 persen dari PDB. Namun, sejalan dengan tingginya harga minyak pada dekade 1971 - 1980, sektor minyak menjadi satu-satunya sumber pertumbuhan. Ekspor minyak memberikan kontribusi lebih dari 70 persen total ekspor Indonesia, sementara komoditi manufaktur belum memberikan kontribusi yang berarti. Ekspor non migas sebagian besar disumbangkan oleh komoditi primer. Hasil dari ekspor minyak sebagian besar mengalir ke penerimaan pemerintah untuk membiayai kegiatan konsumsi dan investasi pemerintah. Selama periode ini, peran konsumsi masyarakat sedikit demi sedikit terdesak oleh sektor pemerintah yang sangat dominan. Sementara, investasi swasta belum memberikan kontribusi yang berarti. Nilai ekspor netto Indonesia selama dua dasawarsa berfluktuasi meskipun memiliki kecenderungan peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Kurun waktu 1985 - 1990, rasio ekspor netto terhadap PDB Indonesia mengalami penurunan. Sementara itu periode berikutnya, 1991 - 2000 rasio ekspor netto bergerak naik dibandingkan periode sebelumnya. Penurunan rasio ekspor netto baru kembali terjadi pada periode 2000 - 2005. Kondisi tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Sumber : Nota Keuangan dan APBN tahun 1980 sd.2009 World Bank, 2007 Gambar 4.6. Rasio Ekspor Netto Terhadap PDB dan Rasio Tabungan Nasional terhadap PDB Periode 1980 sd. 2005 (dalam persen) Penerimaan ekspor itu sendiri, sepanjang periode waktu 1981-2005 mengalami penurunan dalam tiga tahun, yaitu: tahun 1998, 1999, dan tahun 2001. Kenaikan ekspor terbesar terjadi pada tahun 2000. Kenaikan penerimaan ekspor pada tahun tersebut bernilai US$ 62.124,0 juta naik sebesar 27,66 persen dari US$ 48.665,4 juta pada tahun 1999. Hal ini ditandai dengan meningkatnya kinerja ekspor non migas dan penerimaan ekspor migas terkait naiknya harga minyak dunia di pasaran internasional. Di sisi yang lain, impor juga meningkat terutama impor bahan baku dan barang modal. Peningkatan impor ini merupakan indikasi positif bagi pemulihan ekonomi. Pada tahun 2001 terjadi penurunan yang cukup besar menjadi US$ 56.320,9 juta atau sebesar 9,34 persen dari tahun sebelumnya. Penurunan tersebut pada Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
umumnya disebabkan permintaan impor yang masih tinggi khususnya impor barang modal, sementara harga minyak dunia yang menjadi kekuatan utama ekspor migas Indonesia jutru melemah. Depresiasi Rupiah yang begitu tinggi seharusnya bisa meningkatkan daya saing produk-produk ekspor Indonesia dengan cukup signifikan, apalagi jika diingat bahwa mata uang Rupiah mengalami depresiasi yang paling besar dibandingkan dengan mata uang negara-negara tetangga. Peluang ekspor pun seharusnya semakin terbuka luas sejalan dengan mulai membaiknya pertumbuhan ekonomi. Namun demikian depresiasi yang sangat tajam ini tidak serta merta meningkatkan ekspor karena sisi penawaran juga mempunyai masalah berupa ketergantungan yang tinggi terhadap impor barang modal dan bahan baku. Kondisi ini pada gilirannya berkontribusi terhadap tren penurunan surplus (ekspor netto) neraca perdagangan Indonesia. Sementara itu nilai ekspor tahun 2007 mencapai US$ 118.014 juta, atau meningkat sekitar 14,0 persen dibandingkan nilai ekspor tahun 2006 yang mencapai US$ 103.528 juta. Peningkatan nilai ekspor ditopang oleh ekspor migas dan nonmigas yang tumbuh masing-masing sekitar 8,4 persen dan 20,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dalam tahun 2007 nilai ekspor migas dan nonmigas masing-masing sebesar US$ 24.872 juta dan US$ 93.142 juta. Lonjakan harga minyak dan gas di pasar internasional merupakan pendorong utama terjadinya peningkatan nilai ekspor migas. Peningkatan ekspor nonmigas dipicu oleh lonjakan harga beberapa komoditi ekspor nonmigas unggulan, seperti nikel, batubara, timah,
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
CPO, dan karet. Peranan ekspor menempati urutan kedua setelah konsumsi masyarakat dalam PDB, yaitu sebesar 29,4 persen. Nilai impor tahun 2007 mencapai US$ 85.296 juta atau meningkat sekitar 15,5 persen dibandingkan tahun 2006. Peningkatan tersebut terutama ditunjang oleh pertumbuhan impor barang sebesar 13,1 persen yang terdiri dari impor barang konsumsi yang tumbuh sebesar 38 persen, barang modal tumbuh sebesar 25,1 persen, dan bahan baku tumbuh sebesar 19,7 persen. Pertumbuhan nilai impor yang cukup tinggi menunjukkan masih kuatnya kegiatan ekonomi di dalam negeri dalam bentuk meningkatnya daya beli masyarakat dan kegiatan produksi. Peranan impor sendiri dalam PDB mencapai 25,3 persen. Surplus neraca perdagangan dalam tahun 2007 mencapai US$32.718 juta, atau meningkat sekitar 10,3 persen dibandingkan tahun 2006, sedangkan defisit neraca jasa-jasa meningkat sekitar 18,8 persen. Peningkatan defisit neraca jasa-jasa sekitar 18,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya terjadi sebagai konsekuensi dari pengeluaran devisa yang meningkat lebih besar dibandingkan tambahan penerimaan devisa. Peningkatan pengeluaran devisa terjadi pada jasa transportasi khususnya angkutan barang (freight) terkait dengan peningkatan impor, transfer ke luar negeri atas keuntungan investasi asing, dan jasa-jasa lainnya. Sementara itu, peningkatan penerimaan devisa terutama bersumber dari wisatawan mancanegara (tourism) dan transfer devisa dari tenaga kerja Indonesia di luar negeri (workers’ remittances).
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
4.5
Perkembangan Penduduk Indonesia Dalam waktu sekitar tiga dasawarsa terakhir, pertumbuhan penduduk
Indonesia mengalami penurunan yang sangat signifikan. Pada periode 1971 - 1980 angka pertumbuhan penduduk adalah 2,32 persen per tahun, sedangkan pada periode 2000 - 2005 hanya mencapai 1,31 persen per tahun. Penurunan yang cukup besar ini disumbang oleh penurunan fertilitas (TFR) dari 39,1 persen pada sekitar pertengahan tahun tujuh puluhan menjadi 20,7 persen pada pertengahan tahun duaribuan. Angka kematian, khususnya angka kematian bayi, mengalami penurunan yang tajam juga. Apabila pada hasil Sensus Penduduk 1971 angka kematian bayi adalah 145, hasil Survai Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 1997 angkanya menunjukkan 51.
Sumber : United Nations Population 2009 Gambar 4.7. Pertumbuhan Penduduk Indonesia Periode 1970 sd. 2005 (dalam persen)
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Perubahan yang menggembirakan dari kedua indikator tersebut sangat penting sebagai pijakan dalam menyusun kebijakan yang baru. Namun, hal itu tidak cukup, masih ada masalah-masalah kependudukan lain yang berindikasi negatif. Masalah gender, penduduk usia lanjut, penduduk miskin, dan meningkatnya pengangguran akibat krisis adalah beberapa masalah yang sangat penting untuk diperhatikan. Selain itu, daya tampung dan daya dukung lingkungan makin lama makin mengkhawatirkan. Menurut Pracoyo (2007), pengangguran di Indonesia sudah menjadi masalah ekonomi yang harus menjadi perhatian dan segera diatasi karena di Indonesia saat ini banyak orang yang bekerja tetapi pekerjaannya adalah justru mencari pekerjaan. Jika pemerintah tidak melakukan perubahan kebijakan kependudukan yang ada selama ini, hasil-hasil positif yang diperoleh dari kebijakan perekonomian dikhawatirkan tidak bisa berlanjut. Key Indicators 2007 yang dipublikasikan secara tahunan oleh Asian Development Bank menunjukkan bahwa orang-orang miskin perkembangannya lambat, bahkan walaupun tingkat kemiskinan berkurang. Orang kaya semakin cepat kaya dibandingkan orang miskin di Asia dan adanya kesenjangan yang makin besar dalam standar hidup ini dapat mengganggu proses pertumbuhan di Asia. Sebagai konsekuensinya, maka standar hidup orang kaya semakin tinggi dan sebaliknya, standar hidup orang miskin justru semakin rendah. Hal ini juga masih terjadi di Indonesia dan Malaysia dimana kesenjangan relatif menurun.
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
4.6
Pembahasan Data Variabel-Variabel Penelitian Model
estimasi
yang
digunakan
untuk
melihat
faktor-faktor
yang
mempengaruhi tabungan nasional di Indonesia adalah : LSAV = b0 + b1 RGDP+ b2BDG + b3 RNE + b4 YpcG + b5 PopG + b6LSAV(-1) +µ Dari hasil penghitungan terhadap model estimasi tersebut dengan menggunakan software Eviews versi 3.0, didapat hasil sebagai berikut : Tabel 4.1. Hasil Analisis Data Variable RGDP BDG RNE YPCG POPG C LSAV(-1) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
Coefficient 0.036549 -0.061712 0.040001 0.015638 -2.002652 22.50537 0.386443 0.961738 0.948983 0.243704 1.069049 3.927862 2.076911
Std. Error 0.018463 0.058004 0.028275 0.008533 0.658220 6.999551 0.186878
t-Statistic 1.979619 -1.063928 1.414722 1.832623 -3.042525 3.215259 2.067894
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
Prob. 0.0632 0.3014 0.1742 0.0835 0.0070 0.0048 0.0533 32.00574 1.078964 0.245771 0.587056 75.40591 0.000000
Sumber : Lampiran 1 dan Lampiran 2 Model estimasi tersebut mengalami perubahan dari yang semula dalam bentuk linier (persamaan 3.3) menjadi bentuk model logaritma-linier (log-lin) dengan pertimbangan variabel dependennya (SAV atau tabungan nasional) dinyatakan dalam satuan mata uang (trilyun rupiah) sementara seluruh variabel independennya dinyatakan dalam satuan persen. Menurut Nachrowi (2006), model log-lin sangat
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
berguna dalam melihat hubungan kausal antara variabel bebas X yang menyatakan tahun atau waktu yang lain sementara variabel terikat Y dapat menyatakan berbagai karakterisitik seperti: keuntungan, GNP, aset, omset dan sebagainya. Oleh karena itu, model ini disebut juga sebagai model pertumbuhan. Selanjutnya hasil penghitungan tersebut disubtitusikan kedalam persamaan estimasi sesuai dengan tujuan penelitian ini menjadi : LSAV = 22.5053 + 0.0365*RGDP - 0.0617*BDG + 0.040*RNE + 0.0156*YPCG - 2.0026*POPG + 0.3864*LSAV(-1) Dari hasil estimasi persamaan tabungan nasional (SAV) diperoleh Koefisien Determinasi (R2) sebesar 0,9617, yang berarti keseluruhan variabel independen dalam persamaan tersebut mampu untuk menjelaskan variasi total tabungan nasional Indonesia sebesar 96,17 persen selama periode pengamatan (periode 1980-2005), sedangkan selebihnya sebesar 3,83 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model persamaan penelitian. Dari hasil olahan data tersebut bila dilakukan analisis secara mendalam, maka variabel independennya secara bersamasama (serempak) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tabungan nasional pada tingkat kepercayaan 99 persen. Hal ini dapat dilihat dari nilai FHitung sebesar 75,40 lebih besar dibandingkan Ftabel (3,87) pada α = 1 persen. Hampir seluruh variabel penelitian signifikan mempengaruhi tabungan nasional Indonesia. Variabel-variabel tersebut adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia, pertumbuhan pendapatan perkapita, dan pertumbuhan penduduk. Sementara itu variabel defisit anggaran belanja pemerintah dan ekspor neto tidak signifikan mempengaruhi tabungan nasional. Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Untuk melihat elastisitas perubahan variabel-variabel yang mempengaruhi tabungan nasional terhadap perubahan tabungan nasional itu sendiri (variabel dependen) maka nilai koefisien regresi tersebut harus dikonversikan terlebih dahulu. Hal ini perlu dilakukan mengingat model estimasi yang semula dalam bentuk linier diubah menjadi bentuk model logaritma-linier (log-lin). Berikut adalah nilai elastisitas perubahan masing-masing variabel independen tersebut : SAV=℮0.0365*RGDP - 0.0617*BDG + 0.040*RNE + 0.0156*YPCG - 2.0026*POPG + 22.5053 + 0.3864*LSAV(-1) SAV=℮0.0365*RGDP ∂SAV = ℮0.0365*RGDP x 0.0365 x ln℮ ∂RGDP ∂SAV = ℮0.0365*RGDP x 0.0365 ∂RGDP ∂SAV = (2,718) 0,0365*RGDP x 0,0365 ∂RGDP
= 0,0379
∂SAV = (2,718) – 0,0617*BDG x (0,0617) ∂BDG
= (0,0580)
∂SAV = (2,718) 0,040*RNE ∂RNE
= 0,0416
x 0,040
∂SAV = (2,718) 0,0156*YPCG x 0,0156 ∂YpcG ∂SAV = (2,718) – 2,0026*POPG x (2,0026) ∂PopG
=
0,0158
= (0,2704)
Tanda positif koefisien pertumbuhan ekonomi memberikan indikasi adanya dampak menguntungkan dari pertumbuhan ekonomi terhadap total tabungan nasional Indonesia selama periode pengamatan. Ini berarti mendukung hipotesis yang
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi berdampak positif terhadap tabungan nasional Indonesia. Artinya bahwa semakin tinggi pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan bangsa Indonesia, maka tabungan nasional Indonesia pun semakin bertambah. Nilai elastisitas pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 0,0379. Hal ini dapat diartikan bila terjadi pertumbuhan ekonomi sebesar 1 persen akan menyebabkan perubahan tabungan nasional sebesar 0,0379 persen pada tingkat kepercayaan 90 persen (α = 10 persen) dengan arah perubahan yang sama, ceteris paribus. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dalimunthe (2006) serta Nasir dan Khalid (2005) di mana pertumbuhan Produk Domestik Bruto mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan tabungan nasional di Indonesia dan Pakistan. Tanda negatif koefisien defisit anggaran belanja pemerintah Indonesia dan nilai t hitung hasil penelitian sebesar -1,063928 ( lebih kecil dibandingkan t tabel untuk α = 10 persen, yaitu 1,729) menunjukkan defisit anggaran tidak signifikan mempengaruhi pertumbuhan tabungan nasional di Indonesia selama periode pengamatan. Hasil ini menunjukkan bahwa di Indonesia tidak terjadi equivalensi Ricardian ( full offset tabungan pemerintah menjadi tabungan swasta). Hasil ini pun sesuai dengan penelitian Nasir dan Khalid (2005) di mana defisit anggaran belanja pemerintah hasilnya tidak signifikan dalam menentukan tabungan nasional Pakistan dan tidak terjadi equivalensi Ricardian. Menurut penulis, defisit anggaran belanja tidak signifikan meningkatkan tabungan nasional di Indonesia disebabkan : pertama, mulai tahun 2001 kebijakan Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
pemerintah yang mengoptimalkan pembiayaan dalam negeri untuk menutupi defisit anggaran dalam bentuk penjualan surat-surat berharga (berupa obligasi pemerintah atau Surat Utang Negara) dengan tingkat bunga yang lebih tinggi dibandingkan tingkat bunga tabungan memang mendapatkan respon positif. Namun yang sangat disayangkan para pembelinya sebagian besar justru merupakan pemilik tabungan yang mengalihkan tabungannnya dari perbankan nasional kepada surat-surat berharga tersebut, pemilik modal dan para investor asing. Sementara itu sebagian besar penduduk Indonesia lainnya memilih menggunakan tambahan pendapatan yang diterimanya akibat stimulus kebijakan fiskal tersebut untuk menambah konsumsi ketimbang menabung. Mereka tidak berpikir bahwa di masa depan mereka akan dikenakan tambahan pajak untuk menutupi defisit anggaran tersebut. Kedua, menurut Mankiw (2007), adanya kelambanan luar (outside lag), yaitu waktu antara tindakan kebijakan dan pengaruhnya terhadap perekonomian, yang muncul karena kebijakan yang dibuat tidak segera mempengaruhi pengeluaran, pendapatan dan kesempatan kerja. Terakhir, adanya fenomena yang cukup serius dan menjadi perhatian pemerintah belakangan ini yaitu penyerapan anggaran yang lambat bahkan cenderung rendah padahal pemerintah pada saat yang bersamaan harus melunasi pokok beserta bunga surat–surat berharganya yang jatuh tempo. Memperhatikan uraian di atas, dapat disimpulkan pengaruh defisit anggaran belanja pemerintah di Indonesia adalah memiliki kecenderungan sesuai dengan teori sebelumnya (pandangan konvensional) di mana dalam jangka panjang kondisi defisit anggaran yang dialami pemerintah Indonesia dapat menyebabkan dampak negatif Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
bagi perkembangan tabungan nasional Indonesia, yaitu: pertama, menurut Sukirno (2007), defisit dalam anggaran belanja pemerintah memiliki berkecenderungan memperburuk ketidakseimbangan neraca pembayaran dan menaikkan harga valuta asing. Keadaan seperti ini akan menaikkan harga barang-barang impor dan menimbulkan inflasi (yang bersumber dari kenaikan harga barang-barang impor). Kedua, menurut Mankiw (2007), utang pemerintah atau defisit anggaran yang besar dapat mendorong ekspansi moneter yang berlebihan dan karena itu, menyebabkan inflasi yang lebih besar. Tingkat utang pemerintah yang tinggi bisa menimbulkan resiko pelarian modal dan mengurangi pengaruh negara tersebut di seluruh dunia. Tanda positif koefisien ekspor neto memberikan indikasi adanya dampak yang menguntungkan dari ekspor neto terhadap perkembangan tabungan nasional Indonesia selama periode yang diamati. Memperhatikan nilai t hitung hasil penelitian sebesar 1,414722 (lebih kecil dibandingkan t tabel untuk α = 10 persen, yaitu 1,729), maka dampak yang menguntungkan dari ekspor neto tersebut ternyata tidak signifikan mendorong pertumbuhan tabungan nasional di Indonesia selama periode pengamatan. Kondisi ini disebabkan sebagian besar produk ekspor Indonesia merupakan hasil industri primer dan berbentuk bahan mentah. Padahal sifat perubahan barang industri terhadap bahan mentah adalah saat perekonomian mengalami ekspansi, harga barang industri lebih cepat mengalami kenaikan dibandingkan dengan harga bahan mentah yang dihasilkan negara berkembang. Kondisi sebaliknya terjadi pada saat resesi. Faktor lainnya yang menyebabkan ekspor neto tidak signifikan mempengaruhi pertumbuhan tabungan nasional adalah sebagian Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
besar pendapatan ekspor justru digunakan pengusaha dalam negeri untuk mengimpor kembali bahan baku yang diperlukan dalam proses produksinya. Hal ini terkait dengan masalah ketergantungan yang tinggi terhadap impor barang modal dan bahan baku. Basri (2002), menyatakan kecenderungan peningkatan impor bahan baku dan barang modal menunjukkan bahwa kegiatan perekonomian meningkat. Hal ini karena industri di Indonesia memiliki ketergantungan yang tinggi (sekitar 50 persen) terhadap bahan baku dan barang modal impor, baik industri yang berorientasi pasar ekspor maupun domestik. Seluruh fakta di atas sesuai dengan teori Presbisch-Singer yang menyatakan bahwa dalam jangka panjang syarat perdagangan atau term of trade negara-negara berkembang akan bertambah buruk. Di samping itu, kondisi ini juga sesuai dengan pendapat Myrdal dalam Sukirno (2007). Ia menyebutkan banyaknya hambatan di negara
berkembang
(termasuk
Indonesia)
yang
harus
dihadapi
untuk
mengembangkan sektor industri produk ekspor sebagai salah satu syarat agar hasil ekspor dapat memberikan kontribusi yang lebih besar untuk pertumbuhan ekonomi termasuk peningkatan tabungan nasional yaitu : jumlah ekspor barang industri sangat terbatas, segolongan penduduknya justru menabung dan menanamkan modalnya (dari pendapatan ekspornya) di pusat-pusat pasar uang dunia dan efisiensi kegiatan industri yang lebih rendah dibandingkan negara maju. Pertumbuhan pendapatan perkapita berkoefisien positif dengan nilai elastisitas untuk pendapatan perkapita adalah sebesar 0,0158. Hal ini dapat diartikan bila terjadi perubahan pertumbuhan pendapatan perkapita sebesar 1 persen akan menyebabkan Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
perubahan tabungan nasional sebesar 0,0158 persen pada tingkat kepercayaan 90 persen (α = 10 persen) dalam arah yang sama, ceteris paribus. Hasil ini sesuai dengan penelitian Darmawan (2006) di mana variabel pendapatan memiliki dampak positif signifikan terhadap tingkat tabungan masyarakat antar daerah di Indonesia. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori kecenderungan untuk mengkonsumsi (propensity to consume) oleh J.M. Keynes yang menyatakan suatu fungsi konsumsi modern didasari oleh perilaku psikologis modern, yaitu apabila terjadi peningkatan pada pendapatan riil, peningkatan tersebut tidak digunakan seluruhnya untuk meningkatkan konsumsi, tetapi dari sisa pendapatan tersebut juga digunakan untuk menabung. Selain itu hasil ini juga mendukung hipotesis Permanent Income Hypotesis dari Milton Friedman yang menyatakan bahwa konsumen bersikap rasional dalam mengalokasikan pendapatan yang diperoleh selama hidupnya diantara kurun waktu yang dihadapinya serta menghendaki pola-pola konsumsi yang kurang lebih merata dari waktu kewaktu. Tanda negatif koefisien pertumbuhan penduduk terhadap tabungan nasional Indonesia memberikan indikasi adanya dampak yang kurang menguntungkan dari pertumbuhan penduduk terhadap total tabungan nasional Indonesia selama periode pengamatan. Ini berarti mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa jumlah penduduk berdampak negatif terhadap tabungan nasional. Keadaan ini sesuai dengan teori life-cycle hyphotesis yang menyatakan bahwa peningkatan jumlah pertumbuhan penduduk alami (dalam hal ini bertambahnya tingkat kelahiran dan berkurangnya tingkat kematian) dapat mengurangi tabungan nasional yang terbentuk pada suatu Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
negara. Pertumbuhan penduduk alami merupakan indikasi bertambahnya individu pada usia yang tidak produktif dalam suatu negara. Pertumbuhan penduduk alami berarti menambah jumlah penduduk pada usia 0 – 14 tahun serta lebih dari 65 tahun yang juga berarti meningkatkan angka dependency ratio. Nilai elastisitas untuk pertumbuhan penduduk adalah sebesar
-0,2704. Hal ini dapat diartikan apabila
terjadi perubahan pada pertumbuhan penduduk sebesar 1 persen maka akan terjadi perubahan relatif terhadap tabungan nasional sebesar 0,2704 persen pada tingkat kepercayaan 99 persen (α =1 persen) dengan arah yang berlawanan, ceteris paribus. Dari hasil ini dapat dilihat pengaruh jumlah pertumbuhan penduduk yang begitu besar terhadap tabungan nasional. Selain itu memperhatikan koefisien dari LSAV(-1) atau (λ = 0,3864), maka dapat ditentukan : median lag = (-log 2 / log λ) sebesar 0,7289 dan; mean lag = (λ /(1- λ)) sebesar 0,6297. Kesimpulan : Tabungan nasional menyesuaikan terhadap (adjust to) perubahan seluruh variabelvariabel independen (pertumbuhan ekonomi, defisit anggaran pemerintah, rasio ekspor neto, pertumbuhan pendapatan perkapita dan pertumbuhan penduduk) dalam waktu yang relatif singkat.
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
4.7
Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
4.7.1
Uji Multikolinieritas Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dalam model estimasi yang
digunakan, dapat dilakukan dengan melihat nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dari model estimasi. Angka R2 yang tinggi disertai koefisien regresi yang sebagian besar tidak signifikan biasanya menandakan terdapatnya multikolinieritas. Berikut ini hasil uji multikolinieritas pada tabel dibawah ini Tabel 4.2. Hasil Estimasi Uji Multikolinieritas
SAV = f (RGDP, BDG, RNE, YpcG, PopG)
0,961738
RGDP = f (BDG, RNE, YpcG, PopG)
0,579557
BDG = f (RGDP, RNE, YpcG, PopG)
0,369391
RNE = f (RGDP, BDG, YpcG, PopG)
0,414692
YpcG = f (RGDP, BDG, RNE, PopG)
0,527126
PopG = f (RGDP, BDG, RNE, YpcG)
0,376522
Sumber: Lampiran 3 Berdasarkan data tabel di atas, nilai R2 regresi parsial antar masing-masing variabel bebas lebih kecil dibandingkan dengan koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dari model estimasi (sebesar 0,961738).
Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa dalam model tersebut tidak ditemukan adanya multikolinieritas.
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
4.7.2
Uji Korelasi Serial (Autokorelasi) Untuk mendeteksi ada tidaknya korelasi serial dalam model penelitian ini
dilakukan uji Lagrange Multiplier (LM Test). Pemilihan LM Test untuk melakukan uji autokorelasi karena lebih mudah diinterpretasikan bila dibandingkan dengan Uji Durbin-Watson dan dapat diterapkan dalam regresi yang menggunakan variabel lag. Berikut ini hasil estimasi dari LM Test Tabel 4.3. Hasil Estimasi Uji Korelasi Serial Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
0.673654 1.941667
Probability Probability
0.523725 0.378767
Sumber : Lampiran 4 Berdasarkan hasil LM Test di atas, besarnya nilai X2
hitung
(Obs*R-squared)
adalah 1,94 lebih kecil dibandingkan dengan X2 tabel sebesar 28,9 pada α = 5 persen. Dengan demikian hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada autokorelasi dalam model empiris yang digunakan tidak dapat ditolak. Hal ini berarti model yang diestimasi tidak mengandung korelasi parsial (autokorelasi) antar faktor pengganggu (error term). 4.7.3
Uji Normalitas (Jarque-Bera Test) Uji ini dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya faktor pengganggu µi
yang dapat diketahui melalui uji J-B Test. Uji menggunakan hasil estimasi residual
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
dan Chi-square probability distribution. Berikut ini hasil estimasi yang dilakukan dengan uji J-B Test Tabel 4.4. Hasil Estimasi Uji Normalitas Series : Residuals Sample: 1981 2005 Observations : 25 Jarque-Bera Probability
4,306802 0,116089
Sumber : Lampiran 5 Berdasarkan hasil estimasi uji J-B Test, diperoleh probability JB ( sebesar 0,1160 atau 11,60 persen) lebih besar daripada α = 5 persen, maka (H0) diterima. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang menyatakan model empiris yang digunakan mempunyai residual atau faktor pengganggu yang berdistribusi normal tidak dapat ditolak. 4.7.4
Uji Stationeritas Data Dalam analisis ekonometrik modern, jika menggunakan data deret waktu
(time series), mensyaratkan data yang digunakan harus stationer. Uji stationeritas data penting dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi pelanggaran asumsi regresi. Masalah utama yang terjadi apabila data yang digunakan di dalam analisis regresi tidak stasioner, nilai dugaan yang dihasilkan menjadi bias (spurious regression), sehingga menimbulkan kesalahan dalam interpretasi hasil analisis. Data yang
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
stationer diketahui setelah dilakukan pengujian unit root. Berikut adalah hasil pengujian unit root dengan uji Augmented Dickey Fuller (ADF) : Tabel 4.5. Hasil Estimasi Uji Stationeritas Data
Variable
Intercept
LSAV RGDP BDG RNE YpcG PopG
‐ √ ** √ * ‐ √ ** ‐
Stationery Intercept and trend √ *** ‐ ‐ √ ** ‐ ‐
None ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ √ ***
Difference stationery Intercept Intercept and None trend ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
*** α = 1 persen ** α = 5 persen * α = 10 persen
Sumber : Lampiran 6 Berdasarkan hasil uji Augmented Dickey Fuller (ADF) variabel yang digunakan ternyata seluruhnya stationer. Dengan demikian estimasi model penelitian yang dilakukan penulis dapat menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS).
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi tabungan nasional di Indonesia, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1.
Seluruh variabel independen yaitu : pertumbuhan ekonomi, defisit anggaran pemerintah, ekspor neto, pertumbuhan pendapatan perkapita dan pertumbuhan penduduk secara simultan sangat mempengaruhi tabungan nasional Indonesia.
2.
Pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap total tabungan nasional Indonesia selama periode pengamatan pada tingkat kepercayaan 90 persen dengan nilai elastisitas pertumbuhan ekonomi sebesar 0,0379, ceteris paribus.
3.
Defisit anggaran belanja pemerintah Indonesia tidak signifikan memberikan pengaruh positif terhadap total tabungan nasional Indonesia selama periode pengamatan, ceteris paribus.
4.
Ekspor neto Indonesia tidak signifikan memberikan pengaruh positif terhadap total tabungan nasional Indonesia selama periode pengamatan, ceteris paribus.
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
5.
Pertumbuhan pendapatan perkapita mempunyai pengaruh positif terhadap total tabungan nasional Indonesia selama periode pengamatan pada tingkat kepercayaan 90 persen dengan nilai elastisitas pertumbuhan pendapatan perkapita sebesar 0,0158, ceteris paribus.
6.
Pertumbuhan penduduk mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap total tabungan nasional Indonesia selama periode pengamatan pada tingkat kepercayaan 99 persen dengan nilai elastisitas pertumbuhan penduduk sebesar -0,2704, ceteris paribus.
5.2
Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan beberapa
saran sebagai berikut : 1. Kebijakan untuk mengendalikan jumlah penduduk (seperti program Keluarga Berencana dan pengaturan usia pernikahan) menjadi sama pentingnya dengan kebijakan pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan variabel – variabel makro ekonomi Indonesia (seperti: pertumbuhan ekonomi, stabilitas ekonomi dan pengurangan pengangguran) terkait dengan hasil penelitian yang menunjukkan signifikannya pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan pendapatan perkapita dan pertumbuhan penduduk terhadap perubahan tabungan nasional Indonesia. Hal ini disebabkan pertumbuhan penduduk pada masyarakat berpenghasilan rendah umumnya lebih cepat dibandingkan pertumbuhan pendapatan perkapitanya. Oleh
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
karena itu, kenaikan pendapatan mereka lebih cepat terserap untuk kebutuhan konsumsi dibandingkan menabung. 2. Peningkatan efisiensi kegiatan industri tujuan ekspor, daya saing dan pemasaran produk hasil industri pengolahan Indonesia di luar negeri harus terus mendapatkan perhatian khusus pemerintah. Hal ini terkait dengan elastisitas permintaan produk tersebut yang jauh lebih baik dibandingkan dengan produk industri primer (biasanya berbentuk bahan mentah) dan tidak signifikannya pengaruh positif ekspor neto terhadap tabungan nasional Indonesia. 3. Pemerintah pusat dan daerah harus membenahi birokrasi mereka agar lebih fleksibel dan tetap menjaga akuntabilitas untuk mengoptimalkan penyerapan pengeluaran pemerintah yang tercermin pada defisit anggaran. Hal ini perlu dilakukan mengingat pengeluaran pemerintah tersebut harus dapat memberikan kontribusi besar bagi pembangunan nasional dan dalam jangka panjang defisit anggaran dapat menyebabkan dampak negatif bagi perkembangan tabungan nasional Indonesia.
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA Al-Mohaimeed, A.A. (1998): Saving in Saudi Arabia: an empirical investigation. Economic Studies: Volume2, No4. College of Administrative Sciences, King Saud University. Riyadh, Saudi Arabia Athukorala, Prema-Chandra, and Kunal Sen. (2004): “The determinants of private saving in India”. World Development Vol. 32, No.3 pp.4 91-503. Attanasio, Orazio, Lucio Picci, and Antonello Scoru. (2000): “Saving, Growth and Investment.” Review of Economics and Statistics 82(2):182-211. Basri, Faisal. (2002): Perekonomian Indonesia : Tantangan dan Harapan Bagi Kebangkitan Ekonomi Indonesia, Erlangga, Jakarta. Braun et. Al. (2007): The Saving Rate in Japan: Why It Has Fallen and Why It Will Remain Low CIRJE-F-535 Japan. http://www.e.u-tokyo.ac.jp/cirje/research/ 03research02dp.html Chun Young Jun. (2006): Population Aging, Fiscal Policies, and National Saving: Predictions for Korean Economy. NBER Working Paper No. 12265 May 2006 Dalimunthe, Ahmad Hidayah. (2006): Analisis Determinan yang Mempengaruhi Tabungan di Indonesia, Tesis, Magister Ekonomi Pembangunan, USU, Medan Darmawan, Indra. (2006): Perilaku Tabungan Masyarakat Antar Daerah di Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Jogjakarta Deaton, Angus, and Christina Paxson. (2000): “Saving and Growth: Another Look at the Cohort Evidence.” Review of Economics and Statistics 82(2): 212-225. Doménech et. Al. (1997): The Effects of Budget Deficits on National Saving in the OECD. Paper presented at the CMTEA (1996), at the V Jornadas Economía Internacional and at the EEA'97, Toulouse. Gale, G William. and. Orszag R Peter . (2004): Budget Defisits, National Saving, and Interest Rates. Brookings Institution and Tax Policy Center. US Gujarati, N. Damodar. (2007): Dasar-Dasar Ekonometrika, New York, Mc Graw Hill, Edisi 3, Erlangga, Jakarta
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Hayashi, Fumio., and Prescott, Edward .C.(2002): ”The 1990s in Japan: A Lost Decade”, Review of Economic Dynamics, 5, 206-35. Higgins, M. (1998): ”Demography, National Savings and International capital Flows”, International Economic Review 39: 343-369. Kelley, A. (1976): “Saving, Demographic Change, and Economic Development,” Economic Development and cultural change, 24, 683-93. Kuznets, S. (1960): “Quantitative Aspects of the Economic Growth of Nations: Capital Formation Proportions,” Economic Development and Cultural Change, 8, no. 4. Lane, P.R. and Milesi-Ferretti, G.M. (1999): ”The External Wealth of Nations: Measures of Foreign Assets and Liabilities for Industrial and Developing Countries”, IMF Working Paper 99/115 and Forthcoming in Journal of International Economics. Legowo, (1984): Dasar-Dasar Kalkulus: Penerapannya Dalam Ekonomi, Edisi Kedua, LPFE-UI, Jakarta. Loayza, Noman, Klaus Schmidt-Hebbel, dan Luis Serven. (2000): “What Drives Private Saving Across the World?” Review of Economics and Statistics 82(2): 165-81 Mankiw, N Gregory. (2007): Teori Makroekonomi, Harvard University, Edisi Keenam, Erlangga, Jakarta Manurung, Jonni J. (2006): The Clower Constraints Model dari Surplus atau Defisit Fiskal Pemerintah, Universitas Katolik Santo Thomas, Sumatera Utara Manurung, Jonni J; Manurung, Haymans Adler dan Saragih, Ferdinand. (2005): Ekonometrika: Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama, Elex Media Komputindo, Jakarta Masson et .al. (1998): International Evidence on the Determinants of Private Saving. The world bank economic review, vol. 12, no. 3: 483–501 Modigliani, F. (1970): “The Life Cycle Hypothesis of Saving and Intercountry Differences in the Saving Ratio.” In Induction, Growth, and Trade, edited by W. Eltis, M. Scott, and J. Wolf (Oxford: Clarendon.)
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Nachrowi, D. Nachrowi. (2006): Ekonometrika: Pendekatan Populer dan Praktis Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, LPFE-UI, Jakarta Nasir, S, and Khalid, M Saving – Investment Behaviour in Pakistan: An Empirical Investigation. Pakistan Institute of Development Economics and Accounts Officer at Sate Bank of Pakistan, BSC (Bank), Islamabad. Pracoyo, Antyo dan Tri Kunawangsih. (2007): Aspek Dasar Ekonomi Makro di Indonesia, Edisi Kedua, Grasindo, Jakarta. PPE FE UGM. (2004): Studi Manajemen Utang Luar Negeri Dan Dalam Negeri Pemerintah Dan Assessment Terhadap Optimal Borrowing. Tim PPE FE UGM Sarwoko. (2007): Dasar-Dasar Ekonometrika, Edisi Satu, Andi, Jogjakarta Schmidt-Hebbel, Klaus, Steven B. Webb, and Giancarlo Corsettii. (1992): “Household Saving in Developing Countries: First cross-country Evidence.” The World Bank Economic Review 6(3): 529-547. Siddiqui, Rehana and Rizwana (1993): “Household Saving Behaviour in Pakistan.” The Pakistan Development Review vol. 32, no.4, pp. 1281-1292. Sukirno, Sadono. (2007): Ekonomi Pembangunan : Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan, Edisi Kedua, Kencana, Jakarta
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Lampiran 1. Data Penelitian
Year 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
SAV(Rp) 17.402.000.000.000 15.605.171.208.000 13.663.996.164.000 19.458.582.264.000 21.754.622.527.000 23.250.951.873.000 23.548.040.604.000 33.220.327.610.000 38.643.725.240.000 54.259.601.550.000 56.066.587.104.000 47.787.768.726.000 58.330.218.560.000 91.102.674.250.000 108.124.751.360.000 119.535.394.804.000 137.709.254.826.000 172.017.578.464.000 197.496.596.484.000 108.155.575.821.000 325.206.156.600.000 339.142.332.000.000 280.562.343.600.000 243.654.626.600.000 326.007.320.400.000 399.496.478.400.000
RGDP 8,725 7,4 -0,3 8,8 7 2,5 5,9 4,9 5,8 7,5 7,242 6,95 6,459 6,496 7,539 8,213 7,987 4,543 -13,007 0,308 5,188 3,322 4,376 4,876 5,129 5,596
BDG -1,204867954 -1,712811711 -2,004529251 -1,608129491 0,542612035 -1,075554676 -2,818896957 -0,452587349 -2,018834869 -0,602004052 0,968533717 -0,727964936 -1,026695964 -0,471994926 0,902329566 1,194306676 0,689412488 -1,08601366 -1,539647242 -1,338074611 -2,247515938 -0,979893362 -2,220493927 -1,71012238 -1,052305788 -0,517055655
RNE 3,041 -0,564 -4,94 -6,763 -2,267 -2,076 -4,637 -2,731 -2,153 -1,525 -2,545 -3,125 -2,028 -1,317 -1,535 -3,044 -2,911 -1,594 3,793 3,718 4,826 4,295 3,999 3,454 0,609 0,097
Ypc(Rp) 395,737 435,792 458,701 559,961 634,179 671,185 697,411 831,666 930,256 1.097,196 1.267,071 1.477,986 1.643,738 1.901,349 2.171,082 2.544,182 2.938,524 3.414,791 5.127,599 5.819,376 6.565,025 7.672,478 8.377,555 9.138,320 10.284,808 12.272,159
YpcG 8,6579 10,12158977 5,256725762 22,07554808 13,25409627 5,835185544 3,90745642 19,25043622 11,85458513 17,94556517 15,48264919 16,64589496 11,21473038 15,67225733 14,1863908 17,18498528 15,49973551 16,20771998 50,1584772 13,49124936 12,81321775 16,86898083 9,189689998 9,080994577 12,54592981 19,32317492
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
PopG 2,20100 2,14416 2,11405 2,07346 2,02202 1,96123 1,89960 1,84190 1,78441 1,73050 1,67826 1,62704 1,57947 1,53743 1,50319 1,47579 1,44875 1,42357 1,40211 1,38612 1,37340 1,36141 1,34731 1,32848 1,30244 1,27136
Lampiran 2. Hasil Estimasi dengan OLS Dependent Variable: LSAV Method: Least Squares Date: 04/20/09 Time: 09:26 Sample(adjusted): 1981 2005 Included observations: 25 after adjusting endpoints Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
RGDP BDG RNE YPCG POPG C LSAV(-1)
0.036549 -0.061712 0.040001 0.015638 -2.002652 22.50537 0.386443
0.018463 0.058004 0.028275 0.008533 0.658220 6.999551 0.186878
1.979619 -1.063928 1.414722 1.832623 -3.042525 3.215259 2.067894
0.0632 0.3014 0.1742 0.0835 0.0070 0.0048 0.0533
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.961738 0.948983 0.243704 1.069049 3.927862 2.076911
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
32.00574 1.078964 0.245771 0.587056 75.40591 0.000000
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Lampiran 3. Hasil Uji Multikolinieritas Dependent Variable: RGDP Method: Least Squares Date: 04/20/09 Time: 09:27 Sample: 1980 2005 Included observations: 26 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
BDG RNE YPCG POPG C
1.558188 -0.235824 -0.327347 -0.080143 11.22461
0.635094 0.245165 0.076254 2.608488 4.509378
2.453476 -0.961898 -4.292864 -0.030724 2.489171
0.0230 0.3470 0.0003 0.9758 0.0213
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.579557 0.499472 3.064637 197.2320 -63.23409 2.416924
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
4.978538 4.331766 5.248776 5.490718 7.236823 0.000793
Dependent Variable: BDG Method: Least Squares Date: 04/20/09 Time: 09:29 Sample: 1980 2005 Included observations: 26 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
RGDP RNE YPCG POPG C
0.142977 -0.085228 0.061588 -0.911738 -1.105654
0.058275 0.073569 0.028655 0.764714 1.535631
2.453476 -1.158480 2.149243 -1.192261 -0.720000
0.0230 0.2597 0.0434 0.2465 0.4795
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.369391 0.249275 0.928329 18.09768 -32.18234 2.323746
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
-0.927646 1.071424 2.860180 3.102121 3.075285 0.038528
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
84 Dependent Variable: RNE Method: Least Squares Date: 04/20/09 Time: 09:31 Sample: 1980 2005 Included observations: 26 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
RGDP BDG YPCG POPG C
-0.178947 -0.704811 -0.035011 -5.688474 9.432601
0.186036 0.608393 0.090697 1.903284 3.968111
-0.961898 -1.158480 -0.386026 -2.988769 2.377101
0.3470 0.2597 0.7034 0.0070 0.0270
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.414692 0.303205 2.669608 149.6629 -59.64616 0.995120
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
-0.689346 3.198122 4.972782 5.214723 3.719639 0.019330
Dependent Variable: YPCG Method: Least Squares Date: 04/20/09 Time: 09:32 Sample: 1980 2005 Included observations: 26 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
RGDP BDG RNE POPG C
-1.427819 2.927600 -0.201250 -3.562988 30.31192
0.332603 1.362154 0.521337 5.392154 8.432721
-4.292864 2.149243 -0.386026 -0.660773 3.594560
0.0003 0.0434 0.7034 0.5159 0.0017
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.527126 0.437055 6.400461 860.2838 -82.38156 2.665043
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
14.75866 8.530574 6.721658 6.963600 5.852329 0.002512
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
85 Dependent Variable: POPG Method: Least Squares Date: 04/20/09 Time: 09:33 Sample: 1980 2005 Included observations: 26 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
RGDP BDG RNE YPCG C
-0.000561 -0.069536 -0.052462 -0.005717 1.633356
0.018255 0.058323 0.017553 0.008651 0.239269
-0.030724 -1.192261 -2.988769 -0.660773 6.826454
0.9758 0.2465 0.0070 0.5159 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.376522 0.257765 0.256372 1.380260 1.273321 0.615858
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
1.646865 0.297577 0.286668 0.528609 3.170511 0.034716
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Lampiran 4. Hasil Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
0.673654 1.941667
Probability Probability
0.523725 0.378767
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 04/20/09 Time: 09:37 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
RGDP BDG RNE YPCG POPG C LSAV(-1) RESID(-1) RESID(-2)
-0.000751 -0.006658 -0.012104 0.001767 0.763462 -8.318883 0.220551 -0.343414 -0.291523
0.019108 0.059417 0.033667 0.009621 1.150778 12.73145 0.338843 0.451270 0.277613
-0.039285 -0.112060 -0.359537 0.183641 0.663431 -0.653412 0.650896 -0.760995 -1.050104
0.9691 0.9122 0.7239 0.8566 0.5165 0.5228 0.5244 0.4577 0.3093
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.077667 -0.383500 0.248246 0.986020 4.938469 1.924730
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
1.94E-15 0.211054 0.324922 0.763718 0.168413 0.992306
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Lampiran 5. Hasil Uji Normalitas
8 Series: Residuals Sample 1981 2005 Observations 25
6
4
2
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
2.10E-15 0.008469 0.451060 -0.588841 0.211054 -0.695867 4.482432
Jarque-Bera Probability
4.306802 0.116089
0 -0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0.4
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Lampiran 6. Hasil Uji Stationeritas Data ADF Test Statistic
-4.517247
1% Critical Value* 5% Critical Value 10% Critical Value
-4.3942 -3.6118 -3.2418
*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root. Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LSAV) Method: Least Squares Date: 04/20/09 Time: 09:37 Sample(adjusted): 1982 2005 Included observations: 24 after adjusting endpoints Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LSAV(-1) D(LSAV(-1)) C @TREND(1980)
-1.325702 0.315746 39.85125 0.191567
0.293476 0.203973 8.785075 0.042805
-4.517247 1.547984 4.536244 4.475331
0.0002 0.1373 0.0002 0.0002
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
ADF Test Statistic
0.557754 0.491417 0.216994 0.941729 4.802572 2.021770
-3.444939
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
0.135108 0.304275 -0.066881 0.129461 8.407884 0.000818
1% Critical Value* 5% Critical Value 10% Critical Value
-3.7343 -2.9907 -2.6348
*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root. Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(RGDP) Method: Least Squares Date: 04/20/09 Time: 09:37 Sample(adjusted): 1982 2005 Included observations: 24 after adjusting endpoints Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
RGDP(-1) D(RGDP(-1)) C
-0.910816 0.159105 4.317593
0.264393 0.211258 1.576144
-3.444939 0.753131 2.739339
0.0024 0.4597 0.0123
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood
0.413724 0.357888 4.451513 416.1354 -68.29001
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic
-0.075167 5.555233 5.940834 6.088090 7.409649
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
89 Durbin-Watson stat ADF Test Statistic
1.859970 -2.871959
Prob(F-statistic)
0.003673
1% Critical Value* 5% Critical Value 10% Critical Value
-3.7343 -2.9907 -2.6348
*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root. Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(BDG) Method: Least Squares Date: 04/20/09 Time: 09:37 Sample(adjusted): 1982 2005 Included observations: 24 after adjusting endpoints Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
BDG(-1) D(BDG(-1)) C
-0.706044 0.077010 -0.609549
0.245841 0.215939 0.318591
-2.871959 0.356629 -1.913265
0.0091 0.7249 0.0694
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
ADF Test Statistic
0.336527 0.273339 1.078967 24.44758 -34.27625 2.001994
-3.694958
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
0.049823 1.265733 3.106354 3.253611 5.325807 0.013463
1% Critical Value* 5% Critical Value 10% Critical Value
-4.3942 -3.6118 -3.2418
*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root. Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(RNE) Method: Least Squares Date: 04/20/09 Time: 09:37 Sample(adjusted): 1982 2005 Included observations: 24 after adjusting endpoints Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
RNE(-1) D(RNE(-1)) C @TREND(1980)
-0.643866 0.358877 -3.439627 0.217668
0.174255 0.167420 1.209339 0.077130
-3.694958 2.143569 -2.844220 2.822108
0.0014 0.0445 0.0100 0.0105
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.431651 0.346398 1.686282 56.87096 -44.40730 1.908082
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
0.027542 2.085805 4.033941 4.230284 5.063206 0.009037
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
90
ADF Test Statistic
-3.374685
1% Critical Value* 5% Critical Value 10% Critical Value
-3.7343 -2.9907 -2.6348
*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root. Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(YPCG) Method: Least Squares Date: 04/20/09 Time: 09:37 Sample(adjusted): 1982 2005 Included observations: 24 after adjusting endpoints Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
YPCG(-1) D(YPCG(-1)) C
-1.016674 0.031360 15.44814
0.301265 0.215928 4.817254
-3.374685 0.145234 3.206836
0.0029 0.8859 0.0042
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.494491 0.446347 9.138240 1753.656 -85.55138 1.987806
ADF Test Statistic
-5.568521
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
0.383399 12.28128 7.379281 7.526538 10.27113 0.000775
1% Critical Value* 5% Critical Value 10% Critical Value
-3.7204 -2.9850 -2.6318
*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root. Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(POPG) Method: Least Squares Date: 04/20/09 Time: 09:37 Sample(adjusted): 1981 2005 Included observations: 25 after adjusting endpoints Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
POPG(-1) C
-0.043415 0.034966
0.007797 0.013150
-5.568521 2.659097
0.0000 0.0140
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.574140 0.555625 0.011210 0.002890 77.84334 0.448006
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
-0.037185 0.016816 -6.067467 -5.969957 31.00842 0.000012
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008