Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain
EKSPLORASI MEDIA ALTERNATIF BAND INDIE L’ALPHALPHA MELALUI PENDEKATAN MULTIMEDIA Fathima Assilmia
Hendy Hertiasa, M. Ikom
Program Studi Sarjana Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email:
[email protected]
Kata Kunci : game, indie, internet, musik, video.
Abstrak Indie atau independen merupakan gerakan anak muda untuk melawan arus dan berani tampil beda. Sebagai salah satu band yang membawa semangat indie L’alphalpha memiliki keunikan pada konsep story telling pada musiknya dan penggunaan mainan anak-anak sebagai alat musik. Akan tetapi potensi tersebut belum mendapat apresiasi yang cukup. Kurangnya dana berakibat pada promosi yang minimal dan seadanya. Maka dari itu perlu dibuat sebuah media alternatif yang yang unik dan berbiaya minimal. Solusi media yang ditawarkan adalah sebuah video klip musik interaktif berbasis internet. Penggabungan fungsi representasi musik dari video klip digabungkan dengan unsur menghibur dari game serta pemanfaatan jejaring sosial dari media internet adalah solusi yang tepat.
Abstract Indie or independent is a movement of young people who dare to be different. As a band with the independence spirit of young people, L’alphalpha has a unique concept of “Semi-ambient Story Telling” music where children’s toys are used as musical instruments. Unfortunately, this great potential has not yet be appreciated. Limited amount of fund also lead them to the lack of publication. That is why, idea and concept applied in low budget high impact media is an urge. The idea is to create an internet based music video game. The combination of representative visualization, interactivity of game, and social network is a low cost-high impact strategy as it is.
1. Pendahuluan Dalam wawancara secara langsung Idhar Resmadi, seorang kontributor majalah Rolling Stone Indonesia, memaparkan bahwa indie atau independent merupakan suatu gerakan pemuda melawan arus tradisi di masyarakat dan sangat memegang kuat konsep DIY atau Do It Yourself. Dalam musik, indie adalah sebuah istilah industri bagi pemusik yang memproduksi albumnya sendiri, biasanya dalam skala terbatas dikarenakan keterbatasan dana. Di Indonesia musik indie berkembang sejak tahun 1970-an dan menjadi populer sejak tahun 1994 dengan kemunculan PAS band. Distro dan media internet memiliki peran yang sangat besar dalam penyebaran, penjualan album dan pembentukan komunitas indie di Indonesia. Hubungan pemusik indie dengan penggemar cenderung lebih intim. Maraknya pembajakan dan menurunnya penjualan RBT (Ring Back Tone) dalam industri musik Indonesia saat ini tidak berpengaruh pada pasar musik indie. Sejalan dengan istilah ekonomi kreatif, pemusik indie yang berangkat dari komunitas-komunitas kecil mampu menciptakan pasar mereka sendiri tanpa harus mengikuti arus industri besar. Industri musik indie diperkirakan memiliki potensi untuk mengambil alih alur pasar musik Indonesia di kemudian hari. Beberapa karakteristik penggemar musik indie yang perlu diperhatikan adalah seorang penggemar musik indie biasanya menyukai sebuah band atau aliran sesuai dengan seleranya dan cenderung setia, bukan sekedar mengikuti arus yang seda\ng populer pada saat itu. Penggemar musik indie cenderung berpikiran terbuka, berani tampil beda dan menyukai hal-hal yang baru. Perkembangan isu dan teknologi bukan hal yang tabu bagi mereka. L’alphalpha adalah sebuah band indie asal Jakarta yang beraliran musik Icelandic. Ciri khas dari band ini adalah konsep story telling dari musiknya dan penggunaan mainan anak-anak sebagai alat musik selain instrumen pada umumnya. Sejauh ini L’alphalpha baru mengeluarkan satu album yang berjudul “When We Awake All Dreams Are Gone”. Yang menarik dari album ini adalah keberadaan dua karakter, Winston dan Churcil, yang saling bercerita tentang sebuah mimpi. Sebagai band pendatang baru yang merefleksikan semangat indie dan memiliki keunikan, L’alphalpha belum mendapatkan apresiasi yang cukup. Manajemen dan dana yang masih sekedarnya membuat mereka belum bisa membuat video klip musik sebagai salah satu media promosi wajib bagi sebuah band.
Penelitian ini dilakukan untuk mencari solusi media seperti apa yang mampu menambah apresiasi terhadap band indie L’alphalpha. Sesuai dengan jalur minat penulis, penyelesaian masalah akan berfokus pada konteks multimedia dan interaksinya saja. Media yang diperlukan adalah media berbiaya minimum yang mampu memperkenalkan L’alphalpha baik secara band maupun musiknya. Maka dari itu solusi yang ditawarkan adalah sebuah video klip interaktif berbasis internet yang menggabungkan musik, visual, unsur interaktif dan memanfaatkan jejaring sosial dari internet untuk penyebarannya. (Hatumena.2006:10) Video klip musik adalah suatu video yang menggabungkan antara musik dari suatu band atau penyanyi dengan tampilan visual yang merepresentasikan lagu dari band atau penyanyi itu sendiri. Menurut Tracy Fullerton, dalam buku yang di tulisnya berjudul “Game Design Workshop”, game sebagai media yang mengandalkan interaktifitas memiliki keunggulan dimana pemain dapat ikut berperan dalam informasi yang diterima dengan interaksi. Dengan adanya interaksi, maka pemain yang menerima suatu informasi dapat memberikan feedback tertentu sehingga media tersebut bisa memberikan informasi tambahan yang sesuai dengan input yang di berikan oleh pemain. Proses yang sederhana ini sebenarnya merubah konsep media dalam menyampaikan suatu informasi. Dalam merancang sebuah game unsur-unsur yang harus diperhatikkan, diantaranya game chart, gameplay, story, characters, environments, interface dan audio.
2. Proses Studi Kreatif Untuk menjawab permasalahan yang ada dan mempertimbangkan karakter penggemar musik indie yang menyukai halhal baru dan unik, maka solusi yang ditawarkan adalah sebuah video klip interaktif yang berbasis internet. Video klip musik interaktif ini menggabungkan antara musik, visual dan interaktifitas dari user. Menggabungkan fungsi video klip untuk merepresentasikan sebuah lagu secara visual dengan unsur menghibur dari game, video klip interaktif ini nantinya akan disimpan di dalam website L’alphalpha yang juga berintergrasi dengan berbagai jejaring sosial seperti facebook, twitter, youtube, myspace, dan lain sebagainya. Dengan demikian tidak hanya unik video klip interaktif ini pun akan mengeluarkan sedikit biaya dan dengen mudah menyebar secara global melalui dunia maya.
Gambar 1. (searah jarum jam) Sampul album “When We Awake All Dreams Are Gone”, personil band L’alphalpha, alat musik L’alphalpha, mainan-mainan yang digunakan L’alphalpha.
Album L’alphalpha “When We Awake All Dreams Are Gone” sendiri berkonsep tentang impian. Mengangkat tentang cerita kehidupan sehari-hari yang dikaitkan dengan mimpi dan impian seseorang; baik yang baru akan kita impikan, yang sudah kita dapatkan, maupun mimpi yang sudah hilang. Dimulai dengan lagu berjudul “Story”, yang berisi narasi Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain | 2
Fathima Assilmia
seorang pria “What are you going to hear now is a story about dreaming” (Apa yang akan kamu dengarkan adalah cerita tentang mimpi) lalu diakhiri dengan lagu berjudul “Telling”, yang bernarasi “How about I tell you my own stories?” (Bagaimana jika aku bercerita tentang ceritaku?). Dari sini munculah Big Idea berupa “Dream Sharing” atau “berbagi mimpi”. Tujuan utama dari video klip musik interaktif ini adalah memberikan informasi tentang representasi lagu dari band L’alphalpha sekaligus memberikan informasi dasar tentang band seperti nama dan personil band.
3. Hasil Studi dan Pembahasan Berangkat dari big idea berbagi mimpi tadi, akan dibuat video klip musik interaktif yang mengajak pengguna untuk menulisakan mimpinya kemudian berbagi bersama teman-temannya di jejaring sosial, sekaligus mendengar lagu L’alphalpha sepanjang video klip musik itu berjalan. Lagu yang akan dibuat video klip musiknya adalah “The Day when Everything Around us Fall Asleep and We Do remember how to Awake” yang merupakan lagu utama dari album ini. Plot dari video klip interaktif ini akan terbagi ke dalam 3 bagian besar sesuai dengan tiga tahapan dalam lucid dream yakni; waking, twilight, dan dream. Dalam penggunaan bahasa, baik video klip musik interaktif maupun website akan menggunakan bahasa Inggris sesuai dengan lagu-lagu L’alphalpha yang berbahasa Inggris dan kebutuhan untuk memfasilitasi calon penggemar yang berasal dari selain Indonesia. Dalam penyebaran video klip musik interaktif ini, peran jejaring sosial akan banyak digunakan dengan memanfaatkan kemampuannya untuk berintegrasi satu sama lain. Sesuai dengan konsep jurnal yang ada dalam video klip musik interaktif, twitter dengan fungsinya sebagai mikro blog akan digunakan untuk berintegrasi dengan video klip musik interaktif. Selain twitter, jejaring sosial lain seperti tumblr, facebook dan youtube akan digunakan untuk memperluas penyebaran isu dengan tombol share dan hyperlink satu sama lain. Selain secara online, penyebaran secara offline pun akan dimanfaatkan melalui barcode pada jurnal visual yang diperjual-belikan bersama album L’alphalpha
Gameplay TAHAP
GAMEPLAY
JOURNAL
Pemain akan menekan tombol “Connect to Twitter” untuk mengintegrasikan video klip musik interaktif ini dengan jejaring sosial twitter. Setelah menuliskan mimpinya pemain kemudian menekan tombol “Explore Dream” untuk memulai video klip musik interaktifnya. Pada tahap ini, terdapat pula beberapa menu seperti “L’alphalpha”, “The Story”, “How to Explore”, “Preview”.
WAKING
Pemain memainkan sebuah karakter bernama Winston berjalan berdasarkan perintah dari tombol arah di keyboard komputer pemain. Pemain mengumpulkan beberapa dengan menekan tombol spasi. Jumlah benda yang berhasil dikumpulkan pada tahap ini akan mempengaruhi bentuk karakter burung pada tahap Dream nanti. -
Poin 0-5, pemain memainkan karakter burung gereja
-
Poin 6-8, pemain memainkan karakter burung elang
-
Poin 9-10, pemain memainkan karakter burung phoenix.
TWILIGHT
Pemain jatuh ke dalam jurang. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian ini bergantung pada kelincahan pemain menghindari tembok jurang.
DREAM
Pemain memainkan karakter burung sesuai dengan poin yang didapat pada tahap Waking. Burung berjalan berdasarkan gerakan mouse. Pemain mengumpulkan mainan-mainan dan karakter personil band dengan menekan dua kali tombol kiri mouse.
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain | 3
Untuk mainan, pemain akan bisa mendengar bunyi dari mainan tersebut. Untuk personil, setiap kali pemain meng-klik karakternya akan ditampilkan data singkat personilnya. Terdapat pula karakter bonus Comet’s Tail. Karakter ini diambil dari lagu ke sembilan dari album “When We Awake, All Deams Are Gone” SHARING
Benda-benda yang berhasil dikumpulkan pemain mulai dari huruf, mainan, karakter personil band, hingga Comet’s tail akan ditampilkan bersama karakter Winston dan burung yang didapat dalam sebuah kartu pos digital. Kartu pos ini akan bertuliskan mimpi yang tadi ditulis di tahap Journal. Kartu pos ini nantinya akan disebarkan melalui twitter berupa gambar digital dengan menekan tombol “Tell a Friend” Tabel 1. Gameplay
Storyboard
Gambar 2. Storyboard
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain | 4
Fathima Assilmia
Studi Karakter
Gambar 3. Studi karakter
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain | 5
Screencaps
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain | 6
Fathima Assilmia
Gambar 4. Screencaps
4. Penutup / Kesimpulan Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain | 7
Penggunaan Video Klip Musik Interaktif sebagai bentuk promosi lagu sebuah band merupakan hal yang baru dan menarik. Apalagi di masa sekarang ini kemajuan teknologi membuat orang lebih senang dengan sesuatu yang interaktif dan tidak monoton. Karakteristik penggemar band indie yang menyukai sesuatu yang baru dan berpikiran terbuka memudahkan video klip musik interaktif ini untuk bisa menyebar apalagi dibantu dengan media internet yang sangat global. Ide mimpi yang diangkat pun menarik karena pada dasarnya setiap orang memiliki mimpi. Sehingga video klip musik interaktif ini tidak hanya menyentuh pecinta musik tapi juga pecinta game dan orang-orang secara keseluruhan. Akan tetapi perlu diperhatikan porsi interaktifnya agar tidak terlalu menganggu konten musik dari band tersebut. Meski ingin menonjolkan sisi interaktif dan word of mouth nya, komponen lagu seperti ritme, lirik, instrumen, dll tidak bisa diabaikan begitu saja karena pada dasarnya video klip musik interaktif ini dibuat untuk mempromosikan lagu dan band tersebut.
Ucapan Terima Kasih Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam MK Tugas Akhir Program Studi Sarjana Desain Komunikasi Visual FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh pembimbing Hendy Hertiasa, M. Ikom.
Daftar Pustaka Fullerton, Tracy. Dkk. 2004. Game Design Workshop. San Francisco: CMP Books. Labergem, Stephen. Dkk. Exploring The World of Lucid Dreaming. https://www.dmt-nexus.me/doc/Exploring The World Of Lucid Dreaming.pdf (diakses tanggal 09 april 2012) Hatumena, Ruddy Alexander. 2006. Tinjauan Bahasa Rupa Video Klip Musik Karya Cerahati. Bandung: DKV ITB Sumber lainnya Wawaancara dengan Idhar Resmadi Observasi ke studio musik L’alphalpha Survey kualitatif kepada penggemar L’alphalpha
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain | 8