EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BAHAN AJAR DAN BELAJAR MANDIRI DALAM RANGKA PENINGKATAN HASIL BELAJAR TERMODINAMIKA DASAR R.U Ginting*
Abstrak
.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Termodinamika Dasar Mahasiswa Program Studi Teknik Mesin D3,melalui penggunaan bahan ajar dan belajar mandiri. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang tujuan utamanya adalah tercapainya efektifitas pembelajaran Termodinamika Dasar melalui penggunaan bahan ajar. Subjek penelitian adalah mahasiswa program Study Teknik Mesin D3 yang mengikuti perkuliahan Termodinamika Dasar semester genap tahun akademik 2006/2007, dengan jumlah 30 orang. Penelitian ini memuat 4 tahap kegiatan yaitu meliputi : (1) Perencanaan,( 2) Pelaksanaan, (3) Observasi,dan 4) Refleksi. Berdasarkan data penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut : (1) Pada siklus pertama, hasil belajar Termodinamika Dasar dari 30 orang peserta = 25 orang( 83,3 %) dapat menyelesaikan pembelajaran dengan tuntas, dan = 5 orang (17%) kesimpulannya masiswa tidak dapat menyelesaikan pembelajaran dengan secara tuntas, dan (2) Pada siklus kedua, hasil belajar Termodinamika Dasar dari 30 orang, 7 orang ( 23,34%) memperoleh nilai A, 17 orang (57%) memperoleh nilai B, dan 6 orang (20%) memperoleh nilai C. Kesimpulannya pembelajaran tercapai secara tuntas. Berdasarkan kegiatan penelitian ini dapat diberi kesimpulan bahwa penggunaan bahan ajar Termodinamika Dasar dapat meningkatkan hasil belajar Termodinamika Dasar mahasiswa D-III Teknik Mesin FT-Unimed. Kata Kunci: Efektivitas, Bahan Ajar, Belajar Mandiri dan Termodinamika Dasar.
Pendahuluan Salah satu nilai kuliah keteknikan yang harus dimiliki oleh seluruh mahasiswa pada jurusan Teknik Mesin D3 adalah Termodinamika Dasar. Nilai kuliah Termodinamika Dasar memuat konsep dasar sistem dan proses, persamaan gas ideal, vander walls, kekekalan energi, kerja dan panas, dan hukum Termodinamika 1, dengan demikian pengajar dapat memberikan informasi yang jelas mengenai nilai mata kuliah Termodinamika Dasar kepada mahasiswa, agar kelak dapat berguna dalam
menyelesaikan persoalan mesin produksi. Kenyataan, menunjukkan penulis sebagai pengajar Nilai kuliah Termodinamika Dasar sering mengalami kekecewaan, karena ternyata mahasiswa tidak dapat menyelesaikan soal-soal yang diberikan kepada mahasiswa. Juga berdasarkan hasil pengamatan ternyata hasil belajar mahasiswa dalam perkuliahan masih rendah. Hal ini berdasarkan pengalaman sejak TA
2002/2003 sampai dengan TA 2005/2006 hasil belajar Termodinamika mahasiswa Teknik Mesin D3 sebagai berikut :
*)Drs. R. U Ginting adalah Dosen Jurusan Teknik Mesin FT Unimed 1
Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan FakultasTeknik Unimed Vol.14 No.1/April 2012
Tabel 1. Daftar Hasil Belajar Termodinamika mahasiswa D-III Teknik Mesin*) No
Tahun Ajaran
1 2 3 4
2002/2003 2003/2004 2004/2005 2005/2006
Jumlah Peserta
Nilai A 1 1 3 2
% 2,5 3,12 2,27 6,38
B 4 2 4 7
% 10 6,25 9 14,8
C 7 5 11 10
% 17,5 18,7 25 21,3
D 5 6 14 9
% 12,5 18,8 31,8 19,1
E 23 17 14 18
% 57,5 53,1 31,8 38,3
40 32 44 47
Keterangan: Sumber dokumentasi jurusan Teknik Mesin FT Unimed Agar proses belajar mengajar Termodinamika Dasar berjalan dengan baik sifatsifat atau karakteristik yang dimiliki mata kuliah Termodinamika Dasar harus dipenuhi selama proses belajar mengajar berlangsung. Mata kuliah Termodinamika Dasar memiliki karakteristik yang berkajian tuntutan harus banyak latihan penyelesaian soal (practice). Untuk membantu pemahaman atau defenisi, teori, pembuktian rumus, penggunaan rumus dan pemahaman atau sifat-sifat soal pada Termodinamika Dasar yang umumnya banyak bentuk abstrak, diperlukan contoh-contoh dan penyelesaian contoh-contoh dan Mata kuliah Termodinamika Dasar menuntut adanya pekerjaan rumah (homework). Pekerjaan rumah diperlukan untuk menjaga kesimambungan atau kekontinuan proses belajar mengajar diruang kuliah, dengan pekerjaan rumah mahasiswa juga diharapkan lebih banyak mempunyai waktu merenung dan memikirkan defenisi atau theoreme yang bersifat abstrak keaplikasi bersifat rill dengan cara mengerjakan soal latihan. Pekerjaan rumah biasanya menyangkut aplikasi Termodinamika Dasar ke dalam kejadian nyata. Oleh karena itu, pemberian pekerjaan rumah juga dapat merangsang kreativitas mahasiswa dalam hal menyelidiki atau mengembangkan ide-ide menjadikan model Termodinamika Dasar sebagai acuannya Dari karakteristik tersebut berarti proses belajar mengajar Termodinamika Dasar harus sertahap, kontinu dan banyak latihan soal baik yang harus dilakukan di rung kuliah atau kajin di rumah. Pengerjaan soal latihan diruang kelas dan dirumah diberikan dalam bentuk penugasan, dan penugasan ini dapat secara kelompok atau secara individual. Namun demikian tidaklah sederhana
dalam bentuk pelaksanaan proses belajar Termodinamika Dasar tersebut sehingga sifatsifat atau kajian karakteristik Termodinamika Dasar tersebut dapat dipenuhi. Untuk memenuhi karakteristik Termodinamika Dasar banyak kendala yang harus diatasi. Kendalakendala tersebut antara lain; administrasi; disiplin mahasiswa; kemampuan awal mahasiswa yang beragam; gaya belajar mahasiswa, proporsi waktu dan kegiatan perkuliahan. Agar proses belajar mengajar memenuhi tuntutan sifat, atau karakteristik Termodinamika Dasar yaitu hirarkis (kontinu dan bertahap), banyak latihan dan pemberian pekerjaan rumah dengan mempertimbangkan kendala gaya belajar yang dimiliki masingmasing mahasiswa, bahan ajar, kemampuan awal, dan waktu perkuliahan tidaklah mudah. Dosen dapat saja menerapkan model –model pembelajaran misalnya, penugasan dengan membuat kelompok-kelompok kecil, namun model pembelajaran tersebut belum tentu sesuai bagi mahasiswa yang memiliki gaya belajar mandiri. Oleh karena itu, untuk mengetahui permasalahan di atas secara tepat dan akurat tanpa harus menghilangkan kendala yang ada, diperlukan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) sebagai kajian terhadap perbaikan pembelajaran Termodinamika Dasar pada program Studi Teknik Mesin D-III FT Unimed. Mengingat adanya keterbatasan dari segi tenaga, pengalaman, waktu dan dana maka penelitian ini dibatasi dengan judul: Efektifitas penggunaan bahan ajar dan sistem belajar mandiri untuk pembelajaran Termodinamika Dasar pada mahasiswa D-III Teknik Mesin FT Unimed. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi 2
Efektivitas Penggunaan Bahan Ajar Dan Belajar Mandiri Dalam Rangka Peningkatan Hasil Belajar Termodinamika Dasar
masalah di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Hambatan apa sajakah yang menyebabkan hasil belajar Termodinamika Dasar rendah? b. Apakah dosen telah menerapkan bahan ajar Termodinamika Dasar dalam pembelajaran di kelas ? c. Bagaimanakah kemampuan dosen dalam menerapkan bahan ajar Termodinamika Dasar dalam kegiatan pembelajaran di kelas? d. Apakah bahan ajar dan sistem belajar mandiri meningkatkan hasil belajar Termodinamika Dasar ? e. Dapatkah bahan ajar dan sistem belajar mandiri digunakan untuk meningkatkan hasil belajar Termodinamika Dasar? Termodinamika Dasar adalah kumpulan bahan kajian pembelajaran tentang konsep dasar sistem dan proses, persamaan gas ideal, vander walls, kekekalan energi, kerja dan panas, dan hukum Termodinamika 1, Pembelajaran tentang ide atau konsep Serta hubungan yang ada antara ide atau konsep pada Nilai kuliah Termodinamika Dasar dimulai dari pemahaman atau ide dan konsep yang mudah hingga ke ide yang rumit. Skema yang dikutip oleh Siswoyo (1987:260) mengemukakan konsep-konsep yang lebih tinggi dari pada apa yang dimiliki seseorang tidak mungkin dikombinasikan hanya dengan defenisi tetapi dengan menghadapkan dengan sejumlah contohcontoh yang sesuai dan telah ada dalam pikiran mahasiswa. Jelaslah bahwa mahasiswa akan memahami suatu materi kuliah jika mahasiswa itu telah memahami suatu konsep dan aturan tentang kegiatan kuliah tersebut. Mengetahui kemampuan Termodinamika Dasar mahasiswa merupakan informasi yang diperlukan bagi mahasiswa, sehingga dapat mengetahui mahasiswa atau yang telah menguasai kemampuan atau keterampilan tertentu dan juga menjadikan dasar untuk menentukan bahan ajar dan gaya belajar yang sesuai dengan kemampuannya. Untuk menerapkan bahan ajar Termodinamika Dasar dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan melalui
aplikasi model kaji tindak (action research) Adapun model penelitian kaji tindak ini disadur dari model Elliott (1993). Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan, yaitu: " Melalui penerapkan bahan ajar dan dipadukan dengan sistem belajar mandiri dapat meningkatkan hasil belajar Termodinamika Dasar".
Metode Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa D-III tahun ajaran 2006/2007 jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Unimed. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa terdiri 30 orang yang mengikuti kuliah Termodinamika Dasar. Metode yang digunakan adalah bentuk kaji tindak (action research) yang dikhususkan pada penerapan bahan ajar dalam aktivitas kelas. Data-data dikumpulkan baik berkajian dokumentasi, data diskriptif, data kuantitatif dan data kualitatif. Permasalahan yang akan dianalisis adalah kompetensi mahasiswa dalam mata kuliah Termodinamika Dasar. Dalam kegiatan ini tim peneliti terlibat penuh di dalam kelas untuk mengetahui secara sistematika kegiatan pembelajaran. Peneliti akan merencanakan dan melaksanakan kegiatan untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Penelitian ini dilaksanakan di kelas saat berlangsung perkuliahan yang terdiri dari atas dua siklus, yang dilakukan selama 5 bulan melalui tahap-tahap: Perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). pada setiap akhir pembelajaran diberikan angket kepada mahasiswa untuk menggali persepsi mahasiswa tentang penerapan bahan ajar. Pemantauan dan evaluasi terhadap penerapan bahan ajar dalam penelitian tindakan ini dilihal dari nilai pengamatan terhadap aktivitas dosen, aktivitas mahasiswa, tampilan bahan ajar, dan sasaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk menambahan informasi dari lapangan diperoleh nilai kuesioner penerapan dan tampilan bahan ajar yang diisi oleh 3
Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan FakultasTeknik Unimed Vol.14 No.1/April 2012
mahasiswa. Pemantauan terhadap pemahaman atau materi perkuliahan dilakukan oleh peneliti. Dalam setiap kegiatan penelitian ini, peneliti berada dalam kelas melakukan observasi setiap tindakan kelas yang dilakukan oleh dosen. Hasil observasi tersebut dimasukkan dalam catatan lapangan yang disediakan dalam bentuk formatif evaluasi yaitu aktivitas Pengajar (dosen), aktivitas mahasiswa, dan hal-hal yang timbul dalam kelas serta tampilan bahan ajar. Seberapa jauh bahan ajar itu membuat mahasiswa dapat termotivasi, aktif belajar dan sertanya, mudah memahami kegiatan ajar, mampu belajar mandiri, dan menimbulkan interaksi antara dosen dan mahasiswa, maupun interaksi di antara sesama mahasiswa. Kegiatan penelitian kaji tindak ini adalah untuk menguji hipotesis tindakan yaitu Dengan menerapkan bahan ajar yang dipadu dengan beberapa metode pengajaran pada perkuliahan di kelas dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa belajar secara mandiri. Berdasarkan analisis data untuk kegiatan kaji tindak pada siklus I dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Mengingat dari data penilaian penerapan bahan ajar dan tampilan bahan ajar hanya memiliki nilai rerata ( X )= 2,40 dan ( X ) = 2,20 yang jika digabung kedua nilai mahasiswa tersebut menjadi ( X )=2,30. Sementara itu dari hasil penilaian pengamat diperoleh ( X ) =2,05 yang jauh lebih rendah dari penilaian mahasiswa oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penerapan dan tampilan bahan ajar pada siklus I ini sudah dapat dinyatakan cukup secara penilaian kuantitatif, namun masih belum memuaskan. b. Selain Itu aktivitas dosen menurut penilaian pengamat baru mencapai ( X ) = 2,06 walaupun dapat diartikan cukup namun masih belum memuaskan. c. Ditinjau dari penilaian pengamat terhadap aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran yang masih memperoleh nilai ( X )= 2,2, berarti hal ini dinyatakan sangat perlu mendapat perhatian.
Oleh karena itu secara keseluruhan kegiatan mahasiswa pada siklus I ini perlu diperbaiki agar tujuan penelitian tindakan ini dapat berhasil dengan memuaskan. Berdasarkan hasil analisa data observasi dari penilaian pengamat dan isian kuesionar oleh mahasiswa langkah selanjutnya adalah melakukan refleksi. Refleksi dilakukan mengarah kepada perbaikan tindakan-tindakan selanjutnya. Berdasarkan data pengamatan, wawancara, dan test akhir siklus I, dilakukan refleksi akhir siklus 1. Hasil refleksi akhir siklus I adalah sebagai berikut: a. Hasil penerapan dan tampilan bahan ajar pada siklus I ini walaupun sudah dapat diriyatakan cukup secara penilaian kuantitatif, namun masih belum memuaskan. Hal ini besar kemungkinannya disebabkan oleh penyajian dosen tentang kegiatan perkuliahan dengan menggunakan bahan ajar kurang menarik. Selain Itu dosen kurang memberi penjelasan tentang pentingnya penerapan bahan ajar dalam pembelajaran dan juga kurang mendorong aktivitas mahasiswa. Agar penerapan dan tampilan bahan ajar menarik dan menstimuius mahasiswa untuk belajar, maka pada siklus II bahan ajar hendaknya memuat kunci jawaban test formatif yang membantu mahasiswa mengontrol jawaban-jawaban yang diberikan. Lebih jauh lagi tujuan pembelajaran, petunjuk pemakaian, dan deskripsi bahan ajar hendaknya disusun dengan jelas dan sistematika sesuai dengan format yang diinginkan, b.Selain itu aktivitas dosen yang juga mengkaji kombinasi metode pembelajaran menurut penilaian pengamat masih belum memuaskan. Hal ini terutama disebabkan masih kurangnya kemampuan dosen menarik perhalian mahasiswa, dosen kurang mau memberiikan kerangka acuan, dan dosen kurang memberikan bimbingan. Agar aktivitas dosen dapat membantu mahasiswa mempelajari dengan baik kegiatan yang disampaikan, maka pada siklus berikutnya dosen hendaknya mampu mengkombinasikan dengan tepat metode pembelajaran yang digunakan, variasi penyajian dan rangkuman pada akhir sajian. Dengan cara seperti ini diharapkan dapat memancing interaksi belajar mengajar, baik 4
Efektivitas Penggunaan Bahan Ajar Dan Belajar Mandiri Dalam Rangka Peningkatan Hasil Belajar Termodinamika Dasar
interaksi antara dosen dan mahasiswa, maupun interaksi antara mahasiswa dengan mahasiswa untuk memahami kegiatan perkuliahan, c. Berkenaan dengan aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran, pengamat menyatakan sangat memprihatinkan. Hal ini disebabkan oleh pembagian kelompok belajar untuk mendiskusikan dan mengadakan tugastugas, belum terorganisir dengan baik. Agar kegiatan mahasiswa menjadi aktif dalam proses belajar mengajar maka sebaiknya pada siklus berikutnya tugas dan test baik individu maupun kelompok diberikan dengan cara yang cukup menantang untuk dikerjakan dan mahasiswa dapat mengerjakan tugas dan test tersebut. Dengan menggunakan cara seperti ini diharapkan akan terbentuk sikap mau belajar dan meningkatkan motivasi belajar mahasiswa, d. Agar tercapai hasil penelitian sebagaimana diharapkan maka pada siklus II sebaiknya diterapkan kriteria penilaian untuk menentukan keberhasilan kaji tindak ini. Untuk keperluan tersebut sebaiknya dilakukan kriteria penilaian keberhasilan penelitian kaji tindak ini sebagai berikut: Nilai hasil kuesioner untuk Penerapan dan Tampilan Bahan Ajar harus di atas rerata ( X ) =2,8 Nilai untuk kegiatan dosen dalam kelas harus rerata ( X )= 2,6 Nilai kegiatan mahasiswa harus di atas rerata ( X ) = 3 Hasil belajar siswa mahasiswa harus 70 % minimum nilai B (skor 80). Karena siklus I, baik dari segi proses dan hasil belum berhasil, perlu dilakukan tindakan daur ulang pada siklus berikutnya (siklus II), Berdasarkan apa yang ditemukan di atas, maka berikut ini dapat diriyatakan secara khusus refleksi dan perbaikan berdasarkan hasil angket dan observasi dilakukan perbaikan-perbaikan diantaranya penjelasan tentang tujuan pembelajaran, penggunaan kombinasi metode pembelajaran yang harus konsisten dengan yang telah yang direncanakan, cara penyampaian bahan ajar dalam pembelajaran, penggunaan waktu yang lebih efisien untuk pembelajaran, tugas, dan pertanyaan-pertanyaan yang sulit terjawab
oleh mahasiswa perlu dijelaskan secara rinci oleh dosen. Tindakan siklus II dilaksanakan pada bulan April-Juni 2007. Kegiatan penelitian siklus II dilakukan setelah tim peneliti dan pembimbing mengadakan diskusi untuk refleksi langkah-langkah siklus berikutnya. Dalam hasil refleksi siklus 1, maka hal-hal yang perlu diperbaiki dalam penempan bahan ajar dan tampilannya adalah penyajian kegiatan dalam bahan ajar yang kurang menarik, penjelasan tentang perlunya penerapan bahan ajar dalam pembelajaran, membuat kunci jawaban test formatif, menyusun tujuan pembelajaran yang operasional, membuat petunjuk pemakaian, dan deskripsi bahan ajar yang jelas dan sitematis. Berdasarkan data kuesioner isian mahasiswa dan observasi oleh pengamat pada akhir siklus II, dilakukan refleksi akhir siklus II. Hasil refleksi akhir siklus II adalah sebagai berikut: 1. Dari penilaian akhir dari siklus II terdapat peningkatan nilai dibandingkan dengan sikus I. Hal ini terlihal dari penilaian mahasiswa melalui angket terhadap penerapan dan tampilan bahan ajar yang secara keseluruhan mendapat nilai rerata ( X )= 3,31 untuk penerapan bahan ajar dan nilai rerata ( X ) = 3,36 untuk tampilan bahan ajar. Selain Itu hasil penilaian pengamat terhadap tampilan bahan ajar ternyata melewati rerata kriteria keberhasilannya yaitu ( X )= 3,63 > 2,8 sehingga dapat dinyatakan bahwa setelah adanya perbaikan terhadap tampilan dan penerapan bahan ajar berdasarkan refleksi pada siklus I kini keadaannya sudah baik dan memuaskan. Dengan demikian melalui metode pengembangan penyajian kegiatan perkuliahan dengan menggunakan bahan ajar kemampuan mahasiswa memahami kegiatan ajaran Termodinamika Dasar dapat meningkat. Hal ini dapat diketahui baik dari segi penerapan bahan ajar, tampilan bahan ajar, kegiatan dosen, dan kegiatan mahasiswa, 2. Dari hasil penilaian pengamat terhadap kegiatan dosen yang juga mencakkaji memvariasi penyajian dan mengkombinasikan 5
Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan FakultasTeknik Unimed Vol.14 No.1/April 2012
beberapa metode pembelajaran ternyata pengamat memberii nilai yang memuaskan yaitu nilai rerata ( X ) =3,62 > 2,6 (batas nilai rerata kriteria keberhasilan). Jadi boleh disimpulkan bahwa kegiatan dosen dalam penyajian kegiatan perkuliahan dengan menerapkan bahan ajar telah memuaskan, karena mahasiswa mampu memahami kegiatan perkuliahan dengan mudah. Dengan demikian seharusnya tampilan bahan ajar dirancang dengan baik secara sistematika, memiliki tujuan dan deskripsi yang jelas, memberikan tugas-tugas yang menantang untuk dikerjakan. Dengan demikian, penerapan penggunaan bahan ajar yang baik dalam menyajikan kegiatan perkuliahan akan memungkinkan mahasiswa terbantu menguasai kegiatan perkuliahan yang tengah disajikan. Dari penilaian pengamat terhadap kegiatan mahasiswa dalam kaji tindak ini ternyata pengamat memberiikan nilai yang sangat baik yaitu ( X )= 3,68 jauh melampaui nilai rerata kriteria keberhasilan yaitu ( X )= 3 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, kegiatan mahasiswa dalam proses belajar mengajar dalam kaji tindak ini telah memuaskan. Hal ini disebabkan kesedian subjek peneliti untuk membenahi bahan ajar dan penampilannya. Keseriusan dosen menyajikan kegiatan perkuliahan yang dirancang sesuai kebutuhan mahasiswa yang mencakkaji variasi penyajian dan kombinasi metode pembelajaran yang tepat ternyata berpengaruh besar terhadap kegiatan mahasiswa dalam proses pembelajaran kaji tindak ini. Dari segi kegiatan dosen dalam menyajikan kegiatan perkuliahan juga meliputi usaha memvariasikan penyajian dan pengkombinasian beberapa metode pengajaran dengan tepat, ternyata dapat meningkatkan interaksi belajar mahasiswa yang berarti. Kalau dari siklus I nilai rerata kegiatan dosen baru mencapai angka ( X ) = 2,06 maka pada siklus II kegiatan dosen telah mencapai nilai rerata terbesar ( X ) = 3,62. Ini menunjukkan lompatan nilai yang sangat berarti. Hal ini berakibat pada kegiatan mahasiswa kalau pada siklus I baru mencapai slat rerata sebesar ( X ) = 2,2 kini pada siklus
II nilai rerata kegiatan mahasiswa adalah sebesar ( X ) = 3,68, kembali terlihat lompatan yang berarti. Jadi dapat dikatakan bahwa tampilan bahan ajar yang baik akan meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. Jadi, mahasiswa akan mampu mengerjakan tugas-tugas dengan baik bila tugas-tugas dan latihan yang diprogramkan tersebut dirancang agar mahasiswa dapat mengerjakan berdasarkan saran dan fasilitas yang ada di kelas. Lebih lanjut tugas-tugas dan latihan yang terarah dalam bahan ajar akan memudahkan mahasiswa memecahkan masalah terhadap persoalan yang disajikan oleh dosen. hasil belajar mahasiswa mengalami peningkatan hasil belajar dari yang ditargetkan adalah 70 % mahasiswa memperoleh nilai B, ternyata setelah siklus kedua 80 % memperoleh nilai B ke atas , dan hanya 20 % yang memperoleh nilai C.
Kesimpulan Berdasarkan data penelitian dapat dideskripsikan kesimpulan sebagai berikut : Pada siklus pertama sebagai berikut: (1) Rata-rata penilaian mahasiswa tentang penerapan bahan ajar ( X ) = 2,40, (2) Ratarata penilaian mahasiswa tentang tampilan bahan ajar ( X ) =2,20, (3) Rata-rata penilaian pengamat tentang tampilan bahan ajar ( X ) =2,05, (4) Rata-rata penilaian pengamat tentang kegiatan dasar dalam kelas ( X ) =2,26, (5) Rata-rata penilaian pengamat tentang kegiatan mahasiswa dalam kelas ( X ) = 2.2. dan (6) Hasil belajar Termodinamika Dasar dari 30 orang peserta = 25 orang (83,3%) dapat menyelesaikan pembelajaran dengan tuntas, dan = 5 orang (17 %) tidak dapat menyelesaikan pembelajaran dengan tuntas. Pada Siklus Kedua sebagai berikut: (1) Rata-rata penilaian mahasiswa tentang penerapan bahan ajar ( X ) = 3,31, (2) Ratarata penilaian mahasiswa tentang tampilan bahan ajar ( X )= 3,36, (3) Rata-rata penilaian pengamat tentang tampilan bahan ajar ( X )= 6
Efektivitas Penggunaan Bahan Ajar Dan Belajar Mandiri Dalam Rangka Peningkatan Hasil Belajar Termodinamika Dasar
3,63, (4) Rata-rata penilaian pengamat tentang kegiatan dasar dalam kelas ( X ) = 3,62, (5) Rata-rata penilaian pengamat tentang kegiatan mahasiswa dalam kelas ( X )= 3,68, dan (6) Hasil belajar Termodinamika dasar dari 30 orang, 7 orang ( 23,34 % ) memperoleh nilai A, 17 orang ( 57 %) memperoleh nilai B, dan 6 orang ( 20 %) memperoleh nilai C.
Silabus. KBK. Tidak dipublikasikan. Medan: Jurusan Teknik Mesin FT Unimed. Ginting, RU. 1999. Termodinamika. Jakarta: P2LPTK Dedikbud. R.1 Green Wood, Gordon E & Forrest W. Parkay. 1989. Case Studies For Teacher Dicision, Making. New York : Random House. Hopkins, D. 1993, A. Teacher's Guide To Classroom Research. Second Edition Buckingham Philadelphia : Open University Press. Kemmis, S & R. Me Taggart. 1990. The Action Research Planner. Victoria : Deakin University. McNiff Jean, 1988. Action Research : Principles And Practice. London MacMillan Education. Nainggolan,. Werlin S. 1986. Termodinamika. Teori don Soal Penyelesaian. Bandung Armico. Paten dan Purwanto, 1997. Mengajar Di Perguruan Tinggi, Bagian 4 Penulisan Bahan Ajar. Jakarta : PAU dan Dirjen Dikti Dikbud. Rogers, Carl R. 1983. Freedom To Mean For The 80's. Columbus : Charles E. Merrill and Howel. Siswoyo. H. 1997. Action Research : Sintesis Teoritik. Jakarta : IKIP Jakarta. Robert .K , 1984. Case Study Research : Design . California: Sage Hills.
Saran Untuk meningkatkan penerapan bahan ajar di kelas agar dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan belajar mahasiswa secara atau diri dalam proses belajar mengajar, maka perlu dikemukakan beberapa rekomendasi yang sesuai dengan hasil penelitian kaji tindak ini sebagai berikut : (1) Untuk mempermudah mahasiswa maupun dosen yang menggunakan bahan ajar yang disusun perlu dilengkapi dengan pedoatau untuk mahasiswa dan pengajar (dosen), (2) Dalam pempelajari konsep, peran gayasan atau ideide yang disampaikan dalam bahan ajar perlu dilengkapi dengan bermacam-macam ilustrasi, (3) Dalam penerapan bahan ajar di kelas dosen perlu menerapkan berbagai kombinasi metode pembelajaran agar materi yang disapkan dalam bahan ajar lebih mudah diserap oleh mahasiswa, dan (4) Dalam penerapan bahan ajar tugas-tugas harus dilakukan berdasarkan analisa kemampuan dan karakteristik awal mahasiswa Serta perlu adanya sarana dan sumber belajar lainnya yang menunjang kegiatan proses belajar mengajar.
Daftar Pustaka Anung, H, 1986, Teknologi Komunikasi Pendidikan, Seri Pustaka Teknologi Pendidikan No. I : Belajar Mandiri Jakarta : Pustekkorn & Rajawali. Atwi. S, 1991, Desain Instruksional. Jakarta : PAU dan Dirjen Pendidikan Tinggi Dikbud. Elliot, John. 1993. Research For Educational Change. Buckingham Philadelphia : Open UniversIIy Press. Fakultas Teknik Unimed. 2005. Buku 2 7