ISSN: 1693 – 7775 Jurnal Pencerahan Volume 2, Nomor 1, (Maret) 2013 Halaman 1-6
Majelis Pendidikan Daerah Aceh
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PAKEM DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 PEUKAN BADA ACEH BESAR Mawardi Ch. Hamid
[email protected]
Jurusan Magister Administrasi Pandidikan, Fakultas Pendidikan, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111 Abstrak: Efektivitas Pembelajaran PAKEM adalah pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa, membuat siswa menjadi kreatif, bersifat efektif, dan menyenangkan bagi siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tersebut: (1) Penyusunan perencanaan program pembelajaran, (2) Pelaksanaan program pembelajaran, dan (3) Pelaksanaan evaluasi. Kemudian penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Subjek penelitian adalah: Kepala sekolah, guru dan siswa. Hasil penelitian menyimpulkan sebagai berikut: Sekolah telah melakukan penyusunan program pembelajaran berdasarkan kurikulum yang meliputi analisis materi pelajaran (AMP), penyusunan program tahunan (Prota), penyusunan program semesteran (Prosem), penyusunan rencana pelaksanan pembelajaran (RPP), dan pendalaman materi (bahan ajar).Pelaksanaan program pembelajaran dalam penerapan model Pakem, proses belajar mengajar guru masih belum optimal diakibatkan guru masih dominan menggunakan metode ceramah dan belum maksimal dalam penggunaan media pembelajaran. Kata Kunci:Efektivitas dan Pembelajaran PAKEM
Pendahuluan Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu usaha pengembangan sumber daya manusia (SDM), walaupun usaha pengembangan SDM tidak hanya dilakukan melalui pendidikan khususnya pendidikan formal (sekolah). Tetapi sampai detik ini, pendidikan masih programatis, dan berjenjang. Oleh karena dipandang sebagai peningkatan kualitas pilihan utama dalam praktek pendidikan saat ini. Di Indonesia, gerakan pembelajaran aktif ini terasa semakin mengemuka bersamaan dengan upaya mereformasi pendidikan nasional. Proses pembelajaran pada satuan pen-didikan yang diselenggarakan secara intensif, inspiratif,menyenangkan, menantang, danmemotivasipeserta didik untukberpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukupbagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (PP No. 19 Tahun 2005, Bab IV, pasal 19, ayat 1, tentang Standar Proses) Gerakan perubahan ini terus berlanjut hingga sekarang dan para guru terus menerus didorong untuk dapat menerapkan konsep pembelajaran aktif dalam setiap praktek pem-belajaran siswanya. Beberapa kalangan berpendapat bahwa inti dari reformasi pendidikan ini justru terletak pada perubahan paradigma pembelajaran dari model pem-belajaran pasif ke model pembelajaran aktif. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan per-baikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukan peningkatan yang berarti.Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian lainnya masih memprihatinkan. Sehubungan dengan hal diatas ada indikasi rendahnya motivasi dan kreativitas belajar siswa di Sekolah Dasar Negeri No. 1 Peukan Bada Aceh Besar yang berdampak pada rendahnya pencapaian nilai ujian harian siswa, dikarenakan masih belum maksimalnya peran guru sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar, kemudian belum optimalnya media pembelajaran yang digunakan oleh sekolah. Hal ini diketahui setelah meng-observasi siswa, yang mana siswa kurang mengerti apa yang telah dipelajarinya sebelum-nya. Para siswa hanya mengerti ketika pada saat bersamaan waktu guru menerangkan saja, tetapi setelah pelajaran usai para siswa seakan-akan lupa apa yang telah dipelajarinya. Oleh karena itu perlu adanya studi tentang efektivitas pembelajaran Pakem yang diterap-kan dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah tersebut. 1
ISSN: 1693 – 7775 Jurnal Pencerahan Volume 2, Nomor 1, (Maret) 2013 Halaman 1-6
Majelis Pendidikan Daerah Aceh
KAJIAN PUSTAKA Dalam kegiatan belajar mengajar seorang pendidik harus mampu mewujudkan pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif (active learning) adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri, baik dalam bentuk interaktif antar siswa mau-pun siswa dengan pengajar dalam proses pembelajaran tersebut. Pembelajaran aktif juga dapat diarti-kan sebagai suatu metode balajar yang mana seorang siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas mereka dengan menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari.(Sutikno, 2005:23) Keterlibatan siswa dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu terutama adalah keterlibat- an mental emosional, keterlibatan dengan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internali- sasi dalam pembentukkan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihanlatihan dalam pembentukan keterampilan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas perlu dicari model pembelajaran yang dapat merubah paradigm lama sehingga siswa lebih aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.Paradigma lama misalnya pembelanjaran yang menoton (tidak kreatif), hanya mendengarkan guru berceramah dalam menyajikan materi pelajaran (pasif, tidak aktif). PAKEM adalah sebuah model pem-belajaran yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan dan pemahaman dengan penekanan kepada belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif. Dzaki, (2009: 1) mengemukakan ”model PAKEM adalah salah satu model belajar-mengajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi subjek didik seoptimal mungkin, sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara efektif dan efisien tanpa tekanan dari pihak manapun”. Pengertian efektivitas setiap orang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan masingmasing. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2005:284) bahwa “Efektif berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, dan kesannya) manjur atau mujarab dapat membawa hasil”. Efektivitas berarti terjadi suatu efek atau akibat yang dikehendaki dalam suatu pekerjaan atau perbuatan, yang dikatakan efektif bila adanya kesesuaian dalam pekerjaan itu antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju. Menurut Sutikno (2007:57) bahwa “pembelajaran yang efektif adalah suatu yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat tercapai tujuan pembelajaran”. Sedangkan menurut Miarso (2004: 534) menyatakan bahwa “pembelajaran yang efektif adalah belajar yang bermanfaat dan bertujuan bagi peserta didik, melalui pemakaian prosedur yang tepat”.Dalam hal ini terdapat dua indikator, yaitu terjadinya belajar pada peserta didik dan tindakan yang dilakukan oleh guru. Dengan demikian perlu adanya studi tentang efektivitas pelaksanaan proses pem-belajaran Pakem yang diterapkan secara lebih mendalam apakah sudah berjalan dengan efektif di Sekolah Dasar Negeri No. 1 Peukan Bada Aceh Besar. Selanjutnya menurut Mulyasa (2007:155-156) untuk meningkatkan suatu keadaan atau iklim pembelajaran yang me-nyenangkan, menantang, dan kondusif dapat dapat dilakukan melalui berbagai layanan dan kegiatan sebagai: a. Menyediakan alternatif pilihan bagi peserta didik yang lambat maupun cepat dalam melakukan tugas pembelajaran. b. Memberikan pembelajaran reme-dial bagi peserta didik yang kurang berprestasi atau berpretasi rendah. c. Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman, dan aman bagi perkembangan potensi seluruh peserta didik secara optimal. d. Menciptakan kerja sama saling menghargai, baik antar peserta didik maupun antara peserta didik dengan guru dan pengelola pembelajaran lain. e. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses perencanaan belajar dan kegiatan pembelajar-an. f. Mengembangkan proses pem-belajaran sebagai tanggung jawab bersama antara peserta didik dan guru, sehingga guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan sebagai sumber belajar. g. Mengembangkan sistem evaluasi belajar dan pembelajaran yang menekan pada evaluasi diri sendiri (self evaluation). Dengan pendapat diatas tentunya memilih strategi pembelajaran adalah sangat menentukan efektifnya proses belajar mengajar yang dilaksanakan. Namun hal ini juga sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam menjalankan strategi pembelajaran tersebut. Guru yang efektif adalah guru yang menemukan cara dan selalu berusaha agar anak didiknya terlibat secara tepat dalam suatu mata pelajaran dengan presentasi waktu belajar akademis yang tinggi dan pelajaran berjalan tanpa menggunakan teknik yang memaksa, negatif dan hukuman (Soemosasmito (1998) dalam Trianto, 2009:20) 2
ISSN: 1693 – 7775 Jurnal Pencerahan Volume 2, Nomor 1, (Maret) 2013 Halaman 1-6
Majelis Pendidikan Daerah Aceh
Kesiapan guru dalam penguasaan bidang keilmuan yang menjadi kewenangan-nya, merupakan modal dasar bagi terlaksanan- nya pembelajaran yang efektif. Guru yang profesional dituntut untuk memiliki persiapan dan penguasaan yang cukup memadai, baik dalam bidang keilmuan maupun dalam merancang program pembelajaran yang disajikan.Selain itu, pelaksanaan pembelajaran menggambarkan dinamika kegiatan belajar siswa yang dipandu dan dibuat dinamis oleh guru. Untuk itu, guru semestinya memiliki pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara tepat.Kompetensi profesional dari guru perlu dikombinasikan dengan kemampuan dalam memahami dinamika perilaku dan perkembangan yang dijalani oleh para siswa. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, pendekatan ini didasarkan ataspertimbangan bahwa yang hendak dicari adalahdata yang akan memberikan gambaran dan melukiskan realita sosial yang konkrit tentang efektivitas pembelajaran model PAKEM yang dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 1 Peukan Bada Aceh Besar. Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisa dengan pendekatan induktif.Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.Subjek penelitian adalah kepala sekolah, guru dan siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan meng-gunakan teknik observasi, wawancara dan studi (analisis) dokumen. Sugiyono (2009:309) mengemukakan bahwa “Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan (triangulasi) keempatnya”. Secara umum digambarkan oleh Sugiyono terdapat empat macam teknik pengumpulan yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan gabungan/triangulasi sebagai mana yang ditunjukkan pada gambar 3.1 Gambar 3.1 Macam-macam Teknik Pengumpulan Data
Observasi
Wawancara
Macam teknik pengumpulan data
Dokumentasi
Triangulasi/ gabungan
Sumber: Sugiyono (2009:309) Macam-Macam Teknik Pengumpulan Data
HASIL PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perencanaan pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap kurikulum, analisis materi pelajaran (AMP), penyusunan program tahunan(Prota), penyusunan program semesteran (Prosem), penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan pen-dalaman materi (bahan ajar). Disamping itu pula, masih ada materi lain yang diberikan kepada guru-guru yaitu berupa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan, Lembaga Asing (NGO) dan stakeholder lainnya yang diikuti oleh guru-guru, baik yang dilaksanakan di tingkat kabupaten, provinsi maupun tingkat nasional. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 1 Peukan Bada Aceh Besar diketahui bahwa perencanaan pembelaja an dilaksanakan oleh guru. Program-program yang dikembangkan dalam rangka meningkatkan pembelajaran, meliputi: perencanaan pembelajaran, pelaksa-naan pembelajaran, dan pelaksanaan evaluasi. Berdasarkan hasil observasi proses tindakan kelas (PTK) yang dilakukan terhadap guru, diketahui bahwa tahapan proses pem-belajaran dilakukan melalui tiga tahap kegiatan yaitu: (1) membuka pelajaran, (2) kegiatan inti, dan (3) bagian penutup pelajaran. Membuka pelajaran dapat diajukan dengan cara mengaju-kan pertanyaan yang bersifat umum berkaitan dengan materi yang akan diajarkan atau meng-adakan apersepsi dalam arti memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi ajar sebelumnya. 3
ISSN: 1693 – 7775 Jurnal Pencerahan Volume 2, Nomor 1, (Maret) 2013 Halaman 1-6
Majelis Pendidikan Daerah Aceh
Dalam kegiatan inti, guru menjelaskan materi ajar.Sementara guru menerangkan sambil menuliskan materi ajar di papan tulis, siswa dengan tekun mendengarkan dan memperhatikan. Selesai menjelaskan, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencatat apa yang telah diterangkan. Kegiatan selanjutnya guru memberikan soalsoal atau siswa diperintahkan mengerjakan soal-soal yang terdapat dalam buku paket dan bila telah selesai hasil pekerjaannya dikumpulkan untuk diperiksa. Kegiatan akhir sebagai penutup, adalah guru membuat kesimpulan tentang materi yang telah dibahas selama pembelajaran dan menyuruh siswa untuk mempelajari kembali di rumah materi yang telah diterang-kan melalui pemberian pekerjaan rumah (PR). Berdasarkan gambaran pembelajaran Pakem sebagaimana dijelaskan pada deskripsi di atas, diperoleh gambaran umum bahwa pembelajaran tersebut sudah mulai melibatkan siswa dengan adanya tanya jawab di awal materi, tidak lagi bersifat satu arah yaitu guru yang menjelaskan dan menyampaikan informasi kemudian siswa ikut terlibat aktif dalam pembelajaran. Kegiatan inti, pembelajaran diawali dengan memberikan contoh soal yang berbentuk pemecahan masalah oleh guru.Selanjutnya pembelajaran dibuat dalam bentuk kelompok.Kemudian guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) supaya dipecahkan dan didiskusikan. Hal ini dilakukan untuk melihat aktivitas siswa dalam bekerja sama, berperan aktif dalam diskusi, saling membantu dan tidak mengganggu jalannya diskusi. Setelah siswa mengerjakan soal-soal pada LKS. Selanjutnya salah satu siswa mewakili anggota kelompoknya dengan kegiatan me-lapokan hasil kelompoknya di depan kelas. Berdasarkan hasil wawancara dengan sumber data yaitu kepala sekolah, guru dan siswa diperoleh gambaran bahwa SD Negeri 1 Peukan Bada Aceh Besar yang diteliti melaksanakan pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. Proses pembelajaran yang dikembangkan mengguna-kan individual dan kelompok dengan menerap-kan beberapa metode pembelajaran seperti tanya jawab, ceramah dan diskusi, disamping itu dilaksanakan juga demontrasi. Kemudian dari hasil wawancara diketahui guru juga membuat perencanaan pembelajaran meliputi kegiatan menganalisa materi pelajar-an, menyusun program tahunan, program semesteran, membuat silabus, menyusun rencana pembelajaran.Selanjutnya kegiatan analisis materi pelajaran merupakan kegiatan memahami kedalaman materi pelajaran dalam setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar dan mengorganisasikan materi tersebut ke dalam pembagian waktu yang jelas. Hasil telaah terhadap dokumentasi yang berkaitan dengan proses belajar mengajar (PBM), diketahui bahwa sebagian besar guru mampu membuat analisis materi pelajaran atau silabus untuk mata pelajaran dalam pembelajar-an model Pakem. Kegiatan selanjutnya adalahmenyusun program semester sampai kepada penyiapan rencana pembelajaran. Berdasarkan uraian dari kajian yang dilakukan peneliti bahwa setiap guru di SD Negeri 1 Peukan Bada Aceh Besar membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagai persiapan sebelum mengajar, karena hal ini juga selalu disupervisi oleh salah seorang guru setiap hari mengajar untuk melakukan pemeriksaan yang ditunjuk langsung oleh kepala sekolah dan melaporkan-nya secara tertulis kepada kepala sekolah. Oleh karena itu setiap guru-guru membuat persiapan mengajar dengan lengkap sesuai dengan ketentuan. Hasil penelitian diketahui bahwa guru dalam melaksanakan evaluasi pada setiap kali pertemuan untuk mengetahui tingkat pe-mahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Evaluasi dilaksanakan dalam bentuk tanya jawab, pemberian soal dan pemberian tugas di rumah. Guru juga melakukan evaluasi secara teratur sesuai dengan periode yang diprogramkan. Dalam tataran kegiatan pembelajaran di sekolah, program evaluasi lebih banyak berkenaan dengan mekanisme pengelolaan atau manajemen pembelajaran yang berkaitan dengan interaksi antara guru dan siswa.Hal ini untuk melihat keberhasilan program pem-belajaran yang telah dilaksanakan.Bila dilihat pembelajaran sebagai suatu sistem, maka pembelajaran terjadi dalam sebuah program.Hubungan pembelajaran dengan prestasi atau hasil belajar yang diharapkan, maka diperlukan program evaluasi hasil belajar. Berdasarkan hasil telaah yang di-lakukan di atas diketahui bahwa pelaksanaan evaluasi terhadap pembelajaran Pakem sudah dilaksana-kan secara optimal.Namun hasil nilai yang diperoleh belum maksimal. Hal ini disebabkan kurangnya motivasi, daya serap dan disiplin belajar siswa yang ada sehingga pelaksanaan evaluasi yang dilakukan oleh guru tidak memperoleh hasil nilai yang maksimal. Diketahui bahwa pelaksanaan yang dilakukan guru terhadap pembelajaran Pakem hanya sebagian kecil yang melaksanakandengan baik, sedangkan masih sebagian besarlagi yang belum melakukannya dengan optimal. Dalam program evaluasi, perencana-an adalah aktivitas pengambilan keputusan tentang sasaran apa yang akan dicapai, tindakan apa yang akan diambil dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran, dan siapa yang akan melaksanakan tugas tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan evaluasi pembelajaran Pakem berjalan sebagaimana diharapkan, namun belum mampu mengukur keberhasilan terhadap pembelajaran Pakem yang dilaksanakan di SD Negeri 1 Peukan Bada Aceh Besar.
4
ISSN: 1693 – 7775 Jurnal Pencerahan Volume 2, Nomor 1, (Maret) 2013 Halaman 1-6
Majelis Pendidikan Daerah Aceh
Faktor pendukung terlaksananya proses belajar mengajar sangat tergantung pada sarana dan prasaran yang tersedia. Fasilitas yang memadai dapat membantu guru dan siswa di dalam proses kegiatan belajar mengajar, misalnya tersedia media pengajaran untuk dapat digunakan dalam praktek pembelajaran. Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olahraga, ruang ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olahraga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah, dan berbagai media pengajaran yang lain. Dimyati dan Mujiono (2002:249) menyatakan “Lengkapnya prasarana dan sarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik”. Dalam pelaksanaan program pem-belajaran Pakem pada di SD Negeri 1 Peukan Bada Aceh Besar juga menghadapi berbagai kendala di lapangan. Hambatan itu datangnya dari peserta didik, lingkungan keluarga, factor fasilitas dan faktor kurikulum. Faktor penghambat dalam pembelajaran Pakem yang datangnya dari peserta didik adalah peserta didik kekurangan sadaran peserta didik dalam memenuhi tugas dan haknya sebagai anggota suatu kelas atau suatu sekolah merupakan faktor utama penye-bab terkendalanya program pembelajaran. Faktor fasilitas yaitu ketersediaan alat dan media pengajaran. Jumlah buku yang kurang dan alat lain yang tidak sesuai dengan jumlah peserta didik yang membutuhkannya juga menimbulkan masalah dalam pembelajaran Pakem. Sarana pembelajaran yang tersedia di SD Negeri 1 Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar, seperti buku pelajaran sangat terbatas, buku bacaan yang sangat kurang, dan media pengajaran yang belum sesuai dengan seharusnya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil dari penelitian ditemukan bahwa Sekolah masih belum optimal melaksanakan program pembelajaran dengan baik, tergambar dengan masih rendahnya nilai hasil ujian harian siswa.Hal ini disebabkan kurangnya motivasi, daya serap dan disiplin belajar siswa yang ada sehingga pelaksanaan evaluasi yang dilakukan oleh guru tidak memperoleh hasil nilai yang maksimal. Diketahui bahwa dalam pelaksanaan yang dilakukan oleh guru terhadap pembelajar-an hanya sebagian kecil saja yang melaksana-kan dengan baik, sedangkan masih sebagian besar lagi yang belum melakukannya dengan optimal. Saran Program pembelajaran perlu diterapkan agar guru dapat mengkoordinasikan berbagai komponen pembelajaran yang berorientasi (berbasis) pada pembentukan kompetensi siswa, yakni kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil belajar, dan penilaian berbasis kelas (PBK). Kompetensi dasar berfungsi untuk memberikan makna terhadap kompetensi dasar.Indikator hasil belajar berfungsi sebagai alat untuk mengukur ketercapaian kompetensi.Sedangkan PBK sebagai alat untuk mengukur pembentukan kompetensi serta menentukan tindakan yang harus dilakukan jika kompetensi standar belum tercapai.Perencanaan pembelajaran yang telah dilaksanakaan dengan baik yang tergambar dari adanya membuat analisis materi pelajaran, menyusun program tahunan, menyusun program semester, menyu-sun silabus, dan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang merupakan faktor kunci untuk kelancaran suatu kegiatan hendaknya hal ini perlu terus ditingkatkan dan dipertahankan.
5
ISSN: 1693 – 7775 Jurnal Pencerahan Volume 2, Nomor 1, (Maret) 2013 Halaman 1-6
Majelis Pendidikan Daerah Aceh
DAFTAR PUSTAKA Dimyati dan Mulyono.(2002). Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta dan Debdikbud. Dzaki, Muhammad Faig. (2009). Model Pem-belajaran Kooperatif Tipe Group Investigasi.(online) Tersedia: http//lutfisulfi.wordpress.com Miarso, Yusufhadi (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Mulyasa.(2007). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Jakarta: Prenanda Media
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Sugiyono.(2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta. Sutikno, S (2005). Pembelajaran Efektif. Jakarta: Renika Cipta. _________(2007).Menggagas Pembelajaran Efektif danBermakna. Mataram: Trianto.
NTP Pres.
(2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, LAndasan, Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat SAtuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
6
dan