Aripin Ahmad, Pengaruh Pola Asuh Gizi Terhadap Kejadian Gizi Kurang……… 85
PENGARUH POLA ASUH GIZI TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI KECAMATAN PEUKAN BADA ACEH BESAR THE EFFECT OF NUTRITION CARE ON THE INCIDENCE OF UNDERNUTRITION IN CHILDREN 6-24 MONTH AT PEUKAN BADA SUB DISTRICT ACEH BESAR Aripin Ahmad* dan Sri Widyastari** dan Chairani*** Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh Jln. Soekarno-Hatta Kampus Terpadu Poltekkes Aceh
[email protected] ABSTRAK Prevalensi gizi buruk dan kurang di Provinsi Aceh selalu lebih tinggi dari angka nasional. Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan prevalensi gizi buruk dan kurang mencapai 23.7 % (7,1 persen gizi buruk dan 16,6 persen gizi kurang). Pola asuh bagi anak usia bawah dua tahun merupakan salah satu penentu asupan gizi yang cukup, yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan status gizi anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pola Asuh Gizi Terhadap Kejadian Gizi Kurang Di Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar. Penelitian ini menggunakan desain Nested Case Control Study, subjek penelitian adalah anak-anak baduta dengan gizi kurang (z-score <-2 SD) sebagai kasus dan anak dengan anak dengan gizi baik (z-score ≥-2 SD) sebagai kontrol. Status gizi ditentukan dengan menggunakan indeks BB/U standart WHO 2007 dan data pola asuh gizi dikumpulkan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner terstruktur. Analisis data menggunakan uji statistik Chi Square Test pada tingkat kepercayaan 95%. Pola asuh gizi kategori baik lebih banyak ditemukan pada kontrol, yaitu 61,3% dibandingkan kasus (51,6%), sebaliknya proporsi pola asuh gizi dengan kategori kurang lebih tinggi pada kasus (48,4%) dibandingkan kontrol (38,7%). Secara proporsi, ada kecenderungan bahwa semakin baik pola asuh gizi maka status gizi anak baduta semakin baik, tetapi tidak ada pengaruh yang signifikan pola asuh gizi terhadap kejadian gizi buruk kurang p=0,44 (p>0,05). Tidak ada pengaruh yang signifikan pola asuh gizi terhadap kejadian gizi buruk kurang di Kecamatan Peukan Badan Aceh Besar. Perlu dilakukan upaya peningkatan pola asuh gizi melalui konseling serta perlu dikaji kaitan penyakit dan faktor sekunder lainnya yang mempengaruhi status gizi. Kata kunci : Pola Asuh Gizi, Gizi Kurang, Anak Baduta
ABSTRACT The prevalence of malnutrition in Aceh Province is always higher than the national level. The data from Riskesdas 2010 showed that 23.7 % under five childreen were malnourished (7.1 severe malnutrition and 16.6 underweight). Nutrition parenting for children 6-24 month is one of determinant factors for child's intake that will affect the growth and nutritional status of children. This study aimed to analyse the effect of nutrition care on the incidence of under nutrition in children 6-24 month in Peukan Bada sub district, Aceh Besar. This study used Nested Case Control Study. The case were malnutrition children aged 6-24 month (zscore <-2 SD) and the control were children in good nutrition (z -score ≥-2 SD). Nutritional status was determined with weight for age (WAZ) index, using WHO 2007 standards and nutrition care collected through interviews using a structured questionnaire. The Chi Square 85
86
Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.6 No.2, November 2013, 85 - 98
Test was used to analyse the data, with 95% confidence level. Good category for nutrition care is more common in controls (61.3%) compared to the cases (51.6 %), whereas the proportion of nutrition care with less categories were higher in cases (48.4 %) compared to controls (38.7 %). There is a trend in the proportion that the better nutrition care, the better nutritional status at children 6-24 month will be, however there is no significant effect on the incidence of nutrition parenting with malnutrition, approximately p=0.44 (p>0.05). There is no significant effect of nutrition care on the incidence of undernutrition in children 6-24 month in the Peukan Bada sub district of Aceh Besar. It is important to improve nutrition care through complementary counseling and it is important to do the other study to analyse the correlation between the incidence of disease and other secondary factors that might influence nutritional status. Key word : Nutrition care, Undernutrition, childreen 6-24 month
sebesar
PENDAHULUAN Angka Gizi Kurang dan Buruk
persen3.
13,0
dibandingkan
dengan
Bila
pencapaian
pada balita merupakan salah satu
sasaran Millenium Depelopment Goals
indikator
gizi
(MDGs) tahun 2015 yaitu 15,5 persen
masyarakat. Ada 4 indikator gizi yang
maka prevalensi berat kurang secara
masuk
nasional harus diturunkan minimal
rendahnya
sebagai
penentu
status
indikator
Indeks
mutlak
Pembangunan
sebesar 2,4 persen4.
Kesehatan Masyarakat (IPKM), yaitu
Provinsi Aceh merupakan salah
Prevalensi Gizi Kurang dan buruk,
satu dari 18 provinsi dengan angka
prevalensi anak kurus, prevalensi anak
gizi kurang berada di atas rata-rata
pendek/stunting obesitas
1
dan
prevalensi
nasional. Prevalensi gizi kurang secara
Prevalensi
underwight
nasional 13% dan Gizi buruk 5,4%,
adalah 17,9 persen yang terdiri dari
sementara Provinsi Aceh
4,9 persen gizi buruk dan 13,0 gizi
gizi kurang dan buruk lebih tinggi dari
kurang2. Jika dibandingkan dengan
angka nasional, yaitu 26,5% (15,8%
angka prevalensi nasional tahun 2007
gizi kurang dan 10,7% gizi buruk)3.
(18,4
ada
Pada tahun 2010 gizi kurang sudah
penurunan. Penurunan terutama terjadi
menurun yaitu 23,7% (16,6 gizi
pada prevalensi gizi buruk yaitu dari
kurang dan 7,1 gizi buruk)2.
persen)
sudah
terlihat
5,4 persen tahun 2007 menjadi 4,9
Pada
dasarnya
masalah
sebesar
sedangkan
dipengaruhi oleh adanya penyakit
prevalensi gizi kurang masih tetap
infeksi dan konsumsi makanan yang
persen,
secara
timbulnya
persen pada tahun 2010 atau turun 0,5
gizi
prevalensi
langsung
Aripin Ahmad, Pengaruh Pola Asuh Gizi Terhadap Kejadian Gizi Kurang……… 87
tidak mencukupi kebutuhan5. Maka jika
melihat
langsung
pola pemberian ASI, Makanan dan
penanganan
pelayanan gizi yang diberikan oleh ibu
kekurangan gizi banyak diarahkan
pada anak. Pola asuh Gizi akan
pada
melalui
berpengaruh pada asupan gizi anak
distribusi makanan tambahan atau
dan pelayanan kesehatan. Salah satu
bantuan makanan. Padahal munculnya
faktor yang mempengaruhi kondisi
faktor langsung tidak terlepas dari
kesehatan dan gizi pada usia bayi
peran faktor tidak langsung yang
adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI)
sebenarnya
dan Makanan Pendamping ASI (MP-
tersebut
penyebab
Pola asuh gizi dapat dilihat dari
program
pemenuhan
pangan
merupakan
pencetus.
Faktor tidak langsung seperti
pola
ASI)
serta
pelayanan
gizi
yang
asuh gizi, ketahanan pangan keluarga
diberikan pada anak. WHO dan Unicef
dan persepsi gizi orang tua merupakan
merekomendasikan 4 (empat) pola
penyebab
mendasar
yang
jarang
makan terbaik bagi anak sampai usia 2
padahal
faktor
tahun, yaitu; Inisiasi menyusui dini
tersebut telah terjadi dalam keluarga
dalam 30 sampai 60 menit pertama
jauh sebelum terjadinya kekurangan
setelah lahir, memberikan ASI ekslusif
konsumsi makanan5.
sampai bayi usia 6 bulan, mulai
dipermasalahkan,
Pola
pengasuhan
anak
memberikan
makanan
pendamping
merupakan sikap dan perilaku ibu
mulai usia 6 bulan dan meneruskan
dalam hal kedekatannya dengan anak.
pemberian ASI sampai anak berusia 2
Memberi makan, merawat, memberi
tahun7.
kasih
sayang,
dan
sebagainya.
Hasil penelitian Amelia didapatkan
Pengasuhan yang baik pada anak balita
defisit energi pada bayi 6-11 bulan 210
dapat dilihat pada praktek pemberian
kkal sedangkan anak baduta 12-23
makanan. Hal ini bertujuan untuk
bulan 300 kkal, sementara defisit
mendapatkan zat gizi yang cukup bagi
protein pada bayi 6-11 bulan 5 gr dan
pertumbuhan fisik dan mental, di
pada
samping itu zat gizi berperan dalam
Pemberian ASI secara ekslusif pada
memelihara dan memulihkan kesehatan
bayi masih rendah persentase bayi yang
anak untuk dapat melakukan aktifitas
menyusui eksklusif sampai dengan 6
sehari-hari6.
bulan adalah 15,3 persen. Inisiasi
anak
12-23
bulan
7,5
gr8.
88
Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.6 No.2, November 2013, 85 - 98
menyusui dini kurang dari satu jam
METODE PENELITIAN
setelah bayi lahir adalah 29,3 persen,
Penelitian
ini
merupakan
Sebagian besar proses mulai menyusui
penelitian observasional dengan desain
dilakukan pada kisaran waktu 1-6 jam
Nested Case control study. Pada desain
setelah bayi lahir tetapi masih ada
ini dilakukan 2 (dua) tahapan, yaitu
11,1% proses mulai disusui dilakukan
tahapan pertama dilakukan screening
setelah 48 jam. Pemberian kolostrum
pengukuran antropometri terhadap anak
cukup baik, dilakukan oleh 74,7 persen
baduta untuk mengetahui status gizi,
ibu kepada bayinya3.
tahapan kedua sampel dikelompokkan
Pemantauan pertumbuhan yang
berdasarkan status gizi , yaitu balita
seharusnya dilakukan setiap bulan pada
yang mengalami gizi buruk dan kurang
tahun 2010 hanya 49,4 persen yang
dijadikan kasus sedangkan balita gizi
melakukan pemantauan pertumbuhan 4
baik/normal
kali atau lebih dalam 6 bulan terakhir.
Selanjutnya
Masih ada 23,8 persen balita yang tidak
terhadap faktor risiko (pola asuh Gizi)
pernah ditimbang pada kurun waktu 6
secara
bulan
kelompok tersebut.
terakhir.
Kepemilikan
KMS
dijumpai hanya pada 30,5 persen anak balita, dan kepemilikan buku KIA pada 3
25,5 persen . Untuk mengkaji
dijadikan dilakukan
retrosfektive
Penelitian
ini
Kontrol. pengkajian
pada
kedua
dilakukan
di
Kecamatan Peukan Bada Aceh Besar pada bulan Juli 2011. Populasi seluruh
itu
apakah
peneliti pola
ingin
asuh
gizi
anak
baduta
Kecamatan
usia Peukan
6-24
bulan
Bada
di
dengan
merupakan faktor risiko terjadinya gizi
jumlah sampel 62 anak (31 kasus dan
buruk kurang di Kecamatan Peukan
31 kontol). Data yang dikumpulkan
Bada
Kabupaten
Aceh
Besar.
meliputi karaketristik sampel (umur,
bertujuan
untuk
jenis kelamin, dan anak ke dalam
mengetahui pengaruh pola asuh gizi
keluarga), data status gizi dan pola asuh
terhadap kejadian gizi buruk dan
gizi.
Penelitian
ini
kurang (Burkur) pada anak baduta di Kecamatan Peukan Bada Aceh Besar.
Status gizi ditentukan dengan pengukuran antropometri berdasarkan indeks Berat badan menurut umur (BB/U) standart WHO, 2007.
Data
Aripin Ahmad, Pengaruh Pola Asuh Gizi Terhadap Kejadian Gizi Kurang……… 89
Pola Asuh Gizi (meliputi pemberian
berumur 12-24 bulan (83,9% kasus dan
ASI dan MP-ASI) dan karakteristik
61,3% kontrol) dan sebagian besar
sampel dikumpulkan dengan metode
berjenis kelamin perempuan (58,1%
wawancara menggunakan kuesioner.
kasus dan 61,3% kontorl). Selanjutnya
Analisis data menggunakan uji
sebagian besar merupakan anak ke 3
statistik non parametrik uji beda
(77,4% kasus dan 61,3% kontrol),
proporsi Chi-square Test mengunakan
sedangkan
tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05).
kejadian sakit, pada kelompok kasus
berdasarkan
riwayat
kejadian sakit lebih sering (45,2%) dibandingkan kontrol (19,4%). Dari
HASIL
beberapa variabel karakteristik tersebut
Karakteristik sampel dilakukan
tidak ada perbedaan yang signifikan
terhadap 62 anak baduta (6-24 bulan)
karakteristik sampel antara kasus dan
yang terdiri 31 kasus (anak gizi buruk
kontrol, artinya antara kelompok kasus
dan kurang) dan 31 kontrol (anak gizi
dan kontrol mempunyai karakteristik
baik).
yang hampir sama, kecuali kejadian
Penelitian
Hasil
didapatkan
telah
penelitian
sebagian
(tabel
besar
1)
sampel
sakit.
Tabel 1. Karakteristik sampel Karakteristik Umur 6-11 bulan 12-24 bulan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Anak ke 1-2 >2 Frekuensi sakit Sering Jarang Tidak pernah
Kasus
Kontrol
P
5 (16,1) 26 (83,9)
12 (38,7) 19 (61,3)
0,16 (p>0,05)
13 (41,9) 18 (58,1)
12 (38,7) 19 (61,3)
0,26 (p>0,05)
7 (22,6) 24 (77,4)
12 (38,7) 19 (61,3)
0,07 (p>0,05)
14 (45,2) 8 (25,8) 9 (29,0)
6 (19,4) 19 (61,3) (19,4)
0,016 (p<0,05)
6
Pola Asuh Gizi
gizi. Masing-masing aspek dilihat dari
Pola Asuh Gizi dalam penelitian
beberapa
ini dilihat dari 3 (tiga) aspek, yaitu pemberian
Air
Susu
Ibu
(ASI),
pemberian makanan dan pelayanan
indikator
yang
menggambarkan aspek tersebut.
dapat
90
Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.6 No.2, November 2013, 85 - 98
Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
(61,3%), sebaliknya pada kelompok
Aspek pola asuh gizi yang
kontrol
sebagian
besar
pertama adalah perilaku pemberian
melakukan
Air Susu Ibu (ASI) yang terdiri dari
pemberian makanan prelakteal atau
perilaku pemberian kolustrum, inisiasi
makanan
menyusui dini dan status pemberian
kelompok sebagian besar memberikan,
ASI, pemberian ASI ekslusif dan
sementara yang tidak memberikan ASI
pemberian makanan prelakteal. Hasil
secara ekslusif sampai usia 6 bulan
penelitian (Tabel 2)
proporsinya
didapatkan
IMD.
(51,6%)
padat
Selanjutnya
dini
lebih
pada
kedua
tinggi
pada
sebagian besar sampel memberikan
kelompok kasus (71%) dibandingkan
kolustrum baik pada kelompok kasus
kontrol (67,7%). Selanjutnya dilihat
maupun kontrol namun proporsinya
dari status pemberian ASI, maka pada
lebih tinggi pada kelompok kasus
kedua kelompok masih diberi ASI,
(64,5%).
yaitu 74,2% pada kelompok kasus dan
Pada
kelompok
kasus
sebagian besar tidak melakukan IMD
71% pada kelompok kontrol.
Tabel 2. Distribusi perilaku Pemberian ASI Pemberian ASI Kolustrum - Diberikan - Diberi Sedikit - Tidak Diberikan Inisiasi Menyusui Dini - Ya - Tidak Makanan Prelakteal - Diberikan - Tidak diberikan ASI eklusif - Ekslusif - Tidak Ekslusif Status Pemberian ASI - Masih diberi ASI - Tidak lagi di beri ASI
Kasus n (%)
Kontrol n (%)
20 (64,5) 8 (25,8) 3 (9,7)
15 (48,4) 14 (45,2) 2 (6,5)
12 (38,7) 19 (61,3)
16 (51,6) 15 (48,4)
16 (51,6) 15 (48,4)
17 (53,2) 14 (45,2)
9 (29,0) 22 (71,0)
10 (32,3) 21 (67,7)
23 (74,2) 8 (25,8)
22 (71,0) 9 (29,0)
Pemberian Makanan
kasus
Hasil penelitian (tabel 3) bentuk
kontrol,
dan 87,1% pada kelompok dilihat
dari
makanan
frekuensi
makanan utama yang diberikan sesuai
pemberian
utama
dan
menurut umurnya yaitu 87,1% pada
makanan selingan yang diberikan pada
Aripin Ahmad, Pengaruh Pola Asuh Gizi Terhadap Kejadian Gizi Kurang……… 91
kasus lebih rendah (58,1% makanan
dari porsi buah yang diberikan pada
utama dan 54,8% dibandingkan kontrol.
kasus sebagian besar tidak sesuai
Untuk
porsi
(35,5%) sebaliknya pada kelompok
makanan utama sebagian besar kasus
kontrol sebagian besar sesuai standart
porsi tidak sessuai standart (45,2%)
porsi (48,4%).
kesesuaian
sedangkan
pada
sebagian
besar
pemberian
kontrol
Pola asuh makan juga dilihat
964,5%),
upaya yang dilakukan ibu jika anak
selanjutnya jika dilihat dari pemberian
tidak mau makan, berdasarkan tabel 3
lauk
besar
diatas sebagian besar membujuk anak
memberikannya masing-masing pada
untuk mau makan baik pada kelompok
kasus dan kontol 48,4%.
kasus
hewani
Untuk
kelompok sesuai
sebagian
maupun
kontrol,
tetapi
pemberian lauk nabati
proporsinya lebih tinggi pada kasus
sebagian besar pada kedua kelompok
(74,2%) dibandingkan pada kelompok
tidak memberikannya (58,1% pada
kontrol (67,7%).
kasus dan 45,2% pada kontrol), jika
Tabel 3. Pola Pemberian Makanan
dilihat dari porsi lauk nabati yang sesuai standart lebih rendah pada kasus (12,9%) dibandingkan kontrol (32,3%).
Selanjutnya
pemberian
sayuran dalam makanan anak sebagian besar memberikan baik kasus (51,6%) maupun
kontrol
(41,9%)
tetapi
proporsinya lebih tinggi pada kasus sementara dilihat dari kesesuaian porsi sayuran yang diberikan lebih rendah pada kasus (38,7%) dibandingkan kontrol (51,6%). Pemberian buah-buahan sebagian besar sampel jarang diberikan buahbuahan baik pada kelompok kasus (41,9%)
maupun
pada
kelompok
kontrol (48,4%), selanjutnya jika dilihat
Pemberian Makanan
Kasus n (%)
Kontrol n(%)
Bentuk Makanan - Tidak sesuai 3 (9,7) 4 (12,9) Kadang-kadang 1 (3,2) 0 (0,0) sesuai - Sesuai 27 (87,1) 27 (87,1) Frekuensi makan sehari - Tidak sesuai 8 (25,8) 5 (16,1) Kadang-kadang 5 (16,1) 2 (6,5) sesuai - Sesuai 18 (58,1) 24 (77,4) Frekuensi makanan selingan - Tidak sesuai 7 (22,6) 3 (9,7) Kadang-kadang 7 (22,6) 4 (12,9) sesuai - Sesuai 17 (54,8) 24 (77,4) Kesesuaian Porsi makanan utama/nasi - Tidak sesuai 14 (45,2) 5 (16,1) Kadang-kadang 7 (22,6) 6 (19,4) sesuai - Sesuai 10 (32,3) 20 (64,5) Lauk hewani - Tidak pernah 9 (29,0) 11 (35,5) - Jarang 7 (22,6) 8 (25,8) - Selalu 15 (48,4) 12 (48,4) Kesesuaian Porsi Lauk Hewani - Tidak sesuai 14 (45,2) 5 (16,1) Kadang-kadang 7 (22,6) 6 (19,4) sesuai
92
Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.6 No.2, November 2013, 85 - 98
- Sesuai 10 (32,3) 20 (64,5) Lauk Nabati - Tidak pernah 18 (58,1) 14 (45,2) - Jarang 11 (35,5) 9 (29,0) - Selalu 10 (6,5) 8 (25,8) Kesesuaian Porsi Lauk Nabati - Tidak sesuai 19 (61,3) 13 (41,9) Kadang-kadang 8 (25,8) 8 (25,8) sesuai - Sesuai 4 (12,9) 10 (32,3) Memberikan Sayuran - Tidak pernah 6 (19,4) 8 (25,8) - Jarang 9 (29,0) 10 (32,3) - Selalu 16 (51,6) 13 (41,9) Kesesuaian Porsi Sayuran - Tidak sesuai 11 (35,5) 10 (32,3) Kadang-kadang 8 (25,8) 5 (16,1) sesuai - Sesuai 12 (38,7) 16 (51,6) Memberikan Buah - Tidak pernah 8 (25,8) 10 (32,3) - Jarang 13 (41,9) 15 (48,4) - Selalu 10 (32,3) 6 (19,4) Porsi pemberian buah-buahan - Tidak sesuai 11 (35,5) 9 (29,0) Kadang-kadang 10 (32,3) 7 (22,6) sesuai - Sesuai 10 (32,3) 15 (48,4) Membujuk anak jika tidak mau makan - Tidak pernah 8 (25,8) 5 (16,1) - Jarang 0 (0,0) 5 (16,1) - Selalu 23 (74,2) 21 (67,7) Mengutamakan makanan anak - Tidak pernah 12 (38,7) 9 (29,0) - Jarang 8 (25,8) 7 (22,6) - Selalu 11 (35,5) 15 (48,4) Makanan disiapkan sesuai selera anak - Tidak pernah 15 (48,4) 9 (29,0) - Jarang 7 (22,6) 10 (32,3) - Selalu 9 (29,0) 12 (38,7) Makanan bervariasi - Tidak pernah 17 (54,8) 14 (45,2) - Jarang 9 (29,0) 12 (38,7) - Selalu 5 (16,1) 5 (16,1)
kelompok
kontrol
sebagian
besar
mengutamakan (48,4%). Kemudian pada kelompok kasus sebagian besar menyiapkan makanan tidak sesuai dengan selera yang disukai anak (48,4%) sebaliknya pada kelompok kontrol menyesuaikan dengan selera anak (38,7%). Kemudian dari segi variasi makanan pada kedua kelompok sebagian besar memberikan makanan tidak bervariasi dengan proporsi lebih tinggi pada kelompok kasus (54,8%). Pelayanan Gizi Hasil analisis terhadap terhadap item pertanyaan dari asfek pelayanan gizi (Tabel 4) dapat diketahui baik pada kasus maupun kontrol sebagian besar ditimbang setiap bulannya (71% pada kasus
dan
Sementara
83,9% dilihat
pada dari
kontrol). pemberian
Vitamin A setiap 6 bulan sebagian besar juga mendapatkan Vitamin A baik pada kasus (77,4%) maupun kontrol (67,7%).
Selanjutnya
berdasarkan
perilaku
pemberian
suplementasi
vitamin dan mineral sebagian besar sampel baik pada kasus maupun kontrol tidak pernah memberikan suplementasi
Namun dilihat dari prioritas ibu dalam makanan pada kelompok kasus sebagian besar makanan anak tidak diutamakan (38,7%) sebaliknya pada
vitamin dan mineral, yaitu 61,3% pada kasus dan 77,4% pada kontrol.
Aripin Ahmad, Pengaruh Pola Asuh Gizi Terhadap Kejadian Gizi Kurang……… 93
Tabel 4. Distribusi Pelayanan menurut kasus dan kontrol Pelayanan Gizi
Kasus n (%)
Penimbangan Tidak pernah 3 (9,7) Jarang 6 (19,4) Setiap bulan 22 (71,0) Pemberian Vitamin A Tidak pernah 7 (22,6) Kadang-kadang 0 (0,0) Selalu 24 (77,4) Suplementasi Vitamin dan mineral Tidak pernah 19 (61,3) Kadang-kadang 10 (32,30 Selalu 2 (6,5)
Gizi
1.
Pengaru Pola Asuh Gizi terhadap
Status Gizi anak usia 6-24 bulan di Kontrol n (%)
Kecamatan Peukan Bada Aceh Besar. Hasil penelitian ini (tabel 5) dapat
1 (3,2) 4 (12,9) 26 (83,9)
diketahui secara proporsi baik pada kasus maupun kontrol sebagian besar
9 (29,0) 1 (3,2) 21 (67,7)
pola asuh gizi dalam kategori baik
24 (77,4) 7 (22,6) 0 (0,0)
proporsi pola asuh baik lebih tinggi
(51,6% kasus dan 61,3% kontrol) tetapi
pada kontrol (baduta dengan status gizi baik), sebaliknya proporsi pola asuh
Dari 3 (tiga) aspek pola asuh gizi,
ASI,
(48,4%) dibandingkan kontrol (38,7%).
pemberian makanan dan pelayanan
Dari data ini terlihat ada kecenderungan
gizi yang diberikan dilakukan skoring
secara proporsi anak yang status gizi
terhadap
yang
kurang dan buruk juga lebih banyak
diberikan. Hasil skoring terhadap 3
pola asuh gizi kurang atau semakin baik
(tiga) aspek tersebut didapatkan skor
pola asuh status gizi anak baduta lebih
pola asuh gizi secara keseluruhan.
baik. Namun hasil uji statistik dengan
Pola asuh Gizi dikatakan baik bila
chi square test
skor yang didapat ≥75% dari skor total
bermakna dimana p=0,44 (p>0,05),
dan kurang bila skor <75%. Hasil
artinya
analisis didapatkan pola asuh gizi
signifikan
yang kurang
kejadian gizi buruk dan kurang di
48,4%
yaitu
pola
semua
lebih
pemberian
gizi kurang lebih tinggi pada kasus
jawaban
pada kelompok kasus tinggi
dibandingkan
tidak
secara statistik tidak
ada
pola
asuh
gizi
yang dengan
Kecamatan Peukan Bada Kabupaten
kelompok kontrol (38,7%).
Aceh Besar.
Tabel 5. Pengaruh Pola Asuh Gizi dengan Gizi buruk dan Kurang di Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar.
PEMBAHASAN
Pola Asuh Kasus Kontrol Gizi n (%) n (%) Kurang 15 (48,4) 12 (38,7) Baik 16 (51,6) 19 (61,3) Jumlah 31 (100,0) 32 (100,0)
pengaruh
Berdasarkan hasil penelitian ini (tabel 5) menunjukkan tidak ada
P
pengaruh yang signifikan pola asuh
0,44 (p>0,05)
gizi terhadap status gizi anak baduta (p>0,05),
namun
demikian
ada
94
Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.6 No.2, November 2013, 85 - 98
kecenderungan
secara
proporsional
lahir. Selain itu dari hasil penelitian
proporsi pola asuh gizi yang baik lebih
juga terlihat kecenderungan proporsi
tinggi pada kelompok kontrol di
anak yang tidak diberi ASI secara
bandingkan kasus, sebaliknya juga
Ekslusif lebih tinggi pada kasus (71%)
pola asuh gizi yang kurang lebih tinggi
dibandingkan kontrol (67,7%). Kondisi
proporsinya pada kelompok kasus
ini
(48,4%)
pemberian ASI hampir sama antara
dibandingkan
kontrol
(38,7%).
menggambarkan
pola
asuh
anak yang gizinya buruk kurang dengan
Tidak adanya pengaruh pola asuh
anak yang gizinya baik.
gizi terhadap gizi kurang dan buruk
Kemudian
jika
dilihat
pada penelitian ini dapat disebabkan
pemberian
oleh hampir samanya pola asuh gizi
permasalahan yang ditemukan yaitu
antara anak yang status gizinya baik
bentuk makanan utama /nasi sebagian
(kontrol) dengan anak yang status
besar sesuai dengan umurnya tetapi
gizinya buruk kurang (kasus), hal ini
porsi makanan utama/ nasi tidak
dapat dilihat dari hasil analisis dari tiap
sesuai, lauk hewani diberikan dengan
aspek pola asuh pada tabel 2, tabel 3
porsi yang tidak sesuai pada kelompok
dan tabel 4 pada penelitian ini. Dari
kasus (45,2%) sedang pada kelompok
aspek pemberian ASI (tabel 2) ada
kontrol sesuai (64,5%).
kecenderungan antara anak baduta yang
sayuran sebagian besar jarang dan
gizinya buruk dan kurang (kasus)
tidak pernah diberikan dengan porsi
dengan anak yang gizinya baik pola
yang tidak sesuai pada kelompok
asuhnya hampir sama. Dari 4 indikator
kasus (35,5%) sebaliknya sesuai pada
yang
yaitu
kelompok kontrol (51,6%), demikian
ASI
juga dengan buah jarang diberikan
ekslusif dan status pemberian ASI
dengan porsi pemberian tidak sesuai
secara proporsi hampir sama namun
pada kelompok kasus (35,5%) dan
beberapa variabel seperti IMD dimana
porsi yang sesuai pada kelompok
sebagian besar kasus tidak dilakukan
kontrol
IMD
dikumpulkan
pemberian
kelompok
datanya,
kolustrum,
(61,3%) kontrol
IMD,
makanan
(48,4%),
(tabel
dari 3)
Pemberian
kurang
sementara
pada
memprioritaskan makanan anak dari
sebagian
besar
anggota keluarga lainnya (38,7%)
dilakukan IMD (51,6%) pada saat baru
serta
kurangnya
variasi
makanan
Aripin Ahmad, Pengaruh Pola Asuh Gizi Terhadap Kejadian Gizi Kurang……… 95
(54,8%) kasus,
terdapat tidak
pada
kelompok
menyesuaikan
selera
kontrol, yaitu 61,3% pada kasus dan 77,4% pada kontrol.
makan anak sebagian besar terjadi pada
kelompok
kasus
(48,4%).
Hasil analisis pola asuh gizi yang didapatkan pada penelitian ini juga
Beberapa aspek yang proporsinya
sama
relative sama pada kedua kelompok,
sebelumnya
yaitu bentuk makanan utama / nasi
Chairani di Wilayah kerja Puskesmas
sesuai dengan umur masing-masing
Lampisang dimana komposisi bahan
87,1%, frekwensi pemberian makan
MP-ASI sebagian besar sampel (75%)
utama/nasi yang sesuai baik pada
pada penelitian diberi MP-ASI dengan
kelompok
pada
komposisi zat gizi yang tidak lengkap,
kelompok kontrol dengan proporsi
artinya tidak semua bahan makanan
54,8%
Kesesuaian
sumber zat gizi terdapat dalam MP-ASI
pemberian makanan selingan terdapat
yang diberikan. Hasil penelitian Waziah
pada kelompok kasus maupun pada
menunjukkan 50% bayi tidak sesuai
kelompok kontrol dengan proporsi
bentuk
lebih tinggi pada kelompok kontrol
dengan umur anak9.
(77,4%) dan pada kelompok kasus
Perilaku
kasus
dan
maupun
77,4%.
(58,1%).
dengan yang
penelitian
dilakukan
oleh
MP-ASI yang diberikan
ditemukan
Demikian juga pola asuh dari
hasil
lain
yang
sering
dimasyarakat
adalah
pemberian MP-ASI yang terlalu encer,
aspek pelayanan gizi pada tabel 4 hasil
hal
penelitian ini menunjukkan keadaan
kepadatan
yang sama dimana sebagian besar anak
mempunyai ukuran lambung yang kecil,
baduta ditimbang setiap bulannya (71%
makanan yang terlalu encer/cair akan
pada kasus dan 83,9%) pada kontrol,
cepat
sebagian besar juga diberikan Vitamin
kekentalan makanan akan menentukan
A baik pada kasus (77,4%) maupun
kebutuhan gizi anak terpenuhi atau
kontrol
tidak7.
(67,7%).
Hanya
perilaku
pemberian suplementasi vitamin dan
ini
akan
berpengaruh
pada
MP-ASI.
Anak
energi
membuat
Gizi
kurang
anak
pada
kenyang,
dasarnya
mineral tidak diberikan pada sebagian
dipengaruhi oleh multifaktor selain pola
besar sampel baik pada kasus maupun
asuh gizi yaitu faktor tidak langsung lainnya
seperti
pendidikan
dan
96
Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.6 No.2, November 2013, 85 - 98
pengetahuan ibu, kesehatan lingkungan
Waziah
dan faktor langsung yaitu asupan gizi
menunjukkan pola pemberian MP-ASI
10
dan penyakit infeksi . Dari hasil
di
kecamatan
Kuta
Baro
berhubungan dengan status gizi bayi14
penelitian ini pada tabel 1 juga terlihat
Asumsi
peneliti
tidak
bahwa proporsi anak baduta yang
signifikannya pengaruh pola asuh gizi
frekuensi sakit dengan kategori sering
terhadap kejadian gizi kurang dapat
lebih banyak ditemukan pada kelompok
disebabkan secara umum pola asuh
kasus (anak gizi burkur), yaitu 45,2%
gizi pada anak baduta di wilayah
sementara pada kelompok kontrol (anak
penelitian relatif sama artinya hampir
gizi baik) hanya 19,4%).
semua item pertanyaan yang diajukan
Hasil penelitian ini sama dengan
berkaitan dengan pola asuh sebagian
hasil penelitian Arnisam di Kecamatan
besar belum baik, sehingga dengan
Ulee
ada
kondisi pola asuh yang sama maka
hubungan yang signifikan antara pola
peran variabel lain sangat menentukan
asuh makan dengan kejadian gizi
seperti
kurang pada anak baduta11, tetapi
penelitian ini pada tabel 1 karakteristik
berbeda dengan hasil penelitian Radali
anak baduta menunjukkan pada kasus
di Desa Setui Banda Aceh dimana ada
lebih banyak sampel dengan frekuensi
pengaruh pola asuh gizi dengan status
sakit dalam 6 bulan terakhir dengan
gizi anak balita, dan secara proporsi
kategori
pada
kelompok
Kareng
penelitian
dimana
tersebut
tidak
juga
ada
penyakit
infeksi.
sering kontrol
Hasil
sebaliknya
pada
sebagian
besar
kecenderungan pola asuh gizi baik lebih
jarang sakit. Selain Pola asuh gizi
banyak ditemukan pada anak yang
status gizi juga dipengaruhi oleh
status gizinya baik dibanding anak yang
faktor
12
lainnya,
yaitu
pola
asuh
status gizinya kurang . Hasil penelitian
perawatan, pelayanan kesehatan dan
ini berbeda dengan penelitian Amin
adanya penyakit infeksi10. Selain itu
dimana ada hubungan pola asuh gizi
pada penelitian ini hanya melihat pola
dengan status gizi pada bayi 6-24 bulan
asuh sedangkan jumlah asupan gizi
di daerah pesisir pantai Kelurahan
tidak
Mangempang, semakin baik pola asuh
Ahmad menunjukkan asupan energi
yang didapatkan oleh anak semakin
dan protein pada bayi mulai 6-12
baik status gizinya13. Hasil penelitian
diketahui.
Hasil
penelitian
Aripin Ahmad, Pengaruh Pola Asuh Gizi Terhadap Kejadian Gizi Kurang……… 97
bulan berhubungan dengan status gizi 15
bayi .
penyebab masih kurangnya pola asuh gizi
pada
anak
baduta
seperti
pengetahuan ibu, ketersediaan pangan UCAPAN TERIMA KASIH
dalam keluarga dan faktor sosial budaya
Terima Kasih kami ucapkan kepada Kepala Puskesmas Peukan Bada yang telah memberikan izin
masyarakat terhadap pola asuh gizi serta faktor lain yang mempengaruhi gizi kurang dan buruk pada anak baduta
pelaksanaan penelitian dan kepada seluruh tenaga gizi puskesmas serta seluluh responden yang telah bersedia
DAFTAR PUSTAKA 1)
menjadi sampel.
maupun kontrol secara proporsional
Kesehatan
3)
baik lebih tinggi pada anak dengan gizi
(2007)
Litbangkes
Depkes
RI
(2010)
Laporan Riset Kesehatan Dasar
baik sebaliknya prevalensi pola asuh
(Riskesdas). Litbangkes, Bogor.
gizi yang kurang lebih tinggi pada 4)
kasus (anak gizi buruk dan kurang).
Bappeda Aceh, 2011. Rencana Aksi Pangan dan Gizi (RAD-PG) Aceh
Tidak ada pengaruh yang signifikan
2011-2015. Bappeda Aceh: Banda
pola asuh gizi terhadap kejadian gizi
Aceh
buruk pada anak baduta di Kecamatan 5)
Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar.
Kepmenkes Menteri
Kepada Instansi terkait melihat pola
RI
2007.
Kesehatan
Keputusan RI
224/Menkes/SK/II/2007
asuh gizi sebagian besar kurang maka
Spesifikasi
perlu dilakukan upaya peningkatan
Teknis
Nomor Tentang Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-
pengetahuan masyarakat terutama ibu
dilakukan penelitian untuk mengkaji
RI
2008.
kecenderungan prevalensi pola asuh
yang baik dan benar. Perlu
Depkes
(Riskesdas). Litbangkes, Bogor
ada
anak baduta terkait dengan pola asuh
Litbangkes
Laporan Riset Kesehatan Dasar
sebagian besar kurang baik pada kasus tetapi
Indeks
Jakarta 2)
gizi
2011.
Masyarakat (IPKM), Kemkes RI;
Pola asuh gizi baik pada kasus
kontrol,
RI,
Pembangunan
KESIMPULAN DAN SARAN
maupun
Kemenkes
ASI), Jakarta 6)
Hurlock.
2000.
Psikologi
Perkembangan Suatu Pendekatan
98
Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.6 No.2, November 2013, 85 - 98
Sepanjang Rentang Kehidupan.
12)
Jakarta: Erlangga. 7)
dengan status gizi balita di Desa
Direktorat Bina Gizi Masyarakat,
Setui Kota Banda Aceh. KTI.
2010. Modul Pelatihan Konseling
Banda Aceh: Prodi D4 Gizi
MP-ASI
Poltekkes Aceh
(Panduan
Peserta).
Direktorat Bina Gizi Masyarakat,
13)
Jakarta. 8)
Radali (2009). Hubungan pola asuh
Amin, AM (2003). Hubungan pola asuh dan asupan gizi terhadap
Arnelia, Lamid.A, Rosmalina. Y,
status gizi anak usia 6-24 bulan
Raswanti.I, 2008, Besaran Defisit
pada
zat gizi makro dan mikro pada
Kelurahan
anak
Kecamatan
baduta
dengan
masalah
Daerah
Pesisir
Pantai
Mangempang Barru
Kabupaten
kurus di pedesaan dan perkotaan
Barru. Tesis. Yogyakarta : PPS
di Indonesia. Puslitbang Gizi dan
UGM.
Makanan, Bogor 9)
14)
Chairani (2010). Perilaku Pemberian
Pemberian
Makanan Pendamping ASI (MP-
Kerja
Besar. 15)
Status
Gizi.
Jakarta:
Buku
Kedokteran EGC 11)
Arnisam, 2007. Hubungan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan Status Gizi Anak Usia 624 bulan. Tesis. Yogyakarta: PPS UGM
KTI.
Banda
Aceh:
Poltekkes Depkes NAD
Banda Aceh: AKBID Mona Supariasa, dkk. (2012) Penilaian
dengan
di Kecamatan Kuta Baro Aceh
Puskesmas
Lampisang Aceh Besar. KTI. 10)
MP-ASI
Status Gizi pada Bayi 6-12 bulan
ASI) pada Bayi 6-12 Bulan di Wilayah
Waziah, U. 2010. Hubungan pola
Ahmad, A. 2006. Pola Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dan status Gizi Bayi
0-12 bulan Di
Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Gizi Klinik Indonesia Vol. 3 No. 1. FK UGM, Yogyakarta