EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PADA SUB-DIVISI HUBUNGAN MEDIA PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
Disusun Oleh : Nama
: Muh. Ihsan Wiguna
Nim
: 44205010061
Bidang Studi
: Public Relations
Skripsi Diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada bidang studi Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi.
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PUBLIC RELATIONS
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI
Nama
: Muh. Ihsan Wiguna
NIM
: 44205010061
Fak/Jur
: Fakultas Ilmu Komunikasi / Public Relations
Judul
: Efektifitas Komunikasi Antarpribadi pada Sub-divisi Hubungan Media
Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum
(Survei Pada Karyawan PUSKOM Dep. Pekerjaan Umum)
Mengetahui,
Pembimbing Skripsi
Ketua Program Studi Public Relations
(Endri Listiani S.IP, M.Si)
(Marhaeni Fajar Kurniawati,S.Sos, M.Si)
i
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PUBLIC RELATIONS
LEMBAR TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI
Nama
: Muh. Ihsan Wiguna
NIM
: 44205010061
Fak/Jur
: Fakultas Ilmu Komunikasi / Public Relations
Judul
: Efektifitas Komunikasi Antarpribadi pada Sub-divisi Hubungan Media
Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum
(Survei Pada Karyawan PUSKOM Dep. Pekerjaan Umum)
Mengetahui,
1. Ketua Sidang Marhaeni Fajar Kurnia S.Sos, M.Si
(..…………………………...)
2. Penguji Ahli Nurprapti W. Widyastuti S.Sos, M.Si
(…………………………….)
3. Pembimbing Skripsi Endri Listiani S.IP, M.Si
(…………………………….)
ii
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PUBLIC RELATIONS
LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI
Nama
: Muh. Ihsan Wiguna
NIM
: 44205010061
Fak/Jur
: Fakultas Ilmu Komunikasi / Public Relations
Judul
: Efektifitas Komunikasi Antarpribadi pada Sub-divisi Hubungan Media
Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum
(Survei Pada Karyawan PUSKOM Dep. Pekerjaan Umum)
Disetujui dan diterima oleh, Pembimbing Skripsi
(Endri Listiani S.IP, M.Si)
Dekan Fakultas
Ketua Program Studi
Ilmu Komunikasi
Public Relations
(Dra.Diah Wardhani, M.Si)
(Marhaeni Fajar Kurniawati S.Sos, M.Si)
iii
Universitas Mercu Buana Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Public Relations Muh. Ihsan Wiguna (44205010061) Efektivitas Komunikasi Antarpribadi pada Sub-Bagian Hubungan Media Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum (Survei Pada Karyawan Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum). V Bab; Halaman; Tabel; Lampiran Bibliografi(1987-2009) ABSTRAKSI Komunikasi juga digunakan dalam dunia pekerjaan untuk saling bekerjasama antara individu-individu yang bekerja pada bidangnya. Penggunaan komunikasi ini membantu tiap individu dalam memahami informasi dan tugasnya dalam bekerja, selain itu komunikasi juga diperuntukkan berbagi informasi mengenai diri sendiri dan orang lain. Salah satu bentuk komunikasi yang umum; komunikasi antar pribadi berperan sebagai jembatan yang menyambungkan kepentingan-kepentingan orang-orang dalam penyampaian tugas dan informasi yang saling mendukung dalam pelaksanaan pekerjaan. Oleh karena itu penelitian ini bermaksud untuk mengukur seberapa efektif Komunikasi Antar pribadi pada Sub-Bagian Hubungan Media Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Dalam bukunya Joseph A. Devito yang berjudul “The Interpersonal Communication Book” mendefinisikan efektivitas komunikasi antar pribadi dalam lima (5) dimensi, yaitu keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan. Kelima dimensi inilah yang nantinya akan menjadi panduan dalam melakukan penelitian yang dilakukan oleh peneliti Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan metode survei. Pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik Total sampling, dengan populasi 35 orang karyawan pada Sub-Bagian Hubungan Media Departemen Pekerjaan Umum. Dari hasil penelitian yang didapatkan, skor rata-ratanya adalah sebesar 69,4% yang berarti bahwa dapat dikategorikan biasa saja. Untuk itu peneliti berharap pihak Sub-Bagian Hubungan Media Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan memberikan perhatian khusus dalam mempraktekkan Komunikasi Antar Pribadi terutama pada dimensi keterbukaan dan kesetaraan, dimana dalam sebuah hubungan pekerjaan rasa saling keterbukaan dapat menumbuhkan rasa saling percaya antar karyawan sehingga para karyawan dapat bekerja dengan lebih baik. Begitu juga dengan kesetaraan, yang menciptakan dapat menciptakan rasa keterikatan antar karyawan dalam menjalankan tugasnya. Kata Kunci: Efektifitas Komunikasi Antar Pribadi.
iv
ix
DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI .................................. i TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI ..................................................... ii PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI .............................................. iii ABSTRAKSI ............................................................................................ iv KATA PENGANTAR .............................................................................
v
DAFTAR ISI ............................................................................................. viii DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ....................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xv
BAB 1
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah ………………………… 1
1.2
Perumusan Masalah ……………………………... 6
1.3
Tujuan Penelitian ………………………………... 6
1.4
Signifikansi Penelitian………………………….... 6 1.4.1 Signifikansi Akademis ………………....... 6 1.4.2 Signifikansi Praktis …………………........ 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Komunikasi …………………………………….... 8 2.1.1 Fungsi Komunikasi ………………............ 9 2.1.2 Tujuan Komunikasi ………………….......
11
2.1.3 Komunikasi Efektif .…………………...... 12 2.2
Komunikasi Organisasi ...………………………... 15
x
2.2.1 Organisasi ………………………................. 16 2.2.2 Fungsi Organisasi ...........................……...... 17 2.2.3 Pengertian Komunikasi Organisasi ..….….... 19 2.3 Komunikasi Antar Pribadi ………………………....... 20 2.3.1 Tujuan Komunikasi Antarpribadi …………. 21 2.3.2 Tahapan Komunikasi Antarpribadi ............... 24 2.3.3 Efektivitas Komunikasi Antarpribadi ........... 26 2.4
Public Relations ………………………................. 33 2.4.1 Tugas dan Fungsi Public Relations ………..
36
2.4.2 Khalayak Public Relations ………………… 41 2.4.3 Aktivitas Public Relations ............................ 41 2.5 Media Relations ........................................................... 42 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Tipe Penelitian …………………………………… 45
3.2
Metode Penelitian ……………………………….. 46
3.3
Populasi dan Sampel .....…………………………. 46 3.2.1 Populasi ......................................................... 46
3.4
3.3.2 Sampling Jenuh ............................................
47
Teknik Pengumpulan Data ……………………....
48
3.4.1 Data Primer ………………………………... 48 3.4.2 Data Skunder …………………………….... 3.5
49
Definisi dan Operasionalisasi Konsep..………….. 49 3.5.1 Definisi Konsep …………………….....…... 49
xi
3.5.2 Operasionalisasi Konsep ..…………………. 50 3.6 BAB IV
Teknik Analisa Data ..………………………….... 53
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1
Gambaran Umum Objek Penelitian ……………... 55 4.1.1 Sejarah Dep. Pekerjaan Umum ……….…… 55 4.1.2 Visi dan Misi Dep. Pekerjaan Umum ........... 60 4.1.2.1 Visi Dep. Pekerjaan Umum ............. 60 4.1.2.2 Misi Dep. Pekerjaan Umum ............
61
4.1.3 Tujuan Dep. Pekerjaan Umum .....................
62
4.1.4 Tugas dan Fungsi Dep. Pekerjaan Umum ..... 62 4.1.5 Program Dep. Pekerjaan Umum …………… 63 4.2
Struktur Departemen Pekerjaan Umum ................. 68
4.3
Pusat Komunikasi Publik Dep. Pekerjaan Umum .. 71 4.3.1 Tugas dan Fungsi PUSKOM ......................... 72 4.3.2 Program Kerja PUSKOM ............................. 73 4.3.3 Struktur PUSKOM ........................................ 75
4.4
Hasil Penelitian ...................................................... 77 4.4.1 Analisa Data Dari Tiap-tiap Dimensi ........... 79
4.5 BAB V
Pembahasan ............................................................ 120
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ………………………………………….. 129 5.2 Saran-saran ………………………………………......
130
xii
5.2.1 Saran Akademis …………………………...
130
5.2.2 Saran Praktis ………………………………
131
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Halaman Tabel 3.1
Operasionalisasi Konsep .................................................................
51
Gambar 4.1 Struktur Departemen Pekerjaan Umum ..........................................
68
Gambar 4.2 Lambang Departemen Pekerjaan Umum ........................................
69
Gambar 4.3 Struktur Pusat Komunikasi Publik Dep. Pekerjaan Umum.........
75
Tabel 4.4
Komposisi Pegawai Pusat Komunikasi Publik................................
76
Tabel 4.5
Komposisi Pegawai Pusat Komunikasi Publik Berdasarkan Tingkat Pendidikan ....................................................
Tabel 4.6
Responden bersedia mengungkapkan informasi yang biasa disembunyikannya dengan teman sekerja ......................................
Tabel 4.7
80
Responden mengungkapkan kesulitan pekerjaan saya kepada teman pada divisi lain ...........................................................
Tabel 4.9
79
Responden memberikan informasi hanya kepada teman yang bekerja pada satu divisi ............................................................
Tabel 4.8
77
81
Responden bereaksi secara langsung terhadap informasi yang diberikan oleh teman satu divisi ........................................................
82
Tabel 4.10 Responden bereaksi secara langsung terhadap informasi yang diberikan oleh teman yang berbeda divisi .......................................
83
Tabel 4.11 Responden memberikan pendapat pribadi kepada teman sekerja .....................................................................................
84
Tabel 4.12 Responden tidak pernah mengomentari pendapat teman satu divisi................................................................................... 85 Tabel 4.13 Responden tidak pernah memberikan reaksi apapun kepada teman sekerja ........................................................................................ 86 Tabel 4.14 Responden mampu mengetahui apa yang sedang dirasakan oleh
xiv
teman sekerja dengan berkomunikasi .............................................
87
Tabel 4.15 Responden dapat ikut merasakan apa yang dirasakan oleh teman satu divisi pada saat tertentu ...............................................
89
Tabel 4.16 Dengan berkomunikasi, saya turut merasakan seperti yang dialami oleh teman satu divisi ..........................................................
90
Tabel 4.17 Ketika berkomunikasi saya selalu mengatur pembicaraan saya .............................................................................
91
Tabel 4.18 Saat berkomunikasi saya berusaha menyesuaikan diri bagaimana cara menyatakan sesuatu ............................................
92
Tabel 4.19 Responden mempersepsikan komunikasi sebagai permintaan akan informasi tertentu .....................................................................
94
Tabel 4.20 Berkomunikasi dengan teman sekerja merupakan cara untuk memperoleh informasi …….....................................................
95
Tabel 4.21 Saat berkomunikasi dengan teman satu divisi, tidak perlu menggunakan strategi tertentu melainkan spontan saja...............
96
Tabel 4.22 Responden tidak perlu menggunakan strategi tertentu melainkan spontan saja saat berkomunikasi dengan teman dari divisi lain ........................................................................
98
Tabel 4.23 Berkomunikasi dengan teman dari divisi lain, membuat responden dapat berpikir secara terbuka ...........................................................
99
Tabel 4.24 Berkomunikasi dengan teman satu divisi, membuat responden dapat berpikir secara terbuka ...........................................................
100
Tabel 4.25 Jika cara pandang teman sekerja responden berbeda, responden bersedia menerima perbedaan cara pandang ................................
101
Tabel 4.26 Responden bersedia menerima pandangan yang berbeda dari teman satu divisinya .................................................................................. Tabel 4.27 Jika cara pandang teman satu divisi benar, responden
103
xv
bersedia mengubah cara pandangan ............................................... Tabel 4.28 Responden bersikap positif terhadap teman satu divisi ...............
104 106
Tabel 4.29 Responden menyatakan sikap positif dalam bentuk tindakan dari diri sendiri kepada teman satu divisi....................................................... Tabel 4.30 Kita perlu mendukung teman kerja secara positif .......................
107 108
Tabel 4.31 Responden merasa perlu mendorong teman kerja untuk ikut berinteraksi dengan teman kerja lainnya ......................................
109
Tabel 4.32 Responden bersedia menerima pihak lain......... ...........................
111
Tabel 4.33 Responden menerima teman sebagai bentuk kesetaraan...........
112
Tabel 4.34 Dalam berkomunikasi dengan teman sekerja, Responden berharap mereka menerima semua perilaku verbalnya ................................................................
113
Tabel 4.35 Dalam berkomunikasi dengan teman sekerja, responden berharap mereka menerima semua perilaku nonverbalnya ..........................................................
114
Tabel 4.36 Dalam berkomunikasi dengan teman sekerja, saya selalu menerima semua perilaku nonverbal teman sekerja ....................
115
Tabel 4.37 Dalam berkomunikasi dengan teman sekerja, saya selalu menerima semua perilaku nonverbal teman sekerja .........................
116
Tabel 4.38 Tabel Perhitungan Weight Mean Score berdasarkan data Responden .................................................................................
122
1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk sosial yang hidupnya saling bergantung satu
sama lain, terus berkembang untuk memenuhi serta memperbaiki kebutuhan hidup yang lebih baik. Untuk memenuhi kebutuhan itu salah satunya adalah dengan bekerja, ikut berperan dalam berbagai profesi yang ada. Dimana segala kegiatan profesi tersebut memiliki peran dan tugas masing-masing yang memiliki perbedaan pada tiap pelaksanaannya. Dalam melakukan tugas dan peran masingmasing profesi tersebut, diperlukan sebuah alat yang berguna sebagai perantara untuk memberi penjelasan dan pengertian kepada dirinya dan orang lain mengenai tugas dan peran profesi yang telah dipilihnya. Selayaknya yang terjadi, pada setiap kegiatan apapun dibutuhkan suatu pengertian satu sama lain sehingga tidak terjadi suatu kesalahpahaman (missunderstanding), untuk itulah komunikasi diperlukan sebagai perantara atau alat untuk mencapai saling pengertian tersebut. Komunikasi pada arti umumnya adalah sebuah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan tujuan untuk pencapaian kesepakatan dan pemahaman antara kedua belah pihak. Peran komunikasi sangatlah penting dalam kehidupan manusia sehari-hari, sesuai dengan fungsi komunikasi yang bersifat persuasif, edukatif, dan informatif. Sebab tanpa komunikasi maka tidak adanya proses interaksi : seperti saling tukar ilmu pengetahuan, pengalaman, pendidikan, persuasi, informasi, lain sebagainya.
2
Tindakan komunikasi dapat dilakukan dalam berbagai cara, baik secara verbal (dalam bentuk kata-kata baik secara tulisan atau lisan) dan non-verbal (tidak dalam bentuk kata-kata seperti gesture, sikap, tingkah laku, gambargambar, simbol, dan bentuk-bentuk lainnya). Kemudian komunikasi mempunyai bentuk-bentuk komunikasi yang berdasarkan jenisnya, yaitu komunikasi intrapersonal (dengan diri sendiri), komunikasi interpersonal (antarpribadi) dan komunikasi melalui media massa. Seperti yang disebutkan diatas, komunikasi merupakan hal yang penting untuk mencapai suatu pengertian dalam kehidupan sehari-hari ataupun dunia kerja. Salah satu komunikasi yang digunakan tersebut adalah komunikasi antarpribadi atau interpersonal. Komunikasi antarpribadi itu membentuk pribadi manusia sebagai mahluk sosial dari perkembangan kehidupan sehari-hari , terutama dalam melaksanakan kegiatan Public Relations1. Public Relations melakukan berbagai kegiatan, termasuk didalamnya mengelola kegiatan komunikasi, seperti Goverment Relations, Investor Relations, Internal Relations, Eksternal Relations
dan salah satunya Media Relations.
Pengertian Media Relations itu sendiri adalah menjalin hubungan dengan pihak media massa baik secara langsung atau tidak langsung guna mendapat publikasi, membentuk citra, membangun kepercayaan dengan media massa dan mencapai khalayak yang lebih luas untuk kepentingan perusahaan, instansi atau organisasi .
1
Rumanti, Maria Assumpta. Dasar – Dasar Public Relations Teori & Praktek, hal 102
3
Dalam menjalin hubungan itulah perlunya sebuah bentuk komunikasi dilakukan guna menjalin hubungan dengan pihak lain, bentuk komunikasi yang dapat dipakai itu salah satunya adalah Komunikasi antarpribadi. Arti penting Komunikasi Antarpribadi untuk menjalin hubungan, karena Komunikasi interpersonal mempunyai peran penting untuk perkembangan relasi antar manusia, dengan dampaknya mengefektifkan dan meningkatkan. Maksudnya adalah mengembangkan cara kita berkomunikasi dengan menerapkan teknik-teknik komunikasi. Pada saat komunikator melihat dan memperhatikan sikap komunikan ketika mendengarkan pesan, komunikator dapat melihat reaksinya sehingga tanggap dan langsung bisa menyingkapinya2. Peran Public Relations sebagai sebuah fungsi manajemen yang membangun dan menjaga hubungan dengan khalayak organisasinya, salah satu khalayak tersebut adalah karyawan atau staff yang terdapat didalam organisasi. Ini berarti Public Relations seharusnya juga mengawasi jalannya komunikasi antar karyawan, entah dengan cara bagaimanapun dia mengetahui bagaimana kondisi komunikasi didalam organisasi. Sangat penting bagi sebuah organisasi untuk mengetahui bagaimana kondisi komunikasi intern-nya, karena disitulah letak keseluruhan kinerja organisasi. Jika komunikasi antarpribadinya atau dengan kata lain komunikasi internnya berjalan buruk maka keseluruhan organisasi akan berjalan buruk tetapi jika komunikasinya baik begitu juga dengan kinerja organisasinya.
2
Ibid . Hlm 102
4
Departemen Pekerjaan Umum, merupakan instansi pemerintah yang mencangkupi keseluruhan pengerjaan pekerjaan umum diseluruh Indonesia. Sebagai sebuah instansi yang terstruktur, Departemen Pekerjaan Umum juga memerlukan sebuah fungsi yang mengatur komunikasi dengan khalayaknya, dimana fungsi tersebut dilakukan oleh sebuah divisi Pusat Komunikasi Publik (Puskom) yang bertugas sebagai Hubungan Masyarakat atau dengan kata lain bertindak sebagai Public Relations-nya. Pusat Komunikasi Publik mempunyai tugas melaksanakan tugas-tugas pelayanan komunikasi dan informasi publik (kehumasan), serta penyelenggaraan urusan tata usaha dan protokoler pimpinan Departemen3. Sehingga dapat diasumsikan kegiatan yang dilakukan oleh Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum tidak berbeda dengan aktivitas Public Relations pada umumnya, meliputi Internal Relations, Community Relations, Eksternal Relations dan Media Relations. Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitian pada Sub-Bagian Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum, yang melakukan kegiatan media relations. Media Relations atau hubungan dengan media merupakan satu dari kegiatan Public Relations yang paling sering dilakukan, karena
nyaris tak ada kegiatan yang tak melibatkan media massa dalam
kehidupan kita. Pada Sub-Bagian Hubungan Media inilah efektivitas komunikasi, berperan penting dalam pengadaan dan pemberian informasi yang diberikan
3
Tupoksi & Kegiatan Pusat Komunikasi Publik Departemen PU. Bab XII, Bagian Pertama. Pasal 948 : Tugas dan Fungsi
5
kepada khalayak eksternal khususnya informasi yang harus disebarluaskan kepada masyarakat melalui media massa. Informasi yang beredar harus disebarluaskan secara cepat dan tepat dimana dibutuhkan kerjasama yang baik antar staff yang bekerja pada Sub-Bagian tersebut, karena jika terjadi kesalahpahaman ataupun salah pemberian informasi antar staf dapat mengakibatkan terjadinya kerancuan informasi yang hendak disebarluaskan yang berdampak buruk baik bagi keseluruhan Departemen Pekerjaan Umum. Kemudian, disinilah peran komunikasi khususnya komunikasi antarpribadi menjadi sangat penting, dimana komunikasi antarpribadi secara aktif membantu pihak Sub-Bagian Hubungan Media Pusat Komunikasi Publik dalam menjalin dan membina hubungan antar sesama staff dalam melakukan kegiatan media relations. Pemilihan objek penelitian yang berada pada Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum dinilai sangat menarik oleh peneliti karena berdasarkan observasi yang pernah dilakukan peneliti, menemukan bahwa setiap minggunya diadakan minimal satu kali sebuah interview dengan staff Sub-Bagian Hubungan Media dengan pihak media massa. Dimana setiap informasi yang diberikan kepada pihak media massa pada saat interview tidak terlepas dari peran staff Sub-Bagian Hubungan Media dalam mengumpulkan dan berbagi informasi sebelum mengadakan interview. Penelitian ini dilakukan guna memberikan gambaran secara jelas baik kepada Pusat Komunikasi Publik sebagai fungsi Public Relations Dep. Pekerjaan Umum tetapi juga memberikan gambaran kepada organisasi lain untuk
6
mengetahui bagaimana komunikasi antarpribadi atau komunikasi internnya sehingga jika terjadi suatu hal dapat sesegera mungkin mengambil tindakan dan memberi solusi yang terbaik bagi organisasinya. Karena alasan itulah mendorong peneliti untuk melakukan penelitian ini. Sehingga judul yang diambil adalah Efektivitas Komunikasi Antarpribadi pada Sub-Bagian Hubungan Media Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum. Sesuai dengan judul, maka objek penelitian ini adalah Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum, yang akan dilakukan pada Agustus 2009 – Oktober 2009 dimana pada periode tersebut Sub-Bagian Hubungan Media sedang mengumpulkan informasi-informasi sebelumnya untuk dijadikan laporan pertengahan dan akhir tahun. Hal tersebut juga dilakukan guna merefisikasi data yang didapat peneliti pada observasi sebelumnya dengan kenyataan pada saat ini. 1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian data diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah : Bagaimana efektifitas Komunikasi Antarpribadi pada Sub-Bagian Hubungan Media Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum?. 1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui efektivitas komunikasi
antarpribadi pada Sub-Bagian Hubungan Media di Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum. 1.4
Signifikansi Penelitian 1.4.1 Signifikansi Akademis
7
Dari segi akademik, penelitian ini bermanfaat untuk menambah dan memperkaya wawasan tentang komunikasi serta diharapkan dapat digunakan sebagai acuan atau gambaran untuk penelitian selanjutnya. Manfaat penelitian ini secara akademik untuk melihat efektivitas Komunikasi Antarpribadi sebagai salah satu bentuk komunikasi dalam membantu pelaksanaan kegiatan Public Relations. Komunikasi yang efektif merupakan kunci sukses dalam semua kegiatan Public Relations, karena kegiatan Public Relations selalu berhubungan dengan khalayak dan komunikasi mutlak dibutuhkan untuk selalu berhubungan dengan khalayak tersebut. 1.4.2 Signifikansi Praktis Signifikasi praktis adalah manfaat yang dihasilkan dari penelitian yang telah dilakukan terhadap dunia luar atau dunia kerja nantinya, dengan kata lain manfaat yang berguna dapat dijadikan sebagai bahan
untuk
menjalankan,
evaluasi
ataupun
tambahan-masukan
dalam
mengembangkan dan menjelaskan pentingnya
menjalin komunikasi antarpribadi dalam pelaksanaan kegiatan kehumasan bagi Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum. Komunikasi Antarpribadi yang efektif sesama staff Pusat Komunikasi Publik dapat menghasilkan penyelesaian pekerjaan yang baik, tepat waktu dan memuaskan semua pihak yang terkait..
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Komunikasi Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah ”communication is the
process to modify the behavior of the individuals”, (proses mengubah perilaku orang lain) 4. Menurut Harold Lasswell, komunikasi digambarkan dengan “ Who says what in which Channel To Whom With What Effect? “. Siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana?5. Menurut Berelson dan Steiner, komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain6. Dari teori yang telah disebutkan diatas, sehingga dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan dari satu pihak kepada pihak lain dengan maksud mempengaruhi. Menurut Donald Byker dan Loren J. Anderson, komunikasi (manusia) adalah berbagi informasi antara dua orang atau lebih7. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses saling mengirim dan menerima pesan-pesan dari satu individu atau ke indivudu lain. Maka jelas bahwa komunikasi berperan penting dan sangat diperlukan dalam berbagai situasi, tempat, keadaan dan bahkan pada kesemua aktivitas manusia. Komunikasi juga merupakan unsur penting dalam manajemen, kegiatan 4
Effendy, Onong Uchana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, hal. 9, Bandung Sendjaja, S. Djuarsa. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Universitas Terbuka, Jakarta. Hlm 1.11 6 Ibid 7 Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Rosdakarya Offset. Bandung. Hlm. 69 5
9
manajemen
yang
terdiri
dari
tahapan-tahapan
dalam
pelaksanaannya
menggunakan komunikasi. Sehingga komunikasi juga memberikan andil yang sangat besar dalam kehidupan berorganisasi. 2.1.1 Fungsi Komunikasi Komunikasi menghasilkan beragam sikap dan perilaku manusia dalam berkehidupan. Komunikasi dapat mempengaruhi seseorang untuk memperbaiki sifatnya, merubah kebiasaanya, ataupun membuat seseorang menangis karena suatu hal. Sebagai mahluk individu ataupun mahluk sosial, ini menunjukkan bahwa komunikasi mampu meragamkan kehendak manusia untuk menunjukkan eksistensinya, hal ini merujuk pada fungsi komunikasi. Keragaman fungsi komunikasi tidak hanya terlihat sampai disitu saja, namun komunikasi berkembang sehingga menciptakan keragaman fungsi lainnya. Hal ini membuat komunikasi menjadi unik. Fungsi komunikasi menurut Thomas M. Scheidel mengemukakan bahwa kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang disekitar kita, dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku seperti yang kita ingikan8. Rudolph F. Verderber mengemukakan bahwa komunikasi itu mempunyai dua fungsi. Pertama, fungsi sosial, yakni untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukkan ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan.
8
Scheidel, Thomas M. 1976. Speech Communication and Human Interacction. Scot, Foresman & Co. Hlm. 27
10
Kedua, fungsi pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada suatu saat tertentu9. Fungsi komunikasi menurut William I. Gorden terdapat empat fungsi komunikasi: 1. Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya menisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. 2. Fungsi komunikasi sebagai komunikasi ekspresif ; erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif yang dapat dilakukan baik sendirian ataupun dalam kelompok. Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dilakukan sejauh komunikasi tersebut emnjadi instrumen untuk menyampaikan perasaanperasaan (emosi) kita. 3. Fungsi ketiga, komunikasi ritual yang erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan, pernikahan, dan sebagainya hingga upacara kematian.
9
Verderber, Rudolph F. 1978. Communicate!. Belmont. California. Hlm. 17-19
11
Dalam acara tersebut orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. 4. Fungsi
keempat,
komunikasi
instrumental;
bertujuan
untuk
menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah tindakan, dan juga untuk menghibur atau dengan kata lain membujuk (bersifat persuasif)10. Komunikasi berfungsi sebagai komunikasi sosial yang mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, untuk kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain11. 2.1.2 Tujuan Komunikasi Secara umum menurut Deddy Mulyana dalam bukunya yang mengutip Wilbur Schramm tujuan komunikasi dapat dilihat dari dua perspektif kepentingan yakni, kepentingan sumber/pengirim/komunikator dan kepentingan penerima atau komunikan. Dengan demikian maka tujuan komunikasi yang ingin dicapai dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Tujuan komunikasi dari sudut kepentingan sumber
10
•
Memberi informasi
•
Mendidik
•
Menyenangkan atau menghibur
•
Menganjurkan suatu kegiatan atau persuasif
Gorden, William I. 1978. Communication :Personal and Public. Sherman Oaks. Califorania. Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Rosdakarya Offset. Bandung. Hlm. 5 11
12
2. Tujuan komunikasi dari sudut kepentingan penerima •
Memahami informasi
•
Mempelajari
•
Menikmati
•
Menerima atau menolak anjuran12.
Lalu, komunikasi mempunyai bentuk – bentuk komunikasi yang berdasarkan jenis, yaitu : 1. Komunikasi intrapersonal, yaitu komunikasi dengan diri sendiri 2. Komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi, yaitu komunikasi dengan orang lain 3. Komunikasi melalui media massa13 Mengacu pada salah satu bentuk komunikasi diatas, manusia sebagai mahluk sosial secara efektif menggunakan komunikasi antarpribadi untuk menciptakan dan membangun hubungan dengan orang lain . 2.1.3 Komunikasi Efektif Efek adalah unsur penting dalam keseluruhan proses komunikasi. Efek bukan hanya sekedar umpan balik dan reaksi penerima (komunikasi) terhadap pesan yang dilontarkan oleh komunikator, melainkan efek dalam komunikasi merupakan paduan sejumlah ”kekuatan” yang bekerja dalam masyarakat, di mana komunikator hanya dapat menguasai satu kekuatan saja, yaitu pesan-pesan yang dilontarkan. 12
Puspitawati, Ira, B.P. Dwi Riyanti dan Hendro Prabowo. 1996. Psikologi Umum Sosial 1. Universitas Gunadarma. Jakarta. Hlm 211 13 Rumanti, Maria Assumpta. 2005. Dasar – Dasar Public Relations Teori & Praktek.Edisi ketiga. PT Grasindo. Jakarta. Hlm 87
13
Bentuk konkrit efek dalam komunikasi adalah terjadinya perubahan pendapat atau sikap atau perilaku khalayak, akibat pesan yang menyentuhnya. Hal ini menyangkut proses komunikasi yang asasi sifatnya14. Marhaeni Fajar mengutip dari Stewart L Tubbs dan Sylvia Moss ada lima hal yang dapat dijadikan ukuran bagi komunikasi yang efektif, yaitu : 1. Pengertian Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator. Kegagalan menerima isi pesan secara cermat disebut
kegagalan
komunikasi
primer
(primary
breakdown
in
communication). Untuk menghindari hal ini kita perlu memahami paling tidak psikologi pesan, dan psikologi komunikator. 2. Kesenangan Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. Ketika kita mengucapkan “selamat pagi, apa kabar?”, kita tidak mencari keterangan, komunikasi itu hanya dilakukan untuk mengupayakan agar orang lain merasa apa yang disebut Analisis Transaksional. Komunikasi ini lazim disebut komunikasi fatis (phatic communications), yang dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan kita hangat, akrab dan menyenangkan. Ini memerlukan psikologi tentang sistem komunikasi antarpribadi.
14
Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Yogyakarta. Graha Ilmu. Hlm. 163.
14
3. Mempengaruhi sikap Paling sering kita melakukan komunikasi untuk mempengaruhi orang lain. Contohnya: guru ingin mengajak muridnya lebih mencintai ilmu pengetahuan atau contoh lainnya pemasangan iklan ingin merangsang selera konsumen dan mendesaknya untuk membeli, semua ini adalah komunikasi persuasive. Komunikasi persuasive memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor pada diri komunikator dan pesan yang menimbulkan efek pada komunikate. 4. Hubungan sosial yang baik Komunikasi juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri. Kita ingin berhubungan dengan orang lain secara positif. Kebutuhan sosial menurut kebutuhan
Abraham sosial
Maslow adalah
(1980:80-92) kebutuhan
mengungkapkan
untuk
bahwa
menumbuhkan
dan
mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan kekuasaan (control) dan cinta serta kasih sayang (affection). Secara singkat, kita ingin bergabung dan berhubungan dengan orang lain, kita ingin mengendalikan dan dikendalikan, dan kita ingin mencintai dan dicintai. Kebutuhan sosial ini hanya dapat dipenuhi dengan komunikasi antarpribadi yang efektif. Menurut Vance Packard (1974): Bila orang gagal menumbuhkan hubungan antarpribadi, yang terjadi ia akan menjadi manusia yang agresif,
15
senang berkhayal, dingin, sakit fisik dan mental, dan menderita “flight syndrome” (ingin melarikan diri dari lingkungannya). 5. Tindakan Di atas kita telah membicarakan persuasi sebagai komunikasi untuk mempengaruhi sikap. Persuasi juga ditujukan untuk melahirkan tindakan yang dikehendaki. Komunikasi untuk menimbulkan pengertian memang sukar, tetapi lebih sukar lagi mempengaruhi sikap. Jauh lebih sukar lagi mendorong orang bertindak, tetapi efektivitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang dilakukan komunikasi15. Pada konteks organisasi, dimana manusia perlu berhubungan dengan manusia lainnya, komunikasi antarpribadi juga turut dalam komunikasi yang ada pada setiap kegiatan organisasi, karenanya komunikasi antarpribadi juga merupakan bagian dari komunikasi organisasi. 2.2
Komunikasi Organisasi Bayangkan jika dalam suatu organisasi tidak terjadi komunikasi? Maka
dapat dipastikan bahwa semua pekerjaan tidak dapat terlaksana, kemudian tujuan organisasi tidak dapat terpenuhi. Sebaliknya, jika komunikasi digunakan dalam berorganisasi khususnya komunikasi dengan berkomunikasi dengan atau antar anggota organisasi maka akan terwujud hubungan timbal balik dan arus pertukaran informasi mengenai organisasi menjadi lancar. Komunikasi organisasi merupakan bentuk komunikasi dalam lingkup yang lebih besar yaitu lingkup organisasi. Komunikasi organisasi adalah komunikasi
15
Fajar, Marhaeni. Ibid. Hlm. 8-9.
16
yang terjadi pada organisasi dimana komunikasi berjalan dengan batasan-batasan tertentu. “ ,,, batasan tentang komunikasi organisasi secara sederhana, yaitu komunikasi antar manusia yang terjadi dalam konteks organisasi.16 “, dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa komunikasi organisasi adalah komunikasi antar manusia yang terjadi pada organisasi. Definisi dari Goldhaber, komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifatnya hubungannya saling bergantungan satu sama lain ( the flow of messages within a network of interdependent relationships)17. Dari definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi merupakan komunikasi yang terbatas pada suatu jaringan pada organisasi. 2.2.1 Organisasi Schein (1982) mengatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab. Schein juga mengatakan bahwa organisasi mempunyai struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian yang lain dan tergantung kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi tersebut18.
16
Sendjaja, S. Djuarsa. 2002. Teori Komuniksi, Universitas Terbuka, Jakarta. Hlm 4.5 Ibid 18 Muhammad, Arni. 2005. Komunikasi Organisasi.Bumi Aksara. Jakarta. Hlm 23 17
17
Kohler (1976) mengatakan bahwa organisasi adalah sistem hubungan yang terstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu kelompok untuk mencapai tujuan tertentu19. Lain lagi dengan Wright (1977); dia mengatakan bahwa organisasi adalah suatu bentuk sistem terbuka dari aktivitas yang dikoordinasi oleh dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan bersama20. Dari ketiga pendapat tersebut, terlihat kesamaan pada perumusannya yaitu : organisasi merupakan suatu sistem, mengkoordinasi aktivitas dan mencapai tujuan bersama untuk tujuan bersama atau tujuan umum. Tujuan organisasi dapat dicapai jika ada komunikasi antar anggota-anggota karyawannya, untuk itulah komunikasi yang berada pada organisasi menjadi penting. 2.2.2 Fungsi Organisasi Dalam suatu organisasi terdapat fungsi yang menjadi pedoman dalam menjalankan kegiatannya. Fungsi guna mendasari berlangsungnya kegiatan organisasi baik itu kegiatan internal dan eksternal organisasi. Fungsi organisasi itu terdiri dari : 1. Memenuhi kebutuhan pokok organisasi Setiap organisasi mempunyai kebutuhan pokok masing-masing dalam rangka kelangsungan hidup organisasi tersebut. Misalnya semua organisasi cenderung memerlukan gedung sebagai tempat beroperasinya organisasi; uang atau modal untuk biaya pekerja. Kadang-kadang beberapa organisasi memerlukan barang-barang yang berharga, tenaga kerja yang rajin dan 19 20
Ibid. Hlm. 23-24 Ibid. Hlm 24
18
terampil. Tetapi adakalanya beberapa organisasi memerlukan barangbarang yang tidak berharga dan tanggung jawab anggotalah membantu organisasi dalam menentukan mana barang yang diperlukan organisasidan mana yang tidak 2. Mengembangkan tugas dan tanggung jawab Kebanyakan organisasi bekerja dengan bermacam-macam standar etis tertentu. Ini berarti bahwa organisasi harus hidup sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh organisasi maupun standar masyarakat di mana organisasi itu berada. Standar ini memberikan organisasi satu set tanggung jawab yang harus dilakukan oleh anggota organisasi, baik itu ada hubungannya dengan produk yang mereka buat ataupun orang-orang yang terlibat didalamnya. 3. Memproduksi barang atau orang Fungsi utama dari organisasi adalah memproduksi barang atau jasa sesuai dengan jenis organisasinya. Semua organisasi mempunyai produknya masing-masing. Efektivitas proses produksi banyak tergantung kepada ketepatan infomasi. Orang-orang dalam organisasi harus mendapatkan dan mengirimkan informasi kepada bagian-bagian yang memerlukannya sehingga
aktivitas
organisasi
berjalan
lancar.
Penyampaian
dan
pemeliharaan informasi memerlukan proses komunikasi. Oleh sebab itu informasi juga tergantung kepada ktrampilan berkomunikasi.
19
4. Mempengaruhi dan dipengaruhi orang Sesungguhnya
organisasi
digerakkan
oleh
orang.
Orang
yang
membimbing, mengelola, mengarahkan dan menyebabkan pertumbuhan organisasi. Orang yang memberikan ide-ide baru, program baru, dan arahan baru. Orang sebagai anggota maupun sebagai pemakai jasa organisasi, dipengaruhi oleh organisasi. Sebaliknya organisasi juga dipengaruhi oleh orang. Agar suatu organisasi dapat terus berkembang organisasi hendaknya memilih anggota organisasi yang diperlukannya yang mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam bidangnya dan juga memberikan kesempatan kepada seluruh anggota untuk mengembangkan diri mereka masing-masing21. 2.2.3 Pengertian Komunikasi Organisasi Goldhaber (1986) memberikan definisi komunikasi organisasi sebagai berikut , ”organizational communication is the process of creating and exchangce message within a network of independent relationship to cope environmental uncertainly”. Atau dengan kata lain komunikas organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengantisipasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah-ubah22. Organisasi merupakan suatu sistem, mengkoordinasi aktivitas dan mencapai tujuan bersama atau tujuan umum. Dikatakan merupakan suatu sistem
21 22
Muhammad, Arni. 2005. Komunikasi Organisasi.Bumi Aksara. Jakarta. Hlm. 35 Ibid. Hlm 67
20
karena organisasi itu terdiri dari berbagai bagian yang saling tergantung satu sama lain. Bila suatu bagian terganggu maka akan ikut berpengaruh pada bagian lain. Komunikasi organisasi terdapat suatu arus informasi dimana komunikasi harus melewati beberapa tingkatan manajemen mulai dari top management, middle manajemen dan terakhir bawahan atau karyawan. 2.3
Komunikasi Antar Pribadi Komunikasi antar pribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran
makna antara orang – orang yang saling berkomunikasi. Proses mengacu pada perubahan dan tindakan yang berlangsung terus menerus. Sedangkan makna, sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut 23. Joseph A. Devito dalam bukunya “The Interpersonal Communication Book”, mendefinisikan komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orangorang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.24 Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun non-verbal25. “Interpersonal communications. A relationalship is formed when reciprocal message processing occurs-when two or more individuals take account of and adjust to one another`s verbal or non-verbal behavior”26
23
Sendjaja, S. Djuarsa. 2002. Teori Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta. Hlm 2.1 Fajar, Marhaeni.Opcit. Hlm.78. 25 Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Rosdakarya Offset. Bandung. Hlm. 73 26 Ruben, Brent D. 1998. Communication and human behavior. A Viacom Company. US. Hlm. 249 24
21
(Komunikasi interpersonal (antar pribadi). Sebuah bentuk hubungan akan tercipta ketika proses penerimaan pesan terjadi-dimana dua individu atau lebih berperan dan menyertakan tindakan verbal atau non-verbal)
Dari definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi antarpribadi
adalah
komunikasi
verbal
dan
non-verbal
dengan
saling
mempertukarkan makna dan pesan yang terjadi antara dua orang atau lebih secara langsung sehingga saling mempengaruhi satu sama lain. Definisi komunikasi antar pribadi terbagi dalam beberapa definisi yang lebih spesik berdasarkan perspektifnya, yaitu : 1. Perspektif komponensial, yaitu melihat komunikasi antar pribadi dari komoponen-komponen yang meliputinya. ( komunikator-komunikan, encoding-decoding, pesan, saluran, gangguan, umpan balik, konteks, bidang pengalaman, dan akibat ) 2. Perspektif pengembangan, yaitu melihat komunikasi antar pribadi dari proses pengembangannya. ( komunikasi berkembang dari yang bersifat impersonal menjadi interpersonal ) 3. Perspektif hubungan pasangan, yaitu melihat komunikasi antar pribadi yang terjadi di antara dua orang yang mempunyai hubungan yang terlihat secara jelas. 27 2.3.1 Tujuan Komunikasi Antarpribadi Tujuan komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi, disadari atau tidak disadari, yaitu :
27
Sendjaja, S. Djuarsa. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Universitas Terbuka, Jakarta. Hlm 5.3
22
a. Menemukan diri sendiri; komunikasi antarpribadi memberi kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Dengan membicarakan diri kita sendiri dengan orang lain, kita memberikan sumber yang luar biasa pada perasaan, pikiran dan tingkah laku kita. Dari pertemuan semacam ini misalnya, kita belajar bahwa perasaan kita tentang diri kita, orang lain, dunia tidaklah begitu berbeda dari perasaan orang lain. b. Menemukan dunia luar; hanya komunikasi antarpribadi menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Hal itu menjadikan kita memahami lebih baik dunia luar, dunia objek, kejadian-kejadian dan orang lain. Banyaknya informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi antarpribadi. c. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti; banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi antarpribadi diabadikan untuk membantu dan menjaga sosial dengan orang lain. Hubungan yang demikian membantu mengurangi kesepian dan depresi, menjadikan kita sanggup saling berbagi, kesenangan kita dan umumnya membuat kita merasa lebih positif tentang diri kita. d. Berubah sikap dan tingkah laku; banyak waktu yang kita pergunakan untuk mengubah sikap dan perilaku orang lain dengan komunikasi antarpribadi. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu. e. Untuk bermain dan kesenangan; bermain mencangkup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan
23
teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pekan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita-cerita lucu yang pada umumnya merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Walaupun kelihatannya kegiatan itu tidak berarti, tetapi mempunyai tujuan yang sangat penting. f. Untuk membantu; ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologis klinis dan terapi menggunakan komunikasi antarpribadi dalam kegiatan professional mereka untuk mengerahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi antarpribadi kita sehari-hari28. Tujuan-tujuan komunikasi antarpribadi dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu : 1. Tujuan-tujuan ini dapat dilihat sebagai faktor-faktor motivasi atau sebagai alasan-alasan mengapa kita terlibat dalam komunikasi antarpribadi. Dengan demikian, kita dapat mengatakan bahwa kita membantu orang lain untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang. 2. Tujuan-tujuan ini dapat dipandang sebagai hasil efek umum dari komunikasi antarpribadi. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa sebagai suatu hasil dari komunikasi antarpribadi, kita dapat mengenal diri kita sendiri, membuat hubungan lebih baik bermakna dan memperoleh pengetahuan tentang dunia luar.29 Komunikasi antarpribadi sangatlah penting bagi kehidupan manusia, bagitu juga dalam konteksnya dengan kehidupan organisasi. Terutama sebagai
28 29
Muhammad, Arni. 2005. Komunikasi Organisasi. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Hlm 165-168 Fajar, Marhaeni. Opcit, hal.78-80.
24
kegiatan yang dilakukan organisasi terutama pada bagian-bagian atau divisi-divisi serta para staff dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Komunikasi antarpribadi juga dilakukan guna mendukung kegiatan pada organisasi, mencapai tujuan, mendapatkan kepercayaan khalayaknya dan lain sebagainya. Kaitannya dengan sebuah profesi dan aktivitas yang dikerjakannya, seperti pada kegiatan Public Relations, bahwa membangun dan menjaga sebuah hubungan dengan khalayaknya menggunakan komunikasi. 2.3.2 Tahapan Komunikasi Antarpribadi Ada beberapa tahapan dalam berkomunikasi antarpribadi, di antaranya sebagai berikut : (Devito, 1976). 1. Kontak Pada tahap pertama kita membuat kontak. Ada beberapa macam persepsi alat indra seperti, melihat, mendengar, dan membaui seseorang. Menurut beberapa periset, selama tahap inilah dalam empat menit pertama terjadi interaksi awal yaitu kita memutuskan apakah kita ingin melanjutkan hubungan ini atau tidak. Pada tahap inilah penampilan fisik begitu penting, karena dimensi fisik paling terbuka untuk diamati secara mudah, kualitaskualitas lain seperti sikap bersahabat, kehangatan, keterbukaan, dan dinamisme juga terungkap pada tahap ini. Jika kita menyukai orang ini dan ingin melanjutkan hubungan, kita beranjak ke tahap kedua. 2. Keterlibatan Tahap keterlibatan adalah tahap pengenalan lebih jauh, ketika kita mengikatkan diri kita untuk lebih mengenal orang lain dan juga
25
mengungkapkan diri kita. Jika ini adalah hubungan yang bersifat romantik, mungkin kita melakukan kencan pada tahap ini. Jika ini merupakan hubungan persahabatan, kita mungkin melakukan sesuatu yang menjadi minat bersama seperti, ke bioskop atau kepertandingan olah raga bersamasama. Untuk menguatkan hubungan yang sudah terjalin, maka kita melangkah ke tahap selanjutnya yaitu tahap keakraban. 3. Keakraban Pada tahap keakraban, kita mengikat diri kita lebih jauh pada seseorang. Dalam hal ini kita mungkin membina hubungan primer (primary relationship), di mana seseorang ini bisa menjadi sahabat baik atau kekasih yang sifatnya lebih mendalam untuk mengungkapkan rahasia terbesar kita kepada sahabat akrab kita. 4. Perusakan Dua tahap berikutnya merupakan penurunan hubungan, ketika ikatan di antara kedua belah pihak melemah. Pada tahap perusakan, kita mulai merasa bahwa hubungan ini mungkin tidaklah sepenting yang kita pikirkan sebelumnya karena timbul suatu masalah yang melewati batas sehingga memicu konflik. Jika tahap perusakan ini berlanjut maka kita akan memasuki tahap pemutusan.
26
5. Pemutusan Dalam tahap pemutusan ini yaitu pemutusan ikatan yang mempertalikan kedua pihak di mana timbul suatu masalah sehingga terjadi kerusakan dalam sebuah hubungan yang diakibatkan oleh suatu masalah tersebut. 30 Komunikasi interpersonal sebagai suatu bentuk perilaku, dapat berubah dan sangat tidak efektif. Pada suatu saat komunikasi bisa lebih buruk dan pada saat lain bisa lebih baik. Namun demikian, perlu diingat bahwa setiap tindakan komunikasi adalah berbeda dan mempunyai keunikan-keunikan sendiri. Sehingga prinsip-prinsip yang dibicarakan di sini harus diterapkan secara fleksibel.31 2.3.3
Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Efektifitas komunikasi antarpribadi dimulai dengan lima kualitas umum
yang dipertimbangkan, yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality). Berikut akan dipaparkan lebih lanjut mengenai lima kualitas umum yang diperhatikan untuk membina dan mempertahankan hubungan antarpribadi yang baik. 1. Keterbukaan Keterbukaan merupakan keinginan atau kesedian tiap individu untuk memberitahukan, menceritakan segala informasi tentang dirinya. Isi pesan dari keterbukaan ini biasanya adalah suatu pernyataan dari individu
30 31
Devito, Joseph A. 1976. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta. Professional Books. Hlm. 234. Marhaeni Fajar. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Yogyakarta. Graha Ilmu. Hlm.84.
27
tentang diri mereka yang akan membuat mereka tidak disukai bahkan sesuatu yang disembunyikan agar tidak diketahui oleh individu lain. 2. Empati Menurut Henry Backrack, empati adalah kemampuan seseorang untuk ”mengetahui” apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain tersebut, melalui kacamata orang lain tersebut. Bersimpati, di pihak lain, adalah merasakan bagi orang lain, misalnya merasa ikut bersedih. Berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya. Individu yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman individu lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Pengertian yang empatik ini akan membuat suatu individu lebih mampu menyesuaikan komunikasinya. Menyesuaikan apa yang anda katakan atau bagaimana anda mengatakannya. Suatu individu dapat menghindari topik tertentu atau memperkenalkan individu tertentu juga dapat berdiam diri atau melakukan pengungkapan diri. Menurut C.B. Truax (1961), memasukkan kemampuan komunikasi individu sebagai bagian dari definisi empati. ”Empati yang akurat, melibatkan baik kepekaan terhadap perasaan yang ada maupun fasilitas verbal untuk mengkomunikasikan pengertian ini”.
28
3. Sikap Mendukung Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan di mana terdapat sikap mendukung. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. 4. Sikap Positif Sikap positif dapat dijelaskan lebih jauh dengan istilah stroking (dorongan). Dorongan adalah istilah yang berasal dari kosakata umum yang dipandang sangat penting dalam analisis transaksional dan dalam interaksi antarmanusia secara umum. Perilaku mendorong menghargai keberadaan dan pentingnya orang lain. Perilaku ini bertentangan dengan ketidak – acuhan. Dorongan dapat verbal, contohnya dengan mengatakan ”saya menyukai anda”, atau secara nonverbal, contohnya dengan senyuman atau tepukan di bahu. Dorongan positif umumnya berbentuk pujian atau penghargaan, dan terdiri atas perilaku yang biasanya kita harapkan, kita nikmati dan kita banggakan. 5. Kesetaraan Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidak-setaraan. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Maksudnya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.32
32
Devito, Joseph A. Opcit, hal. 259-263.
29
2.3.3.1 Acuan Efektivitas Komunikasi Antarpribadi 1. Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi antarpribadi, antara lain : a. Komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Hal ini tidak berarti bahwa seseorang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. Memang mungkin menarik, tetapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri dan mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut. b. Kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan, dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk dari pada ketidak – acuhan bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita memperhatikan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain. c. Menyangkut ”kepemilikan” perasaan dan pikiran. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang dilontarkan adalah memang ”milik” kita dan kita bertanggung jawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah
30
dengan pesan yang menggunakan kata ”Saya” (kata ganti orang pertama tunggal). Bila kita menggunakan pesan dengan kata Saya (IMessages), sebenarnya kita mengatakan ”seperti inilah perasaanku”, ”seperti inilah Saya melihat situasinya”, ”inilah pendapat Saya”. Kita tidak mengatakan ”diskusi
ini”, atau peryataan lain yang
menunjukkan bahwa kita memberikan reaksi pribadi dan tidak berusaha menguraikan realitas objektif. 2. Ada 3 langkah untuk mencapai empati, yaitu : a. Menahan godaan untuk mengevaluasi, menilai, menafsirkan dan mengkritik. Bukan karena reaksi ini ”salah”, melainkan semata-mata karena reaksi seperti ini sering menghambat pemahaman. Fokusnya adalah pada pemahaman. b. Makin banyak mengenal seseorang – keinginannya, pengalamannya, kemampuannya, ketakutannya, dan sebagainnya makin mampu melihat apa yang dilihat orang itu dan merasakan seperti apa yang dirasakannya. Cobalah mengerti alasan yang membuat orang itu merasa seperti yang dirasakannya. Jika mengalami kesulitan dalam memahami sudut pandang orang lain, ajukanlah pertanyaan, carilah kejelasan, dan doronglah orang itu untuk berbicara. c. Mencoba merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain dari sudut pandangnya. Mainkanlah peran orang lain itu dalam pikiran anda atau bahkan mengungkapkannya keras-keras, hal ini dapat membantu
31
untuk melihat dunia lebih dekat dengan apa yang dilihat orang tersebut. 3. Ada beberapa cara yang dapat diperhatikan untuk mendukung, antara lain : a. Bersikap deskriptif, bukan evaluatif. Suasana yang bersifat deskriptif dan bukan evalutif membantu terciptanya sikap mendukung. Mempersepsikan suatu komunikasi sebagai permintaan akan informasi atau uraian mengenai suatu kejadian tertentu. Dipihak lain, komunikasi yang bernada menilai akan membuat individu bersikap defensif. Tidaklah berarti bahwa semua komunikasi evaluatif menimbulkan reaksi defensif. Individu seringkali bereaksi terhadap evaluasi positif tanpa sikap defensif. Tetapi kenyataan adanya individu yang mempunyai kewenangan untuk mengevaluasi individu lain dengan cara apapun (meskipun positif) dapat membuat individu tersebut merasa tidak enak dan menjadi bersikap defensif. Pada umumnya, suasana evaluatif membuat individu lebih defensif dari pada dalam suasana deskriptif. Toni Brougher, dalam A Way with Words (1982), mengemukakan tiga aturan untuk komunikasi deskriptif : 1. Jelaskan apa yang terjadi. 2. Jelaskan bagaimana perasaan anda. 3. Jelaskan bagaimana hal ini terkait dengan lawan bicara.
32
b.Bersikap spontan, bukan strategik. Gaya spontan membantu menciptakan suasana mendukung. Orang yang spontan dalam komunikasinya dan terus terang serta terbuka dalam mengutarakan pikirannya biasanya bereaksi dengan cara yang sama, yaitu terus terang dan terbuka. Sebaliknya, bila kita merasa bahwa seseorang menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya bahwa dia mempunyai rencana atau strategi tersembunyai kita bereaksi secara defensif. c. Bersikap provisional, bukan sangat yakin. Bersikap provisional artinya bersikap tentatif dan berpikiran terbuka serta bersedia mendengar pandangan yang berlawanan dan bersedia mengubah posisi jika keadaan mengharuskan. Provisionalisme seperti itulah yang membantu menciptakan suasana mendukung (suportif), bukan keyakinan yang tak tergoyahkan. 4. Ada dua cara untuk mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi antarpribadi, antara lain: d.Menyatakan sikap positif Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi antarpribadi. - Pertama, komunikasi antarpribadi terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Orang yang merasa positif terhadap diri sendiri akan mengisyaratkan perasaan ini kepada
33
orang lain, yang selanjutnya juga akan merefleksikan perasaan positif ini. - Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih tidak menyenangkan dari pada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi. Reaksi negatif terhadap suatu situasi membuat orang merasa mengganggu, dan komunikasi dengan segera akan terputus. e. Secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. 5. Kesetaraan dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh ketidak-sependapatan dan konflik lebih dilihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada ketimbang sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain. Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain33 2.4
Public Relations Menurut definisi (British) Institute of Public Relations (IPR), “Public
Relations adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik
33
Ibid, hal. 259-263
34
(goodwill) dan saling pengertian antara sauatu organisasi dengan segenap khalayaknya”.34 Menurut IPRA adalah sebagai berikut : “Public Relations is a distinctive management function which helps establish and maintain mutual lines of communications, understanding, acceptance, and cooperations between an organizations and its public; involves the management of problem or issues; helps management to keep informed or and responsive to public opinion; defines and emphasizes the responsibility of management to serve the public interest; helps management keep abrease of effectively utilize change, serving as an early warning system to help anticipate trends, and uses research and sound and ethical communications technique as its principle tool”. (publik relations merupakan fungsi managemen yang khas yang mendukung pembinaan dan pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya mengenai komunikasi, pengertian dan kerja sama, melibatkan managemen dalam permasalahan dan persoalan; membantu mamajemen memberikan penerangan dan dalam hubungan dengan opini publik; menetapkan dan menekankan tanggung jawab managemen untuk melayani kepentingan umum; menopang manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif, bertindak sebaai sistem peringatan yang dini dalam membantu mendahului kecenderungan; dan menggunakan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dalam etis sebagai sarana utama).35 Sehingga dapat disimpulkan bahwa Public Relations merupakan suatu proses yang terus menerus dari segala upaya manajemen yang terprogram, terencana dan berkesinambungan untuk dapat menciptakan dan membina hubungan dengan dasar saling pengertian antara organisasi dengan publiknya dengan berusaha memberikan informasi – informasi yang jelas. Berikut ini adalah sepuluh kategori yang mengikhtisarkan pekerjaan spesialis hubungan masyarakat :
34
Jefkin, Frank s. Public Relations. edisi ke empat. hal. 9 Rumanti, Maria Assumpta. 2005. Dasar – Dasar Public Relations Teori & Praktek.Edisi ketiga. PT Grasindo. Jakarta. Hlm. 12.
35
35
1. Menulis dan menyunting. Menyusun siaran pers cetak dan siar, cerita khusus,
newsletter
untuk
karyawan
dan
stakeholder
eksternal,
korespondensi, pesan web-site dan media on-line lainnya, laporan pemegang saham dan laporan tahunan, pidato, brosur, naskah film dan tayangan slide, artikel publikasi dagang, iklan kelembagaab, serta produk dan bahan kolateral teknis. 2. Menjadi penghubung media dan pemuatan. Menghubungi media berita, majalah, suplemen minggu, penulis lepas, dan publikasi dagang agar mereka memuat atau menayangkan berita dan feature tentang atau organisasi stakeholder bersangkutan. 3. Melakukan penelitian. Mengumpulkan informasi tentang opnini public, kecenderungan, isu yang muncul, iklim dan legislasi politik, liputan media, kelompok minat khusus, dan kepentingan lainnya yang berkaitan dengan stakeholder organisasi. 4. Mengatur
manajemen
dan
administrasi.
Membuat
program
dan
perencanaan melalui kerja sama dengan manager lainnya, menetapkan kebutuhan, menentukan prioritas, menetapkan public, menentukan sasaran dan tujuan, serta mengembangkan strategi dan taktik. 5. Melakukan konseling. Memberi saran bagi manajemen puncak seputar lingkungan sosial, politik, dan peraturan, berkonsultasi dengan tim manajemen mengenai cara menolak atau menanggapi krisis, dan bekerja dengan pengambil keputusan kunci untuk merancang strategi mengelola atau menaggapi isu yang kritis dan sensitif.
36
6. Menyelengarakan kegiatan khusus. Mengatur dan mengelola konferensi pers, lomba lari 10 kilo, konvensi, open house, pengguntingan pita dan grand opening, perayaan, kegiatan pengumpulan dana dan peristiwa khusus lainya. 7. Berpidato. Berbicara di depan kelompok, memberi bimbingan untuk tugas bicara, dan mengelola biro pembicara untuk menyediakan mimbar bagi organisasi di depan pendengar penting. 8. Berproduksi. Menciptakan komunikasi dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan multimedia, termasuk seni tipografi, fotogarfi, tata letak dan desktop publishing computer, merekam dan menyunting audio dan video, serta menyiapkan presentasi audiovisual. 9. Memberi pelatihan. Mempersiapkan eksekutif dan juru bicara lain yang ditunjuk untuk menangani media dan penampilan publik lainnya. 10. Melakukan kontak. Memberi layanan sebagai penghubung dengan media, komunitas, serta kelompok internal dan eksternal lainnya. Mendengar, menegoisasi, mengelola konflik, dan mencapai kesepakatan sebagai mediator antara organisasi dan stakeholder pentingnya.36 2.4.1
Tugas dan Fungsi Public Relations Dapat kita ketahui bahwa adanya Public Relations penting adanya bagi
komunikasi, maka dari itu Public Relations mempunyai tugas dan fungsinya yang terbagi dalam beberapa hal, yaitu; menangani dalam hal hubungan media, hubungan investor, hubungan komunitas, hubungan karyawan, hubungan 36
Culip, Scott M. & Allen H. Center, Glen M. Brown. 2006. Effective Public Relaions. Edisi Kesembilan. Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Hlm. hal 31
37
pemerintah dan sebagainya. Namun secara umum tugas dan fungsi Public Relations adalah sebagai berikut : 1)
Hubungan Internal. Hubungan Internal adalah bagian khusus dari PR yang membangun dan mempertahankan
hubungan yang baik
dan saling bermanfaat antara manager dan karyawan tempat organisasi menggantungkan kesuksesannya. 2)
Publisitas. Publisitas adalah informasi disediakan sumber luar yang digunakan oleh media kare informasi itu memiliki nilai berita. Metode penempatan pesan di media ini adalah metode yang tidak bisa di kontrol controlled sebab sumber informasi tidak
memberikan
bayaran
kepada
media
untuk
pembuatan
informasi tersebut. Sebagian isi berita tersebut dan informasi di media berasal dari sumber-sumber PR. Tetapi, karena sumbersumber itu tidak membayar atas pemberitaan, maka mereka hanya sedikit atau bahkan tidak punya kontrol apabila informasi tersebut digunakan kapan informasi itu dipakai dan bagaimana informasi itu digunakan, atau disalahgunakan media. Sumber-sumber PR menyediakan
informasi
yang
mereka
anggap
pantas
untuk
diberitakan, yang disebut publikasi dengan harapan editor dan reporter akan menggunakan informasi tersebut. 3)
Periklanan. Periklanan adalah informasi yang ditempatkan media oleh sponsor tertentu yang jelas identitasnya yang membayar
38
ruang dan waktu penempatan infotmasi tersebut. Ini adalah metode terkontrol dalam menempatkan pesan dimedia. Banyak orang yang menghubungkan periklanan dengan marketing atau pemasaran barang dan jasa, tetapi sesungguhnya periklanan tidak hanya terbatas pada soal itu. Bagian lain dari organisasi juga menggunakan alat terkontrol untuk menempatkan pesan di media massa untuk tujuan bukan penjualan. PR menggunakan periklanan ini untuk menjangkau audiens yang lebih luas untuk konsumen yang menjadi sasaran penjualan. 4).
Press Agentry. Agen pers berusaha untuk menarik perhatian publik dari sekedar membangun pemahaman publik. Press agantry memainkan perasaan utama dalam industri rekaman musik, olah raga professional, atraksi turis, film, televisi, pertunjukan konser dan teater dan usaha-usaha bisnis yang dipimpin oleh para selebritis.
5)
Publik Affair. Banyak
negara
merancukan
bagian
publisitas
dan
dengan
penjabat kontek
PR
pemerintah yang
daerah
lebih
luas.
Akibatnya, agen pemerintah biasanya menggunakan istilah lain untuk
mendeskripsikan
upaya
penciptaan dan
pemeliharaan
hubungan dengan konsituen mereka. Tetapi ini tidak lebih sekedar pergantian
lebel,
karena
ribuan
spesialis
PR
yang
bekerja
dipemerintahan local, federal, dan Negara bagian bekerja dengan.
39
6)
Sebutan “hubungan “publik
“publik affair”,
“informasi publik”,
konstituen”,
“penghubung”.
affair”
dan
biasanya
mengacu
kapada
“komunikasi”,
Dalam perusahaan usaha
PR
yang
berkaitan dengan kebijakan publik 7)
“corporate
citizenship”.
Spesialis
publik
Affair
perusahaan
berfungsi sebagai perantara atau penghubung “laison” dengan unit pemerintah aktifisme
;
mengimpletasikan program
politik,
mengkampanyekan
bantuan
kontribusi
masyarakat; dan
voting.
Spesialis Publik Affair mendeskripsikan hubungan antara PR dan publik affair sebagai berikut; “publik affair” adalah kegiatan PR yang menaggani kebijakan publik dan publik mempengaruhi kebijakan tersebut. 8)
Lobbying. Adalah bagian khusus dari PR yang berfungsi untuk menjalin dan memelihara hubungan dengan pemerintah terutama dengan tujuan mempengaruhi penyusunan UU dan regulasi.
9)
Managemen isu. Managemen isu adalah proses proaktif dalam mengantisipasi, mengidentisifikasi, mengevaluasi dan merespon isu-isu kebijakan publik yang mengpengaruhi hubungan organisasi dengan publik mereka.
10) Fasilitator pemecah masalah. Ketika praktisi melakukan peran fasilitator
pemecah
masalah,
mereka
berkolaborasi
dengan
manager lain untuk mendefinisikan dan memecahkan masalah. Mereka menjadi bagian dari perencanaan strategis. Kolaborasi dan
40
musyawarah dimulai dengan persoalan pertama dan kemudian sampai
keefaluasi
program
final.
Praktisi
pemecah
masalah
membantu manager lain dan orang untuk mengaplikasikan PR dalam proses managemen bertahap dan juga dipakai memecahkan problem organisasi lainnya37. Kemudian tugas dan fungsi Public Relations pemerintah jika dikaitkan dengan objek penelitian, yakni yang merujuk pada instansi pemerintah maka tugas dan fungsi Public Relations : 1.
Memberi informasi konstituen tentang aktivitas agen pemerintah
2.
Memastikan kerjasama aktif dalam program pemerintah – voting, curbside recycling, dan juga kepatuhan kepada program aturan- kewajibannya menggunakan sabuk pengaman, aturan dilarang merokok.
3.
Mendorong warga mendukung kebijakan dan program yang sudah ditetapkan – sensus, program pengawasan keamanan lingkungan, kampanye
akan
penyadaran
kesehatan
personal,
bantuan
untuk
pertolongan bencana. 4.
Melayani sebagai advokat publik untuk administrator pemerintah – menyampaikan opini publik kepada pembuat keputusan, mengelola isu publik didalam organisasi, meningkatkan aksesibilitas publik kepada pejabat administrasi.
37
Opcit. Edisi Kedelapan. Hlm. 11-31.
41
5.
Mengelola informasi internal – menyiapkan newsletter organisasi, pengumuman elektronik, dan isi dari situs Internet organisasi untuk karyawan.
6.
Memfasilitasi hubungan media – menjaga hubungan dengan pers lokal; bertugas sebagai saluran untuk semua saluran media; memberi tahu pers tentang organisasi, praktiknya dan kebijakannya.
7.
Membangun komunitas dan bangsa – menggunakan kampanye kesehatan publik dengan dukungan pemerintah dan program keamanan publik38.
2.4.2 Khalayak Public Relations Khalayak adalah sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, pemirsa berbagai media atau komponen isinya (Dennis Mc Quail, 1989). Secara sederhana bisa dipahami sebagai suatu kelompok yang tidak memiliki struktur dalam arti, tidak memiliki organisasi, bukan bentuk tradisi dan kebiasaan, tidak memiliki perangkat peraturan atau yang bersifat ritual, bukan kelompok yang terorganisir berdasarkan sentimen, tidak memiliki struktur dalam peran sosial dan tidak ada yang memimpin.39 Khalayak adalah kelompok atau orang – orang yang berkomunikasi dengan suatu organisasi, baik secara internal maupun eksternal. Dan menurut IPR, istilah dari khalayak adalah bermakna majemuk, yakni publics. Dari definisi ini, dapat diketahui adalah dengan definisi – definisi yang lain, karena khalayak yang
38 39
Opcit. Edisi Kedelapan. http://rumakom.wordpress.com/page/2/
42
ada disini adalah dalam pengertian yang spesifik. Dan setiap perusahaan memilki khalayaknya masing – masing.40 Dari penjelasan mengenai khalayak atau publik yang terbagi dua, yaitu internal dan eksternal. Salah satunya khalayak eksternal yaitu komunitas atau masyarakat
umum
sekitar
ataupun
jauh
dari
lingkungan
perusahaan,
mengkonsumsi produk ataupun tidak sama sekali. 2.4.3 Aktivitas Public Relations Aktivitas merupakan cerminan tugas dan fungsi pada setiap pekerjaan, dalam hal ini aktivitas Public Relations adalah kegiatan yang dilakukan oleh praktisi Public Relations berkaitan dengan tugasnya, dimana kegiatan Public Relations berdasarkan pengelompokkan publik tersebut, maka dibangun dan dikembangkan relasi dengan publik dalam kegiatan-kegiatan : employee relations, stockholder relations, customer relations, community relations, government relations, dan press/media relations41. 2.5
Media Relations Media relations menjadi bagian penting dalam program dan kegiatan
Public Relations dimanapun. Tak ada Public Relations tanpa Media Relations42. Media Relations itu berkenaan dengan media komunikasi. Media komunikasi ini diperlukan karena menjadi sarana sangat penting dan efisien dalam berkomunikasi dengan publik. Agar komunikasi dengan public tersebut dapat
40
Sati T, Irmulan. Pengantar Public Relations, bab 6, hal. 5 Iriantara, Yosril. 2005. Media Relations : Konsep, Pendekatan dan praktik. Edisi kelima. Simbiosa Rekatama Media. Hlm 26 42 Ibid. Hlm 11 41
43
dipelihara, maka segala kepentingan media massa terhadap organisasi mesti direspons organisasi43. Hubungan pers (press relations/ media relations), yakni membina hubungan baik dengan kalangan pers yang mengelola media cetak (surat kabar/majalah) dan media elektronik (tv/radio)44. Media Relations itu sendiri sebenarnya tidak terlepas dari tujuan penggunaan media untuk membantu Public Relations guna mendapatkan publisitas, tetapi secara umum penggunaan media pada Public Relations : a. Membantu mempromosikan dan meningkatkan pemasaran suatu produk dan jasa b. Menjalin komunikasi berkesinambungan c. Meningkatkan kepercayaan publik d. Meningkatkan citra baik perusahaan/ organisasi45 Kegiatan media relations sebagai salah satu kegiatan Public Relations dilaksanakan melalui tahapan-tahapan dalam proses Public Relations, proses itu mencangkup penelitian, perumusan masalah, perencanaan aksi dan komunikasi serta evaluasi. Praktik media relations pada hakikatnya sama dengan praktik Public Relations, hanya saja kegiatan yang dilakukan ditujukan selalu berhubungan dengan media massa. Ini menjadi dasar utama dalam pelaksanaan praktik media relations. Praktik itu terlaksana dalam bentuk : 43
Ibid. Hlm 28 Soemirat, Soleh, dan Elvinaro Ardianto. 2002. Dasar-Dasar Public Relations. PT Remaja Rosdakarya, Bandung. 45 Rumanti, Maria Assumpta. 2005. Dasar – Dasar Public Relations Teori & Praktek.Edisi ketiga. PT Grasindo. Jakarta. Hlm. 118
44
44
1. Pengumpulan fakta Pengumpulan
fakta
bisa
dilakukan
dengan
penelitian,
menganalis
pemberitaan media atau membaca kecendrungan (trend analysis) 2. Merumuskan masalah Berdasarkan hasil penelitian atau kajian itu kemudian dirumuskan permasalahan yang dihadapi organisasi, misalnya organisasi menghadapi permasalahan memburuknya citra organisasi. 3. Perencanaan dan penyusunan program Berdasarkan perumusan masalah yang sudah dirumuskan itu lalu dibuat perencanaan untuk memperbaiki. Misalnya, setelah diketahui citra yang memburuk direncanakan dan disusun program pemulihan citra. 4. Menjalankan rencana melalui tindakan dan komunikasi Tindakan
tersebut
misalnya
meluncurkan
iklan
yang
baru
atau
menyelenggarakan konferensi pers. Langkah berikutnya, tentu harus dilakukan evaluasi terhadap semua rangkaian kegiatan dan program tersebut46.
46
Iriantara, Yosril. 2005. Media Relations : Konsep, Pendekatan dan praktik. Edisi kelima. Simbiosa Rekatama Media. Hlm 33
45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Tipe Penelitian Tipe penelitian adalah bagaimana cara peneliti dalam menganalisis data
sehingga memiliki keabsahan
“,,, tipe penelitian, metode dan rancangan
penelitian menentukan validnya penelitian ,,, “ 47. Sedangkan penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Jenis riset ini bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Periset sudah mempunyai konsep (biasanya satu konsep) dan kerangka konseptual. Melalui kerangkan konseptual (landasan teori), periset melakukan operasionalisasi konsep yang akan menghasilkan variabel dan indikatornya. Riset ini bertujuan untuk menggambarkan realitas tanpa menjelaskan hubungan antar variabel 48. Dalam konteks ilmu komunikasi, riset kuantitatif adalah riset yang mengambarkan
atau
menjelaskan
suatu
masalah
yang
hasilnya
dapat
digeneralisasikan. Dengan demikian tidak terlalu mementingkan kedalaman data atau analisis. Kuantitatif lebih mementingkan aspek keluasan data sehingga data atau hasil riset dianggap merupakan representasi dari seluruh populasi. Riset ini mengharuskan peneliti bersikap objektif dan memisahkan diri dari data, artinya peneliti tidak boleh membuat batasan konsep maupun alat ukur data sekehendak
47 Rakhmat, Jalaluddin. 1999. Metode Penelitian Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Hlm. 21 48 Ibid. Hlm. 69
46
hatinya sendiri. Tujuan riset kuantitatif adalah menguji teori atau hipotesis sekaligus berupaya menggeneralisasikan hasil penelitian. 49
3.2
Metode Penelitian Metode penelitian merupakan seperangkat cara yang sistematik, logis dan
rasional yang digunakan oleh peneliti ketika merencanakan, mengumpulkan, menganalisa dan menyajikan data untuk menarik kesimpulan. Penelitian ini menggunakan metode survei, yaitu penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai instrument pengumpulan datanya. Tujuannya untuk memperoleh informasi tentang sejumlah responden yang mewakili populasi tertentu. Dalam survei, proses pengumpulan dan analisis data sosial bersifat sangat terstruktur dan mendetail melalui kuesioner sebagai instrument utama untuk mendapatkan informasi dari sejumlah responden yang diasumsikan mewakili populasi secara spesifik. Karena itu penggunaan teknik sampling yang benar sangat mempengaruhi kualitas riset 50.
3.2
Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: subjek/objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti
49
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya51.
Ibid. Hlm. 57-58 Ibid. Hlm. 60 51 Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatfi dan R & D. ALFABETA CV, Bandung. Hlm 80 50
47
Keseluruhan jumlah anggota pada Sub-Bagian Hubungan Media Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum berjumlah 35 orang yang terdiri dari berbagai tingkatan pendidikan mulai dari SMU hingga S2, jumlah inilah yang menjadi populasi pada penelitian ini.
3.3.1 Sampling Jenuh Dikarenakan jumlah responden yang relatif kecil untuk menarik sampel, maka peneliti menggunakan teknik sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sample. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan tingkat kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sample52. Selain itu, populasi Sub-Bagian Hubungan Media sebanyak 35 orang menjadikan alasan lain penggunaan teknik sampel ini, karena jumlah tersebut tidaklah mungkin untuk ditarik sampel yang lebih kecil jumlahnya. Sehingga penelitian ini mengambil jumlah populasi sebagai sampel, dimana jumlah populasi pada Sub-Bagian Hubungan Media Pusat Komunikas Publik Departemen Pekerjaan Umum sebanyak 35 orang dijadikan sebagai sampel secara keseluruhan.
52
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitati dan R & D. ALFABETA CV, Bandung. Hlm 85
48
3.4
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan. Ada hubungan antara mengumpulkan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data Primer Data primer untuk penelitian ini didapat langsung dari objek, menggunakan teknik : 1. Kuesioner Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang harus diisikan oleh responden, disebut juga angket. Tujuan penyebaran angket adalah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisisan daftar pertanyaan. Penyebaran kuesioner dilakukan karena data yang terkumpul merupakan data fakta atas kejadian sehingga memudahkan peneliti untuk menggeneralisasi hasil penelitian. Dalam penelitian ini, kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang telah ditentukan pertanyaan dan jawaban secara terstruktur. Metode kuesioner yang tepat untuk digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuesioner langsung tertutup karena dalam metode kuesioner langsung tertutup angket diberikan kepada responden dirancang untuk dapat merekam data tentang keadaan yang dialami oleh responden
49
sendiri, kemudian semua alternatif jawaban oleh responden telah tertera dalam kuesioner tersebut53. Kuesioner akan diberikan kepada responden yang terdapat pada Sub-Bagian Hubungan Media Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum.
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder untuk penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data melalui : 1. Teknik ”studi Kepustakaan” guna melengkapi data primer yang telah didapat dari riset lapangan. Peneliti juga mengambil data sekunder dari berbagai sumber antara lain buku-buku, literatur, bahan kuliah, majalah, dan sumber lain yang berhubungan dengan objek penelitian. 2. Observasi. Peneliti mengamati kegiatan pada objek penelitian selama periode tertentu. Kali ini peneliti mengamati objek penelitian sejak Agustus 2009 – Oktober 2009, dimana dalam pelaksanannya peneliti tidak menggunakan panduan dalam melakukan observasi. 3. Interview. Dilakukan setelah peneliti menyebarkan questioner, untuk mengetahui jika ternyata terdapat jawaban yang menimbulkan kontradiktif. Interview hanya dilakukan kepada beberapa responden yang memberi jawaban kontradiktif seperti ”Tidak Setuju” dan ”Tidak Setuju” pada qusetioner
53
Bungin, Burhan. 2005. Metode Penelitian Kuantitati. Jakarta. Kencana Pernada Media Group. Hlm. 123-125
50
3.5
Definisi dan Operasionalisasi Konsep 3.5.1
Definisi Konsep
a. Efektivitas Komunikasi, yaitu keseluruhan proses komunikasi yang terjadi sehingga menimbulkan umpan balik dengan disertainya sebuah tindakan dari komunikan kepada komunikator. b. Komunikasi Antar Pribadi, yaitu proses penyampaian pesan antara dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan jelas sehingga menimbulkan umpan balik pada orang-orang yang melakukannya. c. Media Relations, yaitu sebuah kegiatan komunikasi yang dikerjakan oleh Public Relations dalam membina dan menjaga hubungan dengan pihak media sebagai khalayaknya. 3.5.2
Operasionalisasi Konsep Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel atau dapat dikatakan semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana mengukur variabel. Definisi operasional berisikan indikator-indikator dari suatu variabel, yang memungkinkan peneliti memiliki data yang relevan untuk variabel tersebut. Untuk mengetahui efektifitas komunikasi antarpribadi pada kegiatan media relations untuk menjalin dan menjaga hubungan baik, maka digunakan lima kriteria umum, yaitu : 1. Keterbukaan 2. Empati
51
3. Sikap Mendukung 4. Sikap Positif 5. Kesetaraan Tabel 3.1 Operasionalisasi Konsep Variabel Komunikasi
Dimensi 1.Keterbukaan
Antarpribadi
Indikator
Skala
a. Mengungkapkan
Skala likert
informasi yang biasanya disembunyikan.
Setuju
b.Bereaksi secara spontan
2. S : Setuju
terhadap orang lain.
3. N : Netral
c. Menunjukkan bahwa
4. TS : Tidak
kita memberikan reaksi pribadi. 2. Empati
1. SS : Sangat
Setuju 5. STS :
a. ”Mengetahui” apa yang
Sangat
sedang dirasakan orang
Tidak
lain pada
Setuju
suatu saat
tertentu. b.Merasakan seperti
sesuatu
orang
yang
mengalaminya.. c. Menyesuaikan apa yang akan
dikatakan
bagaimana
dan
52
mengatakannya. 3. Sikap Mendukung
a. Mempersepsikan
suatu
komunikasi
sebagai
permintaan
akan
informasi
mengenai
suatu kejadian tertentu. b.Bersikap spontan, bukan strategik c. Berpikitan terbuka. d.Bersedia
mendengar
pandangan
yang
berlawanan dan bersedia mengubah
posisi
bila
keadaan mengharuskan. 4. Perilaku Positif
a. Menyatakan
sikap
positif. b.Secara
positif
mendorong orang yang menjadi
teman
kita
berinteraksi. 5. Kesetaraan
a. Menerima pihak lain. b.Tidak kita
mengharuskan menerima
dan
53
menyetujui perilaku
semua verbal
dan
nonverbal pihak lain.
3.6
Teknik Analisa Data Selanjutnya, instrumen penelitian dalam penulisan ini menggunakan
metode Likert atau skala Likert, dimana metode Likert memberikan nilai skala untuk tiap alternatig jawaban yang berjumlah lima (5) kategori. Dengan demikian, instrumen itu akan menghasilkan total skor bagi tiap anggota sampel. Semua pernyataan yang memilih alternatif - alternatif dibawah ini diberi skor : Alternatif
Nilai Angka
a. Sangat Baik
5
b. Baik
4
c. Ragu – Ragu
3
d. Tidak Baik
2
e. Sangat Tidak Baik
1
Teknik analisa data sebagai proses mengorganisasikan dan mengurutkan data dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data54. Analisis data merupakan bagian yang penting dalam metode ilmiah karena dengan
54
Rachmat Kriyantono.2006. Riset Komunikasi. Jakarta. Kencana Pernada Media Group. Hlm. 163.
54
menganalisis data akan didapatkan arti dan makna yang dari proses pengecekan data (editing), yang dikumpulkan (pengkodean) dan ditabulasi dalam bentuk tabel55. Kemudian setelah itu jawaban responden dikoding dalam lembaran koding, setelah itu data diolah dan ditampilkan dalam bentuk tabel frekuensi56. Untuk mengukur persentase opini responden, peneliti menggunakan rumus Weight Mean Score yaitu :
∑ ni x i
X 100%
nx5 Keterangan : ni
= Banyaknya responden yang memberi skor i
i
= Kategori / skor opini ( 5, 4, 3, 2, 1)
n
= Jumlah keseluruhan responden Kemudian, untuk menafsirkan range Efektifitas Komunikasi Antarpribadi
pada kegiatan media relations untuk menjalin dan menjaga hubungan adalah sebagai berikut 57:
55
Sangat efektif
= 80 % - 100 %
Efektif
= 70 % - 79 %
Biasa saja
= 60 % - 69 %
Kurang efektif
= 50 % - 59 %
Sangat tidak efektif
= < 50 %
Burhan Bungin. 2005. Opcit. Hlm. 164. Hadi Sutrisno. 1986. Statistik II. Yogyakarta : Yayasan Penerbit Psikology UGM. Hlm. 20. 57 Ridwan. 2003. Dasar-dasar Statistik. Bandung. Bandar Maju. Hlm. 11.
56
55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1 Sejarah Departemen Pekerjaan Umum Departemen Pekerjaan Umum (DPU) berdiri jauh sebelum Republik Indonesia menjadi sebuah negara yang ada hingga saat ini, DPU merupakan hasil bentukan pemerintahan Hindia Belanda yang saat itu telah menjajah Indonesia. Hingga tepatnya tidak diketahui tanggal pasti berdirinya Departemen Pekerjaan Umun, namun DPU dapat dikatakan berdiri secara sah sejak tahun 1945, tepat setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Istilah "Pekerjaan Umum" adalah terjemahan dari istilah bahasa Belanda " Openbare Werken" yang pada zaman Hindia Belanda disebut "Waterstaat swerken". Di lingkungan Pusat Pemerintahan dibina oleh Dep.Van Verkeer & Waterstaat (Dep.V&W), yang sebelumnya terdiri dari 2 Dept.Van Guovernements Bedri jven dan Dept.Van Burgewrlijke Openbare Werken.
Dep. V dan W dikepalai oleh seorang Direktur,yang membawahi
beberapa Afdelingen dan Diensten sesuai dengan tugas/wewenang Depertemen ini.
Yang meliputi
bidang PU (openbare
Waterstaat,dengan onder afdelingen. : 1. Lands gebouwen 2. Wegen 3. Irrigatie & Assainering
werken)
termasuk afdeling
56
4. Water Kracht 5. Constructie burreau (untuk jembatan). Disamping yang tersebut di atas, yang meliputi bidang PU (Openbare Werken)
juga
afd.
Havenwezen
(Pelabuhan),afd.
Electriciteitswezen
(Kelistrikan)dan afd. Luchtvaart (Penerbangan Sipil). Organisasi P.U (Open-bare werken) di daerah-daerah adalah sebagai berikut : Di Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur urusan Waterstaat/openbare werken diserahkan pada Pemerintahan Propinsi yang disebut :Provinciale Waterstaatdienst" dan dikepalai oleh
seorang
Hoofd
Gouv,Yogyakarta
dan
Provinciale Gouv.
Waterstaatsdients Surakarta
(H.P.W).
urusan-urusan
Diwilayah Pekerjaan
Umum/Waterstaat dijalankan oleh "Sultanas Werken" (yogya) "Rijkswerken" (Surakarta), Mangkunegaranwerken". Disamping itu diwilayah Vorstenlander terdapat 3 organisasi "Waterschap", "s" Lands gebouwendienst", Regentschap Werken" dan "Gremeente werken". Untuk daerah luar jawa Gouv.Sumatera, Borneo (Kalimantan) dan Grote Oost (Indonesia Timur) terdapat organisasi "Gewestelijke Inspectie v/d Waterstaat" dikepalai oleh seorang Inspektur. Diwilayah Residentie terdapat "Residentie Water Staatsdienst" yang dahulu dikenal dengan nama "Dienst der B.O.W" dan kepala dinas ini biasa disebut "E.A.Q" (Eerst Aanwzend Waterstaatsambtenar). Ketentuan yang dikeluarkan pada jaman Hindia Belanda untuk pedoman dalam pelaksanaan tugas dalam lingkungan Pekerjaan Umum dapat dibaca dalam "A.W.R". 1936 B.W.R 1934 dan "W.V.O/W.V.V.".
57
Jaman Jepang Setelah Belanda menyerahkan dalam perang pasifik pada tahun 1942, kepada Jepang, maka daerah Indonesia ini dibagi oleh Jepang dalam 3 wilayah pemerintahan, yaitu Jawa/Madura, Sumatera dan Indonesia Timur dan tidak ada Pusat Pemerintahan tertinggi di Indonesia yang menguasai ke 3 wilayah pemerintahan tersebut. Dibidang
Pekerjaan
Umum
pada
tiap-tiap
wilayah
organisasi
Pemerintahan Militer Jepang tersebut diatas, diperlukan organisasi Jaman Hindia Belanda dan disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dari fihak jepang,kantor pusat "V & W". di Bandung, dinamakan "Kotubu Bunsitsu", sejak saat itu istilah "Pekerjaan Oemoem" (P.O), Oeroesan Pekerdjaan Oemoem (O.P.O), "Pekerjaan Umum" (PU), disampinmg "Doboku" lazim dipergunakan. Kotubu Bonsitsu di Bandung hanya mempunyai hubungan dengan wilayah Pemerintahan di Jawa/Madura, hubungan dengan luar Jawa tidak ada. Organisasi Pekerjaan Umum di daerah-daerah, di Karesidenan-Karesidenan pada umumnya berdiri sendirisendiri. Sistem pelaksanaan pekerjaan ada yang mempergunakan sistem dan nama jaman
Ned.
Indie,
disamping
menurut
system
Jepang.
Jaman Indonesia Merdeka Setelah Indonesia memproklamirkan Kemerdekaan pada tanggal 17-81945, maka semenjak itu Pemuda-pemuda Indonesia mulai berangsur-angsur
58
merebut kekuasaan Pemerintahan dari tangan Jepang baik di pusat pemerintahan (Jakarta/Bandung) maupun Pemerintahan Daerah-daerah. Sesudah Pemerintahan Indonesia membentuk Kabinet yang pertama, maka pada Menteri mulai menyusun organisasi serta sifatnya. Pekerjaan Umum pada waktu itu (1945) berpusat di Bandung, dengan mengambil tempat bekas gedung V.&W. (dikenal dengan nama "Gedung Sate"). Ketika Belanda ingin mengembalikan kekuasaaan pemerintahan di Hindia Belanda sebelum perang, datang mengikuti Tentara Sekutu masuk ke Indonesia. Akibat dari keinginan Pemerintahan Belanda ini, terjadilah pertentangan fisik dengan Pemuda Indonesia yang ingin mempertahankan tanah air berikut gedung-gedung yang telah didudukinya, antara lain "Gedung Sate" yang telah menjadi Gedung Departemen Pekerjaan Umum pada waktu itu (peristiwa bersejarah itu dikenal dengan peristiwa "3 Desember 1945"). Pada waktu revolusi fisik dari tahun 1945 s/d 1949, Pemerintah Pusat RI di Jakarta terpaksa mengungsi ke Purworejo untuk selanjutnya ke Yogyakarta, begitu juga Kementerian PU. Sesudah Pemerintahan Belanda tahun 1949 mengakui kemerdekaan Republik Indonesia maka pusat pemerintahan RI di Yogyakarta, berpindah lagi ke Jakarta. Sejak tahun 1945 itu, Pekerjaan Umum (PU) telah sering mengalami perobahan pimpinan dan organisasi, sesuai situasi politik pada waktu itu. Sebagai gambaran garis besar organisasi PUT diuraikan sebagai berikut: Sebelum tentara Belanda masuk ke Yogyakarta Susunan Kemerdekaan PU. Perhubungan dapat dibagi menjadi 8 Jawatan dan 4 Balai. Khusus pada masa Republik India Serikat Kementerian Perhubungan dan POU RIS dibagi dalam
59
beberapa Departemen dan beberapa Jawatan dan beberapa instansi yang hubungan erat dengan tugas dari dep.PU. RIS. Kementerian Perhubungan PU.RIS tersebut terdiri atas penggabungan 3 Departemen prae federal yaitu: 1. Departemen Verkeer, Energie dan Mynbouw dulu (kecuali Mynbouw yang masuk dalam kementerian Kemakmuran). 2. Departemen Van Waterstaat di Wederopbouw 3. Departemen Van Scheepvaart Penggabungan dari 3 Departemen dari pemerintahan prae federal dalam satu Kementerian yaitu Kementerian Perhubungan Tenaga dan PU.RIS dianggap perlu, supaya hubungan 3 Departemen tersebut satu dengan lain menjadi sangat erat, terlebih-lebih jika diingat, bahwa untuk pembangunan Negara akan diadakan koordinasi dan rasionalisasi yang baik dan adanya tenaga ahli dan pula untuk melancarkan semua tugas yang dibebankan pada Kementerian Perhubungan Tenaga dan PU.RIS. Khusus pada permulaan terbentuknya Negara Kesatuan RI, maka susunan Kementerian berbeda sebagai berikut, dalam masa prolog G 30 S. PKI terjadilah dalam sejarah Pemerintahan RI suatu Kabinet yang besar disebut dengan nama Kabinet DwiKora atau Kabinet 100 Menteri, dimana pada masa ini dibentuk Koordinator Kementerian, tidak luput Departemen PUT. yang pada masa itu ikut mengalami perubahan organisasi menjadi 5 Dept. dibawah Kompartemen PUT Kabinet Dwikora, dipimpin Jenderal Suprajogi. Adapun Kompartemen PUT ketika membawahi, antara lain: 1. Departemen Listrik dan Ketenagaan
60
2. Departemen Bina Marga 3. Departemen Cipta Karya Konstruksi 4. Departemen Pengairan Dasar 5. Departemen Jalan Raya Sumatera Setelah peristiwa G.30S PKI Pemerintah segera menyempurnakan Kabinet Dwikora dengan menunjuk Ir.Soetami, sebagai menteri PUT untuk memimpin Kompartemen PUT. Kabinet yang disempurnakan itu tidak dapat lama dipertahankan. Kabinet Ampera, sebagai Kabinet pertama dalam masa Orde Baru. Kembali organisasi PUT dibentuk dengan Ir.Soetami, sebagai Menteri. Dengan Surat Keputusan Menteri PUT tertanggal 17 Juni 1968 N0.3/PRT/1968 dan dirobah dengan Peraturan Menteri PUT tertanggal 1 Juni 1970 Nomor 4/PRT/1970. Departemen PUT telah memiliki suatu susunan struktur Organisasi. Sebagai gambaran lebih jauh pembagian tugas-tugas dalam lingkungan Dep. PUT, maka pada waktu itu azas tugas-tugas PU telah diserahkan pada kewenangan daerah itu sendiri.
4.1.2 Visi dan Misi Departemen Pekerjaan Umum 4.1.2.1
Visi Departemen Pekerjaan Umum Tersedianya infrastruktur PU yang handal, bermanfaat dan berkelanjutan untuk mendukung terwujudnya Indonesia yang aman dan damai, adil dan demokratis, serta lebih sejahtera.
61
4.1.2.2
Misi Departemen Pekerjaan Umum
1. Menata ruang nusantara yang nyaman dan berkualitas. 2. Memenuhi kebutuhan infrastruktur PU wilayah berupa infrastruktur di bidang sumber daya air , termasuk mendukung
ketahanan
pangan
melalui
pengembangan
jaringan irigasi, serta mengamankan pusat-pusat produksi dan permukiman dari bahaya daya rusak air 3. Memenuhi kebutuhan infrastruktur PU wilayah di bidang jalan, dalam rangka mendukung pengembangan wilayah dan kelancaran distribusi barang & jasa. 4. Mengembangkan infrastruktur PU di permukiman untuk mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak huni dan produktif. 5. Melaksanakan pembinaan bangunan gedung yang memenuhi standar keselamatan dan keamanan bangunan. 6. Mendorong
berkembangnya
industri
konstruksi
yang
kompetitif. 7. Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat dalam pembangunan infrastruktur PU. 8. Mengembangkan teknologi ke-PU-an yang tepat guna dan kompetitif serta meningkatkan keandalan mutu infrastruktur PU.
62
4.1.3
Tujuan Departemen Pekerjaan Umum 1. Memberikan akses ke seluruh pelosok tanah air dan menangani tanggap darurat untuk memberikan pelayanan minimal bagi masyarakat dalam melaksanakan kehidupan sosial ekonomi, agar terwujud Indonesia yang aman dan damai. 2. Membina penyelenggaraan infrastruktur secara transparan dan terbuka dengan melibatkan masyarakat, meningkatkan peran Pemerintah Daerah agar terwujudnya Indonesia yang adil dan demokratis. 3. Menyelenggarakan infrastruktur yang efisien, efektif dan produktif agar terwujudnya Indonesia yang lebih sejahtera.
4.1.4
Tugas dan Funsi Departemen Pekerjaan Umum
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementrian Negara Republik Indonesia, ditegaskan Tugas dan Fungsi Departemen Pekerjaan Umum sebagai berikut : 1. Tugas Membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum
63
Fungsi
2. o
Merumuskan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis di bidang pekerjaan umum dan permukiman
o
Pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya
o
Mengelola barang milik atau kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya
o
Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya
o
Penyampaian
laporan
hasil
evaluasi,
saran,
dan
pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden
4.1.5
Program Departemen Pekerjaan Umum
1. AMAN DAN DAMAI
Penanganan kawasan perbatasan, kawasan bencana alam, pulaupulau
kecil
dan
terpencil,
serta
daerah
konflik
yang
mempertimbangkan penataan ruang. (Penataan Ruang)
Penanggulangan dampak konflik sosial dan bencana dalam rangka tanggap darurat/ rehabilitasi dan peningkatan pelayanan infrastruktur perumahan dan permukiman di pulau-pulau kecil terpencil, daerah terisolir dan perbatasan. (Cipta Karya)
64
Penanganan jaringan jalan dan sumber daya air untuk mendukung kawasan perbatasan sebagai beranda depan dan pmtu gerbang internasional. (SDA dan Bina Marga)
Penanganan jaringan jalan dan sumber daya air di daerah rawan bencana serta akibat kerusuhan sosial. (SDA dan Bina Marga)
Penanganan jaringan jalan dan sumber daya air di daerah terisolasi dan pulau-kecil terpencil. (SDA dan Bina Marga)
Pengembangan penyelenggaraan infrastruktur bidang Pekerjaan Umum di daerah konflik, daerah terisolir, daerah rawan bencana dan daerah perbatasan yang mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. (Balitbang)
Menghasilkan teknologi SDA, jalan dan infrastruktur perumahan dan permukiman yang tepat guna untuk mendukung penanganan infrastruktur PU, terutama di pulau-pulau kecil terpencil, daerah terisolir, daerah perbatasan dan kawasan bencana alam. (Balitbang) ADIL DAN DEMOKRATIS
2.
Fasilitasi penyelenggaraan penataan ruang untuk mendorong percepatan otonomi daerah. (Penataan Ruang)
Mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif, SDM yang profesional dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance (Tata Ruang, Cipta Karya, SDA, Bina Marga, Setjen, Itjen, Balitbang)
65
Meningkatkan kapasitas manajemen pemerintah pusat dan daerah,
dunia
usaha
di
daerah
dan
masyarakat
dalam
penyelenggaraan pembangunan infrastruktur PU (Tata Ruang, Cipta Karya, SDA, Bina Marga, Bakon-SDM, Balitbang)
Fasilitasi
bahan
jalan
dan
jembatan
untuk
mendorong
pembangunan daerah. (Bina Marga)
Mengembangkan
sistem
informasi
dan
meningkatkan
transparansi, efisiensi dan akuntabilitas pengadaan konstruksi yang bebas KKN. (Bakon SDM, Setjen)
Meningkatkan lingkup dan cakupan tugas serta mendorong peran serta masyarakat dalam pengawasan pembangunan bidang kePU-an (Itjen)
Penyusunan norma, standar, pedoman dan manual (NSPM) penyelenggaraan penataan ruang, penyelenggaraan sumber daya air, jalan dan jembatan serta infrastruktur perumahan dan permukiman. (Tata Ruang, Balitbang, SDA, Bina Marga, Cipta Karya) LEBIH SEJAHTERA
3.
Penyelenggaraan dan operasionalisasi penataan ruang nasional, pulau, provinsi, kabupaten, kota dan kawasan (Penataan Ruang)
Penyelenggaraan pembangunan infrastruktur perumahan dan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan (Cipta Karya)
66
Peningkatan penyehatan lingkungan permukiman baik di perkotaan
maupun
lingkungan
perdesaan
permukiman
dan
kumuh
peningkatan dan
nelayan
kualitas untuk
menanggulangi kemiskinan (Cipta Karya)
Pembinaan bangunan gedung dalam rangka memenuhi standar keselamatan dan keamanan bangunan dan pengelolaan rumah negara (Cipta Karya)
Peningkatan produktivitas fungsi kawasan perkotaan dan revitalisasi kawasan bersejarah, pariwisata, dan kawasan lainnya yang menurun kualitasnya serta pembinaan ruang terbuka hijau (Cipta Karya)
Peningkatan
pelayanan
infrastruktur
perdesaan,
kawasan
agropolitan, daerah tertinggal dan dalam rangka keterkaitan kotadesa (Cipta Karya)
Peningkatan pemanfaatan sumber daya air mendukung ketahanan pangan (SDA)
Peningkatan manajemen sumber daya air (SDA)
Penyediaan air baku untuk kebutuhan perumahan, industri dan pariwisata. (SDA)
Pengamanan pusat-pusat produksi dan permukiman dari bahaya daya rusak air. (SDA)
Penanganan ruas-ruas jalur ekonomi utama pada jaringan jalan nasional. (Bina Marga)
67
Peningkatan daya dukung struktur dan kapasitas jalan akses menuju pusat-pusat produksi dan pemasaran. (Bina Marga)
Mendorong keterlibatan swasta dalam pembangunan jaringan jalan tol dan air minum. (Bina Marga, CK)
Mempertahankan kondisi pelayanan jaringan jalan. (Bina Marga)
Membuka akses ke kawasan-kawasan baru berkembang. (Bina Marga)
Pembinaan daya saing pelaku usaha industri konstruksi (BakonSDM)
Mengembangkan teknologi sumber daya air, jalan dan jembatan, perumahan dan permukiman yang kompetitif untuk mendukung produktivitas infrastruktur PU. (Balitbang)
Memberikan advis dan pelayanan teknis untuk mengatasi permasalahan-permasalahan konstruksi infrastruktur sumber daya air, jalan dan jembatan, perumahan dan permukiman. (Balitbang)
Mengembangkan kebijakan pembangunan bidang PU serta sistem perencanaan yang terintegrasi dan sistem pemrograman yang sinkron (Setjen)
68
4.1.6 Struktur Departemen Pekerjaan Umum
Gambar 4.1.6 Struktur Departemen Pekerjaan Umum
69
LAMBANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
Gambar 4.1.7 Lambang Departemen Pekerjaan Umum
Keterangan :
Lambang Departemen PU berlukiskan baling-baling dengan ketentuan seperti tercantum pada gambar.
•
Warna dasar lambang adalah kuning (kuning kunyit).
•
Warna baling-baling adalah biru kehitam-hitaman.
ARTI SIMBOLIS LAMBANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM 1.
BALING-BALING
- Menggambarkan “D I N A M I K A”. - Berdaun 3 yang merupakan segitiga berdiri tegak lurus menggambarkan “STABILITAS”.
70
- Secara keseluruhan menggambarkan “DINAMIKA YANG STABIL” dan “STABILITAS YANG DINAMIS”. 2.1. BAGIAN DAUN BALING-BALING YANG MENGARAH KEATAS. - Melambangkan “PENCIPTAAN RUANG”. 2.2. BAGIAN LENGKUNGNYA DARI DAUN BALING-BALING. - Memberikan perlindungan untuk ruang kerja dan tempat tinggal bagi manusia. 3. BAGIAN DAUN BALING-BALING YANG MENGARAH KE KIRI DENGAN BAGIAN LENGKUNGNYA YANG TELUNGKUP. - Menggambarkan penguasaan bumi da alam dan pengusahaan untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. - Garis Horizontal : bentang jalan / jembatan diatas sungai sebagai usaha untuk pembukaan dan pembinaan daerah. 4.
BAGIAN DAUN BALING-BALING YANG MENGARAH KE KANAN DENGAN BAGIAN LENGKUNGNYA YANG TERLENTANG.
- Menggambarkan usaha pengendalian dan Penyaluran untuk dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. - Garis Horizontal : bentang jalan / jembatan diatas sungai sebagai usaha untuk pembukaan dan pembinaan daerah. 5.
BALING-BALING DENGAN 3 DAUN INI MENGGAMBARKAN : - Tiga unsur kekaryaan Departemen Pekerjaan Umum :Tirta, Wisma (Cipta) dan Marga. - Trilogi Departemen Pekerjaan Umum, Bekerja keras, Bergerak cepat, Bertindak tepat. 6. W A R N A
71
6.1. Warna kuning sebagai warna dasar melambangkan keagungan yang mengandung arti KeTuhanan Yang Maha Esa, Kedewasaan dan Kemakmuran. 6.2. Warna biru kehitam-hitaman, mengandung arti Keadilan Sosial, Keteguhan hati, Kesetiaan pada tugas dan ketegasan bertindak. 6.3. Silhouette yang berbentuk dari warna dasar dan lukisan baling-baling membentuk huruf-huruf P.U. 7. LAMBANG P.U. Menggambarkan fungsi dan peranan Departemen Pekerjaan Umum dalam pembangunan dan pembinaan prasarana guna memanfaatkan bumi dan air serta kekayaan alam bagi kemakmuran rakyat, berlandaskan Pancasila. (Sumber Situs www.pu.go.id) 4.1.7 Pusat Komunikasi Publik (Puskom) Departemen Pekerjaan Umum
Seperti pada institusi atau organisasi terstruktur pada umumnya, Departemen Pekerjaan Umum juga memiliki sebuah divisi yang berfungsi untuk mengatur, menjalankan dan melaksanakan tugas komunikasi kepada khalayak baik yang internal ataupun eksternalnya. DPU memiliki sebuah divisi yang bernama Pusat Komunikasi Publik
dimana divisi tersebut merupakan
pelaksanaan kegiatan komunikasi DPU. Pusat Komunikasi Publik mempunyai tugas-tugas pelayanan komunikasi dan informasi public (kehumasan), serta penyelenggaraan urusan tata usaha dan protokoler pimpinan Departemen.
72
4.1.8 Tugas dan Fungsi Pusat Komunikasi Publik
Dalam melaksanakan tugas, Pusat Komunikasi Publik berpedoman kepada Tupoksi Kegiatan dengan menyelenggarakan fungsi :
a. Juru Bicara Departemen untuk penyampaian kebijakan, strategi, dan program departemen yang telah diputuskan Menteri atau disepakati jajaran pimpinan Departemen. b. Pelaksanaan urusan tata usaha dan protokoler pimpinan Departemen. c. Perumusan program kehumasan dan informasi public, koordinasi humas internal dan penyelenggaraan tata usaha biro. d. Pelayanan informasi keluar meliputi media massa cetak dan elektronik, serta masyarakat luas dalam berbagai bentuk penyajian tulisan, talk show, dan aporan penyelenggaraan pembangunan bidang pekerjaan umum. e. Pelaksanaan publikasi Departemen melalui berbagai media, seperti website, pameran, iklan layanan masyarakat, majalah booklet dan berbagai produk kolateral lainnya, serta pendokumentasian kegiatan dan produk Departemen. f. Penyiapan pelaporan pimpinan untuk sidang cabinet, rapat koordinasi menteri, rapat kerja bersama lembaga legislative, dan sidang/rapat kerja dengan lembaga-lembaga lain yang melibatkan Departemen.
73
4.1.9 Program Kerja Pusat Komunikasi Publik Bagian Pusat Komunikasi Publik mempunyai tugas pelayanan informasi meliputi : •
Hubungan media (cetak dan elektronik)
•
Pelayanan masyarakat dalam berbagai bentuk penyajian (tulisan, tayangan, talkshow, laporan pembangunan bidang PU, dll)
•
Hubungan informasi antar lembaga
•
Penyusunan informasi antar lembaga Pusat
penyebarluasan
Komunikasi
Publik
informasi
kepada
mempunyai masyarakat
peran luas
strategis
sehingga
dalam
membantu
membentuk citra positif Departemen, dalam membangun citra positif Departemen digunakanlah berbagai sarana informasi yakni : WEBSITE Departemen Pekerjaan Umum memiliki website (www.pu.go.id), dimana saluran berita terkini bisa diakses oleh siapa saja termasuk wartawan. Selain berita, Pusat Komunikasi Publik juga menangani guntingan kerja, memberikan tanggapan atas berita media massa serta sasaran dan pengaduan masyarakat. Jumpa Pers Jumpa pers diselenggarakan apabila ada informasi yang perlu cepat disebarluaskan dan memerlukan penjelasan mendalam. Temu wartawan dengan pejabat Pekerjaan Umum
74
Temu wartawan dilakukan setiap hari Kamis, dan hal ini memberikan waktu kepada wartawan untuk memperoleh informasi di Bidang Pekerjaan Umum dari pejabat Pekerjaan Umum begitu juga sebaliknya. Wawancara Mengatur jadwal dan mendampingi wartawan baik dari media cetak maupun elektronik ketika wawancara dengan Pimpinan Departemen Pekerjaan Umum. Dialog TV dan radio Dialog terbagi dua : -
membeli jam tayang / siar
-
diminta stasiun TV dan radio
Press Tour Press tour adalah kegiatan peliputan kunjungan kerja pimpinan Departemen Pekerjaan Umum di berbagai daerah. Tujuannya memberikan informasi mengenai progres pekerjaan di bidang Pekerjaan Umum yang ada di berbagai daerah. Kunjungan pimpinan ke redaksi Orientasi wartawan / penyegaran / out bound
75
4.1.9 Struktur Pusat Komunikasi Publik KEPALA PUSKOM Ir. AMWAZI IDRUS, MSc
Kabag TU Pimpinan
Kabid Pel. & Inf. Publik
Kabid Dok. & Publikasi
Kabid Pelaporan Pimpinan
Ir. M. Maliki Moersid,
Dra. Etty Winarni, MM
Ir. Dedy Permadi, CES
Ir. Leonarda Ibnusaid, BA M.Eng
Kasubbag TU Menteri
Kasubbid Hubungan Media
Kasubbid Publikasi
Kasubbid Penyiapan Pelap.
Eva Ikasari, S.Sos
Drs. Srijanto
Ir. Dian Irawati, MT
Krisno Yuwono, ST, MT
Kasubbag Protokol
Kasubbid Hub. Antar Lemb.
Kasubbid Dokumentasi
Kasubbid Evaluasi Pelap.
Drs. Yusrin
Warjono, S.Sos, MM
Lisniari Munthe, ST, MSc
Drs. A. Setiabudi, MEd.M
Kasubbag TU Pusat
Kasubbid Prog. & Evaluasi
Kasubbid Perpustakaan
Meike Kencanawulan,
Yunaldi, ST, MT
Dra. Sri Wuryaningsih, CES
Gambar 4.3 Struktur Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum
76
Komposisi Pegawai Pusat Komunikasi Publik NO
FUNGSI
STAFF
1.
Kepala Pusat Komunikasi Publik
1
1
2.
Kepala Bagian
1
1
3.
Kepala Sub bagian
3
3
4.
Kepala Bidang
3
3
5.
Kepala Sub bidang
8
8
6.
Ajudan Menteri
1
1
7.
Staff
79
79
8.
Petugas Pramubakti
-
BIASA
6
Total Tabel 4.4 Komposisi Pegawai Pusat Komunikasi Publik
JUMLAH
6 102
77
Komposisi Pegawai Pusat Komunikasi Publik Berdasarkan Tingkat Pendidikan NO
Pendidikan
Jabatan S2
S1
D3
Jumlah SMU
1
Kepala Puskom
1
1
2
Kepala Bagian
1
1
3
Kepala Sub bagian
2
2
4
Kepala Bidang
3
3
5
Kepala Sub bidang
7
6
Staff
7
Non Staff
1 28
14
29
8 5
5
41
74
13
13
54
102
Tabel 4.5 Komposisi Pegawai Pusat Komunikasi Publik Berdasarkan Tingkat Pendidikan 4.2
Hasil Penelitian Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang diperoleh
dari data hasil penelitian. Data hasil penelitian merupakan data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang telah disebarkan kepada 35 responden. Data yang diperoleh dari hasil kuesioner berupa data penelitian. Data penelitian adalah data yang diperoleh dari jawaban responden atas pertanyaan atau pernyataan mengenai satu variabel penelitian. Di dalam kuesioner yang dibuat peneliti, terdapat 5 dimensi dengan 8 pernyataan untuk dimensi keterbukaan, dimensi kedua yaitu empati, dengan 5 pernyataan, 9 pernyataan untuk dimensi sikap mendukung, 4 peryataan untuk
78
dimensi sikap positif, dan yang terakhir 6 pernyataan untuk dimensi kesetaraan sehingga total pernyataan ada 32 pernyataan. Sampel penelitian sebanyak 35 orang dari populasi 35 orang pada divisi Media Relations Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum, penetapan banyaknya sampel menggunakan teknik Total Sampling atau Sampling Jenuh yaitu teknik sampling dengan mengambil keseluruhan total populasi sebagai sampling. Hal ini dimaksudkan agar didapatkan hasil penelitian yang akurat mengingat sumlah sampling yang relatif kecil.. Penyebaran kuesioner dilakukan secara langsung oleh peneliti kepada Staff / karyawan Sub-Bagian Hubungan Media, Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum yang dijadikan sampel penelitian pada bulan Oktober 2009. Untuk mengukur variabel yang diteliti digunakan kuesioner dengan menggunakan skala likert, dimana responden menjawab sangat setuju diberi skor 5, responden yang menjawab setuju diberi skor 4, responden yang menjawab ragu-ragu diberi skor 3, responden yang menjawab tidak setuju diberi skor 2, dan responden yang menjawab sangat tidak setuju diberi skor 1. 4..2.1 Analisis Data dari Tiap-tiap Dimensi Untuk mengetahui efektifitas komunikasi antar pribadi pada Sub-Bagian Hubungan Media, Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum pada kuesioner yang dibagikan kepada responden didalamnya terkandung pertanyaanpertanyaan yang berkaitan dengan unsur-unsur tiap dimensi.
79
Untuk pernyataan dimensi keterbukaan, diperoleh hasil penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 4.6. 4.2.1.1 Dimensi Keterbukaan Tabel Responden bersedia mengungkapkan informasi yang biasa disembunyikannya dengan teman sekerja N = 35 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Sangat Tidak Setuju
1
2,9
2,9
2,9
Tidak Setuju
9
25,7
25,7
28,6
Ragu-ragu
8
22,9
22,9
51,4
16
45,7
45,7
97,1
1
2,9
2,9
100,0
35
100,0
100,0
Setuju Sangat Setuju Total
Tabel 4.6 Tabel Responden bersedia mengungkapkan informasi yang biasa disembunyikannya dengan teman sekerja. Sumber : Jawaban responden terhadap pertanyaan no. 1 Berdasarkan data yang tertera di atas berarti sebagian responden mayoritas bersedia mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan kepada teman sekerjanya. Informasi yang dibagi dengan temannya inilah yang menyangkut masalah pekerjaan ataupun informasi pribadi akan tetapi banyaknya responden yang menjawab “Tidak Setuju” disebabkan karena menurut seorang responden yang menjawab merasa bahwa ada beberapa hal yang tidak perlu untuk diketahui oleh orang lain semisal gaji, bonus dan hal lainnya yang terkadang menyangkut masalah pribadi yang memalukan atau sebagainya58.
58
Jawaban dari wawancara dengan responden nomor 1, 04/10/2009, 11.09 WIB.
80
Pernyataan dimensi keterbukaan, yang kedua yaitu saya memberikan informasi hanya kepada teman yang bekerja pada satu divisi. Untuk pernyataan kedua ini, hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel Responden memberikan informasi hanya kepada teman yang bekerja pada satu divisi N = 35 Cumulative Frequency Valid
Sangat Tidak Setuju
Percent
Valid Percent
Percent
2
5,7
5,7
5,7
18
51,4
51,4
57,1
Ragu-ragu
5
14,3
14,3
71,4
Setuju
9
25,7
25,7
97,1
Sangat Setuju
1
2,9
2,9
100,0
35
100,0
100,0
Tidak Setuju
Total
Tabel 4.7 Responden memberikan informasi hanya kepada teman yang bekerja pada satu divisi. Sumber : Jawaban Responden pertanyaan no 2. Berdasarkan data yang tertera ini berarti sebagian responden mayoritas tidak setuju jika hanya berbagi informasi hanya kepada teman yang berada pada divisi yang sama, hal ini dapat dipastikan dengan jawaban pada pertanyaan sebelumnya bahwa responden bersedia untuk memberikan informasi yang disembunyikan dengan teman kerja mereka yang berarti mereka tidak hanya ingin berbagi informasi dengan teman satu divisi tetapi juga dengan teman dari divisi yang berbeda. Hal ini juga ditegaskan oleh salah seorang responden yang sempat diwawancarai oleh peneliti yang mengatakan bahwa berbagi informasi tidak
81
hanya dilakukan kepada teman satu divisi tetapi juga dapat dilakukan dengan teman yang berbeda divisi59. Selanjutnya hasil pernyataan dimensi keterbukaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel Responden mengungkapkan kesulitan pekerjaannya kepada teman pada divisi lain N =35 Cumulative Frequency Valid
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Total
Percent
Valid Percent
Percent
1
2,9
2,9
2,9
10
28,6
28,6
31,4
7
20,0
20,0
51,4
15
42,9
42,9
94,3
2
5,7
5,7
100,0
35
100,0
100,0
Tabel 4.8 Responden mengungkapkan kesulitan pekerjaannya kepada teman pada divisi lain. Sumber : Jawaban Responden pertanyaan no 3. Berdasarkan data yang tertera menyatakan jika sebagian responden mayoritas ”setuju” untuk mengungkapkan kesulitan pekerjaan yang dialaminya kepada teman pada divisi lain. Akan tetapi terdapat keunikan dimana ada responden yang menjawab tidak setuju atau sangat tidak setuju, hal ini lebih disebabkan karena responden yang menjawab merasa malu atau tidak ingin dikira tidak mampu dalam menyelesaikan pekerjaannya60. Jawaban ini didapat dari hasil observasi peneliti selama mengadakan penelitian dan juga obro
59 60
Jawaban dari wawancara dengan responden nomor 8, 04/10/2009, 11.39 WIB Jawaban dari wawancara dengan responden nomor 7, 04/10/2009, 11.30 WIB
82
lan selingan dengan responden. Selanjutnya hasil pernyataan dimensi keterbukaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini dengan judul “saya bereaksi secara langsung terhadap informasi yang diberikan oleh teman satu divisi” : Tabel Responden bereaksi secara langsung terhadap informasi yang diberikan oleh teman satu divisi N = 35 Cumulative Frequency Valid
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Total
Percent
Valid Percent
Percent
-
-
-
-
10
28,6
28,6
28,6
4
11,4
11,4
40,0
19
54,3
54,3
94,3
2
5,7
5,7
100,0
35
100,0
100,0
Tabel 4.9 Responden bereaksi secara langsung terhadap informasi yang diberikan oleh teman satu divisi. Sumber : Jawaban responden pada pertanyaan no. 4 Berdasarkan data yang tertera di atas, banyaknya yang menjawab “setuju” berarti mayoritas responden bersedia bereaksi secara langsung terhadap informasi yang diberikan oleh teman satu divisinya. Salah satu responden yang menjawab tidak setuju tersebut mengatakan “bereaksi secara langsung hanya dapat dilakukan jika kita sedang bertatap muka ,tapi terkadang risih juga kan klo kita bereaksi secara berlebihan terus diliat banyak orang”61.
61
Jawaban dari wawancara dengan responden nomor 9, 04/10/2009, 11.39 WIB
83
Selanjutnya hasil pernyataan dimensi keterbukaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini dengan pertanyaan “saya bereaksi secara langsung terhadap informasi yang diberikan oleh teman yang berbeda divisi” : Tabel Responden bereaksi secara langsung terhadap informasi yang diberikan oleh teman yang berbeda divisi N = 35 Cumulative Frequency Valid
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Total
Percent
Valid Percent
Percent
-
-
-
-
11
31,4
31,4
31,4
8
22,9
22,9
54,3
15
42,9
42,9
97,1
1
2,9
2,9
100,0
35
100,0
100,0
Tabel 4.10 Responden bereaksi secara langsung terhadap informasi yang diberikan oleh teman yang berbeda divisi. Sumber : Jawaban Responden pertanyaan no 5. Melihat hasil pada tabel diatas, ini berarti mayoritas responden “Setuju” untuk bereaksi secara langsung terhadap informasi yang diberikan oleh teman yang berbeda divisi. Kemudian responden yang menjawab ragu-ragu ataupun tidak setuju merupakan responden yang berpendapat bahwa bereaksi secara langsung hanya dapat dilakukan bila sedang terjadi tatap muka secara langsung, pernyataan ini merupakan hasil wawancara peneliti dengan beberapa responden62.
62
Jawaban dari wawancara dengan responden nomor 21, 04/10/2009, 13.29 WIB
84
Pernyataan selanjutnya masih dalam dimensi keterbukaan, dengan pernyataan “saya selalu memberikan pendapat pribadi kepada teman sekerja” yang dapat dilihat pada tabel berikut Tabel Responden memberikan pendapat pribadi kepada teman sekerja N =35 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Sangat Tidak Setuju
2
5,7
5,7
5,7
Tidak Setuju
5
14,3
14,3
20,0
Ragu-ragu
6
17,1
17,1
37,1
21
60,0
60,0
97,1
1
2,9
2,9
100,0
35
100,0
100,0
Setuju Sangat Setuju Total
Tabel 4.11 Responden memberikan pendapat pribadi kepada teman sekerja. Sumber : Jawaban Responden pertanyaan no 6. Melihat hasil pada tabel diatas, berarti mayoritas responden “Setuju” untuk selalu memberikan pendapat pribadinya kepada teman sekerja. Adapun responden yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju beranggapan bahwa “pendapat pribadi atau saran yang diberikan untuk orang lain akan diutarakan jika diminta secara langsung, bukan inisiatif diri sendiri. Perilaku ini dimaksudkan bukan untuk merendahkan teman sekerjanya namun takut jika terjadi kesalahpahaman, yaitu takut merasa “sok tahu”, “sok senior” dan semacamnya”63. Keterangan ini didapatkan dari hasil perbincangan dengan responden yang menjawab di kedua jawaban tersebut.
63
Jawaban dari wawancara dengan responden nomor 21, 04/10/2009, 13.29 WIB
85
Pernyataan selanjutnya masih dalam dimensi keterbukaan, dengan pernyataan “Saya tidak pernah mengeomentari pendapat teman” yang dapat dilihar pada tabel berikut :
Tabel Responden tidak pernah mengomentari pendapat teman satu divisi N = 35 Cumulative Frequency Valid
Sangat Tidak Setuju
Percent
Valid Percent
Percent
3
8,6
8,6
8,6
Tidak Setuju
16
45,7
45,7
54,3
Ragu-ragu
11
31,4
31,4
85,7
Setuju
5
14,3
14,3
100,0
Sangat Setuju
-
-
-
-
35
100,0
100,0
Total
Tabel 4.12 Responden tidak pernah mengomentari pendapat teman satu divisi Sumber : Jawaban Responden pertanyaan no. 7 Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata responden setidaknya pernah mengomentari pendapat teman satu divisinya atau dengan kata lain responden setuju untuk mengomentari pendapat teman satu divisinya. Ini menunjukkan bahwa terjadi komunikasi antara sesama teman divisi meskipun komunikasi berupa tanggapan atau komentar yang diberikan kepada lawan bicara. Pertanyaan tersebut diatas merupakan pertanyaan yang sifatnya negatif yang memang sesuai dengan harapan peneliti bahwa responden secara sadar mengakui bahwa mereka pasti memberikan komentar kepada rekan kerjanya, namun ada beberapa responden yang menjawab bahwa mereka tidak pernah mengomentari teman sedivisinya, hal ini disebabkan karena ada beberapa orang
86
yang memang bekerja secara individual
64
, dan ada pula yang salah mengartikan
pertanyaan tersebut. Namun ketika hendak mengkoreksi jawabannya responden memilih untuk tidak merubah jawabannya. Selanjutnya pada dimensi keterbukaan, responden akan menjawab pernyataan yang berbunyi “Saya tidak pernah memberikan reaksi apapun kepada teman sekerja” dengan hasil sebagai berikut : Tabel Responden tidak pernah memberikan reaksi apapun kepada teman sekerja N = 35 Cumulative Frequency Valid
Sangat Tidak Setuju
Percent
Valid Percent
Percent
6
17,1
17,1
17,1
21
60,0
60,0
77,1
Ragu-ragu
7
20,0
20,0
97,1
Setuju
1
2,9
2,9
100,0
Sangat Tidak Setuju
-
-
-
-
35
100,0
100,0
Tidak Setuju
Total
Tabel 4.13 Responden tidak pernah memberikan reaksi apapun kepada teman sekerja. Sumber : Jawaban Responden pada pertanyaan No. 8 Dari hasil pernyataan yang diajukan, menunjukkan bahwa lebih dari 90% responden menyatakan bahwa mereka bersedia memberikan reaksi berupa apapun kepada
teman sekerjanya. Menunjukkan bahwa
komunikasi, khususnya
komunikasi antar pribadi akan memberikan reaksi sekecil apapun terhadap lawan bicaranya sehingga komunikasi tetap berjalan. Adapun yang menjawab setuju
64
Jawaban dari wawancara dengan responden nomor 12, 04/10/2009, 12.09 WIB
87
terhadap pertanyaan tersebut disebabkan karena kesalahan persepsi oleh responden dalam menjawab65. Melihat hasil jawaban yang diberikan responden, maka dapat diambil kesimpulan bahwa keterbukaan dapat dilakukan dengan berkomunikasi secara jujur dan terbuka serta tidak ada hal-hal yang disembunyikan, mau memberi dan menerima pendapat, kritik dan saran secara terbuka dan bebas secara timbal balik. Keterbukaan juga dapat dilakukan dengan orang lain, tidak hanya kepada teman yang bekerja pada satu divisi tetapi juga terhadap teman yang berada pada divisi yang berbeda. 4.2.1.2 Dimensi Empati Untuk pernyataan dimensi Empati, diperoleh hasil penelitian sesuai dengan yang digambarkan pada tabel di bawah ini : Tabel Responden mampu mengetahui apa yang sedang dirasakan oleh teman sekerja dengan berkomunikasi. N = 35 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Sangat Tidak Setuju
-
-
-
-
Tidak Setuju
2
5,7
5,7
5,7
Ragu-ragu
1
2,9
2,9
8,6
26
74,3
74,3
82,9
6
17,1
17,1
100,0
35
100,0
100,0
Setuju Sangat Setuju Total
Tabel 4.14 Responden mampu mengetahui apa yang sedang dirasakan oleh teman sekerja dengan berkomunikasi. Sumber : Jawaban Responden pada pertanyaan No. 9
65
Jawaban dari wawancara dengan responden nomor 34, 04/10/2009, 15.37 WIB
88
Sehingga dapat diketahui bahwa dengan berkomunikasi seseorang dapat mengetahui apa yang dirasakan oleh orang lain, begitu juga dalam lingkup teman sekerja. Komunikasi dapat menimbulkan efek empati dari diri kita terhadap orang lain. Karena dengan berkomunikasi seseorang dapat mengetahui informasi mengenai orang lain. Hal tersebut dapat membangkitkan rasa empati seseorang terhadap orang lain. Pada pertanyaan diatas, terdapat responden yang menjawab tidak setuju, jawaban yang kontradiktif ini merupakan jawaban beberapa responden yang memperlihatkan bahwa setiap individu mempunyai karakter masing-masing dalam menanggapi informasi yang didapatnya ketika berkomunikasi dengan orang lain, salah satu responden beranggapan bahwa untuk mengetahui perasaan orang lain, dapat diketahuinya bila dirinya yang mengalami langsung66. Pertanyaan selanjutnya masih pada dimensi empati yang berbunyi “Saya dapat ikut merasakan apa yang dirasakan oleh teman satu divisi pada saat tertentu”. Untuk hasil pertanyaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
66
Jawaban dari wawancara dengan responden nomor 33, 04/10/2009, 15.27 WIB
89
Tabel Responden dapat ikut merasakan apa yang dirasakan oleh teman satu divisi pada saat tertentu N = 35
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Sangat Tidak Setuju
-
-
-
-
Tidak Setuju
2
5,7
5,7
5,7
Ragu-ragu
6
17,1
17,1
22,9
25
71,4
71,4
94,3
2
5,7
5,7
100,0
35
100,0
100,0
Setuju Sangat Setuju Total
Tabel 4.15 Responden dapat ikut merasakan apa yang dirasakan oleh teman satu divisi pada saat tertentu. Sumber : Jawaban Responden pada pertanyaan no. 10 Dari hasil diatas, dapat diketahui bahwa bersikap empati pada komunikasi antar pribadi dalam lingkup kerja berarti ikut merasakan apa yang dirasakan oleh teman satu divisi dan juga orang lain pada saat tertentu. Sama seperti pada pertanyaan sebelumnya yang menyatakan bahwa dengan berkomunikasi dengan orang lain, seseorang dapat mengetahui perasaan orang lain. Pada pertanyaan ini pun, responden yang menjawab tidak setuju beranggapan bila dirinya harus merasakan secara langsung apa yang dirasakan oleh orang lain sehingga dirinya dapat ikut merasakan apa yang dirasa oleh orang lain67. Pertanyaan masih pada dimensi empati yang berbunyi “Dengan berkomunikasi, saya turut merasakan apa yang dialami oleh teman satu divisi”. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut :
67
Jawaban dari wawancara dengan responden nomor 33, 04/10/2009, 15.27 WIB
90
Tabel Dengan berkomunikasi, responden turut merasakan seperti yang dialami oleh teman satu divisi N= 35 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Sangat Tidak Setuju
-
-
-
-
Tidak Setuju
1
2,9
2,9
2,9
Ragu-ragu
4
11,4
11,4
14,3
26
74,3
74,3
88,6
4
11,4
11,4
100,0
35
100,0
100,0
Setuju Sangat Setuju Total
Tabel 4.16 Dengan berkomunikasi, responden turut merasakan seperti yang dialami oleh teman satu divisi. Sumber : Jawaban Responden pada pertanyaan No.11 Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa komunikasi antar pribadi dalam lingkup kerja yang disertai sikap empati membantu kita untuk turut merasakan apa yang dialami teman satu divisi kita. Seperti pada pertanyaan sebelumnya, namun pada pertanyaan ini hanya menegaskan bahwa komunikasi disertai empati membuat seseorang turut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Dan jika terdapat jawaban yang menyatakan tidak setuju itu lebih dikarenakan responden beranggapan dirinya harus merasakan secara langsung apa yang dirasakan oleh orang lain sebelum turut merasakan perasaan orang lain tersebut68.
68
Jawaban dari wawancara dengan responden nomor 33, 04/10/2009, 15.27 WIB
91
Pernyataan selanjutnya berbunyi “Ketika berkomunikasi, saya selalu mengatur pembicaraan saya”. Untuk pernyataan tersebut, hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel Ketika berkomunikasi responden selalu mengatur pembicaraan saya N= 35 Cumulative Frequency Valid
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Total
Percent
Valid Percent
Percent
1
2,9
2,9
2,9
10
28,6
28,6
31,4
3
8,6
8,6
40,0
17
48,6
48,6
88,6
4
11,4
11,4
100,0
35
100,0
100,0
Tabel 4.17 Ketika berkomunikasi responden selalu mengatur pembicaraan saya. Sumber : Jawaban Responden pada pertanyaan no. 12 Keterangan yang dapat ditarik dari tabel diatas adalah, responden setuju bahwa dalam berkomunikasi mereka selalu mengatur pembicaraannya. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi antar pribadi dengan sikap empati membuat seseorang untuk mengatur pembicaraannya ketika berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini dilakukan sesuai dengan suasana tempat berkomunikasi, waktu dan lawan bicaranya. Akan tetapi cukup banyak juga yang menjawab tidak setuju, salah seorang responden beranggapan bahwa komunikasi tidaklah harus selalu mengatur pembicaraan, karena dapat merusak makna berkomunikasi itu sendiri, namun inti dari pertanyaan tersebut sendiri adalah berkomunikasi tidak dapat dilakukan jika
92
seseorang berbicara tanpa tahu apa yang hendak dibicarakannya 69, maka dalam berkomunikasi seseorang perlu untuk mengatur pembicaraannya. Pertanyaan selanjutnya berbunyi “Saat berkomunikasi saya berusaha menyesuaikan diri bagaimana cara menyatakan sesuatu”, hasilnya dapat dilihat pada tabel berikt ini : Tabel Saat berkomunikasi responden berusaha menyesuaikan diri bagaimana cara menyatakan sesuatu N= 35
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Sangat Tidak Setuju
-
-
-
-
Tidak Setuju
3
8,6
8,6
8,6
Ragu-ragu
6
17,1
17,1
25,7
19
54,3
54,3
80,0
7
20,0
20,0
100,0
35
100,0
100,0
Setuju Sangat Setuju Total
Tabel 4.17 Saat berkomunikasi responden berusaha menyesuaikan diri bagaimana cara menyatakan sesuatu. Sumber : Jawaban Responden pada pertanyaan No. 13 Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa mayoritas responden setuju bahwa dalam berkomunikasi mereka berusaha menyesuaikan dirinya bagaimana cara
menyatakan sesuatu. Dengan bersikap empati, seseorang
berupaya untuk menyesuaikan diri ketika menyatakan sesuatu. Ini dilakukan dengan maksud agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penyampaian pesan kepada orang lain. Adapun responden yang menjawab tidak setuju, salah satu respondennya menyatakan “,,berbicara dengan orang lain tidak perlu 69
Jawaban dari wawancara dengan responden nomor 32, 04/10/2009, 15.17 WIB
93
penyesuaian, karena malah membuat kita jadi grogi baiknya langsung aja (spontan),,”70.
Responden
beranggapan
bahwa
penyesuaian
diri
ketika
menyampaikan sesuatu malah membuat dirinya tidak dapat menyampaikan maksud yang hendak diberikan kepada orang lain (terjadi miss ketika berkomunikasi). Kesimpulan akhir untuk dimensi empati dalam komunikasi antar pribadi adalah dalam mencapai empati ketika berkomunikasi maka kita perlu untuk berupaya mengetahui dan berusaha untuk merasakan apa yang dialami oleh orang lain, begitu pula ketika kita hendak berkomunikasi hendaknya berusaha untuk mengatur dan menyesuaikan diri dan pembicaraan ketika berkomunikasi dengan orang lain.
4.2.1.3 Dimensi Sikap Mendukung Untuk pernyataan dimensi Sikap Mendukung, diperoleh hasil penelitian sesuai dengan yang digambarkan pada tabel di bawah ini :
70
Jawaban dari wawancara dengan responden nomor 32, 04/10/2009, 15.17 WIB
94
Tabel Responden mempersepsikan komunikasi sebagai permintaan akan informasi tertentu N= 35
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Sangat Tidak Setuju
-
-
-
-
Tidak Setuju
4
11,4
11,4
11,4
Ragu-ragu
3
8,6
8,6
20,0
23
65,7
65,7
85,7
5
14,3
14,3
100,0
35
100,0
100,0
Setuju Sangat Setuju Total
Tabel 4.18 Responden mempersepsikan komunikasi sebagai permintaan akan informasi tertentu. Sumber : Jawaban responden pada pertanyaan No. 14 Sehingga hasil yang didapat adalah mayoritas responden “Setuju” menyatakan bahwa mereka mempersepsikan komunikasi sebagai permintaan akan informasi tertentu. Permintaan akan informasi adalah salah satu bentuk nyata bahwa komunikasi dengan orang lain, terutama dengan teman kerja merupakan sebuah bentuk sikap mendukung. Adapun responden yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut berasumsikan jika mendukung seseorang tidaklah harus dalam bentuk komunikasi seperti mencari atau meminta informasi dari orang lain, komunikasi hanyalah sebuah perantara atau alat dalam meminta informasi tersebut71. Sikap mendukung dapat ditunjukkan dengan berbagai cara, seperti sapaan, senyuman, berjabat tangan dan sebagainya.
71
Jawaban dari wawancara dengan responden nomor 15, 04/10/2009, 12.40 WIB
95
Pertanyaan
selanjut
pada
dimensi
sikap
mendukung
berbunyi
“Berkomunikasi dengan teman sekerja merupakan cara saya untuk memperoleh informasi”. Pertanyaan tersebut dapat dilihat hasilnya pada tabel berikut ini : Tabel Berkomunikasi dengan teman sekerja merupakan cara untuk memperoleh informasi N= 35
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Sangat Tidak Setuju
-
-
-
-
Tidak Setuju
1
2,9
2,9
2,9
Ragu-ragu
4
11,4
11,4
14,3
26
74,3
74,3
88,6
4
11,4
11,4
100,0
35
100,0
100,0
Setuju Sangat Setuju Total
Tabel 4.19 Berkomunikasi dengan teman sekerja merupakan cara untuk memperoleh informasi. Sumber : Jawaban Responden pada pertanyaan No. 15 Berdasarkan tabel diatas, maka didapat keterangan sebagai berikut, mayoritas responden “Setuju” bahwa komunikasi dengan teman sekerja merupakan cara untuk memperoleh informasi. Tentunya berkomunikasi dengan teman kerja merupakan salah satu upaya untuk menunjukkan sikap mendukung, kenapa? Karena ketika seseorang berbagai informasi mengenai pekerjaan dimana tempat dirinya bekerja membuat orang lain merasa mendapat dukungan bahwa ia diterima di tempat dirinya bekerja. Akan tetapi ada juga responden yang beranggapan bahwa sikap mendukung tidaklah harus meminta atau bertanya mengenai informasi tertentu karena memperoleh informasi tidak selalu didapatkan dengan berkomunikasi
96
dengan teman sekerjanya, menurutnya berbagi informasi juga dapat diperoleh melalui sarana lain seperti yang tercantum pada buku panduan ataupun catatancatatan terlebih dahulu72. Sehingga responden yang menjawab tidak setuju menyatakan asumsinya dalam sikap mendukung dengan cara yang berbeda pula. Pertanyaan pada dimensi sikap mendukung berikutnya adalah “Saat berkomunikasi dengan teman satu divisi saya tidak perlu menggunakan strategi tertentu melainkan spontan saja”. Hasil pertanyaan tersebut akan dijelaskan pada tabel berikut ini : Tabel Saat berkomunikasi dengan teman satu divisi, tidak perlu menggunakan strategi tertentu melainkan spontan saja N= 35 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Sangat Tidak Setuju
2
5,7
5,7
5,7
Tidak Setuju
9
25,7
25,7
31,4
Ragu-ragu
10
28,6
28,6
60,0
Setuju
14
40,0
40,0
100,0
-
-
-
-
35
100,0
100,0
Sangat Setuju Total
Tabel 4.20 Saat berkomunikasi dengan teman satu divisi, tidak perlu menggunakan strategi tertentu melainkan spontan saja. Sumber : Jawaban Responden pada pertanyaan No. 16 Keterangan yang diperoleh dari tabel diatas adalah sebagai berikut, dalam menunjukkan sikap mendukung, responden menyatakan tidak perlu menggunakan strategi tertentu ketika berkomunikasi dengan teman satu divisi, melainkan
72
Jawaban dari wawancara dengan responden nomor 35, 04/10/2009, 15.50 WIB
97
spontan saja. Sikap spontan merupakan sebuah bentuk aksi yang diberikan kepada orang lain ketika dirinya berkomunikasi dengan orang lain, hal ini memberikan efek pada orang lain jika dirinya memberi dukungan, karena pada saat terjadinya komunikasi dengan orang lain sikap spontanitas menunjukkan keterlibatan seseorang pada saat itu juga sehingga orang yang diajak berkomunikasi merasa dihargai dengan sikap tersebut. Meskipun begitu, ada juga responden yang menyatakan tidak setuju ataupun sangat tidak setuju terhadap pernyataan tersebut. Responden beranggapan bahwa komunikasi yang bersifat spontan hanya dapat dilakukan jika orang lain tersebut telah memiliki hubungan yang kuat dengan dirinya meski jika orang tersebut berasal dari teman satu divisi dengannya73. Pertanyaan selanjutnya masih dalam dimensi sikap mendukung, dengan pertanyaan “Saya tidak perlu menggunakan strategi tertentu melainkan spontan saja saat berkomunikasi dengan teman dari divisi lain”. Hasil pertanyaan tersebut terdapat pada tabel berikut ini :
73
Jawaban dari wawancara dengan responden nomor 14, 04/10/2009, 12.32 WIB
98
Tabel Responden tidak perlu menggunakan strategi tertentu melainkan spontan saja saat berkomunikasi dengan teman dari divisi lain N= 35 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Sangat Tidak Setuju
1
2,9
2,9
2,9
Tidak Setuju
9
25,7
25,7
28,6
Ragu-ragu
10
28,6
28,6
57,1
Setuju
15
42,9
42,9
100,0
-
-
-
-
35
100,0
100,0
Sangat Setuju Total
Tabel 4.21 Responden tidak perlu menggunakan strategi tertentu melainkan spontan saja saat berkomunikasi dengan teman dari divisi lain. Sumber : Jawaban Responden pada pertanyaa No. 17 Dari 35 responden diketahui bahwa gaya spontan dalam berkomunikasi berarti membantu dalam menciptakan sikap mendukung. Sikap strategik dalam berkomunikasi malah mempersulit dalam menciptakan sikap mendukung. Seperti telah dijelaskan pada pernyataan sebelumnya, sikap spontan membuat seseorang merasa dihargai ketika melakukan sebuah komunikasi karena memperlihatkan kehadiran orang yang diajaknya berkomunikasi. Pada pernyataan kali ini masih terdapat responden yang menjawab tidak setuju bahkan sangat tidak setuju, karena anggapan bahwa spontanitas hanya dapat dilakukan jika seseorang benar-benar merasa dekat atau terikat dengan dirinya74.
74
Jawaban dari wawancara dengan responden nomor 14, 04/10/2009, 12.33 WIB
99
Pertanyaan selanjutnya pada dimensi sikap mendukung berbunyi “Berkomunikasi dengan teman dari divisi lain, membantu saya dapat berpikir secara terbuka”. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel Berkomunikasi dengan teman dari divisi lain, membuat responden dapat berpikir secara terbuka N= 35
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Sangat Tidak Setuju
-
-
-
-
Tidak Setuju
2
5,7
5,7
5,7
Ragu-ragu
3
8,6
8,6
14,3
27
77,1
77,1
91,4
3
8,6
8,6
100,0
35
100,0
100,0
Setuju Sangat Setuju Total
Tabel 4.22 Berkomunikasi dengan teman dari divisi lain, membuat responden dapat berpikir secara terbuka. Sumber : Jawaban Responden pada pertanyaa No. 18 Berdasarkan keterangan responden dalam menjawab pertanyaan diatas, maka mereka menyatakan “Setuju” bahwa komunikasi dengan teman dari divisi lain membuat mereka dapat berpikir secara terbuka. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa komunikasi mempengaruhi cara berpikir mereka untuk menjadi lebih terbuka, ini mengindikasikan bahwa sikap mendukung dalam berkomunikasi sedang berlangsung. Komunikasi dengan teman dari divisi lain dapat memberikan informasi dari sudut pandang yang berbeda sehingga mampu menciptakan informasi baru yang sekiranya bisa atau tida bisa diterima oleh seseorang, akan tetapi informasi
100
yang diterimanya tersebut sekiranya membuat seseorang untuk berpikir dengan lebih terbuka, sehingga komunikasi tersebut merupakan salah satu satu wujud dukungan dari orang lain kepada seseorang. Pada pernyataan kali ini, responden yang menjawab tidak setuju mengasumsikan bahwa berpikir terbuka tidaklah harus berkomunikasi dengan teman dari divisi lain melainkan menganalisa setiap kejadian yang kemudian mencari pemecahan masalahnya75. Berikutnya pertanyaan masih dalam dimensi sikap mendukung, dengan pertanyaan “Berkomunikasi dengan teman satu divisi, membuat saya dapat berpikir secara terbuka”. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Berkomunikasi dengan teman satu divisi, membuat responden dapat berpikir secara terbuka N= 35
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Sangat Tidak Setuju
-
-
-
-
Tidak Setuju
2
5,7
5,7
5,7
Ragu-ragu
5
14,3
14,3
20,0
22
62,9
62,9
82,9
6
17,1
17,1
100,0
35
100,0
100,0
Setuju Sangat Setuju Total
Tabel 4.23 Berkomunikasi dengan teman satu divisi, membuat responden dapat berpikir secara terbuka. Sumber : Jawaban Responden pada pertanyaa No. 19 Berdasarkan tabel di atas, dapat kita ketahui responden “Setuju” bahwa berkomunikasi dengan teman satu divisi membuat mereka dapat berpikir terbuka. Sehingga kesimpulannya, dalam sikap mendukung salah satunya dapat kita 75
Jawaban dari wawancara dengan responden nomor 14, 04/10/2009, 12.33 WIB
101
lakukan dengan berkomunikasi dengan teman satu divisi, dimana komunikasi tersebut mempengaruhi cara berpikir untuk lebih terbuka. Hasil ini tidak berbeda jauh dengan pernyataan sebelumnya, dimana pernyataan ini menegaskan bahwa komunikasi dilakukan sebagai upaya untuk menunjukkan sikap mendukung kita kepada orang lain termasuk didalamnya teman dari satu divisi atau berbeda divisi. Adapun responden yang menjawab tidak setuju, responden beranggapan bahwa komunikasi dengan teman yang berbeda divisi juga belum tentu menjadikan seseorang menjadi lebih terbuka, karena harus ada kesadaran dari diri sendiri untuk berubah menjadi lebih baik, lebih terbuka dalam menyingkapi suatu permasalahan76. Pertanyaan pada dimensi sikap mendukung dilanjutkan dengan pertanyaan “Jika cara pandang teman sekerja saya berbeda, saya bersedia menerima perbedaan cara pandang”. Dimana hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Jika cara pandang teman sekerja respodnen berbeda, responden bersedia menerima perbedaan cara pandang N= 35
Frequency Valid
Cumulative
Percent
Percent
Sangat Tidak Setuju
-
-
-
-
Tidak Setuju
3
8,6
8,6
8,6
Ragu-ragu
3
8,6
8,6
17,1
27
77,1
77,1
94,3
2
5,7
5,7
100,0
35
100,0
100,0
Setuju Sangat Setuju Total
76
Percent
Valid
Jawaban dari wawancara dengan responden nomor 14, 04/10/2009, 12.34 WIB
102
Tabel 4.24 Jika cara pandang teman sekerja respodnen berbeda, responden bersedia menerima perbedaan cara pandang. Sumber : Jawaban Responden pada pertanyaa No.20 Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa responden bersedia menerima perbedaan cara pandang dengan teman sekerjanya, upaya ini salah satu bentuk sikap mendukung dalam berkomunikasi. Perbedaan cara pandang sering kali menjadi masalah baik dalam skala besar ataupun kecil, dalam lingkup bekerja, perbedaan cara pandang acap kali menjadi hambatan seseorang dalam berkomunikasi dengan teman kerjanya, sehingga orang tersebut merasa tidak didukung oleh teman kerjanya. Namun dengan menerima perbedaan pendapat orang lain, seseorang menunjukkan bahwa dirinya tidak keberatan dengan adanya perbedaan sehingga menciptakan suasana saling mendukung satu sama lain. Responden yang menjawab tidak setuju pada pernyataan tersebut menanggapinya dengan beranggapan bahwa menolak perbedaan juga merupakan salah satu bentuk dukungan kepada pihak lain karena bentuk penolakan tersebut juga menimbulkan sikap mendukung, penolakan dalam artian positif dimana seseorang berusaha menanggapi pendapat orang lain77. Selanjutnya pertanyaan masih dalam dimensi sikap mendukung dengan bunyi “Saya bersedia menerima pandangan yang berbeda dari teman satu divisi saya”. Untuk pertanyaan tersebut, hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut :
77
Jawaban dari wawancara dengan responden nomor 34, 04/10/2009, 15.38 WIB
103
Tabel Responden bersedia menerima pandangan yang berbeda dari teman satu divisi saya N= 35
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Sangat Tidak Setuju
-
-
-
-
Tidak Setuju
1
2,9
2,9
2,9
Ragu-ragu
4
11,4
11,4
14,3
28
80,0
80,0
94,3
2
5,7
5,7
100,0
35
100,0
100,0
Setuju Sangat Setuju Total
Tabel 4.25 Responden bersedia menerima pandangan yang berbeda dari teman satu divisi saya. Sumber : Jawaban Responden pada pertanyaa No. 21 Dari keterangan pada tabel tersebut, sehingga dapat diketahui jika mayoritas responden bersedia menerima perbedaan pandangan dari teman satu divisinya sebagai bentuk sikap mendukung dalam komunikasi. Menerima perbedaan cara pandang bisa menjadi sebuah bentuk dukungan seseorang terhadap orang lain dengan cara mengakui perbedaan cara pandang itu sebagai sebuah nyata bahwa orang lain memberikan pendapatnya. Pada pernyataan yang mayoritas menjawab setuju ini, salah satu responden yang menjawab tidak setuju beralasan bahwa menerima cara pandang tidak harus pada teman satu divisi tetapi juga dapat dilakukan kepada teman dari divisi yang berbeda ataupun orang lain78.
78
Jawaban dari wawancara dengan responden nomor 34, 04/10/2009, 15.38 WIB
104
Pertanyaan berikut masih sekitar dimensi sikap mendukung “Jika cara pandang teman satu divisi saya benar, maka saya bersedia mengubah pandangan saya sendiri”, hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Jika cara pandang teman satu divisi benar, responden bersedia mengubah pandangannya N= 35
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Sangat Tidak Setuju
-
-
-
-
Tidak Setuju
6
17,1
17,1
17,1
Ragu-ragu
6
17,1
17,1
34,3
18
51,4
51,4
85,7
5
14,3
14,3
100,0
35
100,0
100,0
Setuju Sangat Setuju Total
Tabel 4.26 Jika cara pandang teman satu divisi benar, responden bersedia mengubah pandangannya. Sumber : Jawaban Responden pada pertanyaa No. 22 Berdasarkan hasil kuestioner yang diberikan kepada responden diketahui bahwa beberapa responden bersedia untuk mengubah pandangannya sendiri jika cara pandang teman satu divisinya benar. Hal ini menunjukkan bahwa sikap saling mendukung sedang terjadi dan dilakukan dengan komunikasi, dimana komunikasi juga dapat merubah cara pandang orang lain. Mengapa kesediaan seseorang dalam merubah cara pandang merupakan sebuah bentuk dukungan? Karena
dengan
mengakui
kesalahan
pada
diri
sendiri
dan
berusaha
memperbaikinya dengan menerima saran atau cara pandang orang lain berarti kita turut menghormati dan mengakui bahwa orang lain tersebut telah memerikan
105
sebuah dampak positif pada diri kita sehingga orang tersebut juga merasa diakui dan dihargai. Pada pernyataan tersebut, terdapat responden yang menjawab “Tidak Setuju” dimana anggapan responden adalah cara pandang orang lain pun tidak sepenuhnya benar ataupun terkadang memang salah meski terlihat benar, jadi lebih baik tidak merubah cara pandang diri sendiri sebelum cara pandang orang lain tersebut benar-benar telah terbukti untuk itu terkadang menimbulkan keraguan pada responden itu sendiri79, maka jadilah terdapat responden yang menjawab tidak setuju terhadap pernyataan tersebut diatas. Dari kesimpulan-kesimpulan diatas, kemudian didapatkan kesimpulan bahwa sikap mendukung merupakan sikap spontan, bersedia dan terbuka dalam menerima informasi serta menunjukkannya dalam perubahan dari diri sendiri. Sikap mendukung dapat berwujud apa saja, namun pada intinya adalah sikap mendukung merupakan cara seseorang menunjukkan sikap atau tindakan kepada orang lain dengan cara yang bernilai positif.
4.2.1.4 Sikap Positif Untuk pertanyaan atau pernyataan dimensi Sikap Positif, diperoleh hasil penelitian sesuai dengan yang digambarkan pada tabel di bawah ini :
79
Jawaban dari wawancara dengan responden nomor 11, 04/10/2009, 11.26 WIB
106
Tabel Responden bersikap positif terhadap teman satu divisi N= 35
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Sangat Tidak Setuju
2
5,7
5,7
5,7
Tidak Setuju
7
20,0
20,0
25,7
Ragu-ragu
6
17,1
17,1
42,9
15
42,9
42,9
85,7
5
14,3
14,3
100,0
35
100,0
100,0
Setuju Sangat Setuju Total
Tabel 4.27 Responden bersikap positif terhadap teman satu divisi. Sumber : Jawaban Responden pada pertanyaan No. 23 Dari keterangan tersebut, maka diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan sikap positifnya kepada teman satu divisi sehingga membuat interaksi dia dan orang lain menjadi lebih menyenangkan. Sikap positif hendaklah muncul dari dalam diri sendiri dalam berbagai bentuk yang diberikan kepada orang lain, sikap positif tersebut dapat berupa verbal ataupun non-verbal yang maksud dari intinya adalah memberikan sikap yang baik kepada orang lain termasuk didalamnya teman kerja. Kali ini responden yang menjawab sangat tidak setuju dan tidak setuju mengungkapkan bahwa sikap positif belum tentu hadir pada setiap bentuk komunikasi dan lingkungan, responden juga beranggapan jika sikap positif tidak harus selalu diperlihatkan kepada orang lain80.
80
Jawaban dari wawancara dengan responden nomor 27, 04/10/2009, 14.25 WIB
107
Selanjutnya, pertanyaan masih ada pada dimensi sikap positif dengan pertanyaan “Saya menyatakan sikap positif dalam bentuk tindakan dari diri sendiri kepada teman satu divisi”. Hasilnya dapat diketahui dari tabel berikut ini : Tabel Responden menyatakan sikap positif dalam bentuk tindakan dari diri sendiri kepada teman satu divisi N= 35
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Sangat Tidak Setuju
-
-
-
-
Tidak Setuju
5
14,3
14,3
14,3
Ragu-ragu
7
20,0
20,0
34,3
22
62,9
62,9
97,1
1
2,9
2,9
100,0
35
100,0
100,0
Setuju Sangat Setuju Total
Tabel 4.28 Responden menyatakan sikap positif dalam bentuk tindakan dari diri sendiri kepada teman satu divisi. Sumber : Jawaban Responden pada pertanyaa No. 24 Berdasarkan tabel di atas, mayoritas responden “Setuju” bahwa mereka menyatakan sikap positifnya dalam bentuk tindakan dari diri sendiri kepada teman satu divisinya, tindakan yang diberikan dapat berupa pujian atau sanjungan atau lain sebagainya yang menunjukkan tindakan dari dirinya kepada orang lain. Sedangkan responden yang menjawab tidak setuju menyatakan bahwa tindakan yang ditunjukkan kepada orang lain tidak melulu merupakan tindakan positif, tetapi bisa juga bernilai negatif karenanya mereka tidak setuju kepada pernyataan tersebut. “,, masa kita harus terus-terusan nunjukin sikap positif ? klo temen kita
108
salah, masa kita mesti tetep nunjukin sikap positif,, kan ngga, so saya ga setuju dengan pernyataan tersebut,,” 81salah satu responden menegaskan. Selanjutnya pertanyaan pada dimensi sikap positif berbunyi “Kita perlu mendukung teman kerja kita secara positif “, hasilnya terdapat pada tabel berikut ini : Tabel Kita perlu mendukung teman kerja secara positif N= 35
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Sangat Tidak Setuju
-
-
-
-
Tidak Setuju
2
5,7
5,7
5,7
Ragu-ragu
3
8,6
8,6
14,3
23
65,7
65,7
80,0
7
20,0
20,0
100,0
35
100,0
100,0
Setuju Sangat Setuju Total
Tabel 4.29 Kita perlu mendukung teman kerja secara positif. Sumber : Jawaban Responden pada pertanyaa No. 25 Dari hasil penyebaran kuetioner, didapatkan bahwa rata-rata responden mendukung teman kerjanya secara positif, ini menunjukkan terjadinya sikap positif dengan komunikasi pada lingkungan kerja. Dalam lingungan kerja, dukungan dari teman kerja merupakan salah satu faktor yang paling penting bagi seseorang untuk terus bekerja, untuk itu sikap saling mendukung merupakan salah satu bentuk sikap positif antar teman kerja. Kemudian, pernyataan yang ditanggapi tidak setuju oleh responden disebabkan karena responden mempunyai pendapat lain. Salah seorangnya 81
Jawaban dari wawancara dengan responden nomor 27, 04/10/2009, 14.26 WIB
109
menyebutkan “,, mendukung teman kerja tidak harus dengan cara yang positif, bisa juga dilakukan dengan cara negatif, misalnya sengaja tidak maw membantu dia dalam kerjaannya, dengan gitu membuat teman kerja tidak menjadi manja pada kerjaannya ,,”.82 Pernyataan selanjutnya pada dimensi sikap positif berbunyi “Saya merasa perlu mendorong teman kerja untuk ikut berinteraksi dengan teman kerja lainnya”, hasil pertanyaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel Responden merasa perlu mendorong teman kerja untuk ikut berinteraksi dengan teman kerja lainnya N= 35
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Sangat Tidak Setuju
-
-
-
-
Tidak Setuju
8
22,9
22,9
22,9
Ragu-ragu
3
8,6
8,6
31,4
19
54,3
54,3
85,7
5
14,3
14,3
100,0
35
100,0
100,0
Setuju Sangat Setuju Total
Tabel 4.30 Responden merasa perlu mendorong teman kerja untuk ikut berinteraksi dengan teman kerja lainnya. Sumber : Jawaban Responden pada pertanyaa No.26 Dari 35 responden yang menjawab, mendorong teman kerja untuk ikut berinteraksi dengan teman kerja lainnya adalah salah bentuk sikap positif yang kita lakukan untuk orang lain. Saling berkomunikasi dengan sesama teman kerja adalah salah satu bentuk interaksi yang pasti terjadi dan harus terjadi, karena
82
Jawaban dari wawancara dengan responden nomor 29, 04/10/2009, 14.32 WIB
110
dengan saling berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain merupakan bentuk perwujud-an sikap positif. Mendorong teman untuk ikut berinteraksi juga merupakan sikap positif karena dengan mendorong orang lain untuk berinteraksi berarti seseorang merasa kehadiran teman kerjanya dalam sebuah interaksi mempunyai nilai penting baik untuk dirinya ataupun orang lain. Adapun responden yang menjawab tidak setuju menilai bahwa partisipasi orang lain dalam sebuah interaksi harus ditentukan oleh dirinya sendiri, kemudian responden juga menambahkan bahwa mendukung teman kerja memang perlu dilakukan tetapi juga harus dalam batas-batas tertentu yang sewajarnya83. Sikap positif dalam lingkup kerja memang banyak ragamnya, namun yang paling penting dalam menunjukkan sikap postif terhadap orang lain adalah dengan mewujudkannya dalam bentuk tindakan dari diri sendiri kepada orang lain, tindakan-tindakan itu dapat berupa dorongan atau ajakan yang ditujukan kepada teman kerja, dan lain sebagainya.
4.2.1.5 Kesetaraan Untuk pernyataan dimensi kesetaraan, diperoleh hasil penelitian sesuai dengan yang digambarkan pada tabel di bawah ini :
83
Jawaban dari wawancara dengan responden nomor 28, 04/10/2009, 14.40 WIB
111
Tabel Responden bersedia menerima pihak lain N= 35
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Sangat Tidak Setuju
-
-
-
-
Tidak Setuju
-
-
-
-
Ragu-ragu
5
14,3
14,3
14,3
26
74,3
74,3
88,6
4
11,4
11,4
100,0
35
100,0
100,0
Setuju Sangat Setuju Total
Tabel 4.31 Responden bersedia menerima pihak lain. Sumber : Jawaban Responden pada pertanyaa No. 27 Dalam hal ini, mayoritas responden bersedia menerima pihak lain. Ini dapat terlihat dari hasil jawaban “Setuju” yang diperoleh dari responden mengenai pernyataan ini. Maka diperoleh dari pernyataan tersebut adalah responden bersedia menerima pihak lain sebagai bentuk kesetaraan dari dirinya untuk orang lain. Pada pernyataan kali ini tidak ada jawaban yang memberikan kontradiktif, dikarenakan responden merasa tidak ada salahnya menerima orang lain baik hanya sekedar kenal ataupun lebih. Pertanyaan selanjutnya pada dimensi kesetaraan berbunyi “Saya menerima teman saya sebagai bentuk kesetaraan”, untuk pernyataannya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
112
Tabel Responden menerima temannya sebagai bentuk kesetaraan N = 35 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Sangat Tidak Setuju
-
-
-
Tidak Setuju
6
17,1
17,1
17,1
Ragu-ragu
6
17,1
17,1
34,3
19
54,3
54,3
88,6
4
11,4
11,4
100,0
35
100,0
100,0
Setuju Sangat Setuju Total
Tabel 4.32 Responden menerima temannya sebagai bentuk kesetaraan. Sumber : Jawaban Responden pada pertanyaa No. 28 Keterangan yang didapat, responden menerima temannya sebagai bentuk kesetaraan. Mengakui bahwa temannya setara dan tidak ada perbedaan dengannya. Namun ada pula responden yang beranggapan lain dan menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan diatas, responden memberikan argumen bahwa teman sekerja belum tentu setara, terutama dalam lingkup bekerja karena responden merasa berbeda menurut level atau tingkat jenjang kariernya84. Selanjutnya pada dimensi kesetaraan terdapat pertanyaan “Dalam berkomunikasi dengan teman sekerja, saya berharap mereka menerima semua perilaku verbal saya”. Hasil pernyataannya dapat dilihat pada tabel berikut :
84
Jawaban dari wawancara dengan responden nomor 27, 04/10/2009, 14.28 WIB
113
Tabel Dalam berkomunikasi dengan teman sekerja, Responden berharap mereka menerima semua perilaku verbalnya N = 35 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Sangat Tidak Setuju
1
2,9
2,9
2,9
Tidak Setuju
4
11,4
11,4
14,3
Ragu-ragu
8
22,9
22,9
37,1
20
57,1
57,1
94,3
2
5,7
5,7
100,0
35
100,0
100,0
Setuju Sangat Setuju Total
Tabel 4.33 Dalam berkomunikasi dengan teman sekerja, Responden berharap mereka menerima semua perilaku verbalnya. Sumber : Jawaban Responden pada pertanyaa No. 29 Dari tabel diatas diperoleh keterangan bahwa, dalam berkomunikasi dengan teman sekerja, responden berharap mereka menerima semua perilaku verbalnya. Ini menunjukkan bahwa ketika responden menggunakan bahasa verbalnya ia mengharapkan bahwa mereka menerimanya dan menganggapnya sama dengannnya. Namun ada yang beranggapan lain terhadap pernyataan diatas, responden ada yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju menyatakan bahwa diterima atau tidaknya bahasa verbal yang diucapkannya kepada teman kerja memang tidak harus diterima semuanya, karena ada kekhawatiran jika apa yang diucapkannya ternyata dapat menyinggung perasaan teman kerjanya85.
85
Jawaban dari wawancara dengan responden nomor 27, 04/10/2009, 14.30 WIB
114
Berikutnya pertanyaan masih berada pada dimensi kesetaraan, pertanyaan selanjutnya berbunyi “Dalam berkomunikasi dengan teman sekerja, saya berharap mereka menerima semua perilaku nonverbal saya”. Untuk itu, hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel Dalam berkomunikasi dengan teman sekerja, Responden berharap mereka menerima semua perilaku nonverbalnya N = 35
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Sangat Tidak Setuju
-
-
-
-
Tidak Setuju
4
11,4
11,4
11,4
Ragu-ragu
9
25,7
25,7
37,1
18
51,4
51,4
88,6
4
11,4
11,4
100,0
35
100,0
100,0
Setuju Sangat Setuju Total
Tabel 4.34 Dalam berkomunikasi dengan teman sekerja, Responden berharap mereka menerima semua perilaku nonverbalnya. Sumber : Jawaban Responden pada pertanyaan No. 30 Dari keterangan diatas, maka didapat responden berharap perilaku nonverbalnya diterima oleh teman sekerjanya. Hasil ini memperlihatkan bahwa responden berharap bahasa nonverbalnya diterima oleh teman sekerjanya. Meskipun begitu ada juga responden yang masih menjawab tidak setuju dengan pernyataan diatas, alasannya adalah meski bahasa nonverbal tidak sejelas dengan bahasa verbal dalam penyampaiannya, tetapi bisa juga mengakibatkan
115
persinggungan, karenanya responden berharap tidak semua bahasa nonverbalnya dapat diterima sehingga tidak menyinggung teman kerjanya86. Pertanyaan berikutnya pada dimensi kesetaraan “Dalam berkomunikasi dengan teman sekerja, saya selalu menerima perilaku verbal tema sekerja”. Berikut ini adalah tabel yang berisikan hasil pernyataan responden : Tabel Dalam berkomunikasi dengan teman sekerja, Responden selalu menerima semua perilaku verbal teman sekerja N = 35 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Sangat Tidak Setuju
2
5,7
5,7
5,7
Tidak Setuju
9
25,7
25,7
31,4
Ragu-ragu
10
28,6
28,6
60,0
Setuju
14
40,0
40,0
100,0
-
-
-
-
35
100,0
100,0
Sangat Setuju Total
Tabel 4.35 Dalam berkomunikasi dengan teman sekerja, Responden selalu menerima semua perilaku verbal teman sekerja. Sumber : Jawaban Responden pada pertanyaan No. 31 Berdasarkan hal ini, diketahui bahwa responden menerima semua perilaku verbal teman sekerjanya. Ini membuktikan responden menganggap bahwa teman sekerjanya setara dengannya. Namun tidak semua responden setuju dengan pernyataan diatas, alasannya responden beranggapan tidak akan menerima bahasa verbal dari teman kerjanya jika memang tidak sesuai dengan harapannya87.
86 87
Jawaban dari wawancara dengan responden nomor 27, 04/10/2009, 14.31 WIB Jawaban dari wawancara dengan responden nomor 31, 04/10/2009, 15.34 WIB
116
Pertanyaan selanjutnya merupakan pertanyaan terakhir untuk dimensi kesetaraan, hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel Dalam berkomunikasi dengan teman sekerja, Responden selalu menerima semua perilaku nonverbal teman sekerja N = 35 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Sangat Tidak Setuju
3
8,6
8,6
8,6
Tidak Setuju
8
22,9
22,9
31,4
Ragu-ragu
11
31,4
31,4
62,9
Setuju
11
31,4
31,4
94,3
2
5,7
5,7
100,0
35
100,0
100,0
Sangat Setuju Total
Tabel 4.36 Dalam berkomunikasi dengan teman sekerja, Responden selalu menerima semua perilaku nonverbal teman sekerja. Sumber : Jawaban Responden pada pertanyaa No. 32 Dari hasil tersebut, didapatkan informasi bahwa responden menerima perilaku nonverbal teman sekerjanya, sehingga hasil ini menunjukkan bahwa responden mengakui bahwa dia setara dengan teman sekerjanya. Masih sama dengan pernyataan sebelumnya, hanya saja pernyataan kali ini memang untuk lebih meyakinkan responden bahwa responden menerima bahasa nonverbal dari lawan kerjanya. Hasilnya pun tidak jauh berbeda, begitu juga dengan jawaban responden yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Responden beranggapan jika bahasa nonverbal dari teman kerjanya telah melampai batas atau
117
dalam kata lain telah menyinggungnya maka dirinya tidak akan menerima bahasa nonverbal dari teman kerjanya88. Kesetaraan berarti mengakui bahwa orang lain mempunyai tingkatan dan kehendak yang sama-sama saling untuk dihormati dan diakui, tidak memunculkan perbedaan sebagai sebuah halangan yang berarti. Tetapi yang tidak kalah penting lagi adalah kemauan dari seseorang untuk menerima kehadiran pihak lain sebagai bagian dari hidupnya baik sebagai teman, kerabat kerja, atasan, bawahan, sahabat atau lainnya.
Tabel Perhitungan Weight Mean Score berdasarkan data Responden No
A. Dimensi Keterbukaan
5
4
3
2
1
%
1.
Saya bersedia mengungkapkan
2.86
36.57
13.71
10.29
0.57
64
2.86
20.57
8.57
20.57
1.14
53.71
5.71
34.29
12
11.42
0.57
63.99
5.71
43.43
6.86
11.42
0
67.42
informasi yang biasanya saya sembunyikan dengan teman sekerja saya. 2.
Saya memberikan informasi hanya
kepada
teman
yang
bekerja pada satu divisi. 3.
Saya kesulitan
mengungkapkan pekerjaan
saya
kepada teman pada divisi lain 4.
88
Saya bereaksi secara langsung
Jawaban dari wawancara dengan responden nomor 31, 04/10/2009, 15.34 WIB
118
terhadap
informasi
diberikan
oleh
yang
teman
satu
divisi. 5.
Saya bereaksi secara langsung terhadap
informasi
2.86
34.29
13.71
12.57
0
63.43
2.86
48
10.29
11.42
1.14
73.71
0
11.42
18.86
18.29
1.71
50.28
0
2.29
12
24
3.43
41.72
1.71
2.29
0
80.63
10.29
2.29
0
75.43
yang
diberikan oleh teman yang berbeda divisi. 6
Saya
selalu
memberikan
pendapat pribadi kepada teman sekerja 7
Saya
tidak
pernah
mengomentari pendapat teman satu divisi 8
Saya tidak pernah memberikan reaksi apapun kepada teman sekerja
9
Dengan berkomunikasi, saya 17.14 59.49 mampu mengetahui apa yang sedang dirasakan oleh teman sekerja. B. Empati
10
Saya dapat ikut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh
5.71
57.14
119
teman satu divisi pada saat tertentu. 11
Dengan berkomunikasi, saya 11.43 59.43
6.86
1.14
0
78.9
5.14
11.42
0.57
67.42
43.43
10.29
3.43
0
77.15
mempersepsikan 14.29 52.57
5.14
4.57
0
76.57
6.86
1.14
0
78.9
17.14
10.29
0.57
60
turut merasakan seperti yang dialami oleh teman satu divisi 12
Ketika
berkomunikasi,
saya 11.43 38.86
selalu mengatur pembicaraan saya 13
Saat
berkomunikasi,
berusaha
saya
menyesuaikan
20
diri
bagaimana cara menyatakan sesuatu. C. Sikap Mendukung 14
Saya komunikasi permintaan
sebagai akan
informasi
tertentu 15
Berkomunikasi dengan teman 11.43 59.43 sekerja merupakan cara saya untuk memperoleh informasi.
16
Saat
berkomunikasi
dengan
teman satu divisi, saya tidak perlu
menggunakan
strategi
0
32
120
tertentu
melainkan
spontan
saja. 17
Saya tidak perlu menggunakan strategi
tertentu
spontan
0
34.29
17.14
10.29
0.5s7
62.29
8.57
61.71
5.14
2.29
0
77.71
17.14
50.29
8.57
2.29
0
78.28
5.71
61.71
5.14
3.43
0
75.99
11.42
64
6.86
1.14
0
83.42
14.29
41.14
10.29
6.86
0
72.58
melainkan
saja
saat
berkomunikasi dengan teman dari divisi yang lain 18
Berkomunikasi dengan teman dari divisi lain, membuat saya dapat berpikir secara terbuka.
19
Berkomunikasi dengan teman satu divisi, membuat saya dapat berpikir secara terbuka.
20
Jika cara pandang teman sekerja saya berbeda, saya bersedia menerima perbedaan cara pandang.
21
Saya bersedia menerima pandangan yang berbeda dari teman satu divisi saya.
22
Jika cara pandang teman satu divisi saya benarm maka saya bersedia mengubah pandangan
121
saya sendiri. D. Sikap Positif 23
Saya selalu bersikap positif
14.29
34.29
10.29
8
1.14
68.01
2.86
50.29
12
5.71
0
70.86
20
52.57
5.14
2.29
0
80
14.28
43.43
5.14
9.14
0
72
11.49
59.43
8.57
0
0
79.49
11.43
43.43
10.29
6.86
0
72.01
5.71
45.71
13.71
4.57
0.57
70.27
terhadap teman satu divisi. 24
Saya menyataka sikap positif dalam bentuk tindakan diri sendiri kepada teman satu divisi.
25
Kita perlu mendukung teman kerja kita secara positif
26
Saya merasa perlu mendorong teman kerja untuk ikut berinteraksi dengan teman kerja lainnya E. Kesetaraan
27
Saya bersedia menerima pihak lain.
28
Saya meneriman teman saya sebagai bentuk kesetaraan.
29
Dalam berkomunikasi dengan teman sekerj, saya berharap mereka menerima semua perilaku verbal saya.
122
30
Dalam berkomunikasi dengan 11.43 41.14 15.43
4.57
0
72.57
teman sekerja, saya berharap mereka
menerima
semnua
perilaku non-verbal saya. 31
Dalam berkomunikasi dengan teman
sekerja,
menerima
saya
semua
0
32
17.14
10.29
1.14
60.57
5.71
25.14
18.86
9.14
1.71
60.56
selalu perilaku
verbal teman sekerja. 32
Dalam berkomunikasi dengan teman
sekerja
saya
selalu
menerima semua perilaku nonverbal teman sekerja. Tabel 4.38 Perhitungan Weight Mean Score berdasarkan data Responden Sumber : Pertanyaan dari no.1 s/d 32
Rata-rata : 2220.88 = 69.40 % 32
Melihat hasil pada tabel di atas, kemudian melihat pada range efektifitas pada pembahasan sebelumnya maka dapat dikatakan bahwa efektivitas komunikasi antar pribadi pada divisi Pusat Pelayanan Publik (Pusat Komunikasi Publik) Departemen Pekerjaan Umum dinyatakan dengan biasa saja (range 60% 69%), dengan score rata-rata sebesar 69.40 %. 4.3 Pembahasan Dalam mengukur efektivitas Komunikasi antar pribadi, maka diperlukan sebuah penelitian yang khususnya ditujukan sesuai dengan objek penelitian,
123
dimana objek penelitian kali ini ditujukan kepada Staff Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum (Sub-Bagian Hubungan Media). Untuk mengukur efektivitas Komunikasi Antar Pribadi yang terjadi antara sesama staff maka penelitian dilakukan dengan memberikan pertanyaa tertulis kepada responden. Pertanyaan yang diajukan terdiri dari 32 pertanyaan yang dikelompokkan berdasarkan 5 dimensi pada Komunikasi Antar Pribadi sesuai dengan teori yang disebutkan oleh Joseph Devito yang menyatakan bahwa efektivitas komunikasi antar pribadi dapat diukur dengan dimensi-dimensi sebagai berikut : 1. Dimensi Keterbukaan 2. Dimensi Empati 3. Dimensi Sikap Mendukung 4. Dimensi Sikap Positif 5. Dimensi Kesetaraan Berikut ini adalah pembahasan berdasarkan masing-masing dimensi pada hasil penelitian : 1. Keterbukaan dapat dilakukan dengan berkomunikasi dengan orang lain baik dengan teman kerja, teman satu divisi atau siapa saja secara jujur tanpa menyembunyikan suatu hal tertentu, lalu keterbukaan juga berarti memberi dan menerima pendapat, kritik dan saran secara timbal balik dengan orang lain atau teman kerja. Dari rata-rata yang ditunjukkan dari 9 pertanyaan yang diajukan kepada responden mengenai dimensi keterbukaan menunjukkan nilai 62.1%, ini memperlihatkan bahwa sikap keterbukaan yang terjadi
124
pada objek penelitian bernilai biasa saja. Keterbukaan antara staff Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum tidak mempunyai kelebihan, hanya saja pada masing-masing staff sudah mengakui bahwa keterbukaan memang mutlak diperlukan dalam dunia bekerja terlebih menyangkut pekerjaan yang selalu membutuhkan hubungan dengan orang lain. Ini dapat terlihat pada beberapa pertanyaan pada dimensi keterbukaan yang menunjukkan nilai ke arah yang positif. Jika melihat hasil kuestioner maka pada dimensi keterbukaan, biasanya merupakan pernyataan dari individu tentang diri mereka yang akan membuat mereka tidak disukai bahkan sesuatu yang disembunyikan agar tidak diketahui oleh individu lain. Karena itulah hasil kuestioner pada dimensi keterbukaan bernilai biasa saja, kenapa? Merujuk pada pembahasan di bab dua mengenai kualitas keterbukaan, hasil kuestioner dipengaruhi oleh pernyataan responden yang bereaksi bahwa mereka merasa tidak perlu seseorang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. Lalu mengenai stimulus, setiap staff merasa perlu mendapatkan stimulus dari staff yang lain secara terbuka terhadap apa yang diungkapkan. Akan tetapi pada kenyataannya, keterbukaan dan stimulus tersebut tidak selalu berjalan seperti yang diharapkan untuk itulah efektivitas komunikasi antarpribadi untuk dimensi keterbukaan menjadi tidak sepenuhnya terlaksana.
125
Kemudian, kaitan antara keterbukaan pada konsep Komunikasi antarpribadi dengan tugas Public Relations yaitu Hubungan Media, keterbukaan
seharusnya
menjadi
sebuah
jembatan
dalam
penyelenggaraan sebuah pekerjaan. Kepercayaan antar staff bermula dari keterbukaan masing-masing staff dalam memberikan berbagai informasi yang selanjutnya menerima stimulus dari staff yang lain mengenai informasi tersebut sehingga nantinya hubungan pekerjaan yang lebih besar dapat terlaksana, semisal dengan hubungan media. Karena tidaklah mungkin jika seseorang yang bekerja dengan tuntutan atas rasa saling percaya memberi kebenaran akan sebuah data yang akan disebar luaskan melalui media massa memberikan sebuah pernyataan yang didapatnya secara tumpang tindih karena staff yang lain tidak memberikan informasi secara utuh yang setelahnya tidak terjadi stimulus diantara staff tersebut. Setiap orang pada Sub-divisi hubungan media sudah seharusnya saling memberi informasi secara jujur dan terbuka yang juga menyertakan stimulus terhadap informasi tersebut sehingga apabila salah satu staff diharuskan mengeluarkan pernyataan untuk media massa maka dia dapat menyebutkan dengan baik dan jelas serta dapat dipertanggung jawabkan dengan staff yang lain jika memang diperlukan. 2. Pada dimensi Empati, pertanyaan yang diajukan untuk menjawab apakah komunikasi yang dilakukan responden untuk mengetahui dan memahami apa yang dirasakan oleh orang lain dan teman kerjanya.
126
Selain itu, apakah empati juga dilakukan dengan berusaha untuk mengatur dan menyesuaikan diri didalam pembicaraan dengan orang lain, terlebih dengan teman kerja. Sehingga dengan berkomunikasi maka responden dapat memahami sikap empati yang diterapkan dalam kehidupan. Kemudian melihat hasil penelitian pada dimensi empati menunjukkan nilai 72.5 % yang hasilnya adalah menunjukkan efektif karena untuk mencapai empati maka seseorang berupaya untuk mengenal orang lain dengan mengajukan pertanyaan pada orang lain sehingga lebih memahami apa yag dirasakan oleh orang lain. Namun dalam mengajukan pertanyaan tersebut seseorang perlu menahaan godaan untuk mengevaluasi, menilai, menafsir atau mengkritik. Kaitan antara komunikasi antarpribadi khususnya rasa empati dengan tugas melakukan hubungan media yaitu dengan empati maka akan terjadi rasa keterikatan antar staff dalam menjalankan tugasnya, saling memahami dan saling menahan diri terhadap segala sesuatu yang dapat merusak kinerja bersama, sehingga masing-masing staff dapat saling mengisi kekurangan staff yang satu dengan lainnya. Apabila salah satu staff tidak dapat melakukan tugasnya karena suatu hal maka staff yang lain dapat menggantikan tugasnya, memang hal ini adalah sebuah hal yang lumrah dalam dunia kerja tetapi akan menjadi berbeda hasilnya apabila masing-masing staff mempunyai rasa empati yang menimbulkan rasa saling mengerti dan memahami apa yang sedang terjadi pada staff yang tidak dapat melaksanakan
127
tugasnya tersebut sehingga staff yang menggantikan dapat melakukan tugasnya menggantikan dengan maksimal. 3. Dimensi sikap mendukung berarti berusaha untuk mencari informasi dengan berkomunikasi dengan orang lain dan bertindak secara spontan, sikap mendukung juga mempengaruhi seseorang menjadi lebih terbuka terutama dalam menerima perbedaan pendapat atau cara pandang dari orang lain ataupun teman kerja. Lalu bersedia menerima perbedaan tersebut serta bersedia menunjukkan perubahan pada diri sendiri sebagai bagian dalam menjaga dan menjadikan sebuah hubungan menjadi lebih bermakna. Pada staff Pusat Komunikasi Publik (Sub-Bagian Hubungan Media) sikap mendukung ditunjukkan dengan berupaya untuk memberikan dukungan berupa saran atau kritik
yang hendaknya diterima oleh
teman kerja dan begitu juga sebaliknya kemudian menunjukkan perubahan pada diri sendiri, ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan nilai 73.9 % dari 9 pertanyaan yang diajukan pada responden mengenai dimensi sikap mendukung, hasil pada dimensi sikap mendukung memperlihatkan bahwa responden yang menjawab kuestioner berusaha untuk menunjukkan sikap mendukungnya karena dalam mendukung orang lain maka seseorang perlu memerhatikan bahwa dirinya perlu bersikap deskriptif, dimana dirinya perlu untuk berusaha menguraikan atau memahami sebuah informasi dan bukannya menilai. Lalu seseorang juga dapat memperlihatkan sikap spontan
128
bukan strategik dengan orang lain, dimana dirinya dapat menyesuaikan dengan situasi percakapan dengan orang yang diajak berbicara. Saling mendukung dalam konteks komunikasi antarpribadi sangatlah erat kaitannya dalam melaksanakan pekerjaan. Pada tugas Public Relations yaitu hubungan media, saling mendukung merupakan bentuk dari sikap deskriptif dalam berkomunikasi dengan staff yang lain, membuat setiap informasi yang diberikan dapat diterima dengan baik; staff yang lain memberikan informasi mengenai materi yang dikumpulkan yang selanjutnya diberikan kepada media massa, jika informasi tersebut tidak dijelaskan secara lengkap dan dapat dimengerti maka kemungkinan kesalahan penerimaan dan pemahaman informasi menjadi keliru dan berakibat fatal pada saat meneruskan informasi yang didapatnya kepada media massa. Lalu jika setiap staff bersedia menerima semua kritikan atau saran sebagai bentuk dukungan tanpa menilai kritikan dan saran tersebut sebagai bentuk penilaian negatif terhadap apa yang telah dilakukan menjadikan setiap staff dapat mengkoreksi dan memperbaiki kinerjanya; jika pada sebelumnya salah seorang staff memberikan informasi yang salah kepada media massa lalu dikoreksi oleh staff yang lain maka setelahnya dia dapat memperbaiki dan tidak mengulangi kesalahan serupa.
129
4. Dimensi Sikap Positif biasanya dapat terlihat dengan adanya pujian atau penghargaan yang ditujukan kepada teman kerja atau orang lain. Pujian atau penghargaan tersebut merupakan bentuk sikap positif seseorang dalam menunjukkan tindakan dari diri sendiri sehingga membuat interaksi menjadi lebih menyenangkan. Upaya ini dilakukan dalam komunikasi antar pribadi guna menjaga dan memelihara hubungan dengan teman kerja dan orang lain, sehingga secara tidak langsung ikut mendorong teman untuk turut berpartisipasi dalam interaksi dengan orang lain. Dari 4 pertanyaan mengenai dimensi sikap positif, hasil penelitian mendapatkan nilai rata-rata sebesar 72.7% yang berarti responden secara aktif berupaya menunjukkan sikap positifnya dengan teman kerja dan orang lain; yag menunjukkan bahwa sikap positif adalah bagian dari efektivitas komunikasi antar pribadi. Lalu pada dimensi sikap positif yang menunjukkan bahwa responden berusaha untuk memperlihatkan sikap positifnya kepada orang lain, sebagaimana yang telah diutarakan pada bab dua mengenai dimensi sikap positif bahwa seseorang perlu menunjukkan sikap positifnya dengan berbagai cara baik dengan senyuman, saran, pendapat, argumen, teguran dan berbagai macam bentuknya, karena dengan bersikap positif seseorang juga turut mengajak orang lain berbuat hal yang sama dengannya sehingga dapat mempengaruhi orang-orang disekitarnya.
130
Dalam melaksanakan tugas dalam Sub-divisi hubungan media, menunjukkan sikap positif pada komunikasi antarpribadi yang efektif dapat merangsang orang lain untuk ikut berinteraksi, hubungan antar staff akan menjadi lebih erat dengan adanya interaksi bersama tersebut yang selanjutnya akan membawa suasana bekerja menjadi positif yang berlanjutnya pada penerapan ketika menjalin dan berhubungan dengan pihak media massa. Jika interaksi antar staff berjalan baik maka tidak mungkin ketika berinteraksi dengan media massa juga berjalan baik.
5. Pada dimensi kesetaraan reponden menjawab 6 pertanyaan, dimana pertanyaan yang diberikan untuk mengukur bagaimana responden bereaksi terhadap perbedaan atau kesamaan yang tercipta antara responden dengan teman kerja atau orang lain. Dimensi kesetaraan menunjukkan ada atau tidaknya perbandingan derajat seseorang atau perbedaan pada saat berkomunikasi dengan orang lain. Responden mengharapkan setiap komunikasi yang dilakukannya baik secara verbal atau non-verbal yang diberikannya diterima oleh lawan bicaranya dan begitu juga ketika lawan bicara mengharapkan bahwa komunikasi yang diberikannya diterima oleh si responden. Tentunya Ini mempermudahkan komunikasi antar pribadi berjalan tanpa adanya beban atau hambatan sehingga tercipta suasana komunikasi yang efektif. Rata-rata responden menjawab sebesar 69.2%, berarti kesetaraan yang terjadi mempunyai nilai “biasa
saja” yang
131
menunjukkan bahwa kesetaraan pada Pusat Komunikasi Publik (SubBagian Hubungan Media) Departemen Pekerjaan Umum tidak memiliki sebuah keistimewaan, akan tetapi responden sudah menunjukkan ke arah yang positif untuk menerapkan kesetaraan dalam lingkungan bekerjanya. Kemudian pada dimensi kesetaraan, jika dikaitkan dengan pembahasan pada bab dua mengenai dimensi kesetaraan hal ini karena perasaan mengakui satu sama lain dalam keadaan yang sama tidaklah selalu berimbang hal ini disebabkan masing-masing individu tidaklah selalu memiliki kesamaan yag penting untuk saling menyumbangkan satu sama lain, seperti kesamaan peran dalam lingkungan bekerja. Mungkin kesetaraan akan berjalan lebih baik jika adanya ketidaksamaan antara anggota staff dalam membahas suatu hal jika dibandingkan dengan kesamaan yang dipaksakan. Terlebih bila didukung dengan pengakuan akan salah satu pihak terhadap pihak lain terhadap ketidaksamaan tersebut maka kesetaraan akan terasa lebih berarti. Lalu kaitan antara kesetaraan dengan tugas Public Relations; Hubungan media maka kesetaraan yang diperlukan pada Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum adalah antara staff memerlukan ketidaksamaan pendapat sekaligus persamaan pendapat dalam menjalankan tugasnya karena masing-masing akan saling menyumbangkan sesuatu dalam komunikasi yang berjalan antara staff tersebut sehingga komunikasi akan menjadi lebih efektif.
132
Dari kesemua dimensi yang dijadikan ukuran dalam mengukur efektivitas Komunikasi Antar Pribadi yang terjadi pada Sub-Bagian Hubungan Media Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum diketahui bahwa rata-rata keseluruhan dimensi bernilai 69.37% yang berarti bahwa Komunikasi Antar Pribadi pada Sub-Bagian Hubungan Media berjalan “biasa saja” atau dapat dikatakan bahwa komunikasi antar pribadinya tidak berjalan se-efektiv mungkin. Namun hal ini tidak mengurangi nilai bahwa komunikasi antar pribadinya tetap berjalan, karena pada beberapa dimensi seperti empati, sikap mendukung dan sikap positif menunjukkan nilai yang relatif tinggi atau dengan kata lain memperlihatkan nilai yang efektiv. Dalam mengukur presentase efektivitas komunikasi antar pribadi, peneliti menggunakan metode Weight Mean Score yang kemudian dilanjutkan dengan menafsirkan range efektivitas komunikasi antar pribadi yang terjadi pada SubBagian Hubungan Media Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum berdasarkan data hasil olahan kuestioner yang disebarkan kepada responden yang kemudian hasil penelitian tersebut menjadi sebuah kesimpulan. Sehingga kesimpulan berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa Komunikasi Antar Pribadi Pada Sub-Bagian Hubungan Media Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum berjalan biasa saja, meskipun pada beberapa dimensi menunjukkan hasil bahwa Komunikasi Antar Pribadinya berjalan efektif. Kesimpulan akhirnya adalah Staff Sub-Bagian Hubungan Media Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum berkomunikasi secara
133
wajar mengenai sebuah informasi tanpa menutupi ataupun menambahkan informasi yang diberikan kepada staff yang lain, antara staff memang saling berempati dimana mereka saling mendengarkan dan memberi masukan satu sama lain serta saling memberikan dukungan dan ditunjukkan dengan tindakan positif kepada staff yang lain. Kemudian antara staff beranggapan bahwa mereka berada pada posisi yang saling memperlihatkan kesetaraan secara normal atau posisi masing-masing staff sesuai dengan keadannya saat melakukan komunikasi Dalam perseptif Public Relations, Hubungan Media merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mendukung berjalannya kegiatan tersebut. Kegiatan Hubungan Media itupun tidak akan menjadi baik jika orang-orang yang terlibat dalam kegiatan tersebut tidak dapat berkomunikasi dengan baik dan efektif. Komunikasi yang sifatnya personal atau komunikasi antar pribadilah salah satu bentuk komunikasi yang dapat membantu setiap kegiatan dapat berjalan dengan baik. Karena kegiatan pada Sub-Bagian tersebut merupakan sebuah kerja bersama sehingga saling membutuhkan satu sama lain, saling berhubungan satu dengan lainnya sebagainya sehingga komunikasi antar pribadi sangat cocok sebagai mediasi untuk bekerja sama antar staff. Dimana ini sesuai dengan tujuan dengan komunikasi antar pribadi seperti yang telah disebutkan pada pembahasan bab dua (2) yang menyatakan bahwa untuk membantu seseorang untuk memahami diri sendiri, orang lain, merubah sikap baik diri sendiri atau orang lain, mengetahui dunia luar termasuk
134
didalamnya informasi-informasi mengenai subah pekerjaan serta membangun dan menjaga hubungan dengan pihak lain. Hasil dari penelitian ini sendiri adalah bahwa efektivitas komunikasi antar pribadi yang terjadi pada Sub-Bagian Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum berjalan biasa saja yang berarti ekfektivitasnya tidak memiliki keistimewaan tertentu, hanya saja pada beberapa dimensi Komunikasi Antar Pribadinya sudah memperlihatkan sebuah ke-efektif-an komunikasi hasil ini berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Adapun dimensi yang telah menunjukkan ke arah komunikasi antar pribadi yang efektif adalah dimensi empati dengan nilai (72.5%), sikap positif (73.9%) dan sikap mendukung (72.7%), selebihnya yaitu keterbukaan (62.1%) dan kesetaraan (69.2%) tidak menunjukkan ke arah komunikasi antar pribadi yang efektif. Sehingga responden yang menjawab pertanyaan mengenai komunikasi antar pribadi merasa komunikasi antar pribadi dengan sesama staff Sub-Bagian Hubungan Media Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum tidak menjadi keharusan tersendiri namun memang staff pada Sub-Bagian tersebut sudah menghargai bahwa komunikasi antar pribadi antar staff perlu terjalin dan harus berjalan.
135
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Pada bab ini diuraikan kesimpulan berdasarkan dari hasil keseluruhan data yang telah diperoleh melalui variabel dalam penelitian tentang efektifitas komunikasi interpersonal. Selanjutnya pada bab ini juga akan dibuat suatu saran yang berhubungan dengan hasil kesimpulan penelitian. Hasil kesimpulan dari penelitian mengenai efektivitas komunikasi antar pribadi ini adalah : 1. Efektivitas Komunikasi Antarpribadi memperoleh nilai sebesar 69.40%. Maka dapat disimpulkan bahwa Komunikasi Antar Pribadi yang terjadi pada SubBagian Hubungan Media Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum berjalan kurang maksimal atau biasa saja. Karenanya kesimpulan akhir penelitian ini adalah komunikasi antar pribadi pada divisi hubungan media Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum berjalan Tidak Efektif . Kemudian kesimpulan berdasarkan akumulasi nilai yang ada pada dimensi setiap Komunikasi Antar Pribadi, berikut adalah kesimpulan berdasarkan dimensi masing-masing: a. Dimensi keterbukaan diperoleh nilai sebesar 62.1%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam melakukan Komunikasi Antar Pribadi anggota staff Sub-Bagian Hubungan Media Pusat Komunikasi Antar
136
Pribadi cenderung bersikap biasa saja dalam memberikan keterbukaan dan kejujuran pada lawan bicaranya. b. Dimensi empati, diperoleh nilai sebesar 72.5%, hal ini menunjukkan bahwa staff Sub-Bagian Hubungan Media cenderung mengungkapkan sikap empatinya terhadap lawan bicaranya. c. Dimensi sikap mendukung, diperoleh nilai sebesar 73.9%, yang berarti bahwa anggota staff Sub-Bagian Hubungan Media saling memberikan dukungannya kepada staff yang lainnya ataupun kepada teman dari staff yang berbeda. d. Dimensi Sikap Positif yang diperoleh nilai sebesar 72.7%, yaitu staff Sub-Bagian Hubungan Media cenderung dapat menunjukkan sikap positifnya kepada teman-teman staffnya. e. Dimensi kesetaraan diperoleh nilai sebesar 69.2% yang menunjukkan bahwa staff Sub-Bagian Hubungan Media belum maksimal dalam menanggapi bentuk kesetaraan antar staffnya tetapi beberapa staff sudah beranggapan bahwa antar staff tidak memiliki perbedaan ataupun persamaan derajat namun setiap staff sadar jika mereka bersama-sama memnpunyai peranan dan posisi masing-masing yang harus dihormati. 5.2. Saran-Saran Dari hasil penelitian dengan menggunakan teknik pengujian dan perhitungan yang dilakukan dapat dibuat suatu saran yang mungkin dapat bermanfaat nantinya, yaitu sebagai berikut :
137
5.2.1. Saran Akademis Fenomena-fenomena mengenai Public Relations
masih banyak
adanya, yang kemudian dapat dijadikan sebagai kajian atau objek penelitian pada penelitian-penelitian berikutnya. Namun harapan peneliti pada penelitian selanjutnya jika masih membahas mengenai komunikasi antar pribadi mengharapkan dapat mempergunakan metode-metode lainnya sehingga mampu menjelaskan fenomena mengenai komunikasi antar pribadi itu sendiri menjadi lebih dalam dan lengkap. Kemudian, dalam penelitian selanjutnya diperlukan pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk kuesioner ataupun pertanyaan dalam wawancara yang nantinya digunakan untuk menguji apakah tujuan penelitian memang sudah terjawab dengan benar dan kenyataan yang terjadi pada persoalan Komunikasi Antar Pribadi memang yang dibahas memang benar-benar terjadi sehingga kedepannya penelitiannya kian menarik dan lebih akurat. 5.2.2. Saran Praktis Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis ingin memberikan sedikit saran agar komunikasi antar pribadi yang terjadi pada Sub-Bagian Hubungan Media dapat berjalan lebih efektif. Jika dilihat dari persentase nilai dimensi yang paling kecil yakni pada dimensi keterbukaan dan dimensi kesetaraan maka : a. Dimensi keterbukaan, karena keterbukaan merupakan awal dari kejujuran dan rasa tersebut akan melahirkan rasa saling percaya agar terciptanya sebuah hubungan kerja yang baik. Karena keterbukaan
138
itulah awal dari sebuah hubungan yang baik untuk membentuk kerjasama, khususnya pada lingkup organisasi. Bentuk saran yang dianjurkan, baiknya organisasi atau perusahaan mengadakan kegiatan seperti : 1. Kounseling untuk karyawan. Gunanya untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada masing-masing karyawan. 2. Mengadakan Group discussion sehingga terjadi komunikasi antar karyawan, selain itu untuk mencari solusi bersama terhadap suatu permasalahan. 3. Training Motivasi 4. Kegiatan lainnya dapat menciptakan keadaan atau suasana yang mendukung untuk saling terbuka sehingga masing-masing individu mampu mengenal karakter teman kerja lainnya dan menyesuaikan dirinya sendiri. Acara-acara yang sifatnya menimbulkan rasa kebersamaan, keseragaman dan kesetaraan kiranya mampu menimbulkan keterbukaan dan kejujuran dari masing-masing individunya.
b. Pada dimensi kesetaraan pun perlu dilakukan pembenahan, dimana sikap antar staff masih belum bisa sepenuhnya menerima secara keseluruhan persamaan derajat antar staff tersebut. Tentunya hal ini dapat mengakibatkan “gap” yang dapat merusak keselurahan kerjasama pada Sub-Bagian Hubungan Media Pusat Komunikasi
139
Publik Departemen Pekerjaan Umum. Saran yang dapat diberikan oleh peneliti untuk meningkatkan keterbukaan yaitu : 1. Mengadakan acara-acara yang sifatnya bersama-sama seperti gotong royong. 2. Makan siang bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Aloliliweri.. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti. 1997 Bungin, Burhan. Metode Penelitian Kuantitati. Jakarta. Kencana Pernada Media Group. 2005. Culip, Scott M. & Allen H. Center, Glen M. Brown. Effective Public Relaions. Edisi Kesembilan. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. 2006. Devito, Joseph A. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta. Professional Books. 1976. Effendy, Onong Uchana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung. F. Rachmadi.. Public Realtion dalam teori dan Praktek. Jakarta.Gramedia pustaka Utama. 2000. Fajar, Marhaeni. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Yogyakarta. Graha Ilmu. 2009. Giffin, EM. A First Look at Communication Theory. Bandung, McGraw-Hill Higher Corp, Taiwan, 2003 Gorden, William I. Communication :Personal and Public. Sherman Oaks. Califorania.1978. Handoko, T. Hani. Manajemen. Yogyakarta.BPFE. 2003 Iriantara, Yosril. Media Relations : Konsep, Pendekatan dan praktik. Edisi kelima. Simbiosa Rekatama Media. 2005. Krisyantono, Rachmat. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta.Prenada Media Group. 2007. Lunandi, AG. Komunikasi Mengena. Yogyakarta. Kanisius. 1992.
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Rosdakarya Offset. 2003 . Pace, R. Wayne dan Don F. Faules. Komunikasi Organisasi. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. 1998. Praktikno, Riyono. Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi. Bandung. CV Remaja Karya. 1987. Puspitawati, Ira, B.P. Dwi Riyanti dan Hendro Prabowo. Psikologi Umum Sosial 1. Jakarta. Universitas Gunadarma. 1996. Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung, PT. Remaja Rosdakarya. 1999. Rumanti, Maria Assumpta. Dasar – Dasar Public Relations Teori & Praktek.Edisi ketiga. Jakarta. PT Grasindo. 2005. Ruben, Brent D. Communication and human behavior. A Viacom Company. US.1998. Scheidel, Thomas M. Speech Communication and Human Interacction. Scot, Foresman & Co. 1976. Sendjaja, S. Djuarsa. Teori Komunikasi. Jakarta. Universitas Terbuka. 2002. Sendjaja, S. Djuarsa. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. Universitas Terbuka. 2002. S.P. Hasibuan, Malayu. Organisasi dan Motivasi. Jakarta. PT. Bumi Aksara. 2007. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitati dan R & D. Bandung. ALFABETA CV. 2008.
Soemirat, Soleh, Elvinora A., Yenny R. Komunikasi Organisasional. Jakarta. Universitas Terbuka. 2000. Verderber, Rudolph F.. Communicate!. Belmont. California. 1978. LAIN-LAIN www.rumakom.wordpress.com
No.Responden ….. KUESIONER
Responden yang terhormat, Saya adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Jurusan Public Relations Universitas Mercu Buana yang pada saat ini sedang melakukan penelitian mengenai “Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Di Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum” Kuesioner yang diberikan ini merupakan alat pengumpulan data yang sangat penting bagi keberhasilan penyusunan skripsi / tugas akhir saya. Atas kesediaan dan bantuan Saudara/i dalam memberikan jawaban terhadap kuesioner ini saya ucapkan terima kasih.
Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Di Sub Bagian Media Center Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum
Petunjuk Pengisian : Berilah tanda Checklist (√ ) pada jawaban yang menurut anda paling sesuai SS
= Sangat Setuju
TS
= Tidak Setuju
S
= Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
RR
= Ragu-ragu
Note: Pertanyaan berhubungan dengan semua informasi mengenai pekerjaan No.
Pertanyaan
A.
Keterbukaan
1.
Saya bersedia mengungkapkan informasi yang biasanya saya sembunyikan dengan teman sekerja saya.
2.
Saya memberikan informasi hanya kepada teman yang bekerja pada satu divisi.
3.
Saya mengungkapkan kesulitan pekerjaan saya kepada teman pada divisi lain
4.
Saya bereaksi secara langsung terhadap informasi yang diberikan oleh teman satu divisi.
5.
Saya bereaksi secara langsung terhadap informasi yang diberikan oleh teman yang berbeda divisi.
6.
Saya selalu memberikan pendapat pribadi kepada teman sekerja.
7.
Saya tidak pernah mengomentari pendapat teman
SS
S
RR
TS
STS
satu divisi 8.
Saya tidak pernah memberikan reaksi apapun kepada teman sekerja.
B.
Empati
9.
Dengan berkomunikasi, saya mampu mengetahui apa yang sedang dirasakan oleh teman sekerja.
10.
Saya dapat ikut merasakan apa yang dirasakan oleh teman satu divisi pada saat tertentu.
11.
Dengan berkomunikasi, saya turut merasakan seperti yang dialami oleh teman satu divisi
12
Ketika
berkomunikasi
saya
selalu
mengatur
pembicaraan saya. 13.
Saat berkomunikasi saya berusaha menyesuaikan diri bagaimana cara menyatakan sesuatu.
C.
Sikap Mendukung
14.
Saya
mempersepsikan
komunikasi
sebagai
permintaan akan informasi tertentu. 15.
Berkomunikasi dengan teman sekerja merupakan cara saya untuk memperoleh informasi.
16.
Saat berkomunikasi dengan teman satu divisi, saya tidak
perlu
menggunakan
strategi
tertentu
melainkan spontan saja. 17.
Saya tidak perlu menggunakan strategi tertentu melainkan spontan saja saat berkomunikasi dengan teman dari divisi lain.
18.
Berkomunikasi dengan teman dari divisi lain, membuat saya dapat berpikir secara terbuka
19.
Berkomunikasi dengan teman satu divisi, membuat saya dapat berpikir secara terbuka.
20.
Jika cara pandang teman sekerja saya berbeda, saya bersedia menerima perbedaan cara pandang
21.
Saya bersedia menerima pandangan yang berbeda dari teman satu divisi saya.
22.
Jika cara pandang teman satu divisi saya benar, maka saya bersedia mengubah pandangan saya sendiri.
D.
Sikap Positif
23
Saya selalu bersikap positif terhadap teman satu divisi
24.
Saya menyatakan sikap positif dalam bentuk tindakan dari diri sendiri kepada teman satu divisi.
25.
Kita perlu mendukung teman kerja kita secara positif .
26.
Saya merasa perlu mendorong teman kerja untuk ikut berinteraksi dengan teman kerja lainnya.
E.
Kesetaraan
27.
Saya bersedia menerima pihak lain.
28.
Saya
menerima
teman
saya
sebagai
bentuk
kesetaraan. 29.
Dalam berkomunikasi dengan teman sekerja, saya
berharap mereka menerima semua perilaku verbal saya. 30
Dalam berkomunikasi dengan teman sekerja, saya berharap
mereka
menerima
semua
perilaku
nonverbal saya. 31.
Dalam berkomunikasi dengan teman sekerja, saya selalu menerima semua perilaku verbal teman sekerja.
32
Dalam berkomunikasi dengan teman sekerja, saya selalu menerima semua perilaku nonverbal teman sekerja.
Tabel Distribusi Kuestioner Karyawan Sub-Divisi Hubungan Media Pusat Komunikasi Publik Departemen Pekerjaan Umum Rsp
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Q6
Q7
Q8
Q9
Q10
Q11
Q12
Q13
Q14
Q15
Q16
Q17
Q18
Q19
Q20
Q21
Q22
Q23
Q24
Q25
Q26
Q27
Q28
Q29
Q30
Q31
Q32
1
2
2
4
4
4
4
2
2
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
2
4
2
3
4
3
3
2
4
4
4
4
3
4
4
2
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
2
2
4
4
4
2
3
4
4
4
3
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
1
4
4
4
2
4
3
3
4
4
5
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
3
2
4
4
3
4
3
2
4
4
5
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
2
4
4
4
4
4
4
6
4
5
4
4
3
2
3
3
4
5
4
2
3
4
4
3
2
4
5
4
4
5
5
4
5
4
3
5
4
5
4
5
7
4
4
2
2
2
4
2
2
5
4
4
5
5
4
4
2
2
4
4
4
4
2
5
4
5
5
5
5
4
4
4
2
8
3
1
5
5
5
5
1
1
5
5
5
5
5
5
5
1
1
3
3
5
5
5
5
5
5
5
5
5
3
3
3
3
9
3
2
3
2
2
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
10
4
3
3
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
11
4
2
4
4
4
2
2
2
5
4
5
5
5
4
4
4
4
4
5
4
4
2
1
2
5
5
4
2
4
4
2
2
12
2
2
2
2
4
4
2
2
4
4
4
4
5
2
4
2
2
4
4
4
4
4
2
2
4
2
4
4
2
2
2
2
13
4
4
2
5
2
4
2
2
5
4
4
5
5
5
5
1
4
4
5
4
4
5
4
4
5
5
4
4
1
4
1
1
14
4
2
4
4
4
4
2
2
5
4
4
4
4
4
4
2
2
2
2
4
4
2
2
2
5
5
5
2
4
4
4
4
15
2
4
2
4
4
4
3
2
4
4
2
4
4
2
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
2
4
4
16
4
2
5
4
4
4
1
1
5
4
4
4
5
4
5
4
4
5
5
5
5
5
5
4
4
4
5
5
4
5
4
5
17
2
2
3
4
4
3
3
2
4
3
4
4
4
4
4
3
3
3
3
4
4
4
3
4
4
4
3
3
3
3
3
3
18
3
2
2
2
2
4
2
2
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
19
3
2
4
3
3
4
2
2
4
3
4
4
4
2
3
3
3
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
3
2
3
3
3
20
2
4
2
3
3
2
4
3
4
4
4
3
4
4
3
2
3
4
3
4
3
4
3
3
4
4
4
4
3
3
3
3
21
4
2
2
2
2
1
3
1
4
4
4
4
5
4
4
2
2
4
5
4
4
5
5
3
5
4
4
4
4
2
2
1
22
3
2
3
3
3
3
2
2
4
3
4
4
4
2
3
3
3
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
3
3
3
3
3
23
2
2
2
2
2
4
2
2
4
4
4
4
4
4
4
2
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Rsp
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Q6
Q7
Q8
Q9
Q10
Q11
Q12
Q13
Q14
Q15
Q16
Q17
Q18
Q19
Q20
Q21
Q22
Q23
Q24
Q25
Q26
Q27
Q28
Q29
Q30
Q31
Q32
24
4
4
3
4
4
4
3
2
4
4
4
4
4
4
4
2
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
2
3
25
3
2
4
4
4
3
2
2
4
4
4
2
3
4
4
4
4
5
5
4
4
4
2
4
4
3
4
4
4
4
3
3
26
2
2
4
2
2
4
2
2
4
4
4
2
3
5
4
4
4
4
4
4
4
3
2
4
4
2
3
2
4
4
2
2
27
4
2
4
4
2
4
1
1
4
3
4
2
4
5
4
4
3
4
4
2
4
2
1
2
3
4
4
2
2
2
1
1
28
4
2
4
4
3
3
2
1
4
4
3
1
4
4
4
3
3
4
4
2
4
3
2
2
4
2
3
3
4
4
3
3
29
3
3
4
2
4
2
2
2
4
2
4
2
2
5
4
2
2
4
4
4
4
4
3
3
2
3
4
3
5
5
2
2
30
2
4
3
2
3
4
3
2
3
4
3
2
4
3
4
4
4
4
4
3
3
4
2
4
4
2
4
4
4
4
4
4
31
4
3
1
3
2
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
2
2
4
2
5
5
2
2
32
5
3
4
4
4
2
2
1
4
3
4
2
2
4
4
4
2
2
3
4
4
4
4
4
3
4
3
3
4
4
3
3
33
4
1
4
4
4
1
3
2
2
2
4
3
3
4
4
2
4
4
4
3
3
3
2
3
4
4
4
4
3
3
2
2
34
2
4
2
2
2
3
4
4
2
4
3
2
2
3
5
3
4
4
3
2
2
2
4
4
4
3
4
4
3
3
2
2
35
4
3
3
4
4
4
4
2
4
3
4
4
3
3
2
3
4
4
2
4
4
4
4
3
3
2
4
4
4
4
4
4
LAMPIRAN WAWANCARA Hasil wawancara dengan responden nomor 1 T : Permisi Mas, mengenai jawaban questioner yang tadi mas isi. Pada pertanyaan nomor satu (1) yang isinya “Saya bersedia mengungkapkan informasi yang biasanya saya sembunyikan dengan teman sekerja saya” .mas kan menjawab “tidak setuju” apa ada alasan tertentu Mas? J : Menurut saya, informasi yang tersembunyi itu kan memang sudah seharusnya disembunyikan. Seperti halnya gaji, bonus, atau kehidupan pribadi yang memang dirasakan tidak perlu untuk diceritakan kepada orang lain buat apa diceritakan? Toh bisa-bisa malah membuat malu diri sendiri,, T : Lalu pertanyaan nomor dua belas (12) bagaimana alasannya sampai Mas menjawab “Tidak Setuju”? J : Buat apa saya mengatur pembicaraan? Kita kan harus ngomong seperti adanya jadi tidak harus tuh mengatur,, malah jadi canggung nantinya,, T : Begitu juga pada pertanyaan nomor dua puluh dua (22), bagaimana mas? J : Klo kita ngikutin cara pandang orang lain, kesannya kita ga punya pendirian banget donk? So kita harus tetep mempertahankan cara pandang kita sendir, meski salah kita harus bisa mengkoreksi sendiri,, T : Pendapat Mas pada pertanyaan nomor dua puluh enam (26), tolong dijelaskan? J : Mendorong teman untuk ikut berinteraksi? Lalu buat apa dia bekerja? Kan kerja salah satunya juga mencari interaksi dengan orang lain,,
T : Alasan untuk nomor dua puluh delapan (28) karena menjawab ”Tidak Setuju”? J : Saya merasa tidak setara dengan teman kerja yang lain, karena dari tingkat pendidikan saja sudah berbeda-beda,, ada yang SMU, S1 bahkan S3,, jadi karena itulah saya tidak setuju dengan pertanyaan tersebut,,
Hasil wawancara dengan responden nomor 3 T : Siang Pak,, saya maw menanyakan alasan-alasan Bapak mengenai jawaban Bapak yang menjawab “Tidak Setuju” dan “Sangat Tidak Setuju”,, pada pertanyaan nomor dua (2) dan tiga (3),, bagaimana alasannya pak? J : Untuk nomor dua, saya pikir kita bisa berbagi rahasia kita dengan orang lain dari mana saja, tidak terbatas dengan teman satu divisi bukan?? Lalu untuk nomor tiga, saya rasa bercerita dengan teman dari divisi yang berbeda belum tentu memberikan solusi yang tepat, karena belum tentu dia mengerti kesulitan yang kita hadapi,, Hasil wawancara dengan responden nomor 4 T : Misi Pak, saya maw nanya-nanya tentang mengenai pendapat Bapak karena menjawab “Tidak Setuju” dan “Sangat Tidak Setuju” pada pertanyaan nomor 1 dan 5,, bisa dijelaskan Pak? J : Untuk nomor 1, saya merasa tidak perlu berbagi rahasia dengan teman kerja karena jika bocor kan bisa membuat saya malu sendiri, lebih baik tidak usah menceritakan informasi rahasia saya dengan orang lain,,
Nomor 5nya, menurut saya, seseorang tidak bisa langsung memberikan reaksi atas informasi dari teman kerjanya sebelum dia meng-konfirmasi kan ulang informasi tersebut. Begitu juga dengan saya,,
Hasil wawancara dengan responden nomor 5 T : Permisi Mba,, aku numpang nanya donk,, soal jawaban mba pada pertanyaan questioner yang sebelumnya saya kasih ke mba,, J : iya,, kenapa ? T : gini mba, pada beberapa pertanyaan kan mba menjawab “Tidak Setuju” dan “Sangat Tidak Setuju” alasannya apa ya mba? Tepatnya pada pertanyaan nomor 2, 12 dan 26,, J : Saya coba jawab ya,, untuk nomor 2 yang tentang memberikan informasi tersembunyi hanya kepada teman satu divisi,,
saya tidak setuju karena
seseorang bebas dalam menceritakan masalah tertentu kepada orang lain sesuai kehendaknya, jadi klo saya maw berbagi informasi yang sifatnya rahasia saya bisa memilih teman yang nantinya saya aja bicara,, belum tentu teman satu divisi saya,, bisa aja dari divisi yang lain kan? T : Lalu mba,, untuk 12nya ? J :Tentang pengaturan bicara ya ? hmm,, saya rasa kita ga perlu tuh untuk mengatur
pembicaraan
malahan
bisa-bisa
kitanya
malah
keabisan
pembicaraan, terkecuali pada situasi-situasi tertentu, misalnya ketika rapat atau ketemu dengan orang lain,,
Untuk nomor 26nya,, saya ngga maw memaksakan orang lain untuk ikut berinteraksi, harus ada dorongan dari dirinya sendiri klo maw berinteraksi,, klo dia tidak interest untuk gabung ngapain? Bisa jadi brantakan nantinya,,
Hasil wawancara dengan responden nomor 6 T : Siang Pak,, ganggu bentar ya pak? Saya Cuma maw tanya alasan bapak menjawab ”Tidak Setuju” pada pertanyaan nomor 6, 12 dan 17,, J : Untuk alasan nomor 6, yang mengenai memberikan pendapat pribadi kepada teman sekerja kan? Karena ketika kita memberikan pendapat kepada orang lain, khususnya teman sekerja kita juga harus pinter-pinter melihat kondisi teman kita, klo untuk teman yang udah deket kan gampang tapi klo tidak terlalu dekat takutnya bisa dinilai jelek oleh orang tersebut, meski kita bekerja pada tempat yang sama,, Nah, untuk pertanyaan 12,, masa siy ketika kita maw ngobrol dengan orang lain kita harus mengatur pembicaraan kita? Sering kali pas kita ngobrol, pembicaraan muncul dengan sendirinya,, beda lagi klo kita memang dari awal sudah niat maw membahas sesuatu,, Pertanyaan 17nya, spontan saat ngobrol dengna orang lain kan ga selalu dapat kita lakukan, soalnya klo orang tersebut tidak suka dengan sikap spontan kita gimana? Gawat nantinya,,,
Hasil wawancara dengan responden nomor 7 T : Permisi Bu, minta waktunya sebentar? Saya cuma maw nanya alasan Ibu tentang jawaban “Tidak Setuju” pada questioner yang saya minta tolong ibu untuk mengisinya,, tepatnya pada questioner nomor 3, 4, 5, 16, 17, 22 dan 32,,, tolong dibantu ya bu,, J : Nomor 4, alasannya saya tidak setuju karena saya ga maw dinilai ga becus dalam menyelesaikan pekerjaan oleh temen-temen satu divisi saya,, (senyum kecil sembari menutup muka dengan salah satu tangan) lebih baik saya simpan atau ngga saya cerita ke teman saya yang berbeda divisi dan tentunya yang bisa jaga rahasia, hehehe (tertawa kecil). Nomor 4nya, saya ga maw cepet-cepet mengungkapkan respon saya,, takutnya nanti dikira berlebihan dalam menanggapinya,, kita kan juga perlu untuk mengkoreksi informasi tersebut apakah benar atau tidak Klo nomor 5, alasannya sama dengan nomor 4 jadi ga perlu dijelaskan lagi ya,, Duwh, ko masih banyak siy yang mesti dijelasin?? Cape niy,, T : Kan ibu yang ngejawab questionernya,, J : Iya deh,, nah nomor 16 dan 17 kan hampir sama ya pertanyaannya,, jadi jawabannya kurang lebih sama gpp kan? T : ga pa pa ko bu,, J : Iya, nomor 16 dan 17 itu kan tentang penggunaan strategi ketika ngobrol dengan orang lain kan? Menurut saya, spontanitas itu hanya dapat dilakukan apabila kita merasa nyaman dengan orang yang kita ajak bicara,, jadi klopun
itu teman satu divisi ataupun berbeda divisi tapi ga nyaman untuk diajak berbagi informasi maka sulit untuk bertindak spontan,, T : Untuk nomor 22, alasannya saya ga maw gampangan merubah cara pandang saya, meski saya salah saya merasa perlu untuk menguji nilai ”benar” teman saya tersebut,, J : Sedangkan nomor 32, saya lebih baik menerima segala bentuk tindakan dalama bahasa verbal karena lebih mudah dipahami,, misalnya jika seseorang idak suka terhadap saya, maka saya lebih suka diunggkapkan dengan bahasa verbal jadinya saya gampang mengerti,,
Hasil wawancara dengan responden nomor 8 T : Permisi Pak,, minta waktunya sebentar untuk menjawab beberapa pertanyaan terkait dengan questioner yang sebelumnya saya berikan, Bapak menjawab ”Sangat Tidak Setuju” pada pertanyaan nomor 2, 16 dan 17, bisa disebutkan alasannya pak? Mungkin bisa dimulai dengan nomor 2 dulu pak,, J : Berbagi informasi itu tidaklah harus dengan teman satu divisi kan? Tetapi bisa juga dengan teman yang berbeda divisi,, toh dalam melakukan kerja kita juga tidak selalu berhubungan hanya dengan teman satu divisi, pasti ada aja kemungkinan untuk berhubungan dengan teman yang berbeda divisi,, T : Baik pak,, lalu bagaimana dengan alasan bapak untuk nomor 16 dan 17? J : Karena pertanyaanya keduanya mirip saya jawab berbarengan aja,, Klo saya ngobrol dengan teman kerja baik itu satu divisi atau tidak terkadang saya merasa perlu untuk mengatur pembicaraan saya, baik itu penggunaan
kata-kata, intonasi ataupun dalam membahas suatu hal,, karena kesemua hal tersebut sifatnya bisa menjadi sangat sensitif,,
Hasil wawancara dengan responden nomor 9 T : Slamat siang bu,, maaf ya ganggu lagi,, saya cuma maw konfirmasi jawaban ibu pada pertanyaan nomor 2, 4 dan 5 questioner yang sebelumnya saya kasih ke ibu,, J : Ok,, mulai dari nomor 2 y,, saya pikir tiap orang bebas untuk berbagi informasi dengan siapapun yang ia inginkan, jika ia menginginkan bercerita kepada teman yang berbeda divisi apakah menimbulkan masalah? Kan ngga,, makanya saya ga setuju dengan pertanyaan tersebut,, T : Selanjutnya bu,, pertanyaan 4 dan 5,, J : 2-2nya digabung aja y, kan mirip tuh pertanyaannnya,, Menurut saya, reaksi secara langsung itu kan ga bisa langsung terjadi klo kita tidak terlalu dekat dengan teman kita,, lagian klo informasi tersebut bukanlah sesuatu yang mengejutkan buat apa kita memberi reaksi secara langsung?
Hasil wawancara dengan responden nomor 11 T : Siang Pak, bisa tolong dijelaskan alasan Bapak menjawab dijawab “Sangat Tidak Setuju” dan “Tidak Setuju” pada pertanyaan nomor 2, 6, 22, 23, 24, 28, 31 dan 32?? J : Baik, untuk nomor 2 tentang berbagi informasi dengan teman satu divisi kan? Ya,, menurut saya siy,, sebenarnya berbagi informasi itu juga tidak harus
dengan teman kerja kan? Bisa dengan siapa saja, entah itu temen kerja atau bukan,, toh ga ada kewajiban klo kita harus berbagi informasi dengan teman kerja hanya dari satu divisi,, Nomor 6, mengenai pendapat pribadi,, dalam kondisi tertentu, saya mungkik setuju jika harus memberikan pendapat kepada orang lain tetapi akan jadi berbeda apabila kondisinya adalah saya tidak menyukai orang tersebut, saya tidak akan memberikan pendapat klo tidak diminta,, Hmm,, nomor 22 tentang mengubah cara pandang,, cara pandang orang kan relatif, jadi kita kan ga bisa langsung menilai benar atau salah cara pandang orang atau saya sendiri, klo saya siy cenderung mempertahankan cara pandang saya terhadap apapun, lebih baik salah tetapi diperbaiki dari pada saya harus mengikuti saran orang lain tapi nantinya saya jadi ragu,, T : Lalu pandapat bapak mengenai sikap positf gimana pak (pertanyaan nomor 23)? Kan bapak menjawab tidak setuju jika seseorang harus selalu menunjukkan sikap positifnya kepada teman satu divisi,,? J : klo itu siy,, saya berpendapat bahwa sikap positif memang harus ada, terutama dari diri sendiri,, yang nantinya kita perlu sebarkan kepada orang lain,, nah disini saya tidak setuju kenapa? Karena sikap positif kan tidak selalu datang setiap saat,, klo kita lagi bad mood ? jadi ga bisa selalu dipaksakan,,, untuk nomor 24nya saya kira sama dengan jawaban sebelumnya,, buat apa kita memaksakan untuk bertindak secara positif jika ternyata diri sendiri sedang bad mood,, T : Ok Pak,, terus untuk nomor 28, 31 dan 32nya gimana niy pak?
J : klo nomor 28, saya ga setuju klo menerima teman itu berarti setara dengan saya,, setara itu kan kita sama-sama berada pada posisi yang sama,, nah dunia kerja itu kan berdasarkan level atau posisinya,, lain hal klo yang kita bicarakan ini adalah teman yang sama-sama selevel,, Nomor 31 dan 32nya,, seperti yang tadi saya omongin,, saya tidak bisa menerima teman sekerja saya setara dengan saya,, lalu bagaimana saya maw menerima bahasa verbal atau non-verbalnya,, kan sebelumnya aja saya uda ga setuju
Hasil wawancara dengan responden nomor 12 T :Permisi,, Bu minta kesediaannya untuk wawancara sebentar ya bu ? wawancara tentang alasan jawaban ibu pada questioner yang saya kasih,, Ibu banyak jawab “Tidak Setuju” dan “Sangat Tidak Setuju” alasannya apa bu? J : Banyak ya ?? saya singkat gapapa kan ? T : Silahkan bu,, J : Ok, kita mulai dari nomor 1-4 y,, pertama saya bukan orang yang gampang bersosialisasi, jadi saya ga setuju dengan pertanyaan tersebut,, terus terang, temen saya juga kebanyakan dari divisi yang lain jadi lagian menurut saya kerja sebagai PNS kan tuntutannya cuma harus menyelesaikan kerja lalu dapet gaji, ga ada dorongan buat yang lainnya,, Terus yang bagian komunikasi sebagai persepsi untuk meminta informasi,, itu juga ga selamanya bener kan? Saya yang orangnya introvert bisa menyelesaikan pekerjaan karena saya banyak melihat hasil pekerjaan
sebelum-sebelumnya, nah pertanyaan 16nya juga uda bisa terjawab kan? Soalnya saya tipe introvert, jadi kalo emang ada butuhnya aja,, T : Ah ibu bisa aja,, terus bu,, pertanyaan selanjutnya kenapa? J : yah seperti yang saya bilang barusan, saya itu tipe introvert,, so ga perlu deh bersikap manis segala,, (tertawa,,)
Hasil wawancara dengan responden nomor 13 T : Pak, apakah ada alasan tertentu mengapa bapak menjawab “Tidak Setuju” atau “Sangat Tidak Setuju“ pada questioner yang sebelumnya saya berikan? J : Saya rasa wajar klo saya ngga maw cerita, saya masih mampu buat apa cerita ? selama ini saya menyelesaikan pekerjaan saya baik-baik saja,, Saya beranggapan klo komunikasi dan hubungan dalam dunia kerja pasti ada maksud tertentu,, itu sama aja sudah menerapkan strategi tertentu donk,, Lalu pertanyaan selanjutnya,, saya termasuk orang yang jarang ngomong, jadi pake bahasa isyarat juga bisa menyampaikan maksud tertentu kepada orang lain,, terus saya juga ga punya keharusan menerima semua ucapan dan isyarat dari orang lain, klo ga penting buat apa diladenin,, Hasil wawancara dengan responden nomor 14 T : Apa alasan bapak menjawab ”Tidak Setuju” pada pertanyaan nomor 2? J : karena menurut saya, kita tidak berbagi informasi hanya dengan temen satu divisi aja, kita juga bisa berbagi informasi dengan temen dari divisi yang berbeda,, T : Untuk pertanyaan nomor 16-19 bagaimana pak ?
J : Komunikasi dengan spontanitas itu kan memang sering terjadi, tapi itu juga klo kita udah kenal baik, uda deket dengan orang yang kita aja bicara,, lagian saya berrpendapat klo bertemen juga bisa dari divisi yang berbeda, yang uda deket atau uda kenal bail baru deh kita bisa bersikap spontan,, Nah, untuk yang berpikir terbuka seseorang tidaklah harus berkomunikasi dengan orang lain baik itu dengan temen satu divisi atau bukan karena pada dasarnya berpikir terbuka itu muncul dari kesadaran diri sendiri,, berangkat dari kemauan diri sendiri untuk menganalisa dan mencari penyelesaian terhadap suatu hal nantinya pasti bisa melihat sesuatu secara luas dan lebih terbuka dari sebelumnya,, T : Dilanjutkan Pak, alasan untuk nomor 22, 23, 24, dan 28 bagaimana? J : yang 22, saya ga setuju karena salah atau benar cara pandang saya tidak akan terpengaruh oleh orang lain, orang lain juga belum tentu benar cara pandangnya,, lebih baik mempertahankan apa yang ada,, Nomor 23 dan 24 karena setipe dilangsung aja,, sikap positif tidak terbatas pada lingkungan pekerjaan aja kan? Bisa dimana aja,, tindakan positif ngga cuma untuk temen satu divisi, tapi juga bisa untuk temen-temen yang lain,, 28nya,, saya ga setuju karena menurut saya kesetaraan tidak dapat diukur, saya mungkin sama dengan teman saya secara level pekerjaan tapi temen saya bisa lebih unggul karena pengalamannya, jadi ga ada acauan penilaian setara atau ngganya secara jelas,,
Hasil wawancara dengan responden nomor 15 T :Bisa dijelaskan mengapa anda memilih untuk menjawab “Tidak Setuju”? untuk nomor 1, 3, 11, 14, 28 dan 29,, J : Yang nomor 1 jelas saya tidak setuju, masakan saya menceritaka informasi yang memang sengaja saya sembunyikan? Bukan rahasia namanya,, Nomor 3, saya ngerasa malu buat cerita karena takut bikin malu diri sendiri,, 11nya, gimana saya maw ikut merasakan, saya aja kan belum tentu pernah mengalami seperti orang lain,, setidaknya kita perlu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain sebelum kita bisa memposisikan diri kita sendiri,, T : Selanjutnya untuk nomor 14,, J : Karena menurut saya, pertanyaannya kan mengenai sikap mendukung, maka dalam mendukung seseorang tidaklah harus dalam bentuk komunikasi seperti mencari atau meminta informasi dari orang lain, karena komunikasi hanyalah sebuah perantara atau alat dalam meminta informasi,, 29 dan 30nya, temen kita kan bebas untuk menentukan untuk menerima atau menolak semua bahasa verbal atau non-verbal dari kita,, jadi saya menekankan diri saya apapun untuk tidak terlalu berharap,,
Hasil wawancara dengan responden nomor 16 T : Bisa tolong dijelaskan alasan mengapa bapak menjawab ”Tidak Setuju” pada pertanyaan questioner nomor 2?
J : Alasannya, saya berteman dengan sapa aja siy mas,, dimana aja,, jadinya klo saya pikir ga sesuai aja dengan saya, saya biasa ngobrol ngomongin apa aja jadi klo emang harus ngomongin rahasia, saya bisa ngomong dengan sapa aja,,
Hasil wawancara dengan responden nomor 17 T : Apa alasan ibu menjawab “Tidak Setuju” pada pertanyaan nomor 1 dan 2? J : Alasannya, itu kan informasi tersembunyi berarti bisa dibilang rahasia kan? Masa saya harus ceritain ke orang lain! Terus saya ga setuju klo berbagi informasi hanya kepada teman satu divisi, informasi kan harus diteruskan kepada pihak lain dan ga cuma buat satu divisi aja,,
Hasil wawancara dengan responden nomor 18 T :Bagaimana penjelasan Bapak tentang jawaban ”Tidak Setuju” pada pertanyaan nomor 2, 3, 4 dan 5? J :Buat nomor 2, informasi bukan untuk disimpan satu divisi,, klo ada kepentingan bersama ya harus dibagi dengan temen-temen yang lain juga,, Nomor 3, saya ga setuju karena sudah sepantasnya kerjaan itu kan sulit, jadi sulit atau ngga uda jadi tanggung jawab saya,, ga usah juga cerita-cerita ke orang,, Buat nomor 4 dan 5, bereaksi spontan itu kan tergantung informasi yang di beri tau,, klo cuma informasi biasa aja buat apa langsung spontan?
Hasil wawancara dengan responden nomor 19 T : Bu, apa ada alasan tertentu kenapa ibu menjawab “Tidak Setuju” pada pertanyaan nomor 2 dan 29? J : Yang nomor 2 lebih disebabkan karena saya merasa tiap informasi memang patut untuk disebarluaskan, apa lagi klo informasinya ternyata penting dan sifatnya menyangkut kepentingna bersama,, Klo yang nomor 29, itu sudah menjadi hak tiap orang untuk menerima atau ngga,, saya kan tidak bisa berharap banyak,,
Hasil wawancara dengan responden nomor 20 T :Bapak, bisa dijelaskan tentang alasan bapak mengapa menjawab ”Tidak Setuju” dan ”Sangat Tidak Setuju” pada pertanyaaan nomor 1, 3 dan 16? J :Nomor 1, saya tidak bisa menceritakan suatu hal yang memang saya sembunyikan kepada orang lain dengan bebas, terlebih jika itu menyangkut masalah privasi saya,, jawaban ini juga menyangkut pertanyaan nomor 3, karena saya menganggap masalah saya juga termasuk rahasia saya,, T : Selanjutnya tentang pertanyaan nomor 16, bagaimana alasan anda ? J : Bagi saya, berbicara dengan spontan lebih enak dibandingkan berbicara dengan mengatur apa yang akan saya bicarakan, kesannya seperti ada yang ditutupi dan terkesan terlalu formal,,
Hasil wawancara dengan responden nomor 21 T :Apa alasan anda hingga menjawab pertanyaa pada nomor 2-6, 16 dan 17 dengan jawaban “Tidak Setuju” atau “Sangat Tidak Setuju”,,? J : Memberikan atau berbagi informasi itu ngga cuma teman satu divisi, tapi bisa diberikan kepada teman yang berbeda divisi, orang lain, keluarga, atau pihakpihak lain,, terus mengenai kesulitan pekerjaan, saya ngga setuju karena itu mengenai ketidakmampuan saya yang saya rasa tidak perlu untuk diketahui oleh orang lain,, nah, untuk yang nomor 4 dan 5 saya ngga setuju karena informasi apapun tidak harus ditanggapi dengan langsung. Untuk yang nomor 6,, memang, memberikan saran atau pendapat adalah suatu hal yang wajar,, tapi akan jadi masalah nantinya jika kita memberikan pendapat disaat kita tidak diminta,, orang tersebut bisa tersinggung, bisa timbul anggapan kita orang sok tau, sok senior,,, lebih baik klo kita memberikan pendapat ketika kita diminta,, T : Pertanyaan 17nya Pak ? J : Penggunaan strategi tertentu ketika berbicara dengan teman dari divisi lain perlu diterapkan karena teman yang berbeda divisi kan tidak sama kebiasaankebiasaannya, jadi perlu trik atau strategi khusus untuk ngomong sama mereka (teman yang berbeda divisi,,)
Hasil wawancara dengan responden nomor 22 T : Bagaimana penjelasan anda dalam menjawab pertanyaan 2 dan 14?
J : Saya “Tidak Setuju” karena menurut saya berbagi informasi tidak hanya dengan teman satu divisi tetapi juga bisa dengan teman yang berbeda divisi, karena kita juga perlu kerjasama dengan teman dari divisi lain,, T : Bagaimana dengan nomor 14? J : Komunikasi itu tidak melulu untuk meminta informasi, tapi kan ada yang lain,, meminta informasi itu hanya bagian dari berjalannya komunikasi,,
Hasil wawancara dengan responden nomor 23 T : Apa alasan anda dalam menjawab pertanyaan nomor 1-5, 16 dan 17? Karena jawaban yang anda berikan adalah pernyataan ”Tidak Setuju”,, J : Untuk nomor 1-5, kesediaan saya memberi informasi atau respon kepada orang lain itu terbatas, karena hubungan antar individu dalam lingkup kerja disini saya rasa kurang baik, jadi saya lebih selektif dalam mengungkapkan diri,, T : Lalu untuk pertanyaan 16 dan 17,, J : Sebagai orang yang selektif, saya menggunakan strategi-strategi tertentu untuk bisa berkomunikasi dengan orang lain, strategi itu mengikuti tipe orang yang saya ajak berbicara,, karena tiap orang pasti mempunyai tipe-tipe tertentu yang belum tentu sesuai dengan orang lain,,
Hasil wawancara dengan responden nomor 24 T : Mba, bisa dijelaskan alasan dalam menjawab pertanyaan 16, 17 dan 31?
J : Untuk jawaban nomor 16 dan 17, temen-temen disini ngga semuanya bisa diajak ngobrol,, ada temen-temen yang tertutup untuk diajak ngobrol,, nah menyingkapinya kita perlu strategi-strategi khusus,, Buat apa kita terima semua omongan temen, klo memang saya rasa nggak sesuai dengan saya, saya pasti tolak,, dengan begitu kan temen juga mikir kenapa kita ngga suka,,
Hasil wawancara dengan responden nomor 25 T : Mba, aku minta penjelasan atau alasan kenapa mba menjawab “Tidak Setuju” pada nomor2, 12 dan 23? J : Dalam berbagi informasi, saya tidak pilih-pilih orang karena saya memerlukan masukan dari berbagai macam orang dan saya juga termasuk tipe orang welcome sama orang baru,, T : Bisa dilanjutkan mba? J : Yang 12, penyesuaian diri dalam berkomunikasi itu perlu dilakukan, karena orang yang kita ajak berkomunikasi itu belum tentu maw dan bisa mengerti apa yang saya bicarakan,, untuk menghindari tersebut saya perlu menyesuaikan diri,, Bersikap positif itu memang perlu dan sangat baik dalam sebuah hubungan, tapi klo orang yang berhubungan dengan itu memang menyebalkan terus omongannya ngelantur dan tidak bisa ditolerir maka saya juga perlu mengambil tindakan,,
Hasil wawancara dengan responden nomor 26 T : Mba, bisa tolong dijelasin alasannya mba menjawab pertanyaan pada nomor 1,2, 4, 5, 12, 23, 26, 28, 31 dan 32? J : Buat nomor 1, saya ngga setuju soalnya kalo kita mengumbar rahasia nantinya kita dinilai sebagai orang yang tidak bisa dipercaya, comel atau apalah itu sebutannya,, nomor 2, klo emang informasinya bukan rahasia kenapa ngga? Lalu kenapa juga cuma temen satu divisi klo bisa dengan temen-temen yang lain,, 4 dan 5nya, langsung apa ngganya saya bereaksi itu tergantung informasi apa yang saya dapetin, klo ga penting-penting amad ya ga perlulah,, Nah, nomor 12,, klo kita ga ngatur apa yang maw kita omongin nantinya kita jadi ga tau maw ngomong apa. Yang 23 dan 26, saya ga setuju, soalnya saya ga maw maksain untuk bersikap positif
terus-terusan, lalu buat apa kita
mengajak orang lain untuk ikut dalam sebuah interaksi klo dianya tidak ada kemauan,, T : Pertanyaan nomor 31 dan 32nya Mba? J : Buat pertanyaan nomor 31 dan 32, itu kan wajar klo kita ngga suka dengan omongan atau perilaku tertentu seseorang, uda menjadi sifat dasar manusia untuk memilih apa yang disukai atau tidak,,
Hasil wawancara dengan responden nomor 27 T : nomor 2, 5, 12, 20, 22, 23, 24 dan 28 J : Menanggapi pertanyaan nomor 22, saya tidak akan merubah cara pandang saya karena orang lain, cara pandang orang lain kan belum tentu benar, banyak
yang keliatannya benar tapi sebenarnya salah,, dari pada ragu lebih baik tetap pada pendirian dan cara pandang dari diri sendiri,, Nomor 23, sikap positif tidaklah selalu dapat digunakan,, selalu ada faktor lain yang mempengaruhi sikap tersebut. Ada dimana situasi atau kondisi tertentu, yang tidak memerlukan sikap positif,, toh sikap positif juga bukan kewajiban, itu kan lebih ke arah hak masing-masing individual,, Pertanyaan nomor 24, masa kita harus terus-terusan nunjukin sikap positif ? klo temen kita salah, masa kita mesti tetep nunjukin sikap positif,, kan ngga, so saya ga setuju dengan pernyataan tersebut,, Untuk nomor 28, kesetaraan dalam dunia kerja masih menjadi suatu hal yang tabu, mengapa hal ini terjadi? Karena saya sendiri pun mengakui bahwa rekan kerja tidak setara karena perbedaan pekerjaan yang dilakukankanya, levelnya, atau tingkat jenjangnya, dan hal lainnya,, Saya siy tidak terlalu berharap semua bahasa verbal saya diterima oleh orang lain, karena saya sadar betul, jika ucapan saya terkadang tidak di sukai oleh orang lain, terkadang malah bisa membuat orang lain marah atau tersinggung,, karena itulah saya menjawab tidak setuju pada pertanyaan nomor 29,, Seperti jawaban sebelumnya, saya juga tidak terlalu berharap bahasa nonverbal saya diterima karena tidak menutup kemungkinan bahasa non-veral juga bisa menyinggung ornag lain,,
Hasil wawancara dengan responden nomor 28 T : Bisa anda jelaskan alasan anda dalam menjawab pertanyaan nomor 2, 12, 20, dan 26? J : Buat nomor 2, baik temen satu divisi atau beda divisi sama aja karena klo emang kita maw berbagi informasi ya tidak boleh pilih-pilih,, Nomor 12, berbicara itu perlu pengaturan guna memudahkan penyampaian pesan kepada orang lain,, nomor 20, perbedaan cara pandang itu wajar, tapi klo menerima cara pandang orang lain itu belum tentu bisa dilakukan,, Nomor 26, alasannya kemauan seseorang untuk ikut berinteraksi ditentukan oleh dirinya sendiri, buat apa orang lain ikut campur mengenai tersebut,, kemudian responden juga menambahkan bahwa mendukung teman kerja memang perlu dilakukan tetapi juga harus dalam batas-batas tertentu yang sewajarnya
Hasil wawancara dengan responden nomor 29 T :Bisa anda jelaskan alasan jawaban anda pada pertanyaan 4, 6, 10, 12, 13, 25, 31 dan 32? J : Buat nomor 4, reaksi seperti apa? Klo emang tidak terlalu penting buat apa kita bereaksi? Lalu untuk nomor 6nya saya akan ngasiy masukan klo emang saya diminta, tapi klo ngga ya ngga saya kasih ,, buat nomor 10, ikut merasakan atau tidak, prosesnya berdasarkan pengalaman kita juga klo kita bisa ikut merasakan ya bagus tapi klo ngga kan ga bisa dipaksakan,, yang 12 dan 13, itu tergantung lawan bicaranya, klo temennya uda deket saya rasa ga perlu tuh,,
Untuk nomor 25, saya tidak setuju karena mendukung teman kerja tidak harus dengan cara yang positif, bisa juga dilakukan dengan cara negatif, misalnya sengaja tidak maw membantu dia dalam kerjaannya, dengan gitu membuat teman kerja tidak menjadi manja pada kerjaannya T : Lalu bagaimana dengan pertanyaan nomor 31 dan 32 ? J : Relatif siy sebenarnya, klo temen itu kita anggap uda deket,, ya sama terima semua ! tapi itu juga klo saya setuju atau lagi mood ,,,
Hasil wawancara dengan responden nomor 30 T : Bagaimana penjelasan atau alasan anda dalam menjawab pertanyaan nomor 12, 23 dan 26? J : Buat pertanyaan 12, saya mengatur pembicaraan karena saya merasa perlu dilakukan ketika saya berhadapan dengan orang-orang tertentu,, kya atasan, pimpinan dari divisi lain,, T : Untuk pertanyaan nomor 26? J : Mendorong dipertanyaan nomor 26 maksudnya mengajak bukan ? klo iya, saya ga setuju karena saya sendiri jarang untuk gabung ngobrol dengan temanteman lain,,
Hasil wawancara dengan responden nomor 31 T : Mba, bisa tolong dijelaskan alasan mba dalam menjawab pertanyaan nomor 1, 5, 25, 26, 28, 31 dan 32?
J : 1 dan 5 karena saya memang orang yang agak tertutup mas,, jadi saya ga maw berbagi informasi, terus yang reaksi langsung itu karena temen saya kebanyakan dari divisi lain mas,, 25 dan 26, saya ga setuju mas,, saya aja tertutup gimana maw mendorong teman yang lain? Lebih baik ga usah sama sekali,, Untuk nomor 31, saya tidak akan menerima bahasa verbal dari teman kerja saya jika memang tidak sesuai dengan harapan,,, Nomor 32, jika perilaku (bahasa nonverbal) dari teman kerja telah melampai batas atau dalam kata lain telah menyinggung orang lain maka saya tidak akan menerima bahasa nonverbal dari teman kerjanya
Hasil wawancara dengan responden nomor 32 T : Bisa tolong dijelaskan alasan anda dalam memberi jawaban ”Tidak Setuju” pada pertanyaan nomor 12, 13, 17 dan 18? J : 12 itu yang tentang mengatur pembicaraan kan y ? klo yang itu saya tidak setuju karena klo kita selalu mengatur cara bicara kita dan tiba-tiba kita lupa maw ngomong apa kan jadi repot ! terus malahan apa yang kita maw sampaikan kepada orang tersebut malah jadi kacau, nah jadi lebih enak kan kita ngomong tapi ga perlu diatur segala Cuma kita juga mesti tau apa yang akan kita sampaikan, kita harus tahu apa yang hendak disampaikan, untuk yang nomor 13, saya juga tidak setuju karena saat berbicara dengan orang lain kita tidak perlu penyesuaian karena malah membuat kita jadi grogi baiknya langsung aja (spontan),,”
T : Kemudian untuk nomor 17 dan 18nya ? J : Yang 17 kan saya rasa sudah dijawab, kurang lebih sama dengan nomor 13, tapi yang 18 itu saya ngga setuju soalnya klo saya memang harus berpikir terbuka itu belum tentu pengaruh daru teman dari divisi lain,,
Hasil wawancara dengan responden nomor 33 T : Pak, apakah ada alasan tertentu kenapa Bapak menjawab ”Tidak Setuju” pada pertanyaan nomor 9, 10, 16, 23, 31 dan 32? J : Saya tidak setuju pada pertanyaan nomor 9 dan 10 karena saya tidak tahu keadaan real yang dialami oleh orang lain, bagaimana saya bisa langsung tahu apa yang dirasain orang tersebut? Jadi sebaiknya saya merasakan secara langsung apa, bagaimana dan kenapa segala sesuatunya terjadi,, Kalo yang 16, penerapan sebuah strategi sepertinya memang diperlukan karena setiap orang pasti memiliki sebuah kriteria tertentu ketika diajak berbicara,, Yang nomor 23, coba kmu bayangin klo ada orang yang ga kmu suka dan mengajak berbicara kkmu? Bagaimana? Ga enak kan? Ya ibaratnya seperti itulah,, jadi maksudnya, ga semua orang yang berkomunikasi dengan kita bisa kita kasih respon positif,, T : Terus untuk nomor 31 da 32 nya Pak? J : Jawabannya mirip dengan nomor 23 tadi,, klo kita ga suka ga bisa dipaksakan untuk menerima baik bahasa verbal dan non-verbal orang lain,,
Hasil wawancara dengan responden nomor 34 T :Merujuk pada hasil questioner yang Bapak kerjakan, banyak jawaban yang menyatakan “Tidak Setuju” , tepatnya pada pertanyaan nomor 1, 3, 4, 5, 12, 13, 20, 21, 22, 31 dan 32. Apakah ada alasan tertentu dari Bapak dalam menjawab questioner-questioner tersebut? J : Alasan buat nomor 1 dan 3, menurut saya itu suatu berkesinmabungan karena saya tidak maw memberikan informasi mengenai kekurangan diri sendiri secara
bebas
termasuk
didalamnya
kesulitan-kesulitan
saya
dalam
mengerjakan pekerjaan,, Yang nomor 4 dan 5, saya tidak akan bereaksi sebelum saya merasa yakin dengan informasi yang diberi kepada saya,, Klo yang 12 dan 13, saya menanggapinya dengan jawaban tidak setuju karena mengatur pembicaraan tidak selalu efektif saat berkomunikasi,, Nomor 20 dan 21, bukahkah dengan sebuah bentuk penolakan berarti kita juga ikut mendukung orang lain ? kenapa? Karena dengan sebuah penolakan, seseorang akan berusaha untuk menjadi lebih baik,, 21nya, saya ngga setuju soalnya menerima atau menolak cara pandang seseorang bisa terjadi dengan teman sekerja atau teman lainnya,, T : Bagaimana dengan pertanyaan nomor 31 dan 32? J : Untuk yang 31 dan 32 saya tidak setuju karena menurut saya itu menyangkut hak seseorang untuk menolak jika saya memang tidak setuju dengan mereka (teman sekerja,,)
Hasil wawancara dengan responden nomor 35 T :Bagaimana alasan anda sehingga anda memilih jawaban ”Tidak Setuju” 15, 19, 26 J :Yang nomor 15, saya menyatakan Tidak Setuju karena menurut saya memperoleh informasi tidak harus berkomunikasi dengan teman sekerja atau sebagainya,, karena dengan membaca jurnal, catatan, memo, note, buku panduan dan lain sebagainya kita juga bisa memperoleh informasi,, lalu nomor 19, cara berpikir kita tidak ditentukan dari teman sekerja atau teman satu divisi, tapi kitalah yang menentukan apakah kita siap membuka cara berpikir kita,,, Kemudian untuk nomor 26nya, ikut atau tidaknya teman sekerja kita dalam suatu interaksi sudah wajarnya klo merekalah yang berusaha untuk masuk dan turut serta dalam interaksi tersebut, saya rasa tidak perlu untuk mendorong teman untuk berinteraksi,,