EFEK KOGNITIF, AFEKTIF, DAN KONATIF FILM CEWEK MATREPOLIS TERHADAP REMAJA (Studi Deskriptif Terhadap Siswa SMU YP BDN Kelas III, Jakarta)
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh: NAMA
: ANGGITA WAHYU HENDRASWARI
NIM
: 44105110005
JURUSAN
: BROADCASTING
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI
Nama
: ANGGITA WAHYU HENDRASWARI
NIM
: 44105110005
Fakultas
: Komunikasi
Jurusan
: Broadcasting
Judul
: Dampak Kognitif, Afektif, dan Konatif Film Cewek Matrepolis Terhadap Siswa SMU YP BDN, Jakarta
Jakarta, 20 Januari 2009 Disetujui Oleh, Pembimbing
(Heri Budianto, S.Sos, M.Si)
i
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA
LEMBAR LULUS SIDANG SKRIPSI
Nama
: ANGGITA WAHYU HENDRASWARI
NIM
: 44105110005
Fakultas
: Komunikasi
Jurusan
: Broadcasting
Judul
: Dampak Kognitif, Afektif, dan Konatif Film Cewek Matrepolis Terhadap Siswa SMU YP BDN, Jakarta
Jakarta, 31 Januari 2009
1. Ketua Sidang Nama
: Ponco Budi Sulistyo, M. Comn
(........................................)
2. Penguji Ahli Nama
: Feni Fasta, SE, M. Comn
(........................................)
3. Pembimbing Nama
: Heri Budianto, S.Sos, M. Si
ii
(........................................)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA
LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI
Nama
: ANGGITA WAHYU HENDRASWARI
NIM
: 44105110005
Fakultas
: Komunikasi
Jurusan
: Broadcasting
Judul
: Dampak Kognitif, Afektif, dan Konatif Film Cewek Matrepolis Terhadap Siswa SMU YP BDN, Jakarta
Jakarta, 28 Februari 2009
Disetujui dan Diterima Oleh, Pembimbing
(Heri Budianto, S. Sos, M. Si)
Mengetahui, Dekan FIKOM
Ketua Program Studi
(Dra. Diah Wardhani, M. Si)
(Ponco Budi Sulistyo, M. Comn)
iii
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PROGRAM STUDI BROADCASTING ANGGITA WAHYU HENDRASWARI (44105110005) “Dampak Kognitif, Afektif, dan Konatif Film Cewek Matrepolis Terhadap Siswa SMU YP BDN, Jakarta” xii hal + 102 hal + 46 tabel + 6 lampiran + riwayat hidup Bibliografi: 32 buku (Tahun 1983 – 2006)
ABSTRAKSI
Komunikasi saat ini bukan hanya sebagai penyebar informasi. Komunikasi juga berfungsi untuk memperoleh hiburan. Salah satu cara berkomunikasi dengan masyarakat luas adalah dengan komunikasi massa. Film merupakan bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia ini. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efek film Cewek Matrepolis yang terjadi pada siswa SMU YP BDN Kelas III Jakarta Barat, meliputi efek kognitif, afektif dan konatif. Dalam kerangka pemikiran, penulis membahas mengenai pengertian komunikasi, komunikasi massa, media massa, film sebagai media massa, pesan, teori AIDDA dan pengertian khalayak. Dalam kaitannya dengan Film “Cewek Matrepolis” produksi Indika Entertainment, rumusan AIDDA dapat dihubungkan dengan ketiga efek yang di bahas oleh peneliti, yakni efek kognitif, afektif, dan konatif. Dimana masing-masing point dalam rumusan AIDDA itu merupakan kepanjangan dari efek-efek komunikasi yang peneliti bahas. Tipe atau sifat penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Yaitu hanya memaparkan situasi atau peristiwa tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Metode survei atau penelitian observasional digunakan dengan teknik penarikan sampel total sampling namun sampel tersebut diambil secara purposive sampling. pada penelitian ini, analisa data dapat dilakukan setelah data-data yang dibutuhkan terkumpul dan kemudian diolah melalui tahap-tahap pengolahan data dari jawaban para responden yang telah masuk setelah kuesioner dibagikan. Kemudian data dianalisa secara kuantitatif, sehingga diperoleh grafik-grafik yang menunjukkan frekuensi penyebaran data. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan setuju mengenai efek kognitif, afektif dan konatif film Cewek Matrepolis yang terdiri dari 30 pernyataan. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 11423 atau dengan persentase sebesar 75,4% dapat dikategorikan positif. Hal ini menunjukkan bahwa efek film Cewek Matrepolis terhadap remaja pada para siswa SMU YP BDN kelas III Jakarta Barat cenderung positif. Film ini terbukti tidak merubah pola perilaku dan kebiasaan hidup responden ke arah negatif. Karena responden sudah dapat memilah sendiri pesan-pesan yang dianggap baik dan buruk.
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Segalanya, yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “DAMPAK KOGNITIF, AFEKTIF DAN KONATIF FILM CEWEK MATREPOLIS TERHADAP REMAJA (SISWA SMU YP BDN JAKARTA)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. Penulis tertarik untuk mengangkat tema tersebut atas dasar kian maraknya tingkat pergaulan remaja yang menyimpang yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang pada akhirnya banyak di kemas menjadi sebuah tontonan film. Salah satunya adalah film Cewek Matrepolis. Tak lupa penulis juga mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada orang-orang yang sangat berarti bagi penulis yang telah banyak memberikan support nya, antara lain: 1. Heri Budianto, S. Sos, M. Si, selaku Dosen Pembimbing yang begitu sabar menunggu rampungnya tiap bab skripsi ini. 2. Dra. Diah Wardhani, M. Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. 3. Ponco Budi Sulistyo, M. Comn, selaku Ketua Program Studi Broadcasting Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana dan selaku Ketua Sidang. 4. Feni Fasta, SE, M.Comn, selaku Penguji Ahli 5. My beloved parents, Bapak dan Mama. Thanks for your love, support and everything that u’ve gave to me. I love you, I love you, and I always do.
v
6. My Luvly husband, Luthfy Syahban. You are the best husband in the world. And you are a miracle from Heaven. Thank you for being the best partner, being who you are and accepting me the way I am. I couldn’t have done this without your constant love and support. I always try to be the best wife and best mom for you and our little Angel. You are my inspiration. Bunda sayang banget sama Panda… 7. My Little Angel, Qeyla Queenara in up above. You are the best thing in my life 8. Ibu. Sarmidawati, S. Pd, selaku Kepala Sekolah SMU YP BDN Jakarta Barat, yang telah memberikan izin pada penulis untuk dapat melakukan penelitian di sekolah SMU YP BDN Jakarta Barat. 9. Para guru SMU YP BDN, Jakarta Barat; yang telah memberikan waktunya pada penulis untuk bisa melakukan penelitian ini. 10. Para siswa SMU YP BDN, Jakarta Barat, khususnya siswa kelas 3. Terima kasih karena telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. 11. Staf Pengajar Program Studi Broadcasting yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan kepada penulis. 12. My cutest boo, Ghazi. Your laugh make me feel better. 13. My Best friend, Eka. You’re only best I ever had. 14. The best team, Mardono, Bonar, Sandy, QQ, Lucan at Kiss Indosiar. We are the dream team, u know. 15. My special friend, Donnie Bojong, Moky, WL, Apoy, Hendrik, Yan, Rey, Liliek, Kirom and Rahmadi. Having you as my best friends is the greatest gift that God has given.
vi
16. Team Kiss Indosiar, Pak Ady, Bu Dian, Pak Adang, tim penulis, tim reporter, tim kameramen, tim lighting, tim audio, OB dan security. Makasih banget ya udah mau menjadi teman-teman terbaik buat Ita. 17. All MC Kiss Indosiar, Ruben Onsu, Intan RJ, Citra Kharisma, Cristy Jusung and Alena. Thanks for all spirit and support. 18. Ade Nurul Fuad dan Setyono, who always support me to finishing the paper. 19. Broadcasting angkatan 7, Twessy, Dicky, Dipa, Mas Aji, and many more. Thanks for being a part of my life. 20. Big family of dr. Moedjono Sosrowiryono. I’m so happy to have all of you as my family. 21. My forever friends, Dian, Deris, Teppy, Lilis, Novie, Vira. Miss u so much, gals… 22. Thank you so much for all of you that I can’t mention one by one. It’s awesome to know you in my life. Thanks for all the things we’ve done together.
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI LEMBAR LULUS SIDANG SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI ABSTRAKSI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN
i ii iii iv v viii x xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Signifikansi Penelitian 1.4.1. Signifikansi Akademis 1.4.2. Signifikansi Praktis
1 1 5 5 5 5 6
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Komunikasi 2.2. Komunikasi Massa 2.3. Efek Komunikasi Massa 2.4. Media Massa 2.5. Film Sebagai Media Komunikasi Massa 2.6. Pesan 2.7. Teori AIDDA 2.8. Khalayak
7 7 9 12 20 23 27 30 34
BAB III METODOLOGI 3.1. Tipe/ Sifat Penelitian 3.2. Metode Penelitian 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi 3.3.2. Sampel 3.4. Definisi dan Operasionalisasi Konsep 3.4.1 Definisi Konsep 3.4.2 Operasionalisasi Konsep 3.5. Teknik Pengumpulan Data 3.5.1 Data Primer 3.5.2 Data Sekunder 3.6. Analisis Data
36 36 37 38 38 39 40 40 42 46 46 47 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Film Cewek Matrepolis 4.2. Hasil Penelitian 4.2.1. Identitas Responden 4.2.2. Pola Menonton Film
54 54 54 57 60
viii
4.2.3. Efek Kognitif Film Cewek Matrepolis 4.2.4. Efek Afektif Film Cewek Matrepolis 4.2.5. Efek Konatif Film Cewek Matrepolis 4.2.6. Efek Film Cewek Matrepolis Terhadap Siswa 4.3. Pembahasan
63 74 85 96 96
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan 5.2. Saran
98 98 99
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.4.2.1 Operasionalisasi Persepsi Khalayak Tabel 3.6.1 Skala Likert Tabel 4.2.1.1 Jenis Kelamin Tabel 4.2.1.2 Usia Tabel 4.2.1.3 Pendidikan Tabel 4.2.1.4 Status Tabel 4.2.1.5 Social Economy Status (SES) Tabel 4.2.2.1 Menonton Film di Bioskop dalam Satu Bulan Tabel 4.2.2.2 Menonton Film di Televisi dalam Satu Bulan Tabel 4.2.2.3 Menonton Film Cewek Matrepolis di Bioskop Tabel 4.2.2.4 Menonton Film Cewek Matrepolis di Televisi Tabel 4.2.2.5 Dengan Siapa Menonton Film Cewek Matrepolis Tabel 4.2.3.1 Informasi Film Tabel 4.2.3.2 Promosi Film Tabel 4.2.3.3 Waktu Penayangan Film Tabel 4.2.3.4 Tempat Penayangan Film Tabel 4.2.3.5 Minat Menonton Tabel 4.2.3.6 Nama-nama Pemain Tabel 4.2.3.7 Mengingat Nama-nama Pemain Tabel 4.2.3.8 Perhatian Pada Setiap Scene Tabel 4.2.3.9 Jalan Cerita Tabel 4.2.3.10 Pengetahuan Tentang Pergaulan Tabel 4.2.3.11 Akumulasi Efek Kognitif Film Cewek Matrepolis Tabel 4.2.4.1 Menikmati Scene Tabel 4.2.4.2 Tokoh Favorit Tabel 4.2.4.3 Perasaan Gembira Tabel 4.2.4.4 Perasaan Sedih Tabel 4.2.4.5 Akhir Cerita Tabel 4.2.4.6 Minat Poster atau Foto Para Tokoh Tabel 4.2.4.7 Aksesoris dan Busana Tabel 4.2.4.8 Gaya Bahasa Tabel 4.2.4.9 Jalan Cerita Sesuai dengan Kenyataan Tabel 4.2.4.10 Gaya Hidup Tabel 4.2.4.11 Akumulasi Efek Afektif Film Cewek Matrepolis Tabel 4.2.5.1 Jadwal Kegiatan Tabel 4.2.5.2 Kesenangan Tabel 4.2.5.3 Usaha Untuk Memiliki Tabel 4.2.5.4 Memiliki Aksesoris dan Busana Tabel 4.2.5.5 Berpesta di Klub Malam Tabel 4.2.5.6 Uang Tabel 4.2.5.7 Uang Saku Tabel 4.2.5.8 Teknik Merayu Lawan Jenis Tabel 4.2.5.9 Sikap Keluarga Tabel 4.2.5.10 Pola Perilaku dan Kebiasaan Hidup
x
43 48 57 58 58 59 59 60 60 61 62 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94
Tabel 4.2.5.11 Akumulasi Efek Konatif Film Cewek Matrepolis Tabel 4.2.6.1 Akumulasi Efek Kognitif, Afektif dan Konatif Film Cewek Matrepolis Terhadap Siswa SMU YP BDN
xi
95 96
DAFTAR LAMPIRAN
TENTANG PENULIS SURAT KETERANGAN SMU YP BDN DAFTAR KUESIONER CODING BOOK CODING SHEET TABEL INDUK
xii
1
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komunikasi yang kian pesat, membawa banyak perubahan bagi masyarakat dunia, dari masyarakat industri ke masyarakat informasi. Dalam pengertiannya komunikasi adalah sebuah proses menjadikan milik bersama ide/ isi pesan yang dimiliki si pengirim pesan dan si penerima pesan 1 . Dengan kata lain terjadi interaksi yang berhubungan dari satu pihak kepihak yang lain, dimulai dengan sejumlah ide yang abstrak atau pikiran dalam otak seseorang untuk mencari data atau menyampaikan informasi yang kemudian dikemas menjadi sebentuk pesan untuk kemudian disampaikan secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan bahasa yang berbentuk kode visual, kode suara atau kode tulisan. Dalam tingkat proses komunikasi, kita mengenal 6 tingkatan, yaitu komunikasi intra-pribadi (intrapersonal communication), komunikasi antar-pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi antar kelompok / asosiasi, komunikasi organisasi dan komunikasi dengan masyarakat luas 2 . Salah satu cara berkomunikasi dengan masyarakat luas adalah dengan komunikasi massa. Kekuatan komunikasi pada masa kini dapat membuat seseorang berbicara dengan ribuan bahkan jutaan orang secara serentak dan 1 JB. Wahyudi, Komunikasi Jurnalistik, Jakarta; Rineka Cipta, 1991, hal. 33 2 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, Bandung; Remaja Rosda Karya, 1984, hal 9
2
serempak 3 . Artinya, suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang jumlahnya relatif banyak pada saat yang sama secara bersama-sama. Keserempakkan adalah ciri utama dari komunikasi massa. Adapun
komunikasi
massa
adalah
komunikasi
dengan
menggunakan media massa, seperti surat kabar, televisi, radio dan film. Media massa telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas social, tapi juga bagi masyarakat
dan
kelompok
secara
kolektif;
media
hiburan
juga
menyuguhkan budaya yang juga dibaurkan dengan informasi dan hiburan 4 . Salah satu media massa yang dapat diserap secara mendalam adalah film. Film merupakan bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia ini. Film adalah karya seni, yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yang sempurna 5 . Film apapun pada hakekatnya memiliki nilai-nilai kebaikan, walaupun sajiannya kadang tidak transparan. Meskipun pada kenyataannya adalah bentuk karya seni, industri film adalah bisnis yang memberikan keuntungan, kadang-kadang menjadi mesin uang yang seringkali, demi uang, keluar dari kaidah artistik film itu sendiri 6 .
3 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993, hal. 10 4 Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa, Erlangga, Jakarta 1996, hal. 3 5 Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Elvinaro Ardianto & Lukiati Komala Erdinaya, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2004. Hal.134 6 ibid
3
Gambar bergerak atau film adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia ini. Film lebih dahulu menjadi media hiburan di banding radio siaran dan televisi. Film atau motion pictures ditemukan dari hasil pengembangan prinsip-prinsip fotografi dan proyektor. Sejarah perfilman Indonesia sangatlah panjang, perfilman Indonesia pun pernah mengalami pasang surut, yang didominasi oleh perfilman asing. Pada tahun 1970-an perfilman Indonesia merajai bioskopbioskop di seluruh kota besar yang ada di Nusantara. Namun sejak tahun 1980-an, produksi film Indonesia mulai menurun, terlebih lagi pada tahun 1990-an. Ditengah keprihatinan perfilman Indonesia, ternyata para sineas muda memberikan ide-ide kreatifnya yang segar untuk membangkitkan lagi film Indonesia. Film-film berkualitas yang setara dengan film asing pun di lahirkan, mulai dari ide cerita, tema, sampai ke pembuatan lagu-lagu yang menjadi soundtrack film memang terlihat benar perbedaannya dengan karya sineas Indonesia di era 1980-an. Film yang bertemakan remaja ternyata menjadi pilihan utama dalam menonton film di gedung bioskop. Alur cerita yang disesuaikan dengan kejadian sehari-hari para remaja ibukota mampu mencuri perhatian, dan menyedot banyak penonton, tak perlu memakan banyak waktu untuk meraih kesuksesan. Salah satunya adalah film Cewek Matrepolis. (Kompas Cyber Media, Sabtu, 02 Juli 2005)
4
Film yang berceritakan tentang gaya hidup para remaja kota metropolitan, yang diwakilkan oleh Empat orang cewek dengan gaya hidup metropolisnya masing-masing. Keempat sahabat ini sangat lemah dengan empat hal yaitu Love, Sex, Money dan Party. Film bergenre remaja ini telah diputar di seluruh bioskop yang ada di kota-kota besar di Indonesia, selama bulan Juni 2006. Film yang diproduksi oleh rumah produksi (Production House / PH) Indika Entertainment ini, juga mengeluarkan kaset dan CD (Compact Disc) Original Soundtrack (OST) film ini. Namun film ini tidak mendapatkan kesuksesan seperti film-film remaja lainnya. Padahal film ini merupakan karya pertama artis muda, Angie. Artis pendatang baru yang pernah bermain di film remaja sepeti Virgin. Kebanyakan artis muda hanya terlibat sebagai pemain, namun tidak bagi Angie. Ia berhasil membuat naskah skenario untuk film yang ditujukan bagi remaja seusianya. Hal ini seharusnya menjadi perhatian besar masyarakat. Khususnya remaja. Film ini diperkirakan dapat mendulang kesuksesan di pasaran karna penulis naskah yang juga masih remaja. Namun, film ini tidak terlalu bergema di pasaran. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengetahui langsung sejauh mana efek film “Cewek Matrepolis” terhadap perilaku dan pergaulan para remaja yang menjadi target utama dalam film tersebut. Penelitian ini dilakukan di SMU YP BDN Jakarta Barat. Pemilihan populasi siswa SMU YP BDN Kelas III Jakarta Barat sebagai responden karena saat peneliti melakukan pra penelitian, peneliti melihat
5
lingkungan pergaulan para siswa yang teramat luas dan fleksibel. Selain itu responden dalam penilitian ini adalah para remaja yang menjadi target audience dari film tersebut.
I.2. Rumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
permasalahan
diatas,
pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana efek film “Cewek Matrepolis” terhadap remaja khususnya para siswa SMU YP BDN Kelas III Jakarta Barat?
I.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efek film Cewek Matrepolis yang terjadi pada siswa SMU YP BDN Kelas III Jakarta Barat, meliputi efek kognitif, afektif dan konatif.
I.4. Signifikasi Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat positif, baik secara akademis maupun secara praktis.
I.4.1. Signifikasi Akademis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi kajian pengembangan ilmu Komunikasi umumnya dan khususnya dibidang film sebagai bagian dari media massa.
6
I.4.2. Signifikasi Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti bagi dunia perfilman Indonesia umumnya, dan pada Indika Entertainment khususnya, dalam hal efek isi film terhadap perilaku para pelajar agar disesuaikan dengan kerangka berpikir dan pengetahuan yang dimiliki oleh pelajar tersebut (siswa Sekolah Menengah Umum) sehingga tidak akan terjadi kesalahan dalam menanggapi permasalahan remaja yang diangkat dalam film Nasional bertemakan kehidupan remaja.
7
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi atau yang dalam bahasa Inggris communication sesungguhnya berasal dari bahasa Latin communication yang berarti sama. Kata sama yang dimaksud adalah kesamaan makna. Jadi dalam melakukan proses komunikasi, harus terdapat unsur kesamaan makna, sehingga dapat terjadi pertukaran pandapat dan sikap antara komunikator (penyampai pesan) dengan komunikan (penerima pesan). Pengertian komunikasi menurut Hovland 7 : “Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asasasas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap”. Komunikasi adalah suatu proses dari hubungan antar individu atau organisasi dalam menyampaikan informasi dengan menggunakan lambanglambang yang disetujui terlebih dahulu. Komunikasi dapat menjadi efektif apabila diselenggarakan secara berencana teratur dan terarah, maka harus diketahui terlebih dahulu bentuk-bentuk komunikasi. Adapun bentuk-bentuk komunikasi tersebut adalah komunikasi personal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa dan komunikasi medio. Dalam penelitian ini, penulis menitik beratkan pada masalah komunikasi massa.
7 Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Onong Uchjana Effendy, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002. Hal. 10
8
Komunikasi mempunyai 6 karakteristik pokok antara lain: 1. Komunikasi adalah suatu proses. 2. Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. 3. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat. 4. Komunikasi bersifat simbolik. 5. Komunikasi bersifat transaksional. 6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu. Apabila dipandang dari arti yang lebih luas, komunikasi tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan tetapi diartikan sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan ide. Dengan tujuan mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan, dan tindakan. Menurut Berelson dan Steiner 8 : “Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain. Melalui penggunaan symbol-simbol, seperti kata-kata, gambar, angka, dan lain-lain.” Dalam proses komunikasi sering terjadi arus balik (feed back). Arus balik memainkan peranan penting dalam proses komunikasi, karena arus balik dapat memberi penjelasan kepada komunikator tentang bagaimana pesan itu ditanggapi oleh komunikan. Arus balik bisa bersifat positif maupun negatif. Arus balik bisa datang dari pesan kita sendiri (komunikator) dan dari komunikan. Jadi, arus balik adalah tanggapan komunikan yang diketahui oleh atau datang pada komunikator.
8 Teori Komunikasi, Sasa Djuarsa Sendjaja, dkk, Universitas Terbuka, Jakarta, 1997. Hal. 7
9
2.2. Komunikasi Massa Kebutuhan manusia akan informasi yang semakin banyak disebabkan oleh tuntutan kehidupan sesuai dengan bidang masing-masing. Tanpa informasi manusiaakan mengalami kebuntuan dalam menjalani hidup dan kehidupannya. Selain untuk sekedar mengetahui informasi, manusia senantiasa memerlukan informasi untuk menentukan dan merencanakan langkah yang akan ditempuhnya. Kebutuhan komunikasi adalah kebutuhan kodrati manusia yang merupakan syarat mutlak bagi perkembangan manusia, baik secara individu maupun anggota masyarakat. Oleh karenanya komunikasi massa selaku penyebar informasi akan selalu memperbanyak informasinya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang menjadi konsumennya. Komunikasi massa adalah merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu 9 . Media yang digunakan dalam komunikasi massa adalah media massa, seperti televisi, radio, surat kabar, dan film. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan pada khalayak banyak namun tidak menggunakan media massa, maka itu bukanlah disebut sebagai komunikasi massa. Pengertian komunikasi massa, menurut Bittner: “Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people” . ( Komunikasi massa adalah 9 Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Elvinaro Ardianto & Lukiati Komala Erdinaya, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2004. Hal. 3
10
pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang ). 10 Komunikasi massa berbeda dengan komunikasi lainnya, seperti komunikasi antarpersona dan komunikasi kelompok. Perbedaan itu meliputi karakteristik
dan
komponen-komponen
yang
terlibat
di
dalamnya.
Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut 11 : 1. Komunikator Terlembagakan Komunikasi massa merupakan komunikasi yang melibatkan komunikan dalam jumlah besar dengan menggunakan media massa. Oleh karena itu, komunikator yang menyampaikan pesan bergerak dalam organisasi yang kompleks. Yang pasti, komunikasi massa itu lebih kompleks, tidak seperti komunikasi antarpersona yang begitu sederhana. 2. Pesan Bersifat Umum Komunikasi massa bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun haruslah penting sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan. 3. Komunikannya Anonim dan Heterogen Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonym dan heterogen. Komunikator dalam komunikasi massa tidk mengenal komunikannya, karena komunikasinya menggunakan media massa dan tidak tatap muka. 10 Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Elvinaro Ardianto & Lukiati Komala Erdinaya, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2004. Hal. 3 11 ibid
11
Komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan factor: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, budaya dan tingkat ekonomi. 4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya, adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relative banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula. Keserempakan media massa itu ialah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah 12 . 5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus. Pada
komunikasi
antarpersona,
unsur
hubungan
sangat
penting.
Sebaliknya, pada komunikasi massa, yang penting adalah unsur isi. Dalam komunikasi antarpersona yang menentukan efektivitas komunikasi bukanlah struktur, tetapi aspek hubungan manusia. Komunikasi massa menekankan pada “apanya”. Sedangkan komunikasi antarpersona
12 Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Elvinaro Ardianto & Lukiati Komala Erdinaya, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2004. Hal. 10
12
menekankan pada pada “bagaimana” 13 . 6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa, maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kotak langsung. Dengan demikian, komunikasi massa bersifat satu arah. 7. Stimulasi Alat Indera Terbatas Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap sebagai salah satu kelemahannya, adalah timulasi alat indera yang “terbatas”. Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indera bergantung pada jenis media massa. 8. Umpan Balik Tertunda Komponen umpan balik (feed back) merupakan factor penting dalam bentuk komunikasi apapun. Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feed back yang disampaikan oleh komunikan.
2.3 Efek Komunikasi Massa Dengan sarana media massa, seperti radio, televisi, film, surat kabar dan majalah, membawa akibat efek perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat. Perubahan itu terutama pada cara berpikir orang banyak dan pada apa yang dihargai oleh masyarakat (sesuatu yang dianggap bernilai).
13. Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Elvinaro Ardianto & Lukiati Komala Erdinaya, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2004. Hal. 10
13
Jangan beranggapan bahwa komunikasi massa itu mampu berbuat segala-galanya yang bersangkut paut dengan perubahan. Haruslah diakui pula bahwa komunikasi massa modern mempunyai efek yang sangat luar biasa kepada masyarakat terutama menyangkut cara berpikir yang mengakibatkan kemajuan di segala sektor. Menurut Mc Combs dan Show (1974), efek komunikasi massa adalah kemampuan untuk menimbulkan perubahan kognitif diantara individu-individu, telah dijuluki sebagai fungsi agenda setting dari komunikasi massa. Disinilah letak efek komunikasi massa yang terpenting, kemampuan media menstruktur dunia buat kita
14
. Pendekatan uses and
gratification mempersoalkan apa yang dilakukan orang pada media, yakni menggunakan media untuk pemuas kebutuhannya. Umumnya kita lebih tertarik bikan kepada apa yang kita lakukan pada media, tetapi pada apa yang dilakukan media kepada kita. Inilah yang disebut efek media massa 15 . Donald K. Robert (Komala, dalam Karlinah, dkk. 1999) mengungkapkan, “efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa”
16
. Oleh karena fokusnya pesan, maka efek harus
berkaitan dengan pesan yang disampaikan oleh media massa. Efek komunikasi massa dapat dilihat dari 3 pendekatan. Pendekatan pertama adalah efek dari media massa yang berkaitan dengan pesan atau media itu sendiri. Kedua, dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada 14 Sosiologi Komunikasi Massa, Charles R. Wright, diterjemahkan Jalaludin Rachmat, Remaja Rosdakarya, Bandung , 1995, hal 229 15 ibid 16 Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Elvinaro Ardianto & Lukiati Komala Erdinaya, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2004. Hal. 48
14
diri khalayak yang berupa perubahan sikap (Kognitif), perasaan (Afektif) dan perilaku (Konatif / Behavioral). Pendekatan ketiga yaitu observasi terhadap khalayak (individu, kelompok, organisasi, masyarakat atau bangsa) yang dikenai efek komunikasi massa 17 . Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti dua efek yang ditimbulkan oleh media massa, yakni efek Kognitif, Afektif dan Konatif.
1. Efek Kognitif Menurut Melvin De Fleur & Sandra Ball Rokcach, apa yang disebut dengan dampak kognitif adalah dampak terhadap mental. Dampak ini yang menjadi pusat perhatian dalam membicarakan masalah persuasi psikologi. Dampak ini berbeda dengan kelakuan, meskipun keduanya ada keterkaitan satu dengan lainnya. Dampak kognitif ini menimbulkan perasaan orang merasakan kemenduan (ambiguitas) dalam instrumennya yang antara lain adalah sikap, kepercayaan, dan nilai. 18 Efek ini terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami dan dipersepsikan khalayak. Berhubungan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, dan informasi. Jika terjadi perubahan atau penambahan pengetahuan yang disebabkan oleh isi televisi, maka televisi menanamkan gambaran dunia hiburan pada
17 Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Elvinaro Ardianto & Lukiati Komala Erdinaya, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2004. Hal. 48 18 Melvin L. De Fleur & Sandra Ball – Rokcach, Theory of Mass Communication, (third edition), New York & London, 1975, hlm. 263.
15
khalayak. 19 Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Pada efek ini media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan intelektualitasnya 20 . Karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif, maka muncullah apa yang disebut stereotip, yaitu gambaran umum tentang individu, kelompok, profesi atau masyarakat yang tidak berubah-ubah, bersifat klise dan seringkali timpang dan tidak benar 21 . Pengaruh media massa terasa lebih kuat lagi pada masyarakat modern karena mereka memperoleh banyak informasi tentang dunia dari media massa. Dengan demikian, media massa dapat mengubah citra khalayaknya tentang lingkungan mereka karena media massa memberikan rincian, analisis dan tinjauan tentang berbagai peristiwa. Pada tahap ini, pengetahuan dan kesadaran terjadi.
2. Efek Afektif Efek afektif muncul bila ada perubahan pada yang dirasakan, disenangi, ditakuti, dan dibenci. Dalam model akibat komunikasi pada tahap belajar, efek afektif merupakan lanjutan dari efek kognitif. Komunikatornya tidak hanya berubah pada tingkat pengetahuan, melainkan efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap atau nilai-nilai.
19 Jalaludin Rachmat, Psikologi Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya). Hlm. 219. 20 ibid 21 ibid
16
Efek afektif berkaitan dengan perasaan, akibat dari membaca surat kabar, mendengarkan radio, menonton televisi atau film bioskop, timbul perasaan tertentu pada khalayak. Perasaan akibat terpaan media massa itu bermacam-macam,
senang
hingga
terbahak-bahak,
sedih
hingga
mencucurkan air mata, bahkan takut sampai merinding. 22 Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada kognitif. Karena khalayak dapat merubah emosi dan sikap. Dan tujuan daripada komunikasi massa bukan saja sekedar memberikan suatu informasi pada khalayak, tetapi lebih dari itu. Khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, sedih, marah, terharu, gembira dan sebagainya. Efek afektif timbul apabila ada perubahan pada apa yang dirasakan oleh khalayak. Dalam perubahan sikap (efek afektif), ada tahap–tahap yang dilalui adapun tahap tersebut adalah: liking (menyukai), preference (pilihan), conviction (menyakini).
3. Efek Konatif Efek konatif ini merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku. Media massa sering menampilkan lingkungan sosial yang tidak seperti sebenarnya. Dengan cara itu media massa membentuk citra masyarakat khalayak ke arah yang dikehendaki media tersebut.. 23
22 Onong U Effendi, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Jakarta, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995, hlm. 319. 23 Sunarjo dan Djoenesih S. Sunarjo, Himpunan Istilah Komunikasi, Liberty, Yogyakarta, 1995, hlm. 71.
17
Selain itu, komunikasi secara tidak langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan. Citra inilah yang mempengaruhi cara kita berperilaku. Contoh nyata efek konatif media massa (dalam hal ini media massa televisi) adalah penjadwalan ulang kegiatan khalayak sehariharinya. 24 Pada efek media massa sudah dijelaskan bahwa media massa tidak hanya sampai pada tahap kognitif dan afektif melainkan mampu ke tahap konatif (tingkah laku), efek ini menimbulkan aksi. Menurut Dervin, media massa mampu mengarahkan dan membentuk perilaku khalayak25 . Dalam
kerangka
Behaviorisme
media
massa
adalah
faktor
lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, khalayak sendiri dianggap sebagai kepala kosong yang siap untuk menampung seluruh pesan komunikasi yang dicurahkan kepadanya 26 . Dengan demikian, efek konatif atau behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk prilaku, tindakan atau kegiatan. Pada tahun 1960 Josen Klapper melaporkan hasil penelitiannya mengenai efek media massa, dalam hubungannya dengan pembentukan dan perubahan sikap.
24 Jalaludin Rachmat, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm. 218. 25 Jalaluddin Rakhmat, op. cit, hal 202 26 ibid
18
Pengaruh komunikasi massa diantarai oleh factor-factor seperti personal, proses selektif, keanggotaan kelompok (factor personal). Pengaruh media massa dapat disimpulkan pada lima prinsip umum 27 : a. Karena faktor – faktor tersebut, komunikasi massa biasanya berfungsi memperkokoh sikap dan pendapat yang ada, walaupun kadang – kadang berfungsi sebagai media pengubah (agent of change). b. Bila komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil c. pada intensitas sikap lebih umum terjadi dari pada “ konversi “ (perubahan seluruh sikap) dari sisi masalah ke sisi yang lain. d. Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada bidang – bidang dimana pendapat orang lemah. Komunikasi massa cukup efektif dalam menciptakan pendapat tentang masalah – masalah baru bila tidak ada predisposisi yang harus diperteguh. Semua sikap bersumber pada organisasi kognitif. Pada informasi dan pengetahuan yang kita miliki, sikap selalu diarahkan pada objek, kelompok, atau orang. Secara singkat sikap ditentukan oleh citra. Pada gilirannya, citra ditentukan oleh sumber-sumber informasi. Diantara sumber informasi yang paling penting dalam kehidupan modern adalah media massa. Media massa tidak mengubah sikap secara langsung, tetapi terlebih dahulu mengubah dulu citra, dan citra mendasari sikap. 28
27 Jalaluddin Rakhmat, op. cit, hal 219-232 28 Ibid, hlm. 219.
19
Dalam kaitannya dengan model AIDDA, di dalam efek komunikasi massa hal ini disebut sebagai “hierarki efek”. Teori ini menunjukkan ketika khalayak melewati tingkat kesadaran, memahami, menyukai, memilih, memastikan, dan membeli. 29
Teori Hierarki Efek Sebagai Berikut:
Pengenalan
(kesadaran) ↓ Pengetahuan (tahu) ↓ Suka ↓ Meyakini ↓ Membeli
Sumber : Buku Manajemen Pemasaran, Philip Kotler, Airlangga, 1998.
29 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Airlangga, Jakarta, hlm. 251.
20
Media mempunyai dampak jangka panjang yang menonjol. Dimana dalam hipotesis pengolahan dari Gerbner (1973) disebutkan diantara berbagai media modern telah memperoleh pesan yang sedemikian penting dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga mendominasi “lingkungan simbolik” kita dengan cara menggantikan pesannya tentang resialitas bagi pengalaman pribadi dan sarana mengetahui dunia lainnya. Teori hierarki efek menjelaskan sejumlah dampak media dapat memunculkan kesadaran di diri khalayak. Paling relevan adalah banyaknya pernyataan berdasarkan analisis isi yang sistematis, yaitu isi pernyataan yang mengena pada khalayak. Pada dampak bahwa media isi yang memiliki publik terbesar dalam berita atau aktualitas dan dalam fiksi, mendukung norma dan kebiasaan sosial (suatu aspek sosialisasi dan pengolahan). Oleh karena itu, argumentasi bahwa media massa cenderung mengkonfirmasikan hal-hal yang ada didasarkan atas bukti tentang apa yang ada dan apa yang tiada. 30
2.4
Media Massa Proses penyampaian pesan dalam komunikasi massa adalah dengan menggunakan media massa, yang didefinisikan sebagai media yang mampu menimbulkan keserempakan diantara khalayak yang sedang memperhatikan pesan yang dilancarkan oleh media tersebut. Komunikasi massa adalah komunikasi dengan menggunakan media yang ditujukan kepada massa atau
30 Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa, Penerbit Airlangga, hlm. 254.
21
orang banyak. Media yang digunakan terdiri dari Pers, Radio, Televisi, Film dan Komputer yang menjadi saluran Internet. Media massa adalah sarana untuk menyampaikan isi pesan/ pernyataan/ informasi yang bersifat umum, kepada sejumlah orang yang jumlahnya relative besar, heterogen, anonym, tidak terlembagakan, perhatiannya terpusat pada isi pesan yang sama, yaitu pesan dari media massa yang sama, dan tidak dapat memberikan arus balik secara langsung pada saat itu 31 . Untuk pemilihan media, perlu dipertimbangkan beberapa hal seperti karakteristik media, antara lain: 1. Kebutuhan luasnya jangkauan dan kecepatan penetrasi 2. Kebutuhan pemeliharaan memori 3. Kebutuhan jangkauan khalayak yang selektif 4. Kebutuhan jangkaua khalayak local 5. Kebutuhan frekuensi tinggi Perkembangan masyarakat yang dipacu oleh kemajuan teknologi komunikasi yang semakin canggih menunjukkan pengrauh yang kuat terhadap perkembangan media massa, tetapi di lain pihak secara timbal balik ini menimbulkan efek yang teramat kuat pula terhadap masyarakat. Peran media massa sebagai suatu institusi penting dalam masyarakat, semakin meningkat. Menurut Dennis McQuail, media memiliki fungsi penting antara lain 32 .
31 Komunikasi Jurnalistik Pengetahuan Praktis Kewartawanan Surat Kabar Majalah, Radio, dan Televisi, Jb. Wahyudi, Alumni, Bandung, 1991. Hal. 90 32 Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa, Erlangga, Jakarta 1996, hal. 3
22
1. Media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang menciptakan lapangan kerja, barang dan jasa, serta menghidupka industri lain yang terkait. Media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan industri social lainnya. Dilain pihak, institusi media diatur oleh masyarakat. 2. Media massa merupakan sumber kekuatan alat control manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didaya gunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya. 3. Media merupakan lokasi (forum) yang semakin berperan, untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf Nasional maupun Internasional. 4. Media sering kali berperan sebagai wahan pengembangan bentuk seni dan symbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup, dan norma-norma. 5. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja sebagai individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas social, tapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif; media juga menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normative yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.
23
Radio, surat kabar, televisi, dan film merupakan media komunikasi yang dibutuhkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. peran media massa terasa lebih kuat lagi, karena pada masyarakat modern, perolehan informasi dan hiburan didapatkan melalui media massa.
2.5 Film Sebagai Media Komunikasi Massa Film di masukkan ke dalam kelompok komunikasi massa. Selain mengandung aspek hiburan, juga memuat pesan edukatif. Namun, aspek social kontrolnya tidak sekuat surat kabar atau majalah dan televisi yang memang menyiarkan berita berdasarkan fakta yang terjadi. Fakta dalam film ditampilkan secara abstrak, dimana tema cerita bertitik tolak dari fenomena yang terjadi di tengah masyarakat. Untuk zaman seperti sekarang ini, film tidak popular disebut sebagai media komunikasi atau media massa, karena media massa lebih berkonotasi pada media yang memuat berita yang digarap oleh reporter atau wartawan. Sedangkan film lebih banyak dipahami sebagai media hiburan semata yang diputar di bioskop dan televisi. Film adalah karya seni, yang di produksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang yang bertujuan memperoleh keindahan (estetika). Film mampu menjadi agen sosialisasi yang melewati atau mendahului agen-agen sosialisasi tradisional seperti keluarga, sekolah, dan ajaran agama dalam membangun hubungan langsung dengan individual. Bagaimanapun bentuk tanggapan dari khalayak terhadap pesan yang terkandung dalam film,
24
akan dipengaruhi oleh pengalaman si khalayak sebelumnya, baik pengalaman social maupun budaya 33 . Film memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dari jenis media massa lainnya, yaitu: 1.
Layar luas / lebar Dengan kelebihan layar yang luas, dapat memberikan keleluasaan khalayak penontonnya untuk melihat adegan yang disajikan.
2.
Pengambilan Gambar Teknik pengambilan gambar dalam film berbeda dengan sinema elektronik
televisi.
Pengambilan
gambar
dalam
film
lebih
menyeluruh. 3.
Konsentrasi Penuh Karakteristik yang satu ini bisa dikatakan juga sebagai kekurangan media film, sama halnya dengan media televisi. Karena dalam menonton film atau mengikuti alur cerita film yang disajikan, kita memerlukan konsentrasi penuh.
4.
Identifikasi Psikologi Dengan keadaan berkonsenterasi penuh dalam menonton film, kita dapat merasakan pikiran dan perasaan kita larut dalam cerita yang disajikan. Karena penghayatan kita yang teramat mendalam, seringkali secara tidak sadar kita menyamakan pribadi kita dengan salah seorang pemeran dalam film tersebut.
33 Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Elvinaro Ardianto & Lukiati Komala Erdinaya, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2004. Hal. 136-137
25
Film mampu mempengaruhi dan membantu budaya atau kehidupan masyarakat sehari-hari. Untuk mengetahui isi pesan yang disampaikan dalam sebuah film, maka perlu diketahui jenis film itu sendiri 34 . Adapun jenis film yang dapat membedakannya antara satu film dengan film lainnya, yaitu: 1.
Film Cerita Film jenis ini yang lazim kita tonton di gedung bioskop, dan film ini di distribusikan sebagai barang dagangan. Biasanya film dengan jenis ini hanyalah fiktif atau rekayasa belaka. Atau biasa disebut dengan film fiksi.
2.
Film Berita (NewsReel) Film mengenai fakta peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan harus mengandung nilai berita (news value). Kriteria berita itu adalah penting dan menarik.
3.
Film Dokumenter Karya ciptaan mengenai kenyataan (merupakan rekaman kenyataan) atau film non-fiksi. Belakangan ini banyak sekali film jenis ini yang dipertunjukkan di bioskop, yang mungkin juga pernah kita tonton. Berbeda dengan film berita yang merupakan rekaman kenyataan, maka film dokumenter merupakan hasil interpretasi pribadi (pembuatnya) mengenai kenyataan tersebut.
34 Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Elvinaro Ardianto & Lukiati Komala Erdinaya, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2004. Hal. 138-139
26
4.
Film Kartun Film ini dibuat untuk di konsumsi anak-anak. Namun tidak menutup kemungkinan dan memang terbukti masih banyak orang dewasa yang gemar menonton film sejenis ini.
Film juga berpotensi menjadi sumber pendidikan informal, melalui isi pesan yang dikandungnya, tidak peduli bagaimana cara pesan itu disampaikan. Yang pasti, isi pesan yang dikandung tidak bebas dari nilainilai tertentu, seperti bias ideology atau politik dari si pembuat film tersebut. Media yang paling sering digunakan secara kolektif adalah film yang kemudian disusul oleh televisi. Seringkali orang sulit membedakan antara film dengan televisi. Menurut Ellis, perbedaan secara esensial siaran televisi dengan film adalah sebagai berikut 35 (lihat gambar 1). Sejarah perfilman Indonesia sangatlah panjang, perfilman Indonesia pun pernah mengalami pasang surut, yang didominasi oleh perfilman asing. Pada tahun 1970-an perfilman Indonesia merajai bioskop-bioskop di seluruh kota besar yang ada di Nusantara. Namun sejak tahun 1980-an, produksi film Indonesia mulai menurun, terlebih lagi pada tahun 1990-an. Ditengah keprihatinan perfilman Indonesia, ternyata para sineas muda memberikan ide-ide kreatifnya yang segar untuk membangkitkan lagi film Indonesia. Dengan memproduksi film-film berkualitas yang setara dengan film asing, ide cerita, tema, sampai ke pembuatan lagu-lagu yang menjadi 35 Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa, Erlangga, Jakarta 1996, hal. 19
27
soundtrack film memang terlihat benar perbedaannya dengan karya sineas Indonesia di era 1980-an. Perkembangan film Indonesia beberapa tahun belakangan ini cukup menggembirakan. Meskipun tema yang diangkat masih belum terlalu variatif dan kualitas yang tidak merata namun jumlah film Indonesia yang diputar di bioskop terus meningkat dari waktu ke waktu. Film yang bertemakan remaja ternyata menjadi pilihan utama dalam menonton film di gedung bioskop. Alur cerita yang disesuaikan dengan kejadian sehari-hari para remaja ibukota mampu mencuri perhatian, dan menyedot banyak penonton, tak perlu memakan banyak waktu untuk meraih kesuksesan. Salah satunya adalah film “Cewek Matrepolis”.
2.6
Pesan Dari enam unsur komunikasi (komunikator, encoder, pesan, media, decorder, komunikan), pesan mempunyai kedudukan yang sentral dan tidak boleh diabaikan. Pesan yang dikomunikasikan tentu mengharapkan respon. Dengan adanya feedback yang positif, menunjukkan bahwa komunikasi itu efektif. Mengenai pesan, S.M Siahaan menjelaskan pesan adalah produk fisik yang nyata yang dihasilkan oleh sumber encorder. Sewaktu kita berbicara "pembicara" itulah pesan, ketika kita menulis surat ''tulisan surat" itulah pesan, ketika orang bisu berisyarat, maka "isyarat tangan, mimik, ekspresi wajah" itulah pesan. 36
36 Siahaan, Komuniaksi Pemahaman dan Penerapan, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1991, hlm. 62.
28
Dari penjelasan di atas, pesan dimengerti menjadi suara, bunyi, kata, dan lambang-lambang yang disusun sehingga mempunyai arti. Jadi kode itu adalah bentuk yang mengandung arti. Dan arti itu dapat dimengerti oleh orang lain. Isi pesan adalah bahan atau materi yang dipilih dan ditentukan oleh komunikator untuk mengkomunikasikan maksudnya. Isi pesan itu biasanya dibalut dengan formulasi yang melicinkan penerimaan pesan tersebut. Wujud pesan adalah sesuatu yang dibungkus inti pesan itu sendiri. Komunikator memberi wujud yang khas agar komunikan langsung tertarik akan isi pesan didalamnya. 37 Untuk menciptakan komunikasi yang baik dan tepat antara komunikator dengan komunikan, pesan harus disampaikan sebaik mungkin. 38 a. Clear : pesan harus jelas, bahasanya mudah dipahami, tidak berbelitbelit, tanpa denotasi yang menyimpang dan tuntas. b. Correct : pesan mengandung kebenaran yang diuji, berdasarkan fakta, tidak mengada-ada dan tidak diragukan. c. Concise : ringkas dan padat, serta disusun dengan kalimat pendek, to the point tanpa mengurangi arti sesungguhnya. d. Confrehensif : pesan mencakup keseluruhan ruang lingkup pesan mencakup bagian-bagian yang penting dan yang patut diketahui komunikan. e. Concrete : nyata, dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan data dan fakta yang ada tidak sarat isu dan kabar angin. 37 Ibid. 38 Ibid, hlm. 71.
29
f. Complete : lengkap dan disusun secara sistematis. g. Convincing : menarik dan meyakinkan karena logis. h. Courtesy : disampaikan dengan sopan, diperhitungkan kadar kepribadian, kebiasaan, pola hidup dan nilai-nilai komunikasi, sebab nilai etis sangat menentukan sekali bagaimana orang bisa terbuka. i. Consistent : nilai pesan itu sangat mantap, artinya isi tidak mengandung pertentangan antara bagian satu dengan bagian lain. Konsistensi sangat perlu
untuk
meyakinkan komunikan akan
kebenaran pesan yang disampaikan.
Oleh sebab itu, sebaiknya sebuah pesan harus jelas. Tentunya hal ini akan memberikan kemudahan bagi siapa pun untuk memahami bentuknya. Kemudian pesan pun harus ringkas juga padat dan memiliki kesamaan arti dengan komunikannya, sehingga pesan sampai kepada komunikan dengan kesamaan arti. Penyampaian pesan yang jelas, ringkas, padat, menarik, dan nyata mampu membuat komunikan bukan hanya tertarik, tetapi juga mengerti dan memahami isi pesan yang disampaikan. Bahkan bukan tidak mungkin komunikan membuat perilaku, sikap, dan pendapatnya sesuai dengan pesan yang diinginkan. Maka dari itu, keefektivan suatu pesan juga tergantung dari cara memberikan atau penyampaian pesan tersebut. Ada tiga bentuk pesan yaitu : 39
39 Widjaja, A.W, Pengantar Studi Ilmu Komunikasi, Rineke Cipta, Jakarta, 1999, hlm. 61.
30
a. Informatif Yaitu untuk memberikan keterangan fakta atau data. Kemudian komunikan mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri. Dalam situasi tertentu, pesan informatif tentu lebih berhasil dibandingkan persuasif. b. Persuasif Bentuk pesan ini berisikan bujukan, yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia, bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan sikap berubah, tetapi berubahnya atas kehendak sendiri. Jadi perubahan seperti ini bukan terasa dipaksakan dari luar, tetapi diterima dengan keterbukaan. c. Coersif Menyampaikan pesan yang bersifat memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi. Bentuk yang terkenal dari penyampaian secara ini adalah agitasi dengan penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan batin dan ketakutan dikalangan publik. Coersif dapat berbentuk perintah-perintah.
2.7 Teori AIDDA Dalam usaha memperkuat, mempengaruhi, mengubah pendapat, sikap, dan tingkah laku, maka seorang komunikator menurut Scrham di samping berusaha menumbuhkan pengertian komunikan sebagai langkah yang paling utama, juga terdapat tiga elemen yang menetukan efektifitas suatu
31
komunikasi. Dimana situasi komunikan berada disesuaikan dengan kondisi kepribadian komunikan serta disesuaikan dengan norma-norma kelompok komunikan. 40 Langkah awal yang harus dilakukan adalah melakukan penyesuaian
pendekatan,
yaitu
langkah-langkah
pendekatan
dengan
menjalankan suatu kegiatan persuasi. AA Procedure merupakan suatu pendekatan yang tepat dalam kegiatan persuasi. AA procedure atau from atention for action merupakan suatu proses pentahapan persuasi yang dimulai dari usaha menumbuhkan perhatian (atention) untuk kemudian akhirnya berusaha menggerakan orang agar berbuat (action) seperti yang dikehendaki komunikator. Pendekatan AA procedure ini menurut Scharm terdiri dari lima proses yaitu : 41
A : Attention I : Interest D : Desire D : Decision A : Action
Kelima proses tersebut disebut juga dengan rumus AIDDA. Maksudnya agar suatu proses komunikasi dimulai dengan memumbuhkan perhatian terlebih dahulu, karena tanpa adanya perhatian komunikasi tidak akan berlangsung. 40 RA. Roekomy, Dasar-dasar Persuasi, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992, hlm. 22. 41 Ibid, hlm. 23.
32
Proses ini dimulai dengan menumbuhkan minat terlebih dahulu. Tanpa adanya perhatian (attention) dari komunikan, komunikasi tidak akan berlangsung. Selanjutnya disusul dengan usaha untuk menumbuhkan rasa tertarik (interest) pada diri komunikan. Dari tingkat ketertarikan yang tinggi lalu berlajut pada keinginan (desire) untuk memenuhi apa yang menurut komunikan tertarik. Tahap berikutnya kumunikan mengambil keputusan (decision) atas apa yang komunikan perbuat. Tahap terakhir dari proses AIDDA adalah berbuat (action) sesuai dengan yang diinginkan oleh komunikan. 42 Dalam kaitannya dengan Film “Cewek Matrepolis” produksi Indika Entertainment, rumusan AIDDA dapat dihubungkan dengan ketiga efek yang di bahas oleh peneliti. Yakni efek kognitif, afektif, dan konatif. Dimana masing-masing point dalam rumusan AIDDA itu merupakan kepanjangan dari efek-efek komunikasi yang peneliti bahas. Attention atau perhatian pada khalayak terhadap Film “Cewek Matrepolis” bisa diawali dari iklan-iklan media massa sebagai bentuk promosi dari film tersebut. Atau bisa juga melalui pembicaraan mulut ke mulut mengenai Film “Cewek Matrepolis”. Apabila dari terpaan di atas seorang komunikan mulai memiliki perhatian terhadap Film “Cewek Matrepolis”, maka dapat dikatakan ia telah terpengaruh oleh efek kognitif dari Film “Cewek Matrepolis”.
42 Santoso Sastroputera, Pendapat Umum dan Pendapat Khalayak Dalam Komunikasi Sosial, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1991. hlm. 29-30.
33
Apabila perhatian terhadap Film “Cewek Matrepolis”telah tumbuh, tentunya komunikan ingin lebih jauh lagi melangkah. Dengan demikian komunikan mulai memiliki rasa ketertarikan atau masuk pada tahap interest. Komunikan pun mulai menyaksikan Film “Cewek Matrepolis” di Bioskopbioskop terdekat. Usai menyaksikan film tersebut, tentunya pengetahuan komunikan tentang Film “Cewek Matrepolis” semakin bertambah. Bisa itu berupa nama-nama pemain atau bisa juga pengetahuan mengenai pergaulan remaja dewasa ini. Apabila hal ini telah menimpa si komunikan, dapat dikatakan komunikan telah terterpa efek kognitif yang jauh lebih besar dari pada sebelumnya. Berlanjut ketingkat berikutnya. Setelah menyaksikan Film “Cewek Matrepolis”, timbul keinginan atau desire untuk mendukung salah satu karakter dalam film tersebut. Pada tingkat ini komunikan telah terimbas efek afektif. Karena pada tahap ini emosi komunikan telah tergugah untuk mendukung salah satu karakter pemain dalam film tersebut. Lantas komunikan pun memutuskan (desire) karakter mana yang paling ia sukai. Ini tahap dimana komunikan kembali diterpa oleh efek konatif. Namun, pada terpaan kali ini emosi komunikan jauh lebih besar tingkatannya. Bisa saja komunikan gembira tak terhingga apabila karakter yang disukainya mengalami akhir bahagia, atau sedih bukan main jika karakter yang ia suaki harus mengalami akhir cerita yang menyedihkan. Terakhir adalah action atau berbuat sesuatu. Di tahap ini Film “Cewek Matrepolis” mulai berpengaruh pada pola hidup dan perilaku
34
kehidupan sehari-hari komunikan. Bisa berupa perubahan gaya bicara, gaya bahasa, dan bahkan gaya busana yang menyerupai kehidupan para tokoh dalam film Film “Cewek Matrepolis”. Atau juga timbulnya kedekatan komunikan yang lebih jauh lagi dengan karakter yang disukainya dalam film tersebut, seperti menggunakan atribut-atribut (aksesoris) yang digunakan pemain dalam film tersebut. Pada tahap akhir inilah komunikan sepenuhnya terterpa efek konatif secara menyeluruh. Sebab, Film “Cewek Matrepolis” mampu merubah pola perilaku dan kebiasaan hidup diri komunikan.
2.8 Khalayak Istilah khalayak media berlaku universal dan secara sederhana dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, pemirsa, penonton dari berbagai media. Kumpulan ini disebut sebagai khalayak dalam bentuk yang paling dikenali dan versi yang diterapkan dalam hampir seluruh penelitian media itu sendiri. Calusse (1968) menunjukkan beberapa kerumitan untuk membedakan beberapa kadar keikutsertaan dan keterlibatan khalayak. 1. Khalayak pertama dan terbesar adalah populasi yang tersedia untuk menerima tawaran komunikasi tertentu. Dengan demikian semua yang memiliki pesawat televisi adalah audiens televisi dalam artian tertentu. 2. Khalayak kedua merupakan khalayak yang menerima hal-hal yang ditawarkan dengan kadar yang berbeda-beda seperti pemirsa televisi reguler, pembeli surat kabar dan sebagainya.
35
3. Khalayak ketiga adalah khalayak yang mencatat penerimaan isi pesan masih dalam bagian lebih kecil yang mengedepankan pesan yang ditawarkan. 43 Sifat kerja di bidang media massa bersifat kolektif atau tim. Hal ini terdiri atas berbagai tenaga yang berasal dari berbagai disiplin ilmu dan profesi. Oleh sebab itu penyelenggara siaran memerlukan pemimpin yang menguasai ilmu ekonomi, ilmu psikologi, dan ilmu komunikasi. 44
43
Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga. 1996. Hal. 203
44
JB Wahyudi, op. cit. hal. 5.
36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tipe dan Sifat Penelitian Tipe penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif hanyalah melaporkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. 45 Yang hasilnya nanti, diharapkan mampu menjabarkan dan memadukan fenomena yang terjadi dalam masyarkat dalam kaitannya dengan topik penelitian. Karena penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Karakteristik data yang diperoleh dengan ukuran-ukuran kecenderungan pusat (central tendency) atau ukuran sebaran (dispersion). Penelitian deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlangsung. Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang hasilnya berupa laporan yang menggunakan bilangan atau angka. Pendekatan kuantitatif yang bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. 46
45
Santoso Sastroputera, Pendapat Umum dan Pendapat Khalayak Dalam Komunikasi Sosial, PT
Remaja Rosdakarya, Bandung, 1991. hlm. 10. 46
Ibid, hlm. 114.
37
3.2. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian survei karena penelitian ini menggunakan tipe penelitian kuantitatif. Survei adalah pengumpulan informasi dengan menggunakan kuesioner dari sebagian populasi untuk mewakili seluruh populasi. 47 Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. 48 Survei dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Survei pada umumnya bertujuan untuk membuat penilaian terhadap kondisi dan praktek penyelenggaraan sesuatu dimasa sekarang, atau untuk menyusun perencanaan yang teliti tentang pengembangannya. Jadi, pada dasarnya survei bukan semata-mata dilaksanakan untuk membuat deskripsi tentang suatu keadaan. Melainkan juga untuk menjelaskan tentang hubungan antara berbagai variabel yang diteliti dari objek yang mempunyai unit atau individu yang cukup banyak. Oleh karena itu, dalam melakukan survei biasanya akan dibuat suatu analisis secara kuantitatif terhadap data yang terkumpul. 49 Pada penelitian survei ciri menyebar di permukaan di tonjolkan di hampir semua pengungkapannya, dan karena populasinya yang luas menyebabkan penelitian ini tidak mampu mencapai ke dalam data.
47
M. Nazir, Metode Penelitian, PT Ghalia Indonesia, Jakarta,1996, hlm. 63.
48
Masri Singarimbun & Sofian Effendi, LP3ES, Jakarta, 2006, hal. 3
49
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung, 2001, hlm 16.
38
Ketidakmampuan ini menyebabkan survei bersifat dangkal, dipermukaan dan hanya menguliti saja. Akan tetapi dengan survei memungkinkan kita menggeneralisasi suatu gejala sosial atau variabel sosial tertentu kepada gejala sosial atau variabel sosial dengan populasi yang lebih besar. Survei juga memungkinkan kita mengadakan penelitian dengan mengambil populasi yang amat besar. Karena populasi yang amat besar itu dimungkinkan pula peneliti menggunakan sampel guna meringankan penelitian. Akibatnya, survei tidak mempertahankan keutuhan dari objek yang diteliti, karena responden sebagai kesatuan yang utuh tenggelam dalam analisis dan yang muncul bukanlah wajah responden atau wajah per kasus, akan tetapi wajah keseluruhan populasi.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi adalah jumlah keseluruhan dalam unit analisa yang ciricirinya akan diduga. Dalam setiap penelitian, populasi yang dipilih erat kaitannya dengan masalah yang akan dipelajari. 50 Populasi adalah sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. 51 Dilihat berdasarkan sumber data, populasi dapat dibedakan menjadi dua, populasi terbatas dan populasi tak terhingga. Populasi terbatas, yaitu populasi yang memiliki sumber data yang jelas batas-batasnya secara kuantitatif.
50
Ibid, hlm. 108.
51
Opcit. Hal. 3
39
Populasi yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah populasi terbatas. Populasinya adalah Siswa SMU YP BDN Kelas III Jakarta, yang telah menonton film “Cewek Matrepolis”. Pemilihan populasi siswa SMU YP BDN Kelas III Jakarta, sebagai responden karena saat peneliti melakukan pra penelitian, SMU YP BDN Kelas III Jakarta, menjadi salah satu SMA dengan jumlah siswa yang telah menonton Film “Cewek Matrepolis” terbanyak. Selain itu kebanyakan dari mereka masuk dalam kategori remaja yang menjadi target pasar dari Film “Cewek Matrepolis”. Jumlah siswa di SMU YP BDN Kelas III Jakarta, sebanyak 165 siswa. 52
3.3.2. Sampel Sampel didefenisikan sebagai unit observasi yang memberikan keterangan atau data yang diperlukan oleh suatu studi. Dengan sendirinya sampel merupakan himpunan bagian dari populasi yang selalu mempunyai ukuran yang kecil jika dibandingkan dengan ukuran populasi yang bersangkutan. 53 Sampel adalah jumlah responden yang akan diamati. Ada beberapa teknik penarikan sampel agar menjadi sampel representatif. Dalam meneliti efek kognitif, afektif, dan konatif Film “Cewek Matrepolis”, teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu total sampling dan diambil secara purposive sampling. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode Purposive Sampling. 52
Data Staf Administrasi SMU YP BDN Jakarta Tahun 2009.
53
I Gusti Ngurah Agung, Metode Penelitian Komunikasi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
1993, hlm. 41.
40
Adalah
memilih
orang-orang
tertentu
karena
dianggap–berdasarkan
penelitian tertentu–mewakili statistik, tingkat signifikasi, dan prosedur pengujian hipotesis 54 . Teknik total sampling yaitu menjadikan populasi sebagai sampel. Jadi jumlah populasi dengan jumlah sampel adalah sama. Total sampling dipilih penulis karena jumlah populasi pada penelitian ini hanya sebanyak 165 orang. Namun, sebelum mengisi kusioner yang diberikan peneliti, terlebih dahulu peneliti memberikan pernyataan saringan kepada sampel yang akan menjadi responden, yakni “Apakah Anda pernah menonton Film Cewek Matrepolis?”, jika jawabannya “Ya” maka sampel berhak mengisi kuesioner dari peneliti begitu pun sebaliknya.
3.4. Definisi dan Operasionalisasi Konsep 3.4.1. Definisi Konsep Untuk pelaksanaan penelitian ini, sebagai konsep dari istilah perlu diperjelas definisi konsepnya, antara lain: a. Efek adalah perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang sebagai akibat dari terpaaan pesan-pesan media. b. Kognitif adalah efek komunikasi tentang komunikan mengetahui pesan yang disampaikan oleh komunikator.
54
I Gusti Ngurah Agung, Metode Penelitian Komunikasi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
1993, hlm. 41.
41
c. Afektif adalah efek komunikasi tentang penilaian atau persepsi komunikan terhadap pesan yang disampaikan komunikator. d. Konatif adalah efek komunikasi tentang perubahan nyata pada komunikan terhadap pesan yang disampaikan. Meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku. e. Film adalah karya seni, yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yang sempurna. Fakta dalam film ditampilkan secara abstrak, dimana tema cerita bertitik tolak dari fenomena yang terjadi di tengah masyarakat. f. Film “Cewek Matrepolis” adalah film bergenre remaja yang mengangkat tema gaya hidup remaja kota metropolitan, yang diwakilkan oleh Empat orang cewek dengan gaya hidup metropolisnya masing-masing. Keempat sahabat ini sangat lemah dengan Empat hal, yaitu Love, Sex, Money dan Party. Film berdurasi 90 menit ini, diputar di hampir seluruh kota besar di Indonesia selama bulan Juni 2006. Film yang diproduksi oleh rumah produksi (Production House/ PH) Indika Entertainment ini, juga mengeluarkan kaset dan CD (Compact Disc) Original Soundtrack (OST) film ini.
42
3.4.2. Operasionalisasi Konsep Ada beberapa konsep yang akan diukur dan akan digambarkan secara tepat sehingga dapat menjawab tujuan penelitian ini, konsep tersebut adalah sebagai berikut:
43 Tabel 3.4.2.1 Operasionalisasi Konsep
VARIABEL DIMENSI
INDIKATOR
SKALA
1. Responden mengetahui promosi tentang Film
a. Sangat Setuju, Nilai = 5 b.Setuju, Nilai = 4 c. Ragu-Ragu, Nilai = 3 d.Tidak Setuju, Nilai = 2 e. Sangat Tidak Setuju, Nilai = 1
“Cewek Matrepolis”. 2. Responden tertarik pada setiap bentuk promosi dari Film “Cewek Matrepolis”. 3. Responden mengetahui waktu penayangan Film “Cewek Matrepolis”. 4. Responden
mengetahui
bioskop
tempat
5. Responden berkeinginan kuat untuk menonton PENGETAHUAN
EFEK KOGNITIF
penayangan Film “Cewek Matrepolis”.
Film “Cewek Matrepolis” 6. Responden mengenal nama-nama pemain Film “Cewek Matrepolis”. 7. Responden mengingat nama-nama pemain Film “Cewek Matrepolis”. 8. Responden memperhatikan setiap scene dalam Film “Cewek Matrepolis”. 9. Responden mengetahui jalan cerita Film tsb. 10. Secara keseluruhan, Film “Cewek Matrepolis” menambah pengetahuan responden tentang istilah dan atribut pergaulan remaja saat ini..
44
VARIABEL DIMENSI
INDIKATOR
SKALA
1. Responden menikmati setiap scene dalam Film a.
Sangat Setuju, Nilai = 5 “Cewek Matrepolis”. b. Setuju, Nilai = 4 2. Responden memiliki karakter favorit dalam Film c. RaguRagu, “Cewek Matrepolis”. Nilai = 3 saat d. Tidak 3. Responden merasakan kegembiraan Setuju, Nilai = 2 menyaksikan tokoh favoritnya mengalami akhir e. Sangat Tidak cerita yang bahagia. Setuju, Nilai = 1 4. Responden merasakan kesedihan saat menyaksikan
tokoh
favoritnya
mengalami
5. Responden bisa memprediksikan akhir cerita SIKAP
EFEK AFEKTIF
kejadian yang menyedihkan.
Film “Cewek Matrepolis”. 6. Responden berminat untuk memiliki poster atau foto dari tokoh Film “Cewek Matrepolis”. 7. Responden menyukai aksesoris dan busana para pemain dalam Film “Cewek Matrepolis”. 8. Responden menyukai gaya bahasa yang digunakan oleh para pemain dalam Film “Cewek Matrepolis”. 9. Responden yakin jalan cerita pada Film “Cewek Matrepolis” ada dalam kehidupan nyata. 11. Secara keseluruhan, responden menyukai gaya hidup
yang
Matrepolis”.
ditampilkan
Film
“Cewek
45
VARIABEL DIMENSI
INDIKATOR 1. Responden mengubah jadwal kegiatan responden a.
SKALA
Sangat Setuju, Nilai = 5 saat akan menonton Film “Cewek Matrepolis”. b. Setuju, Nilai = 4 2. Setelah menonton film tersebut, responden jadi c. RaguRagu, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan Nilai = 3 d. Tidak kesenangan. Setuju, Nilai = 2 3. Responden berusaha untuk memiliki aksesoris e. Sangat Tidak dan busana dalam Film “Cewek Matrepolis”. Setuju, Nilai = 1 4. Responden sudah memiliki aksesoris dan busana
5. Responden jadi sering berpesta, khususnya di klubPERILAKU
EFEK KONATIF
dalam Film “Cewek Matrepolis”.
klub pesta malam, setelah menonton film tersebut. 6. Responden menyediakan uang khusus untuk menonton Film “Cewek Matrepolis”. 7. Responden sengaja menyisihkan uang saku untuk menonton Film “Cewek Matrepolis”. 8. Responden menerapkan teknik-teknik merayu lawan jenis yang ada pada Film tersebut. 9. Responden menonton Film “Cewek Matrepolis” tanpa ada ada rasa keberatan dari anggota keluarga 12. Secara keseluruhan, tayangan Film “Cewek Matrepolis” merubah pola perilaku dan kebiasaan hidup responden.
46
3.5. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. 45 Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.5.1.
Data Primer Data primer adalah data yang langsung didapatkan dari objek
penelitian. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada sampel yang dipilih. Kuesioner atau angket adalah usaha usaha mengumpulka informasi dengan menyampaikan sejumlah pernyataan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Teknik kuesioner ini ini tepat sekali sebagai alat untuk memperoleh data yang relative akurat dari populasi penelitian skripsi ini. Pada penelitian ini peneliti menyebarkan angket/kuesioner kepada 165 responden untuk memperoleh data dan informasi yang objektif mengenai efek dari film “Cewek Matrepolis” terhadap perilaku dan pergaulan siswa SMU YP BDN Kelas III Jakarta. Kuesioner tersebut merupakan susunan dari pernyataan yang nantinya dapat memberikan data-data yang sesuai dan dibutuhkan untuk melakukan suatu analisa dalam penelitian ini.
3.5.2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang didapatkan secara tidak langsung. Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan
45
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, 1994, hlm. 137.
47
dari berbagai sumber. Seperti buku-buku referensi, artikel-artikel, internet, majalah dan surat kabar yang semuanya memiliki kaitan dengan objek penelitian. Hal tersebut dapat dipergunakan sebagai referensi dan data lainnya yang dapat mendukung dalam penyusunan penelitian ini.
3.1. Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah untuk dibaca dan interpretasikan. Karena metode yang akan digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, artinya setelah semua data dihimpun dan disusun secara sistematis dan cermat, untuk kemudian dipelajari dan dianalisa secara deskriptif. 46 Yaitu hanya memaparkan situasi atau peristiwa tanpa mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Setelah memperoleh hasil dari kuesioner yang dibagikan pada responden, kemudian data yang masuk diolah secara manual, yaitu dengan menghitung jumlah jawaban untuk setiap kategori pernyataan yang diajukan. Maka pada penelitian ini, analisa data dapat dilakukan setelah data-data yang dibutuhkan terkumpul dan kemudian diolah melalui tahap-tahap: a. Data diolah dari jawaban para responden yang telah masuk setelah kuesioner dibagikan. b. Kemudian data dianalisa secara kuantitatif, sehingga diperoleh grafik-grafik yang menunjukkan frekuensi penyebaran data.
46
Ibid, hlm. 24.
48
Proses analisa yang penulis lakukan akan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Mengolah setiap jawaban pertanyaan dari kuesioner yang disebarkan kepada khalayak untuk dihitung frekuensi dan presentasenya. 2. Memberi skala jawaban-jawaban kuesioner tersebut. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert dengan memberi skor 1 sampai 5.
Tabel 3.6.1 Skala Likert SIMBOL ST
PENILAIAN
BOBOT/ NILAI
SANGAT SETUJU
5
S
SETUJU
4
R
RAGU-RAGU
3
TS
TIDAK SETUJU
2
STS
SANGAT TIDAK SETUJU
1
Jumlah kuesioner pada penelitian ini terdapat 30 pernyataan. Karena masing-masing pernyataan diberi skor seperti pada tabel 3.6.1 di atas, maka kemungkinan nilai terendah yang diperoleh setiap responden adalah 30 dan tertinggi adalah 150. Selanjutnya data dianalisa dengan menggunakan tabel frekuensi tabulasi penilaian dan jarak. Penelitian ini menggunakan teknik penarikan sampel total sampling dari 165 sampel yang tersedia di lapangan. Kemudian dengan teknik pengumpulan data kuesioner maka instrument tersebut diberikan kepada 107 sampel (responden) yang diambil secara purposive sample. Jumlah sampel
49
(responden) yang bersedia untuk mengisi kuesioner adalah sebanyak 107 responden. Sisanya yaitu 58 sampel lainnya menolak untuk menjadi responden dengan pertimbangan belum atau bahkan tidak pernahnya mereka menonton Film “Cewek Matrepolis” baik di bioskop maupun di televisi. Jumlah skor ideal untuk setiap pernyataan dan intervalnya adalah sebagai berikut: 47 Skor ideal
= (NT x S) – (NR x S) = (5 x 107) – (1 x 107) = 535 – 107 = 428
Interval
= skor ideal : bobot = 428 : 5 = 85.6 = 86
Setelah diketahui adanya interval, maka kategori penilaian untuk setiap pernyataan ini dapat dikelompokkan menjadi: 451 – 535 = Sangat Baik 365 – 450 = Baik 279 – 364 = Cukup Baik 193 – 278 = Kurang Baik 107 – 192 = Tidak Baik
47
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: CV Alfabeta, 2003. hal. 88 – 89
50
Jumlah skor ideal untuk setiap dimensi dan intervalnya akan dijabarkan sebagai berikut: 48 a. Efek Kognitif / Pengetahuan Skor ideal = (NT x S x P) – (NR x S x P) = (5 x 107 x 10) – (1 x 107 x 10) = 5350 – 1070 = 4280 Interval
= skor ideal : bobot = 4280 : 5 = 856
Setelah diketahui adanya interval, maka kategori penilaian untuk setiap dimensi dapat dikelompokkan sebagai menjadi: 4494 – 5350 = Sangat Positif 3638 – 4493 = Positif 2782 – 3637 = Netral 1926 – 2781 = Negatif 1070 – 1925 = Sangat Negatif
48
ibid
51
Jumlah skor ideal untuk setiap dimensi dan intervalnya akan dijabarkan sebagai berikut 49 : b. Efek Afektif / Sikap Skor ideal = (NT x S x P) – (NR x S x P) = (5 x 107 x 10) – (1 x 107 x 10) = 5350 – 1070 = 4280 Interval
= skor ideal : bobot = 4280 : 5 = 856
Setelah diketahui adanya interval, maka kategori penilaian untuk setiap dimensi dapat dikelompokkan sebagai menjadi: 4494 – 5350 = Sangat Positif 3638 – 4493 = Positif 2782 – 3637 = Netral 1926 – 2781 = Negatif 1070 – 1925 = Sangat Negatif
49
ibid
52
Jumlah skor ideal untuk setiap dimensi dan intervalnya akan dijabarkan sebagai berikut 50 : c. Efek Konatif / Perilaku Skor ideal = (NT x S x P) – (NR x S x P) = (5 x 107 x 10) – (1 x 107 x 10) = 5350 – 1070 = 4280 Interval
= skor ideal : bobot = 4280 : 5 = 856
Setelah diketahui adanya interval, maka kategori penilaian untuk setiap dimensi dapat dikelompokkan sebagai menjadi: 4494 – 5350 = Sangat Positif 3638 – 4493 = Positif 2782 – 3637 = Netral 1926 – 2781 = Negatif 1070 – 1925 = Sangat Negatif
50
ibid
53
Sedangkan jumlah skor ideal untuk efek Film “Cewek Matrepolis” dan intervalnya akan dijabarkan sebagai berikut 51 : Skor ideal
= (NT x S x P) – (NR x S x P) = (5 x 107 x 30) – (1 x 107 x 30) = 16050 – 3210 = 12840
Interval
= skor ideal : bobot = 12840 : 5 = 2568
Setelah diketahui adanya interval, maka kategori penilaian untuk efek kognitif, afektif, dan konatif Film “Cewek Matrepolis” terhadap perilaku dan pergaulan siswa SMU YP BDN Kelas III Jakarta, ini dpt dikelompokkan menjadi: 13482 - 16050
= Sangat Positif
10914 – 13481
= Positif
8346 – 10913
= Netral
5778 – 8345
= Negatif
3210 – 5777
= Sangat Negatif
Keterangan:
51
ibid
NT
: Nilai Tertinggi
NR
: Nilai Terendah
S
: Jumlah Sampel
P
: Jumlah Pernyataan
54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Film Cewek Matrepolis Film Cewek Matrepolis merupakan salah satu film remaja yang di produksi oleh rumah produksi (production house/PH) Indika Entertainment. Film ini telah diputar di seluruh bioskop di kota-kota besar di Indonesia selama bulan Juni 2006. Segmentasi pemirsa film Cewek Matrepolis yakni male/female teenager (usia 16-17 tahun) yang berada pada SES (Social Economy Status) A dan B. Film Cewek Matrepolis merupakan film remaja berceritakan tentang gaya hidup para remaja kota metropolitan, yang diwakilkan oleh Empat orang cewek dengan gaya hidup metropolisnya masing-masing, yang sangat lemah dengan empat hal yaitu Love, Sex, Money dan Party. Film ini berupaya untuk mengungkap kenaifan dan kemunafikan para gadis metropolis yang sangat mendewakan harta benda atau materi. Hasrat dan keinginan untuk bergaya hidup mewah, ternyata telah membutakan mata hati para pelakunya dan menyeret mereka pada perilaku menyimpang. (Doc. Indika Entertainment)
4.2. Hasil Penelitian Untuk mengetahui dampak film Cewek Matrepolis terhadap remaja siswa SMU, peneliti mengajukan 30 pernyataan berkaitan dengan Tiga dimensi antara lain:
55
a. Efek Kognitif film Cewek Matrepolis terdiri dari 10 pernyataan. b. Efek Afektif film Cewek Matrepolis terdiri dari 10 pernyataan. c. Efek Konatif film Cewek Matrepolis terdiri dari 10 pernyataan.
Seluruh pernyataan yang diajukan oleh peneliti merupakan uraian dari bagian-bagian yang tersaji dalam film Cewek Matrepolis. Pernyataan tersebut juga merupakan uraian dari makna efek antara lain kognitif, afektif, dan konatif. Peneliti memberikan pilihan jawaban untuk para responden dalam setiap pernyataan yang diajukan. Pilihan tersebut antara lain: Sangat Setuju (SS) dengan bobot 5, Setuju (S) dengan bobot 4, Ragu-ragu (R) dengan bobot 3, Tidak Setuju (TS) dengan bobot 2, Sangat Tidak Setuju (STS) dengan bobot 1. Masing-masing pilihan jawaban mengindikasikan efek (kognitif, afektif dan konatif) khalayak tentang film Cewek Matrepolis baik dari segi pemain, isi cerita, dan visualisasi gambar. Kemudian jawaban responden (f) dikalikan dengan nilai bobot (w) kemudian hasilnya dimasukkan dalam kolom jumlah (JML) sampai didapat JUMLAH keseluruhan dari masing-masing pernyataan yang ada. Selanjutnya jumlah keseluruhan tersebut diakumulasikan dan hasilnya diberi kriteria penilaian dalam analisis data penelitian sebagai berikut: a. Sangat Baik Terpaan film Cewek Matrepolis terhadap responden dinilai sangat kuat. Sehingga responden memiliki efek (kognitif, afektif, dan konatif) yang sangat mendalam tentang film tersebut.
56
b. Baik Terpaan film Cewek Matrepolis terhadap responden dinilai kuat. Sehingga responden memiliki efek (kognitif, afektif dan konatif) yang mendalam tentang film tersebut. c. Cukup Baik Terpaan film Cewek Matrepolis terhadap responden dinilai cukup kuat. Sehingga responden memiliki efek (kognitif, afektif dan konatif ) yang cukup mendalam tentang film tersebut. d. Kurang Baik Terpaan film Cewek Matrepolis terhadap responden dinilai kurang kuat. Sehingga responden memiliki efek (kognitif, afektif dan konatif) yang kurang mendalam tentang film tersebut. e. Tidak Baik Terpaan film Cewek Matrepolis terhadap responden dinilai tidak kuat. Sehingga responden memiliki efek (kognitif, afektif dan konatif) yang tidak mendalam tentang film tersebut.
Kemudian hasil analisis data dari setiap pernyataan diakumulasikan kembali untuk setiap dimensi. Hal ini untuk mengetahui secara keseluruhan dampak terhadap masing-masing dimensi antara lain efek kognitif, efek afektif dan efek konatif. Dari hasil akumulasi nilai untuk setiap dimensi tersebut, maka dapat diketahui efek film Cewek Matrepolis terhadap remaja siswa SMU.
57
4.2.1. Identitas Responden Peneliti menyebarkan kuesioner kepada semua siswa kelas III SMU YP BDN (responden) yang pernah menonton film Cewek Matrepolis. Dari 165 sampel yang peneliti targetkan sebagai responden, terdapat 107 sampel yang bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Sisanya menolak untuk menjadi responden dengan pertimbangan belum atau bahkan tidak pernah menonton film Cewek Matrepolis. Untuk melengkapi dan memperkuat analisis penelitian, peneliti akan menjabarkan identitas responden sebagai berikut:
Tabel 4.2.1.1 Jenis Kelamin No 1 2
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
F 44 63 107
% 41.1 68.9 100
Dari data yang diperoleh, jumlah kelompok responden perempuan mendominasi dibandingkan dengan responden laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan ada sebanyak 63 responden atau 68.9% perempuan dan sisanya 44 responden atau 41.1% laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini sebagian besar adalah perempuan.
58
Tabel 4.2.1.2 Usia No 1 2 3
Usia 14 - 15 tahun (semi teenager) 16 – 17 tahun (teenager) ≥ 18 tahun (semi adult) Jumlah
F 0 107 0 107
% 0 100 0 100
Untuk kategori usia, diketahui tidak ada responden dengan interval usia 14-15 tahun dan ≥18 tahun. Sedangkan untuk interval usia 16 - 17 tahun ada sebanyak 107 orang. Tabel 4.1.2 menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini adalah remaja berusia 16 - 17 tahun yaitu sebesar 100%.
Tabel 4.2.1.3 Pendidikan No 1 2 3
Pendidikan Kelas I Kelas II Kelas III Jumlah
F 0 0 107 107
% 0 0 100 100
Tabel 4.2.1.3 menguraikan bahwa responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas III, sebanyak 107 atau 100%.
59
Tabel 4.2.1.4 Status No 1 2
Status Belum Memiliki Pacar/ Kekasih Sudah Memiliki Pacar/ Kekasih Jumlah
F
%
26
24.3
81
75.7
107
100
Tabel 4.2.1.4 menunjukan bahwa responden yang belum memiliki kekasih/pacar sebanyak 26 responden atau 24.3% dan responden yang sudah memiliki/pacar sebanyak 81 responden atau 75.7%. Jadi responden yang sudah memiliki kekasih/pacar cukup mendominasi dalam penelitian ini.
Tabel 4.2.1.5 Social Economy Status (SES) No 1 2 3 4 5
Pengeluaran per Bulan ≥ Rp. 100.000.00 (SES E) ≥ Rp. 200.000.00 (SES D) ≥ Rp. 300.000.00 (SES C) ≥ Rp. 400.000.00 (SES B) ≥ Rp. 500.000.00 (SES A) Jumlah
F 10 22 27 18 30 107
% 9.3 20.6 25.2 16.8 28.1 100
Dari data yang diperoleh, terdapat 10 responden atau 9.3% yang masuk dalam kategori SES E, 22 responden atau 20.6% berada dalam kategori SES D, dan 27 responden atau 25.2% dengan kategori SES C, 18 responden atau 16.8% dalam kategori SES B, dan 30 responden atau 28.1% dengan kategori SES A. Jadi responden dengan pengeluaran ≥ Rp. 500.000.00 per bulan sangat mendominasi dalam penelitian ini.
60
4.2.2. Pola Menonton Film Penelitian ini juga dilengkapi dengan penjabaran pola menonton film dari para responden. Hasil penelitiannya akan dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 4.2.2.1 Menonton Film di Bioskop dalam Satu Bulan No Berapa Banyak dalam Satu Bulan 1 1 – 2 kali (rendah) 2 3 – 4 kali (sedang) 3 ≥ 5 kali (tinggi) Jumlah
F 34 45 28 107
% 31.8 42.1 26.1 100
Tabel 4.2.2.1 menunjukkan bahwa kebanyakan responden yaitu sebanyak 45 responden atau 42.1% menonton film di bioskop 3-4 kali dalam sebulan. Sedangkan sisanya menonton film di bioskop 1-2 kali dalam sebulan sebanyak 34 atau 31.8% dan ≥ 5 kali sebanyak 28 atau 26.1%. Jadi penelitian ini didominasi oleh para responden yang menonton film di bioskop 3-4 kali dalam satu bulan.
Tabel 4.2.2.2 Menonton Film di Televisi dalam Satu Bulan No Berapa Banyak dalam Satu Hari 1 1 – 2 kali (rendah) 2 3 – 4 kali (sedang) 3 ≥ 5 kali (tinggi) Jumlah
F 27 33 47 107
% 25.2 30.8 44 100
61
Tabel 4.2.2 menunjukkan bahwa kebanyakan responden yaitu sebanyak 47 responden atau 44% menonton film di televisi ≥ 5 kali dalam sebulan. Sedangkan sisanya menonton film di televisi 1-2 kali dan 3-4 kali dalam sebulan berturutturut sebanyak 27 responden atau 25.2% dan 33 responden atau 30.8%. Hal tersebut menunjukkan bahwa penelitian ini didominasi oleh para responden yang menonton film di televisi sebanyak ≥ 5 kali dalam satu bulan.
Tabel 4.2.2.3 Menonton Film Cewek Matrepolis di Bioskop No Berapa Jam dalam Satu Hari 1 1 kali (rendah) 2 2 kali (sedang) 3 ≥ 3 kali (tinggi) Jumlah
F 98 9 0 107
% 91.6 8.4 0 100
Tabel 4.2.2.3 menunjukkan bahwa kebanyakan responden yaitu sebanyak 98 responden atau 91.6% menonton film Cewek Matrepolis di bioskop hanya 1 kali. Sedangkan sisanya 9 responden atau 8.4% menonton film Cewek Matrepolis di bioskop sebanyak 2 kali. Dan tidak satu pun responden yang menonton film Cewek Matrepolis di bioskop ≥ 3 kali. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini didominasi oleh para responden yang menonton film Cewek Matrepolis di bioskop sebanya 1 kali.
62
Tabel 4.2.2.4 Menonton Film Cewek Matrepolis di Televisi No 1 2
Pernyataan Ya Tidak Jumlah
F 72 35 107
% 67.3 32.7 100
Tabel 4.2.2.4 menunjukkan bahwa kebanyakan responden yaitu sebanyak 72 responden atau 67.3% menonton film Cewek Matrepolis yang di tayangkan di televisi. Sedangkan sisanya tidak menonton film Cewek Matrepolis yang di tayangkan di televisi sebanyak 35 responden atau 32.7%. Jadi penelitian ini didominasi oleh responden yang menonton film Cewek Matrepolis yang di tayangkan di televisi.
Tabel 4.2.2.5 Dengan Siapa Menonton Film Cewek Matrepolis No Teman Menonton 1 Sendiri 2 Dengan Teman / Pacar 3 Dengan Keluarga Jumlah
F 17 90 0 107
% 15.9 84.1 0 100
Tabel 4.2.2.5 menunjukkan bahwa yang menonton film Cewek Matrepolis seorang diri hanya 17 responden atau 15.9%. Sedangkan ada 90 responden atau 84.1% yang menonton film Cewek Matrepolis dengan teman/pacar.
63
4.2.3. Efek Kognitif Film Cewek Matrepolis
Tabel 4.2.3.1 Promosi Film No 11
Pernyataan Responden mengetahui promosi tentang film Cewek Matrepolis
F
%
SS
Bobot (W) 5
25
23.4
Jml (fxw) 125
S
4
72
67.3
288
R
3
7
6.5
21
TS
2
3
2.8
6
STS
1
0
0
0
107
100
440
Ket.
JUMLAH
Hasil kuesioner nomor 11 yang menyatakan bahwa setiap bentuk informasi tentang film Cewek Matrepolis yang diterima menimbulkan banyak efek. Terlihat bahwa sebagian besar responden setuju yaitu sebanyak 72 responden 67.3%, responden yang sangat setuju sebanyak 25 responden atau 23.4%, responden yang menjawab ragu-ragu sebanyak 7 responden atau 6.5%, responden yang tidak setuju sebanyak 3 responden atau 2.8%, dan tidak ada responden yang sangat tidak setuju. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan setuju yaitu sebanyak 72 responden atau 67.3%. Dari hasil jawaban para siswa di SMU YP BDN diketahui bahwa responden mengetahui tentang informasi adanya film tersebut. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 440 dapat dikategorikan baik.
64
Tabel 4.2.3.2 Promosi Film No
Pernyataan
Ket.
12
Responden tertarik pada setiap bentuk promosi dari film Cewek Matrepolis
SS
Bobot (W) 5
F
%
8
7.5
Jml (fxw) 40
S
4
42
39.3
168
R
3
39
36.4
117
TS
2
12
11.2
24
STS
1
6
5.6
6
107
100
355
JUMLAH
Hasil kuesioner nomor 12 yang menyatakan bahwa setiap bentuk promosi film Cewek Matrepolis menimbulkan efek yang beragam. Terlihat bahwa sebagian besar responden setuju yaitu sebanyak 42 responden 39.3%, responden yang sangat setuju sebanyak 8 responden atau 7.5%, responden yang menjawab ragu-ragu sebanyak 39 responden atau 36.4%, responden yang tidak setuju sebanyak 12 responden atau11.2%, dan responden yang sangat tidak setuju hanya 6 responden atau 5.6% saja. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan setuju yaitu sebanyak 42 responden atau 39.3%. Dari hasil jawaban para siswa di SMU YP BDN diketahui bahwa setiap bentuk promosi dari film Cewek Matrepolis dapat menarik minat responden. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 355 dapat dikategorikan cukup baik.
65
Tabel 4.2.3.3 Waktu Penayangan Film F
%
SS
Bobot (W) 5
25
23.4
Jml (fxw) 125
S
4
67
62.6
268
R
3
13
12.1
39
TS
2
2
1.9
4
STS
1
0
0
0
107
100
436
No
Pernyataan
Ket.
13
Responden mengetahui waktu penayangan film Cewek Matrepolis
JUMLAH
Hasil kuesioner nomor 13 yang menyatakan bahwa waktu penayangan sebuah film dapat menimbulkan efek yang beragam. Terlihat bahwa sebagian besar responden setuju yaitu sebanyak 67 responden 62.6%, responden yang sangat setuju sebanyak 25 responden atau 23.4%, responden yang menjawab ragu-ragu sebanyak 13 responden atau 12.1%, dan responden yang tidak setuju hanya 2 responden atau 4% saja. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan setuju yaitu sebanyak 67 responden atau 62.6%. Dari hasil jawaban para siswa SMU YP BDN diketahui bahwa waktu penayangan sebuah film dapat mempengaruhi jumlah penontonnya. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 326 dapat dikategorikan baik.
66
Tabel 4.2.3.4 Tempat Penayangan Film No 14
Pernyataan Responden mengetahui bioskop tempat penayangan film Cewek Matrepolis
F
%
SS
Bobot (W) 5
25
23.4
Jml (fxw) 125
S
4
69
64.4
276
R
3
11
10.3
33
TS
2
2
1.9
2
STS
1
0
0
0
107
100
436
Ket.
JUMLAH
Hasil kuesioner nomor 14 yang menyatakan bahwa tempat penayangan sebuah film / bioskop dapat menimbulkan efek yang beragam. Terlihat bahwa sebagian besar responden setuju yaitu sebanyak 69 responden 64.4%, responden yang sangat setuju sebanyak 25 responden atau 23.4%, responden yang menjawab ragu-ragu sebanyak 11 responden atau 10.3%, responden yang tidak setuju sebanyak 2 responden atau 1.9%, dan tidak ada responden yang sangat tidak setuju. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan setuju yaitu sebanyak 69 responden atau 64.4%. Dari hasil jawaban responden diketahui bahwa pengetahuan siswa SMU YP BDN terhadap tempat penayangan film Cewek Matrepolis sangat besar. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 436 dapat dikategorikan baik.
67
Tabel 4.2.3.5 Minat Menonton No 15
Pernyataan Responden berkeinginan kuat untuk menonton film Cewek Matrepolis.
JUMLAH
F
%
SS
Bobot (W) 5
51
47.6
Jml (fxw) 255
S
4
45
42.1
225
R
3
11
10.3
33
TS
2
0
0
0
STS
1
0
0
0
107
100
513
Ket.
Hasil kuesioner nomor 15 yang menyatakan bahwa minat menonton dapat menimbulkan efek yang beragam. Terlihat bahwa sebagian besar responden sangat setuju yaitu sebanyak 51 responden 47.6%, responden yang setuju sebanyak 45 responden atau 42.1%, responden yang menjawab ragu-ragu sebanyak 11 responden atau 10.3%, dan tidak ada responden yang tidak setuju atau bahkan responden yang sangat tidak setuju. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan sangat setuju yaitu sebanyak 51 responden atau 47.6%. Dari hasil jawaban responden diketahui bahwa minat menonton film Cewek Matrepolis dari siswa SMU YP BDN sangat besar. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 513 dapat dikategorikan sangat baik.
68
Tabel 4.2.3.6 Nama-nama Pemain No 16
Pernyataan Responden mengenal namanama pemain film Cewek Matrepolis
JUMLAH
F
%
SS
Bobot (W) 5
31
29
Jml (fxw) 155
S
4
57
53.3
228
R
3
18
16.8
54
TS
2
1
0.9
2
STS
1
0
0
0
107
100
439
Ket.
Hasil kuesioner nomor 16 yang menyatakan bahwa pengetahuan tentang nama-nama pemain film tersebut dapat menimbulkan persepsi yang beragam. Terlihat bahwa sebagian besar responden setuju yaitu sebanyak 57 responden 53.3%, responden yang sangat setuju sebanyak 31 responden atau 29%, responden yang menjawab ragu-ragu sebanyak 18 responden atau 22%, dan responden yang tidak setuju hanya 1 responden atau 0.9%. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan setuju yaitu sebanyak 57 responden atau 53.3%. Dari hasil jawaban para siswa SMU YP BDN diketahui bahwa nama-nama pemain dalam film Cewek Matrepolis dapat diketahui dengan mudah. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 439 dapat dikategorikan baik.
69
Tabel 4.2.3.7 Mengingat Nama-nama Pemain No 17
Pernyataan Responden mengingat namanama pemain film Cewek Matrepolis
JUMLAH
F
%
SS
Bobot (W) 5
27
25.2
Jml (fxw) 135
S
4
34
31.8
136
R
3
36
33.7
108
TS
2
9
8.4
18
STS
1
1
0.9
0
107
100
397
Ket.
Hasil kuesioner nomor 17 yang menyatakan bahwa pengingatan nama-nama pemain dapat menimbulkan persepsi yang beragam. Terlihat bahwa sebagian besar responden ragu-ragu yaitu sebanyak 36 responden 33.7%, responden yang sangat setuju 27 responden atau 25.2% saja, responden yang menjawab setuju sebanyak 34 responden atau 31.8%, responden yang tidak setuju sebanyak 9 responden atau 8.4% dan responden yang sangat tidak setuju hanya sebanyak 1 responden saja atau 0.9%. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan ragu yaitu sebanyak 36 responden atau 33.7%. Dari hasil jawaban para siswa SMU YP BDN diketahui bahwa tidak dengan mudah responden dapat mengingat nama-nama pemain film Cewek Matrepolis. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 397 dapat dikategorikan baik.
70
Tabel 4.2.3.8 Perhatian Pada Setiap Scene
SS
Bobot (W) 5
42
Jml (fxw) 39.3 210
S
4
57
53.3
228
R
3
7
6.5
21
TS
2
1
0.9
2
STS
1
0
0
0
107
100
461
No
Pernyataan
Ket.
18
Responden memperhatikan setiap scene dalam film Cewek Matrepolis
JUMLAH
F
%
Hasil kuesioner nomor 17 yang menyatakan bahwa perhatian terhadap scene yang ada dapat menimbulkan efek yang beragam. Terlihat bahwa sebagian besar responden setuju yaitu sebanyak 57 responden 53.3%, responden yang sangat setuju 42 responden atau 39.3% saja, responden yang menjawab ragu-ragu sebanyak 7 responden atau 6.5%, responden yang tidak setuju hanya 1 responden atau 0.9% saja dan tidak ada responden yang sangat tidak setuju. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan setuju yaitu sebanyak 57 responden atau 53.3%. Dari hasil jawaban para siswa SMU YP BDN diketahui bahwa perhatian terhadap setiap scene yang ada di film Cewek Matrepolis sangat di butuhkan untuk dapat memahami isi cerita. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 461 dapat dikategorikan sangat baik.
71
Tabel 4.2.3.9 Jalan Cerita No 19
Pernyataan Responden mengetahui jalan cerita film Cewek Matrepolis
JUMLAH
F
%
SS
Bobot (W) 5
45
42.1
Jml (fxw) 225
S
4
53
49.5
212
R
3
9
8.4
27
TS
2
0
0
0
STS
1
0
0
0
107
100
464
Ket.
Hasil kuesioner nomor 19 yang menyatakan bahwa pengetahuan responden terhadap jalan cerita film dapat menimbulkan efek yang beragam. Terlihat bahwa sebagian besar responden setuju yaitu sebanyak 53 responden 49.5%, responden yang sangat setuju 45 responden atau 42.1%, responden yang menjawab ragu-ragu sebanyak 9 responden atau 8.4%, dan bahkan tidak ada responden yang tidak setuju dan responden yang sangat tidak setuju. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan setuju yaitu sebanyak 53 responden atau 49.5%. Dari hasil jawaban para siswa SMU YP BDN diketahui bahwa jalan cerita film Cewek Matrepolis dapat dengan mudah di mengerti dan di pahami. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 464 dapat dikategorikan sangat baik.
72
Tabel 4.2.3.10 Pengetahuan Tentang Pergaulan F
%
SS
Bobot (W) 5
51
47.6
Jml (fxw) 255
S
4
43
40.2
172
R
3
7
6.5
21
TS
2
4
3.7
8
STS
1
0
0
0
107
100
456
No
Pernyataan
Ket.
20
Secara keseluruhan, film Cewek Matrepolis menambah pengetahuan responden tentang istilah dan atribut pergaulan remaja saat ini. JUMLAH
Hasil kuesioner nomor 20 yang menyatakan bahwa film Cewek Matrepolis dapat menambah pengetahuan akan gaya pergaulan remaja dapat menimbulkan efek yang beragam. Terlihat bahwa sebagian besar responden sangat setuju yaitu sebanyak 51 responden 47.6%, responden yang setuju 43 responden atau 40.2% saja, responden yang menjawab ragu-ragu sebanyak 7 responden atau 6.5%, responden yang tidak setuju sebanyak 4 responden atau 3.7%. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan sangat setuju yaitu sebanyak 51 responden atau 47.6%. Dari hasil jawaban para siswa SMU YP BDN diketahui bahwa secara keseluruhan, film Cewek Matrepolis dapat menambah pengetahuan tentang gaya pergaulan remaja saat ini, baik dari segi istilah maupun atribut pergaulan. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 456 dapat dikategorikan sangat baik.
73
Tabel 4.2.3.11 Akumulasi Efek Kognitif Film Cewek Matrepolis Terhadap Remaja Siswa SMU YP BDN No 1 2 3 4 5
Kriteria Penilaian Sangat Setuju Setuju Ragu-Ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju JUMLAH
Simbol SS S R TS STS
F 1650 2201 474 66 6 4397
% 37.5 50.1 10.8 1.5 0.1 100
Tabel 4.2.3.11 menunjukkan nilai hasil perhitungan dari akumulasi efek kognitif film Cewek Matrepolis terhadap remaja. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan setuju mengenai kuesioner tentang efek kognitif film Cewek Matrepolis yang terdiri dari 10 pernyataan. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 4397 dapat dikategorikan positif. Secara keseluruhan film ini mampu menambah pengetahuan responden tentang istilah dan atribut pergaulan remaja saat ini.
74
4.2.4. Efek Afektif Film Cewek Matrepolis
Tabel 4.2.4.1 Menikmati Scene No 21
Pernyataan Responden menikmati setiap scene dalam film Cewek Matrepolis
JUMLAH
F
%
SS
Bobot (W) 5
44
41.1
Jml (fxw) 220
S
4
37
34.6
148
R
3
22
20.6
66
TS
2
4
3.7
8
STS
1
0
0
0
107
100
442
Ket.
Hasil kuesioner nomor 21 yang menyatakan bahwa responden menikmati setiap scene dapat menimbulkan efek yang beragam. Terlihat bahwa sebagian besar responden sangat setuju yaitu sebanyak 44 responden 41.1%, responden yang setuju sebanyak 37 responden atau 34.6%, responden yang menjawab ragu-ragu sebanyak 22 responden atau 20.6%, dan responden yang tidak setuju sebanyak 4 responden atau 3.7%. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan sangat setuju yaitu sebanyak 44 responden atau 41.1%. Jadi kesimpulannya mayoritas para siswa SMU YP BDN menyatakan mereka menikmati setiap scene dalam film Cewek Matrepolis. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 442 dapat dikategorikan baik.
75
Tabel 4.2.4.2 Tokoh Favorit No 22
Pernyataan Responden memiliki tokoh favorit dalam film Cewek Matrepolis
JUMLAH
F
%
SS
Bobot (W) 5
11
10.3
Jml (fxw) 55
S
4
32
29.9
128
R
3
40
37.4
120
TS
2
20
18.7
40
STS
1
4
3.7
4
107
100
347
Ket.
Hasil kuesioner nomor 22 yang menyatakan bahwa responden memiliki tokoh favorit dapat menimbulkan efek yang beragam. Terlihat bahwa sebagian besar responden ragu-ragu yaitu sebanyak 40 responden 37.4%, responden yang sangat setuju sebanyak 11 responden atau 10.3%, responden yang menjawab setuju sebanyak 32 responden atau 37.4%, responden yang tidak setuju sebanyak 20 responden atau 18.7% dan responden yang neyatakan sangat tidak setuju sebanyak 4 responden atau 3.7%. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan ragu-ragu yaitu sebanyak 40 responden atau 37.4%. Jadi kesimpulannya mayoritas para siswa SMU YP BDN ragu-ragu akan tokoh favorit mereka yang bsebenarnya dalam film Cewek Matrepolis. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 347 dapat dikategorikan cukup baik.
76
Tabel 4.2.4.3 Perasaan Gembira F
%
SS
Bobot (W) 5
11
10.3
Jml (fxw) 55
S
4
54
50.5
216
R
3
32
29.9
96
TS
2
10
9.3
20
STS
1
0
0
0
107
100
387
No
Pernyataan
Ket.
23
Responden merasakan kegembiraan saat menyaksikan tokoh favoritnya mengalami akhir cerita yang bahagia
JUMLAH
Hasil kuesioner nomor 23 yang menyatakan bahwa rasa gembira yang timbul saat menyaksikan tokoh favoritnya mengalami akhir cerita yang bahagia ternyata menimbulkan efek yang beragam. Terlihat bahwa sebagian besar responden setuju yaitu sebanyak 54 responden 50.5%, responden yang sangat setuju sebanyak 11 responden atau 10.3%, responden yang menjawab ragu-ragu sebanyak 32 responden atau 29.9%, dan responden yang tidak setuju sebanyak 10 responden atau 9.3%. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan setuju yaitu sebanyak 54 responden atau 50.5%. Jadi kesimpulannya mayoritas para siswa SMU YP BDN dapat merasakan kegembiran saat menyaksikan tokoh favoritnya mengalami akhir cerita yang bahagia di film Cewek Matrepolis. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 387 dapat dikategorikan baik.
77
Tabel 4.2.4.4 Perasaan Sedih No 24
Pernyataan Responden merasakan kesedihan saat menyaksikan tokoh favoritnya mengalami kejadian yang menyedihkan
F
%
SS
Bobot (W) 5
14
13.1
Jml (fxw) 70
S
4
52
48.6
208
R
3
32
29.9
96
TS
2
8
7.5
16
STS
1
1
0.9
1
107
100
391
Ket.
JUMLAH
Hasil kuesioner nomor 24 yang menyatakan bahwa rasa sedih saat menyaksikan
tokoh
favoritnya
mengalami
kejadian
menyedihkan
menimbulkan efek yang beragam. Terlihat bahwa sebagian besar responden setuju yaitu sebanyak 52 responden 48.6%, responden yang sangat setuju sebanyak 14 responden atau 13.1%, responden yang menjawab ragu-ragu sebanyak 32 responden atau 29.9%, responden yang tidak setuju sebanyak 8 responden atau 7.5%, dan responden yang sangat tidak setuju hanya 1 responden atau 0.9% saja. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan setuju yaitu sebanyak 52 responden atau 48.6%. Jadi kesimpulannya mayoritas para siswa SMU YP BDN menyatakan setuju terhadap perasaan sedih saat menyaksikan tokoh favoritnya mengalami kejadian yang menyedihkan. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 391 dapat dikategorikan baik.
78
Tabel 4.2.4.5 Akhir Cerita No 25
Pernyataan Responden dapat memprediksikan akhir cerita film Cewek Matrepolis
SS
Bobot (W) 5
47
S
4
46
43
184
R
3
8
7.5
24
TS
2
6
5.6
12
STS
1
1
0.9
1
107
100
456
Ket.
JUMLAH
F
Jml (fxw) 43.9 235 %
Hasil kuesioner nomor 25 yang menyatakan bahwa akhir cerita yang dapat di prediksikan menimbulkan efek yang beragam. Terlihat bahwa sebagian besar responden sangat setuju yaitu sebanyak 47 responden 43.9%, responden yang setuju sebanyak 46 responden atau 43%, responden yang menjawab ragu-ragu sebanyak 8 responden atau 7.5%, responden yang tidak setuju sebanyak 6 responden atau 5.6%, dan responden yang sangat tidak setuju hanya 1 responden atau 0.9% saja. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan sangat setuju yaitu sebanyak 47 responden atau 43.9%. Jadi kesimpulannya mayoritas para siswa SMU YP BDN menyatakan setuju bahwa akhir cerita dari film Cewek Matrepolis sudah dapat diprediksikan. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 456 dapat dikategorikan sangat baik.
79
Tabel 4.2.4.6 Minat Poster atau Foto Para Tokoh No 26
Pernyataan Responden berminat untuk memiliki poster atau foto dari tokoh film Cewek Matrepolis
JUMLAH
SS
Bobot (W) 5
S
4
10
9.3
40
R
3
39
36.5
117
TS
2
34
31.8
68
STS
1
18
16.8
18
107
100
273
Ket.
F
%
6
5.6
Jml (fxw) 30
Hasil kuesioner nomor 26 yang menyatakan bahwa minat untuk memiliki poster atau foto dari tokoh film dapat menimbulkan efek yang beragam. Terlihat bahwa sebagian besar responden ragu-ragu yaitu sebanyak 39 responden 36.5%, responden yang sangat setuju sebanyak 6 responden atau 5.6%, responden yang menjawab setuju sebanyak 10 responden atau 9.3%, responden yang tidak setuju sebanyak 34 responden atau 31.8%, dan responden yang sangat tidak setuju ada 18 responden atau 16.8% saja. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan ragu-ragu yaitu sebanyak 39 responden atau 36.5%. Jadi kesimpulannya mayoritas para siswa SMU YP BDN menyatakan ragu-ragu untuk memiliki poster atau foto dari tokoh film Cewek Matrepolis. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 273 dapat dikategorikan kurang baik.
80
Tabel 4.2.4.7 Aksesoris dan Busana No 27
Pernyataan Responden menyukai aksesoris dan busana para pemain dalam film Cewek Matrepolis
JUMLAH
F
%
SS
Bobot (W) 5
55
51.4
Jml (fxw) 275
S
4
21
19.6
84
R
3
18
16.8
54
TS
2
13
12.2
26
STS
1
0
0
0
107
100
439
Ket.
Hasil kuesioner nomor 27 yang menyatakan bahwa kesukaan akan aksesoris dan busana para pemain menimbulkan efek yang beragam. Terlihat bahwa sebagian besar responden sangat setuju yaitu sebanyak 55 responden 51.4%, responden yang setuju sebanyak 21 responden atau 19.6%, responden yang menjawab ragu-ragu sebanyak 18 responden atau 16.8%, dan responden yang tidak setuju sebanyak 13responden atau 12.2%. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan sangat setuju yaitu sebanyak 55 responden atau 51.4%. Jadi kesimpulannya mayoritas para responden menyatakan sangat setuju bahwa mereka memang menyukai aksesoris dan gaya busana para pemain film Cewek Matrepolis yang sesuai dengan gaya pergaulan remaja saat ini. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 439 dapat dikategorikan baik.
81
Tabel 4.2.4.8 Gaya Bahasa F
%
SS
Bobot (W) 5
54
50.5
Jml (fxw) 270
S
4
23
21.4
92
R
3
22
20.6
66
TS
2
8
7.5
16
STS
1
0
0
0
107
100
444
No
Pernyataan
Ket.
28
Responden menyukai gaya bahasa yang digunakan oleh para pemain dalam film Cewek Matrepolis
JUMLAH
Hasil kuesioner nomor 28 yang menyatakan bahwa gaya bahasa yang digunakan pemain yang banyak disukai menimbulkan efek yang beragam. Terlihat bahwa sebagian besar responden sangat setuju yaitu sebanyak 54 responden 50.5%, responden yang setuju sebanyak 23 responden atau 21.4%, responden yang menjawab ragu-ragu sebanyak 22 responden atau 20.6%, dan responden yang tidak setuju sebanyak 8 responden atau 7.5%. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan sangat setuju yaitu sebanyak 54 responden atau 50.5%. Jadi kesimpulannya mayoritas para siswa dari SMU YP BDN memang sangat menyukai gaya bahasa yang digunakan oleh para pemain di film Cewek Matrepolis. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 444 dapat dikategorikan baik.
82
Tabel 4.2.4.9 Jalan Cerita Sesuai dengan Kenyataan No 29
Pernyataan Responden yakin jalan cerita pada film Cewek Matrepolis ada dalam kehidupan nyata
JUMLAH
F
%
SS
Bobot (W) 5
61
57
Jml (fxw) 305
S
4
33
30.9
132
R
3
8
7.5
24
TS
2
4
3.7
8
STS
1
1
0.9
1
107
100
470
Ket.
Hasil kuesioner nomor 29 yang menyatakan bahwa keyakinan akan jalan cerita yang sama dengan kenyataan menimbulkan efek yang beragam. Terlihat bahwa sebagian besar responden sangat setuju yaitu sebanyak 61 responden 57%, responden yang setuju sebanyak 33 responden atau 30.9%, responden yang menjawab ragu-ragu sebanyak 8 responden atau 7.5%, responden yang tidak setuju sebanyak 4 responden atau 3.7% dan responden yang sangat tidak setuju hanya 1 responden atau 0.9% saja. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan sangat setuju yaitu sebanyak 61 responden atau 57%. Jadi kesimpulannya mayoritas para siswa SMU YP BDN menyatakan bahwa memang benar mereka sangat yakin jalan cerita pada film Cewek Matrepolis ada dalam kehidupan nyata pergaulan remaja saat ini. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 470 dapat dikategorikan sangat baik.
83
Tabel 4.2.4.10 Gaya Hidup F
%
SS
Bobot (W) 5
40
37.4
Jml (fxw) 200
S
4
24
22.4
96
R
3
24
22.4
72
TS
2
17
16
34
STS
1
3
2.8
3
107
100
405
No
Pernyataan
Ket.
30
Secara keseluruhan, responden menyukai gaya hidup yang ditampilkan film Cewek Matrepolis
JUMLAH
Hasil kuesioner nomor 30 yang menyatakan bahwa gaya hidup yang ditampilkan dalam film Cewek Matrepolis dapat disukai menimbulkan efek yang beragam. Terlihat bahwa sebagian besar responden sangat setuju yaitu sebanyak 40 responden 37.4%, responden yang setuju sebanyak 24 responden atau 22.4%, responden yang menjawab ragu-ragu sebanyak 24 responden atau 22.4%, responden yang tidak setuju sebanyak 17 responden atau 16% dan responden yang sangat tidak setuju sebanyak 3 responden atau 2.8%. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan sangat setuju yaitu sebanyak 40 responden atau 37.4%. Jadi kesimpulannya mayoritas para responden menyatakan sangat setuju bahwa secara keseluruhan gaya hidup yang ditampilkan dalam film Cewek Matrepolis memang disukai. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 405 dapat dikategorikan baik.
84
Tabel 4.2.4.11 Akumulasi Efek Afektif Film Cewek Matrepolis Terhadap Remaja Siswa SMU YP BDN No 1 2 3 4 5
Kriteria Penilaian Sangat Setuju Setuju Ragu-Ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju JUMLAH
Simbol SS S R TS STS
F 1715 1328 759 248 28 4078
% 42 32.6 18.6 6.1 0.7 100
Tabel 4.2.3.11 menunjukkan nilai hasil perhitungan dari akumulasi efek kognitif film Cewek Matrepolis terhadap remaja. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan setuju mengenai kuesioner tentang efek kognitif film Cewek Matrepolis yang terdiri dari 10 pernyataan. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 4078 dapat dikategorikan positif. Secara keseluruhan responden menyukai gaya hidup yang ditampilkan di film ini.
85
4.2.5. Efek Konatif Film Cewek Matrepolis
Tabel 4.2.5.1 Jadwal Kegiatan No 31
Pernyataan Responden mengubah jadwal kegiatan responden saat akan menonton film Cewek Matrepolis
JUMLAH
F
%
SS
Bobot (W) 5
12
11.2
Jml (fxw) 60
S
4
30
28
120
R
3
17
16
51
TS
2
38
35.5
76
STS
1
11
10.3
11
107
100
318
Ket.
Hasil kuesioner nomor 31 yang menyatakan bahwa perubahan jadwal kegiatan responden saat akan menonton film menimbulkan efek yang beragam. Terlihat bahwa sebagian besar responden tidak setuju yaitu sebanyak 38 responden 35.5%, responden yang sangat setuju hanya sebanyak 12 responden atau 11.2%, responden yang menjawab setuju sebanyak 30 responden atau 28%, responden yang merasa ragu-ragu sebanyak 17 responden atau 16% dan responden yang sangat tidak setuju sebanyak 11 responden atau 10.3%. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan tidak setuju yaitu sebanyak 38 responden atau 35.5%. Jadi kesimpulannya mayoritas para siswa SMU YP BDN tidak merubah jadwal kegiatan mereka saat akan menonton film Cewek Matrepolis. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 318 dapat dikategorikan cukup baik.
86
Tabel 4.2.5.2 Kesenangan
SS
Bobot (W) 5
14
Jml (fxw) 13.1 70
S
4
14
13.1
56
R
3
16
15
48
TS
2
33
30.8
66
STS
1
30
28
30
107
100
270
No
Pernyataan
Ket.
32
Setelah menonton film Cewek Matrepolis, responden jadi menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kesenangan JUMLAH
F
%
Hasil kuesioner nomor 32 yang menyatakan bahwa penghalalan segala cara demi sebuah kesenangan timbul setelah menonton film Cewek Matrepolis menimbulkan efek yang beragam. Terlihat bahwa sebagian besar responden tidak setuju yaitu sebanyak 33 responden 30.8%, responden yang sangat setuju dan responden yang setuju sebanyak 14 responden atau 13.1%, responden yang menjawab ragu-ragu sebanyak 16 responden atau 15%, dan responden yang sangat tidak setuju sebanyak 30 responden atau 28%. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan tidak setuju yaitu sebanyak 33 responden atau 30.8%. Jadi kesimpulannya mayoritas para siswa dari SMU YP BDN menyatakan kalau mereka tidak setuju bahwa setelah menonton film Cewek Matrepolis mereka jadi menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kesenangan. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 270 dapat dikategorikan kurang baik.
87
Tabel 4.2.5.3 Usaha Untuk Memiliki F
%
SS
Bobot (W) 5
48
44.8
Jml (fxw) 240
S
4
17
16
68
R
3
17
16
51
TS
2
22
20.4
44
STS
1
3
2.8
3
107
100
406
No
Pernyataan
Ket.
33
Responden berusaha untuk memiliki aksesoris dan busana dalam film Cewek Matrepolis
JUMLAH
Hasil kuesioner nomor 33 yang menyatakan bahwa responden berusaha untuk memiliki aksesoris dan busana dalam film tersebut menimbulkan efek yang beragam. Terlihat bahwa sebagian besar responden sangat setuju yaitu sebanyak 48 responden 44.8%, responden yang setuju dan responden yang ragu-ragu sebanyak 17 responden atau 16%, responden yang tidak setuju sebanyak 22 responden atau 20.4%, dan responden yang sangat tidak setuju hanya 3 responden atau 2.8% saja. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan sangat setuju yaitu sebanyak 48 responden atau 44.8%. Jadi kesimpulannya mayoritas para siswa di SMU YP BDN menyatakan sangat setuju bahwa mereka memang berusaha untuk memiliki aksesoris dan busana dalam film Cewek Matrepolis setelah mereka menonton film tersebut. Karena aksesoris dan busana yang dikenakan para pemain film Cewek Matrepolis memang sesuai dengan gaya pergaulan remaja saat ini. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 406 dapat dikategorikan baik.
88
Tabel 4.2.5.4 Memiliki Aksesoris dan Busana No 34
Pernyataan Responden sudah memiliki aksesoris dan busana dalam film Cewek Matrepolis
F
%
SS
Bobot (W) 5
28
26.1
Jml (fxw) 140
S
4
33
30.9
132
R
3
8
7.5
24
TS
2
31
29
62
STS
1
7
6.5
7
107
100
365
Ket.
JUMLAH
Hasil kuesioner nomor 34 yang menyatakan bahwa responden telah memiliki aksesoris dan busana dalam film tersebut menimbulkan efek yang beragam. Terlihat bahwa sebagian besar responden setuju yaitu sebanyak 33 responden 30.9%, responden yang sangat setuju sebanyak 28 responden atau 26.1%, responden yang menjawab ragu-ragu sebanyak 8 responden atau 7.5%, responden yang tidak setuju sebanyak 31 responden atau 29%, dan responden yang sangat tidak setuju sebanyak 7 responden atau 6.5% saja. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan setuju yaitu sebanyak 33 responden atau 30.9%. Jadi kesimpulannya mayoritas para siswa SMU YP BDN menyatakan setuju bahwa mereka telah memiliki aksesoris dan busana yang ada dalam film Cewek Matrepolis. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 365 dapat dikategorikan baik.
89
Tabel 4.2.5.5 Berpesta di Klub Malam F
%
SS
Bobot (W) 5
16
15
Jml (fxw) 80
S
4
9
8.4
36
R
3
15
14
45
TS
2
25
23.4
50
STS
1
42
39.2
42
107
100
253
No
Pernyataan
Ket.
35
Responden jadi sering berpesta di klub-klub pesta malam setelah menonton film Cewek Matrepolis
JUMLAH
Hasil kuesioner nomor 35 yang menyatakan bahwa seringnya berpesta di klub-klub pesta malam menimbulkan efek yang beragam. Terlihat bahwa sebagian besar responden sangat tidak setuju yaitu sebanyak 42 responden 39.2%, responden yang sangat setuju sebanyak 16 responden atau 15%, responden yang menjawab setuju hanya 9 responden atau 8.4%, responden yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 15 responden atau 14% dan responden yang tidak setuju sebanyak 25 responden atau 23.4%. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan sangat tidak setuju yaitu sebanyak 42 responden atau 39.2%. Jadi kesimpulannya mayoritas para siswa SMU YP BDN menyatakan sangat tidak setuju jika mereka dikatakan menjadi sering berpesta ke klub-klub pesta malam setelah menonton film Cewek Matrepolis. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 253 dapat dikategorikan kurang baik.
90
Tabel 4.2.5.6 Uang F
%
SS
Bobot (W) 5
15
14
Jml (fxw) 75
S
4
39
36.5
156
R
3
20
18.7
60
TS
2
30
28
60
STS
1
3
2.8
3
107
100
354
No
Pernyataan
Ket.
36
Responden menyediakan uang khusus untuk menonton film Cewek Matrepolis
JUMLAH
Hasil kuesioner nomor 36 yang menyatakan bahwa menyediakan uang khusus untuk menonton film tersebut ternyata menimbulkan efek yang beragam. Terlihat bahwa sebagian besar responden setuju yaitu sebanyak 39 responden 36.5%, responden yang sangat setuju sebanyak 15 responden atau 14%, responden yang menjawab ragu-ragu sebanyak 20 responden atau 18.7%, responden yang tidak setuju sebanyak 30 responden atau 28% dan responden yang sanga tidak setuju sebanyak 3 responden atau 2.8%. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan setuju yaitu sebanyak 39 responden atau 36.5%. Jadi kesimpulannya mayoritas para siswa dari SMU YP BDN menyatakan setuju bahwa mereka menyediakan uang khusus untuk menonton film Cewek Matrepolis. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 354 dapat dikategorikan cukup baik.
91
Tabel 4.2.5.7 Uang Saku F
%
SS
Bobot (W) 5
16
15
Jml (fxw) 80
S
4
48
44.8
192
R
3
16
15
48
TS
2
26
24.3
52
STS
1
1
0.9
1
107
100
373
No
Pernyataan
Ket.
37
Responden sengaja menyisihkan uang saku untuk menonton film Cewek Matrepolis
JUMLAH
Hasil kuesioner nomor 37 yang menyatakan bahwa responden sengaja menyisihkan uang sakunya nmenimbulkan efek yang beragam. Terlihat bahwa sebagian besar responden setuju yaitu sebanyak 48 responden 44.8%, responden yang sangat setuju sebanyak 16 responden atau 15%, responden yang menjawab ragu-ragu sebanyak 16 responden atau 15%, responden yang tidak setuju sebanyak 26 responden atau 24.3%, dan responden yang sangat tidak setuju hanya 1 responden atau 0.9% saja. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan setuju yaitu sebanyak 48 responden atau 44.8%. Jadi kesimpulannya mayoritas para siswa dari SMU YP BDN menyatakan setuju bahwa mereka memang dengan sengaja menyisihkan uang sakunya untuk menonton film Cewek Matrepolis. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 373 dapat dikategorikan baik.
92
Tabel 4.2.5.8 Teknik Merayu Lawan Jenis No 38
Pernyataan Responden menerapkan teknik-teknik merayu lawan jenis yang ada pada film Cewek Matrepolis
JUMLAH
F
%
SS
Bobot (W) 5
18
16.8
Jml (fxw) 90
S
4
20
18.7
80
R
3
14
13.1
42
TS
2
23
21.4
46
STS
1
32
30
32
107
100
250
Ket.
Hasil kuesioner nomor 38 yang menyatakan bahwa responden menerapkan teknik-teknik merayu lawan jenis yang ada pada film tersebut menimbulkan efek yang beragam. Terlihat bahwa sebagian besar responden sangat tidak setuju yaitu sebanyak 32 responden atau 30%, responden yang sangat setuju sebanyak 18 responden atau 16.8%, responden yang menjawab setuju sebanyak 20 responden atau 18.7%, responden yang ragu-ragu sebanyak 14 responden atau 13.1%, dan responden yang tidak setuju 23 responden atau 21.4%. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, mayoritas responden mengatakan sangat tidak setuju terhadap pernyataan tersebut yakni 32 responden atau 30%. Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak menerapkan teknik-teknik merayu lawan jenis yang ada pada film Cewek Matrepolis. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 250 dapat dikategorikan kurang baik.
93
Tabel 4.2.5.9 Sikap Keluarga No 39
Pernyataan Responden menonton film Cewek Matrepolis tanpa ada rasa keberatan dari anggota keluarga
JUMLAH
SS
Bobot (W) 5
S
4
38
35.6
152
R
3
27
25.2
81
TS
2
21
19.6
46
STS
1
12
11.2
12
107
100
336
Ket.
F
%
9
8.4
Jml (fxw) 45
Hasil kuesioner nomor 39 yang menyatakan bahwa menonton film tersebut tanpa ada rasa keberatan dari anggota keluarga menimbulkan efek yang beragam. Terlihat bahwa sebagian besar responden setuju yaitu sebanyak 38 responden 35.6%, responden yang sangat setuju sebanyak 9 responden atau 8.4%, responden yang menjawab ragu-ragu sebanyak 27 responden atau 25.2%, responden yang tidak setuju sebanyak 21 responden atau 19.6% dan responden yang sangat tidak setuju sebanyak 12 responden atau 11.2%. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan setuju yaitu sebanyak 38 responden atau 35.6%. Jadi kesimpulannya mayoritas para siswa SMU YP BDN menyatakan setuju bahwa mereka menonton film Cewek Matrepolis tanpa ada rasa keberatan dari anggota keluarga. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 336 dapat dikategorikan cukup baik.
94
Tabel 4.2.5.10 Pola Perilaku dan Kebiasaan Hidup No 40
Pernyataan
SS
Bobot (W) 5
S
4
14
13.1
56
R
3
24
22.4
72
TS
2
26
24.3
52
STS
1
34
31.8
34
107
100
259
Ket.
Secara keseluruhan, tayangan film Cewek Matrepolis merubah pola perilaku dan kebiasaan hidup responden
JUMLAH
F
%
9
8.4
Jml (fxw) 45
Hasil kuesioner nomor 40 yang menyatakan bahwa tayangan film tersebut merubah pola perilaku da kebiasaan hidup menimbulkan efek yang beragam. Terlihat bahwa sebagian besar responden sangat tidak setuju yaitu sebanyak 34 responden 31.8%, responden yang sangat setuju sebanyak 9 responden atau 8.4%, responden yang menjawab setuju sebanyak 14 responden atau 13.1%, responden yang ragu-ragu sebanyak 24 responden atau 22.4% dan responden yang tidak setuju sebanyak 26 responden atau 24.3%. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan sangat tidak setuju yaitu sebanyak 34 responden atau 31.8%. Jadi kesimpulannya mayoritas para siswa SMU YP BDN menyatakan sangat tidak setuju bahwa film Cewek Matrepolis merubah pola perilaku dan kebiasaan hidup mereka secara keseluruhan. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan
skoring
kriteria
dikategorikan kurang baik.
penilaian
yaitu
sejumlah
259
dapat
95
Tabel 4.2.5.11 Akumulasi Efek Konatif Film Cewek Matrepolis Terhadap Remaja Siswa SMU YP BDN No 1 2 3 4 5
Kriteria Penilaian Sangat Setuju Setuju Ragu-Ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju JUMLAH
Simbol SS S R TS STS
F 925 1048 522 554 175 3224
% 28.7 32.5 16.2 17.2 5.4 100
Tabel 4.2.5.11 menunjukkan nilai hasil perhitungan dari akumulasi efek konatif film Cewek Matrepolis terhadap remaja. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan setuju mengenai kuesioner tentang efek kognitif film Cewek Matrepolis yang terdiri dari 10 pernyataan. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 3224 dapat dikategorikan netral. Secara keseluruhan tayangan film Cewek Matrepolis tidak merubah pola perilaku dan kebiasaan hidup responden.
96
4.2.6. Efek Film Cewek Matrepolis Terhadap Siswa
Tabel 4.2.6.1 Akumulasi Efek Kognitif, Afektif dan Konatif Film Cewek Matrepolis Terhadap Siswa SMU YP BDN No 1 2 3 4 5
Kriteria Penilaian Sangat Setuju Setuju Ragu-Ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju JUMLAH
Simbol SS S R TS STS
F 4035 4577 1731 868 212 11423
% 35.3 40.1 15.2 7.6 1.8 100
Tabel 4.2.6.1 menunjukkan hasil perhitungan dari akumulasi nilai efek kognitif, afektif dan konatif film Cewek Matrepolis terhadap remaja. Berdasarkan data yang diperoleh dari 107 responden, sebagian besar menyatakan setuju mengenai kuesioner tentang efek kognitif, afektif dan konatif film Cewek Matrepolis yang terdiri dari 30 pernyataan. Data tersebut jika dianalisa berdasarkan skoring kriteria penilaian yaitu sejumlah 11423 dapat dikategorikan positif. Karena film ini tidak merubah pola perilaku dan kebiasaan hidup responden ke arah negatif. Karena responden sudah dapat memilah sendiri pesan-pesan yang dianggap baik dan buruk.
4.3. Pembahasan Komunikasi massa adalah merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak bertempat tinggal yang jauh
97
(terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu3. Media yang digunakan dalam komunikasi massa adalah media massa, seperti televisi, radio, surat kabar, dan film. Film di masukkan ke dalam kelompok komunikasi massa. Selain mengandung aspek hiburan, juga memuat pesan edukatif. Fakta dalam film ditampilkan secara abstrak, dimana tema cerita bertitik tolak dari fenomena yang terjadi di tengah masyarakat. Film yang bertemakan remaja ternyata menjadi pilihan utama dalam menonton film di gedung bioskop. Alur cerita yang disesuaikan dengan kejadian sehari-hari para remaja ibukota mampu mencuri perhatian, dan menyedot banyak penonton, salah satunya adalah film Cewek Matrepolis. Penelitian ini akan membahas bagaimana efek film Cewek Matrepolis terhadap siswa SMU. Khalayak tersebut yaitu para siswa SMU YP BDN Kelas III, Jakarta. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana efek film Cewek Matrepolis terhadap siswa SMU yang menjadi target utama dalam film tersebut. Apakah mereka terkena efek yang positif atau bahkan sebaliknya mereka lebih terkena efek yang negatif. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, mayoritas responden terkena efek yang baik dari film Cewek Matrepolis. Semua isi dan jalan cerita dalam film Cewek Matrepolis sudah memberikan sesuatu yang berguna bagi responden. Karena responden jadi lebih bisa mengetahui dan lebih bisa memantau perkembangan dunia remaja di tanah air. Sehingga responden menjadi lebih bisa berhati-hati dalam berperilaku dalam pergaulan sehari-hari. Responden juga menjadi lebih tahu dan mengerti sehingga dapat menghindari perilaku pergaulan yang
98
menyimpang. Selain itu film Cewek Matrepolis juga dapat menjadi tontonan edukatif, karena film tersebut menyisipkan pesan moral tentang perilaku dan pergaulan remaja. Berdasarkan hasil kuesioner dan hasil tabel penelitian mengenai identitas responden, peneliti menyimpulkan beberapa hal terkait dengan film Cewek
Matrepolis.
Mayoritas
responden
berjenis
kelamin
wanita.
Responden secara berurutan berada pada golongan usia teenager. Mayoritas dari para siswa SMU YP BDN Jakarta yang menjadi responden adalah siswa Kelas III. Rata-rata dari mereka sudah memiliki pacar / kekasih dengan tingkat SES A dan C. Hal ini tentu sesuai dengan target audience dari film tersebut. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kebanyakan responden sering menonton film di bioskop dengan frekuensi 3 – 4 kali setiap bulannya. Selain itu penelitian juga menyimpulkan bahwa ≥5 kali mereka menonton menonton film di televisi. Mayoritas responden hanya menonton film Cewek Matrepolis sebanyak 1 kali di bioskop namun hampir semua responden juga menonton film tersebut di televisi. Para responden menonton film Cewek Matrepolis dengan ditemani teman / pacar mereka di bioskop. Secara garis besar berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui hampir sebagian besar dari seluruh responden menyatakan setuju terhadap pernyataan seputar film Cewek Matrepolis. Peneliti menyimpulkan bahwa film Cewek Matrepolis telah melewati tahapan kognitif, afektif dan konatif yang baik sehingga menimbulkan efek positif dari khalayak. Film ini terbukti tidak merubah pola perilaku dan kebiasaan hidup responden ke arah
99
negatif. Karena responden sudah dapat memilah sendiri pesan-pesan yang dianggap baik dan buruk.
100
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan Efek film Cewek Matrepolis terhadap remaja dalam penelitian ini terkait dengan unsur-unsur pada film tersebut. Khalayak dalam penelitian ini adalah para siswa SMU YP BDN Kelas III di Jakarta Barat. Sedangkan unsur-unsur yang dimaksud dalam penelitian ini antara lain adalah efek kognitif, efek afektif dan efek konatif. Berdasarkan hasil penelitian dari 107 responden yang dilakukan di lapangan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dapat diketahui bahwa film Cewek Matrepolis dapat menimbulkan efek kognitif yang positif sebesar 87.6% dari para siswa SMU YP BDN kelas III di Jakarta Barat. Analisa data menunjukkan bahwa nilai akhir efek kognitif film Cewek Matrepolis terhadap remaja masuk dalam kategori positif. Secara keseluruhan film ini mampu menambah pengetahuan responden tentang istilah dan atribut pergaulan remaja saat ini. 2. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dapat diketahui bahwa film Cewek Matrepolis dapat menimbulkan efek afektif yang positif sebesar 74.6% dari para siswa SMU YP BDN kelas III Jakarta Barat. Analisa data menunjukkan bahwa nilai akhir efek afektif dari film Cewek Matrepolis terhadap remaja masuk dalam kategori positif. Secara keseluruhan responden menyukai gaya hidup yang ditampilkan di film ini.
101
3. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dapat diketahui bahwa film Cewek Matrepolis dapat menimbulkan efek konatif yang netral sebesar 61.2% terhadap para siswa SMU YP BDN kelas III Jakarta Barat. Analisa data menunjukkan bahwa nilai akhir efek konatif film Cewek Matrepolis terhadap remaja masuk dalam kategori netral. Secara keseluruhan tayangan film Cewek Matrepolis tidak merubah pola perilaku dan kebiasaan hidup responden. 4. Dari ketiga unsur tersebut dapat terlihat bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju terhadap setiap pernyataan yang diajukan dalam kuesioner. Hal ini menunjukkan bahwa efek film Cewek Matrepolis terhadap remaja para siswa SMU YP BDN kelas III Jakarta Barat cenderung positif. Karena film ini tidak merubah pola perilaku dan kebiasaan hidup responden ke arah negatif. Karena responden sudah dapat memilah sendiri pesan-pesan yang dianggap baik dan buruk.
5.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Akademis Semoga penelitian ini dapat menjadi masukan khususnya bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dengan topik serupa. Agar penelitian ini dapat menghasilkan penelitian yang lebih baik lagi. Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi untuk mengembangkan tema yang sama dari sisi yang berbeda. Sehingga dikemudian hari bisa memberikan kontribusi yang baik bagi dunia
102
perfilman khususnya dalam membuat penelitian mengenai film remaja yang mengedepankan perilaku dan pergaulan sehari-hari remaja.
2. Praktis Untuk Indika Entertainment sebagai rumah produksi film Cewek Matrepolis diharapkan mampu mempertahankan ciri khas yang telah dimilikinya. Yaitu mengedepankan kejadian yang tengah terjadi di kehidupan sehari-hari. Sehingga audience dapat mengambil nilai-nilai positif dari film tersebut. Namun ada pula beberapa hal yang perlu diperbaiki. Yakni adanya adegan bermesraan yang berlebihan (berpelukan, berciuman, teknik merayu lawan jenis, dll) yang digunakan dalam kebiasaan berpacaran para remaja saat ini. Juga adegan vulgar dalam berperilaku (minumminuman beralkohol yang memabukan, berpesta di klub-klub malam, menghalalkan segala cara demi mendapatkan kesenangan, dll) dalam pergaulan sehari-hari para remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, I Gusti Ngurah. Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1993 Ardianto, Elvinaro. Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004 A.W, Widjaja. Pengantar Studi Ilmu Komunikasi, Jakarta: Rineke Cipta, 1999, hlm De Fleur, Melvin. L & Sandra Ball – Rokcach. Theory of Mass Communication, (third edition), New York & London, 1975 Effendy, Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993 -------------. Ilmu Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1984 -------------. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002 -------------. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995 Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran, Jakarta: Erlangga, 2002 McQuail, Dennis. Teori Komunikasi Massa, Jakarta: Erlangga, 1996 -----------. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Jakarta: Erlangga. 1996. Nazir, M. Metode Penelitian, Jakarta: PT Ghalia Indonesia, 1996 Rachmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002 -----------. Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004 Roekomy, RA. Dasar-dasar Persuasi, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1992 Sastroputera, Santoso. Pendapat Umum dan Pendapat Khalayak Dalam Komunikasi Sosial, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991
Sendjaja, Sasa Djuarsa, dkk. Teori Komunikasi, Jakarta: Universitas Terbuka, Jakarta, 1997 Siahaan. S. M. Komuniaksi Pemahaman dan Penerapan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991 Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 2006 Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta, 2001 Sunarjo dan Djoenesih S. Sunarjo. Himpunan Istilah Komunikasi, Jogyakarta: Liberty, 1995 Wahyudi, JB. Komunikasi Jurnalistik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991 ---------------. Komunikasi Jurnalistik Pengetahuan Praktis Kewartawanan Surat Kabar Majalah, Radio, dan Televisi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1994 Wright, Charles, R. diterjemahkan Jalaludin Rachmat, Sosiologi Komunikasi Massa, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995