M A J A L A H T R I W U L A N
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia
Badan Pendidikan dan Pelatihan Energi dan Sumber Daya Mineral
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUBARA Jl. Jend Sudirman No. 623 Bandung 40211 Telp. : 022 - 607.6756 Ext. 147 - 129 Fax. : 022.604.6384, 022.603.5506 E-mail :
[email protected] Website : www.pusdiklat-minerba.esdm.go.id
Berita Utama Jaring Kerjasama Pusdiklat Minerba
Tokoh
Liputan Khusus
Ir. Lydia Hardiani M.Si
Pertemuan Kerja ASEAN Senior Official Meeting on Minerals (ASOMM)
EDISI IV | DESEMBER 2013
EDITORIAL Daftar isi
Berita Utama Jaring Kerjasama
2
Pusdiklat Minerba Penanggung Jawab Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Mineral dan Batubara
Liputan Khusus Pertemuan Kerja ASEAN
Pimpinan Redaksi Kepala Bidang Program dan Kerjasama Editor Rachmat Saleh
Tokoh Ir. Lydia Hardiani M.Si
Tim Redaksi Wien Evayanti Sutrisna Makmun Abdullah Ahmad Helmi Ibrahim Priyana Hardjawidjaksana Nursafrida Tri Handajani Irma Yanti Distribusi Pusdiklat Minerba
Forum
Sarana & Prasana Gedung Baru, Semangat Baru
Alamat Redaksi Telp : 022-6076756 Fax : 022-6035506 Pusdiklat Mineral dan Batubara Jl. Jendral Sudirman No 623 Bandung, Indonesia
[email protected]
12 13
15
Jejaring Kerjasama Pusdiklat Mineral dan Batubara
Produksi Kreasinergi
6
Senior Official Meeting on Minerals (ASOMM)
16
Resmi Bekerjasama dengan IM4DC
Sudut INDONESIA-INDIA Siap Panen Kerjasama
Gadget Keselamatan Kerja Interaktif
GalerI Foto
19
23 24
Pengelolaan kediklatan saat ini tengah mengalami perubahan, dari pola yang hanya mengandalkan kemampuan suatu lembaga, menuju pola pengelolaan kediklatan yang berbasis kerjasama dengan berbagai lembaga yang ada kaitannya dengan pengelolaan mineral dan batubara, kediklatan dan perguruan tinggi baik di dalam maupun luar negeri..
S
ejalan dengan perubahan tersebut, Pusdiklat Minerba telah mencanangkan untuk menjadi pusdiklat unggulan berbasis budaya kerjasama (Center of excelent based on cooperation culture), dengan kata lain, menjadi lembaga diklat yang lebih terbuka dalam melakukan kerjasama. Menuju pada pencapaian harapan tersebut, maka jajaran pimpinan dan staf Pusdiklat Minerba melalui pelaksanaan fungsi bidang program dan kerjasama, terus melakukan berbagai upaya lebih aktif dalam kerjasama bilateral antara negara ASEAN, pengembangan metode diklat dengan IM4DC, pengembangan kompetensi pengajar melalui penyertaan diklat di dalam dan luar
negeri, serta peningkatan eksistensi lembaga melalui pengembangan berbagai media. Rencana dan pelaksanaan program kediklatan diinformasikan secara luas melalui berbagai booklet, leaflet, website, dan majalah info kediklatan agar terjadi penyerapan dan pertukaran informasi sehingga terwujud partisipasi aktif dari pemangku kepentingan (stakeholder). Dalam edisi akhir tahun 2013 kali ini, kami menyajikan tema yang sesuai dengan isu yang berkembang, yaitu pentingnya menjalin kerjasama dalam upaya meningkatkan partisipasi guna mewujudkan pelayanan diklat terbaik dari Pusdiklat Minerba yang kita cintai ini.
BERITA UTAMA
Peran lembaga diklat lebih dominan sebagai penyedia rancangan dan membantu memecahkan pengembangan Sumber Daya Manusia melalui diklat. Karena itu, perlu beberapa dukungan untuk mewujudkannya.
D
ukungan berupa kemudahan akses dan alih teknologi dari mitra kerja, menjadi yang utama. Selanjutnya partisipasi, seperti keikutsertaan di dalam memberikan informasi kebutuhan dan penyertaan diklat dari pengguna melalui optimalisasi dan peningkatan jaringan kerjasama di bidang teknologi mineral dan batubara, baik di dalam maupun luar negeri. Te r ka i t d e n ga n p e n i n g ka ta n j a r i n ga n kerjasama, Pusdiklat Mineral dan Batubara telah banyak melakukan penjalinan kerjasama dengan lembaga pemerintah dari dalam dan luar negeri. Juga dengan lembaga non Pemerintah atau swasta. Tujuan dari jaringan kerjasama itu, mendorong terciptanya pertukaran informasi kediklatan, alih teknologi, dan pemanfaatan potensi kelembagaan masing‐masing, untuk memenuhi kompetensi SDM bidang Minerba yang diharapkan. Kerja sama dalam negeri sebagai suatu kesepakatan untuk melakukan pengembangan sumber daya manusia antara Pusdiklat Mineral
2
Info Pusdiklat Minerba
edisi ke VI | 2013
Penandatanganan Perjanjian Kerjasama Pusdiklat Minerba dan Politeknik Akamigas Palembang
Penandatanganan MOU Jepang dan Indonesia
JARING KERJASAMA PUSDIKLAT MINERBA dan Batubara dengan mitra kerja sama dari dalam negeri. Kegiatan pengembangan SDM dimaksud meliputi : pelatihan, penyusunan dan pengembangan kurikulum, penyediaan tenaga instruktur/tenaga pengajar, bimbingan teknologi, peningkatan kompetensi pegawai (capacity building), pemanfaatan sarana dan prasarana diklat, serta pertukaran dan pemanfaatan informasi. Kegiatan Kerja sama diklat Pusdiklat Minerba pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan dan mengembangkan kapasitas sumber daya manusia berbasis kompetensi di bidang mineral dan batubara dan bertujuan untuk menyusun, mengembangkan, dan melaksanakan kegiatan program pendidikan dan pelatihan bidang mineral dan batubara. Selama ini, kerjasama dalam negeri dilakukan secara formal institusional, yang dituangkan ke d a l a m d o k u m e n b e rs i fa t ko n t ra k t u a l (Memorandum of Understanding/M O U, kontrak Kerja sama) ditandatangani oleh para pihak dan bersifat non‐kontraktual yang
dituangkan ke dalam surat kesepakatan para pihak. Dalam proses penandatanganan dokumen kerja sama kontraktual harus mempertimbangkan kesetaraan (jabatan) para pihak yang mengikat Kerja sama. Jenis Kerja sama Dalam Negeri antara lain, kerja sama dengan instansi Pemerintah/Pemda (Prov, Kab,Kota), kerja sama dengan Swasta Nasional/L S M, dan Kerja sama dengan Perguruan Tinggi/Lembaga Diklat. Terakhir, kerja sama Internal. Sejauh ini, Pusdiklat Minerba telah menjalin kerjasama dalam negeri dengan beberapa Dinas Pertambangan dan Energi, Lembaga Swasta dan Perguruan Tinggi, antara lain, Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Riau, Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sulawesi Tenggara, L S P, Universitas Islam Bandung, Politeknik Akamigas Palembang, dan masih banyak lagi. Sedangkan kerjasama luar negeri merupakan bentuk hubungan dan kerja sama dengan
negara lain yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan untuk kepentingan negara‐negara di dunia. Kerja sama ini meliputi kerja sama di bidang politik, sosial, pertahanan keamanan, kebudayaan, pendidikan dan ekonomi, berpedoman pada politik luar negeri masing‐masing. Kerjasama luar negeri ini nantinya diharapkan dapat memperlancar hubungan ekonomi baik dalam bentuk pertukaran hasil produksi dan faktor‐faktor produksi serta memperlancar sistem pembayaran antarnegara. Selain itu, menciptakan kerja sama secara timbal balik antar negara melalui perjanjian ataupun melalui badan atau organisasi internasional dan nasional. Kebijaksanaan hubungan luar negri Indonesia didasarkan atas prinsip saling menghormati dan bekerja sama hal ini didasarkan pada nilai moral kerja sama yang meliputi, hubungan luar negri dilandasi prinsip politik luar negeri bebas aktif. Selain itu, pengembangan hubungan luar n e g e r i d i t u j u ka n ke p a d a p e n i n g kata n persahabatan dan kerja sama internasional dan regional. MoU yang telah disepakati oleh Badiklat ESDM dan Kementerian ESDM menjadi payung kerjasama di sektor ESDM dan bersifat umum yang perlu ditindaklanjuti dengan kesepakatan lebih teknis operasional. Terkait dengan hal
Penandatanganan Perjanjian Kerjasama IM4DC dan Pusdiklat Minerba di Australia
tersebut Perjanjian Kerjasama yang ditandatangani oleh Pusdiklat Mineral dan Batubara mengacu kepada MoU Badiklat ESDM dan Kementerian ESDM. Secara umum tujuan MoU Kerjasama luar Negeri Pusdiklat Minerba adalah untuk meningkatkan kerja sama kedua negara dan memfasilitasi kerja sama antara pihak kedua negara, dengan lingkup kerja sama di bidang mineral dan batubara khususnya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan serta capacity building. Selama ini, kerjasama dengan Luar Negeri Pusdiklat mineral dan Batubara yang sudah terjalin diantaranya dengan Jepang , Australia, dan Singapura. Tidak menutup kemungkinan dengan negara‐negara lain yang akan segera dilakukan penjajakan kerjasama. Disamping dengan negara tersebut, Pusdiklat Minerba aktif dalam forum international seperti ASOMM, AFOC, APEC dll. Termasuk juga mendukung dan memberi bantuan terhadap negara lain yaitu dalam kegiatan Program Capacity Building untuk Palestina. Pemerintah Indonesia melalui New Asia‐Africa Strategic Partnership (NAASP), sejak 2008 hingga 2010 telah melaksanakan 24 program capacity building bagi Palestina diberbagai sektor, dan diikuti oleh 111 peserta. Ini merupakan bagian dari komitmen Pemerintah
Indonesia untuk memberikan capacity building bagi seribu orang Palestina hingga tahun 2013. Pusdiklat Minerba melaksanakan Training Course on Coal and Mineral Resources Management, pada 22 hingga 26 Juni 2010 untuk Palestina dengan peserta 5 orang.
Info Pusdiklat Minerba
3
LIPUTAN KHUSUS
BERITA UTAMA
edisi ke IV | 2013
DAFTAR KERJASAMA DALAM NEGERI DAN LUAR NEGERI YANG MASIH AKTIF DILAKSANAKAN ANTARA PUSDIKLAT MINERBA DENGAN BEBERAPA INSTANSI DAN PERGURUAN TINGGI: Tanggal No Para Pihak Perihal Penandatanganan 1
Jangka Waktu
Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Riau dengan Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara
Kerjasama penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Bidang Teknologi Mineral dan Batubara
15 April 2008
2
Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara
Kerjasama penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Bidang Teknologi Mineral dan Batubara
18 Maret 2008
4 tahun
3
Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sulawesi Tenggara dan Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara
Kerjasama penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Bidang Teknologi Mineral dan Batubara
3 Juni 2008
4 tahun
4
PT. Time Surya Energi dan Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara
Kerjasama Pendidikan dan Pelatihan Teknologi Mineral dan Batubara
25 Februari 2010
3 tahun
4
LSP Perhapi
12 Juli 2012
5 tahun
6
Universitas Islam Bandung
12 Februari 2013
3 tahun
7
Politeknik Akamigas Palembang
21 Agustus 2013
3 tahun
8
Action Plan for Cooperation in Education and Training in the area of Dispute Resolution and International Law ; Education Training Center for Mineral and Coal Technology and Morgenstern Elyon Consulting Limited
Kerjasama Penyelenggaraan Uji Kompetensi Profesi di Bidang Pertambangan mineral dan Batubara Kerjasama Pengembangan Sumber Daya Manusia bidang Mineral dan Batubara Kerjasama penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Bidang Teknologi Mineral dan Batubara Cooperation in Education and Training in The Area of Dispute Resolution and International Law
5 Januari 2010
4 tahun
9
Memorandum of Understanding for The Training Project on Coal Mining Technology The Japan, Oil, Gas and Metals National Corporation (JOGMEC) Japan and The Education and Training Agency for Energy and Mineral Resources (ETAEMR) Republic of Indonesia
Training Project on Coal Mining Technology
16 Mei 2013
11 bulan
10 International Mining for Development Center (IM4DC) and Human Resource Development in Technical Training Programs 22 Oktober 2013 University of Queensland on Energy and Mineral Resources especially for Mine Inspector
Perihal
Jangka Waktu
A
4 tahun
3 tahun
KERJASAMA YANG SEDANG DIRINTIS No Para Pihak
Pertemuan Kerja ASEAN Senior Official Meeting on Minerals (ASOMM)
1
Indonesia dan India
Training Development and Training Implementation on Surface Mining and Underground Mining
Dalam rangka Joint Study Group on Comprehensive Economic Cooperation
2
Indonesia dan Mongolia
Capacity Building on Mineral and Coal
Bilateral Cooperation; Capacity Building.
3
Indonesia dan Timor Leste
Capacity Building on Mineral and Coal
Bilateral Cooperation; Capacity Building.
Pelaksanaan Pertemuan Kerja ASOMM di Bukit Tinggi
ASEAN Senior Official Meeting on Minerals (ASOMM) merupakan pertemuan tingkat pejabat tinggi ASEAN yang diselenggarakan setiap tahun, guna membahas perkembangan kerjasama di subsektor mineral. Pertemuan ASOMM tahun 2013, memasuki tahun ke 13 dan rencanya akan diselenggarakan di Bali, Indonesia.
SEAN Ministerial Meeting on Mineral (AMMin) adalah pertemuan tingkat menteri di kawasan A SEA N yang membahas kerjasama subsektor mineral dan perkembangannya. Hasil dari rangkaian pertemuan Working Group dan ASOMM, nantinya dilaporkan ke A S O M M+3 dan keseluruhan rangkaian pertemuan tersebut dilaporkan di AMMin. AMMin pertama diselenggarakan di Kuching, Malaysia pada 4 Agustus 2005. AMMin ke 2 diselenggarakan di Manila, Filipina pada tanggal 12 s.d. 17 Oktober 2008, dan tahun 2013 akan diselenggarakan AMMin ke 4. Pertemuan Working Group ASOMM tahun 2013 dilaksanakan terlebih dahulu di B u k i tt i n g g i , I n d o n e s i a , d a l a m ra n g ka membahas secara detail kegiatan masing‐ masing Working Group sesuai dengan The ASEAN Minerals Cooperation Action Plan (AMCAP) 2011 – 2015. Selanjutnya akan dilaporkan dalam ASOMM Meeting yang rencana akan dilaksanakan pada 26 ‐ 29 Desember 2013 di Bali, Indonesia. Sementara itu, The ASEAN Senior Officials Meeting on Minerals (ASOMM) Working Groups Meeting dilaksanakan pada tanggal 28 – 29 Agustus 2013 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Pertemuan itu dihadiri oleh delegasi dari Brunei Darussalam, Indonesia, Lao PDR, Malaysia, Myanmar, Thailand, Singapore dan Vietnam. The staff members of the ASEAN Secretariat juga menghadiri acara ini. Pertemuan dipimpin oleh Dr. Calvin Karo Karo Gurusinga, Kepala Pusat Survey Data Geologi dari Indonesia.
Working Group on Capacity Building Mineral (WGCBM)
Working Group yang melaksanakan pertemuan terdiri dari 4 (empat) Working Group yaitu: ‐ Working Group on trade and Investment in Minerals (WGTIM); ‐ Working Group on Mineral Information and Database (WGMID); ‐ Working Group on Sustainable Mineral Development (WGSMD); ‐ Working Group on Capacity Building in Mineral (WGCBM). Tujuan diselenggarakannya Rapat Working Group ASOMM adalah untuk menindaklanjuti keputusan Rapat ASOMM 12 untuk Working Group untuk membahas kegiatan secara rinci dalam rangka pelaksanaan AMCAP 2011‐2015. serta bekerja sama menciptakan sektor mineral yang kuat dan stabil di wilayah ASEAN dan memberikan kontribusi terhadap pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Saat pertemuan Working Group on Mineral Information and Database (WGMID)
4
Info Pusdiklat Minerba
Info Pusdiklat Minerba
5
LIPUTAN KHUSUS
edisi ke VI | 2013
THE ASEAN WORKSHOP ON CARBON CAPTURE AND STORAGE (CCS) UNDER THE ASEAN FORUM ON COAL (AFOC) COUNCIL The ASEAN Workshop on Carbon Capture and Storage yang diselenggarakan oleh Pusdiklat Mineral dan Batubara pada 20‐21 Mei 2013 di Bandung, merupakan perwujudan komitmen Pemerintah Indonesia terhadap program kerja ASEAN Forum on Coal (AFOC) periode 2011‐2014. 6
Info Pusdiklat Minerba
W
orkshop ini dilatarbelakangi oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi A S EA N akibat konsumsi energi primer, sebanyak 3,6% per tahun, yang di tahun 2007 sendiri mencapai 511 MTOE. Di antara sumber energi tersebut, batubara memiliki t i n g kat p e r t u m b u h a n te rc e p at d e n ga n mengalami peningkatan rata‐rata pertahun sebesar 13,0% terutama karena instalasi pembangkit listrik tenaga batubara di wilayah ASEAN. Pertumbuhan akan permintaan terhadap energi fosil perlu diatasi secara intensif, sebab memerlukan peningkatan peran teknologi energi low‐carbon dan zero‐carbon yang sangat diperlukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca secara global, untuk menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer pada tingkat yang aman sebagai kontribusi untuk upaya mitigasi global yang koheren. C C S m e n a wa r ka n p o te n s i b e s a r u nt u k mengurangi emisi CO2 dari titik emitter sumber besar. Seperti, pembangkit listrik tenaga
batubara, gasifikasi batubara dan pencairan tanaman, dan minyak serta pabrik pengolahan gas. Teknologi CCS melibatkan pemisahan CO2 dari gas lain yang dipancarkan oleh pembangkit listrik dan fasilitas industri, diikuti oleh transportasi dari sequestrated CO 2 ke situs penyimpanan yang sesuai, biasanya melalui pipa atau dengan kapal. Selanjutnya, CO2 baik dapat (kembali) digunakan atau disimpan di bawah tanah. Alternatif untuk mengurangi emisi CO2 adalah untuk memaksimalkan pemanfaatan CO2 untuk EOR (enhanced oil recovery) yang telah diterapkan di banyak bagian di seluruh dunia untuk meningkatkan perolehan minyak. Workshop ini dihadiri oleh 92 partisipan yang berasal dari Indonesia, Malaysia, Laos, Thailand, undangan dari praktisi sektor swasta di bidang Minyak, Gas dan pertambangan, P N S Kementerian ESDM dan Kalangan akademis dari universitas‐universitas di Indonesia. Tujuan workshop ini adalah untuk mereview penerapan C C S s e b a ga i t e k n o l o g i m i t i ga s i u n t u k mengurangi dampak lingkungan dari
Foto Bersama Para Delegasi, Pembicara dan Pejabat Pembuka
Suasana Workshop
penggunaan batubara, seperti yang diarahkan oleh AMEM ke‐30. Workshop ini juga menghadirkan pembicara‐ pembicara dan moderator dari institusi‐institusi terdepan di bidang CCS, diantaranya ASEAN Center for Energy (ACE), Global Carbon Capture & Storage Institute (GCCSI), Statoil Indonesia, Coordinating Committee for Geoscience Programmes in East and Southeast Asia (CCOP), Mitsubishi Heavy Industries Engineering and Service Private Ltd,Shell Indonesia, Total E&P Indonesie, PT. PLN (PERSERO), Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara TEKMIRA, Puslitbang Teknologi Munyak dan Gas LEMIGAS, UTC PT. PERTAMINA (PERSERO), Institut Teknologi Bandung. Dr. Jarman Dirjen Kelistrikan KESDM yang juga merupakan SOE Leader Indonesia membuka kegiatan dengan menyampaikan harapan bahwa kegiatan ini dapat membuka prospek kerjasama regional di bidang CCS, sekaligus menjadi wahana pertukaran pengetahuan dan pengalaman antara negara‐negara ASEAN. Dr. Jarman juga pada sambutannya menyampaikan bahwa forum ini diharapkan dapat memformulasikan kerangka kebijakan yang dapat mendukung penerapan CCS di negara‐ negara ASEAN. Pada sesi pembukaan ini Kepala Badan Litbang ESDM FX.Sutijastoto dan Direktur ACE Dr. Hardiv H. Situmeang juga menyampaikan sambutannya. Workshop yang diselenggarakan selama 2 hari ini dibagi menjadi 7 sesi. Sesi 1 dengan tema “Long‐
term energy path – CCS global status and its development” diisi oleh Holger Bietz General Manager for Projects, Financial and Commercial GCCSI dan Dr. Hardiv. H Situmeang dengan Michael Putra bertindak sebagai moderator. Pembahasan pada sesi pertama ini mengerucut menjadi beberapa pertanyaan penting yang harus dijawab oleh masing‐masing negara ASEAN yaitu Apakah teknologi CCS yang paling relevan dengan kondisi ASEAN? Bagaimana mekanisme yang dapat meningkatkan kerjasama ASEAN di bidang CCS? Dan hal apa yang dibutuhkan pada level nasional tiap negara anggota ASEAN untuk mewujudkan penerapan CCS? Holger Bietz (GCCSI) dan Suroso dari PT. PLN menjadi pembicara pada Sesi 2 yang bertemakan Teknologi penangkapan CO 2, yang notabene menuntut nilai investasi tinggi. Sesi ini dimoderatori oleh Dr. Bukin Daulay dari Puslitbang TEKMIRA. Sesi 3 yang membahas metoda transportasi CO2 dipimpin oleh Dr. Djedi S. Widarto dari UTC Pertamina dengan pembicara Dr. Hardiv H. Situmeang (ACE) dan Tor Fjaeran Direktur PT. Statoil Indonsia. Presentasi mengenai studi of penentuan potensi CCS in Sumatra Selatan (Merbau Gas Gathering Station) disampaikan oleh Utomo P. Iskandar dari LEMIGAS pada sesi 4 dilanjutkan oleh Takao Tomokuni (Mitsubishi Heavy Industries) yang menyampaikan Teknologi MHI's untuk process flue gas CO2recovery. Pembahasan mengenai aspek legal dan regulasi
Penyerahan Kenang‐Kenangan kepada Pembicara oleh Kepala Bidang Penyelenggaraan Pusdiklat Minerba
CCS menjadi topik sentral pada sesi 5 dengan pembicara Holger Bietz (GCCSI), Christopher Short Chief Economist GCCSI, Dr. Usman Pasarai (LEMIGAS) dan dimoderatori oleh Dr. Hardiv H. Situmeang. Sesi tersebut disambung dengan pembahasan mengenai perencanaan dan kebijakan CCS yang dipimpin oleh Roy Karamoy (Total E&P Indonesie). Sesi 6 tersebut kembali menapilkan Christopher Short (GCCSI), Holger Bietz (GCCSI), dan Utomo P Iskandar (LEMIGAS) sebagai pembicara. Sesi terakhir dalam workshop ini memiliki tajuk “The Way Forward – What to be Done in National Level” mengedepankan sharing pengalaman mengenai pengelolaan CCS di negara‐negara ASEAN dengan mengedepankan para delegasi negara ASEAN yang hadir dan Simplicio P. Caluyong dari C C O P sebagai pembicara. Pentingnya pengembangan CCS roadmap pada level nasional di setiap Negara merupakan kesimpulan utama dalam Workshop ini yang sekaligus menjadi komitmen tidak tertulis. pengembangan roadmap tersebut perlu didukung dengan pengembangan SDM melalui capacity building dan penelitian intensif mengenai kelayakan implementasi CCS di setiap negara anggota ASEAN yang sangat tergantung pada kondisi masing‐masing negara. Pada akhir penyelenggaraan para delegasi dan undangan menyampaikan apresiasi kepada Pusdiklat Mineral dan Batubara‐Badiklat ESDM atas koordinasi penyelenggaraan event ini.
Info Pusdiklat Minerba
7
LIPUTAN KHUSUS
edisi ke IV | 2013
2ND MEETING OF BOJ (BOARD OF JUDGES) FOR ASEAN COAL AWARDS DAN 11TH MEETING OF AFOC (ASEAN FORUM ON COAL) COUNCIL 2nd Meeting of BOJ (Board of Judges) for ASEAN Coal Awards dan 11th Meeting of AFOC (ASEAN Forum on Coal) Council dilaksanakan pada tanggal 5 ‐ 7 Juni 2013 di Hotel Movenpick Cebu, Filipina.
Suasana 11th Meeting of AFOC (ASEAN Forum on Coal) Council
A
cara itu dihadiri oleh delegasi dari negara ASEAN seperti Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam, ditambah Jepang serta perwakilan dari ASEAN Center for Energy. Delegasi Indonesia dipimpin Ir. Lydia Hardiani, M.Si dari Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara. Ikut dalam rombongan, Ir. Rachmat Saleh, M.T. dan Ibrahim Priyana Hardjawidjaksana, ST. M.Sc. dari Pusdiklat Minerba. nd Acara 2 Meeting of BOJ (Board of Judges) for ASEAN Coal Awards merupakan salah satu kegiatan dalam AFOC work program yang diketuai oleh Filipina. Rapat ini dibuka oleh Mr. Ramon Allan V. Oca Undersecretary Department of Energy, merangkap sebagai SOE Leader Filipina. Materi yang dibahas dalam rapat ini antara lain: 1. Revisi terhadap perumusan tujuan ASEAN Coal Awards; kualifikasi peserta; prosedur evaluasi peserta dan pemilihan pemenang; prosedur pengumuman pemenang; time schedule pelaksanaan BOJ; pendefinisian kriteria penilaian untuk setiap kategori lomba 2. Review terhadap kategori lomba dan definisinya; status aplikasi lomba per kategori; panduan dokumen untuk peserta lomba (checklist); aturan penulisan dokumen aplikasi 3. Penentuan Pembobotan nilai untuk setiap kriteria penilaian untuk setiap kategori lomba
8
Info Pusdiklat Minerba
Para Delegasi Pada 11th Meeting of AFOC Council
Pada pembukaan AFOC Council Meeting ke‐sebelas pada 6 dan 7 Juni 2013, Carlos Jericho L. Petilla Sekretaris Phillipines Department of Energy menyampaikan informasi mengenai komisioning beberapa pembangkit listrik bertenaga batubara yang telah mengadopsi teknologi batubara bersih untuk mengakomodir naiknya permintaan listrik di Cebu. Seperti diketahui penggunaan batubara sebagai sumber energi di Filipina diperkirakan akan terus meningkat hingga tujuh kali lipat pada tahun 2030 dari nilai tahun 2005, sehingga berkontribusi secara signifikan terhadap proporsi world energy mix. Beliau mengungkapkan kegembiraannya terhadap kolaborasi AFOC untuk mempromosikan sustainable development dalam penggunaan batubara. Ia menyampaikan selamat atas pendirian ASEAN Coal Awards dan dukungan yang besar terhadap tiga key strategic goals batubara dan program teknologi batubara bersih yang tertuang dalam ASEAN Plan of
Action on Energy Cooperation (2010‐2015). Pada kesempatan yang sama Dr. Myint Soe, Deputy Director, Department of Geological Survey and Mineral Exploration, Ministry of Mines of Myanmar dan Christopher G. Zamora, dari ASEAN Centre for Energy juga menyampaikan sambutannya. Forum memutuskan Filipina sebagai Chair dalam AFOC Council dan menunjuk Thailand sebagai Vice Chair untuk dua periode ke depan. Dalam kerangka kerja “Capacity Building Activities” dan “Best Practices on Coal and CCT”, Ibrahim Priyana Hardjawidjaksana selaku juru bicara dari delagasi Indoneisa melaporkan program‐program Pusdiklat Mineral dan Batubara ‐ Badan Diklat ESDM yang diselenggarakan untuk AFOC yang meliputi: “AFOC Workshop on Clean Coal Technology (CCT)” yang telah diselenggarakan pada 02‐05 October 2012 di Cirebon, Indonesia, dan “Workshop on Carbon Capture and Storage” yang telah diselenggarakan pada 21‐22 Mei 2013 di Bandung, Indonesia Sementara itu dalam kerangka kerja “Harmonization of Emission Standards and Minimum Efficiency Requirements for Coal‐Fired Power Plants” dan “Workshop on Low Quality Coal Enhancement, Coal Upgrading and Coal Gasification” Prof. Dr. Datin Fatia Umar dari Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, menyampaikan status Emission Standard and Minimum Efficiency Requirements for Coal‐ Fired Power Plants di Indonesia; laporan “AFOC Workshop on Harmonization of Emission Standard and Minimum Efficiency Requirements for Coal‐Fired Power Plants” yang diselenggarakan 10‐ 11 October 2012 di Denpasar, Bali, Indonesia; laporan dan rekomendasi “Workshop on Low Quality Coal Enhancement, Coal
Upgrading and Coal Gasification” yang diselenggarakan pada 2‐5 April 2013 di Medan, Indonesia. Dalam presentasinya, Prof. Dr. Datin menekankan pentingnya bagi negara ASEAN untuk memiliki regulasi mengenai standard emisi dan kebijakan penerapan CCT sebagai bentuk mitigasi emisi CO2. Saat ini Indonesia telah mengembangkan matriks untuk mengkompilasi regulasi yang berkaitan dengan PLTU bertenaga batubara di negara ASEAN sebagai bagian dari upaya harmonisasi emission standard dan minimum efficiency requirements dalam PLTU batubara. Indonesia juga menjadi Coordinating Country untuk kegiatan ASEAN Coal Database and Information System, Lydia Hardiani dari Direktorat Pembinaan Program Mineral dan Batubara, mewakili Pusat Sumber Daya Geologi; menyampaikan kemajuan project ASEAN Coal Database and Information System (ACDIS). Konsep ACDIS pertama kali disampaikan pada 2011 yang kemudian dikembangkan dan di sosialisaikan pada ACDIS Workshop pada Juli 2012. Promosi ACIDS berlanjut dengan diselenggarakannnya workshop ke‐2 pada 21‐24 Mei 2013 di Padalarang, Indonesia, untuk update data cadangan batubara di negara ASEAN sekaligus memberikan training mengenai pengoperasian ACDIS. Upaya kolaboratif antara negara ASEAN perlu terus dipupuk untuk meningkatkan kekuatan ekonomi dan politik regional. Dalam upaya perwujudan sentimen positif regional tersebut, Indonesia telah berpartisipasi secara aktif dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap program‐program AFOC periode 2011‐2013.
Penyampaian Laporan Kegiatan AFOC di Indonesia oleh Delegasi Indonesia
Info Pusdiklat Minerba
9
LIPUTAN KHUSUS
edisi ke IV | 2013
Suasana Workshop
APEC MTF WORKSHOP ON SUSTAINABLE NICKEL PROCESSING AND REFINERY DAN APEC MINING TASK FORCE SENIOR OFFICIALS MEETING
P
usdiklat Mineral dan Batubara berkesempatan untuk berpartisipasi pada Asia‐Pacific Economic Cooperation Third Senior Officials' Meeting and Related Meeting 2013 dengan menyelenggarakan Workshop on Sustainable Nickel Processing and Refinery pada 25 Juni 2013 di Medan. Workshop tersebut merupakan salah satu program kerja Mining Task Force (MTF), salah satu gugus kerja dibawah APEC, APEC MTF Meeting sendiri diselenggarakan pada 26 – 28 Juni 2013. Sebanyak 78 peserta dari ekonomi APEC (Australia, Belgia, Taiwan, Thailand, Vietnam), perwakilan dari ABAC serta Sekretariat APEC hadir dalam workshop tersebut. Staf Ahli bidang Ekonomi dan Keuangan Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, Dr. Djajang Sukarna membuka secara resmi kegiatan workshop. Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa workshop ini merupakan salah satu upaya APEC untuk merespon studi Nickel Institute mengenai EU compounds classification dan
10 Info Pusdiklat Minerba
membeberkan pentingnya membangun sebuah jaringan antar negara penghasil nikel, untuk memfasilitasi pertukaran ide dan informasi. Narasumber sesi pertama workshop, Dr. Ukar Soelistijo, menyampaikan “Prospect of Potential Nickel Add Value Development in Indonesia”, dalam materinya ia menekankan bahwa upaya untuk meningkatkan nilai tambah pada sektor mineral secara keseluruhan, baik secara vertikal maupun regional, sangat diperlukan untuk meningkatkan pendapatan nasional dan pembangunan daerah. Masih dalam sesi yang sama Ajab Taofik dari PT Aneka Tambang (ANTAM) berbagi pengalaman ANTAM di bidang Industri Nikel, pembatasan pada ekspor bahan mentah masih menjadi salah satu central issue. Dalam hal emisi material berbahaya (seperti chromium hexavalent) dari pertambangan dan peleburan nikel, A N TA M telah mengimplementasikan sebuah kontrol dan ukuran sistem sejak langkah perencanaan tambang dibuat sampai dengan langkah
penyulingan untuk mengantisipasi adanya bahan material yang berbahaya, mengukur dan memonitor air yang digunakan untuk granulasi ampas bijih, dan memasang fasilitas untuk sistem penangkapan debu. Teuku Mufizar Mahmud (PT Vale Indonesia) memaparkan Vale sebagai produser terbesar Nikel di Indonesia dalam bentuk nikel matte, telah mengelola program rehabilitasi dan pemeliharaan air sebagai langkah terbaik untuk perlindungan terhadap lingkungan. Fasilitas untuk pemeliharaan chromium hexavalent dikembangkan di dalam dan dihubungkan dengan monitoring pengukuran secara periodik terhadap debit air melalui serangkaian kolam pengendap menuju ke lingkungan, ujarnya. Perencanaan dan operasi tambang diintegrasikan dengan aktivitas reklamasi dan menerapkan konservasi lingkungan yang sistematis dan berkelanjutan khususnya terhadap tiga danau (Matano, Mahalona dan Towuti). Investasi pertumbuhan PT. Weda Bay Nickel
(WBN) Indonesia pernah mencapai lebih dari U S D 5,5 Juta yang direncanakan untuk membangun infrastruktur yang selaras dengan proyek Indonesia Master Plan dalam Percepatan Pembangunan Ekonomi, seperti yang diutarakan oleh Georges Nikly pada penghujung sesi satu. Georges juga mengutarakan bahwa pabrik WBN didesain untuk memproduksi 65.000 ton nikel per tahun dan 3.500 ton cobalt pertahun dalam bentuk produk menengah dan produk industri dengan kemurnian yang tinggi melalui teknologi E R A M E T. Te k n o l o g i i n i s u n g g u h mempertimbangkan emisi CO2 yang rendah per ton nya untuk produk nikel dibandingkan dengan teknologi lain yang sudah ada untuk pengolahan nikel laterit. Pada awal sesi ke dua Dr. Yan Weidong dari Cina mengatakan bahwa nikel merupakan salah satu mineral terpenting untuk dieksplorasi selama sepuluh tahun terakhir dan beberapa cadangan telah ditemukan. Sulfida tembaga‐nikel masih merupakan tipe cadangan utama untuk dieksplorasi, sementara bijih nikel terutama bijih laterit akan tetap menjadi komoditas terbesar produk nikel untuk diimpor. Nikel yang digunakan untuk baterai di Cina memiliki masa depan yang cerah bersamaan dengan hadirnya era mobil listrik. Sejak tahun 2005, China telah menjadi konsumen nikel terbesar di dunia. Sementara itu, Luke Bewley dari Australia menyatakan bahwa Australia memberikan sumbangsih pada ekonomi dunia melalui sumberdaya nikelnya sebesar 26,8% pada 2011 dan menjadi produser nikel terbesar ke‐empat di dunia. Namun, hingga kini Australia masih menghadapi tantangan dalam industri nikel. Mengenai kerangka peraturan di Australia,
Bewley menyebutkan bahwa peraturan tersebut berlaku sama untuk semua komoditas mineral, termasuk nikel. Dr. Elmer B. Billedo menyampaikan tentang pengolahan nikel di Filipina yang sekarang ini terdapat tiga tempat pengolahan nikel yang tengah dibangun. Filipina saat ini juga sedang mempertimbangkan metode pengolahan nikel yang lainnya seperti menggunakan metode heap leaching dengan menggunakan asam sulfat yang e n c e r, a t m o s p h e r i c l e a c h i n g d e n g a n penggabungan bijih nikel limonite dan saphorlite, dan proses peleburan dari high iron – low nickel yang masih dalam tahap pengembangan untuk menghasilkan nikel pig iron. Dr. Veronique Steuker dari Nickel Institute memaparkan mengenai tantangan peraturan dan kebijakan publik terhadap nikel. Diantara tantangan tersebut adalah yang mampu untuk mengeksploitasi dan menggunakan logam metal di tengah prahara pro‐kontra akan aspirasi ke b i j a ka n p u b l i k d a n ke i n g i n a n u nt u k mengurangi seluruh bahaya emisi. Produk‐ produk yang mengandung substansi berbahaya dengan klasifikasi tertentu tidak dapat diberikan Ecolabel. Kebijakan publik untuk mengatasi tantangan global seputar kebutuhan efisiensi sumberdaya perlu mengenali ciri nikel guna membantu dalam mencapai tujuan. Secara keseluruhan, kegiatan Workshop direspon secara positif oleh forum Ekonomi APEC dengan diskusi yang bermanfaat dan membantu dalam menyatukan isu‐isu umum dan tantangan ekonomi A P E C dalam kaitannya dengan pengolahan nikel secara berkelanjutan termasuk risiko teknis dan non‐teknis yang terkait dengan eksploitasi nikel. Selain itu, workshop ini terbukti menjadi forum yang bermanfaat dalam berbagi kisah sukses pada proyek‐proyek berkelanjutan terutama dari sisi C S R dan program pengembangan masyarakat, hubungan antara swasta‐pemerintah‐masyarakat meliputi penutupan tambang yang tidak hanya melakukan
rehabilitasi yang bijaksana untuk lahan bekas tambang, akan tetapi membuka peluang bagi sektor inisiatif kreatif seperti pariwisata. Terdapat konsensus yang berkembang di Ekonomi APEC tentang cara mengatasi kerangka peraturan untuk pengklasifikasian Nikel seperti EU Classification yang baru‐baru ini dilakukan oleh REACH dan menciptakan kesadaran tentang bagaimana menangani tekanan bagi Ekonomi A P E C dalam mengadopsi instrumen dan kerangka yang sama untuk mengatur senyawa nikel. Salah satu kesimpulan bersama dalam workshop ini adalah, untuk memperluas jaringan perdagangan dan komunikasi, APEC sebagai kawasan terpadu juga sebagai produsen
Penyerahan Kenang‐Kenangan kepada Pembicara Workshop
sekaligus konsumen nikel terbesar harus lebih memperluas komunikasi dengan kelompok‐ kelompok regional lainnya seperti Uni Eropa untuk mendapatkan hubungan down to earth dan selaras serta belajar etika bisnis terhadap hasil yang diinginkan. Minutes of meeting Workshop on Sustainable Nickel Processing and Refinery ini menjadi salah satu laporan dan masukkan penting dalam MTF SOM.
Info Pusdiklat Minerba
11
TOKOH
Usai menyelesaikan studinya di Jurusan Tambang, Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya tahun 1986, Ia dihadapkan pada pilihan yang menyulitkan. Tiga pilihan pekerjaan menghadangnya sekaligus. Perusahaan Asing di bidang Oil and Gas BP Minerals, Hudbay Oil, atau menjadi pegawai negeri di ESDM. Lalu lewat restu orang tuanya, ia kemudian memilih menjadi PNS di ESDM. Ir. Lydia Hardiani M.Si, wanita kelahiran 15 Januari 1961, ini punya prinsip sendiri dalam menentukan pilihan kerjanya. “Waktu itu pilihan kerja di perusahaan asing lebih menggiurkan, gaji awal yang mereka tawarkan beberapa kali lipat lebih besar dari upah sebagai PNS yang hanya bergaji Rp 86 ribu perbulan,” kata Lydia, demikian ia disapa. “Namun dengan pertimbangan restu orang tua, saya memilih jadi PNS di ESDM.” Instansi pertama tempatnya bekerja adalah menjadi staf pada Sub Direktorat Eksplorasi Batubara dan Gambut Direktorat Sumber Daya Mineral, Ditjen Geologi. Pisah jarak kerja dengan suaminya ketika itu, memaksa ia harus pulang pergi Bandung‐Jakarta. Namun karena kondisi kesehatannya, memaksa pula Lydia harus pindah instansi. “Saat itu sulit sekali menemukan formasi, terlebih bagi saya yang lingkup kerjanya mayoritas di lapangan,” kata Lydia, yang menikah tahun 1988 . “Sempat frustasi, karena sulit mendapatkan lowongan formasi, bahkan sempat dianggap peminta sumbangan, lantaran selalu menenteng map saat keluar masuk kantor di lingkungan kerja ESDM, namun akhirnya berhasil diterima di Direktorat Teknik, Ditjen Pertambangan Umum.” ujar perempuan yang memiliki hobi travelling ini. Itulah awal cerita ia bisa berkarir di Ditjen Minerba ESDM, sebelum akhirnya Kami mewawancarinya lebih jauh. Berikut petikan wawancaranya. Apa tanggapan anda terhadap manfaat kerjasama di Bidang Mineral dan Batubara? Manfaatnya cukup banyak. Pertama, kerja sama ini
12 Info Pusdiklat Minerba
edisi ke IV | 2013
Ir. Lydia Hardiani M.Si, men d o ro n g p ers a in ga n d i d ala m p en ca p aia n peningkatan produksi mineral dan batubara tanpa mengabaikan azas konservasi dan lingkungan, sehingga dapat dicapai keberlanjutan mineral dan batubara jangka panjang. Yang kedua, mendorong investor untuk dapat berinvestasi di Indonesia. Ketiga, mendorong peningkatan nilai tambah mineral dan batubara dengan mengolah dan memurnikan di dalam negeri, keempat, kerjasama dalam upaya eksplorasi untuk virgin area walaupun saat ini agak sulit mencari wilayah yang betul‐ betul masih virgin. Dan yang tidak kalah penting adalah kerjasama untuk peningkatan kapasitas sumberdaya manusia didalam pengelolaan sumberdaya mineral dan batubara, ditambah lagi dengan kerjasama yang bermanfaat bagi pengendalian pencemaran lingkungan pertambangan dan rehabilitasi lahan bekas tambang. Kerja sama ini juga mendorong terciptanya hubungan yang harmonis antar pihak terkait serta meningkatkan rasa solidaritas dan kesetiakawanan baik antar daerah, lembaga, asosiasi, dan juga antar negara. Bagaimana arah kebijakan dan strategi terkait kegiatan kerjasama luar negeri di bidang mineral dan batubara ke depan? Arah kebijakan kerjasama luar negeri di bidang minerba saat ini merupakan kerjasama dengan negara lain dalam hal eksplorasi, riset dan teknologi, peningkatan kapasitas sumberdaya manusia, dan yang tak kalah pentingnya adalah investasi di bidang mineral dan batubara. Dan kedepan, kebijakan kerjasama luar negeri diarahkan tetap pada sektor hulu yaitu eksplorasi terutama pada “virgin area” dan usaha menghitung kembali cadangan‐ cadangan sisa setelah di/tereksploitasi sekian lama guna menghitung life time untuk pengolahan dan pemurnian,
memperkuat database minerba, dan dihilir, kebijakan kerjasama luar negeri diarahkan pada upaya peningkatan nilai tambah mineral maupun batubara, Riset dan Teknologi serta Peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia, dan yang paling penting adalah kerjasama dalam rangka menarik investasi ke Indonesia dan perusahaan Indonesia berekspansi untuk investasi ke negara lainnya. Banyak hal yang harus kita lakukan untuk hal‐hal tersebut, untuk itu beberapa strategi kita lakukan, beberapa diantaranya adalah mengikuti berbagai pertemuan regional dan multilateral, seperti contohnya ASOMM (Asean Senior Official Meeting on Mineral, AFOC (Asean Forum on Coal), APEC MTF (APEC Mining Task Force) dan banyak lagi pertemuan‐pertemuan lainnya, sehingga dapat dicari potensi dan peluang kerjasama dari satu atau beberapa negara untuk dilakukan kerjasama bilateral. Strategi lainnya adalah dengan melakukan promosi, baik di negara sendiri maupun dinegara lain dengan mengundang para perwakilan Duta Besar dan para investor, dan melakukan banyak dialog dengan negara‐negara lainnya melalui pertemuan‐pertemuan bilateral untuk mencari potensi dan peluang investasi dari negara‐negara tersebut. Banyak hal lagi yang dilakukan untuk strategi ini guna tercapainya peningkatan investasi di Indonesia. Bagaimana dengan peran kerjasama pertambangan bagi pembangunan daerah, karena pertambangan merupakan salah satu aspek yang diharapkan dalam kemajuan pembangunan daerah? Masih banyak potensi yang belum dimanfaatkan. Meskipun sektor pertambangan sudah memberikan sumbangan penting bagi perekonomian Indonesia, sumbangan sektor ini dalam pembangunan nasional dan regional masih dapat ditingkatkan. Masih terdapat daerah‐daerah yang belum diekplorasi secara lengkap, dan secara geografis masih
banyak daerah yang prospek untuk dikembangkan s e b a ga i w i l aya h p e r ta m b a n ga n . Pe m e r i n ta h mengharapkan agar investasi baru dalam bidang pertambangan dapat menjadi sumber penting dalam pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, terutama di wilayah‐wilayah yang agak sulit dijangkau, seperti Papua dan Indonesia bagian timur. Disinilah pentingnya peran kerjasama antar pemerintah pusat dengan pemerintah daerah terutama dalam hal bantuan teknis. Untuk daerah yang sulit dijangkau, perlu sekali dilakukan kerjasama dengan negara lain yang mempunyai teknologi lebih maju dari kita terutama dalam hal keahlian dan peralatan eksplorasi di lapangan dan infrastruktur pertambangan. Upaya kerjasama apa menurut Anda yang perlu dilakukan untuk mendorong pengelolaan yang efisien pada sektor mineral dan batubara di Indonesia Pengelolaan yang efisien atas subsektor mineral dan batubara memerlukan beberapa hal terkait. Pertama, penguatan institusi berupa peningkatan kapasitas dan kuantitas SDM yang menangani sektor ini. Termasuk di dalam konteks ini adalah peningkatan jumlah inspektur tambang untuk seluruh wilayah Indonesia. Kedua, diperlukan peningkatan kerjasama dan koordinasi dalam dan luar negeri dalam mewujudkan program kita dihilir yaitu peningkatan nilai tambah. Bila ini bisa berjalan efektif, maka iklim investasi di Indonesia akan semakin kondusif. Ketiga, tentu saja dalam pelaksanaan sektor ini harus berpatokan pada aturan hukum yang ada. Saat ini UU No 4/2009 dan peraturan‐peraturan dibawahnya adalah salah satu yang melandasinya dan kita sedang berusaha agar subsektor ini akan semakin baik ke depan Menurut Anda, bagaimana strategi kerjasama untuk meningkatkan investasi dan penerimaan negara di sub sektor mineral dan batubara? Dengan mengatasi berbagai masalah yang menghambat masuknya investasi baru, pemerintah dapat mengambil langkah penting dalam mendorong usaha eksplorasi baru dan investasi dalam bidang pertambangan yaitu dengan menjalankan strategi‐strategi yang telah saya sebutkan sebelumnya. Hal ini akan memberikan manfaat yang besar bagi perekonomian di tingkat nasional, provinsi, maupun daerah tingkat dua. Dengan produksi timah terbesar ke dua di dunia, tembaga terbesar kedua, nikel terbesar ke empat, emas terbesar ke enam dan produksi batu bara terbesar ke enam di dunia, Indonesia merupakan salah satu negara penting dalam bidang pertambangan. Sektor pertambangan juga memberikan lapangan
pekerjaan yang cukup besar, baik yang terlibat secara langsung dalam proses produksi, maupun dalam berbagai produk dan jasa pendukung pertambangan. Telah saya jelaskan sebelumnya bahwa strategi kerjasama untuk meningkatkan investasi salah satunya adalah dengan promosi dan dialog‐dialog antar negara untuk dilanjutkan pada kerjasama bilateral yang berujung untuk peningkatan investasi di Indonesia. Dengan naiknya investasi maka diharapkan penerimaan negara di sektor minerba juga akan naik. Apa tanggapan Anda terhadap kegiatan kerjasama yang terjadi disini, mulai dari menangani sampai sekarang? Dulu saya pernah bekerja sebagai Kepala Sub Bagian pada Setditjen Geologi dan Sumber Daya Mineral, tepatnya di bagian Rencana dan Laporan yang salah satu tugasnya juga melakukan pengelolaan kerjasama luar negeri. Saat itu tuntutan kerjasama yang cukup kuat adalah di bidang ke geologian seperti eksplorasi, pengelolaan air tanah dan mitigasi bencana gunung api dan gerakan tanah. Di bidang kegeologian sering dan aktif dilakukan pertemuan‐ pertemuan bilateral dan menjalin MoU dengan negara‐ negara lain dalam hal pertukaran keahlian dan bantuan peralatan canggih. Selain itu juga melakukan pertemuan multilateral seperti halnya menjadi anggota kerjasama multilateral seperti CCOP, dan regional seperti ASOMM dan AFOC. Sementara itu AFOC di Indonesia masih dikoordinir oleh sektor swasta dalam hal ini APBI. Beberapa kerjasama sektor swasta dalam hal ini INSG untuk Nikel dan ICSG untuk tembaga kurang begitu aktif oleh sektor swasta, sehingga akhirnya diputuskan Indonesia keluar dari keanggotaan. Setelah reorganisasi dari Ditjen Geologi dan Sumber Daya Mineral menjadi Ditjen Mineral, Batubara dan Panas Bumi dan akhirnya menjadi Ditjen Mineral dan Batubara, pengelolaan kerjasama sudah mulai aktif dan menggeliat, terutama untuk menjalankan kegiatan‐kegiatan dalam organisasi kerjasama regional seperti ASOMM dan AFOC
maupun multilateral yaitu APEC MTF. Saat ini sesuai dengan SK Menteri no. 3230 K tahun 2011, Ditjen Minerba sebagai focal point beberapa kerjasama bilateral seperti RI‐Kanada, RI – Cile, RI‐ India, RI – Polandia, RI – Italia, RI – Vietnam, dan RI – Filipina. Selain Bilateral, Minerba juga menjadi focal point dalam kerjasama Multilateral seperti APEC Mining Task Force (MTF), APEC Ministers Responsible for Mining (MRM) serta D‐8 Working Group on Mining and Minerals, dan dua kerjasama Regional seperti ASEAN Forum on Coal dan ASOMM/AMMin. Didalam pengelolaan kerjasama, selaku focal point, Ditjen Mineral dan Batubara selalu melibatkan unit‐unit eselon 1 terkait di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk membahas rancangan MoU serta persiapan‐persiapan materi yang akan dibawakan didalam berbagai pertemuan Internasional, dan bila diperlukan juga melibatkan sektor‐sektor di luar KESDM seperti Kementerian Luar Negeri, Lingkungan Hidup, Perdagangan, Perindustrian, Pekerjaan Umum, BKPM dan bila perlu beberapa Pemda terkait. Didalam bilateral, di sektor ESDM dan juga terkait dengan subsektor Minerba, sudah dilakukan MoU dengan beberapa negara, seperti halnya India, Jepang, Cina, Vietnam, Korea, Australia, Filipina, dan lain‐lain. Satu hal penting yang harus ditanamkan bahwa didalam kerjasama harus dicapai hasil yang sama‐sama menguntungkan kedua belah pihak, untuk itu proses kerjasama sampai dengan tahap ditandatanganinya MoU, merupakan proses yang panjang. Sepanjang proses pendekatan ke negara yang akan diajak kerja sama, telaah terhadap negara tersebut terus dilakukan. Bisa jadi didalam proses menuju penandatangan, tiba‐tiba tidak jadi dilanjutkan karena beberapa faktor yang belum sesuai dengan keinginan pihak Indonesia. Untuk itu pentingnya evaluasi terhadap kekuatan dan peluang dari negara yang akan kita ajak kerjasama, dilihat dari berbagai aspek teknis, sosial, budaya dan politik. Bicara mengenai evaluasi, evaluasi terhadap kerjasama seperti telah saya katakan sebelumnya, sangat penting sekali demi keberlanjutan kerjasama tersebut. Evaluasi penting dilakukan terhadap rencana kerjasama dalam kaitannya menuju ke penandatanganan MoU, serta evaluasi bagi MoU yang sudah ditandatangan. MoU tidak akan ada artinya jika tidak diimplementasikan, untuk itu perlunya evaluasi apakah MoU dapat dilanjutkan ataukah tidak setelah habis masa berlakunya. Saya kira tidak perlu s u at u ke r j a s a m a d i p a ks a ka n u nt u k d i l a ku ka n penandatangan MoU, apabila kerjasama tersebut pada akhirnya banyak merugikan kita juga. MoU bukan hanya
Info Pusdiklat Minerba
13
TOKOH sekedar “celebration”, tapi yang penting adalah implementasinya. Sekali lagi saya katakan bahwa kita harus selektif untuk memilih pihak atau negara yang akan bekerjasama dengan kita, jangan sampai kita dirugikan. Pada saat evaluasi adakah kriteria khusus? Kita masih belum ada tools nya untuk kriteria, tapi kita dapat menilai dari aktifitas yang ada, apakah aktif, tidak aktif atau kurang aktif. Jika kerjasama tersebut aktif, maka perlu kita tingkatkan dan perpanjang MoU‐nya, tapi jika tidak aktif perlu dikaji ulang apakah harus kita hentikan kerjasamanya. Jika kurang aktif, maka perlu kita bicarakan antar kedua belah pihak, untuk meningkatkan hasil dari dialog‐dialog yang selalu dilakukan secara reguler. Sekali lagi, yang penting adalah output dan outcome dari kerjasama. Bagaimana menghadapi kekuatan pegawai dengan pekerjaan yang begitu berat dan dengan SDM yang terbatas, dan disatu sisi anda harus mengembangkan kerjasama di minerba ini, bagaimana tanggapan anda? Sebagai seorang Kasubdit yang mengemban tugas Pengembangan Investasi dan Kerjasama, memang cukup padat tugasnya. Jumlah pegawai teknis saat ini hanya 4 orang, dan lainnya non teknis. Akan tetapi saya tetap berusaha membimbing dan membina mereka seoptimal mungkin, dan alhamdulillah sampai saat ini pekerjaan kita dapat dilakukan dengan baik, walaupun mereka harus terganggu telepon saya pada saat mereka perjalanan dinas. Satu hal yang saya tanamkan pada teman‐teman saya tercinta di subdit pengembangan investasi dan kerjasama, bahwa mereka boleh melakukan perjalanan dinas, akan tetapi mereka harus juga fokus dengan pekerjaan yang ada di kantor. Jadi terkadang mereka ke daerah atau lapangan dengan tetap membawa lap‐top dan segudang data, apabila suatu waktu dibutuhkan cepat untuk permintaan data, mereka bisa meramu dan mengirimkan data via email ke kantor. Pembangunan daerah, mana yang baik untuk dikerjasamakan? Ada hal yang krusial didalam pertambangan, yaitu pembangunan infrastruktur. Hal ini merupakan kendala yang besar bagi investor yang akan mengembangkan pertambangan maupun mendirikan pabrik‐pabrik pengolahan dan pemurnian disuatu daerah. Kita akui bahwa memang infrastruktur pertambangan masih kurang, salah satu contoh adalah infra struktur jalan angkut hasil tambang mineral maupun batubara dari tambang ke pelabuhan, seperti contohnya jalan darat maupun melalui jalur rel kereta api. Selain itu hal lainnya
14 Info Pusdiklat Minerba
SARANA DAN PRASARANA yang tak kalah penting adalah pembangunan pelabuhan untuk mineral maupun batubara. Khususnya batubara, saat ini perusahaan‐perusahaan tambang pada umumnya masih menggunakan jalur sungai dan jalan darat untuk angkutan batubara sampai ke pelabuhan, dan ini tidak baik untuk lingkungan maupun keselamatan. Tingkat kecelakaan di jalan semakin meningkat dengan adanya pengangkutan batubara yang menggunakan jalan umum, sementara pencemaran badan sungai semakin meningkat karena tumpahan batubara dari tongkang. Yang paling kecil resikonya adalah menggunakan jalan khusus angkut batubara atau bisa juga dengan jalur rel kereta api. Akan tetapi sampai saat ini untuk rel kereta api belum juga terealisasi pembangunannya sesuai rencana yang ada. Peran pemerintah Daerah dalam hal ini sangat penting, untuk terealisasinya pembangunan tersebut. Saat ini untuk pembangunan rel kereta api, sudah banyak dilakukan kerjasama dengan investor dari negara‐negara lainnya, seperti halnya kerjasama yang dilakukan dengan investor asal Rusia, JSC Russian Railways melalui Kalimantan Rail PTE Ltd dengan rencana membangun lintasan rel kereta api Balikpapan Kabupaten Kukar‐Kubar, hingga tembus Murung Raya, Kalimantan Tengah dengan nilai investasi US$ 2,4 miliar. Selanjutnya, rencana pembangunan rel kereta api Tabang‐ Lubuk Tutung sepanjang 185 kilometer yang dibangun oleh PT Gunung Bayan dengan total investasi sebesar US$ 1 milyar. Kemudian, pembangunan perkeretaapian khusus yang dilakukan oleh MEC Infra (melalui PT Trans Kutai Kencana) sepanjang 130 kilometer dari wilayah pertambangan (Muara Wahau) ke terminal khusus batubara (Bengalon) dengan total nilai investasi US$ 1 milyar. Selain pembangunan rel kereta api sebagai angkutan batu bara, juga akan dilakukan pembangunan terminal batu bara, pelabuhan dan dermaga serta airstrip yang dilakukan oleh MEC Infra (melalui PT Trans Kutai Bahari) di Kecamatan Bengalon, dengan total nilai investasi sebesar US$ 250 juta.
MEC Infra melalui anak perusahaannya di Indonesia juga berencana akan membangun suatu fasilitas pelabuhan batubara di Kecamatan Bengalon. Selain itu di lokasi yang sama akan dibangun pelabuhan dan dermaga yang memiliki kemampuan untuk menambat kapal angkut batubara sebesar 34 juta ton/tahun. Ditambah dengan pembangunan airstrip sepanjang 900 meter. Sementara itu, MEC Coal bersama dengan National Aluminium Company Limited (NALCO) India juga berencana akan membangun pabrik peleburan aluminium dengan nilai investasi US$ 2,5 milyar dan pembangunan pembangkit listrik 1.400 megawatt (US$ 1,5 miyar) di kawasan Kutai Timur. Semuanya ini masih rencana, dan semoga ini akan terealisasi dalam waktu dekat ini, sehingga permasalahan penting yang merupakan kendala bagi investasi dapat terpecahkan. Belum lagi berbagai permasalahan yang perlu dicari solusinya dengan melakukan kerjasama, baik antar daerah, maupun antar negara, secara G to G maupun B to B, seperti halnya fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral, yang saat ini masih sangat kurang di Indonesia, bila dibandingkan dengan jumlah produksi dari tambang‐ tambang yang ada saat ini. Investasi dan kerjasama seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa terpisahkan. Investasi tanpa kerjasama tidak mulus, tidak semua fasilitas pembangunan dapat kita biayai sendiri, kita butuh biaya seperti halnya pendirian smelter besar dengan padat modal, untuk itulah dibutuhkan investor yang padat modal untuk dapat bekerjasama dengan kita. Saran ibu terhadap upaya peningkatan kerjasama yang terkait dengan pengelolaan yang efisien di sektor minerba, pembangunan daerah, dan peningkatan investasi? Saran saya adalah; yang pertama, tingkatkan koordinasi dengan sektor‐sektor terkait dan juga pemerintah daerah; kedua, perluas hubungan antar negara yang berpotensi di sektor mineral dan batubara; ketiga, buat regulasi yang jelas dan tegas, serta kepatuhan terhadap pelaksanaan regulasi harus dilakukan, sehingga tidak membingungkan investor; keempat, fokus dalam upaya pemecahan masalah yang merupakan kendala bagi investasi, dan kelima, seringnya disosialisasikan segala peraturan‐peraturan yang berkaitan dengan investasi, sehingga investor betul‐betul yakin akan menanamkan modalnya di Indonesia. Banyak hal lagi yang harus kita benahi, agar investrasi di negara kita tercinta ini dapat kondusif dan meningkat.
edisi ke IV | 2013
GEDUNG BARU, SEMANGAT BARU PUSDIKLAT Mineral dan Batubara kini memiliki gedung baru. Terdiri dari tiga lantai, 45 ruangan, dengan luas bangunan mencapai 2.562 meter persegi.
D
i dalam gedung baru yang rampung dibangun pada pertengahan tahun 2012 itu, setiap bidang dan bagian memiliki lima ruangan, terdiri dari ruangan utama untuk kegiatan seluruh pegawai, ruangan Kepala Bidang atau Bagian, ruangan untuk Kepala Sub Bidang atau Bagian, dan ruang rapat. Lantai satu gedung baru terdiri dari 17 ruangan.
Sebanyak lima ruangan akan dikuasai oleh Bidang Standar dan Sarana Prasarana (BSS). Bersebelahan dengan itu, terdapat ruangan untuk kegiatan Pengadaan Barang dan Jasa. Sedangkan di hadapan ruangan BSS, terdapat koridor dan ruangan untuk bagian Rumah Tangga dan Gudang. Masih di lantai yang sama, tepat pada muka gedung yang menghadap ke arah Jalan Suryani terdapat Lobby, ruang tamu VIP, ruang arsip, serta tangga melingkar yang akan membawa ke Hall di lantai dua. Sementara itu, lantai dua terdiri dari 17 ruangan. Pada lantai ini, terdapat ruang Sekretariat Kepala Pusdiklat Mineral dan Batubara yang terhubung ke kantor Kepala Pusdiklat. Di samping ruangan Sekretariat dapat ditemukan ruangan yang diperuntukan bagian
Tata Usaha, jumlahnya sebanyak lima ruangan. Sedangkan, pada lantai tertinggi terdapat 20 ruangan. Ruangan untuk Widyaiswara memiliki 2 ruangan, terdiri dari ruang rapat dan ruangan besar untuk seluruh Widyaiswara. Bidang Program dan Kerjasama serta Bidang Penyelenggaraan dan Evaluasi Diklat masing‐masing memiliki 5 ruangan. Selebihnya ruangan mushola, janitor, toilet, ruang mekanikal elektronik, dan dapur. Pembangunan gedung baru dilandasi oleh dua tujuan pokok. Pertama, demi kenyaman kegiatan belajar, yang jauh dari kebisingan, sejuk dan bersih. Kedua, demi mendukung kesungguhan dan konsentrasi karyawan dalam bekerja. Jadi, gedung baru, semangat baru!
Pusdiklat Minerba Miliki Anjungan Informasi Multimedia Baru
P
usdiklat Minerba dengan cepat menanggapi perkembangan teknologi sistem informasi berbasis multimedia, dengan membuat sebuah anjungan informasi interaktif yang dapat memberikan kemudahan pelayanan akses data dan informasi. Anjungan ini menggunakan sebuah perangkat komputer yang dihubungkan pada sebuah layar sentuh berukuran 42 inchi dengan perangkat lunak yang user friendly. Secara definisi, Sistem Informasi Berbasis Multimedia merupakan sebuah sistem informasi di mana input dan output‐ nya dalam bentuk data multimedia (suara, gambar, video dan teks). Dalam Proses pengolahannya, data dimasukan dan kemudian disimpan dalam basis data, lalu dikeluarkan oleh alat (device) dengan berbagai variasi bentuk. Pembuatan aplikasi system informasi berbasis multimedia ini menggunakan beberapa program, diantaranya coreldraw dan adobe flash. Penggunaan dua software itu memungkinkan aplikasi alat multimedia dapat memuat dan memutar video secara otomatis dan berulang. Selain itu video aplikasi ini pun mampu menampilkan puluhan gambar secara simultan dan sesuai dengan keinginan penggunanya. Informasi yang dapat diakses melalui alat ini adalah gambaran umum keseluruhan kegiatan rutin yang telah dan akan dilakukan oleh Pusdiklat minerba, mulai dari jenis diklat, program dan jadwal diklat. Selain informasi tentang kediklatan ada juga informasi tentang pendukung diklat berupa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Pusdiklat Minerba. sebagai tambahan dimuat juga informasi umum tentang bandung yang berupa uplink ke situs yang menginformasikan semua hal yang berhubungan dengan wisata, baik wisata belanja maupun wisata kuliner.
Info Pusdiklat Minerba
15
JEJARING KERJASAMA
Pusdiklat Mineral dan Batubara Resmi Bekerjasama dengan IM4DC
Foto bersama tim Australia, IM4DC dengan tim dari Indonesia, Pusdiklat Minerba dan Pusdiklat Geologi.
P
USDIKLAT Minerba resmi menjalin kerjasama dengan International Mining for Development Centre (IM4DC). Jalinan ini ditandai dengan bubuhan tanda tangan dari kedua pimpinan lembaga yang diadakan di Perth Australia, pada 23 Oktober lalu. Dalam acara penandatanganan action plan itu, hadir Kepala Pusdiklat Minerba, Toto Ridwan dan Kepala Pudiklat Geologi, Bambang Tjahjono. Sedangkan dari pihak IM4DC diwakili direkturnya, Ian Satchwell. Dalam kerjasama ini, IM4DC bersepakat untuk menggandeng beberapa pihak dari negeri Ka n g g u r u . A nta ra l a i n : U n i ve rs i t y o f Queensland, University of Western Australia (UQA) dan AusAID. Rencananya, mereka menyiapkan program pendidikan dan pelatihan singkat meliputi bidang regulasi dan manajemen, pengembangan komunitas serta lingkungan, juga aspek keselamatan dan kurikulum bersama sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Sebenarnya, kegiatan kerjasama sudah
16 Info Pusdiklat Minerba
Diskusi yang dilakukan antara kedua belah pihak.
berlangsung sejak Desember tahun lalu. Namun baru disepakati untuk kemudian ditandatangani pada Oktober lalu. Kegiatan teknis yang disepakati kedua belah negara yakni berupa pelatihan singkat, pelatihan mendalam, dan program spesial. Pelatihan singkat bakal meliputi bahasan peledakan dan Occupational Health and Safety Leadership. Sedangkan dalam pelatihan mendalam, pihak Australia siap memberikan p e l at i h a n s o a l b a ga i m a n a s e b a i k nya melakukan Inspeksi, dan pelatihan bagi Mine Inspector Master Traine. Sementara untuk spesial program, pembahasan akan berputar soal kurikilum dan evaluasi pasca pelatihan.” Rencananya pelaksanaan action plan itu akan berlangsung selama 3 tahun,' kata Toto Ridwan. Penandatanganan draft Action Plan antara Pusdiklat Minerba diwakili oleh Kepala Pusdiklat Minerba dan International Mining for Development Center diwakili oleh Direktur IM4DC
Pusdiklat Mineral Dan Batubara Aktif Bekerjasama Dengan Perguruan Tinggi Di Indonesia
I
NFO PUSDIKLAT ‐ Pusdiklat Mineral dan Batubara terus aktif dalam menjalin kerjasama dengan berbagai pihak guna mendukung program pemerintah, dalam peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia ( S D M ), khususnya di bidang pertambangan mineral dan batubara. Upaya tersebut diwujudkan melalui kerjasama dengan berbagai institusi pendidikan, khususnya perguruan tinggi negeri maupun swasta. Mengingat perguruan tinggi merupakan salah satu tempat pembentukan SDM yang berkualitas. Dimana SDM yang berkualitas tersebut nantinya akan dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja. Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS) merupakan salah satu perguruan tinggi swasta yang ada Indonesia. Kampus ITATS yang berlokasi di Surabaya –ibu kota Provinsi Jawa Timur‐ ini didirikan 1963. Sebelumnya, ITATS bernama Akademi Teknik Surabaya, kemudian di tahun 1983 berubah menjadi Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya. ITATS memiliki berbagai program studi teknik yang fokus dibidang teknologi, salah satunya Teknik Pertambangan. Jurusan Teknik Pertambangan ITATS merupakan satu‐satunya program studi teknik pertambangan yang ada di lembaga pendidikan formal di provinsi Jawa Timur. Saat ini, sesuai amanat tentang Tri Dharma
Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian terhadap masyarakat di bidang pertambangan mineral dan batuan di Jawa Timur, ITATS tengah berupaya mengimplementasikan ilmunya. Oleh karena itu, ITATS berharap dapat memerankan diri menjadi fasilitator dalam mendukung program peningkatan sumber daya manusia bidang pertambangan mineral dan batubara, dengan bekerjasama dengan berbagai pihak yang terkait (stakeholder). Sejalan dengan hal tersebut, Pusdiklat Minerba mencoba mengakomodir kebutuhan I TATS dengan mengadakan kerjasama sebagai bentuk dukungan atas program peningkatan sumber daya manusia di bidang pertambangan mineral dan batubara. Di mana program tersebut juga menjadi agenda Pusdiklat Minerba sebagai salah satu lembaga pemerintah yang memiliki wewenang untuk mengadakan pendidikan dan pelatihan di bidang pertambangan mineral dan batubara. Langkah ini diharapkan dapat menjadi sebuah langkah awal yang positif sekaligus stimulan bagi program kerjasama yang akan diimplementasikan dengan lebih formal dikemudian hari, antara Pusdiklat Minerba dengan ITATS. Saat ini Pusdiklat Minerba telah mengirimkan tenaga ahli pertambangan (mining expert) dari Jepang (JOGMEC, JCOAL dan MMR) ke kampus ITATS untuk berbagi informasi mengenai ilmu pertambangan. Kehadiran mining expert dari negeri sakura yang juga menjadi salah satu pihak yang bekerjasama dengan Pusdiklat Minerba dalam peningkatan sumber daya manusia dan teknologi pertambangan batubara di Indonesia sejak tahun 2002, diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi program peningkatan kapasitas sumber daya manusia bidang pertambangan mineral dan batubara. Kerjasama ini nantinya juga diharapkan akan bermuara pada kemajuan pembangunan di sektor pertambangan khususnya mineral dan batubara di Indonesia. Semoga!
Menakar Kerjasama Jepang‐Indonesia
K
erjasama dalam program alih teknologi dan manajemen tambang batubara yang dilakukan dengan pihak NEDO sudah berlangsung sejak 2002 hingga 2007. Oleh karena itu, butuh satu kegiatan yang dapat mengukur serta mengevaluasi hasil dari transfer ilmu dan teknologi dari negeri sakura tersebut. Dalam rangka itu, Pusdiklat Minerba, pada 19 September 2012 lalu, telah bersepakat untuk kerjasama dengan JOGMEC, agar bisa menakar manfaat dari kerjasama yang telah dilakukan sebelumnya. Wujud nyata dari itu semua, lahirlah sebuah pelatihan yang diharapkan menjadi forum untuk memperoleh masukan guna kerjasama yang lebih lanjut. Di dalamnya, sesuai rencana akan diisi dengan sharing informasi teknologi mutakhir yang dimiliki Jepang, yang dapat memperluas pengetahuan serta keterampilan tenaga kerja Indonesia pada tambang batubara bawah tanah. Sedangkan, dalam pelaksanaannya, hasil pelatihan lanjutan ini nantinya digunakan sebagai bahan masukan dalam penyusunan program pendidikan & pelatihan yang dibutuhkan. Pelaksanaan kerjasama ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah yang tercantum dalam UU No. 4 tahun 2009. Selain itu, kegiatan ini juga mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2010, tentang pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara. Di mana pemberian nilai tambah melalui pengolahan terhadap batubara dan mineral menjadi suatu hal yang diwajibkan. Pelaksanaan workshop ini berkaitan erat dengan pentingnya penggunaan metode tambang bawah tanah, dengan pertimbangan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, produksi batubara Indonesia melebihi dari 300 juta ton dengan diringi kenaikan jumlah tambang terbuka. Pentingnya perlindungan lingkungan dan pengolahan teknologi untuk batubara peringkat rendah telah menjadi prioritas, sesuai dengan kebijakan pemerintah dan diharapkan adanya penurunan tambang terbuka untuk cadangan. Sehingga sangat penting peningkatan kapasitas sumber daya manusia untuk memperlancar transisi dari metode tambang terbuka ke metode penambangan bawah tanah di masa depan. Peserta Workshop merupakan alumni pelatihan di
Jepang yang berasal dari berbagai institusi/lembaga/perusahaan pertambangan yang ada di Indonesia. Baik yang berasal dari lembaga pemerintahan, perusahaan‐perusahaan pertambangan dan beberapa perguruan tinggi. Workshop ini dihadiri sekitar 50 orang yang terdiri atas 20 orang peserta berasal dari Jepang dan 30 orang peserta berasal dari Indonesia. Materi workshop meliputi : 1. Choice between Open Cut and Underground (Pilihan antara Tambang Terbuka dan Tambang Dalam). 2. Interim Reporting on 2013 Technical Survey (Laporan Evaluasi dan Workshop: Pengirim pelatihan dalam rangka Program Peningkatan Teknologi Keselamatan dan Penambangan Batubara). 3. Safety Management Technology Necessary for Coal Mines for Indonesia (Amandemen Undang‐ undang Keselamatan di Jepang). 4. Indonesia Coal Policy from the views of Promoting Underground Mining (Prospek Tambang Batubara Bawah Tanah di Indonesia). Sesuai dengan tujuan workshop, ada beberapa hal dari hasil diskusi yang dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Workshop ini diharapkan pihak Indonesia dan Jepang dapat bertukar informasi, pengalaman dan wawasan tentang teknologi dimaksud sehingga m e m p e r m u d a h p e l a ks a n a a n ke b i j a ka n Pemerintah. 2. Masih banyak yang harus dikaji dan dievaluasi mengenai tambang bawah tanah di Indonesia. 3. Program alih teknologi baik dalam bentuk pelatihan di dalam dan luar negeri cukup mendapatkan pengaruh yang signifikan. 4. Diharapkan adanya regulasi dalam faktor insentif bagi pelaku pengusahaan batubara. 5. Perlu diracik formula yang tepat untuk menarik para investor dalam melihat prospek tambang batubara bawah tanah di Indonesia. 6. Melalui pelaksanaan workshop ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan hasil batubara dan hubungan antar kedua negara semakin erat. Info Pusdiklat Minerba
17
JEJARING KERJASAMA
SUDUT
INDONESIA‐INDIA Siap Panen Kerjasama
Forum Evaluasi Informasi Teknologi Pertambangan Bawah Tanah
P
adang – Setelah sukses di Jakarta, Workshop Evaluation of Activities, Tra i n i n g P ro j e c t o n C o a l M i n i n g Technology and Latest Issues of Indonesian Coal Industri kembali digelar. Kali ini, yang menjadi tuan rumah adalah Padang, Sumatera Barat. Workshop yang berlangsung pada 3 Desember itu, dibuka oleh Kepala Bidang Kerjasama I n f o r m a s i , Wa w a n S u p r i a t n a . D a l a m sambutannya, ia mengharapkan masukan dari para peserta workshop untuk peningkatan kerjasama ini kedepan agar lebih berhasil guna dan berdaya guna. “ Kerja sama ini nantinya diharapkan bisa menunjang implementasi strategi kebijakan nasional pertambangan di Indonesia” katanya. Acara workshop dilakukan secara panel dan dibagi ke dalam dua sesi. Sesi pertama menampilkan pembicara Dr K Matsui, Professor dari Kyushu University. Ia mengangkat tema lingkungan dan keselamatan isu serta pengembangan tambang bawah tanah. Kemudan, pembicara kedua J Kamada, dari
18 Info Pusdiklat Minerba
JCOAL. Dalam meterinya, ia melaporkan survey teknis pada tahun 2013. Sedangkan H Karashima, professor insinyur dari asosiasi keselamatan pertambangan dan kesehatan, membahas mengenai Amandemen undang‐ undang keselamatan pertambangan di Jepang. Workshop ini semakin menarik karena dipandu moderator, Ahmad Helmi dari widyaiswara Pusat Pendidikan dan Pelatihan Mineral dan Batubara. Pada sesi kedua, dengan difasilitasi moderator, Makmun Abdullah, widyaiswara dari Pusdiklat Minerba, pembicara dari Direktorat Jenderal M i n e r a l d a n b a t u b a r a , Ta s w i n , y a n g menjelaskan tentang Kebijakan batubara nasional dan prospek tambang bawah tanah memulai giliran. Selanjutnya giliran dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sumatera Barat. Pada kesempatan itu, Beni Azhar perwakilannya tampil dengan materi Pengelolaan Usaha Pertambangan Batubara di Sumatera Barat. Dari unsur perusahaan tambang sebagai praktisi yaitu PTBA , materi
edisi ke IV | 2013
disampaikan oleh Wali Al Hasonah yang menjelaskan mengenai Pengembangan Potensi Tambang dalam di Air Laya. Sedangkan perwakilan dari PT. AICJ oleh Syafriwal, menjelaskan mengenai Tambang batubara bawah tanah di PT. AICJ. Partisipasi dari para peserta workshop sangat antusias, ini terlihat dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan di sesi Tanya jawab, kepada para narasumber. Selain itu, selama acara workshop berlangsung, terdapat acara hearing survey dari pihak Jepang kepada setiap perserta workshop. Sesuai guidance, acara ini bertujuan untuk mengevaluasi manfaat kerjasama yang telah dan sedang dilaksanakan, serta masukan untuk kerjasama lebih lanjut. Selain itu, workshop juga dimanfaatkan sebagai forum sharing informasi teknologi dan kebijakan pengusahaan batubara.
Pertemuan kedua antara India‐Indonesia dalam Joint Working Group Meeting on Coal yang digelar pada tanggal 24–25 November 2011 di New Delhi membawa angin segar bagi kondisi kerjasama kedua negara. Banyak hal positif yang bisa dipanen dari dua kali pertemuan yang sudah di selenggarakan itu. Saat itu, delegasi India dipimpin oleh Zohra C h a t t e r j i , S e k r e t a r i s Ta m b a h a n p a d a Departemen Batubara India. Sedangkan delegasi Indonesia dipimpin oleh Dr Ir .
Hadiyanto, Asisten Menteri ESDM (Bidang Organisasi dan Program Strategis). Tak lupa, Letjen (Purn) Andi M. Ghalib sebagai Duta Besar Indonesia untuk India berkenan menghadiri acara ini. Pada pertemuan itu, kedua negara saling lempar usulan positif. Dari pihak Indonesia, Hadiyanto meminta untuk diadakannya: Pe r t a m a , Pe l a t i h a n d a l a m b i d a n g K 3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dan Lingkungan, Clean Coal Technology dan pertukaran tenaga pengajar dan peserta diklat. Kedua, meminta kepada India untuk Joint study dalam eksplorasi batubara. Dan terakhir, meminta pengusaha India agar mau menginvestasikan dananya dalam pengembangan batubara di Indonesia terutama dalam pertambangan batubara bawah tanah (underground) dan nilai tambah batubara (Coal Upgrading, Coal Liquafaction, and Coal Gasification). Membalas apa yang diminta Indonesia, pihak India meminta kerjasama dalam bidang: Pertama, pendidikan dan pelatihan di India. Kedua, diadakannya penyusunan modul
bersama terkait pendidikan dan pelatihan batubara. Dan terakhir, Tukar menukar informasi terkait dengan kebijakan nasional batubara. Menanggapi pertukaran usulan kedua negara, ke t u a d e l e ga s i I n d i a Z o h ra C h a t t e r j i mengatakan, pertemuan ini sungguh sangat bermanfaat bagi kedua negara. Kedua negara, kata dia, sangat diuntungkan dari segi apapun. “Ini adalah sinyal yang baik, bukan hanya bagi insan pertambangan di dua negara melainkan bermanfaat juga bagi pemerintah,” katanya, Menjawab pernyataan itu, Ketua delegasi Indonesia, Hadiyanto, dalam sambutannya menekankan agar upaya kedua pemerintah dalam melaksanakan kerjasama ini harus terus dipelihara. “Kerja sama bilateral antara kedua negara terutama dalam bidang energi, tentunya sangat strategis,” katanya. Usulan‐usulan yang disampaikan kedua belah pihak tersebut dapat menjadi agenda pembahasan dalam pertemuan Indonesia – India Energy Forum yang rencananya akan dijadwalkan pada tahun ini, 2013.
Info Pusdiklat Minerba
19
SUDUT
edisi ke IV | 2013
Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral
Pusdiklat Minerba Ikut Pamer di IIICE Jakarta – Pusdiklat Minerba sebagai satuan kerja Badan Diklat Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, turut berpartisipasi dalam acara pameran International Infrastructure Conference and Exhibition (IIICE) 2013. Pamerannya sendiri mengambil tempat di Jakarta Convention Center (JCC), 13 – 15 November 2013. IIICE 2013 adalah forum infrastruktur terbesar antar bisnis dan pemerintah (B2G), dan antar pebisnis (B2B) untuk pembangunan infrastruktur di Indonesia. Hal ini merupakan potensi besar untuk pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan di 34 provinsi di kepulauan Indonesia. Acara IIICE 2013 kali ini dibuka secara resmi oleh Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa yang didampingi juga oleh Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto. Turut bersama mereka Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia
20 Info Pusdiklat Minerba
(KADIN), Bambang Sulistyo, Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, dan Ketua ASEAN Federation of Engineering Organization (AFEO), Bobby Gafur Umar. Tema yang diusung IIICE 2013 kali ini adalah MP3EI: Membangun Industri dan Kemitraan yang dapat menyediakan Infrastruktur Indonesia. “Dengan lebih dari 180 milyar proyek‐proyek infrastruktur untuk pembangunan prioritas seperti yang diarahkan oleh MP3EI dan USD 50 miliar sudah berlangsung, saya ingin mendorong tingkat yang lebih dalam kesiapan di masa depan untuk pembangunan infrastruktur di Indonesia oleh ekspansi dan pembangunan industri dukungan kritis yang akan memungkinkan pengiriman proyek untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur yang besar di masa depan,” kata Hatta Rajasa dalam sambutannya. Pada pameran IIICE 2013 kali ini Pusdiklat Minerba memamerkan program diklat unggulan. Informasinya disebar melalui leaflet, buku profil, dan tak lupa Majalah Info Pusdiklat Minerba pun ikut dibagikan kepada setiap pengunjung pameran. Antusias pengunjung pameran IIICE ini sangat besar sekali, terlihat di stan Kementerian ESDM yang dipenuhi oleh semua kalangan, baik itu dari perusahaan swasta, instansi, investor dari luar negeri, dan dari universitas. Banyaknya informasi yang ingin didapatkan mengenai diklat‐diklat yang diadakan, pengematan listrik, pemanfaatan batubara, sampai peta lokasi pemanfaatan energi.
Kegiatan Pelaksanaan Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Tahun 2013 di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah dilaksanakan mulai tanggal 13 September 2013.
P
endaftaran CPNS KESDM secara online dimulai tanggal 13 s.d. 27 September 2013 Jumlah keseluruhan pelamar yang masuk Badan Diklat Energi dan Sumber Daya mineral sebanyak 825 berkas. Pelamar yang lolos seleksi administrasi sebanyak 489 berkas. Pelaksanaan ujian dengan System Computer Assisted Test (CAT) telah dilaksanakan pada tanggal 21 s.d. 29 Oktober 2013 bertempat di Gedung Arsip Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Jln. Yaktapena Raya No. 1A Komplek Pertamina Ponok Ranji Tanggerang Selatan. Materi yang diujikan pada ujian saringan Calon Pegawai Negeri Sipil Kementerian Energi Energi dan Sumber Daya Mineral meliputi : 1. Tes Kompetensi dasar (TKD) dengan system Computer Assisted Test (CAT) terdiri dari : a. Te s Wawa s a n Ke b a n g s a a n ya n g meliputi : i. Pancasila;
ii. Undang‐undang Dasar 1945; iii. Bhineka Tunggal Ika; iv. N e g a r a K e s a t u a n R e p u b l i k Indonesia. b. Tes Intelegensia Umum Untuk menilai kemampuan verbal, kemampuan numeric, kemampuan berpikir logi dan kemampuan berpikir analistiss. c. Tes Karakteristik Pribadi. Untuk menilai integritas diri, semangat berprestasi, orientasi pada pelayanan, kemampuan bereadaptasi, mengendalikan diri, bekerjamandiri dan tuntas, bekerjasama dalam ke l e m p o k , m e n g ge ra k ka n d a n mengkoordinir orang lain, kemauan dan kemampuan belajar berkelanjutan, orientasi kepada orang lain serta kreativitas dan inovasi. 2. Tes Kemampuan Bidang Test Kemampuan Bidang (T K B) akan dilakukan melalui tes wawancara yang meliputi tes pengetahuan, keterampilan, sikap sesuai kompetensi jabatan. Bagi pelamar yang lulus passing grade tes TKD dengan urutan rangking 1 s.d. 3 untuk setiap formasi, akan dipanggil untuk mengikuti tes wawancara (rasio tes wawancara 1 : 3) dengan jadwal ditentukan kemudian.
Kunjungan Peserta Rapat Koordinasi Diklat Kementerian Dalam Negeri
Silaturahmi dan Bertukar Informasi Sejumlah peserta Rapat Koordinasi Program Diklat Kementerian Dalam Negeri, 8 Mei lalu melakukan kunjungan ke Pusdiklat Minerba. Tujuan kedatangan mereka adalah untuk silaturahmi dan bertukar informasi serta konsep pelaksanaan pendidikan yang ada di lingkungan kerja Pusdiklat Minerba.
P
ada kunjungan kali ini, para peserta rapat dari Kementerian Dalam Negeri diajak keliling Gedung Pusdiklat Minerba untuk melihat fasilitas kelas, dan juga Perpustakaan. Sesaat setelah tiba di Pusdiklat Minerba, para peserta Rakor ini disuguhi dengan booth kecil yang memamerkan beberapa booklet, profile company, serta majalah Info Pusdiklat Minerba yang baru terbit perdana. Peserta juga diberikan
goody bag, bagi setiap peserta yang sudah mengisi buku tamu yang sudah disediakan. Dalam kunjungan ini pimpinan rombongan Badiklat Kemendagri yang menjabati Kepala Bagian Perencanaan dan Anggaran, Heri Syarip Hidayat mengatakan ini merupakan bentuk obser vasi juga membandingkan kondisi badiklatnya dengan Pusdiklat Minerba. “Hal itu dilakukan untuk mengetahui perbaikan‐ perbaikan apa saja yang harus dilakukan di masa mendatang,” katanya. Sementara itu ,Ir Toto Ridwan MT selaku Kepala Pusat Diklat Mineral dan Batubara, dalam sambutannya mengatakan ucapan terima kasih atas kunjungan tersebut. “Semoga semua yang ada di sini bisa bermanfaat bagi kita semua,” katanya. Sebagai bentuk ikatan silaturhami itu, dilakukan p e r t u ka ra n c e n d e ra m a t a a n t a ra p i h a k Kemendagri dan Pusdiklat Minerba. Kemudian dilanjutkan acara presentasi mengenai profil Pusdiklat Minerba yang disampaikan oleh Kepala Bidang Program dan Kerjasama, Drs Wawan Supriatna MPd. Lalu diakhiri dengan diskusi dan tanya jawab antar peserta Rakor.
Info Pusdiklat Minerba
21
FORUM
GADGET
edisi ke IV | 2013
Tanya jawab mengenai informasi seputar Pusdiklat Minerba yang dikelola oleh tim redaksi Pusdiklat Minerba Suasana pembelajaran
Bagaimana cara mendapat Majalah Info yang diterbitkan oleh Pusdiklat Mineral dan Batubara secara continue? Apakah saya harus membuat permohonan secara pribadi untuk berlangganan ? Dan perlu diketahui saya sangat tertarik untuk mengikuti perkembangan informasi kediklatan Mineral dan Batubara di Indonesia yang di tulis melalui media /majalah info. Saya pernah baca Majalah Info Edisi I April 2013. Atas perhatian Tim Redaksi Majalah Info, saya ucapkan terima kasih. Annisa Yuliana, 6/52 Northumberland Street, Tusmore 5065, South Australia Kami atas nama Tim Redaksi, mengucapkan terima kasih atas perhatian dan ketertarikan anda terhadap keberadaan dan informasi yang disajikan di dalam Majalah Info. Kami sangat menghargai atas keinginan anda untuk mendapatkan Majalah Info ini secara kontinyu (triwulanan), sampai dengan edisi IV Tahun 2013, kami akan kirimkan majalah tersebut sampai dengan edisi IV Tahun 2013. Namun untuk Majalah ini belum dapat menampung keinginan pembaca untuk kebutuhan informasi Mineral dan Batubara
22 Info Pusdiklat Minerba
secara lebih ilmiah, kami masih fokus dalam menginformasikan tentang Mineral dan Batubara dari sudut kediklatan dan kerjasama, tetapi tidak menutup kemungkinan ke depan, di masa yang akan datang keinginan anda dapat kami penuhi. Terima kasih, Salam Minerba. Saya sangat tertarik dengan tampilan Majalah Info, tetapi menurut saya ukuran kertasnya kalau bisa lebih di perbesar , karena saya sangat mengharapkan tulisan‐ tulisan tentang perkembangan mineral dan batubara dapat saya dapatkan di dalam Majalah Info ini, selain berita tentang pendidikan dan pelatihannya, demikian harapan saya, terima kasih. Palembang
Pengajar saat memberikan penjelasan
Modul Aplikasi dalam bentuk CD
KESELAMATAN KERJA INTERAKTIF batubara serta informasi kediklatannya akan kami tingkatkan. Kami sangat mengapresiasi keinginan anda, terima kasih , Semangat Minerba.
Terima kasih atas perhatian anda terhadap ukuran kertas dan keinginan isi tulisan di majalah info tentang perkembangan Kirimkan pertanyaan anda seputar industri mineral dan batubara yang Pusdiklat Mineral dan Batubara ke alamat redaksi : disajikan secara lebih ilmiah. Keinginan Pusdiklat Mineral dan Batubara anda sudah sejalan dengan keinginan Jl. Jendral Sudirman No 623Bandung, Indonesia atau kami mudah‐mudahan kedepan email : info@pusdiklat‐minerba.esdm.go.id tampilan dan isi tulisan tentang pengetahuan mineral dan
Keselamatan kerja pada Industri Pertambangan merupakan suatu hal yang sangat penting mengingat potensi bahaya yang ada. Peraturan perundang‐ undangan mewajibkan perusahaan serta semua pihak terkait termasuk di industri pertambangan pertambangan untuk melindungi keselamatan para pekerja agar tidak terpapar oleh risiko bahaya yang ada.
P
eraturan juga memuat persyaratan ketat yang memastikan bahwa pekerja memiliki cukup keterampilan dan terlatih dalam melakukan pekerjaannya. Termasuk terhadap sistem keselamatan
kerjanya. Oleh karena itu penting untuk merancang suatu program pendiklatan dan pelatihan yang tepat untuk meminimalisir kemungkinan kecelakaan kerja yang akan timbul. P ro g ra m p e l at i h a n ke s e l a m ata n ke r j a pertambangan yang dikemas secara menarik akan sangat membantu memberikan p e m a h a m a n d a n kete ra m p i l a n s e ca ra menyenangkan kepada para peserta diklat tanpa merasakannya sebagai beban. Untuk tujuan itulah Pusdiklat Mineral dan Batubara mencoba untuk mendesain diklat keselamatan kerja pertambangan dengan menggunakan perangkat lunak program keselamatan kerja yang dapat ditampilkan secara visual dan interaktif melalui sebuah video projector system dan sebuah komputer di ruangan kelas. Melalui inovasi ini, materi pembelajaran dapat disampaikan secara efektif melalui teknologi audio visual modern dengan pendekatan pembelajaran interaktif memanfaatkan touch board (screen) dengan memberikan aspek‐ aspek pembelajaran kunci di dalamnya. Program K‐3 tersebut adalah “A Workplace
Safety Program dan Underground Coal mine Safety Training” yang masing‐masing terdiri dari 25 modul dan 10 modul yang didesain secara informatif dengan gambar, animasi, dan narasi dengan dilengkapi evaluasi di setiap pembelajarannya. Konsentrasi, fokus, partisipasi, dan kerjasama dari peserta diklat akan meningkatkan kemampuannya karena situasi pembelajaran yang memang dirancang secara menarik. Program mine safety training keluaran List Premier Pty Ltd ini dikembangkan oleh perusahaan kelas dunia di bidang pendiklatan dan pelatihan interaktif serta menggambarkan kondisi riil di dunia pertambangan sehingga peserta diklat akan memperoleh pemahaman yang lebih baik terkait materi pembelajaran K‐ 3 jika dibandingkan dengan metode pembelajaran yang selama ini diterapkan. Program ini sudah digunakan dibeberapa Negara, sebagai contoh China yang setelah menerapkan sistem pembelajaran ini telah berhasil menurunkan angka kecelakaan tambang secara siknifikan.
Info Pusdiklat Minerba
23
GALERI
DAFTAR RENCANA DIKLAT BERDASAKAN KORIDOR EKONOMI TAHUN 2014 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINERAL DAN BATUTABARA 13th ASEAN Senior Official Meeting on Minerals
Inspektur Tambang di Banjarmasin
Kerjasama dengan IM
4D C
NO
JUDUL DIKLAT
A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
KORIDOR JAWA Diklat Terstruktur Fungsional Inspektur Tambang Pertama Angkatan I Diklat Terstruktur Fungsional Inspektur Tambang Pertama Angkatan II Diklat Terstruktur Fungsional Inspektur Tambang Pertama Angkatan III Diklat Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral Diklat Evaluasi Studi Kelayakan Usaha Pertambangan Angkatan I Diklat Terstruktur Fungsional Inspektur Tambang Pertama Angkatan IV Diklat Terstruktur Fungsional Inspektur Tambang Pertama Angkatan V Diklat Teknis Audit PNBP Sub Sektor Mineral dan Batubara Diklat Kepemimpinan Tk III Diklat Teknis Penyusunan Anggaran Sektor ESDM Diklat Teknik Penyusunan Peraturan Perundang‐undangan Diklat Pengelolaan PNBP Sektor ESDM Diklat Pemenuhan dan Uji Kompetensi Bagi Pengawas Operasional Pertama pada Pertambangan Angkatan I Diklat Pemenuhan dan Uji Kompetensi Bagi Pengawas Operasional Pertama pada Pertambangan Angkatan II Diklat Pemenuhan dan Uji Kompetensi Bagi Pengawas Operasional Madya pada Pertambangan Angkatan I Diklat Pemenuhan dan Uji Kompetensi Bagi Pengawas Operasional Madya pada Pertambangan Angkatan II Diklat Pemenuhan dan Uji Kompetensi Bagi Pengawas Operasional Utama pada Pertambangan Angkatan I Diklat Resolusi Konflik di Kawasan Pertambangan Diklat Pengelolaan K3 Kontraktor pada Perusahaan Pertambangan Diklat Pengembangan Masyarakat di Wilayah Pertambangan (Community Development) Diklat Pengenalan Teknik Pertambangan Bagi Aparat Non Teknis Diklat Manajemen Lingkungan Pertambangan Diklat Juru Ledak untuk Kegiatan Penambangan Bahan Galian (Juru Ledak Kelas II) Angkatan I Diklat Perencanaan dan Desain Tambang Diklat Sertifikasi Juru Ukur Tambang Angkatan I
14 15 16 17 Pameran IIICE 2013
18 19 20 21 22 23 24 25
Kuliah Umum di Politeknik Akamigas Palembang
24 Info Pusdiklat Minerba
PESERTA TEMPAT PELAKSANAAN JUMLAH PERUNTUKAN
JADWAL
Bandung Bandung Bandung Bandung Bandung Bandung Bandung Bandung Bandung Bandung Bandung Bandung Bandung
25 25 25 15 15 25 25 20 20 20 15 20 40
KESDM, PEMDA KESDM, PEMDA KESDM, PEMDA KESDM, PEMDA KESDM, PEMDA KESDM, PEMDA KESDM, PEMDA KESDM, PEMDA KESDM, PEMDA KESDM, PEMDA KESDM, PEMDA KESDM, PEMDA INDUSTRI
Bandung
40
INDUSTRI
3 ‐ 8 Februari 2014
Bandung
40
INDUSTRI
17 ‐ 22 Maret 2014
Bandung
40
INDUSTRI
17 ‐ 22 Maret 2014
Bandung
20
INDUSTRI
10 ‐ 15 Maret 2014
Bandung Bandung Bandung
15 15 15
INDUSTRI INDUSTRI INDUSTRI
12 ‐ 14 Maret 2014 19 ‐ 21 Februari 2014 17 ‐ 21 Maret 2014
Bandung Bandung Bandung
15 15 40
INDUSTRI INDUSTRI INDUSTRI
24 ‐ 28 Maret 2014 24 Februari ‐ 1 Maret 2014 27 Februari ‐ 1 Maret 2014
Bandung Bandung
15 20
INDUSTRI INDUSTRI
10 ‐ 21 Februari 2014 10 ‐ 21 Februari 2014
11 Februari ‐ 19 April 2014 11 Februari ‐ 19 April 2014 17 Maret ‐ 23 Mei 2014 3 ‐ 8 Maret 2014 10 ‐ 15 Maret 2014 17 Maret ‐ 23 Mei 2014 17 Maret ‐ 23 Mei 2014 3 ‐ 7 Maret 2014 17 Februari ‐ 9 April 2014 24 ‐ 28 Maret 2014 24 ‐ 28 Maret 2014 24 ‐ 28 Maret 2014 3 ‐ 8 Februari 2014