FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM IAIN SALATIGA
Disusun Oleh: Wahyu Krisnawati 213-10-047
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH S-1 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016
i
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN Hidup dengan melakukan kesalahan akan tampak lebih terhormat dari pada selalu benar karena tidak melakukan apa-apa. (George Bernard Shaw) Keberhasilan, Kebahagiaan dan Kelimpahan adalah Mudah dan Pantas Didapatkan oleh Setiap Orang. (Robert Collien)
Skripsi ini aku persembahkan untuk: Kedua orang tuaku “Pak Warmuji dan Ibu Indayah” Kakak Istikomah dan adikku Arif Setyawan Sukma Arif Ibrahim Serta Orang-orang yang selalu mendukungku
v
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr.Wb Alhamdulillahi robbil „alamin. Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan kasih sayang-Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa kita nantikan syafaatnya kelak di Yaumul Akhir. Rasa syukur yang teramat dalam penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan inayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kewirausahaan Mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga”. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa tidak sematamata karena usaha penulis sendiri melainkan karena penulis telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2.
Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga.
3.
Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si, selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah S1 IAIN Salatiga.
vi
4.
Bapak Mochlasin M,Ag selaku dosen pembimbing atas semua waktu, arahan, bimbingan, petunjuk, saran serta kesabaran dalam proses penulisan skripsi ini.
5.
Bapak Alfred L., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik.
6.
Staf pengajar Jurusan Perbankan Syariah S1, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan selama ini.
7.
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam S1 angkatan 2012 yang bersedia mengisi kuesionerku.
8.
Kedua orang tuaku tercinta terimakasih atas doa, kasih sayang, semangat, ilmu, bekal hidup, motivasi, arahan, serta semua hal yang menjadikan aku seseorang yang kuat. Semoga skripsi ini bisa menjadi salah satu kado atas semua harapan kalian. Thanks and love you.
9.
Kakak dan adikku, terimakasih atas doa, semangat dan perhatiannya.
10. Keluarga besarku yang selalu memberikan dukungan dalam semua hal. 11. Sukma Arif Ibrahim terimakasih atas doa, kasih sayang, semangat, perhatiannya dan kesabarannya. 12. Ibu Yuli sekeluarga, yang bersedia menampungku selama kurang lebih 4 tahun dikostnya. 13. Keluarga besar kost “Biru” yang selalu memberikan motivasi dan dukungan. 14. Ainy, Winda, Alfi, Dwi, Dini, Lukman dan semua mahasiswa Perbankan Syariah S-1 2010 serta semua sahabat/i yang tidak dapat disebutkan, terima kasih telah menjadi bagian dari hidupku. Sukses selalu untuk kita.
vii
15. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis hanya bisa berharap dan berdoa semoga seluruh pihak yang telah membantu penulis, mendapatkan balasan yang baik dari Allah SWT. Amiin. Akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari seluruh pihak demi perbaikan skripsi ini. Wassalumu‟alaikum Wr.Wb
Salatiga, 2 Maret 2016 Penulis
Wahyu Krisnawati NIM 213 10 047
viii
ABSTRAK
Krisnawati. Wahyu. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kewirausahaan Mahasiswa Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam IAIN Salatiga. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga: Mochlasin, M.Ag. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga. Penelitian ini menggunakan variabel independen pendidikan kewirausahaan, lingkungan dan kepribadian, sedangkan variabel dependennya perilaku kewirausahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah S-1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga angkatan 2012. Jumlah mahasiswanya adalah 103. Pengambilan sampel dengan menggunakan random sampling. Teknik yang digunakan adalah analisis uji reliabilitas, uji validitas, uji asumsi klasik dan uji statistik. Pengujian hipotesis menggunakan uji t, uji F dan R2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pendidikan Kewirausahaan, Lingkungan dan Kepribadian secara bersama-sama (simultan) mempengaruhi Perilaku Kewirausahaan. Akan tetapi jika secara individu Pendidikan Kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Perilaku Kewirausahaan, Lingkungan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Perilaku Kewirausahaan, Kepribadian berpengaruh positif dan signifikan terhadap Perilaku Kewirausahaan. Kata kunci: Pendidikan Keewirausahaan, Lingkungan, Kepribadian dan Perilaku Kewirausahaan.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii PENGESAHAN ............................................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi ABSTRAK ....................................................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Rumusan Masalah..................................................................... 8 C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 8 D. Manfaat Penelitian .................................................................... 9
x
E. Sistematika Penulisan ............................................................... 9 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka ......................................................................... 11 B. Landasan Teori ......................................................................... 16 1.
Pendidikan Kewirausahaan .............................................. 16
2.
Lingkungan ....................................................................... 22
3.
Kepribadian ...................................................................... 28
4.
Perilaku Kewirausahaan ................................................... 39
C. Kerangka Pemikiran ................................................................ 54 D. Hipotesis .................................................................................. 54 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ......................................................................... 56 B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 56 C. Populasi dan Sempel ................................................................. 56 D. Jenis dan Sumber Data ............................................................. 58 E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 58 F. Definisi Operasional ................................................................. 59 G. Teknik Analisis Data ................................................................ 60 H. Alat Analisis ............................................................................. 64 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum ..................................................................... 65
xi
B. Hasil Penelitian ......................................................................... 66 1. Uji Instrumen Penelitian ...................................................... 66 2. Uji Statistik…... ................................................................... 68 3. Uji Asumsi Klasik................................................................ 71 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. 75 B. Saran ........................................................................................ 76
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 78 LAMPIRAN .............................................................................................................. 83
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu ................................................................ 14
Tabel 2.2
Nilai Pokok dan Deskripsi Pedidikan Kewirausahaan ............. 19
Tabel 3.1
Definisi Operasional................................................................. 59
Tabel 4.1
Uji Reliabilitas ......................................................................... 66
Tabel 4.2
Uji Validitas ............................................................................. 67
Tabel 4.3
Uji ttest ....................................................................................... 68
Tabel 4.4
Uji Ftest ...................................................................................... 70
Tabel 4.5
Uji R2........................................................................................ 71
Tabel 4.6
Uji Multicollinearity................................................................. 72
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran ................................................................. 54
Gambar 4.7
Uji Heteroscedasticity .............................................................. 73
Gambar 4.8
Uji Normality ........................................................................... 74
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Kuesioner Penelitiann ...................................................................... 84 Lampiran Uji Reliabilitas ................................................................................. 90 Lampiran Uji Validitas ..................................................................................... 91 Lampiran Uji Statistik ...................................................................................... 96 Lampiran Uji Asumsi Klasik ........................................................................... 97
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Setiap lulusan Perguruan Tinggi sudah tentu mempunyai harapan dapat mengamalkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang telah didapat selama studi sebagai salah satu pilihan untuk berprofesi. Secara realitas ada tiga pilihan yang kemungkinan akan dialami lulusan Perguruan Tinggi setelah menyelesaikan
studinya.
Pertama,
menjadi
pegawai
atau
karyawan
perusahaan swasta, Badan Usaha Milik Negara atau Pegawai Negeri Sipil (PNS). Kedua, kemungkinan menjadi pengangguran intelektual karena sulit atau sengitnya persaingan atau semakin berkurangnya lapangan kerja yang sesuai dengan latar belakang studinya karena banyaknya perusahaan yang bangkrut akibat krisis moneter seperti yang pernah melanda Negara Indonesia. Ketiga, membuka usaha sendiri (berwirausaha) di bidang usaha yang sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang didapat selama studi di Perguruan Tinggi Indarti dan Rostiani dalam Paulina (2008: 3-4). Umumnya mereka lebih dipersiapkan menjadi pencari kerja ketimbang pencipta lapangan kerja. Menurut data Dirjen Pemuda dan Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional dari 75,3 juta pemuda Indonesia, 6,6 persen yang lulus sarjana. Dari jumlah tersebut 82% nya bekerja pada instansi pemerintah maupun swasta, sementara hanya 18% yang berusaha sendiri atau menjadi wirausahawan. Hal tersebut menunjukkan
1
2
masih rendahnya para lulusan perguruan tinggi tak berani mengambil pekerjaan beresiko seperti berwirausaha. Perguruan tinggi juga merupakan sebuah lembaga pendidikan yang turut bertanggung jawab untuk mencetak lulusan yang dapat langsung bekerja. Konsep bekerja di sini adalah bekerja dengan orang lain dan bekerja untuk dirinya sendiri menjadi entrepreneur/wirausaha. Hal ini didasarkan pada kenyataan yang ada bahwa wirausaha yang muncul sekarang ini dikarenakan terpaksa (tidak mendapatkan pekerjaan yang diinginkan), sehingga tantangan yang ada bagi universitas yang ada di Indonesia adalah bagaimana menumbuhkan jiwa kewirausahaan berdasarkan perencanaan, bukan berdasarkan kebetulan. Salah satu langkah yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan cara menumbuh kembangkan jiwa kewirausahaan mahasiswa di perguruan tinggi. Beberapa langkah yang diambil oleh perguruan tinggi berupa kuliah kewirausahaan dan kegiatan di luar kuliah seperti seminar/workshop kewirausahaan, praktik kewirausahaan mahasiswa, serta mengembangkan lembaga seperti pusat studi. Lembaga ini dipergunakan untuk mengembangkan kewirausahaan di perguruan tinggi. Dengan demikian perguruan tinggi diharapkan mampu untuk memotivasi mahasiswa untuk merubah cara berfikir/budaya dari paradigma pencari kerja menuju pencipta kerja. Pada zaman dulu kewirausahaan merupakan urusan pengalaman langsung di lapangan. Padahal kewirausahaan itu bukan hanya merupakan
3
bakat bawaan sejak lahir, namun kewirausahaan dapat dipelajari dan diajarkan kepada siapapun. Dipelajari melalui proses pendidikan dan latihan yang diajarkan melalui proses pendidikan formal atau informal. Menurut Suryana (2009: 2) bahwa “Entrepreneurship are not only born but also made” artinya kewirausahaan tidak hanya bakat bawaan sejak lahir atau urusan pengalaman lapangan, tetapi juga dapat dipelajari dan diajarkan. Seseorang
yang
memiliki
bakat
kewirausahaan
dapat
mengembangkan bakatnya melalui pendidikan. Mereka yang menjadi wirausaha adalah orang-orang yang mengenal potensi dan belajar mengembangkan potensinya untuk menangkap peluang serta mengorganisir usahanya dalam mewujudkan cita-citanya. Oleh karena itu, untuk menjadi wirausaha yang sukses, memiliki bakat saja tidak cukup, tetapi juga harus memiliki pengetahuan segala aspek usaha yang akan ditekuninya dalam proses pendidikan kewirausahaan. Pengaruh
pendidikan
kewirausahaan
selama
ini
telah
dipertimbangkan sebagai salah satu faktor penting untuk menumbuhkan dan mengembangkan hasrat, jiwa dan perilaku berwirausaha di kalangan generasi muda Kourilsky dan Walstad dalam Achadiyah dan Irafami (2013: 163). Terkait dengan pengaruh pendidikan kewirausahaan tersebut, diperlukan adanya pemahaman tentang bagaimana mengembangkan dan mendorong lahirnya wirausaha-wirausaha muda yang potensial sementara mereka berada di bangku sekolah. Beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa keinginan berwirausaha para mahasiswa merupakan sumber bagi lahirnya
4
wirausaha-wirausaha masa depan Gorman et al dalam Achadiyah dan Irafami (2013: 163); Kourilsky dan Walstad dalam Achadiyah dan Irafami (2013: 163). Sikap, perilaku, dan pengetahuan mereka tentang kewirausahaan akan membentuk kecenderungan mereka untuk membuka usaha-usaha baru di masa mendatang. Kewirausahaan merupakan sebuah ide yang telah menyebar luas terutama di kalangan kaum muda. Mahasiswa sebagai bagian dari kaum muda, yang memiliki tempat khusus dalam pengembangan wirausaha. Sebagian besar ajang kompetisi wirausaha muda diperuntukkan dan dimenangkan oleh mahasiswa atau mantan mahasiswa. Posisi strategis mahasiswa dalam kewirausahaan dapat terlihat dalam sifatnya sebagai pekerja keras, penuh semangat, mampu bekerja, cerdas serta berpengetahuan luas. Modal inilah yang diharapkan mampu menggerakkan wirausaha menjadi gaya hidup mahasiswa, tidak hanya sebagai tren musiman saja. Faktor ekstrinsik merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi individu karena pengaruh rangsangan dari luar. Faktor-faktor ekstrinsik yang mempengaruhi perilaku berwirausaha antara lain: lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan kampus, lingkungan teknologi, dan peluang. Lingkungan keluarga adalah kelompok masyarakat terkecil yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga yang lain (Paulina, 2011: 8). Keluarga merupakan dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, disinilah
yang
memberikan
pengaruh
awal
terhadap
terbentuknya
kepribadian. Rasa tanggung jawab dan kreativitas dapat ditumbuhkan sedini
5
mungkin sejak anak mulai berinteraksi dengan orang dewasa. Orangtua adalah pihak yang bertanggung jawab penuh dalam proses ini. Anak harus diajarkan untuk memotivasi diri untuk bekerja keras, diberi kesempatan untuk bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan. Salah satu unsur kepribadian adalah minat. Minat berwirausaha akan terbentuk apabila keluarga memberikan pengaruh positif terhadap minat tersebut, karena sikap dan aktifitas sesama anggota keluarga saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung. Seharusnya orang tua yang berwirausaha dalam bidang tertentu dapat menimbulkan minat anaknya untuk berwirausaha dalam yang sama pula. Kewirausahaan yang tumbuh dalam suatu keluarga atau kelompok masyarakat merupakan suatu aset yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia karena akan sangat membantu perekonomian Indonesia yang masih belum stabil. Masyarakat masih banyak yang berpendapat bahwa untuk memulai usaha dibutuhkan modal yang tidak sedikit, kebutuhan akan modal yang banyak ditepis oleh para wirausahawan. Para wirausahawan yang telah berhasil menyatakan bahwa berwirausaha tidak selalu harus dimulai dengan modal yang besar. Bisa dimulai dengan usaha kecil maupun menengah yang ternyata juga mampu memberi sumbangan yang besar pada perekonomian Indonesia. Akar permasalahan dari tingginya angka pengangguran ditingkat pendidikan tinggi ini antara lain adalah paradigma berfikir lulusan yang masih berorientasi pada pencari kerja. Mayoritas lulusan perguruan tinggi
6
lebih memilih bekerja sebagai buruh/karyawan/pekerja yang dibayar oleh suatu instansi tertentu dibandingkan bekerja mandiri dan mempekerjakan orang lain/wirausaha. Akar permasalahan yang lain adalah kompetensi lulusan yang tidak sesuai dengan permintaan industri. Banyak dari perusahaan lebih mengutamakan kemampuan soft skill daripada Indeks Prestasi yang tinggi. Pengusaha membutuhkan tenaga kerja yang inovatif, kreatif, memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat, komunikatif, dan lain sebagainya. Arah dan tujuan pembinaan kemahasiswaan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga diarahkan untuk menumbuhkan tanggung jawab mahasiswa yang secara esensial adalah mengembangkan kepribadian yang sehat dan tangguh, taqwa, berkemampuan berpikir analitis dan sintetis, berilmu tinggi, berketerampilan moral Pancasila dan berbudi luhur secara prinsip Islami (Andini: 5). Mahasiswa bukan semata-mata pemburu ijazah, tetapi seharusnya sebagai penghasil gagasan yang akan disajikan. Pada penelitian ini, peneliti akan memberikan data pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, di dalam data kali ini dijabarkan tentang gambaran umum jumlah mahasiswa yang terdaftar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Jurusan Perbankan Syariah S-1 IAIN Salatiga angkatan 2012, di dalam data tersebut akan tampak secara jelas bagaimana perilaku kewirausahaan mahasiswa yang ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di IAIN Salatiga sendiri sudah menerapkan pendidikan kewirausahaan. Pendidikan kewirausahaan sudah
7
masuk dalam kurikulum yang mewajibkan mahasiswa Perbankan Syariah menempuh pendidikan kewirausahaan. Pendidikan Kewirausahaan ini dibagi menjadi dua mata kuliah, yaitu mata kuliah kewirausahaan yang ditempuh pada semester enam dan KKU (kuliah kerja usaha) yang ditempuh pada semester tujuh. Mata kuliah tersebut diterapkan berupa teori dan praktik berwirausaha. Pendidikan kewirausahaan yang berupa teori diberikan didalam kelas untuk bekal sebelum mahasiswa terjun menjadi wirausaha, sedangkan yang berupa praktek melalui kegiatan membuat usaha-usaha kecil yang dikelola oleh mahasiswa sesuai dengan kelompok atau individu. Berdasarkan uraian di atas maka ada hal yang penting diperhatikan adalah sumber daya manusianya itu. Sumber daya manusia yang dimaksud adalah mahasiswa, hal ini dikarenakan mahasiswa itu sendiri yang menjadi pelaku dari wirausaha sehingga menjadi ujung tombak dari kegiatan pengembangan kewirausahaan. Oleh karena itu penting sekali bagaimana menumbuhkan intensi wirausaha bagi mahasiswa. Intensi merupakan indikasi seberapa keras seseorang berusaha atau seberapa banyak usaha yang dilakukan untuk menampilkan suatu perilaku. Semakin keras intensi seseorang untuk terlibat dalam suatu perilaku, semakin besar kecenderungan ia untuk benar-benar melakukan perilaku tersebut.
8
Berdasarkan penelitian-penelitian diatas tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk dilakukannya suatu penelitian dengan judul: “FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
PERILAKU
KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM IAIN SALATIGA.” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Apakah pendidikan kewirausahaan berpengaruh terhadap perilaku kewirausahaan? b. Apakah lingkungan berpengaruh terhadap perilaku kewirausahaan? c. Apakah kepribadian berpengaruh terhadap perilaku kewirausahaan ? d. Manakah
variabel
yang
paling
berpengaruh
terhadap
perilaku
kewirausahaan? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan rumusann masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap perilaku kewirausahaan. 2. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap perilaku kewirausahaan. 3. Untuk mengetahui pengaruh kepribadian terhadap perilaku kewirausahaan.
9
4. Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap perilaku kewirausahaan. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan referensi bagi peneliti selanjutnya. Selain itu diharapkan menjadi salah satu penyumbang ilmu pengetahuan dalam bidang kewirausahaan, yang bisa bermanfaat dalam dunia akademis. 2. Manfaat Praktisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi evaluasi dan masukan bagi IAIN Salatiga, terhadap berlangsungnya program wirausaha yang ada. Selain itu dapat dijadikan sebagai bahan referensi perpustakaan, serta dijadikan bahan perbandingan penelitian bagi para peneliti yang memiliki obyek penelitian yang sama, selain itu juga dapat menjadi acuan bagi mahasiswa semester bawah sehingga lebih semangat dalam belajar. E. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai isi skripsi ini, pembahasan dilakukan secara komprehensif dan sistematik meliputi:
10
BAB I
PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II
KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini akan di uraikan mengenai penelitian terdahulu,
landasan teori
yang mendasari penelitian ini, kerangka pemikiran dan
hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai jenis penelitian, definisi operasional, populasi dan penentuan sampel, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan menguraikan mengenai deskripsi obyek penelitian, analisis data, serta intepretasi hasil. BAB V
PENUTUP Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan yang
merupakan penyajian singkat dari keseluruhan hasil penelitian yang diperoleh dalam pembahasan juga mengenai saran yang diberikan kepada peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti hal yang sama.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka Terdapat penelitian terdahulu terkait dengan topik ini diantaranya: Andwiani Sinarasri, Ayu Noviani Hanum (2012) Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Terhadap Motivasi Kewirausahaan Mahasiswa. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa latar belakang pendidikan memiliki nilai siknifikansi t sebesar 0,099 > 0,05. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 tidak dapat diterima. Hasil analisis tersebut mengindikasikan bahwa latar belakang pendidikan tidak memiliki pengaruh terhadap motivasi kewirausahaan mahasiswa. Retno Budi Lestari dan Trisnadi Wijaya (2012) Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa di STIE MDP, STMIK MDP, dan STIE MUSI Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewirausahaan berpengaruh secara signifikan terhadap minat berwirausaha terlihat dari nilai F hitung = 33,168 > nilai F tabel = 2,650 dan nilai Sig. sebesar 0,000 yang masih di bawah α = 0,05. Minat berwirausaha mahasiswa juga diperkuat oleh faktor demografis seperti gender, pengalaman kerja, dan pekerjaan orang tua. Nopalia, Wirmie Eka Putra, Dewi Fitriani (2012) meneliti tentang Pengaruh Penggunaan Informasi Akuntansi Manajemen dan Kepribadian Wirausaha Terhadap Kinerja Manajerial hasil penelitian ini adalah Penggunaan informasi akuntansi manajemen yang difokuskan pada frekuensi
11
12
penerbitan laporan rutin, frekuensi penerbitan laporan tidak rutin dan kualitas informasi akuntansi manajemen serta kepribadian wirausaha secara simultan berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada dealer sepeda motor di Kota Jambi. Besarnya pengaruh sebesar 63% sedangkan sisanya 37% dipengaruhi faktor lain diluar variabel yang diteliti, seperti variabel pengetahuan akuntansi dan partisipasi anggota. Secara parsial, terdapat pengaruh antara frekuensi penerbitan laporan rutin, kualitas informasi akuntansi manajemen serta kepribadian wirausaha terhadap kinerja manajerial. Sedangkan, untuk variabel frekuensi penebitan laporan tidak rutin tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Dian
Mega
Maharani
(2012)
meneliti
tentang
Perilaku
Kewirausahaan Pedagang Etnis Cina dan Pedagang Etnis Jawa di Pasar Yaik Permai Semarang. Hasil penelitian terhadap 40 responden pedagang etnis Cina
dan
40
pedagang
etnis
Jawa
menunjukkan
secara
klasikal
prosentasepedagang etnis Cina sebesar 75,50% tergolong dalam kriteria tinggi. Sedangkan pedagang etnis Jawa sebesar 70,23% tergolong dalam kriteria sedang. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai sig untuk tiap-tiap test >1% dengan demikian dapat dikatakan data berdistribusi normal. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai sig = 0.000 dengan t-hitung = 3.798. Karena nilai sig <1%, maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara Perilaku Kewirausahaan pada Pedagang Etnis Cina dan Pedagang Etnis Jawa.
13
Dewi Masitah dan M. Edwar (2013) meneliti tentang Pengaruh Peran Keluarga dan Praktik Kewirausahaan Dalam Membentuk Sikap Kewirausahaan Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Angkatan Tahun 2009-2010 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya. Hasil penelitian ini adalah Dari hasil penelitian diketahui bahwa Peran Keluarga dan Praktik Kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap sikap kewirausahaan mahasiswa dengan nilai Rsquare = 0,248. Yang artinya bahwa besarnya pengaruh sebesar 24,8%. Hanum Risfi Mahanani (2014) meneliti tentang Analisis Pengaruh Faktor Internal Dan Faktor Lingkungan Eksternal Terhadap Minat Berwirausaha (Studi pada siswa SMA Negeri 1 Semarang). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel lingkungan sosial dan keluarga serta variabel lingkungan teknologi masing-masing berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha. Sedangkan untuk variabel baik itu percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, keberanian mengambil risiko, kepemimpinan, berorientasi pada masa depan, inovasi dan kreatifitas, serta lingkungan sekolah tidak ada pengaruh signifikan terhadap minat berwirausaha. Dapat disimpulkan bahwa hanya dua variabel independen saja yaitu lingkungan sosial dan keluarga dan lingkungan teknologi yang berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha pada siswa SMA Negeri 1 Semarang.
14
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No.
Penulis
Variabel
Judul
Independent 1.
belakang
Hasil Dependent
Andwiani
Pengaruh Latar
Latar
Motivasi
Latar
belakang
Sinarasri,
Belakang
pendidikan
kewirausahaan
individu
Ayu
Pendidikan
mahasiswa
berpengaruh positif
Noviani
Terhadap
terhadap
Hanum
Motivasi
kewirausahaan
Kewirausahaan
mahasiswa
motivasi
Mahasiswa 2.
Retno Budi
Pengaruh
Pendidikan
Minat
Pendidikan
Lestari dan
Pendidikan
kewirausahaan
berwirausaha
kewirausahaan
Trisnadi
Kewirausahaan
mahasiswa
berpengaruh positif
Wijaya
Terhadap Minat
terhadap
Berwirausaha
berwirausaha
Mahasiswa
di
STIE
MDP,
STMIK
MDP,
minat
mahasiswa
dan STIE MUSI 3.
Dian Mega
Perilaku
Perilaku
Maharani
Kewirausahaan
kewirausahaan
Pedagang Etnis Cina
1. Pedagang Etnis Cina 2. Pedagang
yang
signifikan
antara
Perilaku
dan
Etnis
Kewirausahaan
Pedagang Etnis
Jawa.
pada
Pedagang
Jawa di Pasar
Etnis
Yaik
Pedagang
Permai
Semarang 4.
Terdapat perbedaan
Cina
dan Etnis
Jawa.
Nopalia,
Pengaruh
Wirmie
Penggunaan
informasi
Eka Putra,
Informasi
akuntansi
akuntansi
Dewi
Akuntansi
manajemen
manajemen
Fitriani
Manajemen dan 2. Kepribadian
berpengaruh
Kepribadian
positif terhadap
Wirausaha
1. Penggunaan
wirausaha
Kinerja manajerial
1.
Penggunaan informasi
kinerja
15
Terhadap
manajerial
Kinerja
2.
Kepribadian wirausaha
Manajerial
berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial 5.
Dewi
Pengaruh Peran
1. Peran keluarga
Sikap
Masitah
Keluarga
2. Praktik
kewirausahaan
dan
M.
Edwar
dan
Praktik
1.
Peran keluarga berpengaruh
kewirausahaan
positif terhadap
Kewirausahaan
sikap
Dalam
kewirausahaan
Membentuk
2.
Praktik
Sikap
kewirausahaan
Kewirausahaan
berpengaruh
Mahasiswa
positif terhadap sikap kewirausahaan
6.
Hanum
Analisis
Risfi Mahanani
1.
Faktor internal
Minat
Pengaruh Faktor
lingkungan
berwirausaha
Internal
Faktor ekternal
berpengaruh
lingkungan
positif terhadap
Dan 2.
Faktor
1.
Faktor internal lingkungan
Lingkungan
minat
Eksternal
wirausaha
Terhadap Minat Berwirausaha
2.
Faktor eksternal lingkungan berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah peneliti ingin melakukan penelitian ini karena peneliti merasa bahwa belum pernah ada peneliti yang melakukan penelitian semacam ini
16
dikampusnya. Selain itu objek penelitian dan variabel perilaku kewirausahaan atau variabel terikatnya yang menjadi pembeda dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh
menggunakan
para variabel
peneliti
sebelumnya.
pendidikan
Untuk
kewirausahaan,
penelitian
yang
lingkungan
dan
kepribadian untuk mempengaruhi variabel perilaku kewirausahaan atau untuk mempengaruhi variabel terikatnya. B. Landasan Teori 1. Pendidikan Kewirausahaan a. Pengertian Pendidikan Kewirausahaan Pendidikan kewirausahaan pada dasarnya diperlukan sebagai penunjang keberhasilan suau bisnis. Menurut Anoraga (2007: 28) menjelaskan bahwa kewirausahaan merupakan suatu profesi yang timbul karena interaksi antara ilmu pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal dengan seni yang hanya dapat diperoleh dari suatu rangkaian kerja yang didapat dalam praktik. Pendidikan wirausaha dianggap sebagai faktor penunjang keberhasilan dalam menjalankan suatu usaha. Pendidikan memberikan bekal berupa pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh wirausahawan. Menurut Suprapto dalam Zuchdi (2008: 7) menjelaskan keterampilan berpikir kreatif, yaitu keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menghasilkan suatu ide yang baru, konstruktif, dan baik berdasarkan konsepkonsep yang rasional, pesepsi, dan intuisi individu. Dalam kaitannya dengan pendidikan
17
kewirausahaan keterampilan berpikir kreatif sangat diperlukan dalam keberlangsungan sebuah usaha. Pendidikan kewirausahaan dapat membentuk pola pikir, sikap, dan perilaku pada mahasiswa menjadi seorang wirausahawan (entrepreneur) sejati sehingga mengarahkan mereka untuk memilih berwirausaha sebagai pilihan karir. Namun, pengaruh tersebut perlu dikaji lebih lanjut apakah dengan adanya pendidikan kewirausahaan, faktor lingkungan dan kepribadian seseorang dapat melahirkan perilaku kewirausahaan bagi mahasiswa. Oleh karena, itu perlu adanya penelitian untuk mengidentifikasi faktor yang mendorong untuk melakukan perilaku kewirausahaan mahasiswa mengingat pentingnya kewirausahaan bagi mahasiswa yang menentukan nantinya akan menjadi seorang wirausaha atau Pegawai Negeri Sipil (PNS). Menurut Riyanti
dalam Citradewi (2003: 37) yang
menjelaskan bahwa pendidikan berperan penting karena memberi bekal pengetahuan yang dibutuhkan, lebih-lebih ketika wirausaha menemui masalah di tengah jalan. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan kewirausahaan merupakan unsur yang penting dalam menunjang keberhasilan sebuah usaha, khususnya bagi individu sebagai pelaku usaha. Pendidikan kewirausahaan dapat diperoleh melalui pendidikan formal, non formal, maupun informal, sehingga dapat memberikan
kontribusi
terhadap
keberlangsungan
usaha
yang
18
dijalankan oleh pelaku usaha, khususnya mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. b. Tujuan Pendidikan Kewirausahaan Menurut Alma (2011: 6) menyebutkan beberapa tujuan dari pendidikan kewiraushaan, antara lain: 1. Mengerti apa peranan perusahaan dalam sistem perekonomian, 2. Keuntungan dan kelemahan berbagai bentuk perusahaan, 3. Mengetahui karakteristik dan proses kewirausahaan, 4. Mengerti perencanaan produk dan proses pengembangan produk, 5. Mampu mengidentifikasi peluang bisnis dan menciptakan kreativitas serta membentuk organisasi kerja sama, 6. Mempu mengidentifikasi dan mencari sumber-sumber, 7. Menegerti dasar-dasar: marketing, financial, organisasi, produksi, 8. Mampu memimpin bisnis, menghadapi tantangan masa depan. c. Alasan Perlunya Diajarkan Pendidikan Kewirausahaan Menurut Soeharto Prawirokusumo dalam Daryanto (2012: 4), pendidikan kewirausahaan perlu diajarkan sebagai disiplin ilmu tersendiri yang independen, karena: 1) Kewirausahaan berisi body of knowledge yang utuh dan nyata, yaitu ada teori, konsep, dan metode ilmiah yang lengkap. 2) Kewirausahaan memiliki dua konsep, yaitu venture start-up dan venture-growth, ini jelas tidak masuk dalam kerangka pendidikan
19
manajemen umum yang memisahkan antara manajemen dan kepemilikan usaha. 3) Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki obyek tersendiri, yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. 4) Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan berusaha dan pemerataan pendapatan.
Dari uraian konsep pendidikan kewirausahaan di atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan pada dasarnya terfokus pada upaya untuk mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan inovasi. Oleh sebab itu, objek studi kewirausahaan adalah nilai-nilai dan kemampuan seseorang yang diwujudkan dalam bentuk sikap. d. Nilai-nilai Pokok Pendidikan Kewirausahaan Nilai-nilai
yang
dikembangkan
dalam
pendidikan
kewirausahaan adalah pengembangan nilai-nilai dan ciri-ciri wirausaha. Tabel 2.2 Nilai-Nilai Pokok dan Deskripsi Pendidikan Kewirausahaan No. 1.
Nilai Mandiri
Deskripsi Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung
pada
orang
lain
dalam
menyelesaikan tugas-tugas. 2.
Kreatif
Berfikir dan melakukan sesuatu untuk
20
menghasilkan sesuatu hal yang baru atau memodifikasi produk/jasa yang telah ada. 3.
Berani mengambil resiko
Kemampuan
seseorang
untuk
melaksanakan pekerjaan yang menantang, berani mengambil resiko kerja.
4.
Berorientasi pada Mengambil inisiatif untuk bertindak dan tindakan
bukan menunggu sebelum sebuah kejadian yang tidak dikehendaki terjadi.
5.
Kepemimpinan
Sikap dan perilaku seseorang yang selalu terbuka terhadap saran dan kritik, mudah bergaul dan kerja sama.
6.
Kerja keras
Perilaku
yang
menunjukkan
upaya
sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas dan mengatasi berbagai hambatan. Sumber: Kemendiknas dalam Astiti (2014: 26) e. Aspek-aspek Pendidikan Kewirausahaan Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 13 Ayat 1 dijelaskan bahwa jalur dalam kegiatan pendidikan terdiri atas pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal yang mana ketiganya bersifat saling melengkapi dan memperkaya. 1. Pendidikan formal, yaitu jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan formal dalam hal ini adalah pendidikan kewirausahaan yang diterima oleh mahasiswa melalui mata kuliah kewirausahaan atau pendidikan kewirausahaan yang
21
pernah diterimanya melalui mata pelajaran kewirausahaan di bangku sekolah
menengah
yang
memberikan
materi
terkait
entrepreneurship. 2. Pendidikan non formal, yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan non formal dalam hal ini adalah berupa seminar kewirausahaan, talkshow kewirausahaan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, maupun permagangan yang pernah diterima oleh mahasiswa. 3. Pendidikan informal, yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Pendidikan formal dalam hal ini adalah pendidikan kewirausahaan yang diterima oleh mahasiswa dari lingkungan, baik dari lingkungan keluarga maupun lingkungan tempatnya berasal. Pengkuran variabel pendidikan kewirausahaan dilakukan dengan menggunakan angket tertutup dengan berdasarkan pada indikator yang telah ditentukan di atas. Selain aspek kepribadian dan peran pendidikan kewirausahaan, lingkungan keluarga dianggap memiliki pengaruh terhadap keberlangsungan usaha yang dijalankan mahasiswa, baik sebelum bisnis itu dijalankan maupun saat bisnis itu sedang berjalan saat ini.
22
2. Lingkungan a. Pengertian Lingkungan Lingkungan menurut Sartain (ahli psikologi Amerika) meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan dan perkembangan manusia (life processes) (Maharani, 2014: 33). Sedangkan menurut Putri dalam Mahanani (2014: 33) lingkungan (environment) dalam lingkup yang luas memiliki arti sesuatu yang bersifat fisik dan non fisik yang mempengaruhi kehidupan seseorang. Faktor-faktor
ekstrinsik
yang
mempengaruhi
minat
berwirausaha antara lain: lingkungan sosial dan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan teknologi Yuriski dan Machmudun dalam Mahanani (2014: 34). Dalam penelitian ini peneliti ingin mengklasifikasikan faktor lingkungan yang terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah, serta lingkungan teknologi Yuriski dan Machmudun dalam Mahanani (2014: 34) dan Paulina (2011: 35). b. Lingkungan Keluarga 1) Pengertian Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan sosial terdekat dari seorang wirausaha, yang sangat besar peranannya dalam membentuk karakter, termasuk karakter wirausaha dari seorang anak. Menurut Saroni dalam Marini (2014: 199) mengatakan bahwa lingkungan
23
keluarga mempunyai andil yang sangat besar dalam mempersiapkan anak-anak menjadi seorang wirausahawan di masa yang akan datang. Keluargalah yang mula-mula bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak, sehingga keluarga dapat dikatakan sebagai peletak dasar bagi pola perilaku serta perkembangan pribadi anak. Lingkungan keluarga dapat menjadi lingkungan yang kondusif untuk melatih dan mengasah karakter kewirausahaan, yang dapat menjadi bekal pada anak untuk mulai mengarahkan minatnya kelak kemudian hari. Pada lingkungan keluarga tersebut, seorang anak mendapat inspirasi dan dukungan berwirausaha dari keluarga, dan terdapat kegiatan dalam keluarga tersebut yang bermakna belajar kewirausahaan. 2) Inspirasi dan Dukungan Berwirausaha Menurut Hisrich, Peters & Shepherd (2008: 65) mengatakan bahwa hubungan orang tua secara keseluruhan dengan anak, terlepas dari apakah orang tuanya pengusaha, maupun tidak, mungkin yang merupakan aspek paling penting dari lingkungan keluarga anak adalah dalam membangun keinginan untuk aktivitas kewirausahaan dalam individu. Orang tua pengusaha harus mendukung dan mendorong kemandirian, prestasi, dan tanggung jawab. Inspirasi untuk berwirausaha dapat diberikan langsung oleh orang tua, atau dapat juga melalui model yang dihadirkan orang tua. Misalnya dengan menceritakan kisah wirausahawan sukses kepada anak. Dukungan untuk berwirausaha dapat berupa dukungan moril
24
(kesempatan,
kepercayaan,
pemberian
ide/pemikiran),
atau
dukungan materiil dengan memberikan modal, penyediaan alat/ perlengkapan usaha atau lokasi/tempat usaha. 3) Belajar Kewirausahaan dalam Keluarga Menurut Patel (2007: 23) mengatakan bahwa anak-anak telah memiliki tanggung jawab dalam keluarga yang besar sejak masih kecil dan telah diberi peluang untuk berperan dan terlibat dalam kegiatan kewirausahaan yang ada dalam keluarga. Hal ini terjadi antara lain karena desakan kebutuhan finansial keluarga, namun orang tua dapat sekaligus memberi kesempatan kepada anakanak untuk mengembangkan ketrampilan dan belajar untuk menerima dan memahami tanggung jawab. Situasi seperti ini akan membekali anak dengan ketrampilan, pola pikir, keyakian dan nilainilai yang diperlukan untuk menjadi pengusaha yang sukses, serta memiliki pengaruh pada perkembangan karakteristik psikologis kewirausahaan individu sejak usia dini. c. Lingkungan Masyarakat Lingkungan Masyarakat merupakan lingkungan di luar lingkungan keluarga baik di kawasan tempat tinggalnya maupun dikawasan lain. Masyarakat dapat mempengaruhi seseorang untuk berperilaku seperti wirausaha dalam bidang fashion antara lain; tetangga, saudara, teman, kenalan, dan orang lain. Misalnya : seseorang yang tinggal didaerah yang terdapat usaha fashion atau sering bergaul
25
dengan pengusaha fashion yang berhasil akan menimbulkan minat berwirausaha bidang fashion pula. d. Lingkungan Kampus Pendidikan di universitas merupakan tanggung jawab dosen. Jadi pada dasarnya yang berpengaruh terhadap perkembangan mahasiswa adalah proses pendidikan di universitas yang nantinya dijadikan sebagai bekal untuk diterapkan dalam kehidupan di lingkungan masyarakat atau dikehidupannya sehari-hari. Seorang dosen dalam proses pendidikan juga bisa memberikan motivasi dan dorongan kepada mahasiswa dalam menumbuhkan minatnya. Sebagai pendidik dalam lembaga pendidikan formal, maka dosen berperan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, apalagi yang dibutuhkan orang pada dasarnya adalah ke arah pengembangan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) yang berguna dalam kehidupannya. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi besarnya keinginan yang timbul dari dalam maupun luar diri mahasiswa terhadap sesuatu yaitu perilaku kewirausahaan. Lingkungan kampus memiliki arti yang sama dengan lingkungan pendidikan. Menurut Soemanto dalam Mahanani (2014: 38), mengatakan bahwa: Satu-satunya perjuangan atau cara untuk mewujudkan manusia yang mempunyai moral, sikap, dan keterampilan wirausaha adalah dengan pendidikan. Dengan pendidikan, wawasan individu menjadi lebih percaya diri, bisa memilih dan mengambil keputusan yang tepat,
26
meningkatkan kreativitas dan inovasi, membina moral, karakter, intelektual, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia yang lain sehingga akhirnya mampu berdiri sendiri. Pendidikan di universitas saat ini dituntut tidak hanya mampu menghasilkan lulusan semata, pendidikan juga harus memiliki orientasi yang jelas kearah mana lulusan akan berkontribusi dimasyarakat. Untuk menanamkan wirausaha di universitas maka peran dan keaktifan dosen dalam mengajar harus menarik, misalnya pembawaan yang ramah dan murah senyum, lucu, mendatangkan wirausahawan untuk memberikan cerita tentang keberhasilan dan kegagalannya sehingga akhirnya bisa berhasil. Selain itu peran aktif para mahasiswa juga dituntut karena sasaran
pengajaran
ini
adalah
keberhasilan
mahasiswa
bukan
keberhasilan dosen. Pendidikan kewirausahaan akan menjadi jalur baru bagi mahasiswa untuk mempunyai potensi dalam berkreasi dan berinovasi. Mahasiswa akan mempunyai jiwa eksplorasi untuk mencari peluang dan berani mengambil resiko untuk mencoba hal-hal baru. Program pendidikan kewirausahaan diwujudkan dalam bentuk terintergrasi dengan kurikulum sekolah sebagai ciri kurikulum pada tingkat satuan pendidikan di universitas. Dengan lingkungan dan program universitas yang mendukung dan terencana. Program pendidikan entrepreneur menitikberatkan pada sikap dan jiwa yang dibutuhkan oleh seorang entrepreneur Ibnu dalam Mahanani (2014: 39).
27
Dengan demikian keadaan lingkungan universitas dapat membentuk karakter, potensi, serta perilaku kewirausahaan mahasiswa dengan adanya pengajaran, teori atau materi , serta kegiatan lainnya. e. Lingkungan Teknologi Saat ini semakin canggih dunia teknologi, semakin canggih pula cara orang menyampaikan informasi. Dengan adanya informasi yang semakin mudah didapatkan. Kemajuan teknologi saat ini tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Berbagai informasi yang terjadi di berbagai belahan dunia kini bisa langsung diketahui berkat kemajuan teknologi (globalisasi). Kemajuan teknologi ini menyebabkan perubahan yang begitu besar pada kehidupan umat manusia dengan segala peradaban dan kebudayaannya. Perubahan ini juga memberikan dampak yang begitu besar terhadap transformasi nilai-nilai yang ada di masyarakat. Kemajuan teknologi seperti televisi, telepon dan telepon genggam (HP), bahkan internet. Saat ini dapat kita lihat betapa kemajuan teknologi telah mempengaruhi gaya hidup dan pola pikir masyarakat, terutama di kalangan remaja Ibnu dalam Mahanani (2014: 39-40). Menurut saya rektor yang berjiwa wirausaha adalah orang yang memiliki sikap dan perilaku kreatif dan inovatif dalam memimpin dan mengelola organisasi kampus dengan cara mencari dan menerapkan cara kerja dan teknologi baru yang bermanfaat bagi terwujudnya prinsip pengelolaan universitas yang baik.
28
Menurut Suhartanto dalam Mahanani (2014: 40) memodelkan bisnis berbasis teknologi dalam sebuah proses bisnis. Pendiri google menggunakan
teknologi
menyampaikannya
kepada
untuk
menciptakan
konsumen.
Value
nilai
(value)
tersebut
dan
akhirnya
membawa nilai ekonomi. Dapat ditarik kesimpulan bahwa kecanggihan teknologi dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang. Adanya internet dapat membantu menyampaikan informasi lebih cepat, dengan begitu banyak pengusaha yang dapat memanfaatkan teknologi untuk berbisnis dan dengan adanya internet mempermudah siapa saja untuk melakukan kegiatan bisnis dengan contoh kecil berjualan melalui internet atau sosial media. Dalam penelitian ini cara untuk mengukur variabel lingkungan yaitu didasarkan pada indikator yang telah diuraikan di atas dan dituangkan dalam bentuk angket tertutup. Selain aspek lingkungan yang dimiliki oleh mahasiswa, pendidikan kewirausahaan dianggap memiliki peran dalam menunjang aktivitas berwirausaha yang dijalankannya. 3. Kepribadian a. Definisi Kepribadian Kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan (Sjarkawi, 2006: 11). Sedangkan menurut Yusuf
(2008:
5)
menjelaskan
bahwa
kepribadian
merupakan
29
seperangkat asumsi tentang kualitas tingkah laku manusia beserta definisi empirisnya. Menurut
Anoraga
(2009:
1)
kepribadian
seseorang
mempengaruhi dirinya dalam memilih pekerjaan. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Holland, menurut Holland yang diterjemahkan oleh Sukardi (2004: 7) menjelaskan bahwa seseorang akan merasa nyaman dalam bekerja apabila pekerjaan tersebut sesuai dengan kepribadian. Berkaitan dengan aktivitas berwirausaha pada dasarnya dipengaruhi oleh kepribadian dari seorang pelaku usaha. Apabila dirinya memiliki kepribadian baik yang mendukung karirnya sebagai wirausahawan, maka hal tersebut akan menjadi faktor pendorong keberhasilan usahanya. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan sifat khas yang dimiliki seseorang yang membedakan dirinya dengan orang lain yang akan mempengaruhi kualitas tingkah laku orang tersebut. b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Menurut Sjarkawi (2008: 19) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi kepribadian dikelompokkan dalam dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor internal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetis atau bawaan. Faktor genetis adalah faktor yang berupa bawaan sejak lahir dan merupakan pengaruh keturunan
30
dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dari kedua orang tuanya atau bisa jadi gabungan atau kombinasi dari sifat kedua orang tuanya. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor eksternal biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari lingkungan seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya, yakni keluarga, teman, tetangga, sampai dengan pengaruh dari berbagai media audiovisual seperti TV dan VCD atau media cetak seperti koran, majalah, dan lain sebagainya. Menurut Yusuf (2008: 19) menjelaskan bahwa: Perkembangan kepribadian individu dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya faktor hereditas dan lingkungan. Faktor hereditas yang mempengaruhi kepribadian antara lain: bentuk tubuh, cairan tubuh, dan sifat-sifat yang diturunkan dari orang tua. Adapun faktor lingkungan antara lain lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat. Di samping itu, meskipun kepribadian seseorang itu relatif konstan, kenyataannya sering ditemukan perubahan kepribadian. Perubahan itu terjadi dipengaruhi oleh faktor gangguan fisik dan lingkungan. Kemudian menurut Yusuf (2009: 128) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian secara lebih rinci yang mana kepribadian tersebut dipengaruhi oleh faktor fisik, intelegensi, keluarga, teman sebaya, dan kebudayaan. Faktor fisik yang dipandang mempengaruhi perkembangan kepribadian adalah postur tubuh (langsing, gemuk, pendek atau tinggi), kecantikan (cantik atau tidak cantik), kesehatan (sehat atau sakit-
31
sakitan), keutuhan tubuh (utuh atau cacat), dan keberfungsian organ tubuh. Faktor kedua yang dianggap mempengaruhi kepribadian yaitu tingkat inteligensi individu. Tingkat intelegensi dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang. Individu yang inteligensinya tinggi
atau
normal
biasa
mampu
menyesuaikan
diri
dengan
lingkungannya secara wajar, sedangkan yang rendah biasanya sering mengalami hambatan atau kendala dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Faktor ketiga yaitu keluarga. Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis; dalam arti, orang tua memberikan curahan kasih sayang, perhatian serta bimbingan dalam kehidupan berkeluarga, maka perkembangan kepribadian anak tersebut cenderung positif. Adapun anak yang dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang broken home, kurang harmonis, orang tua bersikap keras terhadap anak atau tidak memperhatikan nilai-nilai agama dalam keluarga, maka perkembangan kepribadiannya cenderung akan mengalami distorsi atau mengalami kelainan dalam penyesuaian dirinya (maladjustment). Faktor keempat yaitu faktor teman sebaya. Setelah masuk sekolah, anak mulai bergaul dengan teman sebayanya dan menjadi anggota dari kelompoknya. Pada saat inilah dia mulai mengalihkan perhatiannya untuk mengembangkan sifat-sifat atau perilaku yang
32
cocok atau dikagumi oleh teman-temannya, walaupun mungkin tidak sesuai dengan harapan orang tuanya. Melalui hubungan interpersonal dengan teman sebaya, anak belajar menilai dirinya sendiri dan kedudukannya dalam kelompok. Selanjutnya faktor terakhir yang dianggap mempengaruhi kepribadian seseorang adalah kebudayaan. Tradisi atau kebudayaan suatu masyarakat memberikan pengaruh terhadap kepribadian setiap anggotanya, baik yang menyangkut cara berpikir (seperti cara memandang sesuatu), bersikap atau cara berperilaku. Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian itu, dapat dilihat dari adanya perbedaan antara masyarakat modern dengan masyarakat primitif seperti dalam cara makan, berpakaian, hubungan interpersonal atau cara memandang waktu. c. Tipe-Tipe Kepribadian Menurut Holland dalam Sukardi (2004: 48-50) terdapat enam tipe kepribadian, yaitu tipe realistik, tipe intelektual, tipe sosial, tipe konvensional,
tipe
enterprising
(usaha),
tipe
artistik.
Holland
menjelaskan bahwa tipe realistik bersifat kelaki-lakian, kuat jasmani, tidak sosial, agresif; memiliki kecakapan dan koordinasi gerak (motorik) yang baik; kurang memiliki kemampuan verbal dan keterampilan hubungan antar pribadi; lebih menyenangi masalah yang konkret daripada masalah yang abstrak; menganggap dirinya sebagai
33
orang yang agresif dan jantan; serta memiliki nilai ekonomi dan politik yang konvensional. Pada tipe intelektual Holland menjelaskan bahwa tipe model ini bersifat berorientasi pada tugas, intraseptif, tidak sosial; lebih menyukai memikirkan terlebih dahulu daripada langsung bertindak terhadap
pemecahan
masalah
yang
dihadapi;
membutuhkan
pemahaman; menyenangi tugas-tugas kerja yang kabur; memiliki nilainilai dan sikap yang tidak konvensional. Pada tipe sosial, Holland menjelaskan bahwa tipe model ini adalah bersifat sosial, bertanggung jawab, kewanitaan, kemanusiaan, keagamaan, membutuhkan perhatian; memiliki kecakapan verbal dan hubungan antar pribadi; menghindari pemecahan masalah secara intelektual; aktivitas fisik, dan kegiatan yang terurai secara rinci; menyukai pemecahan masalah melalui perasaan dan pemanfaatan hubungan antar pribadi. Pada tipe konvensional, Holland menjelaskan bahwa tipe model ini menyukai bahasa yang tersusun dengan baik dan aktivitas yang berhubungan dengan angka, konfirmasi; menghindari situasi yang kabur dan masalah-masalah yang melibatkan hubungan antar pribadi dan kemampuan fisik; mengerjakan secara efektif tugas pekerjaan yang tersusun baik; mengidentifikasikan dirinya dengan kekuasaan; memberi nilai yang tinggi atas status dan kekayaan materi.
34
Pada tipe enterprising, Holland menjelaskan bahwa tipe model ini memiliki kecakapan verbal (lisan) untuk berjualan, menguasai dan menggiring; menganggap dirinya sendiri sebagai seorang yang kuat, pemimpin yang tangguh; menghindari dari penggunaan bahasa yang terumus dengan baik atau situasi pekerjaan yang memerlukan kegiatan intelektual dalam jangka waktu yang lama; mudah menyesuaikan diri; berbeda dengan tipe konvensional, tipe ini menyukai tugas-tugas sosial yang kabur dan dia memiliki perhatian yang besar terhadap kekuasaan, status dan kepemimpinan; bertindak agresif dalam bentuk lisan. Pada tipe artistik, Holland menjelaskan bahwa tipe model ini adalah bersifat tidak sosial; menghindari masalah-masalah yang telah tersusun atau yang memerlukan keterampilan fisik yang besar; serupa dengan tipe intelektual, yaitu sukar menyesuaikan diri dan tidak sosial tetapi berbeda dengan tipe tersebut bahwa tipe artistik ini memerlukan bentuk-bentuk ekspresi yang bersifat kewanitaan, dan acap tipe ini mengalami hambatan emosional, lebih menyukai menghadapi persoalan yang terjadi dalam lingkungannya melalui ekspresi diri dalam media seni. Sedangkan menurut Gunadi dalam Sjarkawi (2008: 11-12) menyebutkan bahwa terdapat lima tipe kepribadian, yaitu tipe sanguin, tipe flegmatik, tipe melankolik, tipe kolerik, tipe asertif. Pada tipe sanguin, Gunadi menjelaskan bahwa seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain: memiliki banyak kekuatan, bersemangat,
35
mempunyai gairah hidup, dapat membuat lingkungannya gembira dan senang. Akan tetapi, tipe ini pun memiliki kelemahan, antara lain: cenderung implusif, bertindak sesuai emosinya atau keinginannya. Orang bertipe ini sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungannya dan rangsangan dari luar dirinya, kurang bisa menguasai diri atau penguasaan diri lemah, cenderung mudah jatuh ke dalam percobaan karena godaan dari luar dapat dengan mudah memikatnya dan dia bisa masuk terperosok ke dalamnya. Pada tipe flegmatik, Gunadi menjelaskan bahwa seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain: cenderung tenang, gejolak emisinya tidak tampak, misalnya dalam kondisi sedih atau senang, sehingga turun naik emosinya tidak terlihat secara jelas. Orang bertipe ini cenderung dapat menguasai dirinya dengan cukup baik dan lebih introspektif, memikirkan ke dalam, dan mampu melihat, menatap, dan memikirkan masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya. Pada tipe melankolik, Gunadi menjelaskan bahwa seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain: terobsesi dengan karyanya yang paling bagus atau paling sempurna, mengerti estetika keindahan hidup, perasaannya sangat kuat, dan sangat sensitif. Orang yang memiliki tipe ini memiliki kelemahan antara lain: sangat mudah dikuasai oleh perasaan dan cenderung perasaan yang mendasari hidupnya sehari-hari adalah perasaan yang murung. Oleh karena itu,
36
orang yang bertipe ini tidak mudah untuk terangkat, senang atau tertawa terbahak-bahak. Pada tipe kolerik, Gunadi menjelaskan bahwa seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain: cenderung berorientasi pada pekerjaan dan tugas, memiliki disiplin kerja yang sangat tinggi, mampu melaksanakan tugas dengan setia dan bertanggung jawab atas tugas yang diembannya. Orang yang bertipe ini memiliki kelemahan antara lain: kurang mampu merasakan perasaan orang lain, kurang mampu mengembangkan rasa kasihan pada orang yang sedang menderita, dan perasaannya kurang bermain. Pada tipe asertif, Gunadi menjelaskan bahwa seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain: mampu menyatakan pendapat, ide, dan gagasannya secara tegas, kritis, tetapi perasaannya halus sehingga tidak menyakiti perasaan orang lain. Perilaku mereka adalah mempertahankan hak sendiri, tetap tidak sampai mengabaikan atau mengancam hak orang lain, melibatkan perasaan dan kepercayaan orang
lain
sebagai
bagian
dari
interaksi
dengan
mereka,
mengekspresikan perasaan dan kepercayaan sendiri dengan cara yang terbuka, langsung, jujur, dan tepat. d. Aspek-aspek Kepribadian Menurut Lauster dalam Sujanto (2006: 159) beberapa aspek psikis yang dapat digunakan dalam meningkatkan kepribadian seseorang yaitu (1) kepercayaan kepada diri sendiri, (2) sikap optimis,
37
(3) sikap berhati-hati, (4) sikap tergantung kepada orang lain, (5) sikap mementingkan diri sendiri, (6) ketahanan menghadapi cobaan, (7) toleransi, (8) ambisi, dan (9) kepekaan sosial. Menurut
Marbun
dalam
Alma
(2011:
52-57)
dalam
penelitiannya di Amerika Serikat menyebutkan bahwa sifat yang harus dimiliki seorang wirausahawan adalah (1) percaya diri, (2) berorientasi pada tugas dan hasil, (3) pengambilan risiko, (4) kepemimpinan, (5) keorisinilan, dan (6) berorientasi ke masa depan. Penentuan indikator pada kepribadian wirausaha didasarkan pada uraian teori Lauster dan penelitian yang dilakukan oleh Marbun tersebut, sehingga peneliti memilih lima indikator kepribadian yang berkaitan dengan kepribadian seseorang terkait keberlangsungan atas aktivitas berwirausaha yang dijalankannya dengan penjelasan yaitu sebagai berikut (Citradewi, 2015: 33): 1. Kepercayaan kepada diri sendiri Sifat percaya diri merupakan salah satu sifat yang harus dimiliki seorang wirausahawan. Seorang wirausahawan yang berhasil idealnya memiliki rasa percaya diri dan keoptimisan yang tinggi, baik percaya pada kemampuan yang dimilikinya maupun keoptimisan yang tinggi terhadap usaha yang dimilikinya. Dirinya memiliki tingkat pertimbangan yang kritis terhadap opini maupun pendapat orang lain, sehingga dirinya tidak mudah
38
terombang-ambing dalam menentukan keputusan yang akan diambilnya. 2. Ketahanan menghadapi cobaan Saat
menjalankan
usaha
yang
dimilikinya,
seorang
wirausahawan sudah tentu akan mengalami fase ketika masalah dan cobaan,
bahkan
kegagalan
itu
datang
menghadapinya.
Wirausahawan yang baik idealnya memiliki sifat ketahanan dalam menghadapi cobaan yang ada. Dirinya tidak pantang menyerah dan tidak mudah putus asa ketika dihadapkan pada sebuah masalah, bahkan ia akan secepat mungkin bangkit dan berusaha memperbaiki hal-hal yang menyebabkan masalah itu datang. 3. Berani dalam mengambil risiko Risiko merupakan hal yang tidak luput dari sebuah bisnis, termasuk berwirausaha. Sikap keberanian dalam mengambil risiko merupakan
tantangan
besar
bagi
wirausahawan
yang akan
berdampak pula bagi usaha yang dimilikinya. Sikap keberanian dalam mengambil risiko merupakan hal penting yang harus dimiliki wirausahawan agar usaha yang dimilikinya dapat berjalan maju, namun tetap mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada usaha yang dimilikinya tersebut. 4. Kepemimpinan Kepermimpinan merupakan salah satu sifat penting yang juga harus dimiliki seorang wirausahawan. Pemimpin yang baik
39
idealnya dapat mengarahkan anggota yang dipimpinnya ke arah yang baik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Selain itu pemimpin idealnya juga pandai bergaul dengan siapa pun, serta dapat menerima saran dan kritik yang ada dengan lapang dan terbuka demi kemajuan usaha yang dimilikinya. 5. Berorientasi ke masa depan Wirausahawan yang baik idealnya memiliki orientasi dan tujuan yang jelas ke depannya, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Tujuan dan orientasi yang jelas dapat menjadi acuan dalam menentukan langkah dan strategi yang diambil bagi
keberlangsungan
usaha
dan
mencapai
target
yang
diinginkannya. Dalam penelitian ini cara untuk mengukur variabel kepribadian yaitu didasarkan pada indikator yang telah diuraikan di atas dan dituangkan dalam bentuk angket tertutup. Selain aspek kepribadian yang dimiliki oleh mahasiswa, pendidikan kewirausahaan dianggap memiliki peran dalam menunjang aktivitas berwirausaha yang dijalankannya. 4. Perilaku Kewirausahaan a. Pengertian Perilaku Kewirausahaan Perilaku adalah suatu respons terhadap stimulus yang diterimanya (Walgito, 2002: 10). Perilaku manusia dalam kaitannya dengan lingkungan merupakan tinjauan dari antropologi. Antropologi,
40
khususnya antropologi budaya meninjau perilaku manusia itu tidak dapat lepas dari segi kebudayaan yang melatarbelakanginya (Walgito, 2002: 10). Pengertian perilaku secara luas mencakup segala sesuatu yang dilakukan atau dialami seseorang. Pengertian perilaku secara sempit, perilaku dapat dirumuskan hanya mencakup reaksi yang dapat diamati secara umum atau objektif. Definisi ini tidak memasukkan gejala yang disadari seperti berfikir, merasa, berpendapat, memperhitungkan dan yang semacam itu, terkecuali apabila hal-hal tersebut memang sengaja dipelajari sebagai akibat dari perilaku tadi (Maharani, 2013: 14). Kata entrepreneur atau wirausaha dalam bahasa Indonesia merupakan gabungan dari wira berarti gagah, berani, perkasa dan usaha berarti bisnis sehingga istilah entrepreneur dapat diartikan sebagai orang yang berani atau perkasa dalam usaha atau bisnis (Riyanti, 2003: 2). Kaitannya dengan perilaku wirausaha, menurut Suryana (2003: 1) mengatakan bahwa kewirausahaana dalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang.
41
Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia mempunyai tujuan, baik itu disadari maupun tidak disadari, salah satunya adalah perilaku kewirausahaan, terkait dengan perilaku kewirausahaan maka dalam berwirausaha seseorang didorong untuk terus berpikir kreatif dan inovatif untuk menggapai kesuksesan dalam berwirausaha. Menurut Riyanti (2003: 25) menyimpulkan wirausaha adalah orang yang menciptakan kerja bagi orang lain dengan cara mendirikan, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri dan bersedia mengambil resiko pribadi dalam menemukan peluang berusaha dan secara kreatif menggunakan potensi-potensi dirinya untuk mengenali produk, mengelola dan menemukan cara produksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk, memasarkannya serta mengatur permodalan operasinya. Menurut Longenecker dkk. (2001: 4) mengemukakan bahwa wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya sistem ekonomi perusahaan yang bebas. Sebagian besar pendorong perubahan, inovasi, dan kemajuan di perekonomian akan datang dari wirausaha. Wirausahawan yang baik adalah orang-orang yang memiliki kemampuan untuk mengambil resiko dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber
daya
yang
dibutuhkan
guna
mengambil
keuntungan
42
daripadanya serta mengambil tindakan yang tepat, guna memastikan kesuksesan menurut Geoffrey G. Meredith dalam Anoraga (2002: 137). Sedangkan menurut Skinner wirausaha merupakan seseorang yang mengambil resiko yang diperlukan untuk mengorganisasikan dan mengelola suatu bisnis dan menerima imbalan balas jasa berupa profit finansial maupun non finansial. Kewirausahaan adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif (Suryana, 2003: 10). Kreativitas adalah berpikir sesuatu yang baru, sedangkan inovasi adalah bertindak melakukan sesuatu yang baru.Secara estimologis kewirausahaan adalah suatu kemampuan dalam berpikir, kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat dalam menghadapi tantangan hidup. Kewirausahaan adalah semangat, perilaku dan kemampuan untuk
memberikan
tanggapan
yang
positif
terhadap
peluang
memperoleh keuntungan untuk diri sendiri atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan atau masyarakat dengan selalu berusaha mencari dan melayani langganan lebih banyak dan lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang lebih efisien, melalui keberanian mengambil resiko, kreativitas, dan inovasi serta kemampuan manajemen menurut Salim Siagian dalam Anoraga (2002: 138).
43
Sedangkan menurut Zimmerer (2008: 4) mengatakan seorang wirausahawan adalah seseorang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang yang signifikan dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan sehingga sumber dayasumber daya itu bisa dikapitalisasikan. Berdasarkan beberapa pendapat diatas mengenai perilaku dan kewirausahaan maka dapat disimpulkan bahwa perilaku kewirausahaan adalah reaksi maupun respon positif yang dilakukan oleh individu untuk menciptakan suatu bentuk usaha baru (baik barang maupun jasa) melalui cara-cara yang mandiri, kreatif, inovatif, kerja keras bahkan beresiko agar memperoleh keuntungan supaya kebutuhan hidupnya terpenuhi. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Kewirausahaan Secara garis besar terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi kewirausahaan, itu faktor eksternal yang berasal dari luar individu seperti lingkungan keluarga dan masyarakat, sistem pendidikan, dan faktor internal yang berasal dari dalam diri individu seperti faktor fisik dan faktor psikis atau kepribadian. Menurut
McClelland
dalam
Suryana
(2001:
26)
mengemukakan enam ciri perilaku kewirausahaan yaitu:
1) Keterampilan mengambil keputusan dan mengambil risiko yang moderat dan bukan atas dasar kebetulan belaka.
44
2) Bersifat energetik, khususnya dalam bentuk berbagai kegiatan inovatif 3) Tanggung jawab individual. 4) Mengetahui hasil-hasil dari berbagai keputusan yang diambilnya, dengan tolok ukur satuan uang sebagai indiaktor keberhasilan. 5) Mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan di masa dating. 6) Memiliki
kemampuan berorganisasi,
yaitu
bahwa
seseorang
wirausaha memiliki kemampuan keterampilan, kepemimpinan, dan manjerial. Menurut Burgess dan Steinhof dalam Suryana (2001: 27) mengemukakan bahwa wirausaha yang berhasil pada umumnya memiliki sifat-sifat kepribadian sebagai berikut: 1. Memiliki kepercayaan diri untuk dapat bekerja keras secara independen dan berani menghadapi resiko untuk memperoleh hasil. 2. Memiliki kemampuan berorganisasi, dapat mengatur tujuan, berorientasi hasil, dan tanggungjawab keras. 3. Kreatif dan mampu melihat peluang yang ada dalam kewirausahaan. 4. Menikmati tantangan dan mencari kepuasan pribadi dalam memperoleh ide.
Menurut Steinhof dan Burgess dalam Suryana (2003: 16) mengemukakan beberapa faktor yang diperlukan untuk menjadi wirausaha yang berhasil, meliputi:
45
1. Memiliki visi dan tujuan usaha yang jelas. 2. Bersedia menanggung resiko waktu dan uang. 3. Berencana, mengorganisir. 4. Kerja keras sesuai dengan tingkat kepentingannya. 5. Mengembangkan hubungan dengan pelanggan, pemasok, pekerja dan yang lainnya. 6. Bertanggung jawab terhadap keberhasilan maupun kegagalan.
Ada beberapa faktor yang memicu kewirausahaan menurut Zimmerer dan Scarborough (2008 : 20) antara lain : 1. Wirausahawan sebagai pahlawan Faktor yang tidak terwujud tetapi sangat penting, yaitu sikap orang Amerika terhadap para wirausahawan.Sebagai sebuah bangsa kita telah meningkatkan status mereka sebagai pahlawan dan kita mengikuti mereka sebagai model yang patut ditiru. 2. Pendidikan kewirausahaan Banyak
akademi
dan
universitas
menyadari
bahwa
kewirausahaan merupakan mata kuliah yang popular. Jumlah mahasiswa yang menginginkan memiliki bisnis sendiri sebagai karier meningkat dengan pesat. Banyak akademi dan universitas kesulitan memenuhi permintaan akan mata kuliah kewirausahaan dan bisnis kecil.
46
3. Faktor ekonomi dan demografi Hampir dua pertiga dari para wirausahawan memulai bisnis mereka antara umur 35-44 tahun, dan banyak penduduk bangsa ini masuk dalam kisaran umur ini. Selain itu pertumbuhan ekonomi antara tahun 1980-an dan 1990-an telah menciptakan jumlah kemakmuran yang cukup besar diantara orang-orang dari kelompok umur ini dan berbagai peluang bisnis yang dapat mereka manfaatkan. 4. Pergeseran ke ekonomi jasa Karena biaya pendirian yang relatif rendah, bisnis jasa telah menjadi sangat popular diantara para wirausahawan. Meledaknya sektor jasa akan terus menyediakan semakin banyak peluang bisnis, dan tidak semuanya bergerak dalam bidang teknologi tinggi. 5. Kemajuan teknologi Dengan bantuan mesin bisnis modern seperti computer pribadi, laptop, mesin faks, foto kopi, printer berwarna, mesin penjawab telepon, dan voice mail, seseorang dapat bekerja dirumah layaknya bisnis besar. 6. Gaya hidup bebas Kewirausahaan cocok dengan orang yang menyukai kebebasan dan kemandirian.
47
7. Commerce dan world wide web Kemajuan world wide web yang merupakan jaringan sangat besar yang menghubungkan computer seluruh dunia melalui internet dan membuka lautan
informasi
kepada penggunanya telah
melahirkan ribuan usaha kewirausahaan. Perdagangan online tumbuh dengan sangat cepat. 8. Peluang Internasional Bisnis kecil tidak lagi dibatasi oleh batas negara dalam mencari pelanggan.Pergeseran ke ekonomi global yang dramatis telah membuka pintu pada peluang bisnis yang luar biasa bagi wirausahawan yang berkeinginan menguasai seluruh dunia. Menurut Timmons dalam Maharani (2013: 21-23) faktor yang harus dimiliki oleh setiap wirausahawan untuk mencapai keberhasilan dalam berwirausaha antara lain: 1. Komitmen dan determinasi, komitmen dan determinasi adalah faktor yang paling penting dibandingkan dengan faktor yang lainnya. Faktor komitmen dan determinasi ini membuat wirausahawan dapat mengatasi hambatan yang ditemui dan dapat menutupi kelemahan dan
kekurangannya
dalam
berwirausaha.
Komitmen
penuh
dibutuhkan oleh seluruh wirausaha yang memiliki tantangan usaha yang tinggi. Komitmen dan determinasi berwirausaha dapat diciptakan melaui beberapa cara antara lain melalui kesediaan mengambil suatu kesempatan dalam sebuah tantangan, melalui
48
kesediaan mengambil resiko yang ada, dan melalui pengorbanan lain yaitu berwirausaha mengganggu kehidupan dan hubungan dengan keluarga. Wirausahawan yang sukses memiliki keberanian, disiplin kerja yang tinggi, kerja keras dalam usahanya dan tahan terhadap kesulitan. 2. Kepemimpinan,
untuk
menjadi
wirausahawan
yang
sukses
dibutuhkan banyak pengalaman dalam berwirausaha, pengetahuan yang baik tehadap pasar, memiliki keterampilan dalam mengatur strategi berwirausaha. Wirausahawan yang sukses memiliki ide untuk memulai menggerakkan usahanya dan memiliki kontrol yang baik terhadap dirinya. Wirausahawan yang sukses adalah mereka yang sabar dalam memimpin usahanya dan memiliki kemampuan dalam menerapkan idenya menjadi kenyataan. 3. Ambisi untuk mencari peluang, wirausaha yang berhasil adalah yang selalu memanfaatkan peluang yang ada. Kesungguhan dari wirausahawan dalam menjalankan usahanya ditunjukkan dengan sejauhmana mereka memanfaatkan peluang yang ada. Wirausahawan sukses memiliki kreativitas dalam mengambil peluang yang ada. 4. Menerima resiko, kebimbangan, dan ketidaktentuan, wirausahawan yang berhasil bukanlah seorang penjudi yang mengambil keputusan bisnis sesuka mereka. Akan tetapi wirausaha yang berhasil adalah mereka yang membuat keputusan dengan mempertimbangkan resiko
49
berwirausaha. Wirausahawan yang berhasil juga nyaman dan tahan terhadap ketidakpastian bisnis. 5. Kreativitas, percaya diri, dankemampuan beradaptasi, wirausahawan yang berhasil selalu percaya terhadap kemampuan dirinya sendiri. Wirausahawan tidak takut terhadap kegagalan dan selalu berusaha untuk mencapai keberhasilan dengan melihat kenyataan yang ada. Wirausahawan sukses memiliki kemampuan untuk menjadikan kegagalan menjadi sebuah pelajaran. Pengalaman kegagalan ini membuat individu mampu mengatasi masalah yang muncul dengan mengatasi masalah yang ada menggunakan cara yang sesuai. 6. Motivasi untuk menjadi unggul, wirausahawan yang berhasil memiliki
motivasi
untuk
menjadi
unggul
dan
lebih
baik
dibandingkan dengan wirausahawan yang lain. Wirausahawan memiliki keinginan yang tinggi untuk mencapai keberhasilan, mereka memiliki kemampuan dalam memilih dan mengambil peluang dan tahu kapan waktu yang tepat untukmengatakan tidak terhadap suatu peluang. Lebih lanjut menurut Handayani dalam Maharani (2013: 23) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi entrepreneurship, antara lain : 1. Motivasi Motivasi adalah daya penggerak aktif seseorang yang bersifat instrinsik untuk melakukan suatu tindakan guna untuk
50
mencapai tujuan atau memenuhi kebutuhan, jadi dengan adanya kebutuhan seseorang untuk menjadi entrepreneur sukses, maka terbentuklah entrepreneurship pada diri entrepreneur itu. 2. Minat Minat merupakan suatu hasrat yang kuat dari seseorang, baik itu disadari atau tidak disadari yang terpuaskan lewat perilaku. 3. Etnis Perbedaan etnis akan mewarnai tradisi dalam keluarga. Misalnya dalam mendidik anak tentu akan berbeda antara etnis yang satu dengan etnis yang lain. Ini akan berdampak pula pada sikap dan perilaku anak yang pada akhirnya perbedaan tersebut berdampak pada perbedaan prestasinya. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal yang terdiri antara lain komitmen dan determinasi, kepemimpinan, obsesi terhadap peluang, menerima resiko, kreativitas, percaya diri, dan kemampuan beradaptasi, motivasi untuk menjadi unggul, faktor fisik, faktor psikis atau kepribadian, faktor ketahanan dalam menghadapi tekanandan faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain lingkungan keluarga, lingkungan sosial, dan etnis, di mana kondisi lingkungan keluarga pada tiap-tiap etnis sangatlah berbeda, lokasi wirausaha, pendidikan.
51
c. Aspek-aspek Perilaku Kewirausahaan Para pakar wirausaha berpendapat bahwa aspek sifat merupakan faktor penting dalam keberhasilan wirausaha (Riyanti, 2003: 33).
Dari
beberapa
pendapat
tokoh
tentang
aspek
perilaku
kewirausahaan peneliti berusaha mensintesiskan aspek-aspek perilaku kewirausahaan, antara lain: 1. Mau dan suka berkerja keras Berusaha selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai.Tidak pernah memberi dirinya kesempatan untuk berpangku tangan, mencurahkan perhatian sepenuhnya pada pekerjaan, dan memiliki tenaga untuk terlihat terus-menerus dalam kerja. Penuh semangat dan penuh energi (Sukardi dalam Riyanti 2003: 53, Anoraga, 2002: 142, Riyanti, 2003: 51, Zimmerer dan Scarborough, 2008: 7). 2. Berani mengambil resiko yang diperhitungkan Para wirausahawan bukanlah orang-orang yang mengambil resiko secara membabi buta, melainkan orang yang mengambil resiko yang diperhitungkan (Zimmerer dan Scarborough, 2008: 7, Alma, 2004: 39). Berani mengambil resiko dan menyukai tantangan (Riyanti, 2003: 51). Tidak khawatir akan menghadapi situasi yang serba tidak pasti di mana usahanya belum tentu membuahkan keberhasilan. Berani mengambil resiko kegagalan dan selalu antisipasi
terhadap
kemungkinan-kemungkinan
gagal.Segala
52
tindakannya diperhitungkan secara cermat Sukardi dalam Riyanti (2003: 53). 3. Percaya terhadap diri sendiri dan mandiri Seorang wirausaha akan melakukan kegiatannya dengan penuh
optimisme.
Jarang
terlihat
ragu-ragu.
Tidak
mudah
dipengaruhi oleh pendapat dan saran orang lain, akan tetapi pendapat dan saran itu tidak ditolak begitu saja namun dijadikan masukan sebagai
pertimbangan,
kemudian
dapat
diputuskan.
Para
wirausahawan sangat yakin terhadap kemampuan mereka untuk sukses (Sukardi dalam Riyanti, 2003: 53, Alma, 2004: 39, Zimmerer dan Scarborough, 2008: 7, Riyanti, 2003: 51). 4. Bertanggung jawab Para wirausahawan merasakan tanggung jawab pribadi yang amat dalam terhadap hasil atas usaha yang telah mereka mulai.Mereka lebih memilih dapat mengendalikan sumber-sumber daya mereka untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Benar-benar menentukan apa yang harus dilakukan dan bertanggung jawab pada dirinya sendiri (Zimmerer dan Scarborough, 2008: 7, Sukardi dalam Riyanti, 2003: 53). 5. Mudah bergaul dan hangat dalam berkomunikasi Seorang wirausahawan mampu menyesuaikan diri dalam berbagai situasi dan mampu membina kenalan atau relasi baru, aktif
53
bergaul dengan siapa saja (Sukardi dalam Riyanti, 2003: 53, Zimmerer dan Scarborough, 2008: 7). 6. Berorientasi pada masa depan Seorang wirausaha memiliki tujuan yang ingin dicapai dan berusaha mewujudkannya. Seorang wirausahawan fokus terhadap kerja, tidak begitu mempersoalkan masalah pekerjaan kemarin, tetapi memikirkan apa yang harus dikerjakan besok (Zimmerer dan Scarborough, 2008: 7, Riyanti, 2003: 51). Memiliki tujuan dan target yang terencana membuat wirausahawan memiliki motivasi untuk selalu maju dan berpikir ke depan (Alma, 2004: 39). Tidak terpaku pada masa lampau, gagasan-gagasan lama, tetapi berpandangan kedepan dan mencari ide-ide baru Sukardi dalam Riyanti (2003: 53). 7. Menilai prestasi lebih tinggi dari pada uang Salah satu kesalahan konsep yang paling umum mengenai wirausahawan
adalah
anggapan
bahwa
mereka
sepenuhnya
terdorong oleh keinginan menghasilkan uang. Sebaliknya, prestasi tampak sebagai motivasi utama para wirausahawan, uang hanyalah cara sederhana untuk mengitung skor atau pencapaian tujuan (simbol prestasi) (Zimmerer dan Scarborough, 2008: 7). Dari uraian diatas, peneliti memutuskan menggunakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur perilaku kewirausahaan yaitu mau dan suka bekerja keras, berani mengambil resiko yang diperhitungkan, percaya terhadap diri sendiri dan mandiri, bertanggung
54
jawab, mudah bergaul dan hangat dalam berkomunikasi, berorientasi pada masa depan, menilai prestasi lebih tinggi dari pada uang. Ke tujuh sifat inilah yang akan digunakan peneliti untuk mengukur perilaku kewirausahaan. C. Kerangka Pemikiran Pendidikan Kewirausahaan
(H1)
(X1)
Lingkungan
(H2)
(X2)
Perilaku Kewirausahaan (Y)
(H3) Kepribadian (X3)
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis Pengertian hepotesis menurut Sugiyono (2009: 96) adalah jawaban sementara terhadap rumusan penelitian di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Hipotesis merupakan dugaan sementara yang mungkin benar dan mungkin salah, sehingga dapat dianggap atau dipandang sebagai konklusi atau kesimpulan yang sifatnya
55
sementara, sedangkan penolakan atau penerimaan suatu hipotesis tersebut tergantung dari hasil penelitian terhadap faktor-faktor yang dikumpulkan, kemudian diambil suatu kesimpulan. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1: Penidikan kewirausahaan perpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kewirausahaan H2: Lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kewirausahaan H3: Kepribadian berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kewirausahaan
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data berupa angka yang kemudian data tersebut diolah dan dianalisis untuk mendapatkan suatu informasi ilmiah dibalik angka-angka tersebut (Martono, 2011: 20). B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Jurusan Pebankan Syariah S-1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di IAIN Salatiga. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan data dalam penelitian ini adalah selama 1 hari dimulai dari tanggal 4 Maret 2016. C. Populasi dan Sempel Menurut Sugiyono (2009: 115), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Bawono (2006: 28), populasi adalah keseluruhan wilayah obyek dan subyek penelitian untuk di analisis dan ditarik kesimpulan oleh peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah S-1 di IAIN Salatiga angkatan 2012. Dimana jumlah mahasiswa aktif Perbankan Syariah S-1 adalah 103 mahasiswa.
56
57
Sehingga total populasi adalah 103 mahasiswa. Menurut Bawono (2006: 28), sampel adalah objek atau subjek penelitian yang dipilih guna mewakili keseluruhan dari populasi. Hal ini dilakukan untuk menghemat waktu dan biaya. Sehingga didalam menentukan sampel harus berhati-hati, karena kesimpulan yang dihasilkan, nantinya merupakan kesimpulan dari populasi. Adapun teknik untuk menentukan jumlah sampel, dapat menggunakan rumus sebagai berikut : s =
P (P.e²) + 1
s =
103 103 (0,1)² +1
s =
103 2,03
s = 50,73 = 50 Keterangan: s : Jumlah sampel yang dicari P : Jumlah populasi e : error atau tingkat kesalahan yang diyakini Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 50 mahasiswa Perbankan Syariah di IAIN Salatiga, dengan menggunakan tingkat kesalahan yang diyakini sebesar 10%.
58
D. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka ataupun data yang dapat dihitung Santoso dalam Mahanani (2014: 66). 2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi ataupun data Narimawati dalam Mahanani (2014: 66). Data primer dari penelitian ini diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh responden secara langsung yang berada di IAIN Salatiga. E. Teknik Pengumpulan Data Menurut Arikunto (2006: 175), teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Dalam penggunaan teknik pengumpulan data, peneliti memerlukan instrumen yaitu alat bantu agar pengerjaan pengumpulan data menjadi lebih mudah. Menurut Bawono (2006: 29), teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
59
1. Penelitian Lapangan Metode kuesioner atau angket daftar pertanyaan yang diberikan kepada objek penelitian yang mau memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. 2. Penelitian kepustakaan merupakan penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan bahan-bahan pustaka, literatur dan karangan ilmiah yang ada kaitanya dengan penelitian. F. Definisi Operasional Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel, sehingga peneliti dapat mengetahui baik buruknya pengukuran tersebut. Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah: Tabel 3.1 No. 1.
Variabel
Indikator
Sumber
Pendidikan
1. Pendidikan formal
Undang-
kewirausahaan
2. Pendidikan non formal
Undang
3. Pendidikan informal
Republik Indonesia No. 2 Tahun
2003
pasal 13 ayat 1. 2.
3.
Lingkungan
Kepribadian
1. Lingkungan keluarga
Mahanani
2. Lingkungan masyarakat
(2014: 34) dan
3. Lingkungan sekolah
Paulina (2011:
4. Lingkungan teknologi
35)
1. Kepercayaan kepada diri
Citradewi
60
sendiri
(2015: 33)
2. Ketahanan menghadapi cobaan 3. Berani dalam mengambil risiko 4. Kepemimpinan 5. Berorientasi ke masa depan 4.
Perilaku
1. Mau dan suka bekerja keras
Riyanti
kewirausahaan
2. Berani mengambil resiko yang (2003:33) diperhitungkan 3. Percaya terhadap diri sendiri dan mandiri 4. Bertanggung jawab 5. Mudah bergaul dan hangat dalam berkomunikasi 6. Berorientasi pada masa depan 7. Menilai prestasi lebih tinggi dari pada uang.
G. Teknik Analisis Data Analisis yang dilakukan adalah analisis data kuantitatif, dilakukan dengan beberapa langkah antara lain: 1. Uji Instrumen a) Uji Reliabilitas Pada prinsipnya uji reliabilitas digunakan untuk menguji data yang kita peroleh sebagai misal hasil dari jawaban kuesioner yang kita bagikan. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu
61
ke waktu. Teknik yang digunakan dalam pengukuran reliabilitas ini adalah teknik cronbach alpha. Suatu variabel dikatakan reliable jika nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6 (Bawono, 2006: 63-68). b) Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengungkap sahih atau tidaknya suatu pertanyaan pada kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid/sahih jika pertanyaan pada kuesioner tersebut mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Bawono, 2006: 68). Untuk mengukur validitas dapat dilakukan dengan melihat nilai Corrected Item Total Correlation (sebagai r hitung), suatu pertanyaan dikatakan valid apabila nilai r hitung > r tabel. 2. Uji Statistik a. Uji ttest Uji ttest ini digunakan untuk melihat tingkat signifikansi variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen secara individu atau sendiri-sendiri dengan tingkat kepercayaan tertentu (Bawono, 2006: 89). Untuk melihat tingkat signifikansi dalam uji ttest ini bisa membandingkan nilai pada kolom ttest pada tabel hasil pengolahan menggunakan SPSS dengan Ttabel. Apabila nilai ttest> Ttabel berarti Variabel Independen secara individu mempengaruhi secara signifikan variabel dependen, begitu pula sebaliknya.
62
b. Uji F Uji F ini hampir sama dengan uni ttest. Yang membedakan adalah untuk melihat tingkat signifikansi, variabel independen tidak secara individu mempengaruhi variabel dependen, melainkan secara bersama-sama. Artinya dengan tingkat kepercayaan tertentu, variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara serentak atau bersama-sama. Untuk melihat tingkat signifikansi bisa dengan membandingkan nilai pada kolom Ftest hasil pengujian dengan SPSS dengan nilai Ftabel. Apabila Fhitung/test> Ftabel, berarti variabel independen secara bersamasama mempengaruhi secara signifikan variabel dependen, begitu pula sebaliknya. c. Uji R2 Uji R2 ini digunakan untuk melihat seberapa kuat tingkat hubungan (korelasi) antara variabel independen dengan variabel dependen. Untuk melihat seberapa kuat tingkat hubungan antara kedua variabel dapat melihat nilai pada kolom R pada tabel hasil pengolahan menggunakan SPSS. Apabila nilai pada kolom R semakin mendekati 1, berarti hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen semakin kuat.
63
3. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik terdiri dari: a. Uji Multicollinearity (Multikolinearitas) Multicollinearity adalah situasi di mana terdapat korelasi variabel-variabel bebas di antara satu dengan yang lainnya. Masalah Multikolinearitas yang serius dapat mengakibatkan berubahnya tanda dari parameter estimasi (Bawono, 2006: 115-116). Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan metode VIF (Varian Inflation Factor) dan nilai Tolerance. Nilai VIF tidak boleh lebih besar dari 10, sedangkan nilai Tolerance adalah tidak boleh lebih besar dari 1 (Ghozali, 2010). b. Uji Heteroscendasticity (Heteroskendastisitas) Untuk
mengetahui
ada
tidaknya
gejala
penyakit
Heteroskendastisitas dapat dilakukan dengan grafik scatterplot. Jika pola pergerakan grafiknya beraturan, maka cenderung ada gejala penyakit Heteroskendastisitas. Sedangkan jika pergerakan grafiknya tidak beraturan, maka tidak ada gejala penyakit Heteroskendastisitas. c. Uji Normality Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, data variabel dependen dan independen yang digunakan memiliki distribusi normal atau tidak. Ada beberapa cara untuk mengujinya, salah satunya dengan analisa grafik. Dengan metode grafik kita dapat
64
melihat data yang digunakan memberikan distribusi normal atau tidak dengan melihat histogram dan normal probability plot. H. Alat Analisis Alat analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan program olah data SPSS (statistical product and service solution), data yang didapat merupakan data kuantitatif dimana data dapat dinyatakan dalam bentuk angka, maka akan mudah untuk diaplikasikan ke dalam olah data SPSS. SPSS merupakan sebuah program computer statistic yang berfungsi untuk membantu dalam memproses data-data statistic secara tepat dan cepat, serta menghasilkan berbagai output yang dikehendaki oleh para pengambil keputusan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum IAIN Salatiga merupakan perguruan tinggi dimana peneliti menuntut ilmu dan telah menghasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas. IAIN Salatiga, lebih dikenal dengan singkatan STAIN karena masyarakat masih belum banyak yang tahu kalau STAIN sudah beralih status menjadi IAIN. IAIN Salatiga adalah sebuah perguruan tinggi berbasis agama Islam yang berada di Salatiga yang berdiri secara yuridis mulai tanggal 21 Maret 1997 yang semula masih menjadi bagian dari IAIN Walisongo Semarang. IAIN Salatiga merupakan perguruan tinggi yang cukup di minati oleh masyarakat Salatiga dan sekitarnya. Secara umum Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di IAIN Salatiga sudah mengalami peningkatan kualitas pendidikan untuk mempersiapkan sarjana yang memiliki kompetensi, yang dipersiapkan sebagai calon wirausaha dan ekonom yang akan menyokong pembangunan Negara dibandingkan ekonomi dan perbankan yang berprinsip Islami.
65
66
B. Hasil Penelitian 1. Uji Instrumen a. Uji Reliabilitas Hadi dalam Bawono (2006) mengatakan bahwa uji reliabilitas ini dipakai untuk mengetahui sejauh mana pengukuran data dapat memberikan hasil yang relatif konsisten atau tidak berbeda jika diukur ulang pada subjek yang sama, sehingga dapat diketahui konsistensi atau keterandalan alat ukur. Realibel atau tidaknya suatu data bisa dilihat pada nilai cronbach’s alpha hasil pengujian dengan bantuan aplikasi pengolah data SPSS. Nilai cronbach’s alpha harus lebih besar dari 0,6 untuk bisa dikatakan realibel. Table 4.1 Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Cronbach Alpha
Kesimpulan
0,662
Reliabel
Lingkungan
0,711
Reliabel
Kepribadian
0,849
Reliabel
0,875
Reliabel
Pendidikan Kewirausahaan
Perilaku Kewirausahaan
Sumber: Data Primer yang diolah (2016)
Tabel di atas menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan nilainya lebih besar dari 0,6. Itu berarti kuesioner yang digunakan handal (realibel).
67
b. Uji Validitas Menurut Hadi dalam Bawono (2006) uji Validitas ini dipakai untuk mengukur seberapa cermat suatu test melakukan fungsi ukurnya atau telah benar-benar mencerminkan variabel yang diukur. Valid tidaknya suatu alat ukur bisa dilihat dari nilai korelasi antara score pertanyaannya dengan jumlah scorenya menghasilkan tanda bintang atau tidak. Jika bertanda bintang baik bintang satu atau dua berarti valid, dan sebaliknya. Table 4.2 Hasil Uji Validitas Variabel
Pearson
Significant
Kesimpulan
Corelation
(2 Tailed)
0,298*-0,748**
.000
Valid
Lingkungan
0,321*-0,726**
.000
Valid
Kepribadian
0,291*-0,789**
.000
Valid
0,283*-0,736**
.000
Valid
Pendidikan Kewirausahaan
Perilaku Kewirausahaan Sumber: Data Primer diolah (2016)
Dari table di atas, diketahui semua pertanyaan dari masing variabel nilainya menghasilkan tanda bintang, baik bertanda bintang satu atau dua. Jadi semua pertanyaan yang digunakan dalam penelitian sudah secara tepat mengungkapkan variabel - variabelnya.
68
2. Uji Statistik a. Uji ttest Uji ttest digunakan untuk melihat tingkat signifikansi pengaruh variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen secara sendiri-sendiri dengan tingkat kepercayaan tertentu. Tabel 4.3 Uji secara Individu (Uji Ttest) Variabel
Contant
Nilai ttest
Nilai
Nilai
Ttabel
Sig.
Keterangan
2, 595
0,013
Signifikan
3, 057
0,004
Signifikan
Pendidikan kewirausahaan
1,298
Lingkungan
-1,456
0,152
Tidak Signifikan
Kepribadian
4,224
.000
Signifikan
Sumber: data primer yang diolah (2015)
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa variabel independen yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen berjumlah 2 variabel saja dari total 3 variabel independen yang digunakan. Nilai ttest variabel pendidikan kewirausahaan dengan skor 3,057 ternyata lebih dari nilai ttabel yang mempunyai nilai 1,298. Dengan
69
demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel pendidikan kewirausahaan berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku kewirausahaan. hal ini juga didukung oleh nilai nilai sig. 0,004 < 0,05. Nilai ttest variabel lingkungan dengan skor -1,456 ternyata lebih besar dari nilai ttabel yang mempunyai nilai 1,298. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel lingkungan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku kewirausahaan. hal ini juga didukung oleh nilai nilai sig. 0,152 > 0,05. Nilai ttest variabel kepribadian dengan skor 4,224 ternyata lebih besar dari nilai ttabel yang mempunyai nilai 1,298. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel kepribadian berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku kewirausahaan. hal ini juga didukung oleh nilai nilai sig. .000 < 0,05. Dari beberapa penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel yang paling dominan mempengaruhi perilaku kewirausahaan adalah variabel kepribadian (X3), yang ditunjukkan dengan nilai thitung sebesar 4,224. b. Uji F Uji F ini hampir sama dengan uji ttest. Yang membedakan adalah untuk melihat tingkat signifikansi, variabel independen tidak secara individu mempengaruhi variabel dependen, melainkan secara bersamasama. Artinya dengan tingkat kepercayaan tertentu, variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara serentak atau bersama-sama.
70
Tabel 4.4 Uji Secara Serempak (Uji Ftest) ANOVAa Model
Sum of
df
Mean
Squares
1
F
Sig.
Square
Regression
1904.317
3
634.772
Residual
1259.603
46
27.383
Total
3163.920
49
23.182
.000b
a. Dependent Variable: Perilaku_Kewirausahaan b. Predictors: (Constant), Kepribadian, Pendidikan_kewirausahaan, Lingkungan Sumber: Data Primer diolah (2016)
Berdasarkan tabel di atas terlihat nilai Fhitung sebesar 23,182. Sedangkan nilai Ftabel sebesar 2,790. Hal ini berarti variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan karena nilai Fhitung > Ftabel. Hal tersebut juga didukung dari nilai pada kolom sig. lebih kecil dari 0,05. Sesuai dengan asumsi yang ada jika nilai sig < 0,05, maka disimpulkan bahwa variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
71
c. Uji R2 Tabel 4.5 Uji R2 Secara Serempak Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.776a
1
.602
.576
5.23285
a. Predictors: (Constant), Kepribadian, Pendidikan_kewirausahaan, Lingkungan
Sumber: Data Primer diolah (2016)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat nilai pada kolom R sebesar 0,776. ini berarti terdapat hubungan yang cukup kuat antara variabel independen dengan variabel dependen karena nilai pada kolom R mendekati angka 1. Dari tabel di atas juga terlihat bahwa nilai pada kolom R Square sebesar 0,576. Hal tersebut berarti kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen sebesar 57%, sedangkan sisanya sebesar 43% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model regresi yang digunakan. 3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multicollinearity Uji
Multicollinearity
berarti
menguji
apakah
terdapat
hubungan yang sempurna antara variabel independen yang digunakan. Untuk mengetahui apakah terjadi Multicollinearity atau tidak dalam menggunakan
metode VIF. Metode VIF adalah cara mendeteksi
Multicollinearity dengan melihat nilai VIF. Asumsi yang digunakan
72
adalah jika nilai VIF-nya tidak lebih besar dari 5 maka tidak terjadi Multicollinearity, Jika lebih maka terdapat gejala Multicollinearity. Table 4.6 Uji Multicollinearity Coefficientsa Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std.
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
Error
1
a.
(Constant)
13.330
5.136
Pendidikan
.842
.275
Lingkungan
-.289
.198
Kepribadian
.857
.203
2.595
.013
3.057
.004
.572
1.747
-.179 -1.456
.152
.571
1.751
.000
.445
2.246
.376
kewirausahaan
.589
4.224
Dependent Variable: Perilaku_Kewirausahaan Sumber: Data Primer diolah (2016)
Dari tabel di atas pada kolom VIF semua nilainya tidak ada yang lebih besar dari 5. Itu berarti data yang digunakan tidak terdapat gejala Multicollinearity. b. Uji Heterosedasticity Uji heteroscedasticity digunakan untuk mengetahui apakah varian dari variabel pengganggu sama atau berbeda. Jika sama berarti memenuhi asumsi dalam metode regresi linear yang digunakan yaitu homocedasticity. Namun jika berbeda,itulah yang disebut dengan heteroscedasticity.
Untuk
mengetahui
apakah
suatu
penelitian
mengalami gejala heteroscedasticity atau tidak, dapat dideteksi dengan melihat grafik Scatterplot.
73
Sumber: Data Primer diolah (2016)
Gambar 4.7 Uji Heteroscedasticity
Data yang tidak terkena gejala heteroscedasticity adalah jika titik-titik pola persebaran dalam grafik Scaterplot tersebar tidak beraturan dan tidak berpola.berdasarkan grafik di atas, terlihat titik-titik persebaran yang ada tersebar tidak berpola dan tidak beraturan,hal tersebut berarti data yang digunakan lolos dari gejala heteroscedasticity. c. Uji Normality Uji Normality adalah pengujian terhadap model regresi yang digunakan apakah data variabel dependen dan independen yang digunakan berdistribusi normal atau tidak (Bawono, 2006). Untuk melihat apakah data yang dipakai memenuhi asumsi normality atau tidak dapat menggunakan metode analisa grafik normal plot. Asumsi
74
yang digunakan adalah jika titik-titik persebaran dalam grafik mengikuti garis maka data yang digunakan berdistribusi normal.
Sumber: Data Primer diolah (2016)
Gambar 4.8 Uji Normality
Dari tabel di atas dapat dilhat bahwa titik-titik yang ada, tersebar mengikuti alur pada garis, sehingga dapat dikatakan bahwa data yang digunakan berdistribusi secara normal.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan analisis data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga, maka penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Pendidikan kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kewirausahaan mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga. 2. Lingkungan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap perilaku kewirausahaan mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga. 3. Kepribadian berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kewirausahaan mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga. 4. Variabel
yang
paling
dominan
dalam
mempengaruhi
perilaku
kewirausahaan mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga adalah kepribadian. Teori kepribadian Holland merupakan teori yang tepat dalam perilaku kewirausahaan, hal ini dibuktikan dengan kepribadian sebagai variabel yang paling berpengaruh.
75
76
Dalam hal ini kepribadian menjadi paling signifikan karena kepribadian memegang peranan yang sangat besar dalam beraktifitas berwirausaha. Kepribadian menjadi kunci utama dalam keberhasilan seorang pelaku usaha. Hal ini dikarenakan kepribadian merupakan sifat yang khas yang membedakan dirinya dan orang lain yang tentunya akan berpengaruh pada kualitas karir seorang pelaku usaha. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Dari faktor pendidikan kewirausahaan, maka mata kuliah kewirausahaan di Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga sebagai tempat penelitian, telah berhasil memberikan pengaruh positif terhadap timbulnya perilaku kewirausahaan mahasiswa. Hal ini sangat bermanfaat bagi tumbuhnya perilaku kewirausahaan di kalangan mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga pada khususnya dan lingkungan dunia kewirausahaan di Indonesia
pada
umumnya.
Untuk
itu
keberadaaan
mata
kuliah
kewirausahaan pada Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN hendaknya dapat dipertahankan terus keberadaannya, dan dapat dijadikan acuan untuk juga dianjurkan di jurusan-jurusan lainnya di IAIN Salatiga pada khususnya dan di universitas lain pada umumnya.
77
2. Lingkungan diharapkan lebih aktif dan mampu memberikan dukungannya terhadap
perilaku
kewirausahaan
yang
dijalankan
oleh
seseorang/mahasiswa, sehingga dengan kontribusi yang lebih aktif dari lingkungan dapat mendorong dan memberikan pengaruh positif bagi proses usaha yang dijalankannya, baik kontribusi dari segi pendanaan maupun non pendanaan. 3. Mahasiswa
hendaknya
dapat
mempertahankan
kepribadian
yang
dimilikinya sebagai faktor pendukung dalam mempertahankan perilaku berwirausaha yang dimilikiya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepribadian tergolong dalam kategori yang baik, sehingga seharusnya dapat dipertahankan agar mempermudah pencapaian tujuan yang hendak dicapainya dan mendorong keberhasilan usaha dimasa mendatang. 4. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas variabel penelitian diluar variabel independen yang terdapat dalam penelitian ini, sehingga akan didapatkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan mahasiswa secara lebih luas.
78
DAFTAR PUSTAKA Alma, Buchari. 2004. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta. ------------------. 2011. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta. Andini, Alfath. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Memotivasi Mahasiswa Berkeinginan Menjadi Entrepreneur Muslim. Skripsi. STAIN Salatiga. Anoraga, P. Sudantoko. D. 2002. Koperasi, Kewirausahaan, dan Usaha Kecil. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Anoraga, Pandji. 2007. Pengantar Bisnis: Pengelolaan Bisnis dalam Era Globalisasi. Jakarta: Rineka Cipta. -------------------. 2009. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Astiti, Yunita Widyaning. 2014. “Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Motivasi Berwirausaha Dan Keterampilan Berwirausaha Mahasiswa Pendidikan
Ekonomi
Universitas
Negeri
Yogyakarta”.
Skripsi.
Universitas Negeri Yogyakarta. Bawono, Anton. 2006. Multivariate analisys dengan SPSS. Salatiga: STAIN Salatiga pers. Citradewi, Adelina. 2015. “Pengaruh Kepribadian, Pendidikan Kewirausahaan, dan Lingkungan Keluarga terhadap Aktivitas Berwirausaha Mahasiswa Universitas Negeri Semarang”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Daryanto. 2012. Pendidikan Kewirausahaan. Yogyakarta: Gava Media
79
Hanum, Ayu Noviani dan Sinarsari, Andwiani. 2012. “Pengaruh Latar Belakang Pendidikan terhadap Motivasi Kewirausahaan Mahasiswa”. Jurnal. Semarang:
Uiversitas
Muhammadiyah.
http://jurnal.unimus.ac.id
diakses 24 September 2014. Hisrich, R. D., Peters, M.P., & Stepeherd, D.A. (2008). Entrepreneurship. New York: The McGraw Hill Irwin Holland, John L. 2004. Psikologi Pemilihan Karier. Terjemahan Dewa Ketut Sukardi. Jakarta: Rineka Cipta. Irafami, D.T, Achadiyah, B.N. 2013. “Perbandingan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang: Jurusan Akuntansi,
Manajemen
Dan
Ekonomi
Pembangunan”
Jurnal
Nominal/Volume II Nomor II / Tahun 2013. Diakses 15 Oktober 2015. Lestari, Retno Budi dan Wijaya, Trisnadi. 2012. “Kewirausahaan Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa di STIE MDP, STMIK MDP, dan STIE MUSI” Jurnal Ilmiah STIE MDP Vol. 1 No. 2 Maret 2012 hal 119. http://6.Pengaruh%Pendidikan%20Kewirausahaan%20Terhadap%20Mi nat%20Berwirausaha%20Mahasiswa%20di%20MDP%2C%20STMIK %20MDP%2C%20dan%20STIE%20MUSI%20 diakses 29 Oktober 2014. Longenecker. Moore. Petty. 2001. Kewirausahaan Managemen Usaha Kecil. Jakarta : Salemba Empat.
80
Mahanani, Hanum Risfi. 2014. “Analisis Pengaruh Faktor Internal Dan Faktor Lingkungan Eksternal
Terhadap Minat
Berwirausaha”. Skripsi.
Universitas Diponegoro. Maharani, Dian Mega. 2013. “Perilaku Kewirausahaan Pedagang Etnis Cina Dan Pedagang Etnis Jawa Di Pasar Yaik Permai Semarang”. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Marini, Chomzana Kinta. 2014. “Pengaruh Self-efficacy, Lingkungan keluarga, dan Lingkungan Sekolah Terhadap Minat Berwirausaha Siswa SMK Jasa Boga” Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 4, Nomor 2. Diakses pada tanggal 11 September 2015 Martono, Nanang. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Rajawali Press. Masitah, Dewi dan Edwar, M. 2013. “Pengaruh peran keluarga dan praktik kewirausahaan dalam membentuk sikap kewirausahaan mahasiswa pendidikan ekonomi”. Jurnal. Surabaya: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya. Diakses 29 Oktober 2014. Noerinda Lubis, Riza, Widjanarko Otok, Bambang 2011. “Pengaruh Kepribadian Terhadap Perilaku Kewirausahaan Menggunakan Partial Least Square”. Jurnal. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Diakses 2 Desember 2014 Nopalia, at.al. 2012. “Pengaruh Penggunaan Informasi Akuntansi Manajemen Dan Kepribadian Wirausaha Terhadap Kinerja Manajerial” e-Jurnal BINAR AKUNTANSI Vol.1 No. 1, Setember 2012 hal 42-50. Diakses 29 Oktober 2014.
81
Patel, K. (2007). Understanding the Influence of Famili context on entrepreneurial characteristics, Gordon Institute of Business Science: Universitas of Pretoria. Paulina, Irene. 2011. “Pengaruh Kecerdasan Emosi, Sikap Mandiri, Dan Lingkungan
Terhadap
Intensi
Berwirausaha
Pada
Mahasiswa
Universitas Gunadarma”. Skripsi. Universitas Gunadarma. Riyanti, Benedicta Prihatin Dwi. 2003. Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT.Grasindo. Sjarkawi. 2008. Pembentukkan Kepribadian Anak. Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sujanto, Agus, at.al. 2006. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara. Suryana. 2001. Kewirausahaan. Jakarta: PT. Salemba Empat. ------------. 2003. Kewirausahaan Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Bandung : Salemba Empat. ------------. 2009. Kewirausahaan, Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2010. Bandung: Diperbanyak oleh CV. Fokusmedia. Walgito. B. 2002. PsikologiSosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: ANDI. Yusuf, Syamsu. 2008. Teori Kepribadian. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
82
------------------. 2009. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya. Zimmerer. T.W. Scarborough. N.M. 2008. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Jakarta: Salemba Empat. Zuchdi, Darmiyati. 2008. Humanisasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Lampiran
84
KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA JURUSAN PERBANKAN SYARI’AH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM IAIN SALATIGA
Responden yang terhormat, Saya memohon kesediaan Sdr/Sdri untuk meluangkan waktu sejenak guna mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini di susun dalam rangka menyelesaikan studi saya Program Studi Perbankan Syari‟ah S-1 di IAIN Salatiga. Pada penelitian ini, tidak ada jawaban yang benar atau salah, sehingga saya berharap Sdr/Sdri dapat memberikan jawaban yang sejujur-jujurnya pada seluruh pernyataan dalam kuesioner ini. Sesuai dengan kode etik penelitian, saya menjamin kerahasiaan semua data. Kesediaan Sdr/Sdri mengisi kuesioner ini adalah bantuan tak ternilai bagi saya. Akhirnya, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesediaan Sdr/Sdri yang telah meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini, dan peneliti mohon maaf apabila ada pernyataan yang tidak berkenan di hati Sdr/Sdri.
Salatiga , 4 Maret 2016 Hormat saya, Peneliti
Wahyu Krisnawati 21310047
85
No. Responden: ………….
A. Petunjuk Pengisian Responden yang terhormat, bersama ini saya mohon kesediaan Sdr/Sdri untuk mengisi data kuesioner yang diberikan. Informasi yang Sdr/Sdri
berikan
merupakan
bantuan
yang
sangat
berarti
dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi saya. Oleh karena itu kepada responden, saya sebagai penulis mengharapkan: 1. Sdr/Sdri menjawab setiap pertanyaan dengan sejujur-jujurnya, dan perlu diketahui bahwa jawaban Sdr/Sdri tidak berhubungan dengan benar atau salah. 2. Pilihlah jawaban dengan memberi tanda check (√) pada salah satu jawaban yang paling sesuai menurut Sdr/Sdri. Keterangan : SS : Sangat Setuju (5) S
: Setuju (4)
AS : Agak Setuju (3) KS : Kurang Setuju (2) TS : Tidak Setuju (1) STS : Sangat Tidak Setuju (0) 3. Setelah melakukan pengisian, mohon Sdr/Sdri menyerahkan kepada pemberi kuesioner B. Identitas Responden 1. Nama : ………………………. 2. NIM
: ……………………….
3. Jurusan : Perbankan Syari‟ah S-1 4. Jenis Kelamin : ( L/P )* *coret yang tidak perlu
86
1. Pendidikan Kewirausahaan a) Pendidikan formal (mata kuliah/mata pelajaran kewirausahaan) No.
Pertanyaan
1.
Mata kuliah Kewirausahaan dapat mempengaruhi
STS
TS
KS
AS
aktivitas keberlangsungan usaha Anda.
Mata kuliah Kewirausahaan untuk bekal menjadi 2.
wirausahawan. b) Pendidikan non formal (seminar dan/atau workshop kewirausahaan)
3.
Seminar dan/atau workshop kewirausahaan sangat penting bagi Anda yang akan memulai suatu usaha.
4.
Sering tidaknya mengikuti seminar dan/atau workshop kewirausahaan dapat mempengaruhi keinginan Anda untuk menjadi seorang wirausaha. c) Pendidikan informal (pendidikan keluarga dan lingkungan)
5.
Keluarga Anda sering memberikan pengetahuan tentang kewirausahaan.
6.
Anda menilai pendidikan kewirausahaan yang di dapat dari pendidikan keluarga dan lingkungan sangat bermanfaat.
2. Lingkungan a) Lingkungan keluarga 7.
Anda ingin menjadi seorang wirausaha karena adanya dorongan dari keluarga.
8.
Anda ingin menjadi wirausaha karena terinspirasi dari keluarga Anda. b) Lingkungan masyarakat
9.
Anda ingin menjadi seorang wirausaha karena
S
SS
87
masyarakat sekitar Anda kebanyakan adalah seorang wirausaha. 10.
Tetangga anda ingin terlibat dalam usaha Anda. c) Lingkungan sekolah/kampus
11.
Teman kampus Anda rata-rata adalah seorang wirausaha.
12.
Anda ingin menjadi seorang wirausaha karena anda terinspirasi oleh dosen Anda. d) Lingkungan teknologi
13.
Penggunaan internet sangat penting untuk mengembangkan usaha Anda.
14.
Internet memudahkan memasarkan produk Anda.
3. Kepribadian a) Kepercayaan kepada diri sendiri 15.
Seorang wirausahawan yang berhasil adalah wirausahawan yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi
16.
Anda mudah goyah oleh pendapat dan saran dari orang lain. b) Ketahanan menghadapi cobaan
17.
Cobaan/masalah dalam berwirausaha merupakan pengalaman berharga bagi Anda dalam menjalankan usaha.
18.
Wirausaha merupakan pekerjaan dengan banyak tantangan. c) Berani dalam mengambil risiko
19.
Anda adalah tipe orang yang berani mengambil resiko ketidakpastian demi sebuah hasil yang besar.
20.
Anda tidak merasa takut sedikitpun menghadapi
88
suatu resiko dalam pekerjaan/tugas. d) Kepemimpinan 21.
Ketidakmampuan mempimpin dari seorang ketua/leader merupakan salah satu faktor yang memecah visi misi dari tim.
22.
Anda mampu bergaul dengan orang lain di sekitar Anda dengan baik. e) Berorientasi ke masa depan
23.
Usaha yang baik adalah usaha yang memiliki kejelasan tujuan di masa depan.
24.
Salah satu faktor yang menyebabkan kegagalan usaha disebabkan oleh tidak adanya tujuan yang jelas.
4. Perilaku Kewirausahaan a) Mau dan suka bekerja keras 25.
Anda berupaya meningkatkan pengembangan usaha saya meskipun terasa sulit.
26.
Anda merasa tidak puas dengan apa yang Anda peroleh
sekarang
sehingga
Anda
berusaha
memotivasi diri supaya semakin berhasil dalam berwirausaha. b) Berani mengambil risiko yang diperhitungkan 27.
Perencanaan dan pengendalian usaha dilakukan secara matang dapat memperkecil risiko yang kemungkinan dihadapi.
28.
Risiko yang besar selalu sebanding dengan hasil yang didapat. c) Percaya terhadap diri sendiri dan mandiri
29.
Anda menjalankan usaha sendiri, lebih baik dari pada mengandalkan orang lain.
89
30.
Anda percaya bahwa Anda akan berhasil dalam berwirausaha d) Bertanggung jawab
31.
Apabila Anda mengalami kegagalan itu bukan karena kesalahan orang-orang disekitar Anda, karena itu sudah menjadi tanggung jawab Anda dalam berwirausaha.
32.
Anda selalu mengerjakan tugas anda dengan baik. e) Mudah bergaul dan hangat dalam berkomunikasi
33.
Anda mampu bergaul dengan orang lain di sekitar Anda dengan baik.
34.
Saya merasa sulit beradaptasi dengan lingkungan yang baru. f) Berorientasi pada masa depan
35.
Usaha yang baik adalah usaha yang memiliki kejelasan tujuan di masa depan.
36.
Ketika banyaknya pesaing bisnis, saya berupaya mencari cara baru dengan sharing sesama pedagang, membaca buku, atau mencari informasi melalui internet untuk meningkatkan omset (pendapatan). g) Menilai prestasi lebih tinggi dari pada uang
37.
Menurut anda uang bukanlah segala-galanya yang terpenting adalah kepuasan yang diperoleh atas keberhasilan dalam usaha.
38.
Tujuan utama yang ingin anda capai dalam berbisnis dapat membuka lapangan pekerjaan bukan penghasilan yang melimpah ruah.
Terima Kasih
90
1. Uji Instrumen a.
Uji Reliability
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
N of Items
Based on Standardized Items .662
.695
6
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
N of Items
Based on Standardized Items .711
.701
8
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
N of Items
Based on Standardized Items .849
.867
10
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
N of Items
Based on Standardized Items .875
.884
14
91
b. Uji Validitas Correlations p1
p2
p3
p4
p5
p6
Pendidikan kewirausahaan
Pearson Correlation p1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation p3
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
p4
Sig. (2-tailed) N
p5
.075
.036
.605
.298
*
.613**
.013
.000
.351
50
50
50
50
50
50
50
.505**
1
.371**
.457**
.028
.538**
.726**
.008
.001
.845
.000
.000
.000 50
50
50
50
50
50
50
.331*
.371**
1
.377**
-.140
.258
.566**
.019
.008
.007
.331
.071
.000
50
50
50
50
50
50
50
*
**
**
1
.037
.228
.673**
.797
.111
.000
.298
.457
.036
.001
.377
.007
50
50
50
50
50
50
50
.028
-.140
.037
1
.420**
.428**
Sig. (2-tailed)
.605
.845
.331
.797
.002
.002
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
kewirausahaan
.019
*
.075
Pearson Correlation
Pendidikan
.000
.331
*
Pearson Correlation
N
p6
.505
Sig. (2-tailed) N
p2
1
**
Sig. (2-tailed) N
50
50
50
50
50
50
50
.351*
.538**
.258
.228
.420**
1
.748**
.013
.000
.071
.111
.002
50
50
50
50
50
50
50
**
**
**
**
**
**
1
.613
.726
.566
.673
.428
.000
.748
.000
.000
.000
.000
.002
.000
50
50
50
50
50
50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
50
92
Correlations p7
1
Pearson Correlation p7
Sig. (2-tailed) N
p8
p9
p10
p11
p12
p13
p14
Lingkungan
.327*
.321*
.253
.125
.192
.260
.394**
.630**
.021
.023
.076
.388
.182
.068
.005
.000
50
50
50
50
50
50
50
50
50
.327*
1
.582**
.320*
-.040
.377**
.014
.071
.593**
.000
Pearson Correlation p8 Sig. (2-tailed) N
.021
.000
.023
.783
.007
.924
.624
50
50
50
50
50
50
50
50
50
.321*
.582**
1
.529**
.114
.424**
.173
.061
.726**
.023
.000
.000
.430
.002
.229
.673
.000
50
50
50
50
50
50
50
50
50
.253
*
**
.243
**
.101
.235
.721**
.089
.000
.483
.101
.000
50
50
50
50
50
1
*
.225
-.024
.432**
Pearson Correlation p9 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation p10
Sig. (2-tailed) N
.320
.529
.076
.023
.000
50
50
50
1
50
.485
.125
-.040
.114
.243
.329
.388
.783
.430
.089
.020
.117
.868
.002
50
50
50
50
50
50
50
50
50
.192
**
**
**
*
1
-.170
-.109
.596**
.239
.450
.000
50
50
50
1
**
.410**
Pearson Correlation p11 Sig. (2-tailed) N
.377
.424
.485
.329
Pearson Correlation p12 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation p13
Sig. (2-tailed) N
.182
.007
.002
.000
.020
50
50
50
50
50
50
.260
.014
.173
.101
.225
-.170
.528
.068
.924
.229
.483
.117
.239
.000
.003
50
50
50
50
50
50
50
50
50
**
1
.427**
**
.071
.061
.235
-.024
-.109
.005
.624
.673
.101
.868
.450
.000
50
50
50
50
50
50
50
50
50
**
**
**
**
**
**
**
**
1
.394
.528
Pearson Correlation p14 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
.630
.593
.726
.721
.432
.596
.410
.002
.427
Lingkunga n
Sig. (2-tailed) N
.000
.000
.000
.000
.002
.000
.003
.002
50
50
50
50
50
50
50
50
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
50
93
Correlations p15
p15
p16
p17
p18
p19
p20
p21
p22
p23
p24
Kepribadian
Pearson Correlation
p16 1
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
p17
p18
p19
p20
p21
p22
p23
p24
.067
.570**
.643**
.511**
.340*
.334*
.427**
.552**
.509**
Kepribadian .723**
.646
.000
.000
.000
.016
.018
.002
.000
.000
.000
50 .067
50 1
50 .017
50 .093
50 .175
50 .077
50 -.024
50 .003
50 -.017
50 .020
50 .291*
.646 50 .570**
50 .017
.906 50 1
.522 50 .681**
.225 50 .675**
.594 50 .312*
.870 50 .542**
.985 50 .381**
.905 50 .583**
.888 50 .616**
.040 50 .718**
.000 50 .643**
.906 50 .093
50 .681**
.000 50 1
.000 50 .588**
.027 50 .520**
.000 50 .492**
.006 50 .442**
.000 50 .457**
.000 50 .540**
.000 50 .789**
.000 50 .511**
.522 50 .175
.000 50 .675**
50 .588**
.000 50 1
.000 50 .497**
.000 50 .434**
.001 50 .377**
.001 50 .484**
.000 50 .546**
.000 50 .758**
.000 50 .340*
.225 50 .077
.000 50 .312*
.000 50 .520**
50 .497**
.000 50 1
.002 50 .435**
.007 50 .319*
.000 50 .306*
.000 50 .297*
.000 50 .626**
.016 50 .334*
.594 50 -.024
.027 50 .542**
.000 50 .492**
.000 50 .434**
50 .435**
.002 50 1
.024 50 .453**
.031 50 .501**
.036 50 .422**
.000 50 .680**
.018 50 .427**
.870 50 .003
.000 50 .381**
.000 50 .442**
.002 50 .377**
.002 50 .319*
50 .453**
.001 50 1
.000 50 .529**
.002 50 .467**
.000 50 .667**
.002 50 .552**
.985 50 -.017
.006 50 .583**
.001 50 .457**
.007 50 .484**
.024 50 .306*
.001 50 .501**
50 .529**
.000 50 1
.001 50 .572**
.000 50 .724**
.000 50 .509**
.905 50 .020
.000 50 .616**
.001 50 .540**
.000 50 .546**
.031 50 .297*
.000 50 .422**
.000 50 .467**
50 .572**
.000 50 1
.000 50 .708**
.000 50 .723**
.888 50 .291*
.000 50 .718**
.000 50 .789**
.000 50 .758**
.036 50 .626**
.002 50 .680**
.001 50 .667**
.000 50 .724**
50 .708**
.000 50 1
.000
.040
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
50
94
Correlations p25
p25
p26
p27
p28
p29
p30
p31
p32
p33
p34
p35
Pearson Correlatio n Sig. (2tailed) N Pearson Correlatio n Sig. (2tailed) N Pearson Correlatio n Sig. (2tailed) N Pearson Correlatio n Sig. (2tailed) N Pearson Correlatio n Sig. (2tailed) N Pearson Correlatio n Sig. (2tailed) N Pearson Correlatio n Sig. (2tailed) N Pearson Correlatio n Sig. (2tailed) N Pearson Correlatio n Sig. (2tailed) N Pearson Correlatio n Sig. (2tailed) N Pearson Correlatio n Sig. (2tailed)
1
50 .363**
p26
p27
p28
.363**
.363**
.293*
.229
.307*
.261
.428**
.141
.010
.010
.039
.109
.030
.067
.002
50 1
50 .438**
50 .110
50 .217
50 .158
50 .247
.001
.449
.131
.272
50 1
50 .515**
50 .420**
.000 50 1
.010
p29
p30
p31
p32
p33
p34
p35
p36
p37
p38
.098
.355*
.416**
.375**
.307*
Perilaku Kewirausahaan .536**
.327
.499
.012
.003
.007
.030
.000
50 .338*
50 .251
50 -.058
50 .373**
50 .342*
50 .046
50 -.046
50 .417**
.084
.016
.078
.691
.008
.015
.752
.749
.003
50 .565**
50 .526**
50 .521**
50 .570**
50 -.002
50 .426**
50 .477**
50 .150
50 .258
50 .688**
.002
.000
.000
.000
.000
.988
.002
.000
.298
.070
.000
50 .353*
50 .514**
50 .436**
50 .475**
50 .476**
50 .215
50 .449**
50 .327*
50 .365**
50 .371**
50 .661**
.012
.000
.002
.000
.000
.134
.001
.020
.009
.008
.000
50 1
50 .380**
50 .268
50 .291*
50 .497**
50 .359*
50 .218
50 .353*
50 .196
50 .416**
50 .607**
.006
.060
.040
.000
.011
.128
.012
.172
.003
.000
50 1
50 .556**
50 .372**
50 .552**
50 .013
50 .540**
50 .409**
50 .302*
50 .509**
50 .687**
.000
.008
.000
.929
.000
.003
.033
.000
.000
50 1
50 .466**
50 .538**
50 .032
50 .556**
50 .564**
50 .187
50 .371**
50 .665**
.001
.000
.828
.000
.000
.193
.008
.000
50 1
50 .549**
50 .283*
50 .577**
50 .477**
50 .350*
50 .446**
50 .736**
.000
.046
.000
.000
.013
.001
.000
50 1
50 .115
50 .533**
50 .488**
50 .256
50 .455**
50 .722**
.427
.000
.000
.073
.001
.000
50 1
50 .005
50 .060
50 .443**
50 .395**
50 .383**
.972
.677
.001
.005
.006
50 1
50 .644**
50 .354*
50 .510**
50 .726**
.000
.012
.000
.000
50 .363**
50 .438**
.010
.001
50 .293*
50 .110
50 .515**
.039
.449
.000
50 .229
50 .217
50 .420**
50 .353*
.109
.131
.002
.012
50 .307*
50 .158
50 .565**
50 .514**
50 .380**
.030
.272
.000
.000
.006
50 .261
50 .247
50 .526**
50 .436**
50 .268
50 .556**
.067
.084
.000
.002
.060
.000
50 .428**
50 .338*
50 .521**
50 .475**
50 .291*
50 .372**
50 .466**
.002
.016
.000
.000
.040
.008
.001
50 .141
50 .251
50 .570**
50 .476**
50 .497**
50 .552**
50 .538**
50 .549**
.327
.078
.000
.000
.000
.000
.000
.000
50 .098
50 -.058
50 -.002
50 .215
50 .359*
50 .013
50 .032
50 .283*
50 .115
.499
.691
.988
.134
.011
.929
.828
.046
.427
50 .355*
50 .373**
50 .426**
50 .449**
50 .218
50 .540**
50 .556**
50 .577**
50 .533**
50 .005
.012
.008
.002
.001
.128
.000
.000
.000
.000
.972
95
N 50 50 50 50 Pearson .416** .342* .477** .327* Correlatio n p36 Sig. (2.003 .015 .000 .020 tailed) N 50 50 50 50 Pearson .375** .046 .150 .365** Correlatio n p37 Sig. (2.007 .752 .298 .009 tailed) N 50 50 50 50 Pearson .307* -.046 .258 .371** Correlatio n p38 Sig. (2.030 .749 .070 .008 tailed) N 50 50 50 50 Pearson .536** .417** .688** .661** Correlatio Perilaku n Kewirau Sig. (2.000 .003 .000 .000 sahaan tailed) N 50 50 50 50 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
50 .353*
50 .409**
50 .564**
50 .477**
50 .488**
50 .060
50 .644**
50 1
50 .244
50 .496**
50 .706**
.012
.003
.000
.000
.000
.677
.000
.088
.000
.000
50 .196
50 .302*
50 .187
50 .350*
50 .256
50 .443**
50 .354*
50 .244
50 1
50 .657**
50 .575**
.172
.033
.193
.013
.073
.001
.012
.088
.000
.000
50 .416**
50 .509**
50 .371**
50 .446**
50 .455**
50 .395**
50 .510**
50 .496**
50 .657**
50 1
50 .711**
.003
.000
.008
.001
.001
.005
.000
.000
.000
50 .607**
50 .687**
50 .665**
50 .736**
50 .722**
50 .383**
50 .726**
50 .706**
50 .575**
50 .711**
.000
.000
.000
.000
.000
.006
.000
.000
.000
.000
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
.000 50 1
50
96
2. Uji Statistik a. Uji ttest Coefficientsa Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std.
t
Sig.
95.0% Confidence Interval for B
Beta
Error
1
(Constant)
13.330
5.136
Pendidikan
.842
.275
Lingkungan
-.289
Kepribadian
.857
Lower
Upper
Bound
Bound
2.595
.013
2.991
23.668
.376
3.057
.004
.287
1.396
.198
-.179
-1.456
.152
-.688
.110
.203
.589
4.224
.000
.448
1.265
kewirausahaan
a. Dependent Variable: Perilaku_Kewirausahaan
b. Uji Ftest ANOVAa Model
Sum of
df
Mean
Squares
1
F
Sig.
Square
Regression
1904.317
3
634.772
Residual
1259.603
46
27.383
Total
3163.920
49
.000b
23.182
a. Dependent Variable: Perilaku_Kewirausahaan b. Predictors: (Constant), Kepribadian, Pendidikan_kewirausahaan, Lingkungan
c. Uji R2
Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
.776a
.602
.576
5.23285
a. Predictors: (Constant), Kepribadian, Pendidikan_kewirausahaan, Lingkungan
97
3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multicollinearity Coefficientsa Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std.
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
Error (Constant)
13.330
5.136
2.595
.013
Pendidikan
.842
.275
.376
3.057
.004
.572
1.747
Lingkungan
-.289
.198
-.179
-1.456
.152
.571
1.751
Kepribadian
.857
.203
.589
4.224
.000
.445
2.246
1 kewirausahaan
a. Dependent Variable: Perilaku_Kewirausahaan
b. Uji Heteroscedasticity
98
c. Uji Normality