media kit 2008
Majalah Exposure merupakan majalah fotografi regional yang berbasis di Asia Tenggara. Isi majalah bersifat communitygenerated content yang bisa diartikan bahwa isi majalah berasal dari pembaca, oleh pembaca dan untuk pembaca. Exposure terbit bulanan dalam format PDF dan bisa diakses secara online serta bersifat swacetak oleh pembaca. Didirikan tahun 2008 oleh situs komunitas fotografi terbesar di Asia Tenggara, Exposure meng-cover pembaca yang merupakan para pehobi fotografi, fotografer profesional, pebisnis fotografi, kalangan industri yang berkaitan dengan desain, periklanan penerbitan dan percetakan, juga para penikmat karyakarya fotografi. Bahasa yang digunakan oleh Exposure terutama bahasa Indonesia dan sebagian dibuat dwibahasa: Inggris dan Indonesia. Sebuah rubrik didedikasikan untuk bahasa-bahasa lain yang ada di Asia Tenggara, seperti Malaysia dan Vietnam, dan dalam waktu dekat meliputi pula Thailand dan Filipina serta bahasa-bahasa lain di Asia Tenggara dan sekitarnya.
Misi Kami Menyediakan tulisan informatif dalam gaya bahasa yang mudah dicerna, dan foto-foto inspiratif dengan cara dan gaya pemotretan nan variatif.
be inspired
“Un-gearing” Creativity photos & script: Andi Sucirta
B
erpijak pada pengalaman, saya berkesimpulan bahwa fotografi bukan melulu menyangkut alat, tetapi fotografi menyangkut bagaimana kita dapat mempergunakan alat dengan bijak dan tepat untuk memberikan hasil foto yang baik. Rahasianya bukan terletak pada teknologinya. Teknologi berubah, tapi fotografi yang baik tidak berubah. Untuk menuju ke arah yang benar, satu hal yang selalu saya pegang, yaitu melakukan segala sesuatunya dengan benar semenjak awal (shoot it right from the start). Hal ini berlaku semenjak zaman analog hingga digital saat ini. Fotografi digital tidak membuat foto yang jelek menjadi bagus, tetapi untuk memperoleh tampilan terbaik dari sebuah foto yang baik. Jika hal tersebut sudah dilakukan, maka kita sudah punya modal yang benar. Apakah foto tersebut akan diolah digital lagi di komputer atau tidak, itu bukan masalah. Mudah & Sederhana Menjalani fotografi sebagai hobi, di luar pekerjaan utama, mengharuskan saya untuk mengatur strategi agar dapat terus menekuninya. Salah satunya adalah menjadikan hobi ini lebih mudah dan sederhana. Saat ini saya menggunakan satu kamera dan satu lensa. Alasannya sederhana, saya baru mampu membeli satu kamera dan satu lensa itu saja. Keuntungan dari kondisi tersebut, saya lebih mudah
B
ased on my experience, photography is not only about gears. Photography is closely related to how you wisely and correctly use your gears, resulting in good photographs. The secret does not lie behind the technology utilized. Technology changes, but good photography is eternal. On my journey in photography, I always hold one value dearly: shoot it right from the start. This is true since the analog era to the digital era, in which we are presently in. Digital photography does not magically transform a bad picture into a good photograph. Digital photography is used to get the best out of an already good photograph. If we are able to do just that, we already have all the correct basis. Whether the picture will be further post processed digitally is a different story altogether. Easy & Simple Photography as a hobby, certainly not my main job, forces me to invent strategies in order to pursue photography further. One such strategy is to make this hobby easy and simple. Currently I have one camera and one lens. The reason is very simple: I can only afford to buy one camera and one lens. This condition has its own benefits: I can simply concentrate more on the subject at hand than on my gears, and obviously the weight of my gears is substantially less
essay
community
Kenyang Pengalaman & Prestasi
my project
Underwater Modelling
Canon Photo Club Indonesia
Menggeliat
Naskah: Farid Wahdiono
T
epat 17 Mei lalu, kelompok yang berdiri di Jakarta ini genap berusia satu dasawarsa. Lumayan “komplet” perjalanan, pengalaman dan prestasi yang telah mereka torehkan di jagat fotografi negeri kita. Sudah banyak penghargaan dan kejuaraan yang dimenangi oleh sejumlah anggota Canon Photo Club Indonesia (CPCI).“Hampir semua lomba foto berskala besar, terdapat anggota CPCI yang menjadi juara atau mendapatkan penghargaan,” tutur sang ketua, Yusuf Paulus. Maklumlah, para anggotanya memang mereka yang termasuk serius menekuni fotografi. Bahkan syarat utama keanggotaannya adalah pernah mengikuti kelas fotografi di Kumara School of Photography atau Canon School of Photography. Tidak Eksklusif Syarat tersebut, menurut Yusuf, diterapkan agar semua anggota memiliki dasar yang kuat untuk menghasilkan karya fotografi. “Syarat ini terbukti ampuh untuk meredam perdebatan yang tidak perlu mengenai alat, teknik dan teori fotografi,” katanya sembari mengakui bahwa keanggotaannya memang tertutup, tapi tidak lantas menjadi eksklusif. Buktinya, penggunaan kamera bermerek selain Canon oleh para anggota bukanlah hal yang tabu, malahan bisa dijadikan ajang brand war. Bisa dipastikan kebanyakan anggota memiliki dan menggunakan kamera Canon sebagai kamera utama. Namun dengan berjalannya waktu dan kesukaannya pada bidang fotografi tertentu, kata Yusuf Paulus, beberapa
di Antara Gedung Bertingkat
Bagi pengguna kamera Canon yang tidak mengikuti pendidikan di Canon School of Photography dan tidak dapat menjadi anggota CPCI, disediakan milis untuk umum di canonmania@ yahoogroups.com, yang kelak akan dikembangkan menjadi suatu situs komunitas yang beralamat di www. canon-mania.com.
Foto & Naskah: Feri Latief
Hamparan hijau itu terbentuk dari sederetan tanaman selada, bayam, kangkung dan lainnya. Sungguh menyejukkan mata.
Penggunaan nama “Canon” pada klub ini tidak pernah menjadi kendala. “Bahkan sering merupakan keberuntungan untuk kami pada waktu mengadakan berbagai kegiatan,” imbuhnya.
Hanya saja, jangan lantas membayangkan suasana di pedesaan. Ini sepenggal lahan yang terbentang di antara keriuhan belantara beton Jakarta, yang lebih sering tampak angkuh.
Seperti Keluarga Sebagaimana kelompok fotografi lainnya, CPCI yang memiliki anggota terdaftar lebih dari 200 orang juga menyelenggarakan berbagai kegiatan dari seminar, workshop, pameran, bedah foto hingga hunting foto bersama. Tidak semua kegiatan dilakukan secara rutin. Untuk hunting bersama, bila cuaca dalam kondisi bagus, aktivitas tersebut bisa dilakukan tiap minggu terus menerus. Lokasi-lokasi di Jawa dan Bali paling sering dikunjungi. Bangka, Belitung, Sumatera Utara dan Kalimantan, juga termasuk wilayah yang beberapa kali dirambah. “Untuk hunting ke daerah Indonesia Timur dan ke luar negeri, biasanya berbentuk kelompok-kelompok kecil,” ujar Yusuf Paulus.
When Beauty Meets Conservation Effort Photos & Script: Cipto Aji Gunawan
A
walnya memang olahraga diving yang saya geluti, dan saya kuasai hingga sekarang. Namun, rasa-rasanya tak cukup bila saya hanya menyelam dan kembali ke daratan dengan selamat, kemudian becerita tentang keindahan alam bawah laut. Perlu ada oleh-oleh yang dibawa untuk dibagi dengan yang lain. Salah satunya adalah hasil foto. Itulah yang menjadikan fotografi semakin tak bisa dipisahkan dari aktivitas menyelam saya. Foto menjadi media yang sangat membantu dalam memperkenalkan dunia bawah air. Tahun 1995 saya mulai menekuni fotografi underwater, dan waktu itu masih menggunakan kamera film. Pekerjaan saya sebagai instruktur selam sangat mendukung tentunya dalam mengembangkan kegemaran tersebut. Munculnya kamera-kamera digital semakin memperlancar segala sesuatunya. Harga peranti makin terjangkau, sehingga kian banyak pula orang yang menggemari pemotretan bawah air. Meskipun demikian, tidak sembarang orang bisa melakukannya. Kalau ingin menjadi fotografer bawah air, Anda mesti menjadi seorang certified diver lebih dulu. Artinya, kaidah-kaidah penyelaman yang aman wajib dikuasai, selain juga keterampilan menyelam lainnya. Baru setelah itu teknik pemotretan bawah air yang perlu Anda kuasai. Minim Apresiasi Saya sendiri sudah lumayan
I
t all first began with diving sport, which eventually becomes boring. It was no longer enough for me to just dive, come back on land safely, and tell the story of a beautiful undersea world. There had to be a “souvenir” of some sort to share with others. One such souvenir would be a photograph. There started the beginning of my underwater photography activity. Photo is the media to introduce the submarine world. In 1995 I started to pursue underwater photography. I used film camera, back then. My job as a diving instructor had given me opportunity to develop skills in my new found hobby. The advent of digital cameras accelerate every aspect of underwater photography. With equipment price getting lower by the day, more and more people embrace the field of underwater photography. Even then, not everyone can take picture underwater. You have to be a certified driver first. You have to master the safety rules of diving as well as diving techniques. Only after you have mastered diving, you can start with studying underwater photography.
Less Appreciated I have done quite a lot of underwater photography. The resulting photos are excellent. I always try to show them to people. But what do the say? I always felt that appreciation to underwater photos are very nominal. This fact saddened me, but I understand
anggota biasanya memiliki kamera kedua dengan merek yang beragam.
SEMBAHYANG BY ANDI SUCIRTA
GEREJA BY CHARLIE M SIANIPAR
be inspired
community
essay
pictures of the month
gallery
travelling
CEWE BERSEPEDA DAN GEDUNG NGEJRENG BY D. SETIADI
MAHAMERU BLAST BY M BAIQUNI H.
my project Menikmati Transjakarta
Gallery
dengan Kamera Ponsel Foto & Naskah: ilham anas
S
iang itu Jakarta begitu terik. Serasa menyengat di kulit. Silau akan sinarnya, orang-orang yang berjalan di trotoar terlihat memicingkan mata, mengernyitkan dahi. Kecuali yang mengenakan sunglass. Kemacetan lalu lintas kian menambah ketaknyamanan di jalanan ibukota. Tapi yang satu ini sudah tradisi, kok. Meskipun menyebalkan, begitulah realitas yang mesti dihadapi, dan diterima. Nah, ketika ingin berjalan-jalan keliling Jakarta sembari hunting foto, tapi tak ingin bermacet-macet, parkir saja kendaraan Anda di suatu tempat. Berpindahlah ke transportasi publik. Saya memilih
naik bis TransJakarta, atau orang sering menyebutnya dengan busway (baca: baswé). Moda transportasi yang beroperasi sejak Januari 2004 ini lumayan menyenangkan. Selain ber-AC, ia punya jalur sendiri yang bernama busway itu. Makanya, pantas saja kalau tak kenal kemacetan. Ini kali pertama saya menggunakan TransJakarta, setelah beberapa tahun beroperasi. Karena pertama kali, rasanya segala sesuatu pemandangan yang dijumpai pun terasa unik. Dorongan memotret segera muncul. Tidak menggunakan kamera DSLR, tapi memanfaatkan kamera ponsel Samsung SGH-D900 yang saat itu saya bawa.
Ada sesuatu yang menarik ketika mulai memotret dengan kamera ponsel. Ternyata orang-orang di sekeliling tetap merasa nyaman dan tak terusik privasinya. Coba kalau memotret dengan kamera DSLR di tengah kerumunan orang, kehadiran kita akan menarik perhatian dan seringkali dirasa sebagai pengganggu “selubung” privasi mereka.
...ketika ingin berjalan-jalan keliling Jakarta sembari hunting foto, tapi tak ingin bermacet-macet, parkir saja kendaraan Anda di suatu tempat. Berpindahlah ke transportasi publik.
Home A home is a place where ones always go back, but it might not be house. Interpretation of home could be any place. Here are pictures of home sent by our fellow photographers. Enjoy.
gallery
pictures of the month
be inspired
travelling
essay
community
Memang Harus Beda
my project
Lebih dari Sekadar Memotret Anak
Toba Photographer Club
Punya Ruang Pameran Online
Foto & Naskah: Darius Manihuruk
Naskah: Farid Wahdiono E-mail :
[email protected]
Perkembangan teknologi digital dalam dunia fotografi semakin mengundang banyak orang jatuh hati pada kegiatan potret-memotret – dari yang sekadar coba-coba, menjadikannya sebagai gaya hidup sampai yang memang menjadi panggilan hati. Hal yang menarik lagi adalah menjadikan internet sebagai media berbagi (sharing) yang sungguh efektif. Situs-situs fotografi, baik komunitas maupun personal, hampir setiap hari menampilkan karya-karya foto terbaru.
S
ebagai klub fotografi, hunting foto bersama tentulah menjadi semacam menu utama bagi para anggota Toba Photogrpher Club (TPC). Dengan beranggotakan sekitar 50 orang sejak didirikan Agustus tahun lalu, klub yang bermarkas di Medan, Sumatera Utara, ini mengupayakan hunting sekali dalam sebulan. “Selain itu juga diisi dengan gathering yang berbentuk sharing foto,” tutur Petrus Loo, Sekretaris TPC, sembari menambahkan bahwa klubnya juga melakukan kegiatan lain seperti seminar dan workshop.
Foto & Naskah: Mia Harjoni tersendiri,“ lanjutnya.
Kehadiran klub ini bak pelepas dahaga bagi para fotografer di Medan yang, menurut Petrus Loo, sangat haus kegiatan fotografi. Melalui komunitas ini, mereka bisa saling berbagi ilmu dan pengalaman.
M
emotret anak kecil atau balita mungkin hal yang biasa dan umum dilakukan para orangtua yang baru memiliki anak, dan sedang senang-senangnya mengabadikan setiap kegiatan si kecil, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi di malam hari. Setiap tingkah laku dan ekspresinya yang lucu dan menggemaskan tak luput dari bidikan kamera.
TPC telah memiliki website sendiri, yang beralamat di www. tobaphotographerclub.com. Para anggota kiranya pantas berbangga akan hal itu, karena sepertinya tidak banyak klub yang memilikinya. Ini menjadi semacam ruang pameran online bagi karya-karya anggotanya, dan bisa dinikmati oleh khalayak yang lebih luas.
Pada acara yang disebut terakhir itu, TPC pernah menghadirkan pembicara seperti Harlim, pakar fotografi infrared, dan Kristupa W. Saragih, co-administrator Fotografer.net. Dua nama ini memang bukan nama yang asing di jagat fotografi tanah air. “Untuk sebuah klub yang baru berdiri dan sudah mam-pu menghadirkan pembicara nasional
A Piece of Morning
Suryakencana Street used to be a fortress in the era of Pakuan-Pajajaran Kingdom. Then, when Dutch colonized
at Suryakencana Bogor
merupakan satu kebanggaan
our country it was called Handels Straat ...
Foto & Naskah: Igor F. Firdauzi
yang membentang lurus dengan pintu masuk Kebun Raya, orang-orang mulai lalu lalang. Sektor informal pun menampakkan detaknya.
COUPE BY AKIAN MUSTAFA
community
T
he sun was rising above the sky. It was a bright day in Bogor. I was standing on Suryakencana Street, extending alongside the entrance of Kebun Raya Bogor. When morning came, the rhythm of life had just begun. People started their daily activities along the street. The informal sector started to beat. That morning, the glory of the street remained in my memory. I have heard many stories about it. Suryakencana Street used to be a fortress in the era of Pakuan-Pajajaran Kingdom. Then, when Dutch colonized our country it was called Handels Straat (Perniagaan Street) and it became the center of business and economic activities, which was known as China town in Bogor.
travelling
kesabaran. Mood anak-anak sulit ditebak. Tertawa dan ngambek bisa terjadi dalam hitungan detik.
Kesabaran Memotret anak-anak secara teknis sebenarnya tidak ada yang istimewa, malah cenderung sederhana. Apalagi saya khusus memotret secara outdoor, sehingga tidak perlu peralatan canggih karena yang diandalkan adalah cahaya alami. Cukup kamera dengan lensa zoom. Dengan demikian, mood anak tidak terganggu oleh kehadiran peralatan fotogarafi seperti lampu, reflektor dan sejenisnya. Yang utama diperlukan adalah kesabaran. Mood anak-anak sulit ditebak. Tertawa dan ngambek bisa terjadi dalam hitungan detik. Apalagi kalau si anak sudah bisa berjalan, dan sedang lincah-lincahnya, kita malah perlu tenaga ekstra untuk mengejar mereka demi mendapat ekspresi spontan dan alaminya.
Seringkali anak-anak menolak difoto dengan memakai properti yang disiapkan, atau menjadi terlalu asyik bermain dengan satu properti sehingga tidak mau ganti baju atau benda lainnya untuk tema pemotretan berikut. Pernah terjadi, si anak sudah siap difoto dengan segala pernak-pernik yang disiapkan, tinggal tunggu ekspresi cerianya yang perlu dipancing. Dari pengasuh sampai sang ayah memancing ekspresinya dengan segala macam cara – bertepuk tangan, menirukan suara-suara lucu dan aneh, bertingkah laku ibarat badut, dan sebagainya. Apa yang terjadi kemudian? Anak itu tetap “adem ayem”, malah tampak takjub dan terbengong-
Nokia N82
Kamera Ber-handphone Reviewer : Kristupa W. Saragih E-mail :
[email protected] Photos : Kristupa, Valens
dan memakai kompensasi kurang (under-exposed). Fitur berguna lainnya adalah pengaturan white balance (WB). Fitur ini berguna untuk merekam warna yang benar berdasarkan warna sumber cahaya. Misalnya, WB bergambar lampu neon untuk pencahayaan fluorescent dan WB bergambar bohlam untuk pencahayaan tungsten. Jika kreatif, fitur WB ini bisa menghasilkan “false colour” yang membuat warna foto menjadi “lari”, tapi malah menarik. Misalnya saja foto daun, yang ketika dites Exposure, bisa menampilkan macam-macam rona warna yang kreatif.
travelling
www.techshout.com
B
Mengikuti Prosesi Kololi Kie Foto & Naskah: Yadi Yasin
Kololi Kie, atau Ron Gunung dalam bahasa Ternate yang berarti mengelilingi/mengitari Gunung Gamalama, merupakan sebuah prosesi adat Kesultanan Ternate mengelilingi Pulau Ternate (Gunung Gamalama) dengan menggunakan kapal laut. Prosesi ini sarat dengan makna spiritual, yakni untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar daerah dan rakyat Ternate dijauhkan dari marabahaya, dan sekaligus meminta pemberian rezeki baik di darat maupun di laut.
BY YUNIARKO ANTONIUS
gallery
pictures of the month
tingkah laku orang dewasa di sekitarnya.
Memotret anak memang bisa dibilang gampang-gampang susah, tetapi tetap saja menyenangkan. Melihat pancaran ekspresi mereka yang masih polos, rasa capek kita saat memotret mejadi
review
Night Shot
Gallery
bengong melihat
Ada pula yang tiba-tiba fobia kamera. Setiap melihat saya mengarahkan kamera kepadanya, tiba-tiba si anak menangis, atau marah-marah dan membuang muka.
my project
Dark is not the night, in fact. Many bright and colorful lights are scattered around after the sunset. They became more beautiful and stunning after some cameras transformed the atmosphere into images.
KECAK BY PUTRADJAJA CHANDRA WISNU
Tema Berubah Secara umum, bagi saya memotret anak sangat menyenangkan, dan banyak hal-hal tak terduga terjadi saat pemotretan berlangsung. Ide tema dan konsep matang yang disiapkan bisa berbalik, menjadi konsep dan tema dadakan demi si anak mau difoto dan berkespresi. Yang utama diperlukan adalah
After we declared our independence, the street’s name changed into
essay
pictures of the month
gallery
Pagi itu, bayangan akan kejayaan jalan tersebut di masa lalu langsung menyergap. Banyak cerita yang saya dengar tentangnya. Jalan Suryakencana awalnya adalah lokasi benteng pada zaman kerajaan Pakuan-Pajajaran. Kemudian, pada zaman penjajahan Belanda jalan ini dinamai Handels Straat (Jalan Perniagaan) dan menjadi pusat perputaran bisnis-ekonomi, yang notabene merupakan daerah pecinan di Bogor. Ini sekaligus sesuai dengan strategi Belanda untuk mengotakkotakkan tempat tinggal berdasar suku bangsa dan ras tertentu.
Matahari belum lama beranjak dari ufuk timur, dan mulai menerangi kawasan Bogor. Di Jalan Suryakencana,
be inspired
M
atahari belum lama beranjak dari ufuk timur, dan mulai menerangi kawasan Bogor. Di Jalan Suryakencana, yang membentang lurus dengan pintu masuk Kebun Raya, orang-orang mulai lalu lalang. Sektor informal pun menampakkan detaknya.
Demikian pula dengan saya, yang mendalami fotografi dengan spesialisasi obyek anak-anak, semua berawal dari “kenorakan” saya sebagai ibu baru. Dari memotret yang sekadar dokumentasi, timbul keinginan mengabadikan momen secara artistik tetapi tetap alami, sehingga ada “cerita” yang didapat dari foto tersebut.
Jari kita juga harus selalu dalam keadaan siap menekan tombol shutter. Bila perlu, jepret sebanyak-banyaknya saat si anak berekspresi, supaya kelak bisa dipilih ekspresi terbaik dari semua hasil foto.
1: Lemang, nasi kuning dan seekor ikan bakar dibawa seorang warga untuk diberikan kepada warga lain yang ada di dalam perahu, tidak turun ke darat.
travelling
P
rosesi yang dilakukan pada 9 April 2008 ini menjadi bagian dari acara pesta rakyat Legu Gam Moloki Kie Raha 2008, yang diselenggarakan oleh Kesultanan Ternate. Seperti diketahui, Kesultanan Ternate sendiri tetap eksis dan diakui selama 800 tahun; dan Sultan Ternate saat ini, Drs. Mudaffar Sjah, sudah 41 tahun memerintah dengan tetap menjaga dan mengembangkan tata cara kehidupan para leluhur. Prosesi Kololi Kie yang diadakan tahun ini merupakan yang terbesar dan paling meriah sejak beberapa tahun belakangan, bahkan belasan tahun terakhir.
Naga yang Sakral Kapal-kapal (motor) yang mengikuti prosesi ini harus dihias dengan cara diberi umbul-umbul berupa daun muda pohon kelapa, dan lembaran-lembaran kain warna-warni yang diikat ke sebuah tiang menyerupai bendera pelangi. Adapun kapal yang dinaiki oleh Sultan beserta rombongannya dibuat menyerupai kapal naga. Menurut kepercayaan masyarakat adat Ternate, naga memiliki makna binatang yang sakral dan sebagai pemimpin. Prosesi Kololi, yang total memakan waktu lebih dari enam jam, ini diikuti oleh Sultan Ternate beserta Permaisuri Boki Ratu
Nita Budhi Susanti, dan Sultan Jailolo, Abdullah Syah, yang juga didampingi permaisuri; turut pula ribuan warga Ternate khususnya, dan masyarakat Makulu Utara pada umumnya. Dimulai sekitar pukul 09.00 pagi dari pelabuhan Dodoku Ali, prosesi mengambil rute ke arah utara Pulau Ternate melalui Pulau Hiri. Sebelum berangkat ke laut lepas, setelah meninggalkan dok, kapal naga Sultan diputari oleh kapal-kapal kecil lainnya sebanyak tiga kali. Selama perjalanan, posisi kapal naga Sultan harus tetap berada paling depan, lalu diikuti oleh
kapal-kapal lain.
enar. Menggenggam Nokia N82 bukanlah memegang handphone berkamera, tetapi ibarat memegang kamera ber-handphone. Fitur-fitur yang ada di ponsel terbaru Nokia ini cukup layak memasukkannya ke dalam kategori kamera saku. Resolusi 5 megapixel sudah memadai untuk membuat foto berukuran 5R. Sementara lensa buatan Carl-Zeiss sudah tak perlu diragukan kualitas optisnya. Carl-Zeiss merupakan nama legendaris untuk urusan lensa kamera dan merupakan produsen lensa utama untuk kamera bermerek Hasselblad yang kondang itu. Fitur unggulan kamera ber-handphone ini adalah flash Xenon, yang cukup mumpuni untuk keperluan-keperluan praktis. Sayang tidak disebutkan berapa GN (Guide Number) flash di N82, yang Tapi dalam bisa menggambarkan kekuatan flash.
review
percobaan yang dilakukan Exposure, flash bisa optimal pada jarak tak lebih dari 3 meter, pada ISO 100 dan bukaan diafragma terlebar. Bukaan lensa N82 adalah f/2.8, dan tidak bisa diganti-ganti. Dalam spesifikasi teknis di buku manual tidak tercantum keterangan mengenai bukaan dan cara mengganti. Kecepatan rana juga ditentukan secara otomatis oleh kamera. Praktis dan membuat pemakai kamera lebih terkonsentrasi kepada isi foto ketimbang hal-hal teknis. Meski demikian, ada fitur kompensasi pencahayaan (exposure compensation) yang amat berguna. Misalnya saja, memotret benda-benda yang berwarna putih, bisa memakai kompensasi lebih (over-exposed), agar warna tetap putih dan tidak kelabu. Sementara jika ingin membuat siluet, bisa memotret subyek berlatar belakang terang
Exposure menjajal N82 dalam beberapa situasi pencahayaan yang sulit. Misalnya saja memotret kondisi backlight (pencahayaan belakang) dan situasi minim cahaya serta kontras yang tinggi. Memotret orang yang sedang merokok di ISO 200 dan f/2.8 bisa memperoleh kecepatan rana 1/35 dengan pencahayaan yang tepat. Kesulitan dalam percobaan ini adalah warna yang didominasi hitam, sementara asap rokok berwarna putih dan terang. N82 berhasil melalui percobaan ini dengan kompensasi pencahayaan yang dikurangi (under-exposed). Situasi pencahayaan sulit lainnya, adalah memotret obyek bergerak dalam situasi minim cahaya dan menggunakan flash. Misalnya, memotret tarian di acara resepsi perkawinan dalam gedung tanpa cahaya tambahan. Tingkat kesulitan ditambah lagi dengan penempatan obyek foto secara off-center (tidak di tengah), untuk menjajal akurasi fokus. Ternyata N82 melalui percobaan ini dengan baik, pada setting ISO 100 dan bukaan f/2.8 dengan flash yang menyala pada modus slow-sync di
www.tech2.com
Rubrikasi Exposure dalam setiap edisinya berisi:
be inspired Sajian foto-foto kreatif-inspiratif dan cerita tentang pengalaman fotografer (yang menarik, unik, bahkan lucu) dari memotret sampai mengolah hasil karya. Bisa pula disertakan tip-tip khas Anda. essay Ini merupakan esai foto sehingga foto-foto yang tersaji tentunya tematik – mengacu pada satu tema – dan disertai tulisan untuk memperjelas tema tersebut.
travelling Berisi tentang foto-foto perjalanan ke suatu
atau beberapa tempat, disertai tulisan mengenai kisah-kisah menarik selama perjalanan serta bagaimana sang fotografer mencapai lokasi tersebut.
photo guide Panduan hunting foto di wilayah Indonesia
dan dunia, yang berisi data lokasi, panduan akses, places of interest untuk memotret, serta dilengkapi dengan contoh foto dan peta lokasi.
my project Menyajikan karya-karya foto dari suatu proyek fotografi yang pernah dilakukan/dikerjakan oleh seorang fotografer, dan disertai tulisan yang menjelaskan tentang proyek tersebut.
gallery Terpampang foto-foto kiriman pembaca, dengan tema bebas, yang telah diseleksi oleh redaksi. pictures of the month Dengan tema yang sudah ditentukan sebelumnya, foto-foto yang tersaji di rubrik ini telah diseleksi oleh redaksi dan layak menyandang yang terbaik. review Review produk fotografi khas dari kami yang me-
nampilkan opini dari redaksi dan beberapa pembaca terpilih. Produk-produk yang di-review adalah kamera, lensa, tripod, flash, memory card, peralatan studio, digital storage, ponsel berka-mera, dan sebagainya.
community Cerita tentang sebuah komunitas fotografi beserta aktivitasnya, yang sekaligus menampilkan sejumlah karya foto para anggotanya. crossing bridges Memuat informasi yang sedang hangat di forum-forum fotografi Singapura, Malaysia, Vietnam, Indonesia, dan akan menyusul negara-negara lainnya di Asia Tenggara. bazaar Bursa peralatan fotografi (baru & bekas), yang bisa dijadikan panduan ketika hendak berbelanja.
pembaca kami Exposure berbasis pada komunitas-komunitas fotografi di Asia Tenggara. Didirikan tahun 2008 oleh komunitas fotografi online terbesar di Asia Tenggara, isi majalah bersifat community-generated content. Komunitas-komunitas fotografi di Asia Tenggara ini meliputi Indonesia, Singapura, Malaysia dan Vietnam. Di masa mendatang, akan bergabung pula Thailand dan Filipina, serta negara-negara tetangga lainnya.
186.000* pembaca potensial
Secara umum pembaca Exposure adalah penggemar fotografi. Pembaca terbanyak berstatus penghobi fotografi dan fotografer profesional. Status pemahaman terhadap fotografi bervariasi pada rentang yang amat luas, mulai dari pemula hingga pakar fotografi. Selain itu, pembaca Exposure juga datang dari kalangan-kalangan profesional yang dalam pekerjaan sehari-hari melibatkan fotografi. Mereka berasal dari profesi seperti desainer grafis, praktisi periklanan, percetakan, media dan penerbitan. Tak sedikit pula yang berstatus pelajar dan mahasiswa, sehingga membuat Exposure sangat tepat sebagai sarana merangkul pasar sejak usia dini. Status ekonomi pembaca Exposure berada dalam rentang yang amat luas. Ini merupakan hal wajar karena fotografi digemari semua kalangan dari berbagai strata, meskipun didominasi kalangan ekonomi menengah dan atas.
* anggota Fotografer.net sampai Juli 2008
Iklan
Keuntungan Beriklan
Karena terlahir dari komunitas, pasar majalah ini menjadi lebih jelas dan menjanjikan. Para anggota komunitas tentulah konsumen potensial produk-produk fotografi. Ini jelas menguntungkan bagi Anda yang hendak beriklan. Spesifikasi & Tarif Iklan : Jenis Iklan
Sampul 2 (dalam depan) Halaman 1 Halaman 3 Halaman 5 2 halaman (spread) 1 halaman ½ halaman horizontal ½ halaman vertikal Banner (22 x 5 cm) Banner spread (44 x 5 cm)
1x
3 x (diskon 5%)
Rp. 18.525.000
Rp. 36.270.000
Rp. 70.980.000
Rp 6.500.000 Rp 6.000.000 Rp 5.500.000 Rp 8.000.000
Rp. 18.525.000 Rp. 17.100.000 Rp. 15.675.000 Rp. 22.800.000
Rp. 36.270.000 Rp. 33.480.000 Rp. 30.690.000 Rp. 44.640.000
Rp. 70.980.000 Rp. 65.520.000 Rp. 60.060.000 Rp. 87.360.000
Rp 5.000.000 Rp 3.000.000
Rp. 14.250.000 Rp. 8.550.000
Rp. 27.900.000 Rp. 16.740.000
Rp. 54.600.000 Rp. 32.760.000
Rp 3.000.000
Rp. 8.550.000
Rp. 16.740.000
Rp. 32.760.000
Rp 2.250.000
Rp. 6.412.500
Rp. 12.555.000
Rp. 24.570.000
Rp 4.000.000
Rp. 11.400.000
Rp. 23.320.000
Rp. 43.680.000
Ukuran Sampul 2, halaman 1, 3 dan 5 = 22 x 30 cm 2 halaman (spread) = 44 x 30 cm 1 halaman = 22 x 30 cm ½ halaman horizontal = 22 x 15 cm ½ halaman vertikal = 11 x 30 cm
6 x (diskon 7%)
12 x (diskon 9%)
Pemimpin Umum Kristupa Saragih
Pemimpin Redaksi
Pemimpin Perusahaan Valens Riyadi
Promosi dan Pemasaran Iklan
[email protected]
Farid Wahdiono
Mei Liana
Redaktur
Distribusi & Sirkulasi Online
Farid Wahdiono, R Budhi Isworo
Ramonda Rheza
Redaktur Artistik
Alamat Redaksi
Nanda Giftanina
Staf Redaksi Anna Ervita Dewi
Sekretariat Mei Liana
E-mail Redaksi
[email protected]
Jalan Petung 31 Papringan Yogyakarta 55281 INDONESIA Telepon +62 274 542580 Fax +62 274 542580 ISSN 9771979942004
www.exposure-magz.com
E-mail Iklan: Berlangganan: Permohonan berlangganan dikirim melalui e-mail ke
[email protected] Perubahan alamat e-mail berlangganan diberitahukan melalui e-mail ke:
[email protected]
Komentar dan Saran: Exposure terbuka terhadap saran dan komentar, yang bisa disampaikan melalui e-mail ke:
[email protected]