DESAIN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS VIRUS FLU BURUNG (H5N1) PADA MANUSIA DAN UNGGAS Dwi Putro Sarwo Setyohadi Jurusan Teknologi Informasi Politeknik Negeri Jember
[email protected] Prawidya Destarianto Jurusan Teknologi Informasi Politeknik Negeri Jember
[email protected] Adi Heru Utomo Jurusan Teknologi Informasi Politeknik Negeri Jember
[email protected] ABSTRAK Pandemik flu burung diindikasikan sangat berkaitan erat dengan adanya perubahan lingkungan hidup dan terganggunya keseimbangan ekosistem di dunia. Masyarakat membutuhkan informasi yang benar mengenai penanganan flu burung, Informasi yang benar itu harus sederhana dan mudah dimengerti serta disampaikan tanpa mengurangi esensi isi pesan tersebut. Desain sistem ini menerapkan sistem pakar dimana untuk menyajikan informasi dalam menangani masalah dan memberikan solusi pemecahan masalah dengan membangun basis pengetahuan, basis aturan, mekanisme inferensi, antar muka pemakai, dan fasilitas penjelasan sistem. Substansi bahan kajian yang berupa diagnosis virus flu burung pada manusia dan unggas, representasi basis pengetahuan dengan menggunakan metode rule based reasoning, dan metode yang digunakan dalam mekanisme inferensi yaitu menggunakan metode forward chaining. Kata kunci : sistem pakar, flu burung, rule based reasoning, forward chaining.
I. PENDAHULUAN Perkembangan flu burung dapat diindikasikan sangat berkaitan erat dengan adanya perubahan lingkungan hidup dan terganggunya keseimbangan ekosistem. Salah satu upaya penting dalam mengurangi resiko berjangkitnya flu burung adalah dengan menyebarluaskan informasi yang benar mengenai penanganan flu burung kepada seluruh lapisan masyarakat berdasarkan hasil diagnosis seorang pakar. Informasi yang benar itu harus sederhana dan mudah dimengerti. Informasi juga perlu disampaikan tanpa mengurangi esensi isi pesan yang perlu disampaikan. Untuk melakukan diagnosis dibutuhkan keahlian seorang pakar, dalam hal ini seorang pakar belum tentu selalu ada pada saat dibutuhkan untuk memberikan suatu informasi. Akibatnya masyarakat mengalami kesulitan dalam mengatasi hal tersebut, serta penanganan terhadap virus flu burung menjadi terlambat.
15
Permasalahan yang juga dihadapi saat ini adalah proses diagnosis memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit karena memerlukan analisa dan diagnosis seorang pakar. Hal tersebut kadang kala menyebabkan terlambatnya penanganan dan pengendalian penyakit flu burung. Oleh karena itu diperlukan perangkat lunak berbasis sistem pakar yang mampu melakukan proses diagnosis virus flu burung secara cepat dan akurat. Sistem ini diharapkan dapat melakukan diagnosis dan memberikan informasi layaknya seorang pakar. II. TINJAUAN PUSTAKA Sistem pakar merupakan salah satu bidang kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), definisi sistem pakar itu sendiri adalah sebuah program komputer yang dirancang untuk mengambil keputusan seperti keputusan yang diambil oleh seorang pakar, dimana sistem pakar menggunakan pengetahuan (knowledge), fakta, dan teknik berfikir dalam menyelesaikan masalah-masalah yang biasanya hanya dapat diselesaikan oleh seorang pakar dari bidang yang bersangkutan. Dalam pengembangan suatu sistem pakar, pengetahuan (knowledge) mungkin saja berasal dari seorang ahli, atau merupakan pengetahuan dari media seperti majalah, buku, jurnal, dan sebagainya. Selain itu pengetahuan yang dimiliki sistem pakar bersifat khusus untuk satu domain masalah saja. Semakin banyak pengetahuan yang dimasukkan ke dalam sistem pakar, maka sistem tersebut akan semakin baik dalam bertindak, sehingga hampir menyerupai pakar yang sebenarnya (Wijaya, 2007).
Gambar 2.1 Konsep Dasar Sistem Pakar (Expert System) Strategi inferensi yang dimulai dengan sekumpulan fakta-fakta pengetahuan, memperoleh fakta-fakta baru menggunakan aturan-aturan dimana premis-premis sesuai dengan fakta-fakta pengetahuan, dan meneruskan prosesnya sampai sebuah tujuan yang ditetapkan telah tercapai. (Durkin, 1994). Algoritma forward chaining menurut (Durkin, 1994) digambarkan pada Gambar 2.2.
16
16
Informasi
Cek dalam basis aturan
Cek aturan berikutnya
Benar
Benar Simpan aturan tersebut
Cek apakah ada aturan yang
Salah
Cari aturan berikutnya
Salah Selesai
Gambar 2.2 Algoritma Forward Chaining (Durkin, 1994) Secara garis besar proses penalaran dengan forward chaining adalah sebagai berikut : 1. Strategi inferensi dimulai dengan diketahui adanya fakta-fakta. 2. Mendapatkan fakta baru menggunakan aturan-aturan yang premisnya sesuai dengan fakta yang diketahui. 3. Proses tersebut di lanjutkan hingga tujuannya tercapai atau sampai tidak ada lagi aturan yang premisnya sesuai dengan fakta yang ada. Forward Chaining merupakan suatu penalaran yang dimulai dari fakta untuk mendapatkan kesimpulan (conclusion) dari fakta tersebut. Forward Chaining bisa dikatakan sebagai strategi inference yang bermula dari sejumlah fakta yang diketahui. Forward chaining bisa disebut juga pencarian yang dimotori data (data driven search) yang dimulai dari premis-premis atau informasi masukan (if) dahulu kemudian menuju konklusi atau kesimpulan (then). Aturan R1
Fakta
Aturan R3 Kesimpulan
Observasi A Aturan R2
Fakta
Observasi B
Aturan R4 Kesimpulan
Fakta
17
Gambar 2.3 Proses Forward Chaining (Arhami, 2006) Forward chaining merupakan suatu proses yang berdasarkan data dan fakta, dimana pengguna harus memberikan data atau fakta sebelum mesin inferensi bekerja atau melakukan proses. Mesin inferensi menelusuri basis pengetahuan sesuai data atau fakta yang diberikan untuk menghasilkan suatu kesimpulan akhir. Diagnosis adalah untuk mengenali atau mengidentifikasi suatu penyakit. Diagnosis dilakukan untuk menentukan sifat penyakit atau membedakan suatu penyakit. Diagnotic Clinical adalah diagnosis berdasarkan tanda, gejala, dan pemeriksaan laboratorium selama hidup. Sedangkan Deferential Diagnosis adalah penentuan satu dari beberapa penyakit yang dihasilkan oleh suatu gejala (Kumala disitir dari Sari, 2007). Virus bukan merupakan tumbuhan, hewan, atau bakteri. Walaupun demikian, virus tampak seperti organisme hidup karena kemampuan berkembangbiaknya yang sangat luar biasa. Namun, virus bukanlah makhluk hidup dalam arti yang sesungguhnya. Virus dapat bertahan hidup (tidak aktif) di luar sel inangnya, tetapi dapat berkembang biak dalam sel inang tertentu. Tanpa sel inang, virus tidak dapat menjalankan fungsi hidup untuk melakukan proses metabolisme. Virus tidak dapat menyintesis protein karena tidak mempunyai ribosom yang berperan sebagai “mesin” pembentuk protein. Untuk itu, virus harus menginfeksi sel inang dan menggunakan ribosom sel inang untuk mentranlasi RNA virus guna membentuk protein virus. Virus tidak dapat menghasilkan atau menyimpan energi dalam bentuk ATP (Adenosin Trifosfat). Namun, virus mampu melakukan semua fungsi metabolisme dan mendapatkan energi dari sel inang (Riandari, 2007). Flu burung adalah mikroorganisme yang dapat tumbuh dan berkembang biak pada sel hidup dari unggas, sehingga timbul suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang dapat menular dan menyerang manusia. Nama lain dari penyakit ini adalah avian influenza. Dikenal beberapa tipe Virus influenza, yaitu : tipe A, tipe B dan tipe C. Virus Inluenza tipe A terdiri dari beberapa strain, yaitu : H1N1, H3N2, H5N1, H7N7, H9N2 dan lain-lain. Penyebab flu burung adalah Highly Pathogenic Avian Influenza Viru, dengan strain H5N1 (H = Hemagglutinin, N = Neuraminidase). Hal ini terlihat dari hasil studi yang ada menunjukkan bahwa unggas yang sakit mengeluarkan virus influenza tipe A (H5N1) dengan jumlah yang besar dalam kotorannya. Secara umum, virus flu burung tidak menyerang manusia. Namun, beberapa tipe tertentu dapat mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang manusia sehingga dapat menyebabkan kematian Flu burung merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat membunuh seluruh unggas di areal peternakan. Flu burung dapat menyebar dengan cepat ke areal peternakan lain dan di seluruh tanah air, flu burung berbahaya karena banyak jenis flu burung dapat menyebabkan manusia sakit dan meninggal (sumber : Biro Hukum dan Humas Departemen Pertanian). Manusia sebagai spesies secara habitual berjalan tegak diatas dua telapak kaki, terestial, hidup berkelompok, omnivor, dan biasanya makan makanan yang dimasak. Sebaliknya, kera-kera anthropoid (gorilla, simpanse, orang utan, dan
18
18
gibbon) berjalan setengah tegak, hidup diatas pepohonan, hidup setengah berkelompok, dan pemakan buah-buahan. Dalam hal-hal kecil lainnya, perbedaan pada manusia itu lebih nyata. Manusia lebih tinggi kemampuan fungsionalnya, antara lain : 1. Menciptakan dan menggunakan peralatan. 2. Memodifikasi lingkungan hidupnya, disesuaikan dengan kepentingannya. 3. Menciptakan bahasa dan pandai berbicara. 4. Mengorganisasikan kehidupan sosial yang kompleks. 5. Membentuk konsep-konsep abstrak dan mental. Semua kelebihan tersebut membuat manusia mampu meneruskan pengetahuannya kepada generasi berikutnya. Otak manusia berkembang jauh lebih baik, volumenya lebih besar, berstruktur, dan berfungsi lebih sempurna. Karena manusia, maka di bumi ini selalu ada kemajuan dan pertambahan etik benda-benda sosial dan kebudayaan. Sedangkan hewan lainnya kemampuan dan pengetahuannya diteruskan pada generasi berikutnya melalui insting dan refleks seperti yang terikat dalam keturunan (Brotowidjoyo, 1990). Unggas adalah vertebrata dengan tubuh yang ditutupi oleh bulu (asal epidermal), sedangkan hewan lainnya tidak ada yang berbulu. Unggas tergolong vertebrata yang dapat terbang, karena mempunyai sayap yang merupakan modifikasi anggota gerak anterior. Sayap pada unggas berasal dari elemen-elemen tubuh tengah dan distal. Karakteristik tengkorak meliputi tulang-tulang tengkorak yang berfusi kuat, paruh berzat tanduk, unggas tidak bergigi, mata besar, dan memiliki kondil oksipetal tunggal. Unggas melakukan respirasi dengan menggunakan paru-paru yang berhubungan dengan sejumlah kantung-kantung udara sebagai alat pernafasan tambahan. Jantung terbagi menjadi dua aurikel dan dua ventrikel. Ventrikel terpisah sempurna, sehingga sirkulasi pulmoner terpisah dari sirkulasi sistemik. Lengkung aorta hanya satu buah dan terletak di sisi kanan. Temperatur tubuh tinggi dan dipertahankan tetap (homoioterm) dengan bantuan bulu. Saluran pencernaan pada unggas meliputi tembolok (crop), lambung kelenjar, dan lambung muscular (gizzard, empedal), dua buah sekum (caecum), usus besar, dan kloaka. Unggas memiliki ginjal tipe metanefros, vena porta ginjal tidak terbagibagi ke dalam ke dalam kapiler-kapiler ginjal, tidak mempunyai kandung kemih, ekskresinya semi-solid (Brotowidjoyo, 1990). III. METODE PENELITIAN Tahapan pengembangan sistem pakar ini berdasarkan metode penelitian yang dikemukakan oleh (Kusumadewi, 2003), yaitu :
19
Gambar 3.1 Tahapan Pengembangan Sistem 1. Penilaian Keadaan Tahap ini merupakan tahap penentuan hal-hal penting sebagai dasar permasalahan yang akan dianalisis dalam mendiagnosis virus flu burung. Tahap ini merupakan tahap untuk mengkaji dan membatasi masalah yang akan diimplementasikan dalam sistem. Setiap masalah yang didefinisikan dari mendiagnosis virus flu burung dicari solusinya, fasilitas yang akan dikembangkan, penentuan bahasa pemrograman dan tujuan yang ingin dicapai dari proses pengembangan tersebut. 2. Koleksi Pengetahuan Tahap ini merupakan tahap pengumpulan pengetahuan dan konsep-konsep penting yang terkait dalam mendiagnosis virus flu burung. Hal ini dilakukan dari konfirmasi hasil wawancara pada pakar kesehatan dan pakar peternakan serta observasi mengenai diagnosis virus flu burung sehingga hasilnya memberikan jawaban yang pasti bahwa sasaran permasalahan tepat, benar dan sudah sesuai. 3. Perancangan Tahap ini merupakan tahap desain sistem yang menggambarkan sistem dalam bentuk System Flow Chart, Data Flow Diagram, Entity Relationship Diagram (ERD), dan Design Form.
20
20
System Flow Chart menggambarkan alur dari setiap proses yang terdapat dalam sistem pakar ini, dimana meliputi proses : mengelola data admin, mengelola data penyakit, mengelola data gejala klinis, dan mengelola data solusi tentang penanganan dari masing-masing penyakit tersebut. Data Flow Diagram mendokumentasikan proses yang terjadi, serta menekankan fungsi-fungsi yang terdapat dalam suatu sistem. Penggambaran Data Flow Diagram dilakukan secara terstruktur dari yang paling luas hingga menjadi diagram level berikutnya yang lebih detail. Pada Data Flow Diagram terdapat dua entity yang terdiri dari : entity user yang merupakan pengguna (masyarakat) dari sistem ini dan entity pakar dimana pakar sebagai admin yang berperan penting dalam mengolah data diagnosis serta solusi penanganan penyakit tersebut. Entity Relationship Diagram (ERD) mendeskripsikan hubungan antar media penyimpanan yang terdapat pada DFD. Entity sangat berpengaruh di dalam ERD karena untuk menentukan relasi dalam pembuatan tabel yang berfungsi sebagai media penyimpanan. Tabel yang terdapat dalam sistem pakar ini terdiri dari : tabel admin, tabel penyakit, tabel gejala, dan tabel solusi dimana tabel-tabel tersebut digunakan untuk mengambil keputusan dalam melakukan proses diagnosis. Design Form pada sistem pakar ini terdapat dua menu utama yaitu menu user dan menu pakar. Di dalam menu user, terdapat form diagnosis yang berfungsi sebagai user interface dalam menginputkan data fakta gejala yang ditemukan sehingga dapat ditentukan solusi penanganan yang harus dilakukan pada penyakit tersebut. Pada menu pakar terdapat dua form utama yang terdiri dari form admin dan form data penyakit-gejala. Form admin berfungsi sebagai administrator dalam mengolah semua data ke dalam sistem pakar, sedangkan form data penyakitgejala berfungsi sebagai acuan dalam melakukan proses diagnosis yang nantinya ditampilkan dalam form diagnosis pada menu user. Hal tersebut diatas digunakan sebagai pedoman untuk membangun basis pengetahuan, basis aturan, mekanisme inferensi, antar muka pemakai, dan fasilitas penjelasan sistem. 4. Pemeliharaan Tahap ini merupakan tahap pemeliharaan sistem, dalam hal ini yang dilakukan adalah memperbaharui pengetahuan, mengganti pengetahuan yang sudah ketinggalan, agar sistem ini dapat lebih baik lagi dalam mendiagnosis virus flu burung. IV. PEMBAHASAN Flu burung adalah masalah kita bersama. Penyakit itu mengancam semua orang terutama anak-anak. Hanya dengan bersama berpartisipasi dalam gerakan pencegahan flu burung kita dapat melindungi diri kita, orang-orang yang kita cintai dan masyarakat pada umumnya dari penyakit yang berbahaya itu. Salah satu upaya penting dalam mengurangi resiko berjangkitnya flu burung adalah dengan menyebarluaskan informasi yang benar mengenai penanganan flu burung, sesering dan seluas mungkin kepada seluruh lapisan masyarakat. Informasi yang benar itu harus sederhana dan mudah dimengerti. Informasi juga perlu disampaikan dengan
21
memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat tanpa mengurangi esensi isi pesan yang perlu disampaikan. Pengalaman telah menunjukkan apabila masyarakat mendapat informasi yang benar maka tidak jarang masyarakat sendiri kemudian dapat menyebarkan dan mengembangkannya menjadi suatu kekuatan perubahan yang besar untuk menghadapi berbagai masalah, termasuk flu burung. Seorang pakar sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam mendapatkan informasi yang benar mengenai penanganan flu burung, sehingga seorang pakar harus selalu ada ditempat untuk membantu menyebarluaskan informasi dalam mendiagnosis flu burung. Hal tersebut kurang efektif dan efisien, karena seorang pakar tidak dapat selamanya berada ditempat, serta kemampuan dan pengetahuan seorang pakar yang terbatas. Oleh karena itu, saat ini sangat dibutuhkan sebuah sistem pakar yang dapat mendiagnosis virus flu burung pada manusia dan unggas. Sehingga tanpa menunggu kehadiran seorang pakar, seluruh masyarakat selalu dapat mendiagnosis virus flu burung hanya dengan mentranfer pengetahuan ke dalam sistem pakar tersebut. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh dari pakar itu sendiri dan sumber-sumber lainnya yang berupa literatur tentang virus flu burung yang menyerang pada manusia dan unggas. Salah satu komponen sistem pakar yang terpenting adalah basis pengetahuan (knowledge base) yang terdapat dalam sistem tersebut. Basis pengetahuan dalam sistem pakar diperoleh dari pakar itu sendiri dan beberapa literatur tentang virus flu burung pada manusia dan unggas. Pengetahuan tentang macam diagnosis virus flu burung adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Pengetahuan macam diagnosis virus flu burung No Macam Diagnosis 1 Manusia 2 Unggas Sumber : www.komnasfbpi.go.id Pada tabel diatas berisi tentang macam diagnosis virus flu burung, dimana dalam pengelompokan macam diagnosis tersebut masih dapat digolongkan lagi berdasarkan beberapa jenis gejala virus flu burung yang menyerang pada manusia dan unggas itu sendiri serta beberapa macam penyakit dan jenis gejala yang memiliki kemiripan dengan virus flu burung. Untuk lebih jelas dalam pengelompokan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini : Tabel 4.2 Pengetahuan penyakit dan gejala pada manusia No Macam Penyakit Jenis Gejala Solusi Penanganan 1 Flu Burung a. Mendadak demam tinggi 1. Bawa dengan segera (H5N1) hingga >38 °C orang yang menderita b. Mengalami sesak nafas demam tinggi tersebut c. Batuk ke rumah sakit d. Sakit kepala terdekat e. Terasa ngilu di persendian 2. Jangan mengobati lengan, kaki, dan punggung sendiri, minumlah f. Infeksi selaput mata obat yang diresepkan
22
22
(conjunctivitis) g. Diare dan muntah h. Radang paru-paru
2
Influenza
a. b. c. d. e. f. g. h.
oleh dokter 3. Hindari kontak yang tak perlu dengan orang atau unggas yang telah terinfeksi Berikan vaksin influenza agar mencegah penyakit influenza dan komplikasi yang berat akibat penyakit ini
Panas Nyeri otot Sakit kepala Rasa lemas yang luar biasa Batuk yang tidak produktif Nyeri tenggorokan Pilek Dapat menyebabkan otitis media, nausea, dan muntah Sumber : www.komnasfbpi.go.id
Tabel 4.3 Pengetahuan penyakit dan gejala pada unggas No Macam Penyakit Jenis Gejala Solusi Penanganan 1 Flu Burung a. Unggas mati mendadak dalam 1. Segera laporkan (H5N1) jumlah yang besar dengan atau kepada aparat yang gejala klinis berwenang terutama b. Lemas dan kehilangan selera Dinas Peternakan dan c. Jengger bengkak, berwarna biru Dinas Kesehatan atau berdarah, dan bulu-bulu 2. Jangan buang unggas berguguran yang sudah mati agar d. Kepala tertunduk menyatu dapat didiagnosis dengan badan 3. Musnahkan unggas e. Kesulitan bernafas dengan cara dibakar f. Bengkak pada kepala dan atau kuburkan bangkai kelopak mata dengan ke dalaman g. Pendarahan dibawah kulit setingggi lutut orang (subkutan) dewasa h. Penurunan jumlah telur yang dihasilkan i. Diare, menggigil, dan mengeluarkan air mata j. Gelisah 2
Tetelo (ND)
a. Unggas pingsan payah 1. Lakukan vaksinasi b. Mengantuk dengan kepala yang teratur sesuai ditundukkan dengan program yang c. Sesak nafas dianjurkan d. Terdengar suara mencicit 2. Memelihara ayam seperti tercekik dalam kandang e. Nafsu makan berkurang terbatas, serta menjaga
23
f. Unggas biasanya hilang kebersihan kandang keseimbangan 3. Jangan memasukkan g. Selalu memutar-mutarkan ayam luar sebelum kepala dan berjalan keliling dikarantina atau h. Pial dan balung berwarna divaksin dan harus kebiruan dipastikan tidak i. Pada bagian Proventriculus, membawa sumber terdapat pendarahan berupa penyakit bintik-bintik darah Sumber : www.komnasfbpi.go.id Perancangan sistem pakar untuk mendiagnosis virus flu burung pada manusia dan unggas digambarkan dalam bentuk Data Flow Diagram, Entity Relationship Diagram (ERD), System Flow Chart, desain basis data, serta membangun basis pengetahuan, basis aturan, mekanisme inferensi, antarmuka pemakai, dan fasilitas penjelasan sistem Terdapat dua entitas yang terlibat dalam sistem pakar diagnosis virus flu burung pada manusia dan unggas. Kedua entitas tersebut terlibat secara langsung pada proses diagnosis virus flu burung, antara lain adalah pakar dan pengguna sistem (masyarakat). Pakar sebagai penyedia ilmu pengetahuan dan aturan diperlukan untuk mentransfer ilmu pengetahuan yang diperlukan agar dapat memberikan solusi penanganan. Sedangkan pengguna sistem terlibat secara langsung sebagai pengguna ilmu pengetahuan yang dimiliki pakar untuk menjawab semua permasalahan mengenai penyakit flu burung yang menyerang manusia dan unggas. Data Fakta Gejala User
0
Info Hasil Diagnosis
Data Master Admin
Sistem Pakar H5N1
Data Master Penyakit
+
Data Master Gejala
Pakar
Data Master Solusi
Gambar 4.1 Context Diagram Sistem Pakar Diagnosis Virus Flu Burung
24
24
Segala proses yang terjadi pada Data Flow Diagram level 0 sistem pakar virus flu burung pada manusia dan unggas, merupakan dekomposisi dari context diagram agar alur proses sistem yang sebelumnya terjadi dapat diperjelas lagi dengan alur proses yang lebih detail. Proses tersebut meliputi : mengelola data admin, mengelola data penyakit, mengelola data gejala, mengelola data solusi, dan diagnosis. Input data ilmu pengetahuan (Knowledge Base) merupakan proses pendataan dan pengumpulan ilmu pengetahuan tentang diagnosis virus flu burung pada manusia dan unggas yang meliputi data macam diagnosis, macam penyakit, jenis gejala, solusi penanganan, dan beberapa macam penyakit dan jenis gejala yang memiliki kemiripan dengan virus flu burung. Pengetahuan dapat diperoleh dari pakar dilengkapi dengan buku-buku literatur, basis data, dan pengalaman seorang pakar. DFD Level 0 sistem pakar diagnosis virus flu burung pada manusia unggas dapat dilihat pada gambar 4.2 dibawah ini : Data Master Admin
Data Master Solusi Data Master Penyakit
1
Pakar
Data Master Gejala
1
2
3
4
Mengelola Admin
Mengelola Data Penyakit
Mengelola Data Gejala
Mengelola Data Solusi
Data Admin
Data Penyakit
Data Gejala
Data Solusi
Tabel Admin
2
Tabel Penyakit
3
Tabel Gejala
4
Tabel Solusi
5 Info Data Penyakit Data Fakta Gejala
Info Data Gejala
Diagnosis
+
User
Info Data Solusi
Info Hasil Diagnosis
Gambar 4.2 DFD Level 0 Sistem Pakar Diagnosis Virus Flu Burung
25
Proses diagnosis merupakan proses mengenali gejala penyakit untuk mendapatkan solusi penanganan yang tepat, diagnosis virus flu burung nantinya diuji berdasarkan aturan. Sedangkan pelaporan hasil diagnosis merupakan proses memberikan informasi solusi penanganan virus flu burung pada manusia dan unggas.
Gambar 4.3 DFD Level 1 Proses Diagnosis Entity Relationship Diagram (ERD) diagnosis virus flu burung pada manusia dan unggas mengilustrasikan hubungan komponen-komponen antar tabel data yang terdapat di dalam sistem pakar.
Gambar 4.4 ERD Sistem Pakar Diagnosis Virus Flu Burung
26
26
Hubungan antara tabel macam dengan tabel detail gejala adalah one to many, artinya satu macam diagnosis terdiri dari beberapa jenis penyakit. Pada tabel penyakit dengan tabel detail gejala adalah one to many, artinya satu jenis penyakit memiliki banyak gejala. Pada tabel gejala dengan tabel detail gejala adalah one to many, artinya setiap gejala mendeskripsikan banyak penyakit. Hubungan antara tabel solusi dengan tabel macam adalah one to one, artinya satu solusi penanganan hanya dimiliki oleh satu macam diagnosis yang berupa manusia dan unggas. Sedangkan relasi tabel solusi dengan tabel penyakit adalah one to one, artinya setiap solusi penanganan menjelaskan satu jenis penyakit. Desain basis data sistem pakar diagnosis virus flu burung pada manusia dan unggas yang dibuat, terdapat lima buah tabel yang terdiri atas : tabel admin, tabel macam, tabel penyakit, tabel gejala, tabel solusi, tabel detail gejala. Tabel 4.4 Tabel Macam Nama Field Tipe Data Karakter Keterangan kode_macam integer primary key nama_macam char 10 Tabel 4.5 Tabel Penyakit Nama Field Tipe Data kode_penyakit integer nama_penyakit char
Karakter 50
Keterangan primary key -
Tabel 4.6 Tabel Gejala Nama Field Tipe Data kode_gejala integer nama_gejala memo
Karakter -
Keterangan primary key -
Tabel 4.7 Tabel Solusi Nama Field Tipe Data kode_penyakit integer kode_macam integer solusi_penanganan memo
Karakter -
Keterangan foreign key foreign key -
Tabel 4.8 Tabel Detail Gejala Nama Field Tipe Data kode_macam integer kode_penyakit integer kode_gejala integer
Karakter -
Keterangan foreign key foreign key foreign key
27
Basis pengetahuan merupakan representasi dari akuisisi pengetahuan. Akuisisi pengetahuan merupakan proses untuk mengumpulkan data-data pengetahuan akan suatu masalah dari seorang pakar. Bahan pengetahuan diperoleh dari berbagai sumber. Sumber pengetahuan tersebut dijadikan dokumentasi untuk dipelajari, diolah, dan diorganisasikan secara terstruktur menjadi sebuah basis pengetahuan. Sumber pengetahuan tersebut harus diperoleh dengan kemampuan untuk mengolah data-data tersebut menjadi solusi yang efisien. Representasi data pengetahuan tersebut bertujuan untuk menyederhanakan data sehingga muda dimengerti dan mengefektifkan proses pengembangan program.
Gambar 4.5 Knowledge Base Sistem Pakar Diagnosis Virus Flu Burung Mekanisme inferensi adalah bagian dari sistem pakar yang melakukan penalaran dengan menggunakan suatu hipotesa dan fakta berdasarkan urutan dan pola tertentu. Mekanisme inferensi dalam sistem pakar untuk mendiagnosis virus flu burung pada manusia dan unggas merupakan tahap diagnosis, mekanisme inferensi yang digunakan dalam sistem pakar diagnosis virus flu burung pada manusia dan unggas ini menggunakan metode penalaran forward chaining.
28
28
Dalam penalaran forward chaining, menggambarkan suatu rantai yang dilintasi dari suatu hipotesa kembali ke fakta yang nantinya mendukung hipotesa tersebut. Cara lain menggambarkan forward chaining adalah dalam hal tujuan yang dapat dipenuhi dengan pemenuhan sub tujuannya. Mekanisme inferensi dalam sistem pakar akan mencatat semua hipotesa dan fakta tentang pengetahuan yang saling berelasi antara satu dengan yang lainnya. Hipotesa dan fakta dalam sistem pakar diagnosis virus flu burung adalah satu macam diagnosis, dalam hal ini manusia dan unggas memiliki berbagai jenis penyakit dan gejala masing-masing. Seluruh data tentang macam diagnosis, jenis penyakit, dan gejala yang didefinisikan akan membentuk suatu relasi antara itemitem tersebut dan nantinya akan disimpan sebagai sebuah mekanisme inferensi. Chaining dapat dengan mudah diekspresikan dalam ke dalam inferensi. Sebagai contoh, anggaplah bahwa kita mempunyai kaidah dari modus ponens : P→Q P ________ Q yang berbentuk rantai inferensi seperti berikut ini : pneumonia (x) → flu burung (x) flu burung (x) → manusia (x) Kaidah diatas digunakan dalam rantai sebab-akibat dari inferensi forward yang menarik kesimpulan bahwa pneumonia merupakan salah satu gejala klinis penyakit flu burung yang terjadi pada manusia. Pokok permasalahan forward chaining adalah untuk mendapatkan suatu rantai yang menghubungkan fakta-fakta ke hipotesis. Dalam hal ini, fakta pneumonia disebut sebagai evidence (fakta) dalam mendukung hipotesis. V. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari ”Desain Sistem Pakar Diagnosis Virus Flu Burung (H5N1) pada Manusia dan Unggas” adalah sebagai berikut : 1. Desain dan aplikasi program sistem pakar diagnosis virus flu burung pada manusia dan unggas yang telah dibuat, dapat membantu pengguna sistem dalam mendiagnosis penyakit virus flu burung yang menyerang manusia dan unggas secara efisien dan efektif. Desain sistem pakar yang telah didesain dan dibuat untuk mendiagnosis virus flu burung pada manusia dan unggas masih banyak memerlukan pengembangan dan perbaikan, antara lain : 1. Desain sistem pakar diagnosis virus flu burung pada manusia dan unggas hanya terbatas untuk mendiagnosis penyakit virus flu burung, sebaiknya desain sistem pakar ini dapat dikembangkan untuk mendiagnosis beberapa penyakit berbahaya lainnya. 2. Desain sistem pakar diagnosis virus flu burung pada manusia dan unggas hanya melibatkan pengguna dan pakar secara langsung, sebaiknya aplikasi sistem pakar ini dapat dikembangkan dengan melibatkan pakar lain untuk
29
membantu pengguna dalam mendiagnosis virus flu burung yang menyerang manusia dan unggas. DAFTAR PUSTAKA Anonymous. tt. ”Pencegahan dan Pengendalian Flu Burung (Avian Influenza) pada Peternakan Unggas Skala Kecil”. Departemen Pertanian : Biro Hukum dan Humas. Arhami, M. 2005. ”Konsep Dasar Sistem Pakar”. Yogyakarta : Andi Yogyakarta. Brotowidjoyo, M.D. 1990. ”Zoologi Dasar”. Jakarta : Penerbit Erlangga. Departemen Kesehatan RI. ”Waspada Flu Burung”. http://www.depkes.go.id diakses tanggal 24 Juli 2008. Drewry, T. 2005. ”Data Flow Diagram”. http://www.cems.uwe.ac.uk diakses 30 tanggal 4 Juni 2006. Hartono, J. 1995. ”Analisis dan Desain Sistem Informasi”. Yogyakarta : Andi Yogyakarta. Kadir, A. 1998. ”Pengenalan Sistem Informasi”. Yogyakarta : Andi Yogyakarta. Krisnamurthi, B. ”Petunjuk Umum Pencegahan Flu Burung (H5N1) pada Unggas dan Manusia”. http://www.komnasfbpi.go.id diakses tanggal 11 Juli 2008. Kristanto, A. 2003. ”Perancangan Sistem Informasi dan Aplikasinya”. Yogyakarta : Gava Media. Kusumadewi, S. 2003. ”Artificial Intelligence (Teknik dan Aplikasinya)”. Yogyakarta : Graha Ilmu. Priyanta, S. 2005. ”Modul Praktikum Basis Data”. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. Riandari, H. 2007. ”Sains Biologi”. Solo : Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.. Turban, E. 2001. ”Decision Support System and Intelligent System”. New Jersey : Prentice Hall International Inc.
30
30