PROFIL PEMELIHARAAN TERNAK SAPI DAN KERBAU DI PROPINSI JAMBI Bustami, Zubir dan B . Prayudi Batai Pengkajian Teknotogi Pertanian Jambi
ABSTRAK Propinsf Jambi termasuk salah satu propinst yang masih mendatangkan ternak sapi dan kerbau dart daerah lain guna memenuhi kebutuhan daging, sehingga masih tingginya angka memasukan ternak tersebut dart luar yal tu mencapai 36 .000 ekor lebih setiap tahun, populasi ternak sapt tahun 2004 yaltu 147.917 ekor sedangkan pada tahun 2005 yaltu 113.678 ekor. Dengan data tersebut Propinsi Jambi mengalami penurunan 34.000 ekor lebih dengan persentase penurunan mencpai 23 % setiap tahun . Sedangkan ternak kerbau hanya 68.159 ekor dengan perkembangan 6,8 % Dengan keterangan di atas Propinsf Jambi perlu penangan yang sangat serfus untuk meningkatkan populast,hasil survey BPTP Jambi menunjukan masth rendahnya peoduktivltas ternak lokal, hat disebabkan tidak terkonrolnya ststem perkawinan di tingkat lapangan pada daerah ternak . Disamping itu juga meningkatnya opini masarakat tentang keuntungan yang didapatkan pada usaha tan! karet sehingga Jauh lebih tinggi dart usaha lainnyo.sedangkan pada daerah kerinci yang terJadt penurunan yang sangat tinggi disebabkan oleh ketertarikan petani untuk memelthara sap! bibit semakln menurun hot int ditandainya banyak petani menjual ternak betina dan menggantl dengan usaha penggemukan . Upaya untuk mengatas! tersebut berbagai solus! telah dilakukan yaitu penyebaran ternak bibit,pencegahan berbagai penyakit(vaksinast) dan pembinaan kelembagaan di tingkat petani .
PENDAHULUAN propinsi Jambi dikenat dengan produsen karet yang telah dikenat semenjak penjajahan 6I' Belanda sehingga tanaman karet sangat berkembang hingga saat sekarang , tetapi pola tanam yang dilakukan oleh masyarakat lokal umumnya tidak beraturan sehingga tanaman rumput atam sutit berkembang, Beberapa dekade terahir pola tanaman telah menunjukan yang lebih balk , sehingga rumput atam dapat berkembang dibawah pohon karet yang merupakan potensi yang sangat besar untuk pengembangan ternak rumuinansia . Beberapa hasil penelitian menunjukan, Ternak ruminasia sangat menguntungkan apabila dipetihara bersaman dengan perkebunan karet dan sawit karena dapat menafaatkan rumput yang tumbuh diantara tanaman utama . Disamping itu informasi tentang potensi pakan ternak dalam sistem perkebunan sangat mendudukung untuk pengembangan ternak . Perkembangan populasi ternak sapi dan kerbau di propinsi Jambi yaitu 23,15%/tahun (Dinas Peternakan TK 1 .2005) perkembangan tersebut betum seimbang perkembangan permintaan daging sehingga Propinsi Jambi masih mendatangkan ternak potong dari daerah lain, yaitu mencapai 25 .654 ekor/tahun(Dinas Peternakan Prpinsi TK 1 .2005) . Upaya-untuk meningkatkan poputasi telah dilakukan dengan berbagai cara balk penyebaran ternak bibit maupun program inseminasi Buatan (IB) . Namun usaha betum dapat memenuhi kebutuhan datam propinsi Jambi . Sistem pemeliharaan kerbau di propinsi Jambi umumnya masih tradisional yaitu kerbau tepas tanpa kendali, apabila untuk menuntukan kepemilikan biasanya pemelik ternak kerbau mendatangi daerah pengembalan dengan memberikan air garam untuk pendekatan dengan ternak . Beberapa dekade terahir pemitik ternak kerbau telah membuatkan kandang yang dipergunakan matam hari malam hari . Ternak kerbau dikenat dengan ternak yang sangat tamban dan mudah dikendatikan, seperti ungkapan yang terkenal adalah Seperti kerbau ditusuk hidung, artinya apabila kerbau tetah ditusuk hidung sangat mudah untuk dikendatiakn . Upaya-upaya untuk meningkatkan populasi sangat kurang sekati karena ternak kerbau sangat lambat produksinya sehingga petani merasa enggan untuk memetiharanya,apatagi dengan pola penembatian, balk gaduhan maupun dalam bentuk uang . Sistem usahan ternak sapi yang ada di masyarakat Jambi adalah sistem Semi Intensif dan Ekstensif . Pada sistem semiintensif umumnya ditakukan oleh masyarakat yang berasat dari daerah transmigrasi yaitu Prosiding Peternakan 2006
77
dengan pola pemeliharan ternak dikandangkan dan diberi pakan Cut and Carry dan ikat pindah . Sedangkan pada marakat Melayu Jambi umumnya masih ekstensif yaitu dengan pola pemeliharaan lepas disiang hari dan dikandangkan pada malam hari dengan istilah "Umo bekandang slang sapi bekandang matam pagar tigo sebeban " . Dengan ungkapan tersebut artinya sawah/ladang harus dipagar dengan kayu yang kuat, jika terjadi ternak memasuk sawah/ladang pada slang hari maka ternak bukanlah untuk disalahkan . Tetapi apabita terjadi ternak masuk pada malam hari maka ternak dianggab hama/musuh . Hasil dan Pembahasan
Populasi ternak sapi tahun adalah 2005 113 .678 ekor dan kerbau 72 .852 ekor(Dinas peternakan TK I Jambi .2005) perkembangan ternak sapi mencapal -23 .15 %, sedangkan kerbau hanya 6 .8 % (label 1) . Tabel . Dinamika populasi ternak sap! di propinsi Jambi 2005. Parameter
Sapi 147 .917 113 .678 -23,15 25 .654 15 .336 2 .952 .576
Populasi tahun lalu(ekor) Populasi ahir tahun (ekor) Perkembangan (%) Pemasukan (ekor) Pengetuaran (ekor) Konsumsi daging (Kg)
Kerbau 68 .159 72 .852 6,89 10 .693 5 .070 1 .842 .351
Sumber Dinas Peternakan I Jambi 2005 .
Dari label diatas tertihat perkembangan populasi ternak . sapi menurun, menurunnya poputasi diduga disebabkan oleh semakin menurunnya minat petani untuk memelihara ternak bibit sehingga terjadi penjualan atau pemotongan betina produktif, survai BPTP Jambi 2006 menunjukan ada kecenderungan petani ternak merasa keberatan untuk memelihara ternak secara intensif karena memerlukan waktu lebih lama dan lambatnya menerima keuntungan jika dibandingkan dengan usaha tani karet dan sawit sehingga usaha tersebut sangat diminati oleh petani lihat Tabel 2 . 2 . Penggunaan lahan yang dominan di Provinsi Jambi . Penggunaanlahan Perkebunan karet Sawit Kelapa dalam Kayu manis Sumber BPS Jambi 2005 . Tabel No . 1. 2. 3. 4.
Jumlahlahan (ha) 563 .502 341 .065 120 .995 52 .589
Dengan kondisi itu maka petani lebih memperhatikan sistem usaha tani tersebut jika dibandingkan dengan sistem usaha tani ternak . Jika dilihat di setiap Kabupaten populasi tersapi dan kerbau dapat dilihat dari Tabel 3 . Tabel No .
3 . Populasi ternak setiap kabupaten di propinsi Jambi (ekor) . Kabupaten /Kota
Jumlahternak Sa i
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 .
78
Kota Jambi Muara Jambi Batang Hari Tebo Bungo Merangin Sarolangun Kerinci Tanjung Jabung Barat Tanjung jabung Timur Jumlah
3 .023 7 .607 8 .156 19 .891 19 .682 14 .950 6 .329 53 .027 6 .737 8 .515 147 .917
Kerbau 610 4 .986 14 .129 13 .289 10396 11 .389 7 .616 4 .383 1 .087 274 68 .159
Bustaml, Zubir, dan B. Prayudi
Sistem pemeliharaan ternak ruminansia di propinsi Jambi umumnya dilakukan oleh etnis metayu Jambi dan etnis Jawa, pada kedua etnis tersebut umumnya mempunyai perbedaan dalam pengelolaan, Etnis melayu Jambi umumnya mempunyai ternak kerbau,sapi dan kambing, sedangkan etnis Jawa umumnya adalah ternak sapi, kambing domba dan kambing . Pemitikan ternak kerbau adalah merupakan warisan dari orang tua dan betum pernah responden membeli ternak kerbau untuk dipelihara . Pada etnis metayu Jambi umumnya masih tradisionat yaitu ditepas pada lapangan terbuka dan semak belukar, dikandangkan pada malam hari, sehingga produktivitas sangat lambat . Safrial 2001 metaporkan Sistem pemeliharaan sapi di propinsi Jambi umumnya masih tradisional, betum memperhatikan kuatitas pakan sehingga lambatnya perkembangan poputasi ternak, Disamping itu juga, upaya-upaya dari etnis melayu Jambi untuk meningkatkan produktivitas ternak hanya mengharapkan bantuan-bantuan dari kebijakan dari pemerintah, Pada desa pengamatan, masih ada lahan terbuka yang potensial untuk melakukan usaha pemeliharaan ternak, usaha penggemukan yang dilakukan oleh etnis melayu Jambi . Tujuan beternak hanya sebagai tabungan saja, sebab mata pencaharian utama adalah pada perkebunan sawit dan karet dan tenaga kerja kayu olahan . Sistem pemetiharaan ternak yang dilakukan oteh etnis Jawa umumnya mengarah pada sistem pemeliharaan yang intensif walaupun betum memanfaatkan pakan tambahan pada pemeliharaan ternak penggemukan . safrial 2001 metaporkan perubahan berat badan penggemukan sapi di desa tangkit Kabupaten Muaro Jambi adalah 397 gram/ekor/hari . Sitem pemeliharaan ternak sapi umumnya dikandangkan dan cara pemeberian pakan adatah cut and carry, hijauan diambil di daeerah perkebunan karet dan lahan kosong yang banyak ditumbuhi oteh rumput alam . Sedangkan sistem penggemukan sapi berkembang didaerah pinggiran kota, bakalan yang digunakan adalah didatangkan dari propinsi lampung, sehingga usaha dapat berkelanjutan , Bustami 2002 metaporkan perubahan berat badan sapi Bali yang ditakukan peternak di daerah Kenali Asam adalah 365 gram/ekor/hari . Sistem pemeliharaan tersebut masih dapat diperbaiki karena peternak belum menggunakan pakan tambahan, hanya menggunakan pakan rumput alam dan daun-daunan yang berasal dari lingkungan responden atau diambil dari daerah lain yang menggunakan kendaraan . Pemeliharaan Sapi Bakalan Sapi Bali di Propinsi Jambi berkembang didaerah Rimbo Bujang,Singkut dan Pemenang yang didatang dari NTT tahun 1985 melalui Proyek IFAD, walaupun berkembang didaerah tersebut, namun betum dapat memenuhi kebutuhan untuk propinsi Jambi sehingga masih mendatangkan sapi bakalan dari propinsi Lampung . Pemeliharaan sapi penggemukan sangat menggantungkan keberadaan ternak bakalan, sehingga pemeliharaan tetap berlanjut , untuk mencukupi ternak bakalan tersebut petani telah bekerja sama dengan pengusaha sapi bakalan yang harganya tergantung penawaran, pengusaha bakatan umumnya mempunyai tempattempat penampungan sebelum dibeti oleh peternak, umur sapi bakalan sekitar 1 - 1,5 tahun dengan harga 1 juta sampai 1,5 juta Rpiah . Dengan demikian keberadaan pengusaha bakalan sangat mambantu usaha pengeeumukan dikota jambi yang saling menguntungkan . Pakan Usaha penggemukan sapi sangat tergantung dari ketersediaan pakan yang kontinyu sepanjang waktu , ketersediaan pakan di daerah kenali Asam bawah sangat potensial, yaitu di lahan lahan perkebunan karet dan lahan-lahan kosong yang ditumbuhi oteh rumput atam, peternak biasanya mencari pakan di daerah tersebut umumnya peternak mempunyai kendaraan sepeda sepeda motor untuk mencari pakan tersebut yang dikenal dengan istilah meramban(cut and carry) . Lamanya waktu meramban yaitu 2-3 jam/hari tergantung banyak
Prosiding Peternakan 2006
79
ternak yang dipetihara, jenis pakannya adalah rumput alam daun singkong dan daun lainnya yang dapat dimakan oleh sapi . Pakan yang diambil biasanya diikat datam bentuk ikatan yang beratnya 20 -30 kg/ikat atau di dalam karung yang beratnya 40 sampai 60 kg/karung Adapun cara pemberiannya adalah pada pagi, slang dan sore tenaga kerja yang terlibat dalam menganbil pakan adalah laki-laki dewasa sedangkan pemberian semua anggota keluarga . Pada daerah berkembang sistem Insemenasi buatan yaitu Kabupaten Bungo dan Kabupaten Sarolangun penanarnan rumput untuk pakan ternak telah dilakukan sehingga kebutuhan pakan pada daerah tersebut cuklup untuk memelihara ternak secara intensif . Keragaan Ternak Perubahan berat badan ternak selama pengkajian dapat ditihat pada tabel 1 . Pertambahan berat badan ternak pengkajian adalah 520 gram/ekor/hari, lebih rendah dari yang dilaporkan Illa 1999 perubahan berat badan sapai Bali yang dipelihara oleh petani di Kab Kupang NTT bisa mencapai 710 gram/ekor/hari . Hat ini disebabkan tidak diberikan pakan rumput atam dan daun-daun lainya .5alah satu upaya memperbesar tambahan , hanya perubahan berat badan diberikan pakan tambahan yaitu dedak maupun pakan lainnya atau meningkatkan konsumsi pakan yang banyak mengandung protein, yaitu Legum balk legum pohon maupun legum herba . Seperti yang ditakukan Illa 1999, yaitu dengan pemberian legum pohon (turi)sebanyak 40 % dalam ransum akan dapat meningkatkan berat badan sebesar 710 gramekor perhari . Dengan demikian perubahan berat badan sapi pengkajian masih dapat ditingkatkan apabila diberikan pakan tambahan ataupun pemberian legum dalam pakan setiap harinya . Penanaman pohon Legum dapat dilakukan sebagai pagar hidup pada lahan pekarangan atau Lahan kebun . Untuk meningkatkan pertambanhan berat badan pertu perbaiakan manajemen beternak (Webster dan Wilson, 1980) . Tabel 4 . Keragoan ternak penggemukan sapi Bali di Kenali Asam Jambi . No . Parameter 1 . Banyak ternak(ekor) 2 . Banyak petani(orang)Lama Pengkajian(bln) 3 . Berat badan awal(kg) 4 . Berat badan akhir(kg) 5 . PerBerbd (gr/ek/h) 6. A ; Bustami 2002 B ; Sumber Ma 1999 .
B
A 15 5 3 165 218 520
16 Lab 4
710
KESIMPULAN Perkembangan populasi tersapi di propinsi Jambi semakin menurun sedangkan ternak kerbau hanya mengalami perkembanmgan dibawah 10 % .disamping itu Masyarakat pinggiran kota Jambi adalah memelihara ternak penggemukan . Etnis melayu Jambi adalah memelihara ternak kerbau, sapi dan kambing . Sistem pemeliharaan masih tradisional yaitu dilepas pada slang hari dan dikandankan pada malam hari . Etnis Jawa adalah memelihara ternak Sapi, kambing dan domba . Sistem pemeliharaannya adalah telah mengarah ke sistem intensif walaupun belum memanfaatkan pakan tambahan, pakan yang diberikan adatah diambil dari lingkungan . Berdasarkan penjelasan di atas etnis melayu Jambi dan etnis Jawa mempunyai perbedaan pola pemeliharaan ternak ruminasia yaitu Etnis melayu Jambi masih Tradisional sedangkan Etnis Jawa telah mengarah pada sistem pemeliharaan yang intensif, adanya perbedaan tersebut diduga oleh, budaya masyarakat Jawa yang sangat menghargai pemilikan Lahan sehingga memanfaatkan lahan secara maksimat, sedangkan budaya etnis melayu kehidupannya sangat tergantung pada perkebunan karet, sehingga kurang memperhatikan ternak .
$o
Bustami, Zubir, dan B . Prayudi
Berdasarkan keterangan pembahasann diatas maka pengakajian ini dapat disimpulkan, minat petani untuk memelihara sapi penggemukan cukup baik, hat ini terbukti, petani mampu mencari pakan kemanapun dengan mengunakan pasilitas yang dimiliki, bakalan berasal dari propinsi lampung yang bekerja sama dengan pengusaha sapi bakalan , adapun pertambahan berat badan masih dapat ditingkatkan dengan penggunakaan pakan tambahan /konsentrat . Dengan demikian usaha penggemukan ini dianggap menguntungkan oleh petani sehingga usaha berjalan terus menerus . DAFTAR PUSTAKA Bustami . 2000 . Sistem Usaha Pertanian Berbasis sapi Potong di Lahan Kering Nusa Tenggara Timur . Balai Pengkajian Teknotogi Pertanian (BPTP) Naibonat Kupang . Bustami . 2002 . Usaha Penggemukan sap! Bali di Kenali Asam Bawah . Prosiding Seminar Nasionat Hasit-hasil Pengkajian Teknotogi Pertanian Balai Pengkajian Teknotogi Pertanian Jambi dan Badan Penetitian Pembangunan Daerah Propinsi Jambi . Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Anggaran 2000 .
Propinsi Lampung . 2001 . Laporan Tahunan
Illa . 1999 . Usaha Ternak Sapi Paron di Lahan Kering Kabupaten Kupang . BPTP Naibonat NTT . Gunawan dan K A . Santoso .1994 . Optimalisasi kombinasi Usaha Penggemukan Sapi Madura dan Tanaman Pangan Dalam Usaha Tani Lahan Kering . Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknotogi Peternakan . Balai Penetitian Ternak . Ciawi . Bogor . Webster dan Wilson . 1980 . Agriculture in the Tropics . Longman .London . M . Rangkuti dan AR . Seregar 1997 . Sistem usaha Pertanian Berbasis Peternakan Seminar Regional Hasit-hasil Penetitian Berbasis Perikanan, Peternakan dan Sistem Usahatani Kawasan Timur Indonesia BPTP Naibonat . Harjono . Joan 1984 . Transmigrasi dari Kolonialisasi Sampai Swakarsa . Gramedia Jakarta . Safrial, A . Yusri dan Endang Suisilawati . 2001 . Pengkajian Pakan Konsentrat pada Penggemukan Sapi Potong . Prosiding Seminar Hasil-hasit penetitian dan pengkajian Teknotogi Pertanian . Balai pengkajian Teknotogi Pertanian Jambi . To Thi Anh . 1982 . Nilai Budaya Timur dan Barat Konflik dan Harmonis . Gramedia Jakarta .
Prosiding Peternakan 2006
81