Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee Nama Dayah Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee Lokasi/Alamat Jl. Tgk. Glee Iniem Gampong Siem, Kec. Darussalam Kab. Aceh Besar, Prov. Aceh Pendiri Tgk. H. Hasan Krueng Kalee Tgk. H. Waisul Qarany Ali AsSu’udy Status Legalitas Dayah (Badan Hukum) Legal/Akte Yayasan Pimpinan Dayah Muhammad Faisal, S.Ag. M.Ag.
No. HP. Pimpinan 0811688711 Jumlah Santri Meudagang Putra :214 Putri : 209 Jumlah Teungku/Guru Laki-Laki : 32 Perempuan :28
Sejarah Pendirian Dayah Dayah Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee merupakan tindak lanjut dari pengembangan Dayah Salafi Tgk. H. Hasan Krueng Kalee yang sudah pernah berkembang pada tahun 1910 s.d. 1946. Dayah ini dulunya didirikan oleh Tgk. H. Hasan Krueng Kalee, anak Tgk. H. Hanafiah, yang digelar Tgk. H. Muda Krueng Kalee. Tgk. H. Hasan Krueng Kalee merupakan tokoh ulama tua di Aceh pada awal abad ini. Beliau mengenyam pendidikan di Dayah Yan-Kedah, Malaysia, kemudian melanjutkan pendidikan ke Masjidil Haram, Mekkah Al-Mukarramah selama 7 tahun. Pada kurun waktu tersebut (tahun 1910 s.d. 1946), Dayah Krueng kalee memiliki murid/thalabah yang berasal dari seluruh pelosok Tanah Air dan negeri tetangga, Malaysia. Selama itu pula, perkembangan pendidikan di tangannya mengalami kemajuan sangat pesat dan mencapai puncaknya. Ini terbukti dari banyak tokoh ulama Nasional dan Lokal berintensitas dan berkualitas tinggi yang telah dilahirkannya. Diantaranya Tgk. H. Mahmud Blang Bladeh, Tgk. H. Abdul Rasyid Samlako Alue Ie Puteh, Tgk. H. Sulaiman Lhok Sukon, Tgk.H. Yusuf Kruet Lintang, Prof. Dr. Hasbi As Shiddiqy, Prof. Ali Hasjimy (mantan Gubebernur Aceh pertama). Tgk. H. Nurdin (Mantan Bupati Aceh Timur), Tgk. H. Adnan Bakongan, Tgk. H. Habib Sulaiman (Mantan Imam besar Mesjid Raya Baiturrahman), Tgk. H. Idris Lamreng (ayahanda Alm. Prof. DR. Safwan Idris, mantan Rektor IAIN Ar Raniry Banda Aceh), dan lain-lainnya. Sebagian dari mereka kemudian membuka lembaga-lembaga pendidikan agama/dayah baru di daerah masing-masing. Dewasa ini, sekitar dua pertiga Dayah yang ada di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dipelopori atau dipimpin oleh para Teungku (Ulama) yang pernah mengecap pendidikan di Dayahnya. Oleh karena itu, tindak lanjut pengembangan Dayah ini merupakan suatu hal yang mutlak, mengingat peranannya yang sangat besar dalam peningkatan pendidikan di Aceh. Satu hal yang ironis dan lazim terjadi pada lembaga pendidikan dayah di Nanggroe Aceh Darussalam, yakni sejalan dengan meninggalnya pimpinan (baca:Tgk. Chik) berakhir pula usia Dayah itu. Setelah Ulama besar Tgk. H. Hasan Krueng Kalee kembali menghadap Penciptanya, tepatnya pada malam jum'at 15 Januari 1973, maka pada saat itu berakhir pula lembaga pendidikan yang pernah dibinanya. Setelah 26 tahun kemudian, tepatnya tanggal 15 Muharram 1420 H/ 1 Mei 1999, Dayah Krueng Kalee di pugar kembali atas prakarsa putra beliau Tgk. H. Ghazali Hasan Krueng Kalee dan cucunya H.Waisul Qarani Aly As-Su'udy. Dalam sistem pembelajarannya, dayah baru yang bernama Dayah Terpadu Darul Ihsan ini menggabungkan antara metode salafi dengan modern, agar para santri/santriwati selain mampu menguasai ilmu-ilmu agama dan berakhlak mulia sekaligus mampu menjawab tantangan zaman yang terus berubah. Sistem pendidikan Dayah Terpadu “Darul Ihsan” menggunakan Metode Pendidikan Madrasah Formal dan Dayah. Pendidikan madrasah yang mengacu pada kurikulum Departemen Agama di jalankan sinergi (bersamaan) dengan Metode Pendidikan Dayah pada
sore, malam dan selepas shubuh. Seluruh santri/wati diasramakan dan diwajibkan berbicara bahasa Arab dan Inggris sehari-hari. Setelah berjalan selama enam tahun lebih, saat ini jumlah santri 306 orang yang diasuh oleh 54 orang guru, 23 orang diantaranya merupakan guru pamong/tetap yayasan dan 4 orang karyawan. Pasca Musibah Gempa dan Tsunami di Aceh 26 Desember 2004, keadaan santri yang mayoritas dari keluarga kurang mampu semakin memburuk. Hampir semua santri tertimpa musibah baik kehilangan orangtua, rumah, maupun anggota famili lainnya. Kalaupun ada orangtua/wali santri yang selamat dari bencana, mereka juga kehilangan pekerjaan. Sehingga mereka tidak mampu lagi untuk membiayai kelanjutan pendidikan anak-anak mereka. Namun demikian, Dayah Terpadu Darul Ihsan mempunyai komitmen untuk tetap melanjutkan pendidikan meskipun dalam kondisi sulit seperti ini. Komitmen kami memerlukan dukungan dari berbagai pihak agar santri-santri kami tetap bisa melanjutkan pendidikan walau kesulitan biaya. Alhamdulillah, dengan dana-dana insidentil yang kami terima pada bulan-bulan pertama pasca tsunami ditambah dengan beasiswa rutin bagi santri yatim/piatu maupun korban tsunami dari NGO asing maupun Ormas Nasional, para santri masih bisa melanjutkan pendidikan sampai hari ini. Sebagaimana kata pepatah “Kalau ada kemauan pasti ada jalan”. Dan Firman Allah SWT: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” Menurut analisa kami, diantara faktor-faktor general yang berpengaruh terhadap hampir semua lembaga pendidikan Dayah di Aceh sehingga tidak berjalan efektif dan kontinue adalah: 1. Visi dan Misi Dayah yang belum kongkrit 2. Administrasi/Manajemen yang labil 3. Tidak ada sumber dana tetap Belajar dari masa lalu, sebagai langkah preventif terhadap faktor penghambat kelangsungan eksestensi lembaga pendidikan Dayah ke depan, maka Dayah Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee dengan segala kekuatan dan kelemahan yang ada, lahir untuk menyambung visi dan misi perintisnya Tgk. H. Hasan Krueng Kalee. Semoga Allah SWT memberikan hidayah dan ma’unah-Nya kepada kita semua agar mampu menjalankan tanggung jawab mulia ini, menciptakan generasi muda Islam masa depan yang berkualitas dan berakhlaqul karimah. Dayah Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee dengan pendidikan dan pengajaran yang intensif memiliki visi: "Mewujudkan Darul Ihsan sebagai Dayah Professional, Mewarisi Khasanah Keislaman untuk Melahirkan Generasi Islami yang Terampil." Untuk mencapai visi tersebut maka kami merumuskan dan menyusun misi-misi sebagai berikut:
1. Mengelola Dayah secara efesien, transparan dan akuntabel. 2. Menyiapkan santri yang memiliki aqidah kokoh, ibadah yang benar dan berakhlak mulia serta menguasai dasar-dasar ilmu keislaman yang kuat. 3. Mengajar, mengasuh serta mengasah intelektualitas dan keterampilan dengan hati nurani dan metode terkini. Profil Tgk. Chiek/Pimpinan Tgk. Muhammad Faisal, S.Ag. M.Ag lahir di Medan pada tanggal 24 Juni 1971, adalah Dosen pada Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh. Menyelesaikan sarjana S-1 (S.Ag) pada jurusan Bahasa Arab, Fakultas Tarbiyah IAIN ArRaniry Darussalam Banda Aceh (1995), Magister Agama (M.Ag) pada Program Pascasarjana IAIN Imam Bonjol, Padang Sumatera Barat (2000), bidang konsentrasi Tafsir dan Ulumul Qur’an. Beliau juga sedang menyelesaikan Program S-3nya pada Jurusan Bahasa Arab, Fakultas Adab,Universitas Nilain, Khartoum, Sudan. Pernah mengikuti short course Bahasa Arab di Al-Azhar University, Cairo, Mesir (2003). Beliau memiliki dua anak laki-laki juga menjabat sebagai sekretaris Yayasan Darul Ihsan Teungku Haji Hasan Krueng Kalee. Dalam memimpin beliau menggunakan tiga gaya kepemimpinan yaitu Transformasional, intruksional dan visioner. Ketiga gaya tersebut diterapkan berdasarkan situasi dan kebutuhan untuk menuju kedisplinan dan tercapainya visi misi Dayah. Kondisi Lingkungan Sosial Dayah. Dayah Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee terletak di wilayah pedesaan yang berbatasan dengan ibu kota Provinsi Aceh, Banda Aceh. Gampong siem menjadi letak keberadaan Dayah ini, masyarakat yang notebenenya merupakan para petani sehingga komplek dayah berada disekitar persawahan masyarakat. Ajakan memperdalam ilmu agama dayah gerakkan dengan mengadakan majlis ta’lim hari sabtu siang. Kupasan ilmu keagamaan diberikan oleh para guru agama senior dayah. Disamping itu, di Dayah pernah mensyahadatkan non muslim, mendamaikan konflik keluarga juga termasuk menghadiri setiap even kegiatan keagamaan seperti Musabaqah Tilawatil Qur’an tajhiz mayyid, maulid rasul, samadiyah dan mengunjungi keluarga santri dan guru yang musibah. Rata-rata anak anak di kecamatan Darussalam belajar di Dayah Darul Ihsan Tgk.H. Hasan Krueng Kalee. Ini membuktikan kepercayaan masyarakat sekitar terhadap pendidikan anaknya di Dayah ini masih tinggi. Arus transportasi dari ke kota ke dayah sangat lancar karena jalan yang sudah teraspal. Cuma yang menjadi kendala adalah tidak adanya angkutan labi-labi menuju ke dayah. Namun wali dan tamu biasanya menggunakan kereta pribadi atau mengambil jasa tukang becak kota. Model Kepemilikan Dayah Dayah Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee berada dibawah naungan Yayasan Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee. Yayasan Darul Ihsan dibawah binaan Tgk. H. Waisul Qarany Ali dengan ketua yayasan H. Musannif, SE. terus melakukan pengembangan dayah baik dengan terus mengembangkan fasilitas geudung serta biaya operasional dari
pemerintah dan swadaya masyarakat. Dayah Darul Ihsan terus berbenah manajemen kedayahan dibawah kepemimpinan Tgk. Muhammad Faisal, S.Ag. M.Ag. Kepengurusan Dayah ditetapkan dengan melihat kemampuan pengurus. Pengurus yang diangkat berasal dari berbagai jenjang pendidikan, baik lulusan terbaik dayah salafi dan modern maupun lulusan universitas ternama luar dan dalam negeri dengan melihat track and recordnya.
Pendidikan yang diselenggarakan a. Pendidikan Formal: Madrasah Tsanawiyah Swasta (MTsS), Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Darul Ihsan. b. Pendidikan Non-Formal: - Majlis Ta’lim masyarakat kampong siem setiap hari sabtu siang yang diajarkan oleh guru-guru Dayah Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee. - Dayah Salafiyah khusus program kitab kuning dan tahfidzul Qur’an yang dikelola oleh Menzil Turkey dibawah binaan ust. Abdullah Ismailov, Lc. Kurikulum yang dipakai pada jenis pendidikan formal menyesuaikan dengan kurikulum Dayah Salafiyah, Dayah Modern Gontor, Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Disamping itu beberapa mata pelajaran Dayah diajarkan menggunakan kitab-kitab referensi dari Universitas Al-Azhar Cairo. Sedangkan untuk kurikulum pendidikan non-formal baik pada majlis ta’lim maupun dayah salafiyah menggunakan kitab sesuai kebutuhan. Bahkan untuk Dayah salafiyah khusus diajarkan oleh tiga guru yaitu khusus untuk kitab kuning, tahfidhz dan bahasa arab. Disamping pendidikan formal dan nonformal juga digalakkan kegiatan ekstrakurikuler pengembangan Al-Qur’an (Tahfidz Al-Qur’an, Tahsin, Tilawah dan Fahmil Qur’an), pengembangan Bakat Minat dan kesenian juga olah raga.
Santri, Badal dan Guru/Teungku Santri Dayah Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee wajib tinggal diasrama dan wajib menggunakan dua bahasa resmi dayah yaitu bahasa arab dan bahasa inggris. Santri yang belajar di Dayah Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee sebagian besar berasal dari Aceh Besar dan Banda Aceh, selebihnya merupakan santri yang berasal dari kabupaten pantai barat selatan dan utara timur. Bahkan sampai medan dan batam. Setiap tahun santri terus bertambah. Dayah Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee sudah mewisudakan 6 generasi. Mereka sudah melanjutkan pendidikan tingginya ke mesir, oman, dan ma’had aly, dayah salafiyah dan universitas negeri maupun swasta. Tenaga edukatifnya merupakan lulusan terbaik S-1, S-2 dan Kandidat Doktor luar dan dalam negeri. Beberapa guru diantaranya : Muhammad Faisal, S.Ag. M.Ag (Kandidat Doktor Universitas Neelain Sudan, H. Mutiara Fahmi, Lc. M.A (Kandidat Doktor di Cairo
University/Darul Ulum Mesir), H. Abizal Muhammad Yati, Lc. M.A (Kandidat Doktor di Ummudurman Sudan), H. Badruzzaman, S.Pd.I. M.A, H. Muakhir Zakaria, S.Pd.I. M.A, Murtadha, S.Pd.I. M.Pd., H. Zainal Abidin, Lc. dan lain sebagainya. Kedisiplin Guru sangat dinilai, terbukti setiap semester sampai 10 guru yang tidak disiplin di non aktifkan dan program perampingan dan memaksimalkan waktu kerja guru dalam mengajar. Sarana dan Prasarana Dayah Dayah Darul Ihsan Tgk. H.Hasan Krueng Kalee telah memiliki 16 ruang kelas, 1 ruang pimpinan, 1 ruang guru, 1 ruang tata usaha, 1 ruang pengajaran dan kurikulum, 1 ruang keuangan, 2 ruang perpustakaan, 2 ruang organisasi santri, 1 ruang laboratorium mini MIPA, 1 ruang laboratorium bahasa, 1 ruang laboratorium komputer, 1 buah musalla, 1 buah mesjid (sedang pembangunan), 2 buah kantin, 10 buah rumah dinas, 12 buah WC guru, 52 buah WC santri, 38 kamar santri, (38 kamar santri), 8 buah kamar pengurus, 3 buah gudang, 1 buah dapur umum, 2 buah ruang makan, 1 ruang keterampilan kaligrafi, 1 ruang tata busana, 1 ruang laboratorium multimedia, 1 ruang kepala madrasah, 2 ruang tenis meja, 1 buah lapangan bolakaki, 1 buah lapangan multifungsi (Volly dan Basket), 2 Buah Lapangan Badminton dan 4 buah jemuran umum. Model Pengembangan Ekonomi Dayah Sampai saat ini dayah hanya memiliki 2 buah kantin putra dan putri. Yang didalamnya menjual semua keperluan santri sehari-hari tanpa perlu keluar dayah untuk memenuhi kebutuhannya. Disamping itu, keperluan buku, kitab, lemari dan kasur juga ditangani dayah sehingga pemberdayaan perekonomian dayah sedikit demi sedikit dikembangkan dengan melihat prospek daya jual yang stabil. Program Pengembangan Dayah Program pengembangan yang saat ini dirancang meliputi bidang fisik dan non fisik. a. Fisik : pengadaan sarana gedung, olah raga, renovasi kelas dan alat-alat kebutuhan akademik dan pengasuhan, membangun pos Satpam,mesjid,kamar mandi dan tempat wudhu mesjid, serta sumur besar untuk kecukupan keperluan air sehari-hari. b. Non fisik : Pelatihan pengembangan bahan ajar, kurikulum, silabus serta perangkat pembelajaran lainnya, study banding organisasi santri ke beberapa pondok pesantren di medan, padang maupun daerah lainnya, mengirim santri untuk mengikuti undangan pelatihan kewirausahaan dan penyuluhan pertanian dan kesehatan, peningkatan prestasi santri dengan membentuk Jam’iatul Qurra’ wal Huffaz (JQH), serta meningkatkan jumlah kegiatan ekstrakurikuler berdasarkan bakat minat santri, praktek imam dan wirid doa santri setiap shalat lima waktu dan lainnya.
Program Unggulan Dayah Dayah Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee memiliki program unggulan berupa pengembangan ilmu fiqih dengan praktikumnya (jumlah jam fiqih perminggu sampai 6 jam), pengembangan bahasa arab dan inggris dengan dibentuk Lembaga Pengembangan Bahasa (LPB) dan kewajiban warga dayah untuk berbahasa resmi tersebut, pengembangan pendalaman Al-Qur’an dengan dibentuknya JQH. Selain itu, dan untuk program madrasah, Dayah fokus pada pengembangan jurusan IPA yang diharapkan santri mampu selain mendalami ilmu agama juga mampu menghadapi era globalisasi tekhnologi.