Petunjuk Teknis
Penguatan Kemitraan Keluarga, Satuan Pendidikan, dan Masyarakat di SMA/SMK
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal PAUD dan Pendidikan Masyarakat Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Jakarta, Oktober 2015
Petunjuk Teknis
Penguatan Kemitraan Keluarga, Satuan Pendidikan, dan Masyarakat di SMP
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal PAUD dan Pendidikan Masyarakat Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Jakarta, Oktober 2015
Draf Petunjuk Teknis
Penguatan Kemitraan Keluarga, Satuan Pendidikan, dan Masyarakat di SMP
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal PAUD dan Pendidikan Masyarakat Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Jakarta, Oktober 2015 Penguatan Kemitraan Keluarga, Satuan Pendidikan, dan Masyarakat di SMP
i
KATA SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT
S
ejak tahun 1935 Ki Hajar Dewantara mencetuskan bahwa keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat merupakan tri sentra pendidikan. Kemitraan yang baik di antara ketiganya yang dilandasi semangat gotong royong diharapkan dapat mendukung terciptanya ekosistem pendidikan yang menumbuhkan karakter dan budaya prestasi. Dalam kemitraan itu, pelaku pendidikan di satuan pendidikan dan orang tua di rumah mempunyai peran sangat menentukan. Untuk menguatkan kemitraan ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) membentuk Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kebijakan dan program untuk menguatkan kemitraan keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat juga merupakan salah satu respon atas semakin maraknya aksi kekerasan, termasuk kekerasan seksual, intimidasi, penggunaan obat-obatan terlarang, dan banyak gejala sosial lain yang memprihatinkan. Kondisi ini jelas sangat menghambat terbangunnya lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi anak-anak yang mengakibatkan tidak optimalnya perkembangan potensi mereka. Program ini merupakan penguatan karena selama ini kemitraan ketiganya sudah terbangun, namun masih belum optimal. Saya menyambut baik diterbitkannya petunjuk teknis ini sebagai acuan dalam upaya meningkatkan layanan pendidikan melalui kemitraan keluarga, satuan pen pendidikan, dan masyarakat. Ucapan ter terima kasih dan penghargaan saya sampaikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi terwujudnya petunjuk teknis ini.. elah berkontribus Jakarta, 1 Oktober 2015 Ja Direktur D Jenderal
Ir. H Harris Iskandar, Ph.D. NIP. N 196204291986011001 ii
Petunjuk Teknis
Penguatan Kemitra Kemitraan Keluarga, Satuan Pendidikan, dan Masyarakat di SMP
iii
KATA PENGANTAR DIREKTUR PEMBINAAN PENDIDIKAN KELUARGA
K
eluarga adalah pendidik yang pertama dan utama. Keterlibatan keluarga dalam pendidikan anak-anaknya adalah sebuah keniscayaan. Berbagai studi menunjukkan bahwa keterlibatan keluarga dalam pendidikan dapat meningkatkan prestasi belajar anak-anak mereka. Selain prestasi belajar, penumbuhan karakter juga membutuhkan peran keluarga. Kerjasama dan keselarasan antara pendidikan yang dilakukan di satuan pendidikan dan lingkungan keluarga merupakan kunci keberhasilan pendidikan anak-anak mereka. Keberhasilan akan semakin tinggi apabila terjalin pula kemitraan antara sekolah dengan unsur masyarakat pendukung pendidikan seperti komite sekolah, paguyuban orang tua, organisasi profesi pendidik/tenaga kependidikan, dan dewan pendidikan. Keterlibatan ketiga unsur ini diharapkan dapat dimotori oleh penyelenggara satuan pendidikan mulai dari PAUD, SD, SMP, SMA/K, dan satuan PNF.
Ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya saya sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangsih dalam penyusunan petunjuk teknis ini. Semoga upaya yang kita lakukan ini menjadi meny amal kebajikan dalam rangkaa menyiapkan generasi emas Indonesia di masa depan. Jakarta, 1 Oktober 2015 Direktur,,
Dr. Sukiman, M Dr M.Pd. NIP P 196006151981 NIP. 196006151981021001
Petunjuk teknis ini dimaksudkan sebagai acuan bagi satuan pendidikan dalam melakukan kemitraan tersebut sehingga terbangun ekosistem pendidikan yang menumbuhkan karakter dan budaya prestasi dengan dilandasi semangat gotong royong. Petunjuk Teknis Penguatan Kemitraan Keluarga, Satuan Pendidikan, dan Masyarakat di SMP ini berisikan latar belakang, tujuan, manfaat, sasaran, dasar hukum, konsep dan prinsip kemitraan, pelaksanaan kemitraan, dan evaluasi pelaksanaan kemitraan keluarga dan satuan pendidikan. Dalam pelaksanaannya satuan pendidikan dapat memodifikasi, menambah, atau mengurangi sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing. Prinsipnya ekosistem pendidikan terus dikembangkan dari waktu ke waktu sesuai dengan kesepakatan dan kebutuhan. Demikian pula petunjuk teknis ini akan terus disempurnakan mengikuti perkembangan kebutuhan.
iv
Petunjuk Teknis
Penguatan Kemitraan Keluarga, Satuan Pendidikan, dan Masyarakat di SMP
v
DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN ............................................................................ iii KATA PENGANTAR .......................................................................... iv DAFTAR ISI ....................................................................................... vi BAB I. PENDAHULUAN ............................................................ 1 A. Latar Belakang ................................................................ 1 B. Tujuan ............................................................................ 3 C. Manfaat .......................................................................... 4 D. Sasaran ........................................................................... 4 E. Dasar Hukum ................................................................. 4 BAB II. PRINSIP KEMITRAAN PENDIDIKAN KELUARGA .......... 5 A. Pengertian-pengertian ...................................................... 5 B. Tujuan Penguatan Kemitraan Dalam Pelaksanaan Pendidikan Keluarga di SMP .............................................................. 6 C. Prinsip-Prinsip Kemitraan .................................................... 6 BAB III. STRATEGI PENGUATAN KEMITRAAN KELUARGA, SEKOLAH, DAN KOMITE SEKOLAH ........................... 7 A. Penguatan Peran Masing-masing Pelaku .......................... 7 B. Laman Pendidikan Keluarga ............................................ 11 C. Model Kemitraan Antar Pelaku ....................................... 11 D. Kegiatan Pelibatan Orang Tua di Sekolah ....................... 12 E. Pengembangan Budaya Sekolah ...................................... 16 F. Hasil yang Akan Dicapai ................................................ 17 BAB IV. MONITORING, EVALUASI, DAN PEMBINAAN ........... 20 A. Monitoring, Evaluasi, dan Pembinaan oleh Pihak Sekolah . 20 B. Monitoring, Evaluasi, dan Pembinaan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota ............................................................ 24 C. Monitoring, Evaluasi, dan Pembinaan oleh Dinas Pendidikan Provinsi ........................................................................... 24 D. Monitoring, Evaluasi, dan Pembinaan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ............................................ 24 BAB V. PENUTUP ........................................................................ 25 vi
Petunjuk Teknis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Ketika anak menapaki jenjang Sekolah Menengah Pertama yakni antara 12-15 tahun, sebagaimana dinyatakan oleh para ahli adalah masa/periode remaja awal. Masa remaja awal ini sering dianggap sebagai masa peralihan, yaitu ketika anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya ia belum dapat dikatakan orang dewasa. Lebih lanjut, dikatakan bahwa masa remaja juga dikenal dengan masa dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan psikis yang bervariasi. Di masa remaja awal ini merupakan masa untuk mencari identitas/ jati diri. Anak ingin mendapat pengakuan tentang apa yang dapat ia hasilkan bagi orang lain. Apabila anak berhasil dalam masa ini maka akan diperoleh suatu kondisi yang disebut identity reputation (memperoleh identitas). Apabila mengalami kegagalan, anak akan mengalami identity diffusion (kekaburan identitas). Maka masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan dalam keseluruhan tahap perkembangan individu. Pada periode ini, idealnya anak atau para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para Penguatan Kemitraan Keluarga, Satuan Pendidikan, dan Masyarakat di SMP
1
remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi kesimpulan, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka. Pada kenyataannya, masih sangat banyak remaja -- bahkan orang dewasa -- yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, yaitu pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai sudut pandang. Hal ini dimungkinkan karena masih banyaknya sekolah yang menggunakan metode belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak. Penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anakanak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin penting manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja, anak sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan. Kegagalan remaja dalam menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial ataupun anti sosial), dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dan sebagainya. Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka amatlah penting bagi remaja untuk dapat mengembangkan ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan untuk menyesuaikan diri. 2
Petunjuk Teknis
Keluarga sebagai lingkungan terdekat anak, memiliki peran utama dalam mendukung penumbuh kembangan fisik, psikis dan ketrampilan sosial remaja. Demikian juga dengan sekolah, yang saat ini telah menjadi lingkungan kedua remaja dalam mengembangkan dirinya. Keluarga dan sekolah, sebagai dua lingkungan yang penting dalam perkembangan diri remaja, perlu menjalin komunikasi yang efektif, dan kerjasama sehingga hal-hal positif yang ditumbuhkan di kedua lingkungan tersebut dapat saling melengkapi. Mengingat pentingnya komunikasi dan kerjasama antara keluarga dan sekolah, maka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membentuk Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga. Direktorat ini bertujuan untuk memperkuat kemitraan antara satuan pendidikan, keluarga dan masyarakat demi terwujudnya tujuan pendidikan nasional. Banyak praktik baik dalam hal pelibatan keluarga dalam pendidikan anak di sekolah, serta peningkatan kemampuan orang tua dalam pendidikan dan pengasuhan di keluarga (parenting) yang telah dijalankan oleh banyak satuan pendidikan. Praktik-praktik baik ini perlu disebarluaskan agar menjadi rujukan dan pilihan bagi banyak orang tua di satuan pendidikan tertentu. Bagi satuan pendidikan di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), maka dukungan untuk tumbuh kembang anak pada masa pubertas dan remaja sangat penting bagi perkembangan dan kesiapan anak memasuki dunia dewasa. Untuk memberikan panduan agar terdapat kesamaan pemahaman dan langkah oleh semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan penguatan kerjasama dan kemitraan antara satuan pendidikan, keluarga dan masyarakat di SMP, maka Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga menyusun Petunjuk Teknis Penguatan Kemitraan Satuan pendidikan, Keluarga dan Masyarakat di SMP. B. Tujuan Petunjuk teknis ini disusun untuk memberikan panduan agar terdapat kesamaan pemahaman dan langkah pada semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan penguatan kemitraan keluarga dan satuan pendidikan SMP Penguatan Kemitraan Keluarga, Satuan Pendidikan, dan Masyarakat di SMP
3
C. Manfaat 1. Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota Sebagai pedoman dalam menyusun kebijakan di tingkat provinsi, kabupaten/kota dalam pelaksanaan penguatan kemitraan pendidikan keluarga pada satuan pendidikan SMP/Sederajat. 2. Satuan Pendidikan Sebagai panduan dalam membangun kemitraan antara keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat. 3. Orang tua dan Masyarakat Sebagai acuan dalam memahami model kemitraan antara keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat. D. Sasaran 1. Orang tua 2. Satuan Pendidikan (Sekolah Menengah Pertama) 3. Komite Sekolah 4. Dinas Pendidikan Provinsi 5. Dinas Pendidikan Kabupaten/kota E. Dasar Hukum 1. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Perlindungan Anak sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan Perlindungan Anak. 3. Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 66 Tahun 2010 perubahan atas PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. 5. Permendikbud Nomor 11 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kemendikbud. 6. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
4
Petunjuk Teknis
BAB II
PRINSIP KEMITRAAN PENDIDIKAN KELUARGA A. Pengertian-pengertian 1. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari beberapa orang yang terikat hubungan darah dan pernikahan, berkumpul dan tinggal di satu tempat/atap dalam keadaan saling ketergantungan dan bertanggung jawab terhadap pengasuhan, perawatan dan pendidikan anak-anak mereka. 2. Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. 3. Komite Sekolah adalah organisasi mandiri yang beranggotakan orang tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan. 4. Kemitraan tri pusat pendidikan adalah jalinan kerjasama antara keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat yang berdasarkan kesepakatan prinsip dan peran masing-masing dengan berlandaskan pada azas gotong royong, kesamaan kedudukan, saling percaya, saling menghormati, dan kesediaan untuk berkorban untuk membangun ekosistem pendidikan yang menumbuhkan karakter dan budaya prestasi. 5. Karakter adalah akhlak, budi perkerti yang mengacu pada nilainilai dan kebijakan yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat yang mencakup karakter religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Penguatan Kemitraan Keluarga, Satuan Pendidikan, dan Masyarakat di SMP
5
6. Budaya prestasi adalah tatanan nilai, kebiasaan, kesepakatankesepakatan yang direfleksikan dalam tingkah laku sehari-hari warga sekolah yang terkait dengan pencapaian prestasi, baik prestasi sekolah sebagai institusi maupun prestasi individual peserta didik sesuai bakat, minat, dan potensi masing-masing. B. Tujuan Penguatan Kemitraan Dalam Pelaksanaan Pendidikan Keluarga di SMP Tujuan Umum Menjalin kemitraan keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam membangun ekosistem yang mendukung penumbuhan karakter dan budaya prestasi. Tujuan Khusus 1. Menguatkan kemitraan antara keluarga, sekolah, dan masyarakat, untuk mendukung lingkungan belajar yang aman, nyaman dan menyenangkan. 2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam memahami permasalahan, dan komunikasi dengan anak remaja termasuk kemampuan berkomunikasi dengan orangtua. 3. Meningkatkan pengetahuan serta keterampilan keluarga dalam menciptakan suasana rumah yang mendukung penumbuhan karakter dan budaya belajar. 4. Meningkatkan peran aktif orang tua dalam mendukung kegiatan sekolah. 5. Mencairkan komunikasi antara orang tua dan sekolah melalui media komunikasi modern seperti SMS, WA, BBM, dll. 6. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam mendukung kegiatan sekolah serta kemitraan antara sekolah dan keluarga. C. Prinsip-Prinsip Kemitraan Kemitraan keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat berlandaskan pada prinsip-prinsip: 1. 2. 3. 4. 5. 6
Kesamaan hak, kesejajaran, dan saling menghargai. Semangat gotong-royong dan kebersamaan. Saling melengkapi dan memperkuat. Saling asah, saling asih, dan saling asuh. Semua upaya ditujukan untuk kepentingan terbaik peserta didik.
Petunjuk Teknis
BAB III
STRATEGI PENGUATAN KEMITRAAN KELUARGA, SEKOLAH, DAN KOMITE SEKOLAH
S
trategi penguatan kemitraan satuan pendidikan, keluarga dan masyarakat di SMP/Sederajat adalah langkah-langkah pelaksanaan program secara bertahap, sistematis, dan terencana yang disepakati bersama dalam jangka waktu paling singkat selama setahun. A. Penguatan Peran Masing-masing Pelaku 1. Peran Keluarga Keluarga adalah pihak yang paling berkepentingan terhadap keberhasilan pendidikan anak-anak mereka. Oleh karena itu keluarga sebagai pendidik pertama dan utama harus terlibat aktif dalam memajukan pendidikan anak mereka secara proporsional, dengan tetap menghargai kelembagaan sekolah. Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian agar peran keluarga dapat berperan lebih optimal, antara lain: a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga tentang pola asuh positif yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan anak. b. Ketersediaan waktu orang tua untuk mendampingi dan berinteraksi dengan anak di rumah secara cukup baik kualitas maupun kuantitasnya. c. Ketersediaan waktu orang tua untuk terlibat dalam kegiatan sekolah sesuai dengan program yang disepakati. Adapun peran keluarga dalam konteks pendidikan bagi anaknya di usia remaja ini antara lain sebagai berikut: a. Menciptakan lingkungan belajar di rumah yang menyenangkan dan mendorong berkembangnya kreatifitas anak. b. Menjalin interaksi dan komunikasi yang hangat penuh kasih sayang dengan anaknya. Penguatan Kemitraan Keluarga, Satuan Pendidikan, dan Masyarakat di SMP
7
c. Memberikan motivasi dan menanamkan rasa percaya diri pada anaknya untuk berprestasi. d. Menjalin hubungan dan komunikasi yang aktif dengan sekolahnya untuk menciptakan lingkungan budaya belajar yang kondusif. e. Melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan sekolah. 2. Peran Sekolah Sekolah sebagai pihak penyelenggara pendidikan merupakan pihak yang juga bertanggung jawab atas keberhasilan pendidikan yang diselenggarakannya. Keberhasilan tersebut bukan saja diukur dari pencapaian prestasi akademik, tetapi juga tumbuhnya karakter yang kuat dalam diri anak. Oleh karena itu, sekolah sebagai penyelenggara pendidikan harus mampu menciptakan ekosistem pendidikan yang aman, nyaman, ramah, dan sehat yang dapat menumbuhkan karakter dan budaya prestasi peserta didik melalui Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). MBS merupakan sistem manajemen yang memberikan keleluasaan pada sekolah untuk mengelola urusannya sendiri dengan melibatkan masyarakat (komite sekolah, orangtua, dan tokoh masyarakat) menuju pendidikan yang berkualitas. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 51 ayat (1) mengamanatkan, “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah.” Dengan demikian menjadi kewajiban setiap sekolah melaksanakan amanat UU Sisdiknas ini dengan melaksanakan MBS. Untuk itu sekolah harus membuka diri untuk mendorong pelibatan dan peran serta komite sekolah, orang tua dan tokoh masyarakat dalam menyusun program sekolah dan pelaksanaannya. Hal-hal yang perlu dilakukan antara lain: a. Menyusun visi, misi, dan rencana kerja sekolah bersama guru dan membahasnya bersama komite sekolah, perwakilan siswa, perwakilan orang tua, dan tokoh masyarakat sekitar. b. Keterbukaan dalam pengelolaan sumber daya sekolah. c. Menyelesaikan permasalahan sekolah secara terbuka dan pelibatan unsur sekolah. 8
Petunjuk Teknis
Secara khusus peran sekolah dapat dijabarkan menjadi peran unsur-unsur yang ada dalam organisasi sekolah, meliputi: a. Peran Kepala Sekolah Kepala Sekolah sebagai penanggungjawab utama berlangsungnya proses pendidikan di sekolah memiliki peran sebagai: 1) Pembuat kebijakan yang mendukung terselenggaranya penguatan kemitraan sekolah dengan orang tua dan komite sekolah. 2) Pengelola sumber daya manusia warga sekolah dan anggaran yang ada baik di sekolah maupun dari pihak mitra untuk mendukung pencapaian tujuan program kemitraan. 3) Penjalin hubungan dengan pihak-pihak terkait untuk menunjang pelaksanaan program kemitraan. 4) Mitra utama komite sekolah. 5) Pengendalian seluruh pelaksanaan program sekolah. b. Peran Wali Kelas Wali memiliki peran penting sebagai wakil orang tua di sekolah. Wali kelas wajib memiliki hubungan personal dengan para siswa di kelas yang berada di bawah tanggung jawabnya. Peran penting wali kelas antara lain: 1) Sebagai pengganti orang tua di sekolah. 2) Sebagai mediator terhadap kepentingan siswa di sekolah. 3) Menjalin komunikasi aktif dengan pihak keluarga. 4) Melakukan pembinaan dan pemberian motivasi kepada kelas yang dibinanya. 5) Memperjuangkan kepentingan kelas dan siswa yang dibinanya. c. Peranan Guru Guru memiliki tanggung jawab utama sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing dalam proses belajar-mengajar. Peranan guru dalam program penguatan kemitraan keluarga adalah sebagai: 1) Pendukung kebijakan program penguatan kemitraan satuan pendidikan, keluarga dan masyarakat di sekolah. 2) Motivator dan inisiator dalam kegiatan pendidikan karakter dan budaya prestasi siswa. 3) Bersama dengan Kepala sekolah dan komite sekolah mengevaluasi pencapaian hasil program penguatan kemitraan. Penguatan Kemitraan Keluarga, Satuan Pendidikan, dan Masyarakat di SMP
9
4) Membantu wali kelas dalam menyampaikan informasi keadaan kelas, misalnya menginformasikan jika ada siswa yang tidak masuk agar ditindaklanjuti wali kelas.
c. Bersama dengan kepala sekolah dan guru mengevaluasi pelaksanaan program penguatan kemitraan satuan pendidikan, keluarga dan masyarakat.
3. Peran Komite Sekolah Komite sekolah merupakan salah satu komponen MBS yang diamanatkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. “Komite sekolah/madrasah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan” (Pasal 1 Butir 25). “Komite sekolah/madrasah, sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan” (Pasal 56 ayat (3)).
B. Laman Pendidikan Keluarga Laman pendidikan keluarga adalah laman resmi yang disediakan sebagai pusat rujukan, referensi, dan media komunikasi antar pelaku, terutaman orang tua, satuan pendidikan, dan masyarakat yang terlibat dalam proses pendidikan. Alamat laman pendidikan keluarga adalah www.pendidikankeluarga.kemdikbud.go.id.
Komite sekolah berperan sebagai pemberi pertimbangan, pendukung, pengontrol, dan mediator terhadap kepentingan sekolah. Pemberian pertimbangan dilakukan mulai dari penyusunan rencana kerja hingga ke pelaksanaannya. Dukungan diberikan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan program dan kegiatan sekolah. Peran sebagai pengontrol diperlukan agar terbangun sistem pengawasan internal serta transparansi dalam pengelolaan keuangan dan penggunaan sumber daya. Sedangkan peran sebagai mediator dilakukan jika terjadi benturan kepentingan yang membutuhkan mediasi untuk penyelesaiannya. Semua itu ditujukan untuk kepentingan terbaik sekolah, agar pencapaian tujuan sekolah terlaksana secara efektif dan efisien. Peranan Komite Sekolah mengacu pada lima prinsip yaitu fokus pada mutu, bottom-up planning and decision making, manajemen yang transparan, pemberdayaan masyarakat, peningkatan mutu secara berkelanjutan. Peranan Komite Sekolah dalam program penguatan kemitraan pendidikan keluarga di SMP adalah sebagai berikut: a. Mendukung kebijakan program kemitraan yang telah ditetapkan sekolah. b. Melaksanakan kebijakan program kemitraan yang telah ditetapkan bersama dengan pihak sekolah dengan penuh tanggung jawab.
10
Petunjuk Teknis
Laman pendidikan keluarga berisi artikel-artikel; panduan parenting umum; panduan parenting untuk anak usia PAUD, SD, SMP, dan SMA/SMK; contoh-contoh praktik baik dari keluarga yang dinilai berhasil maupun sekolah rujukan; dan media komunikasi antara orang tua, satuan pendidikan, dan masyarakat. Praktik baik dari keluarga maupun sekolah diharapkan dapat menginspirasi keluarga dan sekolah lain yang membaca. Contoh baik ini akan terus diperbanyak sehingga sebakin beragam dan dengan sebaran lokasi yang semakin luas. Laman ini diharapkan dapat menjadi rujukan utama, selain rujukan-rujukan lain yang telah ada di masyarakat maupun dunia maya. C. Model Kemitraan Antar Pelaku Kemitraan antar pelaku pendidikan yyangg terdiri d ddari tiga g uunsur, u , yyaituu keluarga, sekolah, dan masyarakat yang ng dalam hal ini diwakili oleh komite sekolah, dapat digambarkan apabila setiap unsur dapat melaksanakan akan fungsi dan perannya secara baik. Kemitraan itraan ini ditujukan untuk mewujudkan ekosistem kosistem pendidikan yang menumbuhkan karakter rakter dan budaya prestasi semua warga arga sekolah, khususnya siswa. Oleh karena na itu, manfaat dari kemitraan ketiga unsur tersebut harus mengarah pada siswa. Model kemitraan tersebut dapat digambarkan seperti berikut. Penguatan Kemitraan Keluarga, Satuan Pendidikan, dan Masyarakat di SMP
11
D. Kegiatan Pelibatan Orang Tua di Sekolah 1. Pertemuan pada Hari Pertama Masuk Sekolah Hari pertama masuk sekolah baik bagi siswa baru maupun siswa lama merupakan hal yang istimewa. Bagi siswa baru, hari itu merupakan kali pertama mereka memasuki jenjang pendidikan SMP atau sederajat. Sedangkan bagi siswa lama, hari itu adalah hari pertama duduk di kelas yang lebih tinggi. Mereka semua memiliki harapan-harapan terhadap pihak sekolah. Pertemuan pada hari pertama ini sebaiknya dilaksanakan di dalam kelas, dikoordinasikan dan dipimpin oleh wali kelas dengan dihadiri oleh siswa, dan orang tua. Akan lebih baik jika mengundang keterlibatan perwakilan komite sekolah untuk bergabung di masingmasing kelas. Agenda pertemuan ini antara lain: a. Perkenalan antar orang tuanya (bagi siswa baru). b. Menjelaskan program dan agenda kelas selama satu tahun. c. Bagi kelas baru (kelas 7), untuk menjelaskan aturan sekolah serta hak/kewajiban siswa dan orang tua; sedangkan bagi kelas 8 dan 9, untuk penegasan kembali aturan yang ada atau jika terjadi perubahan/penambahan. d. Menjelaskan harapan sekolah atas kerjasama dan dukungan pihak keluarga dalam kegiatan sekolah maupun di rumah. e. Membentuk “Paguyuban Orang Tua” tingkat kelas, sebagai wadah komunikasi antar orang tua serta saling kerjasama dan membatu dengan berasaskan kebersamaan dan gotong-royong. f. Mencatat nama, alamat, dan nomor kontak para orang tua dan wali kelas. g. Menyepakati masalah penggunaan telepon seluler bagi siswa. h. Menyepakati teknik komunikasi antara orang tua/wali, wali kelas, dan siswa, misalnya: 1) Orang tua wajib memberi tahu wali kelas (dapat melalui SMS) apabila anaknya berhalangan hadir dengan disertai alasannya. 2) Jika ketidakhadiran siswa tanpa berita, maka wali kelas wajib menanyakan kepada orang tua melalui SMS dan orang tua wajib menjelaskannya. 12
Petunjuk Teknis
3) Wali kelas wajib memberi tahu orang tua secara objektif (bisa melalui SMS) apabila siswa melakukan perbuatan terpuji atau tercela, misalnya terpilih menjadi ketua kelas, menjadi komandan upacara, mewakili kelas/sekolah dalam acara tertentu, atau berbuat kebajikan, dan juga informasi negatif seperti terlibat dalam perkelahian, dll. Apabila keterlibatan siswa belum jelas, agar menggunakan kata-kata ‘diduga’. 4) Mengundang orang tua sewaktu-waktu diperlukan. 5) Mengadakan pertemuan dengan para siswa pada kelas yang menjadi tanggung jawabnya minimal tiga bulan sekali, untuk memotivasi dan mengevaluasi perkembangan siswa. 6) Menerima pengaduhan dan keluhan-keluhan siswa secara bijak, sebagai pengganti orang tua di sekolah. 7) Menerima kehadiran orang tua untuk berkonsultasi. 8) Melakukan komunikasi lain yang dibutuhkan. 9) Khusus wali kelas kelas 7 agar lebih intensif mendampingi siswa untuk kesiapan menghadapi ujian akhir dan persiapan masuk SMP. i. Wali kelas wajib mencatat semua komunikasi dengan orang tua dan siswa, baik yang dilakukan secara informal melalui SMS atau telepon maupun formal melalui surat atau pertemuan dengan orang tua. Buku catatan komunikasi dengan orang tua atau Buku Penghubung Wali Kelas dengan Orang Tua, sekurang-kurangnya berisi: 1) Data nama anak, status anak (anak tunggal, sulung, bungsu, kedua dari empat saudara, anak tiri ibu/bapak, anak angkat, anak famili) nama kedua orang tua/wali, pekerjaan kedua orang tua/wali, alamat orang tua/wali dan anak (jika alamatnya berbeda-beda tulis semua), nomor telepon seluler kedua orang tua/wali, kondisi anak (keadaan fisik/mental), dan data pribadi lain yang patut diketahui wali kelas guna mengetahui latar belakang keluarga dan mempermudah komunikasi. 2) Catatan komunikasi dengan orang tua/wali, baik catatan positif maupun negatif yang mencakup tanggal, jam, dan isi komunikasi, contoh: Penguatan Kemitraan Keluarga, Satuan Pendidikan, dan Masyarakat di SMP
13
a) Tgl 8 Oktober 2015 pkl 06.15 orang tua Toni SMS bahwa Toni tidak masuk sekolah karena sakit. b) Tgl 15 Oktober 2015 pkl 09.20 wali kelas SMS pada orang tua Frengky karena tidak hadir sekolah tanpa berita. Pkl 19.35 orang tua Frengky SMS memberitahu bahwa anaknya tadi pkl 06.15 sudah brangkat ke sekolah. Wali kelas minta pada orang tua Frengky untuk melacak keberadaan anaknya dan melaporkan hasilnya kepada wali kelas. Selanjutnya wali kelas mencatat hasil tindak lanjut laporan orang tua, misalnya Frengky ternyata hari itu mengantar temannya ke yang mengalami kecelakaan ke rumah sakit, sehingga baru sampai di sekolah pada pkl 10.00. Dalam kasus ini wali kelas wajib mengizinkan Frangky mengikuti pelajaran berikutnya bahkan memberi apresiasi dan catatan terhadap sikap positif Frangky. c) Dan catatan komunikasi lain yang diperlukan. j. Catatan komunikasi di atas menjadi bahan pertimbangan dalam memberikan penilaian sikap siswa yang akan dituangkan dalam buku Raport. k. Orang tua dapat mengusulkan kegiatan positif untuk dijadikan agenda kelas atau bahkan sekolah. l. Menyepakati dan menjadwalkan agenda kelas orang tua (parent class), sekurang-kurangnya sekali dalam satu tahun. m. Khusus wali kelas kelas 9, menjelaskan jadwal ujian, perlunya pemberian aktivitas kepada anak pasca ujian dan pasca pengumuman kelulusan di bawah arahan orang tua, serta merencanakan acara perpisahan kelas yang dihadiri seluruh siswa, orang tua, dan wali kelas, sebelum acara perpisahan sekolah. n. Khusus wali kelas kelas 7 dan 8, menjelaskan agenda pentas kelas pada akhir tahun ajaran yang akan disaksikan oleh para orang tua, guru, dan komite sekolah sebagai agenda tahunan. 2. Kelas Orang Tua (Parent class) Kelas orang tua (parent class) dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali dalam satu tahun. Pertemuan ini wajib dihariri oleh orang tua. Tema 14
Petunjuk Teknis
pertemuan disepakati bersama orang tua, sedangkan nara sumbernya dapat berasal di antara orang tua atau nara sumber lain sesuai kesepakatan. Waktunya pun apakah akan menggunakan hari kerja dan jam kerja, hari kerja tetapi sore hari (di luar jam kerja) atau hari libur, atau mungkin hari libur. Tujuan pertemuan ini adalah untuk memberikan pencerahan terhadap masalah tertentu yang ingin diketahui. Pengelolaan pertemuan ini dilakukan oleh Paguyuban Orang Tua. 3. Pentas Akhir Tahun Pentas akhir tahun merupakan kegiatan puncak akhir tahunan yang dilaksanakan serentak di seluruh sekolah secara nasional. Waktunya setelah selesai ujian akhir semester (UAS) semester kedua. Pentas ini untuk kelas 7 dan 8, sedangkan kelas 9 dilaksanakan pada acara perpisahan. Acara pentas kelas ini wajib diikuti semua siswa per kelas (bukan perwakilan siswa) secara bersama-sama untuk kelas 7 dan 8 atau dengan hari berbeda sesuai dengan kondisi setempat. Dalam hal kelas 7 dan/atau 8 ada kelas paralel, maka festival pentas kelas ini dapat dilombakan antar kelas dengan memberi apresiasi (tropi/ piala) kepada tampilan kelas terbaik I, II, III, IV dst. sehingga semua kelas memperoleh apresiasi. Bentuk dan tema pentas kelas ini bebas, boleh sekedar bernyanyi bersama, bermain musik, bermain drama, berdeklamasi, atau menampilkan dan menjelaskan hasil kajian (karya kelas). Pentas akhir tahun ini merupakan proyek bersama, orang tua dan siswa. Orang tua mendiskusikan kegiatan yang akan ditampilkan bersama anak di rumah dan mengusulkan melalui anaknya untuk dibawa dalam forum kelas. Keputusan sepenuhnya berada di forum kelas. Implikasi pembiayaan persiapan dan pelaksanaan pentas kelas ini dibebankan secara gotong royong (subsidi silang) pada orang tua melalui paguyuban orang tua. Acara ini bertujuan untuk pengembangan bakat, minat, dan kreativitas siswa di bidang seni suara, musik, drama, atau proyek tertentu. Penampilan siswa disaksikan oleh para orang tua, guru, wali kelas, komite sekolah, dewan pendidikan, dan unsur masyarakat lainnya. Penguatan Kemitraan Keluarga, Satuan Pendidikan, dan Masyarakat di SMP
15
4. Kegiatan dan/atau Pelibatan Orang Tua Lainnya a. Keterlibatan Orang tua Dalam Acara Bersama Keterlibatan orang tua dalam acara bersama adalah kegiatan yang melibatkan orang tua dalam pelaksanaan kegiatan penunjang pembelajaran yang dilakukan di luar kelas (outing activities). Tujuan pelibatan orang tua adalah untuk menjalin kebersamaan. Kegiatan bersama dapat dikaitkan dengan peringatan hari besar nasional seperti peringatan keluarga atau hari ibu. b. Rapat Khusus (Case Conference) Rapat khusus atau Case Conference merupakan rapat tentang kasus kesiswaan. Rapat dapat dipimpin oleh orang yang paling mengetahui persoalan bimbingan konseling khususnya tentang kasus yang bersangkutan dengan tujuan agar diperoleh jalan yang paling tepat, sehingga masalah dapat diatasi dengan baik. Rapat khusus ini dapat diadakan dengan mengundang semua orang tua atau sebagian saja yang terkait dengan kasus khusus ini. E. Pengembangan Budaya Sekolah Selain kemitraan dengan orang tua dan komite sekolah, perlu dikembangkan budaya sekolah untuk membangun ekosistem pendidikan yang menumbuhkan karakter dan budaya prestasi. Untuk penumbuhan karakter siswa, dapat mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Penumbuhan Budi Pekerti adalah kegiatan pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah yang dimulai sejak dari hari pertama sekolah, masa orientasi peserta didik baru, sampai dengan kelulusan siswa. Penumbuhan budi pekerti dilakukan melalui pembiasaan, keteladanan, dan bimbingan secara berkelanjutan selama anak berada di lingkungan sekolah dan diharapkan dapat dilanjutkan di lingkungan keluarga. Budaya sekolah lainnya dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan potensi masing-masing atau dapat merujuk pada praktik baik yang dilakukan oleh sekolah lain. Semua itu dikembangkan secara bertahap
16
Petunjuk Teknis
dan berkelanjutan sesuai skala prioritas serta ditujukan sepenuhnya untuk kepentingan terbaik siswa dan kemajuan sekolah. F. Hasil yang Akan Dicapai Semua hal yang dilakukan sesungguhnya merupakan penguatan terhadap kegiatan yang selama ini sudah berjalan dan merujuk pada pengalaman serta praktik baik yang oleh sekolah-sekolah unggul. Hasil-hasil yang diharapkan akan dicapai melalui program ini antara lain mencakup hal-hal berikut ini. 1. Di Tingkat Keluarga a. Terjalinnya komunikasi yang sehat antara orang tua dan anak. b. Terlaksananya pola asuh positif di keluarga yang memotivasi anak untuk rajin belajar dan rajin bersekolah. c. Terlaksananya dukungan orang tua terhadap kegiatan sekolah anaknya secara berkelanjutan. d. Terlaksananya pembinaan karakter anak secara konsisten di lingkungan keluarga. e. Terciptanya kondisi yang nyaman dan dukungan pada saat anak sedang belajar. f. Terjalinnya komunikasi dengan wali kelas pada saat anaknya tidak masuk sekolah dan hal penting lainnya. g. Terjaganya hubungan yang harmonis dengan anak. h. Terlibat aktif dalam kegiatan paguyuban orang tua tingkat kelas. i. Keikutsertaan orang tua dalam kegiatan sekolah. j. Dukungan orang tua terhadap kegiatan sekolah. 2. Di Tingkat Satuan Pendidikan a. Terlaksananya penyambutan kedatangan siswa. b. Kehadiran orang tua pada hari pertama masuk sekolah. c. Terlaksananya Masa Orientasi Peserta Didik Baru (MOPDB) secara aman, lancar, dan terkendali. d. Terlaksananya kegiatan berdoa sebelum dan sesudah hari pembelajaran. e. Terlaksananya kegiatan menyanyikan lagu wajib atau membaca puisi perjuangan atau menyampaikan kisah tokoh nasional
Penguatan Kemitraan Keluarga, Satuan Pendidikan, dan Masyarakat di SMP
17
maksimal selama 5 menit sesudah berdoa sebelum memulai hari pembelajaran. f. Terlaksananya kegiatan menyanyikan lagu daerah atau menyampaikan potensi daerah atau keunikan wilayah nusantara maksimal 5 menit sebelum berdoa mengakhiri hari pembelajaran. g. Terlaksananya pembiasaan beribadah bersama sesuai agamanya. h. Terlaksananya peringatan hari-hari besar keagamaan. i. Terlaksananya upacara bendera setiap hari senin. j. Terlaksananya upacara bendera peringatan hari besar nasional. k. Terlaksananya pertemuan dengan orang tua pada hari pertama masuk sekolah. l. Terlaksananya kelas orang tua (parenting class) minimal satu kali dalam satu tahun pembelajaran. m. Terlaksananya pentas kelas pada akhir tahun pembelajaran. n. Turut berpartisipasi dalam peringatan hari keluarga, minimal ucapan selamat hari keluarga melalui SMS atau media lain kepada seluruh orang tua murid. o. Terlaksananya budaya senyum, salam, dan/atau sapa antar warga sekolah saat bertemu. p. Terlaksananya kerja bakti lingkungan sekolah minimal 3 (tiga) bulan sekali. q. Tersedia tempat sampah di setiap ruang kelas. r. Tersedia sanitasi air bersih dan fasilitas MCK secara cukup dengan kondisi bersih dan layak pakai. s. Terlaksananya piket kebersihan kelas oleh siswa secara bergilir. t. Terciptanya budaya antre bagi semua warga sekolah. u. Kepemilikan halaman hijau atau taman yang terawat. v. Terlaksananya sistem pengelolaan sampah. w. Ketersediaan kantin sehat. x. Terlaksananya pembiasaan membaca buku atau kegiatan jurnal minimal selama 15 menit sebelum hari pembelajaran. y. Ketersediaan fasilitas dan alat bermain bebas pada saat transisi kelas atau waktu istirahat. z. Memiliki prosedur keselamatan dalam kondisi darurat 18
Petunjuk Teknis
aa. Terselenggaranya tabungan siswa. ab. Terbangunnya budaya bertanya dan bersikap kritis. ac. Terlaksananya kepemimpinan kelas secara bergilir, minimal saat memimpin doa dan menyanyikan lagu. ad. Terlaksananya ceramah singkat setelah upacara bendera dari narasumber luar minimal satu bulan sekali. ae. Diterapkannya sanksi yang tegas terhadap kasus kekerasan pada siswa. af. Berperannya Komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan, pendukung, pengontrol, dan mediator kepentingan sekolah. ag. Terbentuknya paguyuban orang tua per kelas. ah. Terlaksananya komunikasi intensif antara wali kelas dengan orang tua. ai. Tersedianya aturan tata tertib sekolah yang diketahui semua warga sekolah. aj. Tersedianya akses bagi siswa berkebutuhan khusus. ak. Tersedianya sudut keluarga di perpustakaan yang berisi bukubuku bacaan tentang pola pengasuhan yang baik (positif parenting). al. Tersedianya media komunikasi antar warga sekolah dalam bentuk majalah dinding atau media lainnya. am. Terlaksananya program Bimbingan dan Konseling yang berkaitan dengan penanganan masalah kesiswaaan an. Terlaksananya pentas kelas pada akhir tahun pembelajaran. 3. Di Tingkat Komite Sekolah a. Independennya komite sekolah dari pengaruh pihak luar. b. Terlaksananya fungsi komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan, dukungan, pengontrol, dan mediator kepentingan sekolah. c. Terlaksananya pertemuan internal komite sekolah secara mandiri untuk membahas program kerja komite sekolah minimal 2 (dua) kali setahun. d. Hadirnya komite pada rapat pembahasan rencana kerja sekolah. e. Hadirnya komite pada acara-acara besar sekolah.
Penguatan Kemitraan Keluarga, Satuan Pendidikan, dan Masyarakat di SMP
19
BAB IV
No
Indikator
1
Penyambutan kedatangan peserta didik Orang tua/wali mengantar pada hari pertama masuk
MONITORING, EVALUASI,
2
DAN PEMBINAAN
3 4
U
ntuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan pembangunan ekosistem sekolah, diperlukan sistem monitoring, evaluasi, dan pembinaan berkelanjutan. Monitoring, evaluasi, dan pembinaan secara berjenjang dan struktural dilakukan oleh pihak sekolah, dinas pendidikan kabupen/kota, dinas pendidikan provinsi, dan Kemenerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sedangkan secara non-struktural dapat dilakukan oleh organisasi pegiat pendidikan dan masyarakat.
A. Monitoring, Evaluasi, dan Pembinaan oleh Pihak Sekolah Dilakukan sebagai bagian dari fungsi manajemen berbasis sekolah (MBS). Kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah bertanggungjawab melakukan kegiatan monitoring, evaluasi, dan pembinaan atas proses pembangunan ekosistem sekolah yang menumbuhkan karakter dan budaya prestasi. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan sepanjang waktu melekat pada proses pembinaan sekolah. Namun demikian pada jedah waktu tertentu sebagai bahan refleksi, misalnya setiap akhir semester atau akhir tahun pembelajaran, dapat dilakukan dalam forum yang dihadiri oleh semua unsur sekolah. Untuk keperluan ini perlu dikembangkan sebuah instrumen evaluasi diri yang berisikan indikator penting dan pencapaiannya. Agar dapat memantau tingkat keterlaksanaan penciptaan ekosistem yang menumbuhkan karakter dan budaya prestasi di satuan pendidikan yang bersangkutan, perlu dikembangkan sebuah instrumen penilaian diri. Instrumen ini digunakan oleh pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah untuk mengetahui upaya apa saja yang telah dilakukan pihak sekolah dalam rangka penciptaan ekosistem yang baik tersebut. Berikut contoh daftar periksa (check-list) yang memuat indikator, tujuan, dan keterlaksanaannya. 20
Petunjuk Teknis
5
6
7 8 9 10 11 12
13 14 15
16
Tujuan
Keterlaksanaan Sudah Belum
Mengapresiasi kehadiran anak Meningkatkan kepedulian orang tua/wali Memberikan wawasan Masa Orientasi Peserta Didik Baru tentang program, aturan, dan (MOPDB) budaya sekolah Berdoa sebelum dan sesudah hari Menumbuhkan ketakwaan pembelajaran kepada Tuhan YME Menyanyikan lagu wajib atau membaca Menumbuhkan jiwa puisi perjuangan atau menyampaikan kebangsaan kisah tokoh nasional maksimal selama 5 menit sesudah berdoa sebelum memulai hari pembelajaran Menyanyikan lagu daerah atau menyam- Menumbuhkan jiwa cinta paikan potensi daerah atau keunikan wila- tanah air yah nusantara maksimal 5 menit sebelum berdoa mengakhiri hari pembelajaran Pembiasaan beribadah bersama Menumbuhkan ketakwaan sesuai agamanya kepada Tuhan YME Menumbuhkan ketakwaan Peringatan hari-hari besar keagamaan kepada Tuhan YME Upacara bendera setiap hari Senin Menumbuhkan jiwa kebangsaan Upacara bendera pada hari besar Menumbuhkan jiwa nasional kebangsaan Menyelenggarakan pertemuan orang Meningkatkan komitmen tua pada hari pertama masuk sekolah orang tua Meningkatkan wawasan Menyelenggarakan kelas orang tua orang tua terhadap pola asuh (program parenting class) minimal sekali setahun positif Memastikan kesiapan pentas Menyelenggarakan persiapan pentas akhir tahun masing-masing kelas akhir tahun ajaran kelas Turut berpartisipasi dalam peringatan Meningkatkan ikatan antar hari keluarga nasional anggota keluarga Memberikan salam, senyum, atau Menumbuhkan sikap sapaan saat bertemu orang di satuan kesantunan pendidikan Melakukan kerja bakti membersihkan Menumbuhkan budaya bersih lingkungan sekolah minimal sebulan sekali
Penguatan Kemitraan Keluarga, Satuan Pendidikan, dan Masyarakat di SMP
21
No
Indikator
Tersedia kotak sampah di setiap ruang kelas atau dekat ruang kelas Tersedia sanitasi air bersih dan 18 fasilitas MCK Peserta didik melaksakanan piket 19 kebersihan kelas 20 Pembiasaan antre
17
21 Memiliki taman yang terawat 22 Memiliki sistem pengelolaan sampah 23 Memiliki kantin sehat Minimal 15 menit sebelum hari pembelajaran siswa melakukan 24 aktivitas membaca buku atau kegiatan jurnal Tersedia fasilitas dan alat bermain bebas untuk kegiatan transisi kelas 25 sebelum jam belajar atau saat istirahat Memiliki prosedur keselamatan dalam 26 kondisi darurat Membangun budaya bertanya dan 27 bersikap kritis Setiap peserta didik berkesempatan 28 menjadi pemimpin kelas Ceramah dari nara sumber berbagai 29 profesi minimal sebulan sekali setelah upacara bendera Menerapkan sanksi yang tegas 30 terhadap kasus kekerasan pada siswa Memerankan Komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan, 31 pendukung, pengontrol, dan mediator kepentingan sekolah Terbentuk paguyuban orang tua per 32 kelas Terlaksananya komunikasi intensif 33 antara wali kelas dengan orang tua
22
Petunjuk Teknis
Tujuan Menumbuhkan budaya bersih Menumbuhkan budaya bersih dan sehat Menumbuhkan budaya bersih
Keterlaksanaan Sudah Belum
No
Meningkatkan kebugaran siswa dan keterpenuhan vitamin D Menumbuhkan perilaku keselamatan diri Menumbuhkan sikap ilmiah Menumbuhkan jiwa kepemimpinan Meningkatkan wawasan siswa terhadap keragaman profesi dan kewirausahaan Menerapkan perlindungan pada anak Meningkatkan kinerja sekolah
Meningkatkan kebersamaan orang tua Meningkatkan jalinan komunikasi dengan orang tua
Tujuan
Keterlaksanaan Sudah Belum
Meningkatkan ketertiban sekolah Memberi akses pada anak Meningkatkan inklusifitas berkebutuhan khusus kelas Memiliki sudut keluarga di Meningkatkan ketersediaan perpustakaan sekolah yang berisi pola buku referensi untuk orang asuh positif tua Memiliki media komunikasi antar Meningkatkan kemunikasi warga sekolah dalam bentuk majalah antar warga sekolah dinding atau media lain Meningkatkan kepedulian Menyediakan fasilitas bagi siswa terhadap anak berkebutuhan berkebutuhan khusus khusus Meningkatkan inklusifitas Menjalin komunikasi dan kemitraan sekolah dengan masyarakat dengan lingkungan sekolah lingkungan Pentas kelas pada akhir tahun Meningkatkan percaya diri pembelajaran dan kreatifitas siswa
34 Tersedia aturan tata tertib sekolah 35 36
Menumbuhkan budaya antre Meningkatkan keindahan sekolah Meningkatkan kepedulian lingkungan Meningkatkan budaya sehat Meningkatkan budaya baca dan tulis
Indikator
37
38
39 40
Jumlah
Berdasarkan data capaian dengan menggunakan instrumen di atas dan target capaian yang ditetapkan dalam rencana sekolah, pihak sekolah dapat mengetahui apakah capaian melampaui target, sama dengan target, atau di bawah target. Hasilnya sebagai bahan evaluasi guna penetapan target dan rencana kerja untuk periode yang akan datang. Dalam hal ada komponen yang lemah yang menghambat pencapaian target, maka kepala sekolah dapat mengambil langkahlangkah pembinaan sesuai kewenangannya. Target nasional tingkat keterlaksanaan hingga akhir tahun pembelajaran 2015/2016 adalah 50% (lima puluh persen) atau 20 indikator telah terlaksana secara konsisten. Namun demikian pihak sekolah dapat menetapkan target sesuai dengan potensi dan kondisi masing-masing. Evaluasi diri pencapaian target dituntut jujur mengingat hasilnya semata-mata untuk kepentingan sekolah yang bersangkutan dan sebagai dasar pembinaan. Ketidakjujuran akan berakibat ketidaktepatan pembinaan yang dilakukan. Penguatan Kemitraan Keluarga, Satuan Pendidikan, dan Masyarakat di SMP
23
B. Monitoring, Evaluasi, dan Pembinaan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota Dinas pendidikan kabupaten/kota melakukan monitoring, evaluasi, dan pembinaan kinerja sekolah dengan memanfaatkan data hasil pengisian instrumen evaluasi diri yang dilaporkan pihak sekolah. Berdasarkan data tersebut, dinas pendidikan kabupaten/kota melakukan evaluasi guna menyusun rencana pembinaan ke depan. Evaluasi pelaksanaan pembinaan sekurang-kurangnya dilakukan satu kali dalam satu tahun pembelajaran. Pembinaan dilakukan melalui proses pengawasan yang hal ini dilakukan oleh pengawas SMP serta kegiatan monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh pejabat dan staf dinas pendidikan kabupaten/kota. Hasil pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pembinaan dilaporkan kepada dinas pendidikan provinsi yang bersangutan. C. Monitoring, Evaluasi, dan Pembinaan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Dinas pendidikan provinsi melakukan monitoring, evaluasi, dan pembinaan kinerja sekolah dengan memanfaatkan laporan dari dinas pendidikan kabupaten/kota. Berdasarkan data tersebut, dinas pendidikan provinsi melakukan evaluasi guna menyusun rencana pembinaan ke depan. Evaluasi pelaksanaan pembinaan sekurangkurangnya dilakukan satu kali dalam satu tahun pembelajaran. Hasil pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pembinaan program ini dilaporkan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan cq. Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga, Ditjen PAUD dan Dikmas. D. Monitoring, Evaluasi, dan Pembinaan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam hal ini Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga, Ditjen PAUD dan Dikmas melakukan monitoring, evaluasi, dan pembinaan secara berkala melalui kegiatan supervisi lapangan, bimbingan teknis, rapat koordinasi, dan pengolahan data laporan yang diterima dari provinsi. Berdasarkan data tersebut, Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melakukan evaluasi dan perumusan bahan kebijakan pembinaan untuk tahun berikutnya. 24
Petunjuk Teknis
BAB V
PENUTUP
P
enguatan kemitraan keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat di SMP selain dilaksanakan oleh orang tua di masing-masing keluarga, juga dapat diintegrasikan dengan kegiatan pembelajaran di sekolah. Orang tua adalah mitra sekolah dalam menanamkan nilai moral, agama dan sosial budaya. Kemitraan orang tua yang diharapkan adalah partisipasinya terhadap kegiatan pendidikan anaknya dengan berusaha menjalin komunikasi efektif yang berkesinambungan. Sekolah juga dapat mendorong terjalinnya komunikasi siswa-orang tua melalui tanya jawab sederhana yang bermuatan pantauan kegiatan siswa di sekolah. Mengingat siswa setingkat SMP termasuk kelompok remaja dengan ciri khas tidak mudah diajak berkomunikasi dan mengalami ketidakstabilan emosi maka tidak mudah bagi orang tua untuk selalu menjaga komunikasi yang baik dan nyaman dengan anak remajanya. Oleh karena itu orang tua juga perlu dibekali tehnik komunikasi efektif dengan anak remaja melalui diskusi dengan para ahli atau seminar yang diselenggarakan oleh pihak sekolah/komite. Peran teman sebaya dalam membentuk perilaku anak remaja sangat kuat, bahkan teman sebaya sringkali lebih dituruti dan dipercaya oleh remaja dibandingkan orang tua. Dengan demikian, orang tua dan guru harus bisa bekerjasama dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk menjaga kualitas komunikasinya. Petunjuk teknis penguatan kemitraan antara satuan pendidikan, keluarga dan masyarakat di SMP ini diharapkan mampu memberi penguatan terhadap keluarga dalam mendidik anaknya secara berkesinambungan di rumah dan dilibatkan secara aktif dalam pendidikan anaknya di sekolah serta Penguatan Kemitraan Keluarga, Satuan Pendidikan, dan Masyarakat di SMP
25
di lingkungan masyarakat. Pelibatan keluarga pada kegiatan pendidikan di sekolah dan peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengasuhan orangtua akan mampu menciptakan siswa yang berkarakter, hidup sehat, bugar dan memiliki budaya berprestasi sehingga akan terbentuk kualitas remaja yang tangguh, kreatif dan berkarakter, sehingga kelak memberikan kontribusi bagi terbentuknya bangsa Indonesia yang beradab, bermartabat dan berdaya saing tinggi.
26
Petunjuk Teknis